lapkas kpd
DESCRIPTION
lapkas pentingTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Seksio sesarea didefinisikan sebagai tindakan melahirkan fetus melalui
sayatan pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi) dengan
syarat rahim utuh dan berat janin lebih dari 500 gram. Definisi ini tidak mencakup
pengeluaran fetus dari rongga perut karena ruptur dari uterus atau kehamilan
abdominal.1-5
Dari tahun ke tahun tindakan seksio sesarea (SC) makin sering dilakukan.
Dari sekitar pertengahan tahun 1960-an sampai akhir tahun 1980-an di Amerika
Serikat telah terjadi peningkatan pesat. Yaitu 4,5% dari seluruh kelahiran hidup pada
pertengahan tahun 1965 menjadi 16,5% pada tahun 1980 dan mencapai 24,7% pada
awal tahun 1988. kemudian terjadi sedikit penurunan hingga berkisar pada angka
22,7% sampai sekarang.6
Tindakan seksio sesarea juga telah meningkat di seluruh dunia. Pada tahun
1985 prosentase SC dari seluruh kelahiran hidup di Kanada adalah 19%, Denmark
13%, dan Jepang 7%.6
Secara umum, seksio sesarea diindikasikan pada keadaan di mana dipercaya
bahwa penundaan yang lebih lama dari persalinan dapat mempengaruhi janin secara
serius, mempengaruhi ibu atau kedua-duanya padahal persalinan per vaginam tidak
dapat dilakukan dengan aman.
1
Penanganan secara seksio sesarea umumnya dilakukan pada kasus-kasus
kehamilan risiko tinggi misalnya kehamilan dengan janin letak sungsang dan
perkiraan berat badan janin > 3500 gram.7
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi
dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion, dan apoptosis membran janin.
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan
karena seluruh selaput ketuban rapuh.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada
trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban
pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada kehamilan
prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang
menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada
polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
2
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio
sesarea, atau gagalnya persalinan normal.2
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. N.A
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Mahawu Lingk. VI Kec.Tuminting
Suku : Gorontalo
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
TTL : Gorontalo, 27 Februari 1985
Nama suami : Tn. A.L
Pendidikan suami : SMA
Pekerjaan suami : Swasta
MRS : 26 April 2015 pukul 03.00 WITA
ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Anamnesis diberikan oleh penderita.
Keluhan utama:
4
Keluar air dari jalan lahir sejak pukul 00.00 WITA (26-4-2015)
Riwayat penyakit sekarang :
o Keluar air dari jalan lahir sejak pukul 00.00 WITA saat sedang
istirahat
o Riwayat trauma (-), keputihan (-), koitus (-)
o Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan belum dirasakan
o Pelepasan lendir campur darah (–)
o Pergerakan janin (+) sebelum masuk rumah sakit
o Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal,
penyakit hati, penyakit kencing manis dan penyakit darah tinggi
disangkal penderita.
o Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.
Anamnesis Kebidanan
Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat muntah pada kehamilan muda dan penglihatan terganggu tidak ada,
sakit kepala, pusing-pusing, kencing biasa, buang air biasa, perdarahan, keluar darah
dari jalan lahir dan fluor albus disangkal penderita.
Penderita tidak mengeluhkan keluhan lain
Penderita merokok 1 kali selama 3 tahun, minum minuman beralkohol disangkal.
Pemeriksaan Antenatal (PAN)
5
Jumlah PAN selama kehamilan sebanyak 5 kali di Pusat Kesehatan
Masyarakat Tuminting.
Riwayat Haid
Haid pertama dialami pada usia 12 tahun dengan siklus teratur dan lamanya
haid tiap siklus 5-6 hari. Hari pertama haid terakhir ? Juli 2014 dan taksiran tanggal
partus ? April 2015
Riwayat Keluarga
Penderita menikah 1 kali. Pernikahan ini sudah berlangsung selama 5 tahun.
Keluarga Berencana
Penderita menggunakan KB ( terakhir Juni 2014)
Riwayat Kehamilan Terdahulu
P1 : 2011/ perempuan/ SCTP a.i. gagal oksitosin drips/ RS. Kandou/ BBL ? /
PBL ? / sehat
Penyakit atau Operasi Yang Pernah atau Sedang Dialami
Riwayat anemia, penyakit menular seksual, penyakit jantung rematik, alergi, penyakit
ginjal, tuberkulosis disangkal penderita. Sebelumnya penderita pernah dioperasi SCTP di
RSUP Prof.dr. R.D. Kandou pada tahun 2011.
6
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Praesens
- Keadaan Umum : Cukup.
- Kesadaran : Compos mentis.
- Tekanan darah : 120/70 mmHg.
- Nadi : 80 x/m.
- Pernapasan : 24 x/m.
- Suhu badan : 36,5 0C.
Berat badan : 58 kg.
Tinggi badan : 153 cm.
Gizi : Normal
Kepala
Kepala normocephal. Kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera tidak
ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari liang telinga.
Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada sekret yang keluar
dari hidung. Pada gigi tidak ditemukan adanya karies dentis. Tenggorokan tidak
hiperemis.
Leher
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher.
Dada
Bentuk simetris normal.
Jantung
7
Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.
Paru-paru
Tidak ditemukan adanya ronkhi dan “wheezing” di kedua lapangan paru.
Abdomen
Hepar dan lien sukar dievaluasi
Alat kelamin
Dalam batas normal.
Anggota gerak
Tidak ditemukan adanya edema pada kedua kaki. Varises tidak ada.
Refleks
Refleks fisiologis positif normal. Tidak terdapat refleks patologis.
Kulit
Turgor normal.
Status Obstetri
Pemeriksaan luar
- Tinggi fundus uteri : 35 cm.
- Letak janin : Letak kepala punggung kanan
- Detak jantung janin : 12 – 11 – 12 ( 135-140 x/m)
- His : (-)
Hal-hal lain : Taksiran berat badan anak (TBBA) : 3.720 gr
Pemeriksaan dalam
Portio tebal lunak arah axial , pembukaan (-), presenting part kepala, H I.
8
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
- Hb : 11,5 gr/dL. Ureum : 15 mg/dl
- Leukosit : 11.880/mm3. Creatinin : 0,6 mg/dl
- Eritrosit : 4,86 x 106/ uL SGOT : 12 U/L
- Trombosit : 379.000/mm3. SGPT : 9 U/L
- GDS : 96 mg/dl Na/K/Cl : 136/ 3,90/ 109 mEq/L
Urinalisis
- Warna: Kuning Muda Nitrit: (-)
- Kekeruhan: Jernih Protein: (-)
- Eritrosit: (-) Glukosa: normal
- Leukosit (-) Keton: (-)
- Epitel: (-) Urobilinogen: normal
- Bakteri: (-) Bilirubin: (-)
- Jamur: (-) Eritrosit: (+++)
- Berat Jenis: 1,005 Silinder: (-)
- pH: 7 Kristal: (-)
USG
Kesan :
janin intrauterin tunggal hidup letak kepala + oligohidramnion, TBBA >3500gr
KESIMPULAN SEMENTARA
G2P1A0, 30 tahun, hamil aterm dengan KPD 8 jam + bekas SC, janin intrauterine
tunggal hidup letak kepala
9
SIKAP/ TERAPI/ RENCANA
- Seksio sesarea
- Antibiotika injeksi
- Konseling, informed consent : sedia darah, setuju operasi
- Konseling KB
- Lab., USG, Urinalisis
- Obs. TNRS, His, BJJ
- Lapor konsulen advis seksio sesarea(26/04/2015)
RESUME MASUK
Seorang perempuan, G2P1A0, 30 tahun, MRS tanggal 26 April 2015 jam 03.00
WITA dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak jam 00.00 WITA saat sedang
istirahat, nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan belum dirasakan, pelepasan
lendir campur darah negatif, pergerakan janin positif SMRS, riwayat trauma tidak
ada, keputihan tidak ada, riwayat koitus tidak ada. BAB/ BAK biasa, RPD disangkal,
HPHT Juli 2014, taksiran tanggal partus April 2015. Pemeriksaan antenatal 5 kali di
PKM Tuminting. Berat badan: 58 Kg, Tinggi badan 153 cm.
Status praesens : T: 120/70 mmHg N: 80 x/menit R: 24 x/menit S: 36,5 °C
Status obstetri : TFU: 35 cm
BJA: 12 – 11 – 12 (135-140x/m) ; His : (-)
TBBA: 3.720 gr
Let anak : letak kepala
10
Pemeriksaan Dalam: portio tebal lunak arah axial, pembukaan (-), PP kepala, H.I
DIAGNOSIS SEMENTARA
G2P1A0, 30 tahun, hamil aterm dengan KPD 8 jam + bekas SC, janin intrauterine
tunggal hidup letak kepala
PENGOBATAN/ SIKAP
- Seksio sesarea
- Injeksi antibiotik
- Konseling, informed consent : sedia darah, setuju operasi
- Konseling KB
- Lab., USG, Urinalisis
- Obs. TNRS, His, BJJ
- Lapor konsulen advis seksio sesarea(26/04/2015)
OBSERVASI PERSALINAN
Tanggal 26 April 2015
Jam 08.15
Keluhan: nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan belum dirasakan
Pemeriksaan: keadaan umum : cukup, kesadaran: CM
T: 120/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt S:36,5°C
Status obstetri:
TFU : 35 cm BJA: 12 – 11 – 12 TBBA: 3.720
Letak janin: letak kepala His: (-)
11
Periksa dalam: portio tebal lunak arah axial, pembukaan (-), presenting part
kepala, H I.
Diagnosis:
G2P1A0, 30 tahun, hamil aterm dengan KPD 8 jam + bekas SC, janin
intrauterin tunggal hidup letak kepala
Sikap:
- Seksio sesarea
- Injeksi antibiotik
- Konseling, informed consent : sedia darah, setuju operasi
- Konseling KB
- Lab., USG, Urinalisis
- Obs. TNRS, His, BJJ
- Lapor konsulen advis seksio sesarea(26/04/2015)
Jam 09.30
Pasien didorong ke OK Cito.
Jam 10.15
Operasi dimulai, dilakukan “Sectio caesarea transperitonealis profunda
(SCTP)” dengan Spinal anestesi atas indikasi KPD 8 jam + bekas SC.
Jam 10.25
Lahir bayi laki-laki, BBL: 3.800 gr, PBL: 48 cm, AS: 7 – 9
Jam 11.25
Operasi selesai.
Keadaan umum postoperasi:
12
keadaan umum: cukup, kesadaran: CM. T: 120/80 mmHg; N: 72 x/mnt; R: 24 x/mnt.
Kontraksi uterus baik. Perdarahan: kurang lebih ± 500 cc. Diuresis: ± 600 cc.
LAPORAN OPERASI
Penderita dibaringkan terlentang diatas meja operasi. Dilakukan spinal
anestesi kemudian dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah abdomen
dan sekitarnya, daerah abdomen ditutup dengan doek steril, kecuali daerah lapangan
operasi. Dalam keadaan spinal anestesi, dilakukan insisi linea mediana inferior pada
bekas luka operasi sebelumnya. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai fascia.
Fascia dijepit dengan 2 Kocher, kemudian digunting kecil dan diperlebar ke atas dan
ke bawah, tampak otot. Otot disisihkan secara tumpul ke lateral. Identifikasi
peritoneum. Peritoneum dijepit dengan 2 pinset, setelah yakin tidak ada jaringan usus
di bawahnya, digunting kecil dan diperlebar ke atas dan ke bawah. Tampak uterus
gravidarum. Haak abdomen dipasang untuk memperluas lapangan operasi dan
melindungi vesica urinaria. Plica vesicouterina digunting kecil dan diperlebar ke kiri
dan kanan. SBR diinsisi semilunar dan diperdalam secara tumpul sampai menembus
cavum uteri. Keluar cairan ketuban sedikit warna putih keruh. Identifikasi bayi letak
kepala, bayi dilahirkan.
Jam 10.25 lahir bayi laki-laki/ BBL 3800 gr/ PBL 48 cm/ AS 7 – 9. Sementara
jalan nafas dibersihkan, tali pusat dijepit dengan klem dan digunting. Diantaranya,
kemudian bayi diserahkan kepada sejawat Neonati untuk perawatan selanjutnya.
Luka SBR dijepit, cavum uteri dibersihkan dengan melahirkan plasenta dengan
tarikan ringan. Kemudian dibersihkan dari sisa darah dari selaput plasenta. Kemudian
13
dilakukan pemasangan IUD post plasenta. Luka SBR dijahit 2 lapis secara jelujur
dengan chromic catgut no.2 tapper. Kontrol perdarahan (-), plica vesicouterina dijahit
jelujur dengan chromic catgut no.2/0 tapper. Kontrol perdarahan (-), dilakukan
retroperitonealisasi, kontrol perdarahan (-). Eksplorasi lanjut uterus bentuk normal,
kedua tuba dan ovarium baik. Rongga abdomen dibersihkan dari sisa darah dan
bekuan darah. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis. Peritoneum dijahit jelujur
dengan chromic catgut no.2/0. Otot dijahit simpul dengan chromic catgut no.2/0.
Fascia dijahit jelujur dengan safil no.1. lemak dijahit simpul dengan chromic catgut
no.2/0. Kulit dijahit subkutikular dengan chromic catgut no.2/0 cutting.
Luka operasi ditutup kasa steril, eksplorasi jalan lahir dengan kasa betadine,
kontrol perdarahan (-). Operasi selesai.
KU post operasi : T: 120/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt.
TFU: 2 jari bawah pusat, Kontraksi uterus baik.
Perdarahan: Kurang lebih 500 cc.
Diuresis: 600 cc.
Instruksi pasca bedah :
- IVFD RL : D5% = 2 : 2 , 30-40 tpm
- Ceftriaxone inj. 3x1 gr i.v (ST)
- Metronidazole 2x500mg drips
- Oksitosin inj. 3x1 amp. i.v
- As.Traneksamat 3x500mg i.v
- Vitamin C inj 3x1 amp i.v
14
- Kaltrofen supp. 1x2
Cek Hb 6 jam post operasi, bila Hb < 10gr% Pro Transfusi
OBSERVASI NIFAS
27 April 2015 (jam 07.00 WITA)
Keluhan:
Nyeri luka operasi (+)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup Kes: CM
Status Praesens:
T: 120/80 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 22 x/mnt; SB: 36,8 0C
Status Puerperalis:
Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Luka tertutup kasa Betadine.
TFU: 2 jari di bawah pusat; Kontraksi uterus baik.
Lokia: Rubra
Peristaltik (+)
Diagnosis:
P2A0 30 tahun post SCTP + insersi IUD post plasenta a/I KPD 8 jam + bekas SC H.I
Lahir bayi laki-laki BBL 3800 g, PBL 48 cm, AS 7– 9
Sikap:
- Aff infus, kateter
- Cefadroxil 3 x 500 mg
15
- Metronidazol 2 x 500 mg
- SF 2 x 1 tablet
- Rawat luka
- Mobilisasi bertahap
- ASI on demand
28 April 2015
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/80 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,5 0C
Status Puerperalis:
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Luka tertutup kasa Betadine, peristaltik (+).
TFU: 2 jari di bawah pusat; Kontraksi uterus baik.
Diagnosis:
P2A0 30 tahun post SCTP + insersi IUD post plasenta a/I KPD 8 jam + bekas SC H.II
Lahir bayi laki-laki BBL 3800 g, PBL 48 cm, AS 7 – 9
Sikap:
- Cefadroxil 3 x 500 mg
- Metronidazol 2 x 500 mg
- SF 2 x 1 tablet
16
- Rawat luka
- Mobilisasi bertahap
- ASI on demand
29 April 2015
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,3 0C
Status Puerperalis:
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Luka operasi terawat
TFU: 2 jari di bawah pusat; Kontraksi uterus baik.
BAB (-), BAK(+)
Diagnosis:
P2A0 30 tahun post SCTP + insersi IUD post plasenta a/I KPD 8 jam + bekas SC H.III
Lahir bayi laki-laki BBL 3800 g, PBL 48 cm, AS 7 – 9
Sikap:
- Cefadroxil 3 x 500 mg
- Metronidazol 2 x 500 mg
- SF 2 x 1 tablet
- Rawat luka
17
- Mobilisasi bertahap
- ASI on demand
30 April 2015
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup Kes: CM
Status Praesens
T: 110/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 22 x/mnt; SB: 36,2 0C
Status Puerperalis:
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Luka operasi terawat
TFU: 2 jari di bawah pusat, Kontraksi uterus baik.
BAB (-) / BAK (+)
Diagnosis:
P2A0 30 tahun post SCTP + insersi IUD post plasenta a/i KPD 8 jam + bekas SC H.IV
Lahir bayi laki-laki BBL 3800 g, PBL 48 cm, AS 7 – 9
Sikap:
- ASI “on demand”
- Makan biasa
- Obat oral diteruskan.
- Rawat luka operasi
- Rencana pulang
18
BAB 3
DISKUSI
Penderita ini didiagnosis dengan: P2A0 30 tahun post SCTP + insersi IUD post
plasenta a/i KPD 8 jam + bekas SC
Lahir bayi laki-laki BBL 3800 g, PBL 48 cm, AS 7 – 9
Permasalahan pada kasus ini adalah ketuban pecah sebelum
waktunya/ketuban pecah dini (KPD) 8 jam, bekas SC, dan TBBA > 3500gr (bayi
besar). Ketuban pecah sebelum waktunya adalah robeknya selaput chorioamnion
dalam kehamilan atau pada persalinan fase laten. Keluar cairan jernih dari vagina
merupakan salah satu kriteria diagnosis dari KPD. Kriteria diagnosis lainnya yaitu
pada pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan dari ostium uteri eksternum.
Penting juga untuk dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan leukosit
darah, bila > 15000/mm3, mungkin ada infeksi. USG pun membantu dalam
menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta, gradasi plasenta
seta jumlah air ketuban. Yang perlu diperhatikan yaitu menilai BJA dengan stetoskop
Laennec atau dengan fetal phone atau dengan CTG. Bila ada infeksi intrauterine atau
peningkatan suhu, BJA akan meningkat. Permasalahan KPD belum membutuhkan
konsultasi. Hanya saja sebaiknya seorang dokter segera melakukan pengelolaan
19
konservatif dan aktif demi mengurangi risiko penyulit berupa infeksi, sepsis, bahkan
sampai kepada kematian janin, karena infeksi atau prematuritas.7
Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu seksio sesarea. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyebutkan bahwa indikasi dilakukannya section cesarea yaitu
ruptur uteri. Kausa tersering ruptur uteri adalah terpisahnya jaringan parut bekas
sectio cesarea sebelumnya. Selain itu, ruptura uteri juga dapat disebabkan trauma atau
operasi traumatik, serta stimulus berlebihan. Namun kejadiannya relatif lebih kecil.
Riwayat sectio cesarea juga merupakan indikasi dilakukannya SC ulangan.
Sectio cesarean ulangan adalah persalinan dengan sectio cesarean yang dilakukan
pada seorang pasien yang pernah mengalami sectio cesarea pada persalinan
sebelumnya, elektif maupun emergency. Hal ini perlu dilakukan jika ditemui hal-hal
seperti indikasi menetap pada persalinan sebelumnya seperti kasus panggul sempit
dan adanya kekhawatiran ruptura uteri pada bekas operasi sebelumnya.
Indikasi lain dilakukannya sectio cesarea pada kasus ini yaitu ukuran janin.
Berat bayi lahir >3500gr menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Bayi yang
lahir dengan ukuran besar dapat mengalami kemungkinan komplikasi persalinan 4
kali lebih besar daripada bayi dengan ukuran normal.
Pada pasien ini dilakukan operasi Sectio Cesarea Transperitoneal Profunda
atas indikasi KPD, bekas SC, dan TBBA >3500 gr.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi pascaoperasi adalah infeksi puerperal,
perdarahan, kemungkinan ruptura uteri atau terbukanya jahitan pada uterus karena
operasi sebelumnya, dan komplikasi lain seperti luka kandung kencing, emboli dan
20
lain-lain. Keadaan ibu post operasi baik dan selama di follow up di ruangan tidak
ditemukan keluhan yang mengarah pada komplikasi pasca operasi.
Demikian juga pada bayi tidak ditemukan komplikasi, sejak lahir sampai
dipulangkan dalam keadaan baik.
Menurut statistik di negara-negara dengan perawatan antenatal dan intranatal
yang baik, kematian perinatal pasca seksio sesarea berkisar antara 4 – 7%.2
PROGNOSIS
Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan
darah yang cukup, pelaksanaan sectio cesarea sekarang jauh lebih aman daripada
dahulu. Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang
kompeten < 2/ 1.000. factor-faktor yang mempengaruhi morbiditas pembedahan
adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi pembedahan dan lamanya
persalinan berlangsung.
Anak yang dilahirkan dengan sectio cesarea, angka morbiditas dan
mortalitasnya tergantung pada keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio
cesarea. Menurut statistik, di Negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik,
angka kematian perinatal sekitar 4-7%
21
BAB 4
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
Pada kasus ini dilakukan SCTP atas indikasi KPD 8 jam, bekas SC, dan bayi besar.
Hal ini untuk mencegah risiko infeksi dan juga mencegah terjadinya ruptur uteri
karena ada riwayat seksio sebelumnya.
Saran
Perlu dilakukan peningkatan kepekaan tenaga medis dalam melakukan tata laksana
kehamilan untuk mencegah terjadinya kesalahan dan komplikasi dalam persalinan.
Tenaga medis harus lebih teliti lagi dalam memeriksa kehamilan agar hasil
pemeriksaan lebih akurat, dan bila terdeteksi adanya penyulit akan dibuat rencana
penanganan yang sesuai.
22
KEPUSTAKAAN
1. Husodo L. Pembedahan dengan Laparotomi. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin
AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2000. hal: 863 – 75.
2. Wiknosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Bedah Kebidanan.
Seksio Sesarea. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2000.
hal: 133 – 41.
3. Mochtar R. Seksio Sesarea. Dalam: Lutan G, editor. Sinopsis Obstetri Jilid II.
Jakarta: EGC; 1998. hal: 117 – 33.
4. Staf Bagian Obstetri & Ginekologi FK UNPAD. Obstetri Operatif. Sectio
Caesaria.Bandung: Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Padjajaran.
hal:138-50.
5. Staf Bagian Obstetri & Ginekologi FK UNDIP. Ilmu Fantom Bedah Obstetri.
Letak Sungsang. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro . hal: 64-8.
6. Sehdev HM. Cesarean Delivery. 2002 [cited 2015 May 17]; 1(1); [10 screens].
Available from URL: http://www.emedicine.com
7. Jones DL. Dalam : Hadyanto, alih bahasa. Dasar-dasar obstetri dan ginekologi.
Kelainan presentasi janin. Jakarta: EGC; 2002. hal. 151-62.
23
8. Staf Bagian Obstetri & Ginekologi FK UnDip. Ilmu Fantom Bedah Obstetri.
Letak Sungsang. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro . hal: 46 – 53
9. Wijayanegara H, Suardi A, Wirakusumah FF, Permadi W, editor. Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin.
Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD RSUP Dr. Hasan
Sadikin; 1998. hal:28.
10. Cunning FG, Gant MF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hant JC, Wenstrom KD.
Williams Obstetrics. 21-th ed. Cesarean Delivery and Postpartum Hysterectomy.
New York: McGraw-Hill; 2001. p. 537 – 63.
11. Saifuddin AB, Affandi B, Lu ER, editor. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Suntikan Kombinasi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2003. hal: MK 33 – 9.
24