lapkas kpd

35
BAB 1 PENDAHULUAN Seksio sesarea didefinisikan sebagai tindakan melahirkan fetus melalui sayatan pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi) dengan syarat rahim utuh dan berat janin lebih dari 500 gram. Definisi ini tidak mencakup pengeluaran fetus dari rongga perut karena ruptur dari uterus atau kehamilan abdominal. 1-5 Dari tahun ke tahun tindakan seksio sesarea (SC) makin sering dilakukan. Dari sekitar pertengahan tahun 1960-an sampai akhir tahun 1980-an di Amerika Serikat telah terjadi peningkatan pesat. Yaitu 4,5% dari seluruh kelahiran hidup pada pertengahan tahun 1965 menjadi 16,5% pada tahun 1980 dan mencapai 24,7% pada awal tahun 1988. kemudian terjadi sedikit penurunan hingga berkisar pada angka 22,7% sampai sekarang. 6 1

Upload: auliah-r-ismail

Post on 16-Feb-2016

226 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

lapkas penting

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas KPD

BAB 1

PENDAHULUAN

Seksio sesarea didefinisikan sebagai tindakan melahirkan fetus melalui

sayatan pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi) dengan

syarat rahim utuh dan berat janin lebih dari 500 gram. Definisi ini tidak mencakup

pengeluaran fetus dari rongga perut karena ruptur dari uterus atau kehamilan

abdominal.1-5

Dari tahun ke tahun tindakan seksio sesarea (SC) makin sering dilakukan.

Dari sekitar pertengahan tahun 1960-an sampai akhir tahun 1980-an di Amerika

Serikat telah terjadi peningkatan pesat. Yaitu 4,5% dari seluruh kelahiran hidup pada

pertengahan tahun 1965 menjadi 16,5% pada tahun 1980 dan mencapai 24,7% pada

awal tahun 1988. kemudian terjadi sedikit penurunan hingga berkisar pada angka

22,7% sampai sekarang.6

Tindakan seksio sesarea juga telah meningkat di seluruh dunia. Pada tahun

1985 prosentase SC dari seluruh kelahiran hidup di Kanada adalah 19%, Denmark

13%, dan Jepang 7%.6

Secara umum, seksio sesarea diindikasikan pada keadaan di mana dipercaya

bahwa penundaan yang lebih lama dari persalinan dapat mempengaruhi janin secara

serius, mempengaruhi ibu atau kedua-duanya padahal persalinan per vaginam tidak

dapat dilakukan dengan aman.

1

Page 2: Lapkas KPD

Penanganan secara seksio sesarea umumnya dilakukan pada kasus-kasus

kehamilan risiko tinggi misalnya kehamilan dengan janin letak sungsang dan

perkiraan berat badan janin > 3500 gram.7

Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.

Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi

dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion, dan apoptosis membran janin.

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi

uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu

terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan

karena seluruh selaput ketuban rapuh.

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga

selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada

hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada

trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban

pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada kehamilan

prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang

menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada

polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia

kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,

2

Page 3: Lapkas KPD

hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio

sesarea, atau gagalnya persalinan normal.2

3

Page 4: Lapkas KPD

BAB 2

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. N.A

Umur : 30 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Mahawu Lingk. VI Kec.Tuminting

Suku : Gorontalo

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

TTL : Gorontalo, 27 Februari 1985

Nama suami : Tn. A.L

Pendidikan suami : SMA

Pekerjaan suami : Swasta

MRS : 26 April 2015 pukul 03.00 WITA

ANAMNESIS

Anamnesis Utama

Anamnesis diberikan oleh penderita.

Keluhan utama:

4

Page 5: Lapkas KPD

Keluar air dari jalan lahir sejak pukul 00.00 WITA (26-4-2015)

Riwayat penyakit sekarang :

o Keluar air dari jalan lahir sejak pukul 00.00 WITA saat sedang

istirahat

o Riwayat trauma (-), keputihan (-), koitus (-)

o Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan belum dirasakan

o Pelepasan lendir campur darah (–)

o Pergerakan janin (+) sebelum masuk rumah sakit

o Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal,

penyakit hati, penyakit kencing manis dan penyakit darah tinggi

disangkal penderita.

o Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.

Anamnesis Kebidanan

Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat muntah pada kehamilan muda dan penglihatan terganggu tidak ada,

sakit kepala, pusing-pusing, kencing biasa, buang air biasa, perdarahan, keluar darah

dari jalan lahir dan fluor albus disangkal penderita.

Penderita tidak mengeluhkan keluhan lain

Penderita merokok 1 kali selama 3 tahun, minum minuman beralkohol disangkal.

Pemeriksaan Antenatal (PAN)

5

Page 6: Lapkas KPD

Jumlah PAN selama kehamilan sebanyak 5 kali di Pusat Kesehatan

Masyarakat Tuminting.

Riwayat Haid

Haid pertama dialami pada usia 12 tahun dengan siklus teratur dan lamanya

haid tiap siklus 5-6 hari. Hari pertama haid terakhir ? Juli 2014 dan taksiran tanggal

partus ? April 2015

Riwayat Keluarga

Penderita menikah 1 kali. Pernikahan ini sudah berlangsung selama 5 tahun.

Keluarga Berencana

Penderita menggunakan KB ( terakhir Juni 2014)

Riwayat Kehamilan Terdahulu

P1 : 2011/ perempuan/ SCTP a.i. gagal oksitosin drips/ RS. Kandou/ BBL ? /

PBL ? / sehat

Penyakit atau Operasi Yang Pernah atau Sedang Dialami

Riwayat anemia, penyakit menular seksual, penyakit jantung rematik, alergi, penyakit

ginjal, tuberkulosis disangkal penderita. Sebelumnya penderita pernah dioperasi SCTP di

RSUP Prof.dr. R.D. Kandou pada tahun 2011.

6

Page 7: Lapkas KPD

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Umum

Status Praesens

- Keadaan Umum : Cukup.

- Kesadaran : Compos mentis.

- Tekanan darah : 120/70 mmHg.

- Nadi : 80 x/m.

- Pernapasan : 24 x/m.

- Suhu badan : 36,5 0C.

Berat badan : 58 kg.

Tinggi badan : 153 cm.

Gizi : Normal

Kepala

Kepala normocephal. Kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera tidak

ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari liang telinga.

Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada sekret yang keluar

dari hidung. Pada gigi tidak ditemukan adanya karies dentis. Tenggorokan tidak

hiperemis.

Leher

Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher.

Dada

Bentuk simetris normal.

Jantung

7

Page 8: Lapkas KPD

Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.

Paru-paru

Tidak ditemukan adanya ronkhi dan “wheezing” di kedua lapangan paru.

Abdomen

Hepar dan lien sukar dievaluasi

Alat kelamin

Dalam batas normal.

Anggota gerak

Tidak ditemukan adanya edema pada kedua kaki. Varises tidak ada.

Refleks

Refleks fisiologis positif normal. Tidak terdapat refleks patologis.

Kulit

Turgor normal.

Status Obstetri

Pemeriksaan luar

- Tinggi fundus uteri : 35 cm.

- Letak janin : Letak kepala punggung kanan

- Detak jantung janin : 12 – 11 – 12 ( 135-140 x/m)

- His : (-)

Hal-hal lain : Taksiran berat badan anak (TBBA) : 3.720 gr

Pemeriksaan dalam

Portio tebal lunak arah axial , pembukaan (-), presenting part kepala, H I.

8

Page 9: Lapkas KPD

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

- Hb : 11,5 gr/dL. Ureum : 15 mg/dl

- Leukosit : 11.880/mm3. Creatinin : 0,6 mg/dl

- Eritrosit : 4,86 x 106/ uL SGOT : 12 U/L

- Trombosit : 379.000/mm3. SGPT : 9 U/L

- GDS : 96 mg/dl Na/K/Cl : 136/ 3,90/ 109 mEq/L

Urinalisis

- Warna: Kuning Muda Nitrit: (-)

- Kekeruhan: Jernih Protein: (-)

- Eritrosit: (-) Glukosa: normal

- Leukosit (-) Keton: (-)

- Epitel: (-) Urobilinogen: normal

- Bakteri: (-) Bilirubin: (-)

- Jamur: (-) Eritrosit: (+++)

- Berat Jenis: 1,005 Silinder: (-)

- pH: 7 Kristal: (-)

USG

Kesan :

janin intrauterin tunggal hidup letak kepala + oligohidramnion, TBBA >3500gr

KESIMPULAN SEMENTARA

G2P1A0, 30 tahun, hamil aterm dengan KPD 8 jam + bekas SC, janin intrauterine

tunggal hidup letak kepala

9

Page 10: Lapkas KPD

SIKAP/ TERAPI/ RENCANA

- Seksio sesarea

- Antibiotika injeksi

- Konseling, informed consent : sedia darah, setuju operasi

- Konseling KB

- Lab., USG, Urinalisis

- Obs. TNRS, His, BJJ

- Lapor konsulen advis seksio sesarea(26/04/2015)

RESUME MASUK

Seorang perempuan, G2P1A0, 30 tahun, MRS tanggal 26 April 2015 jam 03.00

WITA dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak jam 00.00 WITA saat sedang

istirahat, nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan belum dirasakan, pelepasan

lendir campur darah negatif, pergerakan janin positif SMRS, riwayat trauma tidak

ada, keputihan tidak ada, riwayat koitus tidak ada. BAB/ BAK biasa, RPD disangkal,

HPHT Juli 2014, taksiran tanggal partus April 2015. Pemeriksaan antenatal 5 kali di

PKM Tuminting. Berat badan: 58 Kg, Tinggi badan 153 cm.

Status praesens : T: 120/70 mmHg N: 80 x/menit R: 24 x/menit S: 36,5 °C

Status obstetri : TFU: 35 cm

BJA: 12 – 11 – 12 (135-140x/m) ; His : (-)

TBBA: 3.720 gr

Let anak : letak kepala

10

Page 11: Lapkas KPD

Pemeriksaan Dalam: portio tebal lunak arah axial, pembukaan (-), PP kepala, H.I

DIAGNOSIS SEMENTARA

G2P1A0, 30 tahun, hamil aterm dengan KPD 8 jam + bekas SC, janin intrauterine

tunggal hidup letak kepala

PENGOBATAN/ SIKAP

- Seksio sesarea

- Injeksi antibiotik

- Konseling, informed consent : sedia darah, setuju operasi

- Konseling KB

- Lab., USG, Urinalisis

- Obs. TNRS, His, BJJ

- Lapor konsulen advis seksio sesarea(26/04/2015)

OBSERVASI PERSALINAN

Tanggal 26 April 2015

Jam 08.15

Keluhan: nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan belum dirasakan

Pemeriksaan: keadaan umum : cukup, kesadaran: CM

T: 120/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt S:36,5°C

Status obstetri:

TFU : 35 cm BJA: 12 – 11 – 12 TBBA: 3.720

Letak janin: letak kepala His: (-)

11

Page 12: Lapkas KPD

Periksa dalam: portio tebal lunak arah axial, pembukaan (-), presenting part

kepala, H I.

Diagnosis:

G2P1A0, 30 tahun, hamil aterm dengan KPD 8 jam + bekas SC, janin

intrauterin tunggal hidup letak kepala

Sikap:

- Seksio sesarea

- Injeksi antibiotik

- Konseling, informed consent : sedia darah, setuju operasi

- Konseling KB

- Lab., USG, Urinalisis

- Obs. TNRS, His, BJJ

- Lapor konsulen advis seksio sesarea(26/04/2015)

Jam 09.30

Pasien didorong ke OK Cito.

Jam 10.15

Operasi dimulai, dilakukan “Sectio caesarea transperitonealis profunda

(SCTP)” dengan Spinal anestesi atas indikasi KPD 8 jam + bekas SC.

Jam 10.25

Lahir bayi laki-laki, BBL: 3.800 gr, PBL: 48 cm, AS: 7 – 9

Jam 11.25

Operasi selesai.

Keadaan umum postoperasi:

12

Page 13: Lapkas KPD

keadaan umum: cukup, kesadaran: CM. T: 120/80 mmHg; N: 72 x/mnt; R: 24 x/mnt.

Kontraksi uterus baik. Perdarahan: kurang lebih ± 500 cc. Diuresis: ± 600 cc.

LAPORAN OPERASI

Penderita dibaringkan terlentang diatas meja operasi. Dilakukan spinal

anestesi kemudian dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah abdomen

dan sekitarnya, daerah abdomen ditutup dengan doek steril, kecuali daerah lapangan

operasi. Dalam keadaan spinal anestesi, dilakukan insisi linea mediana inferior pada

bekas luka operasi sebelumnya. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai fascia.

Fascia dijepit dengan 2 Kocher, kemudian digunting kecil dan diperlebar ke atas dan

ke bawah, tampak otot. Otot disisihkan secara tumpul ke lateral. Identifikasi

peritoneum. Peritoneum dijepit dengan 2 pinset, setelah yakin tidak ada jaringan usus

di bawahnya, digunting kecil dan diperlebar ke atas dan ke bawah. Tampak uterus

gravidarum. Haak abdomen dipasang untuk memperluas lapangan operasi dan

melindungi vesica urinaria. Plica vesicouterina digunting kecil dan diperlebar ke kiri

dan kanan. SBR diinsisi semilunar dan diperdalam secara tumpul sampai menembus

cavum uteri. Keluar cairan ketuban sedikit warna putih keruh. Identifikasi bayi letak

kepala, bayi dilahirkan.

Jam 10.25 lahir bayi laki-laki/ BBL 3800 gr/ PBL 48 cm/ AS 7 – 9. Sementara

jalan nafas dibersihkan, tali pusat dijepit dengan klem dan digunting. Diantaranya,

kemudian bayi diserahkan kepada sejawat Neonati untuk perawatan selanjutnya.

Luka SBR dijepit, cavum uteri dibersihkan dengan melahirkan plasenta dengan

tarikan ringan. Kemudian dibersihkan dari sisa darah dari selaput plasenta. Kemudian

13

Page 14: Lapkas KPD

dilakukan pemasangan IUD post plasenta. Luka SBR dijahit 2 lapis secara jelujur

dengan chromic catgut no.2 tapper. Kontrol perdarahan (-), plica vesicouterina dijahit

jelujur dengan chromic catgut no.2/0 tapper. Kontrol perdarahan (-), dilakukan

retroperitonealisasi, kontrol perdarahan (-). Eksplorasi lanjut uterus bentuk normal,

kedua tuba dan ovarium baik. Rongga abdomen dibersihkan dari sisa darah dan

bekuan darah. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis. Peritoneum dijahit jelujur

dengan chromic catgut no.2/0. Otot dijahit simpul dengan chromic catgut no.2/0.

Fascia dijahit jelujur dengan safil no.1. lemak dijahit simpul dengan chromic catgut

no.2/0. Kulit dijahit subkutikular dengan chromic catgut no.2/0 cutting.

Luka operasi ditutup kasa steril, eksplorasi jalan lahir dengan kasa betadine,

kontrol perdarahan (-). Operasi selesai.

KU post operasi : T: 120/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt.

TFU: 2 jari bawah pusat, Kontraksi uterus baik.

Perdarahan: Kurang lebih 500 cc.

Diuresis: 600 cc.

Instruksi pasca bedah :

- IVFD RL : D5% = 2 : 2 , 30-40 tpm

- Ceftriaxone inj. 3x1 gr i.v (ST)

- Metronidazole 2x500mg drips

- Oksitosin inj. 3x1 amp. i.v

- As.Traneksamat 3x500mg i.v

- Vitamin C inj 3x1 amp i.v

14

Page 15: Lapkas KPD

- Kaltrofen supp. 1x2

Cek Hb 6 jam post operasi, bila Hb < 10gr% Pro Transfusi

OBSERVASI NIFAS

27 April 2015 (jam 07.00 WITA)

Keluhan:

Nyeri luka operasi (+)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup Kes: CM

Status Praesens:

T: 120/80 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 22 x/mnt; SB: 36,8 0C

Status Puerperalis:

Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Luka tertutup kasa Betadine.

TFU: 2 jari di bawah pusat; Kontraksi uterus baik.

Lokia: Rubra

Peristaltik (+)

Diagnosis:

P2A0 30 tahun post SCTP + insersi IUD post plasenta a/I KPD 8 jam + bekas SC H.I

Lahir bayi laki-laki BBL 3800 g, PBL 48 cm, AS 7– 9

Sikap:

- Aff infus, kateter

- Cefadroxil 3 x 500 mg

15

Page 16: Lapkas KPD

- Metronidazol 2 x 500 mg

- SF 2 x 1 tablet

- Rawat luka

- Mobilisasi bertahap

- ASI on demand

28 April 2015

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup Kes: CM

Status Praesens:

T: 110/80 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,5 0C

Status Puerperalis:

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Luka tertutup kasa Betadine, peristaltik (+).

TFU: 2 jari di bawah pusat; Kontraksi uterus baik.

Diagnosis:

P2A0 30 tahun post SCTP + insersi IUD post plasenta a/I KPD 8 jam + bekas SC H.II

Lahir bayi laki-laki BBL 3800 g, PBL 48 cm, AS 7 – 9

Sikap:

- Cefadroxil 3 x 500 mg

- Metronidazol 2 x 500 mg

- SF 2 x 1 tablet

16

Page 17: Lapkas KPD

- Rawat luka

- Mobilisasi bertahap

- ASI on demand

29 April 2015

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 110/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,3 0C

Status Puerperalis:

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Luka operasi terawat

TFU: 2 jari di bawah pusat; Kontraksi uterus baik.

BAB (-), BAK(+)

Diagnosis:

P2A0 30 tahun post SCTP + insersi IUD post plasenta a/I KPD 8 jam + bekas SC H.III

Lahir bayi laki-laki BBL 3800 g, PBL 48 cm, AS 7 – 9

Sikap:

- Cefadroxil 3 x 500 mg

- Metronidazol 2 x 500 mg

- SF 2 x 1 tablet

- Rawat luka

17

Page 18: Lapkas KPD

- Mobilisasi bertahap

- ASI on demand

30 April 2015

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup Kes: CM

Status Praesens

T: 110/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 22 x/mnt; SB: 36,2 0C

Status Puerperalis:

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Luka operasi terawat

TFU: 2 jari di bawah pusat, Kontraksi uterus baik.

BAB (-) / BAK (+)

Diagnosis:

P2A0 30 tahun post SCTP + insersi IUD post plasenta a/i KPD 8 jam + bekas SC H.IV

Lahir bayi laki-laki BBL 3800 g, PBL 48 cm, AS 7 – 9

Sikap:

- ASI “on demand”

- Makan biasa

- Obat oral diteruskan.

- Rawat luka operasi

- Rencana pulang

18

Page 19: Lapkas KPD

BAB 3

DISKUSI

Penderita ini didiagnosis dengan: P2A0 30 tahun post SCTP + insersi IUD post

plasenta a/i KPD 8 jam + bekas SC

Lahir bayi laki-laki BBL 3800 g, PBL 48 cm, AS 7 – 9

Permasalahan pada kasus ini adalah ketuban pecah sebelum

waktunya/ketuban pecah dini (KPD) 8 jam, bekas SC, dan TBBA > 3500gr (bayi

besar). Ketuban pecah sebelum waktunya adalah robeknya selaput chorioamnion

dalam kehamilan atau pada persalinan fase laten. Keluar cairan jernih dari vagina

merupakan salah satu kriteria diagnosis dari KPD. Kriteria diagnosis lainnya yaitu

pada pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan dari ostium uteri eksternum.

Penting juga untuk dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan leukosit

darah, bila > 15000/mm3, mungkin ada infeksi. USG pun membantu dalam

menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta, gradasi plasenta

seta jumlah air ketuban. Yang perlu diperhatikan yaitu menilai BJA dengan stetoskop

Laennec atau dengan fetal phone atau dengan CTG. Bila ada infeksi intrauterine atau

peningkatan suhu, BJA akan meningkat. Permasalahan KPD belum membutuhkan

konsultasi. Hanya saja sebaiknya seorang dokter segera melakukan pengelolaan

19

Page 20: Lapkas KPD

konservatif dan aktif demi mengurangi risiko penyulit berupa infeksi, sepsis, bahkan

sampai kepada kematian janin, karena infeksi atau prematuritas.7

Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu seksio sesarea. Hal ini sesuai dengan

kepustakaan yang menyebutkan bahwa indikasi dilakukannya section cesarea yaitu

ruptur uteri. Kausa tersering ruptur uteri adalah terpisahnya jaringan parut bekas

sectio cesarea sebelumnya. Selain itu, ruptura uteri juga dapat disebabkan trauma atau

operasi traumatik, serta stimulus berlebihan. Namun kejadiannya relatif lebih kecil.

Riwayat sectio cesarea juga merupakan indikasi dilakukannya SC ulangan.

Sectio cesarean ulangan adalah persalinan dengan sectio cesarean yang dilakukan

pada seorang pasien yang pernah mengalami sectio cesarea pada persalinan

sebelumnya, elektif maupun emergency. Hal ini perlu dilakukan jika ditemui hal-hal

seperti indikasi menetap pada persalinan sebelumnya seperti kasus panggul sempit

dan adanya kekhawatiran ruptura uteri pada bekas operasi sebelumnya.

Indikasi lain dilakukannya sectio cesarea pada kasus ini yaitu ukuran janin.

Berat bayi lahir >3500gr menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Bayi yang

lahir dengan ukuran besar dapat mengalami kemungkinan komplikasi persalinan 4

kali lebih besar daripada bayi dengan ukuran normal.

Pada pasien ini dilakukan operasi Sectio Cesarea Transperitoneal Profunda

atas indikasi KPD, bekas SC, dan TBBA >3500 gr.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang bisa terjadi pascaoperasi adalah infeksi puerperal,

perdarahan, kemungkinan ruptura uteri atau terbukanya jahitan pada uterus karena

operasi sebelumnya, dan komplikasi lain seperti luka kandung kencing, emboli dan

20

Page 21: Lapkas KPD

lain-lain. Keadaan ibu post operasi baik dan selama di follow up di ruangan tidak

ditemukan keluhan yang mengarah pada komplikasi pasca operasi.

Demikian juga pada bayi tidak ditemukan komplikasi, sejak lahir sampai

dipulangkan dalam keadaan baik.

Menurut statistik di negara-negara dengan perawatan antenatal dan intranatal

yang baik, kematian perinatal pasca seksio sesarea berkisar antara 4 – 7%.2

PROGNOSIS

Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan

darah yang cukup, pelaksanaan sectio cesarea sekarang jauh lebih aman daripada

dahulu. Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang

kompeten < 2/ 1.000. factor-faktor yang mempengaruhi morbiditas pembedahan

adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi pembedahan dan lamanya

persalinan berlangsung.

Anak yang dilahirkan dengan sectio cesarea, angka morbiditas dan

mortalitasnya tergantung pada keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio

cesarea. Menurut statistik, di Negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik,

angka kematian perinatal sekitar 4-7%

21

Page 22: Lapkas KPD

BAB 4

KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan

Pada kasus ini dilakukan SCTP atas indikasi KPD 8 jam, bekas SC, dan bayi besar.

Hal ini untuk mencegah risiko infeksi dan juga mencegah terjadinya ruptur uteri

karena ada riwayat seksio sebelumnya.

Saran

Perlu dilakukan peningkatan kepekaan tenaga medis dalam melakukan tata laksana

kehamilan untuk mencegah terjadinya kesalahan dan komplikasi dalam persalinan.

Tenaga medis harus lebih teliti lagi dalam memeriksa kehamilan agar hasil

pemeriksaan lebih akurat, dan bila terdeteksi adanya penyulit akan dibuat rencana

penanganan yang sesuai.

22

Page 23: Lapkas KPD

KEPUSTAKAAN

1. Husodo L. Pembedahan dengan Laparotomi. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin

AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; 2000. hal: 863 – 75.

2. Wiknosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Bedah Kebidanan.

Seksio Sesarea. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2000.

hal: 133 – 41.

3. Mochtar R. Seksio Sesarea. Dalam: Lutan G, editor. Sinopsis Obstetri Jilid II.

Jakarta: EGC; 1998. hal: 117 – 33.

4. Staf Bagian Obstetri & Ginekologi FK UNPAD. Obstetri Operatif. Sectio

Caesaria.Bandung: Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Padjajaran.

hal:138-50.

5. Staf Bagian Obstetri & Ginekologi FK UNDIP. Ilmu Fantom Bedah Obstetri.

Letak Sungsang. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro . hal: 64-8.

6. Sehdev HM. Cesarean Delivery. 2002 [cited 2015 May 17]; 1(1); [10 screens].

Available from URL: http://www.emedicine.com

7. Jones DL. Dalam : Hadyanto, alih bahasa. Dasar-dasar obstetri dan ginekologi.

Kelainan presentasi janin. Jakarta: EGC; 2002. hal. 151-62.

23

Page 24: Lapkas KPD

8. Staf Bagian Obstetri & Ginekologi FK UnDip. Ilmu Fantom Bedah Obstetri.

Letak Sungsang. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro . hal: 46 – 53

9. Wijayanegara H, Suardi A, Wirakusumah FF, Permadi W, editor. Pedoman

Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin.

Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD RSUP Dr. Hasan

Sadikin; 1998. hal:28.

10. Cunning FG, Gant MF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hant JC, Wenstrom KD.

Williams Obstetrics. 21-th ed. Cesarean Delivery and Postpartum Hysterectomy.

New York: McGraw-Hill; 2001. p. 537 – 63.

11. Saifuddin AB, Affandi B, Lu ER, editor. Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kontrasepsi. Suntikan Kombinasi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 2003. hal: MK 33 – 9.

24