laporan absisi fix print
DESCRIPTION
fisiologi tumbuhanTRANSCRIPT
LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN
“Pengaruh Perendaman Biji dalam Air terhadap
Perkecambahan Biji Sawi (Brassica chinensis)”
Oleh
VIKI SAFITRI
PENDIDIKAN BIOLOGI U 2013
NIM 13030204059
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2015
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkecambahan dapat diartikan sebagai proses pengaktifan
kembali aktifitas pertumbuhan sumbu embrio (embryonic axis) di
dalam biji yang berhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling).
Pada embrio yang sangat muda sel-selnya hampir sama bentuk dan
ukuran belum terdiferensisasi. Sel-sel ini membelah berulang-ulang
kemudian mengalami pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi
beberapa waktu, akhirnya akan kelihatan organ-organ permulaan yang
belum sempurna seperti akar, batang dan daun (Firdaus, dkk. 2006).
Perkecambahan biji tidak hanya dipengaruhi oleh suhu, tapi juga
(bergantung pada spesies) dipengaruhi oleh cahaya, pemecahan kulit
biji agar radikula dapat menerobos keluar dan oksigen dan/atau air
dapat masuk, penghilangan zat penghambat kimiawi, dan pematangan
embrio (Salisbury. 1995).
Dari praktikum yang dilakukan oleh (Vivi, 2012) menyimpulkan
bahwa terdapat pengaruh lama perendaman biji kacang hijau terhadap
kecepatan perkecambahan. Air berfungsi untuk melunakkan kulit biji
sehingga semakin lama perendaman, maka semakin banyak air yang
terserap ke dalam biji dan semakin cepat pula perkecambahan yang
terjadi. Dari hasil praktikum tersebut, kami akan melakukan suatu
percobaan yang berjudul “Bagaimana Pengaruh Lama Perendaman Biji
dalam Air terhadap Perkecambahan Biji Sawi (Brassica chinensis)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut : Bagaimana pengaruh lama (waktu) perendaman biji
dalam air terhadap perkecambahan biji sawi (Brassica chinensis).
1.3 Tujuan
2
Tujuan praktikum ini adalah untuk mendiskripsikan pengaruh
lama (waktu) perendaman terhadap perkecambahan biji sawi (Brassica
chinensis).
BAB II
3
KAJIAN TEORI
2.1 Mekanisme Imbibisi
Imbibisi merupakan salah satu proses difusi yang terjadi pada
tanaman. Imbibisi merupakan masuknya air pada ruang interseluler
dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Proses imbibisi tidak
melibatkan membrane seperti pada peristiwa osmosis. Imbibisi terjadi
karena permukaan-permukaan struktur mikroskopik dalam sel
tumbuhan, seperti selulosa, butir pati, protein, dan bahan lainnya yang
dapat menarik dan memegang molekul-molekul air dengan gaya tarik
antarmolekul. Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu
proses penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding
sel, sehingga dinding selnya akan mengembang. Misalnya masuknya
air pada biji saat berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam
air beberapa jam. Perbedaan antara osmosis dan imbibisi yaitu pada
imbibisi terdapat adsorban. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk
terjadinya imbibisi adalah adanya gradient potensial air antara
permukaan adsorban dengan senyawa yang diimbibisi dan adanya
afinitas antara komponen adsorban dengan senyawa yang diimbibisi
(Agus, 2010).
Imbibisi merupakan peristiwa migrasi molekul-molekul air ke
suatu zat lain yang mempunyai pori-pori cukup besar sehingga mampu
melewatkan molekul-molekul air, kemudian molekul air tersebut
menetap di dalam zat tersebut. Air memegang peranan yang
terpenting dalam proses perkecambahan biji karena merupakan salah
satu faktor untuk berlangsungnya proses perkecambahan. Proses
imbibisi air oleh benih sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia benih,
permeabilitas benih dan jumlah air yang tersedia, baik air dalam
bentuk cairan maupun uap air disekitar benih (Dwidjoseputro, 1991).
4
2.2 Fungsi Air dan Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan
Menurut Salisbury dan Ross (1992), fungsi air dalam
perkecambahan adalah sebagai berikut:
1. Melunakkan kulit biji embrio dan endosperm mengembang
sehingga kulit biji robek.
2. Memfasilitasi masuknya O2 ke dalam biji, gas masuk secara difusi
sehingga suplai O2 pada sel hidup meningkat dan pernafasan aktif.
3. Alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon.
Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan perkecambahan antara lain :
a. Konsentrasi air
Bertambah besar perbedaan tekanan difusi antara cairan luar dan
dalam biji, bertambah cepat penyerapan air oleh biji.
b. Tekanan hidrostatik
Masuknya air ke dalam biji menimbulkan tekanan hidrostatik karena
meningkatnya volume air pada membran biji. Tekanan hidrostatik
menyebabkan meningkatnya tekanan difusi air. Hal ini
menyebabkan naiknya kecepatan difusi ke luar dan menurunnya
kecepatan penyerapan air oleh biji. Kecepatan penyerapan air
adalah berbanding terbalik dengan jumlah air yang diserap terlebih
dahulu oleh biji. Jadi kecepatan penyerapan pada permulaan tinggi
dan kemudian semakin lambat sejalan dengan naiknya tekanan
hidrostatik sampai tercapai keseimbangan.
c. Daya intermolekular
Daya ini merupakan tenaga listrik, apabila tenaga ini meningkat
akan menyebabkan menurunnya tekanan difusi air dan juga berarti
turunnya kecepatan penyerapan air.
d. Luas permukaan biji yang kontak dengan air
Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas
permukaan. Pada keadaan tertentu, bagian khusus pada biji dapat
menyerap air lebih cepat.
5
e. Suhu
Apabila air dipanaskan maka energi dipakai. Sebagian energi ini
dipakai untuk meningkatkan difusi air. Oleh sebab itu, apabila suhu
ditingkatkan maka kecepatan penyerapan juga naik sampai batas
tertentu, di mana tiap 100C suhu dinaikkan kecepatan penyerapan
kira – kira dua kali lipat pada waktu permulaan.
f. Spesies dan varietas
Berhubungan dengan faktor genetik yang menentukan susunan kulit
biji.
g. Umur
Berhubungan dengan lama penyimpanan yaitu semakin lama
disimpan maka akan semakin sulit untuk menyerap air.
h. Tingkat kemasakan
Biji yang semakin masak maka kandungan airnya akan berkurang
sehingga kecepatan penyerapan airnya meningkat.
i. Komposisi kimia
Biji yang mengandung protein tinggi menyerap air lebih cepat
sampai tingkat tertentu daripada biji dengan kadar karbohidrat
tinggi. Biji dengan kadar minyak tinggi tetapi kadar proteinnya
rendah, kecepatan serapnya sama dengan biji berkadar karbohidrat
tinggi.
2.3 Hormon yang Berperan dalam Perkecambahan
Senyawa organik yang disintesis secara endogen dan sangat
berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan adalah
hormon. Salah satu hormon yang berperan dalam proses
perkecambahan adalah hormon giberilin.
Giberelin merupakan hormon yang berfungsi sinergis (bekerja
sama) dengan hormone auksin. Giberelin berpengaruh terhadap
perkembangan dan perkecambahan embrio. Giberelin akan
merangsang pembentukan enzim amylase. Enzim tersebut berperan
memecah senyawa amilum yang terdapat pada endosperm (cadangan
6
makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa merupakan sumber
energi pertumbuhan. Apabila giberelin diberikan pada tumbuhan
kerdil, tumbuhan akan tumbuh normal kembali.
Giberelin juga berfungsi dalam proses pembentukan biji, yaitu
merangsang pembentukan serbuk sari (polen), memperbesar ukuran
buah, merangsang pembentukan bunga, dan mengakhiri masa
dormansi biji. Giberelin dengan konsentrasi rendah tidak merangsang
pembentukan akar, tetapi pada konsentrasi tinggi akan merangsang
pembentukan akar.
Selain itu, juga terdapat hormon yang mengatur tentang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Misalkan auksin dan
sitokinin :
1. Auksin
Hormon ini ditemukan pertama kali oleh Went di bagian
pucuk tumbuhan yang sedang tumbuh. Hormon ini disintesis di
meristem apikal ujung batang kemudian disebarkan ke seluruh
bagian tubuh tumbuhan dengan gerakan terpolarisasi ke satu
arah. Di alam dijumpai beberapa macam auksin, yaitu IAA, 4-
kloro IAA (terdapat pada biji kacang- kacangan muda), asam fenil
asetat (PAA), dan asam indol butirat (IBA). Sementara auksin
yang disintesis adalah NAA, 2, 4D, dan MCPA (asam 2-metil-4-
klorofenoksiasetat). Auksin mempengaruhi pemanjangan sel
yang kemudian diikuti oleh tekanan turgor di dalam sel untuk
memperkuat dinding sel. Auksin berfungsi sebagai:
1) Mempengaruhi pembentukan akar lateral dan adventif
2) Memacu berbagai jenis sel tumbuhan untuk menghasilkan
etilen
3) Mempengaruhi pertumbuhan kuncup samping
4) Menyebabkan batang tumbuhan membengkok karena
distribusi auksin yang tidak merata pada batang sehingga
menyebabkan pemanjangan sel yang tidak sama
7
5) Menginduksi pembelahan kambium vaskuler, dan
6) Memacu perkembangan bunga dan buah
Pada tahap reproduksi, IAA terdapat di dalam polen, buah,
biji, atau organ- organ lain. Auksin sintesis 2,4 D merupakan
herbisida untuk memberantas gulma. Dalam konsentrasi rendah
2,4 D berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh, tetapi dalam
konsentrasi tinggi sebagai racun. IAA bertanggung jawab
terhadap dominasi apikal, yaitu pola pertumbuhan dimana ujung
pucuk batang mencegah tumbuhnya tunas aksiler.
2. Sitokinin
Sitokinin merupakan senyawa yang berasal dari suatu
senyawa yang mengandung nitrogen, yaitu adenin. Hormon ini
ditemukan oleh Overbeek di dalam air kelapa. Dalam
penelitiannya, hormon ini berperan dalam memacu pembelahan
sel (sitokinesis). Hormon ini terdapat pada organ yang muda,
disintesis di akar, dan diangkut ke atas melalui xilem. Sitokinin
berfungsi dalam:
1) Memacu perkembangan kloroplas dan sintesis klorofil
2) Membantu pembesaran sel- sel kotiledon dan daun dikotil
3) Memacu perkembangan kuncup samping, dan
4) Memacu pembelahan sel dan pembentukan tunas pucuk
2.4 Hipotesis
HA : Ada pengaruh lama perendaman (waktu) terhadap kecepatan
perkecambahan pada biji sawi (Brassica chinensis).
H0 : Tidak ada pengaruh lama perendaman (waktu) terhadap
kecepatan perkecambahan pada biji sawi (Brassica chinensis).
8
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental, karena karena yang
diselidiki adalah antar dua variabel, yaitu pengaruh lama perendaman
biji dalam air terhadap perkecambahan biji sawi (Brassica chinensis).
3.2 Waktu dan Tempat Percobaan
Hari/ tanggal : Sabtu-Kamis, 11-16 April 2015
Pukul : 15.00 – selesai
Tempat : Jalan Ketintang Wiyata no. 54, Gayung Sari,
Surabaya.
3.3 Variabel Percobaan
1. Variabel manipulasi :lama waktu perendaman
2. Variabel kontrol :suhu, intensitas cahaya, volume dan waktu
penyiraman air, wadah, jenis biji.
3. Variabel respon :waktu perkecambahan
3.4 Alat dan Bahan
Alat :
1. Nampan
2. Kapas
3. Stopwatch
Bahan :
1. Biji Sawi Brassica chinensis)
2. Air suling
3.5 Langkah Kerja
1. Merendam biji sawi Brassica chinensis) selama 4 jam, 3 jam, 2 jam,
1 jam dan tanpa direndam masing-masing 50 biji.
9
2. Menanam pada waktu bersamaan pada nampan kecil yang sudah
dialasi dengan kapas basah.
3. Mengamati jumlah biji yang berkecambah setiap hari selama 10
hari.
4. Hari pertama dihitung saat penanaman biji pada media.
5. Membuat tabel persentase perkecambahan dan indeks percepatan
dari hasil pengamatan
3.6 Rancangan Percobaan
50 biji sawi
Tanpa direndam
50 biji sawi
direndam 1 jam
50 biji sawi
direndam 2 jam
50 biji sawi
direndam 3 jam
50 biji saw
direndam 4 jam
BAB IV
10
Ditumbuhkan pada media kapas
Ditumbuhkan pada media kapas
Ditumbuhkan pada media
Ditumbuhkan pada media kapas
Ditumbuhkan pada media kapas
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Pengaruh lama perendaman terhadap jumlah biji sawi
(Brassica chinensis) yang berkecambah
Lama
Perendam
an
Hari ke- Persentase
Perkecambah
an
IKP1 2 3 4 5 6 7 8
0 jam 2 13 16 4 0 2 9 4 5050x100%
= 100 %
16.24
1 jam 10 19 11 3 4 3 - - 25.22
2 jam 18 7 16 5 4 - - - 28.88
3 jam 27 6 13 2 2 - - - 35.23
4 jam 30 7 12 1 - - - - 40
Grafik 1. Pengaruh lama perendaman biji sawi (Brassica chinensis)
terhadap Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP).
4.2 Analisis
11
0 1 2 3 40
5
10
15
20
25
30
35
40
45
16.94
25.2228.88
35.23
40
(x)Lama Perendaman
Hari Ke-
(y)Indeks Kecepatan
Perkecambahan (IKP)
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, terdapat lima
perlakuan berbeda yaitu perendaman selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1
jam dan 0 jam. Ternyata memberikan hasil yang berbeda-beda.
Kecambah yang direndam dengan waktu yang singkat memiliki Indeks
Kecepatan Perkecambahan (IKP) yang lebih rendah apabila
dibandingkan dengan kecambah yang direndam dengan waktu yang
lama. Dapat dilihat pada tabel 1 dan grafik 1, bahwa kecambah yang
direndam selama 4 jam lebih cepat berkecambah dibandingkan
dengan biji sawi (Brassica chinensis) yang direndam selama 3, 2, 1,
atau 0 jam.
4.3 Pembahasan
Hasil analisis data yang diperoleh menjelaskan bahwa kecambah
yang direndam selama 4 jam lebih cepat berkecambah apabila
dibandingkan dengan biji sawi (Brassica chinensis) yang direndam
selama 3, 2, 1, atau 0 jam. Hal ini disebabkan karena air yang masuk
ke dalam biji secara imbibisi memiliki peran penting. Menurut Salisbury
dan Ross (1992), fungsi air dalam perkecambahan adalah untuk
melunakkan kulit biji embrio dan endosperm mengembang sehingga
kulit biji robek, memfasilitasi masuknya O2 ke dalam biji, gas masuk
secara difusi sehingga suplai O2 pada sel hidup meningkat dan
pernafasan aktif serta sebagai alat transport larutan makanan dari
endosperm atau kotiledon.
Air yang masuk ke dalam biji akan mengaktifkan GA3 (Giberilin
Acid) yang akan memacu terjadinya proses transkripsi dan translasi
yang nantinya akan menghasilkan asam amino yang berfungsi untuk
membentuk enzim dan struktur sel yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan. Oleh karena itu, semakin lama
perendaman, maka akan semakin cepat dan banyak air yang masuk ke
dalam biji tersebut dan semakin cepat pula biji tersebut berkecambah.
Hal ini sesuai dengan dasar teori yang menjelaskan bahwa hormone
12
giberilin berfungsi untuk perkembangan daperkecambahan embrio.
Giberelin akan merangsang pembentukan enzim amylase. Enzim
tersebut berperan memecah senyawa amilum yang terdapat pada
endosperm (cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa
merupakan sumber energi pertumbuhan. Apabila giberelin diberikan
pada tumbuhan kerdil, tumbuhan akan tumbuh normal kembali.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Ada pengaruh lama perendaman biji sawi (Brassica chinensis)
terhadap kecepatan perkecambahan. Semakin lama waktu
perendaman, semakin cepat pula perkecambahan yang terjadi.
5.2 Saran
Pada praktikum ini sebaiknya memilih biji yang mudah tumbuh,
agar lebih mengefisien waktu. Selain itu, harus selalu dikontrol setiap
hari keadaan lima wadah tersebut agar tidak ditumbuhi oleh jamur.
DAFTAR PUSTAKA
14
Agus, 2010. www.agushome.blogspot.com/2010/07/peristiwa-imbibisi-pada-
biji.html. Diakses pada hari Rabu, 22 April 2015 pukul 14.00 WIB.
Dwidjoseputro, 1991. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta
Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat
Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.
Salisbury, FB., Ross, CW., 1992 . Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Penerbit ITB.
Bandung
15