laporan biokim revisi
TRANSCRIPT
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 1/18
ACARA III
LIPIDA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Lipid merupakan suatu golongan senyawa organik yang meliputi
sejumlah senyawa yang dapat ditemukan di alam yang semuanya dapat larut
dalam pelarut organik tetapi sukar larut atau tidak dapat larut dalam air.
Pelarut organik yang dimaksud adalah pelarut organik non polar, misalnya
benzene, pentane, dietil eter dan karbon tetraklorida. Dalam suatu larutan,
kepala yang bersifat polar dapat berasosiasi dengan air, sehingga membentuk
senyawa amfipatik ( memiliki dua kutub positif dan negatif ). Selain itu, lipida
dapat membentuk formasi satu lapis lipida (monolayers), dua lapis lipida
(bilayers), misel dan vesikula. Istilah "lipid" mengacu pada golongan senyawa
hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofob yang esensial dalam menyusun
struktur dan menjalankan fungsi sel hidup.
Asam lemak penyusun lipida ada dua macam yaitu asam lemak yang
jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam-asam lemak tidak jenuh berbeda
dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya, dan berbeda dengan asam lemak
jenuh dalam bentuk molekul keseluruhannya. Sebagian besar minyak nabati
berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh,
sedangkan lemak hewani pada umumnya berbentuk padat pada suhu kamar
karena banyak mengandung asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh bersifat
lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan
ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah
teroksidasi).Proses kerusakan lemak berlangsung sejak pengolahan sampai siap
dikonsumsi. Beberapa hal yang menyebabkan kerusakan lemak antara lain:
penyerapan bau, hidrolisis, oksidasi dan ketengikan (rancidity). Terjadinya
peristiwa ketengikan (rancidity) tidak hanya terbatas pada bahan pangan
berkadar lemak tinggi, tetapi juga dapat terjadi pada bahan pangan berkadar
lemak rendah. Ketengikan disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak
tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 2/18
radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat
reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-
logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam porfirin seperti hematin,
hemoglobin, mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase.
Lemak dan minyak tidak hanya sebagai bahan pangan yang langsung
dapat dimakan (mentega, margarin) atau sebagai penghantar panas dalam
memasak bahan pangan tetapi juga merupakan zat makanan yang penting
untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga
merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat
dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9,3 kkal,
sedangkan karbohidrat dan protein masing-masing hanya menghasilkan 4,1
kkal/gram dan 4,2 kkal/gram. Beberapa fungsi lemak dan minyak yang lain
sebagai bahan pembuat sabun, bahan pelumas (minyak jarak), obat-obatan
(minyak ikan), dan pengkilap cat.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara III Lipida ini antara lain :
a. Menguji kelarutan lemak dan terjadinya emulsi dalam suatu bahan.
b. Menguji ketidakjenuhan suatu larutan.
c. Menunjukkan adanya kolesterol dalam bahan yang diuji.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Biji wijen dapat diolah menjadi minyak, yang secara internasional
dikenal dengan istilah sesame oil. Minyak wijen memiliki warna coklat
gelap hingga coklat muda, aroma wangi yang tajam, serta rasa yang sangat
gurih. Minyak wijen umumnya digunakan sebagai minyak makan, yaituuntuk salad dressing, marinade, sup, hamburger, roti, kukis,cokelat, es
krim, serta anekahidangan panggang. Tingginya kadar asam lemak tidak
jenuh (omega-6 dan omega-9) pada minyak wijen dapat menurunkan
kolesterol, memperbaiki proses penglihatan dan sakit kepala
(Astawan, 2009).
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 3/18
Minyak kelapa sawit dan minyak yang sering digunakan oleh
masyarakat kita. Minyak tersebut mempunyai kandungan asam lemak tak
jenuh. Pemanasan dapat menyebabkan pemutusan pada ikatan rangkap yang
terdapat pada asam lemak tidak jenuh. Pemutusan dapat menyebabkan
penurunan ketidakjenuhan asam lemak dan menghasilkan berbagai jenis
ikatan kimia baru seperti alkohol, aldehid, asam dan hidrokarbon, serta asam
lemak jenuh dengan komposisi cis dan trans (Edwar dkk, 2011).
Walaupun VCO sudah diketahui perannya untuk kesehatan, namun
rasa minyak dan sedikit asam dari VCO menyebabkan cita rasa VCO kurang
disukai konsumen. Oleh karena itu, perlu pengolahan VCO menjadi produk
olahan yang dapat meningkatkan cita rasa, tanpa mengurangi peran
fungsionalnya. Salah satu upaya tersebut adalah pengolahan VCO dalam
bentuk emulsi (emulsi VCO). Pembuatan emulsi VCO dilakukan dengan
mencampurkan dua fase, yaitu fase minyak dan fase air. Hasil analisis profil
asam lemak emulsi VCO dan VCO murni menunjukkan bahwa kandungan
asam lanset sebagai komponen utama VCO masih tinggi, yaitu 47,14% pada
VCO murni dan 46,14% pada emulsi VCO. Hal tersebut menunjukkan
bahwa proses pengolahan VCO menjadi emulsi VCO hanya sedikit
berpengaruh terhadap penurunan kadar asam laurat (2,2%). Dengan
demikian, hasil dari emulsi VCO diharapkan akan sama dengan VCO murni
(Fatimah, 2011).
Minyak jelantah adalah minyak yang dihasilkan dari sisa
penggorengan, baik dari minyak kelapa maupun minyak sawit. Minyak
jelantah dapat menyebabkan minyak berasap atau berbusa pada saat
penggorengan, meninggalkan warna cokelat, serta flavor yang tidak disukaidari makanan yang digoreng. Dengan meningkatnya produksi dan konsumsi
minyak goreng, ketersediaan minyak jelatah kian hari kian melimpah
(Hambali dkk, 2008).
VCO (Virgin Coconut Oil) atau minyak kelapa murni yang
berkualitas tidak mudah tengik karena kandungan asam lemak jenuhnya
tinggi sehingga proses oksidasi tidak mudah terjadi. Akan tetapi bila
kualitas VCO rendah, ketengikan akan terjadi lebih awal. Hal ini disebabkan
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 4/18
oleh pengaruh oksigen, keberadaan air, dan mikroba yang akan mengurai
kandungan lemak yang berada di dalam VCO. Secara fisik, VCO harus
berwarna jernih yang menandakan bahwa di dalamnya tidak tercampur oleh
bahan dan kotoran lain. Apabila di dalam VCO masih terdapat kandungan
air, biasanya akan ada gumpalan berwarna putih. Gumpalan tersebut
kemungkinan juga merupakan komponen blondo dari protein yang tidak
tersaring semuanya. Tercampurnya komponen seperti ini secara langsung
akan berpengaruh terhadap kualitas VCO (Rahayu, 2006).
Margarin adalah produk yang mengandung lemak jenuh. Margarin
dibuat dari minyak nabati atau campuran minyak nabati dan hewani. Karena
berbagai alasan lemak untuk margarin diganti dengan minyak nabati. akan
tetapi, minyak nabati ini harus terlebih dahulu diubah menjadi lemak padat
melaui proses hidrogenasi parsial untuk mengubah lemak tak jenuh yang
biasa berbentuk cair menjadi lemak jenuh yang menaikkan titik leleh dan
berbentuk setengah padat (Silalahi, 2010).
Asam lemak terbagi dua yaitu asam lemak jenuh dan tak jenuh.
Dalam bahan pangan, asam lemak jenuh yang paling banyak ditemukan
adalah asam palmitat, yaitu 15% - 50% dari seluruh asam lemak yang ada,
sedangkan asam stearat paling banyak pada lemak atau minyak dari biji-
bijian. Asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh yang paling banyak
dijumpai pada makanan. Sepertiga lemak daging ayam adalah asam oleat.
Margarine merupakan bahan makanan dengan kandungan asam oleat yang
tinggi, sekitar 47% total kandungan lemaknya adalah asam oleat
(Fanani, 2009).
2. Tinjauan Teori
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil
eter (C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya,
lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena
lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut.
Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang sama
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 5/18
polaritasnya dengan zat terlarut. Tetapi polaritas bahan dapat berubah
karena adanya proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH
berada dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya
sehingga mudah larut serta dapat diekstraksi dengan air. Ekstraksi asam
lemak yang terionisasi ini dapat dinetralkan kembali dengan menambahkan
asam sulfat encer (10 N) sehingga kembali menjadi tidak terionisasi dan
kembali mudah diekstraksi dengan pelarut non-polar. Lemak dan minyak
merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester
dari gliserol” . Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester .
Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol.
Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai
hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang (Anonim1, 2002).
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang
merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem
ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air
yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak
sebagai fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi
dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah
koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besardan akhirnya
menjadi suatu fase tunggal yang memisah. Emulsi merupakan preparat
farmasi yang terdiri 2 atau lebih zat cair yang sebetulnya tdk dapat
bercampur (immicible) biasanya air dengan minyak lemak. Salah satu dari
zat cair tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair
yang lain distabilkan dengan zat pengemulsi ( Anonim
2
, 2008 ).Kolesterol bertentangan dengan citra populer sebagai musuh
potensial kesehatan dan umur panjang, yang sebenarnya merupakan zat
penting yang melakukan fungsi penting dalam tubuh yang tak terhitung
jumlahnya. Kolesterol diperlukan untuk sintesis asam empedu, yang penting
untuk penyerapan lemak, dan hormon seperti testosteron, estrogen,
dihydroepiandrosterone, kortisol, progesteron, dan. Bersama dengan
paparan sinar matahari, kolesterol dibutuhkan untuk memproduksi vitamin
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 6/18
D. Kolesterol merupakan elemen penting dari membran sel, di mana ia
memberikan dukungan struktural dan bahkan dapat berfungsi sebagai
antioksidan pelindung. Hal ini penting untuk melakukan impuls saraf,
terutama pada tingkat sinaps. Karena kolesterol yang larut dalam air, itu
harus diangkut dalam lipoprotein. Berbagai jenis lipoprotein, tapi dua yang
paling melimpah adalah low-density lipoprotein (LDL) dan high-density
lipoprotein (HDL) (Colpo, 2005).
Triterpenoid adalah senyawa berstruktur siklik yang nisbi rumit,
terdiri dari 20 jenis kerangka yang tergantung pada kecenderungan skualena
dengan keenam ikatan rangkapnya dalam melakukan multisiklisasi.
Kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Merupakan
senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi
dan optis aktif, umumnya sukar dicirikan karena tidak ada kereaktifan
kimianya. Uji yang banyak dilakukan adalah reaksi Liebermann- Burchard
(Asetat Anhidrat-H2S04 p) yang dengan kebanyakan triterpenoid
memberikan warna merah-ungu (Djunaidi, 2004).
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil
eter (C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena danhidrokarbon lainnya,
lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena
lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut
(Herlina dan Hendra, 2002)
Emulsi merupakan dispersi tetes-tetes kecil satu cairan tak larut
dalam cairan lain. Kedua cairan itu disebut fasa terdispersi dan fasakontinyu. Fasa terdispersinya tetes-tetes tadi, fasa kontinyunya ialah yang
menampung tetes-tetes tersebut. terdapat dua jenis utama emulsi : minyak
dalam air (oil-in-water, o/w) misalnya susu, mayonaise, es krim, dan air
dalam minyak (w/o) misalnya mentega dan margarin
(Hartono dan Widiatmoko, 1993).
Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam
lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 7/18
tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa
asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble. Dari hasil uji
ketidakjenuhan, asam oleat menunjukkan hasil negatif, yaitu bahwa ia
mempunya uikatan rangkap pada molekulnya, sedangkan bahan lain yang
diujikan menunjukkan hasil positif, yaitu tidak adanya ikatan rangkap pada
molekulnya (Tamsiang, 2010).
C. Metodologi
1. Alat
a. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Pipet ukur
d. Propipet
2. Bahan
a. Kloroform
b. Eter
c. Aquades
d. Larutan Na2CO3 1%
e. Minyak Kelapa
f. Minyak Wijen
g. Asam Palmitat
h. Asam Stearat
i. Asam Oleat
j. Pereaksi Hubl Iod
k. Minyak Jelantah
l. Margarin
m. Asam Glasial
n. Asam Sulfat Pekat
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 8/18
3. Cara Kerja
a. Percobaan 1 : Kelarutan Lemak dan Terjadinya Emulsi
b. Percobaan 2 : Uji Ketidakjenuhan
Ditambah larutan bersangkutan tetes demi tetes bila warna merah muda
belum hilang.
5 tabung reaksi yang bersih disiapkan.
4 tabung reaksi diletakkan di rak dan diisi masing-masing tabung
dengan 2 ml : chloroform pada tabung 1, eter pada tabung 2, aquadespada tabung 3, dan larutan Na2CO3 1% pada tabung 4.
Pada tiap tabung ditambahkan setetes minyak kelapa murni/minyak
wijen, mulut tabung ditutup dengan ibu jari dan dihomogenkan,
kemudian dibiarkan dalam rak selama 5 menit.
Dihomogenkan, dibiarkan 5 menit, diamati, dan dibandingkanperubahan warnanya.
Diamati yang terjadi pada tiap tabung.
10 ml kloroform dicampur dengan 10 tetes pereaksi Hubl Iod (larutan
Iod dalam alkohol yang mengandung sedikit HgCl2).
Isinya dituangkan ke dalam 5 tabung pereaksi.
Kedalam masing-masing tabung tersebut ditambahkan larutan-larutan
seperti : 1 tetes minyak sawit pada tabung 1, 1 tetes minyak wijen pada
tabung 2, 1 tetes asam palmitat pada tabung 3, 1 tetes asam stearat pada
tabung 4, dan 1 tetes asam oleat pada tabung 5.
Dicatat beberapa tetes minyak yang diperlukan untuk menghilangkan
warna.
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 9/18
c. Percobaan 3 : Reaksi Liebermann-Burchard (L.B test untuk kolesterol)
3
Lipida (minyak) 3 tetes dilarutkan dalam 2 ml chloroform ke dalam
tabung reaksi yang bersih dan kering.
Ditambahkan 10 tetes asam asetat glasial dan 3 tetes asam sulfat pekat.
Larutan akan menjadi merah kemudian biru dan hijau yang
menunjukkan adanya kolesterol dalam bahan yang diuji.
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 10/18
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 3.1 Kelarutan Lemak dan Terjadinya Emulsi
abung Kel Larutan Bahan Perubahan Warna Endapan Emulsi
Sebelum Setelah
I
1
Kloroform
1 tetes
minyak
kelapa
sawit
Bening Bening Tidak
ada
Ada
2 Bening Bening Tidak
ada
Ada
7 Bening Bening Tidak
ada
Ada
11 Bening Bening Tidak
ada
Ada
II
2
Eter1 tetesminyak
kelapa
sawit
Bening Bening Tidak
ada
Ada
3 Bening Bening Tidak ada
Ada
8 Bening Bening Tidak
ada
Ada
12 Bening Bening Tidak
ada
Ada
III
3
Aquades 1 tetes
minyak
kelapasawit
Bening Agak
keruh
Tidak
ada
Tidak
ada
4 Bening Sedikit
keruh
Tidak
ada
Ada
7 Beningkeruh Beningada
lapisan
Tidak ada Tidak ada
9
Bening Sedikit
keruh ada
lapiasan
Tidak
ada
Tidak
ada
IV
4
Larutan
Na2CO3
1%
1 tetes
minyak
kelapa
sawit
Bening Putih
keruh
Tidak
ada
Ada
5 Bening Sedikit
keruh
Tidak
ada
Ada
8 Bening Keruh Tidak
ada
Tidak
ada10 Bening Keruh Tidak
ada
Tidak
ada
Sumber : Laporan Sementara
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 11/18
Pembahasan
Uji kelarutan lemak dan terjadinya emulsi adalah untuk mengetahui
ada atau tidaknya endapan dan ada emulsi (larut) atau tidaknya bahan dalam
suatu larutan, selain itu uji ini juga untuk mengetahui sampel larutan yang
digunakan termasuk larutan polar atau nonpolar. Emulsi merupakan sistem dua
fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam
bentuk tetesan kecil. Minyak tidak dapat larut dalam air namun larut dalam
pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak
dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak
mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut (Herlina dan Hendra,
2002). Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan kloroform,
eter, aquades, dan larutan Na2CO3 1%. Bahan yang digunakan adalah minyak
kelapa sawit.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada tabung I (larutan
kloroform) dan tabung II (larutan eter) tidak terdapat endapan dan terdapat
emulsi (larut) ketika ditetesi dan dihomogenkan dengan minyak kelapa sawit.
Hal ini menunjukkan jika larutan kloroform dan eter termasuk larutan
nonpolar, sebab kloroform dan eter dapat melarutkan asam lemak yang
terdapat dalam minyak kelapa sawit. Sedangkan pada tabung III (aquades)
tidak terdapat endapan dan setelah homogenisasi berwarna keruh dan terdapat
lapisan minyak diatasnya sehingga tidak terjadi emulsi (tidak larut). Hal ini
menunjukkan jika aquades termasuk larutan polar, sebab tidak dapat
melarutkan minyak. Dari pengujian ini didapatkan bahwa minyak larut
sempurna dalam kloroform dan didalam air minyak membentuk dua fase.Minyak dapat terlarut sempurna di kloroform disebabkan karena kloroform
mempunyai sifat non polar sehingga mampu menyatu (melarutkan) minyak,
yang juga memiliki sifat non polar. Sedangkan air memiliki sifat polar
sehingga tidak dapat menyatu (melarutkan) minyak yang mempunyai sifat non
polar, yang mengakibatkan terbentuknya dua fase, yaitu fase atas merupakan
fase minyak dan fase bawah merupakan fase air. Minyak terdapat difase atas
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 12/18
karena berat jenis minyak lebih ringan dibanding berat jenis air yaitu 0,906 g/L
dibandingkan dengan berat jenis air 1 g/L.
Pada tabung IV (Larutan Na2CO3 1%) terdapat perbedaaan hasil
antara kelompok 4 dan 5 dengan kelompok 8 dan 10, akan tetapi hasil yang
sesuai yaitu pada larutan Na2CO3 1% tidak terdapat endapan dan setelah
homogenisasi berwarna keruh dan terdapat lapisan minyak diatasnya sehingga
tidak terjadi emulsi (tidak larut). Na2CO3 pada tabung keempat tidak larut
dalam minyak karena sifatnya yang polar. Hal tersebut menandakan bahwa
telah terjadi peristiwa emulsifikasi. Natrium karbonat (Na2CO3) dapat
digunakan untuk netralisasi (suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas
dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan
basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun). Alkali dan asam encer
dapat mengubah asam lemak menjadi sabun yang berupa garam asam lemak.
Selain bergantung pada kepolaran pelarut, kelarutan lipid juga bergantung pada
panjang rantai hidrokarbon yang dikandungnya. Semakin panjang rantai,
kelarutannya akan semakin berkurang. Adanya penyimpangan yang terjadi
mungkin dikarenakan keadaan alat yang digunakan belum benar-benar bersih,
kemungkinan masih terdapat kandungan larutan eter atau kloroform sehingga
dari uji kelompok 4 dan 5 terjadi emulsi.
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 13/18
Tabel 3.2 Uji Ketidakjenuhan
Tabung Kel Larutan Jumlah Iodine
I 5 1 tetes Minyak kelapa
sawit +10 ml kloroform+
10 tetes Hubl iodine
Tidak perlu tambahan
(sudah bening)
6 Tidak perlu tambahan
(sudah bening)
8 2 tetes (sudah bening)
9 2 tetes (sudah bening)
II 6 1 tetes Minyak wijen + 10
ml kloroform+ 10 tetes
Hubl iodine
Tidak perlu tambahan
(sudah bening)
1 Tidak perlu tambahan
(sudah bening)
9 2 tetes (sudah bening)
10 2 tetes (sudah bening)
III 1 1 tetes Asam Palmitat+ 10ml kloroform+ 10 tetes
Hubl iodine
70 tetes (belum bening)2 Tidak perlu tambahan
(sudah bening)
10 140 tetes (belum bening)
11 100 tetes (belum bening)
IV 2 1 tetes Asam Stearat+ 10
ml kloroform+ 10 tetes
Hubl iodine
80 tetes (belum bening)
3 Tidak perlu tambahan
(sudah bening)
11 160 tetes (belum bening)
12 100 tetes (belum bening)
V 3 1 tetes Asam Oleat+ 10 mlkloroform+ 10 tetes Hubl
iodine
Tidak perlu tambahan(sudah bening)
4 Tidak perlu tambahan
(sudah bening)
7 2 tetes (sudah bening)
12 2 tetes (sudah bening)
Sumber : Laporan Sementara
Pembahasan
Uji ketidakjenuhan merupakan uji untuk mengetahui sampel yang
digunakan termasuk asam lemak jenuh atau asam lemak tidak jenuh. Asam
lemak tidak jenuh memiliki ikatan rangkap pada rantai karbonnya sedangkan
asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap pada rantai karbonnya.
Pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan
rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda
yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah
mereduksi pereaksi iod huble (Tamsiang, 2010). Sampel yang digunakan
pada percobaan kedua adalah minyak kelapa sawit, minyak wijen, asam
palmitat, asam stearat, dan asam oleat. Selain itu digunakan juga larutan
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 14/18
kloroform dan Huble Iodine. Dari hasil percobaan diketahui bahwa minyak
kelapa sawit, minyak wijen, dan asam oleat tidak memerlukan penambahan
Huble iodine atau jika memerlukan penambahan Huble iodine itu pun hanya
sebanyak 2 tetes agar warnanya bisa berubah dari merah muda menjadi
bening, asam palmitat menghabiskan 70 tetes, 140 tetes dan 100 tetes Huble
iodine namun tidak terjadi perubahan warna (belum berubah menjadi bening).
Sedangkan asam stearat menghabiskan 80 tetes, 160 tetes dan 100 tetes Huble
iodine namun juga tidak terjadi perubahan warna (belum berubah menjadi
bening). Meskipun dari hasil percobaan terdapat sedikit data yang
menyimpang namun dari beberapa data yang ada sudah sesuai dengan teori,
yaitu bahwa minyak kelapa sawit, minyak wijen dan asam oleat termasuk
golongan asam lemak tak jenuh sedangkan asam palmitat dan asam stearat
termasuk golongan asam lemak jenuh. Penyimpangan yang terjadi mungkin
disebabkan kurangnya ketelitian selama percobaan dan kurang bersihnya alat
yang digunakan sehingga mempengaruhi hasil percobaan.
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 15/18
Tabel 3.3 Reaksi Liebermann-Burchard (L.B test untuk kolesterol)
Tabung Kel Larutan Perubahan Warna Endapan Hasil
Sebelum Sesudah
I
4 Minyak
wijen + 2 mlKloroform
+ 10 tetes
asam asetat
anhidrat +
3 tetes
H2SO4 pekat
Bening Keruh
kekuningan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
kolesterol5 Bening Keruh Tidak ada
endapan
Tidak ada
kolesterol
7 Bening agak
kekuningan
Putih keruh Tidak ada
endapan
Tidak ada
kolesterol
11 Bening agak
kekuningan
Putih keruh Tidak ada
endapan
Tidak ada
kolesterol
II
5 Minyak
jelantah + 2
ml
Kloroform+
10 tetes asam
asetat
anhidrat +3
tetes H2SO4
pekat
Hitam Kekuningan Tidak ada
endapan
Ada
kolesterol
6 Coklat
kehitaman
Atas coklat
tua, tengah
putih
keunguan
Merah
agak
marun
Ada
kolesterol
8 Hitam Putih keruh Tidak ada
endapan
Tidak ada
kolesterol
12 Kuning
kecoklatan
Sangat coklat Ada
endapan
Ada
kolesterol
III
6 Minyak
sawit + 2 ml
Kloroform
+ 10 tetes
asam asetat
anhidrat +
3 tetesH2SO4 pekat
Bening
kuning
keemasan
Atas putih
keruh, tengah
putih
keunguan
Jingga
kecoklat-
mudaan
Tidak ada
kolesterol
1 Bening Atas kuning
bawah
bening
Ada
endapan
Tidak ada
kolesterol
7 Bening Putih keruh Tidak ada
endapan
Tidak ada
kolesterol
9 Bening Putih keruh Tidak ada
endapan
Tidak ada
kolesterol
IV 1 Margarin + 2
ml
Kloroform+
10 tetes asam
asetat
anhidrat +
3 tetesH2SO4 pekat
Kuning Putih keruh Tidak ada
endapan
Tidak ada
kolesterol
2 Kuning Pitih keruh Tidak ada
endapan
Tidak ada
kolesterol
8 Kuning Kuning Tidak ada
endapan
Tidak ada
kolesterol
10 Kuning Kuning Tidak ada
endapan
Tidak ada
kolesterol
Sumber : Laporan Sementara
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 16/18
Pembahasan
Uji kolesterol merupakan uji untuk mengetahui ada tidaknya
kolesterol pada sampel dan ada atau tidaknya endapan. Hal ini dapat
diketahui dengan adanya perubahan warna larutan yaitu merah menjadi biru
dan hijau. Sampel yang digunakan adalah minyak wijen, minyak jelantah,
minyak sawit dan margarin. Selain itu digunakan pula asam asetat anhidrat,
kloroform, dan asam sulfat pekat. Penambahan asam asetat anhidrat
dimaksudkan untuk mencairkan asam sulfat pekat. Kloroform berfungsi
untuk melarutkan kolestrol dalam sampel sehingga dapat bereaksi dengan
asam sulfat. Sedangkan asam sulfat pekat berfungsi untuk memecah ikatan
steroid pada kolestrol yang akan membentuk fluoresensi hijau.
Dari hasil percobaan diketahui jika pada tabung I dengan sampel
minyak wijen terjadi perubahan warna dari bening menjadi putih keruh dan
tidak terdapat endapan sehingga dapat diindikasikan jika pada minyak wijen
tidak terdapat kolesterol. Pada tabung II dengan sampel minyak jelatah
terjadi perubahan warna dari hitam menjadi coklat atau sangat coklat dan
terdapat endapan maka diindikasikan jika pada minyak jelatah terdapat
kolesterol. Pada tabung III dengan sampel minyak sawit terjadi perubahan
warna dari bening menjadi putih keruh dan tidak terdapat endapan sehingga
dapat diindikasikan jika pada minyak sawit tidak terdapat kolesterol. Pada
tabung IV dengan sampel margarin terjadi perubahan warna dari kuning
menjadi putih keruh dan kuning dan tidak terdapat endapan sehingga dapat
diindikaskan pada margarin tidak terdapat kolesterol. Berdasarkan hasil
percobaan, tidak terdapat adanya perubahan warna sesuai dengan teori yang
ada, hal ini mungkin dikarenakan tabung yang digunakan tidak benar-benarbersih dan jumlah asam asetat anhidrat yang digunakan untuk mencairkan
asam sulfat berlebih, yang mengakibatkan pemecahan ikatan steroid pada
kolestrol yang akan membentuk fluoresensi hijau menjadi tidak sempurna.
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 17/18
E. Kesimpulan
Dari percobaan acara III “LIPIDA” dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Minyak kelapa dan minyak wijen larut sempurna dalam kloroform dan
eter.
2. Minyak kelapa dan minyak wijen tidak larut dan tidak terbentuk emulsi
dalam air.
3. Aquades dan Na2Co3 1% termasuk larutan polar.
4. Kloroform dan eter termasuk larutan nonpolar.
5. Semakin panjang rantai karbonnya maka semakin tidak jenuh.
6. Minyak kelapa sawit, minyak wijen dan asam oleat termasuk golongan
asam lemak tak jenuh.
7. Asam palmitat dan asam stearat termasuk golongan asam lemak jenuh.
8. Warna merah pada reaksi Liebermann-Burchard menunjukan bahwa
adanya kolesterol pada minyak atau lemak tersebut.
9. Minyak kelapa dan minyak sawit tidak mengandung kolesterol karena
pada akhir reaksi warnanya putih keruh.
10. Minyak yang mengandung kolesterol adalah minyak sawit, minyak wijen,
margarin, dan minyak jelantah.
5/14/2018 LAPORAN BIOKIM revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-biokim-revisi 18/18
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, Prof. Dr.Ir.Made. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang & Biji-bijian.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Colpo, Anthony. 2005. LDL Cholesterol: Bad Cholesterol, or Bad Science.
Journal of American Physicians and Surgeons Volume 10 Number 3.
Djunaidi, M.Cholid dan Meiny Suzery. 2004. Isolasi Triterpenoid dari Bunga
Artocarpus communis (Familia:Moraceae). Alchemy, Vol. 3 No. 1,
Maret 2004 : 15-19.
Edwar, Zulkarnanin dkk. 2011. Pengaruh Pemanasan terhadap Kejenuhan Asam
Lemak Minyak Goreng. Universitas Andalas. Padang. J Indon Med
Assoc, Volum: 61, Nomor: 6, Juni 2011.
Fatimah, Feti dan Barlina Rindengan. 2011. Pengaruh Diet Emulsi Coconut Oil
(VCO) Terhadap Profil Lipid Tikus Putih. Jurnal Littri vol. 17 No. 1
Maret 2011 : 18-24.
Hambali, Erliza dkk. 2008. Teknologi Bioenergi. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Silalahi, Jansen. 2010. Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta
Fanani, Zainal. 2009. Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat, Stearat, dan Oleat
dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, serta Tanpa
Medium. Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian
Sains. Volume 12 Nomer 1(C).
Herlina, Netti dan Hendra S. 2002. Lemak dan Minyak . Universitas Sumatera
Utara.
Hartono, A. J dan M.C. Widiatmoko. 1993. Emulsi dan Pangan Instant Ber-lesitin. Andi Offset. Yogyakarta.
Tamsiang, Sri. 2010. Uji Lipid dan Ketengikan. http://pengujian-kadar-
pengendalian.blogspot.com/2010/12/uji-lipid-dan-ketengikan.html .
Diakses pada tanggal 7 November 2011 pada pukul 17.00 WIB.
Rahayu, Triastuti. 2006. Kualitas VCO Berdasarkan Kadar Protein, Kadar Air
dan Logam Berat (Fe dan Pb) Berbagai Produk VCO (Virgin Coconut
Oil). Jurnal Penelitian Sains & Teknologi Vol. 7, No. 1.