laporan hasil kaji cepat | maret 2021 isu gender

37
Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 PADA PERHUTANAN SOSIAL DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ISU GENDER

Upload: others

Post on 18-May-2022

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021

PADA PERHUTANAN SOSIALDI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

ISU GENDER

Page 2: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Tim Penyusun/PenelitiWawanudin • Nurul Utami • Fitria

EditorBejo Untung

Peer ReviewYulius Hendra Hasanudin

Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021

PADA PERHUTANAN SOSIALDI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

ISU GENDER

Page 3: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Daftar IsiDaftar Isi ......................................................................................................................................................................................................... iDaftar Singkatan/Istilah ............................................................................................................................................................................... ii

1. PENDAHULUAN ......................................................................................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................................................................. 2 1.2 Tujuan ................................................................................................................................................................................................. 4 1.3 Metodologi .......................................................................................................................................................................................... 5 1.4 Ruang Lingkup .................................................................................................................................................................................. 6 1.5 Manfaat .............................................................................................................................................................................................. 7

2. PEMBAHASAN ........................................................................................................................................................................... 8 2.1 Pengarusutamaan Gender di Indonesia ......................................................................................................................................... 9 2.2 Perkembangan Kebijakan PUG di Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ......................................................................... 16 2.3 Kesenjangan Gender dan Strategi PUG pada Perhutanan Sosial ............................................................................................... 20 A. Isu Kesenjangan Gender dan Strategi PUG pada Kebijakan Perhutanan Sosial .................................................................. 21 B. Isu Kesenjangan Gender dan Strategi PUG pada Manajemen Pendamping PS ................................................................. 27 C. Isu Kesenjangan Gender dan Strategi PUG pada Kelola Kelembagaan Kelompok PS ....................................................... 25 D. Isu Kesenjangan Gender dan Strategi PUG pada Kelola Kawasan ........................................................................................ 27 E. Isu Kesenjangan Gender dan Strategi PUG pada Kelola Usaha ............................................................................................. 28

3. PENUTUP .................................................................................................................................................................................. 29 3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................................................................................ 30 3.2 Rekomendasi ..................................................................................................................................................................................... 31

Daftar Pustaka .............................................................................................................................................................................................. 32

ii

Page 4: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

AD/ART : Anggaran Dasar/Anggaran Rumah TanggaBPSKL : Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan LingkunganDitjen PSKL : Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan LingkunganDPA : Dokumen Pelaksanaan Anggaran Inpres : Instruksi PresidenJuklak/Juknis : Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk TeknisKAK : Kerangka Acuan KegiatanKLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan KehutananKPPPA : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA)KTH : Kelompok Tani HutanKUPS : Kelompok Usaha Perhutanan SosialMonev : Monitoring dan EvaluasiPokja : Kelompok KerjaPPRG : Perencanaan Pembangunan Responsif GenderPS : Perhutanan SosialPUG : Pengarusutamaan GenderRenja : Rencana KerjaRenstra : Rencana StrategisRKP : Rencana Kerja PemerintahRPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalSDM : Sumber Daya Manusia

Daftar Singkatan/Istilah

ii

Page 5: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

PENDAHULUAN11

Page 6: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Perlu didorong pengarusutamaan gender (PUG) pada perhutanan sosial untuk memberikan kesempatan

perempuan mengakses lapangan pekerjaan. Data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun

2018 menunjukkan adanya kesenjangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) antara laki-laki dan

perempuan (BPS 2018). Persentase TPAK perempuan sebesar 51,88%, jauh lebih rendah dibandingkan

dengan persentase TPAK laki-laki yang telah mencapai 82,69%. Pemerintah telah menargetkan TPAK

perempuan meningkat menjadi 55,00% pada tahun 2024 (RPJMN 2020-2024).

Untuk mengidentifikasi strategi pengarusutamaan gender pada perhutanan sosial, Pusat Telaah dan

Informasi Regional (PATTIRO) melakukan kaji cepat terhadap isu-isu kesenjangan gender pada

perhutanan sosial di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Januari-Maret 2021.

Data Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (Ditjen PSKL), Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan rata-rata pendapatan petani hutan

kemasyarakatan mencapai Rp 28.340.724 per tahun, atau Rp 8.640.000 per kapita per tahun (Dokumen

Renstra Ditjen PSKL 2020-2024). Nilai ini di atas ambang batas pendapatan garis kemiskinan yang

besarnya Rp 5.455.824 per kapita per tahun, berdasarkan ukuran Badan Pusat Statistik, Maret 2020.

Survei Katadata Insight Center (KIC) terhadap 103 Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS)

menunjukkan 98,4% responden menyatakan meningkat pendapatannya. Salah satunya adalah

Kelompok Tani Hutan Margomulyo di Desa Burno, Lumajang, Jawa Timur, yang meningkat

pendapatannya enam kali lipat (Rp 7,8 juta/hektar menjadi Rp 44,6 juta/hektar) dibandingkan sebelum

mengikuti program perhutanan sosial (KIC, 2020).

Namun demikian, keterlibatan perempuan dalam program perhutanan sosial masih rendah. Dari 103

KUPS yang disurvei oleh KIC, hanya ada sekitar 5 kelompok (5%) yang anggota dan pengurusnya

didominasi oleh perempuan, sedangkan yang anggota dan pengurusnya setara antara laki-laki dan

perempuan hanya tidak lebih dari 1 kelompok (1%). Selebihnya, yakni 94% merupakan kelompok yang

anggota dan pengurusnya didominasi oleh laki-laki (KIC 2020). Data lain menunjukkan, hingga tahun

2019 tercatat hanya ada dua kelompok perempuan yang telah mengantongi izin perhutanan sosial, yaitu

Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan di Rejang Lebong, Bengkulu, dan Kelompok Perempuan

Damaran Baru di Bener Meriah (TEMPO 2019).

1.1 Latar Belakang

Hingga tahun 2020, kawasan hutan yang telah dikelola melalui

skema perhutanan sosial (PS) telah mencapai 4,2 juta hektar.

Pemerintah menargetkan untuk meningkatkan luasan kawasan

perhutanan sosial menjadi 8 juta hektar pada tahun 2024 (RPJMN 2020-2024). Target ini ditetapkan

untuk mengentaskan kemiskinan, terutama bagi masyarakat di

sekitar kawasan hutan.

KIC 2020

Kelompok UsahaPerhutanan Sosial

94% 5% 1%Pengurusnya setara antaralaki-laki dan perempuan

Pengurusnya didominasioleh perempuan

Pengurusnya didominasioleh laki-laki

2

Page 7: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Perlu didorong pengarusutamaan gender (PUG) pada perhutanan sosial untuk memberikan kesempatan

perempuan mengakses lapangan pekerjaan. Data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun

2018 menunjukkan adanya kesenjangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) antara laki-laki dan

perempuan (BPS 2018). Persentase TPAK perempuan sebesar 51,88%, jauh lebih rendah dibandingkan

dengan persentase TPAK laki-laki yang telah mencapai 82,69%. Pemerintah telah menargetkan TPAK

perempuan meningkat menjadi 55,00% pada tahun 2024 (RPJMN 2020-2024).

Untuk mengidentifikasi strategi pengarusutamaan gender pada perhutanan sosial, Pusat Telaah dan

Informasi Regional (PATTIRO) melakukan kaji cepat terhadap isu-isu kesenjangan gender pada

perhutanan sosial di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Januari-Maret 2021.

Data Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (Ditjen PSKL), Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan rata-rata pendapatan petani hutan

kemasyarakatan mencapai Rp 28.340.724 per tahun, atau Rp 8.640.000 per kapita per tahun (Dokumen

Renstra Ditjen PSKL 2020-2024). Nilai ini di atas ambang batas pendapatan garis kemiskinan yang

besarnya Rp 5.455.824 per kapita per tahun, berdasarkan ukuran Badan Pusat Statistik, Maret 2020.

Survei Katadata Insight Center (KIC) terhadap 103 Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS)

menunjukkan 98,4% responden menyatakan meningkat pendapatannya. Salah satunya adalah

Kelompok Tani Hutan Margomulyo di Desa Burno, Lumajang, Jawa Timur, yang meningkat

pendapatannya enam kali lipat (Rp 7,8 juta/hektar menjadi Rp 44,6 juta/hektar) dibandingkan sebelum

mengikuti program perhutanan sosial (KIC, 2020).

Namun demikian, keterlibatan perempuan dalam program perhutanan sosial masih rendah. Dari 103

KUPS yang disurvei oleh KIC, hanya ada sekitar 5 kelompok (5%) yang anggota dan pengurusnya

didominasi oleh perempuan, sedangkan yang anggota dan pengurusnya setara antara laki-laki dan

perempuan hanya tidak lebih dari 1 kelompok (1%). Selebihnya, yakni 94% merupakan kelompok yang

anggota dan pengurusnya didominasi oleh laki-laki (KIC 2020). Data lain menunjukkan, hingga tahun

2019 tercatat hanya ada dua kelompok perempuan yang telah mengantongi izin perhutanan sosial, yaitu

Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan di Rejang Lebong, Bengkulu, dan Kelompok Perempuan

Damaran Baru di Bener Meriah (TEMPO 2019).

Tingkat PartisipasiAngkatan Kerja (TPAK)

BPS 2018

51,88%

82,69%

3

Page 8: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

1.2 Tujuan

Mengidentifikasi kebijakan pengarusutamaan gender pada perhutanan sosial, baik kebijakan di tingkat pusat maupun Provinsi NTB.

1

Mengidentifikasi isu-isu kesenjangan gender dan strategi pengarusutamaan gender pada perhutanan sosial di Provinsi NTB.

2

4

Page 9: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

1.3 Metodologi

Kaji cepat ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan rincian sebagai berikut:

TeknikPengumpulan Data Analisis Data Tahapan Studi

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara kepada informan kunci dari di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi NTB, para pendamping perhutanan sosial, dan kelompok tani hutan di Provinsi NTB. Focus Group Discussion (FGD) dilakukan untuk proses verifikasi data.

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur berupa dokumen kebijakan dan peraturan perundang-undangan, laporan hasil penelitian beserta data-data statistiknya, modul pelatihan dan dokumen lainyang relevan.

Tahap persiapan, yaitu pembentukan tim dan penyusunan instrumen.

Tahap pengumpulan data primer dan sekunder

Tahap kompilasi temuan yaitu kategorisasi data dan informasi yang terhimpun

Tahap analisis temuan lapangan

1.

2.

3.

4.

Analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data tentang isu-isu kesenjangan gender pada perhutanan sosial dan melakukan analisis komparatif terhadap berbagai kebijakan yang berlaku.

Isu kesenjangan gender dianalisis dengan menggunakan instrument Gender Analysis Pathway (GAP). GAP adalah model analisis untuk mengetahui kesenjangan gender dalam empat aspek: akses, partisipasi, kontrol dan manfaat yang diperoleh laki-laki dan perempuan dalam program/kegiatan pembangunan mulai dari kebijakan sampai monitoring evaluasi. Ada lima langkah yang diterapkan dalam melakukan analisis gender dengan menggunakan GAP pada kajian ini: 1) Mengidentifikasi seluruh kegiatan yang dilakukan pada bisnis proses perhutanan sosial; 2) Mengidentifikasi data pilah (berdasarkan jenis kelamin) terkait dengan kegiatan-kegiatan dimaksud; 3) Menemukenali isu kesenjangan gender pada tiap-tiap kegiatan: 4) menemukan penyebab internal dan eksternal; dan 5) Mengintegrasikan pengarusutamaan gender pada tiap-tiap kegiatan.

5

Page 10: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

1.4 Ruang Lingkup

1Kebijakan pengarusutamaan gender di tingkat pusat dan provinsi NTB, dan kebijakan pengarusutamaan gender

pada bidang kehutanan dan perhutanan sosial.

Tahapan proses bisnis perhutanan sosial yang meliputi: manajemen pendamping, kelola kelembagaan, kelola kawasan

dan kelola usaha.

Strategi pengarusutamaan

gender pada perhutanan sosial.

2 3

6

Page 11: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

1.5 Manfaat

Menjadi masukan bagi pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi NTB untuk mengembangkan kebijakan terkait pengarusutaaman gender pada perhutanan sosial dan menyusun perencanaan dan penganggaran yang responsif gender pada program perhutanan sosial.

Menjadi masukan bagi pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi NTB dalam pengembangan modul pelatihan pendamping perhutanan sosial yang responsif gender.

Memperkaya konsep, referensi dan diskursus tentang isu gender pada perhutanan sosial.

7

Page 12: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

PEMBAHASAN28

Page 13: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

2.1 Pengarusutamaan Gender di Indonesia

9

Page 14: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Tujuan PUG: terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

PUGKebijakan Pengarusutamaan Genderdi Indonesia

Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, masih menunjukkan adanya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki, baik dari akses dan kontrol terhadap sumber daya pembangunan, partisipasi dalam kegiatan pembangunan, serta manfaat mendapatkan hasil pembangunan.

Untuk mengatasi kesenjangan gender ini diperlukan sebuah intervensi/strategi dalam pembangunan

10

Page 15: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Kebijakan PUG di Indonesia

Strategi Pelaksanaan PUG

Pengarusutamaan gender (PUG) adalah strategi untuk mewujudkan

kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program yang

memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan serta permasalahan

perempuan dan laki-laki dalam seluruh pembangunan di berbagai bidang

kehidupan, mulai tahap perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan,

pemantauan dan evaluasi.

Inpres No. 9 Tahun 2000

Kesetaraan Gender

Integrasi

StrategiPembangunan

Laki-LakiPerempuan

Anak-anak

Abilitas

Disabilitas

Kemiskinan

Lanjut usiaAspirasi, Kebutuhan,Pengalaman,Kepentingan yangBerbeda

PerencanaanPelaksanaanPemantauanEvaluasi

Kebijakan,Program, Kegiatan,dan Anggaran:• Politik• Ekonomi• Hukum• Sosial Budaya• Teknologi• Lingkungandll

11

Page 16: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

PUG dalam Pembangunan Prasyarat PUG

• Pedoman Monev• Indikator PUG

• Regulasi PUG• Pokja PUG• Data Terpilah

• Juklak/Juknis • Peran Masyarakat

• SDM yang Mampu• Data Terpilah• Alat Analisis

PUG

Perencanaan

Implementasi

Evaluasi Penganggaran

Ketujuh prasyarat ini saling berhubungan dan tidak berdiri sendiri. Adanya komitmen untuk melaksanakan PUG menjadi prasyarat utama. Komitmen tersebut kemudian dituangkan dalam kebijakan-kebijakan agar mudah dilaksanakan.

Peraturan tentang PUGKebijakan pelaksanaan PUGdi Kementerian/Lembaga (K/L)

Dokumen Perencanaan (RPJMN, Renstra K/L, Renja K/LDokumen Anggaran (RKA K/L)

SDM (Perencana, Fasilitator, Auditor, Gender Champion) dan sumber dana yang memadai

Keterlibatan Lembaga Masyarakat, Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam kegiatan PUG

Publikasi tentang Statistik GenderData terpilah dalam sistem data

Pedoman PUG, Modul pelatihanMetode analisis gender

Pokja PUG

Komitmen

Kebijakan

Kelembagaan

Sumber Daya

Data Terpilah

Alat Analisis

PartisipasiMasyarakat

12

Page 17: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Sebagai strategi percepatanpelaksanaan PUG

Integrasi isu gender dalam Perencanaan

dan Penganggaran

Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan evaluasi dalam kebijakan, program dan kegiatan responsif gender

Perencanaan dan

Penganggaran Responsif

Gender (PPRG)

Perencanaan PenganggaranResponsif Gender

PerencanaanPenganggaranResponsifGender (PPRG)

PERENCANAANRPJMN, RKP, Renstra/Renja

PENGANGGARANRKA /KAK/DPA

13

Page 18: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

PerkembanganKebijakan PUG-PPRG

PemerintahPusat

PemerintahDaerah

‘84UU No.7 Ratifikasi CEDAW

’20IntruksiPresiden

‘08PP No.8TahapanTatacarapengendalianEvaluasi RPD

’03 Kep.Mendagri

No.132 ttg PedumPelaksanaan PUG

di Daerah

’09 SK KepalaBappenastentang TimPengarahdan TimTeknis PPRG ’04

RPJMN’04 -’09

‘08PermendagriNo. 15 ttg PedumPUG di Daerah

‘11PermendagriN0.67 revisi PedumPUG di Daerah N0.15

‘09PMK No. 119ttg PetunjukPenelahanRKA-KL

‘12PMK N0.112/PMK. RKA-KL

‘17PP No.17Singkron.Proses Perencanaan danPenganggaran

RPJMN‘10- 14

RPJMN‘15- 19

RPJMN‘20- 24

Integrasi dalam Perencanaan dan Penganggaran

14

Page 19: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Lampiran PetunjukPelaksnaan PPRGbagi PemerintahDaerah

’13Permendagri 23tentang PedomanPenyusunan, Pengendaliandan Evaluasi RKPD TA 2014,dan No. 27-TA 2015

’13 Permendagri No.27tentang PedomanPenyusunan APBD 2014,dan No. 37 PedumPenyusunan APBD 2015

’14 Permen PPPANo. 4 tentang PedumPengawasan PPRG

’12 Surat EdaranBersama EmpatMenteri TentangStrategi Nasional

’13 SK Mendagritentang SekretariatBersama PPRGNasional untukPemerintah Daerah

Lampiran PetunjukPelaksanaan PPRuntuk PemerintahPusat

PerkembanganKebijakan PUG-PPRG (lanjutan)

Kebijakan Operasional

15

Page 20: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

2.2 Kebijakan PUG Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan

16

Page 21: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Upaya untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender di bidang kehutanan telah mengalami beberapa kemajuan, yaitu:

SK Menhut Nomor SK.528/Menhut-II/Peg/2004 tentang Panduan Pelaksanaan PUG dalam Pembangunan Kehutanan, Pedoman Monitoring dan Evaluasi Anggaran Responsif Gender dan Pedoman Data Terpilah.

Memorandum of Understanding (MoU) Kemenhut dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor NK.13/Menhhut-II/2011 dan Nomor 30/MPP-PA/D.I/08/2011 tentang Peningkatan Efektivitas PUG di Bidang Kehutanan pada tanggal 3 Agustus 2011.

Kesepakatan diperpanjangTahun 2016 Nomor 22A/-PPPA/ROREN/XII/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan PUG, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup danKehutanan serta Pengendalian Perubahan Iklim.

Kesepakatan Bersama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian PPA Tahun 2011 Nomor 09/MPP-PA/02/2011 dan Nomor 03/MENLH/02/2011 tentang PUG dan Perlindungan Anak dalam Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup.

Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor P.65/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kehutanan.

Peraturan Menteri LHK No. P.31/MENLHK/SETJEN/SET.1/5/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

1

2

3

4

17

Page 22: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Peraturan Menteri LHK No. P.31/MENLHK/SETJEN/SET.1/5/2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan PUG Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Poin Utama Kebijakan Gender Bidang Kehutanan

KEBIJAKAN/REGULASI POIN PENGATURAN

• Ruang lingkup pengaturan: perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pengarusutamaan gender lingkup KLHK.

• Adanya identifikasi isu gender bidang kehutanan, antara lain:

1) Kegiatan pembuatan kebun bibit rakyat, belum memberi manfaat yang setara bagi perempuan. Kelompok tani yang memanfaatkannya paling banyak adalah kelompok laki-laki, karena jumlah kelompok tani wanita masih sangat kurang dibanding kelompok tani laki-laki. Keterlibatan perempuan belum sebagai pengambil keputusan.

2) Partisipasi perempuan dalam pengelolaan hutan masih mengalami tantangan, karena budaya masyarakat, atau kegiatan di bidang kehutanan  yang “dianggap” lebih pantas untuk kaum laki-laki.

• Adanya identifikasi isu gender bidang lingkungan hidup, antara lain:

1) Kontribusi perempuan dalam pemulihan ekosistem pesisir dan laut keterwakilan perempuan belum berimbang, dan komitmen pemangku kebijakan dalam kegiatan pemulihan ekosistem pesisir dan laut masih rendah  (Kegiatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut).

2) Kegiatan Bank Sampah sebagian besar dilaksanakan oleh perempuan, sementara keterlibatan laki-laki masih minim.

PUG dan 7 prayarat PUG

18

Page 23: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Poin Utama Kebijakan PUG pada Perhutanan Sosial

Peraturan Menteri LHK Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 tentang Perhutanan Sosial

Surat Keputusan Dirjen PSKL Nomor SK. 14/PSKL/SET/OTL.0/7/2019 Tentang Penetapan Sub Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender lingkup Ditjen PSKL

Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.9/PSKL/SET.9/REN.0/9/2020 tentang RENSTRA Ditjen PSKL Tahun 2020-2024

KEBIJAKAN/REGULASI POIN PENGATURAN

Pasal 1 angka 15: Kelompok Masyarakat Setempat adalah kumpulan dari sejumlah individu baik perempuan dan laki-laki yang berasal dari masyarakat setempat.

Pasal 58 ayat 1:Pemegang HPHD, IUPHKm, dan IUPHHK-HTR berhak: a. mendapat perlindungan dari gangguan perusakan dan pencemaran lingkungan atau pengambilalihan secara

sepihak oleh pihak lain; b. mengelola dan memanfaatkan HPHD, IUPHKm, atau IUPHHK-HTR sesuai dengan kearifan lokal antara lain

sistem usaha tani terpadu; c. mendapat manfaat dari sumber daya genetik yang ada di dalam HPHD, IUPHKm, atau IUPHHK-HTR; d. mengembangkan ekonomi produktif berbasis kehutanan;e. mendapat pendampingan dalam pengelolaan HD, HKm, dan HTR serta penyelesaian konflik;f. mendapat pendampingan kemitraan dalam pengembangan usahanya; g. mendapat pendampingan penyusunan rencana pengelolaan hutan desa, rencana kerja usaha, dan rencana

kerja tahunan; dan h. mendapat perlakuan yang adil atas dasar gender ataupun bentuk lainnya

Memperkuat landasan hukum sampai di tingkat tapak dengan memandatkan disusunnya sub Pokja PUG tingkat Unit Pelaksana Teknis memalui Surat Keputusan Balai.

a. Tiga pengarusutamaan dalam Renstra Ditjen PSKL Tahun 2020-2024, meliputi: (1) Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan; (2) Pengarusutamaan Gender dan (3) Pengarusutamaan Modal Sosial Budaya.

b. Rencana Aksi PUG

19

Page 24: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

2.3 Isu Kesenjangan Gender dan Strategi PUG di Perhutanan Sosial

20

Page 25: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

KEBIJAKAN/REGULASI ISU KESENJANGAN STRATEGI PUG

A. Isu Kesenjangan Gender dan Strategi PUG pada Kebijakan Perhutanan Sosial

1. Peraturan Menteri LHK Nomor P.13/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2019 Tentang Pendampingan Kegiatan Pembangunan di Bidang Kehutanan

2. Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.2/PSKL/SET/KUM.1/5/2018 tentang Pedoman Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial

3. Peraturan Menteri LHK Nomor P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 tentang Pedoman Kelompok Tani Hutan

4. Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.1/PSKL/KELING/KUM.1/2019 tentang Panduan Umum Pendampingan Perhutanan Sosial

Berbagai kebijakan teknis tentang perhutanan sosial ini masih netral

gender, belum merumuskan secara eksplisit tentang strategis PUG pada

aspek-aspek yang diatur.

Indikasinya dapat dilihat pada belum adanya pengaturan tentang data pilah, analisis kebutuhan dan permasalahan gender berdasarkan indikator Akses,

Partisipasi, Kontrol dan Manfaat (APKM).

Perlunya pengembangan regulasi yang mengatur secara teknis tentang data pilah, analis gender dan indikator

APKM yang dapat dengan mudah dilaksanakan di tingkat lapangan.

21

Page 26: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

PROSES BISNIS ISU KESENJANGAN STRATEGI PUG

B. Isu Kesenjangan Gender dan Strategi PUG pada Manajemen Pendamping PS

Rekrutmen Pendamping dan Peningkatan

Kapasitas

Belum adanya ketentuan kuota minimal perempuan, baik dalam pemetaan maupun

penjaringan calon pendamping PS, mengakibatkan SDM penyuluh dan tenaga

pendamping PS  masih didominasi laki-laki.

Belum menjadikan perempuan sebagai sasaran sosialisasi khusus sehingga jumlah perempuan

yang terjaring atau berminat/mendaftarmasih rendah

Modul pelatihan belum memuat materi PUG (analisis gender, penggalian isu gender,

perumusan kegiatan responsif gender dan lainnya)  mengakibatkan pemahaman dan kepekaan dan

respon terhadap isu gender para pendamping PS sangat lemah.

Tenaga pelatih diklat pendamping PS juga masih belum memiliki pengetahuan yang memadai

mengenai PUG pada PS.

Perlu diterbitkan aturan mengenai penguatan peran dan keterlibatan perempuan baik dalam

pemetaan maupun penjaringan tenaga pendamping PS, penetapan kuota perempuan 30% bisa dijadikan

sebagai afirmasi awal.

Perlu dibuat media maupun metode sosialisasi yang menyasar perempuan, untuk mempertinggi minat dan keterjaringan calon tenaga penyuluh

kehutanan/pendamping PS perempuan.

Modul pelatihan pendamping PS perlu dikembangkan agar bisa mengintegrasikan

perspektif gender ke dalam modul, baik metode, media maupun materi pelatihannya.

Perlu pembekalan khusus bagi widya iswara/pelatih mengenai PUG pada PS.

22

Page 27: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

PROSES BISNIS ISU KESENJANGAN STRATEGI PUG

Perencanaan Kegiatan

Pembiayaan dan Dukungan Fasilitas

Rencana Kerja Tahunan Pendamping PS belum mengintegrasikan perspektif gender, sehingga

pembuatan rencana kerja belum didasarkan dari data terplilah gender, juga belum dengan jelas

memastikan peran dan keterlibatan perempuan, baik dalam perencanaan, proses pendampingan maupun

dalam pelaporan kerja pendampingan.

Jangka waktu kontrak pendamping hanya satu tahun terlalu pendek untuk merealisasikan program kerja

program kerja Pendamping PS secara efektif.

Proporsi wilayah dampingan dianggap tidak layak.Seorang pendamping meliput minimal 6 wilayah PS

bahkan ada yang diatas 10 bahkan diatas 20 mengakibatkan kualitas pendampingan

tidak optimal.

Dukungan fasilitas kerja dianggap belum memadai, hal ini semakin menghambat para pendamping PS

secara umum, apa lagi perempuan dalam melakukan pendampingan, fasilitas dimaksud adalah

kendaraan roda dua dan galat GPS. Minimnya dukungan fasilitas kerja ini juga dapat mengurangi

minat perempuan untuk mengambil posisi ini.

Format Rencana Kerja Tahunan Pendamping PS perlu disusun sesuai dengan tahapan penyusunan anggaran responsif gender dan menggunakan data terpilah, sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan

bisa lebih responsif gender

Untuk menaikkan kualitas pendampingan periode kerja pendamping PS perlu ditinjau ulang, untuk memastikan jangka waktu yang masuk akal bagi

para pendamping melaksanakan rencana kerjanya dengan optimal.

Perlu ditinjau ulang proporsi luas wilayah dampinganper pendamping PS agar kualitas dan kedalaman

pendampingan dapat lebih dioptimalkan.

Perlu dipastikan bahwa dukungan fasilitas kerja bagi para pendamping mendapatkan porsi anggaran yang cukup, jika karena keterbatasan anggaran tidak bisa  memenuhi kebutuhan semua pendamping serentak,

maka perlu dipikirkan untuk memberikannya bertahap.

23

Page 28: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

PROSES BISNIS ISU KESENJANGAN STRATEGI PUG

Monitoring dan Evaluasi (Monev)

Pelaporan

Metode dan instrumen monev belum mengintegrasikan perspektif gender, sehingga

dalam monev yang dilakukan belum ada bagian/metode khusus terkait penggalian data,

peran dan keterlibatan perempuan.

Laporan bulanan yang dibuat oleh pendampingPS belum memasukkan bagian terkait akses dan

keterlibatan perempuan.

Aplikasi Sinav (GOKUPS) Perhutanan Sosial dan Simping (BP2SDM) belum mengintegrasikan

perpekstif gender, sehingga belum bisa menjadi salah satu basis untuk memperkuat maupun menggali informasi mengenai PUG pada PS.

Perlunya pengembangan instrumen monev yang dapat menggali kondisi tingkat partisipasi, akses, kontrol dan manfaat bagi perempuan pada setiap

tahapan porses bisnis PS dan memungkinkan menyajikan data pilah atas kondisi tersebut.

Perlunya pengembangan instrumen laporan yang dapat menggambarkan kondisi permasalahan dan

intervensi yang dilakukan terkait dengan isu kesenjangan gender berdasarkan analis gender

pada setiap kegiatan pendampingan yang dilaksanakan di tingkat KTH dan menyajikan

data pilah.

Perlunya pengembangan fitur dalam aplikasi yang menyajikan kondisi permasalahan dan intervensi yang dilakukan terkait dengan isu kesenjangan gender bersasarkan analis gender pada setiap

kegiatan dan capaian pendampingan yang dilaksanakan di tingkat KTH. Aplikasi perlu

menyajikan data pilah, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu basis data untuk

pengambilan keputusan.

24

Page 29: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

PROSES BISNIS ISU KESENJANGAN STRATEGI PUG

C. Isu Kesenjangan Gender dan Strategi PUG pada Kelola Kelembagaan Kelompok PS

Identifikasi Potensi dan Kelembagaan Masyarakat

Pembentukan KTH dan Kepengurusan Kelompok

Pemetaan potensi KTH perempuan hanya berdasarkan data Dinas KLH dan Desa, sehingga pengidentifikasian petani hutan perempuan yang potensial lainnya, luput

tidak terhimpun dalam daftar data KTH.

Keterlibatan perempuan dalam KTH masih stereotype sehingga sebagian besar perempuan yang aktif baru

sebatas pada pengelolaan administrasi dan pencatatan.

Pelibatan perempuan sangat masih terbatas dalam proses pembentukan KTH dan Monev.

Masih adanya pemahaman umum di masyarakat bahwa perempuan kurang pantas untuk terlibat baik di

organisasi KTH maupun kegiatan PS

Keanggotaan KTH berdasarkan kepala keluarga (KK) yang 85% adalah KK laki-laki, sementara keterlibatan anggota keluarga yang turut serta dalam kegiatan PS tidak masuk pencatatan, padahal banyak kegiatan yang dilakukan oleh perempuan (istri maupun anak), hal ini membuat secara

statistik keterlibatan perempuan dalam PS menjadi sangat kurang atau hilang.

Perlunya perluasan pendataan calon petani hutan perempuan yang potensial untuk selanjutnya masuk menjadi bagian dari target dan sasaran pendampingan kelompok,

untuk selanjutnya dimasukkan dalam rencana kerja pendamping PS.

Perlu dilakukan peningkatan kapasitas tentang PUG bagi seluruh anggota KTH dan angota keluarga yang aktif dalam 

pengelolaan PS.

Perlu dilakukan advokasi dan perubahan cara memandang maupun pencatatan ‘keanggotaan KTH’, sehingga bisa

faktual dan dapat menangkap seluruh individu yang terlibat, baik Kepala Keluarga maupun Anggota Keluarga, terpilah.

Tidak disimplikasi hanya berdasar KK yang berakibat hilangnya statistik perempuan dalam PS.

25

Page 30: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

PROSES BISNIS ISU KESENJANGAN STRATEGI PUG

Penyusunan Aturan/Kesepakatan

Penyusunan Rencana Kegiatan KTH

PeningkatanKapasitas KTH

Dalam penyusunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KTH belum memunculkan

isu kesenjangan gender dan perumusan aturan (tertulis/tidak tertulis), perempuan pada umumnya

tidak dilibatkan.

Penetapan perencanaan dan kegiatan belum dilakukan berdasar data pilah maupun analisis

gender yang memadai, sehingga perencanaan dan kegiatan KTH masih netral bahkan abai terhadap isu

gender yang ada.

Kuantitas dan kualitas peningkatan kapasitas kelembagaan dan modal sosial bagi KTH dan

anggota masih minim baik yang diprogramkan oleh pengurus KTH, KPH, Pemda,dan Pemerintah.Kerjasama dengan stakeholder belum optimal

dilakukan oleh KTH untuk pengembangan peningkatan kapasitas khususnya bagi perempuan, sehingga KTH kurang mendapatkan dukungan bagi pengembangan kapasitas kelembagaan KTH dan

anggota KTH

Perlu dilakukan integrasi perspektif gender baik dalam AD/ART KTH maupun Awik-awik

(bisa dipertimbangkan bab/bagian/pasal khusus membahas penguatan kesetaraan gender

dalam AD/ART)Perlu disepakati aturan terkiat keterwakilan

perempuan dalam proses penyusunan AD/ARTKTH maupun awik-awik.

Perlu dibuat semacam juknis/pedoman untuk penyusunan dan penetapan perencanaan dan

kegiatan KTH yang mengakomodasi data pilah dan analisis gender sehingga perencanaan dan kegiatan

KTH dapat lebih responsif terhadap kesenjangan gender yang ada dalam implementasi PS

Perlunya peran pemerintah dan pemerintah daerah untuk menetapkan program/kegiatan/sub kegiatan

peningkatan kapasitas bagi anggota KTH khususnya perempuan, serta perlunya memfasilitasi

terbentuknya kerjasama antara KTH dengan stakeholder terkait (Perguruan Tinggi, Swasta,

Lembaga Donor, dan swadaya)

26

Page 31: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

D. Isu Kesenjangan Gender dan Strategi PUG pada Kelola Kawasan

PROSES BISNIS ISU KESENJANGAN STRATEGI PUG

Identifikasi Wilayah dan Pemetaan Partisipatif

Tata Cara Permohonan Izin dan Pengajuan Permohonan Izin

Identifikasi wilayah belum menggunakan analisis gender dan tidak mensyaratkan proporsi kepesertaan perempuan untuk terlibat.

Perempuan belum banyak dilibatkan dalam pemetaan dan penetapan pengelolaan kawasan.

Peran perempuan dianggap sebagai pencari nafkah tambahan, meskipun beban kerja dan alokasi waktu kerja perempuan di lokasi lebih besar, terutama pada

pengolahan hasil hutan, sehingga keterlibatannya tidak perlu dicatat khusus karena merupakan bagian dari melaksanakan tanggung jawab laki-laki (suami)

Adanya pemahaman stereotip bahwaperempuan sulit untuk mengelola kawasan karena

harus masuk hutan.

Adanya ketentuan pemegang izin PS adalah Kepala Keluarga (KK), sehingga ada pemahaman bahwa

pengajuan izin “harus” mengatasnamakan laki-laki.

Modul pendampingan perlu dikembangkan agar mengintegrasikan perspektif gender dalam setiap

tahap pendampingan, baik perencanaan, pelaksanaan, dan monev.

Perlunya peningkatan kapasitas tentang PUG bagi anggota KTH dan anggota kelurga yang aktif

membantu.

Perlu sosialisasi dan penguatan bagi perempuan kepala keluarga untuk mengajukan izin PS.

27

Page 32: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

E. Isu Kesenjangan Gender dan Strategi PUG pada Kelola Usaha

PROSES BISNIS ISU KESENJANGAN STRATEGI PUG

Penetapan Strategi Pengembangan Usaha

MengembangkanAkses Usaha

Kapasitas dan sumber daya kelompok terutama perempuan masih terbatas dalam penetapan

dan pengembangan strategi usaha.

Perempuan pada umumnya terlibat dalam Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS)atau pasca panen, namun pahaman tentang

pengembangan usaha, pemasaran, dan inovasi masih sangat terbatas

Kapasitas penguasan teknologi pemasaran(berbasis online) yang timpang di tingkat perempuan.

Keterlibatan perempuan dalam pengembangan usaha kelompok masih sedikit dan lemah.

Perempuan belum memiliki akses terhadap informasi dan proses penetapan pengembangan

usaha dan strategi pemasaran, mengakses permodalan bagi pengembangan usaha KUPS.

Perlunya mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kapasitasyang diperlukan oleh anggota KTH (dan anggota keluarganya)

khususnya perempuan yang banyak terlibat pada prosespasca panen.

Memasukan rencana peningkatan kapasitas dalam program kerja/awik-awik KTH.

Perlu peningkatan kapasitas perempuan  (baik sebagai KK maupun anggota keluarga yang aktif)  mengenai strategi

pengembangan usaha, inovasi usaha dan pemasaran, termasuk penguasaan teknologi dengan melibatkan stakeholder terkait.

Perlu dilakukan pendataan yang cukup mengenai bidang-bidang usaha KUPS, proporsi keterlibatan dan peran baik laki-laki

maupun perempuan. Dengan dasar ini dapat dirancang pendampingan usaha yang dapat memperkuat dan

meningkatkan peran dan tanggung jawab perempuan, baik dalam pengembangan usaha maupun pemasaran KUPS.

Perlu skema permodalan usaha yang memberikan kemudahan akses bagi perempuan (kemudahan persyaratan, tanpa agunan,

tanggung renteng, otorisasi kelompok dan sebagainya)

Perlunya dukungan permodalan dari Pemerintah/ Pemda/Lembaga keuangan/Kemitraan terkait.

28

Page 33: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

PENUTUP329

Page 34: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

3.1 Kesimpulan

Kebijakan tentang PUG dalam pembangunan, PUG pada bidang kehutanan dan lingkungan hidup, serta PUG pada PS sudah cukup kuat. Namun demikian kebijakan teknis pada PS masih belum secara spesifik mengintegrasikan PUG atau masih netral gender.

Pada praktiknya, PUG belum sepenuhnya diimplementasikan dalam pelaksanaan program PS, dari mulai manajemen pendamping, kelola kelembagaan dan kelola kawasan. Perempuan sudah banyak terlibat dalam kelola usaha, namun demikian belum banyak terlibat dalam strategi pengembangan usaha. Akses terhadap permodalan juga masih didominasi oleh laki-laki.

Data statistik perempuan dalam program PS menghilang karena pendataan hanya didasarkan pada pemegang izin PS. Pemegang izin PS lebih banyak didominasi oleh laki-laki karena berdasarkan ketentuan, pengajuan izin PS harus dilakukan oleh Kepala Keluarga, yang notabene adalah laki-laki.

Implementasi PS belum didukung dengan data pilah.

Belum adanya koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat (KLHK) dengan Provinsi NTB (Dinas LHK) untuk mengintegrasikan PUG pada program/kegiatan yang terkait dengan PS.

1

2

3

45

30

Page 35: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

3.2 Rekomendasi

Kebijakan teknis tentang PS, baik di tingkat pusat

maupun daerah, perlu dikembangkan untuk

mengakomodir pengintegrasian gender

pada setiap tahapan bisnis proses PS.

Mendorong peningkatan koordinasi antara pemerintah pusat

(KLHK/Ditjen PSKL) dan pemerintah daerah (Dinas LHK) untuk menetapkan

kebijakan PUG padaPS yang terpadu.

Pemerintah Daerah/ Pendamping PS perlu lebih

aktif untuk memberikan kesempatan kepada perempuan untuk terlibat sebagai anggota dan pengurus KTH, meskipun secara administrasi pemegang izin PS didominasi oleh laki-laki.

Perlu dikembangkan sistem pencatatan keanggotaan KTH

tidak hanya sebatas KK, namun juga memasukkan anggota keluarga yang aktif dalam

sebagian/keseluruhan pengelolaan PS, baik

istri/suami maupun anggota keluarga, terpilah jenis

kelamin.

Instrumen pendataan, instrumen rekrutmen dan

penetapan calon pendamping, modul

pelatihan, dan format monev perlu dikembangkan dengan mengintegrasikan perspektif

gender.

Perlu adanya kegiatan pemerintah pusat dan

daerah untuk penguatan isu gender bagi para

pendamping, pengurus dan anggota KTH, pelatih

pendamping, Dinas LHK, dan Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan

(BPSKL).

KEBIJAKAN1

KEANGGOTAANKTH

2INSTRUMEN3

PENINGKATANKAPASITAS

4

31

Page 36: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Daftar PustakaFAO and Recoftc. 2016. Training Manual: Mainstreaming Gender Into Forestry

Interventions In Asia And The Pacific. Bangkok: The Food And Agriculture Organization Of The United Nations And Recoftc - The Center For People And Forests. http://www.fao.org/3/i5866e/i5866e.pdf

Katadata Insight Center. 2020. Hasil Survei dan Indeks Perhutanan Sosial: Kelola Hutan Untuk Masa Depan Berkelanjutan, Jakarta : Ford Foundation.

Sulistya, et al (editor), 2020. Bersama Membangun Perhutanan Sosial. Bogor: PT Penerbit IPB Press

JurnalDesmiwati. 2016. Quo Vadis Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Kebijakan Publik

di Sektor Kehutanan:Kasus Program Perhutanan Sosial di Indonesia (Quo Vadis Gender Mainstreaming in Public Policy of Forestry Sector: Case of Social Forestry Program in Indonesia). JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol. 2 No. 2 Desember 2016 : hal 103.

Syamsiar Pusadan. 2017. Implementasi Kebijakan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, e Jurnal Katalogis, Vol 5 (2)

Sali Susiana. 2015. Penerapan Konsep Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) dalam Pembangunan Daerah (Studi di Provinsi Papua dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), Aspirasi, Vol 6 (1), hlm. 5

PeraturanUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

Surat Edaran Besama Empat Kementerian. et al. 2012. Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) Melalui Perencanaan Dan Penganggaran Yang Responsif Gender (PPRG). Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Peraturan Menteri LHK No. P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 tentang Perhutanan Sosial

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.13/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2019 Tentang Pendampingan Kegiatan Pembangunan Di Bidang Kehutanan

Peraturan DirjenPSKL Nomor P.2/PSKL/SET/KUM.1/5/2018 tentang Pedoman Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 tentang Pedoman Kelompok Tani Hutan

Peraturan DirjenPSKL Nomor: P.1/PSKL/KELING/KUM.1/2019 tentang Panduan Umum Pendampingan Perhutanan Sosial

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024

Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Tahun 2020-2024

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan 2020-2024

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2019-2023

ModulHastuti, Endang Dwi dan Utami, Siwi Sri. 2019. Kelembagaan Kuat Untuk Kelompok

Tani Hutan Bermartabat Modul Pendampingan Pembentukan dan Penguatan KTH, Jakarta: Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM-KLHK.

Budiman, Budi, Rusmalia dan Winarto V. 2018. Gapai Asa: Kelola Rimba Modul Pendampingan Permohonan Akses Kelola Perhutanan Sosial, Jakarta: Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM-KLHK.

Liliek, Ryke S Siswari, et al. 2018. Perencanaan Matang Usahapun Berkembang: Modul Pendampingan Rencana Pengembangan Usaha. Jakarta: Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM-KLHK.

Firmansyah, Murtado dan Pujirianti,Indri. 2018. Berdaya karena Usaha: Modul Pendampingan Pengembangan Kewirausahaan. Jakarta: Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM-KLHK.

32

Page 37: Laporan Hasil Kaji Cepat | Maret 2021 ISU GENDER

Jl. Mawar, Komplek Kejaksaan Agung, Blok G-35 Pasar Minggu, Jakarta Selatan - 12520, Indonesia Telp +62 21 780 1314 • Fax +62 21 782 3800 • email: [email protected] • website: www.pattiro.org