laporan kasus 3
DESCRIPTION
086TRANSCRIPT
Laporan KasusKejang demam
Firman Satrioaji1410221015
Departemen Anak RST dr. Sudjono Maegelang
Nama : An. Z Umur : 3 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Berat Badan : 15,1 kg Alamat : Magelang Agama : Islam Suku : Jawa Tgl MRS : 24 Maret 2015 Tgl KRS : 27 Maret 2015
Keluhan Utama: Kejang Demam Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan
demam tadi malam. Kejang muncul jam 05.00. Durasi kejang kurang lebih 1 menit Selain itu keluarga pasien juga mengatakan anaknya mempunyai keluhan batuk dan pilek.
Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : Composmentis Vital sign:
HR 100 x/menit RR 22 x/menit t: 39˚C Status generalis:
Kepala:Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, airmata(+)Hidung: sekret (+)/ tidak ada bau/ tidak ada perdarahanTelinga : tidak ada sekret/bau/perdarahanMulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat, mulut kering. Leher:KGB : tidak ada pembesaranTiroid : tidak ada pembesaran
Thoraks: Cor: I: ictus cordis tidak tampakP: ictus codis tidak terabaP: Jantung dalam batas normalA: BJ I-II reg, gallop (-), murmur (-) Pulmo: I: Simetris, tidak ada retraksi P: Fremitus raba normal P: Sonor A: Vesikuler +/+, Ronkhi:-/- Wheezing : -/-
Abdomen: I : DatarA: Bising usus (+), methalic sound (-)P: timpaniP: distended, supel
Ekstremitas: Akral hangat + + Oedem - - + + - -
ASSESMENT Diagnosis primer : Kejang Demam
ISPA PLANNING
Terapi:D5 ¼ NS 1250 cc/24 jamCefo 3 x 500 mg Sanmol 175 mg dan Stesolid 0,3 mg (3x1)Valium 4,5 mg IV (k/p)Norages 150 ml (k/p)
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
Definisi
Biasanya terjadi antara umur 6 bulan sampai 5 tahun
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam
Kejang disertai demam pada bayi < 1 bulan tidak termasuk kejang demam
Anak < 6 bulan atau > 5 tahun yg mengalami kejang didahului demam pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP, epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam
Terjadi pada 2-4% dari populasi anak 6 bulan sampai 5 tahun
80% merupakan kejang demam sederhana, 20% kejang demam kompleks
8% berlangsung lama (>15 menit) 16% berulang dalam waktu 24 jam Kejang pertama terbanyak antara 17-23
bulan
Epidemiologi
Anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam
Bila KDS yang pertama terjadi pada umur < 12 bulan, risiko kejang demam kedua 50%, bila KDS pertama > 12 bulan risiko menurun menjadi 30%
Setelah kejang demam pertama, 2-4% anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali risiko dibanding populasi umum
1. Kejang demam sederhana (KDS)/ Simple febrile seizure
2. Kejang demam kompleks (KDK)/ Complex febrile seizure
Klasifikasi
1. Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit,
2. tonik dan atau klonik3. umumnya akan berhenti sendiri4. Tanpa gerakan fokal atau berulang
dalam waktu 24 jam
Kejang demam sederhana
Kejang demam dengan ciri (salah satu di bawah ini)
1. kejang lama > 15 menit2. kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
kejang umum didahului kejang parsial3. berulang atau lebih dari 1 kali dalam
24 jam
Kejang demam kompleks
Penyebab masih belum diketahui, tetapi berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan biasanya muncul pada hari pertama: Infeksi saluran pernapasan atas Pneumonia Otitis media Gastroenteritis Infeksi saluran kemih
Etiologi
Demam
suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolism basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%Terjadi perpindahan ion Na dan K
Kejang
Kebutuhan O2 meningkat
Apnea Hipoksemia
Hiperkapnia Asidosis Metabolik
Hipotensi Arterial dan denyut
jantung tidak teratur
Peningkatan metabolisme otak
Kerusakan Otak
Epilepsi
Kejang tonik-klonik atau grand mal.Pingsan yang berlangsung selama 30
detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam) .
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik).
Manifestasi klinis
Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit).
Lidah atau pipinya tergigit. Gigi atau rahangnya terkatup rapat. Inkontinensia (mengeluarkan air kemih
atau tinja diluar kesadarannya). Gangguan pernafasan. Apneu (henti nafas). Kulitnya kebiruan
Laboratorium laboratorium rutin tidak dianjurkan, dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah
Foto X-ray kepala dan Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak rutin dan atas indikasi
Pemeriksaan penunjang
Pungsi lumbal: dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan meningitis
Dianjurkan pada:1. Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan2. Bayi 12-18 bulan dianjurkan3. > 18 bulan tidak rutin
Elektroensefalografi (EEG)dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas. Mis. KDK pada anak >6 tahun atau kejang demam fokal
PencitraanX-ray, CT, MRI tidak rutin dan atas indikasi seperti: Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis) Paresis nervus VI Papiledema
Infeksi susunan saraf pusat (meningitis, ensefalitis dan abses otak)
Sinkop Delirium Menggigil Pucat dan sianosis
Diagnosis banding
Riwayat kejang demam dalam keluarga Usia < 15 bulan Temperatur yang rendah saat kejang Cepatnya kejang setelah demam
Seluruh faktor ada 80%Bila tidak ada faktor di atas 10-15%
Faktor risiko berulangnya kejang demam
Sebelum kejadian kejang demam pertama sudah ada kelainan neurologis
Riwayat kejang tanpa demam (epilesi) pada orang tua atau saudara kandung
Kejang lebih dari 15 menit atau kejang fokal1 faktor risiko 4-6%2/3 faktor risiko 10-49 %
Faktor risiko terjadinya epilepsi
1. Pengobatan fase akut2. Mencari dan mengobati penyebab3. Pengobatan profilaksis terhadap
berulangnya kejang demam
Tata laksana
0 - 5 menit: Yakinkan bahwa aliran udara pernafasan baik Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi
oksigen ke jaringan, berikan oksigen Bila keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis
terarah, pemeriksaan umum dan neurologi secara cepat
Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal dan tanda-tanda infeksi
5 – 10 menit: Pemasangan akses intarvena Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin,
glukosa, elektrolit Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgbb secara intravena,
atau diazepam rektal 0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan
> 10 kg = 10 mg). Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang satu
– dua kali setelah 5 –10 menit.. Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25%
2ml/kgbb.
10 – 15 menit Cenderung menjadi status konvulsivus Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kgbb intravena diencerkan
dengan NaCl 0,9% Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 – 10 mg/kgbb
sampai maksimum dosis 30 mg/kgbb.
30 menit Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan
dosis tambahan 5-10 mg/kg dengan interval 10 – 15 menit. Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti
analisis gas darah, elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda-tanda depresi pernafasan.
Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatan intensif.
a. Mengobati kejangPengobatan fase akut
KEJANG
MASIH KEJANG
MASIH KEJANG
MASIH KEJANG
Berikan diazepam rektal: 5 mg untuk BB<10 kg
10 mg untuk BB> 10 kg atau iv tunggu 15 menit, berikan oksigen
Berikan diazepam rektal atau iv dosis sama, tunggu 15 menit, beri oksigenasi adekuat, beri cairan intravena (D5 1/4S, D5 1/2S atau RL)
Berikan fenitoin/difenilhidantoin loading iv dosis 10-15 mg/kgBB/kali maks 200mg, tunggu 20 menit
KEJANG BERHENTIMasuk ICU anestesi umum (midazolam iv 0,1-0,2 mg/kgBB atau fenitoin drip 15 mg/kgBB/24 jam
Rumatan: fenitoin 5-8 mg/kgBB/hari atau fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari
b. Membebaskan jalan napas, oksigenasi secukupnya
c. Menurunkan demam, dengan kompres seluruh tubuh atau bila memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB
d. Memberikan cairan cukup bila kejang berlangsung lama dengan cairan intravena
Pengobatan fase akut
Pemberian fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang
Dosis asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis, fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis
Pengobatan pencegahan berulangnya kejang
Pengobatan rumat diberikan pada kejang demam dengan ciri:
Kejang lama >15 menit Adanya kelainan neurologis nyata sebelum atau
sesudah kejang, mis. Hemiparesis, cerebral palsy, retardasi mental atau hidrosefalus
Kejang fokal
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jamKejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulanKejang demam > 4 kali dalam setahun
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan
Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan pertama dari serangan pertama.
Prognosis Terulangnya Kejang
Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor :1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak
menderita KDS3. Kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau tidak sama sekali faktor di atas.
Epilepsi
Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal.
Kejang fokal yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya.
Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. D
Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami hemiparese sesudah kejang lama.
Hemiparesis
Ditemukan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah.
Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.
Retardasi Mental