laporan kasus dr idil hcv

Upload: indra-hebat

Post on 10-Feb-2018

264 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    1/64

    LAPORAN KASUS

    SEORANG PEREMPUAN 49 TAHUN DENGAN HEPATITIS

    C, BATU GINJAL, HIDRONEFROSIS, ANEMIA

    MIKROSITIK

    OLEH

    GABRIELA REGINATA

    406117068

    PEMBIMBING :

    dr. IDIL FITRI, Sp.PD

    KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT

    DALAM

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    2/64

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

    TARUMANAGARA

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUDUS

    LEMBAR PENGESAHAN

    Laporan kasus

    SEORANG PEREMPUAN 49 TAHUN DENGAN HEPATITIS

    C, NEFROLITIASIS, HIDRONEFROSIS, ANEMIA

    MIKROSITIK HIPOKROM

    Telah didiskusikan tanggal:

    Pembimbing

    Dr. Idil Fitri, Sp.PD

    Pelapor

    Mengetahui

    Gabiela Reginata Dr. Amrita,

    Sp.PD

    (406117068)

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    3/64

    Bagian Ilmu Penyakit Dalam

    Rumah Sakit Umum Daerah Kudus

    DAFTAR MASALAH

    NO

    AKTIF TANGGAL

    1. HEPATITIS C 10 06 2012

    2. NEFROLITIASIS 10 06 2012

    3. HIDRONEFROSIS 10 06 2012

    4. ANEMIA MIKROSITIK 09 07 2012

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    4/64

    IDENTITAS PENDERITA

    NAMA : Ny. S

    UMUR : 49 tahun

    JENIS KELAMIN : perempuan

    AGAMA : Islam

    PEKERJAAN : pembantu

    ALAMAT : Wergu Wetan 04/03 Kudus

    MASUK RSUD : 6 Juli 2012

    DIKASUSKAN : 8 Juli 2012

    KELUAR RSUD : 16 Juli 2012

    NO. CATATAN MEDIK : 637035

    RUANG : Bougenville II

    STATUS : JAMKESDA

    DATA DASAR

    A. ANAMNESIS : Autoanamnesis dengan penderita dan alloanamnesis

    dengan anak penderita tanggal 8 Juli 2012

    KELUHAN UTAMA:sakit perut

    RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:

    Tanggal 6 Juli 2012 pasien datang ke IGD dengan keluhan sakit perut

    terutama di sebelah kanan atas selama kurang lebih 1 minggu, nyerinya

    terus-menerus, dan menganggu aktivitasnya. Mata dan tubuh penderita

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    5/64

    tampak kuning sudah 4 hari. Penderita merasa lemas dan bertambah bila

    melakukan pekerjaan. Penderita juga mengeluh pusing, mual, muntah 3

    kali sehari berisi makanan dan air selama 3 hari, tidak napsu makan,

    demam tidak tinggi selama 4 hari, tidak naik turun, tidak menggigil.

    Penderita mengeluh buang air besar keras dan berwarna seperti dempul

    selama 3 hari. Buang air kecil warnanya seperti teh selama 2 hari. Karenabadannya sangat lemas dan hampir pingsan, maka penderita dibawa oleh

    keluarganya ke IGD RSUD dan disarankan mondok. Penderita belum

    pernah berobat untuk keluhan ini.

    Yang dirasakan pasien sampai saat ini adalah nyeri perut kanan atas,

    mual, tidak ada muntah, belum BAB, dan BAK seperti teh.

    RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:

    Riwayat hepatitis (+)

    Riwayat anemia (+)

    Riwayat nefrolitiasis (+)

    Riwayat hidronefrosis (+)

    Riwayat suntik KB (+)

    Riwayat transfusi darah (-)

    Riwayat berganti pasangan (-)

    Riwayat konsumsi alcohol (-)

    Riwayat BAB sulit (+)

    Riwayat ISK (-)

    Riwayat hipertensi (-)

    Riwayat DM (-)

    RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:

    Tidak ada keluarga yang sakit hepatitis maupun batu ginjal

    RIWAYAT SOSIAL EKONOMI:

    Penderita seorang pembantu, 2 anak, suami tidak tahu dimana. Biaya

    ditanggung Jamkesda

    RIWAYAT STATUS GIZI:

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    6/64

    Sejak sakit, nafsu makan menurun, hanya makan sedikit-sedikit, setiapmakan 5 sendok makan, lauknya sayur, tahu, tempe, kadang dagingdan telur

    RIWAYAT PERAWATAN DAN PENGOBATAN:

    Penderita pernah dirawat di rumah sakit Mardi Rahayu bulan lalu (10 Juni

    2012) selama 5 hari.

    Perawatan di Bougenville II RSUD Kudus Juli 2012 dengan problem sebagai

    berikut:

    1. Hiperbilirubinemia

    2. Hepatomegali

    3. Anemia mikrositik hipokromik

    4. Nefrolitiasis

    5. Hidronefrosis

    6. Albuminuria

    7. Bilirubinuria

    8. Hematuria

    Pengobatan yang telah diberikan:

    - Infus NaCl 20 tpm

    - Cefotaxim 2 x 1 gr

    - Curcuma 3 x 1 tablet

    - Methioson 3 x 1

    - Antasid 4x 2 C

    - Spironolacton 2 x 100 mg

    - Ranitidin 2 x 1 ampul

    B. PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan Umum Lemah, kesadaran kompos mentis

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    7/64

    TB : 165 cm BB : 50 kg

    BMI : 18,53 kg/m2 Kesan: normoweight

    Tanda Vital Tekanan Darah : 100/70

    Nadi : 86 x/mnt, reguler, isicukup

    Laju Pernafasan : 20 x/mnt

    Suhu : 36,0 C (axiler)

    Kulit Ikterik (+), anemis (+), sianosis (-)

    Kepala Mesocephal, distribusi rambut merata, tidak

    mudah dicabut, turgor kulit dahi cukup.

    Mata Penglihatan baik, konjungtiva palpebraepucat (+/+), sklera ikterik (+/+), pupil

    isokor diameter 2 mm, refleks cahaya (+/+).

    Hidung Penciuman baik, nafas cuping hidung tidak

    ada.

    Mulut Bentuk rahang normal, mukosa tidak kering,

    papil lidah tidak atrofi, bercak ungu (-),

    hipertrofi gingiva (-), gusi berdarah (-)

    Leher JVP R-2cmH2O, tidak ada pembesaran KGB,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, trakea

    di tengah.

    Dada Bentuk dada simetris, sela iga tidak melebar,

    simetris statis dinamis, pembesaran kelenjar

    limfe tidak ditemukan, spider naevi (-), nyeri

    tekan sternum (-)

    Jantung

    Inspeksi Ictus Cordis tidak tampak

    Palpasi Ictus Cordis teraba di ICS V MCLS, tidak kuat

    angkat, tidak melebar, pulsasi parasternal

    tidak ada, pulsasi epigastrium tidak ada,

    sternal lift tidak ada, thrill sistolik/diastolik

    tidak ada.

    Perkusi Batas atas : ics II parasternal line sinistra

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    8/64

    Batas kanan: ics IV parasternal line dextra

    Batas kiri: ics V midclavicula line sinistra

    Auskultasi Suara jantung I-II murni

    HR :86 x/mnt, reguler, gallop (-), bising (-)

    Paru-paru

    Depan

    Inspeksi Sela iga tidak melebar, venektasi (-), kanan

    kiri simetris statis dinamis

    Palpasi Stem fremitus kanan sama dengan kiri

    Perkusi Sonor seluruh lapangan paru

    Auskultasi Suara dasar vesikuler, suara tambahan tidak

    ada

    Belakang

    Inspeksi Kanan kiri simetris statis dinamis

    Palpasi Stem fremitus kanan sama dengan kiri

    Perkusi Sonor seluruh lapangan paru

    Auskultasi Suara dasar vesikuler, suara tambahan tidakada

    Abdomen

    Inspeksi Membuncit

    Auskultasi Bising usus (+) normal

    Perkusi Redup di regio hipocondriaca dextra,

    pekak alih (-), liver span 13 cm, nyeri ketok

    sudut kostovertebra (-)

    Palpasi Supel, hepar teraba 3cm dibawa arcus

    costae konsistensi keras dengan

    permukaan rata, tepi tumpul, lien tidak

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    9/64

    teraba, ballotement (-), nyeri tekan regio

    hipocondriaca dextra dan regio lateralis

    dextra, nyeri ketok sudut kostovertebrae (-)

    Genitalia Tidak dilakukan

    R T Tidak dilakukan

    Ekstremitas Superior Inferior

    Pembesaran kel. Limfe axiler -/-

    Pembesaran kel. Limfe Inguinal -/- -/-

    Edema -/- -/-

    Sianosis -/- -/-

    Petechiae -/- -/-

    Gerakan +/+ +/+

    Kekuatan 5/5 5/5

    Tonus normal normal

    C. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Data yang sudah adasebelum dikasuskan)

    HEMATOLOGI 10 Juni 2012

    WBC : 10,57 /mm < 3.5 11.0 >

    RBC : 4,52 /mm < 3.80 5.80 >

    HGB : 13,0 gr/dl < 11.0 16.5 >

    HCT : 38 % < 35.0 50.0 >

    PLT : 337 /mm < 150 440 >

    MCV : 81 m < 80 97 >

    MCH : 28,8 pg < 26.5 33.5 >

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    10/64

    MCHC : 34,2 g/dl < 31.5 35.0 >

    RDW : 14,9 % < 10.0 15.0 >

    MPV : 10,5 m < 6.5 11.0 >

    PDW : 12,8 % < 10.0 18.0 >

    LYMFOSIT : 4,3 % L < 17.0 48.0 >

    MONOSIT : 5,3 % < 4.0 10.0 >

    EOSINOFIL : 0,2 % L < 1-3 >

    BASOFIL : 5,3 % < 4.0 10.0 >

    KIMIA DARAH 10 Juni 2012

    Gula darah sewaktu : 160 mg/dl H < 70 150 >

    Ureum : 27.1 mg/dl < 11.0 55.0 >

    Creatinin : 1,20 mg/dl < 0.6 1.36 >

    SGOT : 188,8 U/I H (

    Natrium : 138,2 mmol/l < 135 155

    >

    Calsium : 10,37 mmol/l H

    IMUNOSEROLOGI 10 Juni 2012

    Anti HCV : 8,56 (Reaktif : >= 1 ) POSITIF

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    11/64

    KIMIA DARAH 13 Juni 2012

    Bilirubin total : 6,26mg/dl H < 0.1 1.2 >

    SGOT : 61,4U/I H (

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    12/64

    Jamur : negatif

    Kristal : negative

    USG 10 Juni 2012

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    13/64

    HASIL PEMERIKSAAN USG ABDOMEN :

    Hepar : ukuran tak membesar, parenkim heterogen, tak tampak nodul,

    eksogenisitas parenkim normal, tak tampak dilatasi duktus biliaris,vena porta, maupun vena hepatica

    Gall blader : bentuk dan ukuran normal, tak tampak batu maupun

    sludge

    Pankreas : ukuran normal, parenkim homogen, tak tampak dilatasi

    duktus biliaris

    Lien : ukuran tak membesar, tak tampak dilatasi vena lienalis

    Ginjal kanan : membesar, parenkim menipis, tampak dilatasi PCS,dengan ureter proksimal melebar, curiga batu 1/3 tengah

    Ginjal kiri : tak membesar, PCS melebar, batu di ren kiri ukuran 0,6cm

    Vesica urinaria : dinding regular tak menebal, tak tampak batu

    Uterus : ukuran normal, parenkim homogen

    Adneksa : tak tampak massa di kedua adneksa

    KESAN : SUSPECT HEPATITIS

    HIDRONEFROSIS D / S, KANAN LEBIH BERAT

    CURIGA BATU 1/3 TENGAH REN DEXTRA

    BATU REN SNISTRA

    PEMERIKSAAN LAB DARAH 6 JULI 2012:

    WBC : 8,0 /mm < 3.5 10.0 >

    RBC : 3,34 /mm L < 3.80 5.80 >

    HGB : 9.0 gr/dl L < 11.0 16.5 >

    HCT : 25,4 % L < 35.0 50.0 >

    PLT : 227 /mm < 150 390 >

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    14/64

    PCT : .159 % < .100 - .500 >

    MCV : 76 m L < 80 97 >

    MCH : 26,8 pg < 26.5 33.5 >

    MCHC : 35,8 g/dl H < 31.5 35.0 >

    RDW : 16.3 % H < 10.0 15.0 >

    MPV : 7.0 m < 6.5 11.0 >

    PDW : 9.7 % L < 10.0 18.0 >

    LYM : 17,9 % < 17.0 48.0 > LYM : 1,4 10/mm< 1.2 3.2 >

    MON : 5,1 % < 4.0 10.0 > MON : 0.4 10/mm

    < 0.3 0.8 >

    GRA : 77,0% H < 43.0 76.0 > GRA : 6,2 10/mm

    < 1.2 6.8 >

    KIMIA DARAH 6 Juli 2012

    Bilirubin total : 7,27mg/dlH < 0.1 1.2 >

    Direk : 5,38mg/dlH < 0.0 0.2 >

    Indirek : 1.89mg/dlH < 0.0 1.0 >

    SGOT :

    61 U/I H

    (

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    15/64

    Regularity : reguler

    Axis : normoaxis

    P wave : normal

    PR interval : normal

    QRS complex :

    -Q patologis : (-)-R wave progression : Normal-R di V5 + S di V2 : < 35-R bivasik : (-)ST segmen : isoelektris

    T wave : inverted (-)

    Kesan : normo sinus rhythm

    PEMERIKSAAN KIMIA DARAH 7 JULI 2012

    Ureum : 34,7 mg/dl < 11.0 55.0 >

    Creatinin : 0.8 mg/dl < 0.6 1.36 >

    SGOT : 50 U/I H (

    Natrium : 138 mmol/l < 135 155 >

    Chlorida : 104 mmol/l < 75 - 106>

    PEMERIKSAAN SEROLOGI : HBsAg (-)

    PROBLEM AKTIF

    1. Hepatitis C

    2. Nefrolitiasis

    3. Hidronefrosis

    4. Anemia mikrositik

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    16/64

    RENCANA PEMECAHAN MASALAH

    Problem 1 : Hepatitis C

    Ass : akut, kronik

    kausa hepatitis C

    Plan Dx : Anamnesis klinis dan pemeriksaan lab kimia darah

    (SGOT/SGPT)

    Tx : Infus RL 14 tpm

    Terapi suportif

    Curcuma 3 x 1 tablet

    Methioson 3 x 1

    Mx : Keluhan Subjektif, tanda vital, kimia darah SGOT/SGPT,

    bilirubin

    Ex : Menjelaskan tentang penyakit, prognosis, cara

    penularan, dan

    pemeriksaan yang perlu dilakukan

    Menjelaskan pada pasien tentang pentingnya vaksin

    hepatitis B dan A

    Problem 2 : Nefrolitiasis

    Ass : jenis batu, ada atau tidaknya infeksi

    Plan Dx : Anamnesis tanda klinis infeksi, pemeriksaan fisik dan

    penunjang lain

    Analisis batu, BNO-IVP, urinalisis, kultur urin, urin 24 jam,

    tes fungsi

    ginjal, elektrolit darah

    Tx : suportif, diuretik Spironolakton 2 x 100 mg,

    antispasmodik,

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    17/64

    antimikroba jika infeksi, batu kalsium : kalium sitrat, batu

    urat :

    allopurinol, pengaturan diet

    Mx : Keluhan Subjektif, tanda vital, urin 24 jam, ureum

    creatinin

    Ex : Menjelaskan tentang penyakit, terapi, dan pemeriksaan

    yang

    dilakukan.

    Menganjurkan pada pasien agar minum banyak air (bila

    fungsi ginjal

    masih baik), batasi makanan garam, protein, kalsium

    Konsul ke bagian bedah

    Problem 3 : Hidronefrosis

    Ass : etiologi sumbatan, letak sumbatan, fungsi ekskresi

    Plan Dx : BNO-IVP, Renogram

    Tx : suportif, pengaturan diet

    Mx : Keluhan Subjektif, tanda vital

    Ex : Menjelaskan tentang penyakit dan pemeriksaan yang

    akan dilakukan

    Konsul bedah

    Problem 4 : Anemia mikrositik

    Ass : etiologi dan penyakit dasar anemia

    Plan Dx : pemeriksaan penyaring meliputi pengukuran kadar Hb,

    indeks eritrosit,

    hapusan darah tepi; pemeriksaan darah seri anemia

    meliputi hitung

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    18/64

    leukosit, trombosit, retikulosit, LED; pemeriksaan

    sumsum tulang;

    pemeriksaan Fe serum, TIBC, Feritin

    Tx : terapi suportif, terapi kausa dasar anemia, transfuse

    atas indikasi

    Mx : Keluhan Subjektif, tanda vital, Hb, reaksi transfusi

    Ex : Menjelaskan tentang penyakit, pemeriksaan,

    terapi/transfusi, dan

    reaksi transfusi yang akan dilakukan

    RINGKASAN

    Seorang perempuan umur 49 tahun datang dengan keluhan sakit perut

    terus-menerus terutama di sebelah kanan atas selama kurang lebih 1

    minggu, mata dan tubuh kuning sudah 4 hari, lemas, mual,muntah 3 kali,

    pusing, selama 3 hari, demam tidak tinggi selama 4 hari, buang air besar

    keras dan berwarna seperti dempul selama 3 hari, buang air kecil

    warnanya seperti teh selama 2 hari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

    sklera ikterik (+/+), konjungtiva palpebra pucat (+/+), liver span 13 cm,

    Redup di regio hipocondriaca dextra, teraba hepar 3 cm di bawah arcus

    costae, konsistensi keras, permukaan rata, tepi tumpul, nyeri tekan

    hipokondriaka kanan dan regio lateralis dextra. Pada pemeriksaan

    laboratorium didapatkan : hiperbilirubinemia 6,26 mg/dl, SGOT 188,8

    U/I, SGPT 256,9 U/I, limfositopenia 4,3%, peningkatan gula darah 160

    mg/dl, hiperkalsemi 10,37, anti HCV 8,56,reaktif positif, anemia

    9,0/mm.Pada pemeriksaan didapatkan : albuminuria +2, bilirubinuria +1,

    hematuria 20-25 eritrosit. Pada USG abdomen didapatkan : suspek

    hepatitis, hidronefrosis dextra et sinistra, batu 1/3 tengah ren dextra, batu

    ren sinistra

    PERMASALAHAN

    Pasien Hepatitis C bagaimana penangannya ? Mengapa pasien ini mengalami

    anemia ?

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    19/64

    CATATAN KEMAJUAN

    8 Juli 2012

    Problem 1 : Hepatitis C

    Subjektif : Sakit perut, badan kuning, pusing, mual, sudah tidak muntah,tidak napsu

    makan, belum BAB, BAK seperti teh

    Objektif :

    Keadaan umum : Compos mentis, lemas

    Tekanan darah : 110/70 mmHg

    Nadi : 88 x/mnt

    Suhu : 37 C

    RR : 22 x/mnt

    Mata : sklera ikterik (+/+), konjungtiva palpebra pucat (+/+)

    Abdomen : Redup di regio hipocondriaca dextra, liver span 13 cm, teraba

    hepar 3 cm di bawah arcus costae, konsistensi keras, permukaan rata,

    tepi tumpul, nyeri tekan hipokondriaka kanan dan regio lateralis dextra

    Assessment :

    Hepatitis C, nefrolitiasis, hidronefrosis, anemia mikrositik

    Plan Therapy :

    - NS 14 tpm

    - Curcuma 3 x 1

    - Methioson 3 x 1

    - Antasid 4 x 2 C

    - Spironolakton 2 x 100 mg

    - Cefotaxim 2 x1 gr

    - Ranitidin 2 x 1

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    20/64

    Plan Monitor :

    - Keluhan subjektif, pemeriksaan fisik, tanda vital, SGPT,SGOT, Bilirubin,Hb

    Plan Edukasi :

    - Menjelaskan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga,pemeriksaan, pengobatan dan tindakan yang akan dilakukan.

    9 Juli 2012

    Problem 1 : Hepatitis C

    Subjektif : BAK sudah tidak seperti teh

    Objektif :

    Keadaan umum : Compos mentis

    Tekanan darah : 120/70 mmHg

    Nadi : 84 x/mnt

    Suhu : 36,6 C

    RR : 22 x/mnt

    Assessment : Hepatitis C, nefrolitiasis, hidronefrosis, anemia mikrositikbelum teratasi

    10 Juli 2012

    Problem 1 : Hepatitis C

    Subjektif : BAB, BAK normal

    Objektif :

    Keadaan umum : Compos mentis

    Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 88 x/mnt

    Suhu : 37 C

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    21/64

    11 Juli 2012

    Problem 1 : Hepatitis C

    Subjektif : belum napsu makan

    Objektif :

    Keadaan umum : Compos mentis

    Tekanan darah : 110/80 mmHg

    Nadi : 84 x/mnt

    Suhu : 36,7 C

    RR : 22 x/mnt

    KIMIA DARAH 11 Juli 2012

    Bilirubin total : 4,00mg/dlH < 0.1 1.2 >

    Direk : 2,62mg/dlH < 0.0 0.2 >

    Indirek : 1,38mg/dlH < 0.0 1.0 >

    SGOT : 37 U/I H (

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    22/64

    Nadi : 80 x/mnt

    Suhu : 36,6 C

    RR : 20 x/mnt

    13 Juli 2012

    Problem 1 : Hepatitis C

    Subjektif : Sakit perut bertambah

    Objektif :

    Keadaan umum : Compos mentis

    Tekanan darah : 110/80 mmHg

    Nadi : 80 x/mnt

    Suhu : 36,7 C

    RR : 24 x/mnt

    14 Juli 2012

    Problem 1 : Hepatitis C

    Subjektif : Sakit perut berkurang

    Objektif :

    Keadaan umum : Compos mentis

    Tekanan darah : 110/80 mmHg

    Nadi : 80 x/mnt

    Suhu : 36,7 C

    RR : 24 x/mnt

    KIMIA DARAH 14 Juli 2012

    Bilirubin total : 3,15mg/dlH < 0.1 1.2 >

    Direk : 2,03mg/dlH < 0.0 0.2 >

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    23/64

    Indirek : 1.12mg/dlH < 0.0 1.0 >

    SGPT : 42 U/I H ( < 41 )

    Lab: hiperbilirubinemia konjugasi, peningkatan SGPT

    Assessment : hiperbilirubinemia konjugasi kolestasis intrahepatik

    15 Juli 2012

    Problem 1 : Hepatitis C

    Subjektif : Sudah tidak sakit perut

    Objektif :

    Keadaan umum : Compos mentis

    Tekanan darah : 110/80 mmHg

    Nadi : 80 x/mnt

    Suhu : 36,7 C

    RR : 24 x/mnt

    16 Juli 2012

    Problem 1 : Hepatitis C

    Subjektif : Hanya mata dan badan kuning saja, minta pulang

    Objektif :

    Keadaan umum : Compos mentis

    Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 84x/mnt

    Suhu : 37 C

    RR : 22 x/mnt

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    24/64

    ALUR PIKIR

    Perempuan umur 38 tahun infeksi hepatitis C, hidronefrosis, nefrolitiasis,

    anemia mikrositik hipokrom mengeluh pusing, mual, muntah, sklera dan

    badan ikterik,demam tidak tinggi, pusing, lemas, BAB dempul, BAK seperti

    teh. PF : sklera ikterik (+/+), konjungtiva palpebra pucat (+/+), redup di regio

    hipocondriaca dextra, liver span 13 cm, teraba hepar 3 cm di bawah arcus

    costae, konsistensi keras, permukaan rata, tepi tumpul, nyeri tekan

    hipokondriaka kanan dan regio lateralis dextra. USG : suspek hepatitis,

    hidronefrosis dextra/sinistra, dextra lebih berat, curiga batu 1/3 tengah

    rend extra, batu ren sinistra. Lab : hiperbilirubinemia, peningkatan SGOT,SGPT, limfositopenia, peningkatan gula darah, hiperkalsemi, anti HCV positif,

    anemia, pemeriksaan urin: bilirubinuria, hematuria, albuminuria.

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    25/64

    HEPATITIS

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    26/64

    Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati

    (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan

    obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa

    jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis

    akibat virus bisa akut (hepatitis A) dapat pula hepatitis kronik (hepatitis B,C)

    dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C).

    I. Hepatitis Virus Akut

    PENDAHULUAN

    Hepatitis viral akut adalah suatu infeksi sistemik yang terutama

    mempengaruhi hati. Hampir semua kasus hepatitis virus akut disebabkanoleh salah satu dari 5 jenis virus, yaitu: virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis

    B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV), dan virus hepatitis E

    (HEV). Jenis virus lain yang ditularkan pasca transfusi seperti virus hepatitis G

    dan virus TT telah dapat diidentifikasi, akan tetapi tidak menyebabkan

    hepatitis. Semua jenis hepatitis virus yang menyerang manusia merupakan

    virus RNA, kecuali hepatitis B, yang merupakan virus DNA.

    Hepatitis viral akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit

    hati diseluruh dunia. Penyakit tersebut ataupun gejala sisanya bertanggung

    jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. Banyak episode hepatitis

    dengan klinis anikterik, tidak nyata atau persisten. Secara global, virus

    hepatitis merupakan penyebab utama viremia yang persisten.

    EPIDEMIOLOGI

    Di Indonesia, berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit,hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut

    yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8%-68,3%. Peningkatan prevalensi anti

    HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi dan lebih nyata di daerah

    dengan kondisi kesehatan dibawah standar. Sebagian besar infeksi HAV

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    27/64

    didapat pada awal kehidupan, kebanyakan asimptomatik atau sekurangnya

    anikterik.

    Tingkat prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi berkisar

    antara 2,5%-25,61%, sehingga termasuk dalam kelompok negara dengan

    endemisitas sedang sampai tinggi. Di negara-negara Asia diperkirakan

    bahwa penyebaran perinatal dari ibu pengidap hepatitis merupakan jawaban

    atas prevalensi infeksi virus hepatitis B yang tinggi. Adanya HBeAg pada ibu

    sangat berperan penting untuk penularan. Walaupun ibu yang mengandung

    HBsAg positif namun jika HbeAg dalam darah negatif, maka daya tularnya

    menjadi rendah.

    Prevalensi anti-HCV pada donor darah di beberapa tempat di Indonesia

    menunjukkan angka di antara 0,5%-3,37%. Sedangkan prevalensi anti HCV

    pada hepatitis virus akut menunjukkan bahwa hepatitis C (15,5%-46,4%)

    menempati urutan kedua setelah hepatitis akut (39,8%-68,3%), sedangkan

    urutan ketiga ditempati oleh hepatitis B (6,4%-25,9%). Untuk hepatitis D,

    walaupun infeksi hepatitis ini erat hubungannya dengan infeksi hepatitis B, di

    Asia Tenggara dan Cina infeksi hepatitis D tidak biasa dijumpai pada daerah

    dimana prevalensi HbsAg sangat tinggi.

    AGEN PENYEBAB HEPATITIS VIRUS

    Secara umum agen penyebab hepatitis virus dapat

    diklasifikasikan ke dalam 2 grup yaitu hepatitis dengan transmisi

    secara enterik dan transmisi melalui darah.

    Transmisi secara enterik:

    Terdiri atas virus Hepatitis A (HAV) dan virus Hepatitis E (HEV):

    Virus tanpa selubung

    Tahan terhadap cairan empedu

    Ditemukan di tinja

    Tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronik

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    28/64

    Tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi

    karier intestinal

    Transmisi melalui darah :

    Terdiri atas virus Hepatitis B (HBV), virus Hepatitis C (HCV) dan virus

    Hepatitis D (HDV):

    Virus dengan selubung (envelope)

    Rusak bila terpajan cairan empedu/detergen

    Tidak terdapat dalam tinja

    Dihubungkan dengan penyakit hati kronik

    Dihubungkan dengan viremia yang persisten

    PATOFISIOLOGI

    1. Sistem imun bertanggung jawab untuk terjadinya kerusakan sel

    hati2:a. Melibatkan respons CD8 dan CD4 sel T.

    b. Produksi sitokin di hati dan sistemik.

    2. Efek sitopatik langsung dari virus. Pada pasien engan

    imunosupresi dengan replikasi tinggi, akan tetapi tidak ada

    bukti langsung.

    GAMBARAN KLINIS

    Gambaran klinis hepatitis virus bervariasi mulai dari infeksi

    asimptomatik tanpa kuning sampai yang sangat berat yaitu hepatitis

    fulminan yang dapat menimbulkan kematian hanya dalam beberapa hari.

    Gejala hepatitis terbagi dalam 4 tahap, yaitu :

    1. Fase Inkubasi

    Merupakan waktu di antara saat masuknya virus dan timbulnya

    gejala atau ikterus. Fase ini tergantung pada dosis inokulum yang

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    29/64

    ditularkan dan jalur penularan. Makin besar dosis inokulum, makin

    pendek fase inkubasi ini.

    2. Fase Prodromal (Pra ikterik)

    Merupakan fase di antara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan

    gejala timbulnya ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious(perlahan-lahan). Fase ini berlangsung selama 4-7 hari. Pasien

    mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam,

    nyeri otot, dan nyeri perut kanan atas. Urin menjadi lebih coklat.

    Diare atau konstipasi dapat terjadi. Serum sickness dapat muncul

    pada hepatitis B akut di awal infeksi. Demam derajat rendah umumnya

    terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan

    menetap di kuadran kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat

    dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolesistitis.

    3. Fase ikterusStadium ikterik muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga

    muncul bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase

    ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi

    perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan

    klinis yang nyata.

    Ikterus mula-mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit

    seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang tetapi pasien masih

    lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau

    kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.

    4. Fase konvalesen (penyembuhan)

    Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi

    hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Munculnya

    perasaan sudah lebih sehat, kembalinya nafsu makan. Keadaan akut

    biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A, perbaikan

    klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu dan 16 minggu

    untuk hepatitis B. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari

    orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang

    biasanya berbeda.

    Pada golongan hepatitis inapparent, tidak ditemukan gejala.

    Hanya diketahui bila dilakukan pemeriksaan faal hati (peningkatan

    serum transaminase) dan biopsi menunjukkan kelainan.

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    30/64

    Pada hepatitis anikterik, keluhan sangat ringan dan samar-

    samar, umumnya anoreksia dan gangguan pencernaan. Pada pemeriksaan

    laboratorium ditemukan hiperbilirubinemia ringan dan bilirubinuria.

    Urin secara makroskopik berwarna seperti teh tua dan apabila dikocok

    akan memperlihatkan busa berwarna kuning kehijauan.

    TIPE HEPATITIS SECARA KLINIS

    1. HEPATITIS A

    Masa inkubasi virus ini 15-50 hari (rata-rata 30 hari). Virus ini terdistribusi

    di seluruh dunia, dengan endemisitas tinggi di negara berkembang. HAV di

    ekskresikan di tinja oleh orang yang terinfeksi selama 1-2 minggu sebelum

    dan 1 minggu setelah awitan penyakit. Viremia muncul singkat (tidak lebih

    dari 3 minggu), kadang-kadang sampai 90 hari pada infeksi yang membandel

    atau infeksi yang kambuh. Ekskresi feses yang memanjang (bulanan)

    dilaporkan pada neonatus yang terinfeksi. Transmisi enterik (fekal-oral)

    predominan diantara anggota keluarga. Kejadian luar biasa, biasanya

    dihubungkan dengan sumber umum yang digunakan bersama makanan yang

    terkontaminasi air.

    Faktor resiko lain, meliputi paparan pada pusat perawatan sehari untuk

    bayi atau anak balita, institusi untuk developmentally disadvantage,

    berpergian ke negara berkembang, perilaku seks oral-anal, pemakaian

    bersama IVDU (intra vena drug user). Transmisi melalui transfusi sangat

    jarang terjadi.

    2. HEPATITIS B

    Masa inkubasi HBV berkisar dari 15-180 hari (rata-rata 60-90 hari).

    Viremia berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi

    akut. Sebanyak 1%-5% dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi akan

    berkembang menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten. Infeksi

    persisten dihubungkan dengan hepatitis kronik, sirosis dan kanker hati.

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    31/64

    HBV ditemukan di darah, semen, sekret servikovaginal, saliva dan cairan

    tubuh lain. Cara transmisi melalui darah (penerima produk darah, IVDU,

    pasien hemodialisis, pekerja kesehatan, pekerja yang terpapar darah),

    transmisi seksual, penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa (tertusuk

    jarum, penggunaan ulang peralatan medis yang terkontaminasi, penggunaan

    bersama pisau cukur dan silet, tato, akupuntur, tindik, penggunaan sikat gigi

    bersama. Transmisi secara maternal-neonatal, maternal-infant. Tidak ada

    bukti penyebaran fekal-oral.

    HBV biasanya ditularkan melalui inkolusi dari darah yang terinfeksi. Ibu

    dengan HbsAg-positive dapat menularkan kepada bayinya pada waktu

    persalinan. HbsAG dijumpai di sebagian besar cairan tubuh dan dapat

    ditularkan melalui kontak seksual dan pemeriksaan dengan menilai anti Hbc.Orang-orang yang mempunyai risiko tinggi terhadap hepatitis B adalah

    penderita dan orang-orang yang bekerja di bagian hemodialise, dokter,

    dokter gigi, perawat di lab. klinik, lab. patologi, dan bank darah.

    Gambaran hepatitis A dan B mirip tetapi timbulnya hepatitis B cenderung

    lebih insidious dan aminotransferasi lebih tinggi. Resiko fulminan hepatitis

    kurang dari 1 % dengan mortalitas 60% immunocompetent atau

    immunocompromised. Penderita kronik hepatitis B, apabila HBV di dapat

    pada masa muda, risiko sangat tinggi untuk menjadi sirrosis bahkan

    hepatocellular Ca (25-40%).

    Virus marker HBV :

    1. HBsAg Merupakan tanda pertama dari infeksi HBV, dijumpai

    sepanjang sakit. Apabila HBsAg didapatkan di dalam darah sesudah

    masa akut, merupakan tanda dari kronik hepatitis.

    2. Anti-HBs Spesifik antibodi terhadap HBsAg, dijumpai pada

    sebagian besar penderita setelah hilangnya HBsAg atau setelah

    vaksinasi yang berhasil. Hilangnya dan timbulnya anti-HBs

    menunjukkan kesembuhan, non-infektif dan proteksi terhadap infeksi

    HBV.

    3. Anti-HBc-IgM Timbul tidak lama setelah HBsAg terdeteksi.

    Adanya IgM anti-HBc dapat bertahan 3-6 bulan atau lebih, dan dapat

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    32/64

    timbul kembali pada penderita kronik hepatitis yang mengalami

    eksaserbasi akut. IgG anti-HBc juga muncul pada waktu hepatitis

    sembuh (timbul anti-HBs di serum) atau timbul kronik hepatitis (HBsAg

    tetap).

    4. HbeAg Hanya dijumpai pada serum dengan HBsAg positif.

    Dijumpai pada masa inkubasi, tidak lama setelah HBsAg terdeteksi.

    HBeAg menunjukkan replikasi dan infektivitas. HBeAg yang berada

    dalam serum lebih dari 3 bulan sangat sugestif untuk timbulnya kronik

    hepatitis. Menghilangnya HBeAg seringkali diikuti oleh timbulnya anti-

    Hbe, ini menandakan menghilangnya replikasi dan berkurangnya

    inefektivitas.

    5. HBV DNA Adanya HBV DNA di serum kira-kira paralel dengan

    adanya HBeAg, tetapi HBV DNA lebih sensitif dan lebih tepat sebagai

    marker replikasi virus dan inefektivitas.

    HBsA

    g

    Anti-

    HBs

    Anti-

    HBc

    HBeAg Anti-

    HBe

    Interpretasi

    + - IgM + - Hepatitis B akut, infeksius

    + - IgG + - Hepatitis B kronik, infeksius

    + - IgG - + Hepatitis B kronik, tidak

    infeksius

    - - IgM + / - + / - Akut Hepatitis B

    - - IgG - + / - 1. Karier Hepatitis B

    2. Pernah menderita Hepatitis

    B

    - + IgG - + / - Sembuh dari Hepatitis B

    - + - - - 1. Setelah vaksinasi Hepatitis B

    2. Pernah menderita Hepatitis

    B

    3. False positive

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    33/64

    3. HEPATITIS C

    Masa inkubasi HCV 15-160 hari (puncak sekitar 50 hari). Viremia yang

    berkepanjangan dan infeksi yang persisten umum dijumpai. Infeksi yang

    menetap dihubungkan dengan hepatitis kronik, sirosis, kanker hati. Cara

    transmisi melalui darah (predominan), transmisi seksual, maternal-neonatal,

    tidak terdapat bukti transmisi melalui fekal-oral.

    Kira-kira 90% dari kasus hepatitis C adalah post transfusi dan drug user.

    Transmisi melalui seksual dan ibu anak kecil. Secara klinis gejala biasanya

    ringan bahkan sering asimptomatik, hanya ada peningkatan dari

    aminotransferase dan cenderung menjadi kronik hepatitis. Diagnosa hepatitis

    C dengan adanya anti-HCV.

    4. HEPATITIS D

    Masa inkubasi diperkirakan 4-7 minggu. Insiden berkurang dengan adanya

    peningkatan pemakaian vaksin. Viremia singkat (infeksi akut) atau

    memanjang (infeksi kronik). Infeksi HDV hanya terjadi pada individu dengan

    resiko infeksi HBV (co-infeksi atau super infeksi). Cara penularan melalui

    darah, transmisi seksual, dan penyebaran maternal-neonatal.

    Delta agent adalah RNA virus yang menyebabkan hepatitis hanya apabila

    ada HbsAg di dalam darah. Secara klinis delta agent dapat menggandakan

    co-infeksi dengan HBV, dan memperberat kronik hepatitis B yang sudah ada,

    atau dapat menyebabkan hepatitis B akut pada seseorang yang

    asimptomatik (hepatitis B carrier). Pada kronik aktif hepatitis B, superinfeksi

    oleh delta agent, prognosanya menjadi lebih jelek, sering mengakibatkan

    hepatitis fulminan atau hepatitis kronik yang sangat progresive menjadi

    sirosis. Transmisi vertikal delta agent lebih jarang. Petanda serologis antigen

    (HDAg) yang menandakan infeksi akut dini, dan antobodi (anti-HDV) yang

    menunjukkan adanya infeksi pada saat ini atau infeksi di masa lalu.

    5. HEPATITIS E

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    34/64

    Dulu disebut enterically transmitted non-A, non-B hepatitis. Penyakit ini

    self-limiting (tidak ada carrier state). Masa inkubasi rata-rata 40 hari.

    Distribusi luas dalam bentuk epidemi dan endemi. HEV RNA terdapat di tinja

    dan serum selama fase akut. Hepatitis sporadik sering pada dewasa muda di

    negara sedang berkembang. Merupakan penyakit epidemi dengan sumber

    penularan melalui air. Dilaporkan adanya transmisi secara maternal-neonatal.

    Viremia yang memanjang atau pengeluaran tinja merupakan kondisi yang

    tidak sering dijumpai.

    1. HEPATITIS F

    Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat

    hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.

    2. HEPATITIS G

    Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B

    dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik.

    Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.

    3. HEPATITIS DENGAN KOLESTASIS

    Ikterik sangat menonjol dan menetap selama beberapa bulan sebelum

    terjadinya perbaikan yang komplit. Pada beberapa pasien terjadi anoreksia

    dan diare yang persisten, serta pruritus yang sangat menonjol. Prognosa baik

    pada pasien dengan resolusi yang komplit. Paling sering terjadi pada infeksi

    HAV . Kadar bilirubin serum dapat melebihi 20 mg/dl, kadar serum

    aminotransaminase dapat sudah kembali normal walaupun kolestasis masih

    mentap. Kadar fosfatase alkali serum meningkat secara bervariasi.

    6. HEPATITIS RELAPS

    Terjadi pada 1,8%-15% kasus hepatitis. Gejala dapat terlihat dengan

    meningkatnya serum transaminase, kadang-kadang disertai

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    35/64

    hiperbilirubinemia. Relaps dapat dipercepat dengan adanya aktifitas berat

    atau minum alkohol yang berlebihan.

    Kemunculan kembali gejala dan abnormalitas tes hati setelah perbaikan

    atau kesembuhan. Paling sering terjadi pada infeksi HAV, IgM anti HAV tetap

    positif dan dijumpai HAV di ekskresi di tinja. Dapat dijumpai artritis, vaskulitis

    dan krioglobulinemia. Prognosa baik pada yang sembuh sempurna walaupun

    setelah kambuh yang berulang (terutama dijumpai pada anak-anak).

    Meningkatnya kembali kadar aminotransferase dan bilirubin yang sudah

    normal dalam masa penyembuhan. Kadar puncak dapat melebihi kadar

    infeksi awal.

    7. HEPATITIS FULMINAN

    Suatu jenis klinis hepatitis yang jarang terjadi, dimana perjalanan

    penyakitnya berkembang dengan cepat, terjadi ikterus yang semakin berat,

    kuning seluruh tubuh, timbul gejala neurologi atau ensefalopati hepatik,

    kemudian masuk ke dalam koma dan gagal hati akut.

    Penyakit ini berawal dari hepatitis akut ikterik yang lazim dijumpai dan

    dimulai dengan keluhan prodromal. Gejala-gejala yang membahayakanadalah muntah berulang, fetor hepatik, bingung, mengantuk, flapping tremor

    secara sepintas, peningkatan suhu dan pengecilan hati. Pasien meninggal

    dalam waktu 10 hari. Mungkin ditemukan tanda-tanda perdarahan luas.

    Untuk menentukan jenis penyebabnya dapat diambil pegangan

    perbedaan klinis yang terjadi. Pada hepatitis A paling sering didapatkan

    peningkatan suhu badan. Pada hepatitis B didapatkan protrombin time

    memanjang. Sedangkan pada hepatitis C, lama penyakit sebelum tercapai

    ensefalopati lebih panjang.

    Pada pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis dan secara

    biokimiawi terdapat gambaran gagal hati akut berupa tingginya bilirubin dan

    transaminase serum menurun, koagulasi terganggu.

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    36/64

    Komplikasi yang terjadi adalah edema serebral, perdarahan saluran cerna,

    gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernapasan, hipoglikemia, sepsis,

    gelisah, koagulasi intravaskular diseminata, hipotensi dan kematian.

    Tanda-tanda edema serebral adalah kenaikan tekanan intrakranial

    dengan gejala dini transpirasi, hiperventilasi, hiperrefleksi, opistotonus,

    kejang-kejang, kelainan kedua pupil yang berakhir dengan reflek negatif

    terhadap cahaya. Hilangnya reflek okulovestibular menunjukkan prognosis

    fatal.

    DIAGNOSA

    Diagnosis secara serologi

    A. HAV

    - IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan

    setelahnya

    - Anti HAV positif tanpa IgM anti HAV mengindikasikan infeksi lampau

    B. HEV

    - Belum tersedia pemeriksaan serologi komersial yang telah disetujui

    FDA

    - IgM dan IgG anti HEV baru dapat terdeteksi oleh pemeriksaan untuk

    riset

    - IgM anti HEV dapat bertahan selama 6 minggu setelah puncak dari

    penyakit

    - IgG anti HEV dapat tetap terdeteksi selama 20 bulan

    C. HBV

    Diagnosis serologis untuk deteksi IgM anti HBc dan HBs Ag :

    - Keduanya ada saat gejala muncul

    - HBsAg mendahului IgM anti HBc

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    37/64

    - HBsAg merupakan petanda yang pertama kali diperiksa

    - HBsAg dapat menghilang biasanya dalam beberapa minggu sampai

    bulan

    setelah muncul sebelum hilangnya IgM anti HBc

    HBeAg dan HBV DNA

    - HBV DNA diserum merupakan petanda yang pertama kali muncul,

    akan tetapi tidak rutin diperiksa

    - HBeAg biasanya terdeteksi setelah muncul HBsAg

    - Kedua petanda tersebut hilang dalam beberapa minggu atau bulan

    pada infeksi yang sembuh sendiri. Selanjutnya akan muncul antiHBs dan anti HBe menetap

    - Tidak diperlukan untuk diagnosis rutin

    IgG anti HBc

    - Menggantikan IgM anti HBc pada infeksi yang sembuh

    - Membedakan infeksi lampau atau infeksi yang berlanjut

    - Tidak muncul pada pemberian vaksin HBV

    Antibodi terhadap HBsAg (anti HBs)

    - Antibodi terakhir yang muncul

    - Merupakan antibodi penetral

    - Secara umum mengindikasikan kesembuhan dan kekebalan terhadap

    reinfeksi

    - Dimunculkan dengan vaksinasi HBV

    D. HDV

    Pasien HBsAg positif dengan :

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    38/64

    - Anti HDV dan atau HDV RNA sirkulasi (belum mendapat persetujuan)

    - IgM anti HDV dapat muncul sementara

    Koinfeksi HBV/HDV

    - HBsAg positif

    - IgM anti HBc positif

    Superinfeksi HDV

    - HBsAg positif

    - IgG anti HBc positif-Anti HDV dan atau HDV RNA

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    39/64

    Titer anti HDV akan menurun sampai tidak terdeteksi dengan

    adanya perbaikan infeksi

    E. HCV

    Deteksi anti HCV

    Anti HCV tidak muncul pada

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    40/64

    kondisi pasien memburuk. Level serum tetap tinggi selama 6 bulan pada

    penyembuhan yang komplit.

    Pada tingkat pre-ikterik ditandai dengan adanya leukopenia dan netropenia.

    Pada 5%-28% pasien terlihat limfosit atipikal (virucytes) yang biasa terlihat padainfeksi mononucleosis. Coomb test positif menandakan adanya anemia hemolitik

    yang merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Anemia hemolitik terutama

    terjadi pada defisiensi Glukosa-6PD. Anemia aplastik sangat jarang terjadi.

    Protrombin time memanjang pada kasus yang lebih parah. Pada pemeriksaan

    sedimen, sel darah merah meningkat pada fase pre-ikterik, menjadi normal

    pada fase ikterik, dan meningkat lagi ketika ikterik berkurang, kembali normal

    pada kesembuhan yang komplit.

    Biopsi jarum pada hati

    Jarang dilakukan pada fase akut. Mungkin diperlukan pada pasien lansia

    untuk membedakan kolestasis extrahepatik dan intrahepatik, juga ikterik. Tidak

    dianjurkan kurang dari 6 bulan setelah periode hepatitis akut.

    DIAGNOSA BANDING

    Diagnosa banding hepatitis virus akut adalah hepatitis akibat obat,

    hepatitis alkoholik, penyakit saluran empedu, leptospirosis. Sedangkan pada

    hepatitis virus kronik diagnosa bandingnya adalah perlemakan hati.

    PENCEGAHAN

    Terhadap virus hepatitis A

    Penyebaran secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya

    karier dari virus tipe A yang sulit ditetapkan

    Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi.

    Sanitasi yang sempurna, kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik

    40

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    41/64

    sangat penting. Tinja, darah, dan urin pasien harus dianggap infeksius. Virus

    dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum ikterus.

    Terhadap virus hepatitis B

    Dapat ditularkan melalui darah dan produk darah. Darah tidak dapatdisterilkan dari virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor

    darah.

    Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B

    dilakukan terhadap bayi-bayi setelah dilakukan penyaring HbsAg pada ibu-ibu

    hamil. Namun saat ini, di beberapa negara bayi-bayi yang lahir diberi vaksinasi

    hepatitis B tanpa melakukan pemeriksaan penyaring pada ibunya.

    Pencegahan dengan Imunoglobulin

    1. Immune Globulin (HBIg)

    Sebaiknya diberikan kepada close contact dengan hepatitis A. Diberikan

    0,02 ml/kgBB (IM). Protektif terhadap hepatitis A apabila diberikan pada

    masa inkubasi.

    2. Hepatitis B Immune Globulin

    Protektif jika diberikan dalam 7 hari setelah paparan, diikuti HBV vaksin

    series. Bayi yang lahir dengan ibu yang HBsAg positif dalam 12 jam harus

    disuntik dan diikuti vaksinasi.

    3. Hepatitis B Vaksin

    Ditujukan pada orang-orang yang beresiko tinggi.

    Pencegahan terhadap infeksi hepatitis dengan penularan secara enterik

    HAV

    Pencegahan dengan imunoprofilaksis:

    1. Imunoprofilaksis sebelum paparan

    a. Vaksin HAV yang dilemahkan

    - Efektivitas tinggi (angka proteksi 94%-100%)

    - Sangat imunogenik

    41

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    42/64

    - Antibodi protektif terbentuk dalam 15 hari pada 85%-90%

    subjek

    - Aman, toleransi baik

    - Efektifitas proteksi selama 20-50 tahun

    - Efek samping utama adalah nyeri pada tempat penyuntikan

    b. Dosis dan jadwal vaksin HAV

    - >19 tahun, 2 dosis HAVRIX (1440 unit ELISA) dengan

    interval 6-12 bulan

    - Anak >2 tahun, 3 dosis HAVRIX (360 unit ELISA), 0,1 dan 6-

    12 bulan atau 2 dosis (720 Unit ELISA), 0,6-12 bulan

    c. Indikasi vaksinasi

    - Pengunjung ke daerah resiko tinggi

    - Homoseksual dan biseksual

    - IVDU

    - Anak dan dewasa muda pada daerah yang pernah

    mengalami KLB

    - Anak pada daerah dimana angka kejadian HAV lebih tinggi

    dari angka nasional

    - Pasien yang rentan terhadap penyakit hati kronik

    - Pekerja laboratorium yang menangani HAV- Pramusaji

    - Pekerja pada bagian pembuangan air

    2. Imunoprofilaksis pasca paparan

    - Keberhasilan vaksin HAV pada pasca paparan belum jelas

    - Keberhasilan imunoglobulin sudah nyata akan tetapi tidak

    sempurna

    - Dosis dan jadwal pemberian imunoglobulin:

    Dosis 0,02 ml/kg, suntikan pada daerah deltoid sesegera mungkin

    setelah paparan. Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan. Indikasi

    untuk orang yang kontak erat dan kontak dalam rumah tangga dengan

    infeksi HAV akut.

    PENATALAKSANAAN

    42

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    43/64

    Terdiri dari istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa.

    1. Istirahat

    Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat

    mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Terkecuali merekadengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.

    2. Diet

    Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya

    diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan cukup kalori

    (30-35 kalori/kgBB) dengan protein cukup (1g/KgBB). Pemberian lemak

    sebenarnya tidak perlu dibatasi, karena berhubungan dengan penyakit

    kandung empedu.

    3. Medikamentosa

    a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan

    bilirubbin darah. Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestasis yang

    berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali normal

    tetapi bilirubbin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison

    3x10mg selam 7 hari kemudian dilakukan tappering off.

    b. Obat-obat yang melindungi hati

    c. Antibiotik tidak perlu diberikan, tidak jelas kegunaannya

    d. Jangan memberikan antiemetik yang dapat menyebabkan

    hepatotoksik

    e. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Bila

    pasien dalam keadaan koma atau prekoma, penanganan seperti koma

    hepatik

    4. Pemantauan lanjutan

    Pasien perlu diobservasi selama 3-4 minggu setelah pulang dari rumah sakit.Dan jika perlu, kontrol setiap bulan selama tiga bulan berturut-turut.

    Perhatian khusus perlu diberikan pada kekambuhan ikterus dan pada

    pembesaran hati dan limpa. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah

    periksa kadar bilirubin, transaminase dan penanda hepatitis B jika

    sebelumnya positif. Latihan badan perlu dilakukan dalam batas-batas tidak

    terlalu melelahkan. Alkohol dihindari selama 6 bulan bila mungkin 1 tahun,

    karena dapat menyebabkan kekambuhan. Makanan tidak perlu dibatasi.

    43

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    44/64

    Penatalaksanaan Hepatitis Fulminan

    Pasien harus dirawat di ruang intensif. Pengobatan yang spesifik tidak

    ada, hanya bersifat suportif.

    Edema serebral diobati dengan manitol IV 1g/kg 4-6jam dengan observasi

    osmolaritas serum yang cermat. Bila melampaui 320 mOsmol/l harus

    dihentikan dan diulang kembali bila telah kembali normal. Perdarahan

    saluran cerna diturunkan dengan pemberian simetidin 300 mg/6 jam atau

    per infus dengan dosis 50 mg/jam.

    Laktulosa diberikan untuk mengendalikan hiperamonia dengan dosis

    disesuaikan agar tidak terjadi diare 2-3 kali sehari. Gangguan elektrolit

    berupa hiponatremia akibat pemakaian laktulosa yang berlebihan dapat

    terjadi.

    Hipoglikemi diobati secara agresif dengan larutan dekstrosa 10%-25%.

    Packed red cell hanya diberikan pada pasien dengan perdarahan aktif

    atau jika akan dilakukan tindakan invasif seperti intubasi atau kanulasi

    vena sentral.

    Berikan diazepam bila pasien gelisah

    Dianjurkan pemberian kortikoteroid dosis tinggi yaitu 800 mg/hari atau

    400 mg/hari

    Transplantasi hati tidak praktis karena waktu terbatas dan donor tidak

    mudah didapat

    ANEMIA

    Definisi anemia

    Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah,

    kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100

    ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan

    pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa

    dan pemikiran fisik yang teliti, serta asi didukung oleh pemeriksaan

    laboratorium. 3.

    44

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    45/64

    Manifestasi klinik

    Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat

    menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:

    (1) kecepatan timbulnya anemia

    (2) umur individu

    (3) mekanisme kompensasinya

    (4) tingkat aktivitasnya

    (5) keadaan penyakit yang mendasari, dan

    (6) parahnya anemia tersebut.

    Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2

    yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih),

    seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan

    hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu

    beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme

    kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita

    asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat.

    Mekanisme kompensasi bekerja melalui:

    (1) peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah

    pengiriman O2

    ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah

    (2) meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin

    (3) mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela

    jaringan, dan

    (4) redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (deGruchy, 1978 ). 4.

    45

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    46/64

    Etiologi

    1. Karena cacat sel darah merah (SDM)

    Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali.

    Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan

    masalah bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana

    mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan.

    Pada umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa

    protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein,

    sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA.

    2. Karena kekurangan zat gizi

    Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh

    faktor

    luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan

    dalam SDM disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut.

    Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya

    memperpanjang usia SDM sehingga mendekati umur yang seharusnya,

    mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang

    terjadi.

    3. Karena perdarahan

    Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan

    kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena

    perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi.

    Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang

    diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukanuntuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah

    darah ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi.

    4. Karena otoimun

    Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan

    menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan

    ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut

    46

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    47/64

    terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena dengan cepat

    dihancurkan oleh sistem imun. 1.

    Diagnosis (gejala atau tanda-tanda)

    Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah:

    1. kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah

    2. sakit kepala, dan mudah marah

    3. tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi

    4. pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan

    rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta

    distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan

    indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran

    mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai

    kepucatan.

    Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan

    aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung

    yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua

    dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada

    anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung

    yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja

    jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat

    lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya

    pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga

    berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunansaraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna

    yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini

    adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah

    dan mulut). 4.

    47

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    48/64

    Klasifikasi anemia

    Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro

    menunjukkan ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan

    warnanya. Sudah dikenal tiga klasifikasi besar.

    Yang pertama adalah anemia normositik normokrom. Dimana ukuran dan

    bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah

    yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah

    kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan

    endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum, dan penyakit-penyakit infiltratif

    metastatik pada sumsum tulang.

    Kategori besar yang kedua adalah anemia makrositik normokrom.

    Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi

    normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh

    gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan

    pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi

    kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel.

    Kategori anemia ke tiga adalah anemia mikrositik hipokrom. Mikrositik

    berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang

    kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem

    (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan

    darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit

    hemoglobin abnormal kongenital).

    Anemia dapat juga diklasifikasikan menurut etiologinya. Penyebab utama yang

    dipikirkan adalah

    (1) meningkatnya kehilangan sel darah merah dan

    (2) penurunan atau gangguan pembentukan sel.

    Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh

    perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan dapat disebabkan oleh

    trauma atau tukak, atau akibat pardarahan kronik karena polip pada kolon,

    penyakit-penyakit keganasan, hemoriod atau menstruasi. Penghancuran sel

    48

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    49/64

    darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi bila

    gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek

    hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan

    penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah itu sendiriterganggu adalah:

    1. hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, misal nya

    anemia sel sabit

    2. gangguan sintetis globin misalnya talasemia

    3. gangguan membran sel darah merah misalnya sferositosis herediter

    4.defisiensi enzim misalnya defisiensi G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase).

    Yang disebut diatas adalah gangguan herediter. Namun, hemolisis dapat

    juga disebabkan oleh gangguan lingkungan sel darah merah yang seringkali

    memerlukan respon imun. Respon isoimun mengenai berbagai individu dalam

    spesies yang sama dan diakibatkan oleh tranfusi darah yang tidak cocok. Respon

    otoimun terdiri dari pembentukan antibodi terhadap sel-sel darah merah itu

    sendiri. Keadaan yang di namakan anemia hemolitik otoimun dapat timbul tanpa

    sebab yang diketahui setelah pemberian suatu obat tertentu seperti alfa-

    metildopa, kinin, sulfonamida, L-dopa atau pada penyakit-penyakit seperti

    limfoma, leukemia limfositik kronik, lupus eritematosus, artritis reumatorid dan

    infeksi virus. Anemia hemolitik otoimun selanjutnya diklasifikasikan menurut

    suhu dimana antibodi bereaksi dengan sel-sel darah merah antibodi tipe panas

    atau antibodi tipe dingin.

    Malaria adalah penyakit parasit yang ditularkan ke manusia melalui

    gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit ini akan menimbulkananemia hemolitik berat ketika sel darah merah diinfestasi oleh parasit

    plasmodium, pada keadaan ini terjadi kerusakan pada sel darah merah, dimana

    permukaan sel darah merah tidak teratur. Sel darah merah yang terkena akan

    segera dikeluarkan dari peredaran darah oleh limpa(Beutler, 1983)

    Hipersplenisme (pembesaran limpa, pansitopenia, dan sumsum tulang

    hiperselular atau normal) dapat juga menyebabkan hemolisis akibat penjeratan

    49

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    50/64

    dan penghancuran sel darah merah. Luka bakar yang berat khususnya jika

    kapiler pecah dapat juga mengakibatkan hemolisis.

    Klasifikasi etiologi utama yang kedua adalah pembentukan sel darah

    merah yang berkurang atau terganggu (diseritropoiesis). Setiap keadaan yangmempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini. Yang

    termasuk dalam kelompok ini adalah:

    (1) keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukimia dan multipel

    mieloma; obat dan zat kimia toksik; dan penyinaran dengan radiasi dan

    (2) penyakit-penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan hati, penyakit-

    penyakit infeksi dan defiensi endokrin.

    Kekurangan vitamin penting seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C dan

    besi dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga

    menimbulkan anemia. Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan

    pertimbangan morfologis dan etiologi. 4.

    Anemia aplastik

    Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk disumsum

    tulang yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel

    darah yang dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia yaitu

    kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Secara morfologis

    sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah

    atau hilang dan biopsi sumsum tulang menunjukkan suatu keadaan yang disebut

    pungsi kering dengan hipoplasia yang nyata dan terjadi pergantian dengan

    jaringan lemak. Langkah-langkah pengobatan terdiri dari mengidentifikasi danmenghilangkan agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak dapat

    ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa

    keadaan seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis. 4.

    Gejala-gejala anemia aplastik

    50

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    51/64

    Kompleks gejala anemia aplastik berkaitan dengan pansitopenia. Gejala-

    gejala lain yang berkaitan dengan anemia adalah defisiensi trombosit dan sel

    darah putih.

    Defisiensi trombosit dapat mengakibatkan:

    (1)ekimosis dan ptekie (perdarahan dalam kulit)

    (2)epistaksis (perdarahan hidung)

    (3)perdarahan saluran cerna

    (4)perdarahan saluran kemih

    (5)perdarahan susunan saraf pusat.

    Defisiensi sel darah putih mengakibatkan lebih mudahnya terkena infeksi.

    Aplasia berat disertai pengurangan atau tidak adanya retikulosit jumlah

    granulosit yang kurang dari 500/mm3 dan jumlah trombosit yang kurang dari

    20.000 dapat

    mengakibatkan kematian dan infeksi dan/atau perdarahan dalam beberapa

    minggu atau beberapa bulan. Namun penderita yang lebih ringan dapat hidup

    bertahun- tahun. Pengobatan terutama dipusatkan pada perawatan suportif

    sampai terjadi penyembuhan sumsum tulang. Karena infeksi dan perdarahan

    yang disebabkan oleh defisiensi sel lain merupakan penyebab utama kematian

    maka penting untuk mencegah perdarahan dan infeksi. 4.

    Pencegahan anemia aplastik dan terapi yang di lakukan

    Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang dilindungi

    (ruangan dengan aliran udara yang mendatar atau tempat yang nyaman) dan

    higiene yang baik. Pada pendarahan dan/atau infeksi perlu dilakukan terapi

    komponen darah yang bijaksana, yaitu sel darah merah, granulosit dan

    trombosit dan antibiotik. Agen-agen perangsang sumsum tulang seperti

    androgen diduga menimbulkan eritropoiesis, tetapi efisiensinya tidak menentu.

    Penderita anemia aplastik kronik dipertahankan pada hemoglobin (Hb) antara 8

    dan 9 g dengan tranfusi darah yang periodik.

    51

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    52/64

    Penderita anemia aplastik berusia muda yang terjadi secara sekunder akibat

    kerusakan sel induk memberi respon yang baik terhadap tranplantasi sumsum

    tulang dari donor yang cocok (saudara kandung dengan antigen leukosit

    manusia [HLA] yang cocok). Pada kasus-kasus yang dianggap terjadi reaksi

    imunologis maka digunakan globulin antitimosit (ATG) yang mengandung

    antibodi untuk melawan sel T manusia untuk mendapatkan remisi sebagian.

    Terapi semacam ini dianjurkan untuk penderita yang agak tua atau untuk

    penderita yang tidak mempunyai saudara kandung yang cocok. 2.

    Anemia defisiensi besi

    Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai anemia

    mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis hemoglobin.

    Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi

    pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi

    dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil.

    Penyebab lain defisiensi besi adalah:

    (1)asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu

    belaka sampai usia antara 12-24

    bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayur- sayuran saja;

    (2)gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi dan

    (3)kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang

    lambat karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan

    hemoroid.

    Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung 3 sampai 5 g

    besi,

    bergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya. Hampir dua pertiga besi

    terdapat dalam hemoglobin yang dilepas pada proses penuaan serta kematian

    sel dan diangkut melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk

    eritropoiesis. Dengan kekecualian dalam jumlah yang kecil dalam mioglobin

    (otot) dan dalam enzim-enzim hem, sepertiga

    52

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    53/64

    sisanya disimpan dalam hati, limpa dan dalam sumsum tulang sebagai feritin

    dan sebagai hemosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut. 4.

    Patofisiologi anemia defisiensi besi

    Walaupun dalam diet rata-rata terdapat 10 - 20 mg besi, hanya sampai

    5% - 10% (1 - 2 mg) yang sebenarnya sampai diabsorpsi. Pada persediaan besi

    berkurang maka besi dari diet tersebut diserap lebih banyak. Besi yang dimakan

    diubah menjadi besi fero dalam lambung dan duodenum; penyerapan besi

    terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal. Kemudian besi diangkut oleh

    transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat

    penyimpanan di jaringan. 4.

    Tanda dan gejala anemia pada penderita defisiensi besi

    Setiap milliliter darah mengandung 0,5 mg besi. Kehilangan besi

    umumnya sedikit sekali, dari 0,5 sampai 1 mg/hari. Namun wanita yang

    mengalami menstruasi kehilangan tambahan 15 sampai 28 mg/bulan. Walaupun

    kehilangan darah karena menstruasi berhenti selama hamil, kebutuhan besi

    harian tetap meningkat, hal ini terjadi oleh karena volume darah ibu selama

    hamil meningkat, pembentukan plasenta, tali pusat dan fetus, serta

    mengimbangi darah yang hilang pada waktu melahirkan.

    Selain tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh anemia, penderita defisiensi besi

    yang berat (besi plasma lebih kecil dari 40 mg/ 100 ml;Hb 6 sampai 7 g/100

    ml)mempunyai rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah

    dan sebenarnya berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu atropi papillalidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging, dan

    meradang dan sakit. Dapat juga timbul stomatitis angularis, pecah-pecah

    dengan kemerahan dan rasa sakit di sudut-sudut mulut.

    Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hampir

    normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer,

    eritrosit mikrositik dan hipokrom disertain poikilositosis dan aniositosis. Jumlah

    53

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    54/64

    retikulosit mungkin normal atau berkurang. Kadar besi berkurang walaupun

    kapasitas meningkat besi serum meningkat. 4.

    Pengobatan anemia pada penderita defisiensi besi

    Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan

    penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghambat

    perdarahan aktif

    yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan dan hemoroid; perubahan diet

    mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu atau individu

    dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam dosis besar.Walaupun modifikasi diet dapat menambah besi yang tersedia (misalnya hati,

    masih dibutuhkan suplemen besi untuk meningkatkan hemoglobin dan

    mengembalikan persediaan besi. Besi tersedia dalam bentuk parenteral dan oral.

    Sebagian penderita memberi respon yang baik terhadap senyawa-senyawa oral

    seperti ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara sangat selektif,

    sebab harganya mahal dan mempunyai insidens besar terjadi reaksi yang

    merugikan. 2.

    Anemia megaloblastik

    Anemia megaloblastik diklasifikasikan menurut morfologinya sebagai

    anemia makrositik normokrom. 4.

    Sebab-sebab atau gejala anemia megaloblastik

    Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan

    asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA terganggu. Defisiensi ini mungkin

    sekunder karena malnutrisi, malabsorpsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti

    terlihat pada anemia pernisiosa dan postgastrekomi) infestasi parasit, penyakit

    usus dan keganasan, serta agen kemoterapeutik. Individu dengan infeksi cacing

    pita (dengan Diphyllobothrium latum) akibat makan ikan segar yang terinfeksi,

    54

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    55/64

    cacing pita berkompetisi dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B12 dari

    makanan, yang mengakibatkan anemia megaloblastik (Beck, 1983).

    Walaupun anemia pernisiosa merupakan prototip dari anemia

    megaloblastik defisiensi folat lebih sering ditemukan dalam praktek klinik.Anemia megaloblastik sering kali terlihat pada orang tua dengan malnutrisi,

    pecandu alkoholatau pada remaja dan pada kehamilan dimana terjadi

    peningkatan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fetus dan laktasi.

    Kebutuhan ini juga meningkat pada anemia hemolitik, keganasan dan

    hipertiroidisme. Penyakit celiac dan sariawan tropik juga menyebabkan

    malabsorpsi dan penggunaan obat-obat yang bekerja sebagai antagonis asam

    folat juga mempengaruhi. 4.

    Pencegahan anemia pada penderita anemia megaloblastik

    Kebutuhan minimal folat setiap hari kira-kira 50 mg mudah diperoleh dari

    diet rata-rata. Sumber yang paling melimpah adalah daging merah (misalnya

    hati dan ginjal) dan sayuran berdaun hijau yang segar. Tetapi cara menyiapkan

    makanan yang benar

    juga diperlukan untuk menjamin jumlah gizi yang adekuat. Misalnya 50% sampai

    90% folat dapat hilang pada cara memasak yang memakai banyak air. Folat

    diabsorpsi

    dari duodenum dan jejunum bagian atas, terikat pada protein plasma secara

    lemah dan disimpan dalam hati. Tanpa adanya asupan folat persediaan folat

    biasanya akan habis

    kira-kira dalam waktu 4 bulan. Selain gejala-gejala anemia yang sudah dijelaskanpenderita anemia megaloblastik sekunder karena defisiensi folat dapat tampak

    seperti malnutrisi dan mengalami glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit),

    diare dan kehilangan nafsu makan. Kadar folat serum juga menurun (

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    56/64

    memperbaiki defisiensi diet dan terapi pengganti dengan asam folat atau

    dengan vitamin B12. penderita kecanduan alkohol yang dirawat di rumah sakit

    sering memberi respon spontan bila di berikan diet seimbang

    Hidronefrosis (segi radiologi)

    Definisi

    Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu

    atau kedua ginjal.

    Etiologi

    Hidronefrosis disebabkan adanya obstruksi.

    Patofisiologi

    Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik,

    sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau

    kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi

    jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau

    kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.

    Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal

    yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan

    menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan

    ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter

    dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari

    bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang

    menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab

    tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat

    pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan

    akibat pembesaran uterus.

    Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan

    menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal

    terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap,

    56

    http://coass-kita.blogspot.com/2012/06/hidronefrosis.htmlhttp://coass-kita.blogspot.com/2012/06/hidronefrosis.html
  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    57/64

    maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi

    kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu.

    Gejala Klinis

    1. Rasa sakit dipanggul dan punggung

    2. Disuria nyeri pada saat miksi.

    3. Menggigil

    4. Demam

    5. Nyeri tekan

    6. Piuria adanya sel leukosit dalam jumlah tertentu didalam urine.

    Secara makroskopis terlihat urine keruh seperti susu atau pus akibat

    leukosit didalam urine yang sangat banyak.

    7. Hematuria didapatkannya sel darah merah dalam urine. Secara

    makroskopis dapat dilihat urine berwarna merah.

    Gambaran radiologi

    Gambaran radiologis dari hidronefrosia terbagi berdasarkan gradenya.

    Ada 4 grade hidronefrosis, antara lain :

    a. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks

    berbentuk blunting, alias tumpul.

    b. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks

    berbentuk flattening, alias mendatar.

    c. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks

    minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias

    menonjol.

    Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliksminor. Serta adanya penipisan korteks Calices berbentuk ballooningalias menggembung.

    57

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    58/64

    gb. Ginjal kanan yang kecil mengkerut karena pielonephritis kronisTerdapat hydronephrosis dan hydroureter kiri (melebar).Denganhydronephrosis seperti ini , akan sering terjadi infeksi berulang ginjal kirikarena disertai dengan refluks ureter.

    Terapi

    Tujuan : Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab

    obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta

    melindungi fungsi renal.

    Untuk mengurangi obstruksi urin harus dialihkan dengan tindakan

    nefrostomi atau tipe diversi lainnya.

    Infeksi ditangani dengan agen antimikrobial karena sisa urin dalam

    kaliks menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk

    pembedahan untuk mengankat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi

    ureter). Jika salah satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur,

    nefrektomi dapat dilakukan.

    Nefrolitiasis (Batu Ginjal)

    DEFINISI

    58

    http://2.bp.blogspot.com/-o27WfYXykf4/T-gZPd3u9EI/AAAAAAAAADM/x0B07et-1r4/s1600/pielo+1.jpg
  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    59/64

    Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah

    pembentukan batu di dalam ginjal.(1)

    Gambar. Batu Ginjal (2)

    ETIOLOGI

    Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan

    gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,

    dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap

    (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang

    mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang.

    Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari

    tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasaldari lingkungan di sekitarnya.(3)

    Faktor intrinsik antara lain :

    1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orangtuanya.

    2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

    3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyakdibandingkan dengan pasien perempuan

    59

    http://3.bp.blogspot.com/_slaDH4_nRyc/R5SGX5u98SI/AAAAAAAAAFc/aVkt-BOqOy8/s1600-h/batu+ginjal.JPG
  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    60/64

    Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

    1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadianbatu saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehinggadikenal sebagai daerah stonebelt.

    2. Iklim dan temperatur3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral

    kalsium pada air yang dikonsumsi.

    4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudahterjadinya batu.

    5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yangpekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentarylife.(3)

    EPIDEMIOLOGI

    Abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat insiden tertinggi penderita

    batu saluran kemih yang ditemukan diberbagai negara di Eropa. Berbeda

    dengan eropa, di negara-negara berkembang penyakit batu ini masih

    ditemukan hingga saat ini, misalnya Indonesia, Thailand, India, Kamboja,

    dan Mesir.(1)

    EFEK BATU PADA SALURAN KEMIH

    Ukuran dan letak batu biasanya menentukan perubahan patologis

    yang terjadi pada traktus urinarius : (4)

    a. Pada ginjal yang terkena

    Obstruksi Infeksi

    Epitel pelvis dan calis ginja menjadi tipis dan rapuh.

    Iskemia parenkim.

    Metaplasia

    b. Pada ginjal yang berlawanan

    60

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    61/64

    Compensatory hypertrophy Dapat menjadi bilateral

    GAMBARAN KLINIS

    Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.

    Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan

    tanda yang dapat ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain : (1)

    1. Tidak ada gejala atau tanda2. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral

    3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik4. Pielonefritis dan/atau sistitis

    5. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing

    6. Nyeri tekan kostovertebral

    7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan

    8. Gangguan faal ginjal.

    DIAGNOSIS

    Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan

    diagnosis, penyakit batu ginjal perlu didukung dengan pemeriksaan

    radiologik, laboratorium, dan penunjang lain untuk menentukan

    kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal

    ginjal.

    A. Anamnesis

    Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus

    dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri,

    aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun

    berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri

    61

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    62/64

    yang sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya

    sering mempunyai tipe nyeri yang sama.(5)

    B. Pemeriksaan Fisik

    Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi,berkeringat, dan nausea.

    Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita denganobstruksi berat atau dengan hidronefrosis.

    Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagalginjal dan retensi urin.

    Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukanpada pasien dengan urosepsis.(5,3)

    C. Pemeriksaan penunjang

    - Radiologi

    Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak

    ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat didugabatu dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis

    batu asam urat murni.

    Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk

    menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan

    tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga

    dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu

    ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto

    dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling

    defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang

    mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul.

    Dalam hal ini perludilakukan pielografi retrograd. (1)

    62

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    63/64

    Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani

    pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan

    kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil (3).

    Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapatditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai

    unutk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah

    tertinggalnya batu (1).

    - Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih

    yang dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi

    ginjal, dan menentukan penyebab batu.(1)

    PENATALAKSANAAN

    1. Terapi medis dan simtomatik

    Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkanbatu. Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu

    dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.

    2. Litotripsi

    Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi

    perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di

    ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang

    paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave

    Lithotripsy)yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh

    dengan menggunakan gelombang kejut.

    3. Tindakan bedah

    Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat

    gelombang kejut, atau bila cara non-bedah tidak berhasil.

    63

  • 7/22/2019 Laporan Kasus Dr Idil Hcv

    64/64

    DAFTAR PUSTAKADavid J. Viral Hepatitis. Dalam : http:// www.infeksi.com/ ency /common/

    standard/ transform. Jsp. Section 1-3.

    Hartmann G, Martina B, Planta VM. Dalam : buku saku Diagnosis Banding Ilmu

    Penyakit Dalam. Penerbit Hipokrates . Jakarta, 2003: 79 80.

    Sudoyo. A.W,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat Jilid I. Pusat

    Penertiban Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006. Hal 445-448

    Hauser K, Longo B, Jameson F. Harrisons principle of internal medicine. 2005 ed

    Kumar V, Abbas A.K, Robbins and Cotran pathologic basis of disease 7th edPensylvania : Elsevier.2005; 937-941

    Silbernagl. S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology.New York : Thieme. 2000 ;

    172-173

    http://www.infeksi.com/http://www.infeksi.com/