laporan pestisida
DESCRIPTION
Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan peransang tumbuh, bahan lain serta organisme renik atau virus yang digunakan antara lain untuk melindungi (melakukan perlindungan) tanaman dari gangguan OPT. Senyawa pestisida hasil industri umumnya merupakan senyawa yang relative murni yang dikenal dengan istilah bahan teknis yang terdiri dari senyawa bahan aktif dan beberapa senyawa lain. Penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya yaitu untuk meningkatkan hasil produksi, akan tetapi hal ini akan membuat tingkat ketergantungan kita sangat tinggi terhadap pestisidaTRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha dibidang pertanian sejalan dengan bertambahnya waktu muncul
permasalahan yang cukup berarti yaitu serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT). Awalnya petani telah melakukan upaya pengendalian OPT secara fisik
dan mekanik, namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
dikembangkanlah pengendalian hama yang dipandang lebih
efektif yaitu dengan menggunakan pestisida. Pestisida yang banyak digunakan
biasanya merupakan bahan kimia toksikan yang unik, karena dalam
penggunaannya, pestisida ditambahkan atau dimasukkan secara sengaja ke dalam
lingkungan dengan tujuan untuk membunuh beberapa bentuk kehidupan. Idealnya
pestisida hanya bekerja secara spesifik pada organisme sasaran yang dikehendaki
saja dan tidak pada organisme lain yang bukan sasaran.
Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan peransang
tumbuh, bahan lain serta organisme renik atau virus yang digunakan antara lain
untuk melindungi (melakukan perlindungan) tanaman dari gangguan OPT.
Senyawa pestisida hasil industri umumnya merupakan senyawa yang relative
murni yang dikenal dengan istilah bahan teknis yang terdiri dari senyawa bahan
aktif dan beberapa senyawa lain. Penggunaan pestisida juga telah dirasakan
manfaatnya yaitu untuk meningkatkan hasil produksi, akan tetapi hal ini akan
membuat tingkat ketergantungan kita sangat tinggi terhadap pestisida
Bahan teknis pada umumnya tidak digunakan secara langsung untuk
pengendalian OPT karena relative sulit mengaplikasikanya, cenderung
menimbulkan peracunan dan harganya sangat mahal. Senyawa yang relatif murni
ini pada umumnya tidak dapat melekat dengan baik atau menyebar merata pada
permukaan sasaran, serta dapat menimbulkan kerusakan dalam penyimpanan baik
dari segi keamanan maupun ketahanannya. Untuk membatasi hal-hal seperti
disebutkan diatas, maka pestisida digunakan dalam bentuk campuran atau
senyawa pestisida dengan bahan lain (formulan) yang dikemudian dikenal sebagai
formulasi pestisida. Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok
yang disebut bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama
pembunuh organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui formulasi, nama dagang dan semua hal penting yang
ada di dalam tabel
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Petani sayuran di Indonesia sebagian besar menggunakan pestisida sintetik
untuk mencegah serangan hama dan penyakit tanaman. Pestisida tersebut
digunakan 1-7 hari setelah hari pertama masa tanam di lapangan dan dilanjutkan
setiap 3-4 hari sekali. Selain itu, petani melakukan strategi lain berupa
peningkatan konsentrasi, frekuensi penggunaan pestisida, serta kombinasi merek
pestisida untuk menekan serangan hama dan penyakit tanaman. Pola aplikasi
pestisida seperti demikian tentu akan meningkatkan residu pestisida dalam produk
sayuran yang dihasilkan (Saepudin dkk., 2012).
Penggunaannya dengan tidak memperhatikan kaidah-kaidah dasar
penggunaan pestisida secara tepat jenis, tepat sasaran, tepat dosis/konsentrasi,
tepat cara dan waktu aplikasi dapat membahayakan lingkungan dan konsumen.
Penggunaan pestisida yang tidak tepat waktu, interval waktu aplikasi yang pendek
dan terlalu dekat waktu panen akan menyebabkan tertinggalnya residu pestisida
pada bahan makanan yang dapat membahayakan kesehatan manusia yang
mengkonsumsi bahan makanan tersebut. Residu pestisida adalah zat tertentu yang
terkandung dalam hasil pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik sebagai
akibat langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida (Tuhumury
dkk., 2012).
Menurut Raini (2007), Pestisida merupakan senyawa untuk
mengendalikan hama Jenis hama yang paling sering ditemukan adalah serangga
dan beberapa di antaranya sebagai vektor penyakit. Penyakit-penyakit yang
penularannya melalui vektor antara lain malaria, onkosersiasis. filariasis, demam
kuning, riketsia, meningitis, tifus. dan pes. Penggunaan pestisida dalam menopang
peningkatan produk pertanian maupun perkebunan telah banyak membantu untuk
meningkatkan produksi pertanian. Namun demikian penggunaan pestisida ini juga
memberikan dampak negatif baik terhadap manusia, biota maupun lingkungan
(Manuaba, 2009).
Akhir-akhir ini disadari, bahwa pemakaian pestisida sintetis ibarat pisau
bermata dua dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian
tersembunyi bahaya yang mengerikan.estisida nabati merupakan salah satu alternatif
yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman, karena
pestisida ini mudah terurai dan tidak merusak lingkungan. Usaha penggunaan bahan
nabati dapat dimulai dari bahan tumbuhan yang kita kenal mengandung bahan
beracun, misalnya mengandung rasa gatal, pahit, bau spesifik tidak disukai hewan.
Usaha pengendalian dengan bahan-bahan nabati seperti ini aman terhadap lingkungan
karena bahan-bahan tersebut tidak bersifat asing bagi lingkungan dan cepat terurai
menjadi bahan yang tidak berbahaya (Hassanuddin, 2008).
Pestisda tidak dimaksudkan untuk menaikkan produksi tanaman, tidak
pula untuk menyuburkan tanaman. Produksi tanaman yang diperlakukan dengan
pestisida lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi pestisda, hal tersebut
merupakan konsekuensi logis. Ada beberapa bahan aktif pestisda memiliki efek
fitotonik (menghijaukan tanaman) seperti beberapa senyawa triazone, namun
efek-efek ini harus dianggap sebagai efek samping saja, bukan tujuan utama
penggunaan pestisida (Djojosumarto, 2008).
Menurut Sudarmo (2007), Pestisida sebelum digunakan harus
diformulasikan terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi
oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke
formulator lain. Beberapa formulator pestisda yang sering dijumpai yaitu cairan
emulsi, butiran (granulars), debu (dust), tepung (powder), oli (oil), fumigansia.
Cara kerjanya pestisida sendiri hingga saat meliputi Pestisida kontak artinya
bahan ini memiliki daya pmembunuh langsung ketika bahan kontak langsung
dengan badan atau bagian badan hama sasaran, Pestisida sistematik artinya bahan
yang dapat membunuh hama sasaran setelah hama tersebut mengisap air sap dan
memakan jaringan tanaman, Pestisida lambung (racun perut) artinya hama akan
terbunuh jika racun tersebut termakan hama sasaran, Pestisida fumigan (racun
dalam bentuk gas) artinya hama sasaran terbunuh jika badan atau sebagain badan
tersusupi uap atau gas bahan racun tersebut (Tarigan dkk., 2007).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pestisda Pertanain ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 21
September 2014 pukul 11.00 hingga selesai dan bertempat di Laboratorium Hama
dan Penyakit Gedung Jurusan HPT lantai 2 Fakultas Pertanian Universitas Jember
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Penggaris
2. Kertas A4
3. Bulpoint
3.2.2 Bahan
1. Beberapa macam pestisida (insektisida, fungisida, herbisida dan bakterisida
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan Alat dan Bahan.
2. Mengambil 18 contoh dari beberapa macam insektisidayang terdiri atas 5
Insektisda, 5 Herbisida, 5 Fungisida, dan 3 Bakterisida.
3. Mencatat informasi yang tertera pada tabel pestisda tersebut.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pestida Insektisda
Nama Dagang : Centa-Fur 3 GR
Jenis F/I/H/B : Insektisda
Formulasi : 3 GR
Bahan Aktif : Karbofuran 3%
Warna : Ungu
Penggunaan : Ditabur
Nama Pemegang Pendaftaran : PT
Centa Brasindo Abadi
No. Pendaftaran : RI 2056/8-2004/T
Dosis : 10-20 Kg/ha
Nama Sasaran : Wereng Coklat
Nilaparvata Lugens, Penggerek batang
Scturpophaga incertulas
Tanaman : Padi
Cara Kerja : Sistemik
Nama Dagang : Tamaran
Jenis F/I/H/B : Insektisida
Formulasi : 200 LC
Bahan Aktif : Metamidofor 205 g/l
Warna : bening
Penggunaan : semprot
Nama Pemegang Pendaftaran : Bayer
No. Pendaftaran : RI 127/9-91/T
Dosis : Anggur 1,5 – 3 ml/l (500-700
l/ha), bawang merah 1,5-3 m/l (300-600
l/ha), kacang hijau 1,5-3 m/l (500 l/ha)
Nama Sasaran : Ulat grayak spodoptera
exigua (anggur), kutu daun (cabai)
Myzus persicae, agromyza sp.
Tanaman : Anggur, cabai, jeruk
Cara Kerja : Sistemik dan kontak
Nama Dagang : ALTAG
Jenis F/I/H/B : Insektisida
Formulasi : 15 EC
Bahan Aktif : Alfametrin 15 g/l
Warna : kuning
Penggunaan : disemprot
Nama Pemegang Pendaftaran : PT.
Indagro
No. Pendaftaran : RI 186/8-2003/T
Dosis : 0,5 - 1 ml (cabai), 1 - 2 ml/l
(kedelai)
Nama Sasaran : ulat grayak Spodoptera
litura
Tanaman : Cabai, kedelai
Cara Kerja : Kontak
Nama Dagang : AppLaiud
Jenis F/I/H/B : Insektisda
Formulasi : 10 WP
Bahan Aktif : Buprofezin 10 %
Warna : Putih
Penggunaan : Disuspensi/disemprot
Nama Pemegang Pendaftaran : PT
Kosmos Jaya
No. Pendaftaran : RI 688/11-97/T
Dosis : 1 Kg/ha
Nama Sasaran : Wereng coklat
Nilapavarta Lugens, wereng hijau
Nephotettix Spp.
Tanaman : padi, kedelai
Cara Kerja : kontak
Nama Dagang : Profile 430 EC
Jenis F/I/H/B : Insektisida
Formulasi : 430 EC
Bahan Aktif : Profenofos 430 g/l
Warna : kuning
Penggunaan : disemprot
Nama Pemegang Pendaftaran : PT
Mekar Warna Sari
No. Pendaftaran : RI 1306/7-98/T
Dosis : 1 – 2 ml/l
Nama Sasaran : Hama grayak
Spodoptera litura sp.
Tanaman : kedelai
Cara Kerja : kontak
Herbisida
Nama Dagang : Lindomin 865 AS
Jenis F/I/H/B : herbisida
Formulasi : 865 AS
Bahan Aktif : 2,4-D dimentil amina 865
g/l
Warna : Coklat tua
Penggunaan : Disemprot
Nama Pemegang Pendaftaran : PT
Nufarm Indonesia
No. Pendaftaran : RI 867/11-2000/T
Dosis : 0,5 - 1/ha dan volume air 400-
600 l/ha (padi), 1 – 2 l/ha dan volume
air 500 l/ha (tebu)
Nama Sasaran : Gulma berdaun lebar
Lidernia sp (padi), gulma berdaun
sempit Echinochloa colonum (tebu),
Digitaria Ciliaris (Jagung)
Tanaman : Padi sawah, tebu, jagung
Cara Kerja : Sistemik
Nama Dagang : Bravoxone Dosis : 1 – 2 l/ha
Jenis F/I/H/B : Herbisida
Formulasi : 276 SK
Bahan Aktif : Parakuat diklorida 276
g/l
Warna : Hijau tua
Penggunaan : Disemprot
Nama Pemegang Pendaftaran : PT
Kresna Bumi Tama Sejati
No. Pendaftaran : RI 2174/10-2004/T
Nama Sasaran : Gulma berdaun lebar,
teki
Tanaman : kakao, padi sawah
Cara Kerja : kontak
Nama Dagang : Ti-Gold 10 WP
Jenis F/I/H/B : Herbisida
Formulasi : 10 WP
Bahan Aktif : etil pirazosulfron 10 %
Warna : Putih
Penggunaan : Disemprot
Nama Pemegang Pendaftaran : PT Bina
Guna Kimia
No. Pendaftaran : RI 2135/4-2009/T
Dosis : 60g/ha
Nama Sasaran : gulma berdaun lebar
dan teki Scirpus Juncoides
Tanaman : Padi sawah
Cara Kerja : Sistemik
Nama Dagang : Ole-ole 865 SL
Jenis F/I/H/B : Herbisida
Formulasi : 865 SL
Bahan Aktif : 2,4-D dimentil amina 865
g/l
Warna : Coklat
Penggunaan : Disemprot
Nama Pemegang Pendaftaran : Abadi
Jaya
No. Pendaftaran : RI 2964/11-2007/T
Dosis : 1,5 – 1,875 l/ha
Nama Sasaran : Gulma berdaun lebar
Ageratum Conycoides, Molugo
pentaphylla, Synedrella nodiflora
Tanaman -
Cara Kerja : kontak
Nama Dagang : Money 865 SL
Jenis F/I/H/B : Herbisida
Dosis : 1 – 2 l/ha
Nama Sasaran : Gulma berdaun lebar
Monochoria Vaginalis, Morsilea
Formulasi : 865 SL
Bahan Aktif : 2,4-D dimentil amina 865
g/l
Warna : Coklat muda
Penggunaan : Disemprot
Nama Pemegang Pendaftaran : PT
Sinar General Indonesia
No. Pendaftaran : RI 0103120114151
Crenata, Gulma berdaun sempit
Paspalum Conjugatum
Tanaman Padi Sawah
Cara Kerja : Sistemik
Pestisida Fungisida
Nama Dagang : Dithame M-45 80 WP
Jenis F/I/H/B : Fungisida
Formulasi : WP
Bahan Aktif : Mankozeb 80 %
Warna : Kuning keabu-abuan
Penggunaan : Disemprot
Nama Pemegang Pendaftaran : PT Dow
Agrosciences Indonesia
No. Pendaftaran : RI 5193/3-2006/T
Dosis : 1,5 – 3 g/l (apel), 1-2 Kg/ha
(bawang), 1,18 kg/ha (cabai)
Nama Sasaran : Marsonia Coronaria
(apel), Alternaria alii (bawang),
Cescospora capsici (cabai)
Tanaman : apel, bawang, cabai
Cara Kerja : sistemik
Nama Dagang : Acrobat 50 WP
Jenis F/I/H/B : Fungisida
Formulasi : Mx 80 WP
Bahan Aktif : Karbendazim 6,2 %,
Mankozeb 73,8 %
Warna :
Penggunaan :
Nama Pemegang Pendaftaran :
No. Pendaftaran :
Dosis : 80,6 Kg/ha (kentang), 0,5 – 1
g/l (tomat), 1 - 1,25 (tembakau), 2,4 g/l
(cabai)
Nama Sasaran : phytoptora infestans
(tomat, kentang), phytoptora nicotiane
(tembakau), cercospora capsia (cabai)
Tanaman : tomat, kentang, tembakau,
cabai
Cara Kerja : sistemik
Nama Dagang : Deisane
Jenis F/I/H/B : Fungisida
Dosis : 1-2 g/l
Nama Sasaran : jamur/ hawar pelapah
Formulasi : Mx 80 WP
Bahan Aktif : : Karbendazim 6,2 %,
Mankozeb 73,8 %
Warna : kuning
Penggunaan : disemprot dan dikocor
Nama Pemegang Pemdaftaran : PT
Dupint Agricultural Product Indonesia
No. Pendaftaran : RI 328/4-2007/T
Tanaman : cabai, padi sawah, tomat
Cara Kerja : sistemik & kontak
Nama Dagang : Fujiwan
Jenis F/I/H/B : Fungisida
Formulasi : 400 BC
Bahan Aktif : 2 iliclenemalanat 400 g/l
Warna : Coklat pucat
Penggunaan : disemprot
Nama Pemegang Pemdaftaran : PT
Indagro Inc.
No. Pendaftaran : RI 711/6-2002/T
Dosis : 2 ml/air atau 500 l/ha
Nama Sasaran : penyakit blas
Tanaman : padi, kedelai, bawang merah
Cara Kerja : sistemik
Nama Dagang : Topsin
Jenis F/I/H/B : Fungisida
Formulasi : 70 WP
Bahan Aktif : metil tiofanat 70 %
Warna : Putih kecoklatan
Penggunaan : disuspensikan
Nama Pemegang Pemdaftaran : PT
Petrokimia Kayaku
No. Pendaftaran : RI 500/4-2009/T
Dosis : 1-2 g/ha
Nama Sasaran : Penyakit embun
tepung, bercak ungu
Tanaman : apel, cabai
Cara Kerja : sistemik
Bakterisida
Nama Dagang : Agrepi 20 WP
Jenis F/I/H/B : Bakterisida
Formulasi : WP
Bahan Aktif : Streptomisin sulfat 20 %
Warna : putih keabu0abuan
Penggunaan : disuspensikan
Nama Pemegang Pendaftaran : PT
Martalin Mandiri
No. Pendaftaran : RI 654/8-2003/T
Dosis : 1-2 g/l (tomat), 2-2,5 g/l
(tembakau)
Nama Sasaran : bakteri Pseudomonas
solaneaum, bakteri Erusinia
canotovora
Tanaman : tomat dan tembakau
Cara Kerja : sistemik
Nama Dagang : Kasumin
Jenis F/I/H/B : Bakterisida
Formulasi : 5/75 WP
Bahan Aktif : Kasugami hidroklorida
5,7 %, tembaga oksiklorida 75,6 %
Warna : hijau
Penggunaan : Disemprot
Nama Pemegang Pendaftaran : PT
Indagro Inc.
No. Pendaftaran : RI 1230/2-97/T
Dosis : 1– 2 %
Nama Sasaran : Penyakit layu bakteri
Pseudomonas soloneceaum
Tanaman : kedelai, jahe
Cara Kerja : sistemik
Nama Dagang : Plantomyan 75 SP
Jenis F/I/H/B : Bakterisida
Formulasi : 75 SP
Bahan Aktif : Sterptpmycin sulfate
6,87%
Warna : Hijau
Penggunaan : disemprot
Nama Pemegang Pendaftaran : PT Safe
Chemical Indonesia
No. Pendaftaran : RI 2303/12-2006/T
Dosis : 1 g/lt
Nama Sasaran : bakteri pada hawar
daun, layu daun
Tanaman : tomat, padi, tembakau
Cara Kerja : sistemik
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yaang diperoleh, pestisida terbagi menajadi empat
golongan yakni insektisida, herbsisida, fungisida, dan bakterisida. Merk dagang
yang termasuk kedalam golongan insektisida meliputi Canta-fur 3GR, Tamaron,
Altag, Applaud, Profile 430. Untuk yang termasuk kedalam golongan herbisida
meliputi meliputi Lindomin, Bravoxone, Ti-Gold 10 WP, Ole-ole 865 SL, Noney
865 SL. Pestisida yang termasuk kedalam fungisida yakni meliputi Dithane M 45
WP, Acrobat 50 WP, Deisene, Fujiwan, Topsin, serta pestisida yang termasuk
kedalam golongan bakterisida yaitu Agrepi, Kasimin, dan Plantumyan 75 SP.
Cara kerja merk dagang kesemua digolongkan yakni secara kontak, sistemik, dan
kontak-sistemik. Pestisida untuk golongan insektisida yang cara kerjanya secara
kontak yakni Altag, Applaud, Profile 430, untuk yang secara sistemik adalah
untuk Centa-fur 3GR memiliki cara kerja sistemik sedangkan Tamaron memiliki
cara kerja sistemik dan kontak. Golongan Herbisida yang cara kerjnya secara
kontak antara lain yaitu Lindomin, Ti-Gold 10 WP, dan Money 865 SL,
sedangkan Bravoxone dan Ole-ole 865 SL memiliki cara kerja secara kontak.
Golongan Fungisida yang memiliki cara kerja secarra sistemik meliputi Dithane
M 45 WP, Acrobat 50 WP, Fujiwan, dan Topsin sedangkan Deisene cara kerjanya
sistemik dan kontak, namun pada golongan ini tidak ditemukan merk dagang yang
memiliki cara kerja kontak. Khusus golongan bakterisida kesemua merk dagang
cara kerjanya adalah secara sistemik. Formulasi yang ada pada merk dagang
pestisida tersebut meliputi emulsi pekat (EC), serbuk basah (WP), serbuk larut air
(WSP, SP) dan Granuler (GR). Merk dagang pestisda yang termasuk kedalam
formulasi emulsi pekat (EC) yakni Lindomin, Bravoxone, Ole-Ole 865, Money
865 SL, Tamaron, Altag, Profile 430 EC, dan Fujiwan. Untuk merk dagang yang
termasuk kedalam formulasi serbuk basah (WP) diantaranya Ti-Gold 10 WP,
Applaud 45 WP, Acrobat 45 WP, Deisene, Agrepi, dan Kasimin, sedangkan untuk
formulasi granula (GR) yaitu Centa-fur 3GR, sedangkan yang termasuk kedalam
formulasi serbuk larut air (WSP, SP) yaitu Plantumyan.
Menurut cara kerjanya, Pestisda dibagi menjadi dua yaitu pestisida kontak
dan pestisida sistemik. Pestisida sistematik merupakan psetisda yang bahan-
bahannya dapat membunuh hama sasaran setelah hama tersebut mengisap air sap
dan memakan jaringan tanaman. Kelebihan dari pestisida ini tidak hilang karena
disiram, namun kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar
pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama.
pestisida kontak langsung (Contact pesticide) merupkan pestisida yang reaksinya
akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun
sedang berjalan.
Penggunaan pestisda biasanya dalam campuran dengan bahan yang lain.
Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri dari bahan pokok yang disebut bahan
aktif yang merupakan bahan utama pembunuh organisme penggangu tanaman dan
bahan ramuan, bahan pembantu yaitu bahan yang ditambahkan ke dalam pestisida
dalam proses formulasinya agar mudah diaplikasikan untuk memperbaiki efikasi
pestisda tersebut, dan bahan pembawa yaitu digunakan untuk menurunkan
kensentrasi produk. Berdasarkan bentuk formulasi Berdasarkan bentuk formulasi,
pestisida dikelompokkan menjadi :
1. Butiran (G/granul), formulasi yang menyerupai debu tetapi lebih besar,
biasanya pestisida dengan formulasi bentuk ini dapat langsung diaplikasikan tanpa
harus diiarutkan terlebih dahuludan juga bahan aktifnya rendah berkisar 2%.
2. Powder (tepung), merupakan sediaan berbentuk tepung siap pakai tidak
perlu dicampur dengan air dengan bahan aktif yang rendah digunakan dengan cara
dihembuskan.
3. EC (Emulsifiable concentrates)/Emulsi pekat. Pestisida dengan
formulasi berbentuk EC ini akan membentuk emulsi (seperti susu) pada larutan
semprot. Larutan jadi ini tidak memerlukan pengadukan yang terus menerus. Pada
umumnya insektisida memiliki formulasi bentuk EC. Kelebihan formulasi ini
yakni mengurangi residu yang tampak pada sasaran, sedangkan kelemahannya
jika konsetrasinya tinggi mudah overdoses.
4. Serbuk Basah (Wettable Powder), formulasi pestisda yang kering
dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. WP merupakan sediaan
berbentuk tepung dengan kadar bahan aktif relative tinggi 50-80 %. Kelebihan
formulasi ini relative mudah, resiko fitotksik lebih rendah dan kurang diserap oleh
kulit. Kelemahannya adalah menimbulkan debu
5. Serbuk larut air(Water Soluble Powder/WSP, Soluble Powder/SP),
Bentuk formulasi kering berbentuk tepung, jika dicampur dengan air akan
membentuk larutan.
6. Seed Dressing (SD), merupakan formulasi khusus berbentuk tepung
atau cairan yang digunakan dalam perawatan benih.
7. Umpan Bait (B) atau Readi Mix Bit (RMB)
Bahan yang telah dicampur dengan racun yang digunakan sebagai umpan,
mudah untuk mengendalikaan burung atau tikus. Jumlah aktifnya sangat rendah.
RMB umpan yang siap pakai, sedangkan B masih harus dicampur sendiri waktu
aplikasinya.
Cara kerja suatu pestisida berpengaruh terhadap bagaimana pestisida
tersebut menyerang. Cara kerja suatu pestisda terdapat dua yaitu secara sistemik,
dan kontak. Pestisida baik yang herbisida, fungisida, insektisda, dan bakterisida
memiliki cara kerja yang berbeda-beda untuk setiap merk dagangnya seperti
contoh dibawah ini :
A. Golongan Herbisida
a. Lindomin
Herbisida yang diproduksi oleh PT Nufarm Indonesia dan memiliki bahan
aktif 2,4-D dimentil amina ini memiliki cara kerja sistemik yang artinya herbisida
ini akan menyerang bagian dalam atau jaringan dari tanaman pengganggu/OPT
tersebut
b. Bravoxone
Pestisida yang diproduksi oleh PT Kresna Bumu Tama Sejati dengan
bahan aktif Parakuat diklorida ini memiliki cara kerja secara yang artinya
pestisida langsung bereaksi ketika bersentuhan langsung dengan gulma yang ada.
c. Ole-ole 865 SL
Pestisida yang diproduksi oleh Abadi Jaya dengan bahan aktifnya yaitu
aktif 2,4-D dimentil amina ini memiliki cara kerja sama dengan Bravoxone yaitu
sistemik yang artinya herbisida ini akan menyerang ketika bersentuhan langsung
dengan gulma yang ada
B. Golongan insektisida
a. Centa-Fur 3 GR
Cara kerja dari centa-fur yang mana diproduksi oleh PT Centa Brasindo
Abadi dengan bahan aktif Karbofuran 3 % ini secara sistemik yang artinya
membunuh OPT dalam sehingga menyebabkan kematian secara perlahan.
b. Tamaron
Pestisda yang diproduksi oleh Bayer dengan bahan aktif metamidafor 205
g/l ini memiliki cara kerja secara kontak dan sistemik yang artinya pestisda ini
beraksi setelah serangga bersentuhan langsung dengan tanaman yang sudah diberi
pestisida dan kemudian membunuh OPT tersebut dari dalam secara perlahan-
lahan.
c. Profile 430 EC
Pestisda yang diproduksi oleh Bayer dengan bahan aktif Profenofos 430
g/l ini memiliki cara kerja secara kontak yang artinya insektisida ini akan bereaksi
jika bersentuhan langsung dengan serangga
C. Golongan Fungisida
a. Acrobat 50 WP
Fungisida yang diproduksi olej PT Basf Indonesia dengan bahan aktifnya
dimtomoft 50%, ini memiliki cara kerja yang sama dengan sistemik yang artinya
herbisida ini akan menyerang bagian dalam atau jaringan dari tanaman penggangu
tersebut.
b. Topsin
Fungisida yang diproduksi oleh PT Petrokimia Kayaku dengan bahan
aktifnya metil tiofanat 70%, ini memiliki cara kerja yang sama dengan sistemik
yang artinya herbisida ini akan menyerang bagian dalam atau jaringan dari jamur
tersebut.
c. Fujiwan
Fungisida yang diproduksi olej PT Indagro Inc. dengan bahan aktifnya
Iudenemalonat 400 g/l, ini memiliki cara kerja yang sama dengan sistemik yang
artinya herbisida ini akan menyerang bagian dalam atau jaringan dari tanaman
penggangu tersebut.
D. Golongan bakterisida
a. Plantumyan 75 SP
Bakterisida yang diproduksi oleh Safe Chemichal Indonesia ini memiliki
cara kerja secara sistemik yang artinya bakterisida ini akan menyerang bakteri dari
dalam tubuhnya sehingga ajan menyebabkan kematian secara perlahan.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Terdapat 4 jenis pestisida yang diketahui dari merk dagang pestisisda
tersebut yaitu herbisida, insektisida, fungisida, dan bakterisida.
- Hanya ada dua cara kerja pestisida dari merk dagang pestisisda yaitu
secara kontak yakni pestisida yang reaksinya akan bekerja bila
bersentuhan langsung dengan hama dan sistemik yakni yang bahan-
bahannya dapat membunuh hama sasaran setelah hama tersebut mengisap
air sap dan memakan jaringan tanaman.
- Formulasi yang ada pada merk dagang meliputi emulsi pekat (EC),
serbuk basah (WP), serbuk larut air (WSP, SP) dan Granuler (GR).
5.2 Saran
Sebaiknya jika sudah waktunya dimulai praktikum harap segera dimulai
agar tidak memakan banyak waktu dan dalam pelaksanaan praktikum agar diberi
tambahan waktu agar praktikan bisa menyelesaikan pengambilan data dari apa
yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida & Aplikasi. Jakarta : PT Agromedia Pustaka
Hasanuddin, F. Hamzah, dan Dahlan. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Pertanaman Jagung. Agrisistem, 4 (1) : 11-18
Manuaba, P. I. B. 2009. Cemaran Pestisida Karbamat dalam Air Danau Buyan Buleleng Bali. Kimia, 3 (1) : 47-54
Saepuddin, D. I. Astuti. Pengembangan Model Penerimaan Biopestisida. Sosioteknologi, 27 : 178-193
Raini, Mariana. 2007. Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida. Media Litbang Kesehatan, 17 (3) : 10-18
Sudarmo, Subiyakto. 2007. Pestisida. Yogyakarta : Kanisius
Tarigan, Ir. S. dan Wiryanta, Wahyu. 2007. Bertanam Cabai Hibrida. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.
Tuhumury, G.N.C., J. A. Leatemia, R.Y. Rumthe dan J.V. Hasinu. 2012. Residu Pestisida Produk Sayuran Segar Di Kota Ambon. Agrologia, (1), 2 : 99-105