laporan refleksi kasus 5
DESCRIPTION
resusTRANSCRIPT
-
5/27/2018 LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
1/8
LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
ANGINA PEKTORIS TAK STABIL
Dokter pembimbing : dr. Widhi, Sp. PD
Disusun oleh : Amalia Afiyatun Nazilah
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
-
5/27/2018 LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
2/8
LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
1. Rangkuman kasusPasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri, terasa ngilu dan
seperti tertindih sejak kemarin, nyeri menjalar sampai ke tangan kiri, hilang
timbul, biasanya nyeri muncul saat beraktifitas/kelelahan. Saat serangan
durasi nyeri dadanya sekitar setengah jam, kadang bisa lebih dari itu. Kadang
mereda dengan istirahat, kadang juga tidak. Pasien tidak mengeluh adanya
sesak nafas, mual, muntah, nyeri kepala. BAK (+) N, BAB (-) sejak 3 hari
yang lalu. Riwayat sebelumnya juga sering seperti ini sejak 1 tahun yang lalu,
terutama saat kelelahan.
Identitas pasien
Nama : Tn. SM
Umur/ JK : 64 th / laki-laki
Alamat : Kejajar
Pekerjaan : Petani
Vital sign
TD : 170/100 mmHg
HR : 68 x/mnt
RR : 24 x/mnt
t : 36,7 C
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : CM
Pernafasan : regular
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP , PKGB (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
-
5/27/2018 LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
3/8
Cor : S1>S2, irama regular, bising (-)
Pulmo : SDV +/+, ST (-/-)
Abdomen : supel, timpani, BU (+) N, NT(-)
Ekstremitas : akral hangat ++/++, edema --/--
Diagnosa : Angina Pectoris
2. Perasaan terhadap pengalamanKasus Angina Pektoris merupakan kasus yang jarang ditemui di RS,
biasanya pasien yang datang ke RS sudah pada tahap OMI (Old Miocard
Infark). Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri dada kiri yang terasa
ngilu dan berat seperti tertindih, kadang disertai dengan keluhan nyeri yang
menjalar hingga ke tangan kiri. Akan tetapi, pada angina pectoris stabil
biasanya keluhan nyeri dada akan reda dengan sendirinya pada saat istirahat.
Berbeda halnya dengan angina pectoris tidak stabil yang tidak mereda dengan
istirahat.
3. EvaluasiApa yang terjadi dengan pasien ini?bagaimana penatalaksaannya?
4. AnalisisAngina pectoris adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia
miokardium. Biasanya mempunyai karakteristik tertentu :
a. Lokasi biasanya di dada, substernal atau sedikit di kirinya, denganpenjalaran ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan dan jari-jari
bagian ulnar, punggung atau pundak kiri.
b. Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri yang tumpul seperti rasatertindih atau berat di dada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari
bawah diafragma, seperti diremas-remas atau dada mau pecah dan
biasanya pada keadaan yang berat disertai keringat dingin dan sesak
nafas, serta perasaan takut mati. Biasanya bukanlah nyeri yang tajam,
seperti rasa ditusuk-tusuk atau diiris, dan bukan pula mulas. Tidak jarang
-
5/27/2018 LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
4/8
pasien mengatakan bahwa ia mengatakan merasa tidak enak di dadanya.
Nyeri berhubungan dengan aktifitas, hilang dengan istirahat; tapi tidak
berhubungan dengan gerakan pernafasan atau gerakan dada ke kiri dan
ke kanan.
c. Kuantitas : nyeri yang pertama kali timbul biasanya agak nyata, daribeberapa menit sampai kurang dari 20 menit. Bila lebih dari 20 menit dan
berat, maka harus dipertimbangkan sebagai angina tidak stabil, sehingga
dimasukkan ke dalam sindrom koroner akut (ACS) yang memerlukan
perawatan khusus. Nyeri dapat dihilangkan dengan nitrogliserin
sublingual dalam hitungan detik sampai menit. Nyeri tidak terus-
menerus, tapi hilang timbul dengan intensitas makin bertambah atau
makin berkurang sampai terkontrol. Nyeri yang berlangsung terus
menerus sepanjang hari, bahkan sampai berhari-hari, biasanya bukanlah
nyeri angina pectoris.
Gradasi beratnya nyeri dada dibuat oleh Canadian Cardiovascular
Society , sebagai berikut :
Kelas I : aktifitas sehari-hari seperti jalan kaki, berkebun, naiktangga satu sampai dua lantai dan lain-lain tidak menimbulkan nyeri
dada. Nyeri baru timbul pada latihan yang berat, berjalan cepat, serta
terburu-buru waktu, kerja atau bepergian.
-
5/27/2018 LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
5/8
Kelas II : aktifitas sehari-hari agak terbatas, misalnya AP timbul bilamelakukan aktifitas lebih berat dari biasanya seperti jalan kaki 2
blok, naik tangga lebih dari 1 lantai atau terburu-buru, berjalan
menanjak.
Kelas III : aktifitas sehari-hari nyata terbatas. AP timbul bila berjalan1 atau 2 blok, naik tangga 1 lantai dengan kecepatan yang biasa.
Kelas IV : AP timbul waktu istirahat sekalipun. Hampir semuaaktifitas dapat menimbulkan angina, termasuk mandi, menyapu, dan
lain-lain.
Yang dimasukkan dalam angina tak stabil yaitu :
a. Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana anginacukup berat dan frekuensi cukup sering, > 3x per hari.
b. Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya anginastabil, lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit
dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin ringan.
c. Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat.
Menurut pedomanAmerican College of Cardiology(AAC) danAmerican
Heart Association(AHA) perbedaan angina tak stabil dan infark tanpa elevasi
segmen ST (Non STEMI) ialah apakah iskemia yang timbul cukup berat,
sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada miokardium, sehingga adanya
petanda kerusakan miokardium dapat diperiksa. Diagnosis angina tak stabil
bila pasien mempunyai keluhan iskemia sedangkan tak ada kenaikan troponin
maupun CK-MB, dengan ataupun tanpa perubahan EKG untuk iskemia, seperti
adanya depresi segmen ST ataupun elevasi yang sebentar atau adanya
gelombang T yang negative. Karena kenaikan enzim biasanya dalam waktu 12
jam, maka pada tahap awal serangan, angina tak stabil sering kali tak bisa
dibedakan dari Non-STEMI.
Gambaran klinis angina tak stabil adalah keluhan pasien yang pada
umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina yang
bertambah dari biasa. Nyeri dada pada angina biasa, tapi lebih berat dan lebih
-
5/27/2018 LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
6/8
lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktifitas yang
minimal. Nyeri dada dapat disertai dengan keluhan sesak nafas, mual, sampai
muntah, kadang-kadang disertai keringat dingin. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan yang khas.
PENATALAKSANAAN
a. Tindakan umumPasien perlu perawatan di RS, sebaiknya di unit intensif coroner, pasien
perlu diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen; pemberian
morfin atau petidin perlu pada pasien yang masih merasakan sakit dada
walaupun sudah mendapat nitrogliserin.
-
5/27/2018 LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
7/8
b. Terapi medikamentosa
Nitrat, dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan arteriolperifer, dengan efek mengurangi preload dan afterload sehingga dapat
mengurangi wall stress dan kebutuhan oksigen.
Penyekat beta, dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokardiummelalui efek penurunan denyut jantung dan daya kontraksi miokardium.
Antagonis kalsium, dibagi dalam 2 golongan besar : golongandihidropiridin seperti nifedipin dan golongan non-dihidropiridin seperti
diltiazem dan verapamil. Kedua golongan dapat menyebabkan
vasodilatasi koroner dan menurunkan tekanan darah.
Obat anti agregasi trombosit, merupakan salah satu dasar dalampengobatan angina tak stabil maupun infark tanpa elevasi ST segmen. 3
golongan obat anti platelet seperti aspirin, tienopiridin (tiklodipin,
klopidogrel) dan inhibitor GP IIb/IIIa telah terbukti bermanfaat.
Obat anti thrombin, antara lain : Unfractionated Heparin, LowMolecular Weight Heparin.
Direct Thrombin Inhibitor Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner
5. Kesimpulan Angina pectoris adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia
miokardium. Lokasi biasanya di dada, substernal atau sedikit di kirinya.
Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri yang tumpul seperti rasa
tertindih atau berat di dada.
Tindakan umum, pasien perlu perawatan di RS, sebaiknya di unitintensif coroner, pasien perlu diistirahatkan (bed rest), diberi penenang
dan oksigen.
Terapi medikamentosa : Nitrat, penyekat beta, antagonis kalsium, obatanti agregasi trombosit, obat anti thrombin,Direct Thrombin Inhibitor,
Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner
-
5/27/2018 LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
8/8
6. Daftar pustaka
Trisnohadi, H. B. (2009). Angina Pektoris Tak Stabil. InA. W. Sudoyo,B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata & S. Setiati (Eds.). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Rahman, A. M. (2009). Angina Pektoris Stabil. In A. W. Sudoyo, B.Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata & S. Setiati (Eds.). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, jilid III, edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Wonosobo, November 2013
Praktikan, Dokter Pembimbing,
Amalia Afiyatun N dr. Widhi, P. S, Sp. PD