laporan sediaan sabun transparan
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI
SEDIAAN SABUN TRANSPARAN
Disusun Oleh :
Kelompok II A
Nasyidah Hanum 1113102000020
M. Akbar shopiaan 1113102000022
Nurul Fitria Pakpahan1113102000024
Ervina Octaviani 1113102000025
Muzi Latunil Isma 1113102000047
Nama Dosen :
Nelly Suryani, Ph.D., Apt
Hendri Aldrat, Ph.D., Apt
Via Rifkia, M.Farm., Apt
Lilis, M.Farm
Estu Maharani, M.Farm., Apt
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MARET 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sabun adalah salah satu senyawa kimia paling tua yang pernah ditemukan. Pada tahun
2500 sebelum Masehi masyarakat Sumeria telah menemukan sabun kalium yang digunakan
untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat dari minyak dan abu tumbuhan yang kaya akan kalium
karbonat. Informasi tentang sabun juga ditulis dalam literatur-literatur bangsa Mesir yang
berhubungan dengan kedokteran.
Sabun atau yang disebut soap dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin sapo yang
pertama kali digunakan oleh Plinny pada tahun 77 Masehi. Plinny membuat sabun dari campuran
tallow (lemak binatang) dengan abu dari kayu beech yang dapat digunakan sebagai pewarna
rambut.
Seni pembuatan sabun mulai berkembang dengan pesat selama abad pertengahan di
Perancis, Italia, dan Inggris. Sabun transparan dengan nama “Pears transparant soap” dikenal di
Inggris pada tahun 1789. Sabun mengalami kemajuan yang sangat pesat khususnya di Marseilles
pada abad ke-18. Sabun menjadi barang yang murah sejak berkembangnya proses Le Blanc pada
abad ke-19 untuk pembuatan alkali yang merupakan bahan baku pembuatan sabun.
Karakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi masa pemakaian
yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam rangkaian 0,967 hingga 6,867
kg/cm2. Sedangkan mengenai transparansi, sabun akan semakin jernih bila etanol yang
digunakan semakin murni.
B. Tujuan Praktikum
Setelah selesai mengikuti praktikum modul sediaan sabun padat tarnsparan, mahasiswa
diharapkan mampu :
Menjelaskan formulasi sabun padat taransparan
Menjelaskan cara pembuatan sabun padat transparan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Definisi sabun
Sabun adalah garam alkali dari rantai panjang asam lemak. Ketika lemak atau minyak
tersaponifikasi, garam Natrium atau kalium terbentuk dari rantai panjang asam lemak yang
disebut sabun (Maibach. 2009). Berdasarkan jenisnya sabun dibedakan atas dua macam yaitu
sabun padat (batangan) dan sabun cair. Dan sabun padat dapat dibedakan atas sabun opaque
(tidak transparan), sabun translucent (agak transparan) dan sabun transparan.
Sabun padat adalah sabun yang dibuat dari reaksi saponifikasi dari lemak padat dengan
NaOH. Untuk mendapatkan sediaan yang konsisten, biasanya digunakan lemak hewan yang kaya
akan kandungan stearin dan kandungannya relatif rendah dalam palmitin dan olein. (Maibach.
2009).
Asam lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun antara lain asam stearat,
asam palmitat, asam ricinoleat, asam linoleat, dan lain-lain. Pada formulasi sabun transparan
ditambahkan etanol, gula dan gliserin sebagai pembentuk sabun transparan. Etanol bekerja
dengan cara melarutkan sabun menjadi kristal-kristal yang lebih kecil sehingga terlihat
transparan. Selain itu etanol juga mempunyai kemampuan membersihkan dan merupakan
pembasah kulit yang lebih baik dibandingkan air karena etanol dapat menurunkan tegangan
permukaan kulit. Gliserin selain membantu membentuk sabun transparan juga berperan untuk
menjaga kelembaban kulit setelah berpenetrasi ke dalam kulit karena sifatnya yang mampu
mengikat air.
2.1.2. Tujuan penggunaan sabun
Sabun yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan efek untuk membersihkan tubuh dari
kotoran yang menempel. Selain itu, sabun juga memiliki berbagai fungsi, yaitu :
membantu melembutkan air sadah
memberikan efek estetik dalam mandi dengan penambahan parfum dan warna pada air
memberikan perasaan nyaman dan segar
memberikan efek emolien sebaik fragnance pada kulit
mencegah bentuk lingkaran/ bekas di sekitar bak mandi
2.1.3. Mekanisme kerja sabun
Sabun membersihkan dengan memodifikasi tegangan permukaan air dan emulgator dan
suspensi kotoran. Ketika dibilas, 2 ujung dari sabun yang memiliki polaritas berbeda dimana
rantai karbon panjang nonpolar dan hidrofobik, sedangkan garam karboksilationik dan hidrofilik.
Ketika sabun digunakan membersihkan lemak atau kotoran, ujung nonpolar dari sabunakan
melarutkan lemak non polardan minyak yang bersama kotoran. Ujung sabun yang hidrofilik dari
molekul sabun yang panjangnya dimana mereka dapat larut dalam air. Molekul sabun melapisi
minyak atau lemak,membentuk gerombolan/gugus yang disebut misel (Maibach. 2006).
2.2. Formulasi
Sediaan sabun transparan yang dibuat adalah 100 gram dengan formulasi sebagai berikut :
Bahan Jumlah
Ekstrak 5%
Asam Stearat 5%
Minyak Kelapa 20%
NaOH 30% 20%
Etanol 96% 15%
Gliserin 10%
Sukrosa 13%
Na2EDTA 0,1%
Parfum Qs
Aquadest (dH2O) a.d. 100 gram
2.3. Preformulasi
2.3.1. Asam Stearat
Asam stearate adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar
terdiri dari asam oktadekanoat (C18H36O2) dengan asam heksadekanoat (C16H32O2)
Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat;
mirip seperti lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol 95%, 2 bagian kloroform,
dan 3 bagian eter.
Fungsi : Emulgator, solubilizer, ointment, emulsifying agent
Penggunaan : cream 1-20%
Massa Jenis : 0,98 gram/ml
Titik lebur : 69-700C
Stabilitas dan penyimpanan : Stabil dan dapat ditambahkan antioksidan kedalamnya. Harus
disimpan dalam tempat tertutup rapat, sejuk dan kering.
Inkompabilitas : Inkompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida, basa, reduktor dan
oksidator.
2.3.2. Sukrosa
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau bentuk kubus, atau serbuk hablur
putih; tidak berbau; rasa manis; stabil di udara; larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih; sukar larut
dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Stabilitas : stabil dengan cukup baik pada suhu ruangan dan ruangan yang cukup lembab. Dapat
menyerap sampai 1% kelembaban yang dilepaskan pada pemanasan disuhu 900C. Larutan
dengan aquades dapat disterilkan dengan autoklaf atau dengan filtrasi ketika sukrosa didasarkan
sebagai bahan pemanis.
Inkompabilitas : tepung sukrosa dapat terkontaminasi dengan logam berat, dapat menyebabkan
inkompatibel dengan bahan aktif contohnya asam askorbat. Sukrosa dapat terkontaminasi dengan
sulfit pada saat proses pemurnian. Dengan kadar sulfit tinggi, sukrosa mengalami perubahan
warna.
Fungsi : Agen pentransparan
2.3.3. NaOH (Natrium Hidroksida)
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh
basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol 95%
Stabilitas : Natrium hidroksida harus disimpan dalam wadah non logam kedap udara di tempat
yang sejuk dan kering. Saat terkena udara, natrium hidroksida cepat menyerap kelembaban dan
mencair, tapi kemudian menjadi padat lagi karena penyerapan karbon dioksida dan pembentukan
natrium karbonat.
Inkompabilitas : Natrium hidroksida adalah basa kuat dan tidak sesuai dengan senyawa yang
mudah mengalami hidrolisis atau oksidasi. Ini akan bereaksi dengan asam, ester, dan eter,
terutama dalam larutan air.
Fungsi : Agen Pembasa
2.3.4. Etanol 96%
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bersifat mobile/dapat
bergerak/mengalir, mudah terbakar, bau penenang, rasa membakar, padat pada suhu kurang dari
30°C
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, gliserin, kloroform dan eter.
Stabilitas : larutan etanol dapat disterilkan dengan autoklaf atau dengan filtrasi
Inkompabilitas : Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi keras dengan bahan
pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat menggelapkan warna karena reaksi dengan jumlah
sisa aldehida. garam organik atau akasia dapat diendapkan dari larutan berair atau dispersi.
larutan etanol juga tidak sesuai dengan wadah aluminium dan dapat berinteraksi dengan
beberapa obat.
Fungsi : pengawet anti microbial, agen pentransparan
2.3.5. Gliserin
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau; higroskopis; rasa manis.
Kelarutan : - Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95 %; praktis tidak larut dalam
kloroform dalam eter dan dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Stabilitas : Gliserin memiliki sifat higroskopis. gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi oleh
atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa, tapi itu terurai pada pemanasan dengan evolusi
akrolein beracun. Campuran dari gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol secara
kimiawi stabil.
Inkompabilitas : Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti kromium
trioksida, potasium klorat, atau kalium permanganat. Dalam larutan encer, hasil reaksi pada
tingkat lebih lambat dengan beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Hitam warna gliserin
terjadi di hadapan cahaya, atau kontak dengan seng oksida atau bismut nitrat dasar.
Fungsi : Agen pentransparan.
2.3.6. Na2EDTA
Pemerian : kristalin putih atau serbuk putih; tidak berbau; rasa sedikit asam.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter; sedikit larut dalam etanol 95%;
larut dalam 11 bagian air.
Stabilitas : Garam EDTA lebih stabil dibandingkan dengan asam EDTA. Larutan Na2EDTA
dapat disterilkan dengan autoklaf atau dengan filtrasi. Disimpan di wadah yang bebas dari alkali.
Inkompabilitas : Dinatrium edetat bersifat sebagai asam lemah, menggantikan karbon dioksida
dari karbonat dan bereaksi dengan logam untuk membentuk hidrogen. Hal ini tidak sesuai
dengan zat pengoksidasi kuat, basa kuat, ion logam, dan paduan logam.
Fungsi : Anti khelat
2.3.7. Minyak kelapa
Pemerian : cairan putih hingga kuning terang, bau khas lemah; rasa halus.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam diklorometana, dan dalam petroleum
ringan; larut dalam eter, karbon disulfide, dan dalam kloroform
Stabilitas : pada paparan udara, minyak mudah teroksidasi dan menjadi tengik, menimbulkan bau
yang menyenangkan dan rasa asam kuat.
Inkompabilitas : minyak kelapa bereaksi dengan oksidator, asam dan basa.
Fungsi : Ointment base.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Hari, tanggal : Kamis, 24 Maret 2016
Tempat praktikum : Laboratorium Penelitian II FKIK UIN Jakarta
Waktu : Pukul 14.30 – 16.30 wib
Alat dan bahan
Ekstrak madu
Asam stearat
Minyak kelapa
NaOH 30%
Etanol 96%
Gliserin
Sukrosa
Na2EDTA
Parfum
Aquadest
Penangas air
Beakerglass
Kaca arloji
Cawan penguap
Spatel
Neraca analitik
Cetaka sabun
Pipet tetes
Formula yang digunakan untuk 100 gram pembuatan sabun transparan 100 gram
Ekstrak madu 5%
Asam stearat 5%
Minyak kelapa20%
NaOH 30% 20%
Etanol 96% 20%
Gliserin 10%
Sukrosa 13%
Na2EDTA 0,1%
Parfum q.s
Aquadest ad 100%
Cara Kerja
Evaluasi Sediaan
1. Tinggi dan stabilitas busa
10 gram sabun dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml, kocok dengan membolak-
balikan gelas ukur 10 kali, amati tinggi busa yang dihasilkan dan dalam 5 menit
kemudian amati kembali stabilitasnya.
2. Keasaman sabun
Ukur dengan pH indikator universal
3. Warna, bau dan tekstur
4. Daya bersih
1. Fase minyak (minyak kelapa, asam stearat) dilebur diatas penangas air hingga
suhu 70o C.
2. Tambahkan larutan NaOH, diaduk hingga terbentuk massa yang homogen dan kalis.
3. Tambahkan gula (sebelumnya telah dilarutkan di aquadest) dan Na2EDTA yang telah dilarutkan didalam air. Gula dan Na2EDTA
dicampurkan dalam 1 gelas beaker terlebih dahulu.
4. Tambahkan gliserin lalu aduk hingga
homogen
5. Tambahkan ekstrak yang sebelumnya telah dilarutkan dalam etanol. Lalu diaduk
hingga terbentuk massa yang transparan dan homogen
6. Tambahkan parfum pada suhu 50o – 60o C,
lalu aduk hingga homogen.
7. Tuangkan campuran kedalam
cetakan dan diamkan sampai mengeras
kemudian keluarkan dari cetakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil Praktikum Sabun Transparan dengan ekstrak madu kelompok 2A
Kemasan kotak sabun transparan dengan ekstrak madu kelompok 2A
Hasil Evaluasi Sabun Transparan Ekstrak Madu Kelompok 2A
Evaluasi Tinggi dan Stabilitas Busa
Saat baru dikocok Setalah 5 menit
Hasil : Tinggi busa yang terbentuk 2 cm, dan
Evaluasi keasaman sabun dengan pH indikator
pH dari sabun transparan = 11
busa menghilang setelah 5 menit percobaan
Evaluasi warna, bau dan tekstur
Warna : Cokelat transparan
Bau/aroma : Sedikit beraroma bunga, karena parfum yang digunakan adalah wangi bunga
Tekstur : Permukaan rata dengan tekstur tidak terlalu licin
Evaluasi Daya Bersih
Daya bersih cukup baik
Pembahasan
Pada praktikum kosmetologi kali ini kami melakukan pembuatan sediaan sabun
transparan dengan bahan utama ekstrak madu. Tujuan dari praktikum kosmetologi kali ini adalah
agar praktikan mampu melakukan studi praformulasi bahan-bahan, membuat sediaan sabun
transparan dan melakukan evaluasi sediaan yang telah dibuat.
Dalam pembuatannya, kami meleburkan asam stearat secara terpisah. Sukrosa dan Na
EDTA dilarutkan pada aqudest yang berbeda. Setelah asam stearat hampir melebur sempurna,
kami memanaskan oleum cocos dan olive oil pada suhu 70⁰C. Hal ini kami lakukan untuk
menghindari campuran minyak tersebut terlalu mendidih dan mengalami kerusakan molekul.
Pemanasan ini juga dilakukan untuk mencegah asam stearat kembali membeku pada saat
pencampuran. Pembuatan sediaan ini sangat mengamati perubahan suhu, karena pergeseran suhu
dapat mempengaruhi sediian akhir sabun transparan.
Setelah pencampuran tadi, kami menambahkan larutan NaOH pada campuran tersebut
untuk membentuk adonan. Adonan tersebut kami tambahkan gliserin, larutan sukrosa, larutan Na
EDTA dan etanol sedikit demi sedikit secara berurutan. Terakhir kami menambahkan madu ke
dalam adonan tersebut. Penambahan madu kami lakukan terakhir kali agar dapat mencegah
rusaknya madu.
Setelah dilakukan pembuatan sabun, hasil yang kami dapatkan sediaan membentuk sabun
transparan. Beberapa teman kelompok lain ada yang mengalami kegalalan diantaranya tidak
terbentuknya sabun secara transparan. Hal ini bisa dapat dikarenakan saat pencampuran kondisi
adonan yang masih panas saat larutan sukrosa ditambahkan (penambahan larutan sukrosa yang
terlalu awal), peleburan asam stearat yang tidak dicampur dengan olive oil dan oleum cocos,
kemudian pengadukan yang dilakukan saat pencampuran yang terlalu kuat yang menyebabkan
terbentuknya buih/globul pada adonan, larutan sukrosa yang tidak ditambahkan gliserin, tidak
dilakukannya in processing control suhu, pemilihan bahan seperti NaOH yang digunakan adalah
NaOH padatan sehingga dilakukan pelarutan dengan aquadest yang menyebabkan aquadest yang
kami gunakan untuk bahan lain berkurang dan konsentrasi NaOH menjadi tinggi pada formula
kami yang berakibat tidak seimbangnya bahan pembentuk sabun (NaOH) dengan bahan
penjernih/pembuat transparan (gula, etanol dan gliserin). Pada praktikum ini juga dilakukan
terhadap 4 variasi konsenrasi bahan. Mulai dari terbentuknya sabun transparan sempurna, sampai
ada yang tidak terbentuk transparannya sama sekali.
Kandungan utama dari sabun transparan adalah:
1. Minyak Pendukung Berbagai jenis minyak yang sering digunakan untuk membuat sabun
diantaranya minyak zaitun, kelapa, castor, dan minyak kelapa sawit.
2. Sodium Hidroksida (NaOH) NaOH atau kaustik soda merupakan senyawa alkali yang
bersifat basa berbentuk butiran atau keping yang sangat higroskopis. NaOH akan
bereaksi dengan minyak membentuk sabun lewat reaksi saponifikasi.
3. Asam stearat, Asam stearat membantu untuk mengeraskan sabun. Penggunaan terlalu
banyak menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak mengeras.
4. Gliserin, Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati
dengan air. Gliserin merupakan humektan sehingga berfungsi sebagai pelembab kulit.
5. Alkohol, Alkohol adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun sehingga sabun
menjadi bening atau transparan. Untuk terjadi transparansi sabun harus benar-benar larut.
6. Gula Bersifat humektan dan membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula
akan semakin transparan sabun yang dihasilkan.
7. Pewarna, Penggunaan pewarna untuk memperindah penampilan masih menjadi
perdebatan. Penggunaan pewarna ditakutkan akan membahayakan karena kulit
merupakan organ tubuh yang menyerap apapun yang diletakkan dipermukaannya.
8. Pewangi, Pewangi atau pengaroma adalah suatu zat tambahan yang ditujukan untuk
memberikan aroma wangi pada suatu sediaan agar konsumen lebih tertarik (Priani dan
Lukmayani, 2010).
Faktor yang mempengaruhi transparansi sabun adalah:
1. Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena
sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak. -
2. Gula
Gula bersifat humektan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula
akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula, produk
sabun menjadi lengket, pada permukaan sabun keluar gelembung kecil-kecil. Gula yang
paling baik untuk sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih
seperti gliserin, karena warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir.
Gula lokal yang berwarna agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih
tanpa warna tetapi juga agak kecoklatan.
3. Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air
untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat ber
fungsi sebagai pelembap pada kulit. Pada kondisi at mosfer sedang ataupun pada kondisi
kelembaban tinggi, gliserin dapat melembapkan kulit dan mudah di bilas. Ketika sabun
akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling essensial adalah kualitas gula,
alkohol dan gliserin. Oleh karena itu pemilihan material dipertimbangkan dengan warna
dan kemurniannya (Arita dkk, 2009).
Faktor-faktor kesalahan yang terjadi :
Kesalahan terjadi karena proses pencampuran antara minyak dan NaOH yang tidak
merata. Hal ini menyebabkan sabun transparan tidak terbentuk
Penambahan asam stearat yang terlalu sedikit sehingga sabun yang dihasilkan tidak keras
Penggunaan gula pasir yang berwarna coklat (tidak berwarna putih) juga menyebabkan
sabun tidak transparan .
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Hal-hal yang perlu dibahas pada proses pembuatan sediaan sabun transparan ini, yaitu :
1. Untuk memperoleh sabun yang baik, suhu larutan pada proses pembuatan pada range 65-
70°C. jika suhu dibawah 60°C sabun yang dihasilkan akan menggumpal.
2. Terjadi penggumpalan pada sabun disebabkan oleh NaOH. Sifat NaOh yang eksoterm
menyebabkan panas berlebih sehingga suhu larutan akan bertambah tinggi, dimana fungsi
NaOH adalah menetralisir asam dan membantu proses pembentukan sabun.
3. Reaksi signifikan yang terjadi adalah :
C3H5 (COOR) + 3 NaOH 3RCOONa + C3H5 (OH)3
(minyak/VCO) (soda kaostik) (sabun) (gliserol).
4. Penambahan alkohol, gula pasir dan gliserin harus dilakukan secara berurutan. Sesuai
dengan fungsinya yaitu sebagai solven kemudian pembentuk transparasi dan kristalisasi
lalu melembabkan sabun yang berefek pada kulit.
5. Dari uji mutu yang dilakukan sabun kelompok kami memiliki transparasi coklat yang
tidak terlalu jernih transparan dengan sifat sabun keras dan pH sabun 12, sabun tersebut
dapat larut dalam air dan sabun tersebut bersifat basa.
6. Sebelum melakukan pencetakan sabun, jika terdapat buih pada larutan, maka buih tidak
ikut tercetak dan tidak mempengaruhi penampilan sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Maibach, Howard I. et al. 2006. Handbook of Cosmetic Science and Technology Second
Edition. New York : Informa Healthcare USA.
Maibach, Howard I. et al. 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology Third
Edition. New York : Informa Healthcare USA.
Rowe, Raymond C. et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition.
Washington DC : Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association.
LAMPIRAN
GAMBAR DESAIN KEMASAN SABUN TRANSPARAN