latar belakang.docx mix

3
Hipertensi adalah tekanan darah arterial yang tetap tinggi, dapat memiliki sebab yang diketahui atau berkaitan dengan penyakit lain. 1 Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan dan mungkin penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna (silent killer). 2 Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Pada hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa 8,3 % penduduk mengalami hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. 3 Sedangkan pada tahun 2009 prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 32,3%. FAK HIPERTENSI Faktor risiko penyebab terjadinya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan meliputi keturunan (herediter atau genetik), usia dan ras. Sedangkan faktor yang dapat dikendalikan adalah asupan garam, obesitas, inaktivitas atau jarang olah raga, merokok, stress, minuman beralkohol dan obat-obatan. Penggunaan obat- obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Penting bagi penderita untuk melakukan modifikasi pada faktor yang dapat dikendalikan tersebut. Salah satu faktor yang dapat dikendalikan adalah asupan garam, dalam penelitian ini peneliti memakai DOCA (deoxycorticosterone acetate) yang merupakan agen yang digunakan untuk menginduksi hipertensi hewan percobaan.

Upload: fithri-wulandhani

Post on 25-Sep-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Latar Belakang.docx Mix

TRANSCRIPT

Hipertensi adalah tekanan darah arterial yang tetap tinggi, dapat memiliki sebab yang diketahui atau berkaitan dengan penyakit lain.1 Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan dan mungkin penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna (silent killer).2

Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Pada hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa 8,3 % penduduk mengalami hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.3 Sedangkan pada tahun 2009 prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 32,3%. FAK HIPERTENSI

Faktor risiko penyebab terjadinya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan meliputi keturunan (herediter atau genetik), usia dan ras. Sedangkan faktor yang dapat dikendalikan adalah asupan garam, obesitas, inaktivitas atau jarang olah raga, merokok, stress, minuman beralkohol dan obat-obatan. Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.

Penting bagi penderita untuk melakukan modifikasi pada faktor yang dapat dikendalikan tersebut. Salah satu faktor yang dapat dikendalikan adalah asupan garam, dalam penelitian ini peneliti memakai DOCA (deoxycorticosterone acetate) yang merupakan agen yang digunakan untuk menginduksi hipertensi hewan percobaan. Bentuk hipertensi yang terjadi bergantung pada perubahan pusat mekanisme yang ada termasuk sistem renin-angiotensin.4

Terapi alternatif komplementer adalah sebuah kelompok dari bermacam-macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktek dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional.5 Frekuensi dari pemanfaatan terapi alternative komplementer meningkat pesat diseluruh pelosok dunia. Perkembangan tersebut tercatat dengan baik di afrika dan populasi secara global antara 20% sampai dengan 80%. Hal yang menarik dari terapi alternative komplementer ini didasarkan pada asumsi dasar dan prinsip-prinsip sistem yang beroperasi.6

Terbukti bahwa pemanfaatan terapi alternatif komplementer mengalami peningkatan secara global, dan pengakuan diberikan oleh penyedia asuransi kesehatan di negara-negara maju

(Eisenberg, Davis, Ettner, Appel, Wilkey, Van Rompay & Kessler, 1998). Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal dinegara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia (Sukandar, 2006)

Berlatar belakang studi tersebut, penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa kombinasi dari pegagan (Centella asiatica), kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dan alang-alang (Imperata cylindrica) sebagai antihipertensi dapat mencegah dan mengurangi terjadinya hipertensi serta kerusakan organ dan jaringan tubuh antara lain oleh karena hipertensi. Dan dalam penelitian ini digunakan tikus model hipertensi yang diinduksi dengan DOCA (deoxycorticosterone acetate).

Tinjauan Pustaka

1. GUYTON

2. Prince, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta. Buku Kedokteran EGC. Hal 583.

3. Departemen Kesehatan. Survei kesehatan nasional. Laporan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2004.

4. Abishek Iyer, Vincent Chan and Lindsay Brown. The DOCA-Salt Hypertensive Rat as a Model of Cardiovascular Oxidative and Inflammatory Stress. 2010. Bentham Science Publishers Ltd.

5. (National Institute of Health, 2005)

6. (Amira & Okubadejo, 2007).