lichen planus dan diabetes

Upload: intan-winari

Post on 17-Jul-2015

150 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

[INTAN WINARI] 05/187492/KG/07924

Hubungan Oral Lichen Planus dengan Diabetes Milletus

Pendahuluan Hampir semua pasien diabetes menderita komplikasi pada kulitnya sebagai akibat dari efek diabetes mellitus pada mikrosirkulasi dan pada kolagen kulit. Infeksi kulit biasa terjadi pada diabetes milletus tipe 2, sedangkan lesi autoimmune lebih umum terjadi pada diabetes tipe 1. Pasien yang menderita diabetes dalam jangka waktu lama mengalami problem kerusakan kulit terparah. Namun demikian keadaan tersebut dapat terjadi dalam jangka waktu pendek, seperti efek samping yang terjadi pada kulit akibat penggunaan insulins dan obat oral hypoglikemik. Selain itu, lesi kulit terkait dengan diabetes juga dapat berperan sebagai pintu masuk infeksi sekunder (van hattem, simone.et al, 2008) . Hubungan antara diabetes dan lichen planus khususnya oral lichen planus telah banyak diteliti. Namun, sebagian besar studi dilakukan untuk meneliti prevalensi dari diabetes milletus pada pasien dengan lichen planus namun tidak untuk sebaliknya. Selain itu banyak penelitian yang dibuat tanpa membedakan tipe diabetesnya. Dalam satu studi yang dilakukan oleh Petrou-Amerikanou et al didapatkan bahwa prevalensi oral lichen planus lebih banyak ditemui pada pada pasien diabetes tipe 1 dibanding control, namun tidak pada pasien diabetes tipe 2 (van hattem, simone.et al, 2008).

Oral lichen planus Oral lichen planus merupakan penyakit inflamasi kronik yang terkait immune dimana etiopathologinya belum diketahui secara pasti. Faktor seperti stres, latarbelakang genetik, beberapa material dental, obat-obatan, agen penginfeksi, atau kaitannya dengan kelainan system immune dikatakan sebagai pencetus dari lesi ini (Seoane,Juan.et al, 2004). Oral lichen planus pada umumnya ditemui pada pasien usia dewasa tua dan lansia. Ada kecenderungan menjangkit pada wanita. Lichen Planus Page 1

[INTAN WINARI] 05/187492/KG/07924Oral lichen planus merupakan T-cell-mediated chronic inflammatory mukosa oral yang etiologinya belum jelas. Lesi oral lichen planus mengandung sedikit B-cells atau sel plasma dan deposit yang minimal dari immunoglobulin atau komplemennya. Tidak ada perubahan serologi yang konsisten berkaitan dengan oral lichen planus.

Penampakan klinis Secara klinis, oral lichen planus terlihat dalam bentuk garis putih retikular. Secara klinis dan histopatologis lichen planus dan lesi lichenoid akibat reaksi obat sangat sulit untuk dibedakan, meskipun demikian sejumlah besar eosinofil, parakeratosis dan inflamasi perivaskuler di sekitar bagian tengah dan dalam pleksus kulit terlihat pada lesi lichenoid akibat reaksi obat dan pada umumnya tidak pada lichen planus (van hattem, simone.et al, 2008). Lesi oral lichen planus biasanya bilateral, dan atropic serta lesi erosinya biasanya sensitive dan terasa sangat sakit (Scully and El-kom, 1985; Eisen, 1993). Lesi ini lebih sering terlihat pada mukosa bukal, lidah dan gingival serta jarang sekali terjadi di palatum, mukosa bibir, dan dasar mulut. (Seoane,Juan.et al, 2004).

Histology Karakteristik histologi dari oral lichen planus ditandai dengan infiltrate padat limfosit-histiocytic subepitelial, meningkatnya jumlah limfosit intra-epitel, dan degenerasi keratinosit basal. Degenerasi keratinosit basal membuat bangun koloid (civatte, hyaline, cytoid) menjadi nampak seperti tetesan eosinofil homogeny (homogenous eosinophilic globules). Ultrastruktur dari bangun koloid menunjukkan bahwa mereka merupakan keratinosit apoptotic, dan studi lebih lanjut menggunakan metode endlabeling menunjukkan adanya fragmentasi DNA pada sel ini. Perubahan dasar membrane epithelial

biasa terjadi pada oral lichen planus dan meliputi perusakan, percabangan dan duplikasi. Sebagai tambahan elemen jangkar keratinosit basal (hemidesmosomes, filament, dan fibrils) terganggu pada oral Lichen Planus Page 2

[INTAN WINARI] 05/187492/KG/07924lichen planus. Degenerasi dari basal keratinosit dan gangguan dari dasar membrane epitel dan element jangkar basal keratinosit pada oral lichen planus menghasilkan kerapuhan pada area perlekatan jaringan epitel cekat yang dapat membuat bentukan celah histology dan kadang terjadi penampakan melepuh dari mukosa oral (bullous lichen planus). Parakeratosis, acanthosis, dan bentukan saw-tooth rete peg mungkin terlihat. B-cells dan sel plasma jarang ada pada oral lichen planus, dan immunoglobulin serta complement deposit tidak konsisten terbentuk. Pada beberapa kasus terlihat fibrinogen dan deposit fibrin dalam bentuk linear pada zona membran dasar. Bangun koloid dapat positif untuk fibrin, igM, C3, C4, dan keratin. Pewarnaan laminin dan fibrinectin dapat tidak terlihat pada area yang terdeposit banyak fibrin dan formasi bangun koloid, hal ini menunjukkan kerusakan dasar membrane pada area ini (Sugerman, P.B., 2002) . Temuan immunoflorens pada oral lichen planus tidak didiagnosis (Scully et al., 2008). Rata-rata plasma dan level kortisol urin 24 jam berada pada batas normal, dimana tidak mendukung hipotesis yang mengatakan faktor lingkungan dapat memicu neuroendokrin system dalam level kortisol dan populasi limfosit pada pasien dengan oral lichen planus (Seoane,Juan.et al, 2004).

Lichen Planus

Page 3