lkti_ peran nutrisi dalam pemberantasan stunting_penguatan kesadaran cinta gizi melalui pola makan...
TRANSCRIPT
-
Penguatan Kesadaran Cinta Gizi Melalui Pola Makan Terbaik
(Salah Satu Strategi untuk memberantas Stunting di Indonesia)
Sebuah Karya Tulis Ilmiah yang disusun untuk diikutkan dalam
Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM)
Scifi Neutron(Scientific and Education For Nutrition Student)
Oleh:
Mardhiati (K21111 264)
Novi Puspita Sari (K21111 601)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Januari, 2014
-
Penguatan Kesadaran Cinta Gizi Melalui Pola Makan Terbaik
(Salah Satu Strategi untuk memberantas Stunting di Indonesia)
Sebuah Karya Tulis Ilmiah yang disusun untuk diikutkan dalam
Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM)
Scifi Neutron (Scientific and Education For Nutrition Student)
Oleh:
Mardhiati (K21111 264)
Novi Puspita Sari (K21111 601)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Januari, 2014
-
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Penguatan Kesadaran Cinta Gizi Melalui Pola
Makan Terbaik disusun oleh:
I. Nama : Mardhiati
NIM : K21111 264
Prodi : Ilmu Gizi Unhas
II. Nama : Novi Puspita Sari
NIM : K21111 601
Prodi : Ilmu Gizi Unhas
Disahkan untuk diikutkan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Mahasiswa pada
ajang lomba Scifi Neuron (Scientific and Education For Nutrition Student) di
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Makassar, 7 Januari 2014
Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,
Ulfah Najamuddin S.Si, M.Kes
-
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Penguatan Kesadaran Cinta Gizi Melalui Pola Makan
Terbaik disusun oleh:
I. Nama : Mardhiati
NIM : K21111 264
Prodi : Ilmu Gizi Unhas
II. Nama : Novi Puspita Sari
NIM : K21111 601
Prodi : Ilmu Gizi Unhas
Disetujui untuk diikutkan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Mahasiswa pada
ajang lomba Scifi Neuron (Scientific and Education For Nutrition Student) di
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Makassar, 7 Januari 2014
Menyetujui:
Ketua Prodi Ilmu Gizi FKM UNHAS
Dr.Dra. Nurhaedar Jafar Apt., M.Kes.
-
ABSTRAK
Mardhiati dan Novi, 2014. Konsep Penguatan Kesadaran Gizi Melalui Pola Makan
Terbaik adalah salah satu strategi yang dirancang dalam pemberantasan stunting di
Indonesia.
Karya tulis ini bertujuan untuk memberi penguatan kesadaran terhadap masyarakat
untuk memberi andil dalam memberantas stunting.
Tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif berupa ujian kajian pustaka atau library
research. Data-data yang disajikan dalam karya tulis ini diperoleh dari berbagai
literarur yang relevan dengan permasalahan yang ada. Setelah dilakukan
pengumpulan data dan informasi. Semua hasil diseleksi untuk mengambil data dan
informasi yang relevan dengan makalah yang dikaji.
Hasil dari analisis data tersebut secara kualitatif digambarkan dalam pembahasan
sebagai berikut :
Konsep Penguatan Kesadaran Cinta gizi berarti memberikat kekuatan yang lebih
kepada masyarakat agar tidak hanya sekadar sadar tetapi mencintai gizi sehingga
pada akhirnya akan mengaplikasikannya melalui pemberian pola makan terbaik
untuk kehidupannya.
Pada akhirnya melalui tulisan ini diharapkan sebuah revitalisasi pemahaman
terhadap konsep cinta gizi dalam pemberian pola makan terbaik dalam
pemberantasan stunting di dalam perubahan zaman yang secara simultan telah
mempengaruhi mindset paradigma masyarakat untuk tidak sadar lagi bahwa gizi itu
penting di dalam menyempurnakan kehidupan.
Kata Kunci: Stunting, Gizi, Pola makan
-
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kita haturkan kepada pemilik kekuasaan yang tak terbatas. Dengan
segala karunia dan rahmat-Nya penulisan karya tulis ini dapat terselesaikan. Salawat
dan taslim kita haturkan kepada perintis jalan kebenaran Nabiullah Muhammad
SAW.
Melalui Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) ini hendaknya dapat memotivasi
mahasiswa untuk dapat senantiasa mencari dan menemukan ide yang bermanfaat
bagi masyarakat dan pemerintah.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan olehnya itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, tetap kami
harapkan demi kesempurnaan karya berikutnya. Akhirnya ucapan terima kasih kami
ucapkan kepada:
1. Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia, atas segala petunjuk dan informasi
yang telah diberikan.
2. Ketua Prodi Ilmu Gizi FKM Unhas, atas bantuan moril dan materil yang
diberikan demi kelancaran penulisan karya tulis ini.
3. Dosen Pembimbing, Ulfa Najamuddin, S.Si, M.Kes Yang senantiasa
mengarahkan penulisan karya tulis ini.
4. Semua teman-teman yang telah memberi bantuan moral dan material kepada
penulis.
Disadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga,
kritik dan saran yang konstruktif sangat dibutuhkan demi perbaikan di masa
mendatang.
Makassar, 7 Januari 2014
-
DAFTAR ISI
Sampul
Lembar Pengesahan.................................................................................................... I.1
Lembar Persetujuan.................................................................................................... I.2
Abstrak........................................................................................................................ I.3
Kata Pengantar........................................................................................................... I.4
Daftar Isi..................................................................................................................... I.5
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang................................................................................................ 1
b. Rumusan Masalah........................................................................................... 2
c. Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
d. Manfaat Penulisan........................................................................................... 2
Bab II Tinjauan Pustaka.............................................................................................. 4
Bab III Metode Penulisan........................................................................................... 15
Bab IV Pembahasan.................................................................................................... 16
Bab V Penutup............................................................................................................ 19
Daftar Pustaka............................................................................................................. 20
Lampiran Biodata Penulis........................................................................................... 21
-
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di awal tahun 2013 ini diungkap bahwa lebih dari sepertiga anak bangsa
Indonesia justru cenderung jadi cebol (stunting), padahal cebol di usia dini yang
terjadi pada anak-anak dan balita berhubungan dengan kejadian kemunduran
mental pada tingkat intelegensi anak, perkembangan psikomotorik, kemampuan
motorik yang baik, dan integrasi saraf-saraf neuron. Masalah cebol yang terus
merebak tanpa bisa diatasi dalam jangka waktu relatif panjang, harus dipahami
bahwa bangsa kita ini akan sulit untuk memperoleh calon-calon penerus yang
cerdas dan berkualitas.
Perawakan pendek pada seseorang dapat disebabkan karena berbagai
kelainan endokrin (hormonal) maupun non-endokrin. Penyebab terbanyak
adalah kelainan nonendokrin seperti penyakit infeksi kronik, gangguan nutrisi,
kelainan gastrointestinal, penyakit jantung bawaan dan lain lain.
Stunting terjadi akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu lama pada
masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Riskesdas 2010
meyebutkan bahwa 35,6% balita di Indonesia mengalami masalah stunting,
artinya hampir separuh balita kita memiliki tinggi badan lebih rendah dari
standar tinggi badan balita seumurnya.
Sungguh disayangkan, masyarakat kita masih belum menyadari masalah
ini karena memang anak pendek umum terlihat di masyarakat sebagai anak-anak
dengan aktivitas yang normal, tidak seperti anak kurang gizi. Padahal
stunting pada anak dapat berakibat fatal bagi produktivitas mereka dimasa
dewasa. Penelitian membuktikan bahwa kemampuan membaca anak yang
pendek lebih rendah dibandingkan anak normal, dan pada saat mereka dewasa
produktivitas anak yang pendek lebih rendah dibandingkan dengan anak yang
normal (Martorell, 2007).
-
Ancaman rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia
Indonesia masa mendatang akibatstunting tidak bisa diremehkan. Berbekal hasil
survey yang ditunjang dengan penelitian terkini, Direktorat Bina Gizi
bekerjasama dengan UNICEF Indonesia gencar melaksanakan
advokasi stunting dengan tujuan memotong generasi stunting di Indonesia.
Advokasi telah dimulai di wilayah binaan UNICEF meliputi beberapa kabupaten
di Provinsi Jawa Tengah, NTT, NTB, Aceh, dan Papua selama kurun waktu
bulan Mei hingga Juli 2011.
Upaya advokasi diharapkan dapat membuka wawasan para pengambil
kebijakan untuk membuka peluang upaya pelaksanaan program pencegahan dan
penanggulangan masalah stunting. Advokasi juga ditujukan pada pemuka
masyarakat untuk membantu pendekatan pada masyarakat dalam membangun
kesadaran pentingnya pemenuhan gizi terutama pada ibu hamil dan bayi hingga
usia 2 tahun. Advokasi baru menjadi langkah awal dan tidak mungkin langsung
merubah keadaan menjadi lebih baik, butuh proses serta komitmen dari semua
pihak yang bersinggungan dengan masalah stunting sehingga kita siap
membangun generasi yang lebih baik dan siap menyongsong masa depan.
Penanganan stunting merupakan salah satu kunci penting dalam
pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Berdasarkan problematika
tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang urgensi konsep
penguatan kesadaran cinta gizi dengan memberi makanan terbaik. Hal ini
dianggap perlu mengingat pentingnya pemberantasan stunting.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka adapun masalah yang
akan dibahas dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
1. Bagaimanakah konsep cinta gizi dalam pemberantasan stunting?
2. Bagaimanakah cara dalam pemberantasan stunting dengan jalan pemberian
pola makan terbaik?
-
I.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan problematika di atas, maka adapun tujuan dari penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep cinta gizi dalam pemberantasan stunting?
2. Untuk mengetahui cara dalam pemberantasan stunting dengan jalan
pemberian pola makan terbaik?
I.4 Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, nantinya diharapkan dapat
memberi manfaat:
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari hasil karya tulis ini antara lain:
a. Menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia ilmu pengetahuan pada
umumnya dan masyarakat Makassar khususnya.
b. Menjadi bahan referensi bagi masyarakat untuk senantiasa memerhatikan
asupan gizi yang baik sehingga tidak terjadi gizi buruk lagi.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktir yang dapat diperoleh dari hasil karya tulis ini
adalah:
a. Menjadi bahan acuan bagi pemerintah khususnya unsur yang berkompeten
dalam memandang arti penting penguatan kesadaran gizi dan memerhatikan
fenomena-fenomena gizi buruk yang terjadi yang harus segera diatasi
dengan bijaksana.
b. Menjadi bahan perhatian bagi mahasiswa yang berkecimpung dalam objek
ilmu gizi pada khususnya agar selalu berupaya dan berusaha untuk bisa
menjadi bagian yang penting dalam perbaikan gizi di Indonesia.
c. Menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin menagkat judul yang serupa
untuk kemudian mengkaji lebih dalam serta diarahkan pada pemecahan
masalah yang lebih substansif dari tulisan ini.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu Karya Tulis Ilmiah haruslah didasari atas teori-teori tertentu yang relevan
dengan permasalahan dalam objek tulisan yang akan dibahas. Untuk itu, ada
beberapa teori yang perlu dikaji untuk menunjang tulisan ini.
1. Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. tak satu pun jenis makanan yang mengandung
semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh
kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi
anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi
Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan
tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan
sehat. makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur
zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam
pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang
mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi
kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis
makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi
makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan
sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. makanan sumber zat
tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu,
roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat
menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-
hari. makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati
-
adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan
adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat
pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan
danperkembangan kecerdasan seseorang. makanan sumber zat pengatur adalah
semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai
vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi
organ-organ tubuh.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan,
karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia, disamping
udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah
untuk :
a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta
mengganti jaringan tubuh yang rusak.
b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.
c. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral
dan cairan tubuh yang lain.
d. Berperan didalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai
penyakit.
Agar makanan dapat berfungsi seperti itu maka makanan yang kita
makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus mengandung
zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan zat-zat gizi ini
disebut gizi. Dengan perkataan lain makanan yang kita makan sehari-hari harus
dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan
dengan kesehatan ini disebut ilmu gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa
ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelah sampai
diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa.
(Achmad Djaeni, 1987).
Dalam perkembangan selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan,
pemilihan, pengolahan sampai dengan penyajian makanan tersebut. Dari
batasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmugizi itu mencakup 2
-
komponen penting yaitu makanan dan kesehatan. untuk mencapai kesehatan
yang optimal diperlukan makanan bukan sekedar makanan tetapi makanan
yang mengandung giziatau zat-zat gizi. Zat-zat makanan yang diperlukan untuk
menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokkan menjadi 5 macam,
yakni protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Fungsi-fungsi zat
makanan itu antara lain sebagai berikut :
a. Protein
Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
(protein nabati) dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein
bagi tubuh antara lain; membangun sel-sel yang rusak., membentuk zat-zat
pengatur seperti enzim dan hormon dan membentuk zat inti energi (1 gram
protein kira-kira menghasilkan 4,1 kalori).
b. Lemak
Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya.
Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah; menghasilkan kalori terbesar dalam
tubuuh manusia (1 gram lemak menghasilkan 9,3 kalori), sebagai pelarut
vitamin A,D,E,K. dan sebagai pelindung terhadap bagian-bagiaan tubuh
tertentu dan pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah.
c. Karbohidrat
Karbohidrat berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan
menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat
adalah juga salah satu pembentuk energi yang paling murah, karena pada
umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras,
jagung, singkong, dan sebagainya) yang merupakan makanan pokok.
d. Vitamin-vitamin
Vitamin dibedakan menjadi 2, yakni vitamin yang larut dalam air (vitamin
A dan B) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E,K).
Fungsi masing-masing vitamin ini antara lain :
1. Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan sebagai
pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata.
-
2. Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat, keseimbangan
air dalam tubuh dan membantu penyerapan zat lemak oleh usus.
3. Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata
dan enzim dan berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-sel.
4. Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan dalam
proses
pertumbuhan dan dalam proses pertumbuhan serta pekerjaan urat
saraf.
5. Vitamin C berfungsi sebagai aktivator macam-macam fermen
perombak protein dan lemak, dalam oksidasi dan dehidrasi dalam sel,
penting dalam pembentukan trombosit.
6. Vitamin D berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor dalam bersama-
sama kelenjar anak gondok, memperbesar penyerapan kapur dan
fosfor dari usus, dan mempengaruhi kerja kelenjar endokrin.
7. Vitamin E berfungsi mencegah perdarahan bagi wanita hamil serta
mencegah keguguran dan diperlukan pada saat sel sedang membelah.
8. Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protrombin, yang berarti
penting dalam proses pembekuan darah.
e. Mineral
Mineral terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F), natrium (Na) dan
chlor (Cl), kalium (K) dan iodium (I). Secara umum fungsi mineral adalah sebagai
bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari
struktur sel dan jaringan.
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan
yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan gizi lebih dan
kesehatan gizi kurang. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit
gizi. Umumnya pada anak balita (bawah lima tahun) diderita penyakit gizi kurang dan
giz lebih yang disebut gizi salah (malnutrition). Yang menonjoladalah kurang kalori dan
kurang protein dan kekurangan vitamin A, yodum, zat besi, vitamin dan mineral lainnya
(Santoso, 2009).
-
Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi dan masalah psikososial,
diperlukan adanya penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuh dalam keluarganya
untuk selalu memberikan makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang
dikonsumsi balita dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatursesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Keadaan initercermin
dari derajat kesehatan dan tumbuh kembang balita optimal (Adriyani, 2012).
Balita dalam proses tumbuh kembangnya ditentukan oleh makanan yang dimakan
sehari-hari. Kebutuhan gizi balita dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, kegiatan, dan
suhu lingkungan udara dingin atau panas (Depkes RI, 2000).
Kebutuhan gizi tersebut terdiri dari; energi, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) yang dikeluarkan dalam widya karya
nasional pangan dan gizi (WKNPG) tahun 1998, umur dikelompokkan menjadi 0-6
bulan, 7-12 bulan, 1-3 tahun, 4-6 tahun dan 7-12 tahun, dengan catatan pengelompokan
di atas tidak membedakan jenis kelamin (Adriyani, 2012).
Pertumbuhan balita sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam maupun faktor
luar. Faktor dalam dipengaruhi oleh jumlah dan mutu makanan, kesehatan balita (ada
atau tidaknya penyakit). Faktor luar dipengaruhi tngkat ekonomi, pendidikan, prilaku
(orang tua/ pengasuh), sosial budaya atau kebiasaan, ketersediaan bahan makanan di
rumah tangga (Depkes RI, 2000).
Manfaat atau guna zat gizi balita adalah ((Depkes RI, 2000):
1. Karbohidrat dan Lemak sebagai penghasil energi atau tenaga. Contoh bahan
makanan yang mengandung karbohidrat adalah beras, jagung, sagu, ubi,
singkong, roti, sukun, dan gula murni. Contoh bahan makanan sumber
lemak ialah daging berlemak, margarin, minyak goreng, jeroan, dan keju.
2. Protein berguna untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. Contoh bahan
makanan sumber protein hewani adalah daging,ikan, hati, telur, susu, dan
hadil olahannya. Contoh bahan makanan sumber protein nabati adalah
kacang-kacangan, tempe, dan tahu.
3. Vitamin dan mineral berguna untuk pengatur. Contoh bahan makanan
sumber vitamin dan mineral adalah sayur dan buah-buahan.
-
2. Pola makan
Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan
jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu
tertentu (Yayuk Farida Baliwati. dkk, 2004 : 69).
Santosa dan Ranti (2004 : 89) mengungkapkan bahwa pola makan
merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan
jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan
ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
Pendapat dua pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum
bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau
sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan
frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana
mereka hidup.
Pola makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan
pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif dan
negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai
affective yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial dan ekonomi)
dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya
dengan kepercayaan terhadap makanan yang berkaitan dengan nilai-nilai
cognitive yaitu kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Pemilihan
adalah proses psychomotor untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan
kepercayaannya (Khumaidi, 1994).
Pola makan dapat didefinisikan sebagai cara seseorang atau sekelompok
orang dalam memilih makanan dan mengkonsumsi sebagai tanggapan pengaruh
psikologi, fisiologi, budaya, dan sosial (Soehardjo, 1996).
2.1 Pola Makan Keluarga
Lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap anak,
hal ini karena di dalam keluargalah anak memperoleh pengalaman
pertama dalam kehidupannya. Dalam hal ini orang tua mempunyai
-
pengaruh yang kuat dalam membentuk kesukaan makan anak-anaknya,
karena orang tua adalah model pertama yang dilihat oleh anak.
Hubungan sosial yang dekat yang berlangsung lama antara
anggota keluarga memungkinkan bagi anggotanya mengenal jenis
makanan yang sama dengan keluarga (Karyadi, 1990).
Menurut Khumaidi (1994), sikap anak terhadap makanan
dipengaruhi oleh pelajaran dan pengalaman yang diperoleh sejak masa
kanak-kanak tentang apa dan bagaimana makan. Terbentuknya rasa suka
terhadap makanan tertentu merupakan hasil dari kesenangan sebelumnya
yang diperoleh pada saat mereka makan untuk memenuhi rasa laparnya
serta dari hubungan emosional antara anak-anak dengan yang memberi
mereka makan.
2.2 Pola Makan Remaja
Berdasarkan hasil penelitian Frank Gc yang dikutip oleh Moehyi
(1992), mengatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan anak
dengan ukuran tubuhnya. Makan siang dan makan malam remaja
menyediakan 60% dari intake kalori, sementara makanan jajanan
menyediakan kalori 25%. Anak obes ternyata akan sedikit makan pada
waktu pagi dan lebih banyak makan pada waktu siang dibandingkan
dengan anak kurus pada umur yang sama. Anak sekolah terutama pada
masa remaja tergolong pada masa pertumbuhan dan perkembangan baik
fisik maupun mental serta peka terhadap rangsangan dari luar. Konsumsi
makanan merupakan salah satu faktor penting yang turut menentukan
potensi pertumbuhan dan perkembangan remaja.
Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi
remaja menurut Sediaoetama (2004) yang disajikan pada tabel 2.1
berikut:
Tabel 2.1 Jumlah porsi makanan yang dianjurkan pada usia remaja
-
Makan Pagi
06.00-07.00 WIB
Makan siang
13.00-14.00 WIB
Makan malam
20.00 WIB
Nasi 1 porsi 100 gr
beras
Telur 1 butir 50 gr
Susu sapi 200 gr
Nasi 2 porsi 200 gr
beras
Daging 1 porsi 50 gr
Tempe 1 porsi 50 gr
Sayur 1 porsi 100 gr
Buah 1 porsi 75 gr
Nasi 1 porsi 100 gr
beras
Daging 1 porsi 50 gr
Tahu 1 porsi 100 gr
Sayur 1 porsi 100 gr
Buah 1 porsi 100 gr
Susu skim 1 porsi 20
gr.
Metode pengukuran pola makan untuk individu, antara lain :
1. Metode Food recall 24 jam
2. Metode dietary history
3. Metode frekuensi makanan (food frequency)
1. Metode Food Recall 24 Jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Hal
penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang
diperoleh cenderung bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara
teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam
tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih
optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian
individu.maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti
dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain).
-
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa
berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal
dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu.
2. Metode Riwayat Makan (Dietary History Method)
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola
konsumsi
berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1
bulan, 1 tahun). Burke (1974) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga
komponen yaitu :
Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang
mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama
24 jam terakhir.
Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah
bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah
disiapkan, untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.
Komponen ketida adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai
cek ulang. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data
adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti
awal bulan, hari raya dan sebagainya.
3. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama
periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Kuesioner frekuensi
makanan memuat tentang daftar makanan dan frekuensi penggunaan
makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam
daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang
cukup sering oleh responden.
-
3. Stunting
Keadaan cebol (stunting) terjadi bukan hanya pada satu atau dua orang
(secara epidemic terjadi pada banyak orang) dapatlah diyakini bahwa ini terjadi
sebagai akibat dari adanya kurang gizi kronis. Keadaan ini terjadi dapat sejak
masa balita, dan juga di masa pertumbuhan cepatnya yaitu di masa dewasa
muda dan beberapa tahun sebelumnya (menjelang umur 11 tahun pada
perempuan, menjelang umur 14 tahun pada laki-laki).
Tidak dipungkiri bahwa tinggi badan seseorang diturunkan (heredited)
dari orang tuanya, walaupun itu hanya dapat digunakan sebagai pedoman kasar;
nyatanya kecukupan gizi lebih berperan.
Kegiatan itu mengarah ke upaya mengatasi penyebab gizi kurang; ini
meliputi penanganan berbagai penyakit kronis yang mengurangi nafsu makan,
terganggunya penyerapanan zat gizi, kebutuhan zat gizi yang meningkat.
Menurut Depkes (2008) di Indonesia terdapat 13% anak balita dengan
status gizi kurang bahkan terdapat 5,4 % anak balita berstatus gizi buruk dan 4,3
% anak mempunyai status gizi lebih. Sebesar 7,4% anak mempunyai status gizi
kurus bahkan 6,2% anak sangat kurus dan 12,2% anak gemuk. Keadaan gizi lain
yang dapat ditemukan pada anak adalah pendek (stunting). Jumlah anak stunting
sebesar 36,8% atau berjumlah 9,3 juta anak. Jumlah ini jauh lebih besar daripada
jumlah anak yang berstatus gizi kurang dan berstatus gizi kurus.
Pada keadaan stunting, tinggi badan anak tidak memenuhi tinggi badan
normal menurut umurnya. Anak yang pendek berkaitan erat dengan kondisi
yang terjadi dalam waktu yang lama seperti kemiskinan, perilaku hidup bersih
dan sehat yang kurang, kesehatan lingkungan yang kurang baik, pola asuh yang
kurang baik dan rendahnya tingkat pendidikan. Oleh karena itu masalah balita
pendek merupakan cerminan dari keadaan sosial ekonomi masyarakat. Karena
masalah gizi pendek diakibatkan oleh keadaan yang berlangsung lama, maka ciri
masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita pendek adalah masalah gizi yang
sifatnya kronis (Depkes 2009).
Riskesdas 2010 meyebutkan bahwa 35,6 persen balita di Indonesia
mengalami masalah stunting, artinya hampir separuh balita memiliki tinggi
-
badan lebih rendah dari standar tinggi badan balita seumurnya. Stunting pada
anak dapat berakibat fatal bagi produktivitas mereka di masa dewasa, seperti
kemampuan membaca anak yang pendek lebih rendah dibandingkan anak
normal, dan pada saat mereka dewasa produktivitas anak yang pendek lebih
rendah dibandingkan dengan anak yang normal (Martorell, 2007).
Salah satu permasalahan gizi yang dapat muncul sebagai akibat
rendahnya kualitas makanan yang dikonsumsi adalah stunting pada anak atau
anak pendek. Stunted (short stature) atau yang disebut tinggi badan per panjang
badan terhadap umur yang rendah, digunakan sebagai indikator malnutrisi
kronik yang menggambarkan riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu
lama.
Anak yang pendek dapat disebabkan oleh asupan gizi yang buruk atau
menderita penyakit infeksi berulang. Stunted merupakan manifestasi sebagai
akibat lebih lanjut dari tingginya angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
kurang gizi pada masa balita serta tidak adanya pencapaian perbaikan
pertumbuhan yang sempurna pada masa berikutnya. Oleh sebab itu, tidak heran
apabila pada usia sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi. Anak yang
menderita stunting berat berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek
saja, tetapi juga pada fungsi kognitifnya.
Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek
hingga melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan
(Manary & Solomons, 2009). Telah diketahui bahwa semua masalah anak
pendek, gemuk, PTM bermula pada proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan sampai anak usia 2 tahun. Apabila prosesnya lancar tidak ada
gangguan, maka anak akan tumbuh kembang dengan normal sampai dewasa
sesuai dengan faktor keturunan atau gen yang sudah diprogram dalam sel.
Sebaliknya apabila prosesnya tidak normal karena berbagai gangguan
diantaranya karena kekurangan gizi, maka proses tumbuh kembang terganggu.
Akibatnya terjadi ketidak normalan, dalam bentuk tubuh pendek, meskipun
faktor gen dalam sel menunjukkan potensi untuk tumbuh normal (Barker 2007
dalam Buku Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 HPK 2012).
Stunting berhubungan pula dengan menurunnya produktivitas ekonomi
atau berkurangnya pendapatan pada usia produktif. Dampak ini menunjukkan
bahwa kekurangan gizi yang disebabkan oleh kemiskinan, kelak akan
-
melahirkan generasi kurang produktif secara ekonomi sehingga menyebabkan
kemiskinan tadi terus berkelanjutan. Gizi, dengan demikian dapat menjadi
indikator ekonomi, baik sebagai akibat maupun sebagai faktor penyebab tinggi
rendahnya laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa (Alderman H. 2008).
Lingkaran setan kemiskinan akan terus menerus tak bisa dihentikan bila
intervensi gizi tidak dilakukan dengan tepat. Periode 1000 hari pertama
kehidupan adalah kesempatan emas untuk melakukan pencegahan kekurangan
gizi beserta akibatnya (Barker 2007).
Untuk mengatasi stunting, intervensi gizi harus dilakukan bersama-sama
dengan memperbaiki determinan gizi seperti kemiskinan, pendidikan, penyakit
infeksi, dan pemberdayaan perempuan (Bhutta ZA. 2008).
Karena kekurangan gizi terkait erat dengan kemiskinan, maka
penanggulangan stunting tidak dapat dilakukan oleh sektor kesehatan saja,
tetapi harus melalui kerjasama yang terencana dengan baik antara pemangku
kepentingan seperti sektor kesehatan, pendidikan, pertanian, serta infrastuktur.
Pengalaman di negara-negara Afrika, intervensi multisektor seperti ini selama 3
tahun dapat menurunkan stunting sebesar 43% dibanding sebelum adanya
program (Remans et al. 2011).
-
BAB III
METODE PENULISAN
1. Jenis Tulisan
Adapun jenis penulisan yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah metode penulisan kepustakaan yang disajikan secara deskriptif mengenai konsep
cinta gizi dalam pemberantasan stunting. Tulisan ini selanjutnya ditunjang oleh
beberapa literatur-literatur yang relevan dengan persoalan yang di bahas. Sumber
literatur karya tulis ini berupa literatur dari jurnal, skripsi, buku-buku, makalah, internet,
dan sumber literatur lain yang relevan dengan masalah yang sedang disaji.
2. Objek Tulisan
Adapun yang menjadi objek tulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah konsep
cinta gizi dalam pemberantasan stunting yang mana diarahkan pada kajian kultural
terhadap pemberian pola makan terbaik. Hal ini dimaksud agar tidak ada lagi
masyarakat yang kekurangan gizi. Melalui tulisan ini pula diharapkan agar pemerintah
dan masyarakat Indonesia mengerti dan melaksanakan konsep cinta gizi tersebut agar
bangsa ini menjadi bangsa yang lebih sehat dan berdayaguna.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam Karya Tulis Ilmiah ini, digunakan teknik
sebagai berikut:
1. Kajian Pustaka, yakni suatu metode yang digunakan dengan cara mengumpulkan,
menganalisis, dan menelaah berbagai literatur yang relevan dengan objek bahasan.
2. Dokumenter, yakni suatu metode yang digunakan dengan mengkaji dokumen-
dokumen yang relevan dengan objek bahasan.
4. Prosedur Penulisan
Data yang telah terkumpul diidentifikasi,dianalisis, diklasifikasi,diinterpretasi, dan
ditelaah lebih lanjut. Setelah itu akan diperbandingkan antara satu dan yang lainnya
-
secara terus-menerus hingga diperoleh suatu simpulan umum yang relevan dengan
masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini.
-
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Konsep Cinta Gizi
Dalam pemberantasan stunting, diperlukan pemberantasan melalui pendekatan-
pendekatan yang sederhana agar semua masyarakat dapat melakukannya. Setiap
individu harus menanamkan sikap kecintaan akan gizi sehingga nantinya akan
butuh zat gizi karena melalui kecintaan akan membuat perhatian lebih terhadap zat-
zat gizi pada makanannya.
Melalui kecintaannya maka akan tercipta kesadaran yang berlebih bahwa dengan
makan makanan yang bergizi akan membawa kesejahteraan hidup yang lebih baik.
Kesadaran telah dimiliki oleh setiap orang namun ada saja alasan untuk berdalih,
untuk itu diperlukan penguatan kesadaran melalui cinta gizi. Karena apabila cinta
maka tidak ada alasan lagi untuk tidak melakukannya.
Hal ini perlu ditanamkan kepada siapapun, dimana pun dan kapan pun agar tak
ada alasan lagi untuk lupa ataupun tidak sengaja untuk salah dalam pemberian
nutrisi. Terkhusus untuk seorang perempuan, harus mencintai gizi terlebih dahulu
sebelum akhirnya menjadi seorang ibu agar kelak menghasilkan anak yang gizinya
normal.
Untuk itu perlunya media sosial untuk menyiarkan hal-hal berkenaan tentang
gizi yang baik buat tumbuh kembang anak. Selain itu, Pemerintah tak berhenti
untuk menggalangkan program gizi yang baik untuk keluarga.
Di lingkungan keluarga merupakan hal utama, di lingkungan ini diperlukan
kerjasama anggota keluarga untuk mau tahu, ingin tahu dan butuh untuk tahu segala
sesuatu yang berkenaan untuk menunjang kesehatan hidup dan menghindari
terjadinya gizi buruk.
2. Pemberantasan Stunting dengan Jalan Pemberian Pola Makan Terbaik
Penguatan kesadaran adalah menguatkan kesadaran seseorang yang tadinya
hanya sekadar sadar namun dapat melakukan kesadaran tersebut sebagaimana
-
mestinya. Untuk itu perlu adanya proses memahami, mengaplikasi dan
menganalisis.
1. Memahami (understanding)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dalam hal ini adalah pola makan
terbaik dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
Pola makan terbaik diartikan sebagai pola makan yang baik dan benar.
Baik dari segi prosedur gizi seimbang sedangkan benar dari segi pengolahan
hingga penyajian.
2. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Dalam hal ini, setiap individu hendaknya dapat mengaplikasikan apa
yang telah dipahami tentang pola makan terbaik yaitu dengan makan makanan
yang bergizi untuk menunjang status gizi yang baik. Bukan hannya tentang apa
makanannya tetapi kapan dimakannya hal ini diperlukan untuk menghindari
terjadinya status gizi berlebih. Setiap hal butuh porsi-porsi yang seimbang. Seperti
halnya zat gizi di tubuh kita, dibutuhkan sesuai dengan porsi seimbang.
3. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen. Setelah mengaplikasikan, maka terjadilah
proses analisis. Dari kecintaan akan gizi maka penguatan kesadaran tercipta
sehingga mau untuk melakukan hal-hal baik berkenaan dengan asupan gizi yang
baik dan benar.
-
Di Indonesia, stunting merupakan masalah yang kerap kali diabaikan
karena dianggap tidak akan mempengaruhi masa depan anak. Sebagian besar
masyarakat tidak mempermasalahkan lambatnya pertumbuhan tinggi badan anak
saat balita. Selagi anak masih sehat dan lincah, stunting bukanlah masalah yang
perlu diatasi.
Di sisi lain terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian stunting
dengan perkembangan bahasa balita usia 30-52 bulan. Perkembangan bahasa yang
lambat pada balita pendek akan mempengaruhi proses belajar sehingga akan
terjadi gangguan perkembangan kognitif. Menurut Adair (1999), skor kognitif
pada anak yang pendek lebih rendah dari anak dengan tinggi badan normal.
Selain itu, anak dengan kondisi sangat pendek memiliki IQ 11 point lebih
rendah dari anak normal (UNICEF 2001). Gangguan perkembangan kognitif dan
rendahnya IQ akan mempengaruhi prestasi akademik anak di masa sekolah. Hal
ini menunjukkan minimnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berpotensi
untuk memajukan bangsa. Seseorang dengan kualitas SDM yang kurang baik
kemungkinan besar akan mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang kecil.
Hal ini menyebabkan lingkaran setan kemiskinan akan terus berlanjut dan
kemajuan negara akan semakin terhambat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberikan ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi. Selain pemenuhan
zat gizi, pemberian ASI juga dapat mengurangi terjadinya penyakit infeksi. Saat
bayi berusia 6-12 bulan maka sebaiknya diberikan MP ASI (Makanan
Pendamping ASI) karena ASI saja tidak akan memenuhi kebutuhan zat gizi bayi.
Ketika anak menginjak usia 1 tahun, sebaiknya diberikan makanan beragam yang
terdiri dari sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, dan buah.
Depkes RI (2009) menganjurkan anak usia 2-3 tahun diberi makanan
keluarga dengan frekuensi tiga kali sehari (porsi setengah piring) serta dua kali
makan selingan. Balita sebaiknya tidak dibiasakan mengonsumsi pangan jajanan
seperti snack yang tinggi kandungan garam dan rendah energi, goreng-gorengan,
dan kue basah dengan pemanis buatan.
-
Selain itu, sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
perlu diterapkan untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi. Usahakan agar air
bersih selalu tersedia, air minum berasal dari sumber air yang terlindungi,
menjaga kebersihan toilet rumah, dan jarak tangki septik dengan sumur atau
sumber air lebih dari 10 meter.
Untuk penerapan perilaku hidup bersih dan sehat keluarga, dibiasakan
mencuci tangan sebelum mengolah makanan, sebelum makan, dan sebelum
memberikan makanan pada balita agar makanan yang diberikan tidak
terkontaminasi dengan bakteri dan kuman ditangan. Sedangkan penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat pada balita dapat dilakukan mulai dari
membiasakan sarapan pagi, balita diberi imunisasi yang lengkap, serta berat badan
dan tinggi badan diukur secara rutin untuk memantau pertumbuhan balita.
-
BAB V
PENUTUP
1. Simpulan
Berdarkan uraian rumusan masalah yang dipaparkan pada bagian pendahuluan,
maka setelah melalui proses penelaahan, analisis dan pembahasan masalah, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Melalui kecintaannya maka akan tercipta kesadaran yang berlebih bahwa dengan
makan makanan yang bergizi akan membawa kesejahteraan hidup yang lebih
baik.
2. Penguatan kesadaran akan menciptakan proses memahami, mengaplikasi dan
menganalisis dengan pemberian makanan beragam yang terdiri dari sumber
karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, dan buah.
3. Sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu
diterapkan.
2. Saran
Agar hasil dari penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diinternalisasikan secara
maksimal, maka penulis menyarankan:
1. Bagi pemerintah diharapkan mengadakan pengembangan, pembinaan, dan
penelitian terhadap gizi buruk yang menimpa masyarakat Indonesia.
2. Bagi keluarga agar kiranya dapat mecintai gizi agar nantinya dapat diterapkan
sehingga derajat kesehatan lebih meningkat.
3. Bagi masyarakat, khususnya masyarakat Makassar agar mau tahu tentang gizi
dan masalah-masalahnya sehingga nantinya timbul kecintaan akan gizi dan
memerlukan gizi untuk mencapai status gizi yang lebih baik.
4. Bagi mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang Ilmu gizi agar kiranya dapat
lebih mengembangkan hal-hal yang terjadi berkenaan dengan gizi buruk dan
-
berusaha mengungkap masalahnya sebagai sebuah jawaban sekaligus atau kritik
atas problematika sosial yang terjadi.
5. Bagi peneliti lain yang ingin mengangkat judul yang serupa agar kiranya lebih
mengarahkan penelitiannya pada pemecahan masalah.
-
Daftar Pustaka
Aditianti. Determinants Factors of Stunting in Children 24-59 Month in Indonesia
2009.
Adriani, dkk (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Baliwati, dkk., (2004). Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta: Penerbit Penebar
Swadaya.
Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Gizi Seimbang (Panduan Untuk
Petugas), Jakarta : Departemen KesehatanRI.
Depkes, RI, 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta
Kusharisupeni. Peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi : sebuah studi
prospektif Nol 23 no.3. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Khumaidi, M., 1994. Bahan Pengajaran Gizi Masyarakat. PT. BPK Gunung Mulia,
Jakarta.
Moehji, S., 1992. Ilmu Gizi. PT. Bhrata, Jakarta.
Santoso,S & Ranti,AC (2009) Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta,
Soehardjo, 1996. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI Press, Jakarta.
Internet
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28546/3/Chapter%20II.pdf (akses 00.
12 Januari 2014)
http://gizi.depkes.go.id/stop-generasi-stunting-di-indonesia (akses 00. 12 Januari 2014)
http://definisimu.blogspot.com/2012/09/definisi-gizi.html (akses 11.00 Januari2014)
http://www.harianbabelpos.com/2013/07/11/kejadian-stunting-pada-balita/ (akses 11.00
Januari2014)
-
Biodata Penulis
Nama lengkap : Mardhiati
Nama panggilan : Mel
Tempat tanggal lahir : Pinrang, 17 februari 1994
Alamat : Komp. Taman Makassar Indah A5/8.
Hobi : Menyanyi, googling
Anak ke : 4 dari 4 bersaudara
Nama Orang Tua
a. Ayah : Ir. Zainuddin Djasmin
b. Ibu : Ir. Nen Zainab
Jurusan/ prodi : Ilmu Gizi
Semester : 6
Jenjang Pendidikan
1. SDN 287 Pinrang sejak tahun 2002 - 2007
2. SMP Negeri 4 Pinrang sejak tahun 2007-2009
3. SMA Negeri 1 Pinrang sejak tahun 2009-2011
4. Kuliah di Universitas Hasanuddin Prodi Ilmu gizi FKM Unhas sejak tahun
2011- sekarang.
-
Prestasi yang pernah diraih:
Finalis Gita Swara PLN 2007 dan Duta Hemat Listrik (GENEMATRIK) Cabang
Pinrang, Makassar, Sulawesi Selatan.
Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Remaja Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat
pada kegiatan Integrasi Potensi Ilmiah dan Kreativitas Generasi Indonesia (INOVASI)
2010 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Mahasiswa Penalaran Universitas
Makassar (LPM PENALARAN UNM) pada bulan Mei 2010 di Universitas Negeri
Makassar.
Pada bulan November 2012, meraih medali platinum (Pada Kategori Folklore) dan
medali emas (pada kategori pop, jazz and gospel) pada ajang Xinghai Price
International Choir Competition di Guangzhou, China.
Pada bulan Oktober 2012, meraih medali emas (pada kategori Folklore and Gospel) dan
medali perak (pada kaegori musika sakra) di ajang Peparama (Pesta Paduan Suara
Gerajawi Mahasiswa) di ambon, Maluku.
Kegiatan yang diikuti:
Peserta Seminar Nasional pada kegiatan Integrasi Potensi Ilmiah dan Kreativitas
Generasi Indonesia (INOVASI) 2010 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian
Mahasiswa Penalaran Universitas Makassar (LPM PENALARAN UNM) pada bulan
April 2010 di Universitas Negeri Makassar.
Peserta pada kegiatan Olimpiade Pendidikan Bahasa Indonesia 2010 tingkat
SMA/Sederajat se-Sulawesi Selatan Pada Bulan Mei 2010 di Kampus FBS UNM
Parangtambung.
Peserta dalam Seminar Nasional Integrasi Penggunaan Herbal dalam Pelayanan
Kesehatan yang dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2012 di Baruga A.P. Pettarani
UNHAS.
Participant in International Seminar Honey For Health and Beauty on November 2013
at Prof. A. Amiruddin Auditorium, Hasanuddin University, Makassar.
Anggota pada UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UNHAS sejak tahun 2011 hingga
sekarang.
Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat di FORMAZI (Forum Mahasiswa Gizi)
UNHAS peiode 2013-2014.
Anggota Divisi Hubungan Masyarakat di BIMGI (BERKALA ILMIAH MAHASISWA
GIZI INDONESIA) SUB BIMKES 2013-2014.
-
Biodata Penulis
Nama lengkap : Novi Puspita Sari
Nama panggilan : Novi
Tempat tanggal lahir : Ujung Pandang, 11 November 1993
Alamat : Komp. Taman Makassar Indah A5/8.
Hobi : Mencari hal-hal baru
Anak ke : 1 dari 4 bersaudara
Nama Orang Tua
c. Ayah : Drs. H. Muh. Renreng Tjolli M.Ag
d. Ibu : Hj. Muliyana Saleh Bsc
Jurusan/ prodi : Ilmu Gizi
Semester : 6
Jenjang Pendidikan
1. SD Inpres Mannuruki II Makassar sejak tahun 2002-2007
2. SMP Negeri 25 Makassar sejak tahun 2007-2009
3. Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Makassar sejak tahun 2009-2011
5. Kuliah di Universitas Hasanuddin Prodi Ilmu gizi FKM Unhas sejak tahun
2011- sekarang.
-
Kegiatan yang diikuti:
Peserta dalam Seminar Nasional Integrasi Penggunaan Herbal dalam Pelayanan
Kesehatan yang dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2012 di Baruga A.P. Pettarani
UNHAS.
Participant in International Seminar Honey For Health and Beauty on November 2013
at Prof. A. Amiruddin Auditorium, Hasanuddin University, Makassar.
Anggota Divisi Hubungan Masyarakat di FORMAZI (Forum Mahasiswa Gizi) UNHAS
periode 2013-2014.
Bendahara di FDMI (Forum Dakwah Mahasiswa Islam) periode 2013-2014.