lock in syndrom

15
BAB I PENDAHULUAN Stroke merupakan salah satu masalah yang besar dan serius. Sebagai penyebab kecacatan terbanyak pada usia lanjut dan menimbulkan beban psikososial serta biaya bagi penderitanya. Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba- tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang si penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya. Untuk menggaris bawahi betapa seriusnya stroke ini, beberapa tahun belakangan ini semakin populer dengan istilah serangan otak. Istilah ini hampir sama dengan istilah yang sudah dikenal luas, “serangan jantung”. Stroke terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa berupa kolesterol atau mungkin udara (Wikipedia, 2010). 1

Upload: rica-federica

Post on 27-Jun-2015

581 views

Category:

Documents


46 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lock in Syndrom

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke merupakan salah satu masalah yang besar dan serius. Sebagai

penyebab kecacatan terbanyak pada usia lanjut dan menimbulkan beban

psikososial serta biaya bagi penderitanya. Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi

ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan

otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang

dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan otak dapat

menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah

penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di

Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang si penderita

mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau

kemampuan bicaranya. Untuk menggaris bawahi betapa seriusnya stroke ini,

beberapa tahun belakangan ini semakin populer dengan istilah serangan otak.

Istilah ini hampir sama dengan istilah yang sudah dikenal luas, “serangan

jantung”. Stroke terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli.

Emboli bisa berupa kolesterol atau mungkin udara (Wikipedia, 2010).

Adapun stroke yang berakibat buruk apabila kerusakan pada daerah pons

dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan total namun kesadaran masih baik,

yang dinamakan dengan sindrom lock in. Pada sindrom lock in terdapat gangguan

pada motorik sedangkan sensoris masih normal namun penderita hanya dapat

melakukan gerakan bola mata secara vertikal. Hal inilah yang digunakan oleh

penderita sindrom lock in untuk berkomunikasi dengan orang lain. Angka

kejadian sindrom lock in terbilang langka. Sehingga tidak banyak orang yang

mengetahui tentang sindrom ini (Bauer, 2010).

1

Page 2: Lock in Syndrom

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Lock in syndrom disebut juga sebagai penyakit casthatropic stroke. Lock in

syndrome adalah kondisi di mana pasien sadar dan terjaga tetapi tidak dapat

bergerak atau berkomunikasi secara lisan karena terjadi kelumpuhan otot hampir

pada semua anggota tubuh kecuali mata. Lock in syndrome terjadi akibat lesi

batang otak di bagian dasar pons. Istilah untuk gangguan ini diciptakan oleh Fred

Plum dan Posner pada tahun 1966. Di Perancis, istilah umum adalah “maladie de

l'emmuré vivant”, secara harfiah diterjemahkan sebagai "walled-in-alive disease",

dalam bahasa Jerman, kadang-kadang disebut Eingeschlossensein. Lock in

syndrom juga dikenal sebagai pemutusan cerebromedullospinal (Bauer, 2010).

Gambar 2.1 Penderita Lock in Syndrom

Pada lock in syndrome biasanya terjadi quadriplegia dan ketidakmampuan

untuk berbicara. Penderita lock in syndrom mungkin dapat berkomunikasi dengan

2

Page 3: Lock in Syndrom

orang lain melalui pesan-pesan kode dengan mengedipkan mata dan gerakan

vertikal bola mata, yang seringkali tidak terpengaruh oleh kelumpuhan. Pasien ini

sadar tanpa kehilangan fungsi kognitif. Mereka kadang-kadang bisa

mempertahankan proprioception dan sensasi seluruh tubuh mereka. Beberapa

pasien mungkin memiliki kemampuan untuk menggerakkan otot wajah tertentu,

paling sering beberapa atau keseluruhan dari otot-otot mata. Pada individu dengan

sindrom ini terjadi penurunan koordinasi antara bernafas dan bersuara. Hal ini

membatasi mereka dari memproduksi suara secara spontan meskipun vokalnya

sendiri tidak lumpuh. Individu dengan lock in syndrome sadar dan dapat berpikir

dan bernalar, tetapi tidak dapat berbicara atau bergerak (Wikipedia, 2010).

Perjalanan awal nama penyakit lock in syndrome disebutkan,

pada tahun 1844, Alexandre Dumas menjelaskan dalam bukunya The Count

Monte Cristo adanya keadaan menyerupai sindrom ini dengan istilah "mayat

dengan mata yang hidup." Penderita bertahan dan belajar untuk berkomunikasi

melalui mengedipkan kelopak matanya dan pergerakan vertikal bola mata.

Pada tahun 1867, Emile Zola Theresia Raquin menulis istilah "bisu dan tak

bergerak." Wajahnya digambarkan "sebagai topeng yang mati dan matanya saja

bergerak dan bergulir cepat dalam orbitnya. Pada tahun 1947, kasus pertama lock

in syndrom didiagnosis oleh seorang ahli saraf dan seorang ahli bedah saraf. Pada

tahun 1966, Plum dan Posner, istilah ini mulai diperkenalkan. Istilah ini

diterjemahkan secara harfiah berarti "terkunci di dalam" (Wikipedia, 2010).

Pasien berkomunikasi dengan memanfaatkan gerakan spontan yang tersisa

seperti membuka mata (yang diberikan oleh otot levator dari kelopak mata atas)

yaitu dengan gerakan mata vertikal. Metode komunikasi yang biasanya digunakan

adalah sebagai berikut. Orang dengan lock in syndrome setuju dengan orang lain

dengan cara mengatakan "ya" atau "tidak" (misalnya, mengedipkan mata untuk

"ya," dua untuk "tidak"). Yang terakhir menentukan ketika huruf-huruf dalam

urutan yang ditunjukkan di depan pasien dan akan berhenti dengan "ya" pada

huruf yang diinginkan (Peters, 2002).

3

Page 4: Lock in Syndrom

Pasien yang menderita stroke besar di batang otak, mungkin menderita

kelumpuhan total. Semua fungsi tubuh mereka harus ditangani oleh mesin,

mereka tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan dunia luar,

mereka tidak mampu melakukan gerakan spontan apapun. Pasien-pasien ini bisa

atau mungkin tidak dalam keadaan vegetatif persisten. Itu semua tergantung pada

aktivitas otak. Mereka bahkan hanya bisa berkedip satu mata untuk menjawab ya /

tidak. Saat ini, ribuan orang Amerika diperkirakan menderita lock in syndrome

(Peters, 2002).

Aktivitas otak dapat dideteksi pada pasien tersebut dengan bantuan sebuah

perangkat (elektro ensefalografi), EEG yang dapat menangkap perbedaan kegiatan

otak seperti tidur, terjaga, perasaan tenang, atau takut. Pembacaan EEG

merupakan sarana utama dimana dokter dapat menentukan apakah pasien dalam

keadaan vegetatif atau menderita lock in syndrom. Hingga saat ini banyak orang

salah menafsirkan antara koma dan lock in syndrom. Bedanya, tentu saja, adalah

indikator yang diungkapkan oleh EEG's. Seorang pasien yang koma tidak akan

memiliki gelombang otak yang menunjukkan sedang terjaga (Maiese, 2008).

II.2 Etiologi

Lock in syndrom disebabkan oleh kerusakan pada bagian-bagian tertentu

dari otak bawah dan batang otak tanpa kerusakan otak atas. Kemungkinan

penyebab dari Lock in syndrome adalah sebagai berikut :

1. Cedera otak

2. Penyakit sistem sirkulasi

3. Overdosis obat

4. Kerusakan pada sel-sel saraf, terutama kerusakan selubung mielin,

yang disebabkan oleh penyakit (misalnya myelinolysis pontine pusat

sekunder untuk koreksi cepat hiponatremia)

5. Stroke atau pendarahan otak, biasanya dari arteri basilar (Bauer, 2010).

4

Page 5: Lock in Syndrom

Adapun pembagian otak manusia secara anatomi terdiri dari :

1. Otak atas (Prosencephalon / forebrain) Diencephalon

Telenchepalon

(Cerebrum)

2. Otak tengah (Mesenchepalon / midbrain)

3. Otak bawah (Hindbrain) Metenchepalon Pons

Cerebellum

Myelencephalon Medula

Oblongata

Rhombencephalon

Gambar 2.2 Pembagian otak

(Wikipedia, 2010)

II.3 Gejala Klinis

5

Page 6: Lock in Syndrom

Gejala awal, pasien menunjukkan gangguan pernapasan utama yang terkait

dengan kegagalan pernafasan, gangguan menelan dan berbicara. Gangguan

motilitas okular tergantung terutama pada bagian luar lesi pontine unilateral atau

bilateral. Gangguan yang paling umum adalah palsy oculomotor laterality

bilateral tanpa mencapai akibat vertikal. Dalam kebanyakan kasus, aktivitas otot

spontan pasien adalah:

- pembukaan dan penutupan kelopak mata

- gabungan gerakan vertikal dari mata

- reaktif terhadap cahaya

- konvergensi sering normal

Karakteristik dari sindrom ini meliputi quadriplegia, ketergantungan ventilator,

ketidakmampuan untuk berbicara, kognisi normal atau mendekati normal,

gangguan penglihatan seperti kabur atau penglihatan ganda. Hal ini dapat terjadi

pada orang muda dan tua, pria dan wanita. National Institutes Kesehatan

menyatakan tidak ada program penyembuhan atau standar pengobatan (Maiese,

2008; Koch, 2003).

Gambar 2.3 Penderita Lock in Syndrom

6

Page 7: Lock in Syndrom

II.4 Diagnosis Klinis

Untuk mendiagnosis lock in syndrome dapat kita lihat dari gejala klinis, yaitu :

1. Quadriplegia, dimana pasien mengalami kelumpuhan seluruh anggota

tubuhnya namun tidak pada mata.

2. Ketidakmampuan untuk berbicara. Pada individu ini terjadi penurunan

koordinasi antara bernafas dan bersuara. Hal inilah yang membatasi

penderita dalam memproduksi suara secara spontan meskipun vokalnya

sendiri tidak lumpuh.

3. Gangguan menelan.

4. Penderita hanya bisa menggerakkan matanya dengan cara mengedipkan

kelopak mata dan pergerakan vertical bola mata (Maiese, 2008).

II.5 Penatalaksanaan

Tidak ada pengobatan standar untuk lock in syndrom, juga tidak ada

obatnya. Stimulasi refleks otot dengan elektroda (NMES) telah dikenal untuk

membantu pasien mendapatkan kembali beberapa fungsi otot dengan cara

merangsang refleks otot, dapat membantu mengaktifkan beberapa otot lumpuh.

Pengobatan lain sering simptomatik. Teknologi komputer Bantu, seperti Dasher

dalam kombinasi dengan pelacakan mata dapat digunakan untuk membantu pasien

berkomunikasi. Ilmuwan Israel telah melaporkan bahwa mereka telah

mengembangkan teknik yang memungkinkan pada pasien lock in syndrom untuk

berkomunikasi melalui sniffing (Bauer, 2010).

7

Page 8: Lock in Syndrom

Perawatan yang dibutuhkan pada semua kasus ini adalah upaya untuk

mempertahankan fungsi vital kehidupan. Dengan menggunakan ventilasi khusus

dengan dukungan pernapasan jika perlu dengan intubasi diikuti dengan

tracheostomy dan fisioterapi dada (Bauer, 2010).

II.6 Prognosa

Pada penderita lock in syndrome sangat jarang untuk kembalinya fungsi

motorik secara signifikan. Mayoritas pada pasien lock in syndrom ini tidak

mendapatkan kembali kontrol motorik, tetapi dengan bantuan perangkat yang

tersedia membantu pasien untuk berkomunikasi. Dalam empat bulan pertama

setelah onsetnya, 90% dari mereka dengan kondisi ini memiliki prognosis yang

buruk hingga menimbulkan kematian. Namun, beberapa orang dengan kondisi ini

terus hidup dalam jangka waktu yang jauh lebih lama (Wikipedia, 2010).

II.7 Perbedaan antara Lock in Syndrom dan Vegetatif Persistent State

Keadaan vegetative persisten perlu dibedakan dari keadaan klinik, dimana

terdapat sedikit atau tidak ada gangguan penghayatan (kesadaran), namun terdapat

ketidakmampuan untuk memberi respon secara adekuat. Keadaan belakangan ini

disebut sebagai Lock in Syndrom (Lumbantobing, 2000). Locked-in syndrome dan

vegetatif persisten adalah kedua kondisi yang dapat ditemukan pada pasien yang

telah menderita kerusakan otak. Vegetatif persisten state merupakan tahap tengah

antara vegetatif state dan keadaan vegetatif permanen state. Vegetatif state adalah

keadaan vegetatif persisten state setelah pasien telah pulih dari koma dan dalam

keadaan terjaga tetapi tanpa harus ada kesadaran selama sebulan. Jika berlangsung

selama satu tahun maka itu disebut keadaan vegetatif permanen (Peters, 2002).

Penyebab vegetatif state adalah kerusakan pada otak atas yaitu pada

cerebrum, berbeda dengan lock in syndrom, dimana kerusakan difokuskan di otak

8

Page 9: Lock in Syndrom

bawah yaitu pada pons. Penyebab kerusakan otak atas yang ditemukan di vegetatif

state dapat berasal dari trauma, kedua dari gangguan otak yang bisa degeneratif

atau metabolisme dan yang ketiga dari bawaan. Pada keadaan vegetatif lebih dari

setengah pasien pulih dalam enam bulan pertama berbeda dengan lock in

syndrome (Peters, 2002)..

BAB III

KESIMPULAN

1. Lock in syndrome adalah kondisi di mana pasien sadar dan terjaga tetapi

tidak dapat bergerak atau berkomunikasi secara lisan karena terjadi

kelumpuhan otot hampir pada semua anggota tubuh kecuali mata dengan

cara berkedip.

2. Pada lock in syndrome biasanya terjadi quadriplegia dan ketidakmampuan

untuk berbicara.

3. Pada pemeriksaan EEG, penderita lock in syndrome masih ditemukan

adanya aktivitas otak , namun tidak sama halnya dengan koma. Hal inilah

yang membedakan koma dan lock in syndrome.

4. Tidak ada pengobatan standar untuk lock in syndrom, juga tidak ada

obatnya.

5. Dalam empat bulan pertama setelah onsetnya, 90% dari mereka dengan

kondisi ini memiliki prognosis yang buruk hingga menimbulkan

kematian. Namun, beberapa orang dengan kondisi ini terus hidup dalam

jangka waktu yang jauh lebih lama.

9

Page 10: Lock in Syndrom

DAFTAR PUSTAKA

Bauer, G, et all. 2010. Locked-in syndrome’s

http://wikipedia.com

Koch, mary. 2003. Locked-in syndrome’s

http://www.marykoch.com

Lumbantobing, S.M. 2000. Neurologi Klinik : Pemeriksaan Fisik dan Mental.

FKUI : Jakarta

Maiese, Kenneth. 2008. Locked-in Syndrome

http://the merck manual.com

Peters, darian. 2002. What is the difference between locked-in syndrome and

persistent vegetative states

http://www.helium.com

10

Page 11: Lock in Syndrom

11