lp post natal
DESCRIPTION
postpartumTRANSCRIPT
POSTNATAL CARE
A. Definisi
Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak disebut puerperium, yaitu
dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti masa setelah
melahirkan bayi. Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu berikutnya
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga
alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi
dalam tiga periode, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama
bila selama hami atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran
darah
2. Mempertahankan kesehatan psikologis
3. Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan
memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal
C. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi, dan
menangani masalah yang terjadi
Kunjungan Waktu Tujuan
I 6-8 jam
setelah
persalinan
1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk
jika perdarahan berlanjut
3. Member konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai cara mencegah perdarahan masa nifas akibat
atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia
7. Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus
mendampingi ibu dan bayi lahir selama 2 jam pertama setelah
kelahiran/sampai ibu dan bayi stabil
II 6 hari
setelah
persalinan
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdaraha
abnormal, tidak ada bau
2. Menilai adanya demam
3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan
dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda penyulit
5. Member konseling apda ibu tentang asuhan pada bayi,
perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
perawtaan bayi sehari-hari
III 2 minggu
setelah
persalinan
1. Sama dengan 6 hari setelah persalinan
IV 6 minggu
setelah
persalinan
1. Mengkaji tentaang kemungkinan penyulit pada ibu
2. Member konseling keluarga berencana
D. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil.
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gam
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
a) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh retraksi dan kontraksi terus-menerus dari uterus setelah
pengeluaran sisa plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi.
b) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10x panjangnya dari semula dan 5x lebar dari semula selama
kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung jaringan
hipertropi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesteron.
c) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan
menekan pembuluh darah yang akan mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan.
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.
Setelah bayi lahir, tangan masih bias masuk rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui oleh
2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari (Mochtar, 1998).
3. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-
angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
4. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa
nifas. Total jumlah rata-rata pembuangan lochea sekitar 240 ml-270 ml. Menurut Mochtar
(1998) dan Universitas Sumatera Utara (2010) jenis dari lochea adalah sebagai berikut :
a) Lochea rubra (cruenta) : terdiri atas sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan
b) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lender; hari ke 3-7
pasca persalinan
c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan ini tidak berdarah lagi; pada hari ke 7-14 pasca
persalinan
d) Lokhea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
5. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum melahirkan.
6. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon prolaktin
setelah persalinan.
Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3
setelah persalinan.
Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
7. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme
sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air
akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
8. Sistem Gastrointestinal
Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami
penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah
sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum
dapat menghalangi keinginan ke belakang.
9. Sistem Hematologi
Penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar
estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya
masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan
dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
10. Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron
turun pada hari ke 3 post partum.
11. Sistem Musculosceletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat
membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
12. Sistem Integumen
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.
E. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Menurut Rubin (1997) yang dikutip oleh Bahiyatun (2009) perubahan psikologis pada masa nifas
dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Taking in
a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan tergantung,
perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya karena jahitan pada perineum,
afterpain, haemorroid, kelelahan setelah persalinan
b) Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan
c) Memilih dibantu perawat untuk aktivitas dan membuat keputusan daripada dilakukan
sendiri
d) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur
e) Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah.
Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak
berlangsung normal.
2. Taking hold
a) Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi
orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi
b) Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh
c) Bisa menerima demonstrasi perawatan bayi dan perawatan dir
d) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, misalnya
menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan
hal tersebut sehingga cenderung menerima nasehat dari tenaga kesehatan karena ia
terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.
3. Letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian
yang diberikan oleh keluarga.
Hal-hal yang terjadi pada fase letting go, yaitu :
a) Bisa mendefinisikan perannya yang baru
b) Berhenti dari fantasinya tentang anak dan menerima kenyataan
c) Berhenti dari peran tanpa anak/ibu beberapa anak sebelumnya
d) Phase ini berlanjut sampai anak berusia beberapa tahun
e) Ibu yang bisa melewati fase ini akan baik dalam menjalani perannya yang baru
f) Perkembangan parental yang positif
Selama hamil ibu biasanya khawatir tentang kemampuannya menjadi ibu yang baik
dan kekhawatiran ini tidak dengan segera hilang setelah melahirkan karena parental love
hanya sebagian yang merupakan instinct. Porsi terbanyak berkembang melalui atau
dalam beberapa tahap yaitu : merencanakan kehamilan, mendengar konfirmasi
kehamilan, merasakan gerakan jannin, melahirkan, melihat bayinya, menyentuh bayi dan
merawat anak.
Symptoms of Postpartum Ilness from Cleveland Clinic (2004) and National Mental Health
Association (2003), dalam Roswiyani P. Zahra, menyimpulkan beberapa tanda gejala dalam
ketiga jenis depresi post partum sebagai berikut:
Babyblues Postpartum DepressionPostpartum
Psychosis
Simtom fisik Kurang tidur
Hilang tenaga
Hilang nafsu makan
atau sangat
bernafsu untuk
makan
Merasa lelah setelah
bangun tidur
Cepat lelah
Gangguan tidur
Selera makan menurun
Sakit kepala
Sakit dada
Jantung berdebar-debar
Sesak nafas
Mual muntah
Menolak makan
Tidak mampu
menghentikan
aktifitas
Kebingungan akan
kelebihan energi
Simtom
emosional
Cemas dan khawatir
berlebihan
Bingung
Mencemaskan
kondisi fisik secara
berlebihan
Tidak percaya diri
Sedih
Perasaan diabaikan
Mudah tersinggung
Hilang harapan
Merasa tidak berdaya
Mood swings
Perasaan tidak adekuat
sebagai ibu
Hilang minat
Pemikiran bunuh diri
Ingin menyakiti orang lain
(termasuk bayi, diri sendiri,
dan suami)
Perasaan bersalah
Sangat bingung
Hilang ingatan
Tidak koheren
Halusinasi
Simtom
perilaku
Sering menangis
Hiperaktif atau
senang berlebihan
Terlalu sensitive
Perasaan mudah
tersinggung
Tidak peduli
terhadap bayi
Panik
Kurang mampu merawat
diri sendiri
Enggan melakukan
aktivitas menyenangkan
Motivasi menurun
Enggan bersosialisasi
Tidak peduli pada bayi
Terlalu peduli terhadap
perkembangan bayi
Sulit mengendalikan
perasaan
Sulit mengambil
Curiga
Tidak rasional
Preokupasi
terhadap hal-hal
kecil
keputusan
F. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1. Mobilisasi.
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus istirahat , tidur terlentang selama
8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-miring kekiri dan kekanan untuk mencegah
adanya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk dan latihan-latihan
senam, hari ke-3 jalan-jalan, hari ke-4 atau 5 boleh dipulangkan. Mobolisasi diatas mempunyai
variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita mengalami sulit
kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincter ani
selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
4. Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar
dan terjadi obstipasi apalagi berak merah dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal.
Bila masih belum bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan Mammae
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areolam mammae dan putting susu
dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai
mudah lecet atau pecah-pecah sebelum menyusui mamae harus dibuat lemas dengan
melakukan massage secara menyeluruh. Setelah areola mammae dan putting susu
dibersihkan, barulah bayi dususui, bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :
Pembalutan mammae sampai tertekan, Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti
tablet lynoral dan periodel, etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan.
6. Latihan Senam Nifas
a. Pengertian senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap
hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan
untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Tujuan senam nifas
b. Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah:
1) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
2) Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan
3) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut dan
pirenium terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan
4) Memperlancar pengeluaran lochea
5) Membantu mengurangi rasa sakiit pada otot-otot setelah melahirkan
6) Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
7) Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli, trombosia
dan lain-lain.
G. Tanda Bahaya Masa Nifas
1. Demam
Suhu tubuh ibu yang baru saja melahirkan biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suhu
normal, khususnya jika cuaca sangat panas, namun jika suhu ibu lebih dari 380C dalam 2
hari lebih itu kemungkinan terjadi infeksi. Penanganan awal yaitu (Prawirohardjo, 2002) :
a. Istirahat, berbaring
b. Perbanyak minum
c. Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
d. Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus
waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan cepat.
2. Perdarahan Aktif
Setelah melahirkan, normal bagi wanita untuk mengalami perdarahan yang sama
banyaknya seperti ketika menstruasi. Darah yang keluar seharusnya tampak seperti
darah menstruasi, berwarna tua dan gelap. Darah merembes sedikit-sedikit saat rahim
berkontraksi atau ketika ibu batuk, bergerak atau berdiri.
Perdarahan setelah persalinan dibagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut :
a. Perdarahan primer, yaitu terjadinya dalam 24 jam pertama pasca persalinan
b. Perdarahan sekunder, yaitu terjadinya setelah 24 jam pertama pasca persalinan
Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba merupakan
suatu kegawatdaruratan, segeralah bawa ibu ke fasilitas kesehatan.
3. Keluar banyak bekuan darah
Jika ibu mengalami perdarahan lebih dari gumpalan dalam satu jam, ibu bisa
mengalami perdarahan yang hebat. Ingatkan ibu untuk menggosok rahimnya untuk
membantu berkontraksi dan segera bawa ibu ke rumah sakit.
4. Bau busuk dari vagina
Bau busuk dari vagina dapat disebabkan karena infeksi vagina. Tanda-tanda
awal adalah :
a. Ibu akan merasa sakit di daerah vagina,
b. Keluar nanah dan bau tidak sedap,
c. Kulit vagina yang membengkak dan memerah.
d. Keluarnya cairan dari vagina
e. Disertai dengan demam hingga 380 C
Penanganan awalnya yaitu jagalah selalu kebersihan vagina dengan baik, jika
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke tenaga
kesehatan.
5. Pusing yang terus-menerus
6. Lemas luar biasa
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, di mana keadaan
lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu
kelihatan pucat, tekanan darah rendah. Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi
ASI.
Penanganan awalnya yaitu :
a. Makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup.
b. Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
7. Keadaan Abnormal Pada Payudara
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah:
a. Bendungan ASI
Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI. Keluhan mamae bengkak,
keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.
b. Mastitis dan Abses Mamae
Infeksi ini menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae, pemadatan mamae dan
terjadi perubahan warna kulit mamae.
8. Nyeri panggul atau perut yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa.
9. Keadaan Abnormal Pada Psikologis
a. Psikologi Pada Masa Nifas
Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai bentuk dan variasi.
Kondisi ini akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah
melahirkan. Pada 0-3 hari setelah melahirkan, ibu nifas berada pada puncak
kegelisahan setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat
terasa yang berakibat ibu sulit beristirahat, sehingga ibu mengalami kekurangan
istirahat pada siang hari dan sulit tidur di malam hari.
Pada 3-10 hari setelah melahirkan, Postnatal blues biasanya muncul biasanya
disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang
dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal blues adalah suatu
kondisi di mana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya
dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada
kondisi dirinya atau bayinya.
Pada 1-12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju
pada tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik
perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan
normal.
b. Depresi Pada Masa Nifas
Riset menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan
10%-nya saja yang tidak mengalami perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung
antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama
kehidupan bayi. Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang
muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab yang kompleks lainnya.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan menunjukan faktor-faktor penyebab
depresi adalah terhambatnya karir ibu karena harus melahirkan, kurangnya
perhatian orang orang terdekat terutama suami dan perubahan struktur keluarga
karena hadirnya bayi, terutama pada ibu primipara.
H. Manajemen Laktasi
1. Pengertian
a. Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu
ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu
dalam 3 tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan
sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai
anak berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2007).
b. Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah, dan keluarga
untuk menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2009).
2. Langkah-langkah Kegiatan Manajemen Laktasi
a. Masa Kehamilan (Antenatal).
1) Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan
keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara
pelaksanaan management laktasi.
2) Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
3) Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Di samping itu,
perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.
4) Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk mencegah
kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan
trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan pada
saat sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.
5) Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian
keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan
dukungan dan membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan
tugas yang mulia.
b. Saat segera setelah bayi lahir.
1) Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar
mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi.
Karena saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan,
selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara naluriah.
2) Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk memberikan rasa
aman dan kehangatan.
c. Masa Neonatus
1) Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun.
2) Ibu selalu dekat dengan bayi atau di rawat gabung.
3) Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).
4) Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan) yang baik dan
benar.
5) Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap
mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar
produksi ASI tetap lancar.
6) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu kurang
dari 30 hari setelah melahirkan.
d. Masa menyusui selanjutnya (post neonatal).
1) Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi,
yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya.
2) Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari. Ibu
menyusui perlu makan 1½ kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan
minum minimal 10 gelas sehari.
3) Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan pikiran
dan menghindari kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
4) Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui.
5) Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau
menyusu, puting lecet, dll ).
6) Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi berumur
6 bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas maupun
kuantitasnya secara bertahap.
3. Manfaat Pemberian ASI
a. Manfaat ASI bagi bayi
1) Komposisi sesuai kebutuhan
2) Mudah dicerna dan diserap, mengandung enzim pencernaan (maka sering
merasa lapar)
3) Mengandung zat penangkal penyakit
4) Selalu berada dalam suhu yang tepat
5) Tidak menyebabkan alergi
6) Mencegah maloklusi / kerusakan gigi
7) Mengoptimalkan perkembangan
8) Meningkatkan hubungan ibu dan bayi
9) Menjadi orang yang percaya diri
10) Mengurangi kemungkinan berbagai penyakit kronik di kemudian hari (DM,
jantung, penyakit keganasan)
b. Manfaat ASI bagi ibu
1) Mencegah perdarahan pasca persalinan
2) Mempercepat involusi uterus
3) Mengurangi anemia
4) Mengurangi resiko Ca Ovarium & payudara
5) Memberikan rasa dibutuhkan
6) Mempercepat kembali ke berat semula
7) Sebagai metode KB sementara
Syarat :
a) Bayi berusia belum 6 bulan dan
b) Ibu belum haid kembali dan
c) Bayi diberi ASI eksklusif
c. Manfaat ASI bagi Keluarga
1) Menghemat biaya
2) Anak sehat, jarang sakit
3) Mudah pemberiannya
4. Jenis-jenis ASI
Air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling baik dan tepat untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi bayi (Soetjiningsih, 1997). Menurut
waktu pengeluarannya, ASI pada masa laktasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
kolostrum, Air Susu Peralihan dan Air Susu Matur:
a. ASI Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara
dari hari pertama sampai hari keempat (Purwanti, 2004). Cairan sifatnya kental dan
berwarna kekuningan karena mengandung beta karoten dan dibutuhkan oleh bayi baru
lahir (Bobak, 2000). Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya
komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus
bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir
segera bersih dan siap menerima ASI (Bobak, 2000). Hal ini menyebabkan bayi yang
mendapat ASI pada minggu pertama sering defekasi dan feces berwarna hitam.
Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi
bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih
tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein
globulin membuat konsistensi Kolostrum menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi
lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum.
b. ASI Peralihan
ASI peralihan diproduksi pada hari keempat sampai hari kesepuluh.
Komposisi ASI Peralihan memiliki protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat
arang makin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan
pemenuhan terhadap aktvitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi
terhadap lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi
fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu
ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu.
c. ASI Matur
Air susu matur disekresi dari hari kesepuluh sampai seterusnya. Air Susu
Matur merupakan nutrisi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi
sampai berumur 6 bulan. Air Susu Matur merupakan cairan yang berwarna kekuning-
kuningan yang diakibatkan warna garam dan kalsium caseinat, riboflavin dan karoten.
Air Susu Matur ini mengandung antibodi, enzim, hormon dan memiliki sifat biokimia
yang khas yaitu kapasitas buffer yang rendah dan adanya faktor bifidus.
A. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
b. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau
statis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus). Episode diaforetik lebih
sering terjadi pada malam hari.
c. Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis ( “postpartum blues” sering terlihat kira-kira 3 hari setelah
melahirkan. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, dan
stimulasi simpatis.
d. Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima
e. Makanan/cairan
Kaji kondisi malnutrisi, membrane mukosa yang kering. Lakukan pembatasan pra operasi
insuisiensi pancreas atau DM karena merupakan predisposisi untuk terjadi
hipoglikemia/ketoasidosis. Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari
ketiga
f. Nyeri/ketidaknyamanan
Kaji adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan, defisiensi
imun, munculnya kanker atau adanya terapi kanker, riwayat keluarga tentang hipertermia
malignan/reaksi anestesi, riwayat penyakit hepatic, riwayat transfusi darah, dan tanda
munculnya proses infeksi. Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3
sampai ke-5 pascapartum.
g. Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran menurun kira-kira 1 lebar jari
setiap harinya. Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke2 – 3 , berlanjut menjadi lokhea
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (mis, rekumben versus ambulasi berdiri)
dan aktivitas ( mis, menyusui ). Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut
pada susu matur, biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih didini, tergantung kapan
menyusui dimulai.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnose keperawatan yang muncul pada klien postpartum :
a. Ansietas b.d. pengalaman pembedahan dan hasil tidak
dapat diperkirakan
b. Resti infeksi b.d. destruksi pertahanan tubuh terhadap
bakteri
c. Nyeri akut b.d. insisi, flatus, dan mobilitas.
d. Resti perubahan nutrisi b.d. peningkatan kebutuhan untuk
penyembuhan luka, penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah)
MK Tujuan Intervensi Rasional
Ansietas b.d
pengalaman
pembedahan dan
hasil tidak dapat
diperkirakan
Ansietas berkurang setelah
dilakukan perawatan dengan
KH:
Tid
ak menunjukkan traumatik
pada saat membicarakan
pembedahan
Tid
ak tampak gelisah
Tid
ak merasa takut untuk
dilakukan pembedahan
yang sama.
Pas
ien merasa tenang
Lakuk
an pendekatan diri pada
pasien supaya pasien
merasa nyaman.
Yakin
kan bahwa pembedahan
merupakan jalan terbaik
yang harus ditempuh untuk
menyelamatkan bayi dan
ibu.
rasa nyaman akan
menumbuhkan
rasa tenang, tidak
cemas serta
kepercayaan
terhadap perawat.
Resti infeksi b.d.
destruksi
pertahanan tubuh
terhadap bakteri
infeksi tidak terjadi setelah
dilakukan tindakan
keperawatan dengan KH:
Tan
da-tanda vital normal
Jum
lah sel darah putih normal
Luk
a operasi kering
Tid
ak ada pus pada luka
Cuci
tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien.
Monit
or tanda-tanda vital.
Monit
or tanda-tanda infeksi pada
luka.
Anjur
kan klien untuk menjaga
kebersihan luka.
Lakuk
an ganti balut pada hari ke
tiga post operasi.
Lakuk
an angkat jahit sebagian
pada hari ke lima post
operasi.
Berik
an antibiotika sesuai advis
dokter.
Mencegah
timbulnya infeksi
silang
(nosokomial)
Nyeri akut b.d.
insisi, flatus, dan
mobilitas
Nyeri dapat berkurang setelah
perawatan 24 jam pertama
dengan KH:
Eks
presi wajah tenang
Pas
ien tidak mengeluk nyeri
atau mengatakan bahwa
nyeri sudah berkurang
Pas
ien mengatakan skala
nyeri berkurang
Kaji
tingkat nyeri
Jelas
kan sebab-sebab nyeri
Ajark
an managemen nyeri
dengan relaksasi (tarik nafas
dalam) dan pengalihan
perhatian.
Berik
an posisi yang nyaman.
Berik
an obat analgetik sesuai
advis dokter.
nyeri, untuk
menentukan
efektivitas
terapi dan
pilihan
intervensi
pemahaman
tentang nyeri
Resti perubahan
nutrisi b.d.
peningkatan
Nutrisi dapat terpenuhi,
dengan kriteria hasil :
Me
Evalu
asi kemampuan makan
Timba
Mengkaji
pemasukan
makanan yang
kebutuhan untuk
penyembuhan luka,
penurunan
masukan (sekunder
akibat nyeri, mual,
muntah)
nunjukkan pemahaman
kebutuhan diet individu.
Klie
n terlihat tidak lemah.
Me
nunjukkan peningkatan
berat badan.
ng berat badan sesuai
indikasi
Catat
masukan oral bila / saat
boleh makan lagi.
Berik
an makanan sesuai diit klien.
adekuat
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marlinn E.2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC
Helen Farrer, 1996. Perawatan Maternitas. Jkarta : EGC
Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan : Jakarta EGC
Judi Januadi Endjun.2002. Persalinan Sehat. Puspa Swara
Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media
Sudi Amus (08095)
NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014. Jakarta. EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta. EGC.
Yunitasari, Esty. Asuhan Keperawatan Postpartum. http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASUHAN
%20KEPERAWATAN%20POST%20PARTUM.pdf. Diakses tanggal 8 Desember 2010. Pukul
8.46 WIB.
Zahra, Roswiyani P. 2010. Depresi Pasca Melahirkan (Postpartum Depression).
http://www.psikologi.tarumanagara.ac.id/s2/wp-content/uploads/2010/09/39-postpartum-
depression-roswiyani-p-zahra-mpsi.pdf. Diakses tanggal 8 Desember 2010. Pukul 8.44 WIB.