lp post partum

28

Click here to load reader

Upload: hart-amberone

Post on 27-Nov-2015

109 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2002).

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Post Partum

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Belajar Klinik Keperawatan Maternitas

DISUSUN OLEH :

Hartati Ambarwati

092090343

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2011

Page 2: Lp Post Partum

1. PENGERTIAN

Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai

alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 –

8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam

waktu 3 bulan (Hanifa, 2002). Selain itu masa nifas / purperium adalah masa

partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Mansjoer et.All. 1993).

Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan.

2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.

3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai

komplikasi.

2. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM

(Bobak, 2004)

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis

b. Menjalankam screning yang komprehensip, deteksi dini, mengobati dan

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi

c. Memberikan pendidikan kesehatan diri, nutrisi, keluarga baru, menyusui,

pemberian imunisasi pada bayinya dan perawatan bayi sehat

d. Memberikan pelayanan KB.

3. ADAPTASI FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI POST PARTUM

Page 3: Lp Post Partum

a. Adaptasi Fisiologi

1. Involusi alat-alat kandungan

Dalam masa nifas alat-alat genetalia internal maupun eksternal akan

berangsur-angsur pulih kembali seperti prahamil. Perubahan alat-alat

genital ini dalam keseluhan disebut involusi (Wiknjosastro, 1999: 237)

Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks setelah post partum

bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan

korpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan serviks tidak

berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan

serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks merah kehitaman

karena penuh pembuluh darah dan konsistensinya lunak, segera setelah

janin dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan kedalam

kavum uteri. Setelah 2 jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari, dan setelah 1

minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri. Hal ini baik

diperhatikan dalam menangani kala uri (Wiknjosastro, 2002: 238).

“Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Otot uterus berkontraksi segera

pada post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara

anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan

perdarahan setelah plasenta dilahirkan” (Wiknjosastro, 2002: 238)

Tabel 1: Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir

Uri lahir

1 minggu

Setinggi pusat

2 jari bawah pusat

Pertengahan pusat-simpisis

1000 gram

750 gram

500 gram

Page 4: Lp Post Partum

2 minggu

6 minggu

8 minggu

Tidak teraba diatas simpisis

Bertambah kecil

Sebesar normal

350 gram

50 gram

30 gram

(Mochtar, 1998: 115)

“Bekas Implantasi Uri mengecil karena kontraksi dan menonjol ke

kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm,

pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih” (Mohctar, 1998: 116).

“Lokhea adalah pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa

dari tempat implatasi plasenta” (Manuaba, 1998: 192). Sifat lochea berubah

- ubah seperti secret luka, berubah menurut tingkat penyembuhan luka,

adapun jenis-jenisnya antara lain : lochea rubra (Cruenta), berisi darah

segar dan sisa-sisa selaput ketuban, desidua, verniks caseosa, lanugo, dan

mekoneum selam 2 hari pasca persalinan, lochea sanguinolenta, berwarna

merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 3-7 pasca persalinan, lochea

serosa, berwarna kuning, tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca

persalinan, lochea alba, cairan putih setelah 4 minggu, lochea Purulenta,

terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk, locheastatis

apabila lochea tidak lancer keluarnya. (Mochtar, 1998: 116)

Perubahan pada endometrium ialah timbulnya thrombosis, degenerasi

dan necrosis diantara implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium

yang kira-kira setebal 2-5 mm itu memiliki permukaan yang kasar akibat

pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga hari permukaan

endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami

degenerasi. Regenerasi endometrium terdiri dari sisa-sisa sel desidua

basalis, yang memakan waktu 2-3 minggu (Wiknjosastro, 2002: 238)

Page 5: Lp Post Partum

Hilangnya estrogen pada post partum berperan dalam menipiskan

mukosa vagina dan menghilangkan rugae. Pembengkakan, dinding lunak

vagina berlahan-lahan akan kembali seperti keadaan pra hamil selam 6-8

minggu setelah persalinan. Rugae muncul kembali setelah 4 minggu setelah

persalinan, antara primipara dan multipara berbeda. Kekeringan pada

vagina dan rasa tidak nyaman saat koitus (dyspareunia) dapat terjadi hingga

fungsi ovarium kembali dan menstruasi mulai terjadi (Bobak, 1995: 442)

Selama persalinan perineum mendapatkan tekanan yang besar yang

kemudian setelah persalinan menjadi udema. Perawat perlu mengkaji

tingkat kenyamanan sehubungan dengan adanya luka episiotomi, laserasi

dan hemoroid, perawat harus melaporkan adanya udara, kemerahan dan

pengeluaran (darah, pes, serosa) (Pilliteri, 1999)

Ligament-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

sewaktu kehamilan dan persalinan, setelah bayi lahir, berangsur-angsur ciut

kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi

kendor yang menyebabkan uterus jatuh ke belakang (Wiknjosastro, 2002:

239)

2. Laktasi

Diawal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh

plasenta menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada 2 hari pertama

post partum terdapat perubahan pada mamae ibu post partum. Semenjak

masa kehamilan kolostrum telah di ekskresi. Pada 3 hari pertama post

partum mammae penuh atau membesar karena sekresi air susu. Penurunan

kadar estrogen saat kelahiran plasenta diikuti dengan meningkatnya kadar

prolaktin menstimulasi produksi air susu (Pilliteri, 1999)

Page 6: Lp Post Partum

Ketika bayi mulai menghisap putting susu hipotalamus merangsang

kelenjar pituitary posterior untuk melepaskan oksitosin. Hal ini

menyebabkan kontraksi otot-otot saluran susu mengeluarkan air susu.

Respon ini disebut reflek Let down (Novak, 1999: 345).

3. Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital dapat memberikan petunjuk adanya bahaya post

partum seperti perdarahan, infeksi dan komplikasi lainnya. Sehingga sangat

penting untuk memantau tanda-tanda vital post operasi (Novak, 1999: 338)

Jumlah denyut nadi normal antara 60-80 kali permenit segera

setelah partum dapat terjadi bradikardi. Trakhikardi mengidentifikasikan

perdarahan, infeksi, penyakit jantung dan kecemasan (Wiknjosastro, 2002:

241)

Tekanan darah akan kembali seperti prahamil setelah 6 jam setelah

persalinan. Kadang-kadang tekanan darah meningkat tak lam kemudian

setelah persalinan. Kondisi ini mungkin diakibatkan oleh beberapa factor

yang meliputi rangsangan persalinan dan keadaan bayi. Tipe oksitosin yang

diterima pasien nyeri, retensi urin atau kehamilan dengan hipertensi.

Peningkatan tekanan darah yang disertai sakit kepala dicurigai pada

kehamilan dengan heipertensi. Kenaikan tekanan darah 30 mmHg dari

sistolik wanita normal dan diastolic lebih dari 15 mmHg (atau siastolik

lebih dari 140 mmHg dan atau diastolic lebih dari 90 mmHg) harus segera

dilepaskan. Jika tekanan darah itu lebih rendah daripada pra hamil

menandakan banyaknya kehilangan darah selama persalinan atau

perdarahan masih terus mengalir. Tekanan siastolik 100 mmHg atau kurang

harus dilaporkan. Jika tekanan darah normal mulai turun perawat harus

Page 7: Lp Post Partum

memeriksa aliran pendarahan. Penurunan tekanan darah disertai oleh

peningkatan denyut nadi, namun jika klien berlanjut pada keadaan shock

maka nadi perlahan melambat, lemah, terjadi dilatasi pupil abnormal, pucat,

sianosis, kulit lembab, lemas dan tidak sadar (Novak,1999: 338)

Suhu tubuh normal pasien post partum adalah antara 36,2oC-380C.

Kenaikan suhu tubuh hingga 380C diakibatkan oleh dehidrasi. Cairan dan

istirahat biasnya dapat memulihkan suhu normal. Setelah 24 jam post

partum, suhu 380C atau lebih dicurigai terjadi infeksi (Novak, 1999: 339)

Frekuensi pernafasan normal 14-24 x permenit. Bradypneu

(pernafasan kurang dari 14-16 x permenit) dapat disebabkan oleh efek

narkotik analgesis atau epidural narkotik. Tachipneu (pernafasan lebih dari

24 x permenit) dapat diakibatkan oleh nyeri, pendarahan masif atau shock,

oleh karena emboli paru-paru atau edema paru-paru (Novak, 1999: 338)

Pada umumnya tidak ada tanda-tanda infeksi pernafasan atau distres

pernafasan. Pada beberapa wanita mempunyai factor prewdisposisi

penyakit emboli paru. Secara tiba-tiba terjadi dyispneu. Emboli paru dapat

terjadi dengan gejala sesak nafas disertai hemoptoe dan nyeri pleura

(Sherwen, 1999)

4. Sistem persyarafan.

Ibu post partum hiperrefleksi mungkin terpapar kehamilan dengan

hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji

adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria, oedema, nyeri epigastrik

dan sakit kepala (Sherwen, 1999: 838)

Page 8: Lp Post Partum

5. Sistem perkemihan

Pada masa post partum terjadi peningkatan kapasitas kandung kemih,

bengkak dan memar jaringan di sekitar uretra yang menurunkan sensitivitas

penekanan cairan (urin) dan sensasi kandung kemih yang penuh, sehingga

berada pada resiko distensi berlebihan, kesulitan mengosongkan dan

penimbunan residu (Olds, 1999)

Output urin meningkat pada 12-24 jam pertama post partum yaitu

sekitar 2000-3000 ml. produksi urin mencapai 3000 ml pada 2 hari post

partum. Ibu post partum dianjurkan untuk mengosongkan kandung kemih

setiap 3-4 jam. Fungsi ginjal aknan kembali normal setelah 1 bulan post

partum (Novak, 1999)

6. Sistem pencernaan

Perut terkadang terjadi reaksi penolakan sesudah melahirkan, karena

efek dari progesterone dan penurunan gerakan peristaltic. Perempuan

dengan seksio sesarea boleh menerima sedikit cairan setelah pembedahan,

jika terdengar bising usus dapat mulai beralih ke makanan padat (Olds,

1999)

7. Sistem musculoskeletal

Apabila di kedua ekstremitas atas dan bawah terdapat edema dikaji

apakah terdapat pitting edema, kenaikan suhu, pelebaran pembuluh vena

dan kemerahan sebagai tanda thromboplebitis. Ambulasi harus sesegera

mungkin dilakukan untuk dilakukan sirkulasi dan mencegah kemungkinan

komplikasi (Sherwen, 1999: 838)

b. Adaptasi Psikologi

1. Taking in Phase

Page 9: Lp Post Partum

Fase ini merupakan masa refleksi bagi wanita post partum. Selama

periode ini wanita posr partum cenderung pasif. Wanita post partum

cenderung dilayani oleh perawat daripada melakukan pemenuhan

kebutuhan sendiri. Hal ini berkenaan dengan rasa ketidaknyamanan

perineum nyeri setelah melahirkan atau haemorhoid, berkaitan dengan

peran barunya, wanita post partum selalu ingin membicarakan pengalaman

selama hamil hingga melahirkan.

2. Taking Hold Phase

Wanita post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan

sendiri. Lebih suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai

ketertarikan yang kuat pada bayinya, dimasa inilah masa yang tepat untuk

memberikan pendidikan tentang perawatan bayi. Tetapi ibu sering merasa

tidak yakin tentang kemampuannya mengasuh bayi, disinilah dukungan

positif dan semua pihak diperlukan.

3. Letting Go Phase

Ibu post partum akhirnya dapat menerima keadaan apa adanya.

Proses ini memerlukan penyesuaian diri atas hubungan yang terjadi selam

kehamilan. Wanita yang dapat melewati fase ini dianggap sudah berhasil

dalam peran barunya (Pilliteri, 1999).

4. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

(Marilyn E. Doenges .Edisi 2.Jakarta :EGC,2001)

1. Aktivitas atau istirahat

Dapat tampak “berenergi” atau kelelahan atau keletihan,mengantuk.

Page 10: Lp Post Partum

2. Sirkulasi

Nadi biasanya lambat (50 sampai 70 dpm), karena hipersensitivitas vegal.

Tekanan dar.ah (TD) bervariasi ; mungkin lebih rendah pada respons

terhadap analgetik atau anestesia, atau meningkat pada respons terhadap

pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan (HKK). Edema,

bila ada, mungkin dependen (mis, ditemukan pada ekstremitas bawah) ;

atau dapat meliputi ekstremitas atas atau wajah atau mungkin umum

(tanda-tanda HKK). Kehilangan darah selam apersalinan dan kelahiran

sampai 400-500 ml untuk kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk

kelahiran sesari.

3. Integritas ego

Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah ; mil, eksitasi atau

perilaku menunjukkan kurang kedekatan,tidak berminat (kelelahan) atau

kecewa.

Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku

intrapartum atau kehilangan kontrol ; dapat mengekspresika rasa takut

mengenai kondisi bayi baru lahir atau perawatan segera pada neonatal.

4. Eliminasi

Hemoroid sering ada dan menonjol. Kandung kemih mungkin teraba

diatas simpisis pubis atau kateter urinarius mungkin dipasang. Diuresis

dapat tewrjadi bikla tekanan bagian persentasi menghambat tekanan

urinarius dan atau cairan I.V. diberikan selama persalinan dan kelahiran.

5. Makanan atau cairan

Dapat mengeluh haus,lapar,mual.

6. Neurosensori

Page 11: Lp Post Partum

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anestesia

atau analgesia kaudal atau epidural. Hiprrefleksia mungkin ada

(menunjukkan terjadinya atau menetapnya hipertensi, khususnya pada

diabetik, remaja, atau klien primipara).

7. Nyeri atau ketidaknyamanan

Dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber, mis., setelah

nyeri, trauma jaringan atau perbaikan episiotomi,kandung kemih penuh

atau perasaan dingin atau otot tremor dengan “menggigil”.

8. Keamanan

Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (pengerahan

tenaga,dehidrasi). Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan

merapat.

9. Seksualitas lokhia

Fundus keras terkontraksi,pada garis tengah dan terletak setinggi

umbilikus. Drainase vagina atau jumlahnya sedang, merah gelap dengan

hanya beberapa bekuan kecil (sampai ukuran plam kecil). Perineum bebas

dari kemerahan, endema, ekimosis atau rabas. Striara mungkin ada pada

abdomen, dan payudara. Payudara lunak dengan puting tegang.

10. Penyuluhan atau pembelajaran

Catat obat-obat yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah.

b. Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi.

(Marilyn E. Doenges .Edisi 2.Jakarta :EGC,2001)

1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder

terhadap atonia uteri. (Doengoes, 2001)

Page 12: Lp Post Partum

Tujuan :

Syok hipovolemi tidak terjadi.

Kriteria hasil:

Tekanan darah siastole 110-120 mmHg, diastole 80-85 mmHg.

Nadi 60-80 kali permenit.

Akral hangat, tidak keluar keringat dingin

Perdarahan post partum kurang dari 100 cc

Intervensi :

Monitor vital sign

Kaji adanya tanda-tanda syok hipovelomik

Monitor pengeluaran pervagina.

Lakukan massage segera mungkin pada fundus uteri.

Susukan bayi sesegera mungkin.

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan

perineum dan kontraksi uterus berlebih. (Doegoes, 2001: 417)

Tujuan :

Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

Ekspresi wajah klien tenang.

Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.

Skala nyeri kurang dari 4.

Nadi antara 60-80 kali permenit.

Intervensi :

Kaji sebab-sebab nyeri pada klien.

Page 13: Lp Post Partum

Ajarkan pada klien tentang metode distraksi dan

relaksasi.

Anjurkan pada klien untuk melakukan kompres dingin

pada daerah perineum.

Kolaborasi pemberian analgesic sesuai advis dokter.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka

episiotomi. (Doegoes, 2001: 427)

Tujuan :

Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah sekitar luka episiotomi.

Tanda-tanda vital normal.

Jumlah sel darah putih normal.

Intervensi :

Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

pasien.

Monitor tanda-tanda vital.

Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah luka

episiotomi.

Beri perawatan pada luka episiotomi dengan

menggunakan teknik septic dan antiseptic.

Anjurkan pada klien agar menjaga kebersihan

perineum.

4. Gangguan eliminasi urin: inkonensia berhubungan dengan obstruksi

uretra sekunder terhadap oedema uretra. (Doegoes, 2001: 434)

Page 14: Lp Post Partum

Tujuan :

Kebutuhan eliminasi urin dapat terpenuhi.

Kriteria hasil :

Klien dapat mengosongkan kandung kemih 4-8 jam setelah

melahirkan.

Klien tidak merasakan ketegangan pada kandung kemih.

Intervensi :

Kaji intake cairan klien mulai terakhir saat

pengosongan kandung kemih.

Anjurkan klien untuk merangsang BAK dengan

menggunakan air hangat.

Kaji jumlah urin yang dikeluarkan.

Jika klien tidak bisa mengeluarkan sendiri secara

spontan, kolaborasi untuk pemasangan kateter.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah

melahirkan. (Doegoes, 2001: 436)

Tujuan :

Kebersihan diri klien terpenuhi.

Kriteria hasil :

Klien dapat melakukan perawatan diri secara bertahap.

Intervensi :

Kaji factor-faktor penyebab yang berperan.

Tingkatan partisipasi klien secara bertahap dan

optimal.

Page 15: Lp Post Partum

Beri dorongan untuk mengungkapkan persaan tentang

perawatan diri.

6. Perubahan pola peran berhubungan dengan penambahan anggota baru.

(Carpenito, 2000: 513)

Tujuan :

Orang tua dapat menerima peran baru dalam keluarganya.

Kriteria hasil :

Orang tua dapat menerima keberadaan bayinya.

Orang tua dapat mendemonstrasikan perilaku peran barunya.

Orang tua mulai mengungkapkan perasaan positif mengenai

bayinya.

Intervensi :

Beri kesempatan untuk membina proses ikatan dengan

bayinya.

Anjurkan ayah atau ibu untuk menggendong bayinya.

Dengarkan cerita tentang pengalamannya selama

hamil hingga melahirkan.

Berikan dukungan social yang diperlukan ibu.

7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan sensitivitas colon.

(Doegoes, 2001: 430)

Tujuan :

Pasien dapat defekasi dengan lancar.

Intervensi :

Kaji pola defekasi klien.

Auskultasi bising usus.

Page 16: Lp Post Partum

Ajarkan pentingnya diit seimbang.

Dorong masukan harian sedikitnya 2 liter cairan.8

sampai 10 gelas kecuali dikontraindikasikan.

Anjurkan untuk ambulasi dini sesuai toleransi.

Anjurkan makan makanan tinggi serat.

Berikan laksatif jika diperlukan.

8. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan cemas, gelisah,

faktor eksternal perubahan lingkungan.

Tujuan :

Pasien tidak mengalami gangguan pola tidur.

Kriteria hasil :

Pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang faktor gangguan

tidur.

Meningkatkan peningkatan kemampuan untuk tidur.

Wajah klien rileks.

Intervensi :

Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan istirahat pasien.

Kaji factor-faktor penyebab gangguan pola tidur.

Berikan lingkungan yang nyaman.

Beri kesempatan ibu mengungkapkan perasaannya,

batasi kunjungan selama periode istirahat.

9. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya

managemen laktasi sekunder terhadap pembengkakan payudara.

(Carpenito, 2001: 513)

Tujuan :

Page 17: Lp Post Partum

Ibu dapt menyusui bayinya secara efektif.

Kriteria hasil :

Ibu membuat keputusan menyusui bayinya.

Ibu mengidentifikasi aktivitas yang menghalangi untuk menyusui.

Intervensi :

Kaji factor-faktor penyebab ketidakefektifan

menyusui.

Dorong ibu untuk mengungkapkan masalah secara

terbuka.

Kaji keadaan ibu dan bayi.

Ajarkan penatalaksaan perawatan payudara yang baik.

Ajarkan cara menyusui yang baik, bila ada gejal

mastitis atau abses payudara (ditandai bengkak dan nyeri). Anjurkan

untuk menghubungi perawat dan dokter.

10. Nutrisi bayi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan inefektif

laktasi.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi.

Kriteria hasil :

Bayi menerima nutrisi yang adekuat.

Ibu menunjukkan peningkatan ketrampilan dalam pemberian ASI.

Bayi tampak tenang.

Intervensi :

Kaji pola makan bayi dan kebutuhan nutrisi bayi.

Page 18: Lp Post Partum

Beri intervensi spesifik untuk meningkatan

pemberianmakan per oral yang efektif.

Tingkatan tidur dan kurangi pemakaian energi yang

tidak.

Ajarkan cara menyusui yang benar.

Ajarkan perawatan payudara post partum.

Daftar Pustaka

Doenges, Marilynn E.2001.Rencana perawatan maternal/bayi. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri : obstetric fisiologi, obstetric patologi.

Jakarta : EGC.

Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. 2008. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.