makalah agama.docx
TRANSCRIPT
KEIMANAN DAN KETAQWAAN
Disusun oleh :
NAMA : BURHANUDIN IRYANA
NIM : 131331049
KELAS : A
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
2014
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan tersusunnya makalah ini penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah
swt, yang mana dengan taupiq dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat
penyusun selesaikan. Shalawat dan salam teruntuk baginda Nabi Muhammad saw,
beliulah panutan yang paling hak di bumi ini.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen /
pengajar, untuk mengembangkan pola fikir mahasiswa tetang makalah dan tentang
agama Islam masalah iman dan taqwa.
Mata pelajaran agama Islam sangat luas dan mengangkat beberapa tema utama
diantaranya masalah iman dan taqwa.
Makalah ini disusun dengan menyeimbangkan antara bahan bacaan sebagai
wahana penyerapan ilmu pengetahuan dengan kegiatan yang akan melatih
kompetensimu. Selain itu, kamu juga diajak untuk lebih mengenali dirimu sendiri
baik sebagai makhluk Allah ataupun sebagai makhluk sosial yang memiliki iman dan
taqwa.
Selanjutnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran
sehingga tersusunnya makalah ini, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya dan semoga Allah yang maha besar selalu merahmati kita. Amin
Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna, akhirnya tegur sapa dan
saran-saran untuk kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan dan akan disambut
dengan senang hati. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfa’at bagi kita semua,
terutama bagi pembaca dan penulis. Amin
Yogyakarta,20 Maret 2014
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... 1
Kata Pengantar ................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................ 3
BAB I : Pendahuluan........................................................................................ 4
A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Batasan/Rumusan Masalah................................................................. 4
C. Tujuan............................................................................................... 5
BAB II : Pembahasan..................................................................................... 6
A. Pengertian Iman ............................................................................... 6
B. Tahap-Tahap Keimanan..................................................................... 8
C. Proses Terbentuknya Iman …........................................................... 8
D. Manfaat Iman................................................................................... 12
E. Tanda-tanda Orang Beriman............................................................ 13
F. Pengaruh Keimanan Dlam Kehidupan............................................. 13
G. Faktor-Faktor yang Mengurangi Keimanan...................................... 15
H. Pengertian Taqwa.............................................................................. 18
I. Wujud Iman dan Taqwa.................................................................... 19
J. Tanda-tanda Orang Bertaqwa............................................................ 19
K. Hubungan antara keimanan dan ketaqwaan..................................... 19
L. Peran Iman dan Takwa...................................................................... 20
BAB III : Penutup
A. Kesimpulan ..................................................................................... 21
B. Saran................................................................................................ 21
Daftar Pustaka ................................................................................................ 23
3
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain
atau dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial
manusia harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak
mengalami hambatan atau masalah dengan manusia yang lain. Proses pembentukan
akhlak sangat berperan dalam masalah keimanan dan ketaqwaan seseorang.
Keimanan dan ketaqwaan manusia berbanding lurus dengan akhlak seseorang, oleh
karena itu keimanan dan ketaqwaan adalah modal utama untuk membentuk pribadi
seseorang. Keimanan dan ketaqwaan sebenarnya potensi yang ada pada diri manusia
sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka
potensi tersebut akan semakin munculatau sebaliknya potensi itu akan hilang secara
perlahan.
Saat ini keimanan dan ketaqwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa oleh
masyarakat umum bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti dari keimanan
dan ketaqwaan itu sendiri, hal itu dikarenakan manusia selalu menganggap remeh
tentang hal itu dan mengartikan keimanan dan ketaqwaan itu hanya sebagai arti
bahasa dan tidak mempraktekkan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu dari
persoalan di atas yang melatar belakangi saya untuk membahas tentang keimanan
dan ketaqwaan yang telah saya bukukan menjadi sebuah makalah.
B. Batasan / Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dan disusun oleh penulis dalam makalah ini, hanya
dibatasi / hanya merumuskan tentang masalah Keimanan dan Ketaqwa’an. Hal ini
hanya mencakup tentang pengertian iman dan taqwa serta perkembangannya dalam
kehidupan moderen. Karena kurangnya pengalaman serta ilmu pengetahuan yang
dimiliki penulis dalam penulisan makalah ini.
4
C. Tujuan Penulisan
1. Memunuhi tugas dari Dosen / pengajar.
2. Mengetahui sampai mana pengetahuan penulis tentang iman dan taqwa.
3. Menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan agama.
5
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Perkataan iman berasal dari bahasa arab, asal kata dari “Amanu” yang artinya
yakin atau percaya. Secara harfiah iman dapat diartikan dengan rasa aman, keyakinan
atau kepercayaan. Menurut istilah iman berarti “meyakini dalam hati, diucapkan
dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan”.
Orang yang percaya kepada Allah SWT dan lainnya yang tersebut didalam
rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau
kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih bisa di sebut orang yang
beriman. Hal ini di sebabkan karena keyakinan setiap manusia yang mengetahui
urusan hatinya hanya Allah SWT. Yang penting bagi mereka, mereka sudah
mengucapakan dua kalimat syahadat dan telah menjadi islam.
Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :
Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”Oleh karena itu, orang
yang beriman kepada Allah SWT berarti orang yang amat sangat rindu terhadap
ajaran Allah SWT, yaitu yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan menurut Ibnu Majah
Atthabrani, iman merupakan tambatan hati yang diikrarkan dengan lisan dan
dilanjutkan dengan amal perbuatan (Al-iimaanu ‘aqdun bil qalbi waiqraarun
billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan
antara hati, ucapan dan tingkah lakuatau perbuatan seseorang.
Iman dapat dibedakan menjadi 2, yaitu iman Haq dan iman Bathil. Iman haq
merupakan iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya,
Sedangkan iman bathil adalah iman yang berpandangan dan bersikap selain ajaran
Allah.
6
Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy
1. Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :
والظاهرة الباطنة الطاعات جميع عن عبارة الشرع في اإليمان
“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang
mencakup makna semua ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii
Bayaanil-Mahajjah, 1/403].
2. Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
: . وهو القلب، قول قسمان والقول وعمل قول من مركبة اإليمان حقيقة : . عمل قسمان والعمل اإلسالم بكلمة التكل0م وهو اللسان، وقول االعتقاد،
. زال األربعة، هذه زالت فإذا الجوارح وعمل وإخالصه، نيته وهو القلب،األجزاء بقية تنفع لم القلب، تصديق زال وإذا بكماله، اإليمان
“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan
ada dua : perkataan hati, yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu
perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan syahadat – Abul-
Jauzaa’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan
keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang
keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan kesempurnaannya.
Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam hati, tidak akan
bermanfaat tiga hal yang lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu
Taarikihaa, hal. 35]. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian
iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan
sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.
Wujud Iman
Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena
itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan
seorang muslim yang disebut amal saleh.
7
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai
dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan,
melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam
perbuatannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia
merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal.
Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya.
Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai
sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka
segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan
bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang
muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran
Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:
1. Ilahiyah: Hubungan dengan Allah
2. Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3. Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4. Sam’iyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i
B. Tahap-tahap keimanan dalam Islam adalah:
1. Dibenarkan di dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran yang
disampaikan).
2. Diikrarkan dengan lisan (menyebarkan Kebenaran).
3. Diamalkan (merealisasikan iman dengan mengikuti contoh Rasul).
C. Proses Terbentuknya Iman
Spermatozoa dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar ketentuan
yang digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah menginginkan agar
8
makanan yang dimakan berasal dari rezeki yang halalanthayyiban. Pandangan dan
sikap hidup seorang ibu yang sedang hamil mempengaruhi psikis yang
dikandungnya. Ibu yang mengandung tidak lepas dari pengaruh suami, maka secara
tidak langsung pandangan dan sikap hidup suami juga berpengaruh secara psikologis
terhadap bayi yang sedang dikandung. Oleh karena jika seseorang menginginkan
anaknya kelak menjadi mukmin yang muttaqin, maka isteri hendaknya berpandangan
dan bersikap sesuai dengan yang dikehendaki Allah.
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang
intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih
iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian
seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan,
maupun lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan
lingkungan flora serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik
yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang.
Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan
teladan bagi anak-anak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk akan ditiru
anak-anaknya. Jangan diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu
melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, “Setiap anak,
lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut
menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses
perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah
adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak
mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada Allah, maka
ajaran Allah harus diperkenalkan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak itu
dari tingkat verbal sampai tingkat pemahaman. Bagaimana seorang anak menjadi
mukmin, jika kepada mereka tidak diperkenalkan al-Qur’an.
9
Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan,
karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang.
Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah
dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang
dan terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat
dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri atas perbuatan yang tampak saja. Di
dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak selalu mudah ditanggapi
kecuali secara fisik langsung (misalnya, melalui ucapan atau perbuatan yang diduga
dapat menggambarkan sikap mental tersebut), bahkan secara tidak langsung itu
adakalanya cukup sulit menarik kesimpulan yang teliti. Di dalam tulisan ini
dipergunakan istilah tingkah laku dalam arti luas dan dikaitkan dengan nilai-nilai
hidup, yakni seperangkat nilai yang diterima oleh manusia sebagai nilai yang penting
dalam kehidupan, yaitu iman. Yang dituju adalah tingkah laku yang merupakan
perwujudan nilai-nilai hidup tertentu, yang disebut tingkah laku terpola.
Dalam keadaan tertentu, sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat
dipengaruhi melalui campur tangan secara langsung, yakni dalam bentuk intervensi
terhadap interaksi yang terjadi. Dalam hal ini dijelaskan beberap prinsip dengan
mengemukakan implikasi metodologinya, yaitu:
1. Prinsip pembinaan berkesinambungan
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus
menerus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang
memungkinkan orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif.
Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung
seumur hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan proses motivasi
agar membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif menghadapi nilai-
nilai hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.
2. Prinsip internalisasi dan individuasi
Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam
bentuk tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk
menghayatinya melalui suatu peristiwa internalisasi (yakni usaha
10
menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya)
dan individuasi (yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat
kepribadiannya). Melalui pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak
menuju satu penjelmaan dan perwujudan nilai dalam diri manusia secara
lebih wajar dan “amaliah”, dibandingkan bilamana nilai itu langsung
diperkenalkan dalam bentuk “utuh”, yakni bilamana nilai tersebut
langsung ditanamkan kepada anak didik sebagai suatu produk akhir
semata-mata. Prinsip ini menekankan pentingnya mempelajari iman
sebagai proses (internalisasi dan individuasi). Implikasi metodologinya
ialah bahwa pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang
mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai
itu dalam bentuk jadi, tetapi juga harus mementingkan proses dan cara
pengenalan nilai hidup tersebut. Dari sudut anak didik, hal ini bahwa
seyogianya anak didik mendapat kesempatan sebaik-baiknya mengalami
proses tersebut sebagai peristiwa pengalaman pribadi, agar melalui
pengalaman-pengalaman itu terjadi kristalisasi nilai iman.
3. Prinsip sosialisasi
Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti
apabila telah memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk
tingkah laku terpola baru teruji secara tuntas bilamana sudah diterima
secara sosial. Implikasi metodologinya ialah bahwa usaha pembentukan
tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur
keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya dengan
memperhatikan kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai
individu), tetapi perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan
interaksi sosial (proses sosialisasi) orang tersebut. Pada tingkat akhir
harus terjadi proses sosialisasi tingkah laku, sebagai kelengkapan proses
individuasi, karena nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah laku
selalu mempunyai dimensi sosial.
4. Prinsip konsistensi dan koherensi
11
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula
ditangani secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara
koheren, yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu
dengan nilai lainnya. Implikasi metodologinya adalah bahwa usaha yang
dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku yang
mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren.
Alasannya, caranya dan konsekuensinya dapat dihayati dalam sifat dan
bentuk yang jelas dan terpola serta tidak berubah-ubah tanpa arah.
Pendekatan demikian berarti bahwa setiap langkah yang terdahulu akan
mendukung serta memperkuat langkah-langkah berikutnya. Apabila
pendekatan yang konsisten dan koheren sudah tampat, maka dapat
diharapkan bahwa proses pembentukan tingkah laku dapat berlangsung
lebih lancar dan lebih cepat, karena kerangka pola tingkah laku sudah
tercipta.
5. Prinsip integrasi.
Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap
orang pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas
dan menyeluruh. Jarang sekali fenomena kehidupan yang berdiri sendiri.
Begitu pula dengan setiap bentuk nilai hidup yang berdimensi sosial.
Oleh karena itu tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak
dapat dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang
terhadap kehidupan, makin fungsional pula hubungan setiap bentuk
tingkah laku yang berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari.
Implikasi metodologinya ialah agar nilai iman hendaknya dapat
dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku
yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam
kaitan problematik kehidupan yang nyata.
D. Manfaat iman pada kehidupan manusia :
a. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda.
b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut.
12
c. Iman memberikan ketentraman jiwa.
d. Iman mewujudkan kehidupan yang baik.
e. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
Iman memberikan keberuntungan.
E. Tanda-tanda Orang Beriman
Dalam Al-Qur’an, orang-orang yang beriman dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Jika disebut nama Allah SWT, maka hatinya bergetar dan apabila dibacakan Al-
Qur’an maka hatinya bergejolak untuk melaksanakannya.
b. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah SWT
dan diiringi dengan do’a.
c. Tertib melaksanakan sholat dan selalu menjaga pelaksanaannya.
d. Menafkahkan rizeki yang diterima (Al-Anfal : 3 dan Al-Mu’minun : 4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi.
e. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.
f. Memelihara amanah dan menepati janji (Al-Mu’minun : 6).
g. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Al-anfal : 74).
h. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin.
F. Pengaruh Keimanan dalam Kehidupan
a. Iman yang sejati dapat melenyapkan kepercayaan irra-sional dan kekuasaan
benda.Kekuasaan mutlak hanya milik Allah SWT. Iman menghilangkan
kepercayaan terhadap kesaktian,keramat,khurafat,takhayul,dan sebagainya.
b. Iman yang sejati menanamkan semangat berani menghadapi mati dan resiko.
Takut mengadapi maut membuat manusia menjadi pengecut dan tidak berani
mengatakan kebenaran ,sebab takut bayangan resiko.Peganggan orang beriman
adalah surat An-nisa:78, “ Dimana saja kamu berada kematian akan
mendapatimu,kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi dan kokoh.”
c. Iman menanamkann self help.Kadang-kadang,lantaran kelebihan rizki atau
kebendaan banyak manusia dapat melepaskan pendirian,dengan menjual harga
diri. Mereka bermuka dua dan memperbudak diri.Maka pegangan orang beriman
13
adalah surat Hud:6, “Dan tidak ada suatu binatang pun yang melata di
bumi,melainkan Allah SWT telah mennjamin rizkinya,dan dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya,semua tertulis dalam
kitab yang nyata (lauh mahfudz).”
d. Iman membentuk ketenangan hati. Maka orang-orang beriman memiliki
ketenangan jiwa dan keseimbangan batin. Hatinya tentram
(mutmaunah),jiwanya tenang (sakinah),seperti firman Allah surat Ar-Ra’du:28,
“Orang-orang yang beriman hati mereka tentram karena selalu mengingat
Allah SWT. Ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah SWT itu hati menjadi
tenang.” Kenudian surat Al-Fath: 4, “Dialah (Allah SWT) yang telah
menurunkan ketenangan ke dalam hati orang beriman,supaya keimanan mereka
bertambah disamping keimanan yang telah ada”.
e. Iman menjadikan kehidupan lebih baik (khayatan thayiban), yaitu kehidupan
orang yang selalu melakukan kebajikan. Hal ini di tegaskan dalam firman Allah
SWT surat An-Nahl: 96, “Barang siapa mengerjakan perbuatan baik,baik laki-
laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,niscaya akan kami hidupkan
dia dalam kehidupan yang baik. Dan kami akan berikan padanya balasan yang
menurut mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya.”
f. Iman memberikan dampak positif bagi seseorang,yakni menjadikan ikhlas dan
hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT saja. Orang beriman senantiasa
konsekuen terhadap apa yang telah diikrarkannya,baik secara lisan maupun
dengan hati,karena ia pedoman kepada firman Allah SWT Surat Al-An’am :
162, “Katakanlah: sesungguhnya shalatku,perjuanganku,hidupku dan matiku
adalah untuk Allah SWT rabbul’alamin.”
g. Orang yang beriman senantiasa mendapat hidayah atau petunjuk dari Allah
SWT,mereka termasuk kelompok yang beruntung di dunia dan di akherat.Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT Surat Al-Baqarah: 5, “Mereka itulah (orang
yang beriman) yang telah mendapatkan petunjuk dari Allah SWT dan merekalah
orang-orang yang beruntung.”
h. Orang yang beriman diberikan oleh Allah SWT daya kekuatan untuk
membedakan antara nilai yang baik dan yang buruk. Firman Allah SWT,”Hai
14
orang-orang yang beriman,jika kamu bertaqwa kepada Allah SWT niscaya Dia
memberikan kepadamu furkon (kriteria yang mebedakan yang baik dan yang
buruk),dan menghapuskan darimu segala kejahatan (moral dan spiritual) dan
mengampuni kesalahanmu.”
G. Faktor-Faktor yang Mengurangi Keimanan
1. Berkurangnya iman dengan meninggalkan sifat-sifat kesempurnaanya,
Disamping dalil-dalil yang menunjukkan bertambahnya keimanan adapula dalil-
dalil yang menunjukkan bahwa keimanan sempurna sangat berat sehingga
banyak pula dalil-dalil yang menafikan keimanan yang sempurna dari seseorang
yang berbuat kemaksiatan-kemaksiatan. Allah -Subhanallahu wa Ta’ala- :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Tuhan-lah mereka bertawakal” (Al-Anfaal:2) Dan firmannya “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang
benar” (Al-Hujuraat:15) Maka jika tidak seperti yang Allah gambarkan di
dalam ayat-ayat di atas ada dua kemungkinan; bisa jadi tidak memiliki keimanan
alias kafir (munafiq) atau kemungkinan yang kedua, ia adalah seorang yang
memiliki iman yang lemah dan tidak sempurna alias belum mencapai gambaran
yang Allah sebutkan dalam ayat-ayat di atas.
2. Berkurangnya iman dengan mengerjakan dosa-dosa
Allah -Subhanallahu wa Ta’ala- berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar.” (An-Nisa:48)
3. Berkurangnya iman dengan meninggalkan cabang-cabang keimanan,
15
Dalam riwayat yang lainnya Rasulullah -shalallahu’alaihi wa sallam- bersabda:
“Iman itu memiliki 70 lebih atau 60 lebih cabang, yang paling tinggi adalah
Laa Ilaaha Illallah, yang paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan di
jalan. Dan malu adalah bagian dari iman”. (Muttafaq’alaih)
Maka di dalam hadits diatas Rasulullah -shalallahu’alaihi wa sallam-
menyebutkan bahwa iman memiliki sekian cabang, yang paling tingginya adalah
ucapan laa ilaaha illallah yang paling rendahnya adalah menghilangkan
gangguan dari jalan, di samping menunjukkan bahwa perbuatan yang baik (amal
shalih) termasuk dalam keimanan juga menunjukkan bahwa jika berkurang
cabang tersebut maka berkurang keimanannya, sampai hilang sama sekali
keimanannya. Hingga jika hilang cabang yang utama yaitu laa ilaaha illallah
maka hilanglah keimanannya secara keseluruhan.
10 Langkah untuk meningkatkan keimanan
Setiap anak yang baru lahir mengetahui bahwa Tuhannya hanya satu
yaitu Allah Swt., tidak peduli keyakinan apa yang dipeluk oleh kedua orang
tuanya. Namun bukan berarti seorang anak yang lahir dengan fitrah seperti itu,
atau keyakinan alami, ketika nanti dia tumbuh besar akan menjadikannya
seorang Muslim yang baik dan beriman.
Sudah menjadi tugas setiap Muslim untuk menjaga dan mengevaluasi
kadar keimanannya. Artinya seseorang harus secara rutin menjaga imannya dan
mengamati apakah kadar keimanannya berkurang atau bertambah dan mencari
tahu apa sebabnya. Seandainya kadar keimanannya berkurang, maka ia harus
meningkatkannya sebelum benar-benar turun hingga bisa menghancurkan
hatinya. Terdapat banyak cara untuk meningkatkan kadar keimanan seseorang
dan perbuatan-perbuatan itu termasuk di dalamnya dengan memperbanyak
berbuat baik dan menghindari perbuatan dosa dan menjauhi orang yang
mengajak kepada perbuatan dosa itu.
Ada 10 langkah yang bisa ditempuh guna meningkatkan kadar keimanan kita:
1. Membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Qur'an. Dengan begitu akan
membuat hati tenang dan damai. Untuk mendapatkan manfaat yang
16
lebih, anggap Allah sedang berbicara dengan kita. Manusia digambarkan
dalam beberapa kategori di dalam Al-Qur'an; pikirkan kategori manusia
seperti apa kita.
2. Menyadari kebesaran Allah Swt. Semuanya berada dalam kendali-Nya.
Terdapat banyak tanda-tanda kebesaran-Nya yang bisa kita saksikan.
Semua yang terjadi merupakan kehendak-Nya. Allah Swt. melihat dan
mencatat segala sesuatu, bahkan seekor semut hitam yang berada di
bebatuan hitam di dalam malam yang gelap gulita tanpa sinar bulan tetap
akan terlihat dan dicatat.
3. Berusahalah untuk menambah pengetahuan, setidaknya sesuatu yang
dasar dalam hidup kita misalkan bagaimana berwudhu yang benar.
Mengetahui makna di balik nama-nama Allah dalam asmaul husna.
Orang yang bertaqwa adalah mereka yang berilmu.
4. Menghadiri majelis-majelis yang di dalamnya berisi kegiatan untuk
mengingat Allah. Dalam majelis seperti itu kita akan dikelilingi oleh para
malaikat.
5. Kita harus memperbanyak perbuatan baik. Satu perbuatan baik akan
diikuti oleh perbuatan baik lainnya. Allah Swt. akan mempermudah jalan
bagi seseorang yang melakukan perbuatan baik. Perbuatan baik harus
dilakukan secara terus menerus bukan cuma sesekali saja.
6. Kita harus takut akan kematian; mengingat mati akan membuat kita takut
untuk berbuat kesenangan.
7. Mengingat beberapa tingkatan akhirat, contohnya ketika kita di dalam
kubur, ketika kita diadili atau ketika kita di surga atau neraka.
8. Berdoa, sebagai realisasi bahwa kita membutuhkan Dia. Tundukkan diri
kita dan jangan iri terdapat sesuatu yang berbau materi yang ada di dunia
ini.
9. Cinta kita kepada Allah Swt. harus ditunjukkan dalam bukti nyata. Kita
mengharap Allah akan menerima semua ibadah kita, dan menghindarkan
kita dari berbuat dosa. Sebelum tidur, kita harus merenungkan perbuatan
baik apa saja yang telah kita lakukan pada hari ini.
17
10. Menyadari dampak dari dosa dan ketidaktaatan- kadar keimanan
seseorang akan meningkat dengan cara berbuat baik dan kadar keimanan
kita akan menurun apabila berbuat maksiat. Semua yang terjadi
merupakan kehendak-Nya. Ketika musibah menimpa kita- itupun berasal
dari Allah Swt. Dan merupakan akibat langsung dari ketidaktaatan kita
kepada-Nya.
H. Pengertian Taqwa
Taqwa secara umum memiliki pengertian melaksanakan perintah Allah
dan menjauhi larangan Allah. Orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman,
yaitu orang yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut
sunnah rasul, yakni orang yang melaksanakan sholat, sebagai upaya pembinaan
iman dan menafkahkan rizkinya untuk kepentingan ajaran Allah.
Ketaqwaan adalah kekuatan dari dalam yang cemerlang dan unik.
Pertumbuhannya dapat mengukir sejarah baru di dunia.
Bersihkanlah iman kita dari syirik dengan menjauhi mantra-mantra,
ajaran sesat, takhayul dan perdukunan yang sesat. Pastikan kita melakukan
ibadah-ibadah wajib setiap hari dan menjauhi maksiat dalam bentuk apapun.
Bertemanlah dengan orang-orang yang sholeh agar kita tidak menyimpang.
Allah berfirman dalam QS. At-Taghabun (64) : 16
IمJ ك KسJفI ألن ا LرI ي Mخ IفKقJوا Mن وMَأ MطKيعJوا وMَأ مMعJوا IاسMو IمJ MطMعIت ت Iاس مMا MهO الل OقJوا فMات
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan
dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu”.
Taqwa memiliki 3 (tiga) tingkatan yaitu :
1. Ketika seseorang melepaskan diri dari kefakiran dan mengadakan sekutu-sekutu
bagiAllah, dia disebut orang yang taqwa.
2. Menjauhi segala hal yang tidak disukai Allah SWT dan Rasul-nya, ia memiliki
tingkattaqwa yang tinggi.
3. orang yang setiap saat selalu berupaya menggapai cinta Allah SWT,
inilah tingkattaqwa yang tertinggi.
Allah berfirman lewat surat Ali Imran ayat 102;Artinya :
18
“Wahai orang-orang yang ber iman, ber taqwalah kepada
Al lah dengan sebenar- benarnya taqwa dan janganlah kamu mati kecuali
dalam keadaan muslim (beragama Islam)
I. Wujud Iman dan Taqwa
Wujud iman termuat dalam 3 unsur yaitu isi hati, ucapan dan perbuatan.
Dalam artian diyakini dalam hati yaitu dengan percaya kepada Allah SWT,
diucapkan dengan lisan yaitu dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan
dilakukan dengan perbuatan maksudnya dengan menjalankan semua perintah-
Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
J. Tanda-tanda Orang Bertaqwa
a. Beriman kepada Allah dan yang ghaib (QS. 2:2 - 3)
b. Sholat, zakat, puasa (QS. 2:3, 177 dan 183)
c. Infaq disaat lapang maupun sempit (QS. 3:133 - 134)
d. Menahan amarah dan memaafkan orang lain (QS. 3:134)
e. Takut kepada Allah SWT (QS. 5:28)
f. Menepati janji (QS. 9:4)
g. Berlaku lurus kepada musuh ketika mereka pun melakukan hal yang
sama (QS. 9:7)
h. Bersabar dan menjadi pendukung kebenaran (QS. 3:146)
i. Tidak meminta izin untuk tidak ikut berjihad (QS. 9:44)
j. Berdakwah agar terbebas dari dosa ahli maksiat (QS. 6:69)
K. Hubungan antara keimanan dan ketaqwaan
Hubungan antara keimanan dan ketaqwaan ini tidak dapat dipisahkan
satu dengan lainnya, karena pada hakikatnya keimanan dan ketaqwaan itu saling
berkaitan dan memerlukan, artinya keimanan diperlukan oleh manusia supaya
Allah SWT dapat menerima ketaqwaannya. Setiap amalan dan perbuatan yang
baik tidak akan diterima oleh Allah SWT tanpa didasari dengan keimanan.
Problema, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern
Diantara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah sosial-
budaya yang sudah established, sehingga sulit sekali memperbaikinya,Secara
19
ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk,Hal ini karena diadopsinya
sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran, Sedangkan di bidang
politik selalu muncul konflik diantara partai dan semakin jauhnya anggota
parlemen dengan nilai-nilai Qur’ani, karena pragmatis dan oportunis.
Dibidang sosial banyak muncul berbagai masalah,tindakan kriminal
sering terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma,Persoalan itu muncul
karena wawasan ilmunya salah, sedangkan ilmu merupakan roh yang
menggerakkan dan mewarnai budaya.Hal itu menjadi tantangan yang amat berat
dan dapat menimbulkan resiko yang besar,Dalam kaitan ini iman dan takwa
yang dapat berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern
tersebut.
L. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan kehidupan Modern
a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.
b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut.
c. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan.
d. Iman memberikan ketentraman jiwa.
e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah).
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
g. Iman memberikan keberuntungan.
h. Iman mencegah penyakit.
20
BAB IIIPENUTUP
A. KESIMPULANIman adalah rasa percaya yang dibenarkan oleh hati diucapkan lisan dan
ditunjukan dalam perbuatan. Iman kepada Allah artinya meyakini dan membenarkan
adanya Allah, satu-satunya pencipta dan pemelihara alam semesta dengan segala
kesempurnaanya.
Taqwa yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi, maka taqwa
dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan
ajaran agama islam secara utuh dan konsisten.
Dalam kehidupan zaman moderen saat ini, moto keimanan kita sering guyah
karena banyaknya hal-hal atau tuntunan yang mengarah kepada kemaksyiatan,
sebagai muslim marilah kita menjaga diri dan hati dari segala perbuatan yang
dilarang Allah, dan selalu berusaha untuk lebih memperbaiki diri.
Sebagai umat islam yang baik, kita harus meningkatkan mutu iman dan
ketaqwaan kepada Allah swt agar mendapatkan ketentraman lahir dan batin.
B. SARAN1. Sebagai umat islam kita harus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
2. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa, kita harus melaksanakan perintah-
perintah Allah dan menjahui segala apa yang dilarangNya.
3. Marilah kita mengaflikasikan perintah Allah yang maknanya "... Barangsiapa
yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke
luar..(memudahkan jalannya untuk sukses)"Dan memberinya rezki dari arah
yang tiada disangka-sangkanya. (QS.65:2-3).
4. Dalam mengamalkan iman dan taqwa harus konsisten (istiqomah).
5. Dalam kehidupan yang moderen saat ini, kita harus menjaga keimanan dan
ketaqwaan, agar kita tidak terjerumus kedalam kesesatan.
6. Dimuhun kepada pembaca apabila dalam penulisan makalah ini ada
kejanggalan / kesalahan dalam penulisan maupun makna dalam bacaan, untuk
21
memberi masukan kepada kami sebagai penulis. Karena manusia tak ada
yang sempurna dan kesempurnaan itu yang milik Allah SWT.
22
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi.Pendidikan Agama Islam untuk perguruan tinggi .Yogyakarta:Bintang
Pustaka:Philosopy Preaa,2001.
http://www.aura-ilmu.com/2013/06/ Pengertian-keimanan dan ketaqwaan-dalam-
islam.html
http://unyuniia.wordpress.com/2012/04/26/keimanan-dan-ketaqwaan/.
http://www.slideshare.net/siedoer/keimanan-dan-ketakwan.
23