makalah ctl

24
Pembelajaran Bangun Ruang di Sekolah Menengah Pertama Melalui Handout Interaktif yang Berbasis CTL (Contextual Teaching And Learning) Makalah untuk memenuhi tugas matakuliah Bahasa Indonesia Keilmuan yang dibina oleh Dr. Sunoto, M.Pd. oleh Ahmad Ghufron NIM 140311605918 Off A 0

Upload: ghufron-ja

Post on 28-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pembelajaran Bangun Ruang di Sekolah Menengah Pertama Melalui Handout Interaktif yang Berbasis CTL (Contextual Teaching And Learning)

TRANSCRIPT

Pembelajaran Bangun Ruang di Sekolah Menengah Pertama Melalui Handout Interaktif yang Berbasis CTL (Contextual Teaching And Learning)Makalahuntuk memenuhi tugas matakuliahBahasa Indonesia Keilmuanyang dibina oleh Dr. Sunoto, M.Pd.olehAhmad GhufronNIM 140311605918Off A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MIPAJURUSAN MATEMATIKAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKANovember 20141. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan sistem aksiomatis deduktif formal. Sebagai suatu sistem aksiomatis, matematika memuat komponen-komponen dan aturan komposisi atau pengerjaan yang dapat menjalin hubungan secara fungsional antar komponen. Matematika dapat berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menemukan, dan menggunakan rumus matematika dalam kehidupan sehari-hari melalui pemakaian pengukuran, geometri, trigonometri, serta aljabar. Dalam panduan standar kompetensi mata pelajaran matematika yang diterbitkan Depdiknas, dijelaskan bahwa matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan mengomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat, persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel. Tujuan pembelajaran matematika adalah (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, serta inkonsistensi; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan gagasan (Depdiknas, 2003:2). Oleh karena itu, dikembangkan sistem pembelajaran yang inovatif.Matematika yang diajarkan di sekolah terdiri atas geometri, aljabar, peluang, statistik, kalkulus, dan trigonometri. Dalam mempelajari geometri terdapat subbab bangun ruang, peserta didik terkadang mengalami kesulitan ketika harus mempelajari subbab tersebut dikarenakan objek yang bersifat abstrak, mengingat peserta didik masih dalam tahap belajar realistik. Bettencourt menyatakan bahwa seorang yang belajar itu membentuk pengertian (dalam Suparno, 1977:11). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa seseorang yang belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang telah diajarkan, melainkan harus menciptakan pengertian sendiri tentang apa yang baru dipelajarinya. Kurikulum pendidikan di Indonesia berkembang seiring dengan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perubahan yang bertujuan untuk menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan zaman. Di Belanda berkembang pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) yang telah berhasil, sedangkan di Amerika Serikat berkembang pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Di Indonesia pembelajaran matematika juga mulai menggunakan pembelajaran kontekstual sejak diberlakukannya kurikulum 2004 yang dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) terutama pada kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 peserta didik harus aktif untuk mencari, mengolah, dan menemukan dengan bimbingan proporsional dari guru dalam menemukan suatu konsep oleh karena itu sistem handout interaktif yang berbasis ctl (contextual teaching and learning) harus diterapkan sejak dini.

Handout interaktif yang dimaksud adalah buku ajar subbab geometri bangun ruang untuk sekolah menengah pertama yang didesain sehingga menimbulkan minat peserta didik untuk menemukan sendiri konsep-konsep pada materi dengan cara mengisi handout. Handout ini telah dirancang untuk membimbing peserta didik menemukan konsep dan tetap berpedoman pada pembelajaran kontekstual. Dalam proses pembelajarannya juga digunakan alat peraga yang disesuaikan dengan materi yang sedang disampaikan. Peserta didik harus mengonstruksi pengetahuan di dalam benak mereka. Pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini dijabarkan sebagai berikut.

a. Bagaimana konsep pembelajaran berbasis CTL?

b. Bagaimana karakteristik handout interaktif?c. Bagaimana implementasi bangun ruang di smp dengan memanfaatkan handout interaktif berbasis ctl?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui bagaimana konsep pembelajaran berbasis contextual teaching and learning (CTL) itu.b. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif dari handout interaktif terhadap hasil belajar peserta didik.c. Untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran geometri dengan memanfaatkan handout interaktif.2. Pembahasan

2.1 Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan Stimulus dan Respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak, pada dasarnya adalah wujud dari adanya dorongan yang berkembang dalam diri seseorang. CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 (tujuh) asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Komponen tersebut antara lain konstruktivisme, inkuiri, bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian nyata (authentic assessment). Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengonstruksinya. Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut:

a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa dapat mengonstruksi pengetahuan melalui proses pengamatan dan pengalaman. Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intektual, mental emosional maupun pribadinya.

Apakah inkuiri hanya bias dilakukan untuk mata pelajaran tertentu saja? Tentu tidak. Berbagi topik dalam setiap mata pelajaran dapat dilakukan melalui proses inkuiri. Secara umum proses ikuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulakn data, menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan dan membuat kesimpulan

Penerapan asas ini dalam pembelajaran CTL, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikian siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Apabila masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala data telah terkumpul selanjutnya siswa dituntun untuk mengui hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan.

Ketiga, bertanya (questioning). Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Oleh sebab itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: (1) menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran; (2) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar; (3) merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu; (4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan; dan (5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

Keempat, masyarakat belajar (learning community). Dalam CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dialukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.

Kelima, pemodelan (modeling). Maksudnya adalah, proses pembelajaran dengan menggunakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasionalkan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberi contoh bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana cara mengggunakan thermometer dan lain sebagainya.

Proses modelling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modelling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang memungkinkan terjadinya verbalisme.

Keenam, refleksi (reflection) adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya.

Dalam setiap proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkanlah secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

Ketujuh, penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

2.2 Handout InteraktifSoelistia (2001: 6) mengartikan Handout Interaktif adalah materi

sajian yang bentuknya seperti modul-modul mini, yang memuat sedikit

uraian materi, dan tempat-tempat kosong. Tempat-tempat kosong ini

dimaksudkan agar diisi siswa, sehingga siswa lebih aktif dalam

pembelajaran serta memberi peluang siswa membangun pengetahuannya

sendiri dan dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang sedang

dipelajari. Handout Interaktif ini disusun dengan berbasis CTL (ContextualTeaching and Learning).

handout dapat terdiri dari 2-5 halaman kuarto yang diberikan kepada setiap peserta didik yang hadir dalam pembelajaran. setiap peserta didik yang hadir terlambat tidak diberi handout, atau diberi halaman-halaman akhir saja, karena halaman-halaman permulaan sudah terlebih dahulu dibicarakan dan dikerjakan. handout dimulai dengan tujuan instruksional khusus agar diketahui apa yang dicapai dalam pembelajaran. handout memuat inti materi pembelajaran yang pada saat-saat tertentu informasi yang tersaji dalan handout dapat ditanyakan kepada peserta didik (pada individu atau kelompok), mereka diberi waktu setengah sampai satu menit untuk menulis jawabannya di tempat kosong atau dapat juga diajukan pertanyaan lisan kepada mereka dan jawabannya sendiri sebenarnya sudah ada di dalam handout, bagian dari handout ini dapat juga digunakan untuk mengadakan revisi materi yang disajikan pada pembelajaran sebelumnya tempat-tempat kosong dalam handout dapat diisi dengan kegiatan-kegiatan lain, seperti membuat grafik data, sketsa, atau kegiatan singkat lainnya (soelistia, 2001:6).Dari uraian di atas handout interaktif dapat memberi banyak kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena mereka dapat aktif mengerjakan berbagai kegiatan selama kegiatan pembelajaran. Dengan masih adanya tempat kosong yang masih tersisa, peserta didik dapat menjawab pertanyaan dengan mengisi handout tersebut.

2.3 Implementasi Bangun Ruang di Smp Dengan Memanfaatkan Handout Interaktif Berbasis CTLUntuk mengatasi masalah pembelajaran matematika di sekolah khususnya

di SMP berbagai pakar pendidikan matematika menyarankan agar siswa diarahkan

mempelajari matematika dalam konteks dimana mereka dapat melihat penerapan

matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pendekatan yang sesuai

dengan hal tersebut adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual

menggunakan dunia nyata sebagai titik awal untuk mengembangkan konsep dan

ide matematika, siswa diberikan kesempatan untuk mengkonstrusikan

pengetahuannya sendiri. Dalam konstruktivisme pengetahuan tumbuh danberkembang melalui pengalaman sehingga perkembangan kognitif sebagian besar

ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.

Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,

bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Dalam proses

belajar mengajar dengan pendekatan kontekstual, proses pembelajaran dapat

dikaitkan dengan komponen-komponen CTL itu sendiri yaitu: kontrukstivisme

(constructivisme), menemukan (inquiry),bertanya (questioning), masyarakat

belajar (learning community), pemodelan (modelling), penilaian yang sebenarnya

(authentic assessment), dan refleksi (reflection). Berdasarkan kurikulum yang dipakai pada peserta didik kelas VIII SMP Bangun Ruang yang dibahas adalah Kubus, Balok, Prisma, dan Limas. Tinjauan materi yang akan dibahas, adalah sebagai berikut.

a) Nama-nama Bangun Ruang.

b) Unsur-unsur Balok dan Kubus.

1) Sisi Balok dan Kubus.

Sisi-sisi suatu Balok berbentuk persegi panjang.

Sisi-sisi suatu Kubus berbentuk persegi. 2) Rusuk Balok dan Kubus Suatu Balok memiliki tiga jenis rusuk, yaitu panjang, lebar, dan tinggi dengan ukuran yang tidak sama sedangkan kubus panjang, lebar, dan tinggi mempunyai ukuran yang sama. 3) Titik sudut Balok dan Kubus Titik sudut merupakan titik perpotongan dari tiga buah rusuk atau lebih. 4) Diagonal, diagonal sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal

Diagonal adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak dihubungkan rusuk pada sebuah bangun.

Diagonal sisi adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada sisi-sisi suatu bangun ruang.

Diaonal ruang garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dan tidak terletak pada satu sisi suatu bangun ruang.

Bidang diagonal adalah bidang yang menghubungkan rusuk-rusuk yang berhadapan, sejajar, dan tidak terletak pada satu sisi suatu bangun. c) Melukis Bangun Ruang.

1) Melukis balok dan kubus. 2) Jaring-jaring balok dan kubus.

3) Luas sisi balok dan kubus.

d) Menghitung Besaran-Besaran pada Bangun Ruang. 1) Volum Balok.2) Volum Kubus.3) Menyelesaikan persoalan Balok dan Kubus yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.Contoh Pembelajaran Bangun Ruang Melalui handout interaktif berbasis CTLKomponen CTLKegiatan Guru

1.Konstruktivismea. Guru memberikan masalah nyata untuk menggali pengetahuan siswa dengan mencari contoh benda-benda yang berbentuk kubus dan balok yang ada disekitar siswa b. Guru memberikan stimulus agar siswa mengungkapkan apa yang ada dipikiran siswa mengenai benda-benda yang berbentuk kubus dan balok c. Guru menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar

2. Inkuiria. Guru mengarahkan siswa dalam menemukan konsep berdasarkan alat peraga b. Guru menyuruh siswa menyajikan hasil observasinya pada teman sekelas c. Guru membimbing siswa jika ada yang melakukan kesalahan dan terus memotivasi siswa untuk memperbaiki kesalahannya

3. Bertanyaa. Guru menggali pemahaman siswa dengan cara mengadakan tanya jawab untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang dibahas

b. Guru mendorong siswa untuk lebih banyak bertanya tentang materi yang akan dibahas

4. Masyarakat Belajara. Guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang anggotanya 4 sampai 5 orang b. Guru menjelaskan kegiatan siswa yaitu secara berkelompok siswa melakukan eksplorasi untuk menemukan pemecahan masalah dari materi yang dibahas c. Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok dan model bangun ruang kubus dan balok yang terbuat dari karton

5. Pemodelana. Guru menggunakan alat peraga untuk menanamkan konsep dan pemecahan masalah

b. Guru meminta masing-masing perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya dengan memperagakan kembali model bangun ruang kubus dan balok di depan kelas

6. Refleksia. Guru menyuruh siswa menanyakan materi yang belum dimengerti.

b. Guru membibing siswa untuk membuat kesimpulan dan merangkum materi yang telah dipelajari.

7. Penilaian Autentika. Guru memberikan penilaian terhadap hasil presentasi yang telah dilakukan oleh perwakilan masing-masing kelompok

b. Guru memberikan LKS untuk dikerjakan siswa untuk mengetahui pemahaman siswa

c. Guru memberikan PR mengenai materi yang telah dibahas

Berdasarkan Tabel di atas, tampak bahwa proses pembelajaran berlangsung dengan mengimplementasikan CTL dengan bantuan alat peraga. Langkah-langkah pembelajaran dilaksanakan berdasarkan tujuh prinsip pembelajaran efektif dalam pendekatan CTL, dimana siswa diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan menghubungkan materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pembelajaran bangun ruang maka diperlukan adanya alat bantu pembelajaran yaitu dengan penggunaan alat peraga.Contoh handout interaktif SiswaSebuah kardus berbentuk kubus dengan rusuk 7 cm. Tentukan :

a. Luas permukaan kardus

b. Volume kardus

Penyelesaian :

Karena panjang rusuknya sama maka:

L. Permukaan Kardus= 6 x r x r

= 6 x 7 x 7

= 294 a. Tinggi= 7 cm

L. Alas= 7 x 7 = 49 V. Kardus= L. Alas x t= 49 x 7 = 343 3. Penutup

3.1 Simpulan

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini:

Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) akan dapat memberikan konstribusi dan sebagai salah satu strategi yang tepat dalam penyampaian materi yang melibatkan siswa secara aktif tanpa kesan bahwa matematika itu sulit dan kaku.

Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Ketujuh komponen tersebut membangun kerangka berfikir, dimulai dari fakta, data dan konsep. Penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika akan membantu siswa dan guru mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal jika guru

memiliki persyaratan berikut :

a. menguasai dan memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan kontekstual dengan baik;

b. mempersiapkan pembelajaran dengan sungguh-sungguh;

c. menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan;

d. selalu menghargai kemampuan siswa;

e. mampu menempatkan diri sesuai peran dan fungsinya.3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan simpulan di atas, maka disarankan

hal-hal berikut.

1. Bagi pendidik, diharap mempertimbangkan penerapan pola pembelajaran yang mampu memunculkan minat siswa.2. Bagi khalayak peminat dunia pendidikan, diharap menambah pengetahuan dan wawasan tentang kondisi kemampuan berpikir anak didik khususnya dalam pembelajaran matematika.DAFTAR RUJUKANAdriyanto, M. 2007. efektivitas pembelajaran matematika bangun ruang dengan strategi student team heroic leadership dan pemberian tugas terstruktur pada peserta didik kelas viii smp n 15 semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: FMIPA UNSSetyanty, D. R. 2007. Pembelajaran Geometri Di Sekolah Menengah Atas (Sma) Dengan Memanfaatkan Handout Interaktif Yang Berbasis Ctl (Contextual Teaching And Learning) Untuk Mempercepat Pencapaian Kompetensi Peserta Didik Kelas X-1 Sma Negeri 14 Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: FMIPA UNSYuliantari, N. K. S. 2014. Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Implementasi Ctl Dengan Bantuan Alat Peraga Pada Siswa Kelas V A Sd Negeri 10 Kesiman Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar: FKIP UMDSyahza, A. Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan, Lembaga Peneliti Universitas Riau. (Online), (http://almasdi.staff.unri.ac.id/pembelajaran-kontekstual/), diakses tanggal 22 November 2014.

Untuk setiap Balok yang memiliki panjang = p, dan tinggi = t, maka:

Luas seluruh sisi Balok 2(pl + lt + pt)

Untuk setiap Kubus yang panjang rusuk-rusuknya s, maka:

Luas seluruh sisi Kubus = 6s2

Pada sebuah Balok dengan panjang p, lebar l, dan tinggi t berlaku:

Volum Balok = plt

Pada sebuah Kubus dengan panjang sisi berlaku:

Volum Kubus = 3

7 cm

7cm

A

B

C

D

E

F

G

H

7 cm

7 cm

7 cm

A

B

C

D

E

F

G

H

7 cm

7 cm

7 cm

7 cm

D

C

A

B

Alas Kardus

7 cm

15