[makalah] desain apotek kel 3 fix
DESCRIPTION
Tugas ManFarKom Ibu SabarijahTRANSCRIPT
MAKALAH TUGAS MANAJEMEN FARMASI KOMUNITAS
“DESAIN APOTEK”
Disusun oleh:
Kelompok 3
Anna Fajar Hasanah 1406664171
Devy Rositasari 1406664303
Mita Nurdiana 1406664581
Mutiara Nur Zikrina 1406664625
Wahyu Bachtiar 1406664796
PROGAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala anugerah-Nya dan memberikan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyusun buah karya kami berupa Makalah yang berjudul “Desain
Apotek” dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk mengetahui lebih
dalam mengenai desain apotek baik dari segi eksterior maupun interior apotek
serta memberi informasi tentang rancangan desain apotek yang baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Depok, Mei 2015
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut PP 51 tahun 2009, apotek merupakan sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apotek dapat
dirancang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tentunya akan disesuaikan
dengan keinginan dari pemilik saham apotek (PSA). Adapun tujuan dari
mendesain apotek yaitu :
• Meningkatkan penampilan umum dari apotek dan mencerminkan
profesionalitas.
• Mengendalikan biaya penggajian melalui kenyamanan dan efisiensi tata
letak.
• Meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pelanggan.
• Memaksimalkan pemanfaatan ruang,
• Mengendalikan pola lalu lintas dalam apotek.
• Memberikan pengawasan dan mengurangi pencurian.
Tingkat keberhasilan pendirian sebuah apotek dapat dipengaruhi oleh lokasi
apotek, kemampuan sumber daya internal dan lingkungan eksternal yang tidak
dapat dipastikan (pertumbuhan pasar, pesaing, pemasok dan perubahan peraturan).
Pemilihan desain apotek adalah hal yang pertama yang dapat dilakukan setelah
pemilhan lokasi apotek dimana apotek harus terlihat nyaman dan terorganisir
secara teratur.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Desain Apotek
Desain apotek adalah letak susunan tata ruang tunggu, peracikan obat,
ruang apoteker, ruang penyimpanan obat-obat (gudang), ruang tata usaha, ruang
untuk menerima salesman, serta dimana sebaiknya toilet itu berada agar dapat
memberikan kemudahan dan kecepatan kepada petugas dalam menyiapkan obat
yang dibutuhkan, serta dapat menjaga kebersihan dan keamanannya dari
konsumen yang berkunjung.
2.2 Persyaratan Apotek
Berdasarkan MenKes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dimana suatu
apotek harus memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Bangunan
- Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan dan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi
- Bangunan apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan khusus untuk :
o Ruangan peracikan dan penyerapn resep ada sesuai kebutuhan
o Ruang administrasi dan kamar kerja apoteker ada sesuai kebutuhan
o Toilet ada sesuai kebutuhan
- Kelengkapan bangunan apotek
o Sumber air harus memenuhi persyaratan kesehatan (sumur PAM/
sumber pompa)
o Penerangan harus cukup terang sehingga dapat menjamin pelaksanan
tugas dan fungsi apotek (PLN/ generator)
o Alat pemadam kebakaran harus berfungsi dengan baik sekurang –
kurangnya 2 buah
o Sanitasi harus baik serta memenuhi persyaratan hygiene lain
o Ventilasi yang baik serta memenuhi persyaratan lainnya
- Papan nama
Berukuran minimal panjang 60 cm dan lebar 40 cm dengan tulisan hitam
diatas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm. Umumnya terbuat dari
papan seng yang pada bagian mukanya memuat nama apotek, nama APA,
nomor SIA, alamat apotek dan nomor telepon.
2. Perlengkapan
- Alat pembuat pengolahan dan peracikan
- Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi
o Lemari dan rak untuk penyimpanan obat ada dengan jumlah sesuai
kebutuhan
o Lemari pendinginan ada dengan jumlah yang dibutuhkan
o Lemari untuk penyimpanan narkotik dan psikotropik ada dengan
jumlah sesuai dengan kebutuhan
- Wadah pengemas dan pembungkus etiket
- Alat administrasi dan buku standar yang diwajibkan
3. Tenaga kesehatan
Mengacu kepada perundangan – undangan yang telah ditetapkan
2.3 Rancangan Apotek
Desain suatu apotek bertujuan untuk menarik konsumen berkunjung ke
dalam apotek namun harus dipastikan bahwa desain apotek tetap memenuhi
persyaratan dasar apotek di atas. Oleh karena itu diperlukan suatu rancangan
apotek.
Karakteristik fisik apotek yang digunakan untuk mengembangkan imej
dan menarik konsumen terdiri dari beberapa elemen mencakup (1) desain bagian
luar, (2) desain bagian dalam, (3) rancangan apotek berantai (istilah mudahnya
untuk apotek umum/besar), dan (4) penyajian barang dagangan.
Keunikan bagian depan toko/apotek dan penggunaan kreatif dari pintu
masuk, jendela pajangan, tanda-tanda khusus di bagian luar, dapat membantu
menciptakan kesan apotek yang menyenangkan. Begitu pula bagian dalam apotek,
elemen yang bertindak sebagai pemikat mencakup perlengkapan tetap, tata
cahaya, bahan untuk lantai, tata warna, bau dan suara, suhu, lebarnya lorong,
kebersihan, modernisasi, bermacam-macam barang dagangan, pajangan harga dan
pegawai.
2.3.1 Pengaturan Rancangan
Rancangan apotek dan penggunaan perlengkapan tetap yang terdapat di
dalamnya didesain untuk mengarahkan arus konsumen di sekitar apotek dalam
rangka meningkatkan penjualan. Tujuannya adalah mengarahkan konsumen agar
mengunjungi bagian-bagian apotek sebanyak mungkin, terutama bagian di mana
banyak terdapat barang yang di pajang di depan yang mempunyai marjin kotor
yang tinggi.
Pada dasarnya ada dua tipe rancangan yaitu rancangan kisi dan arus bebas
atau rancangan terbuka. Dalam rancangan kisi, semua counter dan perlengkapan
tetap berada pada sudut kanan satu sama lain sehingga barang dipajang pada garis
sejajar lurus. Tipe rancangan ini umum digunakan di apotek. Keuntungan tipe
rancangan kisi diantaranya adalah pemajangan secara bebas, pengawasan
inventaris, pengamanan yang sederhana, penggunaan dari semua tempat yang
tersedia, kemudahan akan pembersihan, kemungkinan akan pelayanan diri sendiri,
dan keakraban konsumen.
Gambar 2.1 Rancangan Alur Kisi
Rancangan arus bebas mengelompokkan barang dan perlengkapan tetap
menjadi pola yang memungkinkan arus tidak terstruktur dari konsumen. Banyak
perlengkapan tetap yang dibentuk secara tidak teratur, seperti lingkaran,
lengkungan, dan segitiga. Rancangan arus bebas sering kali digunakan pada toko
yang menjual barang hadiah dan barang khusus agar memungkinkan konsumen
bergerak ke segala arah dan berjalan bebas, sehingga mendorong mereka untuk
melihat-lihat dan melakukan pembelian tanpa direncanakan sebelumnya.
Dibandingkan rancangan kisi, pengaturan rancangan arus bebas lebih mahal dan
menggunakan tempat secara lebih efisien. Sebaliknya, pengaturan rancangan arus
bebas mempunyai daya tarik pandangan yang lebih lebar dan kefleksibelan.
Gambar 2.2 Rancangan Alur Bebas
2.3.2 Alokasi Tempat
Apoteker pengelola apotek/ manajer bertugas untuk membagi wilayah
apotek secara efisien untuk bisa mencapai volume penjualan setinggi mungkin
dengan biaya terendah.
Teknik pengelolaan tempat yang digunakan mempengaruhi kesan dan
suasana yang diinginkan apotek selain itu jenis apotek yang berbeda akan
memerlukan teknik pemanfaatan tempat yang berbeda juga, misal pada apotek
yang berkonsentrasi pada resep akan menyediakan sedikit barang yang dipajang
didepan. Sebaliknya untuk apotek yang secara khusus menekankan barang yang
dipajang akan memberikan lebih banyak tempat untuk barang-barang misal pada
apotek di pusat pertokoan.
Agar dapat memberikan hasil yang terbaik maka pengalokasian tempat
untuk tiap departemen pada suatu apotek harus memperhatikan beberapa faktor,
yaitu :
- Arus lalu lintas dan nilai tempat. Beberapa lokasi akan lebih menarik
konsumen dibandingkan dengan lokasi lain, maka barang dagangan yang
dipajang dilokasi yang bernilai tinggi yaitu lokasi yang banyak terlihat
oleh konsumen, akan lebih berpotensi meningkatkan penjualan.
- Karakteristik barang, misal impulse product yaitu barang konsumen yang
dibeli tanpa perencanaan sebelumnya yang biasanya disebabkan oleh
promosi penjualan atau observasi dari konsumen. Impulse product
ditempatkan di lokasi yang arus lalu lintasnya tinggi agar dapat dilihat
oleh konsumen.
- Kesesuaian barang dagangan. Konsumen seringkali berbelanja lebih dari
satu macam barang, sehingga barang yang saling berhubungan sebaiknya
diletakkan dekat satu sama lain agar terjadi proses penjualan silang (cross-
selling) yaitu proses penjualan antar departemen untuk mendorong
transaksi yang lebih besar dan membuat konsumen lebih nyaman dalam
melengkapi diri mereka dengan berbagai kebutuhan. Contohnya kosmetik,
barang yang digunakan di toilet, alat kecantikan diletakkan dilorong yang
sama dengan obat perawatan rambut, kesehatan kewanitaan dan produk
perawatan gigi.
- Pertimbangan musiman. Ada perencanaan lokasi departemen yang dapat
beradaptasi dengan pola penjualan musiman, misalnya mainan dapat
diletakkan disebelah departemen yang penjualannya memuncak di musim
panas seperti losion penahan sinar matahari, pengusir serangga dan lain
lain.
2.3.3 Pengaturan Tiap Produk
Setelah menentukan letak departemen maka tiap produk juga harus diatur
dalam departemennya. Beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam mengatur
barang atau produk, yaitu :
- Produk dan merk yang paling laku menempati lokasi yang paling
mencolok dalam departemen.
- Produk diatur menurut ukuran kemasan, harga, warna, merk, minat
komsumen.
- Posisi yang sejajar dengan mata dapat mempengaruhi penjualan
(meningkatkan penjualan sebesar 50% atau lebih).
- Produk yang baru diletakkan di jalur utama arus lalu lintas di apotek.
- Barang kecil yang dibeli seketika tanpa direncanakan harus diletakkan
sedekat mungkin dengan bagian pintu keluar.
2.3.4 Pajangan Titik Pembelian
Pajangan titik pembelian konsumen adalah pajangan bagian dalam yang
memberikan informasi kepada konsumen, menambah suasana apotek dan
menjalankan peran promosi yang cukup besa. Karakteristik pajangan yang baik
yaitu :
- Pajangan harus dapat menarik perhatian dan minat konsumen.
- Pajangan harus sesuai dengan kesan yang ingin diproyeksikan oleh apotek.
- Pajangan harus sederhana yaitu dapat menyajikan pesan sederhana yang
mudah ditangkap dan dimengerti oleh konsumen.
- Pajangan harus bersih dan rapi.
Pemilihan barang untuk dipajang di sebuah apotek harus dlakukan
menurut cara-cara berikut ini :
- Pajangan secraa efektif menunjukkan kedatangan barang baru juga produk
untuk percobaan di apotek.
- Barang musiman seperti pengobatan untuk flu dan batuk selama musim
hujan dan produk yang dapat menapis sengatan matahari pada musim
panas.
- Barang untuk peristiwa khusus seperti hari ibu, hari raya, musim
keberangkatan haji, dan lain sebagainya.
- Kepopuleran barang seperti vitamin, barang hadiah, permen, dan kartu
ucapan selamat untuk dipajang karena barang tersebut menarik perhatian
dan mudah dijual.
- Daya laba barang yaitu baang dengan margin yang tinggi seharusnya
dipajang ditempat yang sesuai dengan mutu barang tersebut.
- Barang promosi. Pajangan dapat mengingatkan konsumen akan barang
yang pernah mereka lihat pada iklan di media massa.
- Barang yang memiliki potensi pembelian tanpa perencanaan terlebih
dahulu merupakan barang yang layak dipajang.
2.3.5 Perancangan Area Kerja di Apotek
Salah satu tugas apoteker adalah merancang area kerja untuk
meningkatkan kenyamanan para pegawai bekerja di apotek. Tugas merancang
area kerja ini merupakan prioritas utama dalam keterlibatan ergonomi secara
ekstensif. Tujuan utama dari perancangan area kerja adalah untuk membantu para
pegawai apotek supaya dapat mengoperasikan apotek dengan segala peralatan dan
penunjangnya, memperkecil resiko yang timbul selama bekerja serta diharapkan
dapatbeningkatkan kenyamanan pegawai dalam bekerja.
Terdapat prinsip-prinsip umum dalam merancang area kerja di apotek,
yaitu :
- Pertimbangan keperluan fungsional
Hasil rancang harus dapat mempermudah operator atau pegawai dalam
menyelesaikan tugasnya serta mempertimbangkan kebutuhan alat-alat
khusus dalam setiap pekerjaan.
- Pertimbangan penglihatan
Pertimbangan ini perlu diperhatikan agar pegawai dapat melihat dengan
jelas dalam kondisi baik. Peraturan utama adalah untuk menghasilkan data
pada arah yang benar agar dapat memperkecil usaha penglihatan baik pada
saat duduk maupun berdiri. Kemiringan kepala pada saatduduk
dihubungkan dengan sudut penglihatan yaitu 17-29o dan pada saat berdiri
adalah 8-22o.
- Pertimbangan jangkauan
Hal ini berkaitan dengan faktor dalam pengoperasian kontrol, peralatan,
ukuran tempat duduk dan lain sebagainya. Pengaturan yang baik adalah
selalu meletakkan peralatan yang dibutuhkan dalam area kerja normal dan
dalam area kerja maksimum.
- Pemeliharaan
Semua area kerja harus dipelihara, seperti bangku, peralatan, dan
perlengkapan lainnya.
2.3.6 Penyesuaian rancangan
Kesuaian rancangan adalah yang utama, di mana ada beberapa faktor yang
mempengaruhi parameter dari rancangan. Pendekatan penyesuaian berikut harus
diselidiki dalam rancangan suatu area kerja:
a. Penyesuaian tempat kerja.
Bentuk tempat kerja disesuaikan dengan gambar denah yang dibuat. Hal
ini mencegah adanya kursi yang melewati batas hingga sampai ke tangga,
misalnya ketinggian permukaan kerja dapat disesuaikan dengan ukuran
masing-masing orang. Juga disesuikan dengan peralatan dan perlengkapan
kerja.
b. Penyesuaian posisi pekerjadengan tempat kerja.
Perubahan ketinggian kursi secara vertical untuk posisi operator. Kursi
yang dapat dikunci secara horizontal. Podium disediakan untuk tempat
berdiri operator. Temapt kaki dapat mengurangi masalah kaki.
Bagaimanapun, tempat kaki harus disesuaikan dengan tempat duduk.
Letak lengan yang tepat akan membantu lengan dalam bekerja tidak cepat
lelah.
c. Penyesuaian perlengkapan kerja.
Para karyawan akan merasa aman bila peralatan tertentu dan perlengkapan
apotek disendirikan sesuai dengan kegiatan peracikan dan penyiapan obat
untuk pasiennya. Biasanya dibutkan papan tersendiri supaya mudah dilihat
dan diambil. Meja perangkat (Dump Waiters), alat pengangkut (trolley
obat) membantu untuk menyalurkan obat ke ruangan-ruangan di rumah
sakit. Peralatan manual atau dengan bantuan tangan diletakkan tersendiri.
2.4. Tujuan Desain Apotek
Pada umumnya desain apotek ditujukan agar konsumen dapat membeli
produk-produk yang dijual sebanyak mungkin. Tujuan desain eksterior apotek
adalah untuk menarik pembeli masuk ke dalam apotek, sedangkan tujuan utama
desain interior adalah untuk meningkatkan jumlah pembelian barang oleh pembeli
yang masuk ke apotek tersebut dan memudahkan lalu lintas pelanggan sehingga
dapat melewati sebanyak mungkin produk-produk dagang yang dijual.
Lokasi dan ruangan yang ada pada suatu apotek harus diatur sedemikian
rupa agar efektif dan efisien terutama segi interiornya seperti penempatan rak,
etalase, pengaturan cahaya, pendingin ruangan, pengaturan udara, sanitasi dan
higieni yang baik serta pemilihan dekorasi termasuk warna. Sebelumnya kita
harus mengetahui bagaimana penataan ruang yang baik, diantaranya :
Penggunaan ruang yang maksimal dan pengurangan ruangan yang tidak
tepakai (useless/dead space).
Meminimalkan kegiatan berjalan, meraih dari tempat tinggi dan
membungkuk.
Penempatan kelompok sediaan dan pengaturan arus barang dan orang.
Meningkatkan display/penampilan produk yang baik.
Rasa nyaman dan indah (estetis).
Penataan yang baik dapat mengurangi biaya pemeliharaan.
Didesain untuk memudahkan lalu lintas produk barang, maka ukuran
bangunan yang optimal adalah bentuk bujur sangkar perbandingan antara
panjang dan lebarnya 3:1 atau 4:1.
Dalam pelayanan kefarmasian, desain eksterior dan interior berguna untuk:
Untuk mewujudkan sinergi antara bisnis dan pelayanan kefarmasian
Maka,apotek harus menjadi tempat yang nyaman, leluasa, memiliki
pelayanan yang ramah untuk pasien atau konsumen dan dapat memberikan
informasi kesehatan
Untuk itu perlu dilakukan penataan eksterior maupun interior yang akan
memberikann kenyamanan dan kepuasan semua pihak.
2.5. Desain Eksterior Apotek
Desain apotek bertujuan terutama untuk menarik minat dari konsumen
agar tertarik untuk berbelanja sebanyak-banyaknya di apotek. Untuk mencapai
tujuan tersebut perlu dibuat sedemikian rupa desain eksterior dari apotek maupun
desain interior dari apotek. Desain eksterior sendiri bertujuan untuk
mengembangkan image dan menarik konsumen untuk masuk ke dalam apotek.
Desain eksterior yang unik dan kreatif, serta memiliki ciri khusus dapat membantu
membentuk gambaran dari apotek. Desain juga tetap harus memiliki image yang
professional dan tidak terkesan murahan.
Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan desai eksterior dari
apotek, pertimbangan-pertimbangan tersebut seperti:
a. Letak dan Lokasi
Hal yang perlu diperhatikan adalah apakah ada atau tidak apotek pesaing di
daerah sekitar lokasi tempat pendirian apotek. Selain itu apotek yang berlokasi di
daerah elut harus memiliki desain eksterior apotek yang mewah. Hal tersebut
digunakan untuk menarik konsumen dari kalangan atas. Desain eksterior apotek
juga sebaiknya seimbang dengan tempat usaha lain yang berdekatan dengan
apotek dan dapat dengan mudah teridentifikasi. Lingkungan sekitar apotek harus
bersih dan aman agar konsumen merasa aman dan nyaman untuk datang ke
apotek.
b. Papan Nama
Papan nama dari apotek berfungsi sebagai media promosi dari apotek dan
menandakan bahwa terdapat apotek di lokasi tersebut. Untuk menarik minat dari
konsumen maka papan nama harus dibuat sedemikian rupa sehingga timbul kesan
menarik dari sisi konsumen. Papan nama harus terlihat jelas dekat dengan pintu
masuk. Di daam papan nama memuat nama apotek, nama APA, nomer SIA, dan
alamat apotek.
c. Pintu dan jendela
Idealnya pintu masuk dan keluar berada di satu sisi di depan gedung. Apabila
apotek terletak di tempat perbelanjaan, pintu sebaiknya ditempatkan di jalur yang
ramai pengunjung.Bila aktivitas keluar-masuk apotek ramai, pisahkan antara pintu
masuk dan pintu keluar.Kedua pintu sebaiknya ditempatkan berdampingan agar
sirkulasi pengunjung lancar dan pengawasan terhadap produkproduk yang dijual
menjadi mudah.Pintu masuk juga sebaiknya dapat diakses oleh penyandang cacat,
seperti pengguna kursi roda, dan kereta dorong bayi, misalnya dengan
menggunakan pintu yang otomatis terbuka maupun tertutup. Jendela di apotek
seharusnya tidak tertutup dengan papan nama apotek sehingga konsumen dapat
melihat dalam dari apotek.
d. Tempat parkir
Tempat parkir menjadi hal yang krusial dalam pembuatan apotek. Diusahakan
bangunan apotek memiliki lahan parkir untuk memudahkan konsumen. Sering
kali apotek maupun jenis usaha apapun yang tidak menyediakan tempat parkir,
usahanya tidak begitu laku.
Menurut Surat keputusan MENKES RI No. 278/Menkes/SK/V/1981
a. Luas bangunan apotek tidak ditentukan ukuran luas bangunan
b. Bangunan apotek harus memenuhi syarat
c. Perlengkapan yang harus ada pada bangunan sebuah apotek
Gambar 2.3. Apotek dengan bangunan dan tempat parkir
2.6. Desain Interior Apotek
Desain interior berperan dalam meningkatkan jumlah pembelian barang
oleh pembeli yang masuk ke apotek. Desain interior serta tata ruang yang baik
akan menimbulkan rasa aman dan nyaman baik kepada tenaga apotek maupun
konsumen.
Gambar 2.4 Desain Interior Apotek Modern
Desain interior apotek adalah ruang dalam apotek yang terdiri dari ruang
tunggu, ruang pelayanan resep dan ruang peracikan, ruang administrasi, ruang
apoteker, ruang gudang, toilet, mushola dan dapur.
Desain interior apotek berfungsi untuk :
Mendorong onsumen mengunjungi apotek → keunggulan kompetitif bagi
sebuah apotek.
Menimbulkan rasa aman dan nyaman untuk tenaga apotek maupun
konsumen → mendorong laju penjualan.
Mengkomunikasikan citra apotek dan menimbulkan rasa percaya pada
pelanggan thd pelayanan dan kualitas barang yang disediakan.
Desain interior yang baik, nyaman, fungsional dan mendukung suasana jual
beli serta pelayanan kefarmasian di dalam apotek à memiliki daya saing.
Kriteria desain interior apotek harus :
Konsisten mencerminkan image apotek dan strategi pemasaran yang
direncanakan
Memberikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung
Mempertimbangkan fungsionalitas dan efisiensi pelayanan kefarmasian
Desain yang fleksibel
Mempertimbangkan keamanan
Berdasarkan PERMENKES RI No. 35 thn 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, pembagian ruangan dalam apotek wajib terdiri dari :
Ruang Penerimaan Resep
Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan
Ruang Penyerahan Obat
Ruang Konseling
Ruang Penyimpanan (Gudang)
Ruang Arsip
2.6.1. Ruang Tunggu
Gambar 2.5 Ruang Tunggu Pasien
Apotek bagian depan sebaiknya tidak dibatasi dengan dinding beton tetapi
dengan etalase sehingga pengunjung tertarik untuk masuk. Sebaiknya ruang
tunggu apotek hanya digunakan untuk tempat para konsumen menunggu saja,
bebas dari keluar masuknya orang lain dari luar ke dalam maupun dari dalam ke
luar.
Bagian dalam ruang tunggu umumnya terdapat kursi-kursi tamu untuk
pasien/konsumen yang berguna untuk menunggu penyiapan obat oleh farmasis.
Sebaiknya ruang tunggu dibuat seluas dan senyaman mungkin, tenang, bersih,
segar, terang, tidak ada nyamuk atau serangga lain yang mengganggu, sehingga
mereka merasa betah dan tidak lelah menunggu.
Ruang tunggu sedapat mungkin dilengkapi dengan :
Ventilasi agar ada saluran udara segar
Penerangan yang baik
Diberi warna putih sehingga memberikan kesan bersih dan tenang
Tanaman hijau dalam ruangan sehingga memberi rasa nyaman
TV untuk hiburan bagi pasien
Disediakan jam dinding di tempat yang mudah terlihat pengunjung
Disediakan rak (lemari etalase) yang berisi obat bebas atau produk
lainnya
Disediakan rak brosur obat atau majalah untuk dibaca
2.6.2. Ruang Pelayanan Obat Bebas/ OTC
OTC merupakan jenis obat yang dapat dibeli dengan tanpa resep dokter,
terdiri dari obat bebas dan obat bebas terbatas. Tata letak dan display OTC sangat
berpengaruh pada penjualan produk OTC, penampilan yang unik dan menarik
akan memberikan kesan pada konsumen. Hal-hal yang menjadi dasar
pertimbangan dalam menata perbekalan farmasi di OTC counter adalah :
Estetika, yaitu seni/keindahan dalam menata dan mendesain rak atau lemari
obat bebas dan obat bebas terbatas agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu
dan membeli (impuls buying) bagi setiap konsumen yang datang ke apotek.
Layout, yaitu tata letak atau susunan barang yang dapat memberikan
kenyamanan dan kemudahan (keluar masuk) bagi konsumen dalam
memperoleh obat yang dibutuhkan, serta kemudahan petugas dalam
mengawasi.
Tanda berupa tulisan sebagai petunjuk, mengenai tempat-tempat golongan
fungsi obat yang ditempel di setiap lemari/rak obat.
Gambar 2.6 display berdasarkan fungsi farmakologi
Secara umum barang yang di display di depan adalah barang dengan kategori:
1. Barang paling laku ( best seller) dalam setiap kategori barang atau
golongan obat berdasarkan fungsi farmakologinya.
2. Barang dengan laba tinggi (high profit) harus diletakan di tempat utama
untuk mendukung penjualan dan peningkatan laba ddari apotek.
3. Barang yang memancing untuk dibeli (impuls item) diletakkan pada
tempat pajangan yang mudah dilihat dan mudah di dekati pasien untuk
memancing pasien berani melihat dan akhirnya meemutuskan untuk
membeli.
4. Barang spesial (specciality items) harus mudah dilihat dan punya tanda
khusus sehingga pelanggan dapat langsung meihatnya dan membeli.
5. Barang musiman (seasonal items) membutuhkan lokasi yang utama agar
pasien tahu obat tersebut tersedia di apotik. Ketika pertama kali dipajang
barang ini akan memacu penjualan.
Desain penataan ruang OTCpada apotek swalayan akan berbeda dengan
apotek konvensional. Pada apotek swalayan, display OTC menggunakan rak-
rak obat, dimana pelanggan dapat mengakses obat secara langsung dan
penataan dibuat semenarik mungkin labeling serta adanya penandaan/
sehingga menyedikan tempat yang nyaman untuk pasien.
Gambar 2.7 Contoh Display
Ada beberapa macam desain display atau cara memajang obat-obat OTC, antara
lain :
a. Display karton
Display karton adalah suatu boks yang dirancang untuk dipasang pada rak
yang berisi produk tanpa memindahkan kemasan produk yang sudah ada. Hal ini
akan membawa pengaruh yang kuat secara visual dan membutuhkan tempat
sedikit lebih banyak untuk menarik perhatian pembeli, untuk memberikan
informasi dan untuk menjual nilai produk tersebut kepada pelanggan.
Gambar 2.8 Display karton
b. End Cap display
Desain ini cocok untuk produk-produk baru dan produk berukuran besar
dan barang-barang harga khusus. Caranya dengan menempatkan produk pada
akhir rak. Hal ini akan tampak sia-sia jika digunakan untuk menempatkan barang-
barang keperluan rutin dan produk-produk OTC.
Gambar 2.9 End Cap display
c. Floor Stand display
Desain ini cocok untuk meletakkan produk secara efektif dalam jumlah
besar agar terlihat mudah. Produk diletakkan pada rak dorong yang tidak terlalu
tinggi dan mudah diraih, dilengkapi dengan brosur yang berisikan keterangan-
keterangan mengenai produk sehingga dapat membuat konsumen lebih tertarik
untuk membeli produk-produk tersebut.
Gambar 2.10 Floor Stand display
d. Dum display
Desain ini sama dengan floor stand display, hanya produk-produk yang
dipajang tidak diatur secara khusus melainkan disusun secara acak.
e. Floor Stack display
Display ini paling sederhana dan mudah. Banyak pabrik farmasi yang
menyertakan header card yang berisikan informasi produk sehingga membantu
apotek untuk menyampaikan informasi.
Beberapa cara penempatan produk pada display antara lain :
1. Penampatan baris secara vertikal
Secara vertikal, produk-produk yang sama dengan ukuran yang berbeda,
dengan fast moving dekat dengan bagian tengah. Format baris secara vertikal
akan efektif apabila pelanggan mengarahkan pandangan dari kiri ke kanan
sehingga melihat display produk tanpa memperdulikan bagaimana level
pandangannya. Tetapi, cara ini akan memakan lebih banyak tempat sehingga akan
membutuhkan biaya yang lebih besar dari tiap incinya.
2. Penempatan baris secara horizontal
Secara horizontal, produk-produk yang sama dengan ukuran yang berbeda
ditempatkan pada rak yang sama dimana dietakkan bersebelahan. Cara ini
membutuhkan ruangan yang lebih sedikit, membuatnya lebih mudah dalam
penjagaan dan lebih konsisten. Kekurangan cara ini adalah produk-produk
mungkin kurang mendapat perhatian dari pelanggan daripada jika menggunakan
secara vertikal.
3. Penyusunan berdasarkan ukuran
Cara penempatan ini dilakukan dengan cara menyususn ukuran produk ke
arah kanan semakin besar (kecil, medium, besar). Alasan penempatan dengan cara
ini karena kecenderungan pikiran manusia tertahan dengan apa yang dilihatnya
terakhir, dan karena kebanyakan manusia menggunakan tangan kanannya untuk
mengambil suatu produk yang letakknya paling dekat dengan tangan kanan
mereka.
2.6.3. Ruang Racik pada apotek
Ruang peracikan sebaiknya harus tenang, bersih, nyaman, cukup
ventilasinya. Selain itu, ruangan ini sebaiknya dipisahkan dari orang-orang yang
lalu-lalang seperti para salesman/tamu-tamu. Ruang peracikan harus mempunyai
tempat untuk menimbang, meracik, menggerus, dan membagi-bagi di atas kertas
puyer, tempat untuk menulis serta menempelkan etiket, lemari obat serta wastafel,
dan tempat administrasi penjualan.
Pada ruang racik terdapat lemari tempat menyimpan obat generik, lemari
obat setengah padat dan lemari obat cair, lemari obat kapsul atau tablet, lemari
obat racikan. Lemari penyimpanan dikunci dan mempunyai seorang penanggung
jawab yang setiap hari bertugas mengontrol kartu barang peracikan, memeriksa
obat dan barang-barang yang mempunyai batas kadaluarsa, memantau
pengawasan obat-obat narkotik dan obat keras, serta memeriksa kerapian susunan
obat secara alfabetis. Tempat penyimpanan obat yang berada di ruang peracikan
berbentuk seperti rumah tawon, kotak-kotak, manfaatnya selain menghemat
ruang, tempat kerja pun menjadi bersih dan rapi.
Ruang racik harus diatur seefisien mungkin dan dianjurkan memiliki
kemudahan-kemudahan dalam mengakses ke dalam gudang, label peresepan,
data-data peresepan, catatan medis pasien, telepon, dan data-data mengenai
barang-barang yang bersifat fast moving. Selain itu, kegunaan ruang racik ini
adalah sebagai tempat penyimpanan sementara barang-barang yang selalu
digunakan.
Gambar 2.11 Ruang Peracikan
Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menata perbekalan
farmasi di ruang peracikan (ethical counter) adalah :
1. Peraturan, terutama yang mengatur tentang obat narkotika, psikotropika,
dan obat keras daftar G
a) Untuk golongan narkotika dan psikotropika :
Golongan narkotika disimpan di lemari khusus narkotika ditempatkan
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku (Permenkes No.28 tahun
1978 : obat narkotik disimpan dalam lemari khusus terbuat dari khusus terbuat
dari kayu dengan ukuran 140x80x100 cm. Jika ukurannya kurang dari
ketentuan di atas, maka lemari tersebut harus ditempel pada dinding atau
alasnya ditanam di lantai. Lemari tersebut mempunyai 2 sekat dan masing-
masing sekat harus mempunyai kunci sendiri. Bagian pertama untuk
menyimpan morfin, pethidin, dan garam-garamnya, sedangkan pada bagian
yang lain untuk menyimpan obat narkotik lain dan untuk pemakaian sehari-
hari). Cara penataan lemari khusus narkotika ini adalah: ditempatkan pada
dinding tembok atau lantai, tidak boleh digunakan untuk keperluan lain, tidak
boleh terlihat oleh umum, dan anak kunci dikuasai oleh penanggung jawab
atau pegawai apotek yang dikuasakan.
Golongan psikotropika disimpan di lemari khusus terpisah dengan
perbekalan farmasi lainnya
Gambar 2.11 Lemari Khusus Narkotika
a. Untuk golongan obat keras daftar G dan obat ethical lainnya, disimpan di
lemari yang didesain khusus dan dibagi menjadi 4 bentuk perbekalan
farmasi, yaitu :
- Lemari perbekalan obat solid yaitu tempat penyimpanan obat yang
berbentuk solid seperti tablet, kaplet, kapsul, pil
- Lemari perbekalan obat semisolid yaitu tempat penyimpanan obat yang
berbentuk semisolid seperti salep, krim, pasta, gel
- Lemari perbekalan obat cairan yaitu tempat penyimpanan obat yang
berbentuk cairan seperti injeksi, infus, sirup
- Lemari pendingin (kulkas) yaitu tempat penyimpanan obat yang harus
disimpan di tempat sejuk atau dingin seperti vaksin, suppositoria, ovula,
injeksi.
Gambar 2.12 Contoh Lemari Obat Daftar G Solid
Gambar 2.13 Contoh Lemari Obat Daftar G Semi Solid dan Cairan
2. Lay out, yaitu penetaan letak dan susunan lemari atau rak obat di ruang
ethical, agar dapat memberikan kemudahan dan kecepatan pada petugas
dalam menyiapkan obat yang dibutukan konsumen serta dapat menjaga
keamanan dan kebersihannya.
Contoh beberapa tipe lay out perbekalan farmasi di ethical counter antara
lain dapat berupa :
Tipe U
Tipe L
Tipe II
Gambar 2.14 Layout urutan kerja pada ruang peracikan
Keterangan: 1. Penerimaan dan pemeriksaan resep; 2. Pembuatan label; 3. Peracikan
obat; 4. Pemeriksaan akurasi; 5. Penyimpanan obat racikan; 6. Pengambilan obat dan
pemeriksaan akurasi akhir; 7. Konseling pasien.
3. Bentuk dan tanda lemari (rak) obat
- Bentuk lemari (rak) obat
Mengingat jenis-jenis obat ethical memiliki merk yang sangat banyak
jumlahnya, maka bentuk lemarinya dibuat seperti sarang tawon yang dapat
menampung banyak jenis obat, sehingga pemakaian ruangan (space)
menjadi lebih efisien dan dapat mempermudah proses penyiapan dan
pembuatan obat.
- Tinggi lemari (rak) obat
Lemari (rak) harus memiliki tinggi yang sesuai sehingga mudah dijangkau
dan mempermudah pengambilan obat.
Gambar 2.15 Lemari Penyimpanan
2.6.4. Ruang administrasi
Untuk keperluan administrasi, perlu satu ruangan tersendiri dengan pintu
masuk tersendiri di samping ruang tunggu. Bila masih ada tersedia ruangan lebih,
maka digunakan untuk ruang apoteker dengan alasan agar transaksi dengan sales
dapat dilakukan. Pada ruang administrasi juga ada akses pintu keluar untuk jalan
bagi sales dalam melakukan order dan pembayaran obat atau alat kesehatan.
Dalam ruangan administrasi disediakan juga ruang tunggu bila memungkinkan.
Bila tidak, cukup dengan 1-2 kursi di depan meja petugas pembelian dan kasir.
Peralatan yang terdapat dalam ruangan ini adalah meja dan kursi kantor,
lemari, rak, dan dapat bila dilengkapi perangkat komputer. Ruang adminstrasi
yang diketuai oleh kepala seksi tata usaha yang membawahi bagian-bagian
sebagai berikut
Administrasi persediaan kantor
Menyusun mutasi barang di gudang pada kartu APK yang berfungsi
menginformasikan mutasi dan sisa barang di gudang sebagai alat kontrol
terhadap persediaan barang di gudang, informasi sumber pembelian harga
satuan dan potongan harga per item barang.
Administrasi hutang dan piutang dagang
Menyusun penambahan, pengurangan sisa hutang dalam kartu hutang dagang
sehingga dapat memberikan informasi sisa hutang dagang kreditur setiap saat
dan menyusun kartu piutang dagang yang berfungsi mengontrol piutang
dagang yang sudah atau belum dibayar.
Administrasi penjualan
Merekapitulasi seluruh penjualan baik tunai ataupun kresit dan menyiapkan
adminstrasi penagihan.
Administrasi keuangan
Menyusun semua mutasi uang kegiatan apotek berdasarkan buku kas, buku
bank, buku memorial berisi data penerimaan dan pengeluaran di luar buku
kas/ bank yang bersifat intern perusahaan.
Administrasi personalia
Adiministrasi yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan.
2.6.5. Ruang Apoteker
Di ruang kerja Apoteker Pengelola Apoteker (APA) ditempatkan meja dan
kursi kantor, rak-rak, perangkat komputer, buku-buku referensi dan alat tulis
kantor, telepon juga lemari besi tempat penyimpanan uang. Lemari besi tersebut
sebaiknya ditanam, alasnya di semen/dibeton, supaya tidak bisa dibawa lari.
Ruang apoteker mempunyai akses pintu keluar untuk jalan masuk bagi pasien
yang ingin mendapatkan pelayanan informasi obat dan konseling. Alasan ruang
apoteker ditempatkan dibelakang etalase bertujuan agar setiap kegiatan dapat
dipantau dari ruang apoteker.
Di dalam ruang apoteker ditempatkan meja dan kursi kantor, rak-rak,
perangkat komputer, buku-buku referensi dan alat tulis kantor, telepon juga lemari
besi tempat penyimpanan uang. Lemari besi tersebut sebaiknya ditanam, alasnya
di semen/dibeton, supaya tidak bisa dibawa lari. Ruang apoteker mempunyai
akses pintu keluar untuk jalan masuk bagi pasien yang ingin mendapatkan
pelayanan informasi obat dan konseling. Alasan ruang apoteker ditempatkan
dibelakang etalase bertujuan agar setiap kegiatan dapat dipantau dari ruang
apoteker.
2.6.6. Counter Kasir
Apabila ruangan yang dimiliki sempit, maka cukup dijaga oleh satu orang
saja, dimana orang ini melayani penjualan obat bebas, sebagai kasir dan penerima
resep. Adapun mengenai lemari yang melekat pada dinding di belakang tempat
penerimaan resep, penyerahan obat, atau penjualan obat bebas, dapat disesuaikan
dengan keadaan besar kecilnya ruang tersebut. Lemarinya dapat terbuat dari kayu
atau aluminium dengan pintu dorong yang dapat dikunci.
2.6.7. Ruang Tempat Penyimpanan obat-obatan (Gudang)
Gudang sebagai tempat penyimpanan adalah serangkaian kegiatan yang
meliputi penerimaan, pengawasan, termasuk pengawasan mutu obat,
pengendalian, persediaan, pemusnahan dan pengeluaran obat. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan adalah:
a. Kebebasan, efisiensi gerakan manusia atau barang termasuk aturan FIFO
(FirstIn and First Out).
b. Sistematika penyusunan barang dan kapasitas gudang.
c. Kebutuhn area/ volume ruangan.
d. Penyimpanan khusus.
e. Sirkulasi udara/cahaya
f. Pemeliharaan dan keamanan.
Efisiensi gudang meliputi:
a. Penggunaan yang optimum daru ruang yang ada
b. Mengurangi adanya arus manusia atau barang yang tidak berguna
c. meningkatkan kenyamanan karyawan yang bekerja di g udang
d. Mengurangi kegiatan dan biaya pemeliharaan yang tidak perlu.
Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menata perbekalan
farmasi di gudang, antara lain: penataan barang di gudang berdarkan jenis sediaan
dan sistem alfabetis. Sirkulasi barang berdasarkan sistem FIFO. Pertimbangan lay
out untuk gudang tipe U karena untuk penggunaan ruang yang efektif, dimana
semua sisi ruangan dapat dimanfaatkan.
Penyimpanan barang di gudang dilakukan oleh petugas gudang.
Penyusunan barang disusun berdasarkan. Jenis persediaan yaitu padat, cair,
generik, obat suntik, alkes, obat luar (seperti krim, salep, dan obat tetes mata)
bahan baku disusun alphabetis dengan sistem first In First Out atau First Expired
First Out.
Cara penyusunan obat-obatan di gudang terdapat dua sistem yaitu:
1. FIFO (first In First Out)
Sistem ini menerapkan bahwa obat-obat yang lebih dahulu masuk ke gudang,
selanjutnya harus dikeluarkan lebih dahulu untuk pemakaian dalam peracikan.
Jadi, pada penempatan di gudang, obat yang lebih dahulu masuk diletakkan di
depan,.sedangkan obat yang belakangan masuk diletakkan di belakangnya.
Demikian seterusnya.
2. FEFO ( Firrst Expired First Out)
Sistem ini menerapkan bahwa obat-obat yang lebih dahulu kadaluarsa, harus
dikeluarkan terlebih dahulu untuk pemakaian dalam peracikan. Jadi, pad
apenempatan di gudang, obat yang lebih dahulu kadaluarsa di letakkan di
depan, selanjutnya diurut berdasarkan tanggal kadaluarsanya.
Selain itu, ada yang perlu diperhatikan yaitu pencatatan tanggal
kadaluarsa setiap jenis obat, terutama obat golongan antibiotika, sebaiknya dicatat
dalam buku tersendiri. Untuk persediaan yang sudah menipis jumlahnya atau
sudah habis, perlu dicatat dalam buku defecta, yang nantinya diberitahukan
kepada bagian yang mengurusi pembelian. Efisiensi gudang dimaksudkan untuk
hal-hal sebagai berikut:
a. Penggunaan yang optimum dari ruang yang ada
b. Mengurangi adanya arus manusia atau barang yang tidak berguna
c. Meningkatkan kenyamanan karyawan yang bekerja di gudang
d. Mengurangi kegiatan dan biaya pemeliharaan yang tidak perlu
2.6.8. Ruang Praktek Dokter (Jika ada)
Apotek paling ideal adalah apotek yang memiliki ruang di samping kanan
atau kiri ruang tunggu cukup lebar. Ruang tersebut dapat digunakan sebagai ruang
prakter dokter. Sampai sekarang ruang praktek dokter masih diperbolehkan berada
disatu atap dengan apotek, asalkan berbeda pintu masuknya. Namunh, harus
diperhatikan alur masuk manusia dari ruang praktek dokter dan apotek. Adanya
praktek dokter di suatu apotek membantu melancarkan jalannya apotek.
2.6.9. Toilet
Boleh dikatakan hampir semua bangunan menempatkan toilet dibagian
belakang, sehingga bila ada pasien atau anak pasien memerlukan toilet, tidak
menganggu, dan tidak melewati ruang peracikan.
Toilet merupakan salah satu syarat pendirian apotek yang ditujukan untuk
pelayanan kepada pasien yang datang. Karena itulah, bila ingin membangun
sebuah apotek yang ideal, tempatkan sebuat toilet, disamping gedung, dan tidak
jauh dari ruang tunggu.
2.6.10. Musholla dan Dapur
Musholla dan dapur tidak mutlak harus ada tetapi disediakan untuk
fasilitas dan kenyamanan para pegawai. Dapur harus terdapat kompor untuk
sediaan yang memerlukan pemanasan.
2.7. Furniture
Salah satu tugas utama Apoteker Pengelola Apotek dan PSA adalah
merancang area kerja. Tugas merancang area kerja ini merupakan prioritas yang
utama dalam keterlibatan ergonomi secara ekstensif. Tujuan utama dari hasil
rancangan kerja adalah untuk dapat membantu para pekerja apotek supaya dapat
mengoperasikan apotek dengan segala peralatan dan penunjangnya, dan juga
bekerja dengan orang lain dengan memperkecil resiko yang timbul selama
bekerja. Ada beberapa prinsip umum dalam merancang suatu area kerja, yaitu :
1. Pertimbangan keperluan fungsional
Hasil rancang harus dapat mempermudah operator melakukan tugasnya.
2. Pertimbangan penglihatan
Tugas utama perancang adalah membuat agar pekerja dapat melihat
dengan jelas, yaitu merancang arah yang benar sehingga dapat
memperkecil usaha penglihatan. Kemiringan kepala pada saat duduk
seharusnya 17-29º dan pada berdiri 8-22º.
3. Pertimbangan jangkauan dan penyalahgunaan perlengkapan
Area kerja yang maksimum adalah menempatkan komponen kerja dalam
area kerja. Posisi yang tepat dalam area kerja adalah horizontal. Siku
tangan tidak harus tetap pada satu titik tapi dapat bergerak.
2.7.1. Penyesuaian rancangan
Kesuaian rancangan adalah yang utama, di mana ada beberapa faktor yang
mempengaruhi parameter dari rancangan. Pendekatan penyesuaian berikut harus
diselidiki dalam rancangan suatu area kerja:
a. Penyesuaian tempat kerja.
Bentuk tempat kerja disesuaikan dengan gambar denah yang dibuat.
Hal ini mencegah adanya kursi yang melewati batas hingga sampai ke tangga,
misalnya ketinggian permukaan kerja dapat disesuaikan dengan ukuran
masing-masing orang. Juga disesuikan dengan peralatan dan perlengkapan
kerja.
b. Penyesuaian posisi pekerja dengan tempat kerja.
Perubahan ketinggian kursi secara vertical untuk posisi operator. Kursi
yang dapat dikunci secara horizontal. Podium disediakan untuk tempat berdiri
operator. Temapt kaki dapat mengurangi masalah kaki. Bagaimanapun,
tempat kaki harus disesuaikan dengan tempat duduk. Letak lengan yang tepat
akan membantu lengan dalam bekerja tidak cepat lelah.
c. Penyesuaian perlengkapan kerja.
Para karyawan akan merasa aman bila peralatan tertentu dan
perlengkapan apotek disendirikan sesuai dengan kegiatan peracikan dan
penyiapan obat untuk pasiennya. Biasanya dibutkan papan tersendiri supaya
mudah dilihat dan diambil. Meja perangkat (Dump Waiters), alat pengangkut
(trolley obat) membantu untuk menyalurkan obat ke ruangan-ruangan di
rumah sakit. Peralatan manual atau dengan bantuan tangan diletakkan
tersendiri.
2.7.2. Data Eksisting
Selama ini, apotek-apotek yang ada di Indonesia, khususnya di Surabaya,
rata-rata menggunakan furnishing yang tidak dirancang sesuai dengan kebutuhan
apotek, sehingga kurang mendukung dinamika kerja di apotek, seperti:
a. Tinggi rak, penempatan obat dan rak yang berjarak jauh dari jangkauan
tangan, kurang mendukung pelaksanaan kerja penyiapan obat. Dapat dilihat
pada data berikut ini sebagai sebuah contoh:
Tabel 1. Ciri – ciri subjek
No. Data Antropometri Rerata Rentangan
1 Tinggi Badan (cm) 160,75 cm 153 - 171
2 Posisi berdiri (cm):
Jangkauan tangan ke depan
Jangkauan tangan ke atas
Tinggi siku
Tinggi bahu
Tinggi mata
189,6
101,35
132,4
149,15
167-223
92-109,6
124-145
140-164,5
3 Posisi duduk (cm):
Jangkauan tangan ke depan
Jangkauan tangan ke atas
Tinngi bahu
Tinggi siku
Tinggi mata
127,8
55,3
25,8
70,24
117,2-140,1
51-60,2
18-29
65,5-76,3
Kedalaman rak rata-rata antara 40-50 cm dan tinggi rak obat di beberapa
apotek adalah di antara 157,5-255,5 cm
(a) (b)
Gambar 2.28 Penggunaan rak yang tidak mempertimbangkan faktor ergonomi
(a) dan posisi mendongak pekerja pada saat mencari dan
mengambil obat (b)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rak obat yang dipakai saat ini
sebagian besar tingginya melebihi rerata jangkauan tangan pekerja (189,6 cm).
Penggunaan rak tinggi tersebut selain karena alasan banyak item obat yang harus
disediakan oleh apotek, juga karena kedalaman rak dan jarak antar rak tidak
diperhatikan maka lahan atau space yang ada tidak dapat difungsikan secara
optimal, akibat tingginya rak-rak tersebut petugas bekerja dengan sikap paksa
seperti jinjit dan mendongak atau bahkan harus menggunakan bantuan tangga
atau kursi.
Gambar 2.29 Contoh rak etalase minimalis yang baik
b. Ada lahan atau space yang tidak dimanfaatkan secara optimal karena rak tak
mampu mengikuti kebutuhan sehingga loading kurang optimal, misalnya
ketinggian maksimal packaging obat adalah 20 cm dan minimal 10 cm
sementara jarak antar rak semua sama ± 40 cm dengan kedalaman bisa
sampai 50 cm.
c. Obat diletakkan menumpuk-numpuk, tidak tersusun dan tersimpan dengan
baik, akibatnya kemungkinan besar tidak terjadi perputaran obat masuk dan
keluar (first in-first out artinya obat yang diletakkan di depan yang harus
diambil terlebih dahulu dan seterusnya sehingga obat yang paling belakang
pun tidak akan lama tersimpan di dalam rak, dan untuk penambahan stok obat
dilakukan dengan meletakkan obat pada barisan paling belakang) di samping
itu kegiatan mengambil dan mengisi persediaan pun menjadi sulit dan
membutuhkan waktu.
d. Furniture yang digunakan pada umumnya sudah fix. Bila digunakan
furmiture yang tidak fix, biasanya sulit untuk dipindahkan karena berat dan
besar. Furniture semacam ini tidak dapat memenuhi kebutuhan akan adanya
perubahan (micro-macro) karena furniture tidak dapat di rearrange-reused
dengan mudah, mekanis yang digunakan permanen (menggunakan las-mur
baut atau paku, sekrup-dowell).
e. Wadah pengemas atau pembungkus yang diletakkan di atas meja peracikan
pada umumnya tidak ada pengolahan estetika karena lebih menekankan pada
harga dan fungsi wadah tersebut saja. Memang rata-rata memakai wadah
yang sering di jual di pasaran meskipun wadah-wadah tersebut sebenarnya
tidak khusus untuk digunakan di apotek.
Begitu juga dengan meja sebagai area kerja (worksurface) di ruang peracikan,
umumnya hanya menekankan pada faktor fungsi saja, untuk estetikanya
kurang diolah dan diperhatikan. Meja peracikan yang digunakan pada
umumnya sudah memenuhi persyaratan, yaitu kekuatan dan area kerja cukup
luas.
Tabel 2. Perbandingan eksisting furniture apotek
Spacesavers StorageMovable Modular
Casework by Herman Miller
Conventional Storage
Komponen
Housing/facepanel. Carriage, rail, shelving,
control (manual and power)
Panel (penuh, dengan kaca atau hanya frame),
overlead storage, worksurface, drug bin
Shelf (adjustable ataupun fixed), drawer
Kemudahan konfigurasi antar
komponennya (micro)
Antar komponen tidak dapat dikonfigurasikan
Mudah, karena terdiri dari bagian-bagian yang saling
lepas
Yang mudah untuk dirubah posisi adalah pada adjustable shelf
Movability dan kemudahan konfigurasi
(macro)
Re-konfigurasi cukup sulit karena cukup besar dan juga karena pemakaian
rail
Re-konfigurasi mudah karena terdiri dari bagian-
bagian yang bisa saling lepas
Re-konfigurasi sulit karena berat dan cukup
besar
Kemudahan Jangkauan
Memenuhi persyaratan ergonomic
Memenuhi persyaratan ergonomi
Sebagian besar tingginya melebihi rerata
jangkauan tangan pekerja (189,6 cm)
Pemakaian ruang
Menghemat ruang karena jalan di antara lemari (aisle) dapat lebih dimanfaatkan menjadi area pekerja yang lebih produktif, spacesavers juga dapat memberikan kapasitas menjadi dua kali lipat.
- Conventional
- Double
- Half
Menghemat ruang, karena loading optimal.
Tidak hemat ruang.
Estetika
Dari segi bentuk terkesan kaku tetapi diimbangi
dengan berbagai variasi pilihan warna.
Cukup, memiliki banyak variasi warna dan bahan.
Umumnya tidak ada pengolahan bentuk
(cenderung berbentuk kotak dengan warna coklat) karena lebih
menekankan pada harga dan fungsi produk saja.
MaterialWelded steetl dengan
finishing powder coated.Alumunium frame dan
fabric.Umumnya kayu dengan
tambahan kaca.
Struktur Panel Panel Panel
JoiningInternal, bracket, screw, baut, conector, adjuster,
constrap.
Sekrup, paku, atau dengan dowell (untuk fix
shelf dan side-back panels).
Loading Cukup optimal
Optimal, karena benar-benar memanfaatkan
space (misalnya jarak rak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan sehingga area
yang tadinya kosong dapat dimanfaatkan dengan maksimal)
Kurang optimal, karena umumnya tidak
adjustable maka banyak area kosong (misalnya jarak antar rak sangat besar padah obat yang
diletakkan pada rak ukurannya kecil)
Berdasarkan perbandingan data eksisting dapat disimpulkan bahwa
diperlukan furniture yang dapat meningkatkan kenyamanan dalam bekerja dan
pelayanan seperti kelebihan yang dimiliki produk Herman Miller, yaitu:
a. Fleksibel, komponen yang ada saling lepas dengan joining yang tidak
permanen (seperti las-sekrup atau paku-dowell) dan sederhana sehingga
mudah dalam rekonfigurasi.
b. Efisien, jarak antar rak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan sehingga area
yang tadinya kosong dapat dimanfaatkan secara maksimal.
c. Ergonomis,
- Rak obat memiliki ketinggian tertentu. Sehingga obat pada rak paling atas
mudah dijangkau dan terlihat (sesuai pandangan mata)
- Memperhatikan factor ergonomis antara kursi dan meja kerja terhadap
pekerja.
2.7.3. Furniture
Berdasarkan hasil studi aktivitas dan kebutuhan di atas, maka terurai
fasilitas apa saja yang diperlukan dalam perancangan furniture apotek ini. Fasilitas
tersebut dapat dilihat dalam tabel fungsi furniture berikut ini:
Tabel 3. Fasilitas dan Fungsinya
Fasilitas Fungsi Dimensi
Meja (work
surface)
Area kerja peracikan obat
(letaknya di ruang peracikan).
Dimensi menggunakan ukuran
bekerja, berdiri, disarankan
untuk bekerja dengan duduk dan
sebaiknya menggunakan kursi
yang dapat diadjusted.
Tinggi = 850-900 mm
Lebih baik adjustable
Lebar = 500 mm
Panjang = menyesuaikan
Rak Obat (drug
bin)
Tempat menyimpan obat-obatan
dan alat kesehatan
Tinggi = 183 mm
Lebar = 350 mm
Panjang = menyesuaikan.
Rak buku
(storage)
Tempat menyimpan buku
pegangan, buku copy resep,
kwitansi
Tinggi = 183 mm
Lebar = 350 mm
Panjang = menyesuaikan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Desain apotek merupakan suatu faktor yang penting namun sering
terlupakan. Dengan adanya pengaturan desain, apotek menjadi lebih menarik
dilihat, lebih mempermudah pekerja, dan tentunya akan lebih banyak menarik
pelanggan.
Desain itu sendiri mencakup eksterior, interior, dan bangunan itu sendiri.
Tidak terlepas juga seluruh benda, peralatan, produk, dan fasilitas di dalamnya
harus diperhatikan. Dengan demikian, dapat dihasilkan apotek yang memenuhi
syarat, menarik, dan memberikan pelayanan yang maksimal, baik bagi pembeli
maupun pekerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
PERMENKES RI No. 35 thn 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
Portner, T.S. Pharmacy Layout, Design, and OTC Merchandising. 1996. Effective
Pharmacy Management Eight edition. Virginia: N.A.R.D., 172-174.
Seto, S., Nita, Y., Triana, L. 2004. Manajemen Farmasi. Surabaya: Airlangga
University Press, 20, 24-26.
Surat keputusan MENKES RI No. 278/Menkes/SK/V/1981 tentang Persyaratan
Apotek.
Lampiran 1. Contoh Layout Apotek Yang Mewah