makalah manajemen metode tim
DESCRIPTION
makalah manajemen keperawatan asuhan keperawatan dengan metode tim dalam pengaplikasiannyaTRANSCRIPT
MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
“ Manajemen Keperawatan dengan Metode Tim pada
Ruang Maternitas “
Disusun Oleh Kelompok:
1. Angesti Cahyani
2. Fahrunnisa
3. Genes pangestu
4. Nia Nur Oktaviani
5. Sulistyasih
Pembimbing : Dra. Pudjiati SKp., MKep.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III
Jurusan Keperawatan – Prodi Keperawatan Kimia 17
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hikmah dan hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini
yang berjudul “Manajemen Keperawatan dengan Metode Tim pada Ruang
Maternitas” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun, berkat bantuan semua pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan member ppengarahan serta dukungan semangat kepada penulis,
terutama kepada :
1. Kanti Winarsih S.Kp., M. Sc selaku penanggung jawab mata kuliah
Manajemen Keperawatan studi Keperawatan Kimia 17
2. Dra. Pudjiati SKp., MKep juga selaku pembimbing materi Manajemen
Keperawatan program studi Keperawatan Kimia 17,
3. Orang tua yang setia mendukung untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.
Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya untuk proses pembelajaran.
Jakarta, 09 Oktober 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian manajemen keperawatan mengacu pada pengertian
manajemen secara umum. Manajemen adalah proses untuk melaksanakan
pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1989). Manajemen keperawatan adalah
proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada
pasien, keluarga, masyarakat (Gillies,1999 ).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah agar pembaca
memahami tentang manajemen keperawatan
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Menjelaskan konsep manajemen asuhan keperawatan metode tim
2. Menjelaskan metode pemberian asuhan keperawatan metode tim
3. Menjelaskan model asuhan keperawatan dengan metode tim
1.3 Sistematika
BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan
makalah, sistematika penulisan makalah, ruang lingkup
penulisan makalah dan metode penulisan makalah
BAB II : Tinjauan Teori berisi tentang pengertian manajemen
keperawatan, fungsi-fungsi Manajemen Lingkup Manajemen
Keperawatan , Manajemen Asuhan Keperawatan , Metode
Pemberian Asuhan Keperawatan , dan Komponen Pemberian
Asuhan Keperawatan
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan
BAB IV : Penutup
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pembahasan makalah ini adalah dibatasi dengan
konsep dasar manajemen asuhan keperawatan, dan metode dan model yang
digunakan dalam manajemen keperawatan.
1.5 Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi
kepustakaan dan sumber dari website internet
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen Keperawatan
Pengertian manajemen keperawatan mengacu pada pengertian
manajemen secara umum. Manajemen adalah proses untuk melaksanakan
pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1989). Manajemen keperawatan adalah
proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada
pasien, keluarga, masyarakat (Gillies,1999 ).
2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen
Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu
dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas yang telah
ditentukan pada tingkat administrasi.
a. Perencanaan
Adalah suatu proses menetapkan sasaran dan memilih cara untuk
sasaran tersebut.
b. Pengorganisasian
Adalah seluruh proses pengelompokan tugas-tugas, fungsi, wewenang
dan tanggung jawab, penetapan orang dan alat-alat.
c. Pengarahan
Adalah pengeluaran, penugasan, pesanan dan instruksi.
d. Penggerak (actuating),
Menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana
bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran
sendiri, termotivasi secara interval
e. Pengawasan dan Pengendalian
Suatu proses kegiatan seorang pemimpin untuk menjamin agar
pelaksanaan kegiatan organisasi sesuai dengan rencana, kebijaksanaan
dan ketentuan yang telah ditetapkan (Wijono, 1997).
f. Penilaian (evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan
yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu
setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan
ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.
2.3 Lingkup Manajemen Keperawatan
Menurut Korn ( 1987 ), yang termasuk lingkup manajemen
keperawatan adalah manajemen operasional dan manajemen asuhan
keperawatan.
1. Manajemen Operasional
Pada manajemen operasional, pelayanan keperawatan di rumah sakit
dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial yaitu
manajemen puncak, manajemen menengah, dan manajemen bawah.
Faktor-faktor yang perlu dimiliki oleh manajer agar dapat berhasil dalam
penatalaksanaan kegiatannya:
1. Kemampuan menerapkan pengetahuan
2. Keterampilan kepemimpinan
3. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
2. Manajemen Asuhan Keperawatan
Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan
adalah terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.
Keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditunjang oleh sumber daya tenaga
keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga keperawatan yang
bertanggung jawab dalam menyediakan perawat pasien yang berkualitas
adalah perawat pelaksana.Sebagai kunci keterampilan dalam keperawatan
pasien adalah komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan dan
pendelegasian. ( Loveridge & Cumming, 1996 ).
2.4 Manajemen Asuhan Keperawatan
Profesi keperawatan telah didefinisikan dalam banyak cara oleh
banyak orang. definisi ini meliputi konsep-konsep seperti promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, dan perawatan penyakit dalam semua tahap
kehidupan, dari konsepsi sampai kematian. Banyak sistem organisasi
pelayanan kesehatan tidak mempromosikan perawatan pasien yang
berorientasi pada kesejahteraan atau mode progresif pemberian perawatan.
Sejak dulu keperawatan belum jelas dalam memberikan asuhan pada klien
seperti apa peran perawat dalam pengaturannya.
Bukti dicatat dalam laporan konsultasi dan studi penelitian menunjukkan
bahwa ada sedikit inovasi dalam seleksi, penjadwalan, penugasan, delegasi,
dan akuntabilitas organisasi perawatan kesehatan, terutama dalam
keperawatan. sulit untuk berbicara tentang jaminan mutu, pengembangan
staf, penilaian kinerja, dan perencanaan karir ketika hal ini terjadi. di samping
itu, administrator rumah sakit mendesak direktur keperawatan untuk merevisi
organisasi mereka. Sebagai akibatnya, terjadi kesenjangan dan rentang
kontrol yang meningkat, sehingga perawatan hampir mustahil bersamaan
menjadi tim kerja, menyediakan dalam layanan pendidikan, dan mendorong
pertumbuhan di kalangan staf.
tiga metode utama saat ini digunakan untuk memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit.
1. Keperawatan fungsional dalam perawatan, metode keperawatan yang
dibagi menjadi tugas yang terpisah-pisah. ini dilakukan dengan
memvariasikan tingkat tenaga keperawatan, tergantung pada kemampuan
dari setiap tugas dalam hal penilaian dan pengetahuan teknis, dan
penyusunan anggota staf individu. setiap anggota staf bertanggung jawab
untuk tugas-tugas yang hanya dilakukan selama tugas yang diberikan.
2. Keperawatan tim. Metode ini menggunakan tim heterogen personil
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
sekelompok pasien. Pemimpin tim adalah seorang perawat terdaftar atau,
di beberapa rumah sakit, seorang Perawat Praktis Berlisensi. Pemimpin
tim diberi tanggung jawab untuk perencanaan kesinambungan, dan
evaluasi dari asuhan keperawatan dari semua pasien dirawat oleh tim,
untuk mengawasi anggota tim dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,
dan untuk mengevaluasi hasil.
3. Primary Nurse (di rumah sakit). dalam metode ini memberikan asuhan
keperawatan, perawat profesional terdaftar diberi tanggung jawab secara
keseluruhan dan kewenangan untuk menilai jumlah pasien di dalam
fasilitas pelayanan kesehatan. Perawat primer bertanggung jawab untuk
mengurus 24 jam pasien sehari, dari saat pasien dirawat di unit
keperawatan sampai pasien pulang. Seorang perawat profesional
asosiasi melaksanakan intervensi keperawatan ketika perawat primer
tidak hanya bertugas.
keperawatan primer mungkin tidak layak di setiap agen atau dalam setiap
situasi, terutama ketika tidak cukup perawat terdaftar yang tersedia. saat
keperawatan primer tidak dapat digunakan dalam beberapa situasi,
keperawatan tim dapat berfungsi efektif. Bagian dari efektivitas kedua tim dan
rencana keperawatan primer tergantung pada filosofi badan dan individu yang
terlibat.
2.5 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Dalam rangka mendayagunakan tenaga keperawatan yang tersedia di rumah
sakit, ada beberapa metode yang dapat di implementasikan dengan metode
penugasan dalam bentuk metode pemberian asuhan keperawatan. Ada lima
metode pemberian asuhan keperawatan yang dikenal, antara lain metode
fungsional, tim, keperawatan primer, modular, dan menejemen kasus
keperawatan.
2.5.1 Metode Fungsional
Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia
industri ketika setiap pekerja dipusatkan pada saatu tugas atau
aktifitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat
mempperoleh suatu tugas (kemungkinan bisa lebih) untuk semua
pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Disatu
unit/ruangan, seorang perawat diberikan tugas mennyuntik maka
perawat tersebut bertanggung jawab untuk memberikan program
pengobatan melalui suntikan kepada semua pasien di unit/ruangan
tersebut. Contoh penugasan yang lain adalah membagi obat per oral,
mengganti balut, pendidikan kesehatan pada pasien yang akan pulang,
dan sebagainya.
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini
tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat.
Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bias
dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang dibeikan
kepada pasien terpisah-pisah sesuai tugas yang dibebankan kepada
perawat. Disamping itu asuhan keperawatan yang diberikan tidak
professional yang berdasarkan pada masalah pasien. Perawat senior
cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan
manajerial. Sementara asuhan keperawatan kepada pasien
dipercayakan kepada perawat junior.
Sekalipun metode fungsional dalam pemberian asuhan
keperawatan ini membosankan perawat karena hanya berorientasi
pada tugas, tetapi metode ini baik dan berguna untuk situasi di rumah
sakit dengan ketenagaan perawat yang kurang. Metode ini juga dapat
memberikan kepuasan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan
secara rutin.
1. Keuntungan dan Kerugian metode fungsional
Penerapan metode fungsional dalam pemberiaan asuhan
keperawatan kepada pasien memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan dan metode fungsional yaitu:
a. Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu
tugas yang biasa menjadi tanggung jawabnya
b. Pekerjaan menjadi lebih efisien
c. Relative sedikit dibutuhkan tenaga perawat
d. Mudah dalam mengoordinasi pekerjaan
e. Terjadi proses distribusi dan pemantauan tugas atau
pekerjaan
f. Perawat lebih mudah menyesuaikan dengan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya sehingga menjadi lebih
cepat selesai.
Selain itu, perawat dalam membeikan asuhan
keperawatan tidak melihat pasien secara holistic dan
tidak berfokus pada masalah pasien sehingga tidak
professional, tidak membeikan kepuasaan baik pada
pasien maupun pada perawat, dan kadang bisa terjadi
saling melempar tanggung jawab bila terjadi kesalahan.
2. Peran Perawat Kepala Ruang
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran perawat
kepala ruangan (ners unit manager) harus lebih peka terhadap
anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanaan keperawatan,
bertanggung jawab terhadap hasil dan pelayanan keperawatan
yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan
perawat serta menghindari semua kemungkinan terjadinya
saling melmpar kesalahan. Sekalipun di akui metode fungsional
ini cocok untuk jangka waktu pendek dalam kondisi gawat atau
terjadi suatu bencana, tetapi metode ini kurang di sukai untuk
pelayanan biasa dan jangka panjang karena asuhan
keperawatan yang diberikan tidak komperehensif dan melakuan
pasien kurang manusiawi (Gillies, 1994)
2.5.2 Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984).
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah
mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan
kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas
keyakinan bahwa setiap pasen berhak memperoleh peleyanan terbaik.
Dalam keperawatan, metode tim diterapkan dengan menggunakan
sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat professional,
nonprofessional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pembantu pasien.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah
untuk memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, tugas,
memungkinkan adanya transfer of knowledge dan transfer of
experiences di antara perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dan meninggkatkan pengetahuan serta
memberikan keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Dalam asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus
memiliki kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam
memecahkan massalah. Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola
asuhan keperawatan yang di anggap sesuai dengan kondisi pasien
dan minat pemberi asuhan. Oleh jarena itu, pembuatan keputusan,
otoritas, dan tanggung jawab ada pada tinggkat pelaksana. Hal ini
akan mendukung pencapaan pengetahuan dan keterampilan
professional.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua
kegiatan tim
2. Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan
3. Melakukan peran sebagai model peran
4. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
5. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
6. Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai
kebutuhan pasien
7. Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan
pasien maupun kerja dari anggota tim
8. Menjadi guru pengajar
9. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif
Bila kemampuan tersebut dapat di miliki oleh ketua tim,
akan berdampak secara positif dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Dibandingkan dalam metode fungsional, metode tim lebih
banyak memberikan tanggung jawab,otoritas,dan
tanggung gugat kepada anggota tim.
1. Keuntungan dan Kerugian
Metode Tim
Beberapa keuntungan dari metode tim dalam pemberian asuhan
keperawatan adalah :
a. Dapat memberi kepuasan kepada pasien dan perawat.
Pasien merasa di perlakukan lebih manusiawi karna
pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih mengenal
dan memahami kebutuhannya.
b. Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena
perawatannya menangani pasien dalam jumlah yang
sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien
secara konfrehensif dan melihat pasien secara holistic.
c. Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif
melalui kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi
dengan klien. Hal ini akan mempermudah dalam
mengenali kemampuan ak-nggota tim yang dapat di
manfaatkan secara optimal.
Beberapa kerugian dari metode tim dalam pemberian asuhan
keperawatan adalah :
a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang
bukan menjadi tanggung jawabnya.
b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat
mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota
tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.
c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman
selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim
yang mampu atau ketua tim.
d. Akontabilitas dalam tim kabur.
2. Peran Perawat Kepala Ruang
Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim
diarahkan pada keterampilan dan minat yang dimilikinya.
Disamping itu perawat kepala ruangan harus mampu
mengoptimalkan fungsi tim melalui orientasi anggota tim dan
pendidikan berkelanjutan, mengkaji kemampuan anggota tim dan
membagi tugas sesuai dengan keterampilan anggotanya. Hal
yang tidak kalah pentingnya adalah perawat kepala ruangan
harus mampu sebagai model peran.
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat
diterapkan bila ada tenaga profesional yang mampu dan mau
memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama dan memimbing
tenaga keperawatan yang lebih rendah. Disamping itu perawat
kepala ruang harus membagi tanggung jawab dan tugasnya
kepada orang lain. Satu tim keperawatan dapat terdiri tiga sampi
lima perawat untuk bertanggung jawab memberikan asuhan
keperawatan kepada 10 sampai 15 pasien.
3. Tanggung Jawab
1. Tanggung jawab anggota tim:
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah
tanggung jawabnya.
b. Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan.
2. Tanggung jawab ketua tim:
a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi.
3. Tanggung jawab kepala ruang:
1) Perencanaan
a. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan
masing- masing.
b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,
transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua
tim, mengatur penugasan/ penjadwalan.
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan
Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri.
i. Membantu membimbing terhadap peserta didik
keperawatan.
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di
rumah sakit.
2) Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara
jelas.
d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi
2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan:
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap
hari dan lain- lain.
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
g. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di
tempat, kepada ketua tim.
i. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi pasien.
j. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3) Pengarahan
a. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada
ketua tim.
b. Memberikan pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik.
c. Memberikan motivasi dalam peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
d. Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting
dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya.
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
a. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien.
b. Melalui supervisi:
Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang ada saat
itu juga.
Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas.
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua tim.
Audit keperawatan.
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Tim
Kepala Ruangan
Ketua Tim Ketua Tim
Staf Staf
Pasien Pasien
2.5.3 Metode Keperawatan Primer
Metode ini di kembangkan pada falsafah yang beriorentasi pada
pasien bukan pada tugas. Disini terjadi suatu desentralisasi dalam
pengambilan keputuan antara perawat primer dan pasien.
Menurut Hegyvary (1982), pemberian asuhan keperawatan dengan
metode keperawatan primer memberikan setiap perawat primer
tanggung jawab menyeluruh (total care) dalam 24 jam/hari secara
terus menurus untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada
sekelompok kecil pasien (4-6 pasien). Hal ini di mulai sejak pasien
masuk hingga pulanh/keluar (Gullies, 1994). Pada saat perawat
primer tidak masuk, tindakan perawatan dapat dilakukan olrh perawat
penggantinya (perawat asisten).
Dalam aplikasi metode keperawatan primer, perawat primer
bertanggung jawab kepada setiap pasen untuk mengkaji kondisi
kesehatan, keadaan kehidupannya, dan kebutuhan keperawatan.
Selain itu, perawat primer memberikan perawatan sesuai rencana
yang dibuatdan mengoordinasi prawatan yang diberikan oleh
anggaota tim kesehatan lainya, misalnya memberikan rujukan atau
konsultasi dengan dokter atau lainnya untuk memberikan asuhan
keperawatan individual, mengevaluasi keberhasilan asuhan
keperawatan yang dicapai, serta menyiapkan pasien pulang
(discharge planning).
1. Keuntungan dan Kerugian Metode Keperawatan Primer
Metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan
keperawatan, memiliki beberapa keuntungan yang dapat
diidentifikasi, antara lain :
a. Asuhan keperawatan lebih konprehensif dengan
memperlakukan pasien secara holistic
b. Pasien akan merasa lebih puas karena terjadi
kesinambungan perawatan
c. Perawat lebih puas karena disampig memiliki otoritas,
perawat juga memiliki tanggung gugat didalam
memberikan asuhan, hubungan terus menerus antara
perawat dan pasien akan memudahkan pasien
menyampaikan permasalahan serta dapat
memperpendek lama hari perawatan bagi pasien.
Asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
keperawatan primer diberikan oleh seorang perawat
professional untuk sekelompok kecil pasien.
2. Peran Perawat Kepala Ruangan
Peran perawat menjadi sangat penting untuk
mengantisipasi kerugian yang dapat muncul dalam
implementasi metode keperawatan tim. Peran perawat kepala
ruang tersebut dapat dilakukan, seperti meakukan identifikasi
perawat di ruangan/unit yang memiliki minat mrnjadi perawat
primer dan memfasilitasi untuk pendidikan, menjabarkan tugas-
tugas dan perawat primer dan perawat asisten/anggota. Selain
itu, perawat berperan sebagai model dan konsultan,
mengembangkan penelitian, melakukan analisis kebutuhan
tenaga (perawat) yang mungkin sebagai bahan pertimbangan
dalam recruitment tenaga baru, menyusun jadwal
dinas,membuat perencanaan pengembangan staf, dan
melakukan kegiatan evaluasi.
2.5.4 Metode Medular
Metode ini adalah suatu variasi dari metode keperawatan
primer. Metode keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan
metode keperawatan ti maupunmetode keperawatan primer (Gillies,
1994). Metode ini sama dengan metode keperawatan tim karena baik
perawat professional maupun non professional bekerja sama dalam
memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang
perawat professional. Disamping ini, dikatakan memiliki kesamaan
dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang
perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk
dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktu follow
up care.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode keperawatan modular, satu tim yang terdiri dari dua hingga tiga
perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien
berkisar 8 sampai 12 orang (Magargal, 1987). Hal ini tentu saja
dengan suatu persyaratan peralatan yang di butuhkan dalam
perawatan cukup memadai.
Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat,
tanggung jawab paling besar tetap ada pada perawat professional.
Perawat professional memiliki kewajiban untuk memimbing dan melatih
non professional. Apabila perawat professional sebagai ketua tim
dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung
jawab dapat digantikan oleh perawat professional lainnya yang
berperan sebagai ketua tim.
Peran perawat kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan
dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan
kecocokan anggota dalam bekerja sama, dan berperan sebagai
fasilitator, pembimbing secara motivator.
2.5.5 Metode Manajemen Kasus Keperawatan
Metode ini merupakan generasi kedua dan metode keperawatan
primer (Zander, 1988). Pengembangan metode ini didasarkan pada
bukti-bukti bahwa manajemen kasus dapat mengurangi pelayanan
yang terpisah-pisahdan duplikasi. Rogers (1991) menyoroti bahwa
dengan pengaplikasian metode manajemen kasus akan berdampak
positif yaitu lama perawatan pasien menjadi lebih pendek.
Metode manajemen kasus keperawatan adalah bentuk
pemberian asuhan keperawatan dan manajemen sumber-sumber
terkait yang memungkinkan adanya manajemen yang straegis dari cozt
dan quality oleh seorang perawat untuk suatu episode penyakit hingga
perawatan lanjut. Menurut American Nurses Asociation(1988),
manajemen kasus (case managemen) adalah suatu system pemberian
pelayanan kesehatan yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian
tujuan pasien yang di harapkan dalam kurun waktu perawatan di
rumah sakit.
Tujuan dari metode manajemen kasus keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien adalah
untukmermuskan dan mencapai hasil yang standar dalam perawatan
untuk setiap pasien, memfasilitasi pasien yang akan pulang baik lebih
awal dan masa perawatan yang ditentukan maupun pada waktu yang
direncanakan, menggunakan sedikit mungkin sumber pelayanan
kesehatan untuk mencapai hasil yang di harapkan, meningkatkan
profesionalisasi perawat dan kepuasan kerja.
Dalam manajemen kasus keperawatan, seorang perawat akan
bertugas sebagai case manager untuk seorang (mungkin lebih) pasien,
sejak masukrumah sakit hingga pasien tersebut selesai dari masa
perawatan dan pengobatan. Sebagai case manager, perawat memiliki
tanggung jawab dan kebebasan untuk perencanaan, pelaksanaan,
koordinasi, dan evaluasi.
2.6 Profil Klien
2.6.1 Sistem Klasifikasi Klien
Metoda pengelompokkan pasien menurut jumlah dan kompleksitas
persyaratan perawatan pasien. Pasien dikelompokkan sesuai tingkat
ketergantungan pasien pada pemberian perawatan, waktu, kemampuan yang
diperlukan untuk memberikan perawatan.
1. Berdasarkan kebutuhan ASKEP
Manajemen asuhan keperawatan pada perawatan anak terdapat
berbagai klasifikasi yang didasarkan pada perawatan intensif, intermediate,
dan perawatan minimal. Klasifikasi itu didasarkan pada kebutuhan dari
masing-masing pasien anak tersebut.
2. Berdasarkan kondisi pasien
• Minimal care
Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri,
ganti pakaian, termasuk minum. Meskipun demikian klien perlu diawasi ketika
melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri-ciri lain pada klien dengan klasifikasi
ini adalah observasi tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan minimal,
status psikologis stabil, dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan
• Moderate care
Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan
diri, makan dan minum. Ambulasi serta perlunya observasi tanda vital setiap 4
jam. Disamping itu klien dalam klasifikasi ini memerlukan pengobatan lebih
dan sekali. Kateter Foley atau asupan haluarannya dicatat. Dan klien dengan
pemasangan infus serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
B. BOR (Bad Occupation Rate)
Adalah rata-rata jumlah tempat tidur terisi dibandingkan dengan kapasitas
tempat tidur (Jmlh TT terisi : jmlh TT X 100 %). BOR adalah salah satu
indikator kualitas manajemen asuhan keperawatan, semakin tinggi BOR
artinya semakin baik kualitas rumah sakit tersebut.
BOR dalam ruang BCH di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dapat
diperhitungkan sebagai berikut:
Jumlah tempat tidur terisi rerata perhari = 17 tempat tidur
Jumlah tempat tidur keseluruhan = 21 tempat tidur
Maka cara perhitungan BORnya adalah 17:21 X 100% = 8 perawat
Maka idealnya dalam satu kali shift, perawat yang harus ada di ruang
perawatan anak minimal 8 orang.
C. LOS (Length Of Stay)
Adalah rata-rata lama hari rawat pasien untuk penyakit tertentu. Dapat
dihitung dari jumlah hari dirawat rata-rata setiap kasus dalam satu bulan
dikalikan standar rawat untuk kasus tersebut. Semakin rendah LOS maka
artinya semakin tinggi kualitas pelayanan manajemen rumah sakit tersebut.
3. Profil sumber daya manusia keperawatan
Kami menggunakan rumus umum.
• Jumlah yang dibutuhkan
Untuk satu unit ruang rawat penyakit dalam dengan jumlah pasien 10 orang
dan memerlukan bantuan perawat maksimal membutuhkan jumlah perawat
sebagai berikut :
Jumlah pasien X jumlah jam perawatan tiap pasien
Jumlah jam kerja efektif perhari
Factor koreksi
Jumlah hr.minggu dl th + cuti + hari besar X jumlah perawat yg diperlukan
Jumlah hari kerja efektif
Proporsi dinas pagi, sore dan malam = 40%, 30%, 30%
Perawat dinas pagi : 9 orang
Perawat dinas sore : 7 orang
Perawat dinas malam : 6 orang
• Kualifikasi perawat yang dibutuhkan
PN : S 1 Keperawatan + sertifikasi kep.KMB
D III Keperawatan dengan masa kerja min 5 thn + sertifikasi kep.KMB
Associate : S 1 Keperawatan + sertifikasi kep.KMB
D III Keperawatan + sertifikasi kep.KMB
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus dan Role Play
Di ruang maternitas, terdapat 4 orang pasien dari setiap ruang perawatan
dengan kasus penyakit postpartum dan masalah reproduksi setelah melahirkan .
perawat dalam melakukan manajemen asuhan menggunakan model manajemn tim
dimana manajemen perawatan tim terdiri dari kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat asociatiom. Dalam menejemen ketua tim keperawatan memberikan
wewenang dalam lingkup masing masing tugasnya, menejemen asuhan dengan
model tim dilakukan dengan kerjasama antar tim yang telah ditentukan dalam
memberikan perawatan
Scenario
Kepala ruangan : Genes pangestu
Ketua Tim A : Sulistyasih
AN : Angesti cahyani
Ketua Tim B : fahrunnisa
AN : nia nur oktaviani
Di ruang keperawatan sedang berlangsung pembicaraan antara
kepala perawat dengan ketua tim membicarakan mengenai
pembagian tugas
Genes selamat pagi semua
Suster sulis
dan suster
fahrun
Pagi pak
Genes Pagi ini kita akan membicarakan mengenai pembagian pasien
dengan kasus postpartum dan masalah reproduksi. Terdapat 3
pasien pada ruang anggrek dan saya akan membagi menjadi 2 tim.
Suster sulis, kamu masuk kedalam tim A dengan merawat 2 pasien
dan suster fahrun masuk kedalam tim B dengan merawat 1 pasien.
Anggota tim kalian, bisa kalian pilih sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
Suster sulis
dan suster
fahrun
Baik pak kalau begitu, saya dari tim A dengan anggota tim suster
angesti, dan tim B dengan anggota tim suster nia
Kemudian ketua tim memanggil anggota timnya masing-masing
untuk membagi kelompok pasien yang akan di tangani
KATIM A Suster angesti kamu tolong tangani 2 pasien yang bernama Ny. T
dan Ny.P. dengan diagnosa postpartum, ini datanya dan kamu dapat
pelajarinya
Suster
angesti
Baik ka, terima kasih
KATIM B Suster nia kamu tolong tangani seorang pasien yang bernama Nn. W
dengan masalah reproduksinya, dan ini datanya
Suster nia baik ka, terima kasih
Di ruang pasien
Suster
angesti
selamat pagi ibu, saya Suster angesti yang akan merawat ibu dari
pukul 07.30 pagi sampai 14.30 siang.
Ny.T Pagi juga sus
Suster
angesti
baiklah,bagaimana tidur ibu semalam? apa ibu tidur dengan
nyenyak?
Ny.T tidak sus,saya terbangun terus karena saya merasa nyeri di bagian
jalan lahir dan bayi saya menangis terus semalaman. Saya bingung
harus bagaimana.
Suster Baik ibu saya mempunyai skala nyeri dari 1-10 . tahap 1-3 itu rasa
angesti nyeri bisa tertahankan, 4-6 ringan, dan 7-10 nyeri berat . jadi dari
tingkat yang saya jelaskan tadi ibu merasakan skala nyeri pada
tingkatan ke berapa?
Ny.T kayaknya 5 sus.
suster
angesti
Baik ibu saya akan membantu mengurangi rasa nyeri dengan
menggunakan teknik relaksasi. jadi relaksasi merupakan suatu
proses yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri ibu dengan cara
menarik nafas panjang dan dalam, kemudian mengeluarkan nafas
melalui mulut . bagaimana ibu apakah sudah mengerti?
Ny.T Sudah sus, saya mengerti
suster
angesti
Mari kita mulai ya ibu. Pertama-tama ibu rileks dengan posisi yang
membuat ibu merasa nyaman, kemudian pejamkan mata ibu. Lalu
hitungan 1-2-3 ibu mulai tarik nafas perlahan, dalam dan keluarkan
melalui mulut. Lalu bayangkan ibu berada ditempat yang sejuk,
dingin, dan nyaman. Ibu rasakan tidak ada beban disekitar ibu, dan
ibu merasa suami ibu memeluk diri ibu dengan erat dan rasakan
udara yang masuk dari ujung kaki secara perlahan menuju keatas
dan semakin ke atas. rasakan oksigen yang masuk ke paru paru
sampai ke paling atas lagi, dan keluarkan pelan-pelan melalui mulut.
bagaimana ibu setelah melakukan relaksasinya, apakah sudah
merasa lebih tenang ?
Ny. T Sudah sus, saya merasa jauh lebih baik dari keadaan sebelumnya
Suster
angesti
Baiklah ibu, jika ibu membutuhkan saya, saya berada diruangan
nurse station. Ibu bisa tekan bell yang berada pada sebelah kanan
ibu.
Kalau begitu saya tinggal dulu ya ibu, selamat pagi ibu
Ny. T Terimakasih suster
Kemudian Perawat angesti menuju ruang pasien yang bernama Ny.
P
Suster
angesti
selamat pagi ibu, saya Suster angesti yang akan merawat ibu dari
pukul 07.30 pagi sampai 14.30 siang.
Ny. P Pagi juga sus
Suster
angesti
Ada yang bisa saya bantu ibu ? karena saya lihat ibu terlihat
merenung
Ny. P Iya sus saya baru saja kehilangan anak saya sus . saya ingin sekali
menggendong anak apalagi suami saya yang sangat berharap
kelahiran anak kami berjalan lancar. Tapi kenyataannya tidak seperti
itu sus. saya merasa, saya belum menjadi istri yang baik dan belum
menjadi wanita seutuhnya karena belum bisa memberikan keturunan
pada suami saya dan belum bisa menjadi ibu
Suster
angesti
Baik ibu, saya memahami apa yang ibu rasakan saat ini tapi hidup ini
harus terus berjalan. Dan ibu tidak dapat berlarut dalam kesedihan
ibu lebih lama. Ibu sedang masa nifas, jadi saya khawatir kalo ibu
berlarut sedih dapat mengganggu kondisi ibu dan dapat terjadi
perdarahan dan itu dapat memperburuk kondisi ibu. Ibu harus bisa
bangkit dalam keterpurukan ibu. Di balik kejadian ini pasti ada
hikmahnya, ibu harus yakin bahwa tuhan punya rencana lain yang
lebih indah untuk ibu dan keluarga di masa depan.
Ny. P Tapi sus ini terasa berat sekali untuk saya terima. Ini adalah anak
pertama saya. Dan saya harus merasakan kehilangan darah daging
saya yang berada dalam perut saya selam 5 bulan mengandung.
Suster
angesti
Baik bu,saya paham.tapi, ibu harus sadar bahwa ini adalah taqdir
tuhan, dan suatu saat nanti tuhan akan menggantinya dengan yang
lebih indah lagi. Sekarang ibu harus tenangkan diri ibu dan bersabar
setelah ibu sembuh dalam masa nifas ibu, ibu dan suami ibu dapat
memulai program untuk punya anak kembali.
Ny. P Ya suster terima kasih atas sarannya. Saya akan mencoba untuk
tenang dan ikhlas serta saya akan mengikuti program punya anak
seperti yang suster sarankan.
Suster
angesti
Baik ibu kalau begitu semoga ibu cepat sembuh dan saya yakin ibu
dapat melewati semua ini. jika ibu membutuhkan saya, saya berada
diruangan nurse station. Ibu bisa tekan bell yang berada pada
sebelah kanan ibu. Baik ibu saya tinggal dahulu, selamat pagi.
Ny. P pagi sus
Setelah suster angesti menyelesaikan tugasnya dan menyelesaikan
tugasnya, kemudian suster angesti menemui ketua tim A
Suster
angesti
Selamat pagi suster sulis
KATIM A Pagi sus ada yang bisa dibantu ?
Suster
angesti
Iya sus saya ingin memberikan laporan pada pasien yang bernama
Ny. T dan Ny.P.
KATIM A Baik kalau begitu sus, nanti saya akan mengecek laporannya
kembali.
Keesokan harinya KATIM A dan KATIM B bertukaran shift dengan
shift tim A
KATIM B Selamat pagi sus, bagaimana hari ini siap melakukan asuhan kepada
Nn.W ?
Suster nia Siap bu, pagi ini saya akan keruangan Nn.W dan saya sudah
mempelajari diagnose pada pasien
KATIM B Baiklah sus, lakukan dengan professional ya sus
Suster nia Baiklah bu
Suster nia menuju ruang Nn. W, diruang pasien
Suster nia selamat pagi ibu, saya Suster nia yang akan merawat ibu dari pukul
07.30 pagi sampai 14.30 siang
Nn.w Pagi sus
Suster nia Bagaimana dengan tidurnya semalam bu ? apakah tidur dengan
nyenyak ?
Nn.w Tidak terlalu nyenyak sus, karena saya merasa tidak nyaman setelah
melahirkan sus pada daerah rahim saya
Suster nia Baiklah ibu, saya mempunyai skala nyeri dari 1-10 . tahap 1-3 itu rasa
nyeri bisa tertahankan, 4-6 ringan, dan 7-10 nyeri berat . jadi dari
tingkat yang saya jelaskan tadi ibu merasakan skala nyeri pada
tingkatan ke berapa?
Nn.w Pada skala 7 sus nyerinya tidak tertahankan sus
Suster nia Baiklah ibu, saya periksa dulu ya bu (melakukan pemeriksaan dan
terdapat banyak darah di bawah seprai). Ibu mengalami pendarahan,
dan saya akan membantu ibu untuk menghentikan pendarahannya
ya ibu dan mengurangi rasa nyeri pada ibu.
Nn.W Baiklah sus
Suster nia Saya akan memberikan ibu obat untuk mengurangi pendarahan dan
rasa nyeri pada ibu dan saya akan membersihkan tempat tidur ibu,
dan untuk sementara waktu ibu menggunakan pembalut ya ibu
Nn.W Baiklah sus
Suster nia (suster nia melakukan tindakan) bagaimana bu, setelah saya
memberikan semua tindakan pada ibu ? apa sekarang ibu sudah
merasa nyaman ?
Nn.W Sudah sus, saya sudah merasa lebih nyaman sus
Suster nia Baiklah ibu, sekarang ibu dapat istirahat. Apabila ada yang ibu
butuhkan, ibu dapat memencet bel disebelah kanan ibu ya saya
berada di nurse stastion , selamat pagi ibu
Nn.W Baiklah suster terima kasih
Suster nia Baik bu sama sama
Kemudian suster nia membuat laporan hasil asuhan yang diberikan
kepada pasien Nn.W dan diserahkan kepada KATIM B
Suster nia Selamat siang bu
KATIM B Siang sus, ada yang bisa saya bantu sus ?
Suster nia Saya mau menyerahkan hasil laporan yang telah saya buat ibu
(menyerahkannya)
KATIM B Baik sus, taruh saja dimeja dan bagaimana dengan pendarahan pada
Nn.W sus ?
Suster nia Tadi saya sudah memberikan obat dan memakaikannya pembalut ibu
untuk mengurangi pendarahannya bu
KATIM B Baik sus, nanti sagya akan cek lebih lanjut
Suster nia Baik bu
Kepala ruangan datang memantau dan menanyakan kepada ketua
tim A dan ketua tim B tentang evaluasi dari hasil yang telah dilakukan
Genes Pagi semua
KATIM A
dan KATIM
B
Pagi pak
Genes Bagaimana sus, dengan asuhan yang telah diberikan, apakah ada
hambatan ?
KATIM A Tidak ada pak, pada Ny.T dan Ny.B semua sudah dapat teratasi.
Genes Bagaimana dengan tim B ?
KATIM B Sudah tidak ada hambatan pak, pendarahan pada Nn.W sudah
berkurang
Genes Baik lah kalau besok ada masalah baru lagi. Laporkan kembali pada
saya.
KATIM A
dan KATIM
B
baik pak
`BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui
orang lain dan Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga,
masyarakat. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan yang dikenal,
antara lain metode fungsional, tim, keperawatan primer, modular, dan
menejemen kasus keperawatan. Metode tim merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaborasi
( Douglas, 1984).
4.2 Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih baik dalam
penulisan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Swansburg, R.C. and Swansburg R.J. 1999. Introductory Management and
Leadership for Nurses. Sudbery. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.
http://aniqsadiq.blogspot.com/p/manajemen-keperawatan.html
http://yayannerz.blogspot.com/2012/02/metode-pemberian-asuhan-
keperawatan.html#ixzz2CQkmptPy