makalah pengauditan
DESCRIPTION
PengauditanTRANSCRIPT
MAKALAH PENGAUDITAN 2
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
KELOMPOK 3
1. Giovanni Destiana (7211413080)
2. Siti Umairah (72114130 )
3. Charina Martha (72114130 )
4. Ikrar Nusa Bangsa (72114130 )
5. Deva Abna Z (72114130 )
JURUASAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
i
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
kemudahan yang diberikan dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengujian
Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi” yang merupakan salah satu tugas
terstruktur Pengauditan 2 pada semester lima.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Atas Transaksi Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan. Dalam menyelesaikan
makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bu Dhini Suryandari, S.E.,M.Si.Akt selaku Dosen mata kuliah Pengauditan 2
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan tugas mengenai “Pengujian
Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi” sehingga pengetahuan kami
dalam penulisan makalah ini makin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi
kami di kemudian hari
2. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu yang tepat.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun demikian telah memberikan manfaat bagi kami. Akhir kata kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun kami terima
dengan senang hati.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Akun dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Penjualan Serta Penagihan 3
2.2. Fungsi Bisnis Dalam Siklus dan Dokumen Serta Catatan Terkait 4
2.3. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substantif Atas Trasnsaksi 7
2.4. Retur dan Pengurangan penjualan 10
2.5. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substantif Atas Trasnsaksi Penerimaan Kas 10
2.6. Pengujian Audit Untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih 14
2.7. Pengendalian Internal Tambahan Atas Saldo Akun
dan Penyajian Serta Pengungkapan 14
2.8. Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substantif Atas Transaksi 15
BAB III PENUTUP 16
3.1. Kesimpulan 16
3.2. Saran 16
Daftar Pustaka17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional,
auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus
diaudit dengan waktu audit yang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab
profesionalnya, auditor berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan
pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan atau kegiatan yang diauditnya.
Seorang auditor yang merupakan pelaku auditing harus memperoleh
pemahaman tentang pengendalian internal yang memadai untuk merencanakan audit
dengan melakasanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan
dengan audit atas laporan keungan dan apakah pengendalian internal tersebut di
operasikan. Dalam auditing, khususnya audit laporan keuangan, konsep pengujian
adalah sangat penting, karena audit tidak akan melihat seluruh bukti.
Kegiatan audit memiliki ketergantungan yang sangat besar pada pengendalian
internal dalam siklus penjualan dan penagihan sehingga mengharuskan auditor untuk
melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi yang
ekstensif. Dalam situasi lainnya yang tidak melibatkan audit perusahaan publik,
auditor mungkin tidak terlalu bergantung pada pengendalian inetrnal tetapi, masih
harus memahami pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas.
Auditor harus mengetahui kapan mereka harus bergantung pada pengendalian internal
kapan tidak. Dalam makalah ini akan membahas penilaian resiko pengendalian dan
perancangan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi bagi
setiap kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja akun serta kelas transaksi yang dapat kita identifikasi dalam siklus
penjualan dan penagihan?
2. Bagaimana fungsi bisnis dan dokumen serta catatan terkait dalm siklus penjualan
dan penagihan?
1
3. Mengapa kita perlu memahami pengendalian internal dan merancang serta
melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
penjualan, dan atas transaksi pada penerimaan kas?
4. Bagaimana menerapkan metodologi pengendalian terhadap transaksi penjualan
untuk mengendalikan retur dan penguruangan penjulan?
5. Bagaimana menerapkan metodologi pengendalian terhadap siklus penjualan dan
penagihan untuk menghapus piutang usaha tak tertagih?
1.3. Tujuan
1. Untuk memahami audit dalam ruang lingkup Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Secara Substantif atas tranasaksi penjualan dan penagihan
2. Dengan adanya makalah ini mahasiswa diharapkan mengetahui fungsi bisnis dan
dokumen serta catatan yang etrkait dalam siklus penjualan dan penagihan
3. Untuk Menambah Informasi dan Ilmu Pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Akun dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Penjualan Serta Penagihan
Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah untuk
mengevaluasi apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum.
Gambar dibawah menunjukan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai
akun dalam siklus penjualan dan penagihan.
Penjualan Kas Di Bank
Penjualan Tunai
Piutang Usaha
Penjualan Kredit Saldo awal Penerimaan Kas
Diskon Tunai
Yang Di ambil
Penjualan Kredit Retur dan Pengurangan
Penjualan
Saldo Akhir Penghapusan Piutang
Tak Tertagih
Retur dan
Pot. Penjualan
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Penghapusan Piutang Saldo Awal
Tak Tertagih
Estimasi Beban
Piutang Tak Tertagih
Saldo Akhir
Beban Piutang
Tak Tertgih
3
Berdasarkan gambar diatas, maka dapat diketahui terdapat lima kelas transaksi
dalam siklus penjualan dan penaguhan antara lain :
a. Penjualan (tunai maupun kredit)
b. Penerimaan Kas
c. Retur dan pengurangan penjualan
d. Penghapusan piutang tak tertagih
e. Estimasi beban piutang tak tertagih
2.2. Fungsi Bisnis Dalam Siklus dan Dokumen Serta Catatan Terkait
Kelas
Transaksi
Akun Fungsi Bisnis Dokumen
Dan Catatan
Penjualan Penjualan
Piutang Usaha
Pemrosesan pesanan
pelanggan
Pemberian kredit
Pengiriman barang
Penagihan pelanggan
dan pencatatan
penjualan
Pesanan pelanggan
Pesanan penjualan
Dokumen pengiriman
Faktur penjualan
File transaksi penjualan
Jurnal penjualan
File induk piutang usaha
Neraca saldo piutang
usaha
Laporan bulanan
Penerimaan
kas
kas di bank
Piutang
usaha
Pemrosesan dan
pencatatan
Penerimaan kas
Remittance advice
Preseliting penerimaan
File transaksi
penerimaan kas
Jurnal penerimaan kas
Retur dan
pengurangan
penjualan
Retur dan
pengurangan
penjualan
Piutang
usaha
Pemrosesan dan
pencatatan retur dan
pengurangan
penjualan
Memo kredit
Jurnal retur dan
pengurangan penjualan
4
Penghapusan
piutang tak
tertagih
Piutang
usaha
Penyisihan
untuk
piutang tak
tertagih
Penghapusan piutang
usaha tak tertagih
Formulir otorisasi
piutang tak tertagih
Jurnal umum
Beban piutang
tak tertagih
Beban
piutang tak
teratagih
Penyisihan
untuk
piutang tak
tertagih
Penyediaan piutang
tak tertagih
Jurnal umum
Siklus penjualan dan penagihan melibatkan keputusan-keputusan dan proses-
proses yang diperlukan untuk memindahkan kepemilikan barang dan jasa kepada
pelanggan setelah barang dan jasa tersebut tersedia untuk dijual.
a. Pemroses pesanan pelanggan
Pesanan pelanggan yaitu permintaan barang dagang yang diajukan oleh
pelanggan
Pesanan penjualan yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi,
kuantitas, dan informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan.
b. Pemberian kredit
Sebelum barang dikirim, orang yang memiliki otorisasi yang sah harus
menyetujui permohonan kredit dari seorang pelanggan.
c. Pengiriman Barang
Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang
menunjukkan deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang
relevan lainnya.
Bill of lading yaitu kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang
antara pembawa dan penjual. Bill of lading dikirimkan secara elektronik ketika
barang telah dikirimkan , dan secara otomatis akan membuat faktur penjualan
yang terkait serta ayat jurnal dalam jurnal penjualan.
5
d. Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan
Aspek paling penting dari penagihan yaitu :
1. Semua pengiriman telah ditagih ( kelengkapan = completeness )
2. Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali ( keterjadian = occurrence )
3. Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat ( keakuratan = accuracy )
Faktur penjualan yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas
barang yang dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan relevan lainnya.
File transaksi penjualan yaitu file yang dihasilkan computer yang mencantumkan
semua transaksi penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu
periode, seperti sehari, seminggu, atau sebulan.
Jurnal penjualan atau listing yaitu laporan yang dibuat dari file transaksi
penjualan yang cantumkan biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal,
jumlah dan klasifikasi bagi setiap transaksi seperti divisi atau lini produk
File induk piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk mencatat
penjualan individual , penerimaan kas , serta retur dan penguragan penjualan bagi
setiap pelanggandan untuk mempertahankan saldo akun pelanggan.
Laporan bulanan yaitu dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara
elektronik kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang
usahanya.
e. Pemroses dan pencatatan penerimaan kas
Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan
biasanya dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas
Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh
seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang
usaha, kas dan yang tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.
f. Pemrosesan pencatatan retur dan pengurangan penjualan
Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah
pelanggan akibat retur barang atau pengurangan harga.
Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk
mencatat retur dan pengurangan penjualan.
g. Penghapusan piutang usaha tak tertagih
Formulir otorisasi piutang tak tertagih yaitu dokumen yang digunakan dalam
lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha
sebagai tak tertagih
6
h. Penyediaan piutang tak tertagih
Prinsip akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mencatat beban piutan tak
tertagih sejumlah nilai tagihan yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
2.3. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Atas Transaksi Penjualan
*Luas pengujian pengendalian ditentukan oleh ketergantungan yang direncanakan
pada pengendalian. Bagi perusahaan publik, pengujian harus mencukupi untuk
menerbitkan opini tentang pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami
pengendalian internal untuk menilai resiko pengendalian. Terdapat empat langkah
yang penting dalam pengendalian ini yaitu :
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian.
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kelemahannya
bagi penjualan.
7
Merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi penjualan agar memenuhi
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
Menentukan luas pengujian
pengendalian*
Menilai resiko pengendalian yang
direncanakan-Penjualan
Memahami Pengendalian Internal-
Penjualan
Prosedur Audit
Ukuran Sampel
Penetapan Waktu
Item-item yang dipilih
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan.
4. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.
Pemisahan tugas yang memadai
Dengan adanya pemisahan tugas, maka hal ini dapat mencegah berbagai jenis
salah saji baik akibat kesalahan maupun penipuan atau kecurangan. Untuk
mencegah kecurangan, manajemen harus menolak akses ke kas bagi siapapun
yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi penjualan dan
penerimaan kas ke dalam computer.
Pengujian Pengendalian Untuk Transaksi penjualan
Pengujian pengendalian yang sesuai untuk pemisahan tugas biasanya terbatas
pada pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi dengan personil. Mencatat
penjualan yang terjadi untuk tujuan ini, auditor harus memperhatikan tiga jenis
salah saji yang mungkin terjadi :
1. Penjualan Dicatat Sementara Pengiriman Tidak Pernah Dilakukan
Auditor dapat memvouching ayat jurnal tertentu dalam jurnal penjualan
kesalinan pengiriman dan dokumen pendukung lainnya yang terkait untuk
memastikan bahwa penjualan tersebut benar-benar terjadi.
2. Penjulan Dicatat Lebih Dari Satu Kali
Penjualan duplikat dapat ditentukan dengan mereview secara numeris daftar
transaksi penjulan yang dicatat untuk melihat apakah ada nomor yang sama
atau duplikat.
3. Pengiriman Dilakukan Kepada Pelanggan Fiktif
Jenis kecurangan ini hanya terjadi jika orang yang mencatat penjualan juga
mengotorisasi pengiriman. Pengendalian internal yang lemah akan sulit
mendeteksi pengiriman fiktif ini.
Melebih sajikan penjualan secara tidak sengaja lebih mudah ditemukan dari
pada yang disebabkan oleh kecurangan. Biasanya lebih saji yang tidak disengaja
terjadi pada piutang usaha, yang dapat dideteksi oleh klien yaitu dengan
mengirimkan laporan bulanan kepada pelanggan. Salah saji yang tidak disengaja
sering kali ditemukan dengan mudah oleh auditor pada akhir tahun melalui
prosedur konfirmasi.
8
Lebih saji yang disebabkan oleh kecurangan pada umumnya lebih sulit
bagi auditor untuk menemukankannya. Pengujian substantif atas transaksi
mungkin diperlukan untuk pengungkapan penjualan yang dilebih sajikan dalam
situasi tersebut. Sebagian besar auditor akan melakukan pengujian substantif atas
transaksi untuk tujuan keterjadian hanya jika mereka yakin bahwa ada defisiensi
pengendalian.
Arah pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dari dokumen
sumber ke jurnal untuk memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber.
Pengujian yang pertama adalah untk transaksi yang dihilangkan (tujuan
kelengkapan) sementara yang kedua adalah untuk transaksi yang tidak ada
(tujuan keterjadian).
Untuk menguji tujuan keterjadian, auditor dapat mengawalinya dengan
memilih sampel nomer faktur dari jurnal dan memvouchingnya kesalinan faktur
penjualan, dokumen pengriman, dan pesanan pelanggan. Dalam menguji tujuan
kelengkapan, biasanya auditor memulai dengan memilih sampel dokumen
pengiriman dan menelusurinya kesalinan faktur penjualan serta jurnal penjualan
sebagai pengujian penghilangan.
Penjualan Dicatat Dengan Akurat
Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus mempertimbangkan hal
hal berikut :
1. Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
2. Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
3. Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi
Auditor melakukan pengujian substantif atas transaksi pada setiap audit
untuk memastikan bahwa masing-masing dari ketiga aspek keakuratan tersebut
telah dilakukan dengan benar dengan menghitung kembali informasi dalam
catatan akuntansi dan membandingkan informasi pada dokumen yang berbeda.
Secara umum, auditor membandingkan harga pada salinan faktur
penjualan dengan daftar harga yang disetujui, menghitung kembali perkalian
serta penjumlahan atau footing, dan membandingkan rincian pada faktur dengan
catatan pengiriman menyangkut deskripsi, kuantitas, serta identifikasi
9
pelanggan. Seringkali auditor juga memeriksa pesanan pelanggan dan pesanan
penjualan untuk informasi yang sama.
2.4. Retur dan Pengurangan Penjualan
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan
klien untuk mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memproses
memo kredit yang telah digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan.
Perbedaan yang pertama adalah materialitas. Dalam banyak hal, retur dan
pengurangan penjualan sanagat tidak material sehingga auditor dapat
mengabaikannya.
Perbedaan yang kedua adalah penekana pada tujuan keterjadian. Untuk retur
dan pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian transaksi
yang tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang
usaha yang ditutup oleh retur atau pengurangan penjualan fiktif (walaupun biasanya
auditor lebih menekankan tujuan keterjadian untuk transaksi retur dan pengurangan
penjualan, tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam
menguji saldo akun untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu
rendah pada akhir tahun).
2.5. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Atas Transaksi Penerimaan Kas
Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian substanstif atas transaksi penerimaan kas seperti yang
digunakan untuk penjualan. Prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi penerimaan kas dikembangkan dengan kerangka
kerja yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan, tetapi tujuan khususnya
diterapkan bagi penerima kas. Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi, suditor mengikuti proses berikut ini :
a. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
b. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan
untuk mendukung pengurangan resiko pengendalian.
c. Merancang pengujian substantif atas transaksi untuk menguji salah saji moneter
bagi setiap tujuan
10
Tabel 14.3 Tujuan audit yang berkenaan dengan transaksi, Pengendalian kunci yang ada, Pengujian pengendalian, Defisiensi, dan Pengujian substantive atas transaksi penerimaan kas – Hillsburg Hardware Co.
Tujuan Audit berkaitan dengan transaksi
Pengendalian kunci yang ada
Pengujian pengendalian
Defisiensi Pengujian substantive atas transaksi
Penerimaan kas yang dicatat dana yang benar-benar diterima perusahaan (keterjadian)
Akuntan secara independen merekonsiliasi akun bank (C1)
Jumlah total penerimaan uang tunai dibandingkan dengan rekapitulasi laporan komputer (C4)
Meneliti apakah akuntan merekonsiliasi rekening bank (3)
Memeriksa jumlah total data sebagai kontrol awal bagi pencatat data (8)
Memeriksa jurnal penerimaan kas dan data transaksi yang tidak biasa dan jumlahnya besar (1)
Menelusuri entri penerimaan tunai dari entri jurnal penerimaan uang tunai hingga ke rekening bank (19)
Menyiapkan bukti penerimaan uang tunai (18)
Kas yang diterima dicatat di jurnal penerimaan kas (kelengkapan)
Daftar sementara penerimaan uang tunai disiapkan (C2)
Cek disahkan secara ketat (C3)Jumlah total penerimaan uang tunai dibandingkan dengan rekapitulasi rekening di komputer (C4)
Rekening koran dikirim kepada pelanggan setiap bulan (C5)
Meneliti daftar sementara penerimaan uang tunai (4)
Meneliti keabsahan yang dibuat oleh bagian pembukuan (5)
Memeriksa jumlah total data sebagai kontrol awal bagi pencatat data (8)
Memeriksa apakah raekening bulanan telah dikirim (6)
Daftar sementara kas tidak digunakan untuk membuktikan penerimaan uang tunai (D1)
Peroleh daftar sementara penerimaan tunai dan menelusuri jumlahnya pada jurnal penerimaan tunai, ke rekening bank (15)
Membandingkan prelisting dengan salinan slip deposit (16)
11
Penerimaan kas disetorkan dan dicatat sejumlah yang diterima (keakuratan)
Akuntan merekonsiliasi Rekening Bank (C1)
Jumlah total penerimaan tunai dibandingkan dengan rekapitulasi rekening komputer (C4)
Rekening yang dikirim kepada pelanggan setiap bulan (C5)
Meneliti apakah akuntan merekonsiliasi rekening bank (3)
Memeriksa jumlah total data sebagai kontrol awal bagi pencatat data (8)
Memeriksa apakah rekening bulanan telah dikirim (6)
Membuat rekening piutang tunai dan menelusuri jumlahnya hingga jurnal penerimaan kas, pemeriksaan nama dan tanggalnya (15)Menyiapkan bukti penerimaan uang tunai (18)
Penerimaan kas dimasukkan dengan benar ke file induk piutang usaha dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran)
Rekening dikirim kepada pelanggan setiap bulan (C5)
Secara otomatis komputer membukukan transaksi pada berkas induk piutang dan buku besar (C8)
Berkas induk piutang disesuaikan dengan buku besar yang dibukukan setiap bulan (C9)
Meneliti apakah rekening untuk pelanggan dikirim setiap bulan (6)
Menguji bukti-bukti berkas induk piutang disesuaikan dengan buku besar
Menguji bukti-bukti berkas induk piutang disesuaikan dengan buku besar (7)
Menelusuri entri tertentu dari jurnal penerimaan hingga berkas induk piutang dan memeriksa tanggal dan jumlahnya (20)
Menelusuri kredit tertentu dari data rekening piutang sampai ke jurnal penerimaan tunai dan memeriksa tanggal dan jumlahnya (21)
Menggunakan perangkat lunak audit dan mencross-foot jurnal penjualan serta menelusuri totalnya ke buku besar (2)
12
Transaksi penerimaan kas telah diklasifikasikan dengan benar (pengklasifikasian)
Transaksi penerimaan tunai diverifikasi secara internal (C6)
Memastikan bukti-bukti verifikasi internal (15)
Memastikan daftar sementara klasifikasi rekening yang tepat (17)
Penerimaan kas dicatat pada tanggal yang benar (penetapan waktu)
Prosedur membutuhkan pencatatan kas yang dibukukan setiap hari (C7)
Meneliti kas yang tidak tercatat pada waktu yang tepat (4)
Membandingkan tanggal rekening setoran per bank tanggal dalam jurnal penerimaan tunai dan sementara penerimaan tunai (16)
Tujuan audit berkait transaksi untuk penerimaan kas dikembangkan dari
kerangka acuan audit. Terdapat perbedaaan penekanan terhadap audit atas penerimaan
kas. Yaitu identifikasi kelemahan struktur pengendalian intern yang meningkatkan
kemungkinan terjadinya fraud/kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan
auditor terhadap hal ini antara lain:
Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat; ini adalah jenis defalkasi
uang yang paling sulit dideteksi auditor. Prosedur yang lazim dilakukan adalah
menelusuri dari nota pembayaran yang prenumbered atau daftar penerimaan kas ke
jurnal penerimaan kas dan buku tambahan piutang, dengan catatan bahwa pengujian
ini akan efektif kalau kas didaftar di cash register tape
Menyiapkan pembuktian atas penerimaan kas; Untuk menguji apakah seluruh
penerimaan kas telah disetor ke rekening bank. Prosedur yang lazim dilakukan adalah
rekonsiliasi bank
Pengujian untuk menemukan lapping piutang usaha. Lapping adalah
menangguhkan pencatatan penerimaan piutang untuk menyembunyikan adanya
kekurangan kas. Biasanya pengujian ini dilakukan kalau diyakini auditor bahwa
struktur pengendalian intern penerimaan kas lemah, antara lain ditandai dengan tidak
adanya pemisahan tugas antara orang yang menerima pembayaran dari pelanggan
dengan orang yang mencatat penerimaan dari piutang tersebut.
2.6. Pengujian Audit Untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih
13
Pertimbangan utama yang harus diperhatikan dalam pos piutang tak tertagih
adalah keberadaan dari penghapusan piutang tak tertagih. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui adanya kemungkinan klien untuk menutupi defalkasi atas kas dengan
menghapus piutang yang telah ditagih dan membebankannya ke pos ini. Yang harus
diperhatikan terhadap pengendalian intern pos ini adalah otorisasi yang pantas atas
penghapusan piutang oleh tingkat manajemen yang telah ditentukan setelah suatu
penyelidikan menyeluruh tentang alasan mengapa pelanggan tidak dapat membayar.
2.7. Pengendalian intern tambahan atas transaksi-transaksi neraca
Pengendalian intern penjualan dan penerimaan kas di luar dari lima transaksi
yang berkaitan dengan siklus tersebut, yaitu nilai yang dapat direalisasi (realizable
value), hak dan kewajiban, serta penyajian da pengungkapan. Realizable value
merupakan unsur yang penting, karena kolektibilitas piutang sering menjadi perhatian
utama suatu business entity.
Pengendalian yang lazim adalah:
1. Persetujuan kredit oleh orang yang berwenang,
2. Penyiapan neraca saldo piutang usaha menurut umur oleh orang yang berwenang
dan direview dengan semestinya oleh personil manajemen yang tepat.
3. Kebijakan penghapusan piutang yang tidak tertagih
Pengendalian internal tambahan atas saldo akun dan penyajian serta
pengungkapan. Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun
penyajian serta pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi
atau diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif
transaksi. Untuk siklus penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan akan
mempengaruhi tujuan yang terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan hak
serta kewajiban dan empat tujuan penyajiannya serta pengungkapan
2.8. Pengaruh hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi
Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan
pengujian substantive atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah
saldopiutang usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak
tertagih.
14
Pengaruh paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah terhadap
konfirmasi piutang usaha. Jenis konformasi, ukuran sampel, dan penetyapan waktu
pengujian semuanya juga terpengaruh.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
15
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perancangan
pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi untuk lima kelas
transaksi dalam siklus penjualan dan penaguhan, termasuk penjualan, penerimaan
kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang usaha tak tertagih, serta
beban piutang tak tertagih.
Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transaksi adalah sama bagi kelima kelas transaksi dan
mencakup langkah – langkah berikut :
1. Memahami pengendalian internal
2. Menilai resiko pengendalian yang direncanakan
3. Menentukan luas pengujian pengendalian
4. Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi
untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi,
auditor berfokus pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan sebagai
senjata untuk mengurangi resiko pengendalian. Pertama, auditor mengidentifikasi
pengendalan internal, jika ada, untuk setiap tujuan, auditor kemudian menentukan
luas pengujian pengendalian yang harus dilakukan.
3.2. Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif sangat penting bagi seorang auditor untuk memeriksa suatu laporan
keuangan perusahaan maka seorang auditor diharapkan mampu memaahami
pengendalian intern dan melaksanakan pengendalian substantif dengan begitu
DAFTAR PUSTAKA
Arens & Loebbecke, Auditing An Integrated Approach, Prentice-Hall, 2008
KOMPASIANA.com.htm diakses pada hari Selasa, 15 September 2015 pukul 09.50
16
17