makalah pola asuh terhadap kepribadian anak

Upload: shima-tandya-lestari

Post on 16-Oct-2015

448 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS PESERTA PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Tugas ini kami susun guna memenuhi mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dibimbing Ibu Sumarmi

Oleh : Ineke Wiratna Dewi (110721435007)Irfany Wahyu Prasticha(110721435067)Setyo Wulandari (110721435065)Shima T.L. (110721435066)Weni Herawan(110721407162)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI NOVEMBER 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah perkembangan peserta didik ini yang disusun untuk memenuhi mata kuliah pengantar pendidikan dibimbing oleh Ibu Sumarmi tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang pola asuh terhadap kepribadian seorang individu antara lain macam-macam pola asuh orang tua dan tipe kebripadian seorang anak yang bertujuan memberikan wacana akan tipe pola asuh yang tepat serta sesuai dengan kepribadian seorang anak .Penulis menyadari ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kepentingan kualitas di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis serta bagi yang menggunakannya.

Malang, 15 November 2011

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini sering kita saksikan tindakan kriminal atau perilaku-perilaku menyimpang baik itu disiaran televisi, Koran, radio, media massa dan lain sebagainya. Sebagian besar pelakunya adalah dari kalangan remaja. Seperti halnya kasus tawuran antar pelajar, miras, obat-obatan terlarang, bahkan pembunuhan yang bermotif dendam atau kecemburuan. Padahal anak itu masih dalam tahap perkembangan menjadi ( pubertas ) atau katakan saja masih bayi, bayi yang baru lahir kedunia ini belum mengenal apapun, ia masih bersih dan murni dan belum terpengaruh sedikitpin oleh suatu hal. Bagaimana dengan perkembangan bayi selanjutnya agar menjadi anak yang baik?Dalam hal ini orang tualah yang berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dan yang lebih penting lagi adalah bagaimana cara orang tua dalam mendidik anaknya. Apakah pola yang mereka gunakan itu adalah yang tepat?, masalah ini harus benar-benar diperhatikan oleh orang tua, karena penerapan pola anak sangat menentukan perkembangan pribadi si anak.Merujuk dari kasus diatas, kelompok kami mengambil tema tersebut untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Besar harapan kami agar penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua serta para orang tua atau calon orang tua tentang bagaimana mengasuh anak yang baik itu.

1.2. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :1. Apa saja macam-macam pola asuh orang tua itu?2. Bagaimana pengaruh atau dampak pola asuh orang tua terhadap anak?3. Pola Asuh yang bagaimana yang dapat mengganggu kepribadian anak?4. Apa saja tipe kepribadian seorang anak?

1.3. TUJUAN DAN MANFAATTujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui macam-macam pola asuh orang tua2. Mengetahui pengaruh atau dampak dari pola asuh orang tua3. Dapat mengetahui penerapan pola asuh yang tidak baik4. Mengetahui jenis kepribadian anakAdapun manfaat yang kami harapkan dalam hasil karya ilmiah ini adalah semoga dapat memberi manfaat bagi para pembaca, menambah ilmu pengetahuan baru dan menjadi media pengingat bahwasanya penerapan pola asuh orang tua itu mempunyai pengaruh besar terhadap anak, sehingga tidak boleh sembarangan dan harus bijaksana.

BAB IILANDASAN TEORI

2.1. PENGERTIAN ORANG TUA

Orang tua adalah ayah dan ibu yang melahirkan manusia baru ( anak ) serta mempunyai kewajiban untuk mengasuh, merawat dan mendidik anak tersebut guna menjadi generasi yang baik. Orang tua mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan mental dan spiritual anaknya seperti: Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar agar anak tidak tertekan. Mengajarkan kepada anak tentang dasar-dasar pola hidup pergaulan yang benar. Memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi anak-anaknya. Hal ini disebabkan orang tua khususnya, dalam ruang lingkup keluarga merupakan media awal dari satu proses sosialisasi, sehingga dalam proses sosialisasi tersebut orang tua mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi manusia baik-baik.2.2. PENGERTIAN ANAK

Dalam kamus umum bahasa Indonesia edisi ketiga susunan W.J.S Poerwadinata, anak itu dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu anak kandung atau anak dari darah daging sendiri. Anak angkat, yaitu anak yang bukan berasal dari keturunan asli atau anak orang lain yang di angkat dan diasuh sebagaimana anak sendri. Sedangkan anak tiri, adalah anak yang bukan anak kandung (anak bawaan suami atau isteri ).Sebagian besar orang laki-laki atau perempuan beranggapan bahwa anak adalah karunia terbesar, harta yang paling berharga, cita-cita yang tinggi, serta belahan jiwa yang secara khusus diberikan oleh tuhan yang maha kuasa kepada manusia yang telah menanti-nantikan kehadirannya.Menurut kajian ilmu biologi, anak adalah hasil dari suatu proses tahapan yang bermula dari bertemunya sel kelamin jantan dan betina ( pembuahan ), lalu terbentuklah zigot yang bergerak ke uterus hingga terbentuklah embrio yang akan tumbuh menjadi janin. Janin tersebut akan tumbuh dan jika saatnya telah tiba maka akan lahir ke dunia menjadi seorang anak.Dalam ilmu agama islam disebutkan bahwa yang dinamakan anak adalah amanah allah swt yang harus dirawat, diasuh dan dipelihara hingga tumbuh menjadi dewasa. Sebelum anak tersebut dilahirkan kedunia, ia telah diberi ketetapan oleh allah yaitu meliputi 3 perkara antara lain umur, rizki dan jodoh. Supaya anak mampu mencapai kesempurnaan tersebut, maka allah swt memberi tugas kepada orang tuanya untuk membimbing anaknya dengan baik dan benar agar tidak menyimpang dari jalan ajaran-Nya

2.3. PENGERTIAN POLA ASUH ANAKSecara etimologi, pola berarti bentuk, tata cara. Sedangkan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau sistem dalam menjaga, merawat dan mendidik. Jika ditinjau dari terminologi, pola asuh anak adalah suatu pola atau sistem yang diterapkan dalam menjaga, merawat dan mendidik seorang anak yang bersifat relatif konsis-ten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif atau positif.BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Faktor Faktor Pola Asuh Faktor faktor yang mempengaruhi pola orang tua asuh adalah :Setiap orang mempunyai sejarah sendiri sendiri dan latar belakang yang seringkali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak. Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu: Sosial ekonomi Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi. Pendidikan: Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya. Nilai-nilai agama yang dianut orang tua: Nilai nilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya. Kepribadian: Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya. Jumlah anak: Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, (Okta Sofia, 2009).

3.2. Macam-Macam Pola Asuh Orang TuaMenurut Baumrind ( 1967 ), Pola asuh orang tua dikelompokkan menjadi 4 macam, yaitu :1. Pola Asuh Secara Demokratis Pola asuh secara demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersifat realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap melebihi batas kemampuan sang anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dalam hal memilih dan melakukan sesuatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.2. Pola Asuh OtoriterPola asuh otoriter adalah kebalikan dari pola asuh demokratis, yaitu cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti. Biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah dan menghukum apabila sang anak tidak mau melakukan apa yang di inginkan oleh orang tua. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti dan mengenal anaknya3. Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar, memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat sehingga seringkali disukai oleh anak.4. Pola Asuh Penelantar Pola asuh tipe yang terakhir ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya, waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka seperti bekerja. Dan kadangkala mereka terlalu menghemat biaya untuk anak-anak mereka. Seorang ibu yang depresi adalah termasuk dalam kategori ini, mereka cenderung menelantarkan anak-anak mereka secara fisik dan psikis. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mau memberikan perhatian fisik dan psikis pada anak-anaknya.

3.3. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak1. Pengaruh Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, dan kooperatif terhadap orang lain.2. Pengaruh Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah, cemas dan terkesan menarik diri.3. Pengaruh Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri.4. Pengaruh Pola Asuh Penelantar Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak yang moody, impulsif, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem ( harga diri ) yang rendah, sering bolos dan sering bermasalah dengan teman-temannya.

3.4 Pendekatan Orang Tua yang Berpotensi Mengganggu Kepribadian AnakBerikut ini adalah dua sisi pendekatan atau cara mengasuh orang tua yang mempunyai potensi dapat mengganggu kepribadian anak yaitu :1. Pendekatan Orang tua Yang Negatif Ada orang tua yang menyikapi anak-anaknya dengan cara yang negatif, bahkan ada yang sampai menjadikan anak-anak mereka sebagai objek kekerasan atau pelampiasan amarah. Ada pula sebagian anak yang terus-menerus dipandang sebagai anak kecil, akibatnya si anak jadi merasa tak berarti dalam hidup, mereka merasa tak dihargai sebagai manusia, padahal mungkin ia sudah bisa memberi pandangan-pandangan yang bermanfaat bagi anggota keluarga yang lain. Jika anak sudah memasuki usia remaja namun masih saja disikapi atau diperlakukan seperti anak kecil maka akan muncul kekecewaan yang mendalam pada diri anak tersebut, dan akan sulit bagi dirinya untuk cepat menjadi dewasa, karena perbuatan yang ia lakukan selalu diremehkan oleh orang tuanya. Ada juga anak-anak yang disikapi secara tidak adil oleh orang tuanya, semua anggota keluarganya mendapat perlakuan yang baik, sementara ia sendiri diperlakukan secara berbeda, seolah ia bukan anak kandung dalam keluarga tersebut. Hal ini tentu sangat menyakitkan si anak dan dapat menjadi faktor pendorong untuk melakukan hal-hal yang menyimpang seperti mengkonsumsi narkoba, mendekati miras, pergaulan bebas, tawuran dan lain sebagainya. Selain diperlakukan tidak adil, terkadang permasalahannya lebih serius. Tidak sedikit anak yang dianiaya oleh orang tuanya sendiri. Mereka dijadikan pelampiasan emosi orang tua, bahkan tidak sedikit pula mereka menjadi korban nafsu syahwat orang tuanya sendiri. Hal tersebut merupakan titik terberat dan sangat serius. Orang tua seperti ini kemungkinan mengalami gangguan jiwa dan perkembangan anak akan terhambat oleh perbuatannya tersebut, dan tentu saja sang anak menderita problem psikologi yang serius dimasa mendatang, kecuali bila kasusnya ditangani secara serius hingga tuntas. Seperti sebuah contoh pengalaman-pengalaman yang dialami oleh david Pelzer yang kemudian ditulis dan dibukukan oleh dirinya sendiri dan diberi judul A Child Called It, The Lost Boy, dan A Child Called Dave. buku-buku tersebut mengisahkan perjalanan hidup sang penulis sebagai korban Child Abuse Penganiayaan Anak yang kedua terburuk di Negara bagian Amerika. Penganiayaan yang dialami oleh Pelzer sebagai seorang anak sangat sulit untuk dibayangkan. Ia seolah tidak dianggap manusia, dianiaya setiap hari, disuruh memakan kotoran adikya sendiri, tidak diberi makan sampai terpaksa harus mengorek-ngorek tong sampah demi mendapatkan makanan, bahkan nyaris mati ditangan ibunya sendiri. Bagaimana mungkin seorang ibu tega menganiaya anaknya sekejam itu, tetapi itulah yang terjadi, ia mengalami berbagai siksaan yang sulit dan panjang. Hingga kemudian dipisahkan dari orang tuanya oleh pihak Negara setelah melalui proses penyembuhan yang cukup lama. Pelzer ternyata bisa hidup normal, malah ia menjadi seorang yang sukses dan hidupnya dan lebih berhasil daripada kebanyakan orang yang tumbuh dan dibesarkan dalam keluarga normal.2. Orang tua yang terlalu baik Selain orang tua yang bersikap negatif pada anak-anaknya, ada juga yang justru bersikap terlalu positif. Mereka sangat sayang terhadap anak-anaknya, tetapi mereka tidak tahu cara mendidiknya, sehingga akhirnya sang anak jadi manja. Hal yang perlu dituturkan disini karena pengalaman dilapangan menunjukkan betapa banyak anak-anak yang dimanjakan dan memperoleh fasilitas yang lebih dari orang tua mereka, mereka ini cenderung akan bersikap arogan, malas dan merasa tidak perlu bekerja keras dalam hidup serta kurang memiliki tanggung jawab terhadap apa yang ia perbuat.3.5 Jenis Kepribadian Seorang Anak Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat dari Yunani (460-370 SM) menemukan bahwa pada dasarnya ada empat tipe kepribadian yaitu sanguin (populer), koleris (kuat), melankolis (sempurna), dan phlegmatis (damai). Teori ini terus berkembang sampai sekarang dan dipopulerkan Florence Littauer dalam buku seri Personality Plus. Empat tipe kepribadian ini beserta kombinasinya menjadikan tiap anak unik. La Haye dan Littenauer menganalis masing-masing kepribadian memiliki karakteristik positif dan negatif. Kita perlu memahaminya, lebih-lebih jika kita dan anak memiliki tipe kepribadian yang berbeda.

Anak sanguinMereka memiliki energi yang besar, suka bersenang-senang dan supel. Selain itu suka mencari perhatian, sorotan, kasih sayang, dukungan, dan penerimaan orang-orang di sekelilingnya. Anak sanguin suka memulai percakapan dan menjadi sahabat bagi semua orang. Anak tipe ini biasanya optimis dan selalu menyenangkan. Namun, ia tidak teratur, emosional, dan sangat sensitif terhadap apa yang dikatakan orang terhadap dirinya. Dalam pergaulan, anak sanguin sering dikenal sebagai "si tukang bicara".

Anak koleris Suka berorientasi pada sasaran. Aktivitasnya dicurahkan untuk berprestasi, memimpin, dan mengorganisasi. Anak koleris menuntut loyalitas dan penghargaan, berusaha mengendalikan dan mengharapkan pengakuan atas prestasinya, serta suka ditantang dan mau menerima tugas-tugas sulit. Tapi mereka juga suka merasa benar sendiri, suka kecanduan jika melakukan sesuatu, keras kepala, dan tidak peka terhadap perasaan orang lain. Anak seperti ini sering diidentifikasi sebagai "si pelaksana".

Anak melankolis Cenderung diam dan pemikir. Ia berusaha mengejar kesempurnaan dari apa yang menurutnya penting. Anak tipe ini butuh ruang dan ketenangan supaya mereka bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Mereka juga berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati, perfeksionis, dan suka keteraturan. Karenanya, mereka sering kecewa dan depresi jika apa yang diharapkannya tidak terwujud dengan sempurna. Anak melankolis sering diidentifikasi sebagai "si perfeksionis" atau "si pemikir".

Anak phlegmatis Anak yang seimbang, stabil, merasa diri sudah cukup, dan tidak merasa perlu merubah dunia. Ia juga tak suka mempersoalkan hal-hal sepele, tak suka risiko atau tantangan, dan butuh waktu untuk menghadapi perubahan. Si anak kurang berdisiplin dan termotivasi sehingga suka menunda-nunda sesuatu. Kadang, ia dipandang orang lain sebagai lelet. Bukannya karena ia kurang cerdas, tapi justru karena ia lebih cerdas dari yang lain. Anak phlegmatis tak suka keramaian ataupun banyak bicara. Tapi ia banyak akal dan dapat mengucapkan kata yang tepat di saat yang tepat, sehingga cocok menjadi negosiator. Ia kadang diidentifikasi sebagai "si pengamat" atau "si manis".

Pada kenyataannya, seseorang dapat memiliki lebih dari satu jenis kepribadian. Setidaknya, tiap orang adalah perpaduan yang unik antara dua atau bahkan tiga jenis kepribadian. La Haye membuat daftar setidaknya ada dua belas perpaduan kepribadian, yaitu : San-Kol, San-Mel, San-Fleg, dst. Misalnya, tipe kepribadian campuran antara sanguin dan koleris memiliki ciri mudah bergaul dan optimistis, tipe kepribadian campuran antara phlegmatis dan melankolis menghasilkan individu dengan gaya bicara lemah lembut dan tidak pemarah.

Bagaimana menggunakan teori ini untuk memahami anak

1. Menurut psikolog, kepribadian anak ini dapat diamati orangtua sejak masih bayi meski belum terlalu jelas. Caranya adalah dengan memantau anak. Anak koleris, misalnya, tangisannya lebih keras. Jika minta susu atau sesuatu harus segera dipenuhi. Anak sanguin sejak kecil sudah senang senyum dan menyapa orang lain. Anak phlegmatis cenderung lebih tenang, dan anak melankolis cenderung sensitif.

2. Semua tipe kepribadian memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika tidak memahami, bisa saja kita keliru menganggap anak koleris sebagai anak yang hiperaktif dan nakal. Padahal, mereka bukannya nakal, tapi sifat kepribadian ini yang cenderung aktif. Jadi kita jangan langsung mencap si anak negatif. Anak sanguin, segi positifnya mudah bergaul, namun kelemahannya cenderung bingung jika tidak ada teman, dan sembrono. Anak phlegmatis adalah tipe ilmuwan yang tekun, suka membaca. Namun sisi negatifnya, ia agak sulit bergaul dan tidak mengutamakan hubungan interpersonal. Anak melankolis sifatnya cenderung introvert, aktivitasnya agak rendah, dan emosinya labil. Tapi jika mengerjakan sesuatu selalu ingin sempurna, jadi cenderung kecewa jika yang diharapkannya tak terwujud.

3. Dengan memahami bahwa setiap anak memiiki kepribadian berbeda, kita dapat lebih berempati dan tak perlu marah jika melihat anak malas, suka membantah, atau banyak bicara. Selain itu kita juga dapat memaksimalkan potensi anak sejak dini yaitu dengan memilihkan jenis kegiatan, kursus atau sekolah yang sesuai dengan bakat dan kepribadian anak.

4. Kepribadian memang bisa berubah sedikit demi sedikit setelah anak menjadi dewasa. Perubahan kepribadian ini dapat dibantu oleh orang tua. Misalnya, jika ia terlalu emosional maka kita perlu mendidiknya supaya bisa lebih bersabar. Anak yang suka bicara blak-blakan harus diajari sopan santun supaya mereka tahu bagaimana berbicara yang baik tanpa harus menyakiti lawan bicaranya. Tentunya, cara mendidik anak tersebut harus disesuaikan dengan kepribadiannya. Cara yang terbaik adalah dengan memberinya teladan yang baik, misalnya kalau kita mau mendidik anak supaya tidak cepat marah, maka terlebih dahulu kita harus belajar bersabar. Kepribadian yang muncul pada diri anak sebenarnya merupakan "cermin" dari orangtuanya.

5. Jika anak menjadi remaja, pengaruh lingkungan (misalnya acara TV dan teman-temannya) dapat mempengaruhi kepribadiannya. Untuk mengatasinya kita tidak perlu terlalu banyak melarang, tapi berilah pengertian secukupnya misalnya dari sisi ajaran agama. Jadi bukan memberi PAGAR tapi cukup dengan FILTER. Diharapkan, anak dengan sendirinya dapat menyaring yang terbaik buat dirinya.

6. Terakhir, jika kita masih sulit juga mengatasi kepribadian anak yang cenderung negatif, sebaiknya kita berkonsultasi dengan psikolog anak atau orang lain yang lebih berpengalaman, misalnya seorang guru atau orang tua yang bijak.3.6 Interelasi antara Pola Asuh Orang Tua Terhadap Karakter Anak Dalam kehidupan sehari-hari orang tua secara sadar atau tidak memberikan contoh yang kurang baik terhadap anaknya.misalnya meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, member nasihat tidak pada tempatnya dantidal pada waktu yang tepat, berbicara kasar pada anak,terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau mengakui kesalahan yang telah dilakukan.Beberapa contoh sikap dan perilaku diatas berdampak negative terhadap perkembangan jiwa anak.Sehingga efek negative yang terjadi adalah anak memiliki sikap keras hati,manja, keras kepala, pemalas, pemalu dam lain- lain.Semua perilaku diatas dipengaruhi oleh pola pendidikan orng tua .Pola asuh orang tua akan mempengaruhi perkembangan jiwa ana.Tipe kepemimpinan orang tua berdampak pada pol aasuh yamg terhadap anaknya,Disisi lain pola asuh orang tua bersifat demikkratis atau otoriter, atau bahkan pada sisis lain bersifat laissez faire atau tipe campuran antara demokratis dan otoriter, (Syaiful, 2004

Pola Perlakuan orang tua

(1). Overprotection (terlalu melindungi)

Perilaku Orang Tua: Kontak berlebihan pada anak Pemberian bantuan yang terus menerus, meskipun anak sudah mampu sendiri Pengawasan kegiatan anak yang berlebihan Memcahkan masalah anak

Profil Tingkahlaku Anak: Perasaan tidak aman Agresif dan dengki Mudah merasa gugup Melarikan diri dari kenyataan Sangat tergantung Ingin menjdi pusat perhatian Bersikap menyerah Kurang mampu mengendalikan emosi Menolak tanggung jawab Suka bertengkar Sulit bergaul Pembuat onar (troubelmaker)

(2). Pola Perilaku Orangtua: Permissiveness (pembolehan)

Perilaku Orangtua Memberikan kebebasan untuk berfikir Menerima pendapat Membuat anak lebih diterima dan merasa kuat Toleran dan memahami kelemahan anak Cenderung lebih suka member yang diminta anak daripada menerima

Profil Tingkahlaku Anak Pandai mencari jalan keluar Dapat bekerjasama Percaya diri Penuntut dan tidak sabaran

(3). Pola Perilaku Orangtua: Rejection (Penolakan)

Perilaku Orangtua Bersikap masa bodoh Bersikap kaku Kurang memperdulikan kesejahteraan anak Menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak

Profil Tingkahlaku Anak Agresif(mudah mara,gelisah, tidak patuh, suka bertengkar dan nakal) Submissive(kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu suka mengasingkan diri, mudah tersinggung dan penakut) Sulit bergaul Pendiam Sadis

(4). Pola Perilaku Orangtua: Acceptance (penerimaan)

Perilaku Orangtua Memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus pada anak Menempatkan anak pada posisi yang penting di dalam rumah Mengebangkan hubungan yang hangat dengan anak Bersikap respek terhadap anak Mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau pendapatnya Berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya

Profil Tingkahlaku Anak Mau bekerjasama Bersahabat Loyal Emosinya stabil Ceria dan bersikap optimis Mau menerima tanggung jawab Jujur Dapat dipercaya Memiliki perencanaan baik di masa depan Bersikap realistic (memahami kelebihan dan kekurangan secara obyektif)

(5). Pola Perilaku Orangtua: Domination (dominasi)

Perilaku Orangtua Mendominasi Anak

Profil Tingkahlaku Anak Bersikap sopan dan sangat hati-hati Pemalu, penurut, dan mudah bingung Tidak dapat bekerjasama

(6). Pola Perilaku Orangtua: . Submission (penyerahan)

Perilaku Orangtua Selalu memberi sesuatu yang diminta anak Membiarkan anak berperilaku semaunya sendiriProfil Tingkahlaku Anak Tidak patuh Tidak bertanggung jawab Agresif dan teledor Bersikap otoriter Terlalu percaya diri

(7). Pola Perilaku Orangtua: Punitiveness/Overdiscipline (terlalu disiplin)

Perilaku Orangtua Mudah memberikan hukuman Menanamkan kedisiplinan sangat keras

Profil Tingkahlaku Anak Impulsif Tidak dapat mengambil keputusan Nakal Sikap bermusuhan atau gresifDari ketujuh sikap atau perlakuan orangtua itu, tampak bahwa sikap . acceptance merupakan yang paling baik untuk dimiliki atau dikembangkan oleh orang tua (Syamsu, 2009)Dari penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind mengemukakan dua hasil penelitian yaitu : (1) ada 4 gaya perlakuan orang tua yaitu: Authoritarian, permissive, authoritative, dan negalectfull. (2) dampak gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku anak

Pengaruh Parenting Style terhadap Perilaku Anak

(1). Parenting Style: Authoritarian

Sikap atau Perilaku Orang Tua Sikap acceptance rendah, namun kontrolnya tinggi. Suka menghukum secara fisik Bersikap mengomando (mengharuskan / memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi) Bersikap kaku (keras) Cenderung emosional dan bersikap menolak

Profil Tingkah Laku Anak Mudah tersinggung Penakut Pemurung, tidak bahagia Mudah terpengaruh Mudah stres Tidak mempunyai arah masa depan Tidak bersahabat(2). Parenting Style: Permisiveness

Sikap atau Perilaku Orang Tua Sikap acceptancenya tingi, namun kontrolnya rendah Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan / keinginannmya.Profil Tingkah Laku Anak Bersikap impulsif dan agresif Suka memberontak Kurang memikliki rasa percaya diri dan pengendalian diri Suka mendominasi Tidak jelas arah hidupnya Prestasinya rendah

(3). Parenting Style: Authoritative

Sikap atau Perilaku Orang Tua Sikap acceptance dan kontrolnya tinggi. Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak Mendorong anak untuk menyatakan pendapat Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan burukProfil Tingkah Laku Anak Bersikap bersahabat Memiliki rasa percaya diri Mampu mengendalikan diri Bersikap sopan Mau bekerjasama Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi Mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas Berorientasi terhadap prestasi3.7 Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak Beberapa peran keluarga dalam pengasuhan anak adalah sebagai berikut: Terjalinnya hubungan yang harmonis dalam keluarga melalui penerapan pola asuh islami sejak dini, yakni: Pengasuhan dan pemeliharaan anak dimulai sejak pra konsepsi pernikahan. Ada tuntunan bagi orangtua laki-laki maupun perempuan untuk memilih pasangan yang terbaik sesuai tuntunan agama dengan maksud bahwa orangtua yang baik kemungkinan besar akan mampu mengasuh anak dengan baik pula. Pengasuhan dan perawatan anak saat dalam kandungan, setelah lahir dan sampai masa dewasa dan seterusnya diberikan dengan memberikan kasih sayang sepenuhnya dan membimbing anak beragama menyembah Allah SWT. Memberikan pendidikan yang terbaik pada anak,terutam pendidikan agama. Orangtua yang salih adalah model terbaik untuk memberi pendidikan agama kepada anak-anak. Penanaman jiwa agam yang dimulai dari keluarga, semenjak anak masih kecil dengan cara membiasakan anak dengan tingkah laku yang baik. Dengan mencontoh keteladanan Rasulullah SAW adalah dengan menanamkan nilai-nilai akhlakul kharimah. Agama yang ditanamkan pada anak bukan hanya karena agama keturunan tetapi bagaimana anak mampu mencapai kesadaran pribadi untuk ber-Tuhan sehingga melaksanakan semua aturan agama Kesabaran dan ketulusan hati. Sikap sabar dan ketulusan hati orangtua dapat mengantarkan kesuksesan anak. Begitu pula memupuk kesabaran anak sangat diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengendalian diri. Kesabaran menjadi hal yang penting dalam hidup manusia sebab bila kesabaran tertanam dalam diri seseorang dengan baik maka seseorang akan mampu mengendalikan diri dan berbuat yang terbaik untuk kehidupannya. Secara psikologis dapat ditelusuri bahwa bila anak dilatih untuk memiliki sifat sabar dengan bekal agama yang dimiliki akan berimplikasi positif bagi kehidupan anak secara pribadi dan bagi orang lain/masyarakat secara luas, diantaranya: Mewujudkan keselehan sosial dan kesalehan individu yaitu dengan terwujudnya kualitas keimanan pada individu dan masyarakat yang bertaqwa, beriman dan beramal saleh. Seseorang yang memiliki kesalehan sosial yang tinggi memiliki empati, sosialisasi diri, kesetiakawanan, keramahan, mengendalikan amarah, kemandirian, sikap ketenangan dan teratur berfikir serta cermat bertindak. Sikap yang ditunjukkan akibat kesabaran diri akan membuat individu mudah bergaul, dengan rasa aman dan damai, tanpa kekerasan. Sikap tersebut akan mampu memupuk konsep diri seseorang. Dapat membina hubungan yang baik antar individu dan punya semangat persaudaraan. Saat seseorang dalam kesabaran akan bertumpu pada nilai ketaqwaan dan ketaatan pada Allah SWT. Seseorang yang berada dalam keimanan dan ketaqwaan sebagaimana janji Tuhan akan memiliki jiwa yang tenang. Dalam jiwa seorang yang tenang akan menstabilkan tekanan pada amygdale (system saraf emosi), sehingga emosi stabil. Dalam keadaan emosi yang stabil, seorang mudah mengedalikan diri dengan baik. Orangtua wajib mengusahakan kebahagian bagi anak dan menerima keadaan anak apa adanya, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT , serta mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Orangtua perlu tahu bahwa anak memiliki potensi yang luar biasa dan kesuksesan seseorang bukan mutlak ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja (hanya sekedar IQ tinggi) akan tetapi kecerdasan itu bersifat majemuk. Mendisiplinkan anak dengan kasih sayang secara bersikap adil. Komunikatif dengan anak. Membicarakan hal yang ingin diketahui anak, dengan menjawab pertanyaan anak secara baik, misalkan; membicarakan pendidikan seks dan orangtua penting memberikan pendidikan seks sejak dini. Memahami anak dengan segala aktivtasnya, termasuk pergaulannya, (Rifa, 2009)

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanDari pembahasan yang telah terurai diatas dapat kami tarik kesimpulan, bahwa pola asuh orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan bagaimana bentuk pribadi anak dimasa depan, Oleh sebab itu orang tua harus benar-benar mawas diri dan bersungguh-sungguh dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan serta norma-norma yang baik kepada anak melalui pola asuh yang baik dan benar.

B. SaranBeberapa saran yang ingin tim peneliti sampaikan kepada segenap pembaca, sekiranya dapat dijadikan bahan introspeksi diri agar dapat menjadi orang tua yang sukses dalam mendidik anak-anaknya kelak, yaitu : Hendaknya orang tua tidak egois, yaitu menganggap bahwa dirinya saja yang paling benar, karena pada prinsipnya setiap anak juga ingin mengekspresikan dirinya dengan gaya dan caranya sendiri. Hendaknya orang tua lebih bijaksana kepada anak serta mampu memberikan contoh atau teladan yang baik kepada anaknya. Hendaknya orang tua lebih memahami nilai-nilai dan norma-norma kehidupan dan mengajarkan hal tersebut dengan sosialisasi yang baik kepada anaknya. Karena orang tua adalah tempat curahan hati seorang anak, maka jadilah orang tua yang mampu dijadikan sandaran yang baik bagi anak. Pilihlah pola asuh anak yang baik agar anak yang diasuh dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berkarakteristik baik

DAFTAR RUJUKAN Junior, Armaya.2010. Smart in Personality.Jakarta : Gagasmedia.Syansu, Yusuf LN. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda KaryaDaftar laman: http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-pola-asuh-anak.html. Diakses pada 13 November 2011 pukul 20.49http://vitasarasi.multiply.com/calendar/item/4/4. Diakses pada 14 November 2011 pukul 9.30

DAFTAR RUJUKAN Junior, Armaya.2010. Smart in Personality.Jakarta : Gagasmedia.Yusuf, Syamsu.2009. Perkembangan Psikologi Anak dan Remaja. JakartaDaftar laman: http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-pola-asuh-anak.html. Diakses pada 13 November 2011 pukul 20.49http://vitasarasi.multiply.com/calendar/item/4/4. Diakses pada 14 November 2011 pukul 9.30

Wise Words Semua pengalaman anak dapat mempengaruhi dan membentuk watak dan arah hidupnya; sebagaimana diungkapkan oleh Dorothy Law Nolte: Jika anak hidup dengan kritikan, ia belajar untuk menghakimi. Jika seorang anak hidup dengan kebencian, ia belajar kejahatan. Jika seorang anak hidup dengan ejekan, ia belajar untuk menjadi malu. Jika seorang anak hidup dengan dipermalukan, ia belajar untuk merasa bersalah. Jika seorang anak hidup dengan dorongan, ia belajar keyakinan diri. Jika seorang anak hidup dengan pujian, ia belajar untuk menghargai. Jika seorang anak hidup dengan keadilan, ia belajar keadilan. Jika seorang anak hidup dengan aman, ia belajar aman. Jika seorang anak hidup dengan pengesahan, ia belajar untuk menyenangi dirinya. Jika seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan,ia belajar untuk mengasihi dunia.