makalah teknologi tepat guna.doc
TRANSCRIPT
MAKALAH TEKNOLOGI LINGKUNGAN TEPAT GUNA
“MAKALAH TEKNOLOGI SEDERHANA PENGOLAHAN AIR GAMBUT”
Dosen :
Ir. Jumar, MP
Oleh :
Asmarika Wibawati ( H1E113230)
Erdina Lulu Atika R (H1E113024)
Tri Wardani (H1E113002)
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………….……………………………………………….ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Karateristik Air di Kalimantan........................................................................3
2.2 Teknologi Tepat Guna.....................................................................................4
2.3 Ciri-ciri Teknologi Tepat Guna........................................................................5
2.4 Manfaat Teknologi Tepat Guna......................................................................5
2.5 Pengolahan Air Gambut Menggunakan Teknologi Sederhana........................7
2.5.1 Bahan …………....................................................................................... 10
2.5.2 Tahapan Proses Pengolahan .......................................................................10
2.5.3 Peralatan......................................................................................................10
2.5.4 Cara Pembuatan...........................................................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................16
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................16
3.2 Saran .............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
taufik dan hidayah-Nya maka usaha–usaha dalam menyelesaikan tugas mata
kuliah Teknologi lingkungan Tepat Guna, penulis dapat terselesaikan sesuai
harapan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Ir, Jumar, MP selaku dosen Teknologi Lingkungan Tepat Guna.
Saran dan kritik yang konstruktif tetap diharapkan serta akan dijadikan
sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan makalah “Teknologi Sederhana
Pengolahan Air Gambut” penulis mohon maaf apabila ada kekurangan dalam
penyusunannya. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Banjarbaru, Oktober 2015
Penulis
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia selalu memerlukan air terutama untuk minum,
masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Pada saat ini, persentase penduduk di
Indonesia yang sudah mendapatkan pelayanan air bersih dari badan atau
perusahaan air minum masih sangat kecil yaitu untuk daerah perkotaan sekitar 45
% , sedangkan untuk daerah pedesaan baru sekitar 36 % .
Di daerah - daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih tersebut,
penduduk biasanya menggunakan air sumur galian, air sungai yang kadang-
kadang bahkan sering kali air yang digunakan kurang memenuhi standart air
minum yang sehat. Bahkan untuk daerah yang sangat buruk kualitas air tanah
maupun air sungainya, penduduk hanya menggunakan air hujan untuk memenuhi
kebutuhan akan air minum. Oleh karena itu di daerah - daerah seperti ini,
persentase penderita penyakit yang disebabkan akibat penggunaan air minum
yang kurang bersih atau kurang memenuhi syarat kesehatan masih sangat tinggi.
Dalam rangka penyediaan air minum yang bersih dan sehat bagi
masyarakat pedesaan yang mana kualitas air tanahnya buruk serta belum
mendapatkan pelayanan air minum dari PAM, perlu memasyarakatkan alat
pengolah air Minum sederhana yang murah dan dapat dibuat oleh masyarakat
dengan menggunakan bahan yang ada dipasaran setempat.
Salah satu alat pengolah air minum sederhana tersebut adalah alat pengolah
air minum yang merupakan paket terdiri dari Tong (Tangki), Pengaduk, Pompa
aerasi dan saringan dari pasir atau disingat Model TP2AS. Alat ini dirancang
untuk keperluan rumah tangga sedemikian rupa sehingga cara pembuatan dan cara
pengoperasiannya mudah serta biayanya murah. Cara pengolahannya dengan
menggunakan bahan kimia yaitu hanya dengan tawas dan kapur (gamping).
1
Alat Pengolah Air Minum model TP2AS ini sangat cocok digunakan untuk
pengolahan air minum yang air bakunya mengandung zat besi dan mangan dan zat
organik, dengan biaya yang sangat murah. Teknologi yang demikian itu
merupakan barang baru bagi masyarakat dan perlu dimanfaatkan dan diketahui
oleh masyarakat tentang nilai dan kegunaannya. Teknologi tersebut merupakan
faktor ekstern dan diperkenalkan dengan maksud agar masyarakatyang
bersangkutan dapat merubah kebiasaan tradisional dalam proses pembangunan
atau peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari Penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui Tenknologi Lingkungan Tepat Guna.
2. Mahasiswa dapat menerapkan Aplikasi Teknologi Lingkungan Tepat Guna
dalam Kehidupan Sehari-hari.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Mahasiswa dapat menerapkan aplikasi Teknologi Lingkungan Tepat Guna
dalam Kehidupan Sehari-hari .
2. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai konsep Teknologi
Lingkungan Tepat Guna yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karateristik Air di Kalimantan
Air gambut merupakan jenis air yang banyak tersedia disekitar kawasan
hutan rawa dikalimantan, umumnya banyak terdapat di kalimantan tengah. Air
gambut adalah air permukaan atau air tanah yang banyak terdapat di daerah
pasang surut, berawa dan dataran rendah, berwarna merah kecoklatan, berasa
asam (tingkat keasaman tinggi), dan memiliki kandungan organik tinggi. Gambut
sendiri didefinisikan sebagai material organik yang terbentuk dari dekomposisi
tidak sempurna dari tumbuhan daerah basah dan dalam kondisi sangat lembab
serta kekurangan oksigen. Air gambut secara umum tidak memenuhi persyaratan
kualitas air bersih yang distandardkan oleh Departemen Kesehatan RI melalui
PERMENKES No.416/MENKES /PER/IX/1990.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri, syarat air layak pakai meliputi;
1. Syarat fisik, antara lain: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna
apapun, tidak berasa apapun, tidak berbau apaun, suhu antara 10-25 C (sejuk),
tidak meninggalkan endapan.
2. Syarat kimiawi, antara lain: tidak mengandung bahan kimiawi yang
mengandung racun, tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan,
cukup yodium, pH air antara 6,5 – 9,2.
3. Syarat mikrobiologi, antara lain: tidak mengandung kuman-kuman penyakit
seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Ketersedian air bersih bagi masyarakat yang tinggal dilingkungan bergambut
merupakan hal penting. Usaha yang dilakukan untuk mereduksi senyawa yang
terdapat air gambut dengan memanfaatkan teknologi tepat guna sehingga air
gambut dapat digunakan.
3
2.2 Teknologi Tepat Guna
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang
yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi
tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna
serta sesuai dengan fungsinya. Teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat
guna), sebagai teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana
dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata
pencaharian pokok masyarakat tertentu.
Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan
teknologi maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga
merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengelola TTG. Dari
tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang
hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif minimalis
dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak
limbah dan mencemari lingkungan.
Dengan demikian teknologi tepat guna mempunyai kriteria yang dapat
dikatan sebagai TTG, yaitu:
1. Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang
tersedia banyak di suatu tempat.
2. Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat
setempat.
3. Apabila teknologi itu membantu memecahkan persoalan/ masalah yang
sebenarnya dalam masyarakat, bukan teknologi yang hanya bersemayam dikepala
perencananya.
4. Suatu yang harus diperhatikan bahwa, masalah-masalah pembangunan boleh jadi
memerlukan pemecahan yang unik dan khas, jadi teknologi-teknologi tersebut
tidak perlu dipindahkan ke negara-negara atau kedaerah lain dengan masalah
serupa. Apa yang sesuai disuatu tempat mungkin saja tidak cocok di lain tempat.
Maka dari itu tujuan TTG adalah melihat pemecahan-pemecahan terhadap
masalah-masalah tertentu dan menganjurkan mengapa hal itu sesuai.
4
2.3 Ciri-ciri Teknologi Tepat Guna
Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria dan syarat dan kesesuaian TTG,
dapat dikemukakan ciri-ciri yang cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak
berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung
pertanian, industri, pengubah energi, transportasi, kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat di suatu tempat.
2. Biaya investasi cukup rendah/ relatif murah.
3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh
keterampilan setempat.
4. Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.
5. Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi,
bahan secara lebih baik dan optimal.
6. Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada pihak luar
(self-realiance motivated).
2.4 Manfaat Teknologi Tepat Guna
Sebelum berbicara mengenai manfaat dari TTG, maka ada sebuah proses
yang harus diketahui sebelum memperoleh manfaat dari TTG tersebut, yaitu
penerapan teknologi tepat guna tersebut. Penerapan TTG adalah sebuah usaha
pembaharuan. Meskipun pembaharuan itu tidak mencolok dan masih dalam
jangkauan masyarakat, tetapi harus diserasikan dengan keadaan sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat setempat serta alam. Kalau tidak, maka usaha
pembaharuan itu akan mendapat hambatan yang dapat menggagalkan usaha
pembaharuan tersebut.
Usaha pembaharuan itu dirancang sedemikan rupa sehingga seluruh
masyarakat merasa bahwa pembaharuan adalah prakarsa mereka sendiri. Berarti
di dalam pembaharuan teknologi itu, terdapat minat dan semangat dalam
masyarakat tersebut.
Banyak orang keliru dalam berpendapat kalau orang membawa pompa
bambu, biogas, pengering dengan energi radiasi matahari sederhana kedesa, maka
orang itu telah menerapkan teknologi tepat guna. Membawa paket-paket teknologi
5
sederhana tersebut kesebuah desa belum dapat dikatakan sebagai penerapan
teknologi tepat guna, bahkan dapat menjerumuskan, apabila tidak disertai
pendidikan kepada masyarakat desa tersebut, bagaimana cara membuat dan
memperbaiki alat tersebut. Paling ideal penerapan teknologi tepat guna adalah
teknologi yang telah ada pada suatu masyarakat dan perbaikan itu ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
Penerapan TTG juga harus mempertimbangkan keadaan alam sekitar. Dapat
diartikan bahwa dampak lingkungan yang disebabkan penerapan Teknologi Tepat
Guna (TTG) harus lebih kecil dibandingkan pemakaian teknologi tradisional
maupun teknologi maju. Dengan demikian manfaat dari teknologi tepat guna itu
dapat dirasakan oleh masyarakat tersebut. Sebagai mana manfaat dari teknologi
tepat guna adalah:
1. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin hari makin meningkat,
tentu hal itu di barengi dengan kemampuan masyarakatnya yang mampu
mengoperasionalkan dan memanfaatkan TTG tersebut.
2. Teknologi tepat guna mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
pemenuhan kebutuhannya, pemecahan masalahnya dan penambahan hasil
produksi yang makin meningkat dari biasanya. Teknologi tersebut relatif
mudah dipahami mekanismenya, mudah dipelihara dan mudah diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Masuknya teknologi baru tidak akan membebani
masyarakat baik mental (ketidakmampuan skill) maupun materiil (dapat
menimbulkan beban biaya yang tidak mampu dipenuhi masyarakat).
3. Teknologi tepat guna dapat mempermudah dan mempersingkat waktu
pekerjaan tenaga kesehatan dan klien.
4. Masyarakat mampu mempelajari, menerapkan, memelihara teknologi tepat
guna tersebut.
5. Masyarakat / klien bisa lebih cepat ditangani oleh tenaga kesehatan.
6. Hasil diagnosa akan lebih akurat, cepat, dan tepat (Novitasari,2013)
6
2.5 Pengolahan Air Gambut Menggunakan Teknologi Sederhana
2.5.1 Bahan
Untuk pembuatan satu unit alat pengolah air minum sederhana ini,
diperlukan bahan-bahan antara lain seperti pada tabel di bawah ini (lihat tabel
berikut. Jika bahan tersebut tidak tersedia dipasaran setempat, dapat disesuaikan
dengan bahan yang tersedia. Jadi tidak harus seperti yang tertera pada Tabel 1.
2.5.3 Tahapan Proses Pengolahan
Tahapan proses pengolahan terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Netralisasi dengan pemberian kapur/gamping.
2. Aerasi dengan pemompaan udara.
3. Koagulasi dengan pemberian tawas.
4. Pengendapan.
5. Penyaringan.
7
Gambar 1. Skema tahapan proses
1. Netralisasi
Netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi netral (pH 7 - 8).
Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut, yang paling murah dan mudah
adalah dengan pemberian kapur/gamping. Fungsi dari pemberian kapur,
disamping untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk membantu
efektifitas proses selanjutnya.
2. Aerasi
Aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar kandungan zat besi
dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam
udara memben tuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan.
Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun
yang tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan, Carbon Dioksida dan gas-gas
racun lainnya. Reaksi oksidasi Besi dan Mangan oleh udara dapat ditulis sebagai
berikut:
4Fe2+ + O2 + 10 H2O ====> 4 Fe(OH)3+ 8 H+
tak larut
Mn2+ + O2 + H2O ====> MnO2 + 2 H+
tak larut
Dari persamaan reaksi antara besi dengan oksigen tersebut, maka secara
teoritis dapat dihitung bahwa untuk 1 ppm oksigen dapat mengoksidasi 6.98 ppm
ion Besi. Reaksi oksidasi ini dapat dipengaruhi antara lain : jumlah Oksigen yang
8
bereaksi , dalam hal ini dipengaruhi oleh jumlah udara yang dikontkkan dengan
air serta luas kontak antara gelembung udara dengan permukaan air . Jadi makin
merata dan makin kecil gelembung udara yang dihembuskan kedalam air bakunya
, maka oksigen yang bereaksi makin besar. Faktor lain yang sangat mempengaruhi
reaksi oksidasi besi dengan oksigen dari udara adalah pH air. Reaksi oksidasi ini
sangat efektif pada pH air lebih besar 7(tujuh). Oleh karena itu sebelum aerasi
dilakukan, maka pH air baku harus dinaikkan sampai mencapai pH 8. Hal ini
dimaksudkan agar pH air tidak menyimpang dari pH standart untuk air minum
yaitu pH 6,5 - pH 8,5. Oksidasi Mangan dengan oksigen dari udara tidak seefektif
untuk besi, tetapi jika kadar Mangannya tidak terlalu tinggi maka sebagaian
mangan dapat juga teroksidasi dan terendapkan.
3. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar
kotoran dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik,
lumpur halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara
yang paling mudah dan murah adalah dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus
kimianya Al2(SO4)3.18 H2O. (berupa kristal berwarna putih).
Reaksi koagulasi dengan Tawas secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut :
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==> 2 Al(OH)3 +3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18 H2O
alkalinity
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O
mengendap
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan alumunium
hidroksida, Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel -
partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat
dan segera dapat mengendap. Cara pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai
berikut yaitu : sejumlah tawas/ alum dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan
kedalam air baku lalu diaduk dengan cepat hingga merata selama kurang lebih 2
menit. Setelah itu kecepatan pengadukkan dikurangi sedemikian rupa sehingga
terbentuk gumpalan - gumpalan kotoran akibat bergabungnya kotoran tersuspensi
yang ada dalam air baku. Setelah itu dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan
kotoran atau disebut flok tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.9
4. Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran
yang terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit). Setelah kotoran mengendap air
akan tampak lebih jernih. Endapan yang terkumpul didasar tangki dapat
dibersihkan dengan membuka kran penguras yang terdapat di bawah tangki.
5. Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat
diendapkan semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat
akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-
layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan
proses penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan
kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir.
2.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari Tong, pengaduk, pompa aerasi, dan
saringan dari pasir. Kegunaan dari masing-masing peralatan adalah sebagai
berikut:
1. Tong/Tangki Penampung
Terdiri dari Drum Plastik dengan volume 220 liter. Drum tersebut
dilengkapi dengan dua buah kran yaitu untuk mengalirkan air ke bak penyaring
dan untuk saluran penguras. Pada dasar Drum sebelah dalam diplester dengan
semen sehingga berbentuk seperti kerucut untuk memudahkan pengurasan. Selain
itu dapat juga menggunakan tangki fiber glass volume 550 liter yang dilengkapi
dengan kran pengeluaran lumpur. Tong atau tangki penampung dapat juga dibuat
dari bahan yang lain misalnya dari tong bekas minyak volume 200 liter atau dari
bahan gerabah. Fungsi dari drum adalah untuk menampung air baku, untuk proses
aerasi atau penghembusan dengan udara, untuk proses koagulasi dan flokulasi
serta untuk pengendapan.
2. Pompa Aerasi
10
Pompa aerasi terdiri dari pompa tekan (pompa sepeda) dengan penampang
5 cm, tinggi tabung 50 cm. Fungsi pompa adalah untuk menghembuskan udara
kedalam air baku agar zat besi atau mangan yang terlarut dalam air baku bereaksi
dengan oksigen yang ada dalam udara membentuk oksida besi atau oksida
mangan yang dapat diendapkan. Pompa tersebut dihubungkan dengan pipa aerator
untuk menyebarkan udara yang dihembuskan oleh pompa ke dalam air baku. Pipa
aerator terbuat dari selang plastik dengan penampang 0.8 cm, yang dibentuk
seperti spiral dan permukaannya dibuat berlubang-lubang, jarak tiap lubang + 2
cm.
3. Bak Penyaring
Bak Penyaring terdiri dari bak plastik berbentuk kotak dengan tinggi 40 cm
dan luas penampang 25 X 25 cm serta dilengkapi dengan sebuah keran disebelah
bawah. Untuk media penyaring digunakan pasir. kerikil, arang dan ijuk. Susunan
media penyaring media penyaring dari yang paling dasar keatas adalah sebgai
berikut :
Lapisan 1: kerikilatau koral dengan diameter 1-3 cm, tebal 5 cm.
Lapisan 2: ijuk dengan ketebalan 5 cm.
Lapisan 3: arang kayu, ketebalan 5-10 cm.
Lapisan 4: kerikil kecil diameter + 5 mm, ketebalan + 5 cm.
Lapisan 5: pasirsilika, diameter + 0,5 mm, ketebalan 10-15 cm.
Lapisan 6: kerikil, diameter 3 cm, tebal 3-6 cm.
Diantara Lapisan 4 dan 5, dan Lapisan 5 dan 6, dapat diberi spons atau
kasa plastik untuk memudahkan pada waktu melakukan pencucian saringan.
Gambar penampang Tangki Penampung, Selang Aerator dan penampang saringan
11
Gambar 1. Pipa Aerator
Gambar 3 : Penampang Saringan Pasir.
4. Bahan Kimia
Bahan kimia yang diperlukan antara lain : Tawas, kapur tohor dan kaporit
bubuk.
2.4.4 Cara Pembuatan
1. Masukkan air baku kedalam tangki penampung sampai hampir penuh (550
liter).
2. Larutkan 60 - 80 gram bubuk kapur / gamping (4 - 6 sendok makan) ke
dalam ember kecil yang berisi air baku, kemudian masukkan ke dalam
tangki dan aduk sampai merata.
12
Gambar 2. Alat pengolah air minum sederhana.
Gambar 2.4.4 Unit alat pengolahan air gambut sederhana
3. Masukkan slang aerasi ke dalam tangki sampai ke dasarnya dan lakukan
pemompaan sebanyak 50 - 100 kali. setelah itu angkat kembali slang
aerasi.
13
4. Larutkan 60 - 80 gram bubuk tawas (4 - 6 sendok makan) ke dalam ember
kecil, lalu masukkan ke dalam air baku yang telah diaerasi. Aduk secara
cepat dengan arah yang putaran yang sama selama 1 - 2 menit. Setelah itu
pengaduk diangkat dan biarkan air dalam tangki berputar sampai berhenti
dengan sendirinya dan biarkan selama 45 - 60 menit.
5. Buka kran penguras untuk mengelurakan endapan kotoran yang terjadi,
kemudian tutup kembali.
6. Buka kran pengeluaran dan alirkan ke bak penyaring. Buka kran saringan
dan usahakan air dalam saringan tidak meluap.
7. Tampung air olahan (air bersih) dan simpan ditempat yang bersih. Jika
digunakan untuk minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu (Nusa,2013)
Percontohan Alat Pengolah Air Minum Sederhana di Daerah transmigrasi
Pangkoh, Kalimantan Tengah.
14
Percontohan Alat Pengolah Air Minum Sederhana di Daerah Kalimantan Selatan.
Air baku, air olahan yang belum disaring, dan air olahan setelah disaring.
15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Teknologi lingkungan tepat guna adalah suatu alat dalam bidang lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan
fungsinya.
2. Salah satu pengaplikasian dari teknologi lingkungan tepat guna adalah
pengolahan air gambut menjadi air bersih dengan tahapan proses
netralisasi,aerasi,koagulasi,pengendapan,dan penyaringan.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah agar mahasiswa dapat
mempelajari konsep Teknologi lingkungan tepat guna sehingga dapat
mengaplikasikan dalam kehidupann sehari-hari sehingga dapat mempermudah dan
mempercepat pekerjaan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri. Jakarta.
Diakses pada 03 Oktober 2015
Novitasari, 2013. Fungsi Dan Manfaat Teknologi Tepat Guna. Jambi.
Http://Novithasari03.Blogspot.Co.Id/2013/10/Makalah-Teknologi-Tepat-
Guna.Html
Diakses pada 03 Oktober 2015
Nusa Idaman S,2013. Pengolahan Air Gambut Sederhana. Diktorat Teknologi
Lingkungan. Jakarta
17