makalhanti histamin

22
TUGAS FARMAKOLOGI Tentang HISTAMIN DAN ANTI HISTAMIN Oleh 1. AHMAD ARIF 2. MURSYID 3. IKA PURWANTI 4. ANIK MASRUFAH 5. NURUDIN AHMAD 6. AGUS EKO WIDODO

Upload: norman-mahendra

Post on 15-Jun-2015

3.009 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalhanti histamin

TUGAS FARMAKOLOGI

Tentang

HISTAMIN DAN ANTI HISTAMIN

Oleh

1. AHMAD ARIF

2. MURSYID

3. IKA PURWANTI

4. ANIK MASRUFAH

5. NURUDIN AHMAD

6. AGUS EKO WIDODO

S T I K E S P E M K A B J O M B A N G

PRODI S-1 ( ANJANG ) KEPERAWATAN

Page 2: makalhanti histamin

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah

yang berjudul ”Obat – obat anti histamin” ini sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan.

Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Drg. Budi Nugroho, M.Kes selaku Ketua Stikes Pemkab Jombang

2. Sestu Retno D.A S.Kp, M.Kes selaku Ketua Program studi S1

Keperawatan Stikes Pemkab Jombang selaku dosen pengajar mata

kuliah KDM

3. Dosen mata kuliah farmakologi

4. Rekan-rekan mahasiswa Alih jenjang S1 Keperawatan Stikes Pemkab

Jombang atas dorongan semangat dan bantuan yang diberikan.

5. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis telah berusaha untuk menyusun Tugas Akhir ini dengan sebaik-

baiknya. Namun demikian, sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa masih

banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, demi kesempurnaan,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Akhir kata, penulis meminta maaf bila dalam penyusunan makalah ini ada

hal-hal yang tidak berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

umumnya, dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya.

Jombang, Desember 2009

Page 3: makalhanti histamin

HISTAMIN DAN ANTI HISTAMIN

A. PENGERTIAN

Histamin atau beta-imidazoliletilamin atau 4(2-aminoetil)-imidazol adalah

senyawa jenis amin yang terlibat dalam tanggapan imun lokal, selain itu

senyawa ini juga berperan dalam pengaturan fungsi fisiologis di lambung dan

sebagai neurotransmitter. Pada awalnya histamin besrta asetilkolin memiliki

persamaan dalam sejarahnya, yaitu disintesis secara kimia sebelum

diketahui sifat biologiknya, keduanya disintesa dari ekstraksi ergot. Histamin

dibangun dari substansi kimia asam amino histidin oleh pengaruh enzim

histidin dekarboksilase.

Sebagai tanggapan tubuh terhadap patogen, maka tubuh memproduksi

histamin di dalam basofil dan sel mast, dengan adanya histamin maka terjadi

peningkatan permeabilitas kapiler-kapiler terhadap sel darah putih dan

protein lainnya. Hal ini akan mempermudah sel darah putih dalam

memerangi infeksi di jaringan tersebut.

Beberapa fungsi pengaturan di dalam tubuh juga telah ditemukan berkaitan

erat dengan kehadiran histamin. Histamin dilepaskan sebagai

neurotransmitter. Aksi penghambatan reseptor histamin H1  (antihistamin

H1) menyebabkan mengantuk. Selain itu ditemukan pula bahwa histamin

juga dilepaskan oleh sel-sel mast di organ genital pada saat terjadi orgasme.

Pasien penderita schizophrenia ternyata memiliki kadar histamin yang

rendah dalam darahnya. Hal ini mungkin disebabkan karena efek samping

dari obat antipsikotik yang berefek samping merugikan bagi histamin,

contohnya quetiapine. Ditemukan pula bahwa ketika kadar histamin kembali

normal, maka kesehatan pasien penderita schizophrenia

tersebut juga ikut membaik.

Gambar ikatan kimia histamin

 

Page 4: makalhanti histamin

B. ANATOMI FISIOLOGI

Histamin bereaksi dengan reseptor spesifik pada berbagai jaringan target,

resptor histamin umumnya disebut Histamin1 ( H1 ) dan Histamin2 ( H2).

Pengaruh histamin pada organ tergantung pada fungsi sel dan rasio H1: H2

Histamin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor histamin di sel. Ada

4 jenis reseptor histamin yang telah diidentifikasi, yakni:

Reseptor Histamin H1

Reseptor ini ditemukan di jaringan otot, endotelium, dan sistem syaraf pusat.

Bila histamin berikatan dengan reseptor ini, maka akan mengakibatkan

vasodilasi, bronkokonstriksi, nyeri, gatal pada kulit. Reseptor ini adalah

reseptor histamin yang paling bertanggungjawab terhadap gejala alergi.

 

Reseptor Histamin H2

Ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam

lambung.

 

Reseptor Histamin H3

Bila aktif, maka akan menyebabkan penurunan penglepasan

neurotransmitter, seperti histamin, asetilkolin, norepinefrin, dan serotonin.

 

Reseptor Histamin H4

Paling banyak terdapat di sel basofil dan sumsum tulang. Juga ditemukan di

kelenjar timus, usus halus, limfa, dan usus besar. Perannya sampai saat ini

belum banyak diketahui.

Page 5: makalhanti histamin

C. FARMAKODINAMIK

Pada sistem Kardiovaskular

- Terjadinya dilatasi kapiler sehingga terjadi kemerahan dan rasa panas

di wajah ( blushing area ), pengaruh H1 lebih kuat dan cepat dibading

H2

- Permeabilitas kapiler, histamin meningkatkan permeabilitas kapiler

yang menjadi efek sekunder terhadap pembuluh darah kecil,

akibatnya protein dan plasma keluar ke ruangan ekstrasel dan

menimbulkan udem, efek ini jelas terjadi pada reeseptor H1

- Triple response, bila disuntikan intra dermal akan timbul tiga tanda

khas yaitu : bercak merah setempat di sekeliling tempat suntikan,

Flare yaitu bercak menyebar 1-3cm dari bercak awal dengan warna

lebih terang, udem setempat pada lokasi penyuntikan

- Pembuluh darah besar, histamin cenderung menyebabkan konstriksi

pembuluh darah besar yang intensitasnya berbeda antara berbagai

spesies, kadang menutupi efek dilatasi kapiler sehingga justru terjadi

resistensi perifer

- Jantung, histamin mempengaruhi elektrisitas dan kontraktilitas

jantung. Histamin mempengaruhi depolarisasi diastole di nodus SA

sehingga frekwensi denyut meningkat, memperlambat konduksi AV

dan meningkatkan otomatisitas sehingga rawan terjadi aritmia pada

dosis besar. Umumnya reseptor yang bekerja adalah H1, kecuali

konduksi AV bekerja dengan H2

- Tekanan darah, efek vasodilatasi kapiler mengakibatkan penurunan

tekanan darah secara sistemik sehingga diwaspadai terjadinya syok

pada pemakaian histamin dosis besar

Pada otot Polos non vaskular

Histamin merangsang atau menghambat kontraksi otot polos, kontraksi

terjadi karena aktivasi H1 sedangkan relaksasi terjadi akibat aktivasi H2, efek

yang jelas terjadinya bronkokonstriksi pada penderita asma

Page 6: makalhanti histamin

Pada Kelenjar eksokrin

Histamin dalam dosis rendah akan klebih berpengaruh pada asam lambung

daripada tekanan darah, blokade pada reseptor H2 tidak hanya menurunkan

produksi asanm lambung tetapi juga mengurangi efek gastrin atau aktivitas

vagal

Pada Ujung syaraf sensoris

Terjadinya nyeri dan gatal seperti efek flare sebagai akibat refleks akson, ini

merupakan cara kerja H1 dengan merangsang ujung saraf sensoris

Pada medula adrenal dan ganglia

Histamin dalam dosis besar juga merangsang sel kromafin medula adrenal

dan sel ganglion otonom

D. HISTAMIN ENDOGEN DAN EKSOGEN

1. HISTAMIN ENDOGEN

Histamin berperan penting dalam respon fisiologis dan patologis terutama

pada anafilaksis, alergi, trauma dan syok, histamin juga sebagai mediator

sekresi cairan lambung dan mungkin berperann dalam regulasi mikroserkular

Histamin endogen terdapat di hampir semua jaringan tubuh mamalia, semua

sel mamalia memprodoksi histamin, misalnya leukosit dapat membentuk

histamin dari histidin, enzim pembentuknya disebut L- histidin

dekarboksilase. Produksi dan aktivasi terjadi pada mast cell dan basofil.

Fungsi histamin endogen antara lain:

- reaksi anafilaksis dan alergi

- pelepasan histamin oleh zat kimia dan obat, beberapa zat bersifat

antigenik sehingga mengaktivasi mast cell dan basofil, zat

tersebut diantaranya enzim kimotripsin lipase, beberapa surface

actve agents seperti detergen, garam empedu , racun atau

endotoksin, polipeptida alkali, zat deng berat molekul tinggi, zat

bersifat basa seperti morfin, kodein , antibiotik dan media kontras

- pelepasan histamin oleh sebab lain, seperti radiasi, thermal, fisik

atau mekanik cukup dapat mengaktivasi nast cell untuk

melepoaskan histamin

Page 7: makalhanti histamin

- pertumbuhan dan perbaikan jaringan

- sekresi cairan lambung

2. HISTAMIN EKSOGEN

Histamin ini diperoleh dari daging dan bakteri dalam ususs yang membentuk

histidin dan histamin

Farmakokinetik histamin eksogen terjadi dalam dua jalur yaitu metilasi oleh

histamin –N-metil transferase menjadi N- metilhistamin, deaminasi oleh

histaminase atao diaminooksidase yang non spesifik menjadi asam imidazol

asetat

Intoksikasi jarang terjadi namun gejala yang umum adalah vasodilatasi,

tekanan darah turun sampai syok, gangguan penglihatan dan sakit kepala

( histamin cepalgia )

Sediaan berupa histamin fosfat injeksi 0,275 atau 0,55 mg/ml, dengann

indikasi sebagi berikut :

- Penetapan kemampuan asam lambung ( stress test pada lambung )

- Tes integritas serabut syaraf sensoris

- Tes reaktivitas bronkus

- Diagnosis feokrositoma

ANTI HISTAMIN

a.Anti histamin penghambat reseptor H1 ( AH1 )

Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang

disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab

alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan

penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di tubuh.

Farmakokinetik secara umum yaitu antagonisme Histamin H1 yang

mempengaruhi otot polos terutama bronkus, permeabilitas kapiler yaitu untuk

mengurangi udem, untuk reaksi anafilaksis dan alergi, pada kelenjar eksokrin

AH1 mempengaruhi sekresi saliva dan eksokrin lain akibat histamine, pada

Page 8: makalhanti histamin

susunan saraf pusat dapat merangsang atau menghambat SSP umumnya

terjadi kantuk atau sedasi pada pemakaian AH1, antikolinergik nemun tidak

memadai untuk dosis terapeutik, anestesi local yaitu beberapa jenis

antihistamin dapat bersifat anestetik seperti prometazin dan pirilamin

Jenis obat dan golongannya adalah sebagai berikut

- ETANOLAMIN contohnya difenhidramin HCl: kapsul 25 dan 50mg

injeksi 10 mg/ml, Dimenhidrinat: tablet 50mg injeksi 50mg/ml,

karbinoksamin maleat : tablet 4 mg, elisir 5mg/ml

- ETILEN DIAMIN contohnya Tripelenamin HCl : tablet 25,50 mg atau

krem 2% salep 2%, Tripelenamin Sitrat , pirilenamin maleat

- ALKILAMIN contohnya bromfenramin maleat, klorpenramin maleat :

tablet 4 mg, sirup 2,5mg/ml, deksbromfenramin maleat

- PIPERAZIN contohnya klorsiklin Hcl, Silklisin Hcl, Siklisin laktat,

mekliosin Hcl, Hidroksizin HCl

- FENOTIAZIN contohnya prometazin HCl : tablet 12,5mg, 25mg, 50mg

injeksi 25-50mg/5ml supositoria 25mg,50mg ; metdilazin HCl tablet

4mg atau sirup 4mg/5ml

- PIPERIDIN ( ANTIHISTAMIN NON SEDATIF ) contoh terfenadin,

astemizol, loratadin

- Lain lain contohnya azatadin, siproheptadin, mebhidrolin napadisilat 

Nasib Antihistamin H1 dalam Tubuh

- Pemberian antihistamin H1 secara oral bisa diabsorpsi dengan baik

dan mencapai konsentrasi puncak plasma rata-rata dalam 2 jam.

Ikatan dengan protein plasma berkisar antara 78-99%. Sebagian

besar antihistamin H1 dimetabolisme melalui hepatic microsomal

mixed-function oxygenase system. Konsentrasi plasma yang relatif

rendah setelah pemberian dosis tunggal menunjukkan kemungkinan

terjadi efek lintas pertama oleh hati.

- Waktu paruh antihistamin H1 sangat bervariasi. Klorfeniramin memiliki

waktu paruh cukup panjang sekitar 24 jam, sedang akrivastin hanya 2

jam. Waktu paruh metabolit aktif juga sangat berbeda jauh dengan

obat induknya, seperti  astemizole 1,1 hari sementara metabolit

Page 9: makalhanti histamin

aktifnya, N-desmethylastemizole, memiliki waktu paruh 9,5 hari. Hal

inilah yang mungkin menjelaskan kenapa efek antihistamin H1 rata-

rata masih eksis meski kadarnya dalam darah sudah tidak terdeteksi

lagi. Waktu paruh beberapa antihistamin H1 menjadi lebih pendek

pada anak dan jadi lebih panjang pada orang tua, pasien disfungsi

hati, danm pasien yang menerima  ketokonazol, eritromisin, atau

penghambat  microsomal oxygenase lainnya.

Indikasi

- Antihistamin generasi pertama di-approve untuk mengatasi

hipersensitifitas, reaksi tipe I yang mencakup rhinitis alergi musiman

atau tahunan, rhinitis vasomotor, alergi konjunktivitas, dan urtikaria.

Agen ini juga bisa digunakan sebagai terapi anafilaksis adjuvan.

Difenhidramin, hidroksizin, dan prometazin memiliki indikasi lain

disamping untuk reaksi alergi. Difenhidramin digunakan sebagai

antitusif, sleep aid, anti-parkinsonism atau motion sickness.

Hidroksizin bisa digunakan sebagai pre-medikasi atau sesudah

anestesi umum, analgesik adjuvan pada pre-operasi atau prepartum,

dan sebagai anti-emetik. Prometazin digunakan untuk motion

sickness, pre- dan postoperative atau obstetric sedation.

Table 1. Indikasi Generasi  Pertama yang Diakui FDA

Drug NameBatas Usia

 Indikasi

Kategori

Kehamilan

 

Azatadine > 12 tahun PAR, SAR, CU B

Azelastine > 3 tahun PAR, SAR, VR, AC C

Brompheniramine > 6 tahun AR, HR Type 1 C

Chlorpheniramine > 2 tahun AR B

Clemastine > 6 tahun PAR, SAR, CU B

Page 10: makalhanti histamin

Cyproheptadine > 2 tahun PAR, SAR, CU B

Dexchlorpheniramine > 2 tahun PAR, SAR, CU B

Hydroxyzine Bisa diberikan

< 6 tahun

Pruritus, sedasi,

analgesia, anti-emetik

C

Promethazine > 2 years old HR Type 1, Sedation,

Motion sickness,

Analgesia

C

Tripelennamine > 1 bulan PAR, SAR, CU B

*PAR = perennial allergic rhinitis, SAR = seasonal allergic rhinitis, CU =

chronic urticaria, HR Type 1 = hypersensitivity reaction type 1, AR =

allergic rhinitis, VMR = vasomotor rhinitis, AC = allergic conjunctivitis

Table 2. Indikasi Antihistamin Generasi II & III yang diakui FDA

Nama Obat Batas Usia Indikasi Kategori Kehamilan

Cetirizine > 2 tahun PAR, SAR, CIU B

Fexofenadine > 6 tahun SAR, CIU C

Loratadine > 2 tahun SAR, CIU B

Desloratadine > 12 tahun PAR, SAR, CIU C

*PAR = perennial allergic rhinitis, SAR = seasonal allergic rhinitis, CIU =

chronic idiopathic urticaria

Kontraindikasi

- Antihistamin generasi pertama: hipersensitif terhadap antihistamin

khusus atau terkait secara struktural, bayi baru lahir atau premature,

Page 11: makalhanti histamin

ibu menyusui, narrow-angle glaucoma, stenosing peptic ulcer,

hipertropi prostat simptomatik, bladder neck obstruction, penyumbatan

pyloroduodenal, gejala saluran napas atas (termasuk asma), pasien

yang menggunakan monoamine oxidase inhibitor (MAOI), dan  pasien

tua. 

- Antihistamin generasi kedua dan ketiga : hipersensitif terhadap

antihistamin khusus atau terkait secara struktural.

Efek Samping

- Antihistamin Generasi Pertama:

1. Alergi – fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.

2. Kardiovaskular – hipotensi postural, palpitasi, refleks takikardia,

trombosis vena pada sisi injeksi (IV prometazin)

3. Sistem Saraf Pusat - drowsiness, sedasi, pusing, gangguan

koordinasi, fatigue, bingung, reaksi extrapiramidal bisa saja terjadi

pada dosis tinggi

4. Gastrointestinal - epigastric distress, anoreksi, rasa pahit (nasal spray)

5. Genitourinari – urinary frequency, dysuria, urinary retention

6. Respiratori – dada sesak, wheezing, mulut kering, epitaksis dan nasal

burning (nasal spray)

- Antihistamin Generasi Kedua Dan Ketiga):

1. Alergi – fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.

2. SSP – mengantuk/ drowsiness, sakit kepala, fatigue, sedasi

3. Respiratori** - mulut kering

4. Gastrointestinal** - nausea, vomiting, abdominal distress (cetirizine,

fexofenadine)

- *Efek samping SSPsebanding dengan placebo pada uji klinis, kecuali

cetirizine yang tampak lebih sedatif ketimbang placebo dan mungkin

sama dengan generasi pertama. **Efek samping pada respiratori dan

gastrointestinal lebih jarang dibanding generasi pertama.

Interaksi Obat

Precipitant Drug Object Drug Effect

Antihistamin Alkohol, depresan Menambah efek depresan

Page 12: makalhanti histamin

SSP SSP dan efek lebih kecil

pada antihistamin generasi

kedua dan ketiga.

 

Antifungi Azole dan

Antibiotik Makrolida :

azithromycin,

clarithromycin,

erythromycin, fluconazole,

itraconazole,

ketoconazole, miconazole

loratadine,

desloratadine

Meningkatkan kadar

plasma object drug

Cimetadine loratadine Meningkatkan kadar

plasma object drug

Levodopa promethazine Menurunkan efek

levodopa

MAOIs:

phenelzine,

isocarboxazid,

tranylcypromine

Antihistamin

generasi pertama

 

Bisa memperlama dan

memperkuat efek

antikolinergik dan sedative

antihistamin, sehingga

bisa terjadi hipotensi dan

efek samping

ekstrapiramidal

 

Protease Inhibitors:

ritonavir, indinavir,

saquinavir, nelfinavir

Antihistamin

generasi pertama,

loratadine

Meningkatkan kadar

plasma object drug

Page 13: makalhanti histamin

Serotonin Reuptatke

Inhibitors (SSRIs):

fluoxetine, fluvoxamine,

nefazodone, paroxetine,

sertraline

Antihistamin

generasi pertama

 

 

Meningkatkan kadar

plasma object drug

-

b.Antagonis Reseptor Histamin H2

Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah

meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor

H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam

lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan

penyakit refluks gastroesofagus.

Golongan anti histamin H2

1. Simetidine dan ranintidin

Secara farmakodinamin golongan ini menghambat reseptor H2 secara

selektif dan reversibel, perangsangan H2 akan merangsang sekresi

cairan lambung, obat ini tidak berpengaruh pada reseptor H2 lainya

dan tidak efektif pada pengaruh muskarinik. Simetidin dan ranintidin

dapat mengurangi jumlah ion hidrogen pada asam lambung

Farmakonkinetik obat simetidin secara umum bioaviabilitasnya sekitar

70 % pada pemberian oral sama seperti IM dan IV, absorbsi simetidin

terjadi setelah 60-90 menit dengan waktu paruh 2 jam

Ranintidin memiliki bioaviabilitas sekitar 50% dengan waktu paruh

sekitar 1,7 -3 jam

Efek samping : nyeri kepala, malaise, mual, diare, konstipasi, ruam

kulit, prutritus, kehilangan libido dan impoten

Interaksi obat dengan antasida dan metoklopramid akan mengurangi

bioaviabiliotas sebayak 20-30%, hambatan penyerapan saat diberikan

dengan ketokonazol, beberapa obat dipengaruhi metabolismenya

Page 14: makalhanti histamin

antara lain golongan warfarin, karbamazepin, fenitoin, diazepam,

propanolol, metoprolol dan imipramin

Indikasi yang utama untuk tukak peptik, pemelihraan pada tukak

duodenum, pencegahan tukak lambung

Sediaan simetidin terdiri atas 200,300 dan 400mg tablet, sirup

300mg/5ml. Injeksi 300mg/2ml sedangkan ranintidin dalam bentuk

tablet 150mg dan injeksi 25mg/2ml

2. Famotidine

Farmakodinamik famotidin sama seperti AH2 lain yaitu menghambat

sekresi asam lambung dalam keadaan basal, malam dan stimulasi

pentagastrin. Famotidin 3 kali lebih potensial simetidin dan 20 kali dari

ranintidin

Indikasi paling efektif untuk tukak duodenum dan tukan lambung

setelah 8 minggu pengobatan sebanding dengan ranitidin dan

simetidin

Interaksi dengan obat lain belum ditemukan

Efek samping lebih jarang terjadi, kadang ditemukan pusing,

konstiopasi dan diare.

Farmakokinetik famotidin mencapai puncak plasma 2 jam setela

pemberian oral, dengan waktu paruh 3-8 jam dan bioaviabilitas 40-

50%

Dosis pemberian yaitu 40mg sekali per hari saat akan tidur untuk

terapi tukak duodenum, pada tukak peptik 20 mg saat akan tidur, pada

sindroma zolingger ellison dianjurkan per oral 20 mg setiap 6 jam

3. nizatidine

farmakodinamik obat ini kurang lebih sama potensiasinya denga

ranintidin, untuk indikasi gangguan asam lambung, penyembuhan

tukak duodenum, refluk esofagus dan sindrom zolingger elison,

kurang lebih sama denga ranintidin

Efek samping jarang terjadi, kadang terjadi gangguan saluran cerna

dan peningkatan kadar serum asam urat

Page 15: makalhanti histamin

Bioaviabilitas oral sebesart 90% dan tidak mempengaruhi respon

kolinergik, kadar puncak plasma tercapai dalam1 jam dengan waktu

paruh 1,5 jam dan masa kerja 10 jam

Dosis aktif untuk tukak duodenum adalah 300mg sekali sehari atau

150 mg dua kali perhari

Page 16: makalhanti histamin

Daftar Pustaka

S. ganiswara, FARMAKOLOGI DAN TERAPI, FK UI, Jakarta: 1998

Farmacia.com, artikel tentang efek anti alergi pada anti histamin, diterbitkan

pada 19 juni 2008, diakses tanggal 4 desember 2009