metopen

29
UJIAN AKHIR SEMESTER METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI DAN BISNIS Disusun guna melengkapi tugas individu ujian akhir semester Dosen Pengampu: Dra. Y Anni Aryani, M Prof Acc., Ph.D., Ak, CA Oleh: MILA PURANI SISTIYAN NIM. S431402020 Kelas Reguler 1A

Upload: milapurani

Post on 08-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

metopen

TRANSCRIPT

UJIAN AKHIR SEMESTERMETODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI DAN BISNIS

Disusun guna melengkapi tugas individu ujian akhir semester

Dosen Pengampu: Dra. Y Anni Aryani, M Prof Acc., Ph.D., Ak, CA

Oleh:

MILA PURANI SISTIYANNIM. S431402020

Kelas Reguler 1A

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2014

UJIAN AKHIR SEMESTER KELAS REGULER I-A

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET

MATA KULIAH: METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI & BISNIS

HARI, TANGGAL: KAMIS, 8 JANUARI 2015

WAKTU UJIAN: 24 JAM

DOSEN PENGUJI : Dra. Y Anni Aryani, M.Prof.Acc., Ph.D., Ak, CA

SIFAT UJIAN: TAKE HOME EXAM

PERHATIAN:

1. INDIVIDUAL EXAM!!

2. SEGALA BENTUK KECURANGAN AKAN MENGAKIBATKAN NILAI ANDA NOL UNTUK UJIAN INI!!!

3. E-MAIL JAWABAN ANDA KE: [email protected] dan/atau [email protected] !! CC email anda ke [email protected]. Kumpulkan print out (hard copy) jawaban Anda di staff administrasi Maksi (mas Priyo) dan mohon tanda tangan penyerahan jawaban sebagai bukti absensi ujian pada hari Jumat , 9 Januari 2015, paling lambat jam 12.00.

Soal No.1

Jelaskan konsep trade-off antara internal validity dan external validity. Jelaskan dengan disertai contoh!

Soal No. 2

a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ketepatan (precision) dan keyakinan (confidence) dan bagaimana mereka akan mempengaruhi ukuran sampel!

b. Diskusikan pernyataan berikut ini: Ada trade-off antara ketepatan dan keyakinan di bawah kondisi tertentu.

Soal No. 3

Ibu Sandra melakukan penelitian dengan metode survei. Sampelnya terdiri dari 148 karyawan dari total 3.700 karyawan yang bekerja di tiga organisasi. Hasil dari survei nya disajikan dalam Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3 berikut ini. Berdasarkan tabel-tabel tersebut:

a. Jelaskan karakteristik sampel dalam Tabel 1.

b. Jelaskan data pada Tabel 2.

c. Interpretasikan data pada Tabel 3.

Table 1: Frequency Distributions of Sample (n = 148)

RaceEducationGender

Non-whites = 48 (32%)High School = 38 (26%)Males = 111(75%)

Whites = 100 (68%)College Degree = 74 (50%)Females = 37 (25%)

Masters Degree = 36 (24%)

Age# of Years in Org.Marital Status

< 20 = 10(7%)< 1 year = 5 (3%)Single 20 (14%)

20-30 = 20(14%)1-3 = 25(17%)Married 108 (73%)

31-40 = 30(20%)4-10 = 98(66%)Divorced 13 (9%)

>40 = 88(59%)>10 = 20(14%)Alternative7 (4%)

Lifestyle

Table 2: Means, Standard Deviations and Other Statistics

VARIABLEMEANSTD. DEVMODEMINMAX

Age37.518382064

# of Years Married12.12415032

Stress3.71.79315

Job Involvement3.91.63425

Performance3.60.86335

Table 3: Pearson Correlations

VariableAge# of yrs. MarriedStressJob InvolvementPerformance

Age1.0

# of yrs. married.861.0

Stress(.43(.611.0

Job Involvement.53.32.581.0

Performance.09(.06.49.361.0

a. All correlations above .30 are significant, at least at the .05 level.

b. All correlations above .50 are significant, at least at the .01 level.

=== SELAMAT MENGERJAKAN ===

SOAL 1:

1. Jelaskan konsep trade-off antara internal validity dan external validity. Jelaskan dengan disertai contoh!

JAWABAN SOAL 1Internal validity menunjukkan apakah perlakuan eksperimental adalah satu-satunya penyebab perubahan variabel dependen. Dengan demikian, internal validity berkaitan dengan sejauh mana perubahan yang diamati dalam suatu penelitian (terutama penelitian ekprimental) benar-benar hanya terjadi karena perlakuan yang diberikan dan bukan pengaruh faktor lain (variabel luar). Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.Validitas eksternal berkaitan dengan pertanyaan, sejauh mana hasil suatu penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel) penelitian diambil. Penelitian mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat diterapkan pada sample lain, tetapi masih dalam populasi yang sama, atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan.Terdapat trade off antara validitas internal dan validitas eksternal. Jika peneliti menentukan validitas internal tinggi, maka validitas eksternalnya akan lebih rendah, begitu juga sebaliknya. Peneliti sebaiknya menguji hubungan kasual melalui eksperimen lab yang dikontrol secara ketat terlebih dahulu untuk menentukan jenis validitas. Jika hubungan dapat dibuktikan, barulah pengujian dilakukan dengan eksperimen lapangan.

Untuk eksperimen lapangan, mempunyai validitas eksternal lebih tinggi yang dikarenakan hasilnya lebih dapat digeneralisasi untuk populasi atau organisasi lainnya. Akan tetapi, eksperimen lapangan mempunyai validitas internal lebih rendah yang dikarenakan tidak adanya keyakinan penyebab variabel Y atau dependen disebabkan oleh variabel X sendirian.

Untuk eksperimen lab, mempunyai validitas internal yang lebih tinggi dan validitas eksternal rendah, berlawanan dengan eksperimen lapangan. Dengan eksperimen lab, peneliti akan mempunyai tingkat keyakinan tinggi bahwa penyebab variabel Y, hanyalah disebabkan oleh variabel X, karena peneliti dapat mengendalikan variabel asing lain yang mengganggu. Akan tetapi, dengan banyaknya variabel yang dikontrol untuk membuktikan hubungan kausalitas, peneliti tidak mengetahui sampai tingkat apa hasil penelitian lab dapat mewakili populasi atau organisasi lainnya.

Contoh:Pengujian eksperimen atas jenis musik dengan suasana hati pendengar. Variabel independen adalah jenis musik dan suasana hati pendengar merupakan variabel dependen.

Hasil penelitian akan memenuhi validitas internal jika penyebab variabel dependen hanya berasal dari variabel independennya. Dengan demikian, suasana hati pendengar hanya ditentukan oleh jenis musik yang diperdengarkan dan tidak boleh ada faktor lain di luar itu seperti usia responden, selera musik responden, dan sebagainya. Penelitian dilakukan dengan mengendalikan elemen-elemen yang dapat menurunkan validitas internal, misalnya dengan menyeleksi responden yang berhak mengikuti eksperimen terlebih dahulu dengan mengetahui tingkat stres atau selera musik responden. Jika musik akustikan yang lembut diperdengarkan, responden akan cenderung mempunyai suasana hati yang rileks, berbeda jika musik rock atau metal yang diperdengarkan, suasana hati responden akan lebih emosional dan tidak rileks. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jenis musik mempengaruhi suasana hati responden (variabel independen sebagai satu-satunya penyebab variabel dependen). Eksperimen ini mempunyai tingkat validitas intenal yang tinggi.Hasil penelitian seharusnya dapat digeneralisasikan pada populasi atau organisasi lain sehingga mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula. Misalnya siapapun orangnya, apapun selera musiknya, di manapun, dan kapan pun seseorang berada, apabila mendengar suara musik akustikan yang lembut, akan mempunyai suasana hati yang rileks. Akan tetapi, pada kenyataannya suasana hati seseorang tidak bisa ditentukan hanya karena jenis musik yang didengarnya, tetapi banyak variabel lainnya yang turut mempengaruhi suasana hati seseorang, misalnya selera musik, tingkat stress seseorang, dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan, terjadi trade off antara validitas internal dan eksternal.Jika eksperimen dilakukan di luar ruangan pada lingkungan alami, validitas internal akan sulit dikendalikan. Contohnya peneliti memperdengarkan musik akustikan yang lembut di ruang terbuka dan didengar banyak orang, dan melihat reaksi responden, kemudian menggantinya dengan musik rock. Eksperimen ini mempunyai validitas internal rendah karena variabel-variabel lain di luar jenis musik seperti tingkat stres dan selera musi tidak diketahui dan dapat menjadi bias atas hasil penelitian. Akan tetapi, eksperimen ini mempunyai validitas eksternal tinggi. Jika hasil eksperimen menunjukkan perbedaan suasana hati karena jenis musik yang diperdengarkan berbeda, maka dapat disimpulkan jenis musik mempengaruhi suasana hati.Dari pembahasan di atas, terlihat terdapat trade off antara validitas internal dan eksternal. Peneliti tidak mungkin melakukan eksperimen dengan menjaga tingkat validitas internal dan eksternal sama-sama tinggi.a. Berikut ini adalah penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan ketepatan (precision) dan keyakinan (confidence) dan bagaimana mereka akan mempengaruhi ukuran sampel:

PrecisionPrecision atau ketepatan merupakan tingkat kedekatan atas karakteristik sampel yang dipilih untuk digunakan sebagai pengambilan kesimpulan atas parameter populasi. Precision ditentukan oleh variabilitas distribusi sampling dari rnilai rata-rata sampel tersebut.Precision adalah fungsi dari jarak variabilitas pada distribusi sampling pada rata-rata sampel. Artinya, apabila diambil jumlah sampel yang berbeda, dan mengambil rata-rata yang berbeda pula pada masing-masing sampel, maka akan ditemukan perbedaan pula yakni distribusi normal, juga penyebarannya.

Precision adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Presicion diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Precision dapat dinyatakan sebagai repeatability (keterulangan) atau reproducibility (ketertiruan). Repeatability adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Repeatability dinilai melalui pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap sampel-sampel identik yang terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan ukuran keseksamaan pada kondisi yang normal.

Confidence

Apabila precision menunjukkan kedekatan temuan untuk "realitas" didasarkan pada sampel, selain itu mencerminkan tingkat keakuratan hasil berdasarkan sampel atau apa yang benar-benar ada di alam semesta, maka yang dimaksud dengan confidenceadalah estimasi probabilitas mengenai seberapa besar tingkat kepercayaan pada temuan-temuan atau seberapa yakin kita terhadap estimasi yang mendekati kebenaran untuk populasi (Sekaran dan Bogie, 2013: 262).

Precision dan confidence adalah hal yang cukup penting dalam sampling sebab keduanya menggunakan data sampel untuk menarik sebuah kesimpulan dari populasi, diharapkan nantinya ada sebuah keterbukaan pada target dan memberikan beberapa gagasan untuk tingkat kesalahan. Karena suatu titik penilaian tidak menyediakan tingkat kemungkinan adanya kesalahan, perlu dilakukan interval penilaian untuk memastikan penilaian yang akurat pada parameter populasi. Statistik mempunyai beberapa distribusi sebagai rata-rata distribusi sampling yang digunakan dalam prosedur ini, umumnya z atau t statistik. Untuk melakukan peningkatan pada precision dan confidence, diperlukan suatu ukuran sampel yang lebih besar (Sekaran dan Bogie, 2013: 262).

Jika ingin mempertahankan precision asli sambil meningkatkan confidence, atau mempertahankan confidence sekaligus meningkatkan precision, atau ingin meningkatkan baik confidence dan juga precision, dibutuhkan ukuran sampel yang lebih besar. Singkatnya, ukuran sampel, n, adalah fungsi dari (Sekaran dan Bogie, 2013: 263):

Variabilitas dalam populasi

Precision atau ketepatan yang diperlukan

Tingkat confidence yang diinginkan

Jenis sampling yang digunakan

b. Berikut ini adalah penjelasan menganai pernyataan bahwa ada trade-off antara ketepatan dan keyakinan di bawah kondisi tertentu:

Kita telah mempelajari bahwa jika kita ingin lebih ketepatan, atau kepercayaan lebih, atau keduanya, ukuran contoh sample perlu ditingkatkan, kecuali, yang pasti, terdapat sangat kecil variabilitas di dalam populasi itu sendiri. Bagaimanapun, jika ukuran sampel tidak dapat ditingkatkan, untuk alasan apapun juga, maka tidak akan bisa memberikan biaya-biaya dari sample, dengan n yang sama, dengan cara menjaga tingkat confidence dan juga precision yang sama dengan itu dapat meramalkan perkiraan awal peneliti, hal itu akan mengurangi tingkat confidence dan precision dari perkiraan (Sekaran dan Bogie, 2013: 263-264). Hal itu menjadi penting bagi peneliti untuk mempertimbangkan sedikitnya empat aspek dalam pembuatan keputusan pada ukuran sample yang diperlukan dalam melakukan penelitian (Sekaran dan Bogie, 2013: 264): Seberapa banyak precision yang diperlukan dalam memperkirakan karakteristik populasi, hal itu merupakan margin dari kesalahan yang dapat diterima?

Seberapa banyak confidence yang diperlukan, merupakan bagian dari berapa banyak kesempatan yang dapat diambil dalam membuat kesalahaan dalam menaksir parameter populasi?

Untuk apa luas variabiliti yang ada pada karakteristik populasi yang diselidiki?

Berapa cost-benefit dalam meningkatkan analisa ukuran sampel?

Ibu Sandra melakukan penelitian dengan metode survei. Sampelnya terdiri dari 148 karyawan dari total 3.700 karyawan yang bekerja di tiga organisasi. Hasil dari survei nya disajikan dalam Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3 berikut ini. Berdasarkan tabel-tabel tersebut:

d. Jelaskan karakteristik sampel dalam Tabel 1.

e. Jelaskan data pada Tabel 2.

f. Interpretasikan data pada Tabel 3.

Table 1: Frequency Distributions of Sample (n = 148)

RaceEducationGender

Non-whites = 48 (32%)High School = 38 (26%)Males = 111(75%)

Whites = 100 (68%)College Degree = 74 (50%)Females = 37 (25%)

Masters Degree = 36 (24%)

Age# of Years in Org.Marital Status

< 20 = 10(7%)< 1 year = 5 (3%)Single 20 (14%)

20-30 = 20(14%)1-3 = 25(17%)Married 108 (73%)

31-40 = 30(20%)4-10 = 98(66%)Divorced 13 (9%)

>40 = 88(59%)>10 = 20(14%)Alternative7 (4%)

Lifestyle

Table 2: Means, Standard Deviations and Other Statistics

VARIABLEMEANSTD. DEVMODEMINMAX

Age37.518382064

# of Years Married12.12415032

Stress3.71.79315

Job Involvement3.91.63425

Performance3.60.86335

Table 3: Pearson Correlations

VariableAge# of yrs. MarriedStressJob InvolvementPerformance

Age1.0

# of yrs. married.861.0

Stress(.43(.611.0

Job Involvement.53.32.581.0

Performance.09(.06.49.361.0

a. All correlations above .30 are significant, at least at the .05 level.

b. All correlations above .50 are significant, at least at the .01 level.

Responden dalam penelitian ini adalah karyawan yang berasal dari tiga organisasi. Sampel yang dapat dianalisis dari penelitian ini berasal dari 148 responden dari total populasi 3.700 karyawan. Roscoe (Sekaran, 2006) menyatakan bahwa untuk kebanyakan penelitian, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah lebih dari 30 dan kurang dari 500, dan jika menyangkut multivariate research (termasuk analisis regresi berganda), jumlah sampel harus beberapa kali (10 kali atau lebih) dari jumlah variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada lima variabel, sehingga sampel penelitian ini sudah cukup baik karena lebih dari 30 dan 29 kali lebih banyak dari jumlah variabel penelitian.

Selain data-data untuk analisis hipotesis, peneliti juga mengumpulkan data pribadi responden yang meliputi ras, pendidikan, jenis kelamin, pendidikan, usia, lama bekerja, dan status pernikahan. Deskripsi responden berdasarkan kriteria ras, pendidikan, jenis kelamin, usia, lama bekerja, dan status pernikahan akan dijelaskan di bawah ini.

1. Ras

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian responden dengan white races yaitu sebesar 100 orang atau 68% dari total responden, sisanya sebesar 48 responden (32%) berasal dari non-white races.

Tabel 1

Distribusi Ras Responden

PendidikanJumlahPersentase

Non-whites4832 %

White10068 %

Total148100 %

Sumber : data primer yang diolah

2. Pendidikan

Tabel 2 menjelaskan bahwa posisi sebagian besar responden mempunyai latar belakang pendidikan S-1 (college degree) yaitu sebanyak 74 responden atau 24% dari total responden. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan dari organisasi membutuhkan intelektualitas yang cukup tinggi. Responden dengan latar belakang pendidikan SLTA (high school), hanya 38 responden atau 26% dari total responden. Sedangkan 36 responden lainnya atau 24% dari total responden mempunyai tingkat pendidikan strata dua atau master degree.

Tabel 2

Distribusi Pendidikan Responden

PendidikanJumlahPersentase

High School3826 %

College Degree7450 %

Masters Degree3624 %

Total148100 %

Sumber : data primer yang diolah

3. Jenis Kelamin

Tabel 3 menunjukkan distribusi jenis kelamin responden. Sebagian besar responden adalah pria yaitu 111 responden atau 75 % dari total responden. Responden dengan jenis kelamin wanita hanya 37 responden atau 25% dari total sampel penelitian.

Tabel 3

Distribusi Jenis Kelamin Responden

GenderJumlahPersentase

Pria11175 %

Wanita3725 %

Total148100 %

Sumber : data primer yang diolah

4. Usia

Sebagian besar responden berusia di atas 40 tahun yaitu sebanyak 88 responden (59%). Hal ini bisa dilihat pada tabel 4 tentang distribusi usia responden. Sepuluh orang responden (7 %) berusia di bawah 20 tahun, 20 orang (14%) berusia antara 20 30 tahun, dan sisanya sebanyak 30 responden (20%) di antara 31 40 tahun.

Tabel 4

Distribusi Usia Responden

UsiaJumlahPersentase

Di bawah 20 tahun107 %

20 30 tahun2014 %

31 40 tahun3020 %

Di atas 40 tahun8859 %

Total 148100 %

Sumber : data primer yang diolah

5. Masa Kerja

Data mengenai masa kerja responden bisa dilihat pada tabel 5. Sebagian besar responden mempunyai masa kerja antara 4 10 tahun, yaitu 98 responden (66%). Dua puluh orang responden (14%) telah bekerja selama lebih dari sepuluh tahun. Dua puluh lima responden (17%) telah bekerja selama 1 3 tahun, dan lima orang sisanya bekerja kurang dari sepuluh tahun.

Tabel 5

Distribusi Masa Kerja Responden

Masa KerjaJumlahPersentase

Kurang dari 1 tahun53 %

1 3 tahun2517 %

4 10 tahun9866 %

Lebih dari 10 tahun2014 %

Total148100 %

Sumber : data primer yang diolah

6. Status Pernikahan

Sebagian besar responden berstatus terikat pernikahan, yaitu 73% atau 108 responden. Data tersebut dapat dilihat pada tabel enam di bawah ini. Sebanyak 20 responden (14%) masih lajang, 13 responden (9%) berstatus duda/janda, dan sisanya sebanyak 7 orang (4%) mempunyai status alternative lifestyle. Tabel 6

Distribusi Status Pernikahan Responden

Masa KerjaJumlahPersentase

Lajang2014 %

Menikah10873 %

Bercerai139 %

Alternative Lifestyle74 %

Total148100 %

Sumber : data primer yang diolah

Table 2: Means, Standard Deviations and Other Statistics

VARIABLEMEANSTD. DEVMODEMINMAX

Age37.518382064

# of Years Married12.12415032

Stress3.71.79315

Job Involvement3.91.63425

Performance3.60.86335

Variabel pertama yaitu umur (age) mempunyai nilai minimal 20 dan nilai maksimum sebesar 64 dengan nilai rata-rata 37,3. Berdasarkan data tersebut dikatakan bahwa responden yang diamati rentang umur antara 20 tahun (minimal) sampai dengan 64 tahun (maksimal). Variabel umur (age) memiliki standar deviasi sebesar 18 menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 37,5.Variabel kedua yaitu tahun pernikahan (# of Years Married) memiliki nilai minimum 0 yang berarti bahwa terdapat responden yang belum menikah, yang ditunjukkan dengan minimal tahun pernikahan sebesar 0. Variabel tahun pernikahan (# of Years Married) memiliki nilai maksimum sebesar 32 yang berarti bahwa terdapat responden yang telah menikah selama 32 tahun. Variabel tahun pernikahan (# of Years Married) memiliki standar deviasi sebesar 24 menunjukkan simpangan data yang relatif besar, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 12,1.

Variabel ketiga yaitu stress mempunyai nilai minimal 1 dan nilai maksimum sebesar 5 dengan nilai rata-rata 37,3. Berdasarkan data tersebut dikatakan bahwa responden yang diamati memiliki tingkat stres antara 1 (minimal) sampai dengan 5 (maksimal). Variabel stress memiliki standar deviasi sebesar 1,79 menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 3,7.Variabel keempat yaitu keterlibatan kerja (job involvment) mempunyai nilai minimal 2 dan nilai maksimum sebesar 5 dengan nilai rata-rata 3,9. Berdasarkan data tersebut dikatakan bahwa responden yang diamati memiliki keterlibatan kerja antara 1 (minimal) sampai dengan 5 (maksimal) yang berarti bahwa responden sudah banyak terlibat dalam pekerjaan karena memiliki nilai minimum 2. Apabila nilai minimum adalah 1 berarti bahwa terdapat responden yang tidak terlibat dalam pekerjaan. Variabel keterlibatan kerja (job involvment) memiliki standar deviasi sebesar 1,63 menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 3,9.

Variabel kelima yaitu kinerja (performance) mempunyai nilai minimal 3 dan nilai maksimum sebesar 5 dengan nilai rata-rata 3,6. Berdasarkan data tersebut dikatakan bahwa responden yang diamati memiliki kinerja antara dengan skala 3 (minimal) sampai dengan skala 5 (maksimal) yang berarti bahwa kinerja responden sudah baik karena memiliki nilai minimum 3. Variabel kinerja (performance) memiliki standar deviasi sebesar 0,86 menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 3,6.Table 3: Pearson Correlations

VariableAge# of yrs. MarriedStressJob InvolvementPerformance

Age1.0

# of yrs. married.861.0

Stress(.43(.611.0

Job Involvement.53.32.581.0

Performance.09(.06.49.361.0

a. All correlations above .30 are significant, at least at the .05 level.

b. All correlations above .50 are significant, at least at the .01 level.

Hasil analisis pada tabel 3 digunakan untuk mengetahui ada/tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Besar kecilnya hubungan antara

dua variabel dinyatakan dalam bilangan yang disebut Koefisien Korelasi. Besarnya koefisien korelasi antara -1 sampai dengan +1. Besaran koefisien korelasi -1 dan 1 adalah korelasi yang sempurna. Koefisien korelasi 0 atau mendekati 0 dianggap tidak berhubungan antara dua variabel yang diuji. Kriteria mengenai koefisien korelasi tersebut, yaitu:

1. Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan

2. Jikaangka koefesien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat

3. Jikaangka koefesien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah

4. Jika angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif.

5. Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif.

Untuk arah hubungan, yaitu:

1. Positif (Koefisien 0 s/d 1)

2. Negatif (Koefisien 0 s/d -1)

3. Nihil (Koefisien 0)

Berdasarkan data pada tabel 3 untuk Pearson Correlations, terlihat bahwa terdapat empat variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen tersebut, yaitu usia, lama menikah, stress, dan job involvement. Sedangkan untuk variabel dependennya yaitu performance (kinerja) karyawan. Dengan demikian, hipotesis untuk penelitian ini yaitu:

H1:terdapat hubungan antara usia dengan kinerja karyawan.

H2:terdapat hubungan antara lamanya masa menikah dengan kinerja karyawan.

H3:terdapat hubungan antara tingkat stress dengan kinerja karyawan.

H4:terdapat hubungan antara job involvement dengan kinerja karyawan.

Dengan melihat nilai signifikansi pada tabel 3 tersebut, maka akan diketahui ada atau tidaknya korelasi antara variabel dependen dan independennya. Dengan demikian akan diketahui apakah hipotesis akan diterima atau ditolak. Sedangkan untuk arah hubungan, dapat dilihat dari tanda koefisien korelasi, yaitu:

1. Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah

2. Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga tinggi

Berdasarkan tabel 3 korelasi Pearson, untuk analisis hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Usia dan kinerja karyawan

Nilai koefisien korelasi antara usia dan kinerja karyawan adalah 0.09, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usia tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan karena nilai koefisiennya di bawah 0.30.

2. Lamanya masa menikah dan kinerja karyawan

Lamanya masa menikah seorang tidak berhubungan dengan kinerja karyawan karena nilai koefisien korelasi di bawah 0.30, yaitu sebesar -0.06.

3. Tingkat stress dan kinerja karyawan

Tingkat stress atau tekanan yang dirasakan karyawan berhubungan positif dengan kinerja karyawan. Hal tersebut terlihat dari nilai koefisien korelasi sebesar 0.49 dengan =0,05 (5%). Tanda positif menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi antara tingkat stress dan kinerja karyawan adalah hubungan yang berbanding lurus, artinya semakin tinggi tingkat stress yang dirasakan karyawan, maka akan semakin tinggi pula kinerja karyawan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hubungan tingkat stress dengan kinerja karyawan adalah signifikan dan searah.

4. Job involvement dan kinerja karyawan

Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa nilai koefisien korelasi antara job involvement dengan kinerja karyawan sebesar 0.36 dengan =0,05 (5%). Korelasi yang terjadi antara job involvement dan kinerja karyawan menunjukkan arah yang sama atau searah karena nilai koefisien positif, artinya semakin tinggi job involvement, maka akan semakin tinggi pula kinerja karyawan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara job involvement dan kinerja karyawan adalah signifikan dan searah.

Selain dari keempat hipotesis di atas, terdapat analisis tambahan lainnya berdasarkan hasil pengujian korelasi Pearson, yaitu:1. Umur dengan lamanya menikah

Nilai koefisien korelasi sebesar 0.86 dengan =0,01 (1%). Umur berkorelasi dengan lamanya menikah. Semakin tua atau semakin banyak umur, maka responden akan mempunyai waktu menikah yang lebih panjang.2. Umur dengan tingkat stressNilai koefisien korelasi sebesar -0.43 dengan =0,05 (5%). Terdapat hubungan antara umur dengan tingkat stress. Karena arah hubungan berlawanan arah yang ditandai dengan tanda (-), maka semakin tua seseorang, tingkat stress yang dirasakan akan semakin berkurang.3. Umur dengan job involvementNilai koefisien korelasi sebesar 0.53 dengan =0,01 (1%). Terdapat korelasi antara umur dengan job involvement. Semakin tua usia sesorang, maka job involvement-nya juga akan semakin meningkat.4. Lamanya menikah dengan tingkat stressNilai koefisien korelasi sebesar -0.61 dengan =0,01 (1%). Lamanya menikah responden berhubungan dengan tingkat stress yang dirasakan. Semakin lama seseorang telah menikah, maka tingkat stress yang dirasakan akan semakin berkurang.5. Lamanya menikah dengan job involvementNilai koefisien korelasi sebesar 0.32 dengan =0,05 (5%). Terdapat hubungan antara lamanya usia pernikahan seseorang dengan job involvement. Semakin lama sesorang menikah, job involvement akan semakin meningkat. 6. Tingkat stress dengan job involvementNilai koefisien korelasi sebesar 0.58 dengan =0,01 (1%). Tingkat stress yang dirasakan seseorang berkorelasi dengan job involvement. Semakin tinggi tingkat stress yang dirasakan seseorang, job involvement-nya akan semakin meningkat.