model multiakad dalam reksadana syariah ( …
TRANSCRIPT
MODEL MULTIAKAD DALAM REKSADANA SYARIAH
( PENDEKATAN TEORI MULTIAKAD )
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Oleh:
SAIFUL AMRI
I000170191
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
4
MODEL MULTIAKAD DALAM REKSADANA SYARIAH
(PENDEKATAN TEORI MULTIAKAD)
Abstrak
Perkembangan investasi saat ini sangat signifikan, khususnya investasi reksadana
syariah.Yang di dalam transksinya terdiri dari beberapa akad (multiakad).
Sehingga peneliti tertarik meneliti mengenai model multiakad yang diterapkan di
dalam reksadana syariah dengan pendekatan teori multiakad. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif deskreftif analisis yaitu dengan metode
dokumentasi, yang pencarian sumber datanya dengan menelusuri teks-teks baik di
dalam buku-buku, jurnal, atapun di artikel-artikel yang berkaitan dengan dengan
pembahasan sedang diteliti. Hasil penelitian ini adalah bahwa di dalam investasi
reksadana syariah menggunakan model multiakad al-mutajanisah dan
mukhtalifah yaitu akad wakalah bil ujrah dan akad bay merupakan akad yang
sejenis, berupa adanya perpindahan. Akad wakalah bil ujrah ( perpindahan berupa
jasa), sedangkan akad bay ( perpindahan berupa barang ) dan akad wakalah bil
ujrah dan mudharabah merupakan akad yeng memiliki sebab hukum yang
berbeda dan terpisah namun terhimpun menjadi satu kesatuan.
Kata Kunci: Multiakad, Reksadana Syariah, Hukum Reksadana Syariah
Abstract
The current development of investment is very significant, especially sharia
mutual fund investment. The transction consists of several contracts (multi-
contract). So that researchers are interested in researching the multi-contract
model applied in sharia mutual funds with a multiakad theory approach. This
research uses qualitative research method deskreftif analysis that is by
documentation method, which searches the source of data by tracing the texts both
in books, journals, atapun in articles related to the discussion is being researched.
The result of this research is that in sharia mutual fund investment using multi-
contract al-mutajanisah and mukhtalifah models, namely wakalah bil ujrah and
bay agreements are similar agreements, in the form of displacement. Akad
wakalah bil ujrah (displacement in the form of services), while the agreement bay
( displacement in the form of goods) and the agreement wakalah bil ujrah and
mudharabah is an agreement yeng have different legal reasons and separate
but gathered into one unity.
Keywords: Multi-Contract, Sharia Mutual Funds, Sharia Mutual Fund Law
5
1. PENDAHULUAN
Dalam dunia bisnis, islam sangat memperhatikan dan menekankan
masalah akad, baik akad pada perbankan syariah maupun akad pada
investasi. Secara istilah fiqh akad ialah kesepakatan antara pihak ijab
dengan pihak qabul yang sesuai dengan tuntunan syariah berlandasan pada
keridhaan antara kedua pihak1.Sedangkan jumhur ulama mendefinisikan
akad sebagai pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh syara’
yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Akad yaitu
pertemuan ijab dan qabul dua pihak atau lebih yang memunculkan hukum
pada objeknya.
Berdasarkan definisi-definisi akad diatas menunjukan bahwa akad
merupakan pertemuan ijab dan qabul yang memunculkan suatu
hukum.Ijab adalah penawaran salah satu pihak, dan qabul adalah jawaban
persetujuan yang diberikan kepada pihak yang menawarkan.
Kemajuan di dunia teknologi saat ini, menimbulkan adanya jenis-
jenis investasi yang variatif di dunia perbankan maupun di dunia
bisnis.Adanya jenis investasi yang variatif membuat setiap akademisi
khususnya di dunia perbankan dan ekonomi syariah untuk mengkaji dan
menganalisi, dalam rangka mencari status hukum dan mencari akad yang
di gunakan dalam bisnis tersebut. Dalam mengkaji model bisnis tersebut,
dengan cara memperhatikan akad yang di gunakan dalam bisnis. Dunia
bisnis saat ini, banyak menggunakan akad yang banyak atau di dalam
dunia ilmu ekonomi syariah di kenal dengan Multiakad. Multiakad ialah
tranaksaksi antara kedua pihak yang di dalamnya terdiri dari beberapa
akad yang tergabung menjadi satu kesatuan2.
Reksadana terdiri dari dua kata yaitu “Reksa” dan “Dana”. Reksa
berarti,jaga atau pelihara dan Dana berartiuang. Sehingga reksadana dapat
diartikan sebagai kumpulan uang yang di pelihara. Pada tahun 1976
reksadana muncul di Indonesia yang di dirikan oleh PT. Danareksa.
Dengan menerbitkan sertifikat Danareksa. Syariah yaitu reksadana
1Harun, Fiqh Muamalah, ( Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2017), hlm.31-32. 2Harun, “Multiakad Dalam Tataran Fiqh,”.Jurnal SUHUF, Tahun 2018, Vol.30.No.2, hlm.179.
6
syariah3. Berangkat dari dorongan umat muslim di Indonesia, yang
mayoritas penduduknya beragama islam. Sehingga mendorong PT.
danareksa mengeluarkan sertifikat reksadana syariah. Reksadana yang
pengoprasiannya berprinsip sesuai dengan syariat islam, baik mekanisme
operasi antara pemodal dengan manajer investasi, maupun mekanisme
operasi antara manajer investasi dengan pengguna investasi. Penerbitan
reksadana ini merupakan salah satu bentuk persaingan reksadana
konvensional yang semakin besar dan semakin banyak investor di Negara
Indonesia khususnya di dunia perbisnisan pasar modal.
Dari latar belakang yang telah di jelaskan di atas, penulis tertarik
untuk meneliti model multiakad dalam reksadana syariah melalui
pendekatan teori multiakad. Untuk menemukan model multiakad yang
digunakan dalam reksadana syariah
2. METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriftif yaitu bentuk
penelitiannya adalah kepustakaan. Berupaya membuat gambaran/deskriftif
secara sistematis, dalam memecahkan permasalahan skripsi ini atau dalam
penelitian ilmiah disebut sebagai data kualitatif.
2.1 Metode pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi berupa penelusuran naskah. Yaitu menelusuri teks-teks
dalam naskah, buku-buku dan majalah ataupun jurnal yang, berhungan
dengan masalah yang akan dibahas4.
Selanjutnya penulis mendeskripsikan intisarinya, yang
selanjutnya menganalisis dalam suatu tulisan yang sistematis yang
dilakukan sesuai prosedur penelitian.
2.2 Metode pengelolaan Data
3Windia Rika Lestari, “Kinerja Reksadana Saham Syariah dan Reksadana Saham
Konvensional,”.Jurnal Magister Manajemen, Tahun 2015,Vol.01.No. 1.hlm.117. 4Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey,( Jakarta: LP3ES, 1984),hlm.45.
7
Didalam metode pengolahan,data, penulis menerapkan metode
sebagai berikut:
a. Metode Induktif
Ialah metode yang sifatnya khusus, kemudian dari peristiwa
yang sifatnya khusus tersebut di tarik ke sifat yang umum5.
Metode ini digunakan untuk menjelaskan akad-akad muamalah
dalam reksadana syariah, yang mana akad-akad tersebut menjadi
satu kesatuan dalam multiakad reksadana syariah.
b. Metode Deduktif
Yaitu metode yang sifatnya umum, kemudian diambil sifat
kesimpulannya kesifat yang khusus6. Metode ini digunakan
untuk menjelaskan jenis multiakad yang dipakai dalam reksadana
syariah dalam menentukan hukumnya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Multiakad Dalam Reksadana Syariah
Investasi reksadana ada empat akad muamalah yang terhimpun
di antaranya:
1. Wakalah bil Ujrah.
Salah satu jenis wakalah yang digunakan dalam penerapan
investasi reksadana syariah adalah akad wakalah bil ujrah. Akad
wakalah bil ujrah adalah akad wakalah dengan membayar upah
kepada yang mewakili. Sebagaimana sabbda Rasullulah SAW,
ketika Rasul mengirim wakil untuk menarik zakat disuatu daerah
Rasul meberikan gaji (upah) kepada mereka. (HR. Abu Daud).
Adapun akad wakalah bil ujrah yang terjadi dalam Investasi
reksadana syariah adalah ketika manajer investasi mewakili
investor dalam pengelola reksadana syariah. Dan pihak manajer
5Sutrisno Hadi, Metodelogi Research I, ( Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM, 1987),hlm.42 6Ibid,hlm.36.
8
investasi mendapatkan upah dari investor atas reksadana yang di
kelolahnya7.
Dalam artian bahwa pihak investor memberikan wewenang
kepada pihak manajer investasi, untuk pengelolaan reksadana
syariah sesuai dengan isi yang tercantum pada prospektus (akad
wakalah), dan pihak manajer investasi sebagai pihak yang
mendapatkan wewenang bertanggungjawab atas saham investor
yang dikelolanya dan pihak manajer investasi mendapatkan
bayaran (upah ) dari saham yang dikelolanya (bil ujrah).
2. Al-Bay
Akad bay yang terjadi di dalam reksadana syariah adalah
ketika manajer investasi melakukan pembelian atau penjualan
instrumen investasi berupa saham, obligasi atau pun pasar uang
sesuai dengan jenis reksadana yang di beli oleh investor.
Transaksi jual-beli ini, terjadi di pasar modal, yaitu antara
manajer investasi dengan pihak-pihak yang ada di dalam pasar
modal ( investor, manajer investasi, dan bank) yang dilakukan
melalaui perantara efek.
3. Mudharabah
Dalam investasi reksadana syariah, akad mudhrabah terjadi
ketika manajer investasi berkerja sama dengan pihak bank.
Dimana manajer investasi sebagai (shahibul mal) menyimpan
di bank syariah dan pihak bank syariah sebagai (mudhrib)
mengelolanya dengan bentuk deposito ataupun dengan obligasi
dan pembagian hasilnya sesuai dengan kesepakatan.
4. Musyarakah Inan
Musyarakah inan merupakan salah satu jenis musyarakah.
Adapun yang dimaksud dengan musyarakah inan yaitu bentuk
kerja sama dimana kedua pihak saling menanam modal, dan
7Harun, dan M. Hanif Al-Hakim,"Multiakad Muamalah Dalam Reksadana Syariah," Jurnal
SUHUF, Tahun 2018, Vol.30, No. 1,hlm.100.
9
keuntungan sesuai dengan kesepakatan kedua pihak8. Menurut
Zuhaili di dalam karyanya yang berjudul “ al-fiqh al-islami wa
Adilatuhu”, di dalam syirkah al-inan tidak disyariatkan untuk
membagi keuntungan sama rata tetapi keuntungan dibagi sesuai
dengan perjanjian diawal.
Akad musyarakah inan muncul ketika manajer investasi
melakukan jual-beli dengan pemegang saham. Yang kemudian
pembagian hasilnya dibagi sesuai dengan saham yang
dimasukan. Ketika mengalami kerugian dalam sahamnya maka
kerugian tersebut ditanggung bersama.
3.2 Hukum Model Multiakad Dalam Reksadana Syariah
Al-Imrani membagi lima jenis multiakad sebagai berikut:
a. Al-Uqud al-Mutaqabilah
b. Al-Uqud al-Mujtami’ah
c. Al-Uqud al-Mutanaqidhah wa al-mutadhah wa al-mutanafiyah
d. Al-Uqud al-Mukhtalifah
e. Al-Uqud al-mutajanisah
Menurut penulis kelima jenis multiakad di atas dapat di golongkan
menjadi dua golongan besar yaitu jenis multiakad Al-Mutaqabilah dan Al-
Mujtamiah. Sedangkan tiga jenis multiakad yang lainnya yaitu jabaran
dari multiakad al-mujtamiah. Sehingga ketika al-mujtamiah, dimana akad
yang terhimpunnya akad-akad yang saling berlawan ( al-mutanaqidhah),
maka multiakad tersebut hukumnya tidak sah, sedangkan jika multiakad
mujtamiah, yang terkumpul beberapa akad yang berbeda akibat hukum (al-
mukhtalifah), tetapi tidak saling berlawanan maka multiakad jenis ini
dihukumi sah, dan jika multiakad al-mujtamiah dimana akad yang
terhimpun dari beberapa akad yang sejenis, tidak mempengaruhi terhadap
akibat hukum (al-mutajanisah), maka multiakad tersebut kemungkinan
8Ibid,hlm. 180.
10
sah. Sedangkan Jenis hukum multiakad al-mutaqabilah dilihat dari tiga
kategori. Pertama, akad tabarru dengan syarat akad mu’awadhah ataupun
sebaliknya, jenis penggabungan akad ini dilarang, karena akad-akadnya
saling berlawan sehingga hukum jenis multiakad ini dihukumi tidak sah.
Kedua, akad mu’awadhah dengan syarat akad mu’awadhah, jenis
penggabungan multiakad ini ada perbedaan pendapat ulama. Seperti akad
bay dengan syarat akad ijarah. Misalnya budi membeli motor kepada
hasan dengan syarat hasan menyewakan motor kepada budi. Imam Syafi’I,
Imam Hanafi, dan Ibnu Hazm, berpendapat jenis multiakad tersebut tidak
boleh. Sedangkan menurut Imam maliki, Ibnul Qayyim dan sebagian
mazhab Hambali dan Maliki mereka memandang multiakad jenis ini sah.
Ketiga, akad tabarru dengan syarat akad tabarru. Misalnya akad
qardh dengan syarat akad qardh. Misalnya budi meminjamkan motor
kepada hasan dengan syarat hasan meminjamkan motor kembali kepada
hasan. Hukum multiakad jenis dilihat dari waktu peminjaman, maksudnya
ketika budi meminjam motor kepada hasan dengan syarat hasan
meminjamkan motor kembali kep ada budi di lain hari. Jenis multiakad
ini, para Ulama Mazhab Syafi’i bahwa multiakad jenis ini sah, karena
syarat dalam transaksi itu tidak berlaku lagi. Akan tetapi jika budi
meminjamkan motor kepada hasan dengan syarat hasan meminjamkan
motor kembali kepada budi, diwaktu itu juga maka hukum jenis multiakad
ini tidak sah, karena akadnya saling berlawanan. Melanggar batasan
hukum multiakad yaitu sabda Rasulullah saw, Setiap qardh yang
membawa manfaat bagi yang menghutangi adalah termasuk kepada riba.
Adapun analisis model multiakad yang diterapkan di dalam
reksadana syariah sebagai berikut:
Pertama, analisis dengan multiakad al-mutaqabillah. Akad-akad
yang ada di dalam reksadana syariah ( akad wakalah bil ujrah, akad bay,
akad mudharabah, dan akad musyarakah inan), merupakan akad yang
terhimpun menjadi satu kesatuan dalam reksadana syariah walaupun akad-
11
akad tersebut terpisah. Maka, model multiakad al-mutaqabillah tidak
sesuai atau tidak cocok dalam penerapan reksadana syariah. Karena jenis
multiakad al-mutaqabilah yaitu akad kedua merupakan akad syarat dari
akad pertama.
Kedua, analisis dengan multiakad al-mutanaqidhah wa al-
mutadhah wa al-mutanafiyah. Akad-akad yang terhimpun di dalam
reksadana syariah merupakan akad-akad yang tidak berlawanan satu sama
lain. Sehingga model multiakad yang diterapkan di dalam reksadana
syariah bukan jenis multiakad al-mutanaqidhah wa al-mutadhah wa al-
mutanafiyah. Karena multiakad jenis ini merupakan akad terhimpun yang
saling berlawanan.
Ketiga, analisis dengan model multiakad al-mutajanisah. Multiakad
al-mutajanisah merupakan Akad-akad yang membangunnya akad yang
sejenis. Adapun akad yang ada di dalam reksadana merupakan akad yang
sejenis yaitu akad wakalah bil ujrah dengan akad bay. Karena akad
wakalah bil ujrah dan akad bay merupakan akad yang sejenis yaitu adanya
perpindahan ( Intiqal). Akad bay ( perpindahan kepemilikan benda ) dan
akad wakalah perpindahan ( berupa jasa ). Sehingga di dalam reksadana
syariah merupakan model multiakad al-mutajanisah.
Keempat, analisis dengan model multiakad al-mukhtalifah.
Multiakad al-mukhtalifah merupakan model multiakad yang akad-akad
membangunnya merupakan akad-akad yang berbeda akan tetapi akad-
akadnya tidak saling bertentangan dan memiliki akibat hukum yang
berbeda. Akad al-mukhtalifah di dalam reksadana syariah adalah akad
mudharabah dan akad wakalah bil ujrah. Dimana akad tersebut memiliki
sebab hukum yang berbeda dan akad-akadnya terpisah namun terhimpun
menjadi satu kesatuan.
Sehingga model multiakad yang diterapkan di dalam reksadana
syariah merupakan golongan jenis multiakad al-mutajanisah dan al-
mukhtalifah. Karena menurut penulis di dalam mekanisme, akad wakalah
12
bil ujrah dan akad bay merupakan akad yang sejenis. Akad wakalah terjadi
perpindahan jasa sedangkan pada akad bay adanya perpindahan berupa
benda ( barang). Multiakad al-mukhtalifah yakni, akad mudhrabah
hubungan antara manajer investasi sebagai wakil dari investor yang
berperan sebagai shahibul mal dan bank syariah merupakan mudhrib yang
berperan sebagai pengelola dana yang nanti keuntungannya di bagi hasil
sesuai dengan sepakatan kedua pihak. Dan juga antara akad wakalah dan
akad mudharabah, akadnya terpisah akan tetapi terhimpun menjadi satu
kesatuan. Adapun jika di tinjau dari segi hukumnya, multiakad dalam
reksadana syariah tidah bertentangan dengan batas-batas hukum
multiakad. Maka model multiakad yang diterapkan di dalam reksadana
syariah adalah multiakad al-mutajanisah dan al-mukhtalifah.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan hasil penelitian yang dipaparkan
oleh penulis di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Investasi reksadana ada empat akad muamalah yang terhimpun, Pertama,
akad wakalah bil ujrah. Akad ini terjadi ketika manajer investasi mewakili
investor dalam pengelola reksadana syariah. Kedua, akad bay. Akad ini
terjadi ketika manajer investasi melakukan pembelian dan penjualan
dengan pihak-pihak di pasar modal (investor (Pemegang Saham), manajer
investasi, dan perusahaan ) yang dilakukan dengan perantara efek. Ketiga,
musyarakah inan. Akad ini terjadi ketika manajer investasi melakukan
jual-beli dengan pemegang saham. Keempat, akad mudharabah. Akad ini
terjadi ketika manajer bekerja sama dengan bank syariah, dengan bentuk
obligasi dan keuntungan di bagi sesuai dengan kesepakatan.
2. Multiakad ada lima model. Al-uqud al-mutaqabilah, al-uqud al-
mujtami’ah, al-uqud al-mutanaqidhah wa al-mutadhah wa al-mutanafiyah,
al uqud al-mukhtalifah dan al-uqud al-mutajanisah. Dari kelima model
13
tersebut secara garis besar terbagi menjadi dua yakni al-uqud al-
mutaqabilah dan al-uqud al-mujtami’ah. Sedangkan al-uqud
mutanaqidhah, al-uqud mukhtalifah, dan al-uqud al-mutajanisah
merupakan jabaran dari al-uqud al-mujtami’ah. Adapun multiakad yang
diterapkan di dalam reksadana syariah adalah al-mutajanisah dan al-
mukhtalifah. Akad wakalah bil ujrah dan akad bay merupakan akad yang
sejenis. Akad mudharabah dan akad wakalah bil ujrah merupakan
multiakad mukhtalifah. Akad-akad tersebut memiliki sebab hukum yang
berbeda dan terpisah namun terhimpun menjadi satu kesatuan . Adapun,
ketika di tinjau dari hukum multiakad, akad-akad yang terhimpun di
reksadana syariah tidak bertentangan atau berlawanan. Sehingga hukum
model multiakad yang diterapkan di dalam reksadana syariah adalah boleh.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, dapat diambil beberapa saran sebagai
berikut:
1 Disarankan kepada para pihak-pihak yang melakukan perbisnisan untuk
senantiasa memperhatikan hukum atas apa yang dijalankan agar tidak
terjerumas dari hal-hal yang dilarang.
2 Disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang
lebih mendalam lagi, mengenai model multiakad khususnya multiakad
pada reksadana syariah.
3 Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian
mengenai akad-akad yang tersembunyi pada investasi reksadana syariah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hadi.Sutrisno. 1987. Metodelogi Research I. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
UGM.
Harun. 2017. Fiqh Muamalah. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Harun. 2018. “Multiakad Dalam Tatanan Fiqh.”Jurnal Suhuf, Vol.30,No.2.
Harun dan M. Hanif al-Hakim. 2018. “Multiakad Muamalah Dalam Reksadana
Syariah. ”Jurnal Suhuf, Vol.30.No.2.
Rika.Windia lestari. 2015. “Kinerja Reksadana Saham Syariah dan Reksadana
Saham Konvensional.”Jurnal Magister Manajemen, Vol.1,No.1.
Singarimbun.Masri. 1984. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.