model pembelajaran.docx
TRANSCRIPT
BAB IIPEMBAHASAN
1. I. Model Pembelajaran MASTER
Model MASTER merupakan suatu langkah dalam Cara Belajar Cepat (CBC) di terapkan untuk membuat suasana pembelajaran terasa menyenangkan dan jauh dari kesan kaku. Cara belajar cepat yang dimaksudkan disini ialah usaha yang dilakukan sehingga suatu konsep dapat dipahami dengan cepat dan baik.Enam langkah strategi CBC dikenal dengan singkatan MASTER, dimana :
1. M = Motivating your mind (Memotivasi fikiran)
Rose (2002) mengatakan bahwa untuk belajar, seseorang membutuhkan keadaan fikiran yang “kaya akal”, yaitu harus rileks, percaya diri dan termotivasi. Jika dalam kondisi stres dan kurang percaya diri atau tidak melihat manfaat dari yang dipelajari, pelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik.Meier (2002) menuliskan pembelajar dapat mendekati situasi belajar dengan segala macam rintangan yang disadari atau tidak dapat mengganggu belajar. Semua rintangan ini dapat menyebabkan stres dan kemerosotan tajam dalam kemampuan belajar.Untuk itu, guru perlu memotivasi siswa agar dapat memperoleh keadaan fikiran yang benar dalam belajar. Salah satu cara untuk memberikan motivasi adalah dengan menanamkan pada diri siswa apa manfaatnya bagi mereka dalam mempelajari suatu konsep. Sugesti-sugesti positif akan membuat siswa menjadi semangat dalam belajar dan proses pembelajaran akan terasa menyenangkan. Deporter (2000) menuliskan setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode instruksional dibangun atas dasar prinsip “Bawalah dunia mereka kedunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”, dalam artian guru memanfaatkan waktu meembangun hubungan baik dengan siswa sehingga siswa memperoleh kadaan yang terbuka dan tidak merasa tertekan.
1. A = Acquiring the information ( Memperoleh informasi)
Rose (2002) menuliskan bahwa guru harus memberikan perhatian secara khusus kepada siswa. Ketika guru menyampaikan sejumlah cukup besar informasi baru kepada siswa maka siswa secara alamiah akan memulai memproses informasi itu dalam dirinya.Dalam tahap memperoleh informasi ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti yang ditulis Rose (2002) yaitu:
1. Gagasan inti, tahapan memperoleh informasi memberikan tekanan pada pemahaman gagasan inti dari setiap subjek
2. Mari bekerja sama, salah satu keterampilan yang bernilai dalam hidup adalah kemampuan bekerja sama secara efektif dalam suatu tim atau kelompok
3. S = Searching out the meaning (Menyelidiki makna)
Setelah memperoleh informasi maka langkah selanjutnya adalah membimbing siswa agar dapat menyelidiki makna untuk pemahaman yang lebih mendalam. “Tujuannya bukan hanya mengalihkan pengetahuan kepada para siswa tersebut tetapi agar mereka bisa membuat makna bagi diri mereka sendiri untuk benar-benar memahami subjek itu” (Rose, 2002).Selanjutnya Rose (2002) mengatakan cara efektif dalam belajar yaitu menggunakan sebanyak mungkin kecerdasan secara praktis, dengan cara mengalami dan menghayati apa yang telah dipelajari secara utuh.
1. T = Triggering the memory (Memicu memori)
Siklus pengulangan materi sangat penting dalam belajar karena dengan pengulangan maka informasi yang didapat dapat disimpan dalam memori jangka panjang. Tahapan yang dilakukan yaitu dengan merangkum materi bersama siswa diakhir pembelajaran. Dalam hal ini, guru dan siswa dapat mengulang butir-butir materi utama yang dipelajari baik dalam bentuk pertanyaan dari guru maupun dalam bentuk tes. Deporter (2000) menuliskan, pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Jadi, pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan yang lebih baik dalam konteks yang berbeda dari asalnya.
1. E = Exhibiting what you know (Memamerkan apa yang anda ketahui)
Untuk mengetahui bahwa siswa telah paham dengan apa yang mereka pelajari, berikan kesempatan kepada siswa agaar mereka dapat membuktikan bahwa mereka betul-betul paham dengan apa yang meraka pelajari berikan kesempatan kepada siswa agar mereka dapat membuktikan bahwa mereka betul-betul paham terhadap konsep yang diberikan. Rose (2002) mengatakan ”jika anda mengajarkannya kepada orang lain, berarti anda betul-betul menunjukkan bahwa anda telah paham. Anda tidak hanya mengetahui, anda memilikinya” Pada tahap ini siswa diberi kertas selembar dan diminta untuk membuat soal sendiri (boleh melihat buku). Kemudian kertas berisi soal tadi ditukar kepada teman sebelah dalam satu kelompok untuk dijawab. Dalam selang waktu yang diberikan, kertas digilir kembali ke teman yang lain untuk diperiksa. Setelah selesai guru mengumpulkan dan memberi penilaian.
1. R = Reflecting How you’ve learned (Merefleksikan bagaimana anda belajar)
Rose (2002) mengatakan bahwa “hakikat seorang pembelajar yang betul-betul independent adalah senantiasa peduli pada upaya untuk terus menerus meningkatkan kualitas belajarnya sendiri dan tidak dapat melakukannya tanpa berfikir tentangnya”. Ini berarti seorang pembelajar selalu berfikir apa usaha terbaik untuk memperoleh hasil yang terbaik pula. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu mengevaluasi cara belajar setiap hari. Dengan kata lain kecerdasan intrapersonal dituntut dalam hal ini, agar kajian terhadap kelebihan dan kekurangan diri dalam belajar lebih mendalam.Dengan menggunakan model MASTER, siswa tidak hanya dapat menguasai konsep yang diajarkan, tapi juga menjadi kreatif, memiliki rasa percaya diri yang tinggi karena motivasi yang diberikan, suasana belajar menjadi menyenangkan dan jauh dari kesan membosankan. Selain itu
siswa juga dibimbing untuk lebih berani dalam membuktikan bahwa mereka telah menguasai konsep yang didapat.
1. II. Langkah-langkah model pembelajaran MASTER1. Guru memberikan informasi tentang pelajaran hari ini dan kegiatan pada
pertemuan ini. Disini guru memberikan motivasi kepada siswa dan membimbing siswa untuk memperoleh keadaan fikiran yang positif.
2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari 5-6 orang perkelompok
3. Setelah siswa duduk perkelompok, guru membagikan lembar kerja kelompok. Siswa bekerja sama selama lebih kurang 30 menit untuk membahas lembar kerja tersebut
4. Guru membimbing siswa untuk memahami lembar kerja tersebut. Dari lembar kerja tersebut siswa diminta memberikan opininya terhadap permasalahan tersebut, bagaimana cara membuktikannya, seperti apa contohnya, apa kesimpulan yang dapat ditarik, hal-hal apa saja yang menarik dari konsep tersebut.
5. Setelah siswa selesai mendiskusikan lembar kerja kelompok, guru mempersilahkan perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam kegiatan ini juga diadakan diskusi kelas
6. Guru melakukan penilaian dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat, siswa yang mengetahui jawabannya dipersilahkan untuk menjawab. Selain itu penilaian juga bisa dilakukan dengan menugaskan siswa membuat satu buah soal, kemudian kertas berisi soal tadi ditukar kepada teman sebelah dalam satu kelompok untuk dijawab. Dalam selang waktu yang diberikan, kertas digilir kembali ke teman yang lain untuk diperiksa. Setelah selesai, guru mengumpulkan lembar kerja tersebut dan memberi penilaian
7. Setelah semua topik diskusi dibahas, guru menanyakan apakah ada konsep yang meragukan atau belum dipahami
8. Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran hari ini9. Guru melakukan evaluasi
10. Guru menutup pelajaran dan kembali memotivasi siswa untuk belajar
1. III. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran MASTER
- Kelebihan dari model pembelajaran MASTER adalah sebagai berikut:
1. Membantu siswa dalam memahami materi.2. Membiasakan siswa menganalisa permasalahan3. Melatih kecepatan berfikir siswa4. Siswa menjadi kreatif
- Kekurangan model MASTER ialah
1. Tidak semua materi dapat menggunakan model pembelajaran ini
2. Diperlukan guru yang kreatif sehingga didapat hasil yang optimal
MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK
A. Uraian Model Pembelajaran Sinektik
1. Pengertian Model Sinektik
Sinektik berarti strategi mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan
kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru. Selanjutnya Model Sinektik berorientasi
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan wawasan dalam
hubungan sosial.
Sinektik merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan
kreativitas, model sinektik biasa digunakan untuk keperluan mengembangkan “aktivitas
kelompok” dalam organisasi industri, di mana individu dilatih untuk mampu bekerja sama satu
dengan yang lainnya dan nantinya berfungsi sebagai orang yang mampu mengatasi masalah
(problem-slovers) atau sebagai orang yang mampu mengembangkan produksi (products-
developers).
2. Tujuan dan Asumsi
Dalam model sinektiks ini pada empat ide yang menentang pandangan lama tentang
kreativitas seperti berikut :
a. Kreativitas sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua orang setiap hari
bergulat dengan masalah yang menuntut kreativitas dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh
karena itu model ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam memecahkan
masalah, mengekspresikan sesuatu secara kreatif, menunjukkan emphathy, dan memiliki
wawasan sosial.
b. Proses kreativitas bukanlah hal misterius. Proses ini dapat melatih seseorang secara langsung
sehingga dapat meningkatkan kreativitasnya.
c. Penemuan yang kreatif pada hakikatnya sama dalam berbagai bidang dan ditandai oleh proses
intelektual yang melatarbelakangi.
d. Penemuan yang kreatif dari individu dan kelompok pada dasarnya serupa. Individu dan
kelompok membangkitkan ide dan hasil dalam bentuk yang serupa.
3. Kreativitas Metafora
Inti dari model sintektiks ialah aktivitas metapora yang meliputi analogi langsung, analogi
personal dan konflik yang dipadatkan. Kegiatan metaporis bertujuan menyajikan perbedaan
konseptual antara diri siswa dengan obyek yang dihadapi atau materi yang dipelajari. Misalnya
dengan cara meminta mengendalikan sistem tubuhnya sebagai jaringan transportasi.
Metafora memperkenalkan konsep jarak antar siswa dengan obyek, atau subyek lain,
mendorong berpikir original. Sebagai misal, dapat dikemukakan contoh: siswa disuruh
memikirkan pelajarannya sebagai sebuah sepatu tua atau sebuah sungai. Kita memberikan
struktur, suatu metafora, di mana siswa dapat memikirkan segala sesuatu yang telah dikenalnya
melalui suatu pendekatan baru.
Sebaliknya kita dapat menyuruh siswa memikirkan suatu topik baru melalui pendekatan
yang telah diketahuinya dan mereka diminta untuk membandingkannya guna transportasi sistem.
Aktivitas metaforik membantu para siswa untuk dapat menghubungkan ide-ide dari hal-hal yang
telah dikenalnya menuju ke hal-hal baru atau dari suatu perspektif baru menuju ke hal yang
dikenal.
Adapun beberapa tipe analogi yang dipergunakan sebagai dasar latihan sinektik yaitu:
Analogi personal,
Menuntut siswa empati terhadap ide atau objek yang dibandingkan. Siswa menjadi bagian dari
elemen fisik suatu problema. Identifikasinya mungkin terhadap individu, binatang, atau benda-
benda mati. Analogi personal sangat menekankan keterlibatan empati. Kerelaan melibatkan diri
terhadap obyek sangat dibutuhkan dalam analogi personal, semakin rela melibatkan diri maka
semakin besarlah konsep jarak yang diperoleh. Adapun tingkat keterlibatan individu dalam
analogi personal yaitu:
a. Mendeskripsikan fakta
b. Mengidentifikasi dengan perasaan
c. Mengidentifikasi empatetik dengan suatu yang hidup
d. Identifikasi empatetik dengan benda mati
Manfaat mengenal tingkatan analogi personal ini bukan untuk mengenal bentuk-bentuk
aktivitas metaforik, tetapi untuk memberikan tuntunan bagaimana menetapkan konsep yang baik.
Dengan analogi akan segera dapat menciptakan jarak yang besar dan lebih memungkinkan siswa
memperoleh ide-ide baru.
Analogi langsung
Analogi langsung merupakan perbandingan dua objek atau konsep. Perbandingan tidak harus
identik dalam segala hal. Analogi ini untuk mentransposisikan kondisi-kondisi topik atau situasi
permasalahan asli yang pada situasi lain untuk menghadirkan pandangan baru tentang gagasan
atau masalah.
Konflik yang dipadatkan
Ialah cara mengontraskan dua ide dengan memberi label singkat, biasanya dengan hanya dua
kata, misalnya “sangat galak atau sangat ramah “.
Memberi tekanan pada pertentangan
Memberi tentangan pada pertentangan umumnya berbentuk dua buah kata yang bertentangan
misalnya: lesu-agresif; kawan-musuh; dan sebagainya. Pertentangan-pertentangan tersebut
memberikan pemahaman yang luas terhadap suatu obyek yang baru. Hal tersebut dapat
merefleksi kecakapan siswa untuk menghubungkan dua kerangka berpikir itu terhadap suatu
obyek.
4. Tahap – tahap Model Sinektik
Ada dua strategi yang mendasari prosedur sinektik yaitu :
a. Strategi pertama ; menciptakan situasi yang baru
Strategiini dirancang untuk mengenl keanehan yang memnuat para siswa memahami
masalah, ide, atau produk dalam sesuatu yang baru yang akhirnya memperjelas kreatifitas.
Strategi ini membantu para siswa melihat sesuatu yang dikenalnya melalui sesuau yang
tidak dikenal dengan menggunakan analogi – analogi untuk menciptakan konsep jarak. Tahapan
dari strategi ini antara lain :
- Tahap pertama : mendiskribsikan kondisi saat ini
Guru menyuruh siswa untuk mendiskribsikan situasi atau suatu topik yang mereka lihat saat ini
- Tahap kedua : analogi langsung
Para siswa mengemukakan analogi langsung, salah satu diseleksi dan selanjutnya dikembangkan
- Tahap ketiga : analogi persona
Para siswa “menjadi ‘analogi yang diseleksinya pada fase kedua
- Tahap keempat :konflik ditekan
Berdasarkan fase ke dua dan ketiga siswa mengemukakan beberapa konflik dan dipilih salah satu
- Tahap kelima analogi langsung
Para siswa mengembangkan dan menyaleksi analogilangsung lainnya berdasarkan konflik tadi
- Tahap keenam meinjau tugas yang sebenarnya
Guru menyuuh para siswa meninjau kembali tugas atau masalah yang sebenarnya dan
menggunakan analogi yang terakhir atau maduk pada pengalaman sinektik.
b. Strategi kedua : memperkenalkan keaehan
Strategi ini dirancang untuk membuat sesuatu yang baru, ide – ide yang tidak dikenal
akaan lenih berarti. Strategi kedua, merupakan keanehan, memberikan pemahaman para siswa
untuk menambah dan memperdalam hal-hal yang baru atau materi yang sulit.
Berikut adalah tahapan dari strategi yang kedua :
- Tahap pertama : input tentang keadaan yang sebenarnya
Guru menyajikan suatu informasi yang baru
- Tahapan kedua : analogi lagsung
Guru mengusulkan analogi langsung dan menyuruh siswa menabarannya
- Tahapan ketiga : analogi personal
Guru mrnyuruh siswa menjadi analogi langsung
- Tahapan keempat : membedakan analogi
Para siswa menjelaskan dan menerangkan kesamaan antara materi yang baru dengan analogi
langsung
- Tahapan kelima : menjalaskan perbedaan
Para siswa menjelaskan mana analogi – analogi yang tidak sesuai
- Tahapan keenam : penjelajahan
Para siswa menjelajahi kembali kebenaran topik dengan batasan-batasan mereka
- Tahapan ketujuh : membangkitkan analogi
Para siswa memberkan analogi sendiri secara langsung dan menjelajahi persamaan dan
perbedaannya.
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Sinektik
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran sinektika, sebagai berikut :
Kelebihan
a. Strategi ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri siswa tentang suatu
masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
b. Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi
pada diri siswa tentang materi baru.
c. Strategi ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun guru.
d. Strategi ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara
siswa.
e. Strategi ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.
Kelemahan
a. Sulit dilakukan oleh guru dan siswa yang sudah terbiasa menggunakan cara lama yang
menekankan pada penyampaian informasi.
b. Metode ini menitikberatkan pada berpikir reflektif dan imajinatif dalam situasi tertentu, maka
kemungkinan besar siswa kurang menguasai fakta-fakta dan prosedur pelaksanaan atau
keterampilan.
c. Kurang memadahinya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah-sekolah.
B. Aplikasi Dalam Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan kelebihan – kelebihan dari model sinektik ini, model pemebelajaran seperti ini
cocok untuk diterapkan dalam bimbingan dan konseling. Karena guru BK dapat menerapkannya
dalam membantu siswa dalam mengatai masalah – masalah yang sedang dialami oleh siswa.
Dalam model ini siswa diminta unruk berfikir secara kreatif dalam memecahkan masalah –
masalan yang sedang dialaminya, guru membantu siswa dalam merangsang pemikiran –
pemikiran kreatif yang dimiliki siswa tersebut, sehingga tercipta kerjasama yang baik antara guru
dengan siswa. Dan siwa juga bisa memikiran alternatif – alternatif pemecahan masalah yang
dialami oleh siswa. Jadi bisa mempersingkat waktu dan siswa tidak terlalu lart dalam masalah
yang dialami tersebut.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian pendekatan Open–Ended. Pendekatan open-ended adalah "an instructional strategy that creates interest and stimulates creative mathematical activity in the classroom through students’ collaborative work. Lessons using open-ended problem solving emphasize the process of problem solving activities rather than focusing on the result" (Shimada &Becker, 1997; dan Foong, 2000). Pendekatan open-ended prinsipnya sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Bedanya Problem yang disajikan memiliki jawaban benar lebih dari satu. Problem yang memiliki jawaban benar lebih dari satu disebut problem tak lengkap atau problem open-ended atau problem terbuka. Contoh penerapan problem open-ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban akhir. Dihadapkan dengan problem open-ended siswa tidak hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Pembelajaran dengan pendekatan open-ended biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran membawa siswa dalam menjawab pertanyaan dengan banyak cara dan mungkin juga dengan banyak jawaban sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam menemukan sesuatu yang baru.
Tujuan pembelajaran melalui pendekatan open-ended yaitu untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap peserta didik agar aktivitas kelas yang penuh ide-ide matematika memacu kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik.
Pendekatan open-ended menjanjikan suaru kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan mengelaborasi permasalahan.
Tujuannya agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa dapat terkomunikasikan melalui proses belajar mengajar. Pokok pikiran dari pembelajaran dengan open-ended yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Dengan kata lain pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended bersifat terbuka.
Dalam pembelajaran matematika, pendekatan open-ended berarti memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar melalui aktivitas-aktivitas real life dengan menyajikan fenomena alam seterbuka mungkin pada siswa. Bentuk penyajian fenomena dengan terbuka ini dapat dilakukan melalui pembelajaran yang berorientasi pada masalah atau soal atau tugas terbuka. Secara konseptual masalah terbuka dalam pembelajaran Matematika adalah masalah atau soal-soal Matematika yang dirumuskan sedimikian rupa, sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu.
B. Penemu Metode Pembelajaran Open Ended.Pendekatan berdasarkan masalah dalam pembelajaran matematika sebenarnya bukan hal yang
baru, tetapi Polya sudah mengembangkan sejak tahun 40-an. Namun pendekatan ini mendapat
perhatian luas lagi mulai tahun 80-an sampai sekarang. Dengan dikembangkannya pendekatan
pemecahan masalah berbentuk terbuka (open-ended) di Jepang. Pendekatan ini didasarkan atas
penelitian Shimada, adalah “an instructional strategy that creates interest and simulates
creative mathematical activity in the classroom trhough student’s collaborative work. Lesson
using open-ended problem solving emphasize the proses of problem solving activities rather than
focusing on the result” (Shimada and Becker.1997. Bandingkan dengan foong. 2000)
Pendekatan ini berkembang pesat sampai di Amerika dan Eropa yang selanjutnya dikenal dengan
istilah open-ended probleng solving. Di Eropa, terutama di Negara-negara seperti Belanda
pendekatan pembelajaran ini mendapat perhatian luas seiring dengan terjadinya tuntutan
pergeseran paradigma dalam pendidikan matematika di sana. Di klaim bahwa pembelajaran
matematika merupakan “human activities”, baik mental atau fisik berdasarkan “real life” dengan
mengambil landasan Konstrutivisme Radikal Modern (berdasarkan biologi Kognitivisme dan
Neurophisiologi) oleh Maturana dan varela (1984) bahwa fenomena-fenomena alam itu tidak
dapat di reduksi secara penuh menjadi klusa-klausa deterministic, dengan struktur dan pola yang
unik, tunggal dan dapat di prediksi secara mudah. Sebaliknya real life, adalah kompleks dengan
struktur dan pola yang sering tak jelas, tak selalu teramalkan dengan mudah, multidimensi, dan
memungkinkan adanya banyak penafsiran dan sinkuler. Pengetahuan manusia tentang alam
hanyalah hipotesa-hipotesa konstruksi hasil pengamatan terbatas, yang tentu saja dapat salah
(fallible). Mengambil pandangan ini dalam pembelajaran matematika, berarti memberi
kesempatan pada siswa untuk belajar melalui aktivitas-aktivitas real life dengan menyajikan
fenomena alam “seterbuka mungkin” pada siswa. Bentuk penyajian fenomena rea dengan
“terbuka” ini dapat dilakukan melalui pembelajaran yang berorientasi pada masalah/ soal/ tugas
terbuka. (Sudiarta. 2003 a, 2003 b, 2003 c).
Secara konseptual masalah terbuka dalam pembelajarn matematika adalah masalah atau soal-soal
matematika yang dirumuskan sedemikian rupa, sehingga memilki beberapa atau bahkan banyak
solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu. Pendekatan ini
memberikan kesempatan pada siswa untuk “experience in finding something new in the process”
(Schoenfeld,1997).
C. Prinsip – prinsip Metode Pembelajaran Open Ended. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended mengasumsikan tiga prinsip, yakni sebagai berikut :
1. Related to the autonomy of student’ activities. If requires that we should appreciate the value of student’ activities for fear of being just non-interfering.
2. Related to evolutionary and integral nature of mathematical knowledge. Content mathematics is theoretical and systematic. Therefore, the more essential certain knowledge is, the more comprehensively it derives analogical, special, and general knowledge.
3. Related to teachers’ expedient decision-making in class. In mathematics class, teachers often encounter students’ unexpected ideas. In this bout, teachers have an important role to give the ideas full play, and to take into account that other students can also understand real amount of the unexpected ideas.
Jenis Masalah yang digunakan dalam pembelajaran melalui pendekatan open-ended ini adalah masalah yang bukan rutin yang bersifat terbuka. Sedangkan dasar keterbukaanya (openness) dapat diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yakni : Process is open, end product are open dan ways to develop are open. Prosesnya terbuka maksudnya adalah tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar. Hasil akhir yang terbuka, maksudnya tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban benar yang banyak (multiple), sedangkan cara pengembang lanjutannya terbuka, yaitu ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru dengan mengubah kondisi dari masalah yang pertama (asli). Dengan demikian pendekatan ini menyelesaikan masalah dan juga memunculkan masalah baru (from problem to problem).
D. Kelemahan dan Kelebihan pendekatan Open–Ended.Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalah kepada siswa yang solusinya
tidak perlu ditentukan hanya melalui satu jalan. Guru harus memanfaatkan keragaman cara atau
prosedur yang ditempuh siswa dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan memberikan
pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan,
keterampilan dan cara berfikir matematik yang telah diperoleh sebelumnya. Ada beberapa
kelebihan dari pendekatan ini, antara lain:
a. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta memungkinkan untuk
mengekspresikan idenya.
b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta keterampilan
matematika secara komprehensif.
c. Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk mengekspresikan
penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.
d. Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atas jawaban yang mereka berikan.
e. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri maupun dari temannya
dalam menjawab permasalahan.
Disamping kelebihan yang dapat diperoleh dari pendekatan open-ended, terdapat juga beberapa
kelemahan, diantaranya:
a. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang bermakna bagi siswa.
b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa sangat sulit sehingga banyak
siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
c. Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau
mencemaskan jawaban mereka.
d. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan
karena kesulitan yang mereka hadapi.
E. Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran Matematika.Pembelajaran dengan pendekatan Open-ended mengharapkan siswa tidak hanya
mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu jawaban.
Pendekatan open-ended menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi
berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi
permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat
berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap
siswa terkomunikasi melalui proses belajar mengajar. Inilah yang menjadi pokok pikiran
pembelajaran dengan open-ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktifantara
siswa dan matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan
melalui berbagai strategi. Perlu digarisbawahi bahwa kegiatan matematik dan kegiatan siswa
disebabkan terbuka jika memenuhi tiga aspek berikut.
1. Kegiatan siswa harus terbuka
Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus
mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai dengan
kehendak mereka. Misalnya, guru memberikan permasalahan seperti berikut kepada siswa:
Dengan menggunakan berbagai cara, hitunglah jumlah sepuluh bilangan ganjil pertama mulai
dari satu! Dengan begitu siswa berkesampatan melakukan beragam aktivitas untuk menjawab
permasalahan yang di berikan sesuai dengan pikiran dan kemampuannya.
2. Kegiatan matematik adalah ragam berpikir
Kegiatan matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya.
Pada dasarnya kegiatan matematik akan mengundang proses manipulasi dan manifestasi dalam
dunia matematika.
3. Kegiatan siswa dan kegiatan matematik merupakan satu kesatuan.
Kegiatan siswa dan kegiatan matematik dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berpikir matematik siswa terperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan matematik yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya. Dengan kata lain, ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan permasalahan yang diberikan, dengan sendirinya akan mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematikpada tingkatan berpikir yang lebih tinggi. Dengan demikian, guru tidak perlu mengarahkan agar siswa memecahkan permasalahan dengan cara atu pola yang sudah ditentukan, sebab akan menghambat kebebasan berpikir siswa untuk menemukan cara baru menyelesaikan permasalahan.
F. Langkah Guru dalam Mengembangkan Metode Pembelajaran Open–Ended. Langkah penting yang harus dikembangkan guru dalam pembelajran melalui pendekatan
open-ended adalah menyusun rencana pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sebelum problem tersebut disampaikan kepada siswa, yakni:
a. Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika dan bernilai?Masalah (problem) harus mendorong siswa untuk berfikir dari berbagai sudut pandang. Disamping itu juga harus kaya dengan konsep-konsep matematika yang sesuai untuk siswa yang berkemampuan tinggi maupun rendah dengan menggunakan berbagai strategi sesuai kemampuannya.b. Apakah level matematika dari masalah (problem) itu cocok untuk siswa?Pada saat siswa menyelesaikan problem open-ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang mereka punyai. Jika guru memprediksi bahwa persoalan itu diluar jangkauan siswa, maka problem itu harus diubah/diganti dengan problem yang berada dalam wilayah pemikiran siswa.
c. Apakah problem itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut?
Problem harus memiliki keterkaitan atau dihubungkan dengan konsep-konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk berfikir tingkat tinggi.
Apabila kita telah memformulasi problem mengikuti kriteria yang telah dikemukakan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan rencana pembelajaran yang baik. Pada tahap ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:a. Tuliskan respon siswa yang diharapkanSiswa diharapkan merespon problem open-ended dengan berbagai cara. Oleh karena itu guru harus menuliskan daftar antisipasi respon siswa terhadap problem. Karena kemampuan siswa dalam mengekspresikan idea tau pikirannya terbatas, mungkin mereka tidak akan mampu menjelaskan aktivitas mereka dalam memecahkan problem itu. Namun mungkin juga mereka mampu menjelaskan ide-ide matematika dengan cara berbeda. Dengan demikian antisipasi guru membuat banyak kemungkinan respon yang dikemukakan siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan membantu siswa memecahkan permasalahan sesuai dengan cara kemamapuan siswa.b. Tujuan dari problem itu diberikan harus jelasGuru harus memahami peranan problem itu dalam keseluruhan rencana pembelajaran. Problem dapat diperlakukan sebagai topik yang independen, seperti dalam pengenalan konsep baru, atau sebagai rangkuman dari kegiatan belajar siswa. Dari pengalaman, problem open-ended efektif untuk pengenalan konsep baru atau dalam rangkuman dari kegiatan belajar.c. Sajikan problem semenarik mungkin.Konteks permasalahan yang diberikan harus dikenal baik oleh siswa dan harus membangkitkan semangat intelektual. Karena problem open-ended memerlukan waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan, maka problem itu harus mampu menarik perhatian siswa.
d. Lengkapi prinsip posting problem sehingga siswa memahami dengan mudah maksud dari problem itu.Problem harus diekspresikan sedemikian sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan pendekatan pemecahannya. Siswa dapat mengalami kesulitan jika eksplanasi problem terlalu ringkas. Hal ini dapat timbul karena guru bermaksud memberikan kebebasan yang cukup bagi siswa untuk memilih cara dan pendekatan pemecahan masalah atau bisa diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki pengalaman dalam belajar karena terbiasa mengikuti petunjuk-petunjuk dari buku teks. Untuk menghindari kesulitan yang dihadapi siswa seperti ini, guru harus memberikan perhatian khusus menyajikan atau menampilkan problem.e. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untukmengeksplorasi problem.Kadang-kadang waktu yang diberikan tidak cukup dalam menyajikan problem pemecahannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian, dan merangkum apa yang telah siswa pelajari. Oleh karena itu guru harus memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi problem. Berdiskusi secara aktif anatara siswa dan antara siswa dengan guru merupakan interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran open-ended. Guru dapat membuat dua periode waktu untuk satu problem open-ended. Periode pertama, siswa bekerja secara individual atau kelompok dalam memecahkan problem dan membuat rangkuman dari proses penemuan yang mereka lakukan. Kemudian periode kedua, digunakan untuk diskusi kelas mengenai strategi dan pemecahan serta penyimpulan dari guru, dari pengalaman pembelajaran seperti ini terbukti efektif.
BAB III
PENUTUPA. Simpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut, munculnya pendekatan open-ended berawal dari pandangan bagaimana menilai kemampuan siswa secara objektif kemampuan berfikir tingkat tinggi matematika. Seperti diketahui bahwa dalam pembelajaran matematika, rangkaian pengetahuan, ketrampilan, konsep-konsep, prinsip-prinsip atau aturan-aturan biasanya diberikan kepada siswa dalam langkah sistematis. Tentu saja rangkaian tersebut tidak diajarkan secara langsung terpisah-pisah atau masing-masing, namun harus disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan kemampuan dan sikap setiap siswa. Dengan demikian akan terbentuk suatu keteraturan atau pengorganisasian intelektual yang optimal.
Untuk mengetsahui kemampuan tingkat tinggi matematika siswa, kita harus menelaah bagaimana siswa menggunakan segala sesuatu yang telah dipelajari, dapat digunakan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Dangan kata lain, kreatifitas dan pola pikir matematis siswa akan muncul secara simultan. Namun alam tes tertulis, biasanya guru menggunakan close-problem, hal tersebut tidak akan muncul. Karena siswa cenderung hanya menggunakan sebagian kecil dari pola pikir matematikanya. Akibatnya, muncul suatu pertanyaan, dapatkah tes tertulis dalam bentuk soal rutin tersebut mempunyai probabilitas tinggi untuk dapat mengukur secara objektif kemampuan tingkat tinggi anak ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Apa contoh perilaku siswa yang dapat dipertimbangkan untuk mengukur kemampuan tingkat tinggi siswa secara objektif ? Walaupun ini sukar untuk dievaluasi secara langsung bagaimana kemampuan tingkat tinggi selama proses belajar mengajar, muncul pertanyaan, perilaku apa yang dapat diukur dari mereka ? atau pola perilaku apa yang siswa tunjukkan?
2. Bagaimana mengkaji perilaku siswa sehingga dipandang dapat mengukur kemampuan tingkat tinggi? Dengan kata lain, dapatkah kita harapkan bahwa siswa yang mempunyai penampilan yang baik pada tes rutin juga mencerminkan atau menggambarkan perilaku yang dimaksud? dan apakah peningkatan yang telah diukur dengan tes rutin disertai juga dengan peningkatan perilaku yang dikehendaki?
3. Serangkaian pengetahuan, ketrampilan dan cara-cara berfikir merupakan komponen-komponen yang penting dari berfikir tingkat tingi, tetapi dapatkah komponen-komponen ini dikembangkan lebih lanjut dengan menambah pengajaran ?
Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk menjawab pertanyaan di atas adalah sebagai berikut: Karena kita mengetahui bahwa telah mempunyai kriteria yang tidak objektif pola perilaku siswa
yang ditunjukkan melalui tes rutin, maka haruslah disusun situasi masalah yang dapat mematematikakan aktivitasi siswa. Dengan kata lain, dalam melakukan analisis masalah, siswa akan berjalan pada aspek penting, yakni dari masalah ke dalam cara-cara berfikir mereka dengan memobilisasi kemampuan matematika yang telah dipelajarinya. Untuk menjawab pertanyaan kedua di atas, diperlukan suatu pandangan bagaimana menyiapkan situasi permasalahan sedemikian hingga dapat memobilisasi kemampuan matematika siswa. Hal inilah yang diadopsi sebagai Open-ended problems. Alasannya adalah ketika siswa menganalisis masalah yang menghasilkan solusi tunggal, ada dua kemungkin yang terjadi, yaitu:
1. Situasi yang serta merta; karena siswa telah mempelajarinya.2. kecil kemungkinan mendapatkan cara berfikir yang disukai mereka.
Sedangkan untuk pertanyaan ketiga, ditemukan bahwa ada kesukaran dalam mendesain pembelajaran seperti itu. Akan tetapi, kesimpulan yang diperoleh dari hasilo penelitiannya adalah kemampuan berfikir tingkat tinggi akan muncul melalui proses pembelajaran open-ended.
B. SaranKami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kami menyarankan pembaca dapat memberi kritik ataupun saran yang membangun, agar kami
dapat memperbaiki dimana letak kesalahan dan kekurangan dalam menyusun makalah, demi
tercapainya kesempurnaan penyusuna makalah selanjutnya.