modul 1 demam 16 tropis
TRANSCRIPT
BLOK TROPIS
Laporan PBL
MODUL 1
DEMAM
Oleh :
KELOMPOK 16
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
NAMA-NAMA ANGGOTA
1. Wahyudi Pratama H. C11108254
2. Muhammad Iqbal Tanasa C11109104
3. Reski Harlianty Harli C11109126
4. Sri Warda Oktavya C11109144
5. M.Awwalul akram C11109262
6. Muh Nafly Farizan C11109281
7. Raswijayanti Rusli C11109301
8. Khaerunnisa Darwin C11109319
9. A. Nurrisah Ramdhani Yusuf C11109339
10. Sonia Marina C11109357
11. Resti Apriani M. C11109377
12. Wandryatmo Santosa Tonapa C11109398
MODUL DEMAM
SKENARIO
Seorang laki-laki berumur 22 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan demam
selama seminggu, selera makan kurang dan disertai sakit kepala. Sepuluh hari yang
lalu penderita baru datang dari Papua.
Kata Kunci
Laki-laki, 22 tahun
Demam seminggu
Selera makan kurang
Sakit kepala
Datang dari Papua
Kata Sulit
Demam; peningkatan temperatur tubuh di atas normal (98,60 F atau 370C)
Selera makan turun (anorexia); tidak adanya/ hilangnya rasa ingin makan.
Sakit kepala (cephalgia); rasa nyeri pada daerah atas kepala memanjang dari orbita
sampai ke daerah belakang kepala (di atas garis orbitameatal).
PERTANYAAN
1. Jelaksan patomekanisme demam, selera makan turun dan sakit kepala!
2. Bagaimana cara mengidentifikasi penyakit dari pendekatan gejala demam?
3. Penyakit apa yang dapat menyebabkan gejala di skenario?
4. Bagaimana penanganan pasien di skenario?
JAWABAN
DEMAM
a. Definisi Demam
Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38°C
(100,4°F), diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila >37,2°C (99°F).
(Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse)
disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38° C. Pada
anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3°C.
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung
dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang,
misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan, dan ransangan pirogenik lain. Bila produksi
sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya
akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis
tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik
tersebut sejauh ini belum diketahui. (Sherwood, 2001).
b. Penyebab Demam
Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon normal
tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah keadaan masuknya mikroorganisme
kedalam tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus, bakteri, parasit, maupun
jamur. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi virus. Demam bisa juga disebabkan
oleh paparan panas yang berlebihan (overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi
maupun dikarenakan gangguan sistem imun.
c. Mekanisme Demam
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-
sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-
1(interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (interleukin 6), dan INF
(interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan
patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan
bukan di suhu normal. Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan
menjadi 38,9° C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 37° C terlalu
dingin, dan organ ini memicu mekanisme-mekanisme respon dingin untuk meningkatkan
suhu tubuh (Ganong, 2002).
Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan suhu tubuh
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi
berbagai rangsang. Ransangan endogen seperti eksotoksin dan endotoksin menginduksi
leukosit untuk mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1
dan TNFα, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf pusat
tingkat OVLT (Organum Vasculosum Laminae Terminalis) yang dikelilingi oleh bagian
medial dan lateral nukleus preoptik, hipotalamus anterior, dan septum palusolum. Sebagai
respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi sintesis prostaglandin, terutama
prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur COX-2 (cyclooxygenase 2),
dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh terutama demam.
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui
sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 (machrophage
inflammatory protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik.
Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas,
sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi
pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian,
pembentukan demam sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang
disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood,
2001).
d. Klasifikasi Demam
Febris intermittent : > 380C dan fluktuasi lebih 10C dan suhu < 380C
Febris remitten : > 380C dan fluktuasi lebih 10C
Febris continue : > 380C dan fluktuasi kurang 10C
Febris siklik : kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
periode bebas demam kemudian diikuti kenaikan suhu seperti semula.
PATOMEKANISME DEMAM
ANAMNESIS DEMAM
Sejak kapan?
Berapa lama?
Sifat demam?
Gejala lain yang menyertai?
Riwayat daerah endemis?
Keadaan Lingkungan dan Tempat tinggal?
Riwayat Penyakit Sebelumnya?
PEMERIKSAAN FISIS
Inspeksi :
Mata; Pucat, kemerahan
Kulit; Bintik kemerahan, Keringat
Ekspresi; Malaise, Tampak gelisah
Palpasi :
Suhu
Nadi
Nyeri tekan
Perkusi :
Pembesaran organ
Auskultasi
Pernapasan
Gerakan Peristaltik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. DARAH / HEMATOLOGI
Darah Rutin
* Morfologi
* Jumlah
Apusan Darah
2. MIKROBIOLOGI
3. PARASITOLOGI
4. SEROLOGI
5. RADIOLOGI
Hubungan Sakit dengan Datang dari Papua
Dalam hal ini kemungkinan penderita terjangkit penyakit malaria dikarenakan
berkunjung ke wilayah yang endemis untuk penyakit Malaria (papua) dan yang paling
umum ditemukan oleh Karena parasit P. falciparum.
DIAGNOSA SEMENTARA
DEMAM TIFOID
DEMAM BERDARAH
MALARIA
ANAMNESIS DEMAM
THYPOID
FEVER
DHF MALARIA
DURATION > 7 days 2-7 days variatif
SIFAT Remitten/ continue Siklik Intermitten
SYMPTOMS
Cephalgia :
Anorexia :
ADD.
SYMPTOMS:
+
+
Typhoid
tounge,vomiting,
nausea,diarrhea,
abdominal pain
+
+
Epistaksis,
petechi,
melena,
hematemesis
+
+
Anemia,
athralgia,
diarrhea,
diaphoresis,
splenomegali
EPIDEMIOLOGY Merata Merata Papua,
Mamuju
RECCURENCY + - +
PEMERIKSAAN FISIS
PEMFIS THYPOID
FEVER
DHF MALARIA
INSPEKSI
Pucat
Keringat
Malaise
+
+
+
+
-
+
+
+
+
PALPASI
Suhu :
Nadi :
Nyeri Tekan :
39o - 41o
?
+
38o - 40o
Tidak teraba
+
36,5 o- 41o
takikardi
-
PERKUSI
Pembesaran Organ : Hepar, Lien Hepar Lien
AUSKULTASI
Pernapasan :
Gerakan Peristaltik :
sesak
+
?
-
takipneu
-
PEM.PENUNJANG THYPOID
FEVER
DHF MALARIA
HEMATOLOGY
LAB.
Anemia,
Leukopenia,
Trombositopenia
Leukopenia,
Trombositopenia,
Hematocrit
Anemia, Leukopenia,
Trombositopenia
MICROBIOLOGY /
PARASITOLOGY
LAB.
Salmonella
(M)
- Plasmodium
(P)
SEROLOGY AST/ ALT
LED
AST/ALT
WIDAL
Immunochromatography
RADIOLOGY Ulcus Intestinal Efusi Pleura Hepato/Splenomegaly
(ABDOMEN
FOTO)
(CXR)
(USG)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DEMAM TIFOID
Definisi
DEmam Tifoid adalah penyakit endemic menular yang tercantum dalam Undang-undang
nomor 6 Tahun 1962 tenteang wabah. Kelompok penyakit yang dapat menyerang banyak
orang sehingga dapat menimbulkan wabah
Epidemiologi
Insiden demam tifoid bervariasi ditiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi
lingkungan. Perbedaan insiden diperkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air
bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang
kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan
Patogenesis
Masuknya kuman salmonella (S. thyphi) dan salmonella paratyphi (S. Parathypi) ke
dalam manusia terjadi melalulai makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman
dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya
berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka
kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propia.
DI lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh
makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya
dibawa ke pak peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesentrerika.
Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat didalam makrofag ini masuk ke
dalam sirkulasi darah dan menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama
hati dan limpa. Di organ ini kuman meninggalkan sel sel fagosit dan
kemudianberkembang biak diluar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk kedalam
sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-
tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik. Di dalam hati kuman masuk ke dalam kandung
empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu dieksresikan secara intermitten
kedalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi
kedalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung
makrofag telah teraktivasi dan hiperakartif maka saat fagositosis kuman salmonella terjadi
pelepasan beberapa mediator inslamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit
kepala, ssakit perut, instabilitas vascular, gangguan mental, dan koagulasi. Di dalam plak
Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia jaringan. Perdarahan saaluran
cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah.Proses patologis jaringan limfoid ini
dapat mengakibatkan perforasi.
GAmbaran klinis
Demam
Nyeri kepala
Pusing
Nyeri otot
Anoreksia
Mual muntah
Obstipasi atau diare
Perasaan tidak enak diperut
Batuk
Epistaksis
Suhu badan meningkat
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan rutin SGOT SGPT
UJI WIDAL
UJI TUBEX
UJI TYPHIDOT
UJI IgM Dipstick
Kultur Darah
PENATALAKSANAAN
Istirahat dan perawatan
Diet dan terapi penunjang
Diet dan terapi penunjang
Pemberian antimikroba
-kloramfenikol
-Tiamfenikol
-Kotrimoksazol
-Ampisilin dan amoksisilin
-Sefalosporin Generasi Ketiga
-Golongan Fluorokuinolon
-Azitromisin
KOMBINASI OBAT ANTIMIKROBA
KORTIKOSTEROID
TATA LAKSAN KOMPLIKASI
KOMPLIKATA INTESTINAL
1. PERDARAHNA INTESTINAL
2. PERFORASI USUS
KOMPLIKATA EKSTRA INTESTINAL
1. KOMPLIKASI HEMATOLOGI
2. HEPATITIS TIFOSA
3. PANKREATITIS TIFOSA
4. MIOKARDITIS
5. MANIFESTASI NEUROPSIKIATRIK/TIFOID TOKSIK
PENCEGAHAN DEMAM TIFOID
PREVENTIF DAN KONTROL PENULARAN
1. IDENTIFIKASI DAN ERADIKASI SALMONELLA TYPHI BAIK PADA
KASUS DEMAM TIFOID
2. PENCEGAHAN TRANSMISI LANGSUNG DARI PASIEN TERINFEKSI S.
TYPHI AKUT MAUPUN KARIER
3. PROTEKSI PADA ORANG YANG BERESIKO TERINFEKSI
DEMAM BERDARAH
DEFINISI
Demam Dengue adalah Demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri
otot, sendi, dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam
berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah Demam dengue
yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan.
Demam berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviviridae, dengan
genusnya adalah Flavivirus. Virus mempunyai empat serotipe yang dikenal
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai
tingkatan manifestasi yang berbeda tergantung dari serotipe virus dengue.
Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara tropis dan sub tropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda
PATOFISIOLOGI
Patogenesis dan Patofisiologi, Patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami
namun terdapat 2 perubahan patofisiologi yang menyolok, yaitu meningkatnya
permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma, hipovolemia dan
terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran
plasma kedalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi
singkat (24-28 jam).
Hemostatis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan
koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan. Aktivasi sistem
komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan
C3a dan C5a meningkat. Mekanisme aktivasi komplemen tersebut belum
diketahui. Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD. Namun demikian
peran kompleks antigen-antibodi sebagai penyebab aktivasi komplemen pada DBD
belum terbukti.
Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dibandingkan
dengan DD dijelaskan adanya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam makrofag
oleh antibodi heterotipik sebagai akibat infesi dengue sebelumnya. Namun
demikian terdapat bukti bahwa faktor virus serta responsimun cell-mediated
terlibat juga dalam Patogenesis DBD.
Virus Dengue
Termasuk famili Flaviviridae, yang berukuran kecil sekali yaitu 35-45 nm.
Virus ini dapat tetap hidup (survive) dialam ini melalui dua mekanisme.
Mekanisme pertama, tranmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Dimana virus dapat
ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya, yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus
juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual.
Mekanisme kedua, tranmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh makhluk ~Vertebrata~ dan
sebaliknya. Yang dimaksud dengan makhluk vertebrata disini adalah manusia dan
kelompok kera tertentu.
Virus dengue dalam tubuh nyamuk
Nyamuk mendapatkan virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia (makhluk
vertebrata) yang pada saat itu sedang mengandung virus dengue didalam darahnya
(viraemia). Virus yang sampai kedalam lambung nyamuk akan mengalami replikasi
(memecah diri/kembang biak), kemudian akan migrasi yang akhirnya akan sampai di
kelenjar ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat siap untuk dimasukkan ke dalam
kulit tubuh manusia melalui gigitan nyamuk.
Virus dengue dalam tubuh manusia
Virus memasuki tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu
disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana virus melakukan replikasi
secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus akan
memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan pada saat ini manusia yang terinfeksi akan
mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh manusia, maka tubuh
akan memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi ini akan
memanifestasikan perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit. Pada
prinsipnya, bentuk reaksi tubuh manusia terhadap keberadaan virus dengue adalah sebagai
berikut :
Bentuk reaksi pertama
Terjadi netralisasi virus, dan disusul dengan mengendapkan bentuk netralisasi virus pada
pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam (rash).
Bentuk reaksi kedua
Terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah dan
kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi perdarahan.
Bentuk reaksi ketiga
Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen
plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga perut berupa gejala
ascites dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura. Apabila tubuh manusia hanya
memberi reaksi bentuk 1 dan 2 saja maka orang tersebut akan menderita demam dengue,
sedangkan apabila ketiga bentuk reaksi terjadi maka orang tersebut akan mengalami
demam berdarah dengue.
GEJALA dan TANDA-TANDANYA
Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai sindroma virus
nonspesifik sampai perdarahan yang fatal. Gejala demam dengue tergantung pada
umur penderita, pada balita dan anak-anak kecil biasanya berupa demam, disertai
ruam-ruam makulopapular. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa
dimulai dengan demam ringan, atau demam tinggi ( > 39 derajat C ) yang tiba-tiba
dan berlangsung 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri
sendi dan otot, mual-muntah, dan ruam-ruam.
Bintik-bintik pendarahan di kulit sering terjadi, kadang-kadang disertai bintik-
bintik pendarahan dipharynx dan konjungtiva. Penderita juga sering mengeluh
nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan ( costae dexter ),
dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40-41 derajat C, dan
terjadi kejang demam pada balita.
DHF adalah komplikasi serius dengue yang dapat mengancam jiwa
penderitanya, oleh :
1. demam tinggi yang terjadi tiba-tiba
2. Manifestasi pendarahan
3. Hepatomegali atau pembesaran hati
4. Kadang-kadang terjadi shock manifestasi pendarahan pada DHF, dimulai dari test
torniquet positif dan bintik-bintik pendarahan di kulit ( ptechiae ). Ptechiae ini bisa
terjadi di seluruh anggota gerak, ketiak, wajah dan gusi, juga bisa terjadi
pendarahan hidung, gusi, dan pendarahan dari saluran cerna, dan pendarahan
dalam urine.
Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokan menjadi 4 tingkat :
1. Derajat I : demam diikuti gejala spesifik, satu-satunya manifestasi pendarahan
adalah test Terniquet yang positif atau mudah memar.
2. Derajat II : Gejala yang ada pada tingkat 1 ditambah dengan pendarahan spontan,
pendarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.
3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan
lemah, hipotensi, suhu tubuh rendah, kulit lembab, dan penderita gelisah.
4. Derajat IV : Shock berat dengan nadi yang tidak teraba, dan tekanan darah tidak
dapat di periksa, fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam.
Setelah demam 2-7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda gangguan
sirkulasi darah, penderita berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin dan mengalami
perubahan tekanan darah dan denyut nadi. Pada kasus yang tidak terlalu berat gejala-gejala
ini hampir tidak terlihat, menandakan kebocoran plasma yang ringan.
Gejala Awal
Gejala klinis demam berdarah dengue pada saat awal penyakit (hari demam 1-3) dapat
menyerupai penyakit lain seperti radang tenggorokan, campak, dan tifus. Gejala yang
membedakan satu dengan yang lain yaitu gejala yang menyertai gejala demam berdarah
a. Demam
Demam pada penyakit demam berdarah ini secara mendadak dan berkisar antara 38,50C-
40C, Pada anak-anak terjadi peningkatan suhu yang mendadak. Pagi hari anak masih dapat
sekolah dan bermain, mendadak sore harinya mengeluh demam sangat tinggi. Demam
akan terus menerus baik pada pagi maupun malam hari dan hanya menurun sebentar
setelah diberikan obat penurun panas. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa
pada saat gejala awal seringkali tidak begitu dihiraukan oleh karena demam datang dengan
tiba-tiba. Mereka tetap melakukan kegiatan seperti biasanya dan baru merasakan sakit bila
timbul gejala berikutnya yaitu lesu, tidak enak makan dan lain sebagainya.
b. Lesu
Disamping demam tinggi dan mendadak penderita demam berdarah dengue akan
mengeluh atau terlihat lesu dan lemah. Seluruh badan lemah seolah tidak ada kekuatan,
pada anak yang masih kecil tidak dapat mengeluh tetapi anak yang biasanya aktif kali ini
tidak mau bermain lagi dan lebih senang diam duduk atau tiduran. Badan akan makin
bertambah lemah oleh karena nafsu makan menghilang sama sekali baik minum maupun
makan, rasa mual dan rasa tidak enak di perut dan didaerah ulu hati menyebabkan semua
makanan dan minuman yang dimakan keluar lagi. Rasa mual, muntah dan nyeri pada ulu
hati akan makin bertambah bila penderita minum obat penurun panas yang dapat
merangsang lambung (lihat Bagian 3 mengenai Pengobatan). Pada anak kecil dapat
disertai mencret 3-5 kali sehari, cair, tanpa lendir. Jadi, bila seorang anak menderita
mencret disertai demam tinggi kita harus waspada demam berdarah apalagi terjadi pada
bayi atau anak kecil di bawah umur 2 tahun. Demam berdarah dengue sebagai penyakit
virus sering menyebabkan muka dan badan anak kemerahan seperti “udang rebus”
(flushing) dan bila dipegang badan sangat panas.
c. Nyeri Perut
Nyeri perut merupakan gejala yang penting pada demam berdarah dengue. Gejala ini
tampak jelas pada anak besar atau dewasa oleh karena mereka telah dapat merasakan.
Nyeri perut dapat dirasakan di daerah ulu hati dan daerah di bawah lengkung iga sebelah
kanan. Nyeri perut di bawah lengkung iga sebelah kanan lebih mengarah pada penyakit
demam berdarah dengue dibandingkan nyeri perut pada ulu hati. Penyebab dari nyeri perut
di bawah lengkung iga sebelah kanan ini adalah pembesaran hati (liver) sehingga terjadi
peregangan selaput yang membungkus hati. Pada gejala selanjutnya dapat diikuti dengan
perdarahan pembuluh darah kecil pada selaput tersebut. Sedangkan nyeri perut di daerah
ulu hati yang menyerupai gejala sakit lambung (sakit maag) dapat juga disebabkan oleh
rangsangan obat penurun panas khususnya obat golongan aspirin atau asetosal. Untuk
memastikan adanya nyeri perut ini dapat dilakukan penekanan (perabaan disertai
penekanan) pada daerah ulu hati dan di bawah lengkung iga sebelah kanan, terutama pada
anak yang belum dapat mengeluh. Perlu diperhatikan bahwa nyeri perut dapat menyerupai
gejala radang usus buntu. Letak usus buntu pada daerah perut sebelah kanan bawah dekat
pangkal paha kanan. Jadi bila terdapat peradangan usus buntu akan terasa sakit bila
ditekan di daerah perut sebelah kanan bawah, tetapi pada anak-anak perasaan nyeri perut
dapat menjalar dan dirasakan pada daerah pusar sehingga kadangkala sulit dibedakan
dengan nyeri perut pada demam berdarah dengue. Apalagi gejala radang usus buntu juga
disertai dengan demam, muntah, dan nyeri perut. Pada pengalaman kami sekitar 2/3
penderita demam berdarah dengue pada anak besar dan dewasa mengeluh nyeri perut, oleh
karena itu bila terdapat nyeri perut disertai demam tinggi harus waspada.
d. Tanda Perdarahan
Pada awal penyakit demam berdarah dengue, tanda perdarahan yang terjadi adalah
perdarahan yang tergolong ringan. Perdarahan kulit merupakan perdarahan yang terbanyak
ditemukan. Bintik kemerahan sebesar ujung jarum pentul menyerupai bintik gigitan
nyamuk. Maka, untuk membedakan bintik merah yang disebabkan oleh karena perdarahan
pada demam berdarah dengan bintik karena gigitan nyamuk, carilah juga di daerah yang
terlindung pakaian (misalnya dada dan punggung) sehingga hampir dapat dipastikan
terlindung dari gigitan nyamuk. Kemudian coba tekan bintik merah tersebut: bila
menghilang itu berarti gigitan nyamuk dan sebaliknya bila menetap itu adalah perdarahan
kulit, juga pada perabaan pada gigitan nyamuk akan teraba menonjol sedangkan pada
demam berdarah bintik tersebut rata dengan permukaan kulit. Hal ini karena pada gigitan
nyamuk bintik merah disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah sebagai akibat dari
reaksi terhadap “racun” yang terdapat di dalam kelenjar liur nyamuk dan bukan karena
perdarahan kulit. Bintik merah pada demam berdarah tidak bergerombol seperti halnya
bintik merah pada campak, tetapi terpisah satu-satu.
Perdarahan lain yang sering ditemukan adalah mimisan. Terutama pada anak perlu
diperhatikan apakah anak sering menderita mimisan sebelumnya. Mimisan, terbanyak
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di daerah selaput lendir hidung yang
disebabkan oleh rangsangan baik dari dalam ataupun dari luar tubuh seperti demam tinggi,
udara yang terlampau dingin, udara yang terlampau panas, terlampau letih sehingga
kurang istirahat atau makan kurang teratur, dan sebagainya. Bila anak pernah menderita
mimisan sebelumnya, maka mimisan mungkin tidak berbahaya; tetapi pada seorang anak
yang belum pernah mimisan kemudian demam tinggi dan mimisan maka perlu
diwaspadai. Gejala perdarahan lain yang dapat dijumpai adalah haid yang berlebihan pada
anak perempuan atau lebam pada kulit bekas pengambilan darah, dan perdarahan gusi.
e. Gejala Lain
Seorang anak yang mempunyai riwayat kejang bila demam, pada saat demam tinggi dapat
terjadi kejang. Walaupun harus difikirkan juga adanya penyakit infeksi lain seperti radang
otak atau selaput otak, terutama bila anak setelah kejang tidak sadar kembali. Gejala lain
yang sering dikeluhkan oleh anak besar atau orang dewasa menyertai penyakit demam
berdarah dengue adalah nyeri kepala, nyeri di belakang mata, rasa pegal-pegal pada otot
dan sendi. Keluhan-keluhan ini pada orang dewasa sangat mengganggu sehingga cepat
mencari pengobatan, sedangkan anak-anak biasanya belum mengeluh atau keluhan
tersebut tidak dirasakan mengganggu.
GEJALA LANJUTAN
Gejala selanjutnya terjadi pada hari sakit ke3-5, merupakan saat-saat yang berbahaya pada
penyakit demam berdarah dengue. Suhu badan akan turun, jadi seolah-olah anak sembuh
oleh karena tidak demam lagi. Yang perlu diperhatikan saat ini, adalah tingkah laku si
anak. Apabila demam menghilang, anak tampak segar dan mau bermain serta mau makan/
minum biasanya termasuk demam dengue ringan; tetapi apabila demam menghilang tetapi
anak bertambah lemah, ingin tidur, dan tidak mau makan/ minum apapun apalagi disertai
nyeri perut, ini merupakan tanda awal terjadinya syok. Keadaan syok merupakan keadaan
yang sangat berbahaya oleh karena semua organ tubuh akan kekurangan oksigen dan hal
ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Tanda-tanda syok harus dikenali dengan baik bila kita merawat anak yang dicurigai
menderita demam berdarah, atau anak yang telah demam tinggi selama 3 hari atau lebih.
Anak tampak gelisah atau bila syok berat anak menjadi tidak sadarkan diri, nafas cepat
seolah-olah sesak nafas. Seluruh badan teraba dingin dan lembab, perasaan dingin yang
paling mudah dikenal bila kita meraba kaki dan tangan penderita. Bibir dan kuku tampak
kebiruan menggambarkan pembuluh darah di bagian ujung mengkerut sebagai kompensasi
untuk memompa darah yang lebih banyak ke jantung. Anak akan merasa haus, serta
kencing berkurang atau tidak ada kencing sama sekali. Syok akan mudah terjadi bila anak
sebelum terjadi syok, kurang atau tidak mau minum.
Apabila syok yang telah diterangkan sebelumnya tidak diobati dengan baik maka akan
menyusul gejala berikutnya yaitu perdarahan dari saluran cerna. Perdarahan saluran cerna
ini dapat ringan atau berat tergantung dari berapa lama syok terjadi sampai diobati dengan
tepat. Penurunan kadar oksigen di dalam darah akan memicu terjadinya perdarahan, makin
lama syok terjadi makin rendah kadar oksigen di dalam darah maka makin hebat
perdarahan yang terjadi. Pada awalnya perdarahan saluran cerna tidak terlihat dari luar,
oleh karena terjadi di dalam perut. Yang akan tampak hanya perut yang semakin lama
semakin membuncit dan nyeri bila diraba. Selanjutnya akan terjadi muntah darah dan
berak darah/ berak hitam. Pada saat terjadi perdarahan hebat penderita akan sangat
kesakitan, tetapi bila syok sudah lama terjadi penderita pada umumnya sudah tidak sadar
lagi. Perdarahan lain yang dapat terjadi adalah perdarahan di dalam paru. Anak akan lebih
sesak lagi, maikn gelisah, dan sangat pucat. Kematian makin dipercepat dengan adanya
perdarahan di dalam otak.
Pada hari sakit keenam dan seterusnya, merupakan saat penyembuhan. Saat ini demam
telah menghilang dan suhu menjadi normal kembali, tidak dijumpai lagi perdarahan baru,
dan nafsu makan timbul kembali. Pada umumnya, setelah seseorang sembuh dari sakitnya
anak masih tampak lemah, muka agak sembab disertai perut agak tegang tetapi beberapa
hari kemudian kondisi badan anak akan pulih kembali normal tanpa gejala sisa. Sebagai
tanda penyembuhan kadangkala timbul bercak-bercak merah menyeluruh di kedua kaki
dan tangan dengan bercak putih diantaranya, pada anak besar mengeluh gatal pada bercak
tersebut. Jadi, bila telah timbul bercak merah yang sangat luas di kaki dan tangan anak itu
pertanda anak telah sembuh dan tidak perlu dirawat lagi.
Pertolongan Pertama pada Penderita Demam Berdarah Dengue
Seorang yang menderita penyakit demam berdarah pada awalnya akan menderita demam
tinggi. Dalam keadaan demam ini tubuh banyak kekurangan cairan oleh karena terjadi
penguapan yang lebih banyak daripada biasa. Cairan tubuh makin berkurang bila anak
terus menerus muntah atau tidak mau minum. Maka pertolongan pertama yang terpenting
adalah memberikan minum sebanyak-banyaknya.
Berikanlah minum kirakira 2 liter (8 gelas) dalam satu hari atau 3 sendok makan setiap
15 menit. Minuman yang diberikan sesuai selera anak misalnya air putih, air teh manis,
sirup, sari buah, susu, oralit, softdrink, dapat juga diberikan nutricious diet yang banyak
beredar saat ini. Dengan memberikan minum banyak diharapkan cairan dalam tubuh tetap
stabil. Untuk memantau bahwa cairan tidak kurang, perhatikan jumlah kencing anak.
Apabila anak banyak buang air kecil, minimal 6 kali dalam satu hari berarti jumlah cairan
yang diminum anak mencukupi.
Demam yang tinggi demikian juga akan mengurangi cairan tubuh dan dapat
menyebabkan kejang pada anak yang mempunyai riwayat kejang bila demam tinggi, oleh
karena itu harus segera diberikan obat penurun panas. Untuk menurunkan demam, berilah
obat penurun panas. Untuk jenis obat penurun panas ini harus dipilih obat yang berasal
dari golongan parasetamol atau asetaminophen, jangan diberikan jenis asetosal atau aspirin
oleh karena dapat merangsang lambung sehingga akan memperberat bila terdapat
perdarahan lambung. Kompres dapat membantu bila anak menderita demam terlalu tinggi
sebaiknya diberikan kompres hangat dan bukan kompres dingin, oleh karena kompres
dingin dapat menyebabkan anak menggigil. Sebagai tambahan untuk anak yang
mempunyai riwayat kejang demam disamping obat penurun panas dapat diberikan obat
anti kejang.
Pada awal sakit yaitu demam 1-3 hari, seringkali gejala menyerupai penyakit lain
seperti radang tenggorokan, campak, atau demam tifoid (tifus), oleh sebab itu, diperlukan
kontrol ulang ke dokter apabila demam tetap tinggi 3 hari terus menerus apalagi anak
bertambah lemah dan lesu. Untuk membedakan dengan penyakit lain seperti tersebut di
atas, pada saat ini diperlukan pemeriksaan darah dapat dilakukan. Pemeriksaan darah
diperlukan untuk mengetahui apakah darah cenderung menjadi kental atau lebih. Bila
keadaan anak masih baik, artinya tidak ada tanda kegawatan dan hasil laboratorium darah
masih normal, maka anak dapat berobat jalan. Kegawatan masih dapat terjadi selama anak
masih demam, sehingga pemeriksaan darah seringkali perlu diulang kembali.
EPIDEMIOLOGI
1. Penyebab
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan
DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses).
Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain
Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus
dengue dengan tipe satu dan tiga. 3
2. Gejala
Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 ?C- 40 ?C)
b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan,
konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.
c. Hepatomegali (pembesaran hati).
d. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80
mmHg atau lebih rendah.
e. Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000
/mm?.
f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.
g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah,
sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.
h. Pendarahan pada hidung dan gusi.
i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah.
3. Masa Inkubasi
Masa inkubasi terjadi selama 4-6 hari.
4. Penularan
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus betina
yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah
lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit
manusia pada waktu pagi dan siang.
Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15
tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh.
Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus
ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia.
5. Penyebaran
Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila, Filipina pada tahun 1953. Kasus di
Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian
sebanyak 24 orang. Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke beberapa propinsi
di Indonesia, dengan jumlah kasus sebagai berikut :
- Tahun 1996 : jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah kematian
sebanyak 1.234 orang.
- Tahun 1998 : jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian
sebanyak 1.414 orang (terjadi ledakan)
- Tahun 1999 : jumlah kasus 21.134 orang.
- Tahun 2000 : jumlah kasus 33.443 orang.
- Tahun 2001 : jumlah kasus 45.904 orang
- Tahun 2002 : jumlah kasus 40.377 orang.
- Tahun 2003 : jumlah kasus 50.131 orang.
- Tahun 2004 : sampai tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah
mencapai 26.015 orang, dengan jumlah kematian
sebanyak 389 orang.
DIAGNOSA
Pada awal mulainya demam, dhf sulit dibedakan dari infeksi lain yang disebabkan oleh
berbagai jenis virus, bakteri dan parasit.
Setelah hari ketiga atau keempat baru pemeriksaan darah dapat membantu diagnosa.
Diagnosa ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah :
Trombositopeni, jumlah trombosit kurang dari 100.000 sel/mm3
Hemokonsentrasi, jumlah hematokrit meningkat paling sedikit 20% di atas rata-
rata.
Hasil laboratorium seperti ini biasanya ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-7.
Kadang-kadang dari x-ray dada ditemukan efusi pleura atau hipoalbuminemia yang
menunjukkan adanya kebocoran plasma.
Kalau penderita jatuh dalam keadaan syok, maka kasusnya disebut sebagai Dengue Shock
Syndrome (DSS).
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terdiri dari :
a. Pencegahan
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk flavivirus demam berdarah.
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi
vektor nyamuk demam berdarah.
Cara pencegahan DBD :
1. Bersihakan tempat penyimpanan air ( bak mandi, WC ).
2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air.
3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas (kaleng bekas,
botol bekas ).
4. Tutuplah lubang-lubang, pagar pada pagar bambu dengan tanah.
5. Lipatlah pakaian atau kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk
tidak hinggap di situ.
6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin untuk membunuh jintik-jintik
nyamuk ( ulangi hal ini setiap 2 sampai 3 bulan sekali.
b. Pengobatan
Pengobatan penderita demam berdarah adalah dengan cara :
1. Pengantian cairan tubuh
2. Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter dalam 24 jam.
3. Gastroenteritis oral solution atau kristal diare yaitu garam elektrolid ( oralit
kalau perlu 1 sendok makan setiap 3 sampai 5 menit )
4. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit diperlukan untuk mencegah
terjadinya syok yang dapat terjadi secara tepat.
5. Pemasangan infus NaCl atau Ringer melihat keperluanya dapat
ditambahkan, Plasma atau Plasma expander atau preparat hemasel.
6. Antibiotik diberikan bila ada dugaan infeksi sekunder.
PROGNOSIS
Infeksi dengue pada umumnya mempunyai prognosis yang baik, DF dan
DHF tidak ada yang mati. Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang
berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang.
Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan
bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian terjadi pada kasus berat yaitu
pada waktu muncul komplikasi pada sistem syaraf, kardiovaskuler, pernapasan,
darah, dan organ lain.
Kematian disebabkan oleh banyak faktor, antara lain :
1. Keterlambatan diagnosis
2. Keterlambatan diagnosis shock
3. Keterlambatan penanganan shock
4. Shock yang tidak teratasi
5. Kelebihan cairan
6. Kebocoran yang hebat
7. Pendarahan masif
8. Kegagalan banyak organ
9. Ensefalopati
10. Sepsis
11. Kegawatan karena tindakan
KESIMPULAN
o Demam berdarah adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri
otot, sendi, dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.
o Patofisiology demam berdah adalah patogenesis dan Patofisiologi,
patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami namun terdapat 2 perubahan
patofisiologi yang menyolok, yaitu meningkatnya permeabilitas kapiler
yang mengakibatkan bocornya plasma, hipovolemia dan terjadinya syok.
o Gejala dan tandanya demam berdarah dengue adalah . Gejala demam
dengue tergantung pada umur penderita, pada balita dan anak-anak kecil
biasanya berupa demam, disertai ruam-ruam makulopapular.
o Diagnosa demam berdarah dengue adalah Diagnosa ditegakkan dari gejala
klinis dan hasil pemeriksaan darah :
1. Trombositopeni, jumlah trombosit kurang dari 100.000 sel/ mm3
2. Hemokonsentrasi, jumlah hematokrit meningkat paling sedikit 20%
diatas rata-rata.
o Penatalaksanaan demam berdarah adalah Diagnosa ditegakkan dari gejala
klinis dan hasil pemeriksaan darah :
1. Trombositopeni, jumlah trombosit kurang dari 100.000 sel/ mm3
2. Hemokonsentrasi, jumlah hematokrit meningkat paling sedikit 20% diatas rata-
rata Pengobatan penderita demam berdarah adalah dengan cara :
a. Pengantian cairan tubuh
b. Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter
dalam 24 jam.
c. Gastroenteritis oral solution atau kristal diare yaitu garam
elektrolid ( oralit kalau perlu 1 sendok makan setiap 3
sampai 5 menit )
o Prognosis demam berdarah dengue adalah Infeksi dengue pada umumnya
mempunyai prognosis yang baik, DF dan DHF tidak ada yang mati.
Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, shock yang
tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang
MALARIA
A. DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh parasit jenis protozoa dari
genus plasmodium yang secara alamiah ditularkan lewat gigitan nyamuk anopheles betina.
Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (=buruk) dan aroa (=udara)
atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat didaerah rawa-rawa yang mengeluarkan
bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain, seperti demam roma,
demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kara, dan paludisme.
Sampai saat ini ada 4 species yang secara alamiah dapat menyerang manusia, yaitu
plasmodium falciparum. Plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malaride.
Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan dunia, terutama dinegara sedang
berkembang yang beriklim tropis termasuk Indonesia.
B. INSIDEN
Memasuki mivanium ke-3, infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi Negara
tropik / subtropik dan Negara berkembang maupun Negara yang sudah maju. Malaria
merupakan penyebab kematian utama penyakit diperkirakan satu juta penduduk dunia
meninggal tiap tahunnya dan terjadi kasus malaria baru 200-300 juta / tahun.
Malaria di Indonesia
Makalah Malaria. Derajat endemisitas malaria di Indonesia berbeda antara satu daerah
dengan daerah lain. Sebagian wilayah di Jawa-Bali bebas penularan. Namun, pada bulan
Juli-Agustus 2002, sejumlah daerah di Jawa tengah dan Yogyakarta dilaporkan terserang
wabah penyakit ini. Dikabupaten Kebumen (Jawa Tengah) dilaporkan sekitar 3.000 orang
yang terserang, sedangkan 12 kecamatan dikabupaten purbalingga dinyatakan sebagai
daerah endomis setelah selama 10-12 tahun tidak ada kasus malaria.
Beberapa kejadian luar biasa (KLB) juga terjadi diluar pulau Jawa-Bali, seperti dipulau
Bintan, Aceh, dan kabupaten Jayawijaya (Papua). Semua KLB tersebut berkaitan dengan
perpindahan penduduk dari daerah bebas malaria ke daerah endemis, serta terjadinya
perubahan lingkungan yang memudahkan berkembangnya vector nyamuk pembawa
malaria.
C. ETIOLOGI
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga
menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptile dan mamalia. Termasuk genus
plasmodium dari family plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi
ovitrusit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopkelos betina. Secara
keseluruhan ada lebih dari 100 pkismodium yang menginfeksi binatang (82 pada jenis
burung dan reptil dan 22 pada binatang primatu).
Genus plasmodium dan terdapat 4 species yang dapat menyerang manusia, yaitu :
1. Plasmodium vivax : Malaria teriana
2. Plasmodium Falciaparum : Malaria tropika
3. Plasmodium malariae : Malaria malariae
4. Plasmodium ovale : Malaria ovale
Kemampuan bertambahnya penyakit malaria disuatu daerah dapat pula ditentukan oleh
faktor-faktor :
1. Parasit malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria (yaitu suatu protozoa daun yang
termasuk genus plasmodium) yang dibawa oleh nyamuk anopheles.
Ciri utama genus plasmodium adalah adanya dua siklus hidup, yaitu siklus hidup aseksual
semi siklus seksual.
Fase aseksual. Siklus dimulai ketika anopheles betina menggigit manusia dan
memasukkan sporozit yang terdapat pada air liurnya kedalam aliran darah manusia. Jasad
yang langsing dan lincah ini dalam waktu 30 menit sampai satu jam memasuki sel
parenkim hari dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan
merozit.
Fase seksual. Jika nyamuk anopheles betina menghisap darah manusia yang
mengandung parasit malaria, parasit bentuk seksual masuk kedalam perut nyamuk. Bentuk
ini mengalami pematungan menjadi mikro ga metosit dan makroggametrosit dan terjadilah
pembuahan yang disebut zigot (bokinet).
2. Nyamuk Anopheles
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk anopheles betina.
Diseluruh dunia terdapat sekitar 2.000 species anopheles, 60 species diataranya diketahui
sebagai penular malaria. Di Indonesia ada sekitar 80 jenis anopheles, 24 species
diantaranya tidak terbukti penular malaria.
3. Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria
Secara alami, penduduk disuatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada yang
sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan.
4. Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria disuatu daerah.
Adanya danau payau, genangan air di hutan, persawahan, tombak ikan, pembukaan hutan,
dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit
malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria.
5. Iklim
Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit malaria.
Biasanya, penularan malaria lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan kemarau air
hujan yang menimbulkan genangan air. Merupakan tempat yang ideal untuk perindukan
nyamuk malaria. Dengan bertambahnya tempat perindukan, populasi nyamuk malaria juga
bertambah sehingga bertambah pula jumlah penularannya.
D. GEJALA / GAMBARAN UMUM
Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmissi infeksi
mela malaria. Berat ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium (p. falciparum
sering memberikan komplikasi). Daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan),
umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan
kesehatan dan nutrisi, kemo profilaktis dan pengobatan sebelumnya.
1. Suatu parokisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang berukuran, yaitu : Stadium dingin
(cold stage), Stadium demam (hot stage), Stadium berkeringat (sweating stage)
Serangan demam berbeda-beda sesuai dengan spesies penyebab malaria. Kambuh dan
bersifat :
Reksudensi (short term relapse) yaitu timbul karena parasit malaria dalam esitrosit
menjadi banyak timbul beberapa minggu setelah penyakit sembuh.
Rekuren (long term relapse) karena siklus ekso gritrosit masuk kedalam darah dan
menjadi banyak. Biasanya timbul kira-kira 6 bulan setelah penyakit sembuh.
2. Hipetropi dan siperplasia sistem retikuloen datelial akan menyebabkan limpa
membesar.sel makrofag bertambah dan dalam darah terdapat manositosis.
3. Anemia dapat terjadi karena :
- Elitrosit yang diserang akan hancur pada saat sporulasi
- Derajat fagositosis RES meningkat, sehingga akibatnya banyak eritrosit yang
hancur.
E. DIAGNOSA BANDING
Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menomat, yang juga dijumpai pada
hamper semua penyakit infeksi virus pada sistim respiratorius, influenza, bruselusis,
demamtifoid, demam dengue, dan infeksi bakterial lainnya seperti pneumonia, infeksi
saluran kencing, tuberkolosis. Pada daerah hipot endemik sering dijumpai penderita
dengan imunitas tinggi sehingga penderita dengan infeksi malaria tetapi tidak
menunjukkan gejala klinis malaria. Pada malaria berat diagnosa banding tergantung
manifestasi malaria beratnya. Pada malaria dengan ikterus, diagnose banding ialah demam
nifcid dengan hepatitis, kolesisteisis. Abses hati, dan leptospirosis. Hepatitis pada saat
timbul ikterus biasanya tidak dijumpai demam lagi. Pada malaria serebral harus dibedakan
dengan infeksi pada otak lainnya seperti meningitis, ensofalitis, hifoidensefauopati,
tripanossmiatisis. Penurunan kesadaran dan koma dapat terjadi pada gangguan metabolik
(diabetes, urani) gangguan serebrovaskular (strok), eklampsia, epilepsy, dan tumor otak.
Diagnosa banding malaria adalah :
Tirus
Demam tifoid
Amubiasis
Relapsing lever
Hepatitis
Pneumomia
Infeksi virus
Ensefalitis
Leptospirosis
Schistosomianisis
Leistimaniasis
Limfoma
F. PENATALAKSANAAN MALARIA
Pengobatan Malaria
Obat anti malaria diberikan kepada penderita dengan tujuan :
1. Menyembuhkan penderita secara tuntas
Menghilangkan gejala klinik dan parasit dari tubuh penderita (pengobatan keratif)
membunuh bentuk eritrosit.
Tidak terjadi relaps (pengobatan radikal) membunuh bentuk jaringan primer.
2. Menghilangkan gejala klinis
Parasit masih ada di dalam tubuh penderita (pengobatan supresif) mengurangi
jumlah parasit dalam darah.
Pengobatan untuk semua penderita demam (klinis malaria) yang tinggal didaerah
enduamis malaria (mencegah terjadinya wabah)
3. Mencegah terjadinya penyakit (profilaksis)
Diberikan kepada orang sehat supaya tidak tertular penyakit (wisatawan ke daerah
endemik malaria) chemoprophylaxis.
Perawatan Pasien Malaria
1. Rawat jalan
-Penderita dengan gejala penyakit ringan (tanpa komplikasi)
-Dapat minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan (terapi oral)
2. Rawat inap
-Penderita dengan gejala penyakit berat (malaria pernieiosa) atau dengan
komplikasi
-Ibu hamil, bayi dan anak-anak, penderita tidak dapat minum obat (muntah-
muntah)
-Memerlukan terapi parentoral dan pengawasan intensif
3. Pencegahan
-Diberikan kepada orang sehat supaya tidak tertular penyakit misalnya : wisatawan
kedaerah endemis malaria (che moprofilaxis, vaksin)
-Ditujukan kepada nyamuk, misalnya dengan obat (obat gosok, obat semprot)
kelambu khusus
-Ditujukan kepada lingkungan. (meniadakan tempat nyamuk bterlelur).
Lebih jalasnya / ringkasnya yaitu :
-Terapi profiaktik terhadap malaria dianjurkan bagi orang yang bepergian kedaerah
endemic.
-Pencegahan di daerah endemik antara lain terdiri dari eliminasi sumber-sumber
genangan air dan penggunaan insektisida, kelambu, dan insect repellent.
-Tersedia obat anti malaria untuk mengatasi penyakit apabila terjangkit
-Kadang-kadang dilakukan transfusi darah. Namun, didaerah-daerah endemic
dapat terjadi penularan usus imanode fisensi manusia (HIV)
-Baru-baru ini diciptakan vaksin yang tidak mencegah infeksi oleh parasit, tetapi
tampaknya dapat mengurangi keparahan penyakit.
KESIMPULAN
Malaria merupakan salah satu penyakit emerging infectious disease yang perlu
mendapatkan perhatian dunia medis saat ini terutama di Indonesia. Hal ini disebabkan
karena selain mengacaukan peta penyakit, dimana beberapa daerah yang semula
dinyatakan bebas malaria, mulai timbul kembali akibat adanya perpindahan penduduk dari
daerah endemis malaria kedaerah non-endemis atau sebaliknya (wisatawan, pekerja bisnis,
transmigran). Juga fenomema alam (mis. El Nino) mempengaruhi epidemiologi penyakit
ini. Masalahnya dipersulit dengan adanya plasmodium malaria yang kebal terhadap
chloroquire yang sampai saat ini masih dianggap obat pilihan untuk malaria dan nyamuk
A NOPHELES yang kebal terhadap obat semprot nyamuk yang umum dipakai. Untuk itu
perlu dibahas masalah penatalaksanaan malaria terbaru untuk menanggulanginya, terutama
bagi tenaga medis yang merupakan garis terdepan dalam pengendalian penyakit ini.