modul 5_260110140095_fami fatwa_bx
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 MODUL 5_260110140095_FAMI FATWA_BX
1/8
FAMI FATWA
260110140095
BX
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang tahap-tahap pengembangan obat baru
sejak skrining sampai dapat digunakan dalam terapi.
Jawab:
Tahap- tahap penelitian dan pengembangan obat baru:
1) Penapisan obat (drug screening ): Pencarian atau penemuan zat yang berkhasiat
2) Uji praklinis ( preclinical testing ): Pengujian pada binatang percobaan
3)
Uji klinis (clinical trial, clinical testing )
(Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI, 2008).
Uji Praklinis
Bahan atau senyawa kimia yang telah ditemukan mempunyai efek, diteruskan penelitiannya
pada binatang percobaan, sebelum dicobakan pada manusia.Penelitian ini bertujuan untuk
penilaian keamanan pemakaian obat, untuk mengetahui efek toksik, efek farmakodinamik,
farmakokinetik dan pengaruh obat terhadap berbagai organ tubuh, dan aman pada percobaan
dengan manusia nantinya. Pengujian pada binatang ini meliputi:
1. Penelitian toksikologi umum:
- Penelitian toksisitas akut
- Penelitian toksisitas subakut
- Penelitian toksisitas kronis
2. Penelitian toksikologi khusus:
- Penelitian efek pada organ reproduksi atau efek teratogenic
- Penelitian efek karsinogenik
- Penelitian efek mutagenic
- Penelitian efek adiksi
-
8/16/2019 MODUL 5_260110140095_FAMI FATWA_BX
2/8
3. Penelitian efek farmakodinamik
4. Penelitian efek farmakokinetik
5. Penelitian teknik farmaseutik
(Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI, 2008).
Uji Klinis
Uji coba pada manusia dilakukan jika diperoleh kesan, bahwa uji coba pada hewan cukup aman
dan memuaskan. Walaupun begitu uji klinik obat baru pada manusia masih dilakukan dalam
beberapa tahap sebagai berikut:
a. Tahap I: Untuk pertama kali obat dicobakan pada manusia. Subjek disini terdiri dari
sukarelawan yang sehat. Uji coba fase I ini dilakukan di suatu rumah sakit atau lembaga
dengan pengawasan yang ketat oleh para ahli. Perhatian ditujukan untuk mengetahui
farmakokinetik dan farmakodinamik obat pada orang yang sehat. Dari segi etik riset, uji
klinik tahap I umumnya tergolong riset non terapeutik.
b. Tahap II: obat dicobakan pada sekelompok kecil penderita yang diharapkan akan
mendapat manfaat terapeutik atau diagnostic dari obat tersebut. Subjek diseleksi dengan
ketat dan diawasi oleh ahli yang kompeten. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk
mengetahui apakah obat baru ini mempunyai efek terapeutik pada penderita. Disamping
itu dicatat pula data lain seperti pada tahap I.
c. Tahap III: Obat diberikan pada sejumlah besar penderita dengan kondisi yang
menyerupai keadaan dimana obat dipakai sehari-hari di masyarakat. Ini berarti bahwa
seleksi pasien tidak terlalu ketat dan obat mungkin diberikan oleh dokter umum atau
orang-orang yang tidak ahli benar. Efek samping yang agak jarang dijumpai mungkin
telah dapat terlihat pada tahap ini. Bila hasil uji klinik tahap III ini dinilai aman dan
efektif maka obat dapat dipasarkan.
d.
Tahap IV: Disini dapat dikumpulkan data efektivitas maupun efek samping obat dalam penggunaan jangka panjang. Demikian pula kemungkinan timbulnya kecenderungan
penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan.
(Hanafiah, 1999).
-
8/16/2019 MODUL 5_260110140095_FAMI FATWA_BX
3/8
2. Rumuskan secara garis besar rancangan suatu skrining yang mencakup pemilihan
hewan, percobaan, dan jenis skrining sampai diperoleh suatu kepastian akan
khasiat farmakolgis untuk suatu senyawa yang baru berhasil diisolasi dari suatu
tanaman dan belum ada informasi baik mengenai sifat kimia maupun sifat
farmakologinya.
Jawab:
Pengembangan obat baru yang berpotensial akan diteruskan kepada farmakologis untuk
melaksanakan studi farmakologi, biokimia dan toksikologi. Studi farmakologi ini dilakukan pada
hewan-hewan percobaan dengan spesies yang berbeda dan dalam persiapan organ terisolasi.Studi
ini dikenal sebagai studi "skrining" dan dirancang untuk mendeteksi aktivitas farmakologi di
satu atau lebih sistem tubuh.
Tipe skrining yang dilakukan adalah skrining primer atau skrining buta.Dalam
skrining buta tidak terdapat informasi tentang aktivitas farmakologi dari senyawa baru dan
tujuannya adalah untuk melihat/mengamati apakah senyawa ini memiliki aktivitas farmakologi
yang bermanfaat. Skrining buta meliputi 3 kelompok tes biologis yang dilakukan untuk
memberikan informasi pada spectrum aktivitas farmakologi dari obat baru meliputi pengamatan
terhadap sikap, neurologis, dan fungsi otonom dan apakah mereka berinteraksi secara spesifik
dengan reseptor tertentu, contoh: adrenergic, kolinergik, histamine reseptor.
Pada percobaannya, bervariasi dosis dari senyawa diberikan kepada sekelompok mencit,
dan diamati perubahan pada fungsi tubuhnya termasuk pusat, kardiovaskular, pernafasan,
ginjal.Semua data yang diamati dari hewan percobaan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
dari hewan (mencit) dengan perlakuan control.
(PHR, 2013)
-
8/16/2019 MODUL 5_260110140095_FAMI FATWA_BX
4/8
3. Apa yang dimaksud dengan reliabilitas, validitas, dan objektivitas dalam suatu
percobaan.
Jawab:
Reliabilitas: serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki
konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara
berulang. Realibilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg,relative tidak berubah
walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda (Lusiana, 2015).
Validitas: suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrument. Prinsipnya adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrument dalam mengumpulkan data (Lusiana, 2015).
Objektivitas: Prinsip yang diterapkan dalam penelitian kuantitatif, yang berpendirian
bahwa “kebenaran” (truth) adalah absolut dan realitas itu bersifat tunggal ( single reality)
(Danim, 2003).
4. Jelaskan hubungan antara gejala-gejala neurofarmakologis yang tercantum dalam
tabel dengan jenis aktivitas obatnya.
Gejala
neurofarmakologi
Skor
Normal
keterangan
A. SIKAP Aktivitas obat1. Awareness Depresan/ sedatif
(Satya,2005)
Alertness 4 Kewaspadaanhewan Depresan/ sedatif
(Satya,2005)
Visualplacing
4
Responshewanterhadappemind
ahanpadatempatyang
Depresan/ sedatif
(Satya,2005)
Stereotypy Pengulangangerakanyangmeka
nisdansering. Padamencit
Depresan/ sedatif
(Satya,2005)
Passivity
0
Responshewanapabiladitempatka
npadaposisiyangtidak
biasa
Depresan/ sedatif
(Satya,2005)
-
8/16/2019 MODUL 5_260110140095_FAMI FATWA_BX
5/8
2. Mood Stimulasi
parasimpatik
(Rahardjo,2007)
Grooming
4
Belaianataugosokankakide
panpadamuka,seringjuga
dilakukan olehmencit
Stimulasi
(Satya,2005)
Vocalization 0 Memberisuara Stimulasi
(Satya,2005)
Restlessness 0 Keadaantidaktenang Stimulasi simpatik
(Satya,2005)
Iritability 0 Keadaantidaktenangyanghebat,sik
apagresifmenyerang
Stimulasi simpatik
(Satya,2005)
Fearfulness 0 Ketakutanbiladiperlakukanolehm
anusia
Stimulasi simpatik
(Satya,2005)
3. AktivitasMotorik Depresan
(Satya,2005)
Aktivitasspontan 4 Reaksi
yangditunjukkanbilamencit
Depresan
(Satya,2005)
Reaktivitas 4 Pengamatanyangsamaapabiladipi
ndahkandari wadahgelas
Depresan
(Satya,2005)
Touch response 4 Responsyangdiberikanbilahewand
isentuhdenganpensilatau
Analgesik
(Munaf,2009)
Responsnyeri 4 Responsyangdiberikanbilapangkal
ekor dijepit denganklem
Analgesik
(Munaf,2009)
Gejala
Neurofarmakologi
Skor
Normal
Keterangan
B.PROFILNEUROLOGI
Aktivitas obat1. Eksitasi SSP
Startle response 0
Responsyangdiberikanbilah
ewandiberikejutan dengan
Stimulasi
Sistem syaraf
-
8/16/2019 MODUL 5_260110140095_FAMI FATWA_BX
6/8
Straubres onse 0 Kenaikandari ekor mencit Stimulasi sistemTremor 0 Stimulasi sistem Konvulsi 0 Stimulasi sistem
2. I nkoordinasimotorik Hambatan
neuromuskular/
gangguan SSP
Posisitubuh 4 Dinilaiterhadapmencitnormal Hambatan
neuromuskular/
gangguan SSP
Posisianggotabadan 4 Dinilaiterhadapmencitnormal Hambatan
neuromuskular/
gangguan SSP
Staggeringgait 0 Hewanberjalandenganterhuyung Hambatan
neuromuskular/
gangguan SSP
Abnormalgait 0 Hewanberjalandengancarayangti
daknormal
Hambatan
neuromuskular/
gangguan SSP
Rightingreflexmencit
biladipegangpadaekornya
kemudiandiputarduakalidi
3. Tonus otot Sedatif / gangguan
Ototan otatubuh 4 Diukurden anmenilairesistensik
Sedatif / an uanMencitdibiarkanmenggenggam
pensildalam posis
Bodytone 4 Bandingkantonusototdenganmen
Sedatif / gangguan
Abdominaltone 4 Bandingkantonusototdenganmen
Sedatif / gangguan
4. Reflex Penghambatan
syaraf sensorik
Pinna 4
Refleksbilapusatpinna(da
untelinga) disentuh
Penghambat
an Syaraf
-
8/16/2019 MODUL 5_260110140095_FAMI FATWA_BX
7/8
Corneal 4
Refleksbilakorneadisentuhdenga
nrambutyang
Penghambatan
Syaraf Sensorik
Ipsilaterialflexor 0 Refleksmenarikkaki,bilatapakdij
epit denganpinset
Penghambatan
Syaraf SensorikC. PROFILOTONOMIK 1. Optik Parasimpatolitik/
simpatik
Ukuranpupil 4 Pupilmatadiukur Parasimpatolitik/
simpatik
Pembukaan
palpebral (ptosis)
4 Pembukaankelopakmata Parasimpatolitik/
simpatik
Exophtalmus 0 Bolamatamenonjolkeluar Parasimpatolitik/
simpatik
2. Sekresi Aktivitas
muskarinik/
Urinasi 0 Dibandingkanterhadaphewanko
ntrol
Aktivitas
muskarinik/
Salivasi 0 Dibandingkanterhadaphewanko
ntrol
Aktivitas
muskarinik/
3. Umum
Writhin 0 Menggeliat Stimulasi reseptorPiloereksi 0 Bulutubuhberdiri Simpatomimetik Hypothermis 0 Penurunansuhutubuhdari Simpatomimetik
Warnakulit 4 Terutamawarnatelinga Vasodilatasi/
simpatomimetisim
Kecepatandenyut
jantung
4 Jumlah/satuanwaktu Simpatik/
parasimpatik/
Kecepatanrespirasi 4 Jumlah/satuanwaktu Simpatik/
parasimpatik/
(Rahardjo,2009)
-
8/16/2019 MODUL 5_260110140095_FAMI FATWA_BX
8/8
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Hanafiah, M. Jusuf., dan Amri Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Lusiana, Novita., dkk. 2015. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta:
Deepublish.
Munaf, S. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi II . Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
PHR 582. 2013. Primary Screening & Drug Class Profiles. Available at
http://www.pua.edu.eg/PUASite/uploads/file/Pharmacy/Courses/fall%202013/PHR%20
582/Primary%20Screening%20&%20Drug%20class%20profile.pdf [diakses 19 Mei
2015]
Rahardjo, Rio. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi, Ed 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Satya, Junawa. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif ed 2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi
2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
http://www.pua.edu.eg/PUASite/uploads/file/Pharmacy/Courses/fall%202013/PHR%20582/Primary%20Screening%20&%20Drug%20class%20profile.pdfhttp://www.pua.edu.eg/PUASite/uploads/file/Pharmacy/Courses/fall%202013/PHR%20582/Primary%20Screening%20&%20Drug%20class%20profile.pdfhttp://www.pua.edu.eg/PUASite/uploads/file/Pharmacy/Courses/fall%202013/PHR%20582/Primary%20Screening%20&%20Drug%20class%20profile.pdfhttp://www.pua.edu.eg/PUASite/uploads/file/Pharmacy/Courses/fall%202013/PHR%20582/Primary%20Screening%20&%20Drug%20class%20profile.pdfhttp://www.pua.edu.eg/PUASite/uploads/file/Pharmacy/Courses/fall%202013/PHR%20582/Primary%20Screening%20&%20Drug%20class%20profile.pdf