modul
DESCRIPTION
etikolegalTRANSCRIPT
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
PENDAH
ULUAN
RELEVANSI
TUJUAN PEMBELAJARAN
DESKRIPSI SINGKAT
MODUL 1INFORMED CHOICE DAN
INFORMED CONSENT
Modul ini memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada
mahasiswa agar mahasiswa mampu menyelesaikan masalah etik moral yang
mungkin terjadi dalam praktik bidan dengan benar. Modul ini juga
memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai Informed choice dan
Informed Consent.
Materi dalam modul ini berhubungan dengan Mata kuliah
Humaniora, Komunikasi dalam praktik kebidanan dan Konsep kebidanan.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah etik moral yang
mungkin terjadi dalam praktik bidan dengan benar.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mendeskripsikan langkah-langkah
penyelesaian masalah.
Mahasiswa mampu menedeskripsikan dan memahami dengan
baik mengenai Informed choice dan Informed consent.
1
Deskripsi singkat, Relevansi, Tujuan dan Petunjuk Be
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
PETUNJUK BELAJARIN
FO
RM
ED
C
HO
IC
E
DA
N
INF
OR
ME
D
CO
NS
EN
T@
100 m
enit
PE
NGANT
AR
KB
8
1. Sebelum mempelajari modul ini hendaknya didahului dengan
berdo’a.
2. Bacalah daftar isi untuk mengetahui isi yang ada di dalam modul.
3. Kemudian bacalah isi modul ini dengan seksama dan cermat.
4. Catatlah hal-hal penting.
5. Kerjakan latihan yang terdapat di bagian akhir modul ini.
Bidang kebidanan yang dahulu dianggap profesi mulia, seakan-
akan sulit tersentuh oleh orang awam, kini mulai dimasuki unsur hukum.
Salah satu tujuan dari hukum atau peraturan atau deklarasi atau kode etik
kesehatan atau apapun namanya, adalah untuk melindungi kepentingan
pasien disamping mengembangkan kualitas profesi bidan atau tenaga
kesehatan. Keserasian antara kepentingan pasien dan kepentingan tenaga
kesehatan, merupakan salah satu penunjang keberhasilan pembangunan
sistem kesehatan.
Pada awal abad ke-20 telah tumbuh bidang hukum yang bersifat
khusus (lex spesialis), salah satunya hukum kesehatan, yang berakar dari
pelaksanaan hak asasi manusia memperoleh kesehatan (the Right to health
care). Masing-masing pihak, yaitu yang memberi pelayanan (medical
providers) dan yang menerima pelayanan (medical receivers) mempunyai
hak dan kewajiban yang harus dihormati.
2
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Agar dapat menanggulangi masalah secara proporsional dan
mencegah apa yang dinamakan malpraktek di bidang kebidanan, perlu
adanya informed consent (persetujuan penjelasan) dan informed
choice (pilihan pasien).
Mahasiswa mampu mendeskripsikan langkah-langkah dalam
penyelesaian masalah.
Mahasiswa mampu memahami mengenai Informed choice dan
informed consent.
Mahasiswa mampu memahami mengenai Informed choice dan
informed consent.
Seorang wanita pasti ingin membuat pilihan jika diberikan informasi yang
cukup. Salah satu penyebab wanita tidak dapat mengambil keputusan adalah
karena para bidan yang enggan memberikan informasi yang lengkap agar
wanita dapat membuat keputusan. Wanita dengan pendidikan tinggi dapat
membuat pilihan karena banyak membaca atau mempunyai bekal untuk
membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit karena berbagai
alasan, misalnya alasan sosial ekonomi, kurangnya pendidikan dan
pemahaman masalah kesehatan, kesulitan bahasa dan pemahaman sistem
kesehatan yang tersedia.
3
INDIKATOR PEMBELAJARAN
INFORMED CHOICEDAN
INFORMED CONSENT
KB
1
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
1. INFORMED CHOICE
A. DEFENISI
Informed choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan
tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice) harus
dibedakan dari persetujuan (consent). Persetujuan penting dari sudut
pandang bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan
otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan
pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai
konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
Informed (mendapatkan penjelasan) maksudnya “informasi yang lengkap
sudah diberikan dan dimengerti wanita itu yang menyangkut resiko,
manfaat, keuntungan, hasil yang mungkin dapat diharapkan dari setiap
pilihannya”. Choice (Pilihan) berarti ada alternative lain, ada lebih dari satu
pilihan dan wanita itu mengerti perbedaan sehingga dia dapat menentukan
mana yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.
Sebagai seorang bidan dalam memberikan informed choice kepada klien
harus:
1. Memperlakukan klien dengan baik.
2. Berinteraksi dengan nyaman.
3. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta
tidak berlebihan.
4. Membentu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang
sesuai dengan kondisinya.
B. TUJUAN
Tujuan Informed choice adalah untuk mendorong wanita memilih
asuhannya. Peran bidan tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen
asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih
asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik
internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus
menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong
wanita untuk menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.
4
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
C. REKOMENDASI
1. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dalam berbagai aspek agar dapat membuat keputusan klinis dan
secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan yang aman dan
dapat memuaskan kliennya.
2. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam
bentuk yang dapat dimengerti oleh wanita dengan menggunakan
media alternatif dan penerjemah, kalau perlu dalam bentuk tatap
muka secara langsung.
3. Bidan dan petugas kesehatan lainnya perlu belajar untuk membantu
wanita melatih diri dalam menggunakan haknya dan menerima
tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil sendiri
4. Dengan berfokus pada asuhan yang berpusat pada wanita dan
berdasarkan fakta, diharapkan bahwa konflik dapat ditekan
serendah mungkin
5. Tidak perlu takut akan konflik tapi menganggapnya sebagai suatu
kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian
ulang yang objektif, bermitra dengan wanita dari sistem asuhan dan
suatu tekanan positif.
D. BENTUK PILIHAN (CHOICE) YANG ADA DALAM ASUHAN
KEBIDANAN
Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien
antara lain:
1. Gaya, bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan
laboratorium/screaning antenatal.
2. Tempat bersalin (rumah, polindes, RB, RSB, atau RS) dan kelas
perawatan di RS.
3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
4. Pendampingan waktu bersalin.
5. Clisma dan cukur daerah pubis.
6. Metode monitor denyut jantung janin.
7. Percepatan persalinan.
5
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
8. Diet selama proses persalinan.
9. Mobilisasi selama proses persalinan.
10. Pemakaian obat pengurang rasa sakit.
11. Pemecahan ketuban secara rutin.
12. Posisi ketika bersalin.
13. Episiotomi.
14. Penolong persalinan.
15. Keterlibatan suami waktu bersalin, misalnya pemotongan tali pusat.
16. Cara memberikan minuman bayi.
17. Metode pengontrolan kesuburan.
Semua ini ditentukan oleh bidan atas nama atau dengan alasan demi
kepentingan pasien. Sekarang dengan semakin meningkatnya kesadaran
wanita sebagai konsumen, juga berkewajiban untuk turut mengambil
tanggung jawab atas hasil pilihan asuhan mereka sendiri, mereka perlu
diikut sertakan dalam mengambil keputusan untuk asuhan yang akan
dialaminya. Dipihak lain, bidan wajib memberikan informasi yang rinci dan
jujur atau resiko, manfaat, atau alternatif lain yang ada.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan, bidan harus mengukur
kompetensinya dalam memberikan pelayanan yang aman. Apabila ada
pertentangan maka pertimbangan keamanan bagi ibu, janin, dan si penolong
harus menjadi prioritas dan diadakan negosiasi yang terbuka.
2. INFORMED CONSENT
A. DEFENISI
Informed consent terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah
mendapat keterangan atau penjelasan atau keterangan (informasi), dan
“consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi, “informed
consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapat informasi.
Menurut John M. Echols dalam kamus inggris-indonesia (2003), informed
berarti telah diberitahukan, telah disampaikan, telah diinformasikan.
6
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Sedangkan consent berarti persetujuan yang diberikan kepada seseorang
untuk berbuat sesuatu.
Menuurt Jusuf Hanifah (1999), Informed consent adalah persetujuan yang
diberikan pasien kepada bidan atau tenaga kesehatan setelah diberi
penjelasan. Dalam praktiknya, seringkali istilah informed consent
disamakan dengan surat izin operasi (SIO) yang dibserikan oleh tenaga
kesehatan kepada keluarga sebelum pasien di operasi, dan dianggap sebagai
persetujuan tertulis. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa informed consent
bukan sekedar formulir persetujuan yang didapat dari pasien, juga bukan
sekedar tanda tangan keluarga, namun merupakan proses komunikasi. Inti
dari informed consent adalah kesepakatan antara tenaga kesehatan dan klien,
sedangkan formulir hanya merupakan pendokumentasian hasil kesepakatan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “informed consent” dapat
didefinisikan sebagai sebagai persetuuan yang diberikan oleh pasien dan
atau keluarganya ats dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.
1. Persetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak
terhadap bidan untuk melakukan suatu tindakan kebidanan
kepada pasien setelah memperoleh informasi lengkap dan
dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2. Informed consent merupakan suatu proses.
3. Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar
kertas, tetapi bukti jaminan informed consent telah terjadi.
4. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981, PP No.
8 Tahun 1981.
5. Merupakan dialog antara bidan dengan pasien didasar
keterbukaan akal pikiran, dengan bentuk briokratisasi
penandatanganan formulir.
6. Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan
penolakan setelah mendapat informasi secukupnya sehingga ynag
doberi informasi sudah cukup mengerti akan segala akibat dari
7
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil
keputusan.
7. Berperan dalam mencegah konflik etik tetapi tidak mengatasi
masalah etik, tuntutan, pada intinya adalah bidan harus berbuat
yang terbaik bagi pasien dan klien.
B. TUJUAN INFORMED CONSENT
1. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan
bidan dan atau tenaga kesehatan yang sebenarnya tidak
diperlukan dan secara medis tidak ada dasar pembenarannya
yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien.
2. Memberi perlindungan hukum kepada bidan dan atau tenaga
kesehatan terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena
prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap
tindakan medik ada melekat suatu resiko (Permenkes No.
290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3).
C. MANFAAT INFORMED CONSENT
Keberadaan informed consent sangat penting, karena mengandung
ide moral, seperti tanggung jawab (autonomi tidak terlepas dari
tanggung jawab). Jika individu memilih untuk melakukan sesuatu, ia
hanya bertanggung jawab terhadap pilihannya dan tidak bisa
menyalahkan konsekuensi yang akan terjadi. Ide moral lain adalah
pembaruan. Tanpa autonomi, tidak ada pembaruan dan jika tidak ada
pembaruan, maka masyarakat tidak akan maju. Informed consent
mem[unyai peran sangat penting dalam penyelenggaraan praktik
kebidanan.
Manfaat informed consent adalah sebagai berikut:
1. Membantu kelancaran tindakan medis.
Melalui informed consent, secara tidak langsung terjalin
kerjasama antara bidan dan klien sehingga memperlancar
tindakan yang akan dilakukan. Keadaan ini dapat meningkatkan
efisiensi waktu dalam upaya tindakan kedaruratan.
2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi.
8
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Tindakan bidan yang tepat dan segera, akan menurunkan resiko
terjadinya efek samping dan komplikasi pada pasien.
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit
karena si ibu/pasien memiliki pemahaman yang cukup terhadap
tindakan yang dilakukan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan
Peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan yang lancar, efek
samping dan komplikasi yang minim dan proses pemulihan yang
cepat.
5. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum
Jika tindakan medis menimbulkan masalah, bidan memiliki bukti
tertulis tentang persetujuan pasien.
D. KOMPONEN INFORMED CONSENT
Menurut culver and gert ada 4 komponen yang harus dipahami pada
suatu persetujuan:
1. Sukarela (Voluntariness)
Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat adalah
dasar sukarela tanpa ada unsur paksaan di dasari informasi dan
kompetensi. Sehingga pelaksanaan sukarela harus memenuhi
unsur informasi yang diberikan sejelas-jelasnya.
2. Informasi (Information)
Jika pasien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan
keputusan tersebut.
3. Kompetensi (Competence)
Dalam konteks consent competensi bermakna suatu pemahaman
bahwa seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk mampu
membuat keputusan dengan tepat, juga membutuhkan banyak
informasi.
4. Keputusan (Decision)
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana
merupakan persetujuan tanpa refleksi. Pembuatan keputusan
merupakan tahap terakhir proses pemberian persetujuan.
9
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
E. DIMENSI INFORMED CONSENT
1. Dimensi hukum, merupakan perlindungan terhadap bidan yang
berperilaku memaksakan kehendak, memuat:
a. Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien.
b. Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien.
c. Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik.
2. Dimensi etik, mengandung nilai-nilai:
a. Menghargai otonomi pasien.
b. Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila
diminta atau dibutuhkan.
c. Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau
hasil pemikiran rasional.
F. BENTUK-BENTUK INFORMED CONSENT
Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan
medis, sekecil apapun tindakan tersebut. Menurut departemen kesehatan
(2002), informed consent dibagi menjadi 2 bentuk:
1. Implied consent
Implied consent yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung.
Contohnya: saat bidan akan mengukur tekanan darah pasien, ia hanya
mendekati si pasien dengan membawa sfing-manometer tanpa
mengatakan apapun kepada pasien dan si pasien langsung
menggulung lengan bajunya (meskipun tidak mengatakan apapun,
sikap ibu menunjukkan bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan
yang akan dilakukan bidan).
2. Express consent
Express consent yaitu persetujuan yang idnyatakan dalam bentuk
tulisan atau secara verbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat
diberikan, namun sangat bijaksana bila persetujuan pasien dinyatakan
dalam bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti yang lebih
kuat dimasa mendatang. Contoh, persetujuan untuk pelaksanaan
episiotomy.
Pasien dinyatakan memiliki kapasitas untuk memberi consent apabila:
10
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
a. Pasien mampu memahami keputusan medis berdasarkan berbagai
informasi yang ia peroleh.
b. Persetujuan dibuat tanpa tekanan.
c. Sebelum memberi consent, pasien terlebih dahulu harus diberikan
informasi yang memadai (Informed Choice).
Persetujuan atau kesepakatan antara tenaga kesehatan dan klien
harus mencakup:
a. Pemberi penjelasan yaitu tenaga kesehatan.
b. Penjelasan yang akan disampaikan memuat lima hal, yaitu:
Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan.
Tata cara tindakan yang akan dilakukan.
Resiko yang mungkin dihadapi.
Alternatif tindakan medik dari setiap alternatif tindakan.
Prognosis, bila tindakan itu dilakukan atau tidak.
c. Cara menyampaikan penjelasan
d. Pihak yang berhak menyatakan persetujuan yaitu pasien, tanpa
paksaan dari pihak manapun.
e. Cara menyatakan persetujuan (Tertulis atau Lisan).
E. DASAR HUKUM INFORMED CONSENT
Di Indonesia perkembangan “informed consent” secara yuridis formal, ditandai
dengan munculnya pernyataan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentang “Informed
consent” melalui SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 pada tahun 1988. Kemudian
dipertegas lagi dengan PerMenKes No. 585 tahun 1989 tentang “Persetujuan
Tindakan Medik atau Informed Consent”. Hal ini tidak berarti para dokter dan
tenaga kesehatan di Indonesia tidak mengenal dan melaksanakan “informed
consent” karena jauh sebelum itu telah ada kebiasaan pada pelaksanaan operatif,
dokter selalu meminta persetujuan tertulis dari pihak pasien atau keluarganya
sebelum tindakan operasi itu dilakukan.
Baru sekitar tahun 1988 di Indonesia ada peraturan dan pedoman bagi para
dokter untuk melaksanakan konsep informed consent dalam praktek sehari-hari
yaki berupa fatwa PB. IDI No. 319/PB/A.4/88 tentang informed consent, yang
11
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
kemudian diadopsi isinya hampir sebagian besar oleh Permenkes No. 585 Tahun
1989 tentang persetujuan tindakan medik.
Dengan adanya peraturan Permenkes No.585 Tahun 1989 tentang persetujuan
tindakan medik, maka peraturan tersebut menjadi aturan pelaksanaan dalam
setiap tindakan medis yang berhubungan dengan persetujuan dan pemberian
informasi terhadap setiap tindakan medik. Peraturan tersebut menyebutkan
bahwa setiap tindakan medik harus ada persetujuan dari pasien yang diatur dalam
Pasal 2 ayat (1) Permenkes No.585 Tahun 1989, yang berbunyi “semua tindakan
medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan”.
Adanya pengaturan mengenai informed consent yang terdapat dalam Permenkes
No.585 Tahun 1989 tersebut juga diperkuat dengan adanya Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran yang terdapat pada Pasal 45
ayat (1) sampai (6) yang berbunyi:
1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap.
3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya.
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Persetujuan sebagaimana dimaksud padaf ayat (2) dapat diberikan baik secara
tertulis maupun lisan.
5. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko
tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh
yang berhak memberikan persetujuan.
6. Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (30), ayat
(4) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
12
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Dari Ketentuan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran tersebut terutama pada pasal 45 ayat (6) menyebutkan bahwa
pengaturan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran (Informend
consent) diatur oleh peraturan menteri yaitu Permenkes No.585 Tahun 1989.
G. BENTUK INFORMED CONSENT
Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan
medis (pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (dokter) untuk
melakukan tindakan medis dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang
mengandung resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No.
585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88
butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup
besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak
pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis
serta resiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent).
2. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat
non-invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak
pasien.
3. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien
yang akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan
lengannya sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap
dirinya.
H. ASPEK HUKUM INFORMED CONSENT
Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004
Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008.
Maka Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut. Menurut Lampiran SKB IDI No.
319/P/BA/88 dan Permenkes no 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2 menyebutkan dalam
13
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
memberikan informasi kepada pasien / keluarganya, kehadiran seorang
perawat / paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting.
Dalam hubungan hukum, pelaksana dan pengguna jasa tindakan medis
(dokter, dan pasien) bertindak sebagai “subyek hukum ” yakni orang yang
mempunyai hak dan kewajiban, sedangkan “jasa tindakan medis” sebagai
“obyek hukum” yakni sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi orang
sebagai subyek hukum, dan akan terjadi perbuatan hukum yaitu perbuatan
yang akibatnya diatur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja
maupun oleh dua pihak.
Dalam masalah “informed consent” dokter sebagai pelaksana jasa tindakan
medis, disamping terikat oleh KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia)
bagi dokter, juga tetap tidak dapat melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan
hukun perdata, hukum pidana maupun hukum administrasi, sepanjang hal
itu dapat diterapkan.
Pada pelaksanaan tindakan medis, masalah etik dan hukum perdata, tolok
ukur yang digunakan adalah “kesalahan kecil” (culpa levis), sehingga jika
terjadi kesalahan kecil dalam tindakan medis yang merugikan pasien, maka
sudah dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum. Hal ini
disebabkan pada hukum perdata secara umum berlaku adagium “barang
siapa merugikan orang lain harus memberikan ganti rugi”.
Sedangkan pada masalah hukum pidana, tolok ukur yang dipergunakan
adalah “kesalahan berat” (culpa lata). Oleh karena itu adanya kesalahan
kecil (ringan) pada pelaksanaan tindakan medis belum dapat dipakai sebagai
tolok ukur untuk menjatuhkan sanksi pidana.
Aspek Hukum Perdata, suatu tindakan medis yang dilakukan oleh pelaksana
jasa tindakan medis (dokter) tanpa adanya persetujuan dari pihak pengguna
jasa tindakan medis (pasien), sedangkan pasien dalam keadaan sadar penuh
dan mampu memberikan persetujuan, maka dokter sebagai pelaksana
tindakan medis dapat dipersalahkan dan digugat telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) berdasarkan Pasal 1365
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer). Hal ini karena pasien
mempunyai hak atas tubuhnya, sehingga dokter dan harus menghormatinya.
14
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Aspek Hukum Pidana, “informed consent” mutlak harus dipenuhi dengan
adanya pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang
penganiayaan. Suatu tindakan invasive (misalnya pembedahan, tindakan
radiology invasive) yang dilakukan pelaksana jasa tindakan medis tanpa
adanya izin dari pihak pasien, maka pelaksana jasa tindakan medis dapat
dituntut telah melakukan tindak pidana penganiayaan yaitu telah melakukan
pelanggaran terhadap Pasal 351 KUHP.
Sebagai salah satu pelaksana jasa tindakan medis dokter harus menyadari
bahwa “informed consent” benar-benar dapat menjamin terlaksananya
hubungan hukum antara pihak pasien dengan dokter, atas dasar saling
memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak yang seimbang dan
dapat dipertanggungjawabkan. Masih banyak seluk beluk dari informed
consent ini sifatnya relative, misalnya tidak mudah untuk menentukan
apakah suatu inforamsi sudah atau belum cukup diberikan oleh dokter. Hal
tersebut sulit untuk ditetapkan secara pasti dan dasar teoritis-yuridisnya juga
belum mantap, sehingga diperlukan pengkajian yang lebih mendalam lagi
terhadap masalah hukum yang berkenaan dengan informed consent ini.
Informed Consent hakikatnya adalah hukum perikatan, ketentuan perdata
akan berlaku dan ini sangat berhubungan dengan tanggung jawab
profesional menyangkut perjanjian perawatan dan perjanjian terapeutik.
Aspek perdata Informed Consent bila dikaitkan dengan Hukum Perikatan
yang di dalam KUH Perdata BW Pasal 1320 memuat 4 syarat sahnya suatu
perjanjian yaitu:
1. Adanya kesepakatan antar pihak, bebas dari paksaan, kekeliruan dan
penipuan.
2. Para pihak cakap untuk membuat perikatan.
3. Adanya suatu sebab yang halal, yang dibenarkan, dan tidak dilarang oleh
peraturan perundang undangan serta merupakan sebab yang masuk akal
untuk dipenuhi.
Dari syarat pertama yaitu adanya kesepakatan antara kedua pihak (Antara
petugas kesehatan dan pasien), maka berarti harus ada informasi keluhan
pasien yang cukup dari kedua belah pihak tersebut. Dari pihak petugas harus
15
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
mendapat informasi keluhan pasien sejujurnya, demikian pula dari pihak
pasien harus memperoleh diagnosis dan terapi yang akan dilakukan.
Ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam menyusun dan
memberikan Informed Consent agar hukum perikatan ini tidak cacat hukum,
diantaranya adalah:
1. Tidak bersifat memperdaya (Fraud).
2. Tidak berupaya menekan (Force).
3. Tidak menciptakan ketakutan (Fear).
Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya
tersebut, tidak membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan
kelalaian. Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau
keluarga terdekatnya, dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan
penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351.
Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat digolongkan
sebagai tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351
(trespass, battery, bodily assault ).
Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, persetujuan
tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang
memberi persetujuan, sebelum dimulainya tindakan ( Ayat 1 ). Pembatalan
persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan secara tertulis oleh yang
memberi persetujuan (Ayat 2).
CONTOH INFORMED CONSENT
SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : (L/P)
Umur/Tgl Lahir :
Alamat :
Telp :
Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai orang
tua/*suami/*istri/*anak/*wali dari :
Nama : (L/P)
16
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Umur/Tgl Lahir
Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan
Medis berupa…………………………………………………………………
Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang
berhubungan dengan penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan
dilakukan dan kemungkinana pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai
penjelasan yang diberikan.
Jakarta,
…………………. 20……
Dokter/Pelaksana, Yang membuat
pernyataan,
Ttd ttd
(……………………)
(…………………………..)
*Coret yang tidak perlu
3. LANGKAH - LANGKAH PENYELESAIAN MASALAH
1. Melakukan penyelidikan yang memadai
2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
3. Memperluas pandangan tentang situasi
4. Kepekaan terhadap pekerjaan
5. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain
17
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Informed choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan
tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice) harus
dibedakan dari persetujuan (consent). Persetujuan penting dari sudut
pandang bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan
otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan
pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai
konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
Informed consent dapat didefinisikan sebagai sebagai persetuuan yang
diberikan oleh pasien dan atau keluarganya ats dasar penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang
berkaitan dengannya.
LANGKAH - LANGKAH PENYELESAIAN MASALAH
1. Melakukan penyelidikan yang memadai
2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
3. Memperluas pandangan tentang situasi
4. Kepekaan terhadap pekerjaan
5. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain
18
LATIHAN
RANGKUMAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Inerti
a uteri
@100
men
it
PE
NGANT
AR
KB
2
Inersia uteri adalah perpanjangan fase laten atau fase aktif atau
kedua-duanya dari kala pembukaan. Pemanjangan fase laten dapat
disebabkan oleh serviks yang belum matang atau karena penggunaan
analgetik yang terlalu dini. Pemanjangan fase deselerasi ditemukan pada
disproporsi sefalopelvik atau kelainan anak. Perlu disadari bahwa
pemanjangan fase laten maupun fase aktif meninggikan kematian perinatal.
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat
untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Disini
kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita
dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu
teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau
makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta para penderita dengan
keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase
laten atau fase aktif maupun pada kala pengeluaran.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Inersia Uteri.
Mahasiswa mampu menguraikan jenis-jenis inersia uteri.
Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan inersia uteri.
19
INDIKATOR PEMBELAJARAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
A. DEFENISI
Inertia uteri adalah his yang tidak normal. Pada kelainan ini, fundus
berkontraksi lebih kuat dan mulai lebih dulu daripada bagian lain. Sifat
kontrraksinya singkat dan jarang. Selama ketuban masih utuh umumnya
tidak berbahaya bagi ibu maupun bagi janin. (Jenny J.S Sondakh, 2013)
Inersia uteri adalah perpanjangan fase laten atau fase aktif atau
kedua-duanya dari kala pembukaan. Pemanjangan fase laten dapat
disebabkan oleh serviks yang belum matang atau karena penggunaan
analgetik yang terlalu dini. Pemanjangan fase deselerasi ditemukan pada
disproporsi sefalopelvik atau kelainan anak. Perlu disadari bahwa
pemanjangan fase laten maupun fase aktif meninggikan kematian perinatal.
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat
untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Disini
kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita
dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu
teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau
makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta para penderita dengan
keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase
laten atau fase aktif maupun pada kala pengeluaran.
B. KLASIFIKASI
Inertia uteri adalah his yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang
normal yang terbagi menjadi:
a. Inersia uteri primer
Apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah. Pada inertia uteri
primer, kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan. Jika
persalinan berlangsung lama, maka terjadi pada kala I fase laten. Hal
20
URAIAN MATERIINERSIA UTERI
KB
2
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
ini harus dibedakan dengan his pendahuluan yang juga lemah dan
kadang-kadang juga menjadi hilang (false labour). (Jenny J.S, 2013)
b. Inersia uteri sekunder
His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah.
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan,
bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah
pecah.
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu
maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk
penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
(sujiyatini, 2011)
C. PENANGANAN
1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Status gizi selama
kehamilan harus diperhatikan.
2. Persiapan penderita untuk menghadapi proses persalinan harus
maksimal. Selain itu, penderita juga harus diberitahu mengenai hal-
hal yang mungkin dapat terjadi selama proses persalinan.
3. Periksa keadaan serviks, persentasi, serta posisi janin secara teliti.
Ibu diminta untuk berjalan apabila bagian terbawah janin
(kepala/bokong) sudah memasuki PAP. Bila his timbul dengan
adekuat, maka dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak,
sebaiknya dilakukan section caesaria.
4. Buat rencana tindakan yang akan dilakukan.
Berikan oksitosin drip 5-10 tetes dalam 500 cc dekstrosa 5%
yang mulai diberikan sebanyak 12 tetes permenit, naikkan
setiap 1-5 menit sampai 40-50 tetes/menit.
Pemberian oksitosin jangan terlalu lama. Beri kesempatan
ibu untuk istirahat.
Bila inersia disertai CPD, sebaiknya lakukan sectio caesarea.
Bila sebelumnya his kuat kemudian terjadi inersia uteri
skunder, lalu ibu lemah dan partus lebih dari 24 jam pada
primipara dan 18 jam pada multipara, tidak ada gunanya
21
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
memberikan oksitosin drip. Segera selesaikan partus dengan
vacuum/forcep/section caesarea. (Jenny J.S Sondakh, 2013)
22
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah.
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan,
bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah
pecah.
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu
maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk
penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
1. Inertia uteri adalah his yang tidak normal. Pada keadaan ini fundus
berkontraksi lebih kuat dan mulai lebih dulu daripada bagian lain,
kemudian Sifat kontrraksinya adalah…
a. Singkat dan jarang
b. Singkat dan sering
c. Cepat dan jarang
d. Cepat dan sering
2. Inertia uteri terbagi menjadi dua jenis yaitu inertia uteri primer dan
skunder. Inertia uteri primer terjadi apabila..
a. Sejak semula kekuatannya cukup kuat dan bagian terendah terdapat
kaput dan ketuban telah pecah.
b. His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan
dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah
terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah.
c. Sejak semula kekuatannya sudah lemah dan kelemahan his
timbul sejak dari permulaan persalinan.
d. His kuat dan jarang serta tidak terdapat kaput pada bagian terendah
janin.
2.
Gejala di atas adalah tanda inertia uteri..
a. Skunder
b. Primer
c. Tersier
23
LATIHAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
d. Hipotonik
1. Inertia uteri adalah his yang tidak normal. Pada kelainan ini, fundus
berkontraksi lebih kuat dan mulai lebih dulu daripada bagian lain. Sifat
kontrraksinya singkat dan jarang. Selama ketuban masih utuh umumnya
tidak berbahaya bagi ibu maupun bagi janin.
2. Inertia uteri diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
Inertia uteri primer
Inertia uteri skunder
24
RANGKUMAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
FE
TA
L
DIS
TR
ES
S@
100 m
enit
PE
NGANT
AR
Kehamilan secara umum di tandai dengan aktivitas otot
polos miometrium yang relative tenang yang memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine sampai dengan
kehamilan aterm. Menjelang persalinan. Otot polos uterus mulai
menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, di selingi
dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai pucaknya menjelang
persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode
postpartum.
Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi
miometrium selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran, sampai
saat ini masih belum jelas benar. Secara luas istilah gawat janin telah
banyak di pergunakan, istilah ini biasanya menandakan
kekhawatiran obstetric tentang keadaan janin, yang kemudian
berakhir dengan seksio sesaria atau persalinan buatan lainnya.
Keadaan janin biasanya di nilai dengan menghitung denyut
jantung janin (DJJ) dan yang memeriksa kemngkinan adanya
mekonium di dalam cairan amnion. Sering di anggap DJJ yang
abnormal, terutama bila di temukan mekonium,
menandakan hipoksia dan asidosis.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian fetal distress
25
KB
3
INDIKATOR PEMBELAJARAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Mahasiswa mampu menguraikan tanda dan gejala fetal distresss
Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan yang dapat dilakukan pada
fetal distress atau gawat janin.
A. DEFENISI
Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin
dapat terjadi pada masa antepartum atau intrapartum. Kegawatan
janin antepartum menjadi nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan
intrauterin. Hipoksia janin peningkatan tahanan vaskular pada
pembuluh darah janin. (Nelson, Ilmu Kesehatan Anak). Gawat
janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga
mengalami hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 ).
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut
jantung janin (DJJ). Dan memeriksa kemungkinan adanya
mekonium didalam cairan amniom. Sering dianggap DJJ yang
abnormal, terutama bila ditemukan mekonium, menandakan
hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak
dibenarkan. Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanya
oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia sekunder dari
infeksi intra uterin. Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan
dengan hipoksia janin atau asidosis. Sebaliknya, bila DJJ normal,
adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan dengan
meningkatnya insidensi asidosis janin. Untuk kepentingan klinik
perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin.
Disebut gawat janin bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas
160/menit atau dibawah 100/menit, denyut jantung tidak teratur, atau
26
URAIAN MATERIFETAL DISTRESS
KB
3
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan. Gawat janin
diperlihatkan dengan :
1. Denyut jantung janin tidak teratur.
2. Denyut jantung janin di bawah 100 atau diatas 160 per menit pada
waktu tidak ada kontraksi uterus.
3. Keluarnya mekonium pada persentasi kepala.
(Harry Oxorn, 2010)
B. ETIOLOGI
Penyebab dari gawat janin yaitu:
Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-
plasenta dalam waktu singkat)
1. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat
dihubungkan dengan pemberian oksitosin.
2. Hipotensi ibu, anestesi epidural, kompresi vena kava, posisi
terlentang.
3. Solusio plasenta.
4. Plasenta previa dengan pendarahan.
Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-
plasenta dalam waktu lama)
1. Penyakit hipertensi
2. Diabetes mellitus
3. Postmaturitas atau imaturitas
Kompresi (penekanan) tali pusat
1. Oligohidramnion
2. Prolaps tali pusat
3. Puntiran tali pusat
Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
1. Anemia berat misalnya isomunisasi, perdarahan fetomaternal
2. Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan
komplikasi
3. Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit
27
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
4. Sekuele neorologis neonatal
5. Disfungsi multi organ neonatal
6. PH arteri tali pusat 7,0
C. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa proses atau tahapan terjadinya peristiwa Fetal Distress, antara
lain:
a. Perubahan pada kehamilan Postterm
Terjadi beberapa perubahan cairan amnion, plasenta dan
janin pada kehamilan postterm. Dengan mengetahui perubahan
tersebut sebagai dasar untuk mengelola persalinan postterm.
b. Perubahan cairan amnion
Terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion.
Jumlah cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38
minggu sekitar 1000 ml dan menurun sekitar 800 ml pada 40
minggu. Penurunan jumlah cairan amnion berlangsung terus menjadi
sekitar 480 ml, 250 ml, 160 ml pada usia kehamilan 42 dan 43
minggu.
Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin
yang berkurang. Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada
kehamilan postterm dan menyebabkan oligohidramnion. Selain
perubahan volume terjadi pula perubahan komposisi cairan amnion
menjadi kental dan keruh. Hal ini terjadi karena lepasnya vernik
kaseosa dan komposisi phosphilipid. Dengan lepasnya sejumlah
lamellar bodies dari paru-paru janin dan perbandingan Lechitin
terhadap Spingomielin menjadi 4:1 atau lebih besar. Dengan adanya
pengeluaran mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau
kuning.
Evaluasi volume cairan amnion sangat penting. Dilaporkan
kematian perinatal meningkat dengan adanya oligohidramnion yang
menyebabkan kompresi tali pusat. Keadaan ini menyebabkan fetal
28
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
distress intra partum pada persalinan postterm. Untuk
memperkirakan jumlah cairan amnion dapat diukur dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Metode empat kuadran sangat popular.
Dengan mengukur diameter vertikal dari kantung paling besar pada
setiap kuadran. Hasil penjumlahan 4 kuadran disebut Amniotic Fluid
Index (AFI).
Bila AFI kurang dari 5 cm indikasi oligrohidramnion. AFI 5–
10 cm indikasi penurunan volume cairan amnion. AFI 10–15 cm
adalah normal. AFI 15–20 cm terjadi peningkatan volume cairan
amnion. AFI lebih dari 25 cm indikasi polihidramnion.
c. Perubahan pada plasenta
Plasenta sebagai perantara untuk suplai makanan dan tempat
pertukaran gas antara maternal dan fetal. Dengan bertambahnya
umur kehamilan, maka terjadi pula perubahan struktur plasenta.
Plasenta pada kehamilan postterm memperlihatkan pengurangan
diameter dan panjang villi chorialis. Perubahan ini secara bersamaan
atau didahului dengan titik-titik penumpukan kalsium dan
membentuk infark putih. Pada kehamilan atterm terjadi infark 10% -
25 % sedangkan pada postterm terjadi 60% - 80%. Timbunan
kalsium pada kehamilan postterm meningkat sampai 10g/100g
jaringan plasenta kering, sedangkan kehamilan atterm hanya
2–3g/100g jaringan plasenta kering.
Secara histology plasenta pada kehamilan postterm
meningkatkan infark plasenta, kalsifikasi, thrombosis intervilosus,
deposit fibrin perivillosus, thrombosis arterial dan endarteritis
arterial. Keadaan ini menurunkan fungsi plasenta sebagai suplai
makanan dan pertukaran gas. Hal ini menyebabkan malnutrisi dan
asfiksia.
Dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diketahui tingkat
kematangan plasenta. Pada kehamilan postterm terjadi perubahan
sebagai berikut:
Piring korion
29
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Lekukan garis batas piring korion mencapai daerah basal.
Jaringan plasenta
Berbentuk sirkuler, bebas gema di tengah, berasal dari satu kotiledon
(Ada darah dengan densitas gema tinggi dari proses kalsifikasi,
mungkin memberikan bayangan akustik).
Lapisan basal
Daerah basal dengan gema kuat dan memberikan gambaran bayangan
akustik. Keadaan plasenta ini di kategorikan tingkat 3.
d. Perubahan pada janin
Sekitar 45 % janin yang tidak di lahirkan setelah hari
perkiraan lahir, terus berlanjut tumbuh dalam uterus. Ini terjadi bila
plasenta belum mengalami insufisiensi. Dengan penambahan berat
badan setiap minggu dapat terjadi berat lebih dari 4000 g. Keadaan
ini sering disebut janin besar. Pada umur kehamilan 38–40 minggu
insiden janin besar sekitar 10 % dan 43 minggu sekitar 43 %.
Dengan keadaan janin tersebut meningkatkan resiko persalinan
traumatik.
Janin postmatur mengalami penurunan jumlah lemak
subkutaneus, kulit menjadi keriput dan vernik kaseosa hilang. Hal ini
menyebabkan kulit janin berhubungan langsung dengan cairan
amnion. Perubahan lain yaitu: rambut panjang, kuku panjang, warna
kulit kehijauan atau kekuningan karena terpapar mekonium.
Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan:
1. Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera
dikeluarkan.
2. Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps,
vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio
saesarea (SC).
D. DIAGNOSA
30
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada
denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika
disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat
terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin,
perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan
pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera
dideteksi dan perlu penanganan segera.
E. KLASIFIKASI
Jenis gawat janin yaitu:
a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
1. Gawat janin iatrogenic
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat
tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang
dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik
akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin.
b. Gawat janin sebelum persalinan
1. Gawat janin kronik
Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode
antenatal bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan
normal terganggu.
2. Gawat janin akut
Suatu kejadian bencana yang tiba–tiba mempengaruhi oksigenasi janin.
c. Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat,
denyut jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan
menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia
menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH
31
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
janin yang menurun. (Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan
Ginekkologi, 1994:211-213)
1. Bayi dikatakan fetal distress apabila perhitungan DJJ nya…
a. <120 dan >160
b. <120 dan >180
c. >120 dan <160
d. >120 dan >160
2. Fetal distress dapat menyebabkan hipoksia yang disebabkan oleh…
a. Bayi lahir premature dengan DJJ >160
b. DJJ yang abnormal menyebabkan aliran darah ibu tidak lancar
sehingga menyebabkan aliran oksigen dari ibu ke bayi tidak
lancar pula
c. BBLR
32
LATIHAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
d. Asfiksia
3. Gawat janin yang bisa terjadi sebelum persalinan adalah…
a. Gawat janin Iatrogenik
b. Gawat janin akut dan kronik
c. Gawat janin ringan
d. Gawat janin ringan, sedang dan berat
1. Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi
pada masa antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin antepartum
menjadi nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin. Hipoksia
janin peningkatan tahanan vaskular pada pembuluh darah janin.
2. Penyebab dari gawat janin:
a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-
plasenta dalam waktu singkat)
b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-
plasenta dalam waktu lama)
c. Kompresi (penekanan) tali pusat
d. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
3. Jenis gawat janin yaitu:
33
RANGKUMAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
KA
LA
I M
EM
AN
JAN
G@
100 m
enit
PE
NGANT
AR
KB
4
a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
Gawat janin iatrogenic
b. Gawat janin sebelum persalinan
Gawat janin kronik
Gawat janin akut
c. Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut
jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan
deselerasi lanjut pada kontraksi uterus.
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam ilmu kebidanan
tahun 2002 pada saat ini angka kematian perinatal di Indonesia
masih tinggi yaitu 334/100.000 dan 218/1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian tersebut menurut survey kesehatan rumah tangga
tahun 2001 yaitu perdarahan 24%, infeksi 11%, partus macet 5% dan
sisanya disebabkan oleh penyebab lain.
Penyebab utamanya kematian adalah perdarahan, infeksi dan
toksemia, sehingga sekitar 90% kematian komplikasi obstetri yang
sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Seperti apa yang telah
34
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
diuraikan di atas bahwa partus lama/macet menambah tingginya
angka kematian ibu pada saat persalinan. Salah satu penyebab partus
lama yaitu fase laten memanjang (menurut Rustam Mochtar,
Sinopsis Obstetri, 1998).
Di mana pada kondisi tersebut terjadi pemanjangan waktu
saat pembukaan serviks dari 0 sampai 4 cm, yang mana pada waktu
yang normal hanya membutuhkan waktu 8 jam tetapi pada fase laten
memanjang ini membutuhkan waktu lebih dari 8 jam. Oleh karena
itu, petugas kesehatan harus benar-benar mempunyai
penatalaksanaan yang baik untuk mengatasi hal tersebut. Sehingga
komplikasi dalam proses persalinan dapat di tekan semaksimal
mungkin.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kala I memanjang.
Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi kala I memanjang.
Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan kala I memanjang.
A. DEFENISI
Kala I memanjang terbagi atas 2 fase, yaitu fase laten
memanjang dan fase aktif memanjang. Menurut Rustam Mochtar
(Sinopsis Obstetri) pada dasarnya kala I memanjang dapat
disebabkan oleh:
a. His tidak efisien (adekuat).
35
INDIKATOR PEMBELAJARAN
URAIAN MATERIKALA I MEMANJANG
KB
4
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
b. Tali pusat pendek.
c. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor).
d. Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah
masuk dalam persalinan (inpartu) atau belum.
B. KLASIFIKASI
Harry Oxorn dan Willian R. Forte, 2010 mengklasifikasikan
kala I memanjang menjadi beberapa fase, yaitu:
1. Fase laten memanjang
Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida
atau waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan abnormal.
Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup:
Serviks belum matang pada awal persalinan
Posisi janin abnormal
Disproporsi fetopelvik
Persalinan disfungsional
Pemberian sedatif yang berlebihan
Serviks yang belum matang hanya memperpanjang fase
laten, dan kebanyakan serviks akan membuka secara normal begitu
terjadi pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20
jam, banyak pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika
fase aktif mulai. Meskipun fase laten itu menjemukan, tapi fase ini
tidak berbahaya bagi ibu atau pun anak.
2. Fase aktif memanjang
a. Pada primipara
Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam
merupakan keadaan abnormal, yang lebih penting daripada
panjangnya fase ini adalah kecepatan dilatasi serviks. Pemanjangan
fase aktif menyertai:
Malposisi janin
Disproporsi fetopelvik
36
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono
Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan
Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan
forceps tengah, secsio caesarea dan cedera atau kematian janin.
Periode aktif yang memanjang dapat dibagi menjadi dua kelompok
klinis yang utama, yaitu kelompok yang masih menunjukkan
kemajuan persalinan sekalipun dilatasi servik berlangsung lambat
dan kelompok yang benar-benar mengalami penghentian dilatasi
serviks.
b. Pada multipara
Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam
(Rata-rata 2,5 jam) dan laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm
per jam merupakan keadaan abnormal. Meskipun partus lama pada
multipara lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan primigravida,
namum karena ketidakacuhan dan perasaan aman yang palsu,
keadaan tersebut bisa mengakibatkan malapetaka.
Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak berarti
bahwa kelahiran berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang
cermat, upaya menghindari kelahiran pervaginam yang traumatik
dan pertimbangan secsio caesarea merupakan tindakan penting
dalam penatalaksanaan permasalahan ini. Berikut ini ciri-ciri kala I
memanjang pada multipara:
Insedensinya kurang dari 1%
Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida
dengan partus lama Jumlah bayi besar
Malpresentasi menimbulkan permasalahan
Prolapsus funiculi merupakan komplikasi
Perdarahan postpartum berbahaya
Rupture uteri terjadi pada grande multipara
Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam
37
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Ekstraksi forceps tengah lebih sering dilakukan
Angka sectio caesarea tinggi, sekitar 25%.
C. BAHAYA KALA I MEMANJANG
Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), menjelaskan mengenai bahaya kala
I memanjang bagi ibu dan janin, yaitu:
1. Bahaya bagi ibu
Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu
maupun anak. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya
proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu
24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi,
perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran
dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu.
2. Bahaya bagi janin
Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta
mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut ini :
a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini
mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi
pada partus lama memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus
lama tipe apapun membawa akibat yang buruk bayi anak, bahaya
tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan persalinan pernah
berhenti. Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama
meningkatkan resiko pada anak selama persalinan, namun
pengaruhnya terhadap perkembangan bayi selanjutnya hanya sedikit.
38
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan melalui
proses persalinan yang panjang ternyata mengalami defisiensi
intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir
setelah persalinan normal.
D. DIAGNOSIS
Menurut Suprijadi dalam buku asuhan intrapartum pada fase
laten memanjang ini memungkinkan terjadinya partus lama. Maka
dari itu bidan harus bisa mengidentifikasi keadaan ini dengan baik.
Diagnosa kala I memanjang ialah:
Tanda dan Gejala Diagnosa
Serviks tidak membuka
Tidak didapatkan his/his tidak teratur
Belum inpartu
Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8
jam inpartu dengan his yang teratur
Fase laten memanjang
Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada
partograf
- Frekuensi his kurang dari 3 x his per 10 menit dan
lamanya kurang dari 40 detik
- Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang
dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik
- Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang
dipresentasi tak maju dengan caput, terdapat moulase
hebat, oedema serviks, tanda ruptura uteri imins,
gawat janin
Fase aktif memanjang
Inersia uteri
CPD
Obstruksi kepala
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan,
tetapi tidak ada kemajuan penurunan
Kala II lama
Kekeliruan melakukan diagnosa persalinan palsu menjadi
fase laten menyebabkan pemberian induksi yang tidak perlu yang
biasanya sering gagal. Hal ini menyebabkan tindakan operasi SC
yang kurang perlu dan sering menyebabkan amnionitis. Oleh sebab
itu maka petugas kesehatan atau bidan harus benar-benar tahu atau
39
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
paham tentang perbedaan persalinan sesungguhnya dan persalinan
palsu yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Persalinan sesungguhnya
a. Serviks menipis dan membuka
b. Rasa nyeri dengan internal teratur
c. Internal antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
d. Waktu dan kekuatan kontraksi bertambah
e. Rasa nyeri berada dibagian perut bagian bawah dan menjalar ke
belakang
f. Dengan berjalan menambah intensitas
g. Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas
rasa nyeri
h. Lendir darah sering tampak
i. Kepala janin terfiksasi di PAP diantara kontraksi
j. Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan
sesungguhnya
k. Ada penurunan kepala bayi
2. Persalinan Semu
a. Tidak ada perubahan serviks
b. Rasa nyeri tidak teratur
c. Tidak ada perubahan internal antara nyeri yang satu dan yang lain
d. Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
e. Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan saja
f. Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
g. Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan
intensitas rasa nyeri
h. Tidak ada lendir darah
i. Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
j. Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
k. Pemberian obat yang efisien menghentikan rasa nyeri pada
persalinan.
40
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
D. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan secara umum (menurut Sarwono Prawirohardjo)
a. Nilai secara cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk
tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya. Apakah ia kesakitan dan
gelisah, jika ya pertimbangkan pemberian analgetik.
b. Tentukan apakah pasien benar-benar inpartu
c. Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena
mengurangi jumlah O2 ke plasenta, maka dari itu sebaiknya
dianjurkan mengedan secara spontan dan mengedan dengan tidak
menahan napas terlalu lama dan perhatikan DJJ
2. Penanganan secara khusus
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan
tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan
penilaian ulang serviks:
a. Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak
didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan
ibu belum dalam keadaan inpartu
b. Bila ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostoglandin. Lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc
dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit
ditambah 4 tetes sampai His adekuat (maksimum 40 tetes/menit)
atau diberikan preparat prostaglandin. Lakukan penilaian ulang
setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan
pemberian oksitosin lakukan seksio sesarea.
c. Pada daerah yang prevelensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan
ketuban tetap utuh, selama pemberian oksitosin untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya penularan HIV.
d. Bila didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)
lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc
dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes permenit setiap 15 menit
41
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit atau
diberikan preparat prostaglandin, serta berikan antibiotika kombinasi
sampai persalinan yaitu amplisilin 29 gr IV. Sebagai dosis awal dan
1 gr IV setiap 6 jam ditambah dengan gestamisin setiap 24 jam.
e. Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan
f. Jika dilakukan seksiosesarea, lanjutkan antibiotika ditambah
metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam
selama 48 jam.
1. Kala I memanjang dapat terjadi pada 2 fase pada kala I, yaitu…
a. Fase laten dan fase aktif
b. Manajemen aktif kala I
c. Fase Preterm dan fase postterm
d. Fase aktif
42
LATIHAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
2. Berikut ini adalah penyebab kala I memanjang, kecuali…
a. His tidak efisien (adekuat)
b. Tali pusat pendek
c. Ibu kekurangan Nutrisi sehingga menyebabkan tidak memiliki
tenaga untuk mengejan
d. Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah
masuk dalam persalinan (inpartu) atau belum
3. Fase laten memanjang adalah fase laten yang melampaui waktu 20 jam
pada primigrivida atau waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan
abnormal. Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup berikut ini,
kecuali…
a. Serviks belum matang pada awal persalinan
b. Posisi janin abnormal dan Disproporsi fetopelvik
c. Persalinan disfungsionald. Pemberian sedatif
kurang dosis
4. Berikut ini adalah ciri-ciri kala I memanjang, kecuali…
a. Insedensinya kurang dari 1%
b. Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida
dengan partus lama Jumlah bayi besar
c. Malpresentasi menimbulkan permasalahan
d. Solusio Plasenta
5. Fase aktif pada multipara biasanya terjadi dalam waktu..
a. 1 jam
b. 1,5 jam
c. 2 jam
d. 2,5 jam
1. Kala I memanjang terbagi atas 2 fase, yaitu fase laten memanjang dan
fase aktif memanjang.
43
RANGKUMAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
KE
LA
INA
N
LE
TA
K@100
men
it
PE
NGANT
AR
2. Menurut Rustam Mochtar (Sinopsis Obstetri) pada dasarnya kala I
memanjang dapat disebabkan oleh:
His tidak efisien (adekuat).
Tali pusat pendek.
Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor).
Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah
masuk dalam persalinan (inpartu) atau belum.
3. Bahaya kala I memanjang pada Ibu adalah terdapat kenaikan pada
insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan
shock.
4. Bahaya kala I memanjang pada bayi:
Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini
mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
44
INDIKATOR PEMBELAJARAN
KB
5
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
A. DEFENISI
1. Presentasi bokong
Letak Sungsang (Presentasi Bokong) Penyulit Persalinan
Presentasi bokong murni (frankbreech) (50-70%). Pada presentasi
bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke
atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.
Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba
bokong.
Presentasi bokong kaki sempurna ( completebreech ) ( 5-10%). Pada
presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba
kaki.
Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
( incompleteorfootling ) ( 10-30%). Pada presentasi bokong kaki
tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki
bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Penyebab
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
45
URAIAN MATERIKB
5
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
b. air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
c. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu
atas panggul.
d. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala
kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
e. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada,
misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor –
tumor pelvis dan lain – lain.
f. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara.
g. Gemeli (kehamilan ganda)
h. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus bikornis, miomauteri.
i. Janin sudah lama mati.
j. Sebab yang tidak diketahui.
Diagnosis
a. Palpasi: pemeriksaan Leopold di bagian bawah teraba bagian yang
kurang keras dan kurang bundar (bokong), sementara di fundus
teraba bagian yang keras, bundar dan melenting (kepala), dan
punggung teraba dikiri atau kanan.
b. Auskultasi: DJJ (denyut jantung janin) paling jelas terdengar pada
tempat yang lebih tinggi dari pusat.
c. Pemeriksaan foto rontgen, USG, dan Foto Sinar -X : bayangan
kepala di fundus.
d. Pemeriksaan dalam: Dapat diraba os sakrum, tuberischii, dan anus,
kadang – kadang kaki (pada letak kaki).
Bahaya persalinan sungsang dapat di simpulkan sebagai berikut:
a. Anoksiaintra dan ekstra uterin
b. Perdarahan intracranial
c. Fraktur dan dislokasi
d. Kerusakan otot dan syaraf terutama pada otot sternomastoid dan
fleksusbrachialis
46
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
e. Ruptur organ abdomen
f. Oedem genital dan memar atau lecet akibat capformation
Kejadian anomali kongenital tinggi pada bayi dengan presentasi atau letak
sungsang dan terutama pada BBLR.
Komplikasi Persalinan Sungsang Pervaginam
a. Komplikasi ibu
Perdarahan
Trauma jalan lahir
Infeksi
b. Komplikasi anak
1. Sufokasi / aspirasi
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan
rongga uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan
anoksia. Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir
sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.
2. Asfiksia
Selain hal diatas, asfiksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada
fase cepat.
3. Trauma intrakranial
Terjadi sebagai akibat :
Panggul sempit
Dilatasi servik belum maksimal (aftercominghead)
Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
4. Fraktura / dislokasi:
Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
Fraktura tulang kepala
Frakturahumerus
Frakturaklavikula
Frakturafemur
47
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Dislokasi bahu
5. Paralisanervus brachialis
Terjadi akibat tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat
melakukan traksi dan juga akibat regangan pada leher saat membebaskan
lengan.
6. Persalinan perabdominal: Sectio Caesar
Indikasi:
a. Janin besar
b. Janin “viable” dengan gawat janin
c. Nilai anak sangat tinggi ( highsocialvaluebaby )
d. Keadaan umum ibu buruk
e. Inpartu tapi dengan kemajuan persalinan yang tidak
memuaskan ( partus lama, “secondaryarrest“ dsbnya)
f. Panggul sempit atau kelainan bentuk panggul
g. Hiperekstensi kepala
h. Bila sudah terdapat indikasi pengakhiran kehamilan dan
pasien masih belum inpartu (beberapa ahli mencoba untuk
mengakhiri kehamilan dengan oksitosindrip)
i. Disfungsi uterus (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri
persalinan dengan oksitosindrip)
j. Presentasi bokong tidak sempurna atau presentasi kaki
k. Janin sehat preterm pada pasien inpartu dan atau terdapat
indikasi untuk segera mengakhiri kehamilan atau persalinan.
l. Gangguan pertumbuhan intrauterine berat
m. Riwayat obstetri buruk
n. Operator tidak berpengalaman dalam melakukan pertolongan
persalinan sungsang spontan pervaginam
o. Pasien menghendaki untuk dilakukan sterilisasi setelah
persalinan ini.
48
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
7. TEHNIK PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG
Mekanisme Persalinan Sungsang Spontan Per Vaginam
Terdapat perbedaan dasar antara persalinan pada presentasi sungsang
denganpersalinan pada presentasi belakang kepala.
Pada presentasi belakang kepala, bila kepala sudah lahir maka sisa tubuh
janin akan mengalami proses persalinan selanjutnya dan umumnya tanpa
kesulitan.
Pada presentasi sungsang, lahirnya bokong dan bagian tubuh janin
tidak selalu dapat diikuti dengan persalinan kepala secara spontan. Dengan
demikian maka pertolonganpersalinan sungsang pervaginam memerlukan
keterampilan khusus dari penolongpersalinan.
Engagemen dan desensus bokong terjadi melalui masuknya diameter
bitrochanteric bokong melalui diameter oblique panggul. Panggul anterior
anak umumnya mengalami desensus lebih cepat dibandingkan panggul
posterior.
Pada saat bertemu dengan tahanan jalan lahir terjadi putar paksi
dalam sejauh 450 dan diikuti dengan pemutaran panggul anterior kearah
49
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
arcuspubis sehingga diameter bi-trochanteric menempati diameter antero-
posterior pintu bawah panggul. Setelah putar paksi dalam, desensus bokong
terus berlanjut sampai perineum teregang lebih lanjut oleh bokong dan
panggul anterior terlihat pada vulva.
Melalui gerakan laterofleksi tubuh janin, panggul posterior lahir
melalui perineum. Tubuh anak menjadi lurus ( laterofleksi berakhir )
sehingga panggul anterior lahir dibawaharcuspubis. Tungkai dan kaki dapat
lahir secara spontan atau atas bantuan penolong persalinan.
Setelah bokong lahir, terjadi putar paksi luar bokong sehingga
punggung berputar keanterior dan keadaan ini menunjukkan bahwa saat itu
diameter bisacromial bahu sedang melewati diameter oblique pintu atas
panggul. Bahu selanjutnya mengalami desensus dan mengalami putar paksi
dalam sehingga diameter bis-acromial berada pada diameter antero-posterior
jalan lahir.
Segera setelah bahu, kepala anak yang umumnya dalam keadaan
fleksi maksimum masuk panggul melalui diameter oblique dan kemudian
dengan cara yang sama mengalami putar paksi dalam sehingga bagian
tengkuk janin berada dibawahsimfisispubis. Selanjutnya kepala anak lahir
melalui gerakan fleksi.
Engagemen bokong dapat terjadi pada diameter tranversal panggul
dengan sacrum di anterior atau posterior. Mekanisme persalinan pada posisi
tranversal ini sama dengan yang sudah diuraikan diatas, perbedaan terletak
pada jauhnya putar paksi dalam (Dalam keadaan ini putar paksi dalam
berlangsung sejauh 90˚).
Kadang-kadang putar paksi dalam terjadi sedemikian rupa sehingga
punggung anak berada dibagian posterior dan pemutaran semacam ini
sedapat mungkin dicegah oleh karena persalinan kepala dengan dagu
didepan akan jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan dagu di belakang
selain itu dengan arah pemutaran seperti itu kemungkinan terjadinya
hiperekstensi kepala anak juga sangat besar dan ini akan memberi
kemungkinan terjadinya “after coming head” yang amat besar.
50
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
PENATALAKSANAAN PERSALINAN
Selama proses persalinan, resiko ibu dan anak jauh lebih besar dibandingkan
persalinanpervaginam pada presentasi belakang kepala.
1. Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian
secara cepat dan cermat mengenai : keadaan selaput ketuban,
fase persalinan, kondisi janin serta keadaan umum ibu.
2. Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan
kemajuan persalinan.
3. Persiapan tenaga penolong persalinan – asisten penolong
persalinan - dokter anak dan ahli anaesthesi.
Persalinan spontan pervaginam (spontan Bracht) terdiri dari 3 tahapan :
1. Fase lambat pertama
Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilikus (scapula).
Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu
ditangani secara tergesa-gesa mengingat tidak ada bahaya
pada ibu dan anak yang mungkin terjadi.
2. Fase cepat
Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut.
Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi
oklusi pembuluh darah talipusat antara kepala dengan
tulang panggul sehingga sirkulasi uteroplasenta terganggu.
Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus
terselesaikan dalam 1–2 kali kontraksi uterus (sekitar 8
menit).
3. Fase lambat kedua
Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak
boleh dilakukan secara tergesa-gesa untuk menghidari
dekompresi kepala yang terlampau cepat yang dapat
menyebabkan perdarahan intrakranial.
51
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
b. Letak lintang
1. Definisi
Letak lintang terjadi bila sumbu memanjang ibu membentuk sudut
tegak lurus dengan sumbu memanjang janin. Oleh karena itu sering bahu
terletak di atas PAP, malposisi ini disebut juga presentasi bahu. Bayi dapat
benar-benar melintang terhadap perut ibu atau miring dengan kepala atau
bokong ada di fossailiaca.
Umumnya bokong lebih tinggi dari kepala. Petunjuknya adalah
scapula (Sc), tempat kepala menunjuk posisinya yaitu kiri atau kanan,
sedangkan punggung menunjukkan kedudukan anterior atau posterior. Jadi
LScP berarti letak intan, kepala disebelah kiri ibu dan punggung janin di
belakang. Bagian yang benar-benar ada di atas PAP mungkin bahu,
punggung, perut, dada atau sisi badan janin.
2. Insidensi
Insidensi letak lintang adalah sekitar 1:500. Keadaan ini merupakan
malposisi yang gawat dan tidak dapat dibiarkan begitu saja.
52
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
3. Etiologi
Setiap keadaan yang menghalangi masuknya kepala atau Bokong
dapat merupakan predisposisi letak lintang. Kelainan ini lebih sering terjadi
pada multipara dibanding dengan primigravida oleh karena kelemahan pada
otot-otot uterus dan abdomen. Faktor-faktor etiologis lain meliputi Placenta
previa, tumor yang menyebabkan obstruksi, kehamilan ganda, anomalia
janin, hydramnion, prematuritas, disproposisi kepala panggul, kelainan-
kelainan uterus seperti uterus subsestus, uterus arcuatus dan uterus bicornis,
dan panggul sempit. Sering kali tidak dapat ditemukan faktor etiologisnya
dianggap malposisi terjadi secara kebetulan. Ketika persalinan mulai kepala
ada di luar segmen bawah rahim dan bahu di dorong masuk panggul.
Pemeriksaan abdominal
1. Terlihat abdomen tidak simetris
2. Sumbu memanjang janin melintang terhadap perut ibu
3. Fundusuteri lebih rendah dari yang diharapkan sesuai dengan
umur kehamilan. Dikatakan uterus jongkok. Batas atasnya dekat
pusat dan lebih lebar dari biasa.
4. Di kutub atas dan bawah uterus tidak teraba kepala maupun
bokong.
5. Kepala dapat diraba di salah satu sisi ibu
6. Bokong teraba di sisi lain
Denyut jantung janin
Denyut jantung janin terdengar paling jelas di bawah pusat dan tidak
mempunyai arti diagnostik dalam penentuan letak.
Pemeriksaan vagina
Yang paling penting adalah hasil negative, tidak teraba kepala maupun
bokong. Bagian terendah janin tinggi di atas PAP. Kadang-kadang dapat
diraba bahu, tangan, iga atau punggung anak. Oleh karena bagian terendah
53
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
tidak dengan baik menutup panggul, mungkin ketuban menonjol ke dalam
vagina.
Pemeriksaan sinar- X
Pemeriksaan sinar-x berguna untuk memestikan diagnosis dan untuk
mengetahui adanya kelainan janin atau panggul ibu.
Mekanisme persalinan
Letak lintang yang menetap yang tidak akan dapat lahir spontan dan
bila tidak dilakukan koreksi akan terjadi kemacetan. Bahu mendesak ke
dalam panggul, kepala dan bokong tetap ada di atas PAP, leher tegang dan
persalinan tidak maju. Letak lintang tidakboleh dibiarkan saja.
Versi spontan
Kadang-kadang terjadi versi spontan, lebih sering pada letak oblique
dibanding letak lintang. Sebelum atau segera setelah persalinan mulai, letak
berubah menjadi memanjang (presentasi kepala atau bokong), dan
persalinan berlangsung dalam posisi yang baru.
c. Letak lintang kasep
Letak lintang kasep merupakan akibat diagnosis yang salah atau
penanganan yang tidak memadai. Mula-mula kontraksinya lemah dalam
cerviks membuka perlahan-lahan. Oleh karena itu ketidakteraturan bagian
terendah, ketuban pecah dini dan air ketuban mengalir ke luar dengan cepat.
Pada waktu kontraksi menjadi lebih kuat bahu anak terdorong ke dalam
panggul, uterus mencekam janin dan kemajuan persalinan terhalang. Dari
kemacetan ini akan terjadi salah satu dari dua akibat:
1. Persalinan jalan terus; bagian atas uterus menjadi lebih pendek den
tebal sedang segmen bawah menjadi lebih terenggang dan tipis
sampai menjadi ruptur.
2. Terjadi interiauteri dan kontraksi menghilang. Sepsisintrauterin
diikuti dengan sepsisumum.
54
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Pada kedua keadaan tersebut umumnya janin meninggal dan ada
kemungkinan terjadi juga kematian ibu. Jangan biarkan letak lintang
menjadi kasep.
Komplikasi
Oleh karena bagian terendah tidak menutup PAP, ketuban pecah dini dan
dapat disertai menumbungnya tangan janin atau tali pusat. Keduanya
merupakan komplikasi yang gawat dan memerlukan tindak segera.
Prognosis
Prognosis tergantung pada penanganannya. Bila diagnosis dibuat awal dan
dilakukan penanganan yang memadai maka hasilnya akan baik. Letak
lintang yang kasep mengakibatkan kematian semua bayi dan bayak di antara
ibunya juga meninggal.
Penanganan
Penanganan sebelum dalam persalinan
1. Dilakukan pemeriksaan abdominal, pelik dan radiologik dengan
teliti untuk mengesampingkan kelainan-kelainan janin dan panggul.
2. Harus diusahakan versi luar menjadi presentasi bokong, atau lebih
baik kepala, mungkin ini harus dikerjakan berulang-ulang oleh
karena adanya kecenderungan letak lintang kembali lagi.
3. Sectiocaesareaelektif merupakan indikasi apabila ada keadaan-
keadaan yang tidak memungkinkan persalinan pervaginam dengan
selamat. Ini meliputi komplikasi-komplikasi seperti Placentia previa
atau disproporsi kepala panggul.
4. Kadang-kadang ditunggu mulainya persalinan oleh karena ada
kemungkinan malposisi akan terkoreksi sendiri.
Penanganan awal persalinan
Pada awal persalinan harus diusahakan versi luar dan kalau berhasil
presentasi yang baru dipertahankan dengan bebat perut yang kencang
55
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
sampai bagian terendah tersebut terviksasikan dalam panggul. Penanganan
pada persalinan aktif: letak lintang yang menetap
Penanganannya adalah dengan sectiocaesarea maupun versi ekstraksi.
Sebelum keputusan diambil lebih dahulu dipertimbangkan lima hal:
1. Causa letak lintang
2. Paritas pasien
3. Pembukaan serviks
4. Keadaan ketuban
5. Keadaan janin
Penanganan letak lintang kasep
Terdapat keadaan-keadaan seperti berikut:
1. Ada partus lama
2. Ketuban telah lama pecah
3. Segmen bawah rahim terengang dan tipis
4. Terjadi infeksi
56
LATIHAN
RANGKUMAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINANG
EM
EL
LI
(KE
LA
HIR
AN
K
EM
BA
R)
@100
men
it
PE
NGANTAR
Persalinan dengan kehamilan kembar memiliki resiko lebih tinggi
dari pada persalinan satu janin (Tunggal). Semakin banyak jumlah janin
yang dikandung ibu, semakin tinggi resiko yang akan ditanggung ibu. Pada
umumnya, kehamilan dan persalinan membawa resiko bagi janin. Bahaya
bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar
memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang
memuaskan bagi ibu dan janin. Frekuensi kehamilan kembar juga
meningkat dengan paritas ibu.
Dari angka 9,8 per 1000 persalinan untuk primipara frekuensi
kehamilan kembar naik sampai 18,9 per 1000 untuk oktipara. Keluarga
tertentu mempunyai kecenderungan untuk melahirkan bayi kembar,
57
KB
6
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
walaupun pemindahan sifat herediter kadang-kadang berlangsung secara
paternal, tetapi biasanya hal itu terjadi secara maternal dan pada umumnya
terbatas pada kehamilan dizigotik. (Ilmu Kebidanan, 2002)
Mahasiswa mampu mendeskripsikan definisi kelahiran kembar
(Gemelli).
Mahasiswa mampu menguraikan klasifikasi macam-macam kehamilan
kembar (Gemelli).
Mahasiswa mampu menguraikan penanganan atau penatalaksanaan
persalinan kelahiran kembar.
A. DEFINISI
Berikut ini tanda dan gejala yang mengindikasikan kemungkianan
kehamilan kembar:
1. Ukuran uterus, tinggi fundus uteri dan lingkar abdomen melebihi
ukuran yang seharusnya untuk usia kehamilan akibat pertumbuhan
uterus yang pesat selama trimester kedua.
2. Mual dan muntah berat (akibat peningkatan kadar HCG).
3. Riwayat bayi kembar dalam keluarga.
4. Riwayat penggunaan obat penyubur sel telur, seperti sitrat komifen
(Clomid) atau metropins (Pergonal).
58
INDIKATOR PEMBELAJARAN
URAIAN MATERIGEMELLI (KELAHIRAN
KEMBAR)
KB
6
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
5. Pada palpitasi abdomen didapat tiga atau lebih bagian besar dan atau
banyak bagian kecil, yang akan semakin mudah diraba terutama
pada trimester ketiga.
6. Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut jantung janin
yang jelas-jelas berbeda satu sama lain (berbeda lebih dari 10
denyut jantung per menit dan terpisah dari detak jantung ibu).
(Helen varney, 2007)
B. INSIDENSI
Hukum Hellin mengemukakan perimbangan kehamilan kembar sebagai
berikut:
Kembar dua (twins) 1:892
Kembar tiga (triplets) 1:892
Kembar tiga (Quadruplets) 1:893
Kembar lima (Quintuplets) 1:894
Kecenderungan pada kehamilan kembar terdapat pada keluarga
dengan anggota kembar, lebih sering dari pihak ibu. Insidensinya lebih
tinggi pada multipara dan suku bangsa kulit berwarna.
C. KLASIFIKASI
1. KEMBAR DUA
a. Dua Telur
Sekitar 75% kembar dua adalah binovuler. Dua janin tumbuh dari
pembuahan dua telur yang dikeluarkan pada siklus menstruasi yang sama.
59
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Insidensi kembar dua asal dari dua telur dipengaruhi oleh keturunan, suku
bangsa, umur ibu, dan paritas. Masing-masing bayi mempunyai plasenta,
chorion dan kantung ketuban sendiri-sendiri.
Apabila ovarium berimplantasi berdekatan kedua plasentanya
mungkin tampak menjadi satu. Meskipun demikian sirkulasi darahnya tetap
sama sekali terpisah. Bayinya disebut anak kembar fraternal. Mereka serupa
satu sama lain hanya seperti saudara kandung biasa. Jenis kelaminnya
mungkin berlainan dan kadang-kadang sama sekali tidak serupa dengan
yang lain. Hukum Weinberg menyatakan bahwa jumlah kembar dizigotik
pada suatu populasi adalah dua kali jumlah kembar dengan jenis kelamin
berlainan sisanya adalah monozigotik.
b. Satu telur
Sekitar 25% kembar dua adalah uniovuler dan ini adalah kembar
identik atau kembar yang sesungguhnya. Mereka merupakan hasil
pembelahan sempurna kantong blastodermik. Hanya ada satu telur yang
dibuahi satu spermatozoon sehingga janinnya berasal dari plasma germinalis
yang sama. Frekuensi kembar satu telur tidak tergantung pada keturunan,
suku bangsa, umur ibu, dan paritas.
c. Placenta Janin Kembar
Satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa kembar adalah
fraternal adalah kalau jenis kelaminnya berlainan. Kembar identik mungkin
mempunyai satu atau dua kantong chorion, akan tetapi hanya kalau ada satu
kantong chorion maka kembar identik dapat dibuktikan. Kembar dengan
jenis kelamin sama, mempunyai dua kantong chorion dapat identik atau
fraternal dan tidak ada pemeriksaan terhadap plasenta atau selaput ketuban
yang dapat membuktikan keadaan sesungguhnya.
d. Kembar Monoamniotik
Kembar monoamniotik adalah kedua janin berada dalam satu
kantong ketuban adalah jarang. Insidensinya yang pasti tidak diketahui. Ada
dua teori tentang etiologinya:
1. Semula ada dua amnion
60
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Pada awal kehamilan sekat diantaranya pecah sehingga terbentuk
satu kantong ketuban.
2. Satu telur tumbuh menjadi dua kantong blastodermik yang
membelah setelah pembentukan amnion. Dengan demikian hanya
ada satu kantong asli.
Oleh karena kedua janin tidak dipisahkan oleh selaput ketuban
kemungkinan terjadinya simpul dan jepitan tali pusat besar dengan akibat
kematian janin. Dengan demikian prognosis kembar monoamniotik adalah
jelek. Apabila setelah bayi pertama lahir tali pusat terlihat terpuntir atau
tersimpul atau apabila tidak ada kantong ketuban kedua, bayi kedua harus
dilahirkan segera.
e. Superfetasi
Superfetasi adalah pembuahan ovum kedua pada ovulasi berikutnya.
Diragukan apakah superfetasi betul-betul terjadi sebab:
1. Kehamilan menekan ovulasi
2. Kanalis cervikalis tersumbat oleh sumbat lendir yang merupakan
penghalang masuknya spermatozoa
3. Setelah minggu ke 14 cavum uteri tertutup kantong janin yang telah
membesar.
f. Superfecundasi
Superfecundasi adalah pembuahan dua ova yang dikeluarkan pada ovulasi
yang sama tetapi dibuahi pada senggama yang berlainan. Ini hanya dapat
dibuktikan apabila anak yang dilahirkan jelas berbeda suku bangsanya.
(Harry Oxorn, 2010)
b. KEHAMILAN KEMBAR TERKUNCI (LOCKING)
Kehamilan kembar terkunci adalah keadaan salah satu anak
menghambat turunnya dan lahirnya anak yang lain.
1. Collision
Kontak setiap bagian janin satu dengan yang lain, mencegah
terendah kedua anak.
2. Impaction
61
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Mendesaknya setiap bagian dari satu janin ke dalam permukaan
janin lainnya, memungkinkan terjadinya penurunan sebagian bagian
terendah kedua anak secara simultan.
3. Compaction
Penurunan seluruh bagian terendah kedua anak secara simultan,
dengan demikian memenuhi cavum pelvis major sehingga mencegah
penurunan lebih lanjut atau naiknya kembali bagian terendah kedua
anak ke atas panggul.
4. Interlocking
Permukaan inferior dagu salah satu anak bersinggungan dengan
permukaan inferior dagu anak lainnya di atas atau di bawah PAP.
Interlocking adalah keadaan yang jarang. Insidensinya 1.k. 1:1000 kelahiran
kembar.
Ada empat kategori anak kembar yang terkunci:
1. Bokong-kepala
2. Kepala-kepala
3. Kepala-letak lintang
4. Bokong-bokong
(Harry Oxorn, 2010)
D. DIAGNOSA
Pengaruh pada persalinan
1. Peregangan uterus berlebihan oleh karena besarnya janin, dua
plasenta dan air ketuban yang banyak menyebabkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Terjadi partus prematurus, rata-rata 3 minggu sebelum cukup
bulan.
b. Ketuban pecah awal sering terjadi dan merupakan salah satu
sebab prematurus.
c. Kebanyakan persalinan anak kembar berjalan lancar. Kadang-
kadang otot uterus yang teregang berlebihan menghasilkan
62
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
kontraksi yang lemah dan tidak efisien, menyebabkan kemajuan
yang lambat.
d. Insidensi yang tinggi dan bahaya perdarahan postpartum harus
selalu diingat.
e. Malpresentasi adalah biasa.
f. Tali pusat menumbung disebabkan oleh karena ketuban pecah
dengan mengalirnya air ketuban yang banyak, terutama pada
anak kedua.
g. Kehamilan ganda mempercepat keadaan inkompetensi cervix
dan dapat mengakibatkan pendataran dan pembukaan kadang-
kadang sudah terjadi pada trimester pertama.
2. Pada 80% kasus anak kedua dilahirkan dalam waktu 30 menit
setelah anak pertama.
3. Kedua anak dilahirkan lebih dahulu dan baru kemudian plasentanya.
4. Macam-macam kombinasi presentasi (berturutan dari frekuensi
tertinggi)
a. Dua-duanya kepala (paling sering dan presentasi paling
menguntungkan).
b. Kepala dan bokong.
c. Dua-duanya bokong.
d. Kepala dan letak lintang.
e. Bokong dan letak lintang.
f. Dua-duanya letak lintang.
E. PENATALAKSANAAN KELAHIRAN KEMBAR
Penatalaksanaan kehamilan kembar dalam persalinan, sebagai berikut:
1. Diagnosis presentasi yang tepat adalah penting. Apabila diperlukan
digunakan pemeriksaan sinar X.
2. Sedative dan analgetika diberikan dengan hati-hati, oleh karena bayi
yang kecil sangat peka terhadap obat-obatan yang menekan pusat-
pusat vital.
63
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
3. Insidensi perdarahan postpartum yang tinggi memerlukan perhatian
khusus, kalau perlu sampai penyediaan darah yang cocok, terutama
kalau pasiennya anemis.
4. Dalam persalinan, prosedur pilihan adalah menunggu dengan
kewaspadaan. Hasil terbaik diperoleh apabila dilakukan tindakan
minimal.
5. Apabila kelahiran sudah dekat, pasien ditempatkan di atas meja
bersalin dan diberikan infuse intravena glukosa 5% dalam air.
Tindakan persiapan ini mempunyai dua manfaat:
Kalau terjadi atonia uteri, baik sebelum atau sesudah bayi
lahir, oxytocin dapat diberikan melalui infuse untuk memacu
myometrium.
Kalau perdarahan postpartum benar-benar terjadi maka jalan
untuk memberikan cairan atau darah telah tersedia.
6. Bayi pertama dilahirkan dengan cara biasa seperti pada kehamilan
tunggal.
7. Tali pusat harus diikat di dua tempat. Ini untuk mencegah
perdarahan anak kedua melalui tali pusat pada kembar satu telur,
yang mempunyai sirkulasi placenta saling berhubungan.
8. Ergometrin intravena tidak boleh diberikan sebelum anak kedua
lahir. Kontraksi kuat yang dihasilkan dapat berbahaya untuk anak
yang masih berada dalam uterus, terutama kalau letaknya tidak baik.
9. Pemeriksaan dilakukan dengan hati-hati untuk menentukan posisi
dan turunnya bagian terendah anak kedua. Kelau kepala atau bokong
berada di PAP atau di atasnya dan uterus berkontraksi (ada his),
ketuban dipecah hati-hati agar tali pusat tidak menumbung. Kalau
terjadi inertia dapat diberikan oxytocin drip untuk menimbulkan
kembali kontraksi uterus; kalau uterus sudah sudah kontraksi
dikerjakan amniotomi. Bagian terendah dipimpin masuk ke dalam
panggul dengan tangan yang berada di dalam vagina. Kalau perlu
dibantu dengan dorongan fundus uteri menggunakan tangan satunya.
64
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Oleh karena jalan lahir telah dilebarkan oleh anak pertama, anak
kedua turun dengan cepat ke dasar panggul.
10. Kalau bagian terendah sudan mencapai perineum, ia dilahirkan
spontan atau dengan pertolongan operatif yang ringan.
11. Tindakan operatif dipertimbangkan apabila persentasinya abnormal,
terjadi gawat janin atau ibu, atau apabila anak kedua belum juga
lahir spontan setelah 15 menit, oleh karena risiko anak kedua
semakin besar dengan bertambahnya waktu. Kalau anak kedua
persenntasi bokong dikerjakan extraksi, kalau letak lintang atau
persentasi kepala dilakukan extraksi. Versi extraksi tidak dikerjakan
secara normal pada posisi yang normal.
12. Pengurangan isi uterus yang secara tiba-tiba dengan lahirnya anak
pertama dapat menyebabkan solution plasenta yang membahayakan
anak kedua.
13. Plasenta dilahirkan setelah kedua anak lahir.
14. Section caesarea tidak dikerjakan hanya atas induksi kehamilan
ganda saja.
1. Salah satu tanda kehamilan kembar adalah ukuran dan tinggi fundus
uteri dan lingkar abdomen melebihi ukuran yang seharusnya untuk usia
kehamilan yang disebabkan oleh…
a. Pertumbuhan uterus yang pesat selama trimester kedua.
b. Jumlah bayi yang lebih dari satu di dalam uterus.
c. Ukuran plasenta lebih besar daripada hamil dengan satu janin.
65
LATIHAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
d. Berat badan bayi >3500 gram
2. Berikut ini adalah pengaruh-pengaruh kehamilan kembar terhadap
persalinan, kecuali…
a. Terjadi partus prematurus
b. KPD
c. Malpresentasi
d. Partus presipitatus
3. Kehamilan kembar dengan keadaan salah satu anak menghambat
turunnya dan lahirnya anak yang lain adalah...
a. Kembar Terkunci
b. Kembar monoamniotik
c. Kembar interlocking
d. Kembar compaction
7. POPP (POSISIO OKSIPITALIS POSTERIOR PERSISTEN)
Pada 10% kehamilan, kepala masuk PAP
dengan oksiput berada pada segmen posterior
panggul. Sebagian besar keadaan ini terjadi pada
arsitektur panggul yang normal, sebagian
kecil terjadi pada bentuk android. Diagnosa
ditegakkan melalui palpasi abdomen dimana
punggung janin teraba disatu sisi pinggang ibu dan dilokasi tersebut DJJ
terdengar paling keras.
Pada persalinan, pemeriksaan VT dapat memberi informasi yang lebih
banyak dengan terabanya occiput dan ubun-ubun besar.
Selama persalinan berlangsung, kepala janin memperoleh tekanan
kearah pelvis sehingga terjadi fleksi kepala. Setelah dilatasi lengkap, proses
66
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
persalinan selanjutnya dapat terjadi melalui satu dari 3 kemungkinan
dibawah:
Kemungkinan arah Putar Paksi Dalam (PPD) pada posisio oksipitalis
posterior 65% kasus, kepala melakukan PPD sejauh 1350 sehingga occiput
berada dibelakang simfisis (rotasi panjang) → persalinan spontan
pervaginam normal. 20% kasus, kepala tidak dapat melalukan PPD secara
lengkap sehingga ubun-ubun kecil berada dikiri atau dikanan (“deep
tranverse arrest”). 15% kasus, terjadi PPD 450 kearah posterior (rotasi
pendek) → positio occipitalis posterior persisten.
67
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Rotasi panjang kearah anterior
Rotasi pendek kearah posterior (mendekati sacrum)
Persalinan pervaginam dapat terjadi melalui berbagai kemungkinan:
Persalinan spontan.
Ekstraksi cunam dengan occiput posterior.
Rotasi manual menjadikan occiput anterior dan diikuti
dengan persalinan spontan atau dengan ekstraksi cunam.
Rotasi dengan cunam kearah occiput anterior dan kemudian dilahirkan.
68
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
PROGNOSA
Fitzpatrick dkk (2001), Ponkey dkk (2003): Membandingkan prognosa
antara 246 pasien POPPersisten dengan presentasi occiput anterior (POA)
dan tercatat adanya komplikasi persalinan yang lebih tinggi pada POPP
dibandingkan pada POA. Hanya 40% kasus POPP yang dapat mengalami
persalinan spontan pervaginam. 12% kasus POPP berakhir dengan SC atas
indikasi distosia.
69
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
PE
RS
EN
TA
SE
P
UN
CA
K@
100 m
enit
PE
NGANT
AR
KB
7
Gangguan terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan
oleh berbagai factor, antara lain dengan adanya kelainan presentasi, posisi
dan perkembangan janin intra uterine. Diagnosa distosia akibat janin bukan
hanya disebabkan oleh janin dengan ukuran yang besar, janin dengan
ukuran normal namun dengan kelainan pada presentasi intra uterin juga
tidak jarang menyebabkan gangguan proses persalinan.
Saat ini tidak ada metode yang akurat untuk meramalkan secara pasti
tentang adanya Disproporsi Fetopelvik baik secara klinis maupun
menggunakan alat radiologis oleh sebab itu tenaga kesehatan sangat perlu
mengetahui bagaimana mendeteksi secara dini penyulit- penyulit yang akan
terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin, dan janin. Terutama kasus malposisi
dan malpesentasi, agar tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan dapat
melakukan penanganan yang tepat.
Presentasi puncak kepala adalah keadaan dimana puncak kepala
merupakan bagian terendah, hal ini terjadi apabila derajat defleksinya
ringan. Presentasi puncak kepala adalah presentasi kepala dengan
defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput merupakan bagian
terendah. Presentasi puncak kepala adalah bagian terbawah janin yaitu
puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah,
dan UUB sudah berputar ke depan (Muchtar, 2002).
Mahasiswa mampu menjelaskan definisi persentase puncak.
70
INDIKATOR PEMBELAJARAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa presentasi puncak.
Mahasiswa mampu menguraikan penanganan dan penatalaksanaan
presentasi puncak.
A. DEFINISI
Presentasi puncak kepala adalah keadaan dimana puncak kepala
merupakan bagian terendah, hal ini terjadi apabila derajat defleksinya
ringan. Presentasi puncak kepala adalah presentasi kepala dengan
defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput merupakan bagian
terendah. Presentasi puncak kepala adalah bagian terbawah janin yaitu
puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah,
dan UUB sudah berputar ke depan (Muchtar, 2002).
Tidak terjadi flexi maupun extensi: ubun-ubun kecil dan dahi sama
tingginua di dalam panggul. Bagian terendahnya adalah puncak kepala
(vertex). Petunjuknya adalah ubun-ubun kecil (occiput). Diameter
terendahnya adalah diameter occipito frontalis yang panjangnya 11.0 cm,
lebih panjang dari pada diameter suboccipito bregmatica yang lebih
menguntungkan yakni 9.5 cm. Dengan demikian kemajuan persalinan lebih
lambat dan lebih sering terjadi persalinan tidak maju. Kebanyakan sikap
militer bersifat sementara, kalau sudah turun kepala akan flexi. Kadang-
kadang terjadi extensi menjadi presentasi dahi atau muka.
B. DIAGNOSIS KEDUDUKAN
1. Pemeriksaan abdominal
Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu.
Di atas panggul teraba kepala
71
URAIAN MATERIPERSENTASE PUNCAK
KB
7
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat pada
sisi yang berlawanan
Di fundus uteri terdapat bokong
Oleh karena tidak ada flexi maupun extensi maka tidak teraba
dengan jelas aadanya tonjolan kepala pada sisi yang satu maupun
yang lainnya.
2. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran bawah perut ibu,
pada sisi yang sama dengan punggung janin.
3. Pemeriksaan vaginal
1. Sutura sagittalis umumnya teraba pada diameter transversa panggul,
sebagai LOT atau ROT
2. Kedua ubun-ubun sama-samadengan mudah dapat diraba dan
dikenal. Keduanya sama tinggi di dalam panggul.
4. Pemeriksaan sinar x
Pemeriksaan radiologis membantu dalam menegakkan diagnosis kududukan
dan menilai panggul.
5. Mekanisme persalinan
Kepala masuk panggul paling sering pada transversa PAP kepala
turun perlahan–lahan, dengan ubun-ubun kecil dan dahi sama tingginya
(tidak ada flexi maupun extensi) dan dengan sutra sagittalis pada diameter
transversal panggul, sampai puncak kepala mencapai dasar panggul. Sampai
di sini ada beberapa kemungkinan penyelesaiannya:
1. Paling sering kepala mengadakan flexi, UUK berputarke depan, dan
kelahiran terjadi dengan kedudukan occipitoanterior.
2. Kepala mungkin tertahan pada diameter transversal panggul.
Diperlukan pertolongan operatif untuk deep transverse arrest.
3. Kepala mungkin berputar ke belakang dengan atau tanpa flexi. UUK
menuju ke lengkung sacrum dahi ke pubis. Mekanismenya adalah
kedudukan UUK belakang menetap. Kelahiran dapat spontan dan
operatif.
72
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
4. Kadang-kadang sekali kelahiran dapat terjadi dengan sutra
sagittalispada diameter transversa.
5. Kadang-kadang kepala mengadakan extensi, dan mekanismenya
menjadi presentasi muka atau dahi.
C. PROGNOSIS
Meskipun persalinan sedikit lebih lama dan lebih sukar daripada
persalinan normal baik bagi ibu dan anaknya, prognosisnya cukup baik.
Umumnya terjadi flexi dan melanjut ke persalinan normal.
D. PENANGANAN
1. Oleh karena sering terjadi flexi maka selama ada kemajuan tidak
dilakukan tindakan apa-apa
2. Kalau terjadi flexi maka penanganannya seperti pada kedudukan
occipitoanterior atau occipitoposterior.
3. Kasus-kasus dengan kepala yang mengadakan extensi diperlakukan
seperti presentasi muka atau presentasi dahi
4. Kalau terjadi persalinan tidak maju pada panggul normal dengan
sikap militer menetap persalinan pervaginam harus diusahakan
dengan memflexikan kepala, memutar UUK ke depan dan menarik
kepala keluar dengan forceps.
5. Apabila disproporsi merupakan faktor etimologis atau penyulit, atau
apabila usaha untuk persalinan per vaginam gagal, maka harus
dikerjakan sectiocaesarea.
73
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
1. Presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput
merupakan bagian terendah, merupakan definisi dari…
a. Presentasi kepala
b. Presentasi puncak
c. Presentasi dahi
d. Presentasi muka
2. Berikut ini adalah diagnose dari…
Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu.
Di atas panggul teraba kepala
Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat pada
sisi yang berlawanan
Di fundus uteri terdapat bokong
Oleh karena tidak ada flexi maupun extensi maka tidak teraba
dengan jelas aadanya tonjolan kepala pada sisi yang satu maupun
yang lainnya.
a. Presentasi kepala
b. Presentasi puncak
c. Presentasi dahi
d. Presentasi muka
74
LATIHAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
1. Presentasi puncak kepala adalah presentasi kepala dengan
defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput merupakan bagian terendah.
2. Diagnose kedudukan pada presentasi puncak dapat diketahui melalui
beberapa cara:
Pemeriksaan abdominal Denyut jantung janin
Pemeriksaan vaginal
Pemeriksaan sinar x
75
RANGKUMAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
PE
RS
EN
TA
SI
MU
KA@
100 m
enit
PE
NGANT
AR
KB
8
Gangguan terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh
berbagai factor, antara lain dengan adanya kelainan presentasi, posisi dan
perkembangan janin intra uterine. Diagnosa distosia akibat janin bukan
hanya disebabkan oleh janin dengan ukuran yang besar, janin dengan
ukuran normal namun dengan kelainan pada presentasi intra uterin juga
tidak jarang menyebabkan gangguan proses persalinan.
Saat ini tidak ada metode yang akurat untuk meramalkan secara pasti
tentang adanya Disproporsi Fetopelvik baik secara klinis maupun
menggunakan alat radiologis oleh sebab itu tenaga kesehatan sangat perlu
mengetahui bagaimana mendeteksi secara dini penyulit- penyulit yang akan
terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin, dan janin. Terutama kasus malposisi
dan malpesentasi, agar tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan dapat
melakukan penanganan yang tepat.
1. Untuk mengetahui definisi malpresentasi.
2. Untuk mengetahui Konsep dasar kelainan pada malpresentasi muka.
3. Untuk mengetahui etiologinya pada malpresentasi muka.
4. Untuk mengetahui patofisiologinya pada malpresentasi muka.
5. Untuk mengetahui diagnosis pada malpresentasi muka.
6. Untuk mengetahui komplikasi pada malpresentasi muka.
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan pada malpresentasi muka.
76
INDIKATOR PEMBELAJARAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
A. DEFINISI
Pada presentasi muka letak janin memanjang, presentasi kepala,
bagian terendah janin muka, sikap ekstensi sempurna, penunjuknya adalah
dagu (mentum, M) dan diameter pada waktu masuk panggul adalah
submentobregmatica sebesar 9.5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian
antara glabella dan dagu; sedang pada presentasi dahi bagian antara glabella
dan bregma. Tetapi sering juga dijumpai kedudukan di antara keduanya.
B. INSIDENSI
Kurang dari 1 persen (1 diantara 250) dan lebih tinggi pada
multipara dibanding primigravida. Presentasi muka primer ada sebelum
persalinan mulai tetapi keadaan ini jarang. Kebanyakan presentasi muka
adalah sekunder, extensi terjadi dalam persalinan, umumnya pada PAP.
Sekitar 70 persen presentasi muka adalah dengan dagu di depan atau
lintang, sedang 30 persen dagu di Di belakang
C. ETIOLOGI
Setiap keadaan yang menghambat masuknya kepala dalam sikap
flexi dapat menjadi etiologi presentasi muka. Ada hubungan antara sikap
extensi dengan disproporsi kepala panggul dan oleh karena ini merupakan
kombinasi yang serius maka dengan teliti harus dikesampingkan
kemungkinan adanya panggul yang kecil atau kepala yang besar. Sebab-
sebab extensi yang jarang dijumpai antara lain adalah neoplasma thyroid
adalah mekanismenya adalah mendesak kepala ke belakang; lilitan tali pusar
berkali-kali pada leher sehingga mencegah flexi dan monsters. Janin
anencephalus sering kali ada di dalam keadaan presentasi muka dan
77
URAIAN MATERIPERSENTASI MUKA
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
mempunyai insidensiprematuritas lebih tinggi. Pada kebanyakan kasus
faktor penyebabnya tidak dapat diketemukan.
D. KLASIFIKASI
1. PRESENTASI MUKA DENGAN DAGU DI DEPAN
Uraian berikut berlaku untuk presentasi muka dengan dagu di kiri
depan (LMA= lift mentol anterior). Mekanismenya untuk presentasi muka
dengan dagu di kanan depan (RMA= Rights mentol anterior) serupa dengan
LMA kecuali bahwa dagu, bagian-bagian kecil dan denyut jantung janin ada
di sebelah kanan sedang punggung dan tonjolan kepala ada di sebelah kiri.
DIAGNOSIS KEDUDUKAN: LIFT MENTOL ANTERIOR
PEMERIKSAAAN ABDOMINAL
1. Sumbu memanjang janin sejajar dengan sumbu memanjang ibu.
2. Di atas symphysis terdapat kepala. Pada permulaan persalinan
kepala belum masuk panggul.
3. Punggung ada di sebelah kanan perut ibu. Tetapi oleh karena di
belakang sering kali tidak teraba dengan jelas. Bagian–bagian kecil
ada di sebelah kiri dan depan. Extensicolumna vertabralis
menyebabkan dada membusung dan punggung melengkung ke
depan.
4. Bokong ada di fundusuteri.
5. Tonjolan kepala (occiput) ada di kanan. Gejala diagnostik yang
penting pada sikap extensi adalah bahwa punggung dan tonjolan
kepala pada Sisi yang sama. Kalau sikapnya flexi maka tonjolan
kepala dan punggung ada pada sisi yang berlawanan.
6. Harus selalu diingat bahwa pada presentasi muka dan dagu di depan
punggung bayi dan occiput ada di belakang. Sebaliknya kalau dagu
di belakang maka punggung dan occiput ada di depan.
78
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
DENYUT JANTUNG JANIN
Denyut jantung janin ditransmisikan melalui dinding depan thorax
janin dan terdengar lebih keras di kuadran kiri bawah perut ibu, pada sisi
yang sama dengan bagian- bagian kecil.
PEMERIKSAAN VAGINAL
1. Kunci diagnosisnya adalah hasil pemeriksaan yang negatif, yakni
tidak ada puncak kepala yang bulat, rata dan keras. Sebagai ganti
puncak kepala dengan tanda-tandanya berupa garis- garis sutura dan
ubun-ubun, maka teraba bagian terendah yang lebih lunak dan tidak
teratur. Dipikirkan muka atau bokong. Terdapatnya bermacam-
macam bagian muka akan menegakkan diagnosis presentasi muka.
Setelah persalinan maka edema yang nyata dapat mengaburkan
gambarannya.
2. Sumbu panjang muka ada pada diameter obliquadextrapanggul ibu.
3. Dagu ada di kuadran kiri depan panggul ibu
4. Dahi ada di kuadran kanan belakang panggul ibu.
5. Pemeriksaan vaginal harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari perlukaan pada mata.
PEMERIKSAAN SINAR -X
Pemeriksaan radiologis berguna baik untuk mendiagnosis bagian
kedudukan maupun untuk memperkirakan kapasitas panggul.
79
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
DIAGNOSIS YANG TERLAMBAT
Oleh karena umumnya persalinan presentasi muka berjalan lancar,
diagnosis mungkin tidak dibuat sampai muka mencapai dasar panggul atau
sampai persalinan menjadi tidak maju.
MEKANISME PERSALINAN LMA (Left Mentol Anterior)
1. Extensi
Oleh karena beberapa sebab kepala tidak mau flexi, tetapi
extensisengga sebagai ganti LOP atau ROP ada RMA atau LMA. Anak
masuk panggul dengan dagu terlebih dahulu. Diameter terendah pada
presentasi muka (submentobregmatica) dan pada presentasi belakang kepala
(suboccipitobregmatica) keduanya adalah 9.5 cm. Ini adalah salah satu
sebab kenapa umumnya presentasi muka dengan dagu di depan dapat lahir
spontan.
2. Penurunan
Dengan dagu sebagai bagian terendah, maka masuk panggul pada
diameter obliquadextra. Penurunan lebih lambat dibanding dengan pada
sikap flexi. Muka sudah terletak rendah di dalam panggul sebelum diameter
Biparietalis melewati PAP. Pada waktu dagu teraba setinggi spinaischiadica
maka diameter trachelobregmatica masih diatas PAP.
3. Putaran fraksi dalam
Dengan penurunan dan moulage maka dagu mencapai dasar panggul
kemudian dagu diarahkan ke baeah, depan dan medial. Pada waktu dagu
80
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
berputar ke depan 450 ke arah symphysis (LMA ke MA) maka sumbu
panjang muka menempati diameter anteroposterior panggul. Dengan
penurunan lebih lanjut dagu keluar di bawah symphysis. Bahu masih bada
pada diameter obliqua sehingga leher berputar 450. Bagian terpenting
putaran paksi dalam adalah bahwa dagu harus berputar ke depan di bawah
symphysis alu tidak maka persalinan tidak akan akan dapat spontan. Putaran
ke depan tidak akan terjadi sebelum muka mencapai dasar panggul dan
kemungkinan lama baru terjadi yakni pada akhir persalinan. Penolong tidak
boleh putus asa.
4. Flexi
Kepala dilahirkan dengan flexi. Daerah submental pada leher berada
di bawah symphysis. Dengan daerah ini sebagai titik putar, kepala
mengadakan flexi mal lahirlah mulut, hidung, orbita, dahi, vertex dan
occiput di atas perenium. Kemudian kepala jatuh ke belakang.
5. Restitusi
Setelah kepala lepas dari vagina maka leher tidak terpilin lagi dan dengan
berputar kembali 450 ke tempat semula.
81
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
6. Putaran faksi luar
Bahu depan mencapai dasar panggul dan berputar ke arah symphisis,
membawa diameterbisacromial dari diameter obliqua ke diameter anterior
posterior PAP. Dagu berputar 450 lagi ke belakang untuk mempertahankan
hubungan normal antara kepala dengan bahu.
7. Moulage
Moulage menyebabkan kepala bertambah panjang pada diameter
anteroposterior dan menjadi pendek dari atas ke bawah. Dahi dan belakang
kepala menonjol. Ini akan menghilang dalam beberapa hari.
PROGNOSIS
a) Presentasi muka dagu di depan
1. Persalinan
Oleh karena muka merupakan pembukaan cervix yang jelek dan oleh
karena sikap extensi kurang menguntungkan maka persalinan lebih lama
dibandingkan presentasi kepala dengan UKK di depan. Pertolongan
persalinan dilakukan dengan mengingat hal ini. Penundaan terjadi di PAP
akan tetapi setelah persalinan lebih maju lagi semuanya akan berjalan
lancar.
2. Ibu
Ibu harus bekerja lebih keras, lebih merasakan nyeri dan menderita lebih
banyak laserasi daripada kedudukan normal.
3. Janin
Keadaan janin umumnya baik, tetapi prognosisnya kurang
menyenangkan dibanding dengan presentasi normal. Nasib anak dapat
diperbaiki degan diagnosis dini, persalinan kala satu dan kala dua yang
82
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
dikelola dengan hati-hati dan membatasi tindakan operatif per vaginam
dengan cara yang lebih mudah. Lebih baik dilakukan sectiocaesarea dari
pada tindakan operatif pervaginam yang sulit dan traumatik.
Dalam persalinan ketuban pecah lebih awal sehingga muka menjadi
bengkak dan bentuknya tidak karuan. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan
orang tuanya. Edema sedikit demi sedikit menghilang dan bayi tampak
normal kembali. Dapat terjadi edemalarynx oleh karena daerah hyoid pada
leher tertekan terlalu lama pada os. Pubis. Selama 24 jam pertama bayi
harus dijaga dengan seksama untuk mengetahui jika ada kesulitan
pernafasan.
PENANGANAN PRESENTASI MUKA DAGU DI DEPAN
Pelvimetri sinar x membantu menegakkan diagnosis dan menilai kapasitas
panggul.
1. Disproporsi
Disproporsi, dibuktikan dengan pemeriksaan radiologis dan
pemeriksaan panggul, diselesaikan dengan sectiocaesarea
2. Panggul normal
Pada panggul normal presentasi muka dagu di depan dibiarkan oleh
karena alasan – alasan sebagai berikut:
a) Sebagian besar lahir spontan atau dengan pertolongan forceps
rendah.
b) Kalau konvensi (flexi) berhasil, presentasi muka dagu di depan
diganti dengan presentasi belakang kepala UUKdi belakang
(LMA ke ROP atau RMA ke LOP). Ini tidak dapat memperbaiki
malahan dapat memperburuk keadaan.
c) Kalau konversi berhasil sebagian, presentasi muka dirubah
menjadi presentasi dahi yang tidak dapat lahir spontan.
3. Tidak maju
Persalinan yang tidak maju di bawah spinaischiadica paling baik
diselesaikan dengan forceps rendah. Kalau masih tinggi di dalam
panggul dilakukan sectiocaesarea.
83
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
2. PRESENTASI MUKA DAGU LINTANG
Sumbu panjang muka berada pada diameter transversal panggul,
dengan dagu pada satu sisi dan dahi pada sisi yang lain.
Uraian berikut ini dipakai untuk presentasi muka dengan dagu kiri lintang
(LMT= left mento transversal). Mekanisme persalinan presentasi muka dagu
kanan lintang (RMT= Rightmento transversal) adalah sama dengan LMT
kecuali bahwa dagu, bagian-bagian kecil dan denyut jantung janin ada di
sebelah kanan sedangkan punggung dan tonjolan kepala ada di sebelah kiri.
a. DIAGNOSIS KEDUDUKAN LMT (Left Mento Transversal)
PEMERIKSAAN ABDOMINAL
1. Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu.
2. Di atas PAP terdapat kepala
3. Punggung ada di kanan, ke arah sisi ibu. Bagian-bagian kecil di
kiri.
4. Di fundusuteri terdapat bokong.
5. Tonjolan kepala (occiput) ada di sebelah kanan, sisi yang sama
dengan punngung.
DENYUT JANTUNG JANIN
Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran kiri bawah perut ibu.
PEMERIKSAAN VAGINAL
1. Sumbu panjang muka berada pada diameter transversal panggul.
2. Dagu ada kiri, pada jam 3
3. Dahi ada di kanan, pada jam 9
84
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
MEKANISME PERSALINAN: LMT
Ringkasan mekanisme persalinan untuk presentasi muka dagu kiri lintang di
sajikan dalam gambar 6.
1. Extensi
Terjadinya extensi ke LMT sebagai ganti flexi ke ROT.
2. Penurunan
Kepala masuk panggul pada diameter transversa panggul. Penurunan
berjalan lambat.
3. Putaran Paksi Dalam
Dagu berputar 900 ke depan garis ke depan ke garis tengah (LMT ke LMA
atau MA) dagu berada di bawah symphysis.
4. Flexi
Daerah submental leher berada di angulussubpubicus. Kepala lahir dengan
flexi dan kemudian jatuh ke belakang.
5. Restitusi
Setelah leher lepas maka kepala berputar kembali 450.
6. Putaran paksi luar
Bahu berputar dari diameter obliqua ke diameter anteroposterior panggul
dan kepala berputar 450 lagi.
85
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Perjalanan klinis persalinan dan pengelolaan: LMT
1. Pada sebagian besar kasus dagu berputar ke depan, LMT ke LMA
atau MA. Penanganannya sama dengan LMA. Persalinan dapat
spontan atau dibantu dengan forceps rendah.
2. Persalinan tidak maju dengan LMT rendah di dalam panggul
ditangani dengan memutar muka (LMT ke MA), baik secara menual
maupun secara forceps. Setelah putaran berhasil, kepala dilahirkan
dengan forceps.
3. Persalinan tidak maju dengan LMT tinggi di dalam panggul
diselesaikan dengan sectiocaesarea.
3. PRESENTASI MUKA DAGU DI BELAKANG
Sekitar 300 presentasi muka dagu ada di belakang. Sebagian besar
akan berputar ke depan. Kebalikan flexi presentasi muka dagu di belakang
adalah presentasi belakang kepala UUK di depan, jadi LMP flexi ke ROA
dan RMP ke LOA. Presentasi muka dagu di belakang menetap akan macet
oleh karena tidak dapat lahir spontan. Uraian berikut adalah untuk presentasi
muka dagu kiri belakang (LMP).
a. DIAGNOSIS KEDUDUKAN LMP
PEMERIKSAAN ABDOMINAL
1. Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu.
2. Di atas PAP terdapat kepala
3. Punggung ada di kanan depan. Bagian-bagian kecil di kir belakang
4. Di fundusuteri terdapat bokong
5. Tonjolan kepala (occiput) di kanan depan, pada sisi yang sama
dengan punggung.
DENYUT JANTUNG JANIN
86
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Denyut jantung janin ditransmisikan melalui bahu depan, terdengar paling
keras di kuadran kiri bawah perut ibu.
PEMERIKSAAN VAGINAL
1. Diameter memanjang muka ada pada diameter obliqua Sinatra
panggul.
2. Dagu ada di kuadran kiri belakang panggul
3. Dahi ada di kuadran kanan depan
b. MEKANISME PERSALINAN
1. Putaran paksi luar
Dengan berputatnya bahu dari diameter obliqua ke diameter
anteroposterior panggul maka dagu berputar kembali 450 lagi.
2. Putaran busur pendek
450 ke belakang
3. Extensi
Terjadi extensi ke LMP
4. Penurunan
Penurunan terjadi dengan bantuan moulage berat.
5. Putaran paksi dalam
Dagu berputar 450 ke belakang ke dalam lengkung sakrum (LMP ke
MP); persalinan menjadi macet. Panjang sacrum adalah 12 sampai 15
cm sedangkan leher janin hanya 5 cm. Flexi tidak mungkin dan
persalinan tidak akan maju lagi kecuali janinnya sedemikian kecilnya
87
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
sehingga bahu dan kepala dapat bersama-sama masuk panggul. Ini
jarang dapat terjadi dan persalinan menjadi macet.
88
LATIHAN
RANGKUMAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
PE
RS
EN
TA
SI
DA
HI
@100
men
it
PE
NGANT
AR
Kelainan presentasi dan posisi kadang terjadi pada peroses
persalinan, diagnose distosia akibat janin bukan hanya disebabkan oleh
janin dengan ukuran yang besar, janin dengan ukuran normal namun dengan
kelainan pada presentasi intrauterine tidak jarang menyebabkan gangguana
proses persalinan yang biasa disebut dengan malpresentasi. Malpresentasi
adalah bagian terbawah janin yang berada di segmen bawah rahim bukan
belakang kepala.
Diagnose kelainan letak pada kehamilan bisa ditentukan dengan
melakukan pemeriksaan dalam. Adapun bentuk-bentuk malpresentasi kepala
yaitu presentasi puncak kepala atau presentasi sinsiput, presentasi muka,
presentasi dahi dan POPP (Position Occipitalis posterior persisten ). Pada
makalah ini akan dijabarkan lebih jauh mengenai kelainan presentasi dahi.
Presentasi dahi adalah bentuk dari kelainan sikap (habitus) berupa
gangguan defleksi moderet. Letak kepala dengan defleksi yang sedang
sehingga dahi menjadi bagian terrendah. Presentasi dahi bias terjadi secara
primer (bila terjadi sebelum proses persalinan normal), skunder (Bila terjadi
saat proses persalinan). Presentasi dahi sangat jarang terjadi karena biasanya
letak dahi bersifat sementara dan dengan majunya persalinan, letak dahi
dapat menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
89
INDIKATOR PEMBELAJARAN
KB
8
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian dari presentasi dahi.
Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari presentasi dahi.
Mahasiswa mampu menjelaskan diagnose dari presentasi dahi.
Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme persalinan dan
penatalaksanaannya.
A. DEFENISI
Presentasi dahi adalah sikap extensi sebagian (pertengahan),
berlawanan dengan presentasi muka yang extensinya sempurna. Bagian
terendahnya adalah daerah di antara margo orbitalis dengan bregma.
Penunjuknya adalah dahi (Frontum: Fr). Diameter bagian terendah adalah
diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan diameter
anteroposterior kepala janin terpanjang.
B. INSIDENSI
Insidensinya kurang dari 1 peresen, berkisar antara 1:3.000 sampai
1:1.000. persentasi dahi primer yaitu yang terjadi sebelum persalinan jarang
dijumpai, kebanyakan adalah sekunder yakni terjadi setelah persalinan
dimulai. Seringkali bersifat sementara dan kemudian kepala flexi menjadi
persentasi belakang kepala atau extensi sempurna menjadi persentasi muka.
C. ETIOLOGI
Penyebabnya serupa dengan persentasi muka dan meliputi semua hal
yang mengganggu penurunan kepala dalam sikap flexi.
1. Disproporsi kepala panggul adalah causa yang terpenting.
2. Beberapa keadaan janin mencegah terjadinya flexi.
90
URAIAN MATERIPERSENTASI DAHI
KB
8
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
a. Tumor di leher, misalnya thyroid.
b. Lilitan tali pusat di sekitar leher.
c. Kelainan janin.
3. Mobilitas janin yang bertambah besar.
a. Hydramnion.
b. Bayi yang kecil atau premature.
4. Ketuban pecah awal dengan kepala yang belum masuk panggul dan
kepala kemudian masuk dengan sikap extensi.
5. Kelainan uterus.
a. Neoplasma segmen bawah rahim.
b. Uterus bikornis.
6. Implantasi plasenta yang abnormal: plasenta previa
a. Latrogenik : Versi luar
b. Idiopatik : Hampir 30% tidak diketahui penyebabnya.
D. KLASIFIKASI
1. DAHI KIRI DEPAN (LEFT FRONTUM ANTERIOR: LFrA)
a. DIAGNOSIS KEDUDUKAN : LFrA
PEMERIKSAAN ABDOMINAL
Letaknya adalah memanjang.
Diatas PAP terdapat kepala tetapi tidak masuk panggul.
Punggung ada di sisi kanan belakang ibu, sukar diraba. Bagian-
bagian kecil ada di sebelah kiri depan.
Di fundus terdapat bokong.
Tonjolan kepala (Occiput) dan punggung terdapat pada sisi yang
sama (kanan).
91
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Pandangan Abdominal
DENYUT JANTUNG JANIN
Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran kiri bawah
perut ibu.
PEMERIKSAAN VAGINAL
1. Diameter anteroposterior kepala pada diameter oblique dextra
panggul.
2. Dahi, daerah antara nasion dan bregma, merupakan bagian
terendah dan teraba di kuadran kiri depan panggul.
3. Vertex berada di kuadran kanan belakang.
4. Bregma (UUB) dengan mudah dapat diraba.
5. Teraba sutura frontalis tetapi biasanya sutura sagitalis tidak
terjangkau.
6. Identifikasi margo supraorbitalis merupakan kunci diagnosis.
PEMERIKSAAN SINAR X
Pemeriksaan sinar X membantu dalam diagnosis kedudukan dan
menilai panggul.
DIAGNOSIS LAMBAT DAN TIDAK TERDIAGNOSA
Pada pemeriksaan vaginal, perbedaan antara lengkung kepala yang
keras dan rata dengan muka yang lunak dan irregular cukup jelas
untuk mendiagnosis kedudukan abnormal dan paling tidak
mencurigainya. Sebaliknya, vertex dengan dahi mungkin
perabaannya sama, di samping itu moulage dan edema menambah
kesulitan dalam membedakan keduanya. Dengan demikian tanpa
pemeriksaan abdominal an vaginal yang teliti disertai dengan
derajad kecurigaan yang tinggi maka malposisi akan tidak
terdiagnosis. Aturan yang baik adalah apabila persalinan tidak maju,
pasien harus diperiksa dengan seksama dan selalu diingat
kemungkinan presentasi dahi.
MEKANISME PERSALINAN : LFrA
92
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Diameter terendah adalah diameter vertico mentalis, berukuran
13,5cm. Diameter ini merupakan diameter anteroposterior kepala
yang terpanjang. Apabila kepala masuk panggul akan disertai
dengan moulage berat dan jika ini terjadi kemajuan persalinannya
lambat.
Pada keadaan ini maka terjadi mekanisme persalinan sebagai berikut:
EXTENSI
Kepala extensi dan diameter verticomentalis masuk, dengan
didahului oleh dahi.
PENURUNAN
Penurunan terjadi lambat dan pada saat-saat terakhir. Biasanya
kepala tidak masuk ke dalam panggul sebelum ketuban pecah dan
pembukaan sudah lengkap.
PUTAR PAKSI DALAM
Dahi berputar 45˚ ke depan sehingga muka berada di bawah
symphisis pubis. Sebagian besar putaran paksi dalam dapat terjadi
antara spina izchiadica dan tuber ischiadicum.
FLEXI
Dengan muka menjadi titik putar di bawah symphisis maka lahirlah
berturut-turut bregma, vertex, dan occiput di atas perineum.
EXTENSI
Kepala kemudian jatuh ke belakang dengan keadaan extensi, hidung,
mulut serta dagu keluar dari bawah symphisis.
RESTITUSI
Leher bebas dari terpilin dan kepala berputar 45˚ kembali ke tempat
semula.
PUTAR PAKSI LUAR
Ketika bahu berputar ke depan dari diameter oblique ke diameter
anteroposterior panggul, kepala berputar 45˚ lagi ke belakang.
MOULAGE
93
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Terjadi moulage berat diameter vertico mentalis tertekan. Diameter
occipito frontalis sangat bertambah panjang sehingga dahi sangat
menonjol. Maka menjadi datar dan jarak antaradagu dengan puncak
kepala menjadi panjang. Ini diperberat lagi dengan adanya caput
succedaneumyang besar dan berbentuk dahi.
E. PENANGANAN PERSENTASI DAHI
Umumnya kasus persentasi dahi tidak lahir spontan. Jika
kelainannya diketahui sejak awal dan dilakukan usaha-usha terapeutik yang
sesuai maka hasil untuk ibu dan anaknya baik. Jika kelainan ini tidak
diketahui akan mengakibatkan persalinan yang lama dan traumatic.
Pelvimetri sinar-X membantu membuat diagnosis dan menilai panggul.
1. Panggul normal
Oleh karena persentasi dahi mungkin hanya bersifat sementara, dan
oleh karena dapat terjadi persalinan spontan, partus percobaan
dimungkinkan dengan harapan akan terjadi flexi menjadi presentasi
belakang kepala, extensi sempurna menjadi presentasi muka atau
persalinan maju tetap dalam persentasi dahi. Kalau dalam waktu 12
jam langkah ini gagal harus dilakukan SC.
2. Disproporsi kepala panggul
Disproporsi yang ditunjukkan dengan pemeriksaan vagina atau
sinar-X dan persalinan tidak maju dengan kepala tinggi di dalam
panggul, paling baik diselesaikan dengan SC.
3. Presentasi dahi menetap-multipara dengan panggul normal
Oleh karena sebagian besar presentasi dahi tidak dapat lahir spontan
maka diperlukan tindakan operatif. Kalau kepala sudah terfixasi di
dalam panggul maka kemungkinan untuk koreksi adalah kecil.
a. Dapat dicoba untuk memflexikan kepala secara manual. Ini
dikerjakan apabila servix terbuka dan segera setelah ketuban
pecah.
b. Kadang-kadang kepala dapat diflexikan dengan forcep.
Forcepnya dipasang biparietal. Kepala didorong ke atas
94
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
secukupnya sehingga dahi dapat diputar dari satu kuadran
panggul ke kuadran lainnya yang berlawanan, sementara flexi
dilakukan secara bersamaan.
c. Kalau kepala tidak dapat di flexikan, dilakukan usaha untuk
extensi presentasi menjadi muka.
d. Kalau manipulasi ringan tidak berhasil mengoreksi keadaan,
harus dilakukan SC. Konversi sebaiknya dikerjakan di kamar
operasi, sehingga kalau diperlukan SC dapat segera dikerjakan
tanpa tertunda lagi.
e. Versi extraksi adalah berbahaya dan hanya dikerjakan pada
keadaan khusus yaitu jika cara lain merupakan kontraindikasi.
f. Apabila janinnya telah meninggal dan cara-cara penanganan
lainnya tidak dapat dikerjakan, mungkin diperlukan operasi
destruktif pada janin.
4. Persentasi dahi menetap-primigravida dengan panggul normal
Dapat dilakukan usaha untuk memflexikan atau mengextensikan
kepala. Namun umumnya dianggap bahwa SC dengan segera
memberikan hasil terbaik, jangan sampai ada waktu yang terbuang
dengan mencoba prosedur lainnya.
95
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
RANGKUMAN
1. Perdarahan pervaginam adalah perdarahan yang terjadi selain darah
bercampur lendir sebagai tanda terjadinya persalinan.
2. Inertia uteri adalah his yang tidak normal. Pada kelainan ini, fundus
berkontraksi lebih kuat dan mulai lebih dulu daripada bagian lain.
Sifat kontrraksinya singkat dan jarang.
3. Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat
terjadi pada masa antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin
antepartum menjadi nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan
intrauterin. Hipoksia janin peningkatan tahanan vaskular pada
pembuluh darah janin. Keadaan janin biasanya dinilai dengan
menghitung denyut jantung janin (DJJ). Dan memeriksa
kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom. Sering
dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium,
menandakan hipoksia dan asidosis. Fase laten memanjang terbagi
atas dua fase yaitu, fase laten dan fase aktif. Menurut Rustam
Mochtar (Sinopsis Obstetri) pada dasarnya fase laten memanjang
dapat disebabkan oleh:
a. His tidak efisien (adekuat)
b. Tali pusat pendek
c. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina,
tumor)
d. Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah
masuk dalam persalinan (inpartu) atau belum.
4. Kelainan letak adalah malposisi janin dalam kandungan. Malposisi
tersebut dapat berupa letak sungsang, letak lintang, persentasi muka,
letak gemelli dan presentasi dahi.
96
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
TES FORMATIF
5. Kehamilan kembar terjadi bila 2 atau lebih ovum mengalami
pembuahan (dizygotic) atau bila satu ovum yang sudah dibuahi
mengalami pembelahan terlalu dini sehingga membentuk 2 embrio
yang identik (monozygotic).
6. Posisi janin pada persentasi muka adalah muka letak janin
memanjang, persentasi kepala, bagian terendah janin muka, sikap
extensi sempurna, penunjuknya adalah dagu (mentum, M) dan
diameter pada waktu masuk panggul adalah diameter
submentobregmatica sebesar 9,5 cm.
7. Persentasi dahi adalah sikap extensi sebagian (pertengahan),
berlawanan dengan persentasi muka yang extensinya sempurna.
Bagian terendahnya adalah daerah di antara margo orbitalis dengan
bregma. Penunjuknya adalah dahi (Frontum:Fr). Diameter bagian
terendah adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,
merupakan diameter anteroposterior kepala janin yang terpanjang.
8. Pada persentasi puncak tidak terjadi flexi maupun extensi, ubun-
ubun kecil dan dahi sama tingginya di dalam panggul. Bagian
terendahnya adalah puncak kepala (vertex). Penunjuknya adalah
ubun-ubun kecil (occiput). Diameter terendahnya adalah diameter
occipitofrontalis yang panjangnya 11,0 cm, lebih panjang daripada
diameter suboccipitobregmatica yang lebih menguntungkan yakni
9,5 cm. dengan demikian kemajuan persalinan lebih lambat dan
sedikit sering terjadi persalinan tidak maju. Kebanyakan sikap ini
bersifat sementara, kalau sudah turun kepala akan flexi. Kadang-
kadang terjadi extensi menjadi persentasi dahi atau muka.
97
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
TES FORMATIF
Ny. D G2P1A0 usia 30 tahun, hamil 40 minggu, datang ke klinik jam 09.00
WIB dengan keluhan kencing-kencing teratur sejak empat jam yang lalu,
perasaan berat saat bernapas, bengkak pada kedua ekstremitas. TFU 41 cm,
teraba dua bagian besar janin berdampingan, DJJ terdengar jelas di dua
tempat dengan frekuensi 120x/menit dan 140x/menit.
1. Kemungkinan Ny. D saat ini mengalami…
A. Hidramnion
B. Mola hidatidosa
C. Kehamilan ganda
D. Presentasi bokong
E. Kehamilan dengan mioma
2. Hasil pemeriksaan diketahui presentasi janin bokong dengan kepala
maka Ny. A harus melahirkan secara…
A. VE
B. SC
C. Forcep
D. Induksi Persalinan
E. Partus pervaginam
3. Resiko yang mungkin dialami bayi Ny. D adalah…
A. BBLR
B. Mikrosomia
C. Fetal distress
D. Distosia bahu
E. Hidrocepalus
Ny. C G5P4A0 usia 40 tahun mau melahirkan, datang ke klinik bersalin
pukul 13.00 WIB. Tekanan darah Ny. C 90/80, pemeriksaan dalam
98
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
menunjukkan sudah pembukaan 5 cm. His teraba lemah, pendek dan jarang.
Ny. C mengeluh sering pusing dan lemah selama kehamilannya.
4. Komplikasi apakah kemungkinan yang dialami oleh Ny. C?
A. Atonia uteri
B. Anemis
C. Perdarahan pervagina
D. Inersia uteri
E. Kematian janin dalam rahim
5. Faktor predisposisi pada kasus Ny. C adalah...
A. Parietas
B. Usia ibu
C. Primipara
D. Multipara
E. Grande Multipara
6. Pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus
melalui vagina kedunia luar adalah proses . . .
a. Persalinan
b. Kehamilan
c. Nifas
d. Abortus
e. Caesar
7. Persalinan normal adalah peristiwa lahirnya bayi hidup dan plasenta dari
dalam uterus dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
menggunakan alat pertolongan pada usia kehamilan 30-40 minggu atau
lebih dengan berat badan bayi 2500 gram atau lebih dengan lama
persalinan kurang dari 24 jam yang dibantu dengan kekuatan kontraksi
uterus dan tenaga mengejan menurut..
a. Sujiyatini, 2011
b. Suratno,2010
c. Harry oxom 2010
d. Sutomo 2013
e. Jenny J.s sondakh 2013
99
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
8. Timbulnya his persalinan kala I fase laten selama 8 jam sampai
pembukaan . . .
a. 3cm
b. 5cm
c. 7cm
d. 8cm
e. 10cm
9. Pembukaan bertambah sampai lengkap fase aktif selama 7 jam
pembukaan . . .
a. 1-10
b. 2-10
c. 3-10
d. 4-10
e. 5-10
10. Mulai buka lengkap sampai lahir bayi adalah proses dari kala . . .
a. Kala I
b. Kala II
c. Kala III
d. Kala Iv
e. Kala V
1. Apakah pengertian malpresentasi ….??a) bagian terbawah janin disegmen bawah rahimb) disegmen bawah rahim bukan belakang kepala c) bagian terbawah janin yang berada disegmen
bawah rahim bukan belakang kepala d) bagian terbawah janin disegmen
2. Apakah Presentasi dahi biasa nya terjadi secara …??a) Secara primer b) Secara sekunderc) Secara terrierd) Secara primer,sekunder
3. Bagaimana cara menilai panggul penanganan persentasi dahi ..????a) Panggul, Panggul dahi menetap multipara dengan
panggul normalb) Disproporsi kepala panggul
100
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
c) Presentasi dahi menetap-primigravidad) Panggul, Disproporsi kepala panggul, Panggul
dahi menetap multipara dengan panggul normal, Presentasi dahi menetap-primigravida
1. C
2. B
3. C
4. D
5. D
6. A
7. A
8. A
9. D
10. B
101
KUNCI JAWABAN
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
DAFTAR PUSTAKA
Sujiyatini, Purwaningsih, dewi, dkk, 2011, Asuhan Kebidanan II
(Persalinan),Yogyakarta, Rohima press
Varney, Helen et all, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran
J.S Sondakh, Jenny, 2013, Asuhan kebidanan Persalinan dan Bayi baru
lahir, Malang, Erlangga
102
MATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
Oxorn, Harryn, dkk, 2010, Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi
Persalinan, 2010, Penerbit Andi
American College of Obstetricians and Gynecologists: ACOG
committeeopinion. Mode of term singletonbreechdelivery. Number 265,
December 2001.
Alarab M, Regan C,O’Connel MP etal: Singletonvaginalbreechdeliveryat
term: still a safeoption. ObstetGynecol 103:407, 2004
Cunningham FG (editorial) : BreechPresentationandDeliveryin “William
Obstetrics” 22nd ed p 565 - 586, McGrawHillCompanies, 2005
Jones DL : Abnormal FetalPresentationin Fundamentals of
Obstetric&Gynaecology 7th edMosby, London1997.
Martohoesodo S, Hariadi: Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin
dalam ILMU KEBIDANAN (ed), 3rd ed Jakarta, YBP-SP,1997
Myersough,PR: MunroKerr’sOperativeObstetrics,9th ed, London,
BailliereTindal,1977
PostedBy : Bid. Diah Widyatun, S.ST on 7/14/2012 09:38:00 AM
Email ThisBlogThis!SharetoTwitterSharetoFacebookSharetoPinterest
Label: Askeb II (Persalinan), Askeb IV (Patologis)
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/letak-sungsang-
presentasi-bokong_14.html#ixzz3l4SG1PGK
Jacobson LJ. Johnson CE: Brow and face presentasions. AM J Obstetri Gynecol
84:1881, 1962; Kovacs SG: Brow presentation, Med J Aust 2:280, 1970;
Meltzer RM, Sachtleben MR, Friedman EA: Brow Presentation, Am J
Obstet Gynecol 100:255, 1968 dalam Harry Oxorn & William R. Forte,
2010
103