murottal al - quran terhadap tingkat insomnia...
TRANSCRIPT
PENGARUH TERAPI MENDENGARKAN
MUROTTAL AL - QURAN TERHADAP TINGKAT INSOMNIA
PADA MAHASISWA KEPERAWATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Proposal Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh
ABDUL HAR
NIM: 11141040000022
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE PROGRAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, 2018
Abdul Har, NIM: 11141040000022
The Effect of Murottal Al-Quran Listening Therapy against Insomnia Levels
in Nursing Students
xix+ 46 pages + 3 schemes, 4 tables, 4 attachments
ABSTRACT
Insomnia in students greatly disrupts the productivity and concentration of
learning. Listening Murottal Al-Qur'an is one of the religious therapy that can be
used to overcome insomnia. The purpose of this study is to analyze the influence
of listening therapy Murottal al-Qur'an on Insomnia Level in Student Nursing
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This research design is a pre-experimental pre-
posttest group without control. This research technique using simple random
sampling. The sample of research is 12 students of Nursing Science at UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. The instrument used to evaluate the insomnia level is the
Insomnia Severity Index Questionnaire. The result of a statistical test using an
alternative test, Wilcoxon test, show that there is no significant change in pre and
post-intervention with p> 0,05 (0,386). So it can be concluded that murottal
therapy of the Qur'an has less influence on students
Keywords: Insomnia, Murottal Al-Qur'an, Student
References: 58 (1994-2017)
iii
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, 2018
Abdul Har, NIM : 11141040000022
Pengaruh Terapi Mendengarkan Murottal Al-Quran terhadap Tingkat
Insomnia pada Mahasiswa Keperawatan
xix + 46 halaman + 3 bagan, 4 tabel, 4 lampiran
ABSTRAK
Insomnia pada mahasiswa sangat mengganggu produktifitas dan konsentrasi
belajar. Terapi Mendengarkan Murottal Al-Qur’an merupakan salah satu terapi
religius yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis Pengaruh Terapi mendengarkan Murottal al-Qur’an terhadap
Tingkat Insomnia pada Mahasiswa Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental design. Teknik
pengambilan penelitian ini menggunakan simple random sampling. Sampel
penelitian adalah 12 orang mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi
tingkat Insomnia adalah Kuesioner Insomnia Severity Index. Hasil uji statistik
menggunakan uji alternatif T paired test yaitu uji Wilcoxon, menunjukkan bahwa
tidak ada perubahan yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai
p > 0,05 (0,386). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi murottal al-Qur’an
kurang memiliki pengaruh pada mahasiswa
Kata Kunci: Insomnia, Murottal Al-Qur’an, Mahasiswa
Referensi: 58 (1994-2017)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya yang tiada terkira kepada seluruh umat manusia. Shalawat dan Salam
juga penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang kaya ilmu pengetahuan.
Alhamdulillahirabbil’alaamiin, atas izin Allah dan bantuan dari banyak pihak,
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengans judul “Pengaruh Terapi
Mendengarkan Murottal Al Quran terhadap Tingkat Insomnia pada Mahasiswa
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi, namun dengan
bantuan, arahan, dukungan dan do’a dari berbagai pihak, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Basnang Said, S.Ag, M.Ag selaku Kepala Subdit Pendidikan
Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Kementrian Agama RI
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu
keperawatan dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep.,
Sp.KMB selaku Dosen Pembimbing, terimakasih sebesar-besarnya penulis
sampaikan untuk beliau karena telah meluangkan waktu dalam membimbing
dan memberi arahan kepada penulis dengan sabar selama penyusunan skripsi
ini
5. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Dosen Pembimbing Akademik,
terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing penulis
untuk tetap semangat selama hampir 4 tahun duduk di bangku perkuliahan
ix
6. Bapak Syarifuddin dan Ibu Neti Irwana (almh). Kedua orang tua tercinta yang
senantiasa mendoakan, memberikan dukungan baik moril dan materil dalam
setiap langkah penulis serta menjadi sumber semangat utama bagi penulis.
7. Saudara/i penulis: Hermansyah, Hendriansyah, Yeti Oktarina, Yulita
Efiliana, Huyansyah(alm), Rusmah, Zakaria dan Marwah yang juga telah
memberikan bantuan dan selalu mendukung penulis untuk menjadi lebih baik
disaat penulis mengalami kesulitan.
8. Sahabat-sahabat IKAPPI Jakarta, yang telah menjadi teman seperjuangan dan
sepenanggungan baik disaat suka maupun duka di tanah rantau
9. Sahabat-sahabat di bangku kuliah yang selalu menemani perjalanan penulis
dikala susah dan maupun senang: Mufti Akbar, Resha Pahlevi, Putri Nur
Afiani, Arini Nur Indah Firdaus, Innana Syarifah, Pujiati dan Titik Erawati.
Terimakasih telah menyemangati penulis dan berjuang bersama-sama dalam
meraih gelar Sarjana Keperawatan.
10. Seluruh teman-teman PSIK 2014 tercinta yang menjadi teman seperjuangan
dan tempat berbagi ilmu juga pengalaman selama perkuliahan. Terima kasih
sudah mengukirkan kenangan amat berharga.
11. Teman-Teman anggota angkatan CSSMoRA 2014, yang telah banyak
memberikan lukisan kenangan penuh canda tawa di ingatan penulis Dan
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan
proposal skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan secara keseluruhan.
Semoga Allah SWT mengganjarnya dengan sebaik-baik ganjaran.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan proposal ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan oleh penulis
demi kesempurnaan proposal skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 24 Februari 2018
Penulis
x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Abdul Har
TTL : Sukarami, 24 Agustus 1996
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Gg. Hikmah Jl. Legoso Raya RT 008 RW 001 No.123
Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan Banten Indonesia
Email/HP : [email protected] / 081213570903
Riwayat Pendidikan:
- SDN 18 Sungai Rotan, Sumatera Selatan
- MTs Al-Ittifaqiah, Sumatera Selatan
- MA Al-Ittifaqiah, Sumatera Selatan
- Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Riwayat Organisasi:
- Ketua Umum IKAPPI Jakarta, tahun 2015
- Anggota Departemen Keislaman CSSMoRA UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Tahun 2015
- Anggota Departemen Keislaman Himpunan Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2016
xi
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................................................... 2
ABSTRAK ................................................................................................................................. 3
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................................... 4
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................................... 5
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................ 6
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. 10
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 11
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................................ 1
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... 2
DAFTAR BAGAN ..................................................................................................................... 3
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. 4
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 6
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................................. 6
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 8
C. PERTANYAAN PENELITIAN................................................................................................... 9
D. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................................ 9
E. MANFAAT PENELITIAN ...................................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 11
A. KONSEP TIDUR .................................................................................................................. 11
B. KONSEP INSOMNIA ............................................................................................................ 13
C. KONSEP TERAPI AL-QUR’AN ............................................................................................. 20
D. SURAH AR-RAHMAN SEBAGAI TERAPI INSOMNIA ............................................................. 25
E. MAHASISWA ...................................................................................................................... 25
F. KERANGKA TEORI ............................................................................................................. 26
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS .............. 27
A. KERANGKA KONSEP .......................................................................................................... 27
B. HIPOTESIS .......................................................................................................................... 27
xii
C. DEFINISI OPERASIONAL ..................................................................................................... 28
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................ 29
A. DESAIN PENELITIAN .......................................................................................................... 29
B. LOKASI DAN WAKTU ......................................................................................................... 29
C. POPULASI DAN SAMPEL ..................................................................................................... 29
D. INSTRUMEN ....................................................................................................................... 31
E. KONSEP UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS ................................................................. 33
F. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS.......................................................................... 33
G. PENGOLAHAN DATA .......................................................................................................... 34
H. METODE PENGUMPULAN DATA ......................................................................................... 36
I. ANALISA DATA.................................................................................................................. 38
J. ETIKA PENELITIAN ............................................................................................................ 38
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................................. 39
A. ANALISA UNIVARIAT ......................................................................................................... 39
B. ANALISA BIVARIAT ........................................................................................................... 41
BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................................................... 43
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN ............................................................................................ 43
B. GAMBARAN TINGKAT INSOMNIA SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI ........................... 44
C. ANALISA PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP TINGKAT INSOMNIA .... 45
D. KETERBATASAN PENELITIAN ............................................................................................. 47
BAB VII PENUTUP ................................................................................................................ 48
A. KESIMPULAN ..................................................................................................................... 48
B. SARAN ............................................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 50
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 55
PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts te dan es ث
J Je ج
H h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
sy Es dan ye ش
S Es dengan garis di bawah ص
D De dengan garis di bawah ض
T Te dengan garis dibawah ط
Z Zet dengan garis bawah ظ
Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
l El ل
m Em م
n En ن
w We و
h Ha ـھ
Apostrof ` ء
y Ye ي
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Gambaran Karakteristik Jenis Kelamin Responden ................................. 39
Tabel 2 Analisa Univariat Sebaran Insomnia pada Responden ............................ 40
Tabel 3 Tabulasi Silang (Crosstab) Tingkat Insomnia dengan Jenis Kelamin ..... 40
Tabel 4 Analisa Bivariat Pengaruh Murottal Sebelum dan Sesudah Intervensi ... 42
iii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Kerangka Teori ....................................................................................... 26
Bagan 2 Kerangka Konsep .................................................................................... 27
Bagan 3 Alur Penelitian Terapi Murottal al-Qur’an ............................................. 37
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Inform Consent .................................................................................. 56
Lampiran 2 Kuesioner Insomnia Severity Index dan Insomnia Screening
Questionnaire ........................................................................................................ 57
Lampiran 3 Izin Penggunaan Kuesioner ............................................................... 60
v
DAFTAR ISTILAH
EEG : Electroencepalograph
ISI : Insomnia Severity Index
TOP : Toward Optimized Practice
PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan
CBT : Cognitive Behaviour Therapy
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian gangguan tidur pada mahasiswa ditemukan cukup banyak
pada penelitian terdahulu menunjukkan dibutuhkannya terapi yang memadai
untuk menangani permasalahan gangguan tidur pada mahasiswa. Penelitian
mahasiswa di Universitas Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 83, 75 %
mahasiswa memiliki kualitas tidur yang kurang baik (Ginting & Gayatri, 2013).
Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, didapatkan 49,4 % dari
160 orang responden mengalami insomnia (Imadudin, 2012).
Penelitian di Universitas Riau menunjukkan bahwa terdapat 82,2 %
mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk, serta terdapat 51,8 % mahasiswa
memiliki kuantitas tidur yang kurang. Walaupun belum ditemukan hubungan
kuantitas dan kualitas tidur dengan prestasi belajar pada mahasiswa (Sarfriyanda,
Karim, & Dewi, 2015). Sebanyak 72 % mahasiswa yang memiliki kualitas tidur
yang rendah dan sebanyak 63 % mahasiswa juga memiliki konsentrasi yang
rendah. Kualitas tidur yang buruk pada mahasiswa memiliki dampak pada
gangguan konsentrasi pada saat di siang harinya (Pitaloka, Utami, & Novayelinda,
2015).
Insomnia dapat menimbulkan dampak buruk pada kesehatan, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan gangguan pada
kesehatan serta dapat meningkatkan resiko kecelakaan yang disebabkan oleh rasa
kantuk menurut Nolen & Hoeksema, (2007). Penelitian di Universitas Riau,
menunjukkan bahwa tidur memiliki hubungan erat dengan gangguan konsentrasi
pada mahasiswa yang menjadi responden penelitian (Pitaloka dkk., 2015). Nolen
& Hoeksema, (2007), menyatakan bahwa orang yang tidur kurang dari 6 jam per
malam memiliki resiko angka kematian 70 % lebih tinggi daripada orang yang
tidur sekurangnya 7-8 jam per malam.
Besarnya dampak yang disebabkan oleh insomnia tentu akan membutuhkan
pelayanan kesehatan untuk mengatasinya. Hasil penelitian di Swedia pada
penderita insomnia, menyatakan bahwa penderita insomnia membutuhkan
vii
pengobatan, yang mana hanya terdapat 1/5 dari subjek penelitian yang
menggunakan obat tidur dari dokter sebagai penanganan terhadap insomnia yang
dideritanya. (Mallon, Broman, Åkerstedt, dan Hetta, 2014). Dampak tersebut
membutuhkan penatalaksanaan yang tepat. Penatalaksanaan insomnia terdiri dari
penatalaksanaan farmakologis dan non-farmakologis.
Terapi farmakologis dapat diberikan pada insomnia. Pemberian obat kepada
penderita hanyalah sebagai pendukung dari keefektifan terapi perilaku-kognitif
(cognitive behavior therapy). Penggunaan obat pada penderita insomnia biasanya
harus diawasi dengan ketat untuk mencegah terjadinya ketergantungan obat baik
secara psikologis maupun fisik. Obat-obat yang umumnya digunakan yaitu
zopiclone, doxepin, tricyclic dan sebagainya.(Toward Optimized Practice (TOP)
Insomnia Working Group, 2015).
Terapi non-farmakologis dapat digunakan untuk mengatasi insomnia. Salah
satu bentuk terapi non-farmakologis adalah penatalaksanaan dengan
menggunakan terapi audio Semua bunyi atau bila bunyi tersebut dalam suatu
rangkaian yang teratur yang kita kenal sebagai musik, dapat mempengaruhi sistem
limbik di otak yang merupakan pusat kendali emosi pada manusia. Kondisi emosi
yang stabil tentu akan mudah membuat rileksasi (Supradewi, 2010). Tidak semua
audio dapat mempengaruhi otak. Audio rileksasi dapat berupa berbagai macam
musik atau bunyi yang dapat membuat otak rileksasi (Abdurrochman, Wulandari,
& Fatimah, 2007).
Terapi audio yang efektif untuk penderita insomnia ialah terapi audio
murrottal al-Qur’an. Hasil penelitian di Universitas Padjajaran menunjukkan
bahwa suara yang dihasilkan oleh bacaan al-Quran memiliki efek yang sama
dengan efek mendengarkan sebuah audio terapi dengan memperlambat
gelombang otak sebagaimana efek yang dihasilkan dari sebuah musik relaksasi.
Sekalipun efeknya memperlambat gelombang otak hingga ke frekuensi otak saat
kondisi tidur namun otak akan tetap terjaga, yang dapat digunakan untuk
membantu penderita dengan gangguan tidur (Abdurrochman, Wulandari, &
Fatimah, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah dan Zulkhah, (2015), menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok
viii
intervensi, yang menunjukkan bahwa mendengarkan murottal al-Qur’an terbukti
efektif dalam mengatasi insomnia pada lansia.
Hasil studi pendahuluan kepada 10 orang mahasiswa/i Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menyatakan bahwa tingkat kejadian insomnia
pada mahasiswa sebanyak 6 dari 10 orang responden. Studi Pendahuluan
menggunakan Kuesioner Insomnia Severity Index dan Kuesioner Skrinning
Insomnia (TOP). Hal lain yang menyebabkan insomnia pada mahasiswa
diantaranya gangguan psikologis, sleep apnea, dan sindom restless leg. Peneliti
tertarik untuk mengkaji lebih lanjut efek terapi mendengarkan murottal al-Qur’an
terhadap insomnia pada mahasiswa keperawatan. Sehingga selanjutnya dapat
dikembangkan sebagai salah satu penanganan insomnia secara khususnya pada
mahasiswa dan pada masyarakat secara umum.
B. Rumusan Masalah
Insomnia adalah persepsi tentang kuantitas atau kualitas tidur yang tidak
memadai dengan konsekuensi siang hari yang terkait gangguan tidur yang dapat
berupa susah memulai tidur, susah mempertahankan tidur atau terbangun lebih
awal dari waktu bangun tidur seharusnya (Lavie, Pillar, & Malhotra, 2005;
Toward Optimized Practice (TOP) Insomnia Working Group, 2015).
Fenomena insomnia mahasiswa banyak dinyatakan dalam penelitian
sebelumnya. Beberapa hasil penelitian perguruan tinggi menunjukkan bahwa
banyak mahasiswa yang mengalami insomnia. Penelitian di Yogyakarta
menyatakan bahwa terdapat sebesar 37 (68,5%) orang mahasiswa mengalami
insomnia (Oryza, 2016), di Pekanbaru terdapat sebanyak 162 (82,2%) orang
mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk dan sebanyak 102 (51,8%)
mahasiswa memiliki kuantitas tidur yang kurang (Sarfriyanda et al., 2015), di
Jakarta terdapat sebanyak 48 (49,4%) orang mahasiswa mengalami insomnia yang
dipengaruhi oleh faktor resiko berupa jenis kelamin, konsumsi kopi, depresi dan
ansietas (Imadudin, 2012) serta masih banyak penelitian yang berkaitan dengan
masalah tidur pada mahasiswa.
Kejadian insomnia pada mahasiswa dapat menyebabkan masalah kesehatan
diantaranya gangguan konsentrasi, meningkatkan resiko kecelakaan serta dapat
ix
meningkatkan resiko kematian (Nolen & Hoeksema, 2007; Pitaloka et al., 2015).
Dampak tersebut tentu akan mengganggu aktivitas dan produktivitas mahasiswa
dalam menjalankan tugasnya, sehingga harus memiliki strategi yang mumpuni
untuk mengurangi dampak insomnia dengan tidak bergantung pada obat-obatan
(Mallon et al., 2014).
Penelitian Abdurrochman, dkk., (2007) membuktikan bahwa terapi
mendengarkan audio murottal al-Qur’an memiliki efek terapi pada penderita
insomnia. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “Adakah Pengaruh Terapi
mendengarkan Murottal al-Qur’an terhadap Tingkat Insomnia pada Mahasiswa
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”?
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik demografik penderita insomnia pada program
studi ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatullah?
2. Bagaimana gambaran tingkat insomnia pada mahasiswa keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah sebelum dan sesudah diberikan intervensi?
3. Bagaimana pengaruh terapi mendengarkan murattal al-Qur’an terhadap
tingkat insomnia pada mahasiswa keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan yang dicapai adalah diketahui Pengaruh Terapi mendengarkan
Murottal al-Qur’an terhadap Tingkat Insomnia pada Mahasiswa
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Tujuan Khusus
a) Diketahui karakteristik penderita insomnia pada mahasiswa
keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
b) Diketahui tingkat insomnia pada mahasiswa keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sebelum dan sesudah diberikan
intervensi
x
c) Diketahui pengaruh penggunaan terapi mendengarkan murottal
dengan tingkat insomnia pada Mahasiswa keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Institusi tempat penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu cara pendekatan
keislaman untuk Mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidayatullah dalam
penanganan insomnia yang seringkali terjadi pada mahasiswa
2. Pendidikan keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan diharapkan hasil penelitian ini
mampu memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan ruang lingkup
keperawatan, terutama dikhususkan pada aspek penanganan masalah
insomnia dengan pendekatan religius baik pada mahasiswa keperawatan
maupun pada masyarakat secara umumnya. Diharapkan dapat menjadi
bahan acuan dalam memberikan dan mengembangkan intervensi
keperawatan muslim berdasarkan al-Qur’an dan Hadist dalam menangani
masalah gangguan tidur terkhususnya insomnia yang terjadi pada
mahasiswa
3. Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
penggunaan terapi mendengarkan murottal al-Qur’an terhadap tingkat
insomnia secara khususnya bagi mahasiswa sehingga dapat
dikembangkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka penelitian ini akan membahas tentang konsep tidur, konsep
insomnia, dan konsep terapi Al-Quran.
A. Konsep Tidur
1. Definisi Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan
status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu.Siklus tidur-bangun
mempengaruhi dan mengatur fungsi tisiologis dan repons perilaku (Potter
& Perry, 2005). Sebagian besar orang memiliki jam tidur sekitar 6 sampai
9 jam per malam. Walaupun ada beberapa orang tidur kurang dari 5 jam
atau bahkan lebih dari 10 jam. (Stuart, 2012).
2. Fungsi tidur
Fungsi tidur adalah perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga
berikutnya. Selama tidur NREM, Fungsi biologis menurun. Laju denyut
jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70-80
denyut per menit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik
sempurna. Laju denyut jantung selama tidur turun sampai 60 denyut per
menit atau lebih rendah, berarti denyut jantung 10-20 kali lebih sedikit
dalam setiap menit selama tidur atau 120 kali lebih sedikit dalam setiap
jam. Secara jelasnya, manfaat tertidur nyenyak adalah memelihara fungsi
jantung (Potter & Perry, 2005).
Menurut (Stuart, 2012) menunjukkkan bahwa siklus tidur seseorang
berkaitan dengan waktu irama sirkardian, perubahan terang-gelap dan
perubahan temperatur tubuh manusia. Selama tidur REM seorang individu
memiliki mimpi yang jelas, dan gerakan mata tampak cepat dibawah
kelopak mata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang depresi
memiliki periode tidur REM yang berlebih, serta terjadi penurunan periode
tidur nyenyak dan mimpi sangat drastis.
12
3. Tahapan tidur
Tidur terbagi menjadi tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan Rapid
Eye Movement (REM).Lima tahap tidur dari tidur normal sebagai berikut:
a. Tahap pertama dicirikan dengan NREM dan tegangan rendah.
Tahapan dimana terjadi transisi dari keterjagaan menjadi tidur
yangdicirkan dengan mengantuk. Tahap pertama ini berlangsung
selama beberapa menit, 2-5 % dari waktu tidur total.
b. Tahap kedua, NREM dan adanya kompleksitas tidur pada
Elektroenselografi (EEG) merupakan ciri-ciri tahap kedua ini. Tonus
otot dan aktivitas serebral Akan menurun. Tahap kedua ini terjadi
sekitar 50 % dari waktu tidur total
c. Tahap ketiga ini dicirikan dengan NREM serta gelombang delta dan
tidur gelombang lambat pada EEG. Tahap ketiga ini merupakas
tahapan transisi menuju tahapan keempat, berlangsung sekitar 10-20
% dari waktu tidur total pada sepertiga hingga setengah waktu malam.
d. Tahap keempat dicirikan dengan tidur nyenyak, NREM, tidur
gelombang lambat kontinu, gelombang delta. Laju metanolik dan
temperature tubuh menurun serta terjadi penurunan fungsi tubuh ke
tingkat paling rendah. Tahapan ini berlangsung sekitar 10-20 % dari
waktu tidur total selama sepertiga sampai setengah waktu malam.
e. Tahapan kelima adalah tahapan mimpi REM yang memiliki ciri-ciri
terjadi desinkronisasi aktivitas dalam periode yang panjang bergantian
dengan periode aktivitas yang serupa dengan saat terjaga. Tahap
kelima ini ditandai dengan keadaan atonia,tanda vital tidak beraturan
dan individu mengalami penigkatan frekuensi mimpi seiring
mendekati waktu pagi, terjadi sekitar 25 % dari waktu tidur
total.(Stuart, 2012).
13
B. Konsep Insomnia
1. Definisi
Definisi insomnia adalah persepsi tentang kuantitas atau kualitas tidur
yang tidak memadai dengan konsekuensi siang hari yang terkait.
Definisinya adalah dari sudut pandang pasien dan oleh karena itu pengujian
diagnostik pada umumnya tidak diperlukan karena riwayat saja sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis (Lavie et al., 2005).
Pendapat lain menyatakan bahwa Insomnia adalah kesulitan atau
ketidakmampuan untuk tidur nyenyak. Hal ini dapat menyebabkan iritasi
dan kurangnya konsentrasi pada siang hari, dan jangka panjang kurang tidur
dapat membahayakan jiwa seseorang, misalnya dapat terserang penyakit
jantung (Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).
Sedangkan menurut Mark Durand dan David H. Barlow insomnia
merupakan gejala awal dalam masalah tidur yang berkaitan dengan masalah
fisik, mental dan emosi. Ketidakmampuan seseorang untuk pergi tidur atau
tinggal tidur saja bersumber dari pola tidur pasangan anda yang
mendengkur, situasi di tempat kerja, ataupun masalah keluarga sulit. (dalam
Pieter et al., 2011)
2. Manifestasi Klinis Insomnia
Keluhan yang paling umum dari semua bentuk insomnia adalah
kesulitan tertidur, sering terbangun dari tidur, kesulitan terjatuh kembali
setelah terbangun di malam hari dan bangun pagi secara spontan.
Berdasarkan definisi seperti yang disebutkan di atas, keluhan insomnia ini
harus dikaitkan dengan gejala siang hari (yaitu adanya kelelahan, gangguan
konsentrasi atau memori, dll.). Seorang yang tidur hanya 5 jam per malam
dan tidak bisa tidur lebih lama lagi, ia tidak akan didiagnosis sebagai
penderita insomnia jika tidak mengalami kelelahan atau penurunan fungsi di
siang hari (Lavie et al., 2005). Kantuk di siang hari (berlawanan dengan
keletihan atau kelelahan) adalah ciri khas insomnia. Biasanya, ketika pasien
menyatakan bahwa mereka tidak dapat tidur, ini berarti bahwa mereka
selalu mengalami kesulitan, tidak hanya di malam hari, dan jika mereka
14
mengantuk di siang hari, maka mereka mungkin memiliki kelainan ritme
sirkadian (Wilson & Nutt, 2013).
3. Faktor Penyebab Insomnia
a. Psikis
Menurut Mark Durand dan David Barlow dalam (Pieter et al., 2011)
mengatakan bahwa faktor penyebab orang mengalami insomnia yaitu
depresi dan kecemasan. Karena tidak tidur membuat orang menjadi cemas
dan kecemasan ini terus mengganggu tidur yang membuatnya semakin
cemas. Sementara pendapat dari Okuji, dkk dalam ((Pieter et al., 2011)
mengatakan bahwa penderita insomnia memiliki total tidur yang berkurang,
disebabkan oleh depresi, pengunaan subtansi, gangguan kecemasan, dan
demensia. Sedangkan menurut (Wilson & Nutt, 2013) bahwa Gairah yang
tidak tepat dan berlebihan juga merupakan faktor predisposisi dalam
insomnia depresi dan mania.
b. Penyakit Mental dan Fisik
Pada demensia dan beberapa gangguan neurologis lainnya,
fragmentasi tidur yang menyebabkan insomnia kemungkinan disebabkan
oleh kerusakan pada daerah pengatur tidur otak, seperti nukleus
suprachiasmatik hipotalamus (Wilson & Nutt, 2013). Selain itu juga banyak
pasien skizofrenia atau gangguan manik-depresif yang mengalami gangguan
tidur pada pasien dengan gangguan manik akan mengalami hiperaktivitas,
kegelisahan, agitasi motorik ekstrem, disertai dengan gerakan dan langkah
menyebabkan kelelahan total.(O’Brien, Kennedy, & Ballard, 2014).
Selain itu penyakit fisik juga bertanggung jawab terhadap insomnia,
menurut Mark Durand dan David H. Barlow dalam (Pieter et al., 2011)
mengatakan bahwa terkadang Insomnia juga mnyertai gangguan medisdan
psikologis. Termasuk rasa nyeri dan ketidak nyamanan fisik, aktivitas fisik
di siang hari dan masalah pernafasan (asma) serta masalah suhu tubuh yang
tinggi (demam).
c. Lingkungan
Menurut (Pieter et al., 2011) bahwa pada orang-orang yang sedang
dirawat di rumah sakit seringkali mengalami kesulitan tidur, karena selain
15
dari pengaruh obat-obatannya, dia juga terpengaruh karena lingkungan,
suhu, suara dan cahaya yang sangat berbeda dengan kondisi rumahnya.
Sebagian besar gangguan tidur disebabkan oleh masalah lingkungan dan
higiene tidur yang buruk. Keadaan sekitar merupakan hal yang penting
untuk aktivitas tidur dan menjadi dasar dalam melakukan aktivitas tidur
secara rutin.(O’Brien et al., 2014)
d. Pengunaan Obat-Obatan dan Zat lain
Banyak produk farmasi yang menyebabkan atau memperburuk
gangguan tidur. Beberapa obat dan zat yang dapat menimbulkan masalah
mencakup alkohol, amfetamin, antidepresan, antihipertensif, anastestik,
ansiolitik, antihistamin, bromida, brokodilator, kafein, kortikosteroid,
dekongestan, halusinogen, levodopa, opioid, dan tranquilizer. Bahkan
hipnotik dan sedatif yang secara spesifik ditujukan untuk mengobati untuk
mengobati klien yang mengalami gangguan tidur terkadang memperburuk
masalah tersebut.(O’Brien et al., 2014) Saling keterkaitan antara
penggunaan alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan dianggap merupakan
salah satu faktor penyebab gangguan tidur. Banyak orang masih
beranggapan bahwa alkohol adalah penghantar untuk tidurnya.(Pieter et al.,
2011)
4. Penatalaksanaan Insomnia
a. Faktor Ekstrinsik dan Intrinsik
Memodifikasi faktor ekstrinsik, seperti ventilasi, pencahayaan, dan
tingkat kebisingan dalam lingkungan tidur, atau mengubah tempat tidur atau
merupakan perubahan termudah yang dapat dilakukan. Mengubah rutinitas
individu dengan memodifikasi pola istirahatdan aktivitas, menurunkan
penggunaan kamar tidur dan tempat tidur untuk aktivitas selain tidur,
mengubah waktu tidur, dan menghindari pengonsumsian alkohol, kafein,
dan zat lain yang dapat menjadi langkah efektif. Faktor intrinsik, seperti
stress yang dirasakan atau ketidakmampuan rileks terkadang mereda dengan
penggunaan terapi alternatif, seperti aromaterapi, latihan napas dalam,
meditasi terbimbing atau latihan relaksasi progresif untuk membantu
relaksasi (O’Brien et al., 2014).
16
Pasien sangat membutuhkan bantuan dalam berurusan dengan konflik.
Ketika masalah ini terselesaikan, gejala akan menghilang karena sudah tidak
dibutuhkan. Skill yang Memberikan pendekatan psikologis berupa strategi
perilaku kognitif, terapi dukungan, terapi kelompok, penurunan stress,
latihan relaksasi, dan terapi komplementer dan alternatif seperti meditasi,
biofeedback, terapi pijat, dan aktivitas fisik. Perubahan perilaku dan
intervensi kognitif untuk pasien dengan gangguan psikofisiologi
membutuhkan pengenalan dan pemeriksaan terhadap apa yang mendasari
pikiran dan perasaan pasien. Pasien juga mungkin akan membutuhkan
bantuan dalam menjelaskan perubahan gaya hidup atau perubahan lain pada
diri mereka untuk kepentingan orang lain. Terapi keluarga akan diperlukan
jika keluarga pasien memberikan dukungan terhadap gangguan pasien.
Sistem pendukung sosial juga akan membantu pasien mengatasi kesakitan
mereka (Stuart, 2012)
b. Menormalkan Irama Sirkadian
Gangguan tidur irama sirkadian (jet lag atau perubahan zona waktu,
kerja sif) dapat diatasi bila klien berusaha menormalkan rutinitas mereka
dan adanya harapan dengan jadwal dan menyesuaikan diri dengan zona
waktu atau jadwal sif yang baru. Pajanan sinar matahari merupakan hal
yang diharapkan terutama ketika terbangun dari tidur bukan sebelum dari
tidur, dapat bermanfaat dalam menyesuaikan diri dengan zona waktu yang
berlainan. Pencahayaan spektrum luas dan melatonin dapat membantu
dalam mengatasi gangguan tidur irama sirkadian. Kebanyakan studi
mengindikasikan bahwa rotasi sif harus diminimalkan. Banyak orang tidak
menyesuaikan dengan kerja sif, dan pemberian kesempatan untuk istirahat
selama dan setelah kerja terkadang bermanfaat. Meski orangtua dan guru
dapat merasa frustasi karena remaja sering kali telat tidur dan berniat tidur
di siang hari, studi mengindikasikan bahwa para remaja memiliki siklus
tidur yang normal tetapi tertunda dan dapat melakukan perubahan jadwal
jika diperlukan. (O’Brien et al., 2014).
17
5. Penilaian Insomnia
a. Kuesioner Insomnia Severity Index (ISI)
Cara menilai tingkat insomnia pada penelitian ini dengan
menggunakan kuesioner Insomnia Severity Index (ISI) yang didesain oleh
Charles M. Morin, Ph.D., seorang Professor bidang Psikologi Universitas
Laval di Quebec, Canada. Sekaligus Orang yang mengawali kepenulisan
tentang insomnia dan pengobatannya. ISI adalah instrumen laporan singkat
yang digunakan untuk mengukur persepsi pasien tentang gejala insomnia
nokturnal dan diurnal. ISI terdiri dari tujuh item yang menilai tingkat
keparahan kesulitan dalam memulai tidur, tidur nyenyak, dan terbangun di
pagi hari, kepuasan dengan pola tidur saat ini, gangguan fungsi sehari-hari,
perhatian terhadap gangguan yang diakibatkan oleh masalah tidur, dan
tingkat kesulitan atau kekhawatiran yang disebabkan oleh masalah tidur.
(Morin, Belleville, Bélanger, & Ivers, 2011)
ISI dikembangkan sebagai ukuran hasil yang dilaporkan pasien yang
ditujukan untuk tujuan skrining dan untuk menilai kemanjuran pengobatan.
Item asli dihasilkan berdasarkan keprihatinan dan masalah relevansi klinis
terhadap pasien yang mencari pengobatan untuk insomnia di klinik
gangguan tidur. Meskipun tidak dimaksudkan sebagai alat diagnostik,
namun secara umum digunakan untuk mengidentifikasi kasus insomnia
potensial dan menilai tingkat keparahan insomnia yang dirasakan (Morin et
al., 2011).
Administrasi standar adalah administrasi (pengisian) dengan
pemberian sendiri kertas dan pensil, yaitu dilengkapi sendiri pasien. Namun,
formulir alternatif juga tersedia untuk administrasi oleh dokter, berdasarkan
informasi yang diperoleh selama wawancara klinis, atau oleh pasangan
penting lainnya (misalnya pasangan suami istri), berdasarkan pengetahuan
pasien. Ketiga metode administrasi ini memberikan informasi
komplementer namun semi-independen. Instruksi ISI sedikit diubah untuk
dokter dan versi orang lain yang signifikan.(Morin et al., 2011).
Interval waktu yang direkomendasikan standar untuk menyelesaikan
ISI adalah "1 bulan lalu"; Interval ini sesuai dengan periode standar yang
18
digunakan (dalam DSM-IV) untuk membuat diagnosis insomnia. Juga dapat
diterima untuk menggunakan interval yang lebih pendek (yaitu dua
minggu), terutama dalam studi klinis yang menilai dampak pengobatan
selama periode waktu yang lebih singkat dari satu bulan. Praktik ini dapat
diterima namun kerangka waktu harus sama pada setiap periode penilaian
(yaitu, baseline, post treatment, follow-up).(Morin et al., 2011).
Ada tujuh item. Setiap item dinilai dalam skala dari 0 sampai 4 dari
yang kurang ke yang lebih parah. Skor total adalah jumlah masing-masing
item dan dapat berkisar dari 0 sampai 28 (28 = insomnia paling parah). Jika
subjek memeriksa lebih dari satu item atau memeriksa respons yang jatuh di
antara dua dari empat pilihan respons standar (misalnya, antara 2 dan 3),
disarankan untuk mempertahankan nilai tertinggi (3) untuk menghitung total
skor. Jika ada satu atau dua item yang hilang, nilainya bisa diganti dengan
nilai rata-rata dari sisa item. Jika ada lebih dari dua item tanpa respon, lebih
baik mempertimbangkan total skor yang hilang.
Panduan untuk Interpretasi Skor ISI (Total skor berkisar antara 0-28)
yaitu Skor antara 0-7 menunjukkan bahwa tidak ada insomnia yang
signifikan secara klinis saat ini, Skor antara 8-14 menunjukkan adanya
gejala insomnia dengan tingkat keparahan ringan sampai sedang, Skor
antara 15-21 menunjukkan bahwa pasien mengalami gejala insomnia
dengan tingkat keparahan sedang, Skor antara 22-28: menunjukkan bahwa
pasien mengalami insomnia parah terkait dengan penurunan fungsi siang
hari yang signifikan.(Morin et al., 2011)
b. Kuesioner Insomnia Skrinning dari Toward Optimized Practice (TOP)
Kuesioner Insomnia Skrinning adalah alat skrining yang digunakan
untuk memandu dokter dalam evaluasi klinis insomnia. Ini digunakan untuk
menyaring gangguan tidur utama seperti yang ditunjukkan dalam Algoritma
Insomnia. Berdasarkan aturan umum di bawah ini dokter harus melakukan
evaluasi klinis yang lebih rinci dan / atau merujuk di mana dia merasa itu
tepat. Kuesioner ini terdiri atas 17 pertanyaan dan tediri dari 6 kriteria
diagnostik insomnia beserta penyakit penyerta (Toward Optimized Practice
(TOP) Insomnia Working Group, 2015).
19
Pilihan jawaban terdiri atas 5 jawaban yaitu :
1) Tidak Pernah = 1,
2) Jarang = 2
3) Kadang = 3
4) Sering = 4
5) Selalu = 5
Berikut adalah beberapa domain diagnostik pada kuesioner skrinning
insomnia :
1) Insomnia: Q1-6
2) Gangguan Psikiatri: Q7-10
3) Gangguan Irama Sirkadian: Q11
4) Gangguan Pergerakan: Q12-13
5) Parasomnia: Q14
6) Pernafasan Pernafasan Tidur (Sleep Apnea): Q15-17
Berikut ini adalah pedoman umum untuk interpretasi hasil kuesioner
skrining insomnia:
1) Pasien yang menjawab 3, 4 atau 5 pada setiap pertanyaan kemungkinan
menderita insomnia. Jika mereka menjawab 3, 4 atau 5 hingga dua atau
lebih item dan memiliki gangguan siang hari yang signifikan insomnia
membutuhkan evaluasi dan manajemen lebih lanjut. Jika tidak ada bukti
gangguan tidur primer dan / atau tidak ada penyebab sekunder insomnia,
ini adalah insomnia terkondisi.
2) Pasien yang menjawab 4 atau 5 pada pertanyaan 6-9 harus diskrining
lebih lanjut untuk gangguan kejiwaan seperti yang Anda lakukan dalam
latihan Anda. Pertanyaan 9 mengacu pada somatisasi yang umumnya
terkait dengan insomnia dan mungkin mencerminkan gangguan
somatoform yang mendasari yang memerlukan perawatan khusus.
3) Pasien yang menjawab 4 atau 5 pada pertanyaan 11 kemungkinan
memiliki gangguan ritme sirkadian. Pertanyaan lebih lanjut tentang kerja
shift atau preferensi untuk fase tidur yang tertunda harus dilakukan.
20
4) Jawaban 4 atau 5 pada salah satu item adalah signifikan dan
kemungkinan berkontribusi terhadap gejala pasien insomnia atau tidur
non-restoratif. Pertanyaan 12 mengacu pada sindrom kaki gelisah dan
pertanyaan 13 mengacu pada gangguan gerak ekstremitas periodik.
5) Jawaban 2 - 5 pada pertanyaan 14 harus menimbulkan kekhawatiran
terutama jika acara atau gerakan tersebut kekerasan atau berpotensi
merugikan pasien atau pasangan tidur.
6) Menjawab 4 atau 5 pada pertanyaan 15 atau 16 saja membutuhkan
evaluasi klinis lebih lanjut untuk sleep apnea. Jawaban di atas 3 pada
pertanyaan 15 dan 16 atau 15 dan 17 juga mencurigakan untuk sleep
apnea dan evaluasi lebih lanjut harus dilakukan (Toward Optimized
Practice (TOP) Insomnia Working Group, 2015).
C. Konsep Terapi Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an dari segi bahasa, berasal dari kata Qara’a yang bermakna
menghimpun dan mengumpulkan. Qira’ah menghimpun dan
mengumpulkan huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bacaan. Maka dapat
diperoleh kesimpulan secara lughawy (bahasa) al-Qur’an berarti saling
berkaitan, berhubungan antara satu ayat dengan ayat lain, dan berarti pula
bacaan. Sedangkan para ahli memberikan definisi dari segi istilah sebagai
berikut:
Menurut Manna’ Al-Qaththan, al-Qur’an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah.
Definisi lain al-Qur’an Al-Zarqani mengenai Al-Qur’an
د ص.م ل على محم الناس القران هواللفظ المنز ر ل الفات حة ا لى آخ ن او ,. م
“Al-Qur’an itu adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, dari permulaan surat al-Fatihah sampai akhir surat an-
Naas”(Nata, 2000).
2. Tujuan Pokok diturunkannya al-Qur’an
Menurut DR. M. Quraish Shihab, al Qur’an memiliki tiga tujuan
utama diturunkan kepada Manusia :
21
a) Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang
tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan
kepastian adanya hari pembalasan.
b) Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan
norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia
dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
c) Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-
dasar hukum yang harus diikuti oleh hubungannya dengan Tuhan dan
sesamanya atau dengan kata lain yang lebih singkat, Al-Qur’an adalah
petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang harus ditempuh demi
kebahagiaan dunia dan akhirat.(Shihab, 1994).
3. Fungsi dan Kedudukan al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat islam sesungguhnya memiliki
banyak fungsi antara lain:
a) Sebagai bukti atas kerasulan Muhammad SAW.
b) Sebagai pedoman hidup manusia, sehingga manusia dapat
membedakan yang hak dan batil (al-Furqon), bisa menjadi peringatan
(al-Dzikr) manakala manusia lalai dalam menjalankan syari’at yang
dititahkan Tuhan, bisa menjadi pemberi keterangan/penjelasan
(bayyin) ketika manusia mengalami kenuntuan dalam menghadapi
segala persoalan yang dihadapi.
c) Sebagai petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syari’at, dan
akhlak (Gholib, 2006).
4. Terapi al-Qur’an
Terapi adalah melakukan sesuatau secara teratur, terprogram dengan
baik dan berulang-ulang untuk tujuan meperbaiki diri agar lebih sehat dan
memperoleh kehidupan yang lebih baik. Terapi Qur’ani adalah melakukan
pembelajaran al-Qur’an secara khusus, teratur, terprogram dengan baik
untuk tujuan memperbaiki diri pribadi menjadi lebih sehat dan lebih baik
secara fisik maupun mental, yang selanjutnya akan berdampak lebih baik
bagi keluarga dan masyarakat.
22
Pembelajaran Agama yang diperlukan adalah yang dirancang khusus
tidak hanya sebagai pengetahuan tetapi jug berfungsi sebagai terapi untuk
mengobati jiwa dan raga. Karena itu Allah menurunkan Al-Qur’an yang
berfungsi untuk mengobati manusia secara menyeluruh Q.S al-Isra’ (17): 82
ن ٱلقرءان ما هو ش ل م ين إ ل خسارا وننز ل م يد ٱلظ ن ين ول يز لمؤم ٢٨فاء ورحمة ل
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian {al-
Israa’[17]:82}
Menurut (Salim, 2006) Al-Qur’an merupakan terapi dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman, yakni dapat menghilangkan sesuatau yang
terdapat di dalam hati berupa berbagai penyakit keragu-raguan,
kemunafikan, kemusyrikan dan kesesatan. Al-Qur’anul Karim dapat
menyembuhkan dari semua itu dan juga sebagai rahmat yang bisa
didapatkan padanya keimanan, hikmah , dan pencarian kebaikan dan
keinginan padanya. Dan hal ini tidak berlaku kecuali bagi orang yang
beriman kepadanya, membenarkannya dan mengikutinya, maka ia akan
menjadi terapi dan rahmat. Sedangkan orang kafir yang menzalimi dirinya
sendiri tidaklah mendengarkan al-Qur’an memberikan nilai tambah
kepadanya kecuali kian jauh dan kufur. Penyakit tesebut berasal dari orang
kafir itu sendiri, bukan dari al-Qur’an dan hal tersebut sebagaimana firman
Allah SWT.
ه قرءانا ين ءامنوا هدى ولو جعلن لذ قل هو ل ي وعرب ي تهۥ ءاعجم لت ءاي ا لقالوا لول فص ي فاء أعجم وش
كان بع ن م ئ ك ينادون م م عمى أول م وقر وهو عليه نون ف ي ءاذان ه ين ل يؤم ٤٤يد وٱلذ
Artinya: Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam
bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak
dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing
sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah
petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang
tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu
suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil
dari tempat yang jauh" {Fushshilat[41]:44}
5. Mekanisme Terapi Murottal al-Qur’an
Setiap suara atau musik akan masuk melalui telinga, kemudian akan
menggetarkan gendang telingga, mengguncang cairan di telinga bagian dalam,
23
serta menggetarkan sel‐sel berambut di dalam koklea untuk selanjutnya melalui
saraf koklearis menuju ke otak. Musik atau suara ini akan diteruskan menuju 3
reticular activating system (3 jaras retikuler). Pertama, musik akan diteruskan
ke jaras retikuler‐talamus. Musik akan diterima langsung oleh talamus, yaitu
suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi, dan perasaan, tanpa lebih dulu
dicerna oleh bagian otak yang berpikir mengenai baik‐buruk, maupun
inteligensia. Kedua, melalui hipotalamus mempengaruhi struktur basal
forebrain termasuk sistem limbik, dan ketiga, melalui akson neuron secara
difus mempengaruhi neokorteks. (Sirait dalam Supradewi, 2010).
Musik dapat mempengaruhi otak, hubungan saling mempengaruhi ini
terutama diproses oleh komponen otak yang terletak di tengah otak bernama
sistem limbik. Sistem limbik merupakan pusat emosi dari seluruh makhluk
mamalia yang memungkinkan seorang individu melihat masalah tidak saja dari
satu sudut, yakni rasionalitas, namun melihatnya dengan pendekatan emosi dan
intuisi (termasuk sense of art). (Supradewi, 2010).
Penelitian (Abdurrochman et al., 2007) bahwa orang yang mendengarkan
pembacaan (murottal) al-Qur’an memiliki efek terapi gelombang delta otak,
merupakan gelombang dominan pada fase dua dan empat, yang disebut juga
sebagai fase tidur gelombang lambat (slow-wave sleep). Penelitian diatas
didukung oleh penelitian (Fatimah & Zulkhah, 2015) yang menggunakan
Murattal al-Qur’an sebagai terapi insomnia pada lansia, yang menunjukkan
perbedaan bermakna derajat insomnia dari insomnia sedang menjadi insomnia
ringan pada kelompok intervensi dan kontrol. Mekanisme al-Qur’an
mempengaruhi gelombang otak sama seperti mekanisme efek music relaksasi.
Terapi murottal Al-Qur’an membutuhkan alat pendengaran, telinga
manusia merupakan indra pendengaran. Telinga hanya dapat mendengar
frekuensi bunyi dengan panjang gelombang 20Hz-20.000Hz. Intensitas atau
kekuatan suara diukur dalam desibel (dB).Pendengaran normal manusia
mampu mendengarkan dalam batas 60 dB-85dB (Sherwood, 2016)
6. Manfaaat terapi dengan Al-Qur’an
Menurut (Hakim, 2012) Beberapa manfaat yang didapatkan
menggunakan terapi al-Qur’an adalah sebagai berikut:
24
a) Ketentraman
Ketentraman ini diperoleh sabagi buah dari keyakinan dan prasangka baik
kepada Allah. Keyakinan dapat menimbulkan rasa optimis karena
bergantung kepada Allah. Hal ini sesuai dengan Q.S. Ar-Ra’d (13):28
وما كان ل رسول أن يأت ي ب ية جا وذر ن قبل ك وجعلنا لهم أزو ٱلله ل كل اية إ ل ب ذ ذن ولقد أرسلنا رسل م
تاب ٨٢أجل ك Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram {Q.S. Ar-Ra’d [13]:28}.
b) Kesehatan
Hakikat kesembuhan hanyalah milik Allah SWT. Dengan bertawakkal dan
keyakinan penuh insyaallah segalanya menjadi mudah. Karena keyakinan
ini maka hidup kita akan semakin sehat dan kuat
ضت فهو يشف ين ٢٨وإ ذا مر
Artinya: dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku {Asy-
Syu'ara[26]:80}.
c) Keselamatan
Allah SWT tidak akan membiarkan hamba-Nya yang beriman hidup
menderita baik di dunia maupun di akhirat. Allah akan menjamin
keselamatannya baik di dunia dan akhirat. Hal ini tertuang di dalam Q.S.
Yunus (10):103
ن ين ل ك حقا علينا ننج ٱلمؤم ين ءامنوا كذ ي رسلنا وٱلذ ثم ننج
Artinya: Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang
yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan
orang-orang yang beriman{Q.S. Yunus [10]:103}
d) Keberkahan
Kasih sayang Allah SWT tidak hanya jaminan surga di akhirat namun juga
dibukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi. Sebagaimana firman
Allah SWT:
ن ك ن ٱلسماء وٱلرض ول ت م م برك ءامنوا وٱتقوا لفتحنا عليه هم ب ما كذبوا فأخذ ولو أن أهل ٱلقرى ن
بون ٦٩كانوا يكس
Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
25
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya {Al A'raf [7]:96}
D. Surah Ar-Rahman sebagai Terapi Insomnia
Surat Ar-Rahman merupakan ke 55 dalam mushaf Al-Qur’an, terdiri dari
78 ayat. Surat ini menjelaskan tentang banaknya nikmat yang Allah berikan
kepada makhluk-Nya, sebagai tanda bahwa Allah memiliki sifat Maha
Pengasih. Surat Ar-Rahman memiliki ayat yang dibaca berulang-ulang
sebanyak 31 kali yang berbunyi “Fabiayyi alaa’I Robbi Kuma Tukadzdzi
Baan” yang memiliki arti maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan. Ar Rahman memiliki isi tentang keimanan, seluruh alam merupakan
nikmat Allah SWT yang diberikan pada manusia dan semua tunduk kepada
Allah SWT, serta asal penciptaan manusia dan jin.(Wati, 2014).
Surat Ar-Rahman memiliki tempo yang lambat mempunyai kisaran antara
60 sampai 120 bpm. Tempo lambat itu sendiri merupakan tempo yang seiring
dengan detak jantung manusia, sehingga jantung akan mensinkronkan detaknya
sesuai dengan tempo suara. (Srisuryani, 2016; Widyastuti, 2015). Bacaan
murottal al-Qur’an dengan tempo lambat, lembut dan harmonis akan
menurunkan hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin, meningkatkan
rileksasi pada tubuh serta mempengaruhi kendali sistem limbik sebagai pusat
emosi pada manusia sehingga akan dapat mengendalikan alam perasaan.
Keyakinan terhadap al-Qur’an sebagai kitab suci sekaligus pedoman yang
berasal dari Allah SWT dapat meningkatkan rileks pada pendengar.(Nirwana,
2014; Srisuryani, 2016; Wahida, Nooryanto, & Andarini, 2015).
E. Mahasiswa
Mahasiswa mempunyai peranan penting dalam mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional, sementara itu Perguruan Tinggi merupakan lembaga
pendidikan yang secara formal diserahi tugas dan tanggung jawab
mempersiapkan mahasiswa sesuai dengan tujuan pendidikan tinggi (Wulan &
Abdullah, 2014).
Tuntutan mahasiswa sebagai anggota masyarakat yang memiliki
intelektulitas tinggi, dituntut oleh pihak perguruan tinggi untuk dapat
26
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan tepat pada waktu yang telah
ditentukan (Wuryani & Kusrohmaniah, 2006).
Kebanyakan mahasiswa tingkat pertama memiliki rantang usia 18-25
tahun yaitu fase remaja akhir sampai dewasa muda. Rata-rata memiliki tidur
enam setengah jam per malam. Sekitar 20 % dari waktu tidur adalah tidur REM
yang tetap konsisten sepanjang hidup. Tekanan dalam pekerjaan, hubungan
keluarga, dan kegiatan social sering mengarah pada insomnia dan penggunaan
obat tidur. Kantuk di siang hari menyebabkan peningkatan jumlah kecelakaan,
penurunan produktivitas, dan masalah interpersonal dalam kelompok ini.
(Potter & Perry, 2005).
F. Kerangka Teori
Dimodifikasi dari Teori O’Brien (2014); Pieter (2011); Potter & Perry (2005);
Stuart, (2012)
Terapi Murottal al-Qur’an
Faktor Eksternal
Lingkungan
Obat-Obatan dan Zat lain
Penyakit Mental dan Fisik
Insomnia
Faktor Internal
Tingkat Stress
Kecemasan
Jenis Kelamin
Usia Outcome
Tidur Nyenyak/Deep
Sleep
Bagan 1 Kerangka Teori
27
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah susunan kostruksi logika yang dibuat untuk
menjelaskan setiap variabel yang diteliti. Tujuan adanya kerangka konsep
adalah untuk membuat fokus peneliti untuk lebih terararh sehungga
memudahkan peneliti dalam menyusun hipotesis penelitian serta memudhkan
dalam mengidentifikasi fungsi variabel penelitian tersebut (Pamungkas &
Usman, 2017).
Dimodifikasi dari Teori O’Brien (2014); Pieter (2011); Potter & Perry (2005);
Stuart, (2012)
Berdasarkan kerangka konsep diatas, variabel independen yaitu terapi
murattal al-Qur’an, sedangkan variabel dependennya adalah tingkat insomnia.
Dari kerangka konsep di atas peneliti ingin mengetahui pengaruh terapi
mendengarkan murattal al-Qur’an terhadap tingkat insomnia pada mahasiswa
ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Hipotesis
Nursalam dalam Hidayat, (2008) hipotesis merupakan suatu kesimpulan
sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Biasanya hipotesis terdiri atas pernyataan terhadap ada atau tidak
adanya hubungan antara dua variabel, yakni variabel bebas (Independent
variable) dan variabel terikat (dependent varabel). Variabel bebas ini
merupakan variabel penyebabnya aatau variabel pengaruh, sedang variabel
terikat adalah variabel akibat atau variabel terpengaruh. Hipotesis pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen
Terapi Murottal al-
Qur’an
Variabel Dependen
Tingkat Insomnia
Bagan 2 Kerangka Konsep
28
1. Hipotesis nul (H0): tidak ada pengaruh terapi mendengarkan murottal al-
Qur’an terhadap tingkat Insomnia
2. Hipotesis alternatif (Ha): ada pengaruh terapi mendengarkan murottal al-
Qur’an terhadap tingkat Insomnia.
C. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat
Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Terapi
Murattal
al-
Qur’an
Terapi murattal
al-Qur’an
adalah terapi
mendengarkan
surat ar-
Rahman sampai
responden
tertidur pada
malam hari,
yang dibacakan
oleh Syeikh
Musyairi
Rasyid al-
Afassy
Meminta
mahasiswa
untuk
mendengarka
n al-Qur’an
surah ar-
Rahman
selama 13
menit
sebelum
tidur
Observasi
-Cek List
Responden
penelitian
mendengar-
kan audio
murotal
selama
waktu yang
ditentukan
Melakukan,
Tidak
Melakukan
2 Insomnia Gangguan tidur
berupa sulit
memulai dan
mempertahanka
n tidur,
terbangun lebih
awal dari waktu
bangun tidur
disertai adanya
rasa kantuk
yang berlebih
saat beraktivitas
di siang hari
Menghitung
skor
pertanyaan
yang dijawab
responden
Kuesioner
Insomnia
Scale
Index
Total nilai
= 0-7:
Tidak
Insomnia,
8 - 14:
Insomnia
Ringan,
15 – 21:
Insomnia
sedang,
22 - 28:
Insomnia
Berat
Skala Likert
29
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pre-eksperimental design dengan rancangan
one group pre-posttest without control, yang dilakukan dengan cara
memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan
intervensi, setelah itu diberikan intervensi, kemudian posttest (pengamatan
akhir). Penelitian akan menggunakan jenis simple random sampling.
B. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian adalah Kampus A Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Jalan Kertamukti Pisangan
Ciputat Timur. Peneliti memilih lokasi melakukan penelitian didasarkan oleh
data (Imadudin, 2012) yang menunjukkan bahwa relatif tingginya angka
insomnia pada mahasiswa dengan tingkat prevalensi 49, 4 %. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2018.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dapat bersifat terbatas dan tidak terbatas. Dikatakan terbatas apabila
jumlah individu atau objek dalam populasi tersebut terbatas dalam arti
dapat dihitung. Sedangkan bersifat tidak terbatas dalam arti tidak dapat
ditentukan jumlah individu atau objek dalam populasi tersebut (Hidayat,
2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
berjumlah 328 mahasiswa.
30
(1-1)(r-1 ) ≥ 15
(r-1 ) ≥ 15
r ≥15+1
≥16
1/(1-f)
= 1/(1-10%)
= 1,1111
= 1
S = 16+1
= 17
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakterisktik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008)
Dalam penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan
kriteria ekslusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya
sampel yang tersebut digunakan. Pada penelitian ini akan menggunakan
simple random sampling, teori Gay dan Diehl dalam Indrawan &
Yaniawati, (2014) menyatakan bahwa jumlah sample untuk penelitian
ekperimental sebanyak 15 subjek per kelompok.
Keterangan:
t = banyak kelompok perlakuan
r = jumlah kelompok replikasi
dan jika terdapat sampel yang drop out maka akan berlaku rumus berikut
, f = proporsi ekperimen yang hilang atau mengundurkan diri atau
drop out
31
Kriteria Inklusi sampel Penelitian adalah sebagai berikut :
a) Mahasiswa aktif Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
b) Mahasiswa bersedia menjadi responden penelitian.
c) Mahasiswa mengalami insomnia
Kriteria eklusi, yaitu :
a) Mahasiswa tidak bersedia menjadi responden
b) Menggunakan obat-obatan sedative atau zat tertentu penghambat tidur
c) Mahasiswa mengalami Penyakit mental atau medis
Penelitian ini hanya dapat mengumpulkan sampel penelitian sebanyak 12
orang, dikarenakan jumlah sample mengalami drop out pada saat dilakukan
terapi. Jumlah sampel sebanyak 12 orang telah mencukupi kriteria sampel
minimal berdasarkan teori Roscoe (1975), dikutip dalam Hill, (1998) yaitu :
a. Jumlah sampel pada penelitian eksprimental sederhana dengan experimental
control yang ketat, dapat digunakan ukuran sampel sekitar 10 sampai 20
b. Jumlah sampel antara 30 – 500 umumnya mencukupi.
c. Apabila sampel akan dipecah menjadi subsampel (misalnya pria/wanita,
muda/tua, dll), ukuran sampel minimum untuk tiap kategori adalah
30.Jumlah sampel pada penelitian multivariat (termasuk analisis regresi
multivariate), ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (sebaiknya 10
kali atau lebih) dari jumlah variable dalam penelitian.
d. Penggunaan analisa statistik dengan sampel kurang dari 10 tidak dianjurkan.
D. Instrumen
1. Insomnia Severity Index (ISI)
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner ISI yang sudah diuji
validitas dan reliabilitas dan sudah mendapatkan izin penggunaan dari
Charles M. Morin, Ph.D, yang merupakan seorang Professor bidang
Psikologi Universitas Laval di Quebec, Canada dan orang yang mengawali
kepenulisan di bidang Insomnia (Morin et al., 2011).
Instrumen memiliki tujuh item. Setiap item dinilai dalam skala dari 0
sampai 4 dari yang kurang ke yang lebih parah. Skor total adalah jumlah
32
masing-masing item dan dapat berkisar dari 0 sampai 28 (28 = insomnia
paling parah).
Interpretasi Skor ISI (Total skor berkisar antara 0-28):
Skor antara 0-7; Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada insomnia yang
signifikan secara klinis saat ini.
Skor antara 8-14; menunjukkan adanya gejala insomnia dengan tingkat
keparahan ringan sampai sedang.
Skor antara 15-21; menunjukkan bahwa pasien mengalami gejala
insomnia dengan tingkat keparahan sedang; Gejala semacam itu biasanya
cukup signifikan untuk menjamin evaluasi dan perawatan lebih lanjut.
Skor antara 22-28; menunjukkan bahwa Anda mengalami insomnia parah
terkait dengan penurunan fungsi siang hari yang signifikan.
2. Kuesioner Insomnia Skrinning Toward Optimized Practice (TOP)
Kuesioner Insomnia Skrinning adalah alat skrining yang digunakan
untuk memandu dokter dalam evaluasi klinis insomnia. Ini digunakan untuk
menyaring gangguan tidur utama seperti yang ditunjukkan dalam Algoritma
Insomnia. Berdasarkan aturan umum di bawah ini dokter harus melakukan
evaluasi klinis yang lebih rinci dan / atau merujuk di mana dia merasa itu
tepat. Kuesioner ini terdiri atas 17 pertanyaan dan tediri dari 6 kriteria
diagnostik insomnia beserta penyakit penyerta (Toward Optimized Practice
(TOP) Insomnia Working Group, 2015).
Pilihan jawaban terdiri atas 5 jawaban yaitu :
Tidak Pernah = 1,
Jarang = 2
Kadang = 3
Sering = 4
Selalu = 5
Berikut adalah beberapa domain diagnostik pada kuesioner skrinning
insomnia :
Insomnia: Q1-6
Gangguan Psikiatri: Q7-10
33
Gangguan Irama Sirkadian: Q11
Gangguan Pergerakan: Q12-13
Parasomnia: Q14
Pernafasan Pernafasan Tidur (Sleep Apnea): Q15-17
E. Konsep Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji validitas instrumen digunakan untuk mencegah adanya variabel
perancu yang bisa menyebabkan terjadinya bias dalam suatu penelitian. Secara
umum ada 3 tipe validitas sebuah instrument yaitu; internal validity (validitas
isi), construct validity (validitas konstruk) dan external validity (validitas
eksternal). (Pamungkas & Usman, 2017).
Konsep reliabilitas instrument berkaitan erat dengan masalah kekeliruan
pengukuran variabel. Kekeliruan pengukuran sendiri menunjukkan
inkonsistensi hasil pengukuran ulang terhadap kelompok yang
sama.(Pamungkas & Usman, 2017)
F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas kuesioner pada penelitian ini telah diuji pada 41 orang
mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mahasiswa angkatan 2014,
yang disebarkan via online . Pengisian dilaksanakan di tempat kediaman
masing-masing responden.
1. Insomnia Severity Index (ISI)
Uji validitas kuesioner Insomnia Severity Index dilakukan pada 41
orang Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode yang korelasi
Pearson Product Moment sig. 2 tail dengan α = 0.05. Seluruh tujuh item
pertanyaan telah memenuhi persyarat validitas.
Uji reliabilitas kuesioner Insomnia Severity Index (ISI) ini
menggunakan uji alpha Cronbach’s. Kuesioner dapat dikatakan reliabel jika
nilai alpha Cronbach’s > 0,6. Hasil uji reliabelitas kuesioner ini
menunjukkan bahwa dengan nilai alpha Cronbach’s berada pada rentang
0.780, tujuh item pertanyaan pada kuesioner ISI adalah reliabel.
34
2. Insomnia Skrinning Toward Optimized Practice (TOP)
Uji validitas kuesioner Skrinning Toward Optimized Practice (TOP)
dilakukan pada 41 orang dengan menggunakan metode korelasi Pearson
Product Moment sig. 2 tail. Item pertanyaan diuji dengan menggunakan
program komputer. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat 15 item
pertanyaan yang valid dari 17 pertanyaan yang ada pada kuesioner, 2 item
pertanyaan yang tidak valid pada kuesioner yakni item pertanyaan 4 dan
pertanyaan 5, yang memiliki jumlah signifikansi > nilai α = 0,05.
Pertanyaan yang tidak valid maka akan dikeluarkan dari dari kuesioner,
kemudian dilakukan uji validitas kembali terhadap 15 pertanyaan yang
valid. Hasil uji Pearson Product Moment sig. 2 tail menunjukkan bahwa
semua item pertanyaan adalah valid.
Uji reliabilitas kuesioner ini menggunakan uji alpha Cronbach’s.
Kuesioner dapat dikatakan reliabel jika nilai alpha Cronbach’s > 0,6. Hasil
uji reliabilitas kuesioner ini menunjukkan bahwa dengan nilai rata-rata
alpha Cronbach’s adalah 0.784, item pertanyaan pada kuesioner Insomnia
Skrinning Toward Optimized Practice (TOP) adalah reliabel.
G. Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data terdiri dari editing, coding, sorting dan entry
data. Prosedur pengolahan data. Menurut (Notoatmodjo, 2012) terdapat
beberapa tahapan untuk mengolah data dengan menggunakan program dari
komputer, yakni:
1. Editing
Hasil wawancara, angket ataupun pengamatan lapangan telah
disunting terlebih dahulu (edit), yaitu dengan memeriksa kembali,
mengecek, dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut. Jika
terdapat pengambilan data yang tidak lengkap maka dapat dilakukan
pengambilan data ulang jika mungkin dilakukan pengambilan data ulang.
Hasil pengisian kuesioner insomnia skrinning TOP disunting dengan
memeriksa kelengkapan isian dari responden, memeriksa duplikasi data dan
menyortir data berdasarkan waktu pengisian kuesioner. Hasil tersebut
35
kemudian diolah menggunakan Software komputer, untuk dikategorikan
sesuai dengan kriteria insomnia ada kuesioner TOP tersebut. Hasil skrinning
kemudian dilakukan pemilihan menggunakan teknik random sampling
dengan menggunakan Software komputer.
Responden yang dipilih berdasarkan Random Sampling tersebut
kemudian diberikan pre-test berupa kuesioner ISI yang diisi sebelum
melakukan intervensi. Data hasil pengisian ISI telah dilakukan
penyuntingan yakni dengan memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner
dan mengurutkan data berdasarkan abjad.
2. Coding
Selanjutnya setelah dilakukan penyuntingan (edit) pada kuesioner
kemudian akan dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data
berbentuk kalimat atau pun huruf menjadi data angka atau bilangan. Berikut
adalah daftar kode yang digunakan untuk pengkodean pada data hasil
kuesioner, yaitu :
a. Pengkodean pada hasil jawaban kuesioner ISI responden ;
1) Tidak Ada = 0,
2) Ringan =1,
3) Sedang =2,
4) Berat= 3,
5) Sangat Berat = 4.
b. Pengkodean pada Jenis Kelamin yaitu
1) Laki-laki =1
2) Perempuan =2.
c. Pengkodean pada skor kategori insomnia yaitu;
1) 0 = Tidak Insomnia,
2) 1 = Insomnia Ringan,
3) 2 = Insomnia Sedang
4) 3 = Insomnia Berat.
3. Data entry
Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program atau software komputer.
36
4. Cleaning
Apabila semua data telah dimasukkan, maka perlu dicek kembali
untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan data
dan sebagainya. Kemudian akan dilakukan koreksi atau pembetulan. Proses
ini disebut data cleaning atau pembersihan data.
H. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Peneliti meminta Izin melakukan pengambilan data di lokasi penelitian dengan
menggunakan Kuesioner
2. Peneliti melakukan pemilihan responden penelitian berdasarkan kriteria inklusi
insomnia. Pemilihan dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Skrinning
Insomnia dari Toward Optimized Practice (TOP) working group
3. Menjelaskan secara rinci, tujuan, manfaat dan tahap penelitian sesuai dengan
etika penelitian dan memberikan lembar kerja
4. Mengukur tingkat insomnia pada responden (Pretest) sebelum intervensi,
menggunakan kuesioner insomnia severity index (ISI)
5. Melakukan intervensi (mendengarkan murottal Al-Qur’an) surah Ar-Rahman
menggunakan audio Syeikh Mishary Rasyid Al-Afasy selama 8 hari berturut-
turut setiap menjelang responden tidur sampai responden tertidur.
6. Responden Mendengarkan audio dengan earphone/tidak bergantung
kenyamanan pasien.
7. Responden diminta mengisi Cek list Monitoring pada saat bangun.
8. Mengukur tingkat insomnia anak (posttest) setelah intervensi setelah responden
dilakukan intervensi
9. Mengumpulkan data untuk diolah dan dianalisa menggunakan program
Software komputer.
37
Post-test
Perlakuan
Pre-test
Menentukan
Subjek Penelitian
Melakukan
Pengamatan/pengukuran
pada efek atau dampak
Hasil
Pengamata
n/pengukur
an
Melakukan
Pengamatan/
pengukuran pada efek
atau dampak
Penelitian dimulai
dari sini
Melakukan Screening
Bagan 3 Alur Penelitian Terapi Murottal al-Qur’an
38
I. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Hasil dari analisa univariat berupa distribusi frekuensi, tendensi
sentral, ukuran penyebaran maupun presentase dari setiap variabel (Imron,
2014). Analisa univariat pada penelitian ini meliputi data demografik,
meliputi umur, jenis kelamin serta analisa tingkat kecemasan sebelum dan
sesudah intervensi.
2. Analisa Bivariat
Model analisa bivariat digunakan untuk melihat apakah ada hubungan
antar variabel. Hubungan tersebut yang terjadi mempunyai tiga
kemungkinan, yaitu:
Ada hubungan tetapi bersifat simetris, tidak saling mempengaruhi
Saling mempengaruhi antara dua variabel
Sebuah variabel yang mempengaruhi variabel yang lain (Imron, 2014)
Penelitian ini menggunakan analisis bivariat berupa uji alternatif T paired
test yaitu uji Wilcoxon
J. Etika Penelitian
1. Prinsip Manfaat
Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan
atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia
untuk dieksploitasi. Penelitian dihasilkan dapat memberikan manfaat dan
memepertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila
penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema dalam etik.
2. Prinsip Menghormati Manusia
Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia, karena
manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau atau tidak
diikutsertakan menjadi subjek penelitian.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia
dengan menghargai hak menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak
dalam perlakuan terhadap manusia .
39
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penjelasan berikut ini merupakan hasil penelitian pengaruh
medengarkan murottal Al-Qur’an pada mahasiswa ilmu keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada 12 orang mahasiswa program
studi ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 18 mei-02 Juni 2018 bertempat di kampus Fakultas Ilmu
Kesehatan (FIKes) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Responden diberikan terapi
murottal Al-Qur’an saat hendak tidur sampai dengan responden tertidur.
A. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
Persebaran mahasiswa program studi ilmu keperawatan berdasarkan
jenis kelamin sebagai berikut.
Tabel 1 Gambaran Karakteristik Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin n (%)
Laki-Laki 1 8.3
Perempuan 11 91.7
Total 12 100.0
Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin yang dominan pada
mahasiswa ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah
Perempuan dengan jumlah persentase sebesar 94.1 % (n=14 orang).
Analisa Univariat pada penelitian ini adalah menjelaskan tingkat
insomnia pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa sebaran
tingkat insomnia tertinggi ada pada kelompok pre-Intervensi dengan
kategori insomnia ringan sebesar 52,9 % (n=9 orang). Berikut adalah tabel
sebaran insomnia pada responden sebelum dan sesudah intervensi.
40
Tabel 2 Analisa Univariat Sebaran Insomnia pada Responden
Kelompok Intervensi Kriteria Insomnia
Tidak
Insomnia
Insomnia
Ringan
Insomnia
Sedang
Insomnia
Berat
n(%) n(%) n(%) n(%)
Pre 0 (0.0) 9(75.0) 3(25.0) 0(0.0)
Post 1(8.3) 7(58.3) 4(33.3) 0(0.0)
Hasil analisa univariat tersebut menunjukkan bahwa sebaran insomnia
pada mahasiswa ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pre-
intervensi adalah tidak ada responden yang tidak mengalami insomnia,
Insomnia ringan ada 9 orang (75,0 %), Insomnia sedang 3 orang (25,0 %),
dan tidak ada responden yang mengalami insomnia parah (0.00 %). %
Jumlah tertinggi terdapat pada kelompok insomnia pre-intervensi yaitu pada
kelompok insomnia ringan, terdapat 9 orang responden yang mengalami
insomnia
Analisa univariat pada kelompok insomnia post-intervensi yaitu tidak
insomnia terdapat 1 orang (8.3 % ), insomnia ringan ada 7 orang (58.3 %),
insomnia sedang ada 4 orang (33.3 %), dan tidak ada responden yang
mengalami insomnia parah (0.0 %). % Jumlah tertinggi pada kelompok
insomnia post-intervensi yaitu pada kelompok dengan kategori insomnia
ringan sebesar 7 orang (58.3 %) , sedangkan kelompok terendah adalah
kelompok dengan kategori insomnia parah 0.0 % (n=0).
Tabel 3 Tabulasi Silang (Crosstab) Tingkat Insomnia dengan Jenis
Kelamin
Tingkat Insomnia
Tidak
Insomnia
Insomnia
Ringan
Insomnia
Sedang
Insomnia
Berat
Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
Jenis
Kelamin
L 0 0 1 1 0 0 0 0
P 0 1 8 6 3 4 0 0
Tabel diatas merupakan hasil tabulasi silang tingkat insomnia pre dan
post-intervensi berdasarkan jenis kelamin. Hasil diatas menunjukkan bahwa
jumlah perempuan yang mengalami insomnia ringan sebelum intervensi yaitu 8
41
orang sedangkan jumlah perempuan yang mengalami insomnia sesudah
intervensi adalah 6 orang. Terdapat 2 orang responden berjenis kelamin
perempuan yang mengalami perubahan kategori insomnia, yakni dari kategori
insomnia ringan menjadi kategori insomnia dan 1 orang responden dari
kategori insomnia ringan menjadi kategori tidak insomnia yang berjenis
kelamin perempuan. Jenis kelamin laki-laki tidak ada perubahan tingkat
insomnia baik pada sebelum dan sesudah intervensi, yakni pada kategori
insomnia ringan.
B. Analisa Bivariat
Analisa bivariat berikut akan menunjukkan ada atau tidak adanya
pengaruh pemberian terapi mendengarkan murottal al-Qur’an terhadap tingkat
insomnia yang dialami responden. Jumlah sampel pada penelitian ini kurang
dari 50 orang (n=12) sehingga menggunakan uji Shapiro-Wilk, untuk uji
normalitas data. Persebaran data penelitian dinilai normal jika nilai p ≥ 0.05.
Data pada penelitian ini memiliki nilai p <0,05 maka sebaran data dianggap
tidak normal. Uji bivariat pada penelitian ini menggunakan uji alternatif T
paired test yaitu uji Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95 % (nilai α =
0,05). Ada satu syarat uji T paired test yang tidak terpenuhi yaitu persebaran
data harus normal, maka dapat melakukan uji Wilcoxon sebagai uji alternatif
dari uji T paired test.
Syarat dilakukan uji Wilcoxon yaitu data berupa ordinal, data
berpasangan, yaitu dikumpulkan dari responden yang sama serta dilakukan
pengukuran sebelum dan sesudah intervensi (Dahlan, 2011). Penelitian ini
menggunakan responden yang sama dan dilakukan pengukuran sebelum dan
sesudah intervensi, maka telah mencukupi syarat untuk dilakukan uji Wilcoxon.
42
Tabel 4 Analisa Bivariat Pengaruh Murottal Sebelum dan Sesudah
Intervensi
Kelompok Intervensi N Mean Std. Deviation P Value
Insomnia Pre 12 2,25 0,452 0,386
Insomnia Post 12 2,5 0,622
Hasil Uji alternatif Wilcoxon menunjukkan tidak adanya perbedaan
signifikan pada jumlah rata-rata tingkat insomnia pada kedua kelompok yaitu
2.25 pada kelompok pre-intervensi dan 2.50 pada kelompok post-intervensi
dengan simpangan baku ± 0.452 pada kelompok pre intervensi dan ± 0.622
pada kelompok post-intervensi. Nilai p value > 0.05, maka hipotesis nul (H0)
diterima. Tidak ada perbedaan yang signifikan pengaruh terapi mendengarkan
murottal al-qur’an terhadap tingkat insomnia.
43
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan
penelitian. Hasil penelitian akan dikaitkan dengan tinjauan pustaka yang telah di
jelaskan pada bab sebelumnya. Keterbatasan penelitian akan memaparkan
keterbatasan yang terjadi selama penelitian dilakukan.
A. Karakteristik Responden
Karakterisktik responden pada penelitian ada dua yaitu usia dan jenis
kelamin. Usia dan jenis kelamin merupakan faktor yang memiliki keterkaitan
dengan gangguan tidur terutama insomnia. Penelitian ini akan menjelaskan
interpretasi hasil penelitian pada jenis kelamin dan usia, yang akan dikaitkan
dengan tinjauan pustaka pada bab sebelumnya. Jenis kelamin dan usia akan
dianalisis menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Responden pada penelitian ini diambil secara simple random sampling
yang telah dilakukan skrinning insomnnia. Responden terpilih merupakan
mahasiswa yang mengalami insomnia, yang mana kriteria insomnia telah
ditentukan dengan kuesioner TOP insomnia screening.
Hasil penelitian menunjukkan persebaran usia responden pada
penelitian ini berkisar antar usia 18-21 tahun. Frekuensi usia yang paling
banyak adalah pada usia 20 tahun berjumlah 6 orang (50.0%). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Gunanthi dan Diniar, (2016) yang
menyatakan bahwa kecenderungan gangguan tidur responden berdasarkan
usia didapatkan pada mahasiswa berusia 20 tahun. Penelitian ini mendukung
penelitian Imadudin (2012), menyatakan bahwa mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengalami
insomnia sebesar 31,3 % dari 160 responden penelitian.
Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin menunjukkan bahwa responden yang mengalami insomnia
didominasi oleh perempuan, sebesar 11 responden (91.7 %). Data penelitian
menunjukkkan perbedaan yang bermakna, disebabkan perbedaan distribusi
44
antara jumlah laki-laki dan perempuan. Distribusi jumlah perempuan dan
laki-laki pada penelitian ini memiliki perbedaan yang jauh, yang mana jumlah
laki-laki adalah 1 orang responden (8.3 %). Sedangkan jumlah responden
berjenis kelamin perempuan berjumlah ada 11 orang responden (97.3 %).
Hasil penelitian ini sejalan dengan data hasil penelitian Dewi &
Ardani (2014), menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami
insomnia daripada seorang laki-laki dengan rasio perbandingan 1:5, yang
berarti setiap satu orang laki-laki yang mengalami insomnia berbanding
dengan lima orang perempuan yang mengalami insomnia. Perempuan
memiliki kualitas tidur yang lebih buruk serta lebih beresiko 1.4 kali untuk
mengalami insomnia dari pada laki-laki. Salah satu faktor yang berkaitan
dengan insomnia dan kualitas tidur adalah gender. (Tang et al., 2017).
Penelitian di Hongkong juga menunjukkkan bahwa perempuan memiliki
resiko 1.6 kali lebih tinggi untuk mengalami insomnia dari pada laki-laki.
Faktor tersering yang berkaitan dengan kejadian insomnia pada perempuan
yaitu menjadi ibu rumah tangga, perceraian/janda, serta keluhan lingkungan
yang riuh pada malam hari (Li RH, Wing YK, Ho SC, 2002).
B. Gambaran Tingkat Insomnia Sebelum dan Sesudah Intervensi
Responden yang telah dipilih secara simple random sampling
kemudian akan dianalisis sebaran insomnia sebelum dan sesudah intervensi.
Peneliti menggunakan Insomnia Severity Index (ISI) untuk mengukur tingkat
insomnia sebelum dan sesudah intervensi.
Kuesioner Insomnia Severity Index (ISI) akan mengklasifikasikan
hasil jawaban responden menjadi 4 kategori yaitu tidak insomnia, insomnia
ringan, insomnia sedang, insomnia berat. Kategori tersebut disusun
berdasarkan skor akhir yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Analisa
univariat pada penelitian ini akan menjelaskan persebaran tingkat insomnia
pada responden. Analisa persebaran insomnia pada penelitian ini akan
menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Hasil analisa persebaran insomnia pada kelompok pre-intervensi
menunjukkan bahwa responden banyak mengalami insomnia ringan dan
insomnia sedang. Jumlah responden mengalami insomnia ringan adalah 9
45
orang (75.0%) dan jumlah responden yang mengalami insomnia sedang
adalah 3 orang (25.0%).Tidak ada responden yang dikategorikan tidak
insomnia dan insomnia berat. Data pada kelompok post-intervensi
berdasarkan sebaran insomnia yaitu 1 orang responden (8.3%) dengan
kategori tidak insomnia, 7 orang responden (58.3%) dengan kategori
insomnia ringan, 4 orang responden (33.3%) dengan kategori insomnia
sedang dan tidak ada responden yang mengalami insomnia berat (0.0%).
Jumlah total mahasiswa PSIK mengalami insomnia pada pre-intervensi
adalah sebanyak 12 orang (100.0%), pada kelompok post-intervensi sebanyak
11 orang (91.7%). Hasil ini menunjukkan bahwa angka kejadian insomnia
terjadi penurunan setelah dilakukan intervensi. Hasil ini selaras dengan
penelitian Imadudin (2012), menyatakan bahwa 49,4 % mahasiswa FKIK
angkatan 2011 mengalami insomnia pada tahun 2012.
C. Analisa Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an terhadap Tingkat
Insomnia
Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan uji alternatif T
paired test yaitu uji Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p value >
0,05 yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh terapi murottal. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian Anah (2016), menyatakan bahwa terapi murottal
al-Qur’an tidak efektif diberikan pada anak autis. Penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Permana & Ishak, (2017), menyatakan bahwa
mendengarkan murottal al-Qur’an beserta terjemahnya tidak efektif untuk
meningkatkan kualitas tidur pada santriwati tingkat pertama MTs di
Yogyakarta.
Penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian (Mahlufi, 2016;
Mujamil, Harini, & Fauziah, 2017; Srisuryani, 2016; Suryaningsih, 2011)
bahwa terapi murottal al-Qur’an efektif diberikan kepada lansia, anak usia 1-5
tahun dan mahasiswa tingkat akhir yang mengalami insomnia. Penelitian lain
yang berlawanan, menunjukkan bahwa terapi murottal al-Qur’an efektif
diberikan pada orang yang mengalami kecemasan baik pada anak-anak
presirkumsisi (Silviani, 2015), pasien diabetes mellitus (Nirwana, 2014),
pasien haemodialisa (Zahrofi, Maliya, & Listyorini, 2014), pasien pra-operasi
46
(Faradisi, 2012; Rahman, 2017), dan pasien pre-operasi laparotomi (Faridah,
2015). Terapi murottal al-Qur’an juga efektif dalam mengurangi nyeri yaitu
nyeri dismenorea (Amirul, Tafwidhah, & Adiningsih, 2013), nyeri persalinan
kala I sekaligus menstimulasi Beta endorfin (Wahida, dkk 2015; Yana, dkk
2015), nyeri post operasi Sectio Caesaria (Mulyani, 2016) dan (Rantiyana,
dkk, 2017).
Sebagian besar penelitian tentang terapi insomnia dengan murottal al-
Qur’an menunjukkan bahwa terapi murottal al-Qur’an efektif diberikan pada
lansia, namun untuk pemberian pada anak-anak sampai remaja akhir masih
belum banyak ditemukan, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai penggunaan terapi murottal pada anak sampai usia remaja akhir.
Hasil Penelitian ini menunjukkan hasil yang berlawanan dengan beberapa
penelitian sebelumnya. Beberapa penyebab kurang efektifnya terapi murottal
al-Qur’an yaitu berbeda tingkat stres (Wuryani & Kusrohmaniah, 2006) dan
perubahan irama sirkadian (Toward Optimized Practice (TOP) Insomnia
Working Group, 2015).
Faktor resiko yang mempengaruhi insomnia dapat berupa usia, jenis
kelamin, sosial ekonomi dan faktor lain seperti perceraian, ansietas, depresi,
penyakit medis, dan lain sebagainya. Semakin tua usia seseorang maka
semakin meningkat resiko insomnia yang dialaminya, sedangkan jenis
kelamin perempuan akan lebih beresiko mengalami insomnia. Seseorang
dengan sosial-ekonomi rendah atau pendidikan rendah memiliki resiko
insomnia paling tinggi (Toward Optimized Practice (TOP) Insomnia Working
Group, 2015). Faktor lainnya yang mendukung insomnia diantaranya adalah
kecemasan, konsumsi kopi, dan stres. Penelitian Yudha, dkk (2017),
Kecemasan juga mendukung terjadinya insomnia, kecemasan memiliki
hubungan yang cukup kuat dengan insomnia dengan nilai p value = 0,001.
Penelitian Imadudin, (2012), menunjukkan bahwa ada hubungan minum kopi
dengan insomnia pada mahasiswa. Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian Wulandari dkk 2017, menyatakan bahwa ada hubungan tingkat
stres dengan tingkat insomnia, prevalensi insomnia yang paling sering
dialami oleh mahasiswa adalah insomnia ringan.
47
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan diantaranya adalah
tidak diteliti dan tidak dihomogenkan faktor penyebab insomnia,
terutama tingkat stres, lingkungan, kecemasan serta faktor lainnya.
Jumlah sampel penelitian yang kecil dan jadwal pengambilan data yang
bersamaan dengan bulan suci ramadan membuat peneliti terkendala.
Perubahan siklus tidur-bangun dari bulan biasa ke bulan suci ramadan,
juga mempersulit peneliti untuk mengendalikan faktor insomnia. Jumlah
laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang membuat presentasi data
juga tidak seimbang.
48
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas maka dapat ditarik kesimpulan
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa karakteristik mahasiswa yang
mengalami mayoritas insomnia dialami oleh jenis kelamin perempuan
sebanyak 97.3 % (n=9)
2. Tingkat insomnia yang paling banyak dialami oleh mahasiswa PSIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta mayoritas pada kategori insomnia ringan
sebanyak 75.0 % (n=9) pada kelompok pre-intervensi dan 58.3% pada
kelompok post-intervensi
3. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terapi murottal kurang efektif
terhadap tingkat insomnia setelah dilakukan intervensi.
B. Saran
1. Mahasiswa
Bagi mahasiswa hendaknya mampu memanajemen stres dan waktu
istirahat dengan baik, sehingga mampu melakukan koping yang tepat
terhadap permasalahan pada kehidupan sehari-hari. Manajemen waktu
istirahat yang tepat tentu akan mampu meningkatkan kualitas aktivitas di
siang hari.
2. Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya mengembangkan penelitian ini
dengan jumlah sampel yang lebih besar serta mengontrol faktor penyebab
insomnia dengan lebih selektif lagi. Sehingga akan didapatkan hasil yang
benar-benar terhindar dari bias pada penelitian, serta dapat diakui
keakuratannya. Penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan
sehingga sangat dibutuhkan masukan dari penelitian selanjutnya di
kemudian hari.
49
3. Institusi Keperawatan
Bagi institusi pendidikan hendaknya memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan dengan religiusitas,
Sehingga akan terbentuk karakter perawat yang memiliki integritas
keilmuan yang baik.
4. Bagi Keperawatan
Bagi keperawatan hendaknya terapi medis yang terintegrasi dengan
ilmu religius dapat dikembangkan lebih jauh lagi. Tak sekedar hanya
menjadi tuntunan agama, namun juga dapat diaplikasikan di dunia
keperawatan secara khususnya dan dunia medis secara umum.
50
DAFTAR PUSTAKA
Journal
Abdurrochman, A., Wulandari, R. D., & Fatimah, N. (2007). The Comparison of
Classical Music , Relaxation Music and The Qur ’ anic Recital : an AEP
Study.
Amirul, I., Tafwidhah, Y., & Adiningsih, B. (2013). Efektivitas Terapi Murottal
Terhadap Perubahan Tingkat Dismenore Pada Mahasiswi Program Studi
Keperawatan Universitas Tanjungpura Angkatan 2013. Pontianak:
Universitas Tanjungpura.
Anah, M. N. (2016). Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Kemampuan
Komunikasi Anak Autis di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 1 Bantul
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dahlan, M. S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan; Deskriptif,
Bivariat, dan Multivariat. Jakarta: Salemba Medika.
Dewi, P. A., & Ardani, I. G. A. I. (2014). Angka Kejadian serta Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia di Panti
Sosial TresnaWerda Wana Seraya Denpasar Bali Tahun 2013. E-Jurnal
Medika Udayana.
Faradisi, F. (2012). Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan. Jurnal
Ilmiah Kesihatan. https://doi.org/10.1533/9780857096326.index
Faridah, V. N. (2015). Terapi Murottal (Al-Qur’an) Mampu Menurunkan Tingkat
Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Laparatomi. Jurnal Keperawatan.
Fatimah, F. S., & Zulkhah, N. (2015). Efektivitas Mendengarkan Murotal Al-
Qur’an terhadap Derajat Insomnia pada Lansia di Selter Dongkelsari
Sleman Yogyakarta. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia.
https://doi.org/10.21927/jnki.2015.3(1).20-25
BUKU
Gholib, A. (2006). Study Islam : Pengantar memahami Agama. al-Qur’an, al-
Hadis dan Sejarah Peradaban Islam.
Ginting, H. W. B., & Gayatri, D. (2013). Kualitas Tidur pada Mahasiswa.
Gunanthi, M. W. M., & Diniar, N. K. S. (2016). Prevalensi dan Gambaran
Gangguan Tidur Berdasarkan Karakteristik Mahasiswa Semester I Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
51
Hakim, L. (2012). Terapi Qur’ani untuk Menyembuhkan dan Rizki Tak Terduga.
Jakarta: Link Consulting.
Hidayat, A. A. A. (2008). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Hill, R. (1998). What Sample Size Is “Enough” In Internet Survey Research? An
Electronic Journal for the 21st Century, 6(3–4), 1–10.
Imadudin, M. I. (2012). Prevalensi Insomnia pada Mahasiswa FKIK UIN
Angkatan 2011 pada Tahun 2012. Jakarta.
Imron, M. (2014). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung
Seto.
Indrawan, R., & Yaniawati, P. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen,Pembangunan, dan Pendidikan.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Lavie, P., Pillar, G., & Malhotra, A. (2005). Sleep Disorders :Diagnosis,
Management And Treatment A Hand Book For Clinician. London: Martin
Dunitz.
Li RH, Wing YK, Ho SC, F. S. (2002). Gender differences in insomnia--a study in
the Hong Kong Chinese population.
Mahlufi, F. (2016). Tidur Penderita Insomnia pada Lanjut Usia ( Lansia ) di
Kecamatan Pontianak Tenggara.
Mallon, L., Broman, J.-E., Åkerstedt, T., & Hetta, J. (2014). Insomnia in Sweden:
A Population-Based Survey. Sleep Disorders.
https://doi.org/10.1155/2014/843126
Morin, C. M., Belleville, G., Bélanger, L., & Ivers, H. (2011). The Insomnia
Severity Index: Psychometric Indicators to Detect Insomnia Cases and
Evaluate Treatment Response. Sleep. https://doi.org/10.1093/sleep/34.5.601
Mujamil, J. A., Harini, R., & Fauziah, L. (2017). Pengaruh Mendengarkan Al-
Qur’an terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Mahasiswa Tingkat Akhir
Program Studi Sarjana Keperawatan Angkatan 2012 di STIK Immanuel
Bandung. Jurnal Sehat Masada, XI, 73–80.
Mulyani, W. (2016). Pengaruh Distraksi Audio Murottal Al-Qur"an Terhadap
Penurunan Nyeri Pasien post operasi sectio caesarea.
Nata, A. (2000). Al-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah I). Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada.
Nirwana. (2014). Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Perubahan
Tingkat Kecemasan Pasien Diabetes Melitus Di Rsud.
52
Nolen, S., & Hoeksema. (2007). Abnormal Pschology. New York: McGraw-Hill.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
O’Brien, P., Kennedy, W. Z., & Ballard, K. A. (2014). Keperawatan Kesehatan
Jiwa Psikiatrik ;Teori dan Praktik. (B. Angelina, Ed.). Jakarta: EGC.
Oryza, widya. (2016). Insomnia Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Penyusunan
Skripsi Di Universitas ‘ Aisyiyah Yogyakarta Penyusunan Skripsi Di
Universitas. Yogyakarta.
Pamungkas, R. A., & Usman, A. M. (2017). Metodologi Riset Penelitian. Jakarta:
TIM.
Permana, I., & Ishak, F. (2017). the Effect of Listening to Surah Ar-Rahman and
Reading the Meaning to Improve the Sleep Quality among Grade 1 Student
of a Junior High Female. Yogyakarta.
Pieter, herri zan, Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi
untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Pitaloka, R. D., Utami, G. T., & Novayelinda, R. (2015). Hubungan Kualitas
Tidur Dengan Tekanan Darah Dan Kemampuan Konsentrasi Belajar
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Jom.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan;
Konsep, Proses dan Praktik. (M. Ester, D. Yulianti, & P. Intan, Ed.).
Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Rahman, R. T. A. (2017). Murottal Therapy To Anxiety Levels Of Patients Pre-
Operative At Sari Mulia Hospital Banjarmasin. Banjarmasin: Sari Mulia
International Conference on Health and Sciences (SMICHS 2017).
Rantiyana, Florencia, M., & Suratun. (2017). Pengaruh Terapi Murottal Al Qur’an
Terhadap Nyeri Pada Pasien Luka Bakar. Palembang: Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan Muhammadiyah Palembang.
Salim, A. H. A. (2006). Terapi Al-Qur’an untuk Penyakit Fisik dan Psikis. (M.
Suparta, Ed.). Jakarta: Penerbit Asta Buana Sejahtera.
Sarfriyanda, J. ’, Karim, D. ’, & Dewi, A. P. (2015). Hubungan Antara Kualitas
Tidur Dan Kuantitas Tidur Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal
Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Keperawatan.
Sherwood, L. (2016). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
53
Shihab, M. Q. (1994). Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Penerbit MIzan.
Silviani, N. E. (2015). Pengaruh Mendengarkan Murottal Al- Qur’an terhadap
Tingkat Kecemasan Anak Presirkumsisi di Rumah Sunatan Bintaro.
Srisuryani. (2016). Pengaruh Terapi Audio Murottal Surah Ar-Rahman terhadap
Tingkat Insomnia pada Lanjut Usia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma
Ponggalan Yogyakarta.
Stuart, G. W. (2012). Principles and Pratice of Psychiatric Nursing. Missouri:
Elsevier Mosby.
Supradewi, R. (2010). Otak , Musik, Dan Proses Belajar. Buletin Psikologi.
https://doi.org/10.22146/bpsi.11538
Suryaningsih, M. (2011). The Effect Of Murottal Alquran On The Sleep Quality
Of Children (1-5 Years Old). Madura: STIKes Ngudia Husada Madura.
Tang, J., Liao, Y., Kelly, B. C., Xie, L., Xiang, Y. T., Qi, C., … Chen, X. (2017).
Gender and Regional Differences in Sleep Quality and Insomnia: A General
Population-based Study in Hunan Province of China. Scientific Reports.
Nature Publishing Group. https://doi.org/10.1038/srep43690
Toward Optimized Practice (TOP) Insomnia Working Group. (2015). Guideline
for assessment to management of adult insomnia: clinical practice guideline.
Toward Optimized Practice. Edmonton AB: Toward Optimized Practice.
Wahida, Nooryanto, M., & Andarini, S. (2015). Terapi Murotal Al-Qur ’an Surat
Arrahman Meningkatkan Kadar β -Endorphin dan Menurunkan Intensitas
Nyeri pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif. Jurnal Kedokteran Brawijaya
Vol. 28 No. 3, 28(3), 213–216.
Wati, W. (2014). Pengaruh terapi murotal al-qur’an terhadap kadar glukosa darah
pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit DRM Djamil Padang.
Widyastuti, I. K. A. W. (2015). Naskah Publikasi Pengaruh Terapi Murottal Surah
Ar - Rahman Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia (
Lansia ) Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Kenanga Wilayah
Program Studi Ilmu Keperawatan.
Wilson, S., & Nutt, D. J. (2013). Oxford Psychiatry Library : Sleep Disorder.
London: Oxford University Press.
Wulan, D. A. N., & Abdullah, S. M. (2014). Prokrantinasi Akademik Dalam
Penyelesaian Skripsi. Jurnal Sosio-Humaniora, 5(1), 55–74.
Wulandari, F. E., Hadiati, T., & As, W. S. (2017). Hubungan Antara Tingkat Stres
Dengan Tingkat Insomnia Mahasiswa/I Angkatan 2012/2013 Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Widodo
Sarjana AS JKD.
54
Wuryani, R. D., & Kusrohmaniah, S. (2006). Hubungan Antara Kondisi Stress
Dengan Persepsi Kesulitan Tidur Pada Mahasiswa. Online Public Accsess
Catalog (OPAC).
Yana, R., SriUtami, & Safri. (2015). Efektivitas Terapi Murottal Al-Qur’an
terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif. Riau: Universitas
Riau.
Yudha, S., Halis, F., & Widiani, E. (2017). Hubungan antara Tingkat Kecemasan
dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa yang Akan Menghadapi Ujian
Akhir Semester (Uas) di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
Nursing News.
Zahrofi, D. N., Maliya, A., & Listyorini, D. (2014). Pengaruh pemberian terapi
murottal Al Quran terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di
RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Fikes UMS.
.
55
LAMPIRAN
56
Lampiran 1 Inform Consent
PENGARUH TERAPI MENDENGARKAN MUROTTAL AL QURAN TERHADAP
TINGKAT INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Responden yang saya hormati,
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Abdul Har
NIM : 111410400000022
No.HP : 081213570903
adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Terapi Mendengarkan Murottal Al
Quran Terhadap Tingkat Insomnia Pada Mahasiswa Keperawatan Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta”. Pembimbing Skripsi saya yaitu Maulina Handayani, S.Kp.,
M.Sc dan Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh terapi murottal pada
mahasiswa keperawatan UIN Syarif hidayatullah Jakarta. Tugas ini juga
merupakan tugas prasyarat untuk lulus Program Sarjana Keperawatan, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Besar harapan saya kepada Anda untuk bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini dengan menjawab pertanyaan terkait penelitian. Informasi yang
Anda berikan sebagai responden akan dijaga kerahasiaannya. Atas kerjasama dan
kesediaan Anda saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, Februari 2018
57
Lampiran 2 Kuesioner Insomnia Severity Index dan Insomnia Screening
Questionnaire 1
Insomnia Severity Index (ISI)
Subject ID: ________________________ Date: ____________
For each question below, please circle the number corresponding most accurately to
your sleep patterns in the LAST 2 WEEKS.
For the first three questions, please rate the SEVERITY of your sleep difficulties.
1. Difficulty falling asleep:
None Mild Moderate Severe Very Severe
0 1 2 3 4 2. Difficulty staying asleep:
None Mild Moderate Severe Very Severe
0 1 2 3 4 3. Problem waking up too early in the morning:
None Mild Moderate Severe Very Severe
0 1 2 3 4
4. How SATISFIED/dissatisfied are you with your current sleep pattern? Very
Satisfied Satisfied Neutral Dissatisfied Very
Dissatisfied
0 1 2 3 4
5. To what extent do you consider your sleep problem to INTERFERE with your daily functioning (e.g. daytime fatigue, ability to function at work/daily chores, concentration, memory, mood)?
Not at all A Little Somewhat Much Very Much
0 1 2 3 4
6. How NOTICEABLE to others do you think your sleeping problem is in terms of impairing the quality of your life?
Not at all A Little Somewhat Much Very Much
0 1 2 3 4
7. How WORRIED/distressed are you about your current sleep problem? Not at all A Little Somewhat Much Very Much
0 1 2 3 4
58
INSOMNIA SCREENING QUESTIONNAIRE
INSOMNIA SCREENING QUESTIONNAIRE
The INSOMNIA SCREENING QUESTIONNAIRE is an optional tool that can be
the INSOMNIA SCREENING QUESTNAIRE used by the clinician to assist in the
diagnosis of a primary sleep disorder or secondary causes of insomnia. See next page
for guidelines for interpreting
Over the past month: Circle the best answer
Never
Rarely
Occasionally
Most
nights/day
s
Always
1
Do you have trouble falling
asleep? 1 2 3 4 5
2
Do you have trouble staying
asleep? 1 2 3 4 5
3
Do you wake up un-
refreshed? 1 2 3 4 5
4
Do you take anything to help
you sleep? 1 2 3 4 5
5 Do you use alcohol to help
you sleep? 1 2 3 4 5
6 Do you have any
medical condition
that disrupts your
sleep?
1 2 3 4 5
7 Have you lost interest in
hobbies or activities? 1 2 3 4 5
59
8 Do you feel sad, irritable, or
hopeless? 1 2 3 4 5
9
Do you feel nervous or
worried? 1 2 3 4 5
10 Do you think
something is wrong
with your body?
1 2 3 4 5
11 Are you a shift
worker or is your
sleep schedule
irregular?
1 2 3 4 5
12 Are your legs restless
and/or uncomfortable
before bed?
1 2 3 4 5
13 Have you been told that you
are restless or that you kick
your legs in your sleep?
1 2 3 4 5
14 Do you have any
unusual behaviours
or movements
during sleep?
1 2 3 4 5
15 Do you snore? 1 2 3 4 5
16 Has anyone said that you
stop breathing, gasp, snort,
or choke in your sleep?
1 2 3 4 5
17 Do you have difficulty
staying awake during the
day?
1 2 3 4 5
60
Lampiran 3 Izin Penggunaan Kuesioner
61
62
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner ISI
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Q1 22.10 73.140 .679 .753
Q2 22.24 73.489 .634 .755
Q3 22.37 74.188 .612 .758
Q4 20.07 72.070 .630 .751
Q5 20.41 72.949 .671 .752
Q6 21.32 72.472 .744 .748
Q7 20.83 71.545 .757 .745
SKOR TOTAL 11.49 21.006 1.000 .850
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.780 8
63
a. Kuesioner Skrinning Insomnia Toward Optimized Practice (TOP)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
N of Items
.806 .784 17
Item-Total Statistics
Scale
Mean if
Item
Deleted
Scale
Variance
if Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
1. Apakah Anda
mengalami kesulitan
memulai tidur?
28.83 41.379 .646 .848 .778
2. Apakah Anda
memiliki kesulitan
mempertahankan
tidur?
29.33 43.507 .542 .546 .787
3. Apakah Anda
merasa tidak segar
saat bangun tidur?
28.85 43.515 .469 .600 .791
4. Apakah Anda
memerlukan obat
untuk membantu
Anda tidur?
30.53 50.204 -.081 .216 .813
5. Apakah Anda
meminum alkohol
untuk membantu
Anda tidur?
30.55 49.895 .010 .283 .810
6. Apakah Anda
memiliki gangguan
kesehatan yang
mengganggu tidur
Anda?
30.30 47.600 .240 .395 .805
64
7. Apakah Anda
kehilangan minat
untuk melakukan
hobi atau aktivitas?
29.30 41.446 .635 .715 .779
8. Apakah Anda
merasa sedih, mudah
tersinggung, atau
putus asa?
29.40 44.144 .476 .712 .792
9. Apakah Anda
merasa gugup atau
khawatir?
29.35 43.310 .428 .803 .795
10. Apakah Anda
merasa tubuh Anda
sedang dalam kondisi
tidak baik?
29.45 41.844 .617 .719 .781
11. Apakah Anda
pekerja shift atau
jadwal tidur Anda
tidak teratur
29.73 42.974 .329 .814 .807
12. Apakah kaki
Anda tidak dapat
berhenti bergerak
dan/atau tidak
nyaman sebelum
tidur?
29.68 43.251 .401 .540 .797
13. Pernahkah Anda
diberitahu bahwa
Anda tidak dapat
berhenti bergerak
atau menendang-
nendang kaki Anda
ketika tidur?
30.03 43.256 .514 .487 .788
14. Apakah Anda
memiliki kebiasaan
atau gerakan yang
tidak wajar saat tidur?
29.98 48.948 .024 .442 .820
15. Apakah Anda
mendengkur saat
tidur?
29.95 43.895 .482 .615 .791
65
16. Adakah yang
mengatakan bahwa
Anda berhenti
bernapas, megap-
megap, mendengus,
atau tersedak ketika
tidur?
30.38 46.856 .399 .740 .798
17. Apakah Anda
mengalami kesulitan
untuk tetap terjaga di
siang hari?
29.60 45.169 .348 .687 .800