nilai-nilai pancasila
DESCRIPTION
nilai nilai pancasilaTRANSCRIPT
![Page 1: Nilai-nilai pancasila](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072110/55cf9bbe550346d033a73bd8/html5/thumbnails/1.jpg)
Pendidikan Pancasila
Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila
Pinka Anjani
12520244044
Pendidikan Teknologi Informatika
Fakultas Teknik
2012/2013
![Page 2: Nilai-nilai pancasila](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072110/55cf9bbe550346d033a73bd8/html5/thumbnails/2.jpg)
Pengalaman dalam menerapkan nilai-nilai pancasila yang pernah saya alami
adalah saat saya menjadi panitia baksos Himanika UNY pada tanggal 25-26 oktober
2012. Kami melakukan baksos dan qurban di Dusun Ngelo, Saptosari, Gunung Kidul.
Kami memberikan bantuan berupa sembako dan baju layak pakai. Selain itu disana kami
juga mengadakan penyuluhan kesehatan, pelatihan komputer, cek kesehatan gratis, dan
masih banyak lagi. Pada hari kedua kami melakukan pemotongan qurban yang kami
sumbangkan kepada warga di dusun tersebut. Contoh diatas merupakan penerapan nilai-
nilai pancasila pertama yaitu ketuhanan yang Maha Esa karena baksos merupakan salah
satu ladang pahala dengan kita menolong orang yang membutuhkan dan memberikan
bantuan kepada mereka lalu kami juga melakukan kegiatan TPA bagi anak anak yang
ada di dusun tersebut,kami mengajarkan ilmu-ilmu agama,membaca iqro, dan
menceritakan kisah-kisah nabi. Pengalaman dalam kepanitiaan baksos dan qurban ini
adalah penerapan dari sila pancasila yang keempat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaaratan / perwakilan, dengan kepanitiaan ini
kami belajar untuk bermusyawarah, menerima hasil musyawarah dengan lapangdada, dan
berusaha menghargai pendapat orang lain dengan tidak memaksakan kehendak pribadi.
Selain itu juga kami melakukan kegiatan gotong-royong membersihkan tempat-tempat
vital di dusun tersebut seperti balai desa dan masjid karena balai desa dan masjidnya
sudah sangat tidak terawatt daan tidak bersih, jadi kami berinisiatif untuk melakukan
bersih bersih dengan bergotong royong. Pengalaman ini juga termasuk kedalam sila
kelima yaitu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dengan saling tolong
menolong mengadakan gotong royong.
Pengalaman kedua yaitu saat hari batik sedunia yang jatuh pada tanggal 2
Oktober, saat itu saya dan teman teman menggunakan batik sebagai bukti kecintaan kami
pada produk Indonesia. Pengalaman ini merupakan penerapan sila pancasila ketiga yaitu
persatuan Indonesia. Kami bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
Sewaktu SMA saya pernah menjadi anggota OSIS (Organisasi Siswa Intra
Sekolah) dan menjadi wakil ketua bidang pendidikan. Kami menampung aspirasi, ide,
![Page 3: Nilai-nilai pancasila](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072110/55cf9bbe550346d033a73bd8/html5/thumbnails/3.jpg)
kreativitas, inspirasi siswa-siswi di sekolah kami. Selain itu kami juga menjadi
perwakilan dari suara siswa-siswi disekolah lalu kami menyampaikan keluhan-keluhan
yang dirasakan oleh para siswa tersebut kepada wakil kepala sekolah bidang kesiswaan
agar dibahas pada rapat sekolah. Menjadi anggota OSIS memiliki tanggung jawab yang
besar karena kami adalah perwakilan siswa. Dalam rangka menampung kreativitas para
siswa kami juga sering menyelanggarakan pentas seni, lomba-lomba eksternal maupun
internal, diskusi, debat, dan lain-lain. Pentas seni diselenggarakan untuk mengeksplorasi
bakat bakat yg dimiliki para siswa untuk dipamerkan di depan khalayak ramai. Bakat-
bakat itu kebanyakan berupa bakat bermusik, menyanyi, melukis kaligrafi, menarikan
tarian daerah seperti tari saman yang berasal dari Aceh, dan juga beladiri seperti
taekwondo, karate, dan pencak silat. Sedangkan lomba-lomba eksternal dan internal
diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan bagi siswa-siswi disekolah
kami. Kami meminta guru-guru yang bersangkutan dengan bidang lomba yang
diselenggarakan untuk membuat soal-soal lomba. Lomba-lomba yang diselenggarakan
tidak hanya dalam bidang akademik seperti cerdas-cermat dan karya ilmiah saja tetapi
juga dibidang nonakademik seperti lomba futsal, lomba tari saman,lomba kaligrafi, dan
masih banyak lagi. Diskusi dan debat diselenggarakan agar para siswa dapat bertukar
pendapat dan diharapkan pengetahuan kami bertambah dan lebih meluas, agar kami
sebagai siswa tidak apatis dalam menghadapi dunia luar persekolahan. Sebagai anggota
OSIS kami juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan sosial seperti bakti sosial, menjadi
relawan, mengajar anak-anak jalanan di sekolah Master (Masjid Terminal) Depok dan
lain-lain. Bakti social sering kami adakan pada bulan Ramadhan dan saat Idul Adha dan
kami bagikan pada yang membutuhkan disekitar sekolah kami. Ada cerita menarik
tentang pengalaman menjadi relawan, saat itu adalah bulan Idul Adha tahun 2010, saya
kebetulan adalah salah satu anggota dari ekskul Bulan Sabit Merah Remaja (BSMR),
kami para anggota BSMR mengajukan proposal kepada wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan untuk mengadakan bakti social ke Bekasi, Jawa Barat. Setelah itu kami di
berikan pertanyaan oleh wakasek mengenai bakti social tersebut. Beliau berpendapat
bahwa kami anggota BSMR tidak perlu mengadakan bakti social ke Bekasi tahun ini,
![Page 4: Nilai-nilai pancasila](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022072110/55cf9bbe550346d033a73bd8/html5/thumbnails/4.jpg)
padahal baksos tersebut adalah agenda tahunan kami. Kami pun protes dan menanyakan
alasan wakasek tidak mengizinkan kami. Ternyata wakasek sudah melakukan koordinasi
dengan BSMI agar kami dikirim menjadi relawaan ke Yogyakarta, saat itu seminggu
setelah letusan gunung Merapi yang mengakibatkan sedikitnya 165 orang tewas termasuk
Mbah Maridjan, juru kunci Merapi. Setelah diberi tahu berita itu kami langsung bersorak
gembira karena akhirnya ilmu-ilmu yang kami pelajari saat kegiatan ekskul berlangsung
akan berguna. Wakasek langsung memerintahkan kami untuk berkoordinasi dengan
anggota OSIS yang juga anggota BSMR untuk mengatur keberangkatan. Kebetulan saya
adalah salah satunya. Jadi kami berangkat ke jogja sebagai relawan membawa dua
organisasi sekaligus yaitu BSMR dan OSIS. Sedangkan kegiatan pengajaran di Sekolah
Master Depok kami agendakan setiap 2 minggu sekali pada hari sabtu dan minggu.
Sekolah Master Depok adalah sekolah gratis di bawah naungan Yayasan Bina Insan
Mandiri (YABIM), bagi anak-anak Dhuafa di sekitar terminal Depok. Contoh
pengalaman diatas adalah penerapan dari sila pancasila yang ke dua yaitu sila
kemanusiaan yang adil dan beradab dengan mengakui persamaan derajat, persamaan hak
dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Memberikan kesempatan bagi anak-
anak dhuafa agar dapat merasakan bagaimana rasanya mengenyam pendidikan.
Mencintai sesame manusia dengan mengadakan bakti social disekitar lingkungan
sekolah. Selain itu pengalaman ini juga merupakan pengamalan nilai pancasila sila ke
ketiga karena dengan mengikuti OSIS saya menjadi lebih mencintai dan mengerti arti
persatuan Indonesia, dengan mengikuti OSIS juga dapat memperluas pergaulan antar
sekolah-sekolah di Indonesia dan dengan instansi lembaga luar negri contohnya saat
OSIS kami mendapat kunjungan dari OSIS salah satu sekolah di Bengkulu dan Riau,
kami juga menjadi perwakilan siswa untuk bertemu dengan perwakilan dari Kedubes
Canada untuk mengadakan diskusi mengenai studi di luar negeri. Pengamalan sila
keempat juga terdapat di pengalaman menjadi anggota OSIS, karena disini kami belajar
menerima pendapat orang lain, mendengarkan aspirasi siswa, mengedepankan
kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi dan mempertanggung jawabkan
segala kegiatan yang kami lakukan dengan membuat laporan penanggung jawaban.