no · web view2014/05/13 · manajemen energi adalah suatu rangkaian kegiatan terukur dalam...
TRANSCRIPT
PERATURANMENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR .......................
TENTANG
KEWAJIBAN PERUSAHAAN INDUSTRI TERTENTU DAN PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI UNTUK MELAKUKAN MANAJEMEN ENERGI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 35 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri untuk melakukan Manajemen Energi;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
3. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4746);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5083);
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional;
7. Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air;
8. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 14 tahun 2012 tentang Manajemen Energi;
1
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: KEWAJIBAN PERUSAHAAN INDUSTRI TERTENTU DAN PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI UNTUK MELAKUKAN MANAJEMEN ENERGI
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.
2. Perusahaan Industri adalah setiap orang yang melakukan kegiatan di bidang usaha Industri yang berkedudukan di Indonesia.
3. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan pengelolaan kawasan Industri.
4. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri.
5. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika.
6. Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya.
7. Diversifikasi energi adalah penganekaragaman pemanfaatan sumber energi.
8. Unit konsumsi energi adalah jumlah konsumsi energi per satuan produk.
9. Manajemen energi adalah suatu rangkaian kegiatan terukur dalam pemanfaatan energi secara efektif dan efisien dengan mempertimbangkan biaya, ketersediaan, ekonomi dan faktor terkait lainnya.
2
10.Manajer energi adalah orang yang ditunjuk untuk melaksanakan manajemen energi.
11.Sertifikasi adalah prosedur yang digunakan oleh pihak ketiga untuk memberikan jaminan tertulis bahwa suatu produk, proses atau jasa memenuhi persyaratan yang ditentukan.
12.Lembaga Sertifikasi Profesi, yang selanjutnya disingkat LSP adalah lembaga pelaksana kegiatan sertifikasi profesi yang terakreditasi dan/atau memperoleh lisensi.
13.Lembaga Pelatihan dan Keterampilan, yang selanjutnya disingkat LPK adalah satuan pendidikan non-formal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, dan/atau usaha mandiri.
14.Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Perindustrian.
15.Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi.
BAB IIPERUSAHAAN INDUSTRI TERTENTU DAN PERUSAHAAN
KAWASAN INDUSTRI YANG WAJIB MELAKUKAN MANAJEMEN ENERGI
Pasal 2
(1)Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri yang menggunakan sumber energi dan/atau energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun wajib melakukan manajemen energi
(2)Penggunaan sumber energi lebih besar atau sama dengan 6000 TOE pada perusahaan industri tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah untuk setiap pabrik (plant);
(3)Kriteria Perusahaan Industri tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan jumlah penggunaan energi per ton produk dan/atau
3
kapasitas produksi per tahun. (4)Perusahaan Industri tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(5)Perusahaan industri yang menggunakan energi lebih dari atau sama dengan 6000 TOE yang tidak tercantum dalam lampiran I sebagaimana dimaksud pada ayat 4 wajib melakukan manajemen energi.
(6)Pemerintah Daerah memfasilitasi industri kecil tertentu untuk melakukan manajemen energi.
(7)Pemerintah daerah harus melakukan manajemen energi bagi sentra industri kecil tertentu apabila kelompok pengelola manajemen energi belum terbentuk.
(8)Pemerintah memfasilitasi pemerintah daerah dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (5).
BAB IIIPELAKSANAAN MANAJEMEN ENERGI
Bagian KesatuManajemen Energi
Pasal 3
Manajemen energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan dengan:a. menunjuk manajer energi;b. menyusun dan melakukan program konservasi
energi;c. menyusun dan melakukan program diversifikasi
energi.d. pelaporan.
Bagian KeduaManajer Energi
Pasal 4
(1) Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) wajib membentuk Tim Manajemen Energi.
(2) Tim Manajemen Energi diketuai oleh Manajer Energi.
4
(3) Manajer Energi wajib memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan Perundang-undangan.
(4) Tim Manajemen Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas melakukan program konservasi energi dan program diversifikasi energi.
(5) Manajer Energi wajib menyusun Road Map Pencapaian Manajemen Energi.
(6) Manajer Energi wajib melakukan pemantauan dan evaluasi yang meliputi pengukuran, pencatatan, penyiapan laporan, dan usulan tindakan perbaikan pelaksanaan program konservasi energi dan program diversifikasi energi.
Bagian KetigaProgram Konservasi Energi
Pasal 5
Program konservasi energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dilakukan dengan:a. penentuan baseline konsumsi energi;b. audit energi;c. penghematan penggunaan energi.
Pasal 6
Baseline konsumsi energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a ditentukan pada tahun berjalan perencanaan program konservasi energi.
Pasal 7
(1)Audit energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b menjadi tanggung jawab perusahaan.
(2)Audit energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh auditor energi internal dan/atau lembaga yang telah terakreditasi.
(3)Auditor energi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 8
Penghematan penggunaan energi sebagaimana
5
dimaksud dalam Pasal 5 huruf c dapat dilakukan melalui perbaikan/inovasi sistem produksi yang meliputi bahan bakar, bahan baku/penolong, teknologi, permesinan, dan peralatan.
Bagian KeempatProgram Diversifikasi Energi
Pasal 9
(1)Program diversifikasi energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c dilakukan dengan:a. pemanfaatan energi baru terbarukan;b. pemanfaatan produk samping dan limbah sebagai
sumber energi; c. mewujudkan bauran energi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan ketersediaan sumber energi.
(2)Penyediaan energi baru dan energi terbarukan wajib ditingkatkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya; *(Pasal 20 ayat 4 UU No. 30 tahun 2007 tentang energi)
(3)Program diversifikasi energi pada Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada lampiran II Peraturan Menteri ini. akan diatur lebih lanjut melalui Petunjuk Teknis oleh Direktorat Jenderal Pembina.
Pasal 10
(1)Menteri menetapkan target pencapaian manajemen energi di Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri melalui pelaksanaan konservasi energi dan diversifikasi energi.
(2)Target pencapaian manajemen energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai Road Map yang tercantum pada Lampiran II.
(3)Road Map sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat:a. target pencapaian manajemen energi ;b. jumlah manajer energi yang bersertifikat;c. pelaksanaan audit energi lengkap;
6
d. penghematan energi;e. penggunaan energi baru dan energi terbarukan;f. pemanfaatan produk samping dan limbah sebagai
sumber energi(4)Pencapaian target manajemen energi sebagaimana
yang dimaksud pada ayat 3 Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dalam bentuk :a. program pembinaan industri dalam pelaksanaan
konservasi energi dan diversifikasi energi;b. fasilitasi pembiayaan dalam rangka identifikasi
dan analisa potensi penghematan energi;c. penguatan kelembagaan;d. sosialisasi konservasi energi dan diversifikasi
energi.(5)Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan
Kawasan Industri dalam melakukan Manajemen Energi mengacu pada Road Map sebagaimana dimaksud pada ayat (3);
(6)Perusahaan Kawasan Industri mengkoordinasikan pelaksanaan manajemen energi sebagaimana dimaksud pada ayat 5.
BAB IVPEMBINAAN, EVALUASI, PENGAWASAN
Pasal 11
(1)Menteri melakukan pembinaan, evaluasi, dan pengawasan terhadap perusahaan industri tertentu dan perusahaan kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 2.
(2)Pelaksanaan pembinaan, evaluasi, dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Direktorat Jenderal pembina industri berkoordinasi dengan Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri.
(3)Pembinaan, evaluasi dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat tentang pencapaian target Manajemen Energi pada kelompok industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 2.
Pasal 12
(1)Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
7
ayat (1) meliputi:a. peningkatan kompetensi sumber daya manusia
bidang manajemen energi;b. fasilitasi sertifikasi kompetensi;dan/atauc. fasilitasi inovasi dan alih teknologi.
Pasal 13
(1)Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilakukan terhadap rencana program pelaksanaan manajemen energi kepada kelompok perusahaan industri tertentu dan kawasan industri.
(2)Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.
Pasal 14
Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilakukan terhadap pelaksanaan manajemen energi.
BAB VIPELAPORAN
Pasal 15
(1) Setiap Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri wajib melakukan pelaporan pelaksanaan manajemen energi kepada Menteri paling lambat bulan Desember tahun berjalan.
(2) Tata cara dan mekanisme pelaporan dilakukan secara online yang diatur lebih lanjut dengan petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian.
BAB VISANKSI
Pasal 16
8
(1) Pemerintah dapat memberikan sanksi administratif kepada Perusahaan Industri tertentu dan/atau Perusahaan Kawasan Industri yang tidak melakukan Manajemen Energi.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:a. peringatan tertulis;b. denda administratif; c. pembekuan izin usaha;d. penutupan sementara;e. pencabutan izin usaha.
Pasal 17
(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (2) huruf a diberikan paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai peringatan tertulis ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 18
Pengenaan denda administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (2) huruf b dilakukan berdasarkan:a. rekomendasi instansi pembina industri di daerah;
ataub. hasil pemeriksaan lapangan oleh pejabat yang
ditunjuk untuk melakukan pengawasan Manajemen Energi.
Pasal 19
(1) Sanksi administratif berupa denda wajib dibayarkan ke kas negara/kas daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pembayaran denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak surat pengenaan sanksi administratif ditetapkan.
(3) Besaran denda dan tata cara penyampaian denda administratif ditetapkan oleh Menteri.
9
Pasal 20
(1) Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri dapat dibekukan izinnya apabila tidak melakukan perbaikan setelah diberikan 3 (tiga) kali peringatan tertulis serta denda administratif.
(2) Sanksi pembekuan izin ditetapkan oleh Menteri dan/atau Pemerintah Daerah.
Pasal 21
(1) Perusahaan industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri yang tidak dapat melakukan perbaikan setelah izin usaha dibekukan, maka dapat dikenakan sanksi berupa penutupan sementara.
(2) Penutupan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah izin usaha dibekukan.
(3) Penutupan sementara dilakukan oleh Menteri berkoordinasi dengan Gubernur dan Bupati/Walikota
Pasal 22
(1)Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri dikenakan pencabutan izin usaha apabila tidak melakukan perbaikan selambat-lambatnya satu bulan setelah penutupan sementara dilakukan.
(2)Pencabutan ijin usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.
(3)Penutupan sementara sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (1) dilakukan oleh Menteri berkoordinasi dengan Gubernur dan Bupati/Walikota.
Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 diatur dengan Peraturan Menteri.
10
BAB VIIKETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
(1)Dalam hal belum tersedia infrastruktur untuk penerapan peraturan ini, Menteri dapat menunjuk institusi di lingkungan Kementerian Perindustrian untuk melakukan kegiatan penyusunan SKKNI, tempat kegiatan uji kompetensi, tempat diklat profesi, dan sertifikasi.
(2)Dalam hal Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri belum memiliki manajer energi yang bersertifikat, dapat menunjuk sumber daya manusia dengan pengalaman di bidang Manajemen Energi minimal 5 (lima) tahun sebagai manajer energi pada Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri.
(3)Ketentuan peralihan ini berlaku 2 (dua) tahun.
BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan Peraturan Menteri ini, akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan menteri ini dengan penempatannya dalam berita Negara Republik Indonesia
Ditetapkan di Jakartapada tanggal
MENTERI PERINDUSTRIAN
11
REPUBLIK INDONESIA,
MOHAMAD S. HIDAYAT
SALINAN Peraturan Menteri inidisampaikan kepada:
1. Wakil Menteri Perindustrian;2. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian;3. Kepala Biro Hukum dan Organisasi;4. Para Kepala Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian
Perindustrian;5. Pertinggal.
12
LAMPIRAN IKRITERIA PERUSAHAAN INDUSTRI TERTENTU YANG WAJIB MELAKUKAN MANAJEMEN ENERGI
No
Kelompok Industri
Kapasitas Produksi per
tahun (minimal)
(ton)
Unit Konsumsi Energi
(minimal)(kWh/ton)
Sumber
1 Semen-ASI
75.000 930,4
Masukan ASI :- Pabrik yang beroperasi sebelum tahun 1995 :
a. Konsumsi energi listrik spesifik = 110 Kwh/ton semen
b. Konsumsi panas spesifik = 1046 Kwh/ton klinker
-Pabrik yang beroperasi setelah tahun 1995 :
a. Konsumsi energi listrik spesifik = 100 Kwh/ton semen
b. Konsumsi panas spesifik = 977 Kwh/ton klinker
2Besi dan Baja-aplindo-IISIA
13.187,69 5291,3 *(dari bijih besi hingga produk)
Indonesia, enerdata, 2010
a. Induction Furnace
107.353,85131.660,38
650 530-600 Sinclair, 2010
BBLM
b. EAF150.387,93
155.066,67
464
450
Sinclair, 2010
BBLM
c. BF-BOF (steel making)
13.956 5000 BBLM
d. Cupola (blast furnace tapi kecil) 73.452,63 950-1441 BBLM
13
e.rolling mill plant IISIA
3 Ferro Nikel
4 Aluminium
a. Alumunium
soderberg smelter
(i) Konvensional 3.489 20.000 BBLM
(ii) Efisien 5.367,69 13.000 BBLM
b. Alumunium
foundry (Reverberatory gas furnace)
79.931,27 873 BBLM
c. Tembaga
(i) Smelting
38.403,96 1.817-6.653BBLM
(ii) Converting
264.318,18 264-1.905BBLM
(iii) Gas Cleaning
37.800,65 1.846-2.403BBLM
(iv) Electro refining
42.522,85 1.641-1.846BBLM
5 Pulp dan Kertas a. Pulp 99.685,71 700 BBPKb. Kertas 139.560 500 BBPKc. Pulp dan kertas 99.685,71 700 BBPK
6 Keramik dan Kaca a. Keramik 15.133,02 4.611,11 Sinclair, 2010
b. Kaca 20.954.954,95 3,33 Sinclair, 2010
14
7 Tekstil a. Integrated 3.864,74 18.055,56 BBT b. Proses Basah 7.850,25 8.888,89 BBT
c. Spinning 26.167,4726.442,94
2.666,67 2.638,89
Sinclair, 2010BBT
d. - Weaving - Knitting 7.612,36 9.166,67 Sinclair, 2010
e. Garment 83.736,33 833,33 BBT
f. Washing Garment 35.886,94 1.944,44 BBT
8 Pupuk : 3,128,400(7.758,90)
9,155(8.993,54 ) BBKK
UreaTSP
9 Petrokimia : C1OlefinAromatikCAP (Chlor Alkali Plant)
10 Makanan a. Gula 42.577,60 1.638,89 BPPT
b. Minyak Goreng3.876.666,67
2.326.000
18
30 GAPMMI11 Minuman 12 Tembakau/Rokok 13 Industri
Pengolahan Sawit 17-19 BBKK
14 Oleokimia 3.489.000 250 APOLIN15 Alat elektronik 16 Plastik 17 Sepatu 18 Otomotif 19 Ban 80 BBKK20 Karet 175 GAPKINDO21 Gas Industri 22 Kosmetik
15
ROADMAP MANAJEMEN ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI
No Rencana Aksi
Target Pencapaian Target Pencapaian
Penangung Jawab
(Fasilitasi Pemerintah)
2020 (%) 2025 (%)
Sem
en
Baj
a
Pulp
&
Ker
tas
Tek
stil
Ker
amik
Mak
anan
da
n M
inum
anK
imia
Pupu
k
Sem
en
Baj
a
Pulp
&
Ker
tas
Tek
stil
Ker
amik
Mak
anan
da
n M
inum
an
Kim
ia
Pupu
k
1 Pelaksanaan Program Konservasi Energi
a Pemenuhan Manajer Energi 100 30 100 Kemenperin, ESDM, HAKE
b Pelaksanaan Audit Energi Lengkap 100 50 100 Kemenperin, ESDM
c Penurunan Unit Konsumsi Energi (IKE) 15 15 30 30 Kemenperin, ESDM
2 Pelaksanaan Program Diversifikasi Energi
a Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan 30 40 40 80 Kemenperin, ESDM,
b Pemanfaatan produk samping dan limbah sebagai sumber energi 20 40 40 80
Kemenperin, ESDM, PEMDA
*Penjelasan dari masing – masing Rencana Aksi :1. Pelaksanaan Program Konservasi Energi :
a. Manajer Energi : Prosentase jumlah manajer energi yang bersertifikatb. Audit Energi Lengkap : Prosentase jumlah industri yang sudah melaksanakan audit energi secara lengkap (komprehensif)c. Penurunan Unit Konsumsi Energi : Prosentase penurunan unit konsumsi energi berdasarkan baseline. Cara perhitungannya berdasarkan dengan
metode yang disepakati masing – masing industri.
2. Pelaksanaan Program Diversifikasi Energia. Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan : Prosentse penggunaan EBT terhadap total konsumsi energi di industrib. Pemanfaatan produk samping dan limbah sebagai sumber energi : Prosentse produk samping dan limbah sebagai sumber energi terhadap total
konsumsi energi di industri di industri
16
LAMPIRAN II