oleh j u m h u r i a t i n nim. 2317 0902 0243
TRANSCRIPT
PENGARUH MOTIVASI GURU AGAMA
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA BIDANG STUDI PAI KELAS V SDN 3 WOJA
Oleh
J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM 2011
ii
PENGARUH MOTIVASI GURU AGAMA
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA BIDANG STUDI PAI KELAS V SDN 3 WOJA
Skripsi
diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mancapai gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM
2011
xiii
ABSTRAK
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
dalam belajar. Untuk mewujudkan hal tersebut sangat diperlukan motivasi
guru, motivasi yang akan membangkitkan gairah belajar siswa sehingga akan
berpengaruh terhadap prestasi siswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantiatif, karena data yang diperoleh
dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang
diguankan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantiatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
motivasi guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
PAI di kelas V SDN 3 Woja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r-hitung yang
diperoleh adalah 0,990, sedangkan angka batas penerimaan hipotesis nol yang
terdapat pada tabel product moment pada taraf signifikasi 5% dan N
(responden) = 21 sebesar 0,433 yang berarti pula bahwa nilai r-hitung lebih
besar dari r-tabel product moment (0,990 > 0,433).
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau
mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal
merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut,
karena melalui sekolah siswa belajar berbagai macam hal.
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang
sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan,
kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin
dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang
memuaskan dibutuhkan proses belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil dari berbagai upaya dan daya yang
tercermin dalam partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.1
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang.
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya
penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti
suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian
1 Abdorrakhman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Humaniora,
2008), h. 86
2
terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah
mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar sebagian besar terletak pada
usaha atau kegiatannya sendiri, di samping faktor kemauan, minat, ketekunan,
tekat untuk sukses dan cita-cita tinggi yang mendukung setiap usaha dan
kegiatannya. Siswa akan berhasil kalau berusaha semaksimal mungkin dengan
cara belajar yang efesien sehingga mempertinggi prestasi belajar yang
efesien.2
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
dalam belajar.3
Untuk mewujudkan hal tersebut sangat diperlukan motivasi guru,
motivasi yang akan membangkitkan gairah belajar siswa sehingga akan
berpengaruh terhadap prestasi siswa.
Dalam proses belajar, setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan
kelas. Mengajar merupakan salah satu komponen dari kompetensi-kompetensi
guru. Dan setiap guru harus menguasainya serta terampil dalam melaksanakan
tugas mengajar itu.4
Motivasi dari guru memegang peranan penting. Karena dengan adanya
motivasi guru dalam mengajar maka akan sangat mempengaruhi siswa dalam
meningkatkan prestasi belajarnya. Intensitas belajar siswa sudah tentu
2 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 190. 3 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), h. 23. 4 Ibid, h. 34.
3
dipengaruhi oleh motivasi guru. Siswa yang ingin mengetahui sesuatu dari apa
yang dipelajarinya adalah sebagai tujuan yang ingin dicapai selama belajar.
Karena siswa mempunyai tujuan ingin mengetahui sesuatu itulah akhirnya
siswa terdorong untuk mempelajarinya.5
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang
bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan
untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh
karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu
mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.6
Mengingat demikian pentingnya motivasi guru bagi siswa dalam belajar,
maka motivasi guru sangat penting untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Motivasi guru berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak
tingkah laku. Motivasi guru mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan,
demokratisasi pendidikan, membina kreativitas dan imajinasi siswa,
pembinaan disiplin kelas dan menentukan efektivitas pembelajaran.7
Winkel dalam Martinis mengibaratkan motivasi dengan kekuatan mesin
pada kendaraan. Mesin yang berkuatan tinggi menjamin lajunya kendaraan
walaupun jalan itu mendaki dan membawa muatan yang berat. Begitupun
dengan motivasi guru adalah sebagai pendorong untuk memberikan kekuatan
pada daya-daya belajar kearah yang jelas.8
5 Ibid, h. 27. 6 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 1 7 Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran (Surabaya: Insan Cendekia,
2002), h. 50. 8 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (Jakarta: Persada Press, 2009),
h. 176.
4
Maksud dari ungkapan tersebut di atas adalah motivasi guru yang
diberikan pada siswa sendiri berperan sebagai mesin yang kuat atau lemah
akan tetapi guru sebagai sang sopir yang menentukan tujuan yang hendak
dicapai oleh siswa.
Bidang studi Pendidikan Agama Islam merupakan bidang studi yang
sangat penting bagi pola perubahan tingkah laku siswa. Karena dalam
pelajaran Pendidikan Agama Islam, siswa diajarkan bagaimana harus hidup
dan bermasyarakat sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang terkandung dalam Islam. Mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan pada setiap
jenjang pendidikan formal.
Pendidikan Agama Islam dapat menentukan pribadi dan bangsa
Indonesia bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, yaitu orang yang
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan melalui
pendidikan agama Islam, maka bangsa Indonesia akan meningkat
ketaqwaannya kepada Tuhan yang Maha Esa. Apabila bangsa Indonesia itu
meningkat ketakwaannya, maka salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sesuai dengan
ajaran Islam bahwa orang yang bertakwa keapda Allah adalah orang yang
paling mulia di sisi-Nya.9
Selain dari berbagai pendapat yang diungkapkan oleh para ahli di atas
tentang pentingnya motivasi yang diberikan oleh guru kepada siswa, peneliti
9 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja
(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 20.
5
juga ingin mengungkapkan hasil observasi awal. Berawal dari tugas latihan
mengajar atau Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN 3 Woja,
sehingga peneliti menemukan titik masalah dengan melihat setiap guru yang
mengajar di SDN 3 Woja masih kurang dalam memberikan motivasi sebelum
memulai dan setelah mengakhiri pelajaran khususnya pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI). Dan akhirnya dari maslah terebut sehingga
peneliti tertarik untuk mengangkat judul mengenai “Pengaruh Motivasi Guru
terhadap Peningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam di kelas V di SDN 3 Woja tahun pelajaran 2010/2011”.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas,
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah
pengaruh motivasi guru terhadap peningkatkan prestasi belajar siswa pada
bidang studi Pendidikan Agama Islam di kelas V di SDN 3 Woja tahun
pelajaran 2010/2011?
2. Batasan masalah
Terbatasnya waktu, tenaga serta sarana yang tersedia, peneliti
membatasi permasalahan pada pengaruh motivasi guru terhadap
peningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama
Islam. Dengan batasan sebagai berikut:
6
a) Motivasi guru yang diteliti adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh guru dalam meingkatkan prestasi belajar siswa
b) Prestasi belajar adalah hasil aktivitas belajar siswa yang
diaktualisasikan dalam angka atau skor yang dapat dilihat dalam buku
raport.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka di sini yang menjadi
tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi guru dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama
Islam kelas V di SDN 3 Woja tahun pelajaran 2010/2011”.
2. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Dari segi teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
para pengemban Pendidikan Agama Islam dan memperkaya hasil
penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai
pengaruh motivasi guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
pada bidang studi Pendidikan Agama Islam
2. Dari segi praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
informasi khususnya kepada pihak sekolah, konselor sekolah dan guru
7
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi kinerja guru
Pendidikan Agama Islam baik dalam mengelola kelas maupun
merancang rencana pembelajaran dengan sebaik mungkin agar tercipta
suasana kelas yang kondusif serta dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat.10 Sedangkan pendapat lain
mengatakan bahwa motif adalah daya penggerak di dalam diri
seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat
tertentu.11
Lebih jauh lagi Sardiman menetapkan beberapa elemen penting
yang termuat dalam pengertian motivasi itu sendiri yaitu:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada
setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa
beberapa perubahan energi di dalam “neurophysiological” yang ada
pada organism manusia.
2. Motivasi ditandai dengan adanya rasa atau feeling seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
10 Hamzah, Teori Motivasi, h. 3. 11 Sardiman, Interaksi dam Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo Persada), h. 73.
9
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.12
Dari gambaran ketiga elemen tersebut di atas dapat dipahami
bahwa motivasi itu sifatnya sangat kompleks, dengan adanya motivasi
akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi pada diri
seseorang, hal ini terkait dengan gejala kejiwaan perasaan dan emosi
yang menyebabkan terjadi pada diri seseorang tersebut, kemudian
dengan perubahan tersebut menyebabkan tindakan-tindakan tertentu.
Sedangkan belajar diartikan sebagai “kegiatan psiko-fisik menuju
perkembangan pribadi seutuhnya”13 kemudian dalam arti sempit,
belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu
pengertahuan yang merupakan sebagai kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutunya.
Sejalan dengan hal di atas adapula ungkapan lain yang mengenai
belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku idividu melalui intraksi dengan lingkungan. Bila
dibandingkan dengan pengertian pertama jelas bahwa tujuan belajar itu
prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku hanya berbeda proses
dalam melakukanya.14
Dari paparan di atas maka penulis dapat memahami bahwa
motivasi belajar adalah “kemaampuan atau keinginan yang kuat untuk
melaksanakan proses kehidupan yakni belajar atau dengan kata lain
daya yang dimiliki oleh seseorang untuk merubah diri dan orang
12 Ibid, h. 74. 13 Ibid, h. 20-21. 14 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: bumi aksara, 2008), h. 28.
10
menjadi lebih dewasa dan berkarekter tinggi melalui proses belajar
mengajar”.
Mengenai motivasi belajar tersebut bisa juga penulis katakana
bahwa motivasi belajar merupakan motivasi keseluruhan pengerak dari
dalam individu maupun dari luar individu siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar yang akan menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar mengajar yang dilaksanakan sehingga kegiatan dan tujuan
belajar dapat terealisasi sesuai dengan harapan guru, siswa dan orang
tua agar minat dan prestasi siswa mengalami peningkatan yang
menggembirakan.
b. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar
Bentuk-bentuk motivasi yang dimaksud adalah usaha yang
dilakukan untuk mengembangkan serta membangkitkan daya yang
dimiliki untuk melakukan sesuatu. Adapun bentuk-bentuk motivasi dan
cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah adalah
sebagai berikut:
1) Memberi angka. Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegitan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada roport dengan angkanya yang baik-baik.
2) Hadiah. Dengan memberikan hadiah kepada siswa akan membangkitkan motivasinya dalam belajarnya.
3) Saingan/kompetesi. Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Baik persaingan insividual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4) Ego-involvement. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan
11
sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu motivasi bentuk motivasi yang cukup tinggi.
5) Memberi ulangan. Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar untuk menghadapi ulangan.
6) Mengetahui hasil. Mengetahui hasil belajarnya bisa dijadikan sebagai alat motivasi bagi siswa. Dengan mengetahui hasil belajarnya siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat.
7) Pujian. Pujian bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus sebagai merupakan motivasi yang baik.
8) Hukuman. Meskipun hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi bila dilakukan dengan baik dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik.
9) Hasrat untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti ada kesenjangan untuk belajar.
10) Minat. Kecendrungan yang tepat untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktifitas.
11) Tujuan yang diakui. Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.15
Senada dengan hal di atas Hamalik mengungkapkan bahwa yang
biasa diterapkan guru di sekolah untuk membangkitkan belajar
siswanya yaitu:
1) Hadiah. Memberikan hadiah kepada setiap siswa yang menunjukkan hasil belajar yang baik.
2) Memberi angka. Murid mendapat angka yang baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih baik.
3) Kerja kelompok. Dalam kerja kelompok dimana melakukan kerjasama dalam belajar.
4) Tujuan dan level. Dari keluarga akan mendororong kegiatan siswa dalam belajar.
5) Sarkasme. Mengajak siswa yang memiliki hasil belajar yang kurang.
6) Penilaian. Penilaian secara continue akan mendorong murid belajar, oleh karena itu setiap anak mempunyai kecendrungan untuk memperoleh hasil yang baik.
15 Sardiman, Intraksi dan Motivasi Belajar, h. 92-95.
12
7) Karya wisata. Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar siswa oleh karena itu, dalam kegiatan ini akan dapat pengalaman langsung dan bermakna baginya.
8) Film pendidikan. Setiap siswa merasa senang nonton film, gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Paparan di atas walaupun konteksnya berbeda namun
subtansinya sama yaitu mengenai bentuk-bentuk motivasi dalam
belajar. Motivasi yang diuraikan di atas sudah barang tentu masih
banyak bentuk motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru. Dengan
adanya bermacam-macam motivasi itu, guru dapat mengembangkan
dan mengarahkan siswa untuk memperoleh hasil yang maksimal, dan
dengan memotivasi belajar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Karena tipe dari masing-masing siswa berbeda-beda atau
bervariasi, ada yang cerdas dan kurang cerdas. Dengan keadaan seperti
itu guru harus mampu melanjutkan dari tahap belajar dan bisa
diarahkan menjadi kegiatan belajar yang maksimal, sehingga
hasilnyapun akan bermakna dan bermanfaat bagi kehidupannya.
c. Macam-macam Motivasi
Berdasarkan ungkapan yang telah peneliti sajikan di atas maka
dapat diketahui bahwa motivasi itu memiliki sifat, yang pada dasarnya
motivasi memiliki dua sifat yaitu motivasi internal dan motivasi
eksternal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Motivasi
internal adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang
bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa itu sendiri. Sedangkan
13
motivasi eksternal adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor
dari luar situasi belajar itu sendiri.
Sesuai dengan pendapat para pakar ilmu pendidikan. Bahwa sifat
motivasi itu terbagi menjadi dua adalah sebagai berikut:
1) Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang senang membaca tidak usah ada yang menyuruh membaca atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku yang dibacanya.
2) Motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif berfungsinya karena adanya prangsang dari luar. Sebagai contoh, seseorang itu belajar karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik.16
Dari sifat motivasi tersebut di atas maka sebenarnya sifat
motivasi itu bergantung dan dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya sebagai berikut:
1) Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong
tingkah laku atau perbuatannya dan kesadaran atas tujuan belajar
yang hendak dicapainya.
2) Sikap guru terhadap kelas, guru yang bersifat bijak dan selalu
merangsang siswa untuk berbuat kearah suatu tujuan yang jelas
dan bermakna bagi kelas, akan menumbuhkan sifat yang intrinsik.
Tetapi bila guru menitik beratkan pada rangsangan-rangsangan
sepihak maka sifat ekstrinsikan menjadi lebih dominan.
3) Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu kuat
maka motivasi lebih condong kesifat ekstrinsik.
16 Sardiman, Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 89-91.
14
4) Suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu
pada motivasi belajar siswa. Suasana kebebasan yang bertanggung
jawab tentunya lebih merangsang munculnya motivasi intrinsik
dibandingkan dengan suasana penuh tekanan dan paksaan.
Begitu juga dengan pendapat Dimyati dalam bukunya belajar dan
pembelajaran, bahwa motivasi itu dapat dipengaruhi oleh beberapa
unsur adalah sebagai berikut:
1) Cita-cita atau aspirasi siswa Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan untuk berjalan, makan-makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, dapat bernyayi dan sebagainya.
2) Kemampuan siswa Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf.
3) Kondisi siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar siswa. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.
4) Kondisi lingkungan belajar siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan dengan teman sebaya dan kehidupan kemasyarakatan.
5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajarnya.
6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah.17
Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja.
Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Sedangkan
17 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, h. 97-100.
15
bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan orang
lain. Motivasi belajar dan bekerja merupakan penggerak kemajuan
masyarakat. Kedua motivasi tersebut penting dimiliki oleh siswa
sedangkan motivasi belajar penting bagi guru dan siswa.
2. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian prestasi belajar siswa bidang studi Pendidikan Agama
Islam
Dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah
tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses
pembelajaran tentang materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, yakni
tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku
yang dapat diukur dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor.
Prestasi belajar siswa adalah hasil dari berbagai upaya dan daya
yang tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran yang diajarkan.18
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan
yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktivitas dalam belajar.19
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu, sebagai hasil dari
18 Ginting, Esensi Praktis, h. 87. 19 Djamarah, Prestasi Belajar, h. 23.
16
aktivitas dalam belajar, sehingga yang dimaksud prestasi belajar dalam
penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh siswa kelas V di SDN 3
Woja tahun pelajaran 2010/2011 setelah melakukan proses belajar
mengajar dengan menggunakan motivasi guru pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang akan ditandai dengan perubahan
perbuatan yang meliputi pengetahuan, sikap, kebiasaan maupun nilai
dalam bentuk raport.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujdkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 20
Definisi Pendidikan Agama Islam di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama
Islam adalah suatu tahapan perubahan tingkah laku individu dari hasil
aktivitas belajar agama islam yang diperoleh dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan mampu merealisasikan dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Adapaun kemampuan yang harus dimiliki sehingga siswa
dikatakan berprestasi dalam bidang Pendidikan Agama Islam tidak
20 Sistem Pendidikan Nasional UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru da Dosen
17
terlepas dari materi yang diajarkan di sekolahnya dan sesuai dengan
ketetapan kurikulum dan silabi yang dipakai.
Dibawah ini peneliti akan memaparkan sub materi Pendidikan
Agama Islam yang diajarkan di SDN 3 Woja khususnya pada jurusan
UPW kelas V pada semester satu yang terbagi menjadi beberapa sub
diantaranya adalah Al-Qur’an Hadis, Aqidah, Akhlak, Fiqih dan
Sejarah Kebudayaan Islam.
1. Al-Qur’an Hadis Memahami ayat Al – Qur’an tentang kompetensi dalam kebaikan dan memahami ayat Al Qur’an tentang perintah menyantuni kaum dhuafa. Kemampuan yang harus ditunjukkan oleh siswa terkait dengan materi tersebut adalah siswa mampu menunjukkan perilaku berkompetensi dalam kebaikan dan siswa mampu mempraktekkan perilaku menyantuni kaum dhuafa
2. Aqidah Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah melalui sifat-sifatnya sehingga kemampuan yang harus dimilki oleh siswa adalah mampu meneladani sifat mulia Rasul-rasul Allah
3. Akhlak Membiasakan berperilaku terpuji (taubat). Terkait dengan materi tersebut, maka kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah mampu menunjukkan perilaku taubat dalam kehidupan sehari-harinya dan mampu menyebutkan syarat-syarat taubat.
4. Fiqih Memahami hukum islam tentang mu’amalah. Kemampuan yang harus dimiliki adalah siswa mampu mempraktekkan macam-macam jual beli yang sah dan jual beli yang dilarang oleh agama.
5. Sejarah kebudayaan islam Memahami perkembangan islam pada abad pertengahan (1250-1800). Terkait dengan materi tersebut, kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah mampu menceritakan perkembangan islam di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban pada abad pertengahan.
Dari beberapa sub materi Pendidikan Agama Islam yang
diajarkan di SDN 3 Woja khususnya di kelas V pada semester 1 (satu)
diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan-kemampuan yang harus
18
dimiliki siswa tidak terlepas dari 3 (tiga) asfek tujuan pendidikan yaitu
yang berkaiatan dengan kognitif (pengetahuan/Pemahaman), afektif
(Sikap/perilaku), dan psikomotorik (Pengamalan/keterampilan atau
skill). Asfek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan proses
mental yang berawal dari tingkat pengetahuan yang paling rendah
hingga sampai ketingkat pengetahuan yang paling tinggi. Dengan
kemampuan kognitif ini siswa dituntut untuk memiliki pengetahuan
untuk bisa memahami semua materi yang diajarkan di sekolahnya.
Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berkaitan dengan sikap
atau perilaku. Kemampuan ini menuntut siswa untuk bisa menerima
dan menghayati materi pelajaran sehingga mampu untuk dimengerti.
Kemampuan psikomotorik adalah kemampuan yang berkaita dengan
keterampilan dalam mngerjakan sesuatu, artinya adalah setiap materi
pelajaran yang diberikan kepada siswa di sekolah agar mampu untuk
dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupannya.
b. Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia, aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara
bertahap.
Adapun dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia
mempunyai landasan-landasan yang cukup mantap. Dasar tersebut
19
dapat ditinjau dari segi religius, psikhologis, sosiologis dan yuridis
formil.21
1) Dasar religius
Dasar religius adalah dasar yang bersmber dari ajaran agama islam
yang tertera dalam Al Qur’an maupun dalam Hadits. Menurut
ajaran islam, melaksanakan ajaran islam merupakan perintah yang
bernilai ibadah. Dalam Al Qur’an banyak ayat-ayat yang
menunjukkan adanya perintah tersebut antara lain:
a) Surat An Nahl ayat 125 yang berbunyi
Artinya : Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Dan cegahlah mereka dengan cara yang baik Sesungguhnya Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An Nahl: 125).22
b) Surat Al-Lukman ayat 17 yang berbunyi
Artinya : Wahai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan mencegah mereka dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu teramasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah (QS. Al-Lukman: 17).23
21 Nasir, Peranan Pendidikan, h. 23-45. 22 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), h
421. 23 Ibid., h. 655
20
2) Psikologis
Pada dasarnya agama seseorang itu banyak dipengaruhi oleh
pendidikan, pengalaman, latihan dan kebiasaan yang dialami sejak
ia masih anak-anak. Seseorang yang tidak pernah memperoleh
pendidikan agama pada waktu kecilnya, tentu ia tidak dapat
merasakan betapa pentingnya beragama. Manusia dalam hidupnya
selalu membutuhkan pegangan yang disebut dengan agama.
Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang
mengakui adanya zat yang Maha Kuasa yang dijadikan sebagai
tempat untuk berlindung dan memohon pertolongan. Hati mereka
akan merasa tenang dan tentram ketika mendekatkan diri dan
mengabdi kepada zat yang Maha Kuasa. Hal semacam ini
diterangkan dalam Al Qur’an dalm surat Ar Ra’du ayat 28 yang
berbunyi:
Artinya : Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah lah hati akan menjadi tentram.24
3) Sosiologis
Duncan sebagaimana dikutip oleh Sahilun mengatakan bahwa
manusia pada dasarnya mempinyai unsur-unsur alam semesta dan
24 Ibid., h. 373.
21
juga mempunyai unsur-unsur rohani. Dari perpaduan unsur-unsur
inilah lahir agama. Oleh karena manusia merupakan anggota
masyarakat, maka beberapa segi atau hal-hal agama menjadi
persoalan sosial dan merupakan perkara yang penting bagi
penelitian sosial, sehingga jelaslah bahwa manusia itu secara
sosiologis adalah makhluk yang beragama.
4) Yuridis formil
Yuridis formil maksudnya, perundang-undangan atau peraturan-
peraturan yang berlaku, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat dijadikan dasar landasan Pendidikan Agama Islam.
Di samping pendapat di atas mengenai landasan pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam, ada juga pendapat lain yang lebih khsusus
lagi sehingga pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia
menjadi cukup kuat. Hal ini perlu diketahui oleh guru pendidikan
agama islam agar tidak ragu-ragu dalam menjalankan dan menerapkan
Pendidikan Agama Islam baik ditempat yang formal maupun non
formal seperti lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bergerak dalam
kemajuan manusia. Dasar-dasar pelaksanaan tersebut menurut
Zuhairini adalah:
1) Yuridis/hukum
Yakni, dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang
berasal dari perundang-undangan yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan
22
Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah ataupun di lembaga
pendidikan formal di Indonesia
2) Religius
Maksudnya adalah dasar-dasar yang bersumber dari ayat al-Qur’an
maupun hadits Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran islam
melaksanakan Pendidikan Agama Islam adalah merupakan
perintah dari Allah dan merupakan ibadah.
3) Sosial psikologis
Dasar ini diambil karena sejak manusia berada dalam kandungan
ibu Allah sudah memberikan fithrah atau potensi yakni potensi
untuk melakukan kebaikan dan selalu berpegang teguh kepada
ajaran agama. Melalui Pendidikan Islamlah semua potensi itu dapat
dibedah dan dijabarkan sehingga potensi-potensi yang ada dapat
digali.25
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama
Islam memiliki dasar yang sangat kuat, baik dari segi hukum maupun
dari agama Islam itu sendiri. Sehingga tidak akan ada keraguan sama
sekali dalam menerapkan dan melaksanakan Pendidikan Agama Islam
itu dimanapun dan kapanpun. Di samping hal itu juga karena
Pendidikan Agama Islam mengandung nilai-nilai yang baik yang
sesuai dengan kebutuhan umat manusia dalam menghadapi segala jenis
25 Zuharini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h.
21.
23
tantangan hidup baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari luar
kehidupan pribadi.
c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
1) Tujuan Pendidikan Agama Islam
Setiap pendidikan yang dilakukan baik secara formal dan non
formal tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun yang
dimaksud dengan tujuan adalah “Sasaran yang ingin dicapai.26
Lebih jauh dijelaskan tujuan adalah “Sasaran yang ingin dicapai
seseorang atau sekelompok orang setelah melakukan suatu
kegiatan.27. Dari penegertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan
adalah sesuatu yang ingin hendak dicapai setelah melakukan
aktifitas atau kegiatan.
Sedangkan tujuan pendidikan dijelaskan dalam UU Sistim
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 adalah “...bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.28
Dari deskripsi tentang tujuan pendidikan menurut UU sistim
pendidikan nasional tahun 2003 di atas dapat dipahami bahwa
tujuan pendidikan pada dasarnya adalah merubah sikap dan
26 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 23 27 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka setia, 1998), h. 29 28 Lihat lampiran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistim Pendidikan Nasional dalam Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 307.
24
perilaku (kepribadian) seseorang kearah yang lebih baik sehingga
ia mampu hidup terampil dan mandiri serta mampu menetukan
arah dan tujuan kehidupannya secara mandiri.
Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam adalah “perubahan
yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses
pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan
pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya
dimana individu itu hidup”.29
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan
pendidikan agama islam adalah menanamkan nilai agama untuk
dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari serta
memberikan kemampuan untuk kelangsungan hidup, baik dalam
melaksanakan tugas maupun menghadapi problem atau masalah
yang dihadapinya.
Adapun tujuan pendidikan agama islam dibagi menjadi dua
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :
a) Tujuan Umum
Adapun yang dimaksud dengan tujuan umum adalah
membimbing anak agar mereka menjadi muslim sejati, beriman
teguh, beramal soleh dan berakhlak mulia serta berguna bagi
masyarakat, agama dan Negara.30 Lebih jauh dijelaskan bahwa
tujuan umum pendidikan agama islam adalah merupakan suatu
29 Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 31 30 Zuharini, Metodik Khusus , h. 45
25
tujuan yang akan dicapai dalam semua kegiatan pendidikan,
baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini
meliputi seluruh aspek kemajuan yang meliputi sikap, tingkah
laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini
berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi, dan
kondisi dengan kerangka yang sama. Pembentukan insan kamil
dengan takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang
yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu
yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.31
Tujuan umum ini juga sangat relevan dengan tujuan
pendidikan nasional sebagaimana yang terdapat dalam bab II
pasal 3 UU N0 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional yaitu pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis sera bertanggung
jawab.32
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan umum
pendidikan agama islam adalah membentuk manusia yang
seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan berakhlak, sehingga
mampu menghadapi tantangan hidup serta bertanggung jawab.
31 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 30 32 Hasbullah, Dasar-dasar, h. 307.
26
b) Tujuan Khusus
Adapun yang dimaksud dengan tujuan khusus Pendidikan
Agama Islam adalah “tujuan pada setiap tingkat yang dilalui”.33
Lebih jauh dijelaskan bahwa “tujuan khususnya lebih praktis
sifatnya sehingga konsep pendidikan agama Islam tidak hanya
sekedar idialisme ajaran-ajaran islam tetapi juga dapat
difokuskan sebagai harapan-harapan yang dicapai di dalam
tahap-tahap proses pendidikan sekaligus dapat pula dinilai
hasil-hasil yang telah dicapai”34 Tujuan khusus pada dasarnya
merupakan jabaran dari tujuan umum yang dilakukan oleh guru
Pendidikan Agama Islam dalam bentuk operasional.
Dari tujuan khusus ini dapat ditarik beberapa dimensi
yang hendak dituju oleh kegiatan pengajaran pendidikan agama
Islam yaitu:
(1) Dimensi keiman peserta didik terhadap agama Islam
(2) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta
keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam
Dimensi penghayatan dan pengalaman batin yang
dirasakan peserta didik dalam arti bagaimana ajaran islam yang
telah diimani, dipahami dan dihayati atau internalisasikan oleh
peserta didik untuk mampu menumbuhkan motivasi dalam
33 Zuharini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h.
46 34 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002), h. 8.
27
dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan dan mentaati
ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi,
sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT serta mengaktualisasikan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbagsa dan bernegara.35
Jadi dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan
khusus pendidikan agama islam merupakan tujuan yang
diharapakan dapat diaplikasikan secara langsung dalam
kehidupan sehari-hari dan dijadikan sebagai pegangan hidup.
2) Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam yang diajarkan di sekolah memilki
beberapa fungsi sebagai berikut :
a) Fungsi Pengembangan Fungsi pengembangan adalah fungsi untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga
b) Fungsi Penyaluran Fungsi penyaluran adalah fungsi yang menyalurkan anak didik yang memilki bakat khusus di bidang agama agar bakat yang dimiliki tersebut dapar berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan berguna bagi orang lain
c) Fungsi Perbaikan Fungsi perbaikan yaitu fungsi yang memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan, peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari
d) Fungsi pencegahan Fungsi pencegahan yaitu fungsi untuk mencegah dan menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari
35 Ibid., h. 10.
28
budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia yang seutuhnya
e) Fungsi Penyesuaian Fungsi penyesuaian adalah fungsi untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran islam
f) Fungsi Nilai Fungsi nilai adalah fungsi untuk memberikan pedoman mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.36
Dari keenam fungsi pendidikan agama islam di atas dapat
disimpulkan bahwa semua fungsi pembelajaran pendidikan agama
islam pada hakekatnya adalah untuk menjadikan peserta didik
menjadi manusia muslim seutuhnya.
B. Kerangka Pikir
Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Motivasi Guru dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Pendidikan Agama
Islam kelas V di SDN 3 Woja Tahun Pelajaran 2010/2011”. Terdapat dua
variabel yang digunakan yaitu motivasi guru (variabel bebas) dan prestasi
belajar siswa (variabel terikat). Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang
akan dicapai dalam pelaksanaan proses belajar. Karena prestasi belajar siswa
adalah inti dari usaha yang dilakukan dalam interaksi pembelajaran. Namun
yang harus dipahami bahwa prestasi belajar siswa pada bidang studi
Pendidikan Agama Islam tidak akan meningkat kalau tidak ada pendukung
36 Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h. 104
29
yang kuat dari luar diri siswa yang merupakan objek pendidikan. Dorongan
yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah berbentuk motivasi dari guru.
Sehingga dengan adanya motivasi guru Pendidikan Agama Islam diharapkan
prestasi siswa menjadi meningkat.
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana dirumuskan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan,”37
Suharsimi juga mengartikan bahwa yang dimaksud dengan hipotesis
adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian
sampai teruji melalui data yang terkumpul.38
Pendapat di atas jelas bahwa hipotesis merupakan jawaban yang bersifat
sementara dari sebuah penelitian sebelum diuji kebenarannya melalui
penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah ada pengaruh motivasi guru Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan
Agama Islam yang disebut dengan hipotesis alternatif (Ha).
37 Sugiono, Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006),
h. 71. 38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 54.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain (rancangan) penelitian pada dasarnya merupakan keseluruhan
proses pemikiran dan landasan berpijak bagi peneliti, karena desain penelitian
merupakan strategi untuk memperoleh data yan valid yang disesuaikan dengan
karakteristik variabel dan tujuan penelitian.
Desain penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan
dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam
bidang pendidikan.39
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantiatif, karena data yang
diperoleh dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang
diguankan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantiatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.”40
39 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 6. 40 Ibid, h. 18.
31
Margono mengartikan penelitian kuantitatif merupakan suatu proses
mengemukakan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai
alat menemukan keterangan yang menggunakan data berupa angka sebagai
alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.”41
Berdasarkan tujuan dan permasalahan, maka penelitian ini menggunakan
beberapa instrument penelitian yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh dari suatu yang dikenakan pada subyek penelitian. Dalam
desain penelitian ini kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan
menunjukkan pengaruh motivasi guru.
B. Populasi dan Teknik Sampling
a. Populasi
Populasi mencakup seluruh wilayah yang ingin diteliti, jadi populasi
bukan hanya mencakup orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek juga
subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang
dimiliki oleh objek atau subjek itu.42
Margono berpendapat bahwa yang dimaksud dengan populasi
adalah” seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup
dan waktu tertentu.”43
Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dapat
41 Margono, Metodologi penelitian pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 105. 42 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 117. 43 Margono, Metodelogi Penelitian, h. 118.
32
memberikan informasi yang berguna yang berkaitan dengan sesuatu yang
dibutuhkan oleh peneliti.
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 3 Woja. Adapun jumlah siswa
adalah 78 orang laki-laki dan 61 orang perempuan sehingga berjumlah 179
orang siswa.
b. Sampling
Sugiono mengatakan bahwa sampel adalah” bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”44 sedangkan Arikunto
menyatakan sampel adalah” sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”45
Jadi yang dimaksud sampel yaitu bagian dari populasi yang dapat
mewakili keseluruhan.
Arikunto berpendapat bahwa apabila subyeknya kurang dari 100
orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil
antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.”46
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan
bagian dari populasi, namun sampel yang diambil dari populasi tersebut
harus benar-benar dapat dipercaya.
Melihat jumlah siswa yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian
lebih dari100, maka peneliti akan mengambil 15% dari 139 (jumlah siswa
keseluruhan siswa), yakni sebanyak 21 orang siswa SDN 3 Woja.
44 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 90. 45 Suharsimi, Prosedur Penelitian, h. 131. 46 Ibid., h. 134.
33
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara proporsive sampling.
Menurut Sugiyono, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu47. Dalam hal ini yang dijadikan sebagai sampel
penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 21 orang siswa.
C. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian menurut Suharsimi adalah” alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih
mudah, cermat, lengkap dan sistimatis sehingga lebih mudah diolah.”48
Sugiono juga mengatakan instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang dramatis.”49
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah suatu alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data agar lebih
mudah diolah dan dapat mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati.
Untuk memudahkan dan memperlancar penelitian, peneliti
menggunakan beberapa instrumen dalam mengumpulkan data. Peneliti
terlebih dahulu menyusun kisi-kis instrument penelitian.
47 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 218-219. 48 Ibid., h. 137. 49 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 114.
34
Tabel 1 : Kisi-kisi instrument penelitian
Perencanaan
No Variabel Aspek yang diteliti Teknik pengumpulan
data
1 Motivasi guru dalam meningkatkan perestasi belajar
1. Perencanaan proses belajar Dokumentasi
2. Persiapan bahan pembelajaran -
3. Pengaturan waktu pembelajaran Dokumentasi
4. Disiplin dalam peraturan sekolah
-
2 Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan proses belajar mengajar
Angket
Angket
Aspek yang
diteliti
Kisi-kisi Item soal
1 2 3 Prestasi belajar
1. Ketekunan mengikuti pelajaran Agama Islam 1,2,
2. Kedisplinan dalam mengajar 3,4,5
3. Menggunakan buku-buku paket 6,7
4. Pujian dan hadiah 8
5. Belajar kelompok 9,10
6. Belajar terbimbing 11,12
7. Penting dan menariknya belajar 13,14
8. Bergaul dengan teman yang menyukai pelajaran Agama Islam
15,16
9. Keinginan mendapat nilai yang sama atau lebih dari teman
17,18
35
10. Nasihat tentang pentingnya tugas 19,20
11. Manfaat dan keuntungan belajar Agama Islam 21,22
12. Perhatian guru terhadap kehadiran dan prestasi belajar siswa
23,24,25
Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang diperlukan dan
pembahasan masalah penelitian, maka peneliti menggunakan instrument
penelitian sebagai berikut:
a. Pedoman Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari respoden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui. 50
Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan sejumlah
pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis juga oleh responden
Berdasarkan pendapat di atas bahawa dalam penelitian ini pedoman
angket digunakan untuk memperoleh informasi melalui sejumlah
pertanyaa yang berkaiatan dengan pengaruh motivasi guru agama islam
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya, responden
tinggal memilih. Angket tersebut berbentuk pilihan ganda yang berjumlah
25 butir pertanyaan dan tiap nomor pertanyaan diberi alternatif jawaban 4
option dengan ketentuan sebagai berikut :
50 Suharsimi, Prosedur Penelitian, h. 121.
36
1) Jika responden menjawab A maka skornya 4 yang berarti sangat
setuju/selalu
2) Jika responden menjawab B maka skornya 3 yang berarti setuju/sering
3) Jika responden menjawab C maka skornya 2 yang berarti kadang-
kadang
4) Jika responden menjawab D maka skornya 1 yang berarti tidak pernah
5) Jika responden tidak memilih/menjawab dari ke empat alternatif
jawaban maka skornya 0 yang berarti negatif
Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai atau skor
tertinggi yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah 4 (empat) untuk
alternatif pilihan jawaban A dan skor atau nilai terendah adalah 1 (satu)
untuk alternatif pilihan jawaban D. Sedangkan untuk option negatif (0)
tidak dimasukkan sebagai skor penilaian. Dengan demikian hasil
instrument angket yang terdiri dari 25 butir pertanyaan akan dihitung
menggunakan rumus Product Moment.
b. Pedoman dokumentasi
Dokumentasi adalah pedoman yang berisi garis-garis besar atau
kategori yang akan dicari datanya pada saat mengadakan penelitian yang
bersumber pada benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, dan sebagainya. Pedoman dokumentasi ini peneliti gunakan
untuk mendapatkan data-data tentang nilai siswa, jumlah guru, daftar
jumlah siswa, sarana dan prasarana sekolah, dan struktur organisasi SDN 3
Woja.
37
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini cara memperoleh data dikenal dengan teknik
pengumpulan data. penggunaan teknik dan pengumpulan data yang tepat
memungkinkan diperolehnya data yang obyektif. Ada beberapa teknik
pengumpulan data yang sering digunakan dalam suatu penelitian ilmiah, tapi
teknik pengumpulan data harus dipilih sesuai kebutuhan peneliti. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakandalam penelitian ini adalah:
a. Metode angket
Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan sejumlah
pertanyaa tertulis untuk dijawab secara tertulis juga oleh responden
Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang persiapan guru
dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran pendidikan agama
islam. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup yakni
suatu jenis angket yang didalamnya telah tersedia sejumlah pertanyaan
yang harus dipilih, dan sejumlah pertanyaan yang terdiri dari 25
pertanyaan, alternatif jawaban yang harus dipilih ada 4 yaitu selalu, sering,
kadang-kadang dan tidak pernah. Dengan metode angket, peneliti gunakan
untuk memperoleh data tentang persiapan guru agama islam dalam proses
belajar mengajar terhadap prestasi belajar mengajar siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama islam kelas V di SDN 3 Woja.
b. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data yang bersumber pada
tulisan, sebagaimana objek yang diperhatikan dalam memperoleh
38
informasi, kita memperhatikan tiga macam sumber yaitu tulisan (paper),
tempat (place), dan kertas atau orang (people).51
Pendapat di atas, jelas tidak semua data yang harus
didokumentasikan dalam penelitian ini melainkan data mengenai jumlah
siswa, guru, sarana dan prasarana dan struktur organisasi yang dimiliki
SDN 3 Woja sebagai penunjang kelengkapan data yang diambil oleh
peneliti dan dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan data yang valid.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah pengelompokkan data berdasarkan variabel dan
jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel yang diteliti,
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesi yang telah diajukan.52
Berdasarkan pendapat di atas analisis data yang digunkan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Dari uraian di atas maka
peneliti menggunakan analisis data ini untuk memaparkan keadaana atau
kejadian yang terjadi berdasarkan ketentuan – ketentuan yang sudah ada untuk
di tarik kesimpulan tentang masalah yang diteliti, sehingga dapat
dipertanggung jawabkan.
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam suatu
penelitian,karena dengan analisa data inilah maka data dapat diberi arti dan
makna yang berguna dalam memecahkan massalah penelitian.
51 Ibid, h. 158 52 Ibid, h. 207
39
Adapun rumus yang digunakan dalam menganalisa tersebut yaitu
dengan menggunakan rumus product moment yaitu sebagai berikut :
rxy = ( )( )
( ){ } ( ){ }2222 ..
..
∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−−
−
yyNxxN
yxxyN
Keterangan :
Rxy : Angka korelasi antara variabel X dan Y
N : Banyaknya Responden
X : Variabel X (Motivasi guru agama islam dalam meningkatkan
prestasi belajar)
Y : Variabel Y (prestasi belajar siswa)
X2 : Kuadrat dari X
Y2 : Kuadrat dari Y53
Adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
a. Jika r-hitung < r-tabel, maka (Ha) di tolak, yaitu Tidak ada pengaruh motivasi
guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi
Pendidikan Agama Islam.
b. Jika r-hitung > r-tabel, maka (Ha) di terima, yaitu Ada pengaruh motivasi guru
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi pendidikan
agama Islam.
53 Ibid, h. 256
40
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Validasi Instrumen
Suharsimi Arikunto mengatakan “Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahehan sesuatu instrumen.
Suatu instrumen yang valid/sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.”54 Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid atau sahih apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan, jika data yang dihasilkan dari sebuah
instrumen valid, maka dapat dikatakan instrumen itu valid, karena dapat
memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau
dengan keadaan yang sesungguhnya. Salah satu instrumen atau alat ukur yang
dijadikan indikator untuk melihat pengaruh motivasi guru dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SDN 3 Woja adalah nilai hasil ujian semester yang terdapat dalam
Rapor masing-masing siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan sikap yang
hati-hati agar tidak ada kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan nama-nama
siswa dan prestasi belajar yang diperoleh masing-masing siswa di SDN 3
Woja pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
54 Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 144-145.
41
Validnya instrumen untuk menghasilkan data harus didukung juga
oleh usaha yang dilakukan peneliti. Karena tanpa keseriusan peneliti maka
suatu data diragukan kevalidan/keabsahannya. Jadi sangatlah diperlukan
keseriusan dan usaha agar dapat menghasilkan data yang valid.
Adapun usaha-usaha peneliti dalam melakukan penelitian, untuk
mendapatkan data yang valid antara lain:
1. Menyebarkan angket kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh motivasi guru Agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
2. Mencari dokumen tentang keadaan sekolah, sarana dan prasarana, guru,
siswa, pegawai, dan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam
3. Menggunakan rumus penelitian yang relevan
B. Pengumpulan dan Penyajian Data
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
suatu penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengumpulan
data dengan metode angket yang disebarkan kepada siswa khususnya
siswa kelas V untuk mengetahui sejauh mana pengaruh motivasi guru
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan sejak peneliti diberikan ijin
42
untuk melakukan penelitian pada tanggal 9 Agusutus 2011 sampai selesai
di kelas V SDN 3 Woja.
2. Penyajian data
Penyajian data dilakukan setelah pengumpulan data dilaksanakan,
dalam suatu penelitian peran dari penyajian data sangat penting karena
penyajian data merupakan salah satu bukti dalam melakukan penelitian.
Sebelum melaksanakan penyajian data akan dijelaskan variabel dalam
penelitian ini, yaitu motivasi guru pendidikan agama islam dan data
prestasi belajar kelas V SDN 3 Woja Tahun Ajaran 2011/2012.
Table 2 : Data skor angket motivasi guru (variabel X) dan prestasi
belajar siswa (variabel Y) kelas V SDN 3 Woja tahun pelajaran
2011/2012
Nomor Responden
Skor Angket Motivasi Guru (Variabel X)
Pretasi Belajar (Variabel Y)
1 86 8 2 85 8 3 85 8 4 80 8 5 86 8 6 75 7 7 80 8 8 60 6 9 63 6 10 85 8 11 80 8 12 55 6 13 85 8 14 60 6 15 85 8 16 80 8 17 80 8 18 75 7
43
19 45 6 20 45 6 21 60 6
C. Analisis Data
Langkah-langkah menganalisis data dari hasil penelitian sebagai berikut :
a) Merumuskan hipotesis karena dalam analisis data ini menggunakan
analisis statistik, maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian
ini adalah ada pengaruh motivasi guru agama islam dalam belajar
mengajar terhadap prestasi belajar mengajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas V di SDN 3 Woja Tahun Pelajar
2011/2012.
b) Menentukan variable X dan variabel Y. Yang berperan sebagai variable X
adalah motivasi guru agama Islam dalam proses belajar mengajar dan
variable Y adalah prestasi belajar siswa.
c) Menyusun tabel kerja. Untuk mengetahui tabel kerja tentang motivasi guru
agama islam dalam proses belajar mengajar terhadap prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V di SDN 3 Woja
tahun pelajaran 2011/2012.
Tabel 3 : Tabel kerja motivasi guru agama Islam dalam proses
belajar mengajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V di SDN 3 Woja tahun
pelajaran 2011/2012
Nomor responden X Y X2 Y2 XY
44
1 86 8 7396 64 688
2 85 8 7225 64 680
3 85 8 7225 64 680
4 80 8 6400 64 640
5 86 8 7396 64 688
6 75 7 5625 49 525
7 80 8 6400 64 640
8 60 6 3600 36 360
9 63 6 3969 36 378
10 85 8 7225 64 680
11 80 8 6400 64 640
12 55 6 3025 36 330
13 85 8 7225 64 680
14 60 6 3600 36 360
15 85 8 7225 64 680
16 80 8 6400 64 640
17 80 8 6400 64 640
18 75 7 5625 49 525
19 45 6 2025 36 270
20 45 6 2025 36 270
21 60 6 3600 36 360
∑ 1535 152 116011 1118 11354
d) Memasukkan data kedalam rumus
rxy = ( )( )
( ){ } ( ){ }2222 ..
..
∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−−
−
yyNxxN
yxxyN
= { }{ }22 )152(111821.)1535(11601121
)152).(1535(1135421−−
−
xxx
= { } { }231042347823562252436231
233320238434−−
−x
45
=374.80006
5114x
=29922244
5114 =
12,54705114
= 0,990
e) Mengkonsultasikan nilai r-hitung (rxy) dengan nilai r-tabel (product
moment)
Selanjutnya r-hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan r-tabel
product moment, untuk mengetahui besar-kecilnya nilai antara r-hitung
dengan r-tabel.
Dari perhitungan di atas, diketahui nilai r-hitung sebesar 0,990,
sedangkan r-tabel pada taraf signifikan 5% dengan banyak responden (N)
21 sebesar 0,433. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan r-hitung lebih
besar dari r-tabel.
D. Hasil Analisis
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai r-hitung
adalah sebesar 0,990, sedangkan nilai r-tabel pada taraf signifikan 5% dengan
jumlah sampel 21 adalah 0,433 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,549.
Karena r-hitung lebih besar dari r-tabel (0,990 > 0,433), maka hipotesis
alternativ (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan “di terima” dan
hipotesis nol (Ho) “ditolak”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh motivasi guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran PAI di kelas V SDN 3 Woja.
46
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi dan Hasil Penelitain
1. Sejarah Singkat Berdirinya SDN 3 Woja
Di awali dengan suasana yang tidak menentu, saat itu sedang
maraknya kegiatan yang diprakarsai oleh Kaum Nasakom. Terketuk pintu
hati para toko dan Ormas untuk memperjuangkan sarana khusus
pendidikan dasar. Dibangunlah sekolah darurat berdinding anyaman
bambu beratap alang-alang. Lokasi yang ditempati sistem pinjam tempat
di tengah dusun wawo. Karena tokoh-tokoh yang memprakarsai berdirinya
sekolah tersebut mayoritas orang Rasanae maka sekolah tersebut di beri
nama SDN Rasanae pada tanggal 1 Agustus 1949.55
Setahun setelah berjalan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
SDN Rasanae mendapat tempat (lokasi) tetap dari pemerintah dan mulai di
bangun dengan bantuan subsidi dari pemerintah dan masyarakat. Bantuan
pemerintah berupa dana DAK SDN Rasanae sudah beberapa kali di rehab.
Rehabilitasi terakhir dilakukan pada Tahun 2009/2010 yakni 3 (tiga) lokal
serta bangunan baru 2 (dua) lokal.56
Pada Tahun 2007, SDN Rasanae berganti nama menjadi SDN 3
Woja.57
55 Dokumentasi SDN 3 Woja Dompu, dikutip 10 Agustus 2011 56 Ibid., dikutip 10 Agustus 2011 57 Ibid., dikutip 10 Agustus 2011
47
Sejak berdirinya SDN 3 Woja, telah di jabat oleh beberapa orang
kepala sekolah, yang di antaranya adalah sebagai berikut:
• Periode 1949 – 1953 : Usman H. Ali • Periode 1953 – 1960 : Mustafa • Periode 1960 – 1968 : H. Maman Jamaludin • Periode 1968 – 1979 : Jafar Makarau • Periode 1979 – 1995 : Syarifudin • Periode 1995 – 2004 : Mustamin H. Rifaid • Periode 2005 – 2007 : Syamsudin H. Ahmad • Periode 2007 – 2010 : H. Sudirman • Periode 2010 – Sekarang : M. Tayeb58
2. Letak Geografis SDN 3 Woja
SDN 3 Woja berlokasi di Jalan Lintas Sumbawa Desa Nowa
Kecamatan Woja Kabupaten Dompu, dengan batasan wilayah sebagai
berikut:
a. Disebelah utara berbatasan dengan Jalan Lintas Sumbawa Desa Nowa Kecamatan Woja Dompu
b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan warga Desa Nowa Kecamatan Woja Dompu
c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan warga Desa Nowa Kecamatan Woja Dompu
d. Sebelah barat berbatasan dengan perumahan warga Desa Nowa Kecamatan Woja Dompu59
3. Visi dan Misi SDN 3 Woja
Visi:
Menjadikan SDN 3 Woja yang memiliki keunggulan di bidang IMTAQ
dan IPTEK60
Misi:
a. Meningkatkan profesionalisme guru sesuai potensi/tuntutan kurikulum
58 Ibid., dikutip 10 Agustus 2011 59 Observasi, 10 Agustus 2011 60 Observasi, Papan Visi-misi SDN 3 Woja, 10 Agustus 2011
48
b. Disiplin dalam melaksanakan tugas dan mentaati peraturan yang
berlaku
c. Mengembangkan pola pelajaran PAIKEM dalam semua mata pelajaran
d. Menjalin kerjasama dengan wali murid dalam hal penuntasan
CALISTUNG dan Baca Tulis al-Qur’an
e. Melaksanakan manajemen transfaran dan akuntabel.61
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana atau perlengkapan penunjang dalam kegiatan belajar
mengajar di SDN 3 Woja sesuai dengan laporan bulanan sebagai berikut:
Tabel
Sarana Bangunan/Ruangan SDN 3 Woja62
No. Jenis Jumlah Kondisi
1. Ruang kelas 6 Layak
2. Ruang Kepala Sekolah 1 Tidak Layak
3. Ruang Guru 1 Layak
4. Ruang Perpustakaan 1 Layak
5. Ruang UKS 1 Layak
6. Toilet/WC 1 Layak
Total Jumlah 11
5. Keadaan Guru dan Pegawai
Untuk mempelancar proses kegiatan belajar mengajar sebagai
tujuan dari pendidikan, SDN 3 Woja memiliki sejumlah tenaga pengajar
61 Ibid., 10 Agustus 2011 62 Observsai, Papan Sarana dan Prasarana SDN 3 Woja, 10 Agustus 2011
49
dan beberapa pegawai. Guru dan pegawai tersebut mempunyai tanggung
jawab terhadap jalannya kegiatan belajar mengajar.
Untuk lebih jelasnnya tentang tenaga pendidik dan tenaga
adeministratif SDN 3 Woja dapat dilihat didalam tabel dibawah ini :
Tabel 06
Daftar guru dan Pegawai SDN 3 Woja63
No Nama Guru Pendidikan Terakhir
Jabatan dan Bidang Studi yang diampu
1. M. Tayeb SPG Kepala Sekolah
2. Asni, S.Pd.SD S1 PGSD Guru Kelas
3. St. Hadijah, A.Ma.Pd D II Guru Kelas
4. Jumhuriatin, A.Ma D II Guru Agama Islam
5. Nurdin, S.Pd.SD S1 PGSD Guru Kelas
6. Rosdiana Aini, A.Ma D II Guru Kelas
7. St. Mariam SPG Guru Kelas
8. Siti. Hajar, A.MA D II Guru Pembantu Kelas IV
9. Khairunnisa, S.Pd S1 Guru Pembantu Kelas V
10. Rosmiati, A.Ma D II Guru Pembantu Kelas II
11. Fujiah, S.Ag S1 Guru Agama
12. Harnitati, A.Ma D II Guru Pembantu Kelas III
13. Nurlaela, A.Ma D II Guru Pembantu Kelas I
14. Syarifudin, S.Pd S1 Guru Bahasa Inggris
15. Penjaga SMA Penjaga
63 Observasi, Papan Daftar Guru dan Pegawai, 10 Agustus 2011
50
6. Keadaan Siswa
Siswa merupakan salah satu komponen utama dalam pendidikan.
Artinya didalam melaksanakan proses belajar mengajar keberadaan suatu
lembaga pendidikan sangat penting demi tercapenya tujuan pendidikan.
Keadaan siswa SDN 3 Woja dapat dirincikan sebagai berikut :
Tabel 07
Daftar Siswa SDN 3 Woja Tahun Pelajaran 2011/201264
No Kelas Jumlah Murid
Rombel L P Jumlah
1. I 12 7 19
2. II 16 10 26
3. III 11 10 21
4. IV 18 12 30
5. V 9 12 21
6. VI 12 10 22
Jumlah 78 61 139
7. Struktur Organisasi
Untuk dapat membantu pelancaran darisuatu proses belajar
mengajar dalam suatu sistem pendidikan diperlukan adannya suatu
pengorganisasian yang baik dan teratur. Adapun struktur diorganisasi yang
ada di SDN 3 Woja adalah sebagai berikut:
64 Ibid., dikutip 10 Agustus 2011
51
Bagan Struktur Organisasi SDN 3 Woja Tahun Pelajaran 2011/201265
B. PENGUJIAN HIPOTESIS
Setelah peneliti mengadakan penelahaan yang mendalam terhadap
berbagai sumber untuk anggapan awal, maka langkah yang akan di tempuh
selanjutnnya adalah menguji hipotesis yaitu dalam menentukan penerimaan
dan penolakan hipotesis.
Dalam pengujian hipotesis ini peneliti menggunakan kriteria pengujian
hipotesis yang sering digunakan, yaitu apabila r-hitung lebih besar dari harga
r-tabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.
65 Observasi, Papan Bagan Struktur Organisasi SDN 3 Woja, 10 Agustus 2011
Kepala Madrasah KOMITE KADES
Siswa
Orang Tua
GTT GTT GTT GTT GTT GTT Gr. B. Inggris GTT
Gr. Agama Gr. Kls I Gr. Kls II Gr. Kls III Gr. Kls IV Gr. Kls V Gr. Penjaskes Gr. Kls VI
Keterangan :
Garis Koordinasi
52
Sedangkan apabila harga r-hitung lebih kecil dari r-tabel maka hipotesis
alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nol (Ho) diterima.
Berdasarkan hasil analisis data, nilai rxy yang diperoleh adalah 0,990,
sedangkan angka batas penerimaan hipotesis nol yang terdapat pada tabel
product moment pada taraf signifikasi 5% dan N = 21 adalah 0,433. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai r-hitung (rxy) lebih besar dari r-tabel product
moment (0,990 > 0,433). Ini berarti hipotesis alternatif (Ha), yang berbunyi
“ada pengaruh motivasi guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran PAI di kelas V SDN 3 Woja “di terima”.
C. PEMBAHASAN
Guru merupakan salah satu unsur penting dalam pendidikan,
keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kompetensi guru dalam proses
pendidikan. Peran penting guru dalam proses pendidikan tidak saja hadir
secara fisik dalam kegiatan pengajaran tetapi juga secara psikis, yakni mampu
memberikan motivasi.
Upaya meningkatkan perestasi belajar siswa tidak lepas dari motivasi
guru dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi dapat dilakukan di kelas maupun
di luar kelas. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh M. Tayeb (Kepala SDN
3 Woja), bahwa “membelajarkan siswa tentu harus dapat menghadirkan siswa
baik secara fisik dan psikisnya, untuk itu guru harus dapat membangkitkan
semangat belajar siswa secara kontinyu”.66
66 Wawancara dengan M. Tayeb (Kepala SDN 3 Woja), Wawonduru, 13 Agustus 2011
53
Motivasi belajar yang paling mungkin dan berpengaruh bagi siswa jika
dilakukan pada saat pembelajaran, sebagaimana diungkapkan oleh Fujiah,
bahwa:
Motivasi akan lebih baik jika dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Guru harus dapat menyingkap makna, tujuan, dan arti penting pembelajaran, sehingga dengan itu siswa mengarahkan perhatiannya dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru perlu persiapan yang matang, baik penguasaan materi, pemilihan media dan metode yang sesuai.67
Guru juga selalu berusaha mempengaruhi peserta didik agar rajin
belajar, di antaranya dengan menyampaikan ide-ide baru dalam pembelajaran,
memfasilitasi kebutuhan pembelajaran, berperan sebagai mediator dalam
pembelajaran.68 Dan yang tidak kalah pentingnya dalam proses pembelajaran
adalah “reward dan phunishment yaitu memberikan sangsi kepada peserta
didik yang melanggar disiplin, dan penghargaan atau hadiah kepada siswa
yang berprestasi”.69
Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI
merupakan suatu usaha bersama. Kebersamaan guru, kepala sekolah dan
segenap masyarakat yang ada dalam lingkungan internal maupun eksternal
sekolah. Karena aplikasi dari pengamalan ajaran agama adalah tuntutan dan
kewajiban umat muslim. M. Tayeb mengemukakan bahwa “dalam lingkungan
sekolah, guru perlu menuunjukkan kebersamaan dan menjalin kerjasama
67 Wawancara dengan Fujiah (guru Agama Islam SDN 3 Woja), Wawonduru, 13 Agustus
2011 68 Ibid., 13 Agustus 2011 69 Ibid., 13 Agustus 2011
54
dengan pihak lain dalam mempersiapkan pembelajaran, selalu bertindak jujur,
adil, dan disiplin untuk dapat dicontohi oleh siswa”.70
Serangkaian kegiatan guru dalam memberikan motivasi belajar siswa
berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa. Dari hasil analisis data
penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh motivasi guru dalam
menintgkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam. Hal ini diketahui dari nilai r-hitung yang diperoleh adalah 0,990,
sedangkan angka batas penerimaan hipotesis nol yang terdapat pada tabel
product moment pada taraf signifikasi 5% dan N (responden) = 21 sebesar
0,433. Hal ini menunjukkan bahwa nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel
product moment (0,990 > 0,433). Ini berarti hipotesis alternatif (Ha), yang
berbunyi ada pengaruh motivasi guru terhadap prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran PAI di kelas V SDN 3 Woja “di terima”, dan hipotesis nol
(Ho) yang menyatakan tidak ada pengaruh motivasi guru terhadap prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas V SDN 3 Woja “di terima”.
70 Wawancara dengan M. Tayeb (Kepala SDN 3 Woja), Wawonduru, 13 Agustus 2011.
55
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan terdapat pengaruh motivasi guru dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas V SDN 3 Woja. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai r-hitung yang diperoleh adalah 0,990, sedangkan
angka batas penerimaan hipotesis nol yang terdapat pada tabel product
moment pada taraf signifikasi 5% dan N (responden) = 21 sebesar 0,433 yang
berarti pula bahwa nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel product moment
(0,990 > 0,433).
B. Saran
Ada beberapa saran yang peneliti ajukan, terkait dengan hasil
penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
1. Kepada para guru hendaknya menjadi contoh teladan yang baik bagi
siswa-siswinya baik dalam hal belajar, menuntut ilmu, maupun dalam
praktik kehidupan sosial, sehingga dengan demikian mampu menjadi spirit
bagi siswa untuk meningkatkan kualitas hasil belajarnya terutama pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam.
2. Kepada siswa-siswi hendaknya lebih giat dan disiplin dalam belajar,
karena bagaimanapun bagusnya metode penyampaian guru, fasilitas yang
56
mendukung, itu akan sia-sia tanpa ada kesadaran dan keseriusan pribadi
siswa dalam merespon pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdorrakhman Ginting. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Humaniora, 2008.
Balnadi Sutadipura. Aneka Problema Keguruan. Bandung: Angkasa, 1985.
Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Jakarta: Pustaka Amani, 2002.
Hamid Darmadi. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta, 2009.
Hamzah B. Uno. Teori Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Kunandar. Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Martinis Yamin. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Persada Press, 2009.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.
Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka setia, 1998.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 1998.
Ramayulis. Metode Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2001.
Sahilun A. Nasir. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Sudiyono. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta, 2010.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Syaiful Bahri Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional,1994.
Zainal Aqib. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia, 2002.
Zakiah Darajat. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Zuharini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.