organisasi perdagangan dunia (world trade organization)
TRANSCRIPT
EKONOMI INTERNASIONAL
“ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA”
Disusun oleh:
DIFY GUMALA 2014 23 0117
SELLA SIMAMORA 2015 23
0071
NORMAN ELYADY 2015 23
0145
Perkembangan ekonomi dan perdagangan terbawa oleh arus komunikasi
kesejagatan (globalisasi) yang telah membelah batas-batas negara dan sekat-sekat
geografis, yang terwujud lewat perdagangan internasional dan pola bisnis lewat
komunikasi maya yang begitu kilat. Dunia tanpa batas, seperti dinyatakan
futurolog Kenichi Ohmae bukanlah khayali, melainkan realita yang harus di
hadapi.
Lahirlah organisasi dunia di bidang perdagangan World Trade Organization
(WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia yang di tahun 1995 merupakan tahun
berdirinya organisasi ini, sekaligus memproduksi konvensi multilateral yang
memberi landasan, disertai kaedah-kaedah atau norma-norma yang mengatur
hubungan perdagangan internasional, dengan kata lain telah dihasilkan hukum yang
mengikat negara-negara anggota, khususnya di bidang perdagangan (bisnis).
WTO (World Trade Organization) atau Organisasi Perdagangan Dunia
merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur
masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO
diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar
perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditanda-
tangani oleh negara-negara angota. Persetujuan tersebut merupakan
perjanjian antar negara anggota yang mengikat pemerintah untuk
mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya. Walau
ditanda-tangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu
para produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan
perdagangan.
Sejarah Perkembangan WTO
Negosiasi perdagangan dari GATT ke WTO
Sejak tahun 1948-1994, GATT membuat peraturan-peraturan
perdagangan melalui serangkaian putaran perundingan perdagangan.
Putaran pertama menghasilkan pengurangan tarif (tariff lines).
Pengurangan tarif dilakukan secara cepat dalam rangka
mempertahankan nilai dari penurunan tarif yang telah di rundingkan.
Dari berbagai Putaran Perundingan Perdagangan dalam sejarah GATT,
yang terpenting sebagai berikut:
Putaran Tokyo Putaran Tokyo berlangsung sejak tahun 1973-1979, dengan 102
negara yang berpartisipasi. Putaran Tokyo ini merupakan upaya
terbesar pertama untuk menanggulangi hambatan perdagangan (Non-
tariff barriers) dan perbaikan sistem perdagangan. Kegiatan tersebut
meneruskan upaya GATT untuk menanggulangi tarif progresif.
Dalam isu lainnya, Putaran Tokyo telah gagal untuk menyelesaikan
masalah utama yang berkaitan dengan perdagangan produk pertanian
dan penetapan persetujuan baru mengenai “safe guards”. Persetujuan
ini bukan bersifat multilateral, namun lebih merupakan suatu
permulaan.
Putaran UruguayPutaran terakhir dan terbesar adalah Putaran Uruguay yang berlangsung dari tahun
1986-1994 dan mengarah kepada pembentukan WTO. Putaran ini memakan waktu hampir
dua kali dari rencana jadwal semula, dengan 123 negara yang ikut berpartisipasi. Putaran
ini mencakup bidang dari sikat gigi hingga kapal pesiar, dari perbankan hingga
telekomunikasi, dari beras hingga obat-obatan. Putaran ini merupakan bentuk negosiasi
perdagangan terluas yang pernah ada dan kemungkinan besar merupakan negosiasi terbesar
sepanjang sejarah. Meskipun mengalami kesulitan dalam permulaan pembahasaan, Putaran
Uruguay memberikan hasil yang nyata. Putaran Uruguay berlangsung selama tujuh
setengah tahun dalam bentuk paket perundingan yang terdiri dari berbagai isu/sektor yang
disepakati bersama. Hal ini menunjukkan bahwa perundingan yang dilakukan melalui suatu
putaran perundingan lebih produktif dibandingkan perundingan satu sektor (sektor tunggal)
karena putaran perdagangan/ trade round meliputi banyak isu/ sektor yang memungkinkan
terjadinya pertukaran kepentingan (trade-off).
Tujuan dan Fungsi WTOWTO memiliki tujuan penting, yaitu:
1. Mendorong arus perdagangan antar negara dengan
mengurangi dan menghapus berbagai hambatan yang
dapat menganggu kelancaran arus perdagangan barang
dan jasa.
2. Memfasilitasi perundingan dengan menyediakan forum
negosiasi yang lebih permanen.
3. Penyelesaian sengketa dagang antar negara.
Tujuan dan Fungsi WTO
Adapun fungsi utama dari WTO adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan kerangka kelembagaan bagi hubungan
perdagangan antar anggota dalam implementasi perjanjian dan berbagai
instrumen hukum termasuk yang terdapat didalam Annex persetujuan
WTO.
2. Untuk memberikan suatu forum tetap, guna melakukan perundingan
di antara negara anggota. Mencakup isu-isu yang terdapat maupun
belum terdapat dalam persetujuan WTO.
RUMUSAN MASALAH1. Hubungan
GATT dan WTO
2. Pengaruh WTO dalam Perdagangan Internasional
3. Sistem Perdagangan Multilateral yang Dikembangkan Oleh WTO
4. Konflik dalam Perdagangan Internasional Antara Negara Maju Dengan Negara Berkembang
5. Sistem Penyelesaian Sengketa dalam
WTO Beserta Studi Kasusnya
Hubungan GATT dan WTOGATT dan WTO tidaklah sama. WTO itu sendiri adalah GATT yang
di tambah dengan banyak kelebihan. GATT selalu berkaitan dengan
perdagangan barang, dan masih tetap berlaku. GATT telah diubah dan
dimasukkan ke dalam persetujuan WTO yang baru. Walaupun GATT tidak
ada lagi sebagai organisasi internasional, persetujuan GATT tetap berlaku.
Persetujuan GATT yang baru berdampingan dengan GATS (General
Agreement on Trade Services) dan TRIPs (Agreement on Trade Related
Aspects of Intellectual Property Rights). WTO mencakup ketiga
persetujuan tersebut dalam satu organisasi, satu aturan dan satu sistem
untuk penyelesaian sengketa.
Pengaruh WTO dalam Perdagangan Internasional
• Mendorong Persaingan yang Terbuka
WTO sering diartikan sebagai badan perdagangan bebas. Namun
sebenarnya, tarif dan beberapa bentuk proteksi masih diperbolehkan. Jadi,
WTO tepatnya merupakan sistem yang mengatur kompetisi yang terbuka,
adil (fair) dan sehat.
Pemberlakuan prinsip MFN (most-favored nation) dan perlakuan nasional
dirancang untuk mempertahankan perdagangan yang adil, termasuk pada
masalah dumping dan subsidi. Pada intinya, persetujuan ditujukan untuk
mendukung kompetisi yang sehat di bidang perdagangan barang, pertanian,
hak atas kekayaan intelektual dan jasa.
Pengaruh WTO dalam Perdagangan Internasional
• Mendorong Reformasi Pembangunan dan Ekonomi
Para ahli ekonomi dan pembangunan mengakui bahwa sistem WTO
dapat memberikan kontribusi pada pembangunan. Persetujuan-
persetujuan WTO juga memuat aturan mengenai fleksibilitas yang
diberikan kepada negara-negara berkembang dalam menerapkan
ketentuan-ketentuan WTO. Bahkan persetujuan-persetujuan tersebut
juga memuat ketentuan yang memungkinkan negara-negara paling
terbelakang (Least Developed Countries/LDCs) mendapatkan bantuan
khusus serta konsesi dagang seperti halnya peraturan-peraturan GATT.
Pengaruh WTO dalam Perdagangan Internasional
• Meningkatkan Prediktabilitas
Pembentukan sistem perdagangan multilateral merupakan
usaha anggota WTO untuk menciptakan lingkungan bisnis
yang stabil dan dapat diprediksi. Dengan stabilitas dan
kebijakan yang diprediksi, maka investasi dapat dilakukan,
lapangan pekerjaan diciptakan dan konsumen dapat
memperoleh keuntungan dari sistem kompetisi yang fair.
Sistem Perdagangan Multilateral yang Dikembangkan Oleh WTO
1. Tanpa Diskriminasi 2. Lebih Bebas 3. Terprediksi
4. Lebih Kompetitif
5. Perlakuan Khusus Bagi Negara Berkembang
Konflik Dalam Perdagangan Internasional Antara Negara Maju & Negara Berkembang
Konflik kepentingan ekonomi antara negara berkembang dan negara
maju telah terpusat pada masalah perdagangan antarnegara. Konflik ini
dipicu oleh pandangan yang berbeda antara negara berkembang dan
negara maju. Di satu sisi, negara berkembang cenderung mengambil
kebijakan yang menghambat masuknya barang dan jasa dari pelaku
usaha asing, utamanya dari negara maju. Di sisi lain, negara maju
menghendaki agar tidak ada hambatan yang diberlakukan oleh negara,
termasuk yang diberlakukan oleh negara berkembang.
Konflik Dalam Perdagangan Internasional Antara Negara Maju & Negara Berkembang
Bagi negara berkembang, mereka dengan mudah menentukan
hambatan dengan cara memberlakukan perundangan nasional.
Sementara bagi negara maju, pertanyaan muncul, bagaimana cara
mereka dapat menghapuskan berbagai hambatan yang dibuat oleh
negara berkembang? Sudah pasti negara maju tidak mungkin
memerintahkan negara berkembang untuk mencabut berbagai
hambatan tersebut layaknya hubungan antara negara penjajah dan
negara jajahan.
Konflik Dalam Perdagangan Internasional Antara Negara Maju & Negara Berkembang
Fakta menunjukkan bahwa di antara negara- negara tidak ada
kesetaraan. Sehingga apabila prinsip MFN tetap diberlakukan, hal
ini akan bertentangan dengan tujuan GATT itu sendiri, yaitu
tercapainya "mutually advantageous arrange ments". Negara
berkembang bahkan menunjukkan ketidaksetujuan nya mereka atas
perluasan masalah perdagangan internasional yang diusulkan oleh
beberapa negara maju pada Pertemuan Para Menteri WTO di Doha,
seperti perburuhan, eco-labelling, dan transparansi dalam pengadaan
barang dan jasa oleh pemerintah.
Sistem Penyelesaian Sengketa Dalam WTO
Perkembangan Sejarah Sistem Penyelesaian Sengketa WTO
Sistem penyelesaian sengketa WTO merupakan inovasi
murni dan sistem perdagangan multilateral sebelumnya yang
berdasarkan pada GATT 1947, tidak memiliki sistem
penyelesaian sengketa. Sistem penyelesaian sengketa WTO saat
ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang diterapkan di
bawah pasal XXII dan XXIII GATT 1947 (pasal 3.1 DSU).
Sistem Penyelesaian Sengketa Dalam WTO
Prinsip-Prinsip Penyelesaian Sengketa
Negara-negara anggota WTO telah sepakat bahwa jika ada negara anggota yang
melanggar peraturan perdagangan WTO, negara-negara anggota tersebut akan
menggunakan sistem penyelesaian multilateral daripada melakukan aksi sepihak. Ini
berarti negara-negara tersebut harus mematuhi prosedur yang telah disepakati dan
menghormati putusan yang diambil. Meskipun banyak prosedur WTO yang mirip
dengan proses pengadilan, negara-negara anggota yang bersengketa tetap diharapkan
melakukan perundingan dan menyelesaikan masalah mereka sendiri sebelum
terbentuknya Panel. Oleh karena itu, tahap pertama yang dilakukan adalah konsultasi
antar pemerintah yang terlibat dalam satu kasus. Bahkan sekiranya kasus tersebut
melangkah ke tahap berikutnya, konsultasi dan mediasi tetap dimungkinkan.
Sistem Penyelesaian Sengketa Dalam WTO
Para Pihak Dalam Sistem Penyelesaian Sengketa
1. Pihak Terkait dan Pihak Ketiga
Pihak pihak yang terkait dalam sistem penyelesaian sengketa
hanyalah pemerintah negara anggota WTO, yang dapat bertindak
sebagai, Penggugat, Tergugat ataupun sebagai Pihak Ketiga. Sekretariat
WTO, negara pengamat WTO, organisasi regional dan internasional,
atau pemerintah daerah tidak berhak untuk melakukan proses
penyelesaian sengketa di WTO.
Sistem Penyelesaian Sengketa Dalam WTO
2. Peran Sektor Swasta atau Non-Pemerintah
Mengingat bahwa hanya pemerintah anggota WTO yang dapat mengajukan
kasus sengketa, maka individu atau pihak swasta tidak memilki akses langsung
terhadap sistem penyelesaian sengketa, bahkan meskipun seringkali mereka
menjadi pihak yang terkena dampak langsung (biasanya negatif), dari pelanggaran
terhadap Persetujuan WTO (sebagai eksportir atau importir). Hal yang sama juga
berlaku bagi organisasi non-pemerintah (NGO) yang tertarik terhadap
penyelesaian sengketa yang berlangsung dimana mereka juga tidak dapat
memprakarsai proses penyelesaian sengketa.
Tahapan Penyelesaian Sengketa WTO• Proses Panel
Suatu sengketa dapat masuk ke WTO dalam berbagai tahap. Pada setiap tahap, negara-negara
yang bersengketa didorong untuk melakukan konsultasi satu sama lain terlebih dahulu untuk upaya
penyelesaian diluar persidangan. Tahap tahap penyelesaian sengketa di WTO adalah sebagai
berikut :
1. Tahap pertama : Konsultasi (maksimum 60 hari).
2. Tahap kedua : Panel (maksimum 45 hari untuk pembentukan Panel ditambah waktu 6 bulan bagi
Panel untuk menghasilkan putusan)
Jika konsultasi mengalami kegagalan, negara yang mengajukan gugatan dapat meminta
dibentuknya suatu Panel. Negara yang tergugat dapat berupaya untuk merintangi pembentukan
Panel sebanyak satu kali, tetapi pada sidang DSB yang kedua-kalinya, pembentukan Panel tersebut
tidak dapat lagi dihambat.
Tahapan Penyelesaian Sengketa WTO
• Banding (Appeals)
Tiap pihak yang bersengketa dapat mengajukan banding atas
keputusan Panel. Kadan-kadang kedua belah-pihak sama-sama
mengajukan banding. Namun banding harus didasarkan pada suatu
peraturan tertentu seperti interpretasi legal atas suatu ketentuan/ pasal
dalam suatu Persetujuan WTO. Banding tidak dilakukan untuk menguji
kembali bukti-bukti yang ada atau bukti-bukti yang baru muncul,
melainkan untuk meneliti argumentasi yang dikemukakan oleh Panel
sebelumnya.
Tahapan Penyelesaian Sengketa WTO• Penyelesaian Sengketa Setelah Rekomendasi Atau Keputusan Dispute
Settlement Body/DSB
Negara yang kalah sengketa harus mengikuti rekomendasi yang
disebutkan dalam laporan Panel atau laporan Banding. Niat tersebut harus
dinyatakan dalam sidang DSB yang diselenggarakan dalam jangka waktu 30
hari, setelah pengesahan laporan tersebut. Jika putusan tersebut sulit
dilakukan, negara anggota tersebut akan mendapat keringanan jangka waktu
tertentu dalam melaksanakannya. Jika dalam waktu tertentu yang diberikan
tersebut, negara masih belum dapat memenuhinya, harus ada perundingan
lebih lanjut dengan negara penggugat untuk menetukan suatu ganti rugi/
keputusan yang dapat diterima semua pihak, misalnya pengurangan tarif
dalam bidang tertentu yang menyangkut kepentingan negara penggugat.
Studi Kasus : Indonesia Menjadi Tergugat Pada Kasus “Mobil Nasional” Dengan Uni Eropa, Jepang, AS
Indonesia pernah menjadi tergugat menghadapi Uni Eropa, Jepang, AS pada kasus
Mobil Nasional (Indonesia-Certain Meassures Affecting The Automobile Industry) pada
tahun 1996-1998. Kebijakan Indonesia dalam memberikan kemudahan untuk industri
mobil nasional dianggap melanggar ketentuan WTO yang terkait dengan Persetujuan
TRIMs dan dianggap telah melakukan diskriminasi. Panel memutuskan agar Indonesia
menyesuaikan peraturannya selaras dengan aturan WTO.
Konsultasi dilaksanakan atas permohonan masing-masing penggugat terkait program
mobil nasional Indonesia, yang diduga memberikan pengecualian bea masuk dan pajak
barang mewah terhadap impor “Mobil Nasional” dan komponen nya, serta kebijakan yang
terkait tidak sesuai dengan kewajiban Indonesia dibawah pasal-pasal tersebut diatas.
Namun konsultasi gagal menyepakati suatu solusi yang dapat diterima oleh pihak pihak
terkait.
Studi Kasus : Indonesia Menjadi Tergugat Pada Kasus “Mobil Nasional” Dengan Uni Eropa, Jepang, AS
Pada tanggal 12 Juni 1997, atas permohonan EC dan Jepang, dan pada 30 Juli 1997,
atas permohonan AS, DSB memutuskan untuk membentuk satu Panel untuk menangani
keempat sengketa. Laporan Panel disampaikan pada 2 Juli 1998 dan disahkan pada 23 Juli
1998. Panel berpendapat bahwa Indonesia melanggar pasal I & II GATT 1994, pasal 2
perjanjian TRIMs, pasal 5 (c) perjanjian SCM, namun tidak melanggar pasal 28.2
perjanjian SCM.. Panel juga menilai bahwa para penggugat tidak dapat menunjukan bahwa
Indonesia telah melanggar pasal 3 dan 65.5 perjanjian TRIPS.
Indonesia kemudian menyatakan niat untuk memenuhi rekomendasi DSB dalam masa
waktu yang ditentukan oleh pasal 21 DSU. Pada 8 Oktober 1998, sesuai pada pasal 21.3,
EC meminta agar reasonable period of time diikat melalui keputusan arbitrase. Arbitrator
memutuskan bahwa masa waktu tersebut adalah 12 bulan sejak disahkannya laporan Panel
dan berakhir pada 23 Juli 1999. Laporan Arbitrator disampaikan pada 7 Desember 1998.
Studi Kasus : Indonesia Menjadi Tergugat Pada Kasus “Mobil Nasional” Dengan Uni Eropa, Jepang,
AS
Melalui komunikasi tanggal 15 Juli 1999,
Indonesia menyampaikan pada DSB bahwa telah
membuat kebijakan otomotif baru pada 24 Juni 1999,
yang secara efektif mengimplementasikan
rekomendasi dan putusan DSB dalam sengketa ini.
SESI PERTANYAAN
KesimpulanJadi, WTO atau organisasi perdagangan dunia merupakan satu-satunya badan
internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem
perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan sebagai hasil
perundingan yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota. WTO mendorong
arus perdagangan antar negara, dengan mengurangi dan menghapus berbagai
hambatan yang dapat mengganggu kelancaran perdagangan barang dan jasa.WTO
memiliki hubungan dengan GATT.
GATT selalu berkaitan dengan perdagangan barang dan telah diubah serta
dimasukan ke dalam persetujuan WTO yang baru.Dalam menyelesaikan sengketa
WTO melakukan beberapa tahap dimulai dari proses Panel, Banding (appeals), dan
penyelesaian sengketa setelah rekomendasi atau keputusan Dispite Settlement Body
(DSB).