pancasila dan kewarganegaraan

Upload: umar-akhsani

Post on 10-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendidikan kewarganegaraan Indonesia dan pancasila untuk mahasiswa dan kesehatan dibuat untuk project building

TRANSCRIPT

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VI DALAM PEMBELAJARAN PKN MATERI PEMILU MELALUI METODE ROLE PLAYING DI SDN JURUREJO 2 KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

TAHUN PELAJARAN 2013/2014Peni Fitria Juniarsi 1 ( 820833177 )[email protected] pembelajaran yang baik adalah metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal ini karena metode pembelajaran berpengaruh terhadap interaksi antara guru dan siswa sehingga mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini selain untuk memenuhi tugas PKP juga untuk mengetahui apakah penerapan metode Role Playing dalam Pembelajaran PKn dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VI SDN Jururejo 2 pada kompetensi dasar Proses Pemilu dan Pilkada. Dalam penelitian ini menggunakan 2 siklus pembelajaran dan melalui empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi / pengamatan dan refleksi. Objek yang menjadi penelitian adalah siswa kelas VI SDN Jururejo 2, kecamatan Ngawi, kabupaten Ngawi dengan jumlah siswa 32 anak. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Role Playing (Bermain Peran) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI mata pelajaran PKn dengan materi Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia. Dari hasil penelitian membuktikan ada peningkatan yaitu pada pra siklus adalah 41% pada perbaikan siklus 1 adalah 59%, dan perbaikan siklus 2 adalah 100 %.

Kata kunci : metode, role playing, PKn

1 Mahasiswa Program S1 PGSD, Universitas Terbuka, Email : [email protected]. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Dalam proses belajar mengajar ada banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran diantaranya pendidik, peserta didik, lingkungan, metode/teknik serta media pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses menambah pengetahuan siswa, salah satu caranya adalah dengan adanya interaksi antara guru dengan siswa maupun antar siswa itu sendiri. Tujuan dari kegiatan pembelajaran adalah menyangkut perubahan bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Keberhasilan dalam pembelajaran dapat tercapai apabila peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, memiliki semangat belajar yang tinggi dan mempunyai rasa percaya diri. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam kreatifitasnya membuat rancangan pembelajaran yang dapat menarik peserta didik untuk aktif belajar. Rancangan pembelajaran harus memuat sintak-sintak yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam belajar, tidak hanya pasif mendengarkan penjelasan guru. Menurut Hamalik dalam Triyani (2009;67), belajar tidak cukup hanya dengan mendengar dan melihat, tetapi harus dengan melakukan aktivitas yang lain, diantaranya membaca, bertanya, menjawab, berpendapat, mengerjakan tugas, menggambar, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi, menyimpulkan, dan memanfaatkan peralatan.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa, sehingga tercipta iklim kehidupan yang demokratis, adil dan sejahtera. Realita dilapangan menunjukan, proses pembelajaran pada mata pelajaran PKn masih banyak mengalami kendala, antara lain: kurangnya minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran PKn, pembelajaran yang masih terpusat pada guru, minimnya sarana prasarana dalam proses pembelajaran, kecenderungan siswa untuk menghafal, bukan untuk memahami, metode pembelajaran yang kurang variatif, alokasi waktu yang terbatas untuk mata pelajaran PKn, dan minimnya buku penunjang serta media pembelajaran yang ada. Kendala-kendala tersebut menyebabkan siswa kurang menyadari betapa pentingnya mata pelajaran PKn dan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan sesama guru PKn, permasalahan pada proses pembelajaran PKn adalah kegiatan pembelajaran yang masih didominasi penuh oleh guru. Guru secara aktif menjelaskan materi, memberi contoh, dan latihan sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan. Diskusi kelompok kecil yang sering diterapkan oleh guru juga kurang efektif karena kurangnya tanggung jawab pada siswa sehingga hanya beberapa anak saja yang aktif dalam diskusi.

Materi pada kompetensi dasar Pkn Kelas VI Semester I, menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada di Indonesia mengandung banyak konsep yang harus dipahami oleh siswa. Jika hanya menggunakan metode ceramah, siswa akan kesulitan untuk memahami konsep-konsep tersebut. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah mempersiapkan metode pembelajaran yang tidak monoton dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. Metode pembelajaran yang baik adalah metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal ini karena metode pembelajaran berpengaruh terhadap interaksi antara guru dan siswa sehingga mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Contoh metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa adalah metode Role Playing atau Metode Bermain Peran. Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Menyadari pentingnya metode sebagai titik sentral pembelajaran, penulis tertarik untuk mengambil judul Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VI dalam Pembelajaran PKn Materi Pemilu Melalui Metode Role Playing di SDN Jururejo 2 Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014.B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah penerapan metode Role Playing dalam Pembelajaran PKn dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VI SDN Jururejo 2 pada kompetensi dasar Proses Pemilu dan Pilkada?.C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah penerapan metode Role Playing dalam Pembelajaran PKn dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VI SDN Jururejo 2 pada kompetensi dasar Proses Pemilu dan Pilkada.D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Bagi siswa

a. Memberi suasana baru dalam sebuah pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh dan selalu aktif dalam pembelajaran.

b. Meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa terutama pada mata pelajaran PKn yang dianggap sulit.

2. Bagi guru

a. Sebagai pertimbangan dalam rangka perbaikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

b. Sebagai upaya dalam mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan berbagai model pembelajaran yang bervariasi.

c. Membantu guru untuk menjadi guru yang profesional

3. Bagi kepala sekolah

Sebagai masukan untuk dapat membuat kebijakan dan penyediaan fasilitas yang bermanfaat untuk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi sekolah

a. Memberi informasi peningkatan kemampuan belajar siswa khususnya mata pelajaran PKn

b. Meningkatkan mutu pendidikan sekolah

II. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Metode Pembelajaran Secara Etimologis, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu metha yang berarti melalui atau melewati, dan hodos yang berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan (Arifin:1996;61). Dalam Kamus BesarBahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan.(Arif, 2002:87). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dalam bahasa Arab, kata metode diungkapkan dalam berbagai kata terkadang digunakan kata al-thariqah, al-manhaj, dan al-wasilah. Althariqah berarti jalan, al-manhaj berarti sistem dan al-wasilah berarti mediator atau perantara. Dengan demikian, kata Arab yang paling dekat dengan arti metode adalah al-thariqah.Sanjaya (2008;26) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan Proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa, seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Sebagai seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif serta dapat memotifasi siswa dalam belajar mengajar yang akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal. Guru harus dapat menggunakan strategi tertentu dalam pemakaian metodenya sehingga didapat mengajar dengan tepat, efektif dan efisien untuk membantu meningkatkan kegiatan belajar serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. (Slamet,1995:65)

Setiap guru harus memahami hakekat pembelajaran dan karakteristik peserta didik, hal ini akan membentuk kerangka pembelajaran yang bermakna, disamping itu guru juga harus mampu memahami tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu (Sanjaya, 2008:86). Sanjaya (2008:88) mengemukakan bahwa rumusan tujuan pembelajaran harus mengandung unsur ABCD, yaitu Audience (siapa yang harus memiliki kemampuan), Behaviour (perilaku yang bagaimana yang diharapkan dapat dimiliki), Condition (dalam kondisi dan situasi yang bagaimana subjek dapat menunjukkan kemampuan sebagai hasil belajar yang telah diperolehnya), dan Degree (kualitas atau kuantitas tingkah laku yang diharapkan dicapai sebagai batas batas minimal).

Kiat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran diawali dengan perbaikan rancangan pembelajaran. Namun perlu ditegaskan bahwa bagaimanapun canggihnya suatu rancangan pembelajaran, hal itu bukan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan pembelajaran. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa proses pembelajaran tidak akan berhasil tanpa rancangan pembelajaran yang berkualitas.

Pembelajaran mempunyai arti yang sangat berbeda dengan belajar. Belajar menurut Morris L. Bigge dalam Maxdarsono dkk (2000;2) adalah perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis. Selanjutnya Morris menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu.

Menurut Abdul Mukti belajar mempunyai beberapa dimensi, yaitu:

1. Belajar ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, sikap, tingkahlaku dan ketrampilan yang relatif tetap dalam diri seseorang sesuai tujuan yang diharapkan;

2. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat komulatif;

3. Belajar merupakan proses aktif konstruktif yang terjadi melalui mental proses. Mental proses adalah serangkaian proses kognitif yang meliputi persepsi (perception), perhatian (attention), mengingat(memori), berpikir (thinking, reasoning) memecahkan masalah dan lain-lain. (Chabib,1998:94-95)

2. Metode Role Playing (Bermain Peran)

a. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing Menurut Winataputra (mengutip Saripudin, 1977:91) menyatakan bahwa Role Playing berarti memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain tersebut harus mampu berbuat (berbicara dan bertindak), seperti peran yang dimainkannya (2010: 4.34). Menurut Yamin mengatakan metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi (2009: 152). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Role Playing adalah suatu metode pembelajaran yang memainkan suatu peran di mana orang tersebut seolah-olah menjadi orang yang diperankan tentang suatu topik atau situasi. Zaini dkk (2002:101). Bermain peran (Role Playing) berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari :a. Mengambil peran ( Role-Taking )

b. Membuat peran ( Role-making )

c. Tawar-menawar peran ( Role-negotiation ) Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam Umara 2010).

Prinsip pembelajaran PKn dalam Standar Kompetensi Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia, dengan Kompetensi Dasar Proses Pemilu dan Pilkada, peserta didik akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam mensimulasikan proses pemilu dan pilkada, sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai dan memahami apa yang mereka pelajari. Jadi, dalam pembelajaran peserta didik harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi. Manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (porter dalam Umara 2010).

b.Kelebihan dan Kelemahan Metode Role PlayingMenurut Kristiani dalam Umara (2010) menyatakan bahwa dengan menerapkan metode bermain peran akan terjadi suasana yang menggembirakan, bagi siswa selama mereka belajar metode role playing dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari. Sebagaimana dikemukakan oleh Pidarta dalam Umara (2010) bahwa dengan melakukan peran suatu kasus pada materi pelajaran yang sedang dibahas para siswa diharapkan dapat menghayati kejadian itu, sehingga pemahaman dan sikap mereka terhadap mata pelajaran PKn semakin meningkat.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode Role Playing banyak melibatkan siswa untuk beraktifitas dalam pembelajaran, sehingga akan memberikan suasana yang menggembirakan siswa merasa senang dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Dengan demikian, kesan yang di dapat siswa tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari lebih kuat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajarnya.

Berdasarkan hasil penelitian Prasetyo dalam Umara (2010) kelemahan dari media Role Playing antara lain : 1) menimbulkan kegaduhan sehingga terkadang menyebabkan kelas yang lain merasa terganggu, 2) dibutuhkan keterampilan guru dalam mengelola permainan, 3) siswa kurang maksimal atau menghayati peran yang dilakoninya, 4) membutuhkan banyak waktu untuk melakukan persiapan dalam bermain peran, dan 5) dibutuhkan kecakapan bahasa yang baik dari siswa.

c. Langkah-langkah pembelajaran Role Playing Langkah-langkah role playing atau bermain peran, yaitu : (1) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan, (2) menunjuk beberapa murid untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KB, (3) guru membentuk kelompok murid yang anggotanya 5 orang, (4) memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai, (5) memanggil para murid yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan, (6) masing-masing murid berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan, (7) setelah selesai ditampilkan, masing-masing murid diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok, (8) masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya, dan (9) guru memberikan kesimpulan secara umum (Imran dalam umara,2010). III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARANA. Subyek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah murid kelas VI SDN Jururejo 2 Kota Ngawi Kabupaten Ngawi, dengan jumlah keseluruhan 32 orang. yang terdiri dari 19 siswa putra dan 13 siswa putri yang Masing - masing mempunyai kecerdasan dan perkembangan yang berbeda.

Waktu pelaksanaan adalah mengikuti jam pelajaran di sekolah, yaitu :a. Pra Siklus dilaksanakan hari Kamis Tanggal 19 September 2013.b. Siklus 1 dilaksanakan hari Sabtu Tanggal 21 September 2013.

c. Siklus 2 dilaksanakan hari Rabu Tanggal 02 Oktober 2013.Mata pelajaran yang dijadikan sasaran perbaikan adalah mata pelajaran PKn, dengan pokok materi Pelaksanaan Pemilu.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Perbaikan penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi. Setelah persiapan penelitian dilakukan, maka penelitian tindakan kelas ini direncanakan dengan prosedur penelitian sebagai berikut :

Kegiatan Pelaksanaan Pra Siklus

Rencana awal

1) Menentukan materi yang akan diteliti, yaitu Pemilihan Umum (Pemilu) . Menyusun perangkat pembelajaran yaitu : RPP, lembar kegiatan siswa, buku siswa, dan evaluasi.

2).Mempersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran, aktivitas siswa.Tahap Tindakan1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,2. Menyajikan informasi berkaitan tentang materi pembelajaran,

3. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar kecil (teman sebangku) 4. Membimbing kelompok belajar,

5. Evaluasi siswa secara mandiri,

6. Memberikan penghargaan.

Tahap Pengamatan / Observasi

Peneliti melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas.

Peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkat pemahaman siswa yang di tunjukkan dengan prestasi belajar siswa setelah mengerjakan evaluasi.

Tahap Refleksi

Dari hasil refleksi ini perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa karena belum terjadi ketuntasan.Siklus I

Kegiatan perbaikan siklus I ini adalah memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan pada kegiatan pra siklus. Kekurangan-kekurangan yang dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran menjadi acuan dalam rencana ini. Selain itu juga hasil tes evaluasi siswa pada pra siklus sebagai faktor utama perbaikan. Langkah-langkah perbaikan yang dialukan adalah : Tahap Perencanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1. Menyusun RPP

2. Menentukan metode pembelajaran, pedoman pengamatan atau lembar observasi kegiatan pembelajaran.

3. Membuat lembar kegiatan siswa, membuat lembar evaluasi beserta kuncinya, dan menyiapkan buku siswa.

Tahap Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

1. Berdoa bersama, mengabsen siswa2. Menyampaikan tujuan pembelajaran3. Menyiapakan siswa untuk menerima materi pembelajaran

4. Melibatkan siswa supaya aktif dalam kegiatan pembelajaran 5. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya menjawab pertanyaan yang ada 6. Melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran7. Menyimpulkan hasil kegiatan belajar dan memberi PR sebagai tindak lanjut.Tahap Observasi

Peneliti melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas dan pengamatan terhadap tingkat pemahaman siswa yang di tunjukkan dengan prestasi belajar siswa setelah mengerjakan evaluasi.

Tahap Refleksi

Aktivitas siswa pada kegiatan perbaikan siklus 1 mengalami sedikit peningkatan tetapi belum maksimal, karena hanya sebagian kecil siswa yang aktif dan mendominasi dalam proses pembelajaran. Pada aspek bertanya, menjawab dan diskusi kelompok siswa cukup respon terhadap motivasi yang diberikan Guru. tetapi pada aspek memecahkan masalah masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. pada aspek mendengarkan mengalami penurunan dan siswa tidak begitu pasif dalam belajar. Adanya peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal, tetapi masih ada yang di bawah standar ketuntasan. Oleh karena itu masih perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya untuk lebih meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa.Siklus II

Tahap Perencanaan

Pada siklus 2 dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus 1 dengan tujuan untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus 1. Hal ini terjadi karena beberapa anak masih pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu diadakan perbaikan pembelajaran dengan metode role playing (bermain peran) yang secara langsung melibatkan siswa dalam mensimulasikan kegiatan pembelajaran sesuai materi dengan bimbingan peneliti (guru).Tahap Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

1. Berdoa bersama, mengabsen siswa4. Menyampaikan tujuan pembelajaran

5. Menyiapkan perlengkapan pembelajaran termasuk media dan alat peraga6. Menyiapakan siswa untuk menerima materi pembelajaran7. Membimbing siswa dalam pembentukan peran8. Membimbing siswa dalam mensimulasikan kegiatan sesuai peran 9. Melibatkan siswa supaya aktif dalam kegiatan pembelajaran 10. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya menjawab pertanyaan yang ada 11. Melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran12. Menyimpulkan hasil kegiatan belajar dan memberi PR sebagai tindak lanjut. Tahap Observasi

Seperti halnya pada siklus I, kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap kegiatan dalam pembelajaran. Pengamatan ini disertai dengan pengisian lembar evaluasi yang telah disusun sebelumnya. Lembar observasi tersebut antara lain lembar observasi kegiatan pembelajaran.

Tahap Refleksi

Aktivitas siswa pada kegiatan perbaikan siklus 2 mengalami peningkatan, karena banyak siswa yang sudah aktif dan pada aspek bertanya, menjawab dan diskusi kelompok siswa cukup respon terhadap motivasi yang diberikan Guru. Adanya peningkatan ketuntasan belajar yang sudah tidak ada yang di bawah standar ketuntasan. Perbandingan dari pencapaian keberhasilan pelaksanaan dari pra siklus, siklus pertama dan kedua secara rinci disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel Perbandingan Keberhasilan Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2NoAspek PenilaianPencapaian

PrasiklusPencapaian

Siklus IPencapaian

Siklus II

1Keaktifan siswa dalam bertanya 25 %35 %60 %

2Keaktifan siswa dalam berdiskusi 40%60 %80 %

3Ketuntasan hasil belajar41%59%100%

C. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian tindakan kelas ini, pengumpulan data dilakukan peneliti dengan cara teknik dokumentasi data statistik, observasi, dan tes. Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengambil dari data kelas ditujukan untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa sebagai dasar pembagian kelompok dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pencatatan pada lembar observasi yang sudah dipersiapkan. Teknik ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas hasil proses belajar mengajar siswa yang sedang berlangsung. Sedangkan teknik tes secara umum dilakukan untuk mengukur kualitas proses belajar mengajar hasil belajar siswa, dan secara khusus dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan belajar siswa.

D. Teknik Analisis DataUntuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik pendekatan kuantitatif, yaitu bersifat deskriptif dan menggunakan analisis statistik. Dari hasil observasi, lembar catatan hasil tes evaluasi dan kuesioner dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kuantitas hasil proses belajar mengajar yang dicapai siswa. Dan untuk mengetahui peningkatan kuantitas hasil belajar siswa digunakan data secara statistik. Sedangkan proses belajar mengajar dilakukan dengan cara membandingkan skor individu dan kelompok dengan tes sebelumnya.

Data hasil penelitian berupa angka beserta konsep penilaiannya yang akan dipaparkan sesuai kejadian yang ada di lapangan dan dianalisis secara induktif. Disamping itu, penelitian ini ditekankan pada proses pemahaman materi dan hasil pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian1. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran Pra SiklusKeberhasilan proses belajar pada tahap prasiklus diketahui setelah dilakukan evaluasi, nilai rata-rata kelas yang dicapai oleh peserta didik sebesar 63,28. Dan bila diukur ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 41 % dari seluruh jumlah siswa kelas VI. Berdasarkan data tersebut, peneliti akhirnya melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan perubahan strategi mengajar, dengan melakukan perubahan strategi pembelajaran yang awalnya hanya dengan metode ceramah dan diskusi dirubah menjadi metode bermain peran yang merupakan metode untuk mensimulasikannya langsung.2. Perbaikan Siklus 1Dari hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 1, maka rata rata nilai kelas yang dicapai adalah 70,62 Terjadi peningkatan sebesar 7,34 point bila dibandingkan dengan rata-rata nilai pada kondisi awal (pra siklus) yang hanya sebesar 63,28.

3. Perbaikan Siklus 2Dari data hasil pencapaian pada siklus 1, ternyata masih ada peserta didik yang belum tuntas pencapaian ketuntasan dalam belajar, sehingga peneliti akan melakukan penelitan lagi untuk perbaikan selanjutnya.

Dari hasil data di atas, maka dapat diketahui nilai rata-rata yang dicapai pada siklus 2 sebesar 80,15. Terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 9,53 point dari nilai rata-rata kelas pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I.Dalam ketuntasan belajar pada siklus 2 ini, dapat dihitung berdasarkan tabel hasil tes evaluasi siklus 2. Setelah dilakukan penghitungan maka ketuntasan belajar siswa kelas IV SDN Jururejo 2 ini mencapai 100 %. Ketuntasan dihitung dari jumlah anak yang tuntas nilainya dibagi jumlah anak keseluruhan dikalikan 100 %.

Ketuntasan belajar =Refleksi

Berdasarkan hasil paparan data di atas, maka refleksi yang disampaikan peneliti adalah :

1. Penggunaan media gambar dapat memotivasi siswa aktif dalam mengikuti kegiatan belajar.

2. Dengan metode role playing (bermain peran) kegiatan pembelajaran lebih efektif, siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar yang secara tidak sadar siswa mensimulasikan secara langsung proses pelaksanaan pemilu, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai pembelajar.

3. Pemberian petunjuk kerja dan bimbingan dalam kegiatan role playing dapat berjalan dengan baik dan memberikan pemahaman kepada siswa dalam kegiatan bermakna pada saat mensimulasikan permainan peran, sehingga siswa aktif dan inisiatif bebas dalam berekspresi melakukan apa yang menjadi perannya.

4. Dengan metode role playing (bermain peran) siswa lebih kelihatan bersemangat dan senang dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa dapat belajar tentang materi pelaksanaan pemilu dengan cara bermain, sehingga siswa tidak merasa jenuh.

5. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa selama kegiatan pembelajaran dengan metode role playing (bermain peran) , penerapan hasil belajar siswa lebih baik dan mudah mengingat dibandingkan hanya dengan metode ceramah. Artinya kegiatan pembelajaran di sekolah selama ini masih didasari paradigma lama bahwa pengetahuan merupakan fakta fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.B. Pembahasan

Pra Siklus

Nilai rata-rata kelas yang dicapai oleh peserta didik pada pra siklus adalah sebesar 63,28 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40 dari 32 siswa tersebut yang mendapatkan nilai kurang dari 70 adalah sebanyak 19 anak dan siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 adalah 13 anak. Dan apabila diukur ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 41 % dari seluruh jumlah siswa kelas VI.

Berdasarkan data tersebut, peneliti akhirnya melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan perubahan strategi mengajar, dengan melakukan perubahan strategi pembelajaran yang awalnya hanya dengan ceramah dan diskusi kecil untuk mengamati gambar kemudian dirubah dengan cara memberi tugas kepada peserta didik untuk membentuk kelompok menjadi 8 dengan anggota bebas, kemudian masing masing kelompok mensimulasikan atau mempraktekkan kegiatan sesuai gambar dengan cara bermain peran. Siklus 1

Setelah diadakan penelitian siklus 1 didapatkan hasil bahwa nilai rata - rata siswa adalah 70,62 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Dan dari 32 siswa tersebut diketahui siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 70 adalah sebanyak 13 anak dan siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 adalah 19 anak. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa kelas VI SDN Jururejo 2 dalam materi Pemilihan Umum di Indonesia adalah sebesar 59 %. Terjadi peningkatan 18% dibandingkan pada awal siklus ( Pra Siklus ) yang hanya 41 %.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti merasa belum puas dengan penelitiannya. Karena menurut peneliti dan hasil diskusi dengan teman sejawat, ketuntasan belajar dalam materi Pemilihan umum (pemilu) di kelas VI bisa mencapai 100 %. Untuk itu, peneliti meneruskan penelitian ini di siklus II, melalui metode yang sama dengan siklus 1, tetapi dirubah jumlah kelompok menjadi 4 yang beranggotaan 8 anak dan kegiatan bermain peran dibimbing dan diarahkan oleh guru, dengan harapan peserta didik semakin faham dan menguasai materi sehingga ketuntasan belajar bisa mencapai 100 %.

Siklus 2

Setelah melihat hasil perbaikan penelitian pada siklus II didapatkan hasil bahwa perkembangan prestasi siswa sebagai berikut : Nilai rata rata siswa meningkat hingga mencapai 80,15 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70. Dari 32 siswa tersebut yang mendapatkan nilai kurang dari 70 sudah tidak ada, semua siswa mendapatkan nilai lebih dari 70 ke atas. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa kelas VI SDN Jururejo 2 dalam materi Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia adalah 100 %. Dibandingkan dengan proses perbaikan prestasi pada siklus 1 yang diukur dari nilai rata rata kelas terlihat jelas peningkatan prestasi belajar siswa dari 70,62 pada siklus I menjadi 80,15 pada siklus II.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis data dan pembahasan yang diperoleh dalam kegiataan perbaikan pembelajaran maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :1. Kegiatan Pembelajaran dengan metode pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) dapat meningkatkan pemahaman siswa, yang mana dapat dilihat dari hasil nilai tes evaluasi pada tiap-tiap siklus menunjukkan peningkatan. Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi belajar PKn siswa kelas VI SDN Jururejo 2 pada pokok materi Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus adalah 41 % pada perbaikan siklus 1 adalah 59%, dan perbaikan siklus 2 adalah 100 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi belajar PKn kelas VI SDN Jururejo 2 meningkat dan telah mencapai ketuntasan belajar.

2. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar menunjukkan peningkatan yang positif yaitu siswa aktif bertanya, aktif menjawab, aktif dalam berdiskusi, dan siswa terlihat gembira dan bersemangat ketika melakukan bermain peran.3. Guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan metode Role Playing (bermain peran) lebih terlihat trampil dan kreatif, karena telah menyiapkan media dan perlengkapan lainnya dengan penampilan seperti nyata, sehingga siswa seperti melakukan peran dalam proses pelaksanaan Pemilu seperti kenyataan.

B. SaranBerdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang telah diperoleh peneliti, ada beberapa sumbang pendapat sebagai berikut :1. Pada saat menerapkan metode pembelajaran Role Playing (bermain peran) hendaknya Guru selalu mempersiapkan diri dengan baik sebelum melaksanakan pembelajaran sehingga hasil pembelajaran lebih maksimal.

2. Guru selalu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat meminimalkan kejenuhan dalam diri siswa serta melibatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar.

3. Dalam penerapan metode pembelajaran role playing (bermain peran) hendaknya Guru menyiapkan media penunjang yang tepat dan menarik.

4. Penerapan pembelajaran dengan metode pembelajaran role playing (bermain peran) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat dikembangkan untuk berbagai materi atau pokok bahasan yang lain.

5. Dalam kegiatan pembelajaran siswa harus selalu diberi motivasi agar dapat aktif mengikuti proses belajar, antusias dalam diskusi dan mampu menyelesaikan masalah belajar dengan baik, serta berhasil mencapai ketuntasan belajar.

6. Sekolah senantiasa berinovasi menyiapkan sarana dan prasarana dalam mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang kreatif dan variatif untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif, serta selalu meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran melalui berbagai pelatihan dalam bidang pendidikan, sehingga mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik.

DAFTAR PUSTAKAArifin, M. (1996) Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.Armai Arief. (2002) Pengantar Ilmu dan Metodologe Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.Chabib Thaha. (1998) (ed), PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Darsono, Max dkk.,(2000) Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: CV. IKIP Semarang Press)

Hamalik, O. (2008). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Martimis, Y. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada

Sanjaya, Wina, (2008), Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Slamet,(1995) Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: RinekaCipta,)

Umara,Abana (2010) http://dedenbinlaode.blogspot.com/2010/01/penerapan-model-pembelajaran-role.html diakses pada tanggal 15 September 2013.

Winataputra, U.S, dkk. (2005). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas.

Zaini, H., Munthe, B.&Aryani, S. A. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.