paper hbm

Upload: kwiity-saiiankna-wiiegy

Post on 15-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

HBM

TRANSCRIPT

Teori Health Belief ModelSejarah

HBM dicetuskan pada tahun 1950-an berkat penilitian psiokolog sosial dari U.S Public Health Service (USPHS) yakni Godfrey Hochbaum, Irwin Rosenstock, dan Stephen Kegeles. terinspirasi oleh sebuah penelitian tentang mengapa orang mencari X-ray untuk pemeriksaan TB (Breslaw , 2002). Teori ini di kembangkan sebagai respons terhadap sebuah pertanyaan yang sangat praktis. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan) berasal dari teori yang telah mapan dalam bidang psikologi dan ilmu perilaku (terutama pendekatan value-expectancy) dan sama dengan pengambilan keputusan (decision making model) yang dikemukakan Lewin, Tolman, Rotter, Edward, Atkinson, dll (Maiman dan Beckers,1954). Fokus asli dari HBM adalah perilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai macam perilaku seperti check up untuk pencegahan/ pemeriksaan awal (screening) misalnya tes tuberculosis dan vaksinasi/ imunisasi seserti vaksinasi influenza, hepatitis B.Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50-an dan didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberkulosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku.Dalamteori inidipercaya bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya, tanpa memperdulikan apakah motif kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau dengan pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut.Sangatlah penting untuk membedakan antara kebutuhan kesehatan yang objektif dan yang subjektif. Kebutuhan kesehatan yangobjektif ialah yang diidentifikasi oleh petugas kesehatan berdasarkan penilaiannya secara profesional, yaitu adanya gejala yang dapat mengganggu/ membahayakan kesehatan individu. Sebaliknya individu menentukan sendiri apakah dirinya mengandung penyakit berdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri.Pendapat/ kepercayaan ini dapat sesuai dengan realitas, namun dapat pula berbeda dengan kenyataan yang dilihat oleh orang lain. Meskipun berbeda dengan realitas, menurut Rosenstock, pendapat subjektif inilah yang justru merupakan kunci dari dilakukannya atau dihindarinya suatu tindakan kesehatan.Artinya individu itu baru akan melakukan suatu tindakan untuk menyembuhkan penyakitnya jika dia benar-benar merasa terancam oleh penyakit tersebut. Jika tidak, maka dia tidak akan melakukan tindakan apa-apa.Pada dasarnya model ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :1. Kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan ditentukan oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan persepsi mereka terhadap kemungkinan akibat (fisik dan sosial) bila terkena penyakittersebut2. Penilaian seseorang terhadap perilaku kesehatan tertentu, dipandang dari sudut kebaikan dan kemanfaatan (misalnya perkiraan subjektif mengenai kemungkinan manfaatdari suatu tindakan dalam mengurangi tingkat bahaya dan keparahan). Kemudian di bandingkan dengan persepsi terhadap pengorbanan (fisik dan uang) yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan tindakan tersebut.3. Suatu kunci untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat harus ada baik dari sumber internal (misalnya gejala penyakit), maupun eksternal (misalnya interaksi interpersonal, komunikasi massa).Dalam HBM ini dapat dipahami bahwa perbedaan faktor demografis, personal, struktural dan sosial mempengaruhi perilaku kesehatan, namun semua variabel itu sebenarnya mempengaruhi persepsi dan motivasi individu, bukan berfungsi sebagai penyebab langsung dari suatu tindakan (Becker dkk, 1977). Modifikasi utama yang dilakukan SV.Kasl dan S.Cobb (1966) menyangkut perilaku tertentu yang dijalankan seseorang pada saat mengalami suatu gejala penyakit, seperti rasa sakit dan kurang enak badan, tekanan psikologis, tingkat toleransi terhadap rasa sakit, kurang daya dan tenaga, dan keadaan sosiodemografik, semuanya ini memegang peranan penting.

Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakterisitik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.

Konsep Health Belief Model1. Konsep TeoritisHealth Belief Model ini (HBM) adalah teori yang paling umum digunakan dalam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan. Ini dikembangkan pada 1950-an sebagai cara untuk menjelaskan mengapa program skrining medis yang ditawarkan oleh US Public Health Service, terutama untuk TBC, tidak begitu sukses (Hoch-Baum, 1958). Konsep asli yang mendasari HBM adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit (Hochbaum, 1958). Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan intrapersonal.2. Konstruksi TeoriBerikut empat persepsi yang berfungsi sebagai konstruksi utama dari model: keseriusan dirasakan, kerentanan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, dan hambatan yang dirasakan. Masing-masing persepsi, secara individu atau dalam kombinasi, dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kesehatan. Baru-baru ini, konstruksi lainnya telah ditambahkan ke HBM, dengan demikian, HBM telah diperluas dengan mencakup isyarat untuk bertindak, faktor motivasi, dan efisiensi diri.Menurut Maulana dalam bukunya yang berjudul Promosi Kesehatan, HBM merupakan model kognitif yang digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut HBM, kemungkinan seseorang melakukan tindakan pencegahan dipengaruhi secara langsung dari hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan (health beliefs), yaitu:1. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness)

Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Oleh karena itu, jika ancaman yang dirasakan meningkat, perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan didasarkan pada hal-hal berikut.

Ketidakkebalan yang dirasakan (perceived vulnerability). Individu mungkin dapat menciptakan masalah kesehatannya sendiri sesuai dengan kondisi.

Keseriusan yang dirasakan (perceived severity). Individu mengevaluasi keseriusan penyakit jika penyakit tersebut muncul akibat ulah individu tersebut atau penyakit dibiarkan tidak ditangani.

2. Keuntungan dan kerugian (benefit and costs)Pertimbangan antara keuntungan dan kerugian perilaku untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak.

3. Petunjuk berperilaku juga diduga tepat untuk memulai proses perilaku, yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient position). Hal ini berupa berbagai informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan (misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman). (Maulana, 2009).

Ancaman, keseriusan, ketidakkebalan, pertimbangan keuntungan, dan kerugian dipengaruhi oleh 1) variabel demografi (umur, jenis kelamin, latar belakang budaya), 2) variabel sosiopsikologis (kepribadian, kelas sosial, tekanan sosial), dan 3) variabel struktural (pengetahuan, dan pengalaman sebelumnya).

Selanjutnya, penilaian terhadap masalah kesehatan terdahulu merupakan petunjuk untuk berperilaku (cues to action) diduga tepat untuk memulai proses perilaku, disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient position). Hal ini dapat berupa bermacam-macam informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan, misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, dan penyakit anggota keluarga lain atau teman (Maulana, 2009).

The Health Belief Model

Individual Perceptions

Modifying Faktors

Likelihood of Action

The Health Belief Model

Individual Perceptions

Modifying Factors Likelihood of Action

v

Kerangka Teori Health Beliefe Model Dalam Sokidjo Notoatmojo Tentang Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengambilan Keputusan

Keterangan:

Variabel demografi : umur, jenis kelamin,bangsa kelompok etnis

Variabel social psikologis : peer & reference group, kepribadian, pengalaman sebelumnya

Variabel sruktur : paritas, akses ke playanan kesehatan, dsb

Pendorong untuk bertindak:

Pendidikan : tingkat pendidikan, pengetahuan, penyuluhan, dsb

Gejala : peringatan dari dokter

Informasi media masa : kampanye media massa, tulisan dalam surat kabar, majalah

HBM tidak mempertimbangkan dampak komunikasi terhadap proses perubahan perilaku. Karena itulah dikembangkan matriks komunikasi/persuasi, yang berfokus pada evaluasi dampak berbagai tipe komunikasi terhadap proses perubahan perilaku tersebut.

Hal- hal yang harus diperhatikan dari HBM adalah:

1. HBM difokuskan terutama pada keputusan individu dan tidak menangani faktor sosial dan lingkungan.2. HBM mengasumsikan bahwa setiap orang memiliki akases yang setara dan tingkat yang sama terhadap informasi untuk membuat perhitungan yang rasional.

Komponen HBM

Health Belief Model mencakup lima komponen utama(Rosenstock, 1982) yaitu ;1. Perceived Susceptibility (Kerentanan yang dirasakan)merupakan persepsi individu tentang kemungkinannya terkena suatu penyakit. Mereka yang merasa dapat terkena penyakit tersebut akan lebih cepat merasa terancam. Seseorang akan bertindak untuk mencegah penyakit bila ia merasa bahwa sangat mungkin terkena penyakit tersebut. Kerentannya dirasakan setiap individu berbeda tergantung persepsi tentang risiko yang dihadapi individu pada suatu keadaan tertentu.Merasa Rentan (Perceived susceptibility) yaitu kepercayaan seseorang mengenai kesempatan untuk mengkondisikan sesuatu. Risiko pribadi atau kerentanan adalah salah satu persepsi yang lebih kuat dalam mendorong orang untuk mengadopsi perilaku sehat. Semakin besar risiko yang dirasakan, semakin besar kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi risiko. Hal ini adalah apa yang mendorong laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki untuk divaksinasi terhadap hepatitis B (de Wit et al., 2005) dan menggunakan kondom dalam upaya untuk mengurangi kerentanan terhadap infeksi HIV (Belcher et al., 2005).

Persepsi kerentanan - ini mengacu pada persepsi subjektif seseorang dari risiko tertular penyakit atau penyakit .persepsi ini juga merupakan kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan ditentukan oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan persepsi mereka terhadap kemungkinan akibat( fisik dan sosial) bila terserang penyakit tersebut.Kerentanan yang dirasakan memotivasi orang untuk divaksinasi influenza (Chen et al, 2007.), untuk menggunakan tabir surya untuk mencegah kanker kulit, dan benang gigi mereka untuk mencegah penyakit gusi dan gigi. Ini begitu logis bahwa ketika orang percaya bahwa mereka berada pada risiko untuk penyakit, mereka akan lebih mungkin untuk melakukan sesuatu untuk mencegah hal itu terjadi. Sayangnya, sebaliknya juga terjadi. Ketika orang percaya bahwa mereka tidak berisiko atau memiliki risiko kerentanan yang rendah, perilaku tidak sehat cenderung mengakibatkan munculnya penyakit ini adalah persis apa yang telah ditemukan dengan orang dewasa yang lebih tua dan perilaku pencegahan HIV. Karena orang dewasa yang lebih tua umumnya tidak menganggap diri mereka berada pada risiko infeksi HIV, banyak yang tidak mempraktekkan seks aman (Rose, 1995; Maes & Louis, 2003). Ini adalah skenario yang sama yang ditemukan terhadap mahasiswa Asia-Amerika. Mereka cenderung untuk melihat epidemi HIV / AIDS sebagai masalah non-Asia, dengan demikian, persepsi mereka tentang kerentanan terhadap infeksi HIV adalah rendah dan tidak berhubungan dengan mempraktekkan perilaku seks aman (Yap, 1993).

Contoh: Masyarakat beranggapan jika mereka tidak disuntik mudah tertular penyakit. Selain itu mereka juga mengetahui efek samping dari suntik yaitu demam (biasanya pada anak-anak).2. Perceived Severity (Keparahan yang dirasakan)merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang diderita. Pandangan ini mendorong seseorang untuk mencari pengobatan atas penyakit yang dideritanya. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit misalnya kematian, pengurangan fungsi fisik dan mental, kecacatan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial.Contoh: Mereka tidak suntik maka mereka tidak akan sembuh.3. Perceived Benefit (Persepsi Manfaat)Menurut Glanz, et al dalam bukunya Health Behavior and Health Education tahun 2008, perubahan perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh keyakinannya tentang manfaat yang dirasakan dari berbagai tindakan yang bertujuan untuk mengurangi ancaman penyakit. Persepsi non kesehatan lainnya yang terkait, seperti penghematan keuangan terkait keputusan perilaku berhenti merokok atau menyenangkan anggota keluarga dengan memiliki mammogram, juga dapat mempengaruhi perubahan perilaku seseorang. Dengan demikian, individu menunjukkan kepercayaan optimal dengan tindakan yang dilakukan dan menganggap aksi tersebut memiliki potensi yang menguntungkan untuk mengurangi ancaman terhadap kesehatan. (Glanz, et al 2008).

Perceived benefit of Action (persepsi tentang manfaat melakukan sesuatu) adalah keyakinan individu yang mempercayai bahwa perilaku yang baru lebih bermanfaat daripada perilaku yang pernah dilakukan sebelumnya. Persepsi ini bisa juga diartikan bahwa perilaku yang baru akan lebih berguna untuk menurunkan risiko berkembangnya penyakit. Orang cenderung mengadopsi perilaku yang lebih sehat disaat mereka percaya bahwa perilaku yang baru akan menurunkan peluang mereka untuk sakit. Maka, setiap perilaku yang diambil seseorang dilatarbelakangi oleh tujuan tertentu untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka dan menurunkan risiko terjadinya sakit. Seperti, memakan lebih banyak buah-buahan dan sayur-sayuran, berhenti merokok, menggunakan tabir surya, dan sebagainya.

Manfaat yang dirasakan adalah pendapat dari seseorang dari nilai dan kegunaan dari suatu perilaku baru dalam mengurangi risiko pengembangan penyakit. Manfaat yang dirasakan dari suatu tindakan memiliki peran penting untuk pengembangan perilaku pencegahan sekunder.

Perceived benefit of Action merupakan hasil positif yang di percaya oleh orang sebagai hasil dari suatu tindakan.Setiap individu akan menfokuskan keputusan berdasarkan hasil atau manfaat yakni dengan memperhitungkan derajat kesehatan mereka dalam perilaku kesehatan preventif. Konstruksi manfaat yang dirasakan adalah pendapat seseorang dari nilai atau kegunaan dari suatu perilaku baru dalam mengurangi risiko pengembangan penyakit. Orang-orang cenderung mengadopsi perilaku sehat ketika mereka percaya perilaku baru akan mengurangi resiko mereka untuk berkembangnya suatu penyakit. Konsep tersebut memberikan pemahaman bahwa tindakan yang dilakukan pasti akan mengurangi resiko terjadinya penyakit.Hal tersebut dilakukan dengan melakukan riset dan mentargetkan program. contohnya:Masyarakat paham bahwa jika mereka di suntik maka akan sembuh.

Perceived Aspek negatif dari kesehatan tertentu tindakan-hambatan yang dirasakan mungkin bertindak sebagai hambatan dalam perilaku direkomendasikan usaha. Semacam bawah sadar, analisis biaya-manfaat terjadi dimana individu mempertimbangkan tindakan manfaat dengan hambatan yang dirasakan diharapkan "Ini bisa membantu saya, tapi mungkin mahal, memiliki efek samping negatif, tidak menyenangkan, nyaman, atau memakan waktu." Dengan demikian, "tingkat gabungan kerentanan dan keparahan menyediakan energi atau kekuatan untuk bertindak dan persepsi manfaat (minus hambatan) memberikan jalan pilihan tindakan " (Rosenstock, 1974).4. Perceived barriers

Karena perubahan bukanlah sesuatu yang datang dengan mudah bagi kebanyakan orang, konstruk terakhir dari HBM alamat masalah hambatan yang dirasakan perubahan. Ini adalah evaluasi individu sendiri hambatan di jalan dia mengadopsi perilaku baru. semua konstruksi, hambatan yang dirasakan adalah yang paling penting dalam menentukan perubahan perilaku (Janz & pendukung, 1984).

Agar perilaku baru yang akan diadopsi, seseorang perlu percaya bahwa manfaat dari perilaku baru lebih besar daripada konsekuensi melanjutkan perilaku lama (pusat kontrol penyakit dan pencegahan, 2004). ini memungkinkan hambatan untuk diatasi dan perilaku baru yang akan diadopsi.

Dalam mencoba untuk meningkatkan praktik pemeriksaan diri payudara pada wanita, akan terlihat jelas bahwa mengobati kanker payudara akan memotivasi adopsi praktek deteksi dini ini. Tentu saja kanker payudara adalah penyakit yang sangat serius, salah satu yang perempuan beresiko dan yang persepsi ancaman tinggi. Bahkan dengan semua ini, hambatan untuk melakukan BSE memberikan pengaruh yang lebih besar atas perilaku daripada melakukan pd waktu itu dari kanker itu sendiri (Champion, 1993; juara & Menon, 1997; Ellingson & Yarber, 1997; Umeh & Rogan-Gibson, 2001) .

Beberapa hambatan termasuk kesulitan dengan memulai perilaku baru atau mengembangkan kebiasaan baru, takut tidak mampu melakukan BSE dengan benar, harus menyerah hal-hal untuk melakukan BSE, dan malu (Umeh & Rogan-Gibson, 2001) Hambatan juga berdiri di jalan mencari tes Pap Mowen Hispanik, meskipun mereka menganggap kanker serviks sebagai serius dan percaya ada manfaat untuk memiliki tes Pap. The barries-ketakutan bahwa tes menyakitkan dan tidak tahu ke mana harus pergi untuk pengujian-tidak sebanding dengan manfaat dari tes atau diminimalkan oleh keseriusan penyakit (Byrd et al., 2004). Di antara perempuan kuliah, takut sakit dan malu adalah hambatan untuk tes Pad. adalah menarik bahwa keyakinan penghalang ini adalah terbesar di antara wanita yang tidak pernah menyerahkan tes Pap (Burak & Meyer, 1997).

Contoh: Masyarakat percaya bahwa seseorang harus menderita terlebih dahulu untuk sembuh.5. Cues to Action (Isyarat untuk bertindak)ada faktor pencetus untuk memutuskan menerima atau menolak alternatif tindakan tersebut. Isyarat ini dapat bersifat :

a. Internal : isyarat untuk bertindak yang berasal dari dalam diri individu, misal gejala yang dirasakan

b. Eksternal : isyarat untuk bertindak yang berasal dari interaksi interpersonal, misal media massa, pesan, nasehat, anjuran atau konsultasi dengan petugas kesehatan.

Cues to action adalah isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal maupun internal, misalnnya pesan-pesan pada media massa, nasihat, atau anjuran teman atau anggota keluarga lain, aspek sosiodemografis misalnya tingkat pendidikan, lingkungan tempat tinggal pengasuhan dan pengawasan orangtua, pergaulan teman, agama, suku, keadaan ekonomi, sosial dan budaya, self-efficacy yaitu keyakinan seseorang bahwa dia mempunyai kemampuan untuk melakukan atau menampilkan suatu perilaku terentu. Pada cues to action, yaitu semakin individu memiliki faktor eksternal seperti keluarga, teman dll yang mendorong diri seseorang untuk memperoleh pengobatan maka akan semakin besar kemungkinan individu untuk mencari pertolongan pada praktisi kesehatan. Menurut theory at a glance, aplikasi dari cues to action yaitu provide how-to information, promote awareness, reminders. Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar mengenai kerentanan, kegawatan, dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal.

Peringatan mengenai masalah kesehatan yang berpotensi dapat meningkatkan kecenderungan individu untuk untuk mempersepsikannya sebagai ancaman dan melakukan tindakan. Cues to action dapat memiliki beraneka macam bentuk seperti iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok, artikel di koran dan lain-lain. Berbeda pula dengan Perceived benefit and barrier. Dalam perceived benefit Individu menilai keuntungan dalam memperoleh layanan kesehatan misalnya semakin sehat ketika sudah memperoleh layanan kesehatan, dan dalam perceived barrier individu menilai kerugian jika memperoleh layanan kesehatan.Kerugian yang terdapat jika individu menerima layanan kesehatan adalah: biaya, konsekuensi psikologis (misalnya, takut dikatakan semakin tua jika melakukan cek-up), pertimbangan fisik (misalnya, jarak rumah sakit yang jauh sehingga sulit untuk mencapainya).

Contoh: Pasien sudah mengerti kebiasaan seperti apa yang harus mereka lakukan saat berobat ke puskesmas, yaitu setelah memberikan keluhan yang dirasakan saat itu, dokter memberikan pertanyan sugestif suntik, ya?, dengan spontan pasien akan berbaring dan membuka celananya siap untuk disuntik.Kekurangan/Kelemahan HBM

Menurut Maulana (2009), dalam bukunya Promosi Kesehatan, secara teoritis terdapat empat kelemahan HBM. Pertama, HBM lebih didasarkan penelitian terapan dalam permasalahan pendidikan kesehatan daripada penelitian akademis. Kedua, HBM didasarkan pada beberapa asumsi yang dapat diragukan, seperti pemikiran bahwa setiap pilihan perilaku selalu berdasarkan pertimbangan rasional. Selain rasionalisasinya diragukan, HBM juga tidak memberikan spesifikasi yang tepat terhadap kondisi ketika individu membuat pertimbangan tertentu. Ketiga, HBM hanya memerhatikan keyakinan kesehatan. Kanyataannya, orang dapat membuat banyak pertimbangan tentang perilaku yang tidak berhubungan dengan kesehatan, tetapi masih memengaruhi kesehatan. Keempat, berkaitan dengan ukuran dari komponen-komponen HBM. Banyak studi menggunakan konsep operasional dan pengenalan yang berbeda sehingga sulit dibandingkan. Hal ini menunjukkan hasil yang tercampur dan prediksi yang tidak konsisten. Analisis model ini menunjukkan bahwa berbagai predictor dapat berubah sewaktu-waktu.

Daftar PustakaAbraham, Charles; Shanley, Eamon. 1997. Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta: EGC.Breslaw, Lester (Ed). Topic Overview: Health Belief Model,Encyclopedia of Public Health (USA: Macmillan Reference., 2002), hlm. 526- 528.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filisafat Komunikasi. Cet. Ke-3. Citra Aditya Bakti: Bandung. 2003Glanz,K., dkk (1997) . Theory at a Glance: A Guide for Health Promotion Practice. National Institute of Health.Jane Ogden, 1996. A Text Book ; Health Phsycology . Open University Press. Buckingham, PhiladelphiaMaulana, Heri D. J. (2009). Promosi Kesehatan (cetakan I), Niven, Neil. 1989. Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat & Profesional Kesehatan Lain. Terjmahan Agung Waluyo. 2/E. London: Longman Group Limited.

Notoatmodjo, Soekidjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Rineka Cipta: Jakarta. 2003.Solita Sarwono, 2007. Sosiologi Kesehatan. Gajah Mada University, Yogyakarta.

Sumartono, Terperangkap dalam Iklan (Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi). Alfabeta: Bandung. 2002..

Perceived Benefits

Vs Barriers to

Behavioral Change

Age, Sex, Ethnicity

Personality

Socioeconomics

Knowledge

Likelihood of

Behavioral Change

Perceived Susceptibility/

Seriousness of Disease

Cues to Action

Education

Symptoms

Media Information

Perceived Threat

of Disease

Variabel demografi, Variabel social psikologis,

Variabel sruktur

Ancaman yang dilihat (perceived) mengenai gejala penyakit

Kecenderungan yang dilihat (perceived) mengenai gejala penyakit.

Manfaat yang dilihat (perceived) dari pengambilan tindakan melawan rintangan yang dilihat (perceived) dari pengambilan tindakan

Kemungkinan perubahan perilaku

Pendorong (cues) untuk bertindak

Pendidikan

Gejala

Informasi dar media masa