partisipasi pemilih; kehadiran dan ketidak ...94)bahwa prilaku memilih dalam pemilu tahun 2009 lalu...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN HASIL SURVEY PARTISIPASI PEMILIH; KEHADIRAN
DAN KETIDAK HADIRAN PEMILIH DI TPS (VOTER TURN-OUT)
PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG
Jl. Karya Jasa No. 8 Lubuk Pakam www.kpu-deliserdangkab.go.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemilu yang berlangsung di Indonesia pasca reformasi sudah empat kali yaitu tahun
1999, tahun 2004, tahun 2009, dan tahun 2014. Pemilu merupakan sarana dan instrumen
demokrasi bagi rakyat untuk mengelola partisipasi politiknya. Karena secara teoritik pemilu
merupakan salah satu arena memikat hati kalangan pemilih maupun calon pemilih agar partai
dipilih sehingga lolos threshold bahkan mampu menang dan menjadi partai politik mayoritas
dalam parlemen. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Romli (2010:93) menunjukkan
bahwa dalam menarik minat pemilihnya maka bentuk komunikasi politik yang paling kerap
dilakukan partai politik adalah kegiatan kampanye dalam Pemilu legislatif (Pileg) tahun 2009
dengan empat kecenderungan tipe pesan kampanye yaitu (1) identitas diri, (2) penonjolan
perestasi, (3) penonjolan ideologi, dan (4) pemaparan program. Media komunikasi politik
yang digunakan sudah mulai beragam baik yang konvensional (spanduk, brosur, kalender)
maupun yang modern (facebook, sms, email).
Sebaliknya kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam
menyumbangkan suaranya dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada partai politik dan kandidat tertentu, merupakan keputusan
yang dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan
dapat pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dialami
oleh pemilih. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat mempengaruhi pola
ekspresi pemilih terhadap identifikasi parpol pilihan atau berafiliasinya dalam partai politik.
Penilaian pemilih terhadap pola akomodasi kepentingan rakyat terhadap legislatif dan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi
dan pandangan masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas peserta Pemilu tahun
2014 lalu. Berdasarkan hasil penelitian Romli (2010: 94) bahwa prilaku memilih dalam
Pemilu tahun 2009 lalu memperlihatkan kecenderungan: (1) secara demografis, maka
kecenderungan pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi
(suku, jenis kelamin, dan agama) (2) perbedaan konsentrasi basis massa partai politik
mempengaruhi perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka
peranan patrón sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih
mempengaruhi pilihan masyarakat yang tinggal di pedesaan dan ada temuan berlangsungnya
2
perilaku transaksional, sedangkan di perkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari
media tv, radio, koran dapat mempengaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang
signifikan atas perolehan suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka
pemilih yang rasional idealis (kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi,
platform dan program parpol ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional
realistis (mempertimbangkan kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Ekspektasi atas peningkatan partisipasi pemilih dalam rangkaian Pemilu yang telah
berlangsung selama ini di Kabupaten Deli Serdang ternyata menggambarkan fakta yang
berbeda. Terjadi fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang kadang tinggi ataupun rendah,
sehingga menjadi relevan dan penting untuk dievaluasi dan dikaji faktor kausalnya. KPU
Kabupaten Deli Serdang sebagai Penyelenggara Pemilu memandang langkah evaluasi
melalui suatu riset untuk mendalami faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap
partisipasi politik pemilih berdasarkan kehadiran dan ketidak hadiran di TPS dalam Pemilu
Legislatif tahun 2014, Pemilu Presiden tahun 2014 dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
tahun 2013 lalu.
B. Perumusan Masalah
Dari paparan di atas, yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah bentuk, metode, dan saluran komunikasi dan pendidikan politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
serta Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu untuk meningkatkan
kehadiran pemilih ke TPS?
2. Bagaimanakah tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu Legislatif,
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun
2013 lalu?
3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kehadiran dan ketidakhadiran pemilih dalam
Pemilu Legislatif, dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pilkada Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2013 lalu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan kajian ini terkait dengan:
1. Untuk menggambarkan bentuk, metode, dan saluran komunikasi politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan
3
Pilkada Kabupaten Deli Srdang tahun 2014 yang lalu dalam upayanya
meningkatkatkan kehadiran pemilih di TPS-TPS.
2. Untuk menggambarkan tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu
legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2013 lalu?
3. Untuk menggambarkan karakteristik faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran dan
ketidakhadiran pemilih dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu.
D. Manfaat Penelitian
Adapun signifikansi penelitian ini, sebagai:
1. Referensi mengenai deskripsi ragam komunikasi dan pendidikan politik berbasis
evaluasi proses Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, khususnya
dokumen yang menggambarkan kondisi kecenderungan partisipasi politik pemilih.
2. Database mengenai gambaran pandangan dan harapan pemilih yang mempengaruhi
tingkat partisipasi politiknya khususnya kehadiran dan ketidakhadiran di TPS-TPS
dalam setiap Pemilu 2014 lalu, yang dapat dimanfaatkan oleh penyelenggara Pemilu
dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya untuk strategi peningkatan
partisipasi pemilih dalam Pemilu berikutnya.
4
BAB II
METODOLOGI
A. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilih Kabupaten Deli Serdang yang ikut serta
dan tidak ikut memberikan suara dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden, dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu, baik laki-laki maupun
perempuan.
Luasnya wilayah sampel dan besarnya jumlah populasi serta kerumitan dalam
mengidentifikasi responden, menjadi dasar utama peneliti dalam menetapkan teknik
penarikan sampel dan responden penelitian ini secara acak sederhana berbasis data DPT
(Data Pemilih Tetap) Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, karena Pemilu Legislatif tahun 2014
lalu adalah tahapan Pemilu yang paling awal dan DPTnya dipelakukan sebagai basis data
pemilih yang diperbaiki oleh KPU Kabupaten Deli Serdang untuk pembaruan DPT Pemilu
lainnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi DPT Pemilu Legislatif oleh KPU Deli Serdang, maka
jumlah pemilih terdaftar pada 394 PPS, 3485 TPS adalah 1.338.124 orang,
Dengan teknik multistage sampling, wilayah sampel Kecamatan ditetapkan keseluruhan
yaitu 22 kecamatan. Sedangkan pemilihan wilayah sampel desa ditetapkan secara purposive
dan proporsional dengan teknik acak sederhana. Jumlah responden penelitian adalah 400
(empat ratus) orang, dimana jatah masing-masing wilayah sampel kecamatan dan desa
ditetapkan berdasarkan proporsionalitas. Penetapan responden yang diwawancarai secara
berstruktur pada desa dan kelurahan terpilih dalam penelitian ini dilakukan sesuai prinsip
acak sederhana berbasis DPT PPS sesuai kuota yang dimiliki masing-masing. Responden
terpilih ditemui dan diwawancarai oleh enumerator sesuai dengan teknik wawancara
berstruktur.
Unit analisa penelitian ini adalah individu, bukan rumah tangga (household). Alasannya
karena hak memilih adalah hak politik dan keputusan individual, bukan keputusan kolektif,
selaras dengan prinsip pemilu yang salah satu sifatnya adalah rahasia.
5
Tabel II.1 Kerangka Sampel Penelitian
No Kecamatan Jumlah
Pemilih
Jumlah
Desa/Kelu
rahan
Proporsi
Sampel
Desa
(20 %)
Jumlah Responden
F %
1 GUNUNG MERIAH 2.105 12 2 10 2,50
2 STM. HULU 9.385 20 4 20 5,00
3 SIBOLANGIT 15.396 30 6 30 7,50
4 KUTALIMBARU 26.439 14 3 15 3,75
5 PANCUR BATU 63.265 25 5 25 6,25
6 NAMORAMBE 25.630 36 7 35 8,75
7 BIRU-BIRU 25.433 17 3 15 3.75
8 STM. HILIR 23.680 15 3 15 3.75
9 BANGUN PURBA 15.787 24 5 25 6.25
10 GALANG 45.796 29 6 30 7.50
11 TANJUNG
MORAWA
152.445 26 5 25 6.25
12 PATUMBAK 64.140 8 2 10 2.00
13 DELI TUA 39.127 6 2 10 2.00
14 SUNGGAL 187.733 17 3 15 3.75
15 HAMPARAN PERAK 105.570 20 4 20 5.00
16 LABUHAN DELI 41.917 5 2 10 2.50
17 PERCUT SEI TUAN 267.977 20 4 20 5.00
18 BATANG KUIS 46.920 11 2 10 2.50
19 PANTAI LIBU 33.403 19 4 20 5.00
20 BERINGIN 38.338 11 2 10 2.50
21 LUBUK PAKAM 81.886 13 3 15 3.75
22 PAGAR MERBAU 25.752 16 3 15 3.75
Jumlah 1.338.124 394 80 400 100,00
B. Teknik Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan teknik survey yang menggunakan kuesioner
sebagai instrumen utama digunakan sebagai pedoman wawancara berstruktur. Dalam hal ini
6
peneliti yang dibantu oleh enumerator mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden
untuk mendapatkan jawaban mengenai variabel penelitian yang relevan. Data utama studi ini
dikumpulkan dengan menyebarkan seperangkat pertanyaan tertutup dan terbuka dalam
kuesioner yang menguraikan tujuan dalam ruang lingkup penelitian ini, yang meliputi (a)
identitas pemilih berdasarkan karakteristik status sosial ekonomi, etnis dan regionalitas,
pengalaman sosialisasi dan partisipasi politik (b) Pola perilaku dan preferensi pemilih dalam
dalam menentukan pilihannya pada Pemilu 2014 lalu, (c). Dampak pemberitaan media
sosialisasi dan intensitas komunikasi politik terhadap kehadiran pemilih di TPS-TPS, (d).
Faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran pemilih di TPS, (e) Pandangan pemilih terhadap
proses penyelenggaran Pemilu 2014 lalu, (f). Harapan pemilih terhadap penyelenggaran
Pemilu berikutnya.
Data sekunder dikumpulkan dengan studi dokumentasi, berupa data yang bersumber
dari berbagai referensi, kepustakaan, peraturan-peraturan, jurnal penelitian dan bahan-bahan
tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.
C. Teknik Analisis Data
Data penelitian dipaparkan melalui kecenderungan pemusatan yang tertuang dalam
tabel frekuensi dan grafik. Untuk variabel-variabel penting yang saling berhubungan akan
diekpresikan dalam tabel silang, dimana signifikansi keterkaitannya dihitung dengan formula
statistik korelasional. Kecenderungan hubungan antar variabel penelitian berfungsi sebagai
eksemplar penjelasan angka-angka statistik terkait dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis penelitian (Supranto: 2004).
Selain itu, informasi yang terkumpul dari wawancara tidak berstruktur berguna sebagai
instrumen cross-check (konfirmasi) kebenaran normatif hasil survey. Dalam hal ini, temuan
survai dikomparasikan dengan hasil wawancara yang hasilnya digabungkan guna
mendapatkan kesimpulan praktis. Temuan teoritis dan informatif yang diperoleh dari studi
dokumentasi merupakan pemerkaya hasil penelitian, sehingga pembauran data primer dan
sekunder dipakai untuk membakukan kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demokrasi dan Pemilihan Umum
Sejarah demokrasi seringkali kabur dan terpotong-potong oleh sejarah hidupnya.
Kata demokrasi yang dalam bahasa Inggrisnya disebut democracy, awalnya bersumber dari
bahasa Perancis yaitu democratie yang dikenalkan pada abad ke 16. sebelumnya kata
demokrasi dirujuk dari bahasa Yunani (Greek) demokratia yang merupakan tautan dari kata
demos berarti rakyat (people) dan kratos berarti tatanan (rule) (Held, 1996: 1).
Penerapan demokrasi telah ada masa Athena Kuno sebagai kota tua (classical polis)
yang ditandai adanya persatuan, solidaritas, tingginya partisipasi dan dari terbatasnya jumlah
warga negara. Pada masa itu, warganegara tidak hanya dilibatkan dalam beragam kegiatan
diantaranya administrasi, keamanan, pembuatan hukum, hakim, perayaan yang berkaitan
dengan keagamaan, hiburan dan festival, dasarnya dikaitkan dengan legitimasi kehidupan
politik modern, tetapi mereka juga berkewajiban untuk melaksanakan penelitian dan
pengawasan terhadap penduduk yang tidak turut ambil bagian dalam negara (Held, 1996: 23).
Saat ini, demokrasi identik dengan legitimasi kehidupan politik modern, dimana
makna demokrasi menunjukkan modernitas sistem kedaulatan yang sangat beragam dan luas,
mulai dari pemerintah bervisi teknokrat sampai pada konsepsi kehidupan sosial yang ditandai
oleh ekstensifnya partisipasi politik.
Untuk Indonesia, secara historis, dapat dikategorikan pelaksanaan orde demokrasi di
Indonesia atas 4 (empat) bentuk, yaitu: Demokrasi Liberal (1950-1959), Demokrasi
Terpimpin (1959-1966), dan Demokrasi Pancasila (1966-1997), dan Demokrasi pasca orde
baru yaitu, era Reformasi (1998 – sekarang).
Demokrasi yang telah kita terapkan ternyata berubah-ubah esensi dan aplikasinya
dalam praktik politik di Indonesia. Demokrasi yang berlangsung dekade terakhir ini bahkan
bagi sebagian pihak disikapi secara berlebihan, terlalu bebas dan menitik beratkan pada
proses dan cara, sehingga menghasilkan pemerintahan dan tata hubungan kelembagaan
negara yang tidak stabil, serta seringkali diwarnai konflik-konflik kepentingan. Di sisi lain,
ada pula sikap yang menggunakan demokrasi sebagai tujuan dengan mengabaikan proses dan
cara-caranya, sehingga realitas demokrasi berwujud pada adanya kompromi atau deal-deal
politik yang menguntungkan sepihak dan sekelompok orang, yang pada giliran selanjutnya
justru mengabaikan kepentingan publik dan kemaslahatan masyarakat. Karena itu, perlu
8
untuk ditegaskan bahwa demokrasi merupakan sebuah cita-cita sekaligus pengelolaan sebuah
negara secara beradab.
B. Teori Partisipasi
Partisipasi adalah persoalan relasi kekuasaan, atau relasi ekonomi politik, yang
dianjurkan oleh demokrasi. Partisipasi warga masyarakat adalah pusat kekuasaan,
kewenangan dan kebijakan yang mengatur (mengelola) alokasi berada dalam konteks
governance, yakni relasi antara Negara (pemerintah) dan masyarakat (rakyat). Negara-
barang (sumberdaya) publik pada masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat hak sipil dan
politik, kekuasaan massa, kebutuhan hidup, dan lain-lain. Dengan demikian, partisipasi
adalah jembatan penghubung antara negara dan masyarakat agar pengelolaan barang-barang
publik membuahkan kesejahteraan bagi manusia sebagi individu maupun dalam sebuah
kelompok masyarakat (human wellbeing).
Partisipasi dalam Pemerintahan (govermance) cenderung merujuk pada keterlibatan
dan interaksi organisasi dan institusi yang mempunyai tanggung jawab terhadap atau
berhubungan dengan tindakan kolektif di bidang publik. Hubungan horizontal antara aktor
atau stakeholders dalam jaringan kerja merupakan ciri khas Pemerintahan (governance), dan
dinyatakan bahwa partisipasi dalam governance itu dipengaruhi oleh kebijakan (Schmitter,
2002). Banyak organisasi ‘sektor ketiga’ organisasi komunitas dan sukarela – memperoleh
tanggung jawab dalam governance (Stoker, 1998: 21). Partisipasi dalam Pemerintahan
(governance) berhubungan kuat dengan gagasan mengenai kepentingan dan organisasi publik
dan swasta yang mempunyai risiko dalam sebuah keputusan dilibatkan dalam persiapannya.
Ia dimaksudkan menciptakan dukungan bagi usulan kebijakan, memperbaiki kualitas
keputusan dengan mengerahkan keahlian dan pengetahuan eksternal, dan meningkatkan
legitimasi keputusan demokratis (Klijn dan Koppenjan,2000).
Dari sudut pandang Negara, demokrasi mengajarkan bahwa partisipasi sangat
dibutuhkan untuk membangun pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan responsif
terhadap kebutuhan masyarakat. Tiadanya partisipasi hanya menabur pemerintahan yang
otoriter dan korup. Dari sisi masyarakat, partisipasi adalah kunci pemberdayaan. Partisipasi
memberikan ruang dan kapasitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak
mereka, mengembangkan potensi dan prakarsa lokal, mengaktifkan peran masyarakat serta
membangun kemandirian masyarakat .
9
Dalam konteks governance, partisipasi hendak menempatkan masyarakat pada posisi
yang sebenarnya. Pertama, masyarakat bukanlah sebagai hamba (client) melainkan sebagai
warga (citizen). Jika hamba memperlihatkan kepatuhan secara total, kalau konsep warga
menganggap bahwa setiap individu adalah pribadi yang utuh dan mempunyai hak penuh
untuk memiliki. Warga dan kewargaan secara jelas merupakan bangun politik, yang
menggambarkan sifat hubungan yang dimiliki individu dengan institusi Negara dan
masyarakat sipil. Warga dapat dipandang sebagai anggota masyarakat yang mempertahankan
beberapa gagasan kepentingan umum, dan gagasan kewargaan diikat dengan gagasan
demokrasi. Warga dibedakan dari nasabah (customers), klien dan consumer. Terutama
menarik ilham dari sektor swasta, nasabah dan consumer yang berhubungan dengan
organisasi sebagai pembeli yang memilih barang dan pelayanan klien bergantung pada dan
sebagian besar tunduk pada, keahlian professional; warga mempunyai kesadaran yang jauh
melebihi bidang mereka sendiri dan berkepentingan untuk “mempengaruhi keputusan publik
yang mempengaruhi kualitas kehidupan lokal”, mungkin dengan mengorbankan kepentingan
perorangan mereka sendiri (Burns et al., 1994; Gyford, 1991). Kedua, masyarakat bukan
dalam posisi yang diperintahkan tetapi sebagai teman sejajar (partner) pemerintah dalam
mengelola pemerintahan dan pembangunan. Ketiga, partisipasi bukanlah pemberian
Pemerintah tetapi sebagai hak warga masyarakat. Keempat, warga bukan sekedar objek pasif
penerima manfaat kebujakan pemerintah, tetapi sebagai aktor atau subjek yang aktif
menentukan kebijakan. Warga yang aktif didefinisikan sebagai agen demokrasi, yang
memberdayakan diri mereka sendiri melalui tantangan mereka terhadap aktivitas institusi dan
organisasi yang membentuk kehidupan sehari-hari mereka. Kewarganegaraan adalah tentang
kontribusi, atau input, dari individu kepada hubungan kolektif, dan hubungan antara individu
dan hubungan mereka yang lebih luas dengan masyarakat. Warga diharapkan terlibat dalam
urusan publik dan memberikan kontribusi terhadap isu-isu dalam urusan publik (Raco dan
Imri, 2000).
Cara pandang baru menempatkan posisi masyarakat itu secara historis yang
mempengaruhi haluan baru pembangunan dan mempengaruhi haluan baru pembangunan dan
Pemerintahan, meski secara empirik belum menjadi kenyataan. Kaum miskin, misalnya,
sekarang ditempatkan sebagai pemangku kepentingan pembangunan. Partisipasi juga
dipandang dengan tujuan, bukan hanya proses atau cara untuk mencapai tujuan, sehingga
muncul agenda pemberdayaan yang menghubungkan partisipasi dengan demokrasi,
kewargaan dan kesetaraan. Partisipasi dilihat sebagai kekuatan besar untuk transformasi
10
relasi sosial, ekonomi dan politik yang telah lama membuat kemiskinan. Sekarang agenda
penanggulangan kemiskinan mulai menempatkan kaum miskin dalam posisi yang terhormat,
memberi ruang pada mereka untuk mengembangkan partisipasi dan prakarsa lokal, sehingga
konsep kaum miskin sebagai penerima manfaat proyek tidak terlalu relevan dibicarakan.
Literatur klasik selalu menunujukkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi program pembangunan. Tetapi
apa makna substantif yang terkandung dalam sekuen-sekuen partisipasi itu? Partisipasi
adalah voice, akses dan kontrol warga masyarakat terhadap pemerintahan dan pembangunan
yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Pertama, voice adalah hak dan tindakan warga masyarakat menyampaikan aspirasi,
gagasan, kebutuhan, kepentingan, dan tuntutan terhadap komunitas terdekatnya maupun
kebijakan pemerintah. Tujuannya adalah mempengaruhi kebijakan Pemerintah maupun
menentukan agenda bersama untuk mengelola kehidupan secara kolektif dan mandiri.
Kedua, akses berarti kesempatan, ruang dan kapasitas masyarakat untuk masuk dalam
arena governance, yakni mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta terlibat aktif
mengelola barang-barang publik. Akses warga terhadap pelayanan publik termasuk dalam
rubrik ini. Ada dua hal penting dalam akses: keterlibatan secara terbuka (inklusi) dan
keikutsertaan/keterlibatan (involvement). Keduanya mengandung kesamaan tetapi berbeda
titik tekannya. Inklusi menyangkut siapa yang terlibat, sedangkan involvement berbicara
tentang bagaimana masyarakat terlibat. Keterlibatan berarti ketersediaan ruang dan
kemampuan bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses politik, terutama kaum miskin,
minoritas, rakyat kecil, perempuan, dan lain-lain. Akses akan menjadi arena titik temu antara
warga dan pemerintah. Pemerintah wajib membuka ruang akses warga dan memberikan
layanan publik, terutama pada kelompok-kelompok marginal. Sebaliknya warga secara
bersama-sama proaktif mengidentifikasi problem, kebutuhan dan potensinya maupun
merumuskan gagasan pemecahan masalah dan pengembangan potensi secara sistematis.
Pemerintah wajib merespons gagasan warga sehingga bisa dirumuskan visi dan kebijakan
bersama dengan berpihak pada kemitraan dan kepercayaan.
Ketiga, kontrol warga masyarakat terhadap lingkungan komunitasnya maupun proses
politik yang terkait dengan pemerintah. Kita mengenal kontrol internal (self-control) dan
kontrol eksternal. Artinya kontrol bukan saja mencakup kapasitas masyarakat melakukan
11
pengawasan (pemantauan) terhadap kebijakan (implementasi dan risiko) dan tindakan
pemerintah, tetapi juga kemampuan warga melakukan penilaian secara kritis dan reflektif
terhadap risiko-risiko atas tindakan mereka. Kontrol internal ini sangat penting karena
masyarakat sudah lama berada dalam konteks penindasan berantai: yang atas menindas yang
ke bawah, sementara yang paling bawah saling menindas ke samping. Artinya kontrol
eksternal digunakan masyarakat untuk melawan eksploitasi dari atas, sementara self-control
dimaksudkan untuk menghindari mata rantai penindasan sesama masyarakat, seraya hendak
membangun tanggung jawab social, komitmen dan kompetensi warga terhadapat segala
sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Partisipasi dan desentralisasi (otonomi daerah) tentu mempunyai hubungan simbiosis.
Pada suatu pihak, desentralisasi yang berhasil memerlukan beberapa partisipasi lokal.
Kedekatan pemerintah lokal dengan konstituen mereka akan memungkinkan mereka
merespons secara lebih baik terhadap kebutuhan lokal dan menyesuaikan secara efisien
pengeluaran publik dengan kebutuhan perorangan hanya jika informasi mengalir antar warga
Negara dan pemerintah lokal. Pada pihak lain, proses desentralilasi sendiri dpaat
meningkatkan kesempatan partisipasi dengan menempatkan lebih banyak kekuasaan dan
sumberdaya pada tingkat pemerintah yang lebih dekat, lebih dikenal, dan lebih muda
dipengaruhi. Dalam lingkungan dengan tradisi partisipasi warga Negara buruk, desentralisasi
dapat merupakan langkah pertama yang penting dalam menciptakan kesempatan interaksi
rakyat-negara yang teratur,dapat diramalkan.
Hubungan simbiosis antara desentralisasi dan partisipasi ini dapat mengarah pada
garis pedoman kebijakan yang agak bertentangan. Mekanisme partisipasi warga Negara dapat
dianggap sebuah prasyarat yang sangat berguna ketika mengevaluasi prospek desentralisasi
harus memperhitungkan kesempatan dan keterbatasan yang ditentukan oleh saluran
partisipasi lokal yang ada. Kekurangan mekanisme partisipatoris, bagaimanapun, dapat
membantu menciptakan tuntutan lokal terhadap saluran partisipatoris yang lebih banyak
untuk menyuarakan prefensi. Saluran partisipasi yang dilembagakan dan kemampuan orang
untuk menggunakan saluran tersebut harus dipertimbangkan dalam desain desentralisasi.
Pemilu lokal yang jujur dan teratur, semaraknya forum warga, dan tingkat modal sosial yang
tinggi (kesatuan komunitas dan sejarah kerja sama) memungkinkan warga Negara untuk
menandai prefensi mereka secara efisien dan menjalankan pemenuhan keinginan mereka oleh
pemimpin.
12
Penilaian seberapa banyak input warga mempengaruhi tindakan pemerintah lokal
memberikan titik permulaan untuk mendesain kebijakan desentralisasi. Kondisi awal
semacam itu membantu menentukan tingkat yang pada tingkat itu desentralisasi akan
meningkatkan responsifitas pemerintah keseluruhan terhadap warga dan memberikan garis
petunjuk bagi pelibatan tindakat peningkatan partisipasi dalam kebijakan desentralisasi.
Pemilu teratur, referendum lokal, forum warga, dewan publik, dan struktur kelembagaan
lainnya merupakan memperbaiki kemampuan pemerintah lokal untuk mengindentifikasi dan
bertindak menurut preferensi warga Negara. Tingkat modal sosial, yang menentukan
bagaimana sebaiknya warga Negara dapat memanfaatkan rencana institusional untuk
berpartisipasi, lebih lambat berkembang dan lebih sulit untuk menentukannya.
Desentralisasi mengandalkan pada partisipasi untuk memperbaiki alokasi pelayanan,
tetapi ia tidak memerlukan jenis input warga Negara yang luas disebutkan di depan. Dalam
kasus di mana pemerintah lokal tidak dipilih, di mana proses pemilihan mengistimewakan
sekelompok kecil elit, atau di mana tingkat modal sosial yang rendah menghalangi pertukaran
aktif, proses desentralisasi dapat didesain untuk membangun jenis partisipasi yang lebih
terbatas. Mekanisme isu-khusus dan proyek khusus untuk meningkatkan arus informasi
antara pemerintah dan warga Negara sering dapat dengan lebih cepat dan lebih mudah pada
tingkat lokal daripada di pemerintah pusat.
Partisipasi warga dapat dibenarkan dalam hubungannya dengan legitimasi berorientasi
input dan output, dan ia dapat memberikan kontribusi terhadapat efektivitas system.
Legitimasi berbasi input mengungkapkan nilai partisipasi luas dalam governance, yang
memperlihatkan, yang memperlihatkan perlunya penentuan sendiri dan persetujuan rakyat, di
mana nilai-nilai demokrasi sangat kuat. Partisipasi warga di luar pemilihan memberi saluran
lebih lanjut bagi rakyat untuk mengungkapkan preferensi mereka, dan teori yang
berhubungan dengan demokrasi partisipatoris memuat unsur-unsur yang berhubungan dengan
legitimasi input. Pateman yang mengupas karya Rousseau, Mikk dan Cole, menunjuk pada
tiga alasan mengapa partisipasi luas diperlukan sekali ia mendidik partisipan, ia memberi
warga kontrol, dan ia menghasilkan identitas komunitas. Pemerintah demokratis, yang
dipedomani oleh input partisipasi warga, hanya menghasilkan kebijakan, karena ia tidak akan
mungkin setuju pada kegiatan-kegiatan yang tidak adil. Partisipasi warga mendukung sistem
partisipatoris, karena”kualitas yang diperlukan warga adalah kualitas proses partisipasi itu
13
sendiri yang mengembangkan dan membantu perkembangan” (Pateman, 1970:25). Partisipasi
warga membantu mendidik rakyat dalam seni partisipasi.
Partisipasi warga juga dapat memberikan kontribusi terhadap legitimasi berbasis-
output. Keterbilatan warga membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya
akan membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya akan membantu
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Mereka yang terlibat dalam penyiapan
kebijakan dan permusyawaratan kebijakan lebih mungkin untuk tunduk ketika kebijakan itu
berlaku, khususnya jika mereka adalah dikalangan mereka dari mereka yang dipengaruhi dan
mendapat dampak. Pembenaran ini adalah pembenaran yang timbul dari perdebatan terdahulu
dan lebih belakangan ini. Pateman berargumen partisipasi “membantu penerimaan keputusan
bersama” (1970: 43). Demikian pula, model-model keterlibatan misalnya debat publik,
keterlibatan dari mereka yang dipengaruhi, atau keterlibatan para ahli dibenarkan secara
fungsional dengan alasan bahwa mereka membantu meningkatkan penerimaan dan
pemecahan persoalan atau membantu memfasilitasi pelaksanaan. Partisipasi ini dapat juga
membantu pembuat kebijakan lebih tahu, dan karena para wakil dan kaum profesional
membuat keputusan yang didasarkan pada pengetahuan publik dan keahlian politik dan
profesional
Partisipasi tentu tidak datang dengan sendirinya. Hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat tidak serta merta terbangun secara demokratis dan partisipatif, sebab pemerintah
dimanapun akan cenderung otoritarian dan sentralistik bila tidak dihadapkan pada
pembatasan kekuasaan kekuasaan dan kontrol dari luar yang kuat. Di era otonomi daerah
sekarang, munculnya wacana dan gerakan partisipasi bukan semata inisatif dari pemerintah,
melainkan juga karena peran kekuatan-kekuatan intermediary dari sejumlah organisasi
masyarakat sipil. Begitu banyak lembaga non pemerintah (NGO) di Indonesia yang terus-
menerus memperjuangkan partisipasi masyarakat untuk membangkitkan suara rakyat dan
menentang dominasi elite dalam proses politik dan pembangunan.
C. Partisipasi dalam Demokrasi
Secara konstitusional, prinsip demokrasi dirumuskan dalam UUD Tahun 1945,
diantaranya pada Pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, yang diperkuat dengan isi Pasal 28 yang
menegaskan makna demokrasi terealisasi dengan adanya jaminan negara atas kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
14
Secara teoritis, terdapat sejumlah indikator empirik dalam praktek negara yang
demokratis diantaranya: adanya Pemilu, terlaksananya prinsip check and balances, adanya
rotasi kekuasaan yang obyektif, adanya partai politik yang demokratis, adanya kemerdekaan
hak-hak dasar, persamaan didepan hukum, dan akuntabilitas pejabat penyelenggara
pemerintahan dan kelembagaan negara.
Demokrasi yang kita inginkan adalah adanya mekanisme partisipasi rakyat yang
mampu mengawasi dan mengkontrol tindakan pengelola negara (Legislatif, Eksekutif,
Yudikatif). Dalam konteks ini, demokrasi yang perlu kita tegakkan adalah mekanisme politik
yang mengedepankan partisipasi setiap warga negara untuk berhak dalam menentukan
kebijakan pemerintahan sekaligus memiliki daya kontrol melalui adanya perlakuan yang
sama dalam kedudukan hukum dan pemerintahan. Artinya nilai demokrasi yang akan kita
kembangkan berhubungan dengan kualitas hubungan timbal balik antara pemerintah dan
pengelola kelembagaan negara dengan yang diperintah atau masyarakat umum.
Bagaimana rakyat dapat berpartipasi? Pertanyaan ini dapat diterangkan dari paparan
Robert Dahl (1971), yang menegaskan bahwa ada dua dimensi demokrasi yang satu sama lain
saling berkaitan. Dimensi pertama adalah tersedianya peluang persaingan bebas dan terbuka
untuk mendapatkan semua kedudukan dan kekuasaan. Dimensi kedua adalah terdapatnya
jaminan bagi partisipasi politik seluruh warga negara. Dalam konteks ini dapatlah kita
mengerti bahwa negara yang menerapkan demokrasi adalah negara yang mendorong warga
masyarakatnya untuk berinisiatif dan kreatif dalam mendapatkan jabatan atau kekuasaan
politik sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut, dimana mekanismenya
berlangsung melalui adanya pemilihan yang bersifat umum, bebas, rahasia, dan setara.
Karena itu, tidak ada artinya demokrasi tanpa adanya pemilihan umum. Pemilihan
umum yang memenuhi prinsip-prinsip demokrasi adalah Pemilu yang diselenggarakan secara
teratur dan terjadwal dengan sistem pemilihan langsung yang bebas dan rahasia.
Bagaimanakah cara menghasilkan Pemilu yang demokratis? Pemilu yang obyektif harus
dikendalikan oleh satu lembaga yang independen. Penyelenggara Pemilu tidak boleh
memihak pada salah satu kontestan atau peserta Pemilu. Selain itu, setiap warga negara
dalam menetapkan pilihannya haruslah terlindungi dan dijamin dengan undang-undang,
sehingga pilihannya merupakan suara nurani yang murni tanpa adanya paksaan, tekanan,
intimidasi dari pihak-pihak tertentu yang mengedepankan cara-cara inkonstitusional dalam
meraih kepentingannya.
Pemilu bukan hanya merupakan sarana mencari kekuasaan bagi partai, tetapi partai
membutuhkan dukungan suara sebagai modal untuk legitimasi pemerintahan yang dibentuk
15
oleh partai pemenang Pemilu. Karena itu, simpati masyarakat harus didapatkan oleh partai
politik peserta pemilu dengan berbagai aktivitas yang bernuansa pendidikan politik bagi
rakyat. Tujuan dari upaya meningkatkan partisipasi publik dalam Pemilu ini terkait dengan
pernyataan Almond dan Powell yang menyatakan bahwa sistem-sistem modern dimana
struktur politiknya berbeda-beda (partai-partai politik, kelompok kepentingan, dan media
massa) yang berkembang membentuk aktivitas budaya politik participant.
D. Partisipasi dan Pendidikan Politik
Proses demokratisasi dapat didekati dari partisipasi publik yang dilakukan sengaja
melalui disain kelembagaan (Marijan, 2010:128). Namun realitasnya di Indonesia,
demokratisasi tidak cukup hanya mengandalkan disain kelembagaan, dimana tersedianya
berbagai perundang-undangan yang menjamin kebebasan berpendapat, berekspresi, dan
berorganisasi ternyata tidak serta merta mendorong adanya partisipasi publik (disconnected
electoral). Pemilu tahun 2004 menjadi contoh, dimana corak kesukarelaan (voluntary)
pemilih untuk menyumbang partai politik yang sangat rendah, bahkan corak partisipasi
politiknya cenderung berhubungan dengan ’transaksi-transaksi material’ (Marijan, 2008:130).
Adanya komunikasi dan pendidikan politik yang efektif merupakan instrumen yang
signifikan dalam pengembangan partisipasi politik rakyat yang sering diperhatikan dalam
pelaksanaan Pemilihan Umum di negara-negara demokratis. Karena itu, tingkat partisipasi
politik masyarakat di negara berkembang merupakan masalah yang menarik bagi para ahli
politik. Secara umum definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok
orang yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih
pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Kegiatan berpartisipasi tersebut diantaranya, memberikan suara
pada Pemilu, menghadiri rapat umum (kampanye), menjadi anggota parpol atau organisasi
sosial politik yang underbauw partai politik, mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah atau parlemen yang bertujuan politik.
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya No Easy Choice: Political
Participation in Developing Countries menyatakan bahwa: partisipasi politik adalah kegiatan
warganegara yang bertidak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau illegal, efektif atau tidak efektif (Budiardjo, 1988:3).
16
Pemikiran mengenai partisipasi politik bagi negara demokratis berangkat dari prinsip
kedaulatan adalah ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkaan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-
orang yang akan menduduki jabatan-jabatan publik dan politis. Jadi partisipasi politik
merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh
masyarakat. Dalam negara demokratis makin banyak masyarakat mengambil peran makin
baik.
Partisipasi dapat berbentuk otonom (autonomous participation) dan partisipasi yang
dimobilisasi (mobilized participation). Pada umumnya orang beranggapan partisipasi politik
dalam bentuk yang positif saja, tetapi Huntington dan Nelson beranggapan bahwa
demonstrasi, teror, pembunuhan (lawan) politik, dan bentuk kekerasan lain yang bermotif
politik juga merupakan bentuk partisipasi. Namun Verba (Budiardjo: 1998) tidak mau masuk
dalam bentuk partisipasi yang rumit tersebut, akan tetapi membatasi diri pada tindakan-
tindakan yang legal. Metode atau cara berpartisipasi, intensitasnya terkait dengan keterikatan
atau posisi politik yang dimiliki seseorang.
Bagaimanakah warganegara atau orang-orang dapat rasional dalam
mengejawantahkan partisipasi politiknya? Hal ini dapat berlangsung manakala sudah
mengalami pendidikan politik, karena itu merupakan bagian dari pendidikan orang dewasa.
Khususnya diarahkan pada upaya membina kemampuan mengaktualisasikan-diri sebagai
pribadi yang otonom bebas dan pada sosialisasi-diri (pengembangan dimensi sosialnya),
dalam kaitannya dengan statusnya selaku warga Negara di suatu Negara. Aktualisasi-diri
dapat ditafsirkan sebagai sebagai mengaktualkan segala bakat dan kemampuan, sehingga
pribadi bias berkembang, lalu menjadi aktif dan kreatif, berkarya aktualisasi-diri sebagai
pribadi yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap sesama mahkluk hidup, dan
terhadap Tuhan. Selanjutnya dia berkewajiban memberikan partisipasi sosialnya kepada
masyarakat dan Negara selaku warga-masyarakat dan warganegara yang susila dan
bertangung jawab.
Senyatanya, dalam masyarakat modern sekarang, partisipasi penuh dan bertanggung
jawab dari rakyat itu tidak bisa berlangsung secara otomatis. Hal ini disebabkan antara lain
oleh kejadian sebagai berikut :
1. Terlalu kompleksnya susunan masyarakat modern dengan dimensi-dimensi sosial
dan politik yang saling terkait, yang sulit dipahami oleh orang awam, sehingga
orang tidak tahu bagaimana cara berpartisipasi di medan politik.
17
2. Banyak orang merasa tidak berdaya secara fisik maupun mental ideologis untuk
memahami, terlebih lagi untuk ikut mempengaruhi proses-proses sosial dan politik
di tengah masyarakat.
3. Masyarakat pada umumnya dengan sengaja lebih banyak difungsikan sebagai
obyek politik, konsumen politik dan pengikut politik yang total patuh tunduk,
tanpa mampu memahami kedudukan selaku warganegara di tengah macam-
macam struktur politik. Mereka merupakan “arus bawah” yang pada umumnya
ditekan oleh “majikan-majikan di atas”. Pada umumnya tidak menyadari adanya
hegemoni politik supremasi politik.
Sehubungan dengan kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan dan
ketidaktahuan politik, kemudian untuk merangsang partisipasi politik secara aktif dari rakyat
dalam usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik di alam demokrasi kita
sekarang. Hal ini sesuai dengan isi yang tersirat dalam Sila Keempat Pancasila kita. Sebab
tujuan pendidikan politik antara lain ialah:
1. Membuat rakyat menjadi melek-politik/sadar politik.
2. Meningkatkan kreatifitas rakyat dalam partisipasi sosial politik di era
pembangunan
3. Menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih nyaman dan
sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia.
Berkaitan dengan perilaku politik, dalam komunitas politik itu terjadi dua proses,
yaitu :
1. Pendidikan politik yang dilakukan secara intensional ( dengan sengaja dan dengan
tujuan tertentu);
2. Sosialisasi politik, yaitu proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan.
Sosialisasi politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan
tanpa refleksi harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari
struktur-struktur politik yang ada di masyarakat. Sedang pendidikan politik ialah untuk
mengarahkan anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah
kehidupan politik.
Telah kita simak, bahwa politik antara lain diartikan sebagai kegiatan menggunakan
kekuasaan dalam satu wilayah yang disebut Negara, untuk menyelesaikan : masalah-masalah
rakyat, dan pengaturan lembaga-lembaga negara beserta fungsinya
18
Sedang negara itu berasal ada dari kemauan rakyat, dan dengan sengaja dijadikan dari
kemauan rakyat, serta dengan sengaja pula dijadikan alat oleh rakyat untuk mencapai tujuan-
tujuan hidup tertentu.
Negara merupakan hasil persetujuan bersama sejumlah rakyat yang bertekad bulat
untuk membangun satu “wadah hidup” yaitu Negara. Karena Negara adalah sesuatu dari,oleh
dan untuk sekelompok manusia yang disebut RAKYAT tadi. Maka sudah ada kesadaran
politik pada rakyat. Negara merupakan organisasi politik yang berpemerintahan sendiri dan
menjalankan kekuasaannya lewat perorangan (kepala Negara) serta kelembagaanya yang
mewakili seluruh rakyat. Dengan begitu Negara tidak hanya menjadi urusan para elite
penguasa saja, akan tetapi menjadi : urusan seluruh rakyat untuk ikut serta menegakkan,
mengatur dan mempertahankan keberadaan Negara tersebut.
Agar rakyat benar-benar memahami hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara,
dan bisa berperan serta secara politik, rakyat memerlukan pendidikan politik yang sangat
diperlukan untuk legalitas perjuangan politik dalam meraih tujuan sosial-ekonomi dan
tujuan-tujuan politik tertentu. Selanjutnya, perjuangan politk selalu berlangsung dalam situasi
bertemunya macam-macam kekuatan sosial dan politik, dengan struktur organisasi, cara kerja
dan tujuan politik masing-masing. Maka di Negara/pemerintahan menuju ke hidup sejahtera.
Sebab partisipasi aktif (berbuat nyata) itu mempunyai pengaruh dan kekuatan, karena rakyat
bisa ikut dalam pengawasan terhadap perbuatan mengatur masyarakat dan Negara. Maka
menjalani proses politik lewat pendidikan politik dan belajar berpolitik tanpa bisa ikut
berbuat politik itu adalah sama saja dengan berenang-renang di atas kasur.
Sebaliknya, melakukan perbuatan politik tanpa pendidikan, dan tanpa “empan papan
(Empan papan adalah suatu sikap tertentu sehingga sikap itu tidak bertentangan dengan keadaan
dan aturan yang terjadi di tempat dan pada waktu tertentu di mana pelakunya tinggal”,
terjemahan bebas) bisa disebut sebagai aktivisme, yaitu berbuat awur-awuran, nekad tanpa
nalar, anarkhi atau perbuatan makar.
Dalam kegiatan pendidikan politik, orang-orang yang tengah belajar itu merupakan
siswanya. Sedang belajar politik itu mengandung konotasi sebagai berikut :
1. Lebih memahami diri sendiri dan situasi-situasi kondisi sekitarnya dalam konteks
Negara.
2. Mampu mawas secara kritis peristiwa-peristiwa politik.
3. Bisa menentukan sikap politik dengan tegas.
4. Sanggup memberikan penilaian yang adil terhadap perisitiwa-peristiwa politik.
5. Mau berbuat politik sesuai dengan hati nurani yang bersih dan bertanggung jawab.
19
Perlu juga diingat bahwa perbuatan manusia dan hasil-hasil karyanya misalnya dalam
bentuk pemerintahan, kekuasaan, lembaga kemasyarakatan, politik, kebudayaan, dan
seterusnya itu tidak akan pernah selesai dan sempurna. Yaitu bukan berupa struktur-struktur
yuridis formal yang mantap, bukan berupa institusi politik yang permanen, juga tidak ada
immanensi parlementer. Segala hasil tidak dengan tangan manusia itu tidak akan pernah
rampung dan sempurna; semuanya masih bisa dipertanyakan relevansinya. Dan menjadi
garapan yang selalu bisa diubah dan diperbaiki/direvisi, disesuaikan dengan prinsip efisiensi
dan tuntutan zaman; demi pemerataan keadilan dan kesejahteraan.
Selanjutnya, demokrasi juga bukan merupakan situasi yang sudah selesai/finished;
tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan digarap tanpa henti-hentinya
menuju kearah kemajuan dan kebaikan. Maka diperlukan pula demokratisasi pribadi
manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat pemerintah, agar
semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang. Dengan demikian,
demokrasi juga mengandung usaha :
1. Memperbesar kekuasaan-menentukan dari opini publik (pendapat umum) dan
partisipasi politik rakyat,
2. ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya pemerintahan menuju
ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Pendidikan politik itu bukan merupakan justifikasi dan rasionalisasi bagi struktur-
struktur kekuasaan yang ada, dengan bantuan alat-alat agogis. Juga bukan berupa sikap
defensive dari pemerintah kritik-kritik rakyat. Bukan pula wujud penyesuaian diri yang pasif
tanpa sadar dari rakyat terhadap situasi sosial dan politik yang tidak/kurang mapan pada saat
ini. Akan tetapi pendidikan politik bersungguh-sungguh ingin membukakan pengertian
kepada rakyat kan :
1. Tempat kedudukan politik warganegara di tengah masyarakat dan di tengah struktur-
struktur politiknya.
2. Hak dan kewajibannya yang seimbang selaku warganegara.
Maka ada kebutuhan pada rakyat yang menanyakan “Apakah semua urusan politik itu
sudah berjalan baik,benar dan adil”? Dan bagaimanakah cara penyelesaian politik yang
paling baik untuk mengatasi masalah-masalah sosial politik yang berkembang di tengah
masyarakat?
Wawasan politik yang kritis yang ditekankan dalam pendidikan politik itu diperlukan
untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial. Kemudian orang mencari
20
kemungkinan alternatif baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara
penyelesaian politik yang paling aman ditempuh. Dengan demikian akan berlangsung proses :
1. Penjernihan wawasan politik mengenai situasinya.
2. Antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-masa mendatang,
disusul dengan :
3. Redifinisi dan pengubahan terhadap pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang
bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga terhadap lembaga-lembaga politik dan
situasi masyarakatnya.
Pendidikan politik tidak bisa dilepaskan dari pandangan hidup/Lebensanschaung
rakyat dan dari struktur masyarakatnya. Jadi pada saat individu itu sadar menjadi
warganegara dan berbuat sebagai warganegara, maka dia melakukan perbuatan politik dan
belajar politik. Dengan begitu warganegara tersebut sadar atau tidak sadar merupakan figur
politik.dan seyogyanya dia memahami peranan politiknya. Juga memahami mengapa dia
harus bersikap kritis, dan untuk tujuan apa dia melakukan suatu perbuatan politik tertentu?
Maka sasaran pokok pendidikan politik adalah: (a) membuat warga Negara menjadi lebih
kritis dan lebih militant, (b) agar bisa menjalankan fungsi politiknya lebih efisien, dan (c)
memberikan sumbangan pada proses demokratisasi sejati di tengah iklim demokrasi.
E. Pemilih Cerdas dan Demokratisasi
Pemilu demokratis dapat tercapai manakala seluruh stakeholdernya yaitu KPU, Partai
Politik, Caleg dan calon peseorangan (DPD), serta pemilih sudah tepat memaknai sistem
Pemilu sesuai dengan asas pelaksanaannya yang secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Sisi lain yang dapat menjamin kualitas Pemilu efektifitas anggaran yang tersedia,
rasionalitas preferensi dan partisipasi pemilih yang tinggi.
Secara kuantitas, maka kontenstan Pemilu 2014 serta Pilkada dinilai banyak pihak
sudah mampu menerjemahkan demokrasi. Keadaan tersebut tergambar dari peserta pemilu
yang multi- partai (tahun 1999 oleh 48 Partai Politik, 2004 oleh 24 Partai Politik, 44 Partai
Tahun 2009, dan 12 Partai tahun 2014), adanya penyelenggara Pemilu yaitu Komisi
Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu yang independen, adanya partisipasi publik
dalam pengawasan dan pemantauan, serta tingginya angka pemilih yang memberikan
suaranya dalam Pemilu tahun 2009 dan 2014 yang lalu. Namun masih ada penilaian yang
tetap memandang Pemilu yang telah berlangsung hanyalah sekedar “pesta politik”, karena
belum mampu menghasilkan pemilih yang cerdas dalam berdemokrasi.
21
Dampak dari pilihan pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014, serta berbagai Pilkada yang
telah berlalu masih jauh dari harapan terbangunnya legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden yang telah dikontrol secara langsung oleh pemilih dalam format konstituensi dalam
berbagai pertemuan-pertemuan dan komunikasi yang teratur dan langsung. Dalam konteks
ini, kecenderungan partisipasi politik pemilih masih ditempatkan pada lajur partisipan politik
yang pasif dan parokial, dimana sebagian besar pemilih menetapkan pilihannya atas
patronase politik yang cenderung memiliki basis nilai memilih (preferensi) yang kurang
dilandasi atas kesadaran dan rasional bahwa kualitas dan kapasitas sebagai partai politik,
calon Presiden, calon Gubernur, calon DPD, dan calon Bupati/Walikota berdasarkan daya
penariknya (soft power) bagi pemilih pada Pemilu yang telah berlangsung. Artinya
kecerdasan pemilih belum menjadi dasar prilaku pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014 yang
lalu. Mengapa demikian?, salah satunya adalah karena lemahnya kualitas hasil pendidikan
politik dan adanya distorsi makna demokratisasi.
Pemilih cerdas yang kita inginkan adalah pemilih yang menggunakan rasionalitasnya
sebagai basis keterpikatannya (attraction) pada pilihannya. Karena pemilih yang cerdas yang
mampu menghasilkan pemimpin yang memiliki legitimasi kedaulatan rakyat. Selain itu,
pemilih yang cerdas yang mampu mengawasi dan mengisi kapasitas otoritas moral pimpinan
yang dipilihnya, yang prosesnya memerlukan rentang waktu dan mempersyaratkan
kapabilitas pemimpin yang mumpuni mengelola (managable) dengan nilai lebih yaitu
kemampuan berfikir sistemik.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Kabupaten Deli Serdang
Sebelum Perang Dunia II atau tegasnya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17-8-1945, Kabupaten Deli Serdang adalah merupakan daerah Kesultanan Deli dan
Serdang. Kesultanan Deli berkedudukan di Medan dan Kesultanan Serdang berkedudukan di
Perbaungan. Kedua wilayah tersebut dalam masa penjajahan adalah merupakan Keresidenan
Sumatera Timur sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kekuasaan kesultanan berakhir
dan struktur pemerintah disesuaikan dengan pemerintah Indonesia dan kesultanan Deli dan
Serdang dijadikan daerah Kabupaten Deli Serdang.
Daerah Kabupaten Deli Serdang juga merupakan daerah yang cukup terkenal di
kawasan nusantara, terutama karena devisa Negara yang berasal dari hasil bumi Kabupaten
Deli Serdang yang sangat potensial seperti karet, tembakau dan kelapa sawit. Melalui
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru telah kelihatan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor di Kabupaten Deli Serdang, dimana sektor pertanian
dan perkebunan menjadi pemeran utama dalam meningkatkan pendapatan para petani di
Kabupaten Deli Serdang.
Sejalan dengan lanjutnya pembangunan, maka pembangunan di bidang politik pun
berjalan cukup mantap, stabil dan dinamis, dengan adanya kerjasama yang harmonis antara
kekuatan sosial politik di kawasan ini merupakan modal yang tidak terhitung nilainya dalam
mewujudkan demokrasi Pancasila. Semangat persatuan dan kesatuan selalu menjiwai
pemerintah daerah Deli Serdang sehingga kestabilan politik tetap mantap dan terkendali.
Disamping itu, peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah terus bersinergi demi
berkesinambungannya pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang adil dan berkemakmuran.
A.1. Letak dan Keadaan Geografi
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur
Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara,
3016” dan 98033”- 99027” Bujur Timur dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan
laut.
Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,22 Km2 yang terdiri dari 22
Kecamatan, 380 desa dan 14 Kelurahan . Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan
23
Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan
di sebelah Timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan
penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak
mengandung uap air, sehungga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan
Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus
sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setengah tahun setelah melewati masa
peralihan bulan April-Mei dan Oktober-November. Menurut catatan Stasiun Klimatologi
Sampali, pada tahun 2013 terdapat rata-rata 17 hari hujan dengan volume curah hujan
sebanyak rata-rata 187 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 489 mm
dengan hari hujan sebanyak 22 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan
Maret sebesar 74 mm dengan hari hujan 4 hari.
Tabel IV.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Rasio terhadap Luas Wilayah Kabupaten
Deli Serdang tahun 2014
No Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Rasio terhadap luas
total (%) 1 Gunung Meriah 76,65 3,07 2 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu 223,38 8,94 3 Sibolangit 179,96 7,20 4 Kutalimbaru 174,92 7,00 5 Pancur Batu 122,53 4,91 6 Namo Rambe 62,30 2,49 7 Biru-Biru 89,69 3,59 8 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir 190,50 7,63 9 Bangun Purba 129,95 5,20 10 Galang 150,29 6,02 11 Tanjung Morawa 131,75 5,27 12 Patumbak 46,79 1,87 13 Deli Tua 9,36 0.37 14 Sunggal 92,52 3,70 15 Hamparan Perak 230,15 9,21 16 Labuhan Deli 127,23 5,09 17 Percut Sei Tuan 190,79 7,64 18 Batang Kuis 40,34 1,62 19 Pantai Labu 81,85 3,28 20 Beringin 52,69 2,11 21 Lubuk Pakam 31,19 1,25 22 Pagar Merbau 62,89 2,52 Jumlah 2.497,72 100,00 Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
24
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi
tenaga kerja akan terus berlangsungnya proses demografi. Bagia dari tenaga kerja yang aktif
dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Pada kondisi 2013, di Kabupaten Deli
Serdang terdapat 815.983 ribu penduduk angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100
penduduk usia kerja.
Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan
kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Meski demikian
jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang
ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja. Pada tahun 2013 dari
total angkatan kerja sebesar 815.983 ribu, sekitar 92,46 persen dari mereka telah bekerja dan
sebagian dari mereka tidak bekerja 7,54 persen.
Tabel IV.2 Banyaknya Desa, Kecamatan, Nama Ibukota Kecamatan, dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Lubuk Pakam
No Kecamatan Nama Ibukota Banyak Desa Banyak
Kelurahan Jarak Ibukota ke
Lubuk Pakam 1 Gunung Meriah G. Meriah 12 - 65 2 STM. Hulu Tiga Juhar 20 - 71 3 Sibolangit Bandar Baru 30 - 71 4 Kutalimbaru Kutalimbaru 14 -- 54 5 Pancur Batu Pancur Batu 25 - 48 6 Namo Rambe Namo Rambe 36 - 48 7 Biru-Biru Biru-Biru 17 - 55 8 STM. Hilir Talun Kenas 15 - 37 9 Bangun purba Bangun Purba 24 - 25 10 Galang Galang 28 1 18 11 Tanjung Morawa Tj. Morawa 25 1 12 12 Patumbak Patumbak 8 - 46 13 Deli Tua Deli Tua 3 3 42 14 Sunggal Sunggal 17 - 40 15 Hamparan Perak H. Perak 20 - 56 16 Labuhan Deli Helvetia 5 - 52 17 Percut Sei Tuan Tembung 18 2 42 18 Batang Kuis Batang Kuis 11 - 12 19 Pantai Labu Pantai Labu 19 - 11 20 Beringin Beringin 11 - 6 21 Lubuk Pakam Lubuk Pakam 6 7 - 22 Pagar Merbau Pagar Merbau 16 - 4
Jumlah 380 14 - Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
25
Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat
menunjang dalam peningkatan mutu pendidikan. Pada tahun 2013 tedapat 261 buah taman
kanak-kanak dengan jumlah murid 12.363 orang dan guru sebanya 793 orang. Sementara itu
untuk sekolah dasar terdapat 812 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing
206.487 orang dan 11.605 orang. Untuk Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) terdapat 246
sekolah, 73.966 orang murid dan 6.033 orang guru.Pada tahun yang sama jumlah sekolah
Lanjutan atas (SMU) umum terdapat 123 sekolah dengan jumlah murid 25.056 orang dan
guru 2.968 orang, untuk Sekolah kejuruan terdapat 125 sekolah, 33.844 orang murid dan
3.435 orang guru.
Selain itu di Deli Serdang juga terdapat sekolah agama (madrasah) yang setara dengan
sekolah umum, yaitu :
- 157 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan 28.311 murid dan 1.171 guru.
- 119 Madrasah Tsanawiyah (MTs) debgab 21.165 murid dan 1.807 guru.
- 34 Madrasah Aliyah (MA) dengan 4.417 murid dan 554 guru.
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan
manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak
langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Kesehatan merupakan salah satu hal
terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
yang memadai sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan amsyarakat sekaligus
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 21 buah
rumah sakit umum (RSU) milik pemerintah dan swasta. Dengan total kapasitas tempat tidur
berjumlah 1.800 buah. Sedangkan puskesmas yang ada berjumlah 34 buah juga terdapat
Puskesmas Pembantu dan Rumah Bersalin masing-masing berjumalh 104 dan 133.
Tenaga Medis yang tersedia di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang ada 163 orang
dokter umum/spesialis dan 72 orang dokter gigi. Sementara itu tenaga medis pemerintah
lainnya seperti perawat/bidan ada 1.709 orang, dengan jumlah apotek umum sebanyak 144
buah. Di Kabupaten Deli Serdang, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2012 jumlah PUS sekitar 322.731 dan meningkat
menjadi 328.273 pada tahun 2013.
26
Tabel IV.3. Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas Wilayah
dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan
No Kecamatan Banyak
Desa/Kelurahan
Luas
Wilayah
(m2)
Banyak
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Penduduk
Persentase
(%)
1 Gunung Meriah 12 76,65 2.632 34 0,14
2 STM. Hulu 20 223,38 12.994 58 0,69
3 Sibolangit 30 179,96 20.756 115 1,10
4 Kutalimbaru 14 174,92 37.758 216 2,00
5 Pancur Batu 25 122,53 89.469 730 4,74
6 Namo Rambe 36 62,30 38.583 619 2,05
7 Biru-Biru 17 89,69 35.887 400 1,90
8 STM. Hilir 15 190,50 32.267 169 1,71
9 Bangun purba 24 129,95 22.749 175 1,21
10 Galang 29 150,29 64.912 432 3,44
11 Tjg. Morawa 26 131,75 202.870 1540 10,75
12 Patumbak 8 46,79 93.522 1999 4,96
13 Deli Tua 6 9,36 63.877 6824 3,39
14 Sunggal 17 92,52 257.070 2779 13,63
15 Hamparan Perak 20 230,15 158.034 687 8,38
16 Labuhan Deli 5 127,23 63.431 499 3,36
17 Percut Sei Tuan 20 190,79 405.434 2125 21,49
18 Batang Kuis 11 40,34 59.281 1470 3,14
19 Pantai Labu 19 81,85 45.440 555 2,41
20 Beringin 11 52,69 55.276 1049 2,93
21 Lubuk Pakam 13 31,19 85.366 2737 4,53
22 Pagar Merbau 16 62,89 38.780 617 2,06
Jumlah 394 2.497,72 1.886.388 755 100
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
27
Tabel IV.4. Data Kecamatan, Penduduk Dewasa dan Anak-anak menurut Jenis
Kelamin tahun 2013
No Kecamatan Jumlah RT
Dewasa
Banyak Penduduk
Anak-Anak
Banyak Penduduk
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Gunung Meriah 801 961 966 365 340
2 STM. Hulu 3.467 4.430 4.270 2.106 2.188
3 Sibolangit 5.829 7189 7399 3180 2988
4 Kutalimbaru 9.426 12.549 12.806 6.243 6.160
5 Pancur Batu 22.430 30.760 31.487 14.046 13.176
6 Namo Rambe 9.745 12.798 13.493 6.291 6.001
7 Biru-Biru 9.158 12.199 12.312 5.834 5.542
8 STM. Hilir 8.380 11.071 10.855 5.323 5.018
9 Bangun purba 5.712 7.725 7.835 3.653 3.536
10 Galang 16.168 22.655 22.489 9.964 9.804
11 Tjg. Morawa 48.068 69.537 69.274 32.762 31.297
12 Patumbak 22.386 31.800 31.414 15.591 14.717
13 Deli Tua 14.761 21.837 23.398 9.612 9.030
14 Sunggal 60.567 89.631 89.882 39.773 37.784
15 Hamparan Perak 38.675 54.933 53.714 25.387 24.000
16 Labuhan Deli 15.041 22.388 21.814 9.857 9.372
17 Percut Sei Tuan 94.492 140.751 141.553 63.043 60.087
18 Batang Kuis 13.955 20.347 20.034 9.713 9.187
19 Pantai Labu 10.683 15.595 14.589 7.836 7.420
20 Beringin 13.056 19.240 18.900 8.784 8.352
21 Lubuk Pakam 20.133 29.689 31.2014 12.632 11.841
22 Pagar Merbau 9.465 13.051 13.255 6.139 6.335
Deli Serdang 452.398 651.136 652.943 298.134 284.175
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
Data hasil survai ini berorientasi pada lokasi bermukim 400 responden di 22 (dua
puluh dua) Kecamatan yang tersebar di 80 desa. (Nama Kecamatan dan Kelurahan,
terlampir). Profil responden memiliki korelasi terhadap beragam aspek yang terkait dengan
pemilu, terutama tingkat partisipasi, referensi pilihan, dan penilaian responden terhadap
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
28
Tahun 2013, partai politik, dan caleg yang dipilihnya pada pemilu Legislatif Tahun 2014
serta Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Pilpres Tahun 2014.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Laki-laki 201 50,25 50,25 50,25
Perempuan 199 49,75 49,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.5. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin responden terdiri dari 201 orang laki-laki (50,25 %) dan 199 orang
perempuan (49,75 %), serta berstatus kepala keluarga 178 orang (44,50 %), 177 orang (44,25
%) berstatus istri, dan 45 orang berstatus anak dalam rumah tangga responden penelitian ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Anak 45 11,25 11,25 11,25Istri 177 44,25 44,25 55,50Kepala Keluarga 178 44,50 44,50 100,00Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.6. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
B. Purba 5 1,25 1,25 1,25
Bandar baru 5 1,25 1,25 2,50
Bandar Khalifah 5 1,25 1,25 3,75
Bandar Kuala 5 1,25 1,25 5,00
Baru 5 1,25 1,25 6,25
Batu Layang 5 1,25 1,25 7,50
Batu Penjemuran 5 1,25 1,25 8,75
Bingkawan 5 1,25 1,25 10,00
Bintang Meriah 5 1,25 1,25 11,25
Biru-Biru 5 1,25 1,25 12,50
29
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Bulu Cina 5 1,25 1,25 13,75
Deli Tua Barat 5 1,25 1,25 15,00
Denai Sarang Burung 5 1,25 1,25 16,25
Durian 5 1,25 1,25 17,50
Galang Barat 5 1,25 1,25 18,75
Galang Kota 5 1,25 1,25 20,00
Gunung Rintih 5 1,25 1,25 21,25
Helvetia 5 1,25 1,25 22,50
Helvetia Sunggal 5 1,25 1,25 23,75
Hulu 5 1,25 1,25 25,00
Jaba 5 1,25 1,25 26,25
Jati Kesuma 5 1,25 1,25 27,50
Juhar Baru 5 1,25 1,25 28,75
K.S Kampung 5 1,25 1,25 30,00
Karang Anyar 5 1,25 1,25 31,25
Kedai Durian 5 1,25 1,25 32,50
Kenanga 5 1,25 1,25 33,75
Kolam 5 1,25 1,25 35,00
Kuala Dekah 5 1,25 1,25 36,25
Kuta Jurung 5 1,25 1,25 37,50
Kuta Tengah 5 1,25 1,25 38,75
Kuta Tualah 5 1,25 1,25 40,00
Lama 5 1,25 1,25 41,25
Lengau Seprang 5 1,25 1,25 42,50
Limau Manis 5 1,25 1,25 43,75
Lubuk Pakam Pekan 5 1,25 1,25 45,00
Mardinding Julu 5 1,25 1,25 46,25
Marjanji Tongah 5 1,25 1,25 47,50
Namo Mbelin 5 1,25 1,25 48,75
Namorube Julu 5 1,25 1,25 50,00
P. Merbau II 5 1,25 1,25 51,25
P. Sibaji 5 1,25 1,25 52,50
Paku 5 1,25 1,25 53,75
30
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Paluhmanan 5 1,25 1,25 55,00
Parbarakan 5 1,25 1,25 56,25
Pasar Melintang 5 1,25 1,25 57,50
Patumbak I 5 1,25 1,25 58,75
Penara Kebun 5 1,25 1,25 60,00
Perguroan 5 1,25 1,25 61,25
Petapahan 5 1,25 1,25 62,50
Pisang Pala 5 1,25 1,25 63,75
Rambung baru 5 1,25 1,25 65,00
Rantau Panjang 5 1,25 1,25 66,25
Rumah Pilpil 5 1,25 1,25 67,50
Rumah Sumbul 5 1,25 1,25 68,75
Salam Tani 5 1,25 1,25 70,00
Sembahe 5 1,25 1,25 71,25
Sena 5 1,25 1,25 72,50
Sialang 5 1,25 1,25 73,75
Sibaganding 5 1,25 1,25 75,00
Sibunga-bunga Hilir 5 1,25 1,25 76,25
Sidodadi 5 1,25 1,25 77,50
Sidodadi Ramunia 5 1,25 1,25 78,75
Sigara-Gara 5 1,25 1,25 80,00
SM Diski 5 1,25 1,25 81,25
Sudirejo 5 1,25 1,25 82,50
Suka Dame 5 1,25 1,25 83,75
Sukarende 5 1,25 1,25 85,00
Sumbul 5 1,25 1,25 86,25
T. Selamat 5 1,25 1,25 87,50
Tanjung Anom 5 1,25 1,25 88,75
Tanjung Muda 5 1,25 1,25 90,00
Tanjung Mulia 5 1,25 1,25 91,25
Tanjung Siporkis 5 1,25 1,25 92,50
Telaga Sari 5 1,25 1,25 93,75
Telaga Tujuh 5 1,25 1,25 95,00
31
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tembung 5 1,25 1,25 96,25
Tiga Juhar 5 1,25 1,25 97,50
Tuntungan II 5 1,25 1,25 98,75
Ujung Labuhan 5 1,25 1,25 100,0
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Lama bermukim penduduk merupakan variabel lain untuk menelusuri integritas
individual terhadap lingkungan sosial, yang tergambar dalam simbol status sosial dan gaya
hidup (life style). Berdasarkan lama bermukim di tempat tinggalnya ternyata 89,25 % (357
orang) responden sudah lebih dari 10 tahun berdiam di lokasi penelitian, namun ada pula 43
orang responden (10,75 %) yang tergolong baru tinggal yaitu di bawah 10 (sepuluh) tahun.
Tabel IV.8. Komposisi Responden berdasarkan lama tinggal
di daerah ini
Lama Tinggal di desa Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 1 0,25 0,25 0,25
Kurang dari setahun 1 0,25 ,0,25 0,50
1-2 tahun 2 0,50 0,50 1,00
3-4 tahun 5 1,25 1,25 2,25
5-6 tahun 10 2,50 2,50 4,75
7-8 tahun 12 3,00 3,00 7,75
9-10 tahun 12 3,00 3,00 10,75
Diatas 10 tahun 357 89,25 89,25 100,00
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia antara <21 – 60> (antara usia 17
tahun sampai di atas 60 tahun) dimana terdapat 5,50 % (22 responden) dalam kelompok usia
pemilih pemula, sedangkan untuk kelompok usia potensial (21 – 60 tahun) sebanyak 346
responden (86,50 %) dan kelompok lansia (lanjut usia) sebanyak 32 responden (8,00 %).
32
Tabel IV.9. Kelompok Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
<21 22 5,50 5,50 5,50
21-30 54 13,50 13,50 19,00
31-40 104 26,00 26,00 45,00
41-50 128 32,00 32,00 77,00
51-60 60 15,00 15,00 92,00
>60 32 8,00 8,00 100,00
Total 400 100,00 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Berbasis karakter agama, maka responden survai ini terdiri dari beragama Islam 254
orang (63,50 %), Protestan 109 orang (27,25 %), dan Katolik 34 orang (8,50 %), serta Budha
terdapat 3 orang (0,75 %).
Tabel IV.10. Agama Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Islam 254 63,50 63,50 63,50
Protestan 109 27,25 27,25 90,75
Katolik 34 8,50 8,50 99,25
Buddha 3 0,75 0,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Keanekaragaman sosial budaya Sumatera Utara terlihat dari beragamnya latar
belakang suku penduduknya, hal ini tergambar pula dari analisis unit suku (ethnic unit
analysis) responden penelitian ini. Berdasarkan latar belakang etnik responden yang terpilih
dalam penelitian memperlihatkan ragam yang bukan didominasi etnik tempatan yaitu suku
Melayu hanya 34 orang (8,50 %) dan Karo 131 orang (32,75 %). Komposisi etnik masyarakat
yang berdiam di Kabupaten Deli Serdang justru didominasi suku pendatang yaitu Jawa 163
orang (40,75 %). Selain itu terdapat suku Mandailing 18 orang (4,50 %), etnik Batak Toba 17
33
orang (4,25 %), Minang 5 orang (1,25 %), Simalungun 18 orang (4,50 %), Banjar 4 orang
(1,00 %), Sunda 8 orang (2, 00 %) dan Aceh berjumlah 1 orang (0,25 %).
Tabel IV.11. Suku Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Jawa 163 40,75 40,75 40,75
Tionghoa 3 0,75 0,75 41,50
Minang 5 1,25 1,25 42,75
Aceh 1 0,25 0,25 43,00
Banjar 4 1,00 1,00 44,00
Sunda 6 1,50 1,50 45,50
Melayu 34 8,50 8,50 54,00
Toba 17 4,25 4,25 58,25
Mandailing 18 4,50 4,50 62,75
Simalungun 18 4,50 4,50 67,25
Karo 131 32,75 32,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Dari segi jenjang pendidikan yang telah dikecap oleh responden menunjukkan yang
terbanyak berpendidikan menengah atas yaitu sebanyak 199 orang (49,75%). Selain itu,
responden yang berpendidikan tinggi yang sudah menamatkan pendidikannya sebanyak 29
orang (7,25%) dari Perguruan Tinggi/Universitas, yang berjumlah 21 orang (5,25%), serta
96 orang (24,00 %) yang tamat SMP, 41 orang (10,25%) tamat SD dan 22 orang (5,50 %)
tidak menyelesaikan tamat SD serta yang tidak pernah bersekolah sama sekali sebanyak 28
orang (7,00 %).
34
Tabel IV.12. Tingkat Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 7 1,75 1,75 1,75
Tidak pernah sekolah 6 1,50 1,50 3,25
Tidak tamat SD 22 5,50 5,50 8,75
Tamat SD 41 10,25 10,25 19,00
Tamat SLTP 96 24,00 24,00 43,00
Tamat SLTA 199 49,75 49,75 92,75
Tamat Akademi/diploma 8 2,00 2,00 94,75
Tamat S-1 atau lebih tinggi 21 5,25 5,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Konsekuensi dari pendidikan yang dikecap responden berhubungan dengan
kemampuan memahami pesan-pesan tertulis dan lisan yang dikomunikasikan oleh partai
politik dan caleg menjelang pemilu legislatif tahun 2014 lalu. Dalam konteks ini, sebesar
99,75 % responden (399 orang) mengakui mampu membaca huruf dan angka.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Bersekolah 394 98,50 98,50 98,50
Bisa 5 1,25 1,25 99,75
Tidak bisa 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.13. Kalau Tidak Sekolah, apakah bisa baca/tulis ?
Berdasarkan status perkawinan, dimana 351 orang (87,75 %) berstatus kawin, 44
orang (11,00) masih berstatus single, terdapat 5 orang (1,25%) berstatus duda/janda.
35
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, Kawin 351 87,75 87,75 87,75
Tidak Kawin 44 11,00 11,00 98,75
Ya,tapi cerai 5 1,25 1,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.14. Status Perkawinan Responden
C.2. Keadaan Ekonomi dan Kelembagaan Sosial
Pekerjaan responden beragam selaras dengan karakter Kabupaten Deli Serdang yang
berkarakter sub-urban dimana mayoritas responden memiliki mata pencaharian sebagai
petani sebanyak 96 orang ( 24,00%), wiraswasta atau mempunyai usaha sendiri yaitu
sebanyak 78 orang (19,50 %). Selain itu, ada pegawai swasta berjumlah 28 orang (7,00%)
dan Buruh 19 orang (4,75 %), guru 9 orang (2,25 %), Tukang Becak 1 orang (0,25%), PNS
12 orang (3,00 %), supir 2 orang (0,50 %), purnawirawan 1 orang (0,25 %), Bidan 2 orang
(0,50%), kepala Dusun 1 orang (0,25 %), Nelayan 1 orang (0,25 %), Pegawai Desa 1 (0,25
%). Sisanya sebanyak 149 orang (37,25%) adalah responden tidak bekerja, seperti Ibu Rumah
Tangga 94 orang, masih bersekolah 33 orang dan sedang dalam mencari pekerjaan 22 orang.
36
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Bekerja 149 37,25 37,25 37,25
Bidan 2 0,50 0,50 37,75
Buruh 19 4,75 4,75 42,50
Guru 9 2,25 2,25 44,75
Kepala Dusun 1 0,25 0,25 45,00
Nelayan 1 0,25 0,25 45,25
Pegawai Desa 1 0,25 0,25 45,50
Pegawai Swasta 28 7,00 7,00 52,50
Petani 96 24,00 24,00 76,50
PNS 12 3,00 3,00 79,50
Purnawirawan 1 0,25 0,25 79,75
Supir 2 0,50 0,50 80,25
Tukang Becak 1 0,25 0,25 80,50
Wiraswasta 78 19,50 19,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.15 Komposisi Responden berdasarkan Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Masih sekolah 33 22,15 22,15 22,15
Ibu rumah tangga 94 63,09 63,09 85,23
Sedang mencari pekerjaan 22 14,77 14,77 100,00
Total 149 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel VI.16. Sebab Responden Tidak Bekerja
Jenis sumber mata pencaharian memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan.
Berdasarkan paparan tersebut, ternyata sebagian besar responden yaitu 146 orang (36,50 %)
memiliki penghasilan dibawah Rp 1 juta, 139 orang (34,75%) memiliki penghasilan sedang
yaitu lebih besar Rp. 1.000.001 -Rp. 2. 000.000,- . Sedangkan 92 orang (23,00 %) termasuk
berpenghasilan tinggi yaitu diatas Rp. 2.000.000,- perbulannya. Responden lainnya tidak
menjawab, sebanyak 23 orang (5,75%).
37
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Menjawab 23 5,75 5,75 5,75
≤ Rp 500.000 48 12,00 12,00 17,75
> Rp 500.000 - Rp 1.000.000 98 24,50 24,50 42,25
> Rp 1.000.00 - Rp 2.000.000 139 34,75 34,75 77,00
> Rp 2.000.001 - Rp 4.000.000 78 19,50 19,50 96,50
> Rp 4.000.001 - Rp 8.000.000 13 3,25 3,25 99,75
> Rp 8.000.000 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.17. Pendapatan perbulan
C.3. Kapasitas Sarana Informasi
Media massa dan elektronik merupakan instrumen transfer informasi pengetahuan,
hiburan, berita, maupun nilai-nilai sosial budaya, ekonomi dan politik yang dapat dikenali
dari pesan visual dan audiovisual. Berdasarkan kepemilikannya maka 389 responden (97,25
%) ternyata di rumahnya telah ada televisi, dan 11 responden (2,75 %) menyatakan tidak
memiliki televisi di rumahnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 389 97,25 97,25 97,25
Tidak 11 2,75 2,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.18. Kepemilikan Responden atas Televisi
Selain itu, untuk menambah sumber referensi responden dalam prilaku sosial, budaya,
ekonomi dan politik dilakukan dengan membaca koran, majalah dan sumber bacaan lainnya.
Membaca, menonton TV dan mendengar radio merupakan aktivitas pendukung utama bagi
38
masyarakat untuk memperoleh beragam informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam meningkatkan kualitas prilaku dan referensi pilihan.
Terkait dengan pernyataan tersebut, selain menonton TV dari berbagai stasiun TV swasta dan
nasional, serta mendengar radio dengan frekuensi FM dan AM yang ada di kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang, tampaknya responden juga menambahkan bobot prilakunya sehari-
hari termasuk untuk partisipasi politik dan pilihan politiknya dengan membaca koran,
majalah dan media cetak lainnya dengan cara berlangganan di rumah menurut 26 orang
responden (6,50 %), membaca media cetak yang tersedia di kantor atau tempat aktivitas
menurut 87 orang (21,75%), dan dengan membeli media secara eceran setiap hari maupun
hari-hari tertentu saja menurut 70 orang responden (17,50 %). Sedangkan lainnya, yaitu
sebanyak 217 orang (54,25 %) ternyata tidak membaca media cetak secara reguler.
Selengkapnya mengenai gambaran prilaku responden dalam membaca media cetak dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, berlangganan di rumah 26 6,50 6,50 6,50
Ya, membaca di kantor atau tempat aktivitas
87 21,75 21,75 28,25
Ya, memberi eceran hari-hari tertentu
70 17,50 17,50 45,75
Tidak membaca 217 54,25 54,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.19. Apakah pernah membaca Koran ?
C. 4. Kapasitas Responden Dalam Mengikuti Organisasi Sosial Budaya Dan
Politik
Memasuki organisasi dan kelembagan sosial politik merupakan wadah untuk
membangun pengalaman kepemimpinan dan relasi sosial politik. Dengan melakoni peranan
yang dilabelkan oleh struktur organisasi sosial politik, maka seseorang atau sekelompok
orang dapat meningkatkan kapasitas dan kinerja sosial politiknya. Aktivitas sosial dan
partisipasi dalam politik secara teoritis mewarnai preferensi dan pilihan dalam pemberian
suara dalam pemilu. Karena keikutsertaan dalam organisasi sosial, partai politik, dan
organsisasi keagamaan dapat mempengaruhi pragmatisme, primordialime, rasionalitas, dan
39
demokratisnya seseorang dalam memberikan pilihan dan menawarkan pertimbangan-
pertimbangan yang menentukan kebijakan dan keputusan politik.
Selain itu, berbagai dinamika yang muncul ketika melakukan aktivitas sosial dan
politik menyebabkan seseorang skeptis ataupun optimis terhadap pilihan politiknya, karena
pengalamannya merupakan pedoman untuk menetapkan pilihan politik. Dengan adanya
pengalaman politik ini maka akan meningkatlah kapasitas wawasan politik kritis para
responden penelitian ini, karena wawasan politik yang kritis sebagai manfaat pendidikan
politik itu diperlukan untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial, yang
selanjutnya dapat membangkitkan kreativitas orang-orang mencari kemungkinan alternatif
baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara penyelesaian politik yang paling
aman ditempuh, yang keadaan ini berlangsung dari proses penjernihan wawasan politik
mengenai situasinya, dan antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-
masa mendatang, yang disusul dengan adanya upaya redifinisi dan pengubahan terhadap
pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga
terhadap lembaga-lembaga politik dan situasi masyarakatnya (Kartini: 2009).
Berdasarkan paparan teoritik tersebut, sebagian besar responden ternyata berprilaku
berbeda dimana mereka bukanlah anggota dari berbagai organisasi sosial politik yang ada
dalam formasi kelembagaan sosial politik Indonesia, terutama kelembagaan yang merupakan
basis pembangun struktur kekuatan politik. Rendahnya aktivitas responden dalam beragam
aktivitas sosial, politik, keagamaan, seni dan budaya, asosiasi profesi, serikat buruh, maupun
LSM secara teoritis menunjukkan prilaku pemilih yang masih bersifat parochyal political
participant (Miriam Budiardjo: 2010). Oleh karena itu sangat menarik untuk mengetahui
siapa saja di antara warga masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan politik dan siapa saja
yang tidak; sampai seberapa besar tingkat partisipasi politik warga masyarakat; siapa yang
berpartisipasi rendah dan siapa yang tinggi; apa ciri-ciri partisipan dan apa ciri-ciri non
partisipan; serta apa dampak partisipasi terhadap keputusan yang dibuat penguasa politik dan
dampak tindakan-tindakan penguasa politik terhadap partisipasi politik.
Terpusatnya perhatian para ilmuwan politik pada kegiatan politik yang dijalankan
oleh anggota masyarakat sebagai warga negara biasa (private citizen menurut istilah
Huntington dan Nelson) berarti bahwa partisipasi politik adalah salah satu bentuk saja dari
kegiatan politik. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warga negara dalam kedudukannya
sebagai rakyat biasa disebut sebagai partisipasi politik, sesuai dengan salah satu ciri dari teori
partisipasi politik yang berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, dan
berhubungan dengan penentuan pejabat-pejabat politik (Rauf, 1991: 10)
40
Tapi kegiatan politik yang dijalankan oleh para penguasa politik mereka juga warga
negara dan anggota masyarakat dalam kedudukan mereka sebagai pengambil keputusan tidak
dapat dinamakan partisipasi politik. Kegiatan itu hanya dapat disebut sebagai kegiatan politik
saja. Jadi, partisipasi politik mengandung adanya sasaran yang ingin dituju, yaitu proses
pembuatan keputusan politik; partisipan bertujuan untuk mempengaruhi keputusan politik
yang akan diambil agar keputusan itu menguntungkannya atau paling tidak, tidak
merugikannya.
Kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh penguasa politik dalam kedudukannya
sebagai pembuat dan pengambil keputusan politik jelas merupakan kegiatan politik. Para
pengambil keputusan ( decision makers) yang menghasilkan keputusan politik, seharusnya
menjalankan kegiatan politik, dalam bentuk mengikutsertakan masyarakat untuk memberikan
masukan yang akan menjadi pertimbangan untuk dijadikan keputusan politik.
Terkait dengan rendahnya partisipasi dan aktivitas masyarakat dalam berbagai
organisasi, kelembagaan dan partai politik. yang menjauhkan atau menyenjangkan penafsiran
dari elite politik terhadap pikiran dan kepentingan pemilihnya. Sedikitnya anggota
masyarakat yang terlibat dalam aktivitas sosial dan politik, berkorelasi pula dengan tingginya
kerahasiaan dan belum pastinya pilihan pemilih dalam menentukan partai politik yang
dicoblos dalam pemilu 2014. Sebaliknya secara teoritis, aktifnya anggota masyarakat dalam
berbagai kelembagaan sosial dan partai politik semakin meningkatkan komunikasi dengan
elit politik, semakin mudah mengakses informasi dan rencana kebijakan publik yang akan
digodok oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Deli
Serdang.
Tabel IV.20. Komposisi Responden berdasarkan anggota aktif, anggota tidak aktif atau
bukan anggota organisasi atau perkumpulan.
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
a.
Organisasi keagamaan (misalnya dalam Islam ada
NU, Muhammadiyah, majlis taklim, remaja mesjid;
kalau dalam Kristen ada HKBP, Methodist, HKI,
GKPS, GBKPdan sebagainya)
51,00% 12,50% 36,50%
b. Organisasi olahraga, seperti klub sepakbola, senam,
bela diri, dll 91,50% 3,75% 4,75%
c. Organisasi sosial, seperti karang taruna, dharma
wanita, PKK, organisasi marga, dll 82,25% 2,25% 15,50%
41
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
d. Perhimpuan seni dan budaya, seperti seni suara, seni
lukis, seni tari, dan lain-lain 96,25% 1,00% 2,75%
e. Organisasi profesi, seperti ikatan dokter, PGRI,
pengacara, dll 95,50% 2,00% 2,50%
f. Serikat pekerja/buruh, serikat tani, serikat dagang 97,25% 1,25% 1,50%
g. Lembaga Swadaya Masyarakat 97,25% 1,25% 1,50%
h. Partai politik 97,50% 1,25% 1,25%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Kalau kita perhatikan tabel diatas tergambar bahwa keikutsertaan dari responden
sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi keagamaan (36,50 %) dan
organisasi sosial (15,50 %). Sedangkan yang aktif dalam kegiatan LSM dan partai politik
sangat rendah yaitu masing-masing 1,50 % dan 1,25 %. Gambaran ini memberikan arti
bahwa tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau elite
politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang berdampak
pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit dengan aspirasi
masyarakatnya. Karena secara teori kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan
dan ketidaktahuan politik, maka untuk merangsang partisipasi politiknya secara aktif dalam
usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik,yang bertujuan untuk : (a) Membuat
rakyat menjadi melek-politik/sadar politik, (b) lebih kreatif dalam partisipasi sosial politik di
era pembangunan, (c) menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih
nyaman dan sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia (Kartini: 2009).
Leluasanya anggota DPRD dalam menafsirkan bentuk hubungan dan dukungan yang
kondusif ataupun depresif kepada birokrasi pemerintahan sesungguhnya terkondisi oleh
rendahnya mekanisme kontrol masyarakat, karena pemilihan anggota DPRD yang langsung
dipilih oleh voter harusnya berkorelasi langsung dengan fungsi partai politik sebagai
instrumen artikulasi kepentingan dan wadah komunikasi politik antar elite dan pemilihnya.
Kenyataannya seringkali kebijakan pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang disetujui oleh
DPRD mencerminkan jauhnya realita dari bayangan kepentingan konstituen dan pemilih para
anggota dalam Pemilu tahun 2009 lalu.
Karena apa demikian? Menurut Kartini (2000), demokrasi bukan merupakan situasi
yang sudah selesai/finished; tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan
42
digarap tanpa henti-hentinya menuju kearah kemajuan dan kebaikan yang memerlukan
demokratisasi pribadi manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat
pemerintah, agar semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang.
Sehingga fungsi partai politik dan kinerja anggota DPRD diharapkan dapat bermanfaat bagi:
(a) memperbesar kekuasaan dalam menentukan opini publik (pendapat umum) serta
partisipasi politik rakyat (b) ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya
pemerintahan menuju ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Fungsi lembaga-lembaga demokrasi di Kabupaten Deli Serdang sangat diperlukan
mengingat berbagai permasalahan pembangunan yang harus diatasi, sehubungan dengan letak
strategis Kabupaten Deli Serdang sebagai satelit dari wilayah ibukota Provinsi Sumatera
Utara yang struktur masyarakatnya sudah masuk klasifikasi modern dan kota metropolitan
nomor tiga di Indonesia.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Air PAM 3 0,75 0,75 0,75
Masalah ekonomi 241 60,25 60,25 61,00
Masalah keamanan 27 6,75 6,75 67,75
Masalah kebersihan 12 3,00 3,00 70,75
Masalah kesehatan 3 0,75 0,75 71,50
Masalah lalu lintas 2 0,50 0,50 72,00
Masalah moral dan etika 2 0,50 0,50 72,50
Masalah pelayanan public 3 0,75 0,75 73,25
Masalah pemadaman listrik 2 0,50 0,50 73,75
Masalah pendidikan 51 12,75 12,75 86,50
Masalah pengangguran 3 0,75 0,75 87,25
Masalah pertanian 5 1,25 1,25 88,50
Masalah social 2 0,50 0,50 89,00
Pembangunan infrastruktur 40 10,00 10,00 99,00
Pembenahan generasi muda 2 0,50 0,50 99,50
Perbaikan saluran air 2 0,50 0,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.21. Masalah yang paling penting dihadapi masyarakatKabupaten Deli Serdang
43
B. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
B.1. Landasan / Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu;
3. PP Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas PP Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
4. Permendagri Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Permendagri
Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
5. Peraturan KPU Nomor 62 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tahapan,
Program, dan jadwal Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala
Daerah;
6. Peraturan KPU Nomor 61 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan
Jumlah dan Tata Cara Pengisian Keanggotaan DPRD Prov atau DPRD
Kab/Kota Induk dan DPRD Prov atau DPRD Kab/kota yang dibentuk setelah
Pemilu Tahun 2009;
7. Peraturan KPU Nomor 63 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tata Kerja
KPU Prov, KPU Kab/Kota, PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah
dan wakil Kepala Daerah;Peraturan KPU Nomor 64 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pemantauan dan tata Cara Pemantauan Pemilu Kepala Daerah dan
wakil Kepala Daerah;
8. Peraturan KPU Nomor 65 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah;
9. Peraturan KPU Nomor 66 Tahun 2009 tentang Penetapan Norma, Standar,
Prosedur dan Kebutuhan Pengadaan serta Pendistribusian Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
44
10. Peraturan KPU Nomor 67 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara
Pemuktahiran Data dan Daftar Pemilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan wakil
Kepala Daerah;
11. Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata cara
Pencalonan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
12. Peraturan KPU Nomor 69 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Kampanye
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
13. Peraturan KPU Nomor 72 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan
Pemungutan dan Perhitungan Suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah di TPS;
14. Peraturan KPU Nomor 73 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata cara Pelaksanaan
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah oleh PPK, KPU Kab/Kota, dan KPU Prov, serta Penetapan
Calon Terpilih, Pengesahan Pengangkatan dan Pelantikan.
45
B.2. Data Pemilih
Lk PrJUMLAH PEMILIH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.031 1.075 2.106 122 STM. HULU 20 4.743 4.848 9.591 363 SIBOLANGIT 30 7.687 8.089 15.776 614 KUTALIMBARU 14 12.911 13.266 26.177 725 PANCUR BATU 25 33.418 35.015 68.433 1386 NAMORAMBE 36 13.864 14.717 28.581 737 BIRU-BIRU 17 13.222 14.003 27.225 698 STM. HILIR 15 12.670 13.091 25.761 729 BANGUN PURBA 24 8.229 8.376 16.605 4810 GALANG 29 22.745 23.777 46.522 11011 TANJUNG MORAWA 26 78.138 79.192 157.330 31212 PATUMBAK 8 34.483 34.445 68.928 13113 DELI TUA 6 21.487 21.753 43.240 8614 SUNGGAL 17 99.536 100.999 200.535 37315 HAMPARAN PERAK 20 60.245 58.591 118.836 22716 LABUHAN DELI 5 24.471 23.777 48.248 9917 PERCUT SEI TUAN 20 149.963 149.128 299.091 52118 BATANG KUIS 11 22.950 22.918 45.868 8419 PANTAI LABU 19 16.874 16.457 33.331 7220 BERINGIN 11 20.914 20.873 41.787 8621 LUBUK PAKAM 13 41.618 44.544 86.162 15722 PAGAR MERBAU 16 12.926 13.022 25.948 61
394 714.125 721.956 1.436.081 2.900
1 LAPAS LUBUK PAKAM 727 13 740 2
2 LAPAS TANJUNG GUSTA 185 0 185 1
3 RUTAN PANCUR BATU 145 0 145 1
JUMLAH 1.057 13 1.070 4
394 715.182 721.969 1.437.151 2.904
Sumber: KPU Deli Serdang, 2013
JUMLAH
TPS KHUSUS RUTAN / LAPAS
JUMLAH KESELURUHAN
Tabel IV.22. REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH TERDAFTAR PEMILIHAN UMUMKEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
No. KECAMATANJUMLAH
PPS
JUMLAH PEMILIHJUMLAH
TPS KET
46
B.3. SOSIALISASI PILKADA TAHUN 2013
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah, yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan
kegiatan sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk
menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
pada tahun 2013, khususnya pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli
Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan pemimpin daerah di Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 400 responden, terdapat 315
responden (78,75 %) bahwa berpendapat atau memiliki tanggapan tentang informasi sistem
pemilihan kepala daerah di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2013 sudah memadai. Dapat
terlihat pada Tabel IV.22.
Sehingga dari data tersebut (Tabel IV.22) sangat konsisten terhadap pemilih yang
terdaftar sebagai pemilih pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013,
seperti yang terlihat pada Grafik IV.1, yang menyebutkan bahwa terdapat 394 responden
(98,50%) terdaftar sebagai pemilih pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang
tahun 2013.
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.1 Apakah terdaftar sebagai pemilih Pilkada ?
98,50%
1,50%
Ya 394 Tidak 6
47
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 315 78,75 78,75 79
Belum 65 16,25 16,25 95
Tidak ada 20 5,00 5,00 100
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.23. Tanggapan responden tentang informasi sistem pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Namun kegiatan Sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara, hendaknya
diimbangi dengan intensitas para pasangan calon atau Tim pendukungnya dalam
mensosialisasikan atau memperkenalkan pasangan calon pada pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Deli Serdang Tahun 2013, karena terdapat 91 responden (22,75 % ) menyatakan
bahwa informasi tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
Belum dan Tidak memadai. Hal tersebut terdapat pada Grafik IV.2
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.2 Apakah informasi tentang calon bupati sudah memadai ?
77,25%
20,25%
2,50%
Ya 309
Belum 81
Tidak 10
48
Sedangkan tanggapan masyarakat tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan
pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, terdapat 349
responden dari 400 responden (87,25) menyatakan bahwa informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sudah “Memadai”, dan yang menyatakan Tidak ada informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sebanyak 19 responden (4,75%). Seperti yang tertera pada Tabel IV.23.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 349 87,25 87,25 87,25
Belum memadai 32 8,00 8,00 95,25
Tidak ada 19 4,75 4,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.24. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Demikian juga dengan tanggap masyarakat tentang informasi mengenai jadwal
Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, menyebutkan bahwa
terdapat 317 responden dari 400 responden (79,25 %) menyatakan “Memadai” dan sebanyak
26 responden (6,50 %) menyatakan “Tidak Ada”. Tertera pada Tabel IV.24.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 317 79,25 79,25 79,25
Belum memadai 57 14,25 14,25 93,50
Tidak ada 26 6,50 6,50 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.25. Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
49
Media sosialisasi yang dinilai paling efektip oleh pemilih pada pemilihan calon bupati
dan wakil Bupati pemilu tahun 2013 di Kabupaten Deli Serdang adalah iklan luar ruang
(Baliho, Spanduk, Poster, Kartu nama, dll) 73,75% (295 responden), sedangkan media yang
paling tidak efektip menurut hasil survey adalah iklan / Berita di media online dengan
persentase 82,00% (328 responden) uraian pada tabel berikut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 18,25% 3,50% 4,00% 5,00% 12,25% 14,50% 17,00% 16,25% 4,75% 4,50%
b. Iklan/Berita di Radio 32,00% 3,75% 4,00% 7,75% 15,00% 16,75% 14,00% 4,25% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
24,00% 2,25% 3,25% 3,25% 9,00% 19,50% 16,00% 12,75% 6,50% 3,50%
d. Iklan/Berita di media online 48,25% 7,50% 8,50% 6,75% 11,00% 9,75% 4,50% 2,50% 0,00% 1,25%
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
52,00% 6,75% 8,00% 6,50% 8,25% 11,00% 4,25% 2,00% 0,25% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
15,50% 0,50% 1,25% 3,25% 5,75% 13,25% 21,25% 21,75% 10,50% 7,00%
g. Kampanye Partai Politik 21,50% 2,50% 2,75% 3,25% 16,50% 19,50% 17,00% 13,25% 2,25% 1,50%
h. Kunjungan Tim Sukses 22,75% 3,50% 3,50% 4,00% 15,50% 22,50% 14,25% 10,50% 2,00% 1,50%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
26,75% 4,75% 6,00% 5,50% 17,50% 19,50% 11,75% 6,00% 0,50% 1,75%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman
29,50% 2,25% 3,50% 2,50% 12,75% 19,50% 14,75% 10,75% 2,25% 2,25%
k. Pendidikan Politik 46,50% 7,75% 5,75% 4,00% 11,50% 9,75% 7,00% 5,50% 1,50% 0,75%
l. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survai, Juli 20
Bentuk media sosialisasiNoS K O R (% )
Tabel IV.26. Skor Penilaian tentang Sosialisasi Pemilihan Calon Bupati Tahun 2013
Antusias masyarakat dalam memberikan suaranya pada Pemilihan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013, bahwa dari responden yang ditemui
menggambarkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat ke TPS cukup tinggi yaitu sebanyak
383 dari 400 responden mendatangi atau hadir di TPS pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli
Serdang 2013 (95,75 %). Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.68. dalam table tersebut
juga menyebutkan bahwa masyarakat yang kurang atau tidak hadir ke TPS pada Pilkada
Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013 yang tertinggi di Kecamatan Pancur Batu
sebanyak 4 %. Sebagaimana terurai pada tabel dibawah ini.
50
1 B. Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )2 Batang Kuis 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )7 Gunung Meriah 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )8 Hamparan Perak 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )9 Kutalimbaru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )10 Labuhan Deli 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )11 Lubuk Pakam 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )13 P. Labu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )16 Pancur Batu 21 ( 5,25% ) 4 ( 1,00% )17 Patumbak 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )18 Sibolangit 28 ( 7,00% ) 2 ( 0,50% )19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total 383 ( 95,75% ) 17 ( 4,25% )Tidak Menjawab
Sumber: Data Survey, Juli 2015
KecamatanDatang ke TPS sewaktu Pilbup
Ya Tidak
Tabel IV.27. Responden yang memberikan suara dalam Pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
No
Dari 400 responden terdapat 17 responden yang tidak hadir ke Tempat Pemungutan
Suara (TPS) (4.25%), dengan berbagai alasan, dan alasan tertinggi mengapa masyarakat tidak
hadir ke TPS saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
menyebutkan dikarenakan sedang bekerja saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013 berlangsung sebanyak 11 responden (64,71%). Hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel IV.28.
51
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Kurang informasi tentang figurnya 1 5,88 5,88 5,88
Masih di bawah usia 1 5,88 5,88 11,76
Sedang kerja 11 64,71 64,71 76,47
Sedang sakit 1 5,88 5,88 82,35
Tidak dapat kartu pemilih 1 5,88 5,88 88,24
Tidak mengetahui visi dan misinya 1 5,88 5,88 94,12
Tidak punya pilihan 1 5,88 5,88 100,00
Total 17 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.28 Alasan responden tidak memberikan suara
Masyarakat dalam menentukan pilihannya pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, ternyata sebanyak 355 dari 400 responden (88,75 %)
sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
yang akan dipilih, sebelum masuk Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang 2013. Hal tersebut tertera pada Tabel IV.29.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 355 88,75 88,75 88,75
Tidak 45 88,75 11,25 100,00
Total 400 177,50 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.29. Tanggapan responden sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan dipilih sebelum masuk TPS pada Pemilukada Tahun 2013
Demikian juga ketika masyarakat sedang berada di dalam Tempat Pemungutan Suara
(TPS) bahwa sebanyak 351 dari 400 responden (98,87 %) mencoblos pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk
TPS. Hal tersebut sesuai dengan Tabel IV.30.
52
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 351 98,87 98,87 98,87
Tidak 4 1,13 1,13 100,00
Total 355 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.30. Kalau ya, apakah mencoblos Surat Suara yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk TPS ?
Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki kesiapan untuk pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Deli Kabupaten Serdang pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2013, sebanyak 17 dari 45 responden (37,78 %) dengan alasan Tidak
mengenal Calonnya. Terlihat dari table IV.31.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
5 11,11 11,11 11,11
5 11,11 11,11 22,22
13 28,89 28,89 51,11
5 11,11 11,11 62,22
17 37,78 37,78 100,00
45 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.31. Alasan tidak memiliki kesiapan untuk calon Bupati dan wakil Bupati yang akan dipilih
Pasangan Calonnya banyak
Paslon yang ada kurang memperhatikan rakyat
Kurang mengenal calonnya
Terpengaruh oleh orang lain
Tidak mengenal calonnya
Total
Dari 400 responden Pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013, ada
yang memberikan berbagai bentuk atau jenis barang berupa, Uang sebanyak 7,50 % dan yang
tidak sebanyak 92,50 %, Barang tertentu terdapat 6,50 % sedangkan yang tidak 93,50 %,
Sembako ada 8,50 % dan yang tidak 91,50 %, sedangkan untuk Bibit atau Pupuk sebanyak
2,50 % dan yang tidak 97,50 %. Sesuai dengan Tabel IV.32.
53
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 7,50% 92,50%
b. Barang tertentu 6,50% 93,50%
c. Sembako 8,50% 91,50%
d. Bibit atau pupuk 2,50% 97,50%
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.32 Apakah ada yang memberikan bantuan pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2013 ?
Secara umum bahwa masyarakat yang menerima pemberian uang atau barang
tertentu, dengan tujuan untuk menggarap / mendulang suara, oleh pasangan calon atau tim
sukses pasangan calon. dari hasil survey hanya 25 responden (6,25%) yang menerima
bantuan dan sebanyak 24 responden tersebut terpengaruh akan pemberian dari pihak-pihak
yang terlibat dalam Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, Sesuai
dengan Tabel IV.33.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 24 96,00 96,00 96,00
Tidak 1 4,00 4,00 100,00
Total 25 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.33. Responden yang memilih Calon karena menerima bantuan
Pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013,
masyarakat yang memilih pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
terpengaruh karena sudah menerima pemberian atau bantuan dari pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sebanyak 24 responden. Sesuai dengan data pada tabel
IV.34.
54
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sudah membantu dan harus dipilih 24 100,00 100,00 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.34. Alasan responden memilih karena menerima bantuan / pemberian
Pendapat masyarakat tentang kinerja pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan
aparatnya yang telah menjalankan program dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat,
bahwa ditinjau dari beberapa aspek menyebutkan yang tertinggi dari aspek atau bidang
“Kesehatan” sebanyak 61 %, kemudian disusul di bidang “Pendidikan” mencapai 60 %,
sedangkan yang terendah adalah pada aspek “ketenagakerjaan” hanya 9,50 %. Dan data
tersebut tertera pada Tabel IV.35.
No. Aspek Ya Belum Tidak
1 Pembangunan Infrastruktur Kota/Desa 29,50% 63,00% 7,50%
2 Peningkatan Ekonomi Rakyat 11,25% 78,25% 10,50%
3 Investasi (Penanaman Modal) di Daerah 9,50% 70,75% 19,75%
4 Pendidikan 60,00% 34,50% 5,50%
5 Kesehatan 61,50% 32,50% 6,00%
6 Ketenagakerjaan 9,00% 77,50% 13,50%
7 Penegakan Hukum 21,00% 63,75% 15,25%
8 Pemberantasan KKN 14,75% 68,00% 17,25%
9 Pelayanan Publik 37,00% 52,50% 10,50%
10 Pengutipan Restribusi 32,50% 51,25% 16,25%
11 Pertanahan 29,00% 57,30% 13,70%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.35. Pendapat responden tentang kinerja Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan aparatnya
55
B.4. Tingkat Partisipasi Pemilih
Sesuai data Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Deli Serdang, tingkat partisipasi
pemilih pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sangat rendah
dengan capaian hanya 37,99 % dari jumlah pemilih yang terdaftar yaitu 1.437.151 orang.
Partisipasi itu menunjukkan bahwa yang tidak datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara)
menggunakan hak pilihnya 891.091 orang (62,01 %), sedang yang menggunakan hak
pilihnya hanya 546.060 orang.
56
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
640 1.045 1.547 2.278 6.220 2.964 4.765 3.611 23.070
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
8 34 166 675 168 131 125 202 1.509
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
32 117 147 403 694 144 278 613 2.428
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
12 64 46 77 186 149 111 88 733
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38 112 229 1.180 1.548 383 463 308 4.261
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
189 707 1.172 2.731 3.846 1.338 831 607 11.421
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
68 494 508 211 1.137 438 328 645 3.829
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
395 2.337 4.006 4.216 7.703 4.831 4.007 4.524 32.019
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
10 132 689 660 2.931 357 423 234 5.436
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
23 418 140 288 1.435 729 727 442 4.202
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
9 9 61 118 480 119 302 436 1.534
1.424 5.469 8.711 12.837 26.348 11.583 12.360 11.710 90.442
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Tidak Sah 32 124 189 243 529 288 249 199 1.853
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Sah dan Tidak Sah 1.456 5.593 8.900 13.080 26.877 11.871 12.609 11.909 92.295
No. UraianJumlah
Dipindahkan
No. UraianJumlah
Dipindahkan
Tabel IV.36. REKIPITULASI HASIL PEROLEHAN SUARA PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
JumlahDipindahkan
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
57
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
23.070 2.784 6.824 15.403 6.183 4.245 16.687 15.963 91.159
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
1.509 232 321 4.202 645 377 1.889 2.099 11.274
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
2.428 97 254 5.030 450 656 4.058 2.275 15.248
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
733 545 1.308 1.658 342 285 679 786 6.336
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
4.261 643 1.929 6.554 1.390 1.503 11.018 11.066 38.364
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
11.421 1.183 5.987 11.869 5.891 3.159 10.176 9.140 58.826
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
3.829 454 1.091 3.101 844 910 1.928 882 13.039
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
32.019 1.417 1.889 7.128 3.278 1.913 12.970 821 61.435
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
5.436 83 129 995 338 313 711 553 8.558
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
4.202 923 2.381 5.471 2.398 1.099 2.931 2.357 21.762
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
1.534 80 326 1.595 1.130 712 764 608 6.749
90.442 8.441 22.439 63.006 22.889 15.172 63.811 46.550 332.750
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 1.853 199 627 1.509 490 474 1.346 857 7.355
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 92.295 8.640 23.066 64.515 23.379 15.646 65.157 47.407 340.105
JumlahDipindahkan
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
Jumlah Pindahan(I)
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
58
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
91.159 6.815 36.279 5.911 3.662 5.347 6.853 4.668 160.694
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
11.274 428 2.361 543 645 196 208 171 15.826
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
15.248 539 2.172 496 467 444 308 370 20.044
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
6.336 312 1.800 304 286 791 1.770 499 12.098
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38.364 2.175 12.750 690 412 1.959 1.310 2.196 59.856
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
58.826 2.287 14.682 4.017 5.121 3.725 7.485 3.844 99.987
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
13.039 1.008 2.433 598 944 1.149 1.064 628 20.863
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
61.435 850 8.340 1.132 1.106 2.247 8.629 1.116 84.855
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
8.558 149 891 176 140 137 136 55 10.242
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
21.762 1.244 10.374 3.411 1.160 1.744 1.345 587 41.627
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
6.749 393 1.194 219 97 136 115 96 8.999
332.750 16.200 93.276 17.497 14.040 17.875 29.223 14.230 535.091
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 7.355 376 1.438 329 303 381 527 260 10.969
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 340.105 16.576 94.714 17.826 14.343 18.256 29.750 14.490 546.060
Sumber : Data KPU-DS
No. Uraian Jumlah Pindahan (II)
Jumlah Pindahan (II)No. Uraian
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil BupatiJumlahAkhirJumlah Pindahan (II)
JumlahAkhir
JumlahAkhir
59
Berdasarkan Tabel IV.22. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.436.081 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan suara
sesuai Tabel IV.36. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah
sebanyak 546.060 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 sebesar 38.02% (Sumber : Data
KPU DS)
C. Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
C.1 Landasan Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014 :
1. Undang Undang No.2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik
2. Undang Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang: Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Undang Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang: Pemiilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
4. Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan
Umum, dan Dewan Kehormatan Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012,
Nomor 11 Tahun 2012 dan Nomor 01 Tahun 2012 tentang Kode Etik
Peneyelenggara Pemilihan Umum.
5. Peraturan KPU No. 1 2010 Tentang: Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
6. Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Tahapan,
Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tahun 2014.
7. Peraturan KPU No. 7 2012 Tentang: tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014.
60
8. Peraturan KPU No. 10 2013 Tentang: Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Di
Luar Negeri Untuk Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
9. Peraturan KPU No. 12 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 04 Tahun 2013 Tentang Pembentukan Dan Tata
Kerja Panitia Pemilihan Luar Negeri Dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara Luar Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Tahun 2014.
C.2. Data Pemilih Pada Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi
perhatian, terutama dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang
tidak melakukan pencoblosan (Golput) dan yang tidak terdaftar. Persoalan
registrasi pemilih yang masih mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan
Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, ternyata masih memungkinkan
terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data pemilih, karena adanya
kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door menjumpai
masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat
digunakan sebagai rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih,
karena penduduk belum melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu
Keluarga.Keadaan ini dapat mengakibatkan pemilih berpeluang untuk mencoblos
lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas
keberadaan orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya
jumlah pemilih tidak terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat
melanggar asas Jurdil Pemilu. Masalah fenomena tingginya angka ghost-voter
terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang tidak terdaftar dan pemilih
terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang mendatangkan
masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat menjadi
bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
61
Pada Pemilu 2009 kemungkinan pemilih ganda ini diupayakan diatasi
dengan penandaan tinta di jari jempol pemilih, tetapi karena tinta yang mudah
dihapus, peluang untuk kecurangan ini masih muncul. Sehingga untuk Pemilu
2014 lalu, perhatian terhadap masalah tinta penanda ini juga masih relavan dan
penting dijadikan sebagai bagian proses pengendalian kualitas hasil Pemilu.
Dalam hal kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu, berhubungan dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya
dalam DPT, dimana hasil penelitian ini menggambarkan bahwa 396 (99,00 %)
orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1,00 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan tingginya persentase responden terdaftar dalam
DPT, karena responden penelitian ini dipilih dari DPT Pemilu Legislatif tahun
2014, sedangkan empat orang responden yang tidak terdaftar ditemukan adalah
merupakan responden yang ditemui oleh enumerator setelah lima responden
cadangan yang ditetapkan tidak ditemukan.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.3. Apakah Responden terdaftar sebagai pemilih dalam DPT Pileg tahun 2014?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
62
Tingkat pengetahuan pemilih atas terdaftarnya mereka dalam DPT, terkondisi karena
responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir pendaftaran sebanyak 52 orang
(13,00 %) dan sepanjang ingatan responden, ada petugas yang datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkan mereka sebagai calon pemilih pada Pileg tahun 2014 lalu, sebanyak 300 orang
(75,00 %), sedangkan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengingat lagi, proses pendaftaran
tersebut.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, saya langsung mengisi formulir pendaftaran 52 13,00% 13,00% 13,00%
Tidak, formulir pendaftarannya diisi langsung oleh petugas 300 75,00% 75,00% 88,00%
Lupa, tidak ingat 48 12,00% 12,00% 100,00%
Total 400 100,00% 100,00%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.37. Apakah mengisi sendiri formulir pendaftaran ?
Meskipun petugas telah melakukan pendaftaran, ternyata hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa masih terdapat 24 orang (6,00 %) responden menyatakan bahwa
terdapat anggota keluarga mereka yang belum didaftarkan oleh petugas.
Frequency PercentValid
PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.38. Apakah seluruh anggota ikut terdaftar ?
Keadaan belum atau tidak didaftarkannya anggota keluarga responden sebagai
pemilih dalam DPT disebabkan karena: anggota keluarga merantau, tidak didatangi oleh
petugas pendaftar (ditenggarai petugas memanfaatkan Kartu Keluarga penduduk sebagai
referensi dalam mengisi formulir Daftar Pemilih), tidak adanya dokumen kependudukan
sebagai persyaratan domisili menetap, karena adanya anggota keluarga yang tidak menetap,
tidak didaftarkan oleh kepala keluarga, keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
yang seharusnya usianya sudah memenuhi persyaratan 17 tahun atau sudah pernah menikah,
namun tak didaftar, tidak tahu adanya masa pendaftaran sebagai pemilih dalam pemilu.
63
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Anggota keluarga pergi merantau 6 25,00 25,00 25,00
Belum didatangi petugas 6 25,00 25,00 50,00
Identitas tidak memenuhi 3 12,50 12,50 62,50
Karena ada anggota yang tidak menetap 5 20,83 20,83 83,33
Keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
1 4,17 4,17 87,50
Tidak di daftar oleh kepala keluarga 2 8,33 8,33 95,83
Tidak tahu ada masa pendaftaran 1 4,17 4,17 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.39 Penyebab Anggota Keluarga tidak terdaftar
Demi terakomodirnya seluruh masyarakat yang sudah mempunyai hak pilih dalam
pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun 2014, petugas pendaftaran pemilih mendatangi setiap
rumah untuk mendata dan mendaftarkan pemilih bagi yang belum terdata, sembari
menempelkan sticker Coklit Pendataan Pemilih di setiap rumah. Namun berdasarkan hasil
survey masih terdapat 32 dari 400 responden (8,00%) rumah pemilih yang belum ditempel
sticker. Seperti tertera di Grafik IV.4.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.4. Apakah rumah responden ditempel stiker setelah didaftar oleh petugas KPU Deli Serdang?
92,00%
8,00%
Ya 368 Tidak 32
64
Masyarakat pada umumnya mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih
Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sesuai dengan hasil survei yang tertera
pada Tabel IV.40. menyebutkan bahwa sebanyak 321 dari 400 responden (80,25 %),
mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai
Desa/Kelurahan, namun masih terdapat masyarakat yang tidak mengetahui bahwa namanya
tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sebanyak 8
dari 400 responden (2,00%).
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 321 80,25% 80,25 80,25
Tidak 8 2,00% 2,00 82,25
Tidak ingat 71 17,75% 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.40. Apakah responden mengetahui namanya tercatat di DPS yang ditempel di Balai Desa/Kelurahan ?
Tetapi dari 321 responden yang tertera di Tabel IV.40 menyatakan bahwa sebanyak
270 responden (67,50%), mengetahui kalau keluarganya juga terdaftar di DPS, 34 responden
(8,50%) menyatakan tidak mengetahui apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh
anggota keluarga telah terdaftar dan 17 responden (4,25%) menyatakan tidak ingat apakah di
dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar. Seperti tertera di
Tabel IV.41.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 270 67,50% 67,50 67,50
Tidak 34 8,50% 8,50 76,00
Tidak ingat 17 4,25% 4,25 80,25
Total 321 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.41. Kalau Ya, apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar ?
Permasalahan pendaftaran pemilih yang harus mendapat perhatian terkait dengan
rendahnya pengetahuan pemilih atas informasi uji publik daftar pemilih sementara sebagai
masa yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan koreksi atau perbaikan daftar pemilih
65
sementara menuju masa penetapan sebagai DPT oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
Sebanyak 232 orang (58,00 %) mengetahui adanya uji publik daftar pemilih sementara yang
ditempel di tempat-tempat umum, sedangkan 120 orang (30,00 %) tidak mengetahui sama
sekali tentang uji publik DPS tersebut dan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengerti.
Seperti Tabel IV.42.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, tahu 232 58,00 58,00 58,00
Tidak tahu 120 30,00 30,00 88,00
Tidak mengerti 48 12,00 12,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.42. Tanggapan responden mengenai adanya uji publik daftar pemilih sementara yang ditujukan untuk mendapat masukan
Berikut ini tersaji Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
66
L P JLH L P JLH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.032 1.073 2.105 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.642 4.743 9.385 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.482 7.914 15.396 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 12.821 13.618 26.439 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 30.904 32.361 63.265 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.446 13.184 25.630 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.370 13.063 25.433 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.681 11.999 23.680 77
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 7.818 7.969 15.787 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.488 23.308 45.796 127
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.842 76.603 152.445 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.005 32.135 64.140 146
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 19.447 19.680 39.127 112
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 93.767 93.966 187.733 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 53.370 52.200 105.570 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 21.317 20.600 41.917 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.787 133.190 267.977 643
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.362 23.558 46.920 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.853 16.550 33.403 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.109 19.229 38.338 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.113 41.773 81.886 193
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 12.823 12.929 25.752 71
394 935.240 911.022 1.846.262 666.479 671.645 1.338.124 3.485
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang tahun 2014
Jumlah Penduduk
Jumlah
Legislatif
Jumlah TPS
Jumlah PemilihNo KecamatanJumlah
Desa/Kelurahan
C.3. Sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Legislatif
tahun 2014 untuk memilih Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan kegiatan sosialisasi yang
dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada
pemilihan umum Legislatif tahun 2014 khususnya di daerah pemilihan wilayah Kabupaten
Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan wakil rakyat.
Tanggapan masyarakat tentang memadai tidaknya informasi mengenai jadwal
pemilihan legislatif tahun 2014, dapat dilihat pada tabel IV.44 yaitu sebanyak 361 dari 400
67
responden (90,25%), sudah mengetahui jadwal Pemilihan Umum Legislatif. Sementara ada
27 responden (6,75 %) mengaku belum mengetahui jadwal pesta demokrasi tersebut.
Selanjutnya, 12 responden (3,00 %) mengaku tidak ada jadwal Pemilu.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 361 90,25 90,25 90,25
Belum 27 6,75 6,75 97
Tidak ada 12 3 3 100
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.44 Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pileg 2014, apakah sudah memadai ?
Demikian dengan informasi tentang Partai Politik, sebanyak 330 dari 400 responden
(82,50 %) menyatakan bahwa informasi tentang Partai Politik peserta Pemilu sudah
memadai, sedangkan 57 responden (14,25 %) menyatakan belum memadai, serta 13
responden (3,25 %) menyatakan tidak ada sama sekali. Seperti terlihat pada grafik berikut ini
:
77,75 311
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.5. Apakah informasi tentang partai politik sudah memadai?
80,25%
2,00%
17,75%
321Ya
8Tidak
71Tidak ingat
Terkait tentang peryataan responden yang menyebutkan bahwa belum memadainya
informasi mengenai Partai Politik, sebanyak 43 dari 57 responden (75,44 %) menguraikan
68
alasannya adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, selanjutnya 5 responden (8,77 %)
menguraikan alasan bahwa terlalu banyak partai, serta 4 responden (7,02 %) menguraikan
alasan informasi tentang Partai Politik itu belum tersaji secara menyeluruh. Seperti terlihat
pada tabel IV.45.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Belum secara menyeluruh 4 7,02 7,02 7,02
Kurangnya pengurus partai 1 1,75 1,75 8,77
Kurangnya sosialisasi ke masyarakat 43 75,44 75,44 84,21
Masih belum baik 1 1,75 1,75 85,96
Partai jangan terlalu banyak 1 1,75 1,75 87,72
Perlu meningkatkan sosialisasi 1 1,75 1,75 89,47
Sedang ada pekerjaan 1 1,75 1,75 91,23
Terlalu banyak partai 5 8,77 8,77 100,00
Total 57 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.45. Alasan belum memadai
Infromasi mengenai calon anggota Legislatif saat berjalannya tahapan-tahapan
pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif sudah tergolong memadai. Hal itu dapat dilihat dari
400 responden yang dimintai tanggapannya, sebanyak 249 responden (62,25 %) mengatakan
sudah memadai. Namun diantaranya sebanyak 116 responden (29 %) mengatakan belum
memadai, bahkan sebanyak 35 responden (8,75 %) mengaku bahwa informasi tentang calon
Legislatif itu tidak ada sama sekali. Seperti teruarai pada Tabel IV.46.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 249 62,25 62,25 62,25
Belum memadai 116 29,00 29,00 91,25
Tidak ada 35 8,75 8,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.46. Tanggapan responden tentang informasi mengenai calon anggota DPR, DPD dan DPRD, apakah sudah memadai ?
69
Dari Tabel di bawah, 93 dari 116 responden (80,17 %) yang mengatakan belum
memadai sosialisasi para calon anggota Legislatif dengan alasan kurang sosialisasi ke
masyarakat, 18 responden (15,52 %) menyatakan kurang informasi tentang calegnya dan
selebihnya menyatakan terlalu banyak calon legislatifnya dan tidak ada informasi tentang
calon legislatifnya. Seperti terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Kurang informasi tentang calegnya 18 15,52 15,52 15,52
Kurang sosialiasi ke masyarakat 93 80,17 80,17 95,69
Terlalu banyak calon legislatif 2 1,72 1,72 97,41Tidak ada informasi 3 2,59 2,59 100,00Total 116 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.47. Alasan belum memadai
Kegiatan sosialisasi melalui media, pelatihan pemilih oleh berbagai lembaga (LSM,
Perguruan Tinggi, Ormas, Lembaga Keagamaan) sehingga pengetahuan pemilih tentang
teknis pelaksanaan Pemilu akan lebih baik. Kegiatan ini diyakini akan mampu memberikan
pemahaman sistem pencoblosan dalam sistem pemilu tahun 2014 lalu. Tetapi karena waktu
yang terbatas, kegiatan sosialisasi menjadi minim sehingga pengetahuan pemilih terhadap
tata cara pemberian suara menjadi rendah. Kesulitan teknis dalam pelaksanaan pemilu, dapat
dilihat dari pemahaman sebagian besar responden tentang tata cara pemberian suara. Soal-
soal sederhana seperti tatacara pencoblosan, misalnya masih ada 35 orang (8,75%) responden
menjawab belum memadai. Bahkan ada 13 orang (3,25%) responden yang menyebutkan
bahwa tidak ada sama sekali informasi mengenai tata cara pemberian suara dalam pemilu
Legislatif 2014 yang lalu, dimana 352 orang (88,00%) responden yang menyatakan sudah
memadai.
70
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 352 88,00 88,00 88,00
Belum memadai 35 8,75 8,75 96,75
Tidak ada 13 3,25 3,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.48. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencobolosan dalam Pemilu Legislatif tahun 2014, apakah sudah memadai ?
Dari hasil survey, 132 dari 400 responden (33,00%) menyatakan bahwa cara
mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos gambar partai, 156 responden (39,00%)
menyatakan cara mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos Gambar partai dan nama
calon, sedangkan 17 responden (4,25%) meyatakan tidak tahu cara mencoblos pada pemilu
2014, dan 95 responden (23,75%) yang sudah memahami cara mencoblos yang sebenarnya
pada pemilu 2014 yaitu mencoblos nama calon yang diajukan partai.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Mencoblos gambar partai 132 33,00 33,00 33,00
Mencoblos nama calon yang diajukan partai 95 23,75 23,75 56,75
Mencoblos tanda gambar dan nama calon yang diajukan partai 156 39,00 39,00 95,75
Tidak tahu 17 4,25 4,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.49. Pengetahuan responden tentang cara pencoblosan pada Pemilu 2014
Calon anggota legislatif seyogianya populer atau dikenal oleh banyak pemilih, dan
bila terpilih loyalitas calon anggota legislatif seharusnya lebih berorientasi kepada
kepentingan rakyat dibandingkan loyalitasnya kepada partai politik yang mengusulkannya.
Namun, karena sistem pemilu ini belum tersosialisasi dengan baik, mengakibatkan usulan
sebagian besar caleg berbasis otoritas yang dominan dikelola oleh pengurus partai politik,
akibatnya banyak caleg yang belum dikenal oleh pemilih.
71
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu legislatif dengan memberikan skor 1-10, dimana, penilaian dari angka 1 sampai 5,
merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk angka 6 -10, merupakan penilaian
yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu
2014 dan sosialisasi partai politik serta caleg yang berkontes, hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi ternyata merupakan media
yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 314 orang (78,50%), diikuti kemudian dengan
iklan luar ruang sebesar 307 Orang (76, 75 %), kampanye yang dilaksanakan partai politik
secara terbuka ataupun dengan mobilisasi sebanyak 218 orang (54,50%). Sedangkan
publikasi melalui media sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak
322 orang (80,50 %) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian
juga dengan media online sebanyak 313 orang (78,25 %) dan pendidikan politik sebanyak
295 responden (73,75%)
72
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (1 s/d 5) 12 (6 s/d 10)
a. Iklan/Berita di TV 11,50% 0,25% 1% 1,25% 7,50% 12,75% 24,50% 25,75% 7,75% 7,75% 86 314
b. Iklan/Berita di Radio 32,75% 6,75% 4,25% 6,50% 17,50% 14,25% 11,50% 4,00% 1,75% 0,75% 271 129
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
25,25% 2,50% 5,25% 3,50% 13% 15,50% 17,25% 12% 3,00% 2,75% 198 202
d. Iklan/Berita di media online 49,00% 8% 5,25% 7% 9% 9,50% 7% 3,75% 0,50% 1% 313 87
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
53,00% 6,25% 6,75% 6,75% 7,75% 10,25% 5% 2,75% 0,75% 0,75% 322 78
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster, Spanduk, Kartu nama dll
14% 1% 1,50% 1,50% 5,25% 13,50% 24,25% 24% 9,25% 5,75% 93 307
g. Kampanye Partai Politik 16,75% 2,50% 3,50% 5,25% 17,50% 19,25% 17,25% 11,75% 4% 2,25% 182 218
h. Kunjungan Tim Sukses 20,50% 3,75% 6% 4,50% 15,75% 21% 16,75% 7,50% 2,75% 1,50% 202 198
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
24,75% 5,50% 5,25% 7,50% 18,25% 19% 10,75% 6,25% 1,50% 1,25% 245 155
j.Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28% 2,75% 2% 5% 13,75% 18,75% 16,25% 9,75% 2,25% 1,50% 206 194
k. Pendidikan Politik 47,00% 7% 5,50% 5,25% 9% 13% 4,50% 6,25% 2,25% 0,25% 295 105
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Bentuk media sosialisasiNoS K O R
(Persentase)Jumlah Responden
Tabel IV.50 Skor penilaian Responden atas bentuk media sosialisasi yang efektif mengenai Partai Politik/Calon Anggota Legislatif peserta Pemilu tahun 2014
73
Dari hasil tersebut di atas, terlihat bahwa media televisi masih menjadi media yang
efektif untuk menyampaikan informasi berkaitan dengan Pemilu, sedangkan media sosial
yang diakses melalui internet, belum menjadi pilihan dari sebahagian besar pemilih di
Kabupaten Deli Serdang untuk mendapatkan informasi tentang Pemilu.
Secara teoritik bahwa pengaruh pendidikan dan sosialisasi politik adalah signifikan
terhadap perilaku politik komunitas (Kartini, 2009). Proses pendidikan politik dilakukan
secara intensional (dengan sengaja dan dengan tujuan tertentu), sedangkan sosialisasi politik,
adalah proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan. Dampak dari sosialisasi
politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan tanpa refleksi
harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari struktur-struktur
politik yang ada di masyarakat. Sedang dampak dari pendidikan politik ialah mengarahkan
anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah kehidupan
politik.
Terkait dengan paparan diatas, maka ketidaktahuan responden tentang teknis
pelaksanaan Pemilu sebagaimana terungkap dalam temuan sebelumnya terkait pula dengan
sosialisasi Pemilu, sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai politik dan caleg yang masih
kurang memadai menurut 173 responden (43,25%) sesuai data Grafik IV.5 dan Tabel IV.45.
Gambaran ini sebenarnya bukan monopoli pemilih di Kabupaten Deli Serdang saja, tapi juga
ungkapan pemilih di seluruh Indonesia, terutama daerah-daerah yang sangat terpencil. Karena
itu pula, seluruh pemangku kepentingan (stake holder) harus bekerjasama dan memilih
strategi sosialisasi yang tepat sasaran agar pemahaman tentang teknis pelaksanaan Pemilu
dapat diserap sebagian besar pemilih.
Sebanyak 364 responden (91,00%) menyatakan telah memiliki kesiapan tentang partai
politik di tingkat DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih
sebelum ke TPS pada pemilu 2014 dan 36 responden (9,00%) menyatakan tidak memiliki
kesiapan untuk memilih parpol.
74
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 364 91,00 91,00 91,00
Tidak 36 9,00 9,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.51 Kesiapan responden tentang partai politik di DPR,DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa 354 responden (88,50%) telah memiliki
kesiapan untuk memilih caleg yang akan dipilih di DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten Deli Serdang sebelum sampai ke TPS dan sebanyak 46 responden (11,50%) tidak
memiliki kesiapan untuk menentukan caleg yang akan dipilih, sehingga pilihannya
dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik
dan ‘gambling’, karena mereka baru pemilih pemula dan belum mendapatkan sosialisasi
politik yang tuntas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 354 88,50 88,50 88,50
Tidak 46 11,50 11,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.52 Kesiapan responden tentang Caleg di DPR,DPRD Provinsi,DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Setiap pemilih dihadapkan pada banyak pilihan sejalan dengan banyaknya kandidat
dan parpol peserta Pemilu. Setidaknya ada 3 kelompok besar kondisi memilih yang juga
dapat merefleksikan peta persaingan yang ada yaitu, (1) memilih caleg dari parpol yang
sama, atau (2) memilih caleg dari parpol berbeda. Dan pada kondisi dimana pemilih kurang
mengenal calegnya maka pemilih akan dihadapkan pada kondisi untuk memilih caleg atau
parpol, dengan alternatif (3) memilih parpol.
75
Berdasarkan hasil survey terdapat 260 responden (65,00%) memilih caleg dari parpol
yang sama untuk semua tingkatan legislatif dan 140 responden (35,00%) menyatakan tidak
memilih caleg dari partai politik yang sama.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 260 65,00 65,00 65,00
Tidak 140 35,00 35,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.53 Apakah mencoblos Surat Suara anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang berasal dari Partai yang sama ?
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang aktif. Menjatuhkan pilihan
pada partai politik tertentu, merupakan keputusan yang dilandasi faktor motivasi yang dapat
bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat pula dipengaruhi oleh strategi
komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh partai politik yang dialami
pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat pula
mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam mengidentifikasikan parpol pilihannya atau
berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik tertentu.
Secara konsekuensif, bahwa penilaian pemilih atas pola mengakomodir kepentingan
rakyat oleh legislatif hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi dan pandangan
masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas parpol peserta Pemilu tahun 2014.
Pandangan tersebut diatas dapat diterangkan dengan rangkaian hasil penelitian Romli (2010:
94) yang menyimpulkan bahwa prilaku memilih dalam Pemilu tahun 2009 lalu
memperlihatkan 4 (empat) kecenderungan, yaitu: (1) secara demografis, maka kecenderungan
pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi (suku, jenis
kelamin, dan agama) calon legislatif, sedangkan untuk wilayah perdesaan maka ikatan
kulturalnya masih menjadi faktor yang mempengaruhi pilihannya terhadap caleg dan
parpol.(2) secara ekologis, perbedaan konsentrasi basis massa partai politik mempengaruhi
perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka peranan patrón
sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih mempengaruhi pilihan
masyarakat yang tinggal di perdesaan dan ada temuan berlangsungnya prilaku transaksional,
76
sedangkan diperkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari media tv, radio, koran
dapat mempegaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang signifikan atas perolehan
suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka pemilih yang rasional idealis
(kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi, platform dan program parpol
ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional realistis (mempertimbangkan
kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Dari uraian diatas dapat dilihat gambaran pada tabel responden dibawah ini untuk
menentukan pilihannya bahwa responden yang tidak mencoblos caleg dari partai yang sama,
sebanyak 85 responden (60,71%) mengurai alasan lebih memilih figur dari calonnya, 42
responden (30,00%) memilih calon yang dikenalnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Karena yang datang sosialiasi berbeda 1 0,71 0,71 0,71
Melihat figurnya walau beda partai 85 60,71 60,71 61,43
Melihat programnya 7 5,00 5,00 66,43
Memilih yang dikenal 42 30,00 30,00 96,43
Sesuai hati nurani 4 2,86 2,86 99,29
Tidak mengenal semua calon 1 0,71 0,71 100,00
Total 140 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.54 Kalau Tidak, Mengapa tidak mencoblos Surat Suara yang berasal dari partai yang sama ?
C.4. Partisipasi Pemilih pada Pemilu Legislatif tahun 2014
C.4.1. Popularitas Partai Politik dan Calon Anggota Legislatif tahun 2014
Perubahan pola perilaku pemilih dari pemilih tradisional menuju modern ini
mengisyaratkan bahwa sebagian besar responden mulai lebih cerdas dalam menjatuhkan
pilihannya. Dalam artian, mereka tidak ingin lagi seperti membeli kucing dalam karung dan
hanya tertarik dengan pesona-pesona dan kharisma pemimpin Parpol.
Sebanyak 269 dari 400 responden (67,25%) akan mencoblos tanda gambar partai jika
tidak mengenal calonnya, 71 responden (17,75) tidak mencoblos tanda gambar partai dan
nama calon, sebanyak 35 responden (8,75%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
77
sekenanya saja dan 25 responden (6,25%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
yang ada di urutan teratas. Seperti terurai pada tabel IV.55.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Mencoblos tanda gambar partai saja 269 67,25 67,25 67,25
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon yang ada di urutan teratas
25 6,25 6,25 73,50
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon sekenanya saja
35 8,75 8,75 82,25
Tidak mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
71 17,75 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.55. Jika pada saat pencoblosan tidak mengenal calon, kira kira apa yang akan dilakukan ?
Tampaknya peran ‘tokoh’ mulai tergantikan oleh platform atau program parpol. Ini
mudah dipahami, karena dengan kebebasan informasi sekarang, citra tokoh pemimpin dan
pemimpin kharismatik tidak lagi ‘sesempurna’ masa silam, karena dengan mudah citra itu
akan berubah, jika kebusukan politik atau skandal pribadinya diungkap pers. Ditambah lagi,
kharisma pemimpin ternyata tidak menjadi garansi dalam melakukan perubahan, yang
dianggap sebagian responden semakin menurun.
Perubahan pola perilaku pemilih ‘tradisional’ menuju ‘rasional’ ini sebenarnya
merupakan peluang bagus yang harus dimanfaatkan setiap parpol. Ini bisa disiasati dengan
menawarkan program partai yang lebih rasional dan operasional serta berdampak langsung
kepada masyarakat. Retorika-retorika yang sering disampaikan pada masa kampanye silam,
sudah saatnya dirubah dengan logika-logika yang dikemas dalam program parpol yang
berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat; seperti skenario penanggulangan
pengangguran, pertumbuhan dan keadilan ekonomi, akses pada pelayanan publik dengan
indikator-indikator yang lebih terukur. Kampanye monolog perlu disiasati dengan dialog,
termasuk menawarkan caleg-caleg yang lebih kritis dan memiliki integritas yang baik.
Ketika pemilih merasa bingung untuk menentukan pilihan pada pemilu Legislatif,
maka alternatif memilih partai jauh lebih mudah bisa dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan, karena jumlahnya hanya 12 Partai saja, serta jauh lebih sedikit dibandingkan caleg
yang jumlahnya bisa ratusan tertera di surat suara.
78
Aspek pertimbangan memilih partai lebih sederhana. Bisa membedakan partai
nasionalis atau islamis. Bisa partai dominan atau tak dominan di parlemen. Bisa partai lama
atau baru. Bisa partai yang anggotanya di masa jabatan legislatif/eksekutif, paling sedikit
melakukan korupsi atau kejahatan lainnya. Bisa tak ingin memilih partai pemenang pemilu
sebelumnya, atau malah tetap mempertahankannya.
Memilih partai (bukan caleg) masih relevan, karena sistem pemilu kita menerima
memilih partai. Memang, pasal 5 UU No. 8/2012 menyatakan Pemilu 2014 menggunakan
sistem proporsional daftar terbuka untuk DPR serta DPRD I dan II (untuk DPD bersistem
mayoritarian banyak wakil). Sistem pemilu ini dalam penerapan ketat teknis pemilihannya,
memilih caleg/orang. Teknis memilih caleg (tanpa partai) menjadi salah satu pembeda
dengan sistem proporsional daftar tertutup yang memilih partai.
Pemilu 2014 masih menerima pilihan partai saja karena beberapa pertimbangan.
Indonesia masih di fase transisi, dari otokrasi menuju demokrasi. Politik, baik makna
struktural maupun kultural, masih jauh dari masyarakat karena setengah dari usia bangsa
Indonesia hidup di masa pengharaman politik. Pasca-Reformasi, baru tiga kali kita benar-
benar menyelenggarakan pemilu setelah dari 1971 sampai 1997. Keadaan ini menjadikan
penerapan sistem proporsional daftar terbuka di Pemilu 2009 dan 2014 tak utuh sesuai teori.
Seperti yang tertera di tabel berikut ini, meskipun para responden lebih mudah
memilih partai dan menyebutkan pilihan partainya, namun masih lebih banyak responden
yang merahasiakan pilihan partainya yaitu sebanyak 143 dari 400 responden (35,75 %).
Dengan itu, para responden sudah memahami azas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil. Seperti pada tabel IV.56.
79
No. Nama Partai Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
1. PDI Perjuangan 108 27,00 27,00 27,00
2. Partai Golkar 29 7,25 7,25 34,25
3. Partai Gerindra 41 10,25 10,25 44,50
4. Partai Demokrat 34 8,50 8,50 53,00
5. PKB 3 0,75 0,75 53,75
6. PKS 9 2,25 2,25 56,00
7. PAN 8 2,00 2,00 58,00
8. PPP 8 2,00 2,00 60,00
9. Partai Nasdem 7 1,75 1,75 61,75
10. Partai Hanura 9 2,25 2,25 64,00
11. Belum Punya Hak Pilih pada Pemilu 2014 1 0,25 0,25 64,25
12. Rahasia 143 35,75 35,75 100,00
400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 201
Tabel IV.56. Partai politik yang dipilih Responden pada pemilu 2014
Popularitas lembaga legislatif masih didominasi oleh DPR dan DPRD, yang berarti
bahwa lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai utusan daerah, masih kurang
dikenal masyarakat. Pada hasil survey terlihat 43 dari 400 responden (10,75 %) menyatakan
tidak pernah mendengar lembaga Dewan Perwakilan Daerah. Seperti terurai pada tabel IV.57
berikut ini :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Pernah 357 89,25 89,25 89,25Tidak pernah 43 10,75 10,75 100,00Total 400 100,00 100,00
Tabel IV.57. Tanggapan responden, apakah pernah mendengar adanya Dewan Perwakilan Daerah ?
Menurut tanggapan masyarakat tentang siapa yang memilih anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), sebanyak 305 dari 400 responden (76,25 %) menjawab dipilih
oleh Rakyat secara langsung.
80
Namun masih terdapat 77 dari 400 responden (19,25%) yang mengaku bahwa mereka tidak
tahu siapa yang memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), hal tersebut tertera
dalam table IV.58.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
MPR 5 1,25 1,25 1,25
DPR 5 1,25 1,25 2,50
DPRD 8 2,00 2,00 4,50
Rakyat secara langsung 305 76,25 76,25 80,75
Tidak tahu 77 19,25 19,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.58. Tanggapan responden tentang siapa yang memilih anggota DPD ?
Secara umum menyebutkan bahwa masyarakat masih banyak yang belum mengetahui
tentang DPD, hal tersebut dilihat pada table IV.59.
Frequency Percent Frequency Percent
1 Jumlah anggota DPD tiap provinsi adalah 4 orang 85 21,25% 315 78,75%
2 Anggota DPD dipilih secara langsung oleh rakyat 305 76,25% 95 23,75%
3DPD adalah lembaga yang berisi para wakil daritiap provinsi 171 42,75% 229 57,25%
4DPD berwenang memberikan usulan rancanganUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah 146 36,50% 254 63,50%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.59. Pengetahuan responden tentang DPD
No Hal-hal Tentang DPDTahu Tidak tahu
Sedangkan dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat dengan Dewan Pimpinan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Deli Serdang selama ini. Dilihat dari hasil survey menyebutkan
bahwa terdapat 183 responden dari 400 responden (45,75%) menyebut bahwa kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang selama ini “Kurang Puas”. Sedangkan yang terendah 1(satu)
81
responden dari 400 responden (0,25%) menyatakan “Sangat Puas”terhadap kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang. Terlihat pada Tabel IV.60.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sangat puas 1 0,25 0,25 0,25
Puas 56 14,00 14,00 14,25
Kurang Puas 183 45,75 45,75 60,00
Tidak puas 75 18,75 18,75 78,75
Sangat tidak puas 13 3,25 3,25 82,00
Tidak tahu 72 18,00 18,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.60. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Kabupaten Deli Serdang selama ini
Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota Dewan dari tingkat Pusat hingga
Kabupaten, dan kinerja yang harus diperbaiki menurut masyarakat Kabupaten Deli Serdang
menyebutkan bahwa yang tertinggi sebanyak 65 responden dari 400 responden (23,99 %)
menyatakan änggota Dewan yang merupakan perwakilan dan perpanjang tangan rakyat
“Kurang memperhatikan masyarakat”, sedangkan kan yang terendah yang menyatakan
“Biaya Pajak Tinggi”, sebanyak 1 (Satu) orang dari 400 responden (0,37%). Hal tersebut
terpapar di Tabel IV.61.
82
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Biaya pajak tinggi 1 0,37 0,37 0,37
Disiplin bekerja 4 1,48 1,48 1,85
Peduli ke masyarakat 42 15,50 15,50 17,34
Infrastruktur 32 11,81 11,81 29,15
Janji tidak ditepati 28 10,33 10,33 39,48
Memperhatikan Masalah ekonomi Rakyat
23 8,49 8,49 47,97
Membangun desa 17 6,27 6,27 54,24
Kurang memperhatikan masyarakat 65 23,99 23,99 78,23
Meningkatkan kinerjanya 25 9,23 9,23 87,45
Narkoba 1 0,37 0,37 87,82
Perbaikan sistem birokrasi 1 0,37 0,37 88,19
Tidak ada hasil kerja 28 10,33 10,33 98,52
Tidak memperdulikan petani 3 1,11 1,11 99,63
Buat penyuluhan pertanian 1 0,37 0,37 100,00
Total 271 100,00 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.61. Jika tidak puas, kinerja apa yang barus diperbaiki ?
Demikian juga dengan tingkat kepuasan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang
terhadap kinerja Dewan Perwakilan Daerah Provinsi, yang menyatakan “Kurang
Puas”sebanyak 184 orang dari 400 responden (46,00%), kemudian masyarakat yang
merasa”Tiadak Puas” sebanyak 100 dari 400 responden (25,00%). Sedangkan yang terendah
yaitu menyatakan “Sangat Tidak Puas”sebanyak 11 responden dari 400 responden (2,75%).
Hal tersebut dapat dilihat di Tabel IV.62.
83
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Puas 31 7,75 7,75 7,75
Kurang Puas 184 46,00 46,00 53,75
Tidak puas 100 25,00 25,00 78,75
Sangat tidak puas 11 2,75 2,75 81,50
Tidak tahu 74 18,50 18,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.62. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Provinsi selama ini
Sedangkan tingkat kepuasan masyarakat tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat
selama ini. Dari 400 responden terdapat 185 responden (46,25) merasa “Kurang puas”. Dan
yang “Tidak Puas” sebanyak 122 responden dari 400 responden (28,00 %), serta yang merasa
“Puas” tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak 30 responden (7,50%).
Tertera dalam Tabel IV.63.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Puas 30 7,50 7,50 7,50
Kurang Puas 185 46,25 46,25 53,75
Tidak Puas 112 28,00 28,00 81,75
Tidak tahu 73 18,25 18,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.63. Kepuasan responden tentang kinerja DPR selama ini
C.4.2. Politik Uang (Money Politics)
Pendidikan politik yang buruk terhadap pemilih dapat ditelusuri dari adanya politik
uang dalam menggarap suara pemilih dan mempengaruhi preferensi pemilih. Berdasarkan
hasil penelitian ini, ketika ditanyakan apakah ada calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur
anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli Serdang yang
memberikan uang dan sesuatu yang termasuk kategori politik uang, terdapat 73 dari 400
84
responden (18,25%) yang mengakui bahwa dalam Pileg tahun 2014 lalu menerima pemberian
uang, 55 responden (13,75%) menerima barang tertentu, 66 responden (16,50 %) menerima
bantuan sembako, dan 20 responden (5,00%) menerima bantuan bibit/pupuk.
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 18,25% 81,75%
b. Barang tertentu 13,75% 86,25%
c. Sembako 16,50% 83,50%
d. Bibit atau pupuk 5,00% 95,00%Sumber: Data survey tahun 2015
Tabel IV.64. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli
Serdang yang memberikan hal-hal berikut:
Pengaruh pemberian yang diterima oleh responden terhadap pilihannya ternyata tidak
signifikan, dimana terdapat 36 responden dari 400 responden (9,00%) yang memberikan
suaranya dalam Pileg 2014 atas Partai Politik pilihannya terkait dengan pemberian calon
legislatif, tim sukses atau pengurus partai yang mendatangi pemilih.
Kondisi keterpengaruhan atau perilaku pemilih terkait pemberian uang dapat
dijelaskan oleh jawaban responden sebagai keharusan untuk tidak mengingkari
tanggungjawab yang ditunjukkan dalam perilaku pemilih sebagai tanggapan atau mereka
atas pemberian yang telah diterima dengan gambaran bahwa pemberian merupakan perhatian
kepada masyarakat, merasa terbantu secara ekonomi, serta adanya ungkapan aji mumpung
“Kapan lagi kita menerima pemberian dari calon legislatif, kalau bukan saat mereka
memerlukan suara kita, sehingga terima saja uangnya pilihannya kita yang tahu”.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 36 9,00 9,00 9,00
Tidak 364 91,00 91,00 100,00
Total 400 100,0 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.65. Keterpengaruhan responden karena pemberian Uang dan barang
85
C.4.3. Kehadiran Pemilih di TPS pada Pemilu Legislatif tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, erat
hubungannya dengan pengetahuan responden dan sudah terdaftar di DPT (Daftar Pemilu
Tetap). Dari 400 responden mengaku 396 responden (99,00 %) menyatakan terdaftar dalam
DPT, sedang 4 orang (1,00 %) ditemukan tidak terdaftar. Temuan itu diperoleh, karena
responden utama dan 5 responden cadangan yang sudah didaftar tidak ditemukan enumerator,
sehingga langkah berikutnya mengambil keterangan dari responden cadangan terdekat dan
ternyata 4 responden tersebut mengaku belum terdaftar di DPT.
Salah satu indikator tingkat partisipasi politik pemilih dapat ditelusuri dari kehadiran
pemilih di TPS saat pemberian suara dalam Pemilu. Berdasarkan hasil penelitian ini, 97 %
responden menyatakan datang memberikan suaranya di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu.
86
1 Bangun Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )
2 Batang Kuis 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )
4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
7 Gunung Meriah 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
8 Hamparan Perak 18 ( 4,50% ) 2 ( 0,50% )
9 Kutalimbaru 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )
10 Labuhan Deli 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
11 Lubuk Pakam 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )
13 Pantai Labu 19 ( 4,75% ) 1 ( 0,25% )
14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
16 Pancur Batu 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
17 Patumbak 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
18 Sibolangit 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total hadir di TPS 388 ( 97,00% )
Tidak hadir di TPS 12 ( 3,00% )
Jumlah
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.66. Kehadiran Responden datang ke TPS sewaktu Pemilu Legislatif tahun 2014
No Kecamatan
400 (100% )
Ke TPS sewaktu Pileg?
Ya Tidak
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi perhatian, terutama
dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang tidak melakukan pencoblosan
(Golput) ditambah yang tidak terdaftar. Persoalan registrasi pemilih yang masih
mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang,
ternyata masih memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data
87
pemilih, diakibatkan adanya kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door
menjumpai masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat digunakan sebagai
rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih, sementara penduduk belum
melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu Keluarga. Keadaan ini dapat mengakibatkan
pemilih berpeluang untuk mencoblos lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas keberadaan
orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya jumlah pemilih tidak
terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat melanggar asas Jurdil Pemilu.
Fenomena tingginya angka ghost-voter terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang
tidak terdaftar dan pemilih terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang
mendatangkan masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat
menjadi bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
Hasil Pemilu Legislatif Tahun 2014 tingkat DPRD Kabupaten Deli Serdang, adalah
seperti pada tabel berikut ini.
88
No Dapil Nasdem PKB PKS PDIP Golkar Gerindra Demokrat PAN PPP Hanura PBB PKPI Jumlah suara sah
Jumlah suara tidak sah
Jumlah Suara sah dan Tidak Sah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Sunggal 3.394 1.972 8.079 10.051 27.887 11.573 7.004 7.151 3.031 3.341 2.783 5.010 91.276 4.396 95.672
2 Hamparan Perak 3.204 9.045 3.175 4.810 7.657 4.781 7.691 8.538 4.407 7.433 1.492 1.585 63.818 3.414 67.232
3 Labuhan Deli 1.050 1.946 1.066 3.307 998 4.653 5.811 794 1.437 786 192 227 22.267 1.152 23.419
Percut Sei Tuan 7.674 10.834 10.144 17.937 16.377 21.403 15.786 8.505 15.185 6.017 5.731 2.858 138.451 1.395 139.846
1Tanjung Morawa 8.982 7.293 4.207 11.641 13.448 5.322 11.362 6.224 5.284 6.522 1.668 3.216 85.169 2.116 87.285
Patumbak 3.504 731 2.287 4.558 3.448 6.075 3.019 1.777 3.122 2.880 725 1.621 33.747 1.197 34.944
1 Batang Kuis 1.422 1.747 2.588 2.587 1.725 1.879 2.358 3.289 1.723 486 3.434 364 23.602 1.179 24.781
23 Lubuk Pakam 993 401 1.474 6.944 6.642 4.700 4.150 6.429 1.807 457 1.735 2.644 38.376 1.304 39.680
Pagar Merbau 616 262 787 2.808 5.031 2.890 627 3.054 549 310 360 264 17.558 636 18.194
Pantai Labu 705 491 1.242 2.216 3.849 2.407 2.915 1.226 317 303 1.813 1.102 18.586 1.223 19.809
1 Beringin 1.843 593 1.843 3.042 3.319 7.330 1.477 1.889 945 1.913 402 1.553 26.149 864 27.013
1 Gunung Meriah 82 10 22 390 528 179 131 2 30 142 0 12 1.528 42 1.570
2 STM Hulu 248 80 279 864 1.665 279 337 319 208 1.700 74 50 6.103 160 6.263
3 STM Hilir 597 486 960 3.040 2.290 655 899 938 283 3.814 248 200 14.410 433 14.843
4 Bangun Purba 1.079 200 839 1.019 1.274 1.363 2.146 1.285 143 1.205 1.038 17 11.608 459 12.067
5 Galang 4.176 1.118 2.124 4.055 3.561 2.208 2.585 4.031 551 4.734 2.388 20 31.551 1.104 32.655
1 Sibolangit 584 125 115 1.888 2.144 1.125 1.781 413 23 1.306 24 209 9.737 273 10.010
2 Kutalimbau 2.275 294 551 1.455 1.985 3.368 2.584 262 932 2.398 59 155 16.318 416 16.734
3 Pancur Batu 1.251 524 2.264 5.722 4.731 5.242 5.681 1.545 662 5.950 325 1.095 34.992 1.258 36.250
4 Namorambe 468 436 965 7.576 1.616 1.734 859 378 326 419 131 366 15.274 403 15.677
5 Biru-biru 2.314 383 780 2.064 2.563 3.285 584 1.310 544 235 116 1.131 15.309 462 15.771
6 Deli Tua 2.010 1.694 1.543 3.677 4.425 1.661 917 2.808 2.586 611 2.301 463 24.696 836 25.532
48.471 40.665 47.334 101.651 117.163 94.112 80.704 62.167 44.095 52.962 27.039 24.162 740.525 24.722 765.247
6,55% 5,49% 6,39% 13,73% 15,82% 12,71% 10,90% 8,39% 5,95% 7,15% 3,65% 3,26% 100,00%
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.67. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Partai Politik untuk DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Jumlah Perolehan Suara
Presentase Perolehan Suara
Deli Serdang 1
Deli Serdang 2
Deli Serdang 3
Deli Serdang 4
Deli Serdang 5
Deli Serdang 6
89
Berdasarkan Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014,
jumlah pemilih terdaftar sebanyak 1.338.124 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari
pemungutan suara sesuai Tabel IV.67. Rekapitulasi Perolehan Suara Partai Politik untuk
DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah sebanyak 765.247
suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten Deli Serdang di Kabupaten Deli Serdang sebesar 57.19% (Sumaber : Data
KPU DS)
D. Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
D.1 Landasan/Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
1. Undang-Undang No 42 Tahun 2008, Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
2. Undang-Undang No 15 Tahun 2011, Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13 Tahun 2012, No. 11 Tahun
2012, No. 01 Tahun 2012, Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
4. Peraturan KPU No. 4 Tahun 2014 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
5. Peraturan KPU No. 09 Tahun 2014 Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Dalam
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
6. Peraturan KPU No. 19 Tahun 2014 Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara di
TPS Dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
90
D.2. Data Pemilih Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
L P JLH L P JLH1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.025 1.064 2.089 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.589 4.706 9.295 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.448 7.848 15.296 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 13.079 13.885 26.964 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 31.231 32.620 63.851 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.439 13.149 25.588 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.457 13.144 25.601 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.740 12.001 23.741 75
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 8.095 8.237 16.332 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.677 23.504 46.181 124
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.145 75.973 151.118 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.066 32.173 64.239 134
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 20.266 21.076 41.342 86
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 95.165 93.979 189.144 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 54.089 52.878 106.967 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 22.206 21.438 43.644 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.914 133.315 268.229 580
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.221 23.344 46.565 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.441 16.114 32.555 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.723 19.838 39.561 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.079 41.579 81.658 186
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 13.026 13.103 26.129 70
394 935.240 911.022 1.846.262 671.121 674.968 1.346.089 3.371Sumber : Data KPU-DS
KecamatanJumlah Desa/
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang
Jumlah
Jumlah TPS
PilpresJumlah PemilihNo
D.3. Sosialiasi Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden tahun 2014 untuk memilih pemimpin negara kesatuan Republik
Indonesia yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu memerlukan kegiatan
sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak
pilihnya pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 khususnya di daerah
pemilihan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan
pemimpin negara.
Kegiatan sosialisasi tentang informasi sistem pemilihan pasangan Calon
Presiden/Wakil Presiden yang lebih intens dilakukan eskpos melalui media, sehingga
91
pengetahuan pemilih tentang teknis pelaksanaan Pemilu Presiden lebih baik. Kegiatan ini
diyakini mampu mengatasi kekurangan informasi tentang sistem pencoblosan pada pemilu
Pilpres tahun 2014 lalu, karena hanya akan mencoblos 2 (dua) pasangan saja. Seperti yang
terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 336 84,00 84,00 84,00
Belum memadai 50 12,50 12,50 96,50
Tidak ada 14 3,50 3,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.69. Tanggapan responden tentang informasi mengenai sistem pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Belum mengetahui programnya 3 6,00 6,00 6,00
Informasinya belum jelas 10 20,00 20,00 26,00
Kurang sosialiasi melalui media 3 6,00 6,00 32,00
Kurang sosialisasi ke masyarakat 25 50,00 50,00 82,00
Masyarakat apatis 3 6,00 6,00 88,00
Sosialisasi kepada masyarakat secara langsung
3 6,00 6,00 94,00
Tidak mengikut perkembangan politik 3 6,00 6,00 100,00
Total 50 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.70. Alasan belum memadai
Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil dan track record calon
Presiden dan Wakil Presiden, 23 dari 400 responden (5,75 %) menyatakan tidak mendapat
informasi, 52 responden (13,00 %) menyatakan belum memadai, dengan alasan tertinggi
kurang mengenal calonnya sebanyak 20 responden (38,46 %) . Meskipun terdapat 325
responden (81,25 %) menyatakan informasi yang dimaksud sudah memadai, seperti yang
tertera pada tabel berikut ini.
92
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sudah memadai 325 81,25 81,25 81,25
Belum memadai 52 13,00 13,00 94,25
Tidak ada 23 5,75 5,75 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.71. Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil, track record calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Informasi belum jelas 5 9,62 9,62 9,62
Kurang mengenal calonnya 20 38,46 38,46 48,08
Kurang sosialisasi di media 5 9,62 9,62 57,69
Kurang sosialisasi ke masyarakat 12 23,08 23,08 80,77
Tidak mengerti 5 9,62 9,62 90,38
Tidak mengikuti perkembangan politik 5 9,62 9,62 100
Total 52 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
IV.72. Alasan belum memadai
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 dengan memberikan skor 1-10, dimana,
penilaian dari angka 1 sampai 5, merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk
angka 6 -10, merupakan penilaian yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam
mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu 2014 dan sosialisasi partai politik pendukung yang
berkontes, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi
ternyata merupakan media yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 334 orang
(83,50%), diikuti dengan iklan luar ruang sebesar 293 Orang (73,25 %), serta Iklan/Berita di
Surat Kabar/ Majalah sebanyak 240 responden (60,00%). Sedangkan publikasi melalui media
sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak 301 responden (75,25
%) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian juga dengan media
online sebanyak 295 responden (73,75 %) dan kunjungan pengurus partai politik pendukung
sebanyak 247 responden (61,75%)
93
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 11,25% 0,25% 0,00% 1,00% 4,00% 8,25% 22,00% 28,50% 10,75% 14,00%
b. Iklan/Berita di Radio 31,75% 7,00% 3,00% 5,75% 13,00% 16,50% 14,75% 5,75% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll 23,50% 2,00% 2,25% 4,00% 8,25% 17,75% 18,75% 16,00% 3,00% 4,50%
d. Iklan/Berita di media online 45,75% 7,25% 4,25% 5,75% 10,75% 11,00% 7,25% 5,50% 1,50% 1,00%
e. Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
50,75% 5,75% 4,75% 5,50% 8,50% 12,25% 7,00% 3,75% 0,75% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
14,25% 0,75% 2,50% 1,25% 8,00% 12,50% 19,25% 26,00% 8,75% 6,75%
g. Kampanye Partai Politik 21,75% 2,00% 4,00% 4,50% 15,50% 21,50% 12,75% 12,50% 3,50% 2,00%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik 28,00% 3,00% 5,00% 7,00% 18,75% 20,00% 9,00% 5,75% 2,25% 1,25%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28,50% 1,25% 3,75% 4,00% 10,50% 20,75% 15,25% 12,75% 1,75% 1,50%
k. Pendidikan Politik 50,00% 4,50% 6,75% 4,00% 8,25% 11,00% 4,75% 8,25% 1,75% 0,75%
l. Lainnya, sebutkanSumber: Data Survey, Juli 2015
No Bentuk media sosialisasiS K O R (persen)
IV.73. Skor penilaian Responden terhadap bentuk media sosialisasi yang efektif tentang Calon Presiden/Wakil Presiden peserta Pemilu tahun 2014 lalu:
D.4. Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Pipres tahun 2014 lalu, erat hubungannya
dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya dalam DPT, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kondisi yang sama dengan terdaftarnya responden di dalam Pileg, dimana
396 (99 %) orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan ini disebabkan oleh pengetahuan pemilih atas terdaftarnya
mereka dalam DPT, karena responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir
pendaftaran, dan ingatan responden manakala petugas datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkannnya sebagai calon pemilih Pileg tahun 2014 lalu.
94
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.6. Apakah terdaftar sebagai pemilih pada Pilpres ?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
95
Ya Tidak1 B. Purba 24(6%) 1(0,3%)
2 Batang Kuis 10(2,5%) 0(0%)
3 Beringin 8(2%) 2(0,5%)
4 Biru-biru 15(3,8%) 0(0%)
5 Deli Tua 10(2,5%) 0%
6 Galang 29(7,5%) 1(0,3%)
7 Gunung Meriah 10(2,5%) 0(0%)
8 Hamparan Perak 18(4,5%) 2(0%)
9 Kutalimbaru 15(3,8%) 0(0%)
10 Labuhan Deli 10(2,5%) 0(0%)
11 Lubuk Pakam 15(3,8%) 0(0%)
12 Namorambe 35(5,5%) 0(0%)
13 P. Labu 19(4,8%) 1(0%)
14 Percut Sei Tuan 19(4,8%) 1(0,3%)
15 Pagar Merbau 15(3,8%) 0(0%)
16 Pancur Batu 23(6,3%) 2(0,5%)
17 Patumbak 10(2,5%) 0(0%)
18 Sibolangit 29(7,3%) 1(0,3%)
19 STM Hilir 15(3,8%) 0(0%)
20 STM Hulu 20(5%) 0(0%)
21 Sunggal 14(3,5%) 1(0%)
22 Tanjung Morawa 23(5,5%) 2(0,5%)
Total 386 (96,50 % ) 14 (5,50% )Sumber: Data Survey, Juli 2015
No KecamatanApakah datang ke TPS sewaktu Pilpres ?
Tabel IV.74. Kehadiran responden pada Pilpres Tahun 2014
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu Presiden dan wakil Presiden mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada pasangan calon tertentu, merupakan keputusan yang
dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat
pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh
partai politik pengusung calon yang dialami pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam
mengakses layanan publik dapat pula mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam
mengidentifikasikan calon pilihannya atau berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik
tertentu.
96
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Janji 1 7,14 7,14 7,14
Karena katanya membantu masyarakat 1 7,14 7,14 14,29
Pulang kampong 1 7,14 7,14 21,43
Sedang ada pekerjaan 3 21,43 21,43 42,86
Tidak ada surat memilih 7 50,00 50,00 92,86
Tidak terdaftar 1 7,14 7,14 100,00
Total 14 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.75. Alasan tidak mencoblos pada Pilpres 2014
Dalam pelaksanaan pemilu Presiden dan wakil Presiden 2014 lalu, ternyata tingkat
kesiapan pemilih untuk memantapkan pilihannnya sebelum masuk kedalam bilik suara sudah
tinggi, dimana hanya 383 responden (95,75%) yang telah memiliki preferensi pilihan
pasangan calon yang akan dipilih, sedangkan 10 responden (2,50%) belum memiliki pilihan
saat memasuki bilik suara, sehingga pilihannya dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan
kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik dan ‘gambling’. Dan sebanyak 7 responden
(1,75%) enggan untuk menjawab pertanyaan dari enumerator.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.7 Apakah mempunyai kesiapan untuk mencoblos calon presiden dan wakil Presiden ?
95,75%
2,50% 1,75%
Ya 383
Tidak 10
Tidak menjawab 7
97
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.76. Perilaku responden di dalam bilik suara, apakah memilih calon presiden dan wakil presiden sesuai yang akan dipilih sebelum sampai di TPS pada Pemilu 2014
Terkait dengan politik uang dan pemberian barang pada pemilihan umum Presiden
dan wakil Presiden tahun 2014, responden menjawab beberapa hal seperti pada tabel berikut.
Bentuk Pemberian
a. Uang
b. Barang tertentu
c. Sembako
d. Bibit atau pupuk
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Ya Tidak
Tabel IV.77. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur Calon Presiden dalam Pilpres 2014 lalu yang memberikan hal-hal berikut ini
1,75% (7)
3,75% (15)
3,5% (14)
2% (8)
98,25% (393)
96,25% (385)
96,5% (386)
98% (392)
Dampak dari politik uang atau pemberian barang tertentu dari pasangan calon, partai
politik pengusung dan tim sukses pasangan calon menunjukkan bahwa hanya 11 responden
(2,75%) menyatakan mencoblos karena pemberian tersebut sedangkan 389 responden
(97,25%) menyatakan tidak terpengaruh oleh pemberian yang disebutkan diatas, seperti dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 11 2,75 2,75 2,75
Tidak 389 97,25 97,25 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.78. Keterpengaruhan responden karena Pemberian Uang dan barang
98
Dalam mengambil keputusan terkait dengan memilih pasangan calon Presiden dan
wakil Presiden pada pemilu 2014 tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan para pemilih,
hal-hal dimaksud adalah Jenis kelamin, Agama, Asal suku, asal partai politik dan program
calon. Hasil survey menunjukkan seperti tabel di bawah ini.
No Faktor
1 Jenis kelamin calon
2 Agama calon
3 Asal suku bangsa calon
4 Asal partai politik
5 Program calon
Sumber: Data Survey, Juli 2015
84,25%
Tak menjadi pertimbangan
47,75%
47,00%
82,25%
68,75%
15,75%
Menjadi pertimbangan
52,25%
53,00%
17,75%
31,25%
Tabel IV.79. Faktor pertimbangan Responden untuk memilih calon Presiden danWakil Presiden
99
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Gunung Meriah
Tjg Morawa Sibolangit Kutalimba
ruPancur Batu
Namorambe
S ibiru-biru S TM Hilir Bangun
Purba Galang STM Hulu Patumbak Jumlah Dipindah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Prabowo – Hatta 346 53.850 1.544 5.830 14.120 6.089 5.521 4.465 4.991 17.163 1.225 21.645 136.789
2 Jokowi-Jusuf Kalla 1.174 38.606 8.376 10.574 24.919 9.772 10.274 10.386 6.222 12.898 5.003 15.801 154.005
1.520 92.456 9.920 16.404 39.039 15.861 15.795 14.851 11.213 30.061 6.228 37.446 290.794
31 362 54 79 139 65 88 70 36 131 38 151 1.244
1.551 92.818 9.974 16.483 39.178 15.926 15.883 14.921 11.249 30.192 6.266 37.597 292.038
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Jumlah Pindahan
Deli Tua S unggalHamparan
PerakLabuhan
DeliPercut Sei
TuanBatang Kuis
Lubuk Pakam
Pagar Merbau
Pantai Labu Beringin
Jumlah Akhir Presentase
1 Prabowo-Hatta 136.789 15.102 53.262 44.699 15.933 91.428 16.245 18.379 10.146 10.445 12.254 424.682 53,19%
2 Jokowi-Jusuf Kalla 154.005 11.411 52.339 23.338 10.437 62.678 8.625 21.223 7.753 8.143 13.808 373.760 46,81%
290.794 26.513 105.601 68.037 26.370 154.106 24.870 39.602 17.899 18.588 26.062 798.442
1.244 139 387 205 79 531 95 136 69 97 73 3.055
292.038 26.652 105.988 68.242 26.449 154.637 24.965 39.738 17.968 18.685 26.135 801.497
Sumber: KPU Deli Serdang, 2014
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Tabel IV.80. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang
Jumlah Suara Sah
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Jumlah Suara Sah
100
Berdasarkan Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.346.089 pemilih tetapi jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan
suara sesuai Tabel IV.80. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang dan jumlah suara tidak sah sebanyak
801.497 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang sebesar 59.54% (Sumaber : Data KPU DS)
101
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang sudah dipaparkan pada bab-bab terdahulu, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Partisipasi Pemilih dalam setiap Pemilu di Kabupaten Deli Serdang dapat ditelusuri dari
kehadiran dan ketidakhadiran (voter turn-out) di Tempat Pemungutan Suara (TPS)
yang dipengaruhi beragam penyebab. Salah satu hal terkait masalah kehadiran pemilih
dalam Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kecenderungan bahwa: (a) Akurasi tahapan pemutakhiran data
pemilih. Persoalan paling sensitif dalam pelaksanaan pemilu Kabupaten Deli Serdang
yang paling rawan berhubungan dengan adanya NIK Ganda (b) Dinamika mobilitas
penduduk yang tergolong pada komuter yaitu penduduk yang bekerja di kota Medan
secara ulang-alik ke Kabupaten Deli Serdang, dimana terdaftar sebagai penduduk yang
memiliki KTP Kabupaten Deli Serdang, namun karena mereka harus bekerja di Kota
Medan dan tidak libur secara fakultatif menyebabkan ketidak pastian mereka dalam
kehadirannya di TPS. (c) Persebaran luasnya lahan Eks HGU perkebunan,
menyebabkan tingginya angka penggarap yang berasal dari banyak Kabupaten/kota lain
Sumatera Utara yang menjadi pemukim di Kabupaten Deli Serdang, yang belum
berstatus penduduk yang terdaftar dalam DPT Pemilu di Kabupaten Deli Serdang. (d)
Masalah tinggi rendahnya kehadiran dan ketidak hadiran pemilih (voting turn-out)
bersumber dari kekurang akuratan DPT Pemilu yang diakibatkan oleh metode verifikasi
dan pemutakhiran data pemilih sehubungan dengan fenomena “ghost voter”, yaitu
pemilih yang terdaftar dalam DPT yang digunakan sebagai referensi undangan terhadap
pemilih, tetapi pada saat hari H ternyata tidak datang atau tidak hadir ke TPS. Ketidak
hadiran pemilih (voter in-absentia) di TPS karena faktor diatas diakibatkan oleh
penduduk yang telah meninggal, pindah, melanjutkan studi dan bekerja di perantauan
(daerah lain) tetapi masih tetap terdaftar dalam Kartu Keluarga dan DPT yang disahkan
oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
2. Tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau
102
elite politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang
berdampak pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit
dengan aspirasi masyarakatnya. Kondisi ini tergambar dari keikutsertaan dari
responden sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi
keagamaan (36,5 %) dan organisasi sosial (15,5 %). Sedangkan yang aktif dalam
kegiatan LSM dan partai politik sangat rendah yaitu masing-masing 1,5 % dan 1,3%.
3. Pengenalan pemilih yang dijadikan responden dalam penelitian ini terhadap figure
calon legislatif, calon kepala daerah, mulai dari tingkat Gubernur sampai Bupati, dan
Presiden serta Partai Politik yang dipilih ternyata banyak dipengaruhi oleh faktor
sosialisasi politik yang telah diterima, karena faktor tersebut dapat mempengaruhi dan
merubah preferensi pemilih terhadap Capres/Cawapres, caleg pilihannya dan Parpol,
terutama bagi para responden yang baru pertama sekali mengikuti Pemilu atau
mengejawantahkan kedaulatan politiknya dalam memilih pejabat politik yang
mewakilinya di lembaga legislatif dan pemerintahan.
4. Tingkat kepuasaan masyarakat (pemilih) terhadap kinerja Pemerintah (Nasional,
Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang) yang rendah juga menjadi salah
satu penyebab rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Deli Serdang,
dimana masyarakat Deli Serdang beranggapan bahwa siapapun yang dipilih, tidak aka
nada perubahan yang mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, terbukti dari
banyaknya persoalan mulai dari harga bahan pokok yang terus meningkat, fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang belum merata serta infrastruktur jalan yang belum
terbangun sampai ke desa-desa terpencil.
5. Kurangnya sosialisasi mengenai kepemiluan mulai dari Pilkada Kepala Daerah
(Gubernur dan Bupati), Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu
Presiden/Wakil Preside yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu (KPU) dan Partai
Politik juga berperan penting dalam menyebabkan rendahnya partisipasi Pemilih dalam
setiap momen pemilihan umum di Kabupaten Deli Serdang.
103
B. REKOMENDASI
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi dalam mengatasi
rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam setiap pemilu di Kabupaten Deli Serdang adalah
sebagai berikut :
1. Konsekuensi dari fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang hadir ke TPS dapat
menimbulkan persoalan yang menjadi titik rawan dalam setiap penyelenggaraan
pemilu legislatif, pilpres dan Pilkada. Karena itu, masalah pemutakhiran data pemilih
harus dilakukan dengan ketelitian dan sistem yang andal setiap tahun oleh KPU
Kabupaten Deli Serdang bersama dengan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yaitu
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Deli Serdang dengan
menetapkan metode verifikasi dan revisi data pemilih secara terukur dan faktual.
2. Kualitas Pemilui tidak dapat hanya diukur dari tingginya partisipasi pemilih yang
hadir ke TPS tanpa dibarengi prilaku pemilih yang rasional. Karena ini KPU Deli
Serdang harus bekerjasama dengan berbagai pihak diantaranya Partai Politik, DPRD,
dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan pendidikan pemilih secara
reguler dengan sistem pendidikan politik yang dilengkapi dengan kurikulum yang
aplikatif yang dapat memenuhi tujuan demokratisasi dan kedaulatan rakyat.
3. Sosialisasi yang intens dengan menggunakan media-media kreatif yang mudah
dijangkau/diakses oleh Pemilih dan juga memanfaatkan tokoh-tokoh masyarakat
(Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Perempuan) untuk dapat lebih cepat
menyampaikan informasi baik mengenai tahapan pemilu maupun berkaitan dengan
calon/peserta pemilu baik kepala daerah, legislative maupun presiden.
104
DAFTAR PUSTAKA
American Center For International Labor Solidarity (ACILS), (1999), A Handbook For
Long-term Election Monitors: Indonesian General Elections 1999.
Budiarjo, Miriam (1994), Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Burns, D. (2000), “Can Local Democracy Survive Governance?” , Urban Studies, Vol. 37,
No. 5-6.
Burns, D., Hambleton, R. & Hogget, P. (1994), The Politics of Decentralisation
(Basingtoke: Macmillan).
Diamond, Larry (ed.), (1988), Democracies in Developing Countries, Lynne Riener Pub.,
Boulder, Colorado, vol. 3.
Duverger, Maurice, 2002, Sosiologi Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Feith, Herbert dan Castles, Lance (1988), Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965,
LP3ES, Jakarta.
Firmanzah, 2010, Persaingan, Legitimasi, Kekuasaan dan Marketing Politik: Pembelajaran
Politik Pemilu 2009, Yayasan Obor, Jakarta.
Grote, J. R and Gbikpi, B., eds (2002) Participatiry Governance, Opladen : Verlag Leske +
Budrich.
Harun, Rochayat dan Sumarno, 2006, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Mandar Maju,
Bandung.
Held, David, 1996, Model of Democracy, Stanford University Press, Cambridge.
Marijan, Kacung, 2010, Sistem Politik Indonesia, Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru,
Penerbit Kencana, Jakarta.
Mas’oed Mochtar dan Mac Andrews, Colin, (2001), Perbandingan Sistem Politik, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Musa, Ali Masykur, 2003, Sistem Pemilu: Proporsional Terbuka Setengah Hati, Pustaka
Indonesia Satu, Jakarta.
Rahman, Arifin, 2002, Sistem Politik Indonesia, Dalam Perspektif Struktural Fungsional,
Penerbit SIC, Surabaya.
105
Richardson, Henry S., 2002, Democratic Authonomy: Public Reasoning about the Ends of
Policy, Oxford University Press, New York.
Riswandi, 2009, Komunikasi Politik, Graha Ilmu Universitas Mercubuana, Jakarta.
Roode, Charlton Clymer, dkk, 2000, (terj.), Pengantar Ilmu Politik, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Romli, Lili, 2010, Evaluasi Pemilu Legislatif 2009, Tinjauan atas Proses Pemilu, Jurnal
Penelitian Politik, Vol. 7 No. 1/2010, LIPI, Jakarta.
Schmitter, P. (2000). “Participation in Governance Arrangement” , (in) Grote, J. R. and
Gbikpi, B., eds (2002).
United States Information Service (USIS), (tanpa tahun), Unsur-Unsur Pemilihan Umum
Demokratis dalam Apakah Demokrasi Itu? (Jakarta: USIS, Indonesia)
Varma, SP, 1999, Teori Politik Modern, PT Raja Grafindo Utama, Jakarta.
Wilopo, (1978), Zaman Pemerintahan Partai-Partai Dan Kelemahan- Kelemahannya,
Yayasan Idaya, Jakarta.
i
LAPORAN HASIL SURVEY PARTISIPASI PEMILIH; KEHADIRAN
DAN KETIDAK HADIRAN PEMILIH DI TPS (VOTER TURN-OUT)
PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG
Jl. Karya Jasa No. 8 Lubuk Pakam www.kpu-deliserdangkab.go.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemilu yang berlangsung di Indonesia pasca reformasi sudah empat kali yaitu tahun
1999, tahun 2004, tahun 2009, dan tahun 2014. Pemilu merupakan sarana dan instrumen
demokrasi bagi rakyat untuk mengelola partisipasi politiknya. Karena secara teoritik pemilu
merupakan salah satu arena memikat hati kalangan pemilih maupun calon pemilih agar partai
dipilih sehingga lolos threshold bahkan mampu menang dan menjadi partai politik mayoritas
dalam parlemen. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Romli (2010:93) menunjukkan
bahwa dalam menarik minat pemilihnya maka bentuk komunikasi politik yang paling kerap
dilakukan partai politik adalah kegiatan kampanye dalam Pemilu legislatif (Pileg) tahun 2009
dengan empat kecenderungan tipe pesan kampanye yaitu (1) identitas diri, (2) penonjolan
perestasi, (3) penonjolan ideologi, dan (4) pemaparan program. Media komunikasi politik
yang digunakan sudah mulai beragam baik yang konvensional (spanduk, brosur, kalender)
maupun yang modern (facebook, sms, email).
Sebaliknya kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam
menyumbangkan suaranya dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada partai politik dan kandidat tertentu, merupakan keputusan
yang dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan
dapat pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dialami
oleh pemilih. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat mempengaruhi pola
ekspresi pemilih terhadap identifikasi parpol pilihan atau berafiliasinya dalam partai politik.
Penilaian pemilih terhadap pola akomodasi kepentingan rakyat terhadap legislatif dan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi
dan pandangan masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas peserta Pemilu tahun
2014 lalu. Berdasarkan hasil penelitian Romli (2010: 94) bahwa prilaku memilih dalam
Pemilu tahun 2009 lalu memperlihatkan kecenderungan: (1) secara demografis, maka
kecenderungan pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi
(suku, jenis kelamin, dan agama) (2) perbedaan konsentrasi basis massa partai politik
mempengaruhi perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka
peranan patrón sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih
mempengaruhi pilihan masyarakat yang tinggal di pedesaan dan ada temuan berlangsungnya
2
perilaku transaksional, sedangkan di perkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari
media tv, radio, koran dapat mempengaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang
signifikan atas perolehan suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka
pemilih yang rasional idealis (kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi,
platform dan program parpol ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional
realistis (mempertimbangkan kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Ekspektasi atas peningkatan partisipasi pemilih dalam rangkaian Pemilu yang telah
berlangsung selama ini di Kabupaten Deli Serdang ternyata menggambarkan fakta yang
berbeda. Terjadi fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang kadang tinggi ataupun rendah,
sehingga menjadi relevan dan penting untuk dievaluasi dan dikaji faktor kausalnya. KPU
Kabupaten Deli Serdang sebagai Penyelenggara Pemilu memandang langkah evaluasi
melalui suatu riset untuk mendalami faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap
partisipasi politik pemilih berdasarkan kehadiran dan ketidak hadiran di TPS dalam Pemilu
Legislatif tahun 2014, Pemilu Presiden tahun 2014 dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
tahun 2013 lalu.
B. Perumusan Masalah
Dari paparan di atas, yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah bentuk, metode, dan saluran komunikasi dan pendidikan politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
serta Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu untuk meningkatkan
kehadiran pemilih ke TPS?
2. Bagaimanakah tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu Legislatif,
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun
2013 lalu?
3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kehadiran dan ketidakhadiran pemilih dalam
Pemilu Legislatif, dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pilkada Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2013 lalu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan kajian ini terkait dengan:
1. Untuk menggambarkan bentuk, metode, dan saluran komunikasi politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan
3
Pilkada Kabupaten Deli Srdang tahun 2014 yang lalu dalam upayanya
meningkatkatkan kehadiran pemilih di TPS-TPS.
2. Untuk menggambarkan tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu
legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2013 lalu?
3. Untuk menggambarkan karakteristik faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran dan
ketidakhadiran pemilih dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu.
D. Manfaat Penelitian
Adapun signifikansi penelitian ini, sebagai:
1. Referensi mengenai deskripsi ragam komunikasi dan pendidikan politik berbasis
evaluasi proses Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, khususnya
dokumen yang menggambarkan kondisi kecenderungan partisipasi politik pemilih.
2. Database mengenai gambaran pandangan dan harapan pemilih yang mempengaruhi
tingkat partisipasi politiknya khususnya kehadiran dan ketidakhadiran di TPS-TPS
dalam setiap Pemilu 2014 lalu, yang dapat dimanfaatkan oleh penyelenggara Pemilu
dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya untuk strategi peningkatan
partisipasi pemilih dalam Pemilu berikutnya.
4
BAB II
METODOLOGI
A. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilih Kabupaten Deli Serdang yang ikut serta
dan tidak ikut memberikan suara dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden, dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu, baik laki-laki maupun
perempuan.
Luasnya wilayah sampel dan besarnya jumlah populasi serta kerumitan dalam
mengidentifikasi responden, menjadi dasar utama peneliti dalam menetapkan teknik
penarikan sampel dan responden penelitian ini secara acak sederhana berbasis data DPT
(Data Pemilih Tetap) Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, karena Pemilu Legislatif tahun 2014
lalu adalah tahapan Pemilu yang paling awal dan DPTnya dipelakukan sebagai basis data
pemilih yang diperbaiki oleh KPU Kabupaten Deli Serdang untuk pembaruan DPT Pemilu
lainnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi DPT Pemilu Legislatif oleh KPU Deli Serdang, maka
jumlah pemilih terdaftar pada 394 PPS, 3485 TPS adalah 1.338.124 orang,
Dengan teknik multistage sampling, wilayah sampel Kecamatan ditetapkan keseluruhan
yaitu 22 kecamatan. Sedangkan pemilihan wilayah sampel desa ditetapkan secara purposive
dan proporsional dengan teknik acak sederhana. Jumlah responden penelitian adalah 400
(empat ratus) orang, dimana jatah masing-masing wilayah sampel kecamatan dan desa
ditetapkan berdasarkan proporsionalitas. Penetapan responden yang diwawancarai secara
berstruktur pada desa dan kelurahan terpilih dalam penelitian ini dilakukan sesuai prinsip
acak sederhana berbasis DPT PPS sesuai kuota yang dimiliki masing-masing. Responden
terpilih ditemui dan diwawancarai oleh enumerator sesuai dengan teknik wawancara
berstruktur.
Unit analisa penelitian ini adalah individu, bukan rumah tangga (household). Alasannya
karena hak memilih adalah hak politik dan keputusan individual, bukan keputusan kolektif,
selaras dengan prinsip pemilu yang salah satu sifatnya adalah rahasia.
5
Tabel II.1 Kerangka Sampel Penelitian
No Kecamatan Jumlah
Pemilih
Jumlah
Desa/Kelu
rahan
Proporsi
Sampel
Desa
(20 %)
Jumlah Responden
F %
1 GUNUNG MERIAH 2.105 12 2 10 2,50
2 STM. HULU 9.385 20 4 20 5,00
3 SIBOLANGIT 15.396 30 6 30 7,50
4 KUTALIMBARU 26.439 14 3 15 3,75
5 PANCUR BATU 63.265 25 5 25 6,25
6 NAMORAMBE 25.630 36 7 35 8,75
7 BIRU-BIRU 25.433 17 3 15 3.75
8 STM. HILIR 23.680 15 3 15 3.75
9 BANGUN PURBA 15.787 24 5 25 6.25
10 GALANG 45.796 29 6 30 7.50
11 TANJUNG
MORAWA
152.445 26 5 25 6.25
12 PATUMBAK 64.140 8 2 10 2.00
13 DELI TUA 39.127 6 2 10 2.00
14 SUNGGAL 187.733 17 3 15 3.75
15 HAMPARAN PERAK 105.570 20 4 20 5.00
16 LABUHAN DELI 41.917 5 2 10 2.50
17 PERCUT SEI TUAN 267.977 20 4 20 5.00
18 BATANG KUIS 46.920 11 2 10 2.50
19 PANTAI LIBU 33.403 19 4 20 5.00
20 BERINGIN 38.338 11 2 10 2.50
21 LUBUK PAKAM 81.886 13 3 15 3.75
22 PAGAR MERBAU 25.752 16 3 15 3.75
Jumlah 1.338.124 394 80 400 100,00
B. Teknik Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan teknik survey yang menggunakan kuesioner
sebagai instrumen utama digunakan sebagai pedoman wawancara berstruktur. Dalam hal ini
6
peneliti yang dibantu oleh enumerator mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden
untuk mendapatkan jawaban mengenai variabel penelitian yang relevan. Data utama studi ini
dikumpulkan dengan menyebarkan seperangkat pertanyaan tertutup dan terbuka dalam
kuesioner yang menguraikan tujuan dalam ruang lingkup penelitian ini, yang meliputi (a)
identitas pemilih berdasarkan karakteristik status sosial ekonomi, etnis dan regionalitas,
pengalaman sosialisasi dan partisipasi politik (b) Pola perilaku dan preferensi pemilih dalam
dalam menentukan pilihannya pada Pemilu 2014 lalu, (c). Dampak pemberitaan media
sosialisasi dan intensitas komunikasi politik terhadap kehadiran pemilih di TPS-TPS, (d).
Faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran pemilih di TPS, (e) Pandangan pemilih terhadap
proses penyelenggaran Pemilu 2014 lalu, (f). Harapan pemilih terhadap penyelenggaran
Pemilu berikutnya.
Data sekunder dikumpulkan dengan studi dokumentasi, berupa data yang bersumber
dari berbagai referensi, kepustakaan, peraturan-peraturan, jurnal penelitian dan bahan-bahan
tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.
C. Teknik Analisis Data
Data penelitian dipaparkan melalui kecenderungan pemusatan yang tertuang dalam
tabel frekuensi dan grafik. Untuk variabel-variabel penting yang saling berhubungan akan
diekpresikan dalam tabel silang, dimana signifikansi keterkaitannya dihitung dengan formula
statistik korelasional. Kecenderungan hubungan antar variabel penelitian berfungsi sebagai
eksemplar penjelasan angka-angka statistik terkait dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis penelitian (Supranto: 2004).
Selain itu, informasi yang terkumpul dari wawancara tidak berstruktur berguna sebagai
instrumen cross-check (konfirmasi) kebenaran normatif hasil survey. Dalam hal ini, temuan
survai dikomparasikan dengan hasil wawancara yang hasilnya digabungkan guna
mendapatkan kesimpulan praktis. Temuan teoritis dan informatif yang diperoleh dari studi
dokumentasi merupakan pemerkaya hasil penelitian, sehingga pembauran data primer dan
sekunder dipakai untuk membakukan kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demokrasi dan Pemilihan Umum
Sejarah demokrasi seringkali kabur dan terpotong-potong oleh sejarah hidupnya.
Kata demokrasi yang dalam bahasa Inggrisnya disebut democracy, awalnya bersumber dari
bahasa Perancis yaitu democratie yang dikenalkan pada abad ke 16. sebelumnya kata
demokrasi dirujuk dari bahasa Yunani (Greek) demokratia yang merupakan tautan dari kata
demos berarti rakyat (people) dan kratos berarti tatanan (rule) (Held, 1996: 1).
Penerapan demokrasi telah ada masa Athena Kuno sebagai kota tua (classical polis)
yang ditandai adanya persatuan, solidaritas, tingginya partisipasi dan dari terbatasnya jumlah
warga negara. Pada masa itu, warganegara tidak hanya dilibatkan dalam beragam kegiatan
diantaranya administrasi, keamanan, pembuatan hukum, hakim, perayaan yang berkaitan
dengan keagamaan, hiburan dan festival, dasarnya dikaitkan dengan legitimasi kehidupan
politik modern, tetapi mereka juga berkewajiban untuk melaksanakan penelitian dan
pengawasan terhadap penduduk yang tidak turut ambil bagian dalam negara (Held, 1996: 23).
Saat ini, demokrasi identik dengan legitimasi kehidupan politik modern, dimana
makna demokrasi menunjukkan modernitas sistem kedaulatan yang sangat beragam dan luas,
mulai dari pemerintah bervisi teknokrat sampai pada konsepsi kehidupan sosial yang ditandai
oleh ekstensifnya partisipasi politik.
Untuk Indonesia, secara historis, dapat dikategorikan pelaksanaan orde demokrasi di
Indonesia atas 4 (empat) bentuk, yaitu: Demokrasi Liberal (1950-1959), Demokrasi
Terpimpin (1959-1966), dan Demokrasi Pancasila (1966-1997), dan Demokrasi pasca orde
baru yaitu, era Reformasi (1998 – sekarang).
Demokrasi yang telah kita terapkan ternyata berubah-ubah esensi dan aplikasinya
dalam praktik politik di Indonesia. Demokrasi yang berlangsung dekade terakhir ini bahkan
bagi sebagian pihak disikapi secara berlebihan, terlalu bebas dan menitik beratkan pada
proses dan cara, sehingga menghasilkan pemerintahan dan tata hubungan kelembagaan
negara yang tidak stabil, serta seringkali diwarnai konflik-konflik kepentingan. Di sisi lain,
ada pula sikap yang menggunakan demokrasi sebagai tujuan dengan mengabaikan proses dan
cara-caranya, sehingga realitas demokrasi berwujud pada adanya kompromi atau deal-deal
politik yang menguntungkan sepihak dan sekelompok orang, yang pada giliran selanjutnya
justru mengabaikan kepentingan publik dan kemaslahatan masyarakat. Karena itu, perlu
8
untuk ditegaskan bahwa demokrasi merupakan sebuah cita-cita sekaligus pengelolaan sebuah
negara secara beradab.
B. Teori Partisipasi
Partisipasi adalah persoalan relasi kekuasaan, atau relasi ekonomi politik, yang
dianjurkan oleh demokrasi. Partisipasi warga masyarakat adalah pusat kekuasaan,
kewenangan dan kebijakan yang mengatur (mengelola) alokasi berada dalam konteks
governance, yakni relasi antara Negara (pemerintah) dan masyarakat (rakyat). Negara-
barang (sumberdaya) publik pada masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat hak sipil dan
politik, kekuasaan massa, kebutuhan hidup, dan lain-lain. Dengan demikian, partisipasi
adalah jembatan penghubung antara negara dan masyarakat agar pengelolaan barang-barang
publik membuahkan kesejahteraan bagi manusia sebagi individu maupun dalam sebuah
kelompok masyarakat (human wellbeing).
Partisipasi dalam Pemerintahan (govermance) cenderung merujuk pada keterlibatan
dan interaksi organisasi dan institusi yang mempunyai tanggung jawab terhadap atau
berhubungan dengan tindakan kolektif di bidang publik. Hubungan horizontal antara aktor
atau stakeholders dalam jaringan kerja merupakan ciri khas Pemerintahan (governance), dan
dinyatakan bahwa partisipasi dalam governance itu dipengaruhi oleh kebijakan (Schmitter,
2002). Banyak organisasi ‘sektor ketiga’ organisasi komunitas dan sukarela – memperoleh
tanggung jawab dalam governance (Stoker, 1998: 21). Partisipasi dalam Pemerintahan
(governance) berhubungan kuat dengan gagasan mengenai kepentingan dan organisasi publik
dan swasta yang mempunyai risiko dalam sebuah keputusan dilibatkan dalam persiapannya.
Ia dimaksudkan menciptakan dukungan bagi usulan kebijakan, memperbaiki kualitas
keputusan dengan mengerahkan keahlian dan pengetahuan eksternal, dan meningkatkan
legitimasi keputusan demokratis (Klijn dan Koppenjan,2000).
Dari sudut pandang Negara, demokrasi mengajarkan bahwa partisipasi sangat
dibutuhkan untuk membangun pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan responsif
terhadap kebutuhan masyarakat. Tiadanya partisipasi hanya menabur pemerintahan yang
otoriter dan korup. Dari sisi masyarakat, partisipasi adalah kunci pemberdayaan. Partisipasi
memberikan ruang dan kapasitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak
mereka, mengembangkan potensi dan prakarsa lokal, mengaktifkan peran masyarakat serta
membangun kemandirian masyarakat .
9
Dalam konteks governance, partisipasi hendak menempatkan masyarakat pada posisi
yang sebenarnya. Pertama, masyarakat bukanlah sebagai hamba (client) melainkan sebagai
warga (citizen). Jika hamba memperlihatkan kepatuhan secara total, kalau konsep warga
menganggap bahwa setiap individu adalah pribadi yang utuh dan mempunyai hak penuh
untuk memiliki. Warga dan kewargaan secara jelas merupakan bangun politik, yang
menggambarkan sifat hubungan yang dimiliki individu dengan institusi Negara dan
masyarakat sipil. Warga dapat dipandang sebagai anggota masyarakat yang mempertahankan
beberapa gagasan kepentingan umum, dan gagasan kewargaan diikat dengan gagasan
demokrasi. Warga dibedakan dari nasabah (customers), klien dan consumer. Terutama
menarik ilham dari sektor swasta, nasabah dan consumer yang berhubungan dengan
organisasi sebagai pembeli yang memilih barang dan pelayanan klien bergantung pada dan
sebagian besar tunduk pada, keahlian professional; warga mempunyai kesadaran yang jauh
melebihi bidang mereka sendiri dan berkepentingan untuk “mempengaruhi keputusan publik
yang mempengaruhi kualitas kehidupan lokal”, mungkin dengan mengorbankan kepentingan
perorangan mereka sendiri (Burns et al., 1994; Gyford, 1991). Kedua, masyarakat bukan
dalam posisi yang diperintahkan tetapi sebagai teman sejajar (partner) pemerintah dalam
mengelola pemerintahan dan pembangunan. Ketiga, partisipasi bukanlah pemberian
Pemerintah tetapi sebagai hak warga masyarakat. Keempat, warga bukan sekedar objek pasif
penerima manfaat kebujakan pemerintah, tetapi sebagai aktor atau subjek yang aktif
menentukan kebijakan. Warga yang aktif didefinisikan sebagai agen demokrasi, yang
memberdayakan diri mereka sendiri melalui tantangan mereka terhadap aktivitas institusi dan
organisasi yang membentuk kehidupan sehari-hari mereka. Kewarganegaraan adalah tentang
kontribusi, atau input, dari individu kepada hubungan kolektif, dan hubungan antara individu
dan hubungan mereka yang lebih luas dengan masyarakat. Warga diharapkan terlibat dalam
urusan publik dan memberikan kontribusi terhadap isu-isu dalam urusan publik (Raco dan
Imri, 2000).
Cara pandang baru menempatkan posisi masyarakat itu secara historis yang
mempengaruhi haluan baru pembangunan dan mempengaruhi haluan baru pembangunan dan
Pemerintahan, meski secara empirik belum menjadi kenyataan. Kaum miskin, misalnya,
sekarang ditempatkan sebagai pemangku kepentingan pembangunan. Partisipasi juga
dipandang dengan tujuan, bukan hanya proses atau cara untuk mencapai tujuan, sehingga
muncul agenda pemberdayaan yang menghubungkan partisipasi dengan demokrasi,
kewargaan dan kesetaraan. Partisipasi dilihat sebagai kekuatan besar untuk transformasi
10
relasi sosial, ekonomi dan politik yang telah lama membuat kemiskinan. Sekarang agenda
penanggulangan kemiskinan mulai menempatkan kaum miskin dalam posisi yang terhormat,
memberi ruang pada mereka untuk mengembangkan partisipasi dan prakarsa lokal, sehingga
konsep kaum miskin sebagai penerima manfaat proyek tidak terlalu relevan dibicarakan.
Literatur klasik selalu menunujukkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi program pembangunan. Tetapi
apa makna substantif yang terkandung dalam sekuen-sekuen partisipasi itu? Partisipasi
adalah voice, akses dan kontrol warga masyarakat terhadap pemerintahan dan pembangunan
yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Pertama, voice adalah hak dan tindakan warga masyarakat menyampaikan aspirasi,
gagasan, kebutuhan, kepentingan, dan tuntutan terhadap komunitas terdekatnya maupun
kebijakan pemerintah. Tujuannya adalah mempengaruhi kebijakan Pemerintah maupun
menentukan agenda bersama untuk mengelola kehidupan secara kolektif dan mandiri.
Kedua, akses berarti kesempatan, ruang dan kapasitas masyarakat untuk masuk dalam
arena governance, yakni mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta terlibat aktif
mengelola barang-barang publik. Akses warga terhadap pelayanan publik termasuk dalam
rubrik ini. Ada dua hal penting dalam akses: keterlibatan secara terbuka (inklusi) dan
keikutsertaan/keterlibatan (involvement). Keduanya mengandung kesamaan tetapi berbeda
titik tekannya. Inklusi menyangkut siapa yang terlibat, sedangkan involvement berbicara
tentang bagaimana masyarakat terlibat. Keterlibatan berarti ketersediaan ruang dan
kemampuan bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses politik, terutama kaum miskin,
minoritas, rakyat kecil, perempuan, dan lain-lain. Akses akan menjadi arena titik temu antara
warga dan pemerintah. Pemerintah wajib membuka ruang akses warga dan memberikan
layanan publik, terutama pada kelompok-kelompok marginal. Sebaliknya warga secara
bersama-sama proaktif mengidentifikasi problem, kebutuhan dan potensinya maupun
merumuskan gagasan pemecahan masalah dan pengembangan potensi secara sistematis.
Pemerintah wajib merespons gagasan warga sehingga bisa dirumuskan visi dan kebijakan
bersama dengan berpihak pada kemitraan dan kepercayaan.
Ketiga, kontrol warga masyarakat terhadap lingkungan komunitasnya maupun proses
politik yang terkait dengan pemerintah. Kita mengenal kontrol internal (self-control) dan
kontrol eksternal. Artinya kontrol bukan saja mencakup kapasitas masyarakat melakukan
11
pengawasan (pemantauan) terhadap kebijakan (implementasi dan risiko) dan tindakan
pemerintah, tetapi juga kemampuan warga melakukan penilaian secara kritis dan reflektif
terhadap risiko-risiko atas tindakan mereka. Kontrol internal ini sangat penting karena
masyarakat sudah lama berada dalam konteks penindasan berantai: yang atas menindas yang
ke bawah, sementara yang paling bawah saling menindas ke samping. Artinya kontrol
eksternal digunakan masyarakat untuk melawan eksploitasi dari atas, sementara self-control
dimaksudkan untuk menghindari mata rantai penindasan sesama masyarakat, seraya hendak
membangun tanggung jawab social, komitmen dan kompetensi warga terhadapat segala
sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Partisipasi dan desentralisasi (otonomi daerah) tentu mempunyai hubungan simbiosis.
Pada suatu pihak, desentralisasi yang berhasil memerlukan beberapa partisipasi lokal.
Kedekatan pemerintah lokal dengan konstituen mereka akan memungkinkan mereka
merespons secara lebih baik terhadap kebutuhan lokal dan menyesuaikan secara efisien
pengeluaran publik dengan kebutuhan perorangan hanya jika informasi mengalir antar warga
Negara dan pemerintah lokal. Pada pihak lain, proses desentralilasi sendiri dpaat
meningkatkan kesempatan partisipasi dengan menempatkan lebih banyak kekuasaan dan
sumberdaya pada tingkat pemerintah yang lebih dekat, lebih dikenal, dan lebih muda
dipengaruhi. Dalam lingkungan dengan tradisi partisipasi warga Negara buruk, desentralisasi
dapat merupakan langkah pertama yang penting dalam menciptakan kesempatan interaksi
rakyat-negara yang teratur,dapat diramalkan.
Hubungan simbiosis antara desentralisasi dan partisipasi ini dapat mengarah pada
garis pedoman kebijakan yang agak bertentangan. Mekanisme partisipasi warga Negara dapat
dianggap sebuah prasyarat yang sangat berguna ketika mengevaluasi prospek desentralisasi
harus memperhitungkan kesempatan dan keterbatasan yang ditentukan oleh saluran
partisipasi lokal yang ada. Kekurangan mekanisme partisipatoris, bagaimanapun, dapat
membantu menciptakan tuntutan lokal terhadap saluran partisipatoris yang lebih banyak
untuk menyuarakan prefensi. Saluran partisipasi yang dilembagakan dan kemampuan orang
untuk menggunakan saluran tersebut harus dipertimbangkan dalam desain desentralisasi.
Pemilu lokal yang jujur dan teratur, semaraknya forum warga, dan tingkat modal sosial yang
tinggi (kesatuan komunitas dan sejarah kerja sama) memungkinkan warga Negara untuk
menandai prefensi mereka secara efisien dan menjalankan pemenuhan keinginan mereka oleh
pemimpin.
12
Penilaian seberapa banyak input warga mempengaruhi tindakan pemerintah lokal
memberikan titik permulaan untuk mendesain kebijakan desentralisasi. Kondisi awal
semacam itu membantu menentukan tingkat yang pada tingkat itu desentralisasi akan
meningkatkan responsifitas pemerintah keseluruhan terhadap warga dan memberikan garis
petunjuk bagi pelibatan tindakat peningkatan partisipasi dalam kebijakan desentralisasi.
Pemilu teratur, referendum lokal, forum warga, dewan publik, dan struktur kelembagaan
lainnya merupakan memperbaiki kemampuan pemerintah lokal untuk mengindentifikasi dan
bertindak menurut preferensi warga Negara. Tingkat modal sosial, yang menentukan
bagaimana sebaiknya warga Negara dapat memanfaatkan rencana institusional untuk
berpartisipasi, lebih lambat berkembang dan lebih sulit untuk menentukannya.
Desentralisasi mengandalkan pada partisipasi untuk memperbaiki alokasi pelayanan,
tetapi ia tidak memerlukan jenis input warga Negara yang luas disebutkan di depan. Dalam
kasus di mana pemerintah lokal tidak dipilih, di mana proses pemilihan mengistimewakan
sekelompok kecil elit, atau di mana tingkat modal sosial yang rendah menghalangi pertukaran
aktif, proses desentralisasi dapat didesain untuk membangun jenis partisipasi yang lebih
terbatas. Mekanisme isu-khusus dan proyek khusus untuk meningkatkan arus informasi
antara pemerintah dan warga Negara sering dapat dengan lebih cepat dan lebih mudah pada
tingkat lokal daripada di pemerintah pusat.
Partisipasi warga dapat dibenarkan dalam hubungannya dengan legitimasi berorientasi
input dan output, dan ia dapat memberikan kontribusi terhadapat efektivitas system.
Legitimasi berbasi input mengungkapkan nilai partisipasi luas dalam governance, yang
memperlihatkan, yang memperlihatkan perlunya penentuan sendiri dan persetujuan rakyat, di
mana nilai-nilai demokrasi sangat kuat. Partisipasi warga di luar pemilihan memberi saluran
lebih lanjut bagi rakyat untuk mengungkapkan preferensi mereka, dan teori yang
berhubungan dengan demokrasi partisipatoris memuat unsur-unsur yang berhubungan dengan
legitimasi input. Pateman yang mengupas karya Rousseau, Mikk dan Cole, menunjuk pada
tiga alasan mengapa partisipasi luas diperlukan sekali ia mendidik partisipan, ia memberi
warga kontrol, dan ia menghasilkan identitas komunitas. Pemerintah demokratis, yang
dipedomani oleh input partisipasi warga, hanya menghasilkan kebijakan, karena ia tidak akan
mungkin setuju pada kegiatan-kegiatan yang tidak adil. Partisipasi warga mendukung sistem
partisipatoris, karena”kualitas yang diperlukan warga adalah kualitas proses partisipasi itu
13
sendiri yang mengembangkan dan membantu perkembangan” (Pateman, 1970:25). Partisipasi
warga membantu mendidik rakyat dalam seni partisipasi.
Partisipasi warga juga dapat memberikan kontribusi terhadap legitimasi berbasis-
output. Keterbilatan warga membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya
akan membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya akan membantu
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Mereka yang terlibat dalam penyiapan
kebijakan dan permusyawaratan kebijakan lebih mungkin untuk tunduk ketika kebijakan itu
berlaku, khususnya jika mereka adalah dikalangan mereka dari mereka yang dipengaruhi dan
mendapat dampak. Pembenaran ini adalah pembenaran yang timbul dari perdebatan terdahulu
dan lebih belakangan ini. Pateman berargumen partisipasi “membantu penerimaan keputusan
bersama” (1970: 43). Demikian pula, model-model keterlibatan misalnya debat publik,
keterlibatan dari mereka yang dipengaruhi, atau keterlibatan para ahli dibenarkan secara
fungsional dengan alasan bahwa mereka membantu meningkatkan penerimaan dan
pemecahan persoalan atau membantu memfasilitasi pelaksanaan. Partisipasi ini dapat juga
membantu pembuat kebijakan lebih tahu, dan karena para wakil dan kaum profesional
membuat keputusan yang didasarkan pada pengetahuan publik dan keahlian politik dan
profesional
Partisipasi tentu tidak datang dengan sendirinya. Hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat tidak serta merta terbangun secara demokratis dan partisipatif, sebab pemerintah
dimanapun akan cenderung otoritarian dan sentralistik bila tidak dihadapkan pada
pembatasan kekuasaan kekuasaan dan kontrol dari luar yang kuat. Di era otonomi daerah
sekarang, munculnya wacana dan gerakan partisipasi bukan semata inisatif dari pemerintah,
melainkan juga karena peran kekuatan-kekuatan intermediary dari sejumlah organisasi
masyarakat sipil. Begitu banyak lembaga non pemerintah (NGO) di Indonesia yang terus-
menerus memperjuangkan partisipasi masyarakat untuk membangkitkan suara rakyat dan
menentang dominasi elite dalam proses politik dan pembangunan.
C. Partisipasi dalam Demokrasi
Secara konstitusional, prinsip demokrasi dirumuskan dalam UUD Tahun 1945,
diantaranya pada Pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, yang diperkuat dengan isi Pasal 28 yang
menegaskan makna demokrasi terealisasi dengan adanya jaminan negara atas kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
14
Secara teoritis, terdapat sejumlah indikator empirik dalam praktek negara yang
demokratis diantaranya: adanya Pemilu, terlaksananya prinsip check and balances, adanya
rotasi kekuasaan yang obyektif, adanya partai politik yang demokratis, adanya kemerdekaan
hak-hak dasar, persamaan didepan hukum, dan akuntabilitas pejabat penyelenggara
pemerintahan dan kelembagaan negara.
Demokrasi yang kita inginkan adalah adanya mekanisme partisipasi rakyat yang
mampu mengawasi dan mengkontrol tindakan pengelola negara (Legislatif, Eksekutif,
Yudikatif). Dalam konteks ini, demokrasi yang perlu kita tegakkan adalah mekanisme politik
yang mengedepankan partisipasi setiap warga negara untuk berhak dalam menentukan
kebijakan pemerintahan sekaligus memiliki daya kontrol melalui adanya perlakuan yang
sama dalam kedudukan hukum dan pemerintahan. Artinya nilai demokrasi yang akan kita
kembangkan berhubungan dengan kualitas hubungan timbal balik antara pemerintah dan
pengelola kelembagaan negara dengan yang diperintah atau masyarakat umum.
Bagaimana rakyat dapat berpartipasi? Pertanyaan ini dapat diterangkan dari paparan
Robert Dahl (1971), yang menegaskan bahwa ada dua dimensi demokrasi yang satu sama lain
saling berkaitan. Dimensi pertama adalah tersedianya peluang persaingan bebas dan terbuka
untuk mendapatkan semua kedudukan dan kekuasaan. Dimensi kedua adalah terdapatnya
jaminan bagi partisipasi politik seluruh warga negara. Dalam konteks ini dapatlah kita
mengerti bahwa negara yang menerapkan demokrasi adalah negara yang mendorong warga
masyarakatnya untuk berinisiatif dan kreatif dalam mendapatkan jabatan atau kekuasaan
politik sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut, dimana mekanismenya
berlangsung melalui adanya pemilihan yang bersifat umum, bebas, rahasia, dan setara.
Karena itu, tidak ada artinya demokrasi tanpa adanya pemilihan umum. Pemilihan
umum yang memenuhi prinsip-prinsip demokrasi adalah Pemilu yang diselenggarakan secara
teratur dan terjadwal dengan sistem pemilihan langsung yang bebas dan rahasia.
Bagaimanakah cara menghasilkan Pemilu yang demokratis? Pemilu yang obyektif harus
dikendalikan oleh satu lembaga yang independen. Penyelenggara Pemilu tidak boleh
memihak pada salah satu kontestan atau peserta Pemilu. Selain itu, setiap warga negara
dalam menetapkan pilihannya haruslah terlindungi dan dijamin dengan undang-undang,
sehingga pilihannya merupakan suara nurani yang murni tanpa adanya paksaan, tekanan,
intimidasi dari pihak-pihak tertentu yang mengedepankan cara-cara inkonstitusional dalam
meraih kepentingannya.
Pemilu bukan hanya merupakan sarana mencari kekuasaan bagi partai, tetapi partai
membutuhkan dukungan suara sebagai modal untuk legitimasi pemerintahan yang dibentuk
15
oleh partai pemenang Pemilu. Karena itu, simpati masyarakat harus didapatkan oleh partai
politik peserta pemilu dengan berbagai aktivitas yang bernuansa pendidikan politik bagi
rakyat. Tujuan dari upaya meningkatkan partisipasi publik dalam Pemilu ini terkait dengan
pernyataan Almond dan Powell yang menyatakan bahwa sistem-sistem modern dimana
struktur politiknya berbeda-beda (partai-partai politik, kelompok kepentingan, dan media
massa) yang berkembang membentuk aktivitas budaya politik participant.
D. Partisipasi dan Pendidikan Politik
Proses demokratisasi dapat didekati dari partisipasi publik yang dilakukan sengaja
melalui disain kelembagaan (Marijan, 2010:128). Namun realitasnya di Indonesia,
demokratisasi tidak cukup hanya mengandalkan disain kelembagaan, dimana tersedianya
berbagai perundang-undangan yang menjamin kebebasan berpendapat, berekspresi, dan
berorganisasi ternyata tidak serta merta mendorong adanya partisipasi publik (disconnected
electoral). Pemilu tahun 2004 menjadi contoh, dimana corak kesukarelaan (voluntary)
pemilih untuk menyumbang partai politik yang sangat rendah, bahkan corak partisipasi
politiknya cenderung berhubungan dengan ’transaksi-transaksi material’ (Marijan, 2008:130).
Adanya komunikasi dan pendidikan politik yang efektif merupakan instrumen yang
signifikan dalam pengembangan partisipasi politik rakyat yang sering diperhatikan dalam
pelaksanaan Pemilihan Umum di negara-negara demokratis. Karena itu, tingkat partisipasi
politik masyarakat di negara berkembang merupakan masalah yang menarik bagi para ahli
politik. Secara umum definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok
orang yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih
pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Kegiatan berpartisipasi tersebut diantaranya, memberikan suara
pada Pemilu, menghadiri rapat umum (kampanye), menjadi anggota parpol atau organisasi
sosial politik yang underbauw partai politik, mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah atau parlemen yang bertujuan politik.
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya No Easy Choice: Political
Participation in Developing Countries menyatakan bahwa: partisipasi politik adalah kegiatan
warganegara yang bertidak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau illegal, efektif atau tidak efektif (Budiardjo, 1988:3).
16
Pemikiran mengenai partisipasi politik bagi negara demokratis berangkat dari prinsip
kedaulatan adalah ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkaan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-
orang yang akan menduduki jabatan-jabatan publik dan politis. Jadi partisipasi politik
merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh
masyarakat. Dalam negara demokratis makin banyak masyarakat mengambil peran makin
baik.
Partisipasi dapat berbentuk otonom (autonomous participation) dan partisipasi yang
dimobilisasi (mobilized participation). Pada umumnya orang beranggapan partisipasi politik
dalam bentuk yang positif saja, tetapi Huntington dan Nelson beranggapan bahwa
demonstrasi, teror, pembunuhan (lawan) politik, dan bentuk kekerasan lain yang bermotif
politik juga merupakan bentuk partisipasi. Namun Verba (Budiardjo: 1998) tidak mau masuk
dalam bentuk partisipasi yang rumit tersebut, akan tetapi membatasi diri pada tindakan-
tindakan yang legal. Metode atau cara berpartisipasi, intensitasnya terkait dengan keterikatan
atau posisi politik yang dimiliki seseorang.
Bagaimanakah warganegara atau orang-orang dapat rasional dalam
mengejawantahkan partisipasi politiknya? Hal ini dapat berlangsung manakala sudah
mengalami pendidikan politik, karena itu merupakan bagian dari pendidikan orang dewasa.
Khususnya diarahkan pada upaya membina kemampuan mengaktualisasikan-diri sebagai
pribadi yang otonom bebas dan pada sosialisasi-diri (pengembangan dimensi sosialnya),
dalam kaitannya dengan statusnya selaku warga Negara di suatu Negara. Aktualisasi-diri
dapat ditafsirkan sebagai sebagai mengaktualkan segala bakat dan kemampuan, sehingga
pribadi bias berkembang, lalu menjadi aktif dan kreatif, berkarya aktualisasi-diri sebagai
pribadi yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap sesama mahkluk hidup, dan
terhadap Tuhan. Selanjutnya dia berkewajiban memberikan partisipasi sosialnya kepada
masyarakat dan Negara selaku warga-masyarakat dan warganegara yang susila dan
bertangung jawab.
Senyatanya, dalam masyarakat modern sekarang, partisipasi penuh dan bertanggung
jawab dari rakyat itu tidak bisa berlangsung secara otomatis. Hal ini disebabkan antara lain
oleh kejadian sebagai berikut :
1. Terlalu kompleksnya susunan masyarakat modern dengan dimensi-dimensi sosial
dan politik yang saling terkait, yang sulit dipahami oleh orang awam, sehingga
orang tidak tahu bagaimana cara berpartisipasi di medan politik.
17
2. Banyak orang merasa tidak berdaya secara fisik maupun mental ideologis untuk
memahami, terlebih lagi untuk ikut mempengaruhi proses-proses sosial dan politik
di tengah masyarakat.
3. Masyarakat pada umumnya dengan sengaja lebih banyak difungsikan sebagai
obyek politik, konsumen politik dan pengikut politik yang total patuh tunduk,
tanpa mampu memahami kedudukan selaku warganegara di tengah macam-
macam struktur politik. Mereka merupakan “arus bawah” yang pada umumnya
ditekan oleh “majikan-majikan di atas”. Pada umumnya tidak menyadari adanya
hegemoni politik supremasi politik.
Sehubungan dengan kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan dan
ketidaktahuan politik, kemudian untuk merangsang partisipasi politik secara aktif dari rakyat
dalam usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik di alam demokrasi kita
sekarang. Hal ini sesuai dengan isi yang tersirat dalam Sila Keempat Pancasila kita. Sebab
tujuan pendidikan politik antara lain ialah:
1. Membuat rakyat menjadi melek-politik/sadar politik.
2. Meningkatkan kreatifitas rakyat dalam partisipasi sosial politik di era
pembangunan
3. Menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih nyaman dan
sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia.
Berkaitan dengan perilaku politik, dalam komunitas politik itu terjadi dua proses,
yaitu :
1. Pendidikan politik yang dilakukan secara intensional ( dengan sengaja dan dengan
tujuan tertentu);
2. Sosialisasi politik, yaitu proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan.
Sosialisasi politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan
tanpa refleksi harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari
struktur-struktur politik yang ada di masyarakat. Sedang pendidikan politik ialah untuk
mengarahkan anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah
kehidupan politik.
Telah kita simak, bahwa politik antara lain diartikan sebagai kegiatan menggunakan
kekuasaan dalam satu wilayah yang disebut Negara, untuk menyelesaikan : masalah-masalah
rakyat, dan pengaturan lembaga-lembaga negara beserta fungsinya
18
Sedang negara itu berasal ada dari kemauan rakyat, dan dengan sengaja dijadikan dari
kemauan rakyat, serta dengan sengaja pula dijadikan alat oleh rakyat untuk mencapai tujuan-
tujuan hidup tertentu.
Negara merupakan hasil persetujuan bersama sejumlah rakyat yang bertekad bulat
untuk membangun satu “wadah hidup” yaitu Negara. Karena Negara adalah sesuatu dari,oleh
dan untuk sekelompok manusia yang disebut RAKYAT tadi. Maka sudah ada kesadaran
politik pada rakyat. Negara merupakan organisasi politik yang berpemerintahan sendiri dan
menjalankan kekuasaannya lewat perorangan (kepala Negara) serta kelembagaanya yang
mewakili seluruh rakyat. Dengan begitu Negara tidak hanya menjadi urusan para elite
penguasa saja, akan tetapi menjadi : urusan seluruh rakyat untuk ikut serta menegakkan,
mengatur dan mempertahankan keberadaan Negara tersebut.
Agar rakyat benar-benar memahami hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara,
dan bisa berperan serta secara politik, rakyat memerlukan pendidikan politik yang sangat
diperlukan untuk legalitas perjuangan politik dalam meraih tujuan sosial-ekonomi dan
tujuan-tujuan politik tertentu. Selanjutnya, perjuangan politk selalu berlangsung dalam situasi
bertemunya macam-macam kekuatan sosial dan politik, dengan struktur organisasi, cara kerja
dan tujuan politik masing-masing. Maka di Negara/pemerintahan menuju ke hidup sejahtera.
Sebab partisipasi aktif (berbuat nyata) itu mempunyai pengaruh dan kekuatan, karena rakyat
bisa ikut dalam pengawasan terhadap perbuatan mengatur masyarakat dan Negara. Maka
menjalani proses politik lewat pendidikan politik dan belajar berpolitik tanpa bisa ikut
berbuat politik itu adalah sama saja dengan berenang-renang di atas kasur.
Sebaliknya, melakukan perbuatan politik tanpa pendidikan, dan tanpa “empan papan
(Empan papan adalah suatu sikap tertentu sehingga sikap itu tidak bertentangan dengan keadaan
dan aturan yang terjadi di tempat dan pada waktu tertentu di mana pelakunya tinggal”,
terjemahan bebas) bisa disebut sebagai aktivisme, yaitu berbuat awur-awuran, nekad tanpa
nalar, anarkhi atau perbuatan makar.
Dalam kegiatan pendidikan politik, orang-orang yang tengah belajar itu merupakan
siswanya. Sedang belajar politik itu mengandung konotasi sebagai berikut :
1. Lebih memahami diri sendiri dan situasi-situasi kondisi sekitarnya dalam konteks
Negara.
2. Mampu mawas secara kritis peristiwa-peristiwa politik.
3. Bisa menentukan sikap politik dengan tegas.
4. Sanggup memberikan penilaian yang adil terhadap perisitiwa-peristiwa politik.
5. Mau berbuat politik sesuai dengan hati nurani yang bersih dan bertanggung jawab.
19
Perlu juga diingat bahwa perbuatan manusia dan hasil-hasil karyanya misalnya dalam
bentuk pemerintahan, kekuasaan, lembaga kemasyarakatan, politik, kebudayaan, dan
seterusnya itu tidak akan pernah selesai dan sempurna. Yaitu bukan berupa struktur-struktur
yuridis formal yang mantap, bukan berupa institusi politik yang permanen, juga tidak ada
immanensi parlementer. Segala hasil tidak dengan tangan manusia itu tidak akan pernah
rampung dan sempurna; semuanya masih bisa dipertanyakan relevansinya. Dan menjadi
garapan yang selalu bisa diubah dan diperbaiki/direvisi, disesuaikan dengan prinsip efisiensi
dan tuntutan zaman; demi pemerataan keadilan dan kesejahteraan.
Selanjutnya, demokrasi juga bukan merupakan situasi yang sudah selesai/finished;
tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan digarap tanpa henti-hentinya
menuju kearah kemajuan dan kebaikan. Maka diperlukan pula demokratisasi pribadi
manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat pemerintah, agar
semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang. Dengan demikian,
demokrasi juga mengandung usaha :
1. Memperbesar kekuasaan-menentukan dari opini publik (pendapat umum) dan
partisipasi politik rakyat,
2. ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya pemerintahan menuju
ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Pendidikan politik itu bukan merupakan justifikasi dan rasionalisasi bagi struktur-
struktur kekuasaan yang ada, dengan bantuan alat-alat agogis. Juga bukan berupa sikap
defensive dari pemerintah kritik-kritik rakyat. Bukan pula wujud penyesuaian diri yang pasif
tanpa sadar dari rakyat terhadap situasi sosial dan politik yang tidak/kurang mapan pada saat
ini. Akan tetapi pendidikan politik bersungguh-sungguh ingin membukakan pengertian
kepada rakyat kan :
1. Tempat kedudukan politik warganegara di tengah masyarakat dan di tengah struktur-
struktur politiknya.
2. Hak dan kewajibannya yang seimbang selaku warganegara.
Maka ada kebutuhan pada rakyat yang menanyakan “Apakah semua urusan politik itu
sudah berjalan baik,benar dan adil”? Dan bagaimanakah cara penyelesaian politik yang
paling baik untuk mengatasi masalah-masalah sosial politik yang berkembang di tengah
masyarakat?
Wawasan politik yang kritis yang ditekankan dalam pendidikan politik itu diperlukan
untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial. Kemudian orang mencari
20
kemungkinan alternatif baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara
penyelesaian politik yang paling aman ditempuh. Dengan demikian akan berlangsung proses :
1. Penjernihan wawasan politik mengenai situasinya.
2. Antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-masa mendatang,
disusul dengan :
3. Redifinisi dan pengubahan terhadap pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang
bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga terhadap lembaga-lembaga politik dan
situasi masyarakatnya.
Pendidikan politik tidak bisa dilepaskan dari pandangan hidup/Lebensanschaung
rakyat dan dari struktur masyarakatnya. Jadi pada saat individu itu sadar menjadi
warganegara dan berbuat sebagai warganegara, maka dia melakukan perbuatan politik dan
belajar politik. Dengan begitu warganegara tersebut sadar atau tidak sadar merupakan figur
politik.dan seyogyanya dia memahami peranan politiknya. Juga memahami mengapa dia
harus bersikap kritis, dan untuk tujuan apa dia melakukan suatu perbuatan politik tertentu?
Maka sasaran pokok pendidikan politik adalah: (a) membuat warga Negara menjadi lebih
kritis dan lebih militant, (b) agar bisa menjalankan fungsi politiknya lebih efisien, dan (c)
memberikan sumbangan pada proses demokratisasi sejati di tengah iklim demokrasi.
E. Pemilih Cerdas dan Demokratisasi
Pemilu demokratis dapat tercapai manakala seluruh stakeholdernya yaitu KPU, Partai
Politik, Caleg dan calon peseorangan (DPD), serta pemilih sudah tepat memaknai sistem
Pemilu sesuai dengan asas pelaksanaannya yang secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Sisi lain yang dapat menjamin kualitas Pemilu efektifitas anggaran yang tersedia,
rasionalitas preferensi dan partisipasi pemilih yang tinggi.
Secara kuantitas, maka kontenstan Pemilu 2014 serta Pilkada dinilai banyak pihak
sudah mampu menerjemahkan demokrasi. Keadaan tersebut tergambar dari peserta pemilu
yang multi- partai (tahun 1999 oleh 48 Partai Politik, 2004 oleh 24 Partai Politik, 44 Partai
Tahun 2009, dan 12 Partai tahun 2014), adanya penyelenggara Pemilu yaitu Komisi
Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu yang independen, adanya partisipasi publik
dalam pengawasan dan pemantauan, serta tingginya angka pemilih yang memberikan
suaranya dalam Pemilu tahun 2009 dan 2014 yang lalu. Namun masih ada penilaian yang
tetap memandang Pemilu yang telah berlangsung hanyalah sekedar “pesta politik”, karena
belum mampu menghasilkan pemilih yang cerdas dalam berdemokrasi.
21
Dampak dari pilihan pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014, serta berbagai Pilkada yang
telah berlalu masih jauh dari harapan terbangunnya legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden yang telah dikontrol secara langsung oleh pemilih dalam format konstituensi dalam
berbagai pertemuan-pertemuan dan komunikasi yang teratur dan langsung. Dalam konteks
ini, kecenderungan partisipasi politik pemilih masih ditempatkan pada lajur partisipan politik
yang pasif dan parokial, dimana sebagian besar pemilih menetapkan pilihannya atas
patronase politik yang cenderung memiliki basis nilai memilih (preferensi) yang kurang
dilandasi atas kesadaran dan rasional bahwa kualitas dan kapasitas sebagai partai politik,
calon Presiden, calon Gubernur, calon DPD, dan calon Bupati/Walikota berdasarkan daya
penariknya (soft power) bagi pemilih pada Pemilu yang telah berlangsung. Artinya
kecerdasan pemilih belum menjadi dasar prilaku pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014 yang
lalu. Mengapa demikian?, salah satunya adalah karena lemahnya kualitas hasil pendidikan
politik dan adanya distorsi makna demokratisasi.
Pemilih cerdas yang kita inginkan adalah pemilih yang menggunakan rasionalitasnya
sebagai basis keterpikatannya (attraction) pada pilihannya. Karena pemilih yang cerdas yang
mampu menghasilkan pemimpin yang memiliki legitimasi kedaulatan rakyat. Selain itu,
pemilih yang cerdas yang mampu mengawasi dan mengisi kapasitas otoritas moral pimpinan
yang dipilihnya, yang prosesnya memerlukan rentang waktu dan mempersyaratkan
kapabilitas pemimpin yang mumpuni mengelola (managable) dengan nilai lebih yaitu
kemampuan berfikir sistemik.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Kabupaten Deli Serdang
Sebelum Perang Dunia II atau tegasnya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17-8-1945, Kabupaten Deli Serdang adalah merupakan daerah Kesultanan Deli dan
Serdang. Kesultanan Deli berkedudukan di Medan dan Kesultanan Serdang berkedudukan di
Perbaungan. Kedua wilayah tersebut dalam masa penjajahan adalah merupakan Keresidenan
Sumatera Timur sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kekuasaan kesultanan berakhir
dan struktur pemerintah disesuaikan dengan pemerintah Indonesia dan kesultanan Deli dan
Serdang dijadikan daerah Kabupaten Deli Serdang.
Daerah Kabupaten Deli Serdang juga merupakan daerah yang cukup terkenal di
kawasan nusantara, terutama karena devisa Negara yang berasal dari hasil bumi Kabupaten
Deli Serdang yang sangat potensial seperti karet, tembakau dan kelapa sawit. Melalui
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru telah kelihatan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor di Kabupaten Deli Serdang, dimana sektor pertanian
dan perkebunan menjadi pemeran utama dalam meningkatkan pendapatan para petani di
Kabupaten Deli Serdang.
Sejalan dengan lanjutnya pembangunan, maka pembangunan di bidang politik pun
berjalan cukup mantap, stabil dan dinamis, dengan adanya kerjasama yang harmonis antara
kekuatan sosial politik di kawasan ini merupakan modal yang tidak terhitung nilainya dalam
mewujudkan demokrasi Pancasila. Semangat persatuan dan kesatuan selalu menjiwai
pemerintah daerah Deli Serdang sehingga kestabilan politik tetap mantap dan terkendali.
Disamping itu, peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah terus bersinergi demi
berkesinambungannya pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang adil dan berkemakmuran.
A.1. Letak dan Keadaan Geografi
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur
Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara,
3016” dan 98033”- 99027” Bujur Timur dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan
laut.
Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,22 Km2 yang terdiri dari 22
Kecamatan, 380 desa dan 14 Kelurahan . Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan
23
Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan
di sebelah Timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan
penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak
mengandung uap air, sehungga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan
Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus
sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setengah tahun setelah melewati masa
peralihan bulan April-Mei dan Oktober-November. Menurut catatan Stasiun Klimatologi
Sampali, pada tahun 2013 terdapat rata-rata 17 hari hujan dengan volume curah hujan
sebanyak rata-rata 187 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 489 mm
dengan hari hujan sebanyak 22 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan
Maret sebesar 74 mm dengan hari hujan 4 hari.
Tabel IV.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Rasio terhadap Luas Wilayah Kabupaten
Deli Serdang tahun 2014
No Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Rasio terhadap luas
total (%) 1 Gunung Meriah 76,65 3,07 2 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu 223,38 8,94 3 Sibolangit 179,96 7,20 4 Kutalimbaru 174,92 7,00 5 Pancur Batu 122,53 4,91 6 Namo Rambe 62,30 2,49 7 Biru-Biru 89,69 3,59 8 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir 190,50 7,63 9 Bangun Purba 129,95 5,20 10 Galang 150,29 6,02 11 Tanjung Morawa 131,75 5,27 12 Patumbak 46,79 1,87 13 Deli Tua 9,36 0.37 14 Sunggal 92,52 3,70 15 Hamparan Perak 230,15 9,21 16 Labuhan Deli 127,23 5,09 17 Percut Sei Tuan 190,79 7,64 18 Batang Kuis 40,34 1,62 19 Pantai Labu 81,85 3,28 20 Beringin 52,69 2,11 21 Lubuk Pakam 31,19 1,25 22 Pagar Merbau 62,89 2,52 Jumlah 2.497,72 100,00 Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
24
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi
tenaga kerja akan terus berlangsungnya proses demografi. Bagia dari tenaga kerja yang aktif
dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Pada kondisi 2013, di Kabupaten Deli
Serdang terdapat 815.983 ribu penduduk angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100
penduduk usia kerja.
Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan
kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Meski demikian
jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang
ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja. Pada tahun 2013 dari
total angkatan kerja sebesar 815.983 ribu, sekitar 92,46 persen dari mereka telah bekerja dan
sebagian dari mereka tidak bekerja 7,54 persen.
Tabel IV.2 Banyaknya Desa, Kecamatan, Nama Ibukota Kecamatan, dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Lubuk Pakam
No Kecamatan Nama Ibukota Banyak Desa Banyak
Kelurahan Jarak Ibukota ke
Lubuk Pakam 1 Gunung Meriah G. Meriah 12 - 65 2 STM. Hulu Tiga Juhar 20 - 71 3 Sibolangit Bandar Baru 30 - 71 4 Kutalimbaru Kutalimbaru 14 -- 54 5 Pancur Batu Pancur Batu 25 - 48 6 Namo Rambe Namo Rambe 36 - 48 7 Biru-Biru Biru-Biru 17 - 55 8 STM. Hilir Talun Kenas 15 - 37 9 Bangun purba Bangun Purba 24 - 25 10 Galang Galang 28 1 18 11 Tanjung Morawa Tj. Morawa 25 1 12 12 Patumbak Patumbak 8 - 46 13 Deli Tua Deli Tua 3 3 42 14 Sunggal Sunggal 17 - 40 15 Hamparan Perak H. Perak 20 - 56 16 Labuhan Deli Helvetia 5 - 52 17 Percut Sei Tuan Tembung 18 2 42 18 Batang Kuis Batang Kuis 11 - 12 19 Pantai Labu Pantai Labu 19 - 11 20 Beringin Beringin 11 - 6 21 Lubuk Pakam Lubuk Pakam 6 7 - 22 Pagar Merbau Pagar Merbau 16 - 4
Jumlah 380 14 - Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
25
Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat
menunjang dalam peningkatan mutu pendidikan. Pada tahun 2013 tedapat 261 buah taman
kanak-kanak dengan jumlah murid 12.363 orang dan guru sebanya 793 orang. Sementara itu
untuk sekolah dasar terdapat 812 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing
206.487 orang dan 11.605 orang. Untuk Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) terdapat 246
sekolah, 73.966 orang murid dan 6.033 orang guru.Pada tahun yang sama jumlah sekolah
Lanjutan atas (SMU) umum terdapat 123 sekolah dengan jumlah murid 25.056 orang dan
guru 2.968 orang, untuk Sekolah kejuruan terdapat 125 sekolah, 33.844 orang murid dan
3.435 orang guru.
Selain itu di Deli Serdang juga terdapat sekolah agama (madrasah) yang setara dengan
sekolah umum, yaitu :
- 157 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan 28.311 murid dan 1.171 guru.
- 119 Madrasah Tsanawiyah (MTs) debgab 21.165 murid dan 1.807 guru.
- 34 Madrasah Aliyah (MA) dengan 4.417 murid dan 554 guru.
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan
manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak
langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Kesehatan merupakan salah satu hal
terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
yang memadai sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan amsyarakat sekaligus
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 21 buah
rumah sakit umum (RSU) milik pemerintah dan swasta. Dengan total kapasitas tempat tidur
berjumlah 1.800 buah. Sedangkan puskesmas yang ada berjumlah 34 buah juga terdapat
Puskesmas Pembantu dan Rumah Bersalin masing-masing berjumalh 104 dan 133.
Tenaga Medis yang tersedia di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang ada 163 orang
dokter umum/spesialis dan 72 orang dokter gigi. Sementara itu tenaga medis pemerintah
lainnya seperti perawat/bidan ada 1.709 orang, dengan jumlah apotek umum sebanyak 144
buah. Di Kabupaten Deli Serdang, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2012 jumlah PUS sekitar 322.731 dan meningkat
menjadi 328.273 pada tahun 2013.
26
Tabel IV.3. Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas Wilayah
dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan
No Kecamatan Banyak
Desa/Kelurahan
Luas
Wilayah
(m2)
Banyak
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Penduduk
Persentase
(%)
1 Gunung Meriah 12 76,65 2.632 34 0,14
2 STM. Hulu 20 223,38 12.994 58 0,69
3 Sibolangit 30 179,96 20.756 115 1,10
4 Kutalimbaru 14 174,92 37.758 216 2,00
5 Pancur Batu 25 122,53 89.469 730 4,74
6 Namo Rambe 36 62,30 38.583 619 2,05
7 Biru-Biru 17 89,69 35.887 400 1,90
8 STM. Hilir 15 190,50 32.267 169 1,71
9 Bangun purba 24 129,95 22.749 175 1,21
10 Galang 29 150,29 64.912 432 3,44
11 Tjg. Morawa 26 131,75 202.870 1540 10,75
12 Patumbak 8 46,79 93.522 1999 4,96
13 Deli Tua 6 9,36 63.877 6824 3,39
14 Sunggal 17 92,52 257.070 2779 13,63
15 Hamparan Perak 20 230,15 158.034 687 8,38
16 Labuhan Deli 5 127,23 63.431 499 3,36
17 Percut Sei Tuan 20 190,79 405.434 2125 21,49
18 Batang Kuis 11 40,34 59.281 1470 3,14
19 Pantai Labu 19 81,85 45.440 555 2,41
20 Beringin 11 52,69 55.276 1049 2,93
21 Lubuk Pakam 13 31,19 85.366 2737 4,53
22 Pagar Merbau 16 62,89 38.780 617 2,06
Jumlah 394 2.497,72 1.886.388 755 100
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
27
Tabel IV.4. Data Kecamatan, Penduduk Dewasa dan Anak-anak menurut Jenis
Kelamin tahun 2013
No Kecamatan Jumlah RT
Dewasa
Banyak Penduduk
Anak-Anak
Banyak Penduduk
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Gunung Meriah 801 961 966 365 340
2 STM. Hulu 3.467 4.430 4.270 2.106 2.188
3 Sibolangit 5.829 7189 7399 3180 2988
4 Kutalimbaru 9.426 12.549 12.806 6.243 6.160
5 Pancur Batu 22.430 30.760 31.487 14.046 13.176
6 Namo Rambe 9.745 12.798 13.493 6.291 6.001
7 Biru-Biru 9.158 12.199 12.312 5.834 5.542
8 STM. Hilir 8.380 11.071 10.855 5.323 5.018
9 Bangun purba 5.712 7.725 7.835 3.653 3.536
10 Galang 16.168 22.655 22.489 9.964 9.804
11 Tjg. Morawa 48.068 69.537 69.274 32.762 31.297
12 Patumbak 22.386 31.800 31.414 15.591 14.717
13 Deli Tua 14.761 21.837 23.398 9.612 9.030
14 Sunggal 60.567 89.631 89.882 39.773 37.784
15 Hamparan Perak 38.675 54.933 53.714 25.387 24.000
16 Labuhan Deli 15.041 22.388 21.814 9.857 9.372
17 Percut Sei Tuan 94.492 140.751 141.553 63.043 60.087
18 Batang Kuis 13.955 20.347 20.034 9.713 9.187
19 Pantai Labu 10.683 15.595 14.589 7.836 7.420
20 Beringin 13.056 19.240 18.900 8.784 8.352
21 Lubuk Pakam 20.133 29.689 31.2014 12.632 11.841
22 Pagar Merbau 9.465 13.051 13.255 6.139 6.335
Deli Serdang 452.398 651.136 652.943 298.134 284.175
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
Data hasil survai ini berorientasi pada lokasi bermukim 400 responden di 22 (dua
puluh dua) Kecamatan yang tersebar di 80 desa. (Nama Kecamatan dan Kelurahan,
terlampir). Profil responden memiliki korelasi terhadap beragam aspek yang terkait dengan
pemilu, terutama tingkat partisipasi, referensi pilihan, dan penilaian responden terhadap
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
28
Tahun 2013, partai politik, dan caleg yang dipilihnya pada pemilu Legislatif Tahun 2014
serta Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Pilpres Tahun 2014.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Laki-laki 201 50,25 50,25 50,25
Perempuan 199 49,75 49,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.5. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin responden terdiri dari 201 orang laki-laki (50,25 %) dan 199 orang
perempuan (49,75 %), serta berstatus kepala keluarga 178 orang (44,50 %), 177 orang (44,25
%) berstatus istri, dan 45 orang berstatus anak dalam rumah tangga responden penelitian ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Anak 45 11,25 11,25 11,25Istri 177 44,25 44,25 55,50Kepala Keluarga 178 44,50 44,50 100,00Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.6. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
B. Purba 5 1,25 1,25 1,25
Bandar baru 5 1,25 1,25 2,50
Bandar Khalifah 5 1,25 1,25 3,75
Bandar Kuala 5 1,25 1,25 5,00
Baru 5 1,25 1,25 6,25
Batu Layang 5 1,25 1,25 7,50
Batu Penjemuran 5 1,25 1,25 8,75
Bingkawan 5 1,25 1,25 10,00
Bintang Meriah 5 1,25 1,25 11,25
Biru-Biru 5 1,25 1,25 12,50
29
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Bulu Cina 5 1,25 1,25 13,75
Deli Tua Barat 5 1,25 1,25 15,00
Denai Sarang Burung 5 1,25 1,25 16,25
Durian 5 1,25 1,25 17,50
Galang Barat 5 1,25 1,25 18,75
Galang Kota 5 1,25 1,25 20,00
Gunung Rintih 5 1,25 1,25 21,25
Helvetia 5 1,25 1,25 22,50
Helvetia Sunggal 5 1,25 1,25 23,75
Hulu 5 1,25 1,25 25,00
Jaba 5 1,25 1,25 26,25
Jati Kesuma 5 1,25 1,25 27,50
Juhar Baru 5 1,25 1,25 28,75
K.S Kampung 5 1,25 1,25 30,00
Karang Anyar 5 1,25 1,25 31,25
Kedai Durian 5 1,25 1,25 32,50
Kenanga 5 1,25 1,25 33,75
Kolam 5 1,25 1,25 35,00
Kuala Dekah 5 1,25 1,25 36,25
Kuta Jurung 5 1,25 1,25 37,50
Kuta Tengah 5 1,25 1,25 38,75
Kuta Tualah 5 1,25 1,25 40,00
Lama 5 1,25 1,25 41,25
Lengau Seprang 5 1,25 1,25 42,50
Limau Manis 5 1,25 1,25 43,75
Lubuk Pakam Pekan 5 1,25 1,25 45,00
Mardinding Julu 5 1,25 1,25 46,25
Marjanji Tongah 5 1,25 1,25 47,50
Namo Mbelin 5 1,25 1,25 48,75
Namorube Julu 5 1,25 1,25 50,00
P. Merbau II 5 1,25 1,25 51,25
P. Sibaji 5 1,25 1,25 52,50
Paku 5 1,25 1,25 53,75
30
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Paluhmanan 5 1,25 1,25 55,00
Parbarakan 5 1,25 1,25 56,25
Pasar Melintang 5 1,25 1,25 57,50
Patumbak I 5 1,25 1,25 58,75
Penara Kebun 5 1,25 1,25 60,00
Perguroan 5 1,25 1,25 61,25
Petapahan 5 1,25 1,25 62,50
Pisang Pala 5 1,25 1,25 63,75
Rambung baru 5 1,25 1,25 65,00
Rantau Panjang 5 1,25 1,25 66,25
Rumah Pilpil 5 1,25 1,25 67,50
Rumah Sumbul 5 1,25 1,25 68,75
Salam Tani 5 1,25 1,25 70,00
Sembahe 5 1,25 1,25 71,25
Sena 5 1,25 1,25 72,50
Sialang 5 1,25 1,25 73,75
Sibaganding 5 1,25 1,25 75,00
Sibunga-bunga Hilir 5 1,25 1,25 76,25
Sidodadi 5 1,25 1,25 77,50
Sidodadi Ramunia 5 1,25 1,25 78,75
Sigara-Gara 5 1,25 1,25 80,00
SM Diski 5 1,25 1,25 81,25
Sudirejo 5 1,25 1,25 82,50
Suka Dame 5 1,25 1,25 83,75
Sukarende 5 1,25 1,25 85,00
Sumbul 5 1,25 1,25 86,25
T. Selamat 5 1,25 1,25 87,50
Tanjung Anom 5 1,25 1,25 88,75
Tanjung Muda 5 1,25 1,25 90,00
Tanjung Mulia 5 1,25 1,25 91,25
Tanjung Siporkis 5 1,25 1,25 92,50
Telaga Sari 5 1,25 1,25 93,75
Telaga Tujuh 5 1,25 1,25 95,00
31
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tembung 5 1,25 1,25 96,25
Tiga Juhar 5 1,25 1,25 97,50
Tuntungan II 5 1,25 1,25 98,75
Ujung Labuhan 5 1,25 1,25 100,0
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Lama bermukim penduduk merupakan variabel lain untuk menelusuri integritas
individual terhadap lingkungan sosial, yang tergambar dalam simbol status sosial dan gaya
hidup (life style). Berdasarkan lama bermukim di tempat tinggalnya ternyata 89,25 % (357
orang) responden sudah lebih dari 10 tahun berdiam di lokasi penelitian, namun ada pula 43
orang responden (10,75 %) yang tergolong baru tinggal yaitu di bawah 10 (sepuluh) tahun.
Tabel IV.8. Komposisi Responden berdasarkan lama tinggal
di daerah ini
Lama Tinggal di desa Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 1 0,25 0,25 0,25
Kurang dari setahun 1 0,25 ,0,25 0,50
1-2 tahun 2 0,50 0,50 1,00
3-4 tahun 5 1,25 1,25 2,25
5-6 tahun 10 2,50 2,50 4,75
7-8 tahun 12 3,00 3,00 7,75
9-10 tahun 12 3,00 3,00 10,75
Diatas 10 tahun 357 89,25 89,25 100,00
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia antara <21 – 60> (antara usia 17
tahun sampai di atas 60 tahun) dimana terdapat 5,50 % (22 responden) dalam kelompok usia
pemilih pemula, sedangkan untuk kelompok usia potensial (21 – 60 tahun) sebanyak 346
responden (86,50 %) dan kelompok lansia (lanjut usia) sebanyak 32 responden (8,00 %).
32
Tabel IV.9. Kelompok Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
<21 22 5,50 5,50 5,50
21-30 54 13,50 13,50 19,00
31-40 104 26,00 26,00 45,00
41-50 128 32,00 32,00 77,00
51-60 60 15,00 15,00 92,00
>60 32 8,00 8,00 100,00
Total 400 100,00 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Berbasis karakter agama, maka responden survai ini terdiri dari beragama Islam 254
orang (63,50 %), Protestan 109 orang (27,25 %), dan Katolik 34 orang (8,50 %), serta Budha
terdapat 3 orang (0,75 %).
Tabel IV.10. Agama Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Islam 254 63,50 63,50 63,50
Protestan 109 27,25 27,25 90,75
Katolik 34 8,50 8,50 99,25
Buddha 3 0,75 0,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Keanekaragaman sosial budaya Sumatera Utara terlihat dari beragamnya latar
belakang suku penduduknya, hal ini tergambar pula dari analisis unit suku (ethnic unit
analysis) responden penelitian ini. Berdasarkan latar belakang etnik responden yang terpilih
dalam penelitian memperlihatkan ragam yang bukan didominasi etnik tempatan yaitu suku
Melayu hanya 34 orang (8,50 %) dan Karo 131 orang (32,75 %). Komposisi etnik masyarakat
yang berdiam di Kabupaten Deli Serdang justru didominasi suku pendatang yaitu Jawa 163
orang (40,75 %). Selain itu terdapat suku Mandailing 18 orang (4,50 %), etnik Batak Toba 17
33
orang (4,25 %), Minang 5 orang (1,25 %), Simalungun 18 orang (4,50 %), Banjar 4 orang
(1,00 %), Sunda 8 orang (2, 00 %) dan Aceh berjumlah 1 orang (0,25 %).
Tabel IV.11. Suku Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Jawa 163 40,75 40,75 40,75
Tionghoa 3 0,75 0,75 41,50
Minang 5 1,25 1,25 42,75
Aceh 1 0,25 0,25 43,00
Banjar 4 1,00 1,00 44,00
Sunda 6 1,50 1,50 45,50
Melayu 34 8,50 8,50 54,00
Toba 17 4,25 4,25 58,25
Mandailing 18 4,50 4,50 62,75
Simalungun 18 4,50 4,50 67,25
Karo 131 32,75 32,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Dari segi jenjang pendidikan yang telah dikecap oleh responden menunjukkan yang
terbanyak berpendidikan menengah atas yaitu sebanyak 199 orang (49,75%). Selain itu,
responden yang berpendidikan tinggi yang sudah menamatkan pendidikannya sebanyak 29
orang (7,25%) dari Perguruan Tinggi/Universitas, yang berjumlah 21 orang (5,25%), serta
96 orang (24,00 %) yang tamat SMP, 41 orang (10,25%) tamat SD dan 22 orang (5,50 %)
tidak menyelesaikan tamat SD serta yang tidak pernah bersekolah sama sekali sebanyak 28
orang (7,00 %).
34
Tabel IV.12. Tingkat Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 7 1,75 1,75 1,75
Tidak pernah sekolah 6 1,50 1,50 3,25
Tidak tamat SD 22 5,50 5,50 8,75
Tamat SD 41 10,25 10,25 19,00
Tamat SLTP 96 24,00 24,00 43,00
Tamat SLTA 199 49,75 49,75 92,75
Tamat Akademi/diploma 8 2,00 2,00 94,75
Tamat S-1 atau lebih tinggi 21 5,25 5,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Konsekuensi dari pendidikan yang dikecap responden berhubungan dengan
kemampuan memahami pesan-pesan tertulis dan lisan yang dikomunikasikan oleh partai
politik dan caleg menjelang pemilu legislatif tahun 2014 lalu. Dalam konteks ini, sebesar
99,75 % responden (399 orang) mengakui mampu membaca huruf dan angka.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Bersekolah 394 98,50 98,50 98,50
Bisa 5 1,25 1,25 99,75
Tidak bisa 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.13. Kalau Tidak Sekolah, apakah bisa baca/tulis ?
Berdasarkan status perkawinan, dimana 351 orang (87,75 %) berstatus kawin, 44
orang (11,00) masih berstatus single, terdapat 5 orang (1,25%) berstatus duda/janda.
35
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, Kawin 351 87,75 87,75 87,75
Tidak Kawin 44 11,00 11,00 98,75
Ya,tapi cerai 5 1,25 1,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.14. Status Perkawinan Responden
C.2. Keadaan Ekonomi dan Kelembagaan Sosial
Pekerjaan responden beragam selaras dengan karakter Kabupaten Deli Serdang yang
berkarakter sub-urban dimana mayoritas responden memiliki mata pencaharian sebagai
petani sebanyak 96 orang ( 24,00%), wiraswasta atau mempunyai usaha sendiri yaitu
sebanyak 78 orang (19,50 %). Selain itu, ada pegawai swasta berjumlah 28 orang (7,00%)
dan Buruh 19 orang (4,75 %), guru 9 orang (2,25 %), Tukang Becak 1 orang (0,25%), PNS
12 orang (3,00 %), supir 2 orang (0,50 %), purnawirawan 1 orang (0,25 %), Bidan 2 orang
(0,50%), kepala Dusun 1 orang (0,25 %), Nelayan 1 orang (0,25 %), Pegawai Desa 1 (0,25
%). Sisanya sebanyak 149 orang (37,25%) adalah responden tidak bekerja, seperti Ibu Rumah
Tangga 94 orang, masih bersekolah 33 orang dan sedang dalam mencari pekerjaan 22 orang.
36
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Bekerja 149 37,25 37,25 37,25
Bidan 2 0,50 0,50 37,75
Buruh 19 4,75 4,75 42,50
Guru 9 2,25 2,25 44,75
Kepala Dusun 1 0,25 0,25 45,00
Nelayan 1 0,25 0,25 45,25
Pegawai Desa 1 0,25 0,25 45,50
Pegawai Swasta 28 7,00 7,00 52,50
Petani 96 24,00 24,00 76,50
PNS 12 3,00 3,00 79,50
Purnawirawan 1 0,25 0,25 79,75
Supir 2 0,50 0,50 80,25
Tukang Becak 1 0,25 0,25 80,50
Wiraswasta 78 19,50 19,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.15 Komposisi Responden berdasarkan Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Masih sekolah 33 22,15 22,15 22,15
Ibu rumah tangga 94 63,09 63,09 85,23
Sedang mencari pekerjaan 22 14,77 14,77 100,00
Total 149 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel VI.16. Sebab Responden Tidak Bekerja
Jenis sumber mata pencaharian memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan.
Berdasarkan paparan tersebut, ternyata sebagian besar responden yaitu 146 orang (36,50 %)
memiliki penghasilan dibawah Rp 1 juta, 139 orang (34,75%) memiliki penghasilan sedang
yaitu lebih besar Rp. 1.000.001 -Rp. 2. 000.000,- . Sedangkan 92 orang (23,00 %) termasuk
berpenghasilan tinggi yaitu diatas Rp. 2.000.000,- perbulannya. Responden lainnya tidak
menjawab, sebanyak 23 orang (5,75%).
37
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Menjawab 23 5,75 5,75 5,75
≤ Rp 500.000 48 12,00 12,00 17,75
> Rp 500.000 - Rp 1.000.000 98 24,50 24,50 42,25
> Rp 1.000.00 - Rp 2.000.000 139 34,75 34,75 77,00
> Rp 2.000.001 - Rp 4.000.000 78 19,50 19,50 96,50
> Rp 4.000.001 - Rp 8.000.000 13 3,25 3,25 99,75
> Rp 8.000.000 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.17. Pendapatan perbulan
C.3. Kapasitas Sarana Informasi
Media massa dan elektronik merupakan instrumen transfer informasi pengetahuan,
hiburan, berita, maupun nilai-nilai sosial budaya, ekonomi dan politik yang dapat dikenali
dari pesan visual dan audiovisual. Berdasarkan kepemilikannya maka 389 responden (97,25
%) ternyata di rumahnya telah ada televisi, dan 11 responden (2,75 %) menyatakan tidak
memiliki televisi di rumahnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 389 97,25 97,25 97,25
Tidak 11 2,75 2,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.18. Kepemilikan Responden atas Televisi
Selain itu, untuk menambah sumber referensi responden dalam prilaku sosial, budaya,
ekonomi dan politik dilakukan dengan membaca koran, majalah dan sumber bacaan lainnya.
Membaca, menonton TV dan mendengar radio merupakan aktivitas pendukung utama bagi
38
masyarakat untuk memperoleh beragam informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam meningkatkan kualitas prilaku dan referensi pilihan.
Terkait dengan pernyataan tersebut, selain menonton TV dari berbagai stasiun TV swasta dan
nasional, serta mendengar radio dengan frekuensi FM dan AM yang ada di kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang, tampaknya responden juga menambahkan bobot prilakunya sehari-
hari termasuk untuk partisipasi politik dan pilihan politiknya dengan membaca koran,
majalah dan media cetak lainnya dengan cara berlangganan di rumah menurut 26 orang
responden (6,50 %), membaca media cetak yang tersedia di kantor atau tempat aktivitas
menurut 87 orang (21,75%), dan dengan membeli media secara eceran setiap hari maupun
hari-hari tertentu saja menurut 70 orang responden (17,50 %). Sedangkan lainnya, yaitu
sebanyak 217 orang (54,25 %) ternyata tidak membaca media cetak secara reguler.
Selengkapnya mengenai gambaran prilaku responden dalam membaca media cetak dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, berlangganan di rumah 26 6,50 6,50 6,50
Ya, membaca di kantor atau tempat aktivitas
87 21,75 21,75 28,25
Ya, memberi eceran hari-hari tertentu
70 17,50 17,50 45,75
Tidak membaca 217 54,25 54,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.19. Apakah pernah membaca Koran ?
C. 4. Kapasitas Responden Dalam Mengikuti Organisasi Sosial Budaya Dan
Politik
Memasuki organisasi dan kelembagan sosial politik merupakan wadah untuk
membangun pengalaman kepemimpinan dan relasi sosial politik. Dengan melakoni peranan
yang dilabelkan oleh struktur organisasi sosial politik, maka seseorang atau sekelompok
orang dapat meningkatkan kapasitas dan kinerja sosial politiknya. Aktivitas sosial dan
partisipasi dalam politik secara teoritis mewarnai preferensi dan pilihan dalam pemberian
suara dalam pemilu. Karena keikutsertaan dalam organisasi sosial, partai politik, dan
organsisasi keagamaan dapat mempengaruhi pragmatisme, primordialime, rasionalitas, dan
39
demokratisnya seseorang dalam memberikan pilihan dan menawarkan pertimbangan-
pertimbangan yang menentukan kebijakan dan keputusan politik.
Selain itu, berbagai dinamika yang muncul ketika melakukan aktivitas sosial dan
politik menyebabkan seseorang skeptis ataupun optimis terhadap pilihan politiknya, karena
pengalamannya merupakan pedoman untuk menetapkan pilihan politik. Dengan adanya
pengalaman politik ini maka akan meningkatlah kapasitas wawasan politik kritis para
responden penelitian ini, karena wawasan politik yang kritis sebagai manfaat pendidikan
politik itu diperlukan untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial, yang
selanjutnya dapat membangkitkan kreativitas orang-orang mencari kemungkinan alternatif
baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara penyelesaian politik yang paling
aman ditempuh, yang keadaan ini berlangsung dari proses penjernihan wawasan politik
mengenai situasinya, dan antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-
masa mendatang, yang disusul dengan adanya upaya redifinisi dan pengubahan terhadap
pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga
terhadap lembaga-lembaga politik dan situasi masyarakatnya (Kartini: 2009).
Berdasarkan paparan teoritik tersebut, sebagian besar responden ternyata berprilaku
berbeda dimana mereka bukanlah anggota dari berbagai organisasi sosial politik yang ada
dalam formasi kelembagaan sosial politik Indonesia, terutama kelembagaan yang merupakan
basis pembangun struktur kekuatan politik. Rendahnya aktivitas responden dalam beragam
aktivitas sosial, politik, keagamaan, seni dan budaya, asosiasi profesi, serikat buruh, maupun
LSM secara teoritis menunjukkan prilaku pemilih yang masih bersifat parochyal political
participant (Miriam Budiardjo: 2010). Oleh karena itu sangat menarik untuk mengetahui
siapa saja di antara warga masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan politik dan siapa saja
yang tidak; sampai seberapa besar tingkat partisipasi politik warga masyarakat; siapa yang
berpartisipasi rendah dan siapa yang tinggi; apa ciri-ciri partisipan dan apa ciri-ciri non
partisipan; serta apa dampak partisipasi terhadap keputusan yang dibuat penguasa politik dan
dampak tindakan-tindakan penguasa politik terhadap partisipasi politik.
Terpusatnya perhatian para ilmuwan politik pada kegiatan politik yang dijalankan
oleh anggota masyarakat sebagai warga negara biasa (private citizen menurut istilah
Huntington dan Nelson) berarti bahwa partisipasi politik adalah salah satu bentuk saja dari
kegiatan politik. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warga negara dalam kedudukannya
sebagai rakyat biasa disebut sebagai partisipasi politik, sesuai dengan salah satu ciri dari teori
partisipasi politik yang berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, dan
berhubungan dengan penentuan pejabat-pejabat politik (Rauf, 1991: 10)
40
Tapi kegiatan politik yang dijalankan oleh para penguasa politik mereka juga warga
negara dan anggota masyarakat dalam kedudukan mereka sebagai pengambil keputusan tidak
dapat dinamakan partisipasi politik. Kegiatan itu hanya dapat disebut sebagai kegiatan politik
saja. Jadi, partisipasi politik mengandung adanya sasaran yang ingin dituju, yaitu proses
pembuatan keputusan politik; partisipan bertujuan untuk mempengaruhi keputusan politik
yang akan diambil agar keputusan itu menguntungkannya atau paling tidak, tidak
merugikannya.
Kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh penguasa politik dalam kedudukannya
sebagai pembuat dan pengambil keputusan politik jelas merupakan kegiatan politik. Para
pengambil keputusan ( decision makers) yang menghasilkan keputusan politik, seharusnya
menjalankan kegiatan politik, dalam bentuk mengikutsertakan masyarakat untuk memberikan
masukan yang akan menjadi pertimbangan untuk dijadikan keputusan politik.
Terkait dengan rendahnya partisipasi dan aktivitas masyarakat dalam berbagai
organisasi, kelembagaan dan partai politik. yang menjauhkan atau menyenjangkan penafsiran
dari elite politik terhadap pikiran dan kepentingan pemilihnya. Sedikitnya anggota
masyarakat yang terlibat dalam aktivitas sosial dan politik, berkorelasi pula dengan tingginya
kerahasiaan dan belum pastinya pilihan pemilih dalam menentukan partai politik yang
dicoblos dalam pemilu 2014. Sebaliknya secara teoritis, aktifnya anggota masyarakat dalam
berbagai kelembagaan sosial dan partai politik semakin meningkatkan komunikasi dengan
elit politik, semakin mudah mengakses informasi dan rencana kebijakan publik yang akan
digodok oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Deli
Serdang.
Tabel IV.20. Komposisi Responden berdasarkan anggota aktif, anggota tidak aktif atau
bukan anggota organisasi atau perkumpulan.
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
a.
Organisasi keagamaan (misalnya dalam Islam ada
NU, Muhammadiyah, majlis taklim, remaja mesjid;
kalau dalam Kristen ada HKBP, Methodist, HKI,
GKPS, GBKPdan sebagainya)
51,00% 12,50% 36,50%
b. Organisasi olahraga, seperti klub sepakbola, senam,
bela diri, dll 91,50% 3,75% 4,75%
c. Organisasi sosial, seperti karang taruna, dharma
wanita, PKK, organisasi marga, dll 82,25% 2,25% 15,50%
41
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
d. Perhimpuan seni dan budaya, seperti seni suara, seni
lukis, seni tari, dan lain-lain 96,25% 1,00% 2,75%
e. Organisasi profesi, seperti ikatan dokter, PGRI,
pengacara, dll 95,50% 2,00% 2,50%
f. Serikat pekerja/buruh, serikat tani, serikat dagang 97,25% 1,25% 1,50%
g. Lembaga Swadaya Masyarakat 97,25% 1,25% 1,50%
h. Partai politik 97,50% 1,25% 1,25%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Kalau kita perhatikan tabel diatas tergambar bahwa keikutsertaan dari responden
sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi keagamaan (36,50 %) dan
organisasi sosial (15,50 %). Sedangkan yang aktif dalam kegiatan LSM dan partai politik
sangat rendah yaitu masing-masing 1,50 % dan 1,25 %. Gambaran ini memberikan arti
bahwa tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau elite
politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang berdampak
pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit dengan aspirasi
masyarakatnya. Karena secara teori kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan
dan ketidaktahuan politik, maka untuk merangsang partisipasi politiknya secara aktif dalam
usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik,yang bertujuan untuk : (a) Membuat
rakyat menjadi melek-politik/sadar politik, (b) lebih kreatif dalam partisipasi sosial politik di
era pembangunan, (c) menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih
nyaman dan sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia (Kartini: 2009).
Leluasanya anggota DPRD dalam menafsirkan bentuk hubungan dan dukungan yang
kondusif ataupun depresif kepada birokrasi pemerintahan sesungguhnya terkondisi oleh
rendahnya mekanisme kontrol masyarakat, karena pemilihan anggota DPRD yang langsung
dipilih oleh voter harusnya berkorelasi langsung dengan fungsi partai politik sebagai
instrumen artikulasi kepentingan dan wadah komunikasi politik antar elite dan pemilihnya.
Kenyataannya seringkali kebijakan pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang disetujui oleh
DPRD mencerminkan jauhnya realita dari bayangan kepentingan konstituen dan pemilih para
anggota dalam Pemilu tahun 2009 lalu.
Karena apa demikian? Menurut Kartini (2000), demokrasi bukan merupakan situasi
yang sudah selesai/finished; tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan
42
digarap tanpa henti-hentinya menuju kearah kemajuan dan kebaikan yang memerlukan
demokratisasi pribadi manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat
pemerintah, agar semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang.
Sehingga fungsi partai politik dan kinerja anggota DPRD diharapkan dapat bermanfaat bagi:
(a) memperbesar kekuasaan dalam menentukan opini publik (pendapat umum) serta
partisipasi politik rakyat (b) ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya
pemerintahan menuju ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Fungsi lembaga-lembaga demokrasi di Kabupaten Deli Serdang sangat diperlukan
mengingat berbagai permasalahan pembangunan yang harus diatasi, sehubungan dengan letak
strategis Kabupaten Deli Serdang sebagai satelit dari wilayah ibukota Provinsi Sumatera
Utara yang struktur masyarakatnya sudah masuk klasifikasi modern dan kota metropolitan
nomor tiga di Indonesia.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Air PAM 3 0,75 0,75 0,75
Masalah ekonomi 241 60,25 60,25 61,00
Masalah keamanan 27 6,75 6,75 67,75
Masalah kebersihan 12 3,00 3,00 70,75
Masalah kesehatan 3 0,75 0,75 71,50
Masalah lalu lintas 2 0,50 0,50 72,00
Masalah moral dan etika 2 0,50 0,50 72,50
Masalah pelayanan public 3 0,75 0,75 73,25
Masalah pemadaman listrik 2 0,50 0,50 73,75
Masalah pendidikan 51 12,75 12,75 86,50
Masalah pengangguran 3 0,75 0,75 87,25
Masalah pertanian 5 1,25 1,25 88,50
Masalah social 2 0,50 0,50 89,00
Pembangunan infrastruktur 40 10,00 10,00 99,00
Pembenahan generasi muda 2 0,50 0,50 99,50
Perbaikan saluran air 2 0,50 0,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.21. Masalah yang paling penting dihadapi masyarakatKabupaten Deli Serdang
43
B. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
B.1. Landasan / Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu;
3. PP Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas PP Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
4. Permendagri Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Permendagri
Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
5. Peraturan KPU Nomor 62 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tahapan,
Program, dan jadwal Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala
Daerah;
6. Peraturan KPU Nomor 61 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan
Jumlah dan Tata Cara Pengisian Keanggotaan DPRD Prov atau DPRD
Kab/Kota Induk dan DPRD Prov atau DPRD Kab/kota yang dibentuk setelah
Pemilu Tahun 2009;
7. Peraturan KPU Nomor 63 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tata Kerja
KPU Prov, KPU Kab/Kota, PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah
dan wakil Kepala Daerah;Peraturan KPU Nomor 64 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pemantauan dan tata Cara Pemantauan Pemilu Kepala Daerah dan
wakil Kepala Daerah;
8. Peraturan KPU Nomor 65 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah;
9. Peraturan KPU Nomor 66 Tahun 2009 tentang Penetapan Norma, Standar,
Prosedur dan Kebutuhan Pengadaan serta Pendistribusian Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
44
10. Peraturan KPU Nomor 67 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara
Pemuktahiran Data dan Daftar Pemilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan wakil
Kepala Daerah;
11. Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata cara
Pencalonan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
12. Peraturan KPU Nomor 69 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Kampanye
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
13. Peraturan KPU Nomor 72 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan
Pemungutan dan Perhitungan Suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah di TPS;
14. Peraturan KPU Nomor 73 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata cara Pelaksanaan
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah oleh PPK, KPU Kab/Kota, dan KPU Prov, serta Penetapan
Calon Terpilih, Pengesahan Pengangkatan dan Pelantikan.
45
B.2. Data Pemilih
Lk PrJUMLAH PEMILIH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.031 1.075 2.106 122 STM. HULU 20 4.743 4.848 9.591 363 SIBOLANGIT 30 7.687 8.089 15.776 614 KUTALIMBARU 14 12.911 13.266 26.177 725 PANCUR BATU 25 33.418 35.015 68.433 1386 NAMORAMBE 36 13.864 14.717 28.581 737 BIRU-BIRU 17 13.222 14.003 27.225 698 STM. HILIR 15 12.670 13.091 25.761 729 BANGUN PURBA 24 8.229 8.376 16.605 4810 GALANG 29 22.745 23.777 46.522 11011 TANJUNG MORAWA 26 78.138 79.192 157.330 31212 PATUMBAK 8 34.483 34.445 68.928 13113 DELI TUA 6 21.487 21.753 43.240 8614 SUNGGAL 17 99.536 100.999 200.535 37315 HAMPARAN PERAK 20 60.245 58.591 118.836 22716 LABUHAN DELI 5 24.471 23.777 48.248 9917 PERCUT SEI TUAN 20 149.963 149.128 299.091 52118 BATANG KUIS 11 22.950 22.918 45.868 8419 PANTAI LABU 19 16.874 16.457 33.331 7220 BERINGIN 11 20.914 20.873 41.787 8621 LUBUK PAKAM 13 41.618 44.544 86.162 15722 PAGAR MERBAU 16 12.926 13.022 25.948 61
394 714.125 721.956 1.436.081 2.900
1 LAPAS LUBUK PAKAM 727 13 740 2
2 LAPAS TANJUNG GUSTA 185 0 185 1
3 RUTAN PANCUR BATU 145 0 145 1
JUMLAH 1.057 13 1.070 4
394 715.182 721.969 1.437.151 2.904
Sumber: KPU Deli Serdang, 2013
JUMLAH
TPS KHUSUS RUTAN / LAPAS
JUMLAH KESELURUHAN
Tabel IV.22. REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH TERDAFTAR PEMILIHAN UMUMKEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
No. KECAMATANJUMLAH
PPS
JUMLAH PEMILIHJUMLAH
TPS KET
46
B.3. SOSIALISASI PILKADA TAHUN 2013
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah, yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan
kegiatan sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk
menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
pada tahun 2013, khususnya pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli
Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan pemimpin daerah di Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 400 responden, terdapat 315
responden (78,75 %) bahwa berpendapat atau memiliki tanggapan tentang informasi sistem
pemilihan kepala daerah di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2013 sudah memadai. Dapat
terlihat pada Tabel IV.22.
Sehingga dari data tersebut (Tabel IV.22) sangat konsisten terhadap pemilih yang
terdaftar sebagai pemilih pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013,
seperti yang terlihat pada Grafik IV.1, yang menyebutkan bahwa terdapat 394 responden
(98,50%) terdaftar sebagai pemilih pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang
tahun 2013.
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.1 Apakah terdaftar sebagai pemilih Pilkada ?
98,50%
1,50%
Ya 394 Tidak 6
47
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 315 78,75 78,75 79
Belum 65 16,25 16,25 95
Tidak ada 20 5,00 5,00 100
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.23. Tanggapan responden tentang informasi sistem pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Namun kegiatan Sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara, hendaknya
diimbangi dengan intensitas para pasangan calon atau Tim pendukungnya dalam
mensosialisasikan atau memperkenalkan pasangan calon pada pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Deli Serdang Tahun 2013, karena terdapat 91 responden (22,75 % ) menyatakan
bahwa informasi tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
Belum dan Tidak memadai. Hal tersebut terdapat pada Grafik IV.2
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.2 Apakah informasi tentang calon bupati sudah memadai ?
77,25%
20,25%
2,50%
Ya 309
Belum 81
Tidak 10
48
Sedangkan tanggapan masyarakat tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan
pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, terdapat 349
responden dari 400 responden (87,25) menyatakan bahwa informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sudah “Memadai”, dan yang menyatakan Tidak ada informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sebanyak 19 responden (4,75%). Seperti yang tertera pada Tabel IV.23.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 349 87,25 87,25 87,25
Belum memadai 32 8,00 8,00 95,25
Tidak ada 19 4,75 4,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.24. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Demikian juga dengan tanggap masyarakat tentang informasi mengenai jadwal
Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, menyebutkan bahwa
terdapat 317 responden dari 400 responden (79,25 %) menyatakan “Memadai” dan sebanyak
26 responden (6,50 %) menyatakan “Tidak Ada”. Tertera pada Tabel IV.24.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 317 79,25 79,25 79,25
Belum memadai 57 14,25 14,25 93,50
Tidak ada 26 6,50 6,50 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.25. Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
49
Media sosialisasi yang dinilai paling efektip oleh pemilih pada pemilihan calon bupati
dan wakil Bupati pemilu tahun 2013 di Kabupaten Deli Serdang adalah iklan luar ruang
(Baliho, Spanduk, Poster, Kartu nama, dll) 73,75% (295 responden), sedangkan media yang
paling tidak efektip menurut hasil survey adalah iklan / Berita di media online dengan
persentase 82,00% (328 responden) uraian pada tabel berikut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 18,25% 3,50% 4,00% 5,00% 12,25% 14,50% 17,00% 16,25% 4,75% 4,50%
b. Iklan/Berita di Radio 32,00% 3,75% 4,00% 7,75% 15,00% 16,75% 14,00% 4,25% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
24,00% 2,25% 3,25% 3,25% 9,00% 19,50% 16,00% 12,75% 6,50% 3,50%
d. Iklan/Berita di media online 48,25% 7,50% 8,50% 6,75% 11,00% 9,75% 4,50% 2,50% 0,00% 1,25%
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
52,00% 6,75% 8,00% 6,50% 8,25% 11,00% 4,25% 2,00% 0,25% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
15,50% 0,50% 1,25% 3,25% 5,75% 13,25% 21,25% 21,75% 10,50% 7,00%
g. Kampanye Partai Politik 21,50% 2,50% 2,75% 3,25% 16,50% 19,50% 17,00% 13,25% 2,25% 1,50%
h. Kunjungan Tim Sukses 22,75% 3,50% 3,50% 4,00% 15,50% 22,50% 14,25% 10,50% 2,00% 1,50%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
26,75% 4,75% 6,00% 5,50% 17,50% 19,50% 11,75% 6,00% 0,50% 1,75%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman
29,50% 2,25% 3,50% 2,50% 12,75% 19,50% 14,75% 10,75% 2,25% 2,25%
k. Pendidikan Politik 46,50% 7,75% 5,75% 4,00% 11,50% 9,75% 7,00% 5,50% 1,50% 0,75%
l. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survai, Juli 20
Bentuk media sosialisasiNoS K O R (% )
Tabel IV.26. Skor Penilaian tentang Sosialisasi Pemilihan Calon Bupati Tahun 2013
Antusias masyarakat dalam memberikan suaranya pada Pemilihan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013, bahwa dari responden yang ditemui
menggambarkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat ke TPS cukup tinggi yaitu sebanyak
383 dari 400 responden mendatangi atau hadir di TPS pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli
Serdang 2013 (95,75 %). Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.68. dalam table tersebut
juga menyebutkan bahwa masyarakat yang kurang atau tidak hadir ke TPS pada Pilkada
Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013 yang tertinggi di Kecamatan Pancur Batu
sebanyak 4 %. Sebagaimana terurai pada tabel dibawah ini.
50
1 B. Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )2 Batang Kuis 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )7 Gunung Meriah 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )8 Hamparan Perak 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )9 Kutalimbaru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )10 Labuhan Deli 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )11 Lubuk Pakam 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )13 P. Labu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )16 Pancur Batu 21 ( 5,25% ) 4 ( 1,00% )17 Patumbak 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )18 Sibolangit 28 ( 7,00% ) 2 ( 0,50% )19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total 383 ( 95,75% ) 17 ( 4,25% )Tidak Menjawab
Sumber: Data Survey, Juli 2015
KecamatanDatang ke TPS sewaktu Pilbup
Ya Tidak
Tabel IV.27. Responden yang memberikan suara dalam Pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
No
Dari 400 responden terdapat 17 responden yang tidak hadir ke Tempat Pemungutan
Suara (TPS) (4.25%), dengan berbagai alasan, dan alasan tertinggi mengapa masyarakat tidak
hadir ke TPS saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
menyebutkan dikarenakan sedang bekerja saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013 berlangsung sebanyak 11 responden (64,71%). Hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel IV.28.
51
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Kurang informasi tentang figurnya 1 5,88 5,88 5,88
Masih di bawah usia 1 5,88 5,88 11,76
Sedang kerja 11 64,71 64,71 76,47
Sedang sakit 1 5,88 5,88 82,35
Tidak dapat kartu pemilih 1 5,88 5,88 88,24
Tidak mengetahui visi dan misinya 1 5,88 5,88 94,12
Tidak punya pilihan 1 5,88 5,88 100,00
Total 17 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.28 Alasan responden tidak memberikan suara
Masyarakat dalam menentukan pilihannya pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, ternyata sebanyak 355 dari 400 responden (88,75 %)
sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
yang akan dipilih, sebelum masuk Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang 2013. Hal tersebut tertera pada Tabel IV.29.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 355 88,75 88,75 88,75
Tidak 45 88,75 11,25 100,00
Total 400 177,50 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.29. Tanggapan responden sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan dipilih sebelum masuk TPS pada Pemilukada Tahun 2013
Demikian juga ketika masyarakat sedang berada di dalam Tempat Pemungutan Suara
(TPS) bahwa sebanyak 351 dari 400 responden (98,87 %) mencoblos pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk
TPS. Hal tersebut sesuai dengan Tabel IV.30.
52
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 351 98,87 98,87 98,87
Tidak 4 1,13 1,13 100,00
Total 355 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.30. Kalau ya, apakah mencoblos Surat Suara yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk TPS ?
Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki kesiapan untuk pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Deli Kabupaten Serdang pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2013, sebanyak 17 dari 45 responden (37,78 %) dengan alasan Tidak
mengenal Calonnya. Terlihat dari table IV.31.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
5 11,11 11,11 11,11
5 11,11 11,11 22,22
13 28,89 28,89 51,11
5 11,11 11,11 62,22
17 37,78 37,78 100,00
45 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.31. Alasan tidak memiliki kesiapan untuk calon Bupati dan wakil Bupati yang akan dipilih
Pasangan Calonnya banyak
Paslon yang ada kurang memperhatikan rakyat
Kurang mengenal calonnya
Terpengaruh oleh orang lain
Tidak mengenal calonnya
Total
Dari 400 responden Pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013, ada
yang memberikan berbagai bentuk atau jenis barang berupa, Uang sebanyak 7,50 % dan yang
tidak sebanyak 92,50 %, Barang tertentu terdapat 6,50 % sedangkan yang tidak 93,50 %,
Sembako ada 8,50 % dan yang tidak 91,50 %, sedangkan untuk Bibit atau Pupuk sebanyak
2,50 % dan yang tidak 97,50 %. Sesuai dengan Tabel IV.32.
53
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 7,50% 92,50%
b. Barang tertentu 6,50% 93,50%
c. Sembako 8,50% 91,50%
d. Bibit atau pupuk 2,50% 97,50%
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.32 Apakah ada yang memberikan bantuan pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2013 ?
Secara umum bahwa masyarakat yang menerima pemberian uang atau barang
tertentu, dengan tujuan untuk menggarap / mendulang suara, oleh pasangan calon atau tim
sukses pasangan calon. dari hasil survey hanya 25 responden (6,25%) yang menerima
bantuan dan sebanyak 24 responden tersebut terpengaruh akan pemberian dari pihak-pihak
yang terlibat dalam Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, Sesuai
dengan Tabel IV.33.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 24 96,00 96,00 96,00
Tidak 1 4,00 4,00 100,00
Total 25 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.33. Responden yang memilih Calon karena menerima bantuan
Pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013,
masyarakat yang memilih pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
terpengaruh karena sudah menerima pemberian atau bantuan dari pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sebanyak 24 responden. Sesuai dengan data pada tabel
IV.34.
54
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sudah membantu dan harus dipilih 24 100,00 100,00 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.34. Alasan responden memilih karena menerima bantuan / pemberian
Pendapat masyarakat tentang kinerja pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan
aparatnya yang telah menjalankan program dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat,
bahwa ditinjau dari beberapa aspek menyebutkan yang tertinggi dari aspek atau bidang
“Kesehatan” sebanyak 61 %, kemudian disusul di bidang “Pendidikan” mencapai 60 %,
sedangkan yang terendah adalah pada aspek “ketenagakerjaan” hanya 9,50 %. Dan data
tersebut tertera pada Tabel IV.35.
No. Aspek Ya Belum Tidak
1 Pembangunan Infrastruktur Kota/Desa 29,50% 63,00% 7,50%
2 Peningkatan Ekonomi Rakyat 11,25% 78,25% 10,50%
3 Investasi (Penanaman Modal) di Daerah 9,50% 70,75% 19,75%
4 Pendidikan 60,00% 34,50% 5,50%
5 Kesehatan 61,50% 32,50% 6,00%
6 Ketenagakerjaan 9,00% 77,50% 13,50%
7 Penegakan Hukum 21,00% 63,75% 15,25%
8 Pemberantasan KKN 14,75% 68,00% 17,25%
9 Pelayanan Publik 37,00% 52,50% 10,50%
10 Pengutipan Restribusi 32,50% 51,25% 16,25%
11 Pertanahan 29,00% 57,30% 13,70%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.35. Pendapat responden tentang kinerja Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan aparatnya
55
B.4. Tingkat Partisipasi Pemilih
Sesuai data Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Deli Serdang, tingkat partisipasi
pemilih pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sangat rendah
dengan capaian hanya 37,99 % dari jumlah pemilih yang terdaftar yaitu 1.437.151 orang.
Partisipasi itu menunjukkan bahwa yang tidak datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara)
menggunakan hak pilihnya 891.091 orang (62,01 %), sedang yang menggunakan hak
pilihnya hanya 546.060 orang.
56
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
640 1.045 1.547 2.278 6.220 2.964 4.765 3.611 23.070
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
8 34 166 675 168 131 125 202 1.509
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
32 117 147 403 694 144 278 613 2.428
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
12 64 46 77 186 149 111 88 733
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38 112 229 1.180 1.548 383 463 308 4.261
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
189 707 1.172 2.731 3.846 1.338 831 607 11.421
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
68 494 508 211 1.137 438 328 645 3.829
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
395 2.337 4.006 4.216 7.703 4.831 4.007 4.524 32.019
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
10 132 689 660 2.931 357 423 234 5.436
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
23 418 140 288 1.435 729 727 442 4.202
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
9 9 61 118 480 119 302 436 1.534
1.424 5.469 8.711 12.837 26.348 11.583 12.360 11.710 90.442
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Tidak Sah 32 124 189 243 529 288 249 199 1.853
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Sah dan Tidak Sah 1.456 5.593 8.900 13.080 26.877 11.871 12.609 11.909 92.295
No. UraianJumlah
Dipindahkan
No. UraianJumlah
Dipindahkan
Tabel IV.36. REKIPITULASI HASIL PEROLEHAN SUARA PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
JumlahDipindahkan
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
57
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
23.070 2.784 6.824 15.403 6.183 4.245 16.687 15.963 91.159
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
1.509 232 321 4.202 645 377 1.889 2.099 11.274
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
2.428 97 254 5.030 450 656 4.058 2.275 15.248
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
733 545 1.308 1.658 342 285 679 786 6.336
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
4.261 643 1.929 6.554 1.390 1.503 11.018 11.066 38.364
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
11.421 1.183 5.987 11.869 5.891 3.159 10.176 9.140 58.826
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
3.829 454 1.091 3.101 844 910 1.928 882 13.039
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
32.019 1.417 1.889 7.128 3.278 1.913 12.970 821 61.435
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
5.436 83 129 995 338 313 711 553 8.558
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
4.202 923 2.381 5.471 2.398 1.099 2.931 2.357 21.762
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
1.534 80 326 1.595 1.130 712 764 608 6.749
90.442 8.441 22.439 63.006 22.889 15.172 63.811 46.550 332.750
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 1.853 199 627 1.509 490 474 1.346 857 7.355
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 92.295 8.640 23.066 64.515 23.379 15.646 65.157 47.407 340.105
JumlahDipindahkan
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
Jumlah Pindahan(I)
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
58
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
91.159 6.815 36.279 5.911 3.662 5.347 6.853 4.668 160.694
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
11.274 428 2.361 543 645 196 208 171 15.826
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
15.248 539 2.172 496 467 444 308 370 20.044
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
6.336 312 1.800 304 286 791 1.770 499 12.098
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38.364 2.175 12.750 690 412 1.959 1.310 2.196 59.856
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
58.826 2.287 14.682 4.017 5.121 3.725 7.485 3.844 99.987
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
13.039 1.008 2.433 598 944 1.149 1.064 628 20.863
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
61.435 850 8.340 1.132 1.106 2.247 8.629 1.116 84.855
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
8.558 149 891 176 140 137 136 55 10.242
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
21.762 1.244 10.374 3.411 1.160 1.744 1.345 587 41.627
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
6.749 393 1.194 219 97 136 115 96 8.999
332.750 16.200 93.276 17.497 14.040 17.875 29.223 14.230 535.091
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 7.355 376 1.438 329 303 381 527 260 10.969
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 340.105 16.576 94.714 17.826 14.343 18.256 29.750 14.490 546.060
Sumber : Data KPU-DS
No. Uraian Jumlah Pindahan (II)
Jumlah Pindahan (II)No. Uraian
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil BupatiJumlahAkhirJumlah Pindahan (II)
JumlahAkhir
JumlahAkhir
59
Berdasarkan Tabel IV.22. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.436.081 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan suara
sesuai Tabel IV.36. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah
sebanyak 546.060 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 sebesar 38.02% (Sumber : Data
KPU DS)
C. Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
C.1 Landasan Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014 :
1. Undang Undang No.2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik
2. Undang Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang: Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Undang Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang: Pemiilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
4. Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan
Umum, dan Dewan Kehormatan Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012,
Nomor 11 Tahun 2012 dan Nomor 01 Tahun 2012 tentang Kode Etik
Peneyelenggara Pemilihan Umum.
5. Peraturan KPU No. 1 2010 Tentang: Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
6. Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Tahapan,
Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tahun 2014.
7. Peraturan KPU No. 7 2012 Tentang: tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014.
60
8. Peraturan KPU No. 10 2013 Tentang: Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Di
Luar Negeri Untuk Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
9. Peraturan KPU No. 12 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 04 Tahun 2013 Tentang Pembentukan Dan Tata
Kerja Panitia Pemilihan Luar Negeri Dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara Luar Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Tahun 2014.
C.2. Data Pemilih Pada Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi
perhatian, terutama dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang
tidak melakukan pencoblosan (Golput) dan yang tidak terdaftar. Persoalan
registrasi pemilih yang masih mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan
Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, ternyata masih memungkinkan
terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data pemilih, karena adanya
kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door menjumpai
masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat
digunakan sebagai rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih,
karena penduduk belum melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu
Keluarga.Keadaan ini dapat mengakibatkan pemilih berpeluang untuk mencoblos
lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas
keberadaan orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya
jumlah pemilih tidak terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat
melanggar asas Jurdil Pemilu. Masalah fenomena tingginya angka ghost-voter
terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang tidak terdaftar dan pemilih
terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang mendatangkan
masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat menjadi
bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
61
Pada Pemilu 2009 kemungkinan pemilih ganda ini diupayakan diatasi
dengan penandaan tinta di jari jempol pemilih, tetapi karena tinta yang mudah
dihapus, peluang untuk kecurangan ini masih muncul. Sehingga untuk Pemilu
2014 lalu, perhatian terhadap masalah tinta penanda ini juga masih relavan dan
penting dijadikan sebagai bagian proses pengendalian kualitas hasil Pemilu.
Dalam hal kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu, berhubungan dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya
dalam DPT, dimana hasil penelitian ini menggambarkan bahwa 396 (99,00 %)
orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1,00 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan tingginya persentase responden terdaftar dalam
DPT, karena responden penelitian ini dipilih dari DPT Pemilu Legislatif tahun
2014, sedangkan empat orang responden yang tidak terdaftar ditemukan adalah
merupakan responden yang ditemui oleh enumerator setelah lima responden
cadangan yang ditetapkan tidak ditemukan.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.3. Apakah Responden terdaftar sebagai pemilih dalam DPT Pileg tahun 2014?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
62
Tingkat pengetahuan pemilih atas terdaftarnya mereka dalam DPT, terkondisi karena
responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir pendaftaran sebanyak 52 orang
(13,00 %) dan sepanjang ingatan responden, ada petugas yang datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkan mereka sebagai calon pemilih pada Pileg tahun 2014 lalu, sebanyak 300 orang
(75,00 %), sedangkan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengingat lagi, proses pendaftaran
tersebut.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, saya langsung mengisi formulir pendaftaran 52 13,00% 13,00% 13,00%
Tidak, formulir pendaftarannya diisi langsung oleh petugas 300 75,00% 75,00% 88,00%
Lupa, tidak ingat 48 12,00% 12,00% 100,00%
Total 400 100,00% 100,00%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.37. Apakah mengisi sendiri formulir pendaftaran ?
Meskipun petugas telah melakukan pendaftaran, ternyata hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa masih terdapat 24 orang (6,00 %) responden menyatakan bahwa
terdapat anggota keluarga mereka yang belum didaftarkan oleh petugas.
Frequency PercentValid
PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.38. Apakah seluruh anggota ikut terdaftar ?
Keadaan belum atau tidak didaftarkannya anggota keluarga responden sebagai
pemilih dalam DPT disebabkan karena: anggota keluarga merantau, tidak didatangi oleh
petugas pendaftar (ditenggarai petugas memanfaatkan Kartu Keluarga penduduk sebagai
referensi dalam mengisi formulir Daftar Pemilih), tidak adanya dokumen kependudukan
sebagai persyaratan domisili menetap, karena adanya anggota keluarga yang tidak menetap,
tidak didaftarkan oleh kepala keluarga, keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
yang seharusnya usianya sudah memenuhi persyaratan 17 tahun atau sudah pernah menikah,
namun tak didaftar, tidak tahu adanya masa pendaftaran sebagai pemilih dalam pemilu.
63
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Anggota keluarga pergi merantau 6 25,00 25,00 25,00
Belum didatangi petugas 6 25,00 25,00 50,00
Identitas tidak memenuhi 3 12,50 12,50 62,50
Karena ada anggota yang tidak menetap 5 20,83 20,83 83,33
Keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
1 4,17 4,17 87,50
Tidak di daftar oleh kepala keluarga 2 8,33 8,33 95,83
Tidak tahu ada masa pendaftaran 1 4,17 4,17 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.39 Penyebab Anggota Keluarga tidak terdaftar
Demi terakomodirnya seluruh masyarakat yang sudah mempunyai hak pilih dalam
pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun 2014, petugas pendaftaran pemilih mendatangi setiap
rumah untuk mendata dan mendaftarkan pemilih bagi yang belum terdata, sembari
menempelkan sticker Coklit Pendataan Pemilih di setiap rumah. Namun berdasarkan hasil
survey masih terdapat 32 dari 400 responden (8,00%) rumah pemilih yang belum ditempel
sticker. Seperti tertera di Grafik IV.4.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.4. Apakah rumah responden ditempel stiker setelah didaftar oleh petugas KPU Deli Serdang?
92,00%
8,00%
Ya 368 Tidak 32
64
Masyarakat pada umumnya mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih
Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sesuai dengan hasil survei yang tertera
pada Tabel IV.40. menyebutkan bahwa sebanyak 321 dari 400 responden (80,25 %),
mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai
Desa/Kelurahan, namun masih terdapat masyarakat yang tidak mengetahui bahwa namanya
tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sebanyak 8
dari 400 responden (2,00%).
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 321 80,25% 80,25 80,25
Tidak 8 2,00% 2,00 82,25
Tidak ingat 71 17,75% 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.40. Apakah responden mengetahui namanya tercatat di DPS yang ditempel di Balai Desa/Kelurahan ?
Tetapi dari 321 responden yang tertera di Tabel IV.40 menyatakan bahwa sebanyak
270 responden (67,50%), mengetahui kalau keluarganya juga terdaftar di DPS, 34 responden
(8,50%) menyatakan tidak mengetahui apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh
anggota keluarga telah terdaftar dan 17 responden (4,25%) menyatakan tidak ingat apakah di
dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar. Seperti tertera di
Tabel IV.41.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 270 67,50% 67,50 67,50
Tidak 34 8,50% 8,50 76,00
Tidak ingat 17 4,25% 4,25 80,25
Total 321 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.41. Kalau Ya, apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar ?
Permasalahan pendaftaran pemilih yang harus mendapat perhatian terkait dengan
rendahnya pengetahuan pemilih atas informasi uji publik daftar pemilih sementara sebagai
masa yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan koreksi atau perbaikan daftar pemilih
65
sementara menuju masa penetapan sebagai DPT oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
Sebanyak 232 orang (58,00 %) mengetahui adanya uji publik daftar pemilih sementara yang
ditempel di tempat-tempat umum, sedangkan 120 orang (30,00 %) tidak mengetahui sama
sekali tentang uji publik DPS tersebut dan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengerti.
Seperti Tabel IV.42.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, tahu 232 58,00 58,00 58,00
Tidak tahu 120 30,00 30,00 88,00
Tidak mengerti 48 12,00 12,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.42. Tanggapan responden mengenai adanya uji publik daftar pemilih sementara yang ditujukan untuk mendapat masukan
Berikut ini tersaji Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
66
L P JLH L P JLH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.032 1.073 2.105 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.642 4.743 9.385 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.482 7.914 15.396 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 12.821 13.618 26.439 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 30.904 32.361 63.265 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.446 13.184 25.630 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.370 13.063 25.433 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.681 11.999 23.680 77
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 7.818 7.969 15.787 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.488 23.308 45.796 127
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.842 76.603 152.445 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.005 32.135 64.140 146
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 19.447 19.680 39.127 112
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 93.767 93.966 187.733 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 53.370 52.200 105.570 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 21.317 20.600 41.917 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.787 133.190 267.977 643
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.362 23.558 46.920 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.853 16.550 33.403 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.109 19.229 38.338 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.113 41.773 81.886 193
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 12.823 12.929 25.752 71
394 935.240 911.022 1.846.262 666.479 671.645 1.338.124 3.485
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang tahun 2014
Jumlah Penduduk
Jumlah
Legislatif
Jumlah TPS
Jumlah PemilihNo KecamatanJumlah
Desa/Kelurahan
C.3. Sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Legislatif
tahun 2014 untuk memilih Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan kegiatan sosialisasi yang
dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada
pemilihan umum Legislatif tahun 2014 khususnya di daerah pemilihan wilayah Kabupaten
Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan wakil rakyat.
Tanggapan masyarakat tentang memadai tidaknya informasi mengenai jadwal
pemilihan legislatif tahun 2014, dapat dilihat pada tabel IV.44 yaitu sebanyak 361 dari 400
67
responden (90,25%), sudah mengetahui jadwal Pemilihan Umum Legislatif. Sementara ada
27 responden (6,75 %) mengaku belum mengetahui jadwal pesta demokrasi tersebut.
Selanjutnya, 12 responden (3,00 %) mengaku tidak ada jadwal Pemilu.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 361 90,25 90,25 90,25
Belum 27 6,75 6,75 97
Tidak ada 12 3 3 100
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.44 Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pileg 2014, apakah sudah memadai ?
Demikian dengan informasi tentang Partai Politik, sebanyak 330 dari 400 responden
(82,50 %) menyatakan bahwa informasi tentang Partai Politik peserta Pemilu sudah
memadai, sedangkan 57 responden (14,25 %) menyatakan belum memadai, serta 13
responden (3,25 %) menyatakan tidak ada sama sekali. Seperti terlihat pada grafik berikut ini
:
77,75 311
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.5. Apakah informasi tentang partai politik sudah memadai?
80,25%
2,00%
17,75%
321Ya
8Tidak
71Tidak ingat
Terkait tentang peryataan responden yang menyebutkan bahwa belum memadainya
informasi mengenai Partai Politik, sebanyak 43 dari 57 responden (75,44 %) menguraikan
68
alasannya adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, selanjutnya 5 responden (8,77 %)
menguraikan alasan bahwa terlalu banyak partai, serta 4 responden (7,02 %) menguraikan
alasan informasi tentang Partai Politik itu belum tersaji secara menyeluruh. Seperti terlihat
pada tabel IV.45.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Belum secara menyeluruh 4 7,02 7,02 7,02
Kurangnya pengurus partai 1 1,75 1,75 8,77
Kurangnya sosialisasi ke masyarakat 43 75,44 75,44 84,21
Masih belum baik 1 1,75 1,75 85,96
Partai jangan terlalu banyak 1 1,75 1,75 87,72
Perlu meningkatkan sosialisasi 1 1,75 1,75 89,47
Sedang ada pekerjaan 1 1,75 1,75 91,23
Terlalu banyak partai 5 8,77 8,77 100,00
Total 57 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.45. Alasan belum memadai
Infromasi mengenai calon anggota Legislatif saat berjalannya tahapan-tahapan
pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif sudah tergolong memadai. Hal itu dapat dilihat dari
400 responden yang dimintai tanggapannya, sebanyak 249 responden (62,25 %) mengatakan
sudah memadai. Namun diantaranya sebanyak 116 responden (29 %) mengatakan belum
memadai, bahkan sebanyak 35 responden (8,75 %) mengaku bahwa informasi tentang calon
Legislatif itu tidak ada sama sekali. Seperti teruarai pada Tabel IV.46.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 249 62,25 62,25 62,25
Belum memadai 116 29,00 29,00 91,25
Tidak ada 35 8,75 8,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.46. Tanggapan responden tentang informasi mengenai calon anggota DPR, DPD dan DPRD, apakah sudah memadai ?
69
Dari Tabel di bawah, 93 dari 116 responden (80,17 %) yang mengatakan belum
memadai sosialisasi para calon anggota Legislatif dengan alasan kurang sosialisasi ke
masyarakat, 18 responden (15,52 %) menyatakan kurang informasi tentang calegnya dan
selebihnya menyatakan terlalu banyak calon legislatifnya dan tidak ada informasi tentang
calon legislatifnya. Seperti terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Kurang informasi tentang calegnya 18 15,52 15,52 15,52
Kurang sosialiasi ke masyarakat 93 80,17 80,17 95,69
Terlalu banyak calon legislatif 2 1,72 1,72 97,41Tidak ada informasi 3 2,59 2,59 100,00Total 116 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.47. Alasan belum memadai
Kegiatan sosialisasi melalui media, pelatihan pemilih oleh berbagai lembaga (LSM,
Perguruan Tinggi, Ormas, Lembaga Keagamaan) sehingga pengetahuan pemilih tentang
teknis pelaksanaan Pemilu akan lebih baik. Kegiatan ini diyakini akan mampu memberikan
pemahaman sistem pencoblosan dalam sistem pemilu tahun 2014 lalu. Tetapi karena waktu
yang terbatas, kegiatan sosialisasi menjadi minim sehingga pengetahuan pemilih terhadap
tata cara pemberian suara menjadi rendah. Kesulitan teknis dalam pelaksanaan pemilu, dapat
dilihat dari pemahaman sebagian besar responden tentang tata cara pemberian suara. Soal-
soal sederhana seperti tatacara pencoblosan, misalnya masih ada 35 orang (8,75%) responden
menjawab belum memadai. Bahkan ada 13 orang (3,25%) responden yang menyebutkan
bahwa tidak ada sama sekali informasi mengenai tata cara pemberian suara dalam pemilu
Legislatif 2014 yang lalu, dimana 352 orang (88,00%) responden yang menyatakan sudah
memadai.
70
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 352 88,00 88,00 88,00
Belum memadai 35 8,75 8,75 96,75
Tidak ada 13 3,25 3,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.48. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencobolosan dalam Pemilu Legislatif tahun 2014, apakah sudah memadai ?
Dari hasil survey, 132 dari 400 responden (33,00%) menyatakan bahwa cara
mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos gambar partai, 156 responden (39,00%)
menyatakan cara mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos Gambar partai dan nama
calon, sedangkan 17 responden (4,25%) meyatakan tidak tahu cara mencoblos pada pemilu
2014, dan 95 responden (23,75%) yang sudah memahami cara mencoblos yang sebenarnya
pada pemilu 2014 yaitu mencoblos nama calon yang diajukan partai.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Mencoblos gambar partai 132 33,00 33,00 33,00
Mencoblos nama calon yang diajukan partai 95 23,75 23,75 56,75
Mencoblos tanda gambar dan nama calon yang diajukan partai 156 39,00 39,00 95,75
Tidak tahu 17 4,25 4,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.49. Pengetahuan responden tentang cara pencoblosan pada Pemilu 2014
Calon anggota legislatif seyogianya populer atau dikenal oleh banyak pemilih, dan
bila terpilih loyalitas calon anggota legislatif seharusnya lebih berorientasi kepada
kepentingan rakyat dibandingkan loyalitasnya kepada partai politik yang mengusulkannya.
Namun, karena sistem pemilu ini belum tersosialisasi dengan baik, mengakibatkan usulan
sebagian besar caleg berbasis otoritas yang dominan dikelola oleh pengurus partai politik,
akibatnya banyak caleg yang belum dikenal oleh pemilih.
71
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu legislatif dengan memberikan skor 1-10, dimana, penilaian dari angka 1 sampai 5,
merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk angka 6 -10, merupakan penilaian
yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu
2014 dan sosialisasi partai politik serta caleg yang berkontes, hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi ternyata merupakan media
yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 314 orang (78,50%), diikuti kemudian dengan
iklan luar ruang sebesar 307 Orang (76, 75 %), kampanye yang dilaksanakan partai politik
secara terbuka ataupun dengan mobilisasi sebanyak 218 orang (54,50%). Sedangkan
publikasi melalui media sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak
322 orang (80,50 %) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian
juga dengan media online sebanyak 313 orang (78,25 %) dan pendidikan politik sebanyak
295 responden (73,75%)
72
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (1 s/d 5) 12 (6 s/d 10)
a. Iklan/Berita di TV 11,50% 0,25% 1% 1,25% 7,50% 12,75% 24,50% 25,75% 7,75% 7,75% 86 314
b. Iklan/Berita di Radio 32,75% 6,75% 4,25% 6,50% 17,50% 14,25% 11,50% 4,00% 1,75% 0,75% 271 129
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
25,25% 2,50% 5,25% 3,50% 13% 15,50% 17,25% 12% 3,00% 2,75% 198 202
d. Iklan/Berita di media online 49,00% 8% 5,25% 7% 9% 9,50% 7% 3,75% 0,50% 1% 313 87
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
53,00% 6,25% 6,75% 6,75% 7,75% 10,25% 5% 2,75% 0,75% 0,75% 322 78
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster, Spanduk, Kartu nama dll
14% 1% 1,50% 1,50% 5,25% 13,50% 24,25% 24% 9,25% 5,75% 93 307
g. Kampanye Partai Politik 16,75% 2,50% 3,50% 5,25% 17,50% 19,25% 17,25% 11,75% 4% 2,25% 182 218
h. Kunjungan Tim Sukses 20,50% 3,75% 6% 4,50% 15,75% 21% 16,75% 7,50% 2,75% 1,50% 202 198
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
24,75% 5,50% 5,25% 7,50% 18,25% 19% 10,75% 6,25% 1,50% 1,25% 245 155
j.Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28% 2,75% 2% 5% 13,75% 18,75% 16,25% 9,75% 2,25% 1,50% 206 194
k. Pendidikan Politik 47,00% 7% 5,50% 5,25% 9% 13% 4,50% 6,25% 2,25% 0,25% 295 105
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Bentuk media sosialisasiNoS K O R
(Persentase)Jumlah Responden
Tabel IV.50 Skor penilaian Responden atas bentuk media sosialisasi yang efektif mengenai Partai Politik/Calon Anggota Legislatif peserta Pemilu tahun 2014
73
Dari hasil tersebut di atas, terlihat bahwa media televisi masih menjadi media yang
efektif untuk menyampaikan informasi berkaitan dengan Pemilu, sedangkan media sosial
yang diakses melalui internet, belum menjadi pilihan dari sebahagian besar pemilih di
Kabupaten Deli Serdang untuk mendapatkan informasi tentang Pemilu.
Secara teoritik bahwa pengaruh pendidikan dan sosialisasi politik adalah signifikan
terhadap perilaku politik komunitas (Kartini, 2009). Proses pendidikan politik dilakukan
secara intensional (dengan sengaja dan dengan tujuan tertentu), sedangkan sosialisasi politik,
adalah proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan. Dampak dari sosialisasi
politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan tanpa refleksi
harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari struktur-struktur
politik yang ada di masyarakat. Sedang dampak dari pendidikan politik ialah mengarahkan
anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah kehidupan
politik.
Terkait dengan paparan diatas, maka ketidaktahuan responden tentang teknis
pelaksanaan Pemilu sebagaimana terungkap dalam temuan sebelumnya terkait pula dengan
sosialisasi Pemilu, sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai politik dan caleg yang masih
kurang memadai menurut 173 responden (43,25%) sesuai data Grafik IV.5 dan Tabel IV.45.
Gambaran ini sebenarnya bukan monopoli pemilih di Kabupaten Deli Serdang saja, tapi juga
ungkapan pemilih di seluruh Indonesia, terutama daerah-daerah yang sangat terpencil. Karena
itu pula, seluruh pemangku kepentingan (stake holder) harus bekerjasama dan memilih
strategi sosialisasi yang tepat sasaran agar pemahaman tentang teknis pelaksanaan Pemilu
dapat diserap sebagian besar pemilih.
Sebanyak 364 responden (91,00%) menyatakan telah memiliki kesiapan tentang partai
politik di tingkat DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih
sebelum ke TPS pada pemilu 2014 dan 36 responden (9,00%) menyatakan tidak memiliki
kesiapan untuk memilih parpol.
74
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 364 91,00 91,00 91,00
Tidak 36 9,00 9,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.51 Kesiapan responden tentang partai politik di DPR,DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa 354 responden (88,50%) telah memiliki
kesiapan untuk memilih caleg yang akan dipilih di DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten Deli Serdang sebelum sampai ke TPS dan sebanyak 46 responden (11,50%) tidak
memiliki kesiapan untuk menentukan caleg yang akan dipilih, sehingga pilihannya
dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik
dan ‘gambling’, karena mereka baru pemilih pemula dan belum mendapatkan sosialisasi
politik yang tuntas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 354 88,50 88,50 88,50
Tidak 46 11,50 11,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.52 Kesiapan responden tentang Caleg di DPR,DPRD Provinsi,DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Setiap pemilih dihadapkan pada banyak pilihan sejalan dengan banyaknya kandidat
dan parpol peserta Pemilu. Setidaknya ada 3 kelompok besar kondisi memilih yang juga
dapat merefleksikan peta persaingan yang ada yaitu, (1) memilih caleg dari parpol yang
sama, atau (2) memilih caleg dari parpol berbeda. Dan pada kondisi dimana pemilih kurang
mengenal calegnya maka pemilih akan dihadapkan pada kondisi untuk memilih caleg atau
parpol, dengan alternatif (3) memilih parpol.
75
Berdasarkan hasil survey terdapat 260 responden (65,00%) memilih caleg dari parpol
yang sama untuk semua tingkatan legislatif dan 140 responden (35,00%) menyatakan tidak
memilih caleg dari partai politik yang sama.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 260 65,00 65,00 65,00
Tidak 140 35,00 35,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.53 Apakah mencoblos Surat Suara anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang berasal dari Partai yang sama ?
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang aktif. Menjatuhkan pilihan
pada partai politik tertentu, merupakan keputusan yang dilandasi faktor motivasi yang dapat
bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat pula dipengaruhi oleh strategi
komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh partai politik yang dialami
pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat pula
mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam mengidentifikasikan parpol pilihannya atau
berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik tertentu.
Secara konsekuensif, bahwa penilaian pemilih atas pola mengakomodir kepentingan
rakyat oleh legislatif hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi dan pandangan
masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas parpol peserta Pemilu tahun 2014.
Pandangan tersebut diatas dapat diterangkan dengan rangkaian hasil penelitian Romli (2010:
94) yang menyimpulkan bahwa prilaku memilih dalam Pemilu tahun 2009 lalu
memperlihatkan 4 (empat) kecenderungan, yaitu: (1) secara demografis, maka kecenderungan
pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi (suku, jenis
kelamin, dan agama) calon legislatif, sedangkan untuk wilayah perdesaan maka ikatan
kulturalnya masih menjadi faktor yang mempengaruhi pilihannya terhadap caleg dan
parpol.(2) secara ekologis, perbedaan konsentrasi basis massa partai politik mempengaruhi
perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka peranan patrón
sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih mempengaruhi pilihan
masyarakat yang tinggal di perdesaan dan ada temuan berlangsungnya prilaku transaksional,
76
sedangkan diperkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari media tv, radio, koran
dapat mempegaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang signifikan atas perolehan
suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka pemilih yang rasional idealis
(kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi, platform dan program parpol
ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional realistis (mempertimbangkan
kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Dari uraian diatas dapat dilihat gambaran pada tabel responden dibawah ini untuk
menentukan pilihannya bahwa responden yang tidak mencoblos caleg dari partai yang sama,
sebanyak 85 responden (60,71%) mengurai alasan lebih memilih figur dari calonnya, 42
responden (30,00%) memilih calon yang dikenalnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Karena yang datang sosialiasi berbeda 1 0,71 0,71 0,71
Melihat figurnya walau beda partai 85 60,71 60,71 61,43
Melihat programnya 7 5,00 5,00 66,43
Memilih yang dikenal 42 30,00 30,00 96,43
Sesuai hati nurani 4 2,86 2,86 99,29
Tidak mengenal semua calon 1 0,71 0,71 100,00
Total 140 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.54 Kalau Tidak, Mengapa tidak mencoblos Surat Suara yang berasal dari partai yang sama ?
C.4. Partisipasi Pemilih pada Pemilu Legislatif tahun 2014
C.4.1. Popularitas Partai Politik dan Calon Anggota Legislatif tahun 2014
Perubahan pola perilaku pemilih dari pemilih tradisional menuju modern ini
mengisyaratkan bahwa sebagian besar responden mulai lebih cerdas dalam menjatuhkan
pilihannya. Dalam artian, mereka tidak ingin lagi seperti membeli kucing dalam karung dan
hanya tertarik dengan pesona-pesona dan kharisma pemimpin Parpol.
Sebanyak 269 dari 400 responden (67,25%) akan mencoblos tanda gambar partai jika
tidak mengenal calonnya, 71 responden (17,75) tidak mencoblos tanda gambar partai dan
nama calon, sebanyak 35 responden (8,75%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
77
sekenanya saja dan 25 responden (6,25%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
yang ada di urutan teratas. Seperti terurai pada tabel IV.55.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Mencoblos tanda gambar partai saja 269 67,25 67,25 67,25
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon yang ada di urutan teratas
25 6,25 6,25 73,50
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon sekenanya saja
35 8,75 8,75 82,25
Tidak mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
71 17,75 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.55. Jika pada saat pencoblosan tidak mengenal calon, kira kira apa yang akan dilakukan ?
Tampaknya peran ‘tokoh’ mulai tergantikan oleh platform atau program parpol. Ini
mudah dipahami, karena dengan kebebasan informasi sekarang, citra tokoh pemimpin dan
pemimpin kharismatik tidak lagi ‘sesempurna’ masa silam, karena dengan mudah citra itu
akan berubah, jika kebusukan politik atau skandal pribadinya diungkap pers. Ditambah lagi,
kharisma pemimpin ternyata tidak menjadi garansi dalam melakukan perubahan, yang
dianggap sebagian responden semakin menurun.
Perubahan pola perilaku pemilih ‘tradisional’ menuju ‘rasional’ ini sebenarnya
merupakan peluang bagus yang harus dimanfaatkan setiap parpol. Ini bisa disiasati dengan
menawarkan program partai yang lebih rasional dan operasional serta berdampak langsung
kepada masyarakat. Retorika-retorika yang sering disampaikan pada masa kampanye silam,
sudah saatnya dirubah dengan logika-logika yang dikemas dalam program parpol yang
berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat; seperti skenario penanggulangan
pengangguran, pertumbuhan dan keadilan ekonomi, akses pada pelayanan publik dengan
indikator-indikator yang lebih terukur. Kampanye monolog perlu disiasati dengan dialog,
termasuk menawarkan caleg-caleg yang lebih kritis dan memiliki integritas yang baik.
Ketika pemilih merasa bingung untuk menentukan pilihan pada pemilu Legislatif,
maka alternatif memilih partai jauh lebih mudah bisa dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan, karena jumlahnya hanya 12 Partai saja, serta jauh lebih sedikit dibandingkan caleg
yang jumlahnya bisa ratusan tertera di surat suara.
78
Aspek pertimbangan memilih partai lebih sederhana. Bisa membedakan partai
nasionalis atau islamis. Bisa partai dominan atau tak dominan di parlemen. Bisa partai lama
atau baru. Bisa partai yang anggotanya di masa jabatan legislatif/eksekutif, paling sedikit
melakukan korupsi atau kejahatan lainnya. Bisa tak ingin memilih partai pemenang pemilu
sebelumnya, atau malah tetap mempertahankannya.
Memilih partai (bukan caleg) masih relevan, karena sistem pemilu kita menerima
memilih partai. Memang, pasal 5 UU No. 8/2012 menyatakan Pemilu 2014 menggunakan
sistem proporsional daftar terbuka untuk DPR serta DPRD I dan II (untuk DPD bersistem
mayoritarian banyak wakil). Sistem pemilu ini dalam penerapan ketat teknis pemilihannya,
memilih caleg/orang. Teknis memilih caleg (tanpa partai) menjadi salah satu pembeda
dengan sistem proporsional daftar tertutup yang memilih partai.
Pemilu 2014 masih menerima pilihan partai saja karena beberapa pertimbangan.
Indonesia masih di fase transisi, dari otokrasi menuju demokrasi. Politik, baik makna
struktural maupun kultural, masih jauh dari masyarakat karena setengah dari usia bangsa
Indonesia hidup di masa pengharaman politik. Pasca-Reformasi, baru tiga kali kita benar-
benar menyelenggarakan pemilu setelah dari 1971 sampai 1997. Keadaan ini menjadikan
penerapan sistem proporsional daftar terbuka di Pemilu 2009 dan 2014 tak utuh sesuai teori.
Seperti yang tertera di tabel berikut ini, meskipun para responden lebih mudah
memilih partai dan menyebutkan pilihan partainya, namun masih lebih banyak responden
yang merahasiakan pilihan partainya yaitu sebanyak 143 dari 400 responden (35,75 %).
Dengan itu, para responden sudah memahami azas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil. Seperti pada tabel IV.56.
79
No. Nama Partai Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
1. PDI Perjuangan 108 27,00 27,00 27,00
2. Partai Golkar 29 7,25 7,25 34,25
3. Partai Gerindra 41 10,25 10,25 44,50
4. Partai Demokrat 34 8,50 8,50 53,00
5. PKB 3 0,75 0,75 53,75
6. PKS 9 2,25 2,25 56,00
7. PAN 8 2,00 2,00 58,00
8. PPP 8 2,00 2,00 60,00
9. Partai Nasdem 7 1,75 1,75 61,75
10. Partai Hanura 9 2,25 2,25 64,00
11. Belum Punya Hak Pilih pada Pemilu 2014 1 0,25 0,25 64,25
12. Rahasia 143 35,75 35,75 100,00
400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 201
Tabel IV.56. Partai politik yang dipilih Responden pada pemilu 2014
Popularitas lembaga legislatif masih didominasi oleh DPR dan DPRD, yang berarti
bahwa lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai utusan daerah, masih kurang
dikenal masyarakat. Pada hasil survey terlihat 43 dari 400 responden (10,75 %) menyatakan
tidak pernah mendengar lembaga Dewan Perwakilan Daerah. Seperti terurai pada tabel IV.57
berikut ini :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Pernah 357 89,25 89,25 89,25Tidak pernah 43 10,75 10,75 100,00Total 400 100,00 100,00
Tabel IV.57. Tanggapan responden, apakah pernah mendengar adanya Dewan Perwakilan Daerah ?
Menurut tanggapan masyarakat tentang siapa yang memilih anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), sebanyak 305 dari 400 responden (76,25 %) menjawab dipilih
oleh Rakyat secara langsung.
80
Namun masih terdapat 77 dari 400 responden (19,25%) yang mengaku bahwa mereka tidak
tahu siapa yang memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), hal tersebut tertera
dalam table IV.58.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
MPR 5 1,25 1,25 1,25
DPR 5 1,25 1,25 2,50
DPRD 8 2,00 2,00 4,50
Rakyat secara langsung 305 76,25 76,25 80,75
Tidak tahu 77 19,25 19,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.58. Tanggapan responden tentang siapa yang memilih anggota DPD ?
Secara umum menyebutkan bahwa masyarakat masih banyak yang belum mengetahui
tentang DPD, hal tersebut dilihat pada table IV.59.
Frequency Percent Frequency Percent
1 Jumlah anggota DPD tiap provinsi adalah 4 orang 85 21,25% 315 78,75%
2 Anggota DPD dipilih secara langsung oleh rakyat 305 76,25% 95 23,75%
3DPD adalah lembaga yang berisi para wakil daritiap provinsi 171 42,75% 229 57,25%
4DPD berwenang memberikan usulan rancanganUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah 146 36,50% 254 63,50%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.59. Pengetahuan responden tentang DPD
No Hal-hal Tentang DPDTahu Tidak tahu
Sedangkan dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat dengan Dewan Pimpinan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Deli Serdang selama ini. Dilihat dari hasil survey menyebutkan
bahwa terdapat 183 responden dari 400 responden (45,75%) menyebut bahwa kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang selama ini “Kurang Puas”. Sedangkan yang terendah 1(satu)
81
responden dari 400 responden (0,25%) menyatakan “Sangat Puas”terhadap kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang. Terlihat pada Tabel IV.60.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sangat puas 1 0,25 0,25 0,25
Puas 56 14,00 14,00 14,25
Kurang Puas 183 45,75 45,75 60,00
Tidak puas 75 18,75 18,75 78,75
Sangat tidak puas 13 3,25 3,25 82,00
Tidak tahu 72 18,00 18,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.60. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Kabupaten Deli Serdang selama ini
Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota Dewan dari tingkat Pusat hingga
Kabupaten, dan kinerja yang harus diperbaiki menurut masyarakat Kabupaten Deli Serdang
menyebutkan bahwa yang tertinggi sebanyak 65 responden dari 400 responden (23,99 %)
menyatakan änggota Dewan yang merupakan perwakilan dan perpanjang tangan rakyat
“Kurang memperhatikan masyarakat”, sedangkan kan yang terendah yang menyatakan
“Biaya Pajak Tinggi”, sebanyak 1 (Satu) orang dari 400 responden (0,37%). Hal tersebut
terpapar di Tabel IV.61.
82
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Biaya pajak tinggi 1 0,37 0,37 0,37
Disiplin bekerja 4 1,48 1,48 1,85
Peduli ke masyarakat 42 15,50 15,50 17,34
Infrastruktur 32 11,81 11,81 29,15
Janji tidak ditepati 28 10,33 10,33 39,48
Memperhatikan Masalah ekonomi Rakyat
23 8,49 8,49 47,97
Membangun desa 17 6,27 6,27 54,24
Kurang memperhatikan masyarakat 65 23,99 23,99 78,23
Meningkatkan kinerjanya 25 9,23 9,23 87,45
Narkoba 1 0,37 0,37 87,82
Perbaikan sistem birokrasi 1 0,37 0,37 88,19
Tidak ada hasil kerja 28 10,33 10,33 98,52
Tidak memperdulikan petani 3 1,11 1,11 99,63
Buat penyuluhan pertanian 1 0,37 0,37 100,00
Total 271 100,00 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.61. Jika tidak puas, kinerja apa yang barus diperbaiki ?
Demikian juga dengan tingkat kepuasan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang
terhadap kinerja Dewan Perwakilan Daerah Provinsi, yang menyatakan “Kurang
Puas”sebanyak 184 orang dari 400 responden (46,00%), kemudian masyarakat yang
merasa”Tiadak Puas” sebanyak 100 dari 400 responden (25,00%). Sedangkan yang terendah
yaitu menyatakan “Sangat Tidak Puas”sebanyak 11 responden dari 400 responden (2,75%).
Hal tersebut dapat dilihat di Tabel IV.62.
83
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Puas 31 7,75 7,75 7,75
Kurang Puas 184 46,00 46,00 53,75
Tidak puas 100 25,00 25,00 78,75
Sangat tidak puas 11 2,75 2,75 81,50
Tidak tahu 74 18,50 18,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.62. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Provinsi selama ini
Sedangkan tingkat kepuasan masyarakat tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat
selama ini. Dari 400 responden terdapat 185 responden (46,25) merasa “Kurang puas”. Dan
yang “Tidak Puas” sebanyak 122 responden dari 400 responden (28,00 %), serta yang merasa
“Puas” tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak 30 responden (7,50%).
Tertera dalam Tabel IV.63.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Puas 30 7,50 7,50 7,50
Kurang Puas 185 46,25 46,25 53,75
Tidak Puas 112 28,00 28,00 81,75
Tidak tahu 73 18,25 18,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.63. Kepuasan responden tentang kinerja DPR selama ini
C.4.2. Politik Uang (Money Politics)
Pendidikan politik yang buruk terhadap pemilih dapat ditelusuri dari adanya politik
uang dalam menggarap suara pemilih dan mempengaruhi preferensi pemilih. Berdasarkan
hasil penelitian ini, ketika ditanyakan apakah ada calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur
anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli Serdang yang
memberikan uang dan sesuatu yang termasuk kategori politik uang, terdapat 73 dari 400
84
responden (18,25%) yang mengakui bahwa dalam Pileg tahun 2014 lalu menerima pemberian
uang, 55 responden (13,75%) menerima barang tertentu, 66 responden (16,50 %) menerima
bantuan sembako, dan 20 responden (5,00%) menerima bantuan bibit/pupuk.
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 18,25% 81,75%
b. Barang tertentu 13,75% 86,25%
c. Sembako 16,50% 83,50%
d. Bibit atau pupuk 5,00% 95,00%Sumber: Data survey tahun 2015
Tabel IV.64. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli
Serdang yang memberikan hal-hal berikut:
Pengaruh pemberian yang diterima oleh responden terhadap pilihannya ternyata tidak
signifikan, dimana terdapat 36 responden dari 400 responden (9,00%) yang memberikan
suaranya dalam Pileg 2014 atas Partai Politik pilihannya terkait dengan pemberian calon
legislatif, tim sukses atau pengurus partai yang mendatangi pemilih.
Kondisi keterpengaruhan atau perilaku pemilih terkait pemberian uang dapat
dijelaskan oleh jawaban responden sebagai keharusan untuk tidak mengingkari
tanggungjawab yang ditunjukkan dalam perilaku pemilih sebagai tanggapan atau mereka
atas pemberian yang telah diterima dengan gambaran bahwa pemberian merupakan perhatian
kepada masyarakat, merasa terbantu secara ekonomi, serta adanya ungkapan aji mumpung
“Kapan lagi kita menerima pemberian dari calon legislatif, kalau bukan saat mereka
memerlukan suara kita, sehingga terima saja uangnya pilihannya kita yang tahu”.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 36 9,00 9,00 9,00
Tidak 364 91,00 91,00 100,00
Total 400 100,0 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.65. Keterpengaruhan responden karena pemberian Uang dan barang
85
C.4.3. Kehadiran Pemilih di TPS pada Pemilu Legislatif tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, erat
hubungannya dengan pengetahuan responden dan sudah terdaftar di DPT (Daftar Pemilu
Tetap). Dari 400 responden mengaku 396 responden (99,00 %) menyatakan terdaftar dalam
DPT, sedang 4 orang (1,00 %) ditemukan tidak terdaftar. Temuan itu diperoleh, karena
responden utama dan 5 responden cadangan yang sudah didaftar tidak ditemukan enumerator,
sehingga langkah berikutnya mengambil keterangan dari responden cadangan terdekat dan
ternyata 4 responden tersebut mengaku belum terdaftar di DPT.
Salah satu indikator tingkat partisipasi politik pemilih dapat ditelusuri dari kehadiran
pemilih di TPS saat pemberian suara dalam Pemilu. Berdasarkan hasil penelitian ini, 97 %
responden menyatakan datang memberikan suaranya di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu.
86
1 Bangun Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )
2 Batang Kuis 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )
4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
7 Gunung Meriah 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
8 Hamparan Perak 18 ( 4,50% ) 2 ( 0,50% )
9 Kutalimbaru 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )
10 Labuhan Deli 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
11 Lubuk Pakam 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )
13 Pantai Labu 19 ( 4,75% ) 1 ( 0,25% )
14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
16 Pancur Batu 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
17 Patumbak 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
18 Sibolangit 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total hadir di TPS 388 ( 97,00% )
Tidak hadir di TPS 12 ( 3,00% )
Jumlah
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.66. Kehadiran Responden datang ke TPS sewaktu Pemilu Legislatif tahun 2014
No Kecamatan
400 (100% )
Ke TPS sewaktu Pileg?
Ya Tidak
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi perhatian, terutama
dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang tidak melakukan pencoblosan
(Golput) ditambah yang tidak terdaftar. Persoalan registrasi pemilih yang masih
mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang,
ternyata masih memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data
87
pemilih, diakibatkan adanya kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door
menjumpai masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat digunakan sebagai
rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih, sementara penduduk belum
melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu Keluarga. Keadaan ini dapat mengakibatkan
pemilih berpeluang untuk mencoblos lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas keberadaan
orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya jumlah pemilih tidak
terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat melanggar asas Jurdil Pemilu.
Fenomena tingginya angka ghost-voter terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang
tidak terdaftar dan pemilih terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang
mendatangkan masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat
menjadi bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
Hasil Pemilu Legislatif Tahun 2014 tingkat DPRD Kabupaten Deli Serdang, adalah
seperti pada tabel berikut ini.
88
No Dapil Nasdem PKB PKS PDIP Golkar Gerindra Demokrat PAN PPP Hanura PBB PKPI Jumlah suara sah
Jumlah suara tidak sah
Jumlah Suara sah dan Tidak Sah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Sunggal 3.394 1.972 8.079 10.051 27.887 11.573 7.004 7.151 3.031 3.341 2.783 5.010 91.276 4.396 95.672
2 Hamparan Perak 3.204 9.045 3.175 4.810 7.657 4.781 7.691 8.538 4.407 7.433 1.492 1.585 63.818 3.414 67.232
3 Labuhan Deli 1.050 1.946 1.066 3.307 998 4.653 5.811 794 1.437 786 192 227 22.267 1.152 23.419
Percut Sei Tuan 7.674 10.834 10.144 17.937 16.377 21.403 15.786 8.505 15.185 6.017 5.731 2.858 138.451 1.395 139.846
1Tanjung Morawa 8.982 7.293 4.207 11.641 13.448 5.322 11.362 6.224 5.284 6.522 1.668 3.216 85.169 2.116 87.285
Patumbak 3.504 731 2.287 4.558 3.448 6.075 3.019 1.777 3.122 2.880 725 1.621 33.747 1.197 34.944
1 Batang Kuis 1.422 1.747 2.588 2.587 1.725 1.879 2.358 3.289 1.723 486 3.434 364 23.602 1.179 24.781
23 Lubuk Pakam 993 401 1.474 6.944 6.642 4.700 4.150 6.429 1.807 457 1.735 2.644 38.376 1.304 39.680
Pagar Merbau 616 262 787 2.808 5.031 2.890 627 3.054 549 310 360 264 17.558 636 18.194
Pantai Labu 705 491 1.242 2.216 3.849 2.407 2.915 1.226 317 303 1.813 1.102 18.586 1.223 19.809
1 Beringin 1.843 593 1.843 3.042 3.319 7.330 1.477 1.889 945 1.913 402 1.553 26.149 864 27.013
1 Gunung Meriah 82 10 22 390 528 179 131 2 30 142 0 12 1.528 42 1.570
2 STM Hulu 248 80 279 864 1.665 279 337 319 208 1.700 74 50 6.103 160 6.263
3 STM Hilir 597 486 960 3.040 2.290 655 899 938 283 3.814 248 200 14.410 433 14.843
4 Bangun Purba 1.079 200 839 1.019 1.274 1.363 2.146 1.285 143 1.205 1.038 17 11.608 459 12.067
5 Galang 4.176 1.118 2.124 4.055 3.561 2.208 2.585 4.031 551 4.734 2.388 20 31.551 1.104 32.655
1 Sibolangit 584 125 115 1.888 2.144 1.125 1.781 413 23 1.306 24 209 9.737 273 10.010
2 Kutalimbau 2.275 294 551 1.455 1.985 3.368 2.584 262 932 2.398 59 155 16.318 416 16.734
3 Pancur Batu 1.251 524 2.264 5.722 4.731 5.242 5.681 1.545 662 5.950 325 1.095 34.992 1.258 36.250
4 Namorambe 468 436 965 7.576 1.616 1.734 859 378 326 419 131 366 15.274 403 15.677
5 Biru-biru 2.314 383 780 2.064 2.563 3.285 584 1.310 544 235 116 1.131 15.309 462 15.771
6 Deli Tua 2.010 1.694 1.543 3.677 4.425 1.661 917 2.808 2.586 611 2.301 463 24.696 836 25.532
48.471 40.665 47.334 101.651 117.163 94.112 80.704 62.167 44.095 52.962 27.039 24.162 740.525 24.722 765.247
6,55% 5,49% 6,39% 13,73% 15,82% 12,71% 10,90% 8,39% 5,95% 7,15% 3,65% 3,26% 100,00%
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.67. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Partai Politik untuk DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Jumlah Perolehan Suara
Presentase Perolehan Suara
Deli Serdang 1
Deli Serdang 2
Deli Serdang 3
Deli Serdang 4
Deli Serdang 5
Deli Serdang 6
89
Berdasarkan Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014,
jumlah pemilih terdaftar sebanyak 1.338.124 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari
pemungutan suara sesuai Tabel IV.67. Rekapitulasi Perolehan Suara Partai Politik untuk
DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah sebanyak 765.247
suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten Deli Serdang di Kabupaten Deli Serdang sebesar 57.19% (Sumaber : Data
KPU DS)
D. Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
D.1 Landasan/Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
1. Undang-Undang No 42 Tahun 2008, Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
2. Undang-Undang No 15 Tahun 2011, Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13 Tahun 2012, No. 11 Tahun
2012, No. 01 Tahun 2012, Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
4. Peraturan KPU No. 4 Tahun 2014 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
5. Peraturan KPU No. 09 Tahun 2014 Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Dalam
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
6. Peraturan KPU No. 19 Tahun 2014 Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara di
TPS Dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
90
D.2. Data Pemilih Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
L P JLH L P JLH1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.025 1.064 2.089 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.589 4.706 9.295 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.448 7.848 15.296 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 13.079 13.885 26.964 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 31.231 32.620 63.851 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.439 13.149 25.588 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.457 13.144 25.601 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.740 12.001 23.741 75
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 8.095 8.237 16.332 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.677 23.504 46.181 124
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.145 75.973 151.118 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.066 32.173 64.239 134
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 20.266 21.076 41.342 86
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 95.165 93.979 189.144 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 54.089 52.878 106.967 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 22.206 21.438 43.644 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.914 133.315 268.229 580
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.221 23.344 46.565 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.441 16.114 32.555 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.723 19.838 39.561 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.079 41.579 81.658 186
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 13.026 13.103 26.129 70
394 935.240 911.022 1.846.262 671.121 674.968 1.346.089 3.371Sumber : Data KPU-DS
KecamatanJumlah Desa/
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang
Jumlah
Jumlah TPS
PilpresJumlah PemilihNo
D.3. Sosialiasi Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden tahun 2014 untuk memilih pemimpin negara kesatuan Republik
Indonesia yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu memerlukan kegiatan
sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak
pilihnya pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 khususnya di daerah
pemilihan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan
pemimpin negara.
Kegiatan sosialisasi tentang informasi sistem pemilihan pasangan Calon
Presiden/Wakil Presiden yang lebih intens dilakukan eskpos melalui media, sehingga
91
pengetahuan pemilih tentang teknis pelaksanaan Pemilu Presiden lebih baik. Kegiatan ini
diyakini mampu mengatasi kekurangan informasi tentang sistem pencoblosan pada pemilu
Pilpres tahun 2014 lalu, karena hanya akan mencoblos 2 (dua) pasangan saja. Seperti yang
terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 336 84,00 84,00 84,00
Belum memadai 50 12,50 12,50 96,50
Tidak ada 14 3,50 3,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.69. Tanggapan responden tentang informasi mengenai sistem pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Belum mengetahui programnya 3 6,00 6,00 6,00
Informasinya belum jelas 10 20,00 20,00 26,00
Kurang sosialiasi melalui media 3 6,00 6,00 32,00
Kurang sosialisasi ke masyarakat 25 50,00 50,00 82,00
Masyarakat apatis 3 6,00 6,00 88,00
Sosialisasi kepada masyarakat secara langsung
3 6,00 6,00 94,00
Tidak mengikut perkembangan politik 3 6,00 6,00 100,00
Total 50 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.70. Alasan belum memadai
Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil dan track record calon
Presiden dan Wakil Presiden, 23 dari 400 responden (5,75 %) menyatakan tidak mendapat
informasi, 52 responden (13,00 %) menyatakan belum memadai, dengan alasan tertinggi
kurang mengenal calonnya sebanyak 20 responden (38,46 %) . Meskipun terdapat 325
responden (81,25 %) menyatakan informasi yang dimaksud sudah memadai, seperti yang
tertera pada tabel berikut ini.
92
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sudah memadai 325 81,25 81,25 81,25
Belum memadai 52 13,00 13,00 94,25
Tidak ada 23 5,75 5,75 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.71. Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil, track record calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Informasi belum jelas 5 9,62 9,62 9,62
Kurang mengenal calonnya 20 38,46 38,46 48,08
Kurang sosialisasi di media 5 9,62 9,62 57,69
Kurang sosialisasi ke masyarakat 12 23,08 23,08 80,77
Tidak mengerti 5 9,62 9,62 90,38
Tidak mengikuti perkembangan politik 5 9,62 9,62 100
Total 52 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
IV.72. Alasan belum memadai
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 dengan memberikan skor 1-10, dimana,
penilaian dari angka 1 sampai 5, merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk
angka 6 -10, merupakan penilaian yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam
mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu 2014 dan sosialisasi partai politik pendukung yang
berkontes, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi
ternyata merupakan media yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 334 orang
(83,50%), diikuti dengan iklan luar ruang sebesar 293 Orang (73,25 %), serta Iklan/Berita di
Surat Kabar/ Majalah sebanyak 240 responden (60,00%). Sedangkan publikasi melalui media
sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak 301 responden (75,25
%) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian juga dengan media
online sebanyak 295 responden (73,75 %) dan kunjungan pengurus partai politik pendukung
sebanyak 247 responden (61,75%)
93
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 11,25% 0,25% 0,00% 1,00% 4,00% 8,25% 22,00% 28,50% 10,75% 14,00%
b. Iklan/Berita di Radio 31,75% 7,00% 3,00% 5,75% 13,00% 16,50% 14,75% 5,75% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll 23,50% 2,00% 2,25% 4,00% 8,25% 17,75% 18,75% 16,00% 3,00% 4,50%
d. Iklan/Berita di media online 45,75% 7,25% 4,25% 5,75% 10,75% 11,00% 7,25% 5,50% 1,50% 1,00%
e. Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
50,75% 5,75% 4,75% 5,50% 8,50% 12,25% 7,00% 3,75% 0,75% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
14,25% 0,75% 2,50% 1,25% 8,00% 12,50% 19,25% 26,00% 8,75% 6,75%
g. Kampanye Partai Politik 21,75% 2,00% 4,00% 4,50% 15,50% 21,50% 12,75% 12,50% 3,50% 2,00%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik 28,00% 3,00% 5,00% 7,00% 18,75% 20,00% 9,00% 5,75% 2,25% 1,25%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28,50% 1,25% 3,75% 4,00% 10,50% 20,75% 15,25% 12,75% 1,75% 1,50%
k. Pendidikan Politik 50,00% 4,50% 6,75% 4,00% 8,25% 11,00% 4,75% 8,25% 1,75% 0,75%
l. Lainnya, sebutkanSumber: Data Survey, Juli 2015
No Bentuk media sosialisasiS K O R (persen)
IV.73. Skor penilaian Responden terhadap bentuk media sosialisasi yang efektif tentang Calon Presiden/Wakil Presiden peserta Pemilu tahun 2014 lalu:
D.4. Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Pipres tahun 2014 lalu, erat hubungannya
dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya dalam DPT, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kondisi yang sama dengan terdaftarnya responden di dalam Pileg, dimana
396 (99 %) orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan ini disebabkan oleh pengetahuan pemilih atas terdaftarnya
mereka dalam DPT, karena responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir
pendaftaran, dan ingatan responden manakala petugas datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkannnya sebagai calon pemilih Pileg tahun 2014 lalu.
94
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.6. Apakah terdaftar sebagai pemilih pada Pilpres ?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
95
Ya Tidak1 B. Purba 24(6%) 1(0,3%)
2 Batang Kuis 10(2,5%) 0(0%)
3 Beringin 8(2%) 2(0,5%)
4 Biru-biru 15(3,8%) 0(0%)
5 Deli Tua 10(2,5%) 0%
6 Galang 29(7,5%) 1(0,3%)
7 Gunung Meriah 10(2,5%) 0(0%)
8 Hamparan Perak 18(4,5%) 2(0%)
9 Kutalimbaru 15(3,8%) 0(0%)
10 Labuhan Deli 10(2,5%) 0(0%)
11 Lubuk Pakam 15(3,8%) 0(0%)
12 Namorambe 35(5,5%) 0(0%)
13 P. Labu 19(4,8%) 1(0%)
14 Percut Sei Tuan 19(4,8%) 1(0,3%)
15 Pagar Merbau 15(3,8%) 0(0%)
16 Pancur Batu 23(6,3%) 2(0,5%)
17 Patumbak 10(2,5%) 0(0%)
18 Sibolangit 29(7,3%) 1(0,3%)
19 STM Hilir 15(3,8%) 0(0%)
20 STM Hulu 20(5%) 0(0%)
21 Sunggal 14(3,5%) 1(0%)
22 Tanjung Morawa 23(5,5%) 2(0,5%)
Total 386 (96,50 % ) 14 (5,50% )Sumber: Data Survey, Juli 2015
No KecamatanApakah datang ke TPS sewaktu Pilpres ?
Tabel IV.74. Kehadiran responden pada Pilpres Tahun 2014
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu Presiden dan wakil Presiden mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada pasangan calon tertentu, merupakan keputusan yang
dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat
pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh
partai politik pengusung calon yang dialami pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam
mengakses layanan publik dapat pula mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam
mengidentifikasikan calon pilihannya atau berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik
tertentu.
96
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Janji 1 7,14 7,14 7,14
Karena katanya membantu masyarakat 1 7,14 7,14 14,29
Pulang kampong 1 7,14 7,14 21,43
Sedang ada pekerjaan 3 21,43 21,43 42,86
Tidak ada surat memilih 7 50,00 50,00 92,86
Tidak terdaftar 1 7,14 7,14 100,00
Total 14 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.75. Alasan tidak mencoblos pada Pilpres 2014
Dalam pelaksanaan pemilu Presiden dan wakil Presiden 2014 lalu, ternyata tingkat
kesiapan pemilih untuk memantapkan pilihannnya sebelum masuk kedalam bilik suara sudah
tinggi, dimana hanya 383 responden (95,75%) yang telah memiliki preferensi pilihan
pasangan calon yang akan dipilih, sedangkan 10 responden (2,50%) belum memiliki pilihan
saat memasuki bilik suara, sehingga pilihannya dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan
kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik dan ‘gambling’. Dan sebanyak 7 responden
(1,75%) enggan untuk menjawab pertanyaan dari enumerator.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.7 Apakah mempunyai kesiapan untuk mencoblos calon presiden dan wakil Presiden ?
95,75%
2,50% 1,75%
Ya 383
Tidak 10
Tidak menjawab 7
97
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.76. Perilaku responden di dalam bilik suara, apakah memilih calon presiden dan wakil presiden sesuai yang akan dipilih sebelum sampai di TPS pada Pemilu 2014
Terkait dengan politik uang dan pemberian barang pada pemilihan umum Presiden
dan wakil Presiden tahun 2014, responden menjawab beberapa hal seperti pada tabel berikut.
Bentuk Pemberian
a. Uang
b. Barang tertentu
c. Sembako
d. Bibit atau pupuk
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Ya Tidak
Tabel IV.77. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur Calon Presiden dalam Pilpres 2014 lalu yang memberikan hal-hal berikut ini
1,75% (7)
3,75% (15)
3,5% (14)
2% (8)
98,25% (393)
96,25% (385)
96,5% (386)
98% (392)
Dampak dari politik uang atau pemberian barang tertentu dari pasangan calon, partai
politik pengusung dan tim sukses pasangan calon menunjukkan bahwa hanya 11 responden
(2,75%) menyatakan mencoblos karena pemberian tersebut sedangkan 389 responden
(97,25%) menyatakan tidak terpengaruh oleh pemberian yang disebutkan diatas, seperti dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 11 2,75 2,75 2,75
Tidak 389 97,25 97,25 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.78. Keterpengaruhan responden karena Pemberian Uang dan barang
98
Dalam mengambil keputusan terkait dengan memilih pasangan calon Presiden dan
wakil Presiden pada pemilu 2014 tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan para pemilih,
hal-hal dimaksud adalah Jenis kelamin, Agama, Asal suku, asal partai politik dan program
calon. Hasil survey menunjukkan seperti tabel di bawah ini.
No Faktor
1 Jenis kelamin calon
2 Agama calon
3 Asal suku bangsa calon
4 Asal partai politik
5 Program calon
Sumber: Data Survey, Juli 2015
84,25%
Tak menjadi pertimbangan
47,75%
47,00%
82,25%
68,75%
15,75%
Menjadi pertimbangan
52,25%
53,00%
17,75%
31,25%
Tabel IV.79. Faktor pertimbangan Responden untuk memilih calon Presiden danWakil Presiden
99
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Gunung Meriah
Tjg Morawa Sibolangit Kutalimba
ruPancur Batu
Namorambe
S ibiru-biru S TM Hilir Bangun
Purba Galang STM Hulu Patumbak Jumlah Dipindah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Prabowo – Hatta 346 53.850 1.544 5.830 14.120 6.089 5.521 4.465 4.991 17.163 1.225 21.645 136.789
2 Jokowi-Jusuf Kalla 1.174 38.606 8.376 10.574 24.919 9.772 10.274 10.386 6.222 12.898 5.003 15.801 154.005
1.520 92.456 9.920 16.404 39.039 15.861 15.795 14.851 11.213 30.061 6.228 37.446 290.794
31 362 54 79 139 65 88 70 36 131 38 151 1.244
1.551 92.818 9.974 16.483 39.178 15.926 15.883 14.921 11.249 30.192 6.266 37.597 292.038
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Jumlah Pindahan
Deli Tua S unggalHamparan
PerakLabuhan
DeliPercut Sei
TuanBatang Kuis
Lubuk Pakam
Pagar Merbau
Pantai Labu Beringin
Jumlah Akhir Presentase
1 Prabowo-Hatta 136.789 15.102 53.262 44.699 15.933 91.428 16.245 18.379 10.146 10.445 12.254 424.682 53,19%
2 Jokowi-Jusuf Kalla 154.005 11.411 52.339 23.338 10.437 62.678 8.625 21.223 7.753 8.143 13.808 373.760 46,81%
290.794 26.513 105.601 68.037 26.370 154.106 24.870 39.602 17.899 18.588 26.062 798.442
1.244 139 387 205 79 531 95 136 69 97 73 3.055
292.038 26.652 105.988 68.242 26.449 154.637 24.965 39.738 17.968 18.685 26.135 801.497
Sumber: KPU Deli Serdang, 2014
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Tabel IV.80. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang
Jumlah Suara Sah
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Jumlah Suara Sah
100
Berdasarkan Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.346.089 pemilih tetapi jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan
suara sesuai Tabel IV.80. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang dan jumlah suara tidak sah sebanyak
801.497 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang sebesar 59.54% (Sumaber : Data KPU DS)
101
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang sudah dipaparkan pada bab-bab terdahulu, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Partisipasi Pemilih dalam setiap Pemilu di Kabupaten Deli Serdang dapat ditelusuri dari
kehadiran dan ketidakhadiran (voter turn-out) di Tempat Pemungutan Suara (TPS)
yang dipengaruhi beragam penyebab. Salah satu hal terkait masalah kehadiran pemilih
dalam Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kecenderungan bahwa: (a) Akurasi tahapan pemutakhiran data
pemilih. Persoalan paling sensitif dalam pelaksanaan pemilu Kabupaten Deli Serdang
yang paling rawan berhubungan dengan adanya NIK Ganda (b) Dinamika mobilitas
penduduk yang tergolong pada komuter yaitu penduduk yang bekerja di kota Medan
secara ulang-alik ke Kabupaten Deli Serdang, dimana terdaftar sebagai penduduk yang
memiliki KTP Kabupaten Deli Serdang, namun karena mereka harus bekerja di Kota
Medan dan tidak libur secara fakultatif menyebabkan ketidak pastian mereka dalam
kehadirannya di TPS. (c) Persebaran luasnya lahan Eks HGU perkebunan,
menyebabkan tingginya angka penggarap yang berasal dari banyak Kabupaten/kota lain
Sumatera Utara yang menjadi pemukim di Kabupaten Deli Serdang, yang belum
berstatus penduduk yang terdaftar dalam DPT Pemilu di Kabupaten Deli Serdang. (d)
Masalah tinggi rendahnya kehadiran dan ketidak hadiran pemilih (voting turn-out)
bersumber dari kekurang akuratan DPT Pemilu yang diakibatkan oleh metode verifikasi
dan pemutakhiran data pemilih sehubungan dengan fenomena “ghost voter”, yaitu
pemilih yang terdaftar dalam DPT yang digunakan sebagai referensi undangan terhadap
pemilih, tetapi pada saat hari H ternyata tidak datang atau tidak hadir ke TPS. Ketidak
hadiran pemilih (voter in-absentia) di TPS karena faktor diatas diakibatkan oleh
penduduk yang telah meninggal, pindah, melanjutkan studi dan bekerja di perantauan
(daerah lain) tetapi masih tetap terdaftar dalam Kartu Keluarga dan DPT yang disahkan
oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
2. Tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau
102
elite politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang
berdampak pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit
dengan aspirasi masyarakatnya. Kondisi ini tergambar dari keikutsertaan dari
responden sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi
keagamaan (36,5 %) dan organisasi sosial (15,5 %). Sedangkan yang aktif dalam
kegiatan LSM dan partai politik sangat rendah yaitu masing-masing 1,5 % dan 1,3%.
3. Pengenalan pemilih yang dijadikan responden dalam penelitian ini terhadap figure
calon legislatif, calon kepala daerah, mulai dari tingkat Gubernur sampai Bupati, dan
Presiden serta Partai Politik yang dipilih ternyata banyak dipengaruhi oleh faktor
sosialisasi politik yang telah diterima, karena faktor tersebut dapat mempengaruhi dan
merubah preferensi pemilih terhadap Capres/Cawapres, caleg pilihannya dan Parpol,
terutama bagi para responden yang baru pertama sekali mengikuti Pemilu atau
mengejawantahkan kedaulatan politiknya dalam memilih pejabat politik yang
mewakilinya di lembaga legislatif dan pemerintahan.
4. Tingkat kepuasaan masyarakat (pemilih) terhadap kinerja Pemerintah (Nasional,
Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang) yang rendah juga menjadi salah
satu penyebab rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Deli Serdang,
dimana masyarakat Deli Serdang beranggapan bahwa siapapun yang dipilih, tidak aka
nada perubahan yang mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, terbukti dari
banyaknya persoalan mulai dari harga bahan pokok yang terus meningkat, fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang belum merata serta infrastruktur jalan yang belum
terbangun sampai ke desa-desa terpencil.
5. Kurangnya sosialisasi mengenai kepemiluan mulai dari Pilkada Kepala Daerah
(Gubernur dan Bupati), Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu
Presiden/Wakil Preside yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu (KPU) dan Partai
Politik juga berperan penting dalam menyebabkan rendahnya partisipasi Pemilih dalam
setiap momen pemilihan umum di Kabupaten Deli Serdang.
103
B. REKOMENDASI
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi dalam mengatasi
rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam setiap pemilu di Kabupaten Deli Serdang adalah
sebagai berikut :
1. Konsekuensi dari fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang hadir ke TPS dapat
menimbulkan persoalan yang menjadi titik rawan dalam setiap penyelenggaraan
pemilu legislatif, pilpres dan Pilkada. Karena itu, masalah pemutakhiran data pemilih
harus dilakukan dengan ketelitian dan sistem yang andal setiap tahun oleh KPU
Kabupaten Deli Serdang bersama dengan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yaitu
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Deli Serdang dengan
menetapkan metode verifikasi dan revisi data pemilih secara terukur dan faktual.
2. Kualitas Pemilui tidak dapat hanya diukur dari tingginya partisipasi pemilih yang
hadir ke TPS tanpa dibarengi prilaku pemilih yang rasional. Karena ini KPU Deli
Serdang harus bekerjasama dengan berbagai pihak diantaranya Partai Politik, DPRD,
dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan pendidikan pemilih secara
reguler dengan sistem pendidikan politik yang dilengkapi dengan kurikulum yang
aplikatif yang dapat memenuhi tujuan demokratisasi dan kedaulatan rakyat.
3. Sosialisasi yang intens dengan menggunakan media-media kreatif yang mudah
dijangkau/diakses oleh Pemilih dan juga memanfaatkan tokoh-tokoh masyarakat
(Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Perempuan) untuk dapat lebih cepat
menyampaikan informasi baik mengenai tahapan pemilu maupun berkaitan dengan
calon/peserta pemilu baik kepala daerah, legislative maupun presiden.
104
DAFTAR PUSTAKA
American Center For International Labor Solidarity (ACILS), (1999), A Handbook For
Long-term Election Monitors: Indonesian General Elections 1999.
Budiarjo, Miriam (1994), Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Burns, D. (2000), “Can Local Democracy Survive Governance?” , Urban Studies, Vol. 37,
No. 5-6.
Burns, D., Hambleton, R. & Hogget, P. (1994), The Politics of Decentralisation
(Basingtoke: Macmillan).
Diamond, Larry (ed.), (1988), Democracies in Developing Countries, Lynne Riener Pub.,
Boulder, Colorado, vol. 3.
Duverger, Maurice, 2002, Sosiologi Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Feith, Herbert dan Castles, Lance (1988), Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965,
LP3ES, Jakarta.
Firmanzah, 2010, Persaingan, Legitimasi, Kekuasaan dan Marketing Politik: Pembelajaran
Politik Pemilu 2009, Yayasan Obor, Jakarta.
Grote, J. R and Gbikpi, B., eds (2002) Participatiry Governance, Opladen : Verlag Leske +
Budrich.
Harun, Rochayat dan Sumarno, 2006, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Mandar Maju,
Bandung.
Held, David, 1996, Model of Democracy, Stanford University Press, Cambridge.
Marijan, Kacung, 2010, Sistem Politik Indonesia, Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru,
Penerbit Kencana, Jakarta.
Mas’oed Mochtar dan Mac Andrews, Colin, (2001), Perbandingan Sistem Politik, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Musa, Ali Masykur, 2003, Sistem Pemilu: Proporsional Terbuka Setengah Hati, Pustaka
Indonesia Satu, Jakarta.
Rahman, Arifin, 2002, Sistem Politik Indonesia, Dalam Perspektif Struktural Fungsional,
Penerbit SIC, Surabaya.
105
Richardson, Henry S., 2002, Democratic Authonomy: Public Reasoning about the Ends of
Policy, Oxford University Press, New York.
Riswandi, 2009, Komunikasi Politik, Graha Ilmu Universitas Mercubuana, Jakarta.
Roode, Charlton Clymer, dkk, 2000, (terj.), Pengantar Ilmu Politik, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Romli, Lili, 2010, Evaluasi Pemilu Legislatif 2009, Tinjauan atas Proses Pemilu, Jurnal
Penelitian Politik, Vol. 7 No. 1/2010, LIPI, Jakarta.
Schmitter, P. (2000). “Participation in Governance Arrangement” , (in) Grote, J. R. and
Gbikpi, B., eds (2002).
United States Information Service (USIS), (tanpa tahun), Unsur-Unsur Pemilihan Umum
Demokratis dalam Apakah Demokrasi Itu? (Jakarta: USIS, Indonesia)
Varma, SP, 1999, Teori Politik Modern, PT Raja Grafindo Utama, Jakarta.
Wilopo, (1978), Zaman Pemerintahan Partai-Partai Dan Kelemahan- Kelemahannya,
Yayasan Idaya, Jakarta.
i
LAPORAN HASIL SURVEY PARTISIPASI PEMILIH; KEHADIRAN
DAN KETIDAK HADIRAN PEMILIH DI TPS (VOTER TURN-OUT)
PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG
Jl. Karya Jasa No. 8 Lubuk Pakam www.kpu-deliserdangkab.go.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemilu yang berlangsung di Indonesia pasca reformasi sudah empat kali yaitu tahun
1999, tahun 2004, tahun 2009, dan tahun 2014. Pemilu merupakan sarana dan instrumen
demokrasi bagi rakyat untuk mengelola partisipasi politiknya. Karena secara teoritik pemilu
merupakan salah satu arena memikat hati kalangan pemilih maupun calon pemilih agar partai
dipilih sehingga lolos threshold bahkan mampu menang dan menjadi partai politik mayoritas
dalam parlemen. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Romli (2010:93) menunjukkan
bahwa dalam menarik minat pemilihnya maka bentuk komunikasi politik yang paling kerap
dilakukan partai politik adalah kegiatan kampanye dalam Pemilu legislatif (Pileg) tahun 2009
dengan empat kecenderungan tipe pesan kampanye yaitu (1) identitas diri, (2) penonjolan
perestasi, (3) penonjolan ideologi, dan (4) pemaparan program. Media komunikasi politik
yang digunakan sudah mulai beragam baik yang konvensional (spanduk, brosur, kalender)
maupun yang modern (facebook, sms, email).
Sebaliknya kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam
menyumbangkan suaranya dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada partai politik dan kandidat tertentu, merupakan keputusan
yang dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan
dapat pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dialami
oleh pemilih. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat mempengaruhi pola
ekspresi pemilih terhadap identifikasi parpol pilihan atau berafiliasinya dalam partai politik.
Penilaian pemilih terhadap pola akomodasi kepentingan rakyat terhadap legislatif dan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi
dan pandangan masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas peserta Pemilu tahun
2014 lalu. Berdasarkan hasil penelitian Romli (2010: 94) bahwa prilaku memilih dalam
Pemilu tahun 2009 lalu memperlihatkan kecenderungan: (1) secara demografis, maka
kecenderungan pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi
(suku, jenis kelamin, dan agama) (2) perbedaan konsentrasi basis massa partai politik
mempengaruhi perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka
peranan patrón sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih
mempengaruhi pilihan masyarakat yang tinggal di pedesaan dan ada temuan berlangsungnya
2
perilaku transaksional, sedangkan di perkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari
media tv, radio, koran dapat mempengaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang
signifikan atas perolehan suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka
pemilih yang rasional idealis (kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi,
platform dan program parpol ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional
realistis (mempertimbangkan kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Ekspektasi atas peningkatan partisipasi pemilih dalam rangkaian Pemilu yang telah
berlangsung selama ini di Kabupaten Deli Serdang ternyata menggambarkan fakta yang
berbeda. Terjadi fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang kadang tinggi ataupun rendah,
sehingga menjadi relevan dan penting untuk dievaluasi dan dikaji faktor kausalnya. KPU
Kabupaten Deli Serdang sebagai Penyelenggara Pemilu memandang langkah evaluasi
melalui suatu riset untuk mendalami faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap
partisipasi politik pemilih berdasarkan kehadiran dan ketidak hadiran di TPS dalam Pemilu
Legislatif tahun 2014, Pemilu Presiden tahun 2014 dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
tahun 2013 lalu.
B. Perumusan Masalah
Dari paparan di atas, yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah bentuk, metode, dan saluran komunikasi dan pendidikan politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
serta Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu untuk meningkatkan
kehadiran pemilih ke TPS?
2. Bagaimanakah tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu Legislatif,
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun
2013 lalu?
3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kehadiran dan ketidakhadiran pemilih dalam
Pemilu Legislatif, dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pilkada Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2013 lalu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan kajian ini terkait dengan:
1. Untuk menggambarkan bentuk, metode, dan saluran komunikasi politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan
3
Pilkada Kabupaten Deli Srdang tahun 2014 yang lalu dalam upayanya
meningkatkatkan kehadiran pemilih di TPS-TPS.
2. Untuk menggambarkan tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu
legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2013 lalu?
3. Untuk menggambarkan karakteristik faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran dan
ketidakhadiran pemilih dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu.
D. Manfaat Penelitian
Adapun signifikansi penelitian ini, sebagai:
1. Referensi mengenai deskripsi ragam komunikasi dan pendidikan politik berbasis
evaluasi proses Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, khususnya
dokumen yang menggambarkan kondisi kecenderungan partisipasi politik pemilih.
2. Database mengenai gambaran pandangan dan harapan pemilih yang mempengaruhi
tingkat partisipasi politiknya khususnya kehadiran dan ketidakhadiran di TPS-TPS
dalam setiap Pemilu 2014 lalu, yang dapat dimanfaatkan oleh penyelenggara Pemilu
dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya untuk strategi peningkatan
partisipasi pemilih dalam Pemilu berikutnya.
4
BAB II
METODOLOGI
A. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilih Kabupaten Deli Serdang yang ikut serta
dan tidak ikut memberikan suara dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden, dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu, baik laki-laki maupun
perempuan.
Luasnya wilayah sampel dan besarnya jumlah populasi serta kerumitan dalam
mengidentifikasi responden, menjadi dasar utama peneliti dalam menetapkan teknik
penarikan sampel dan responden penelitian ini secara acak sederhana berbasis data DPT
(Data Pemilih Tetap) Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, karena Pemilu Legislatif tahun 2014
lalu adalah tahapan Pemilu yang paling awal dan DPTnya dipelakukan sebagai basis data
pemilih yang diperbaiki oleh KPU Kabupaten Deli Serdang untuk pembaruan DPT Pemilu
lainnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi DPT Pemilu Legislatif oleh KPU Deli Serdang, maka
jumlah pemilih terdaftar pada 394 PPS, 3485 TPS adalah 1.338.124 orang,
Dengan teknik multistage sampling, wilayah sampel Kecamatan ditetapkan keseluruhan
yaitu 22 kecamatan. Sedangkan pemilihan wilayah sampel desa ditetapkan secara purposive
dan proporsional dengan teknik acak sederhana. Jumlah responden penelitian adalah 400
(empat ratus) orang, dimana jatah masing-masing wilayah sampel kecamatan dan desa
ditetapkan berdasarkan proporsionalitas. Penetapan responden yang diwawancarai secara
berstruktur pada desa dan kelurahan terpilih dalam penelitian ini dilakukan sesuai prinsip
acak sederhana berbasis DPT PPS sesuai kuota yang dimiliki masing-masing. Responden
terpilih ditemui dan diwawancarai oleh enumerator sesuai dengan teknik wawancara
berstruktur.
Unit analisa penelitian ini adalah individu, bukan rumah tangga (household). Alasannya
karena hak memilih adalah hak politik dan keputusan individual, bukan keputusan kolektif,
selaras dengan prinsip pemilu yang salah satu sifatnya adalah rahasia.
5
Tabel II.1 Kerangka Sampel Penelitian
No Kecamatan Jumlah
Pemilih
Jumlah
Desa/Kelu
rahan
Proporsi
Sampel
Desa
(20 %)
Jumlah Responden
F %
1 GUNUNG MERIAH 2.105 12 2 10 2,50
2 STM. HULU 9.385 20 4 20 5,00
3 SIBOLANGIT 15.396 30 6 30 7,50
4 KUTALIMBARU 26.439 14 3 15 3,75
5 PANCUR BATU 63.265 25 5 25 6,25
6 NAMORAMBE 25.630 36 7 35 8,75
7 BIRU-BIRU 25.433 17 3 15 3.75
8 STM. HILIR 23.680 15 3 15 3.75
9 BANGUN PURBA 15.787 24 5 25 6.25
10 GALANG 45.796 29 6 30 7.50
11 TANJUNG
MORAWA
152.445 26 5 25 6.25
12 PATUMBAK 64.140 8 2 10 2.00
13 DELI TUA 39.127 6 2 10 2.00
14 SUNGGAL 187.733 17 3 15 3.75
15 HAMPARAN PERAK 105.570 20 4 20 5.00
16 LABUHAN DELI 41.917 5 2 10 2.50
17 PERCUT SEI TUAN 267.977 20 4 20 5.00
18 BATANG KUIS 46.920 11 2 10 2.50
19 PANTAI LIBU 33.403 19 4 20 5.00
20 BERINGIN 38.338 11 2 10 2.50
21 LUBUK PAKAM 81.886 13 3 15 3.75
22 PAGAR MERBAU 25.752 16 3 15 3.75
Jumlah 1.338.124 394 80 400 100,00
B. Teknik Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan teknik survey yang menggunakan kuesioner
sebagai instrumen utama digunakan sebagai pedoman wawancara berstruktur. Dalam hal ini
6
peneliti yang dibantu oleh enumerator mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden
untuk mendapatkan jawaban mengenai variabel penelitian yang relevan. Data utama studi ini
dikumpulkan dengan menyebarkan seperangkat pertanyaan tertutup dan terbuka dalam
kuesioner yang menguraikan tujuan dalam ruang lingkup penelitian ini, yang meliputi (a)
identitas pemilih berdasarkan karakteristik status sosial ekonomi, etnis dan regionalitas,
pengalaman sosialisasi dan partisipasi politik (b) Pola perilaku dan preferensi pemilih dalam
dalam menentukan pilihannya pada Pemilu 2014 lalu, (c). Dampak pemberitaan media
sosialisasi dan intensitas komunikasi politik terhadap kehadiran pemilih di TPS-TPS, (d).
Faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran pemilih di TPS, (e) Pandangan pemilih terhadap
proses penyelenggaran Pemilu 2014 lalu, (f). Harapan pemilih terhadap penyelenggaran
Pemilu berikutnya.
Data sekunder dikumpulkan dengan studi dokumentasi, berupa data yang bersumber
dari berbagai referensi, kepustakaan, peraturan-peraturan, jurnal penelitian dan bahan-bahan
tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.
C. Teknik Analisis Data
Data penelitian dipaparkan melalui kecenderungan pemusatan yang tertuang dalam
tabel frekuensi dan grafik. Untuk variabel-variabel penting yang saling berhubungan akan
diekpresikan dalam tabel silang, dimana signifikansi keterkaitannya dihitung dengan formula
statistik korelasional. Kecenderungan hubungan antar variabel penelitian berfungsi sebagai
eksemplar penjelasan angka-angka statistik terkait dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis penelitian (Supranto: 2004).
Selain itu, informasi yang terkumpul dari wawancara tidak berstruktur berguna sebagai
instrumen cross-check (konfirmasi) kebenaran normatif hasil survey. Dalam hal ini, temuan
survai dikomparasikan dengan hasil wawancara yang hasilnya digabungkan guna
mendapatkan kesimpulan praktis. Temuan teoritis dan informatif yang diperoleh dari studi
dokumentasi merupakan pemerkaya hasil penelitian, sehingga pembauran data primer dan
sekunder dipakai untuk membakukan kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demokrasi dan Pemilihan Umum
Sejarah demokrasi seringkali kabur dan terpotong-potong oleh sejarah hidupnya.
Kata demokrasi yang dalam bahasa Inggrisnya disebut democracy, awalnya bersumber dari
bahasa Perancis yaitu democratie yang dikenalkan pada abad ke 16. sebelumnya kata
demokrasi dirujuk dari bahasa Yunani (Greek) demokratia yang merupakan tautan dari kata
demos berarti rakyat (people) dan kratos berarti tatanan (rule) (Held, 1996: 1).
Penerapan demokrasi telah ada masa Athena Kuno sebagai kota tua (classical polis)
yang ditandai adanya persatuan, solidaritas, tingginya partisipasi dan dari terbatasnya jumlah
warga negara. Pada masa itu, warganegara tidak hanya dilibatkan dalam beragam kegiatan
diantaranya administrasi, keamanan, pembuatan hukum, hakim, perayaan yang berkaitan
dengan keagamaan, hiburan dan festival, dasarnya dikaitkan dengan legitimasi kehidupan
politik modern, tetapi mereka juga berkewajiban untuk melaksanakan penelitian dan
pengawasan terhadap penduduk yang tidak turut ambil bagian dalam negara (Held, 1996: 23).
Saat ini, demokrasi identik dengan legitimasi kehidupan politik modern, dimana
makna demokrasi menunjukkan modernitas sistem kedaulatan yang sangat beragam dan luas,
mulai dari pemerintah bervisi teknokrat sampai pada konsepsi kehidupan sosial yang ditandai
oleh ekstensifnya partisipasi politik.
Untuk Indonesia, secara historis, dapat dikategorikan pelaksanaan orde demokrasi di
Indonesia atas 4 (empat) bentuk, yaitu: Demokrasi Liberal (1950-1959), Demokrasi
Terpimpin (1959-1966), dan Demokrasi Pancasila (1966-1997), dan Demokrasi pasca orde
baru yaitu, era Reformasi (1998 – sekarang).
Demokrasi yang telah kita terapkan ternyata berubah-ubah esensi dan aplikasinya
dalam praktik politik di Indonesia. Demokrasi yang berlangsung dekade terakhir ini bahkan
bagi sebagian pihak disikapi secara berlebihan, terlalu bebas dan menitik beratkan pada
proses dan cara, sehingga menghasilkan pemerintahan dan tata hubungan kelembagaan
negara yang tidak stabil, serta seringkali diwarnai konflik-konflik kepentingan. Di sisi lain,
ada pula sikap yang menggunakan demokrasi sebagai tujuan dengan mengabaikan proses dan
cara-caranya, sehingga realitas demokrasi berwujud pada adanya kompromi atau deal-deal
politik yang menguntungkan sepihak dan sekelompok orang, yang pada giliran selanjutnya
justru mengabaikan kepentingan publik dan kemaslahatan masyarakat. Karena itu, perlu
8
untuk ditegaskan bahwa demokrasi merupakan sebuah cita-cita sekaligus pengelolaan sebuah
negara secara beradab.
B. Teori Partisipasi
Partisipasi adalah persoalan relasi kekuasaan, atau relasi ekonomi politik, yang
dianjurkan oleh demokrasi. Partisipasi warga masyarakat adalah pusat kekuasaan,
kewenangan dan kebijakan yang mengatur (mengelola) alokasi berada dalam konteks
governance, yakni relasi antara Negara (pemerintah) dan masyarakat (rakyat). Negara-
barang (sumberdaya) publik pada masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat hak sipil dan
politik, kekuasaan massa, kebutuhan hidup, dan lain-lain. Dengan demikian, partisipasi
adalah jembatan penghubung antara negara dan masyarakat agar pengelolaan barang-barang
publik membuahkan kesejahteraan bagi manusia sebagi individu maupun dalam sebuah
kelompok masyarakat (human wellbeing).
Partisipasi dalam Pemerintahan (govermance) cenderung merujuk pada keterlibatan
dan interaksi organisasi dan institusi yang mempunyai tanggung jawab terhadap atau
berhubungan dengan tindakan kolektif di bidang publik. Hubungan horizontal antara aktor
atau stakeholders dalam jaringan kerja merupakan ciri khas Pemerintahan (governance), dan
dinyatakan bahwa partisipasi dalam governance itu dipengaruhi oleh kebijakan (Schmitter,
2002). Banyak organisasi ‘sektor ketiga’ organisasi komunitas dan sukarela – memperoleh
tanggung jawab dalam governance (Stoker, 1998: 21). Partisipasi dalam Pemerintahan
(governance) berhubungan kuat dengan gagasan mengenai kepentingan dan organisasi publik
dan swasta yang mempunyai risiko dalam sebuah keputusan dilibatkan dalam persiapannya.
Ia dimaksudkan menciptakan dukungan bagi usulan kebijakan, memperbaiki kualitas
keputusan dengan mengerahkan keahlian dan pengetahuan eksternal, dan meningkatkan
legitimasi keputusan demokratis (Klijn dan Koppenjan,2000).
Dari sudut pandang Negara, demokrasi mengajarkan bahwa partisipasi sangat
dibutuhkan untuk membangun pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan responsif
terhadap kebutuhan masyarakat. Tiadanya partisipasi hanya menabur pemerintahan yang
otoriter dan korup. Dari sisi masyarakat, partisipasi adalah kunci pemberdayaan. Partisipasi
memberikan ruang dan kapasitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak
mereka, mengembangkan potensi dan prakarsa lokal, mengaktifkan peran masyarakat serta
membangun kemandirian masyarakat .
9
Dalam konteks governance, partisipasi hendak menempatkan masyarakat pada posisi
yang sebenarnya. Pertama, masyarakat bukanlah sebagai hamba (client) melainkan sebagai
warga (citizen). Jika hamba memperlihatkan kepatuhan secara total, kalau konsep warga
menganggap bahwa setiap individu adalah pribadi yang utuh dan mempunyai hak penuh
untuk memiliki. Warga dan kewargaan secara jelas merupakan bangun politik, yang
menggambarkan sifat hubungan yang dimiliki individu dengan institusi Negara dan
masyarakat sipil. Warga dapat dipandang sebagai anggota masyarakat yang mempertahankan
beberapa gagasan kepentingan umum, dan gagasan kewargaan diikat dengan gagasan
demokrasi. Warga dibedakan dari nasabah (customers), klien dan consumer. Terutama
menarik ilham dari sektor swasta, nasabah dan consumer yang berhubungan dengan
organisasi sebagai pembeli yang memilih barang dan pelayanan klien bergantung pada dan
sebagian besar tunduk pada, keahlian professional; warga mempunyai kesadaran yang jauh
melebihi bidang mereka sendiri dan berkepentingan untuk “mempengaruhi keputusan publik
yang mempengaruhi kualitas kehidupan lokal”, mungkin dengan mengorbankan kepentingan
perorangan mereka sendiri (Burns et al., 1994; Gyford, 1991). Kedua, masyarakat bukan
dalam posisi yang diperintahkan tetapi sebagai teman sejajar (partner) pemerintah dalam
mengelola pemerintahan dan pembangunan. Ketiga, partisipasi bukanlah pemberian
Pemerintah tetapi sebagai hak warga masyarakat. Keempat, warga bukan sekedar objek pasif
penerima manfaat kebujakan pemerintah, tetapi sebagai aktor atau subjek yang aktif
menentukan kebijakan. Warga yang aktif didefinisikan sebagai agen demokrasi, yang
memberdayakan diri mereka sendiri melalui tantangan mereka terhadap aktivitas institusi dan
organisasi yang membentuk kehidupan sehari-hari mereka. Kewarganegaraan adalah tentang
kontribusi, atau input, dari individu kepada hubungan kolektif, dan hubungan antara individu
dan hubungan mereka yang lebih luas dengan masyarakat. Warga diharapkan terlibat dalam
urusan publik dan memberikan kontribusi terhadap isu-isu dalam urusan publik (Raco dan
Imri, 2000).
Cara pandang baru menempatkan posisi masyarakat itu secara historis yang
mempengaruhi haluan baru pembangunan dan mempengaruhi haluan baru pembangunan dan
Pemerintahan, meski secara empirik belum menjadi kenyataan. Kaum miskin, misalnya,
sekarang ditempatkan sebagai pemangku kepentingan pembangunan. Partisipasi juga
dipandang dengan tujuan, bukan hanya proses atau cara untuk mencapai tujuan, sehingga
muncul agenda pemberdayaan yang menghubungkan partisipasi dengan demokrasi,
kewargaan dan kesetaraan. Partisipasi dilihat sebagai kekuatan besar untuk transformasi
10
relasi sosial, ekonomi dan politik yang telah lama membuat kemiskinan. Sekarang agenda
penanggulangan kemiskinan mulai menempatkan kaum miskin dalam posisi yang terhormat,
memberi ruang pada mereka untuk mengembangkan partisipasi dan prakarsa lokal, sehingga
konsep kaum miskin sebagai penerima manfaat proyek tidak terlalu relevan dibicarakan.
Literatur klasik selalu menunujukkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi program pembangunan. Tetapi
apa makna substantif yang terkandung dalam sekuen-sekuen partisipasi itu? Partisipasi
adalah voice, akses dan kontrol warga masyarakat terhadap pemerintahan dan pembangunan
yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Pertama, voice adalah hak dan tindakan warga masyarakat menyampaikan aspirasi,
gagasan, kebutuhan, kepentingan, dan tuntutan terhadap komunitas terdekatnya maupun
kebijakan pemerintah. Tujuannya adalah mempengaruhi kebijakan Pemerintah maupun
menentukan agenda bersama untuk mengelola kehidupan secara kolektif dan mandiri.
Kedua, akses berarti kesempatan, ruang dan kapasitas masyarakat untuk masuk dalam
arena governance, yakni mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta terlibat aktif
mengelola barang-barang publik. Akses warga terhadap pelayanan publik termasuk dalam
rubrik ini. Ada dua hal penting dalam akses: keterlibatan secara terbuka (inklusi) dan
keikutsertaan/keterlibatan (involvement). Keduanya mengandung kesamaan tetapi berbeda
titik tekannya. Inklusi menyangkut siapa yang terlibat, sedangkan involvement berbicara
tentang bagaimana masyarakat terlibat. Keterlibatan berarti ketersediaan ruang dan
kemampuan bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses politik, terutama kaum miskin,
minoritas, rakyat kecil, perempuan, dan lain-lain. Akses akan menjadi arena titik temu antara
warga dan pemerintah. Pemerintah wajib membuka ruang akses warga dan memberikan
layanan publik, terutama pada kelompok-kelompok marginal. Sebaliknya warga secara
bersama-sama proaktif mengidentifikasi problem, kebutuhan dan potensinya maupun
merumuskan gagasan pemecahan masalah dan pengembangan potensi secara sistematis.
Pemerintah wajib merespons gagasan warga sehingga bisa dirumuskan visi dan kebijakan
bersama dengan berpihak pada kemitraan dan kepercayaan.
Ketiga, kontrol warga masyarakat terhadap lingkungan komunitasnya maupun proses
politik yang terkait dengan pemerintah. Kita mengenal kontrol internal (self-control) dan
kontrol eksternal. Artinya kontrol bukan saja mencakup kapasitas masyarakat melakukan
11
pengawasan (pemantauan) terhadap kebijakan (implementasi dan risiko) dan tindakan
pemerintah, tetapi juga kemampuan warga melakukan penilaian secara kritis dan reflektif
terhadap risiko-risiko atas tindakan mereka. Kontrol internal ini sangat penting karena
masyarakat sudah lama berada dalam konteks penindasan berantai: yang atas menindas yang
ke bawah, sementara yang paling bawah saling menindas ke samping. Artinya kontrol
eksternal digunakan masyarakat untuk melawan eksploitasi dari atas, sementara self-control
dimaksudkan untuk menghindari mata rantai penindasan sesama masyarakat, seraya hendak
membangun tanggung jawab social, komitmen dan kompetensi warga terhadapat segala
sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Partisipasi dan desentralisasi (otonomi daerah) tentu mempunyai hubungan simbiosis.
Pada suatu pihak, desentralisasi yang berhasil memerlukan beberapa partisipasi lokal.
Kedekatan pemerintah lokal dengan konstituen mereka akan memungkinkan mereka
merespons secara lebih baik terhadap kebutuhan lokal dan menyesuaikan secara efisien
pengeluaran publik dengan kebutuhan perorangan hanya jika informasi mengalir antar warga
Negara dan pemerintah lokal. Pada pihak lain, proses desentralilasi sendiri dpaat
meningkatkan kesempatan partisipasi dengan menempatkan lebih banyak kekuasaan dan
sumberdaya pada tingkat pemerintah yang lebih dekat, lebih dikenal, dan lebih muda
dipengaruhi. Dalam lingkungan dengan tradisi partisipasi warga Negara buruk, desentralisasi
dapat merupakan langkah pertama yang penting dalam menciptakan kesempatan interaksi
rakyat-negara yang teratur,dapat diramalkan.
Hubungan simbiosis antara desentralisasi dan partisipasi ini dapat mengarah pada
garis pedoman kebijakan yang agak bertentangan. Mekanisme partisipasi warga Negara dapat
dianggap sebuah prasyarat yang sangat berguna ketika mengevaluasi prospek desentralisasi
harus memperhitungkan kesempatan dan keterbatasan yang ditentukan oleh saluran
partisipasi lokal yang ada. Kekurangan mekanisme partisipatoris, bagaimanapun, dapat
membantu menciptakan tuntutan lokal terhadap saluran partisipatoris yang lebih banyak
untuk menyuarakan prefensi. Saluran partisipasi yang dilembagakan dan kemampuan orang
untuk menggunakan saluran tersebut harus dipertimbangkan dalam desain desentralisasi.
Pemilu lokal yang jujur dan teratur, semaraknya forum warga, dan tingkat modal sosial yang
tinggi (kesatuan komunitas dan sejarah kerja sama) memungkinkan warga Negara untuk
menandai prefensi mereka secara efisien dan menjalankan pemenuhan keinginan mereka oleh
pemimpin.
12
Penilaian seberapa banyak input warga mempengaruhi tindakan pemerintah lokal
memberikan titik permulaan untuk mendesain kebijakan desentralisasi. Kondisi awal
semacam itu membantu menentukan tingkat yang pada tingkat itu desentralisasi akan
meningkatkan responsifitas pemerintah keseluruhan terhadap warga dan memberikan garis
petunjuk bagi pelibatan tindakat peningkatan partisipasi dalam kebijakan desentralisasi.
Pemilu teratur, referendum lokal, forum warga, dewan publik, dan struktur kelembagaan
lainnya merupakan memperbaiki kemampuan pemerintah lokal untuk mengindentifikasi dan
bertindak menurut preferensi warga Negara. Tingkat modal sosial, yang menentukan
bagaimana sebaiknya warga Negara dapat memanfaatkan rencana institusional untuk
berpartisipasi, lebih lambat berkembang dan lebih sulit untuk menentukannya.
Desentralisasi mengandalkan pada partisipasi untuk memperbaiki alokasi pelayanan,
tetapi ia tidak memerlukan jenis input warga Negara yang luas disebutkan di depan. Dalam
kasus di mana pemerintah lokal tidak dipilih, di mana proses pemilihan mengistimewakan
sekelompok kecil elit, atau di mana tingkat modal sosial yang rendah menghalangi pertukaran
aktif, proses desentralisasi dapat didesain untuk membangun jenis partisipasi yang lebih
terbatas. Mekanisme isu-khusus dan proyek khusus untuk meningkatkan arus informasi
antara pemerintah dan warga Negara sering dapat dengan lebih cepat dan lebih mudah pada
tingkat lokal daripada di pemerintah pusat.
Partisipasi warga dapat dibenarkan dalam hubungannya dengan legitimasi berorientasi
input dan output, dan ia dapat memberikan kontribusi terhadapat efektivitas system.
Legitimasi berbasi input mengungkapkan nilai partisipasi luas dalam governance, yang
memperlihatkan, yang memperlihatkan perlunya penentuan sendiri dan persetujuan rakyat, di
mana nilai-nilai demokrasi sangat kuat. Partisipasi warga di luar pemilihan memberi saluran
lebih lanjut bagi rakyat untuk mengungkapkan preferensi mereka, dan teori yang
berhubungan dengan demokrasi partisipatoris memuat unsur-unsur yang berhubungan dengan
legitimasi input. Pateman yang mengupas karya Rousseau, Mikk dan Cole, menunjuk pada
tiga alasan mengapa partisipasi luas diperlukan sekali ia mendidik partisipan, ia memberi
warga kontrol, dan ia menghasilkan identitas komunitas. Pemerintah demokratis, yang
dipedomani oleh input partisipasi warga, hanya menghasilkan kebijakan, karena ia tidak akan
mungkin setuju pada kegiatan-kegiatan yang tidak adil. Partisipasi warga mendukung sistem
partisipatoris, karena”kualitas yang diperlukan warga adalah kualitas proses partisipasi itu
13
sendiri yang mengembangkan dan membantu perkembangan” (Pateman, 1970:25). Partisipasi
warga membantu mendidik rakyat dalam seni partisipasi.
Partisipasi warga juga dapat memberikan kontribusi terhadap legitimasi berbasis-
output. Keterbilatan warga membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya
akan membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya akan membantu
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Mereka yang terlibat dalam penyiapan
kebijakan dan permusyawaratan kebijakan lebih mungkin untuk tunduk ketika kebijakan itu
berlaku, khususnya jika mereka adalah dikalangan mereka dari mereka yang dipengaruhi dan
mendapat dampak. Pembenaran ini adalah pembenaran yang timbul dari perdebatan terdahulu
dan lebih belakangan ini. Pateman berargumen partisipasi “membantu penerimaan keputusan
bersama” (1970: 43). Demikian pula, model-model keterlibatan misalnya debat publik,
keterlibatan dari mereka yang dipengaruhi, atau keterlibatan para ahli dibenarkan secara
fungsional dengan alasan bahwa mereka membantu meningkatkan penerimaan dan
pemecahan persoalan atau membantu memfasilitasi pelaksanaan. Partisipasi ini dapat juga
membantu pembuat kebijakan lebih tahu, dan karena para wakil dan kaum profesional
membuat keputusan yang didasarkan pada pengetahuan publik dan keahlian politik dan
profesional
Partisipasi tentu tidak datang dengan sendirinya. Hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat tidak serta merta terbangun secara demokratis dan partisipatif, sebab pemerintah
dimanapun akan cenderung otoritarian dan sentralistik bila tidak dihadapkan pada
pembatasan kekuasaan kekuasaan dan kontrol dari luar yang kuat. Di era otonomi daerah
sekarang, munculnya wacana dan gerakan partisipasi bukan semata inisatif dari pemerintah,
melainkan juga karena peran kekuatan-kekuatan intermediary dari sejumlah organisasi
masyarakat sipil. Begitu banyak lembaga non pemerintah (NGO) di Indonesia yang terus-
menerus memperjuangkan partisipasi masyarakat untuk membangkitkan suara rakyat dan
menentang dominasi elite dalam proses politik dan pembangunan.
C. Partisipasi dalam Demokrasi
Secara konstitusional, prinsip demokrasi dirumuskan dalam UUD Tahun 1945,
diantaranya pada Pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, yang diperkuat dengan isi Pasal 28 yang
menegaskan makna demokrasi terealisasi dengan adanya jaminan negara atas kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
14
Secara teoritis, terdapat sejumlah indikator empirik dalam praktek negara yang
demokratis diantaranya: adanya Pemilu, terlaksananya prinsip check and balances, adanya
rotasi kekuasaan yang obyektif, adanya partai politik yang demokratis, adanya kemerdekaan
hak-hak dasar, persamaan didepan hukum, dan akuntabilitas pejabat penyelenggara
pemerintahan dan kelembagaan negara.
Demokrasi yang kita inginkan adalah adanya mekanisme partisipasi rakyat yang
mampu mengawasi dan mengkontrol tindakan pengelola negara (Legislatif, Eksekutif,
Yudikatif). Dalam konteks ini, demokrasi yang perlu kita tegakkan adalah mekanisme politik
yang mengedepankan partisipasi setiap warga negara untuk berhak dalam menentukan
kebijakan pemerintahan sekaligus memiliki daya kontrol melalui adanya perlakuan yang
sama dalam kedudukan hukum dan pemerintahan. Artinya nilai demokrasi yang akan kita
kembangkan berhubungan dengan kualitas hubungan timbal balik antara pemerintah dan
pengelola kelembagaan negara dengan yang diperintah atau masyarakat umum.
Bagaimana rakyat dapat berpartipasi? Pertanyaan ini dapat diterangkan dari paparan
Robert Dahl (1971), yang menegaskan bahwa ada dua dimensi demokrasi yang satu sama lain
saling berkaitan. Dimensi pertama adalah tersedianya peluang persaingan bebas dan terbuka
untuk mendapatkan semua kedudukan dan kekuasaan. Dimensi kedua adalah terdapatnya
jaminan bagi partisipasi politik seluruh warga negara. Dalam konteks ini dapatlah kita
mengerti bahwa negara yang menerapkan demokrasi adalah negara yang mendorong warga
masyarakatnya untuk berinisiatif dan kreatif dalam mendapatkan jabatan atau kekuasaan
politik sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut, dimana mekanismenya
berlangsung melalui adanya pemilihan yang bersifat umum, bebas, rahasia, dan setara.
Karena itu, tidak ada artinya demokrasi tanpa adanya pemilihan umum. Pemilihan
umum yang memenuhi prinsip-prinsip demokrasi adalah Pemilu yang diselenggarakan secara
teratur dan terjadwal dengan sistem pemilihan langsung yang bebas dan rahasia.
Bagaimanakah cara menghasilkan Pemilu yang demokratis? Pemilu yang obyektif harus
dikendalikan oleh satu lembaga yang independen. Penyelenggara Pemilu tidak boleh
memihak pada salah satu kontestan atau peserta Pemilu. Selain itu, setiap warga negara
dalam menetapkan pilihannya haruslah terlindungi dan dijamin dengan undang-undang,
sehingga pilihannya merupakan suara nurani yang murni tanpa adanya paksaan, tekanan,
intimidasi dari pihak-pihak tertentu yang mengedepankan cara-cara inkonstitusional dalam
meraih kepentingannya.
Pemilu bukan hanya merupakan sarana mencari kekuasaan bagi partai, tetapi partai
membutuhkan dukungan suara sebagai modal untuk legitimasi pemerintahan yang dibentuk
15
oleh partai pemenang Pemilu. Karena itu, simpati masyarakat harus didapatkan oleh partai
politik peserta pemilu dengan berbagai aktivitas yang bernuansa pendidikan politik bagi
rakyat. Tujuan dari upaya meningkatkan partisipasi publik dalam Pemilu ini terkait dengan
pernyataan Almond dan Powell yang menyatakan bahwa sistem-sistem modern dimana
struktur politiknya berbeda-beda (partai-partai politik, kelompok kepentingan, dan media
massa) yang berkembang membentuk aktivitas budaya politik participant.
D. Partisipasi dan Pendidikan Politik
Proses demokratisasi dapat didekati dari partisipasi publik yang dilakukan sengaja
melalui disain kelembagaan (Marijan, 2010:128). Namun realitasnya di Indonesia,
demokratisasi tidak cukup hanya mengandalkan disain kelembagaan, dimana tersedianya
berbagai perundang-undangan yang menjamin kebebasan berpendapat, berekspresi, dan
berorganisasi ternyata tidak serta merta mendorong adanya partisipasi publik (disconnected
electoral). Pemilu tahun 2004 menjadi contoh, dimana corak kesukarelaan (voluntary)
pemilih untuk menyumbang partai politik yang sangat rendah, bahkan corak partisipasi
politiknya cenderung berhubungan dengan ’transaksi-transaksi material’ (Marijan, 2008:130).
Adanya komunikasi dan pendidikan politik yang efektif merupakan instrumen yang
signifikan dalam pengembangan partisipasi politik rakyat yang sering diperhatikan dalam
pelaksanaan Pemilihan Umum di negara-negara demokratis. Karena itu, tingkat partisipasi
politik masyarakat di negara berkembang merupakan masalah yang menarik bagi para ahli
politik. Secara umum definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok
orang yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih
pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Kegiatan berpartisipasi tersebut diantaranya, memberikan suara
pada Pemilu, menghadiri rapat umum (kampanye), menjadi anggota parpol atau organisasi
sosial politik yang underbauw partai politik, mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah atau parlemen yang bertujuan politik.
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya No Easy Choice: Political
Participation in Developing Countries menyatakan bahwa: partisipasi politik adalah kegiatan
warganegara yang bertidak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau illegal, efektif atau tidak efektif (Budiardjo, 1988:3).
16
Pemikiran mengenai partisipasi politik bagi negara demokratis berangkat dari prinsip
kedaulatan adalah ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkaan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-
orang yang akan menduduki jabatan-jabatan publik dan politis. Jadi partisipasi politik
merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh
masyarakat. Dalam negara demokratis makin banyak masyarakat mengambil peran makin
baik.
Partisipasi dapat berbentuk otonom (autonomous participation) dan partisipasi yang
dimobilisasi (mobilized participation). Pada umumnya orang beranggapan partisipasi politik
dalam bentuk yang positif saja, tetapi Huntington dan Nelson beranggapan bahwa
demonstrasi, teror, pembunuhan (lawan) politik, dan bentuk kekerasan lain yang bermotif
politik juga merupakan bentuk partisipasi. Namun Verba (Budiardjo: 1998) tidak mau masuk
dalam bentuk partisipasi yang rumit tersebut, akan tetapi membatasi diri pada tindakan-
tindakan yang legal. Metode atau cara berpartisipasi, intensitasnya terkait dengan keterikatan
atau posisi politik yang dimiliki seseorang.
Bagaimanakah warganegara atau orang-orang dapat rasional dalam
mengejawantahkan partisipasi politiknya? Hal ini dapat berlangsung manakala sudah
mengalami pendidikan politik, karena itu merupakan bagian dari pendidikan orang dewasa.
Khususnya diarahkan pada upaya membina kemampuan mengaktualisasikan-diri sebagai
pribadi yang otonom bebas dan pada sosialisasi-diri (pengembangan dimensi sosialnya),
dalam kaitannya dengan statusnya selaku warga Negara di suatu Negara. Aktualisasi-diri
dapat ditafsirkan sebagai sebagai mengaktualkan segala bakat dan kemampuan, sehingga
pribadi bias berkembang, lalu menjadi aktif dan kreatif, berkarya aktualisasi-diri sebagai
pribadi yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap sesama mahkluk hidup, dan
terhadap Tuhan. Selanjutnya dia berkewajiban memberikan partisipasi sosialnya kepada
masyarakat dan Negara selaku warga-masyarakat dan warganegara yang susila dan
bertangung jawab.
Senyatanya, dalam masyarakat modern sekarang, partisipasi penuh dan bertanggung
jawab dari rakyat itu tidak bisa berlangsung secara otomatis. Hal ini disebabkan antara lain
oleh kejadian sebagai berikut :
1. Terlalu kompleksnya susunan masyarakat modern dengan dimensi-dimensi sosial
dan politik yang saling terkait, yang sulit dipahami oleh orang awam, sehingga
orang tidak tahu bagaimana cara berpartisipasi di medan politik.
17
2. Banyak orang merasa tidak berdaya secara fisik maupun mental ideologis untuk
memahami, terlebih lagi untuk ikut mempengaruhi proses-proses sosial dan politik
di tengah masyarakat.
3. Masyarakat pada umumnya dengan sengaja lebih banyak difungsikan sebagai
obyek politik, konsumen politik dan pengikut politik yang total patuh tunduk,
tanpa mampu memahami kedudukan selaku warganegara di tengah macam-
macam struktur politik. Mereka merupakan “arus bawah” yang pada umumnya
ditekan oleh “majikan-majikan di atas”. Pada umumnya tidak menyadari adanya
hegemoni politik supremasi politik.
Sehubungan dengan kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan dan
ketidaktahuan politik, kemudian untuk merangsang partisipasi politik secara aktif dari rakyat
dalam usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik di alam demokrasi kita
sekarang. Hal ini sesuai dengan isi yang tersirat dalam Sila Keempat Pancasila kita. Sebab
tujuan pendidikan politik antara lain ialah:
1. Membuat rakyat menjadi melek-politik/sadar politik.
2. Meningkatkan kreatifitas rakyat dalam partisipasi sosial politik di era
pembangunan
3. Menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih nyaman dan
sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia.
Berkaitan dengan perilaku politik, dalam komunitas politik itu terjadi dua proses,
yaitu :
1. Pendidikan politik yang dilakukan secara intensional ( dengan sengaja dan dengan
tujuan tertentu);
2. Sosialisasi politik, yaitu proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan.
Sosialisasi politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan
tanpa refleksi harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari
struktur-struktur politik yang ada di masyarakat. Sedang pendidikan politik ialah untuk
mengarahkan anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah
kehidupan politik.
Telah kita simak, bahwa politik antara lain diartikan sebagai kegiatan menggunakan
kekuasaan dalam satu wilayah yang disebut Negara, untuk menyelesaikan : masalah-masalah
rakyat, dan pengaturan lembaga-lembaga negara beserta fungsinya
18
Sedang negara itu berasal ada dari kemauan rakyat, dan dengan sengaja dijadikan dari
kemauan rakyat, serta dengan sengaja pula dijadikan alat oleh rakyat untuk mencapai tujuan-
tujuan hidup tertentu.
Negara merupakan hasil persetujuan bersama sejumlah rakyat yang bertekad bulat
untuk membangun satu “wadah hidup” yaitu Negara. Karena Negara adalah sesuatu dari,oleh
dan untuk sekelompok manusia yang disebut RAKYAT tadi. Maka sudah ada kesadaran
politik pada rakyat. Negara merupakan organisasi politik yang berpemerintahan sendiri dan
menjalankan kekuasaannya lewat perorangan (kepala Negara) serta kelembagaanya yang
mewakili seluruh rakyat. Dengan begitu Negara tidak hanya menjadi urusan para elite
penguasa saja, akan tetapi menjadi : urusan seluruh rakyat untuk ikut serta menegakkan,
mengatur dan mempertahankan keberadaan Negara tersebut.
Agar rakyat benar-benar memahami hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara,
dan bisa berperan serta secara politik, rakyat memerlukan pendidikan politik yang sangat
diperlukan untuk legalitas perjuangan politik dalam meraih tujuan sosial-ekonomi dan
tujuan-tujuan politik tertentu. Selanjutnya, perjuangan politk selalu berlangsung dalam situasi
bertemunya macam-macam kekuatan sosial dan politik, dengan struktur organisasi, cara kerja
dan tujuan politik masing-masing. Maka di Negara/pemerintahan menuju ke hidup sejahtera.
Sebab partisipasi aktif (berbuat nyata) itu mempunyai pengaruh dan kekuatan, karena rakyat
bisa ikut dalam pengawasan terhadap perbuatan mengatur masyarakat dan Negara. Maka
menjalani proses politik lewat pendidikan politik dan belajar berpolitik tanpa bisa ikut
berbuat politik itu adalah sama saja dengan berenang-renang di atas kasur.
Sebaliknya, melakukan perbuatan politik tanpa pendidikan, dan tanpa “empan papan
(Empan papan adalah suatu sikap tertentu sehingga sikap itu tidak bertentangan dengan keadaan
dan aturan yang terjadi di tempat dan pada waktu tertentu di mana pelakunya tinggal”,
terjemahan bebas) bisa disebut sebagai aktivisme, yaitu berbuat awur-awuran, nekad tanpa
nalar, anarkhi atau perbuatan makar.
Dalam kegiatan pendidikan politik, orang-orang yang tengah belajar itu merupakan
siswanya. Sedang belajar politik itu mengandung konotasi sebagai berikut :
1. Lebih memahami diri sendiri dan situasi-situasi kondisi sekitarnya dalam konteks
Negara.
2. Mampu mawas secara kritis peristiwa-peristiwa politik.
3. Bisa menentukan sikap politik dengan tegas.
4. Sanggup memberikan penilaian yang adil terhadap perisitiwa-peristiwa politik.
5. Mau berbuat politik sesuai dengan hati nurani yang bersih dan bertanggung jawab.
19
Perlu juga diingat bahwa perbuatan manusia dan hasil-hasil karyanya misalnya dalam
bentuk pemerintahan, kekuasaan, lembaga kemasyarakatan, politik, kebudayaan, dan
seterusnya itu tidak akan pernah selesai dan sempurna. Yaitu bukan berupa struktur-struktur
yuridis formal yang mantap, bukan berupa institusi politik yang permanen, juga tidak ada
immanensi parlementer. Segala hasil tidak dengan tangan manusia itu tidak akan pernah
rampung dan sempurna; semuanya masih bisa dipertanyakan relevansinya. Dan menjadi
garapan yang selalu bisa diubah dan diperbaiki/direvisi, disesuaikan dengan prinsip efisiensi
dan tuntutan zaman; demi pemerataan keadilan dan kesejahteraan.
Selanjutnya, demokrasi juga bukan merupakan situasi yang sudah selesai/finished;
tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan digarap tanpa henti-hentinya
menuju kearah kemajuan dan kebaikan. Maka diperlukan pula demokratisasi pribadi
manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat pemerintah, agar
semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang. Dengan demikian,
demokrasi juga mengandung usaha :
1. Memperbesar kekuasaan-menentukan dari opini publik (pendapat umum) dan
partisipasi politik rakyat,
2. ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya pemerintahan menuju
ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Pendidikan politik itu bukan merupakan justifikasi dan rasionalisasi bagi struktur-
struktur kekuasaan yang ada, dengan bantuan alat-alat agogis. Juga bukan berupa sikap
defensive dari pemerintah kritik-kritik rakyat. Bukan pula wujud penyesuaian diri yang pasif
tanpa sadar dari rakyat terhadap situasi sosial dan politik yang tidak/kurang mapan pada saat
ini. Akan tetapi pendidikan politik bersungguh-sungguh ingin membukakan pengertian
kepada rakyat kan :
1. Tempat kedudukan politik warganegara di tengah masyarakat dan di tengah struktur-
struktur politiknya.
2. Hak dan kewajibannya yang seimbang selaku warganegara.
Maka ada kebutuhan pada rakyat yang menanyakan “Apakah semua urusan politik itu
sudah berjalan baik,benar dan adil”? Dan bagaimanakah cara penyelesaian politik yang
paling baik untuk mengatasi masalah-masalah sosial politik yang berkembang di tengah
masyarakat?
Wawasan politik yang kritis yang ditekankan dalam pendidikan politik itu diperlukan
untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial. Kemudian orang mencari
20
kemungkinan alternatif baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara
penyelesaian politik yang paling aman ditempuh. Dengan demikian akan berlangsung proses :
1. Penjernihan wawasan politik mengenai situasinya.
2. Antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-masa mendatang,
disusul dengan :
3. Redifinisi dan pengubahan terhadap pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang
bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga terhadap lembaga-lembaga politik dan
situasi masyarakatnya.
Pendidikan politik tidak bisa dilepaskan dari pandangan hidup/Lebensanschaung
rakyat dan dari struktur masyarakatnya. Jadi pada saat individu itu sadar menjadi
warganegara dan berbuat sebagai warganegara, maka dia melakukan perbuatan politik dan
belajar politik. Dengan begitu warganegara tersebut sadar atau tidak sadar merupakan figur
politik.dan seyogyanya dia memahami peranan politiknya. Juga memahami mengapa dia
harus bersikap kritis, dan untuk tujuan apa dia melakukan suatu perbuatan politik tertentu?
Maka sasaran pokok pendidikan politik adalah: (a) membuat warga Negara menjadi lebih
kritis dan lebih militant, (b) agar bisa menjalankan fungsi politiknya lebih efisien, dan (c)
memberikan sumbangan pada proses demokratisasi sejati di tengah iklim demokrasi.
E. Pemilih Cerdas dan Demokratisasi
Pemilu demokratis dapat tercapai manakala seluruh stakeholdernya yaitu KPU, Partai
Politik, Caleg dan calon peseorangan (DPD), serta pemilih sudah tepat memaknai sistem
Pemilu sesuai dengan asas pelaksanaannya yang secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Sisi lain yang dapat menjamin kualitas Pemilu efektifitas anggaran yang tersedia,
rasionalitas preferensi dan partisipasi pemilih yang tinggi.
Secara kuantitas, maka kontenstan Pemilu 2014 serta Pilkada dinilai banyak pihak
sudah mampu menerjemahkan demokrasi. Keadaan tersebut tergambar dari peserta pemilu
yang multi- partai (tahun 1999 oleh 48 Partai Politik, 2004 oleh 24 Partai Politik, 44 Partai
Tahun 2009, dan 12 Partai tahun 2014), adanya penyelenggara Pemilu yaitu Komisi
Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu yang independen, adanya partisipasi publik
dalam pengawasan dan pemantauan, serta tingginya angka pemilih yang memberikan
suaranya dalam Pemilu tahun 2009 dan 2014 yang lalu. Namun masih ada penilaian yang
tetap memandang Pemilu yang telah berlangsung hanyalah sekedar “pesta politik”, karena
belum mampu menghasilkan pemilih yang cerdas dalam berdemokrasi.
21
Dampak dari pilihan pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014, serta berbagai Pilkada yang
telah berlalu masih jauh dari harapan terbangunnya legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden yang telah dikontrol secara langsung oleh pemilih dalam format konstituensi dalam
berbagai pertemuan-pertemuan dan komunikasi yang teratur dan langsung. Dalam konteks
ini, kecenderungan partisipasi politik pemilih masih ditempatkan pada lajur partisipan politik
yang pasif dan parokial, dimana sebagian besar pemilih menetapkan pilihannya atas
patronase politik yang cenderung memiliki basis nilai memilih (preferensi) yang kurang
dilandasi atas kesadaran dan rasional bahwa kualitas dan kapasitas sebagai partai politik,
calon Presiden, calon Gubernur, calon DPD, dan calon Bupati/Walikota berdasarkan daya
penariknya (soft power) bagi pemilih pada Pemilu yang telah berlangsung. Artinya
kecerdasan pemilih belum menjadi dasar prilaku pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014 yang
lalu. Mengapa demikian?, salah satunya adalah karena lemahnya kualitas hasil pendidikan
politik dan adanya distorsi makna demokratisasi.
Pemilih cerdas yang kita inginkan adalah pemilih yang menggunakan rasionalitasnya
sebagai basis keterpikatannya (attraction) pada pilihannya. Karena pemilih yang cerdas yang
mampu menghasilkan pemimpin yang memiliki legitimasi kedaulatan rakyat. Selain itu,
pemilih yang cerdas yang mampu mengawasi dan mengisi kapasitas otoritas moral pimpinan
yang dipilihnya, yang prosesnya memerlukan rentang waktu dan mempersyaratkan
kapabilitas pemimpin yang mumpuni mengelola (managable) dengan nilai lebih yaitu
kemampuan berfikir sistemik.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Kabupaten Deli Serdang
Sebelum Perang Dunia II atau tegasnya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17-8-1945, Kabupaten Deli Serdang adalah merupakan daerah Kesultanan Deli dan
Serdang. Kesultanan Deli berkedudukan di Medan dan Kesultanan Serdang berkedudukan di
Perbaungan. Kedua wilayah tersebut dalam masa penjajahan adalah merupakan Keresidenan
Sumatera Timur sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kekuasaan kesultanan berakhir
dan struktur pemerintah disesuaikan dengan pemerintah Indonesia dan kesultanan Deli dan
Serdang dijadikan daerah Kabupaten Deli Serdang.
Daerah Kabupaten Deli Serdang juga merupakan daerah yang cukup terkenal di
kawasan nusantara, terutama karena devisa Negara yang berasal dari hasil bumi Kabupaten
Deli Serdang yang sangat potensial seperti karet, tembakau dan kelapa sawit. Melalui
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru telah kelihatan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor di Kabupaten Deli Serdang, dimana sektor pertanian
dan perkebunan menjadi pemeran utama dalam meningkatkan pendapatan para petani di
Kabupaten Deli Serdang.
Sejalan dengan lanjutnya pembangunan, maka pembangunan di bidang politik pun
berjalan cukup mantap, stabil dan dinamis, dengan adanya kerjasama yang harmonis antara
kekuatan sosial politik di kawasan ini merupakan modal yang tidak terhitung nilainya dalam
mewujudkan demokrasi Pancasila. Semangat persatuan dan kesatuan selalu menjiwai
pemerintah daerah Deli Serdang sehingga kestabilan politik tetap mantap dan terkendali.
Disamping itu, peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah terus bersinergi demi
berkesinambungannya pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang adil dan berkemakmuran.
A.1. Letak dan Keadaan Geografi
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur
Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara,
3016” dan 98033”- 99027” Bujur Timur dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan
laut.
Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,22 Km2 yang terdiri dari 22
Kecamatan, 380 desa dan 14 Kelurahan . Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan
23
Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan
di sebelah Timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan
penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak
mengandung uap air, sehungga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan
Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus
sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setengah tahun setelah melewati masa
peralihan bulan April-Mei dan Oktober-November. Menurut catatan Stasiun Klimatologi
Sampali, pada tahun 2013 terdapat rata-rata 17 hari hujan dengan volume curah hujan
sebanyak rata-rata 187 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 489 mm
dengan hari hujan sebanyak 22 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan
Maret sebesar 74 mm dengan hari hujan 4 hari.
Tabel IV.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Rasio terhadap Luas Wilayah Kabupaten
Deli Serdang tahun 2014
No Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Rasio terhadap luas
total (%) 1 Gunung Meriah 76,65 3,07 2 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu 223,38 8,94 3 Sibolangit 179,96 7,20 4 Kutalimbaru 174,92 7,00 5 Pancur Batu 122,53 4,91 6 Namo Rambe 62,30 2,49 7 Biru-Biru 89,69 3,59 8 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir 190,50 7,63 9 Bangun Purba 129,95 5,20 10 Galang 150,29 6,02 11 Tanjung Morawa 131,75 5,27 12 Patumbak 46,79 1,87 13 Deli Tua 9,36 0.37 14 Sunggal 92,52 3,70 15 Hamparan Perak 230,15 9,21 16 Labuhan Deli 127,23 5,09 17 Percut Sei Tuan 190,79 7,64 18 Batang Kuis 40,34 1,62 19 Pantai Labu 81,85 3,28 20 Beringin 52,69 2,11 21 Lubuk Pakam 31,19 1,25 22 Pagar Merbau 62,89 2,52 Jumlah 2.497,72 100,00 Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
24
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi
tenaga kerja akan terus berlangsungnya proses demografi. Bagia dari tenaga kerja yang aktif
dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Pada kondisi 2013, di Kabupaten Deli
Serdang terdapat 815.983 ribu penduduk angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100
penduduk usia kerja.
Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan
kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Meski demikian
jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang
ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja. Pada tahun 2013 dari
total angkatan kerja sebesar 815.983 ribu, sekitar 92,46 persen dari mereka telah bekerja dan
sebagian dari mereka tidak bekerja 7,54 persen.
Tabel IV.2 Banyaknya Desa, Kecamatan, Nama Ibukota Kecamatan, dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Lubuk Pakam
No Kecamatan Nama Ibukota Banyak Desa Banyak
Kelurahan Jarak Ibukota ke
Lubuk Pakam 1 Gunung Meriah G. Meriah 12 - 65 2 STM. Hulu Tiga Juhar 20 - 71 3 Sibolangit Bandar Baru 30 - 71 4 Kutalimbaru Kutalimbaru 14 -- 54 5 Pancur Batu Pancur Batu 25 - 48 6 Namo Rambe Namo Rambe 36 - 48 7 Biru-Biru Biru-Biru 17 - 55 8 STM. Hilir Talun Kenas 15 - 37 9 Bangun purba Bangun Purba 24 - 25 10 Galang Galang 28 1 18 11 Tanjung Morawa Tj. Morawa 25 1 12 12 Patumbak Patumbak 8 - 46 13 Deli Tua Deli Tua 3 3 42 14 Sunggal Sunggal 17 - 40 15 Hamparan Perak H. Perak 20 - 56 16 Labuhan Deli Helvetia 5 - 52 17 Percut Sei Tuan Tembung 18 2 42 18 Batang Kuis Batang Kuis 11 - 12 19 Pantai Labu Pantai Labu 19 - 11 20 Beringin Beringin 11 - 6 21 Lubuk Pakam Lubuk Pakam 6 7 - 22 Pagar Merbau Pagar Merbau 16 - 4
Jumlah 380 14 - Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
25
Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat
menunjang dalam peningkatan mutu pendidikan. Pada tahun 2013 tedapat 261 buah taman
kanak-kanak dengan jumlah murid 12.363 orang dan guru sebanya 793 orang. Sementara itu
untuk sekolah dasar terdapat 812 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing
206.487 orang dan 11.605 orang. Untuk Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) terdapat 246
sekolah, 73.966 orang murid dan 6.033 orang guru.Pada tahun yang sama jumlah sekolah
Lanjutan atas (SMU) umum terdapat 123 sekolah dengan jumlah murid 25.056 orang dan
guru 2.968 orang, untuk Sekolah kejuruan terdapat 125 sekolah, 33.844 orang murid dan
3.435 orang guru.
Selain itu di Deli Serdang juga terdapat sekolah agama (madrasah) yang setara dengan
sekolah umum, yaitu :
- 157 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan 28.311 murid dan 1.171 guru.
- 119 Madrasah Tsanawiyah (MTs) debgab 21.165 murid dan 1.807 guru.
- 34 Madrasah Aliyah (MA) dengan 4.417 murid dan 554 guru.
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan
manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak
langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Kesehatan merupakan salah satu hal
terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
yang memadai sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan amsyarakat sekaligus
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 21 buah
rumah sakit umum (RSU) milik pemerintah dan swasta. Dengan total kapasitas tempat tidur
berjumlah 1.800 buah. Sedangkan puskesmas yang ada berjumlah 34 buah juga terdapat
Puskesmas Pembantu dan Rumah Bersalin masing-masing berjumalh 104 dan 133.
Tenaga Medis yang tersedia di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang ada 163 orang
dokter umum/spesialis dan 72 orang dokter gigi. Sementara itu tenaga medis pemerintah
lainnya seperti perawat/bidan ada 1.709 orang, dengan jumlah apotek umum sebanyak 144
buah. Di Kabupaten Deli Serdang, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2012 jumlah PUS sekitar 322.731 dan meningkat
menjadi 328.273 pada tahun 2013.
26
Tabel IV.3. Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas Wilayah
dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan
No Kecamatan Banyak
Desa/Kelurahan
Luas
Wilayah
(m2)
Banyak
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Penduduk
Persentase
(%)
1 Gunung Meriah 12 76,65 2.632 34 0,14
2 STM. Hulu 20 223,38 12.994 58 0,69
3 Sibolangit 30 179,96 20.756 115 1,10
4 Kutalimbaru 14 174,92 37.758 216 2,00
5 Pancur Batu 25 122,53 89.469 730 4,74
6 Namo Rambe 36 62,30 38.583 619 2,05
7 Biru-Biru 17 89,69 35.887 400 1,90
8 STM. Hilir 15 190,50 32.267 169 1,71
9 Bangun purba 24 129,95 22.749 175 1,21
10 Galang 29 150,29 64.912 432 3,44
11 Tjg. Morawa 26 131,75 202.870 1540 10,75
12 Patumbak 8 46,79 93.522 1999 4,96
13 Deli Tua 6 9,36 63.877 6824 3,39
14 Sunggal 17 92,52 257.070 2779 13,63
15 Hamparan Perak 20 230,15 158.034 687 8,38
16 Labuhan Deli 5 127,23 63.431 499 3,36
17 Percut Sei Tuan 20 190,79 405.434 2125 21,49
18 Batang Kuis 11 40,34 59.281 1470 3,14
19 Pantai Labu 19 81,85 45.440 555 2,41
20 Beringin 11 52,69 55.276 1049 2,93
21 Lubuk Pakam 13 31,19 85.366 2737 4,53
22 Pagar Merbau 16 62,89 38.780 617 2,06
Jumlah 394 2.497,72 1.886.388 755 100
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
27
Tabel IV.4. Data Kecamatan, Penduduk Dewasa dan Anak-anak menurut Jenis
Kelamin tahun 2013
No Kecamatan Jumlah RT
Dewasa
Banyak Penduduk
Anak-Anak
Banyak Penduduk
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Gunung Meriah 801 961 966 365 340
2 STM. Hulu 3.467 4.430 4.270 2.106 2.188
3 Sibolangit 5.829 7189 7399 3180 2988
4 Kutalimbaru 9.426 12.549 12.806 6.243 6.160
5 Pancur Batu 22.430 30.760 31.487 14.046 13.176
6 Namo Rambe 9.745 12.798 13.493 6.291 6.001
7 Biru-Biru 9.158 12.199 12.312 5.834 5.542
8 STM. Hilir 8.380 11.071 10.855 5.323 5.018
9 Bangun purba 5.712 7.725 7.835 3.653 3.536
10 Galang 16.168 22.655 22.489 9.964 9.804
11 Tjg. Morawa 48.068 69.537 69.274 32.762 31.297
12 Patumbak 22.386 31.800 31.414 15.591 14.717
13 Deli Tua 14.761 21.837 23.398 9.612 9.030
14 Sunggal 60.567 89.631 89.882 39.773 37.784
15 Hamparan Perak 38.675 54.933 53.714 25.387 24.000
16 Labuhan Deli 15.041 22.388 21.814 9.857 9.372
17 Percut Sei Tuan 94.492 140.751 141.553 63.043 60.087
18 Batang Kuis 13.955 20.347 20.034 9.713 9.187
19 Pantai Labu 10.683 15.595 14.589 7.836 7.420
20 Beringin 13.056 19.240 18.900 8.784 8.352
21 Lubuk Pakam 20.133 29.689 31.2014 12.632 11.841
22 Pagar Merbau 9.465 13.051 13.255 6.139 6.335
Deli Serdang 452.398 651.136 652.943 298.134 284.175
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
Data hasil survai ini berorientasi pada lokasi bermukim 400 responden di 22 (dua
puluh dua) Kecamatan yang tersebar di 80 desa. (Nama Kecamatan dan Kelurahan,
terlampir). Profil responden memiliki korelasi terhadap beragam aspek yang terkait dengan
pemilu, terutama tingkat partisipasi, referensi pilihan, dan penilaian responden terhadap
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
28
Tahun 2013, partai politik, dan caleg yang dipilihnya pada pemilu Legislatif Tahun 2014
serta Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Pilpres Tahun 2014.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Laki-laki 201 50,25 50,25 50,25
Perempuan 199 49,75 49,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.5. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin responden terdiri dari 201 orang laki-laki (50,25 %) dan 199 orang
perempuan (49,75 %), serta berstatus kepala keluarga 178 orang (44,50 %), 177 orang (44,25
%) berstatus istri, dan 45 orang berstatus anak dalam rumah tangga responden penelitian ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Anak 45 11,25 11,25 11,25Istri 177 44,25 44,25 55,50Kepala Keluarga 178 44,50 44,50 100,00Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.6. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
B. Purba 5 1,25 1,25 1,25
Bandar baru 5 1,25 1,25 2,50
Bandar Khalifah 5 1,25 1,25 3,75
Bandar Kuala 5 1,25 1,25 5,00
Baru 5 1,25 1,25 6,25
Batu Layang 5 1,25 1,25 7,50
Batu Penjemuran 5 1,25 1,25 8,75
Bingkawan 5 1,25 1,25 10,00
Bintang Meriah 5 1,25 1,25 11,25
Biru-Biru 5 1,25 1,25 12,50
29
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Bulu Cina 5 1,25 1,25 13,75
Deli Tua Barat 5 1,25 1,25 15,00
Denai Sarang Burung 5 1,25 1,25 16,25
Durian 5 1,25 1,25 17,50
Galang Barat 5 1,25 1,25 18,75
Galang Kota 5 1,25 1,25 20,00
Gunung Rintih 5 1,25 1,25 21,25
Helvetia 5 1,25 1,25 22,50
Helvetia Sunggal 5 1,25 1,25 23,75
Hulu 5 1,25 1,25 25,00
Jaba 5 1,25 1,25 26,25
Jati Kesuma 5 1,25 1,25 27,50
Juhar Baru 5 1,25 1,25 28,75
K.S Kampung 5 1,25 1,25 30,00
Karang Anyar 5 1,25 1,25 31,25
Kedai Durian 5 1,25 1,25 32,50
Kenanga 5 1,25 1,25 33,75
Kolam 5 1,25 1,25 35,00
Kuala Dekah 5 1,25 1,25 36,25
Kuta Jurung 5 1,25 1,25 37,50
Kuta Tengah 5 1,25 1,25 38,75
Kuta Tualah 5 1,25 1,25 40,00
Lama 5 1,25 1,25 41,25
Lengau Seprang 5 1,25 1,25 42,50
Limau Manis 5 1,25 1,25 43,75
Lubuk Pakam Pekan 5 1,25 1,25 45,00
Mardinding Julu 5 1,25 1,25 46,25
Marjanji Tongah 5 1,25 1,25 47,50
Namo Mbelin 5 1,25 1,25 48,75
Namorube Julu 5 1,25 1,25 50,00
P. Merbau II 5 1,25 1,25 51,25
P. Sibaji 5 1,25 1,25 52,50
Paku 5 1,25 1,25 53,75
30
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Paluhmanan 5 1,25 1,25 55,00
Parbarakan 5 1,25 1,25 56,25
Pasar Melintang 5 1,25 1,25 57,50
Patumbak I 5 1,25 1,25 58,75
Penara Kebun 5 1,25 1,25 60,00
Perguroan 5 1,25 1,25 61,25
Petapahan 5 1,25 1,25 62,50
Pisang Pala 5 1,25 1,25 63,75
Rambung baru 5 1,25 1,25 65,00
Rantau Panjang 5 1,25 1,25 66,25
Rumah Pilpil 5 1,25 1,25 67,50
Rumah Sumbul 5 1,25 1,25 68,75
Salam Tani 5 1,25 1,25 70,00
Sembahe 5 1,25 1,25 71,25
Sena 5 1,25 1,25 72,50
Sialang 5 1,25 1,25 73,75
Sibaganding 5 1,25 1,25 75,00
Sibunga-bunga Hilir 5 1,25 1,25 76,25
Sidodadi 5 1,25 1,25 77,50
Sidodadi Ramunia 5 1,25 1,25 78,75
Sigara-Gara 5 1,25 1,25 80,00
SM Diski 5 1,25 1,25 81,25
Sudirejo 5 1,25 1,25 82,50
Suka Dame 5 1,25 1,25 83,75
Sukarende 5 1,25 1,25 85,00
Sumbul 5 1,25 1,25 86,25
T. Selamat 5 1,25 1,25 87,50
Tanjung Anom 5 1,25 1,25 88,75
Tanjung Muda 5 1,25 1,25 90,00
Tanjung Mulia 5 1,25 1,25 91,25
Tanjung Siporkis 5 1,25 1,25 92,50
Telaga Sari 5 1,25 1,25 93,75
Telaga Tujuh 5 1,25 1,25 95,00
31
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tembung 5 1,25 1,25 96,25
Tiga Juhar 5 1,25 1,25 97,50
Tuntungan II 5 1,25 1,25 98,75
Ujung Labuhan 5 1,25 1,25 100,0
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Lama bermukim penduduk merupakan variabel lain untuk menelusuri integritas
individual terhadap lingkungan sosial, yang tergambar dalam simbol status sosial dan gaya
hidup (life style). Berdasarkan lama bermukim di tempat tinggalnya ternyata 89,25 % (357
orang) responden sudah lebih dari 10 tahun berdiam di lokasi penelitian, namun ada pula 43
orang responden (10,75 %) yang tergolong baru tinggal yaitu di bawah 10 (sepuluh) tahun.
Tabel IV.8. Komposisi Responden berdasarkan lama tinggal
di daerah ini
Lama Tinggal di desa Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 1 0,25 0,25 0,25
Kurang dari setahun 1 0,25 ,0,25 0,50
1-2 tahun 2 0,50 0,50 1,00
3-4 tahun 5 1,25 1,25 2,25
5-6 tahun 10 2,50 2,50 4,75
7-8 tahun 12 3,00 3,00 7,75
9-10 tahun 12 3,00 3,00 10,75
Diatas 10 tahun 357 89,25 89,25 100,00
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia antara <21 – 60> (antara usia 17
tahun sampai di atas 60 tahun) dimana terdapat 5,50 % (22 responden) dalam kelompok usia
pemilih pemula, sedangkan untuk kelompok usia potensial (21 – 60 tahun) sebanyak 346
responden (86,50 %) dan kelompok lansia (lanjut usia) sebanyak 32 responden (8,00 %).
32
Tabel IV.9. Kelompok Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
<21 22 5,50 5,50 5,50
21-30 54 13,50 13,50 19,00
31-40 104 26,00 26,00 45,00
41-50 128 32,00 32,00 77,00
51-60 60 15,00 15,00 92,00
>60 32 8,00 8,00 100,00
Total 400 100,00 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Berbasis karakter agama, maka responden survai ini terdiri dari beragama Islam 254
orang (63,50 %), Protestan 109 orang (27,25 %), dan Katolik 34 orang (8,50 %), serta Budha
terdapat 3 orang (0,75 %).
Tabel IV.10. Agama Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Islam 254 63,50 63,50 63,50
Protestan 109 27,25 27,25 90,75
Katolik 34 8,50 8,50 99,25
Buddha 3 0,75 0,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Keanekaragaman sosial budaya Sumatera Utara terlihat dari beragamnya latar
belakang suku penduduknya, hal ini tergambar pula dari analisis unit suku (ethnic unit
analysis) responden penelitian ini. Berdasarkan latar belakang etnik responden yang terpilih
dalam penelitian memperlihatkan ragam yang bukan didominasi etnik tempatan yaitu suku
Melayu hanya 34 orang (8,50 %) dan Karo 131 orang (32,75 %). Komposisi etnik masyarakat
yang berdiam di Kabupaten Deli Serdang justru didominasi suku pendatang yaitu Jawa 163
orang (40,75 %). Selain itu terdapat suku Mandailing 18 orang (4,50 %), etnik Batak Toba 17
33
orang (4,25 %), Minang 5 orang (1,25 %), Simalungun 18 orang (4,50 %), Banjar 4 orang
(1,00 %), Sunda 8 orang (2, 00 %) dan Aceh berjumlah 1 orang (0,25 %).
Tabel IV.11. Suku Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Jawa 163 40,75 40,75 40,75
Tionghoa 3 0,75 0,75 41,50
Minang 5 1,25 1,25 42,75
Aceh 1 0,25 0,25 43,00
Banjar 4 1,00 1,00 44,00
Sunda 6 1,50 1,50 45,50
Melayu 34 8,50 8,50 54,00
Toba 17 4,25 4,25 58,25
Mandailing 18 4,50 4,50 62,75
Simalungun 18 4,50 4,50 67,25
Karo 131 32,75 32,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Dari segi jenjang pendidikan yang telah dikecap oleh responden menunjukkan yang
terbanyak berpendidikan menengah atas yaitu sebanyak 199 orang (49,75%). Selain itu,
responden yang berpendidikan tinggi yang sudah menamatkan pendidikannya sebanyak 29
orang (7,25%) dari Perguruan Tinggi/Universitas, yang berjumlah 21 orang (5,25%), serta
96 orang (24,00 %) yang tamat SMP, 41 orang (10,25%) tamat SD dan 22 orang (5,50 %)
tidak menyelesaikan tamat SD serta yang tidak pernah bersekolah sama sekali sebanyak 28
orang (7,00 %).
34
Tabel IV.12. Tingkat Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 7 1,75 1,75 1,75
Tidak pernah sekolah 6 1,50 1,50 3,25
Tidak tamat SD 22 5,50 5,50 8,75
Tamat SD 41 10,25 10,25 19,00
Tamat SLTP 96 24,00 24,00 43,00
Tamat SLTA 199 49,75 49,75 92,75
Tamat Akademi/diploma 8 2,00 2,00 94,75
Tamat S-1 atau lebih tinggi 21 5,25 5,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Konsekuensi dari pendidikan yang dikecap responden berhubungan dengan
kemampuan memahami pesan-pesan tertulis dan lisan yang dikomunikasikan oleh partai
politik dan caleg menjelang pemilu legislatif tahun 2014 lalu. Dalam konteks ini, sebesar
99,75 % responden (399 orang) mengakui mampu membaca huruf dan angka.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Bersekolah 394 98,50 98,50 98,50
Bisa 5 1,25 1,25 99,75
Tidak bisa 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.13. Kalau Tidak Sekolah, apakah bisa baca/tulis ?
Berdasarkan status perkawinan, dimana 351 orang (87,75 %) berstatus kawin, 44
orang (11,00) masih berstatus single, terdapat 5 orang (1,25%) berstatus duda/janda.
35
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, Kawin 351 87,75 87,75 87,75
Tidak Kawin 44 11,00 11,00 98,75
Ya,tapi cerai 5 1,25 1,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.14. Status Perkawinan Responden
C.2. Keadaan Ekonomi dan Kelembagaan Sosial
Pekerjaan responden beragam selaras dengan karakter Kabupaten Deli Serdang yang
berkarakter sub-urban dimana mayoritas responden memiliki mata pencaharian sebagai
petani sebanyak 96 orang ( 24,00%), wiraswasta atau mempunyai usaha sendiri yaitu
sebanyak 78 orang (19,50 %). Selain itu, ada pegawai swasta berjumlah 28 orang (7,00%)
dan Buruh 19 orang (4,75 %), guru 9 orang (2,25 %), Tukang Becak 1 orang (0,25%), PNS
12 orang (3,00 %), supir 2 orang (0,50 %), purnawirawan 1 orang (0,25 %), Bidan 2 orang
(0,50%), kepala Dusun 1 orang (0,25 %), Nelayan 1 orang (0,25 %), Pegawai Desa 1 (0,25
%). Sisanya sebanyak 149 orang (37,25%) adalah responden tidak bekerja, seperti Ibu Rumah
Tangga 94 orang, masih bersekolah 33 orang dan sedang dalam mencari pekerjaan 22 orang.
36
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Bekerja 149 37,25 37,25 37,25
Bidan 2 0,50 0,50 37,75
Buruh 19 4,75 4,75 42,50
Guru 9 2,25 2,25 44,75
Kepala Dusun 1 0,25 0,25 45,00
Nelayan 1 0,25 0,25 45,25
Pegawai Desa 1 0,25 0,25 45,50
Pegawai Swasta 28 7,00 7,00 52,50
Petani 96 24,00 24,00 76,50
PNS 12 3,00 3,00 79,50
Purnawirawan 1 0,25 0,25 79,75
Supir 2 0,50 0,50 80,25
Tukang Becak 1 0,25 0,25 80,50
Wiraswasta 78 19,50 19,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.15 Komposisi Responden berdasarkan Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Masih sekolah 33 22,15 22,15 22,15
Ibu rumah tangga 94 63,09 63,09 85,23
Sedang mencari pekerjaan 22 14,77 14,77 100,00
Total 149 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel VI.16. Sebab Responden Tidak Bekerja
Jenis sumber mata pencaharian memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan.
Berdasarkan paparan tersebut, ternyata sebagian besar responden yaitu 146 orang (36,50 %)
memiliki penghasilan dibawah Rp 1 juta, 139 orang (34,75%) memiliki penghasilan sedang
yaitu lebih besar Rp. 1.000.001 -Rp. 2. 000.000,- . Sedangkan 92 orang (23,00 %) termasuk
berpenghasilan tinggi yaitu diatas Rp. 2.000.000,- perbulannya. Responden lainnya tidak
menjawab, sebanyak 23 orang (5,75%).
37
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Menjawab 23 5,75 5,75 5,75
≤ Rp 500.000 48 12,00 12,00 17,75
> Rp 500.000 - Rp 1.000.000 98 24,50 24,50 42,25
> Rp 1.000.00 - Rp 2.000.000 139 34,75 34,75 77,00
> Rp 2.000.001 - Rp 4.000.000 78 19,50 19,50 96,50
> Rp 4.000.001 - Rp 8.000.000 13 3,25 3,25 99,75
> Rp 8.000.000 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.17. Pendapatan perbulan
C.3. Kapasitas Sarana Informasi
Media massa dan elektronik merupakan instrumen transfer informasi pengetahuan,
hiburan, berita, maupun nilai-nilai sosial budaya, ekonomi dan politik yang dapat dikenali
dari pesan visual dan audiovisual. Berdasarkan kepemilikannya maka 389 responden (97,25
%) ternyata di rumahnya telah ada televisi, dan 11 responden (2,75 %) menyatakan tidak
memiliki televisi di rumahnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 389 97,25 97,25 97,25
Tidak 11 2,75 2,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.18. Kepemilikan Responden atas Televisi
Selain itu, untuk menambah sumber referensi responden dalam prilaku sosial, budaya,
ekonomi dan politik dilakukan dengan membaca koran, majalah dan sumber bacaan lainnya.
Membaca, menonton TV dan mendengar radio merupakan aktivitas pendukung utama bagi
38
masyarakat untuk memperoleh beragam informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam meningkatkan kualitas prilaku dan referensi pilihan.
Terkait dengan pernyataan tersebut, selain menonton TV dari berbagai stasiun TV swasta dan
nasional, serta mendengar radio dengan frekuensi FM dan AM yang ada di kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang, tampaknya responden juga menambahkan bobot prilakunya sehari-
hari termasuk untuk partisipasi politik dan pilihan politiknya dengan membaca koran,
majalah dan media cetak lainnya dengan cara berlangganan di rumah menurut 26 orang
responden (6,50 %), membaca media cetak yang tersedia di kantor atau tempat aktivitas
menurut 87 orang (21,75%), dan dengan membeli media secara eceran setiap hari maupun
hari-hari tertentu saja menurut 70 orang responden (17,50 %). Sedangkan lainnya, yaitu
sebanyak 217 orang (54,25 %) ternyata tidak membaca media cetak secara reguler.
Selengkapnya mengenai gambaran prilaku responden dalam membaca media cetak dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, berlangganan di rumah 26 6,50 6,50 6,50
Ya, membaca di kantor atau tempat aktivitas
87 21,75 21,75 28,25
Ya, memberi eceran hari-hari tertentu
70 17,50 17,50 45,75
Tidak membaca 217 54,25 54,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.19. Apakah pernah membaca Koran ?
C. 4. Kapasitas Responden Dalam Mengikuti Organisasi Sosial Budaya Dan
Politik
Memasuki organisasi dan kelembagan sosial politik merupakan wadah untuk
membangun pengalaman kepemimpinan dan relasi sosial politik. Dengan melakoni peranan
yang dilabelkan oleh struktur organisasi sosial politik, maka seseorang atau sekelompok
orang dapat meningkatkan kapasitas dan kinerja sosial politiknya. Aktivitas sosial dan
partisipasi dalam politik secara teoritis mewarnai preferensi dan pilihan dalam pemberian
suara dalam pemilu. Karena keikutsertaan dalam organisasi sosial, partai politik, dan
organsisasi keagamaan dapat mempengaruhi pragmatisme, primordialime, rasionalitas, dan
39
demokratisnya seseorang dalam memberikan pilihan dan menawarkan pertimbangan-
pertimbangan yang menentukan kebijakan dan keputusan politik.
Selain itu, berbagai dinamika yang muncul ketika melakukan aktivitas sosial dan
politik menyebabkan seseorang skeptis ataupun optimis terhadap pilihan politiknya, karena
pengalamannya merupakan pedoman untuk menetapkan pilihan politik. Dengan adanya
pengalaman politik ini maka akan meningkatlah kapasitas wawasan politik kritis para
responden penelitian ini, karena wawasan politik yang kritis sebagai manfaat pendidikan
politik itu diperlukan untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial, yang
selanjutnya dapat membangkitkan kreativitas orang-orang mencari kemungkinan alternatif
baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara penyelesaian politik yang paling
aman ditempuh, yang keadaan ini berlangsung dari proses penjernihan wawasan politik
mengenai situasinya, dan antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-
masa mendatang, yang disusul dengan adanya upaya redifinisi dan pengubahan terhadap
pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga
terhadap lembaga-lembaga politik dan situasi masyarakatnya (Kartini: 2009).
Berdasarkan paparan teoritik tersebut, sebagian besar responden ternyata berprilaku
berbeda dimana mereka bukanlah anggota dari berbagai organisasi sosial politik yang ada
dalam formasi kelembagaan sosial politik Indonesia, terutama kelembagaan yang merupakan
basis pembangun struktur kekuatan politik. Rendahnya aktivitas responden dalam beragam
aktivitas sosial, politik, keagamaan, seni dan budaya, asosiasi profesi, serikat buruh, maupun
LSM secara teoritis menunjukkan prilaku pemilih yang masih bersifat parochyal political
participant (Miriam Budiardjo: 2010). Oleh karena itu sangat menarik untuk mengetahui
siapa saja di antara warga masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan politik dan siapa saja
yang tidak; sampai seberapa besar tingkat partisipasi politik warga masyarakat; siapa yang
berpartisipasi rendah dan siapa yang tinggi; apa ciri-ciri partisipan dan apa ciri-ciri non
partisipan; serta apa dampak partisipasi terhadap keputusan yang dibuat penguasa politik dan
dampak tindakan-tindakan penguasa politik terhadap partisipasi politik.
Terpusatnya perhatian para ilmuwan politik pada kegiatan politik yang dijalankan
oleh anggota masyarakat sebagai warga negara biasa (private citizen menurut istilah
Huntington dan Nelson) berarti bahwa partisipasi politik adalah salah satu bentuk saja dari
kegiatan politik. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warga negara dalam kedudukannya
sebagai rakyat biasa disebut sebagai partisipasi politik, sesuai dengan salah satu ciri dari teori
partisipasi politik yang berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, dan
berhubungan dengan penentuan pejabat-pejabat politik (Rauf, 1991: 10)
40
Tapi kegiatan politik yang dijalankan oleh para penguasa politik mereka juga warga
negara dan anggota masyarakat dalam kedudukan mereka sebagai pengambil keputusan tidak
dapat dinamakan partisipasi politik. Kegiatan itu hanya dapat disebut sebagai kegiatan politik
saja. Jadi, partisipasi politik mengandung adanya sasaran yang ingin dituju, yaitu proses
pembuatan keputusan politik; partisipan bertujuan untuk mempengaruhi keputusan politik
yang akan diambil agar keputusan itu menguntungkannya atau paling tidak, tidak
merugikannya.
Kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh penguasa politik dalam kedudukannya
sebagai pembuat dan pengambil keputusan politik jelas merupakan kegiatan politik. Para
pengambil keputusan ( decision makers) yang menghasilkan keputusan politik, seharusnya
menjalankan kegiatan politik, dalam bentuk mengikutsertakan masyarakat untuk memberikan
masukan yang akan menjadi pertimbangan untuk dijadikan keputusan politik.
Terkait dengan rendahnya partisipasi dan aktivitas masyarakat dalam berbagai
organisasi, kelembagaan dan partai politik. yang menjauhkan atau menyenjangkan penafsiran
dari elite politik terhadap pikiran dan kepentingan pemilihnya. Sedikitnya anggota
masyarakat yang terlibat dalam aktivitas sosial dan politik, berkorelasi pula dengan tingginya
kerahasiaan dan belum pastinya pilihan pemilih dalam menentukan partai politik yang
dicoblos dalam pemilu 2014. Sebaliknya secara teoritis, aktifnya anggota masyarakat dalam
berbagai kelembagaan sosial dan partai politik semakin meningkatkan komunikasi dengan
elit politik, semakin mudah mengakses informasi dan rencana kebijakan publik yang akan
digodok oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Deli
Serdang.
Tabel IV.20. Komposisi Responden berdasarkan anggota aktif, anggota tidak aktif atau
bukan anggota organisasi atau perkumpulan.
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
a.
Organisasi keagamaan (misalnya dalam Islam ada
NU, Muhammadiyah, majlis taklim, remaja mesjid;
kalau dalam Kristen ada HKBP, Methodist, HKI,
GKPS, GBKPdan sebagainya)
51,00% 12,50% 36,50%
b. Organisasi olahraga, seperti klub sepakbola, senam,
bela diri, dll 91,50% 3,75% 4,75%
c. Organisasi sosial, seperti karang taruna, dharma
wanita, PKK, organisasi marga, dll 82,25% 2,25% 15,50%
41
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
d. Perhimpuan seni dan budaya, seperti seni suara, seni
lukis, seni tari, dan lain-lain 96,25% 1,00% 2,75%
e. Organisasi profesi, seperti ikatan dokter, PGRI,
pengacara, dll 95,50% 2,00% 2,50%
f. Serikat pekerja/buruh, serikat tani, serikat dagang 97,25% 1,25% 1,50%
g. Lembaga Swadaya Masyarakat 97,25% 1,25% 1,50%
h. Partai politik 97,50% 1,25% 1,25%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Kalau kita perhatikan tabel diatas tergambar bahwa keikutsertaan dari responden
sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi keagamaan (36,50 %) dan
organisasi sosial (15,50 %). Sedangkan yang aktif dalam kegiatan LSM dan partai politik
sangat rendah yaitu masing-masing 1,50 % dan 1,25 %. Gambaran ini memberikan arti
bahwa tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau elite
politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang berdampak
pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit dengan aspirasi
masyarakatnya. Karena secara teori kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan
dan ketidaktahuan politik, maka untuk merangsang partisipasi politiknya secara aktif dalam
usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik,yang bertujuan untuk : (a) Membuat
rakyat menjadi melek-politik/sadar politik, (b) lebih kreatif dalam partisipasi sosial politik di
era pembangunan, (c) menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih
nyaman dan sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia (Kartini: 2009).
Leluasanya anggota DPRD dalam menafsirkan bentuk hubungan dan dukungan yang
kondusif ataupun depresif kepada birokrasi pemerintahan sesungguhnya terkondisi oleh
rendahnya mekanisme kontrol masyarakat, karena pemilihan anggota DPRD yang langsung
dipilih oleh voter harusnya berkorelasi langsung dengan fungsi partai politik sebagai
instrumen artikulasi kepentingan dan wadah komunikasi politik antar elite dan pemilihnya.
Kenyataannya seringkali kebijakan pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang disetujui oleh
DPRD mencerminkan jauhnya realita dari bayangan kepentingan konstituen dan pemilih para
anggota dalam Pemilu tahun 2009 lalu.
Karena apa demikian? Menurut Kartini (2000), demokrasi bukan merupakan situasi
yang sudah selesai/finished; tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan
42
digarap tanpa henti-hentinya menuju kearah kemajuan dan kebaikan yang memerlukan
demokratisasi pribadi manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat
pemerintah, agar semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang.
Sehingga fungsi partai politik dan kinerja anggota DPRD diharapkan dapat bermanfaat bagi:
(a) memperbesar kekuasaan dalam menentukan opini publik (pendapat umum) serta
partisipasi politik rakyat (b) ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya
pemerintahan menuju ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Fungsi lembaga-lembaga demokrasi di Kabupaten Deli Serdang sangat diperlukan
mengingat berbagai permasalahan pembangunan yang harus diatasi, sehubungan dengan letak
strategis Kabupaten Deli Serdang sebagai satelit dari wilayah ibukota Provinsi Sumatera
Utara yang struktur masyarakatnya sudah masuk klasifikasi modern dan kota metropolitan
nomor tiga di Indonesia.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Air PAM 3 0,75 0,75 0,75
Masalah ekonomi 241 60,25 60,25 61,00
Masalah keamanan 27 6,75 6,75 67,75
Masalah kebersihan 12 3,00 3,00 70,75
Masalah kesehatan 3 0,75 0,75 71,50
Masalah lalu lintas 2 0,50 0,50 72,00
Masalah moral dan etika 2 0,50 0,50 72,50
Masalah pelayanan public 3 0,75 0,75 73,25
Masalah pemadaman listrik 2 0,50 0,50 73,75
Masalah pendidikan 51 12,75 12,75 86,50
Masalah pengangguran 3 0,75 0,75 87,25
Masalah pertanian 5 1,25 1,25 88,50
Masalah social 2 0,50 0,50 89,00
Pembangunan infrastruktur 40 10,00 10,00 99,00
Pembenahan generasi muda 2 0,50 0,50 99,50
Perbaikan saluran air 2 0,50 0,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.21. Masalah yang paling penting dihadapi masyarakatKabupaten Deli Serdang
43
B. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
B.1. Landasan / Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu;
3. PP Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas PP Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
4. Permendagri Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Permendagri
Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
5. Peraturan KPU Nomor 62 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tahapan,
Program, dan jadwal Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala
Daerah;
6. Peraturan KPU Nomor 61 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan
Jumlah dan Tata Cara Pengisian Keanggotaan DPRD Prov atau DPRD
Kab/Kota Induk dan DPRD Prov atau DPRD Kab/kota yang dibentuk setelah
Pemilu Tahun 2009;
7. Peraturan KPU Nomor 63 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tata Kerja
KPU Prov, KPU Kab/Kota, PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah
dan wakil Kepala Daerah;Peraturan KPU Nomor 64 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pemantauan dan tata Cara Pemantauan Pemilu Kepala Daerah dan
wakil Kepala Daerah;
8. Peraturan KPU Nomor 65 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah;
9. Peraturan KPU Nomor 66 Tahun 2009 tentang Penetapan Norma, Standar,
Prosedur dan Kebutuhan Pengadaan serta Pendistribusian Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
44
10. Peraturan KPU Nomor 67 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara
Pemuktahiran Data dan Daftar Pemilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan wakil
Kepala Daerah;
11. Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata cara
Pencalonan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
12. Peraturan KPU Nomor 69 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Kampanye
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
13. Peraturan KPU Nomor 72 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan
Pemungutan dan Perhitungan Suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah di TPS;
14. Peraturan KPU Nomor 73 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata cara Pelaksanaan
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah oleh PPK, KPU Kab/Kota, dan KPU Prov, serta Penetapan
Calon Terpilih, Pengesahan Pengangkatan dan Pelantikan.
45
B.2. Data Pemilih
Lk PrJUMLAH PEMILIH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.031 1.075 2.106 122 STM. HULU 20 4.743 4.848 9.591 363 SIBOLANGIT 30 7.687 8.089 15.776 614 KUTALIMBARU 14 12.911 13.266 26.177 725 PANCUR BATU 25 33.418 35.015 68.433 1386 NAMORAMBE 36 13.864 14.717 28.581 737 BIRU-BIRU 17 13.222 14.003 27.225 698 STM. HILIR 15 12.670 13.091 25.761 729 BANGUN PURBA 24 8.229 8.376 16.605 4810 GALANG 29 22.745 23.777 46.522 11011 TANJUNG MORAWA 26 78.138 79.192 157.330 31212 PATUMBAK 8 34.483 34.445 68.928 13113 DELI TUA 6 21.487 21.753 43.240 8614 SUNGGAL 17 99.536 100.999 200.535 37315 HAMPARAN PERAK 20 60.245 58.591 118.836 22716 LABUHAN DELI 5 24.471 23.777 48.248 9917 PERCUT SEI TUAN 20 149.963 149.128 299.091 52118 BATANG KUIS 11 22.950 22.918 45.868 8419 PANTAI LABU 19 16.874 16.457 33.331 7220 BERINGIN 11 20.914 20.873 41.787 8621 LUBUK PAKAM 13 41.618 44.544 86.162 15722 PAGAR MERBAU 16 12.926 13.022 25.948 61
394 714.125 721.956 1.436.081 2.900
1 LAPAS LUBUK PAKAM 727 13 740 2
2 LAPAS TANJUNG GUSTA 185 0 185 1
3 RUTAN PANCUR BATU 145 0 145 1
JUMLAH 1.057 13 1.070 4
394 715.182 721.969 1.437.151 2.904
Sumber: KPU Deli Serdang, 2013
JUMLAH
TPS KHUSUS RUTAN / LAPAS
JUMLAH KESELURUHAN
Tabel IV.22. REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH TERDAFTAR PEMILIHAN UMUMKEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
No. KECAMATANJUMLAH
PPS
JUMLAH PEMILIHJUMLAH
TPS KET
46
B.3. SOSIALISASI PILKADA TAHUN 2013
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah, yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan
kegiatan sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk
menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
pada tahun 2013, khususnya pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli
Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan pemimpin daerah di Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 400 responden, terdapat 315
responden (78,75 %) bahwa berpendapat atau memiliki tanggapan tentang informasi sistem
pemilihan kepala daerah di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2013 sudah memadai. Dapat
terlihat pada Tabel IV.22.
Sehingga dari data tersebut (Tabel IV.22) sangat konsisten terhadap pemilih yang
terdaftar sebagai pemilih pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013,
seperti yang terlihat pada Grafik IV.1, yang menyebutkan bahwa terdapat 394 responden
(98,50%) terdaftar sebagai pemilih pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang
tahun 2013.
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.1 Apakah terdaftar sebagai pemilih Pilkada ?
98,50%
1,50%
Ya 394 Tidak 6
47
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 315 78,75 78,75 79
Belum 65 16,25 16,25 95
Tidak ada 20 5,00 5,00 100
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.23. Tanggapan responden tentang informasi sistem pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Namun kegiatan Sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara, hendaknya
diimbangi dengan intensitas para pasangan calon atau Tim pendukungnya dalam
mensosialisasikan atau memperkenalkan pasangan calon pada pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Deli Serdang Tahun 2013, karena terdapat 91 responden (22,75 % ) menyatakan
bahwa informasi tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
Belum dan Tidak memadai. Hal tersebut terdapat pada Grafik IV.2
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.2 Apakah informasi tentang calon bupati sudah memadai ?
77,25%
20,25%
2,50%
Ya 309
Belum 81
Tidak 10
48
Sedangkan tanggapan masyarakat tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan
pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, terdapat 349
responden dari 400 responden (87,25) menyatakan bahwa informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sudah “Memadai”, dan yang menyatakan Tidak ada informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sebanyak 19 responden (4,75%). Seperti yang tertera pada Tabel IV.23.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 349 87,25 87,25 87,25
Belum memadai 32 8,00 8,00 95,25
Tidak ada 19 4,75 4,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.24. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Demikian juga dengan tanggap masyarakat tentang informasi mengenai jadwal
Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, menyebutkan bahwa
terdapat 317 responden dari 400 responden (79,25 %) menyatakan “Memadai” dan sebanyak
26 responden (6,50 %) menyatakan “Tidak Ada”. Tertera pada Tabel IV.24.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 317 79,25 79,25 79,25
Belum memadai 57 14,25 14,25 93,50
Tidak ada 26 6,50 6,50 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.25. Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
49
Media sosialisasi yang dinilai paling efektip oleh pemilih pada pemilihan calon bupati
dan wakil Bupati pemilu tahun 2013 di Kabupaten Deli Serdang adalah iklan luar ruang
(Baliho, Spanduk, Poster, Kartu nama, dll) 73,75% (295 responden), sedangkan media yang
paling tidak efektip menurut hasil survey adalah iklan / Berita di media online dengan
persentase 82,00% (328 responden) uraian pada tabel berikut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 18,25% 3,50% 4,00% 5,00% 12,25% 14,50% 17,00% 16,25% 4,75% 4,50%
b. Iklan/Berita di Radio 32,00% 3,75% 4,00% 7,75% 15,00% 16,75% 14,00% 4,25% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
24,00% 2,25% 3,25% 3,25% 9,00% 19,50% 16,00% 12,75% 6,50% 3,50%
d. Iklan/Berita di media online 48,25% 7,50% 8,50% 6,75% 11,00% 9,75% 4,50% 2,50% 0,00% 1,25%
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
52,00% 6,75% 8,00% 6,50% 8,25% 11,00% 4,25% 2,00% 0,25% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
15,50% 0,50% 1,25% 3,25% 5,75% 13,25% 21,25% 21,75% 10,50% 7,00%
g. Kampanye Partai Politik 21,50% 2,50% 2,75% 3,25% 16,50% 19,50% 17,00% 13,25% 2,25% 1,50%
h. Kunjungan Tim Sukses 22,75% 3,50% 3,50% 4,00% 15,50% 22,50% 14,25% 10,50% 2,00% 1,50%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
26,75% 4,75% 6,00% 5,50% 17,50% 19,50% 11,75% 6,00% 0,50% 1,75%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman
29,50% 2,25% 3,50% 2,50% 12,75% 19,50% 14,75% 10,75% 2,25% 2,25%
k. Pendidikan Politik 46,50% 7,75% 5,75% 4,00% 11,50% 9,75% 7,00% 5,50% 1,50% 0,75%
l. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survai, Juli 20
Bentuk media sosialisasiNoS K O R (% )
Tabel IV.26. Skor Penilaian tentang Sosialisasi Pemilihan Calon Bupati Tahun 2013
Antusias masyarakat dalam memberikan suaranya pada Pemilihan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013, bahwa dari responden yang ditemui
menggambarkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat ke TPS cukup tinggi yaitu sebanyak
383 dari 400 responden mendatangi atau hadir di TPS pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli
Serdang 2013 (95,75 %). Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.68. dalam table tersebut
juga menyebutkan bahwa masyarakat yang kurang atau tidak hadir ke TPS pada Pilkada
Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013 yang tertinggi di Kecamatan Pancur Batu
sebanyak 4 %. Sebagaimana terurai pada tabel dibawah ini.
50
1 B. Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )2 Batang Kuis 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )7 Gunung Meriah 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )8 Hamparan Perak 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )9 Kutalimbaru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )10 Labuhan Deli 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )11 Lubuk Pakam 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )13 P. Labu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )16 Pancur Batu 21 ( 5,25% ) 4 ( 1,00% )17 Patumbak 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )18 Sibolangit 28 ( 7,00% ) 2 ( 0,50% )19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total 383 ( 95,75% ) 17 ( 4,25% )Tidak Menjawab
Sumber: Data Survey, Juli 2015
KecamatanDatang ke TPS sewaktu Pilbup
Ya Tidak
Tabel IV.27. Responden yang memberikan suara dalam Pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
No
Dari 400 responden terdapat 17 responden yang tidak hadir ke Tempat Pemungutan
Suara (TPS) (4.25%), dengan berbagai alasan, dan alasan tertinggi mengapa masyarakat tidak
hadir ke TPS saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
menyebutkan dikarenakan sedang bekerja saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013 berlangsung sebanyak 11 responden (64,71%). Hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel IV.28.
51
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Kurang informasi tentang figurnya 1 5,88 5,88 5,88
Masih di bawah usia 1 5,88 5,88 11,76
Sedang kerja 11 64,71 64,71 76,47
Sedang sakit 1 5,88 5,88 82,35
Tidak dapat kartu pemilih 1 5,88 5,88 88,24
Tidak mengetahui visi dan misinya 1 5,88 5,88 94,12
Tidak punya pilihan 1 5,88 5,88 100,00
Total 17 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.28 Alasan responden tidak memberikan suara
Masyarakat dalam menentukan pilihannya pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, ternyata sebanyak 355 dari 400 responden (88,75 %)
sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
yang akan dipilih, sebelum masuk Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang 2013. Hal tersebut tertera pada Tabel IV.29.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 355 88,75 88,75 88,75
Tidak 45 88,75 11,25 100,00
Total 400 177,50 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.29. Tanggapan responden sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan dipilih sebelum masuk TPS pada Pemilukada Tahun 2013
Demikian juga ketika masyarakat sedang berada di dalam Tempat Pemungutan Suara
(TPS) bahwa sebanyak 351 dari 400 responden (98,87 %) mencoblos pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk
TPS. Hal tersebut sesuai dengan Tabel IV.30.
52
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 351 98,87 98,87 98,87
Tidak 4 1,13 1,13 100,00
Total 355 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.30. Kalau ya, apakah mencoblos Surat Suara yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk TPS ?
Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki kesiapan untuk pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Deli Kabupaten Serdang pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2013, sebanyak 17 dari 45 responden (37,78 %) dengan alasan Tidak
mengenal Calonnya. Terlihat dari table IV.31.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
5 11,11 11,11 11,11
5 11,11 11,11 22,22
13 28,89 28,89 51,11
5 11,11 11,11 62,22
17 37,78 37,78 100,00
45 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.31. Alasan tidak memiliki kesiapan untuk calon Bupati dan wakil Bupati yang akan dipilih
Pasangan Calonnya banyak
Paslon yang ada kurang memperhatikan rakyat
Kurang mengenal calonnya
Terpengaruh oleh orang lain
Tidak mengenal calonnya
Total
Dari 400 responden Pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013, ada
yang memberikan berbagai bentuk atau jenis barang berupa, Uang sebanyak 7,50 % dan yang
tidak sebanyak 92,50 %, Barang tertentu terdapat 6,50 % sedangkan yang tidak 93,50 %,
Sembako ada 8,50 % dan yang tidak 91,50 %, sedangkan untuk Bibit atau Pupuk sebanyak
2,50 % dan yang tidak 97,50 %. Sesuai dengan Tabel IV.32.
53
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 7,50% 92,50%
b. Barang tertentu 6,50% 93,50%
c. Sembako 8,50% 91,50%
d. Bibit atau pupuk 2,50% 97,50%
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.32 Apakah ada yang memberikan bantuan pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2013 ?
Secara umum bahwa masyarakat yang menerima pemberian uang atau barang
tertentu, dengan tujuan untuk menggarap / mendulang suara, oleh pasangan calon atau tim
sukses pasangan calon. dari hasil survey hanya 25 responden (6,25%) yang menerima
bantuan dan sebanyak 24 responden tersebut terpengaruh akan pemberian dari pihak-pihak
yang terlibat dalam Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, Sesuai
dengan Tabel IV.33.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 24 96,00 96,00 96,00
Tidak 1 4,00 4,00 100,00
Total 25 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.33. Responden yang memilih Calon karena menerima bantuan
Pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013,
masyarakat yang memilih pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
terpengaruh karena sudah menerima pemberian atau bantuan dari pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sebanyak 24 responden. Sesuai dengan data pada tabel
IV.34.
54
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sudah membantu dan harus dipilih 24 100,00 100,00 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.34. Alasan responden memilih karena menerima bantuan / pemberian
Pendapat masyarakat tentang kinerja pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan
aparatnya yang telah menjalankan program dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat,
bahwa ditinjau dari beberapa aspek menyebutkan yang tertinggi dari aspek atau bidang
“Kesehatan” sebanyak 61 %, kemudian disusul di bidang “Pendidikan” mencapai 60 %,
sedangkan yang terendah adalah pada aspek “ketenagakerjaan” hanya 9,50 %. Dan data
tersebut tertera pada Tabel IV.35.
No. Aspek Ya Belum Tidak
1 Pembangunan Infrastruktur Kota/Desa 29,50% 63,00% 7,50%
2 Peningkatan Ekonomi Rakyat 11,25% 78,25% 10,50%
3 Investasi (Penanaman Modal) di Daerah 9,50% 70,75% 19,75%
4 Pendidikan 60,00% 34,50% 5,50%
5 Kesehatan 61,50% 32,50% 6,00%
6 Ketenagakerjaan 9,00% 77,50% 13,50%
7 Penegakan Hukum 21,00% 63,75% 15,25%
8 Pemberantasan KKN 14,75% 68,00% 17,25%
9 Pelayanan Publik 37,00% 52,50% 10,50%
10 Pengutipan Restribusi 32,50% 51,25% 16,25%
11 Pertanahan 29,00% 57,30% 13,70%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.35. Pendapat responden tentang kinerja Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan aparatnya
55
B.4. Tingkat Partisipasi Pemilih
Sesuai data Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Deli Serdang, tingkat partisipasi
pemilih pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sangat rendah
dengan capaian hanya 37,99 % dari jumlah pemilih yang terdaftar yaitu 1.437.151 orang.
Partisipasi itu menunjukkan bahwa yang tidak datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara)
menggunakan hak pilihnya 891.091 orang (62,01 %), sedang yang menggunakan hak
pilihnya hanya 546.060 orang.
56
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
640 1.045 1.547 2.278 6.220 2.964 4.765 3.611 23.070
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
8 34 166 675 168 131 125 202 1.509
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
32 117 147 403 694 144 278 613 2.428
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
12 64 46 77 186 149 111 88 733
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38 112 229 1.180 1.548 383 463 308 4.261
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
189 707 1.172 2.731 3.846 1.338 831 607 11.421
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
68 494 508 211 1.137 438 328 645 3.829
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
395 2.337 4.006 4.216 7.703 4.831 4.007 4.524 32.019
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
10 132 689 660 2.931 357 423 234 5.436
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
23 418 140 288 1.435 729 727 442 4.202
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
9 9 61 118 480 119 302 436 1.534
1.424 5.469 8.711 12.837 26.348 11.583 12.360 11.710 90.442
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Tidak Sah 32 124 189 243 529 288 249 199 1.853
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Sah dan Tidak Sah 1.456 5.593 8.900 13.080 26.877 11.871 12.609 11.909 92.295
No. UraianJumlah
Dipindahkan
No. UraianJumlah
Dipindahkan
Tabel IV.36. REKIPITULASI HASIL PEROLEHAN SUARA PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
JumlahDipindahkan
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
57
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
23.070 2.784 6.824 15.403 6.183 4.245 16.687 15.963 91.159
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
1.509 232 321 4.202 645 377 1.889 2.099 11.274
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
2.428 97 254 5.030 450 656 4.058 2.275 15.248
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
733 545 1.308 1.658 342 285 679 786 6.336
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
4.261 643 1.929 6.554 1.390 1.503 11.018 11.066 38.364
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
11.421 1.183 5.987 11.869 5.891 3.159 10.176 9.140 58.826
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
3.829 454 1.091 3.101 844 910 1.928 882 13.039
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
32.019 1.417 1.889 7.128 3.278 1.913 12.970 821 61.435
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
5.436 83 129 995 338 313 711 553 8.558
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
4.202 923 2.381 5.471 2.398 1.099 2.931 2.357 21.762
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
1.534 80 326 1.595 1.130 712 764 608 6.749
90.442 8.441 22.439 63.006 22.889 15.172 63.811 46.550 332.750
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 1.853 199 627 1.509 490 474 1.346 857 7.355
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 92.295 8.640 23.066 64.515 23.379 15.646 65.157 47.407 340.105
JumlahDipindahkan
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
Jumlah Pindahan(I)
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
58
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
91.159 6.815 36.279 5.911 3.662 5.347 6.853 4.668 160.694
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
11.274 428 2.361 543 645 196 208 171 15.826
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
15.248 539 2.172 496 467 444 308 370 20.044
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
6.336 312 1.800 304 286 791 1.770 499 12.098
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38.364 2.175 12.750 690 412 1.959 1.310 2.196 59.856
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
58.826 2.287 14.682 4.017 5.121 3.725 7.485 3.844 99.987
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
13.039 1.008 2.433 598 944 1.149 1.064 628 20.863
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
61.435 850 8.340 1.132 1.106 2.247 8.629 1.116 84.855
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
8.558 149 891 176 140 137 136 55 10.242
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
21.762 1.244 10.374 3.411 1.160 1.744 1.345 587 41.627
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
6.749 393 1.194 219 97 136 115 96 8.999
332.750 16.200 93.276 17.497 14.040 17.875 29.223 14.230 535.091
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 7.355 376 1.438 329 303 381 527 260 10.969
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 340.105 16.576 94.714 17.826 14.343 18.256 29.750 14.490 546.060
Sumber : Data KPU-DS
No. Uraian Jumlah Pindahan (II)
Jumlah Pindahan (II)No. Uraian
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil BupatiJumlahAkhirJumlah Pindahan (II)
JumlahAkhir
JumlahAkhir
59
Berdasarkan Tabel IV.22. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.436.081 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan suara
sesuai Tabel IV.36. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah
sebanyak 546.060 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 sebesar 38.02% (Sumber : Data
KPU DS)
C. Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
C.1 Landasan Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014 :
1. Undang Undang No.2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik
2. Undang Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang: Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Undang Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang: Pemiilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
4. Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan
Umum, dan Dewan Kehormatan Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012,
Nomor 11 Tahun 2012 dan Nomor 01 Tahun 2012 tentang Kode Etik
Peneyelenggara Pemilihan Umum.
5. Peraturan KPU No. 1 2010 Tentang: Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
6. Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Tahapan,
Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tahun 2014.
7. Peraturan KPU No. 7 2012 Tentang: tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014.
60
8. Peraturan KPU No. 10 2013 Tentang: Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Di
Luar Negeri Untuk Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
9. Peraturan KPU No. 12 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 04 Tahun 2013 Tentang Pembentukan Dan Tata
Kerja Panitia Pemilihan Luar Negeri Dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara Luar Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Tahun 2014.
C.2. Data Pemilih Pada Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi
perhatian, terutama dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang
tidak melakukan pencoblosan (Golput) dan yang tidak terdaftar. Persoalan
registrasi pemilih yang masih mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan
Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, ternyata masih memungkinkan
terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data pemilih, karena adanya
kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door menjumpai
masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat
digunakan sebagai rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih,
karena penduduk belum melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu
Keluarga.Keadaan ini dapat mengakibatkan pemilih berpeluang untuk mencoblos
lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas
keberadaan orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya
jumlah pemilih tidak terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat
melanggar asas Jurdil Pemilu. Masalah fenomena tingginya angka ghost-voter
terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang tidak terdaftar dan pemilih
terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang mendatangkan
masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat menjadi
bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
61
Pada Pemilu 2009 kemungkinan pemilih ganda ini diupayakan diatasi
dengan penandaan tinta di jari jempol pemilih, tetapi karena tinta yang mudah
dihapus, peluang untuk kecurangan ini masih muncul. Sehingga untuk Pemilu
2014 lalu, perhatian terhadap masalah tinta penanda ini juga masih relavan dan
penting dijadikan sebagai bagian proses pengendalian kualitas hasil Pemilu.
Dalam hal kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu, berhubungan dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya
dalam DPT, dimana hasil penelitian ini menggambarkan bahwa 396 (99,00 %)
orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1,00 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan tingginya persentase responden terdaftar dalam
DPT, karena responden penelitian ini dipilih dari DPT Pemilu Legislatif tahun
2014, sedangkan empat orang responden yang tidak terdaftar ditemukan adalah
merupakan responden yang ditemui oleh enumerator setelah lima responden
cadangan yang ditetapkan tidak ditemukan.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.3. Apakah Responden terdaftar sebagai pemilih dalam DPT Pileg tahun 2014?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
62
Tingkat pengetahuan pemilih atas terdaftarnya mereka dalam DPT, terkondisi karena
responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir pendaftaran sebanyak 52 orang
(13,00 %) dan sepanjang ingatan responden, ada petugas yang datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkan mereka sebagai calon pemilih pada Pileg tahun 2014 lalu, sebanyak 300 orang
(75,00 %), sedangkan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengingat lagi, proses pendaftaran
tersebut.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, saya langsung mengisi formulir pendaftaran 52 13,00% 13,00% 13,00%
Tidak, formulir pendaftarannya diisi langsung oleh petugas 300 75,00% 75,00% 88,00%
Lupa, tidak ingat 48 12,00% 12,00% 100,00%
Total 400 100,00% 100,00%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.37. Apakah mengisi sendiri formulir pendaftaran ?
Meskipun petugas telah melakukan pendaftaran, ternyata hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa masih terdapat 24 orang (6,00 %) responden menyatakan bahwa
terdapat anggota keluarga mereka yang belum didaftarkan oleh petugas.
Frequency PercentValid
PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.38. Apakah seluruh anggota ikut terdaftar ?
Keadaan belum atau tidak didaftarkannya anggota keluarga responden sebagai
pemilih dalam DPT disebabkan karena: anggota keluarga merantau, tidak didatangi oleh
petugas pendaftar (ditenggarai petugas memanfaatkan Kartu Keluarga penduduk sebagai
referensi dalam mengisi formulir Daftar Pemilih), tidak adanya dokumen kependudukan
sebagai persyaratan domisili menetap, karena adanya anggota keluarga yang tidak menetap,
tidak didaftarkan oleh kepala keluarga, keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
yang seharusnya usianya sudah memenuhi persyaratan 17 tahun atau sudah pernah menikah,
namun tak didaftar, tidak tahu adanya masa pendaftaran sebagai pemilih dalam pemilu.
63
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Anggota keluarga pergi merantau 6 25,00 25,00 25,00
Belum didatangi petugas 6 25,00 25,00 50,00
Identitas tidak memenuhi 3 12,50 12,50 62,50
Karena ada anggota yang tidak menetap 5 20,83 20,83 83,33
Keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
1 4,17 4,17 87,50
Tidak di daftar oleh kepala keluarga 2 8,33 8,33 95,83
Tidak tahu ada masa pendaftaran 1 4,17 4,17 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.39 Penyebab Anggota Keluarga tidak terdaftar
Demi terakomodirnya seluruh masyarakat yang sudah mempunyai hak pilih dalam
pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun 2014, petugas pendaftaran pemilih mendatangi setiap
rumah untuk mendata dan mendaftarkan pemilih bagi yang belum terdata, sembari
menempelkan sticker Coklit Pendataan Pemilih di setiap rumah. Namun berdasarkan hasil
survey masih terdapat 32 dari 400 responden (8,00%) rumah pemilih yang belum ditempel
sticker. Seperti tertera di Grafik IV.4.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.4. Apakah rumah responden ditempel stiker setelah didaftar oleh petugas KPU Deli Serdang?
92,00%
8,00%
Ya 368 Tidak 32
64
Masyarakat pada umumnya mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih
Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sesuai dengan hasil survei yang tertera
pada Tabel IV.40. menyebutkan bahwa sebanyak 321 dari 400 responden (80,25 %),
mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai
Desa/Kelurahan, namun masih terdapat masyarakat yang tidak mengetahui bahwa namanya
tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sebanyak 8
dari 400 responden (2,00%).
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 321 80,25% 80,25 80,25
Tidak 8 2,00% 2,00 82,25
Tidak ingat 71 17,75% 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.40. Apakah responden mengetahui namanya tercatat di DPS yang ditempel di Balai Desa/Kelurahan ?
Tetapi dari 321 responden yang tertera di Tabel IV.40 menyatakan bahwa sebanyak
270 responden (67,50%), mengetahui kalau keluarganya juga terdaftar di DPS, 34 responden
(8,50%) menyatakan tidak mengetahui apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh
anggota keluarga telah terdaftar dan 17 responden (4,25%) menyatakan tidak ingat apakah di
dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar. Seperti tertera di
Tabel IV.41.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 270 67,50% 67,50 67,50
Tidak 34 8,50% 8,50 76,00
Tidak ingat 17 4,25% 4,25 80,25
Total 321 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.41. Kalau Ya, apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar ?
Permasalahan pendaftaran pemilih yang harus mendapat perhatian terkait dengan
rendahnya pengetahuan pemilih atas informasi uji publik daftar pemilih sementara sebagai
masa yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan koreksi atau perbaikan daftar pemilih
65
sementara menuju masa penetapan sebagai DPT oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
Sebanyak 232 orang (58,00 %) mengetahui adanya uji publik daftar pemilih sementara yang
ditempel di tempat-tempat umum, sedangkan 120 orang (30,00 %) tidak mengetahui sama
sekali tentang uji publik DPS tersebut dan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengerti.
Seperti Tabel IV.42.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, tahu 232 58,00 58,00 58,00
Tidak tahu 120 30,00 30,00 88,00
Tidak mengerti 48 12,00 12,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.42. Tanggapan responden mengenai adanya uji publik daftar pemilih sementara yang ditujukan untuk mendapat masukan
Berikut ini tersaji Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
66
L P JLH L P JLH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.032 1.073 2.105 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.642 4.743 9.385 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.482 7.914 15.396 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 12.821 13.618 26.439 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 30.904 32.361 63.265 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.446 13.184 25.630 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.370 13.063 25.433 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.681 11.999 23.680 77
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 7.818 7.969 15.787 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.488 23.308 45.796 127
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.842 76.603 152.445 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.005 32.135 64.140 146
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 19.447 19.680 39.127 112
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 93.767 93.966 187.733 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 53.370 52.200 105.570 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 21.317 20.600 41.917 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.787 133.190 267.977 643
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.362 23.558 46.920 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.853 16.550 33.403 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.109 19.229 38.338 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.113 41.773 81.886 193
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 12.823 12.929 25.752 71
394 935.240 911.022 1.846.262 666.479 671.645 1.338.124 3.485
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang tahun 2014
Jumlah Penduduk
Jumlah
Legislatif
Jumlah TPS
Jumlah PemilihNo KecamatanJumlah
Desa/Kelurahan
C.3. Sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Legislatif
tahun 2014 untuk memilih Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan kegiatan sosialisasi yang
dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada
pemilihan umum Legislatif tahun 2014 khususnya di daerah pemilihan wilayah Kabupaten
Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan wakil rakyat.
Tanggapan masyarakat tentang memadai tidaknya informasi mengenai jadwal
pemilihan legislatif tahun 2014, dapat dilihat pada tabel IV.44 yaitu sebanyak 361 dari 400
67
responden (90,25%), sudah mengetahui jadwal Pemilihan Umum Legislatif. Sementara ada
27 responden (6,75 %) mengaku belum mengetahui jadwal pesta demokrasi tersebut.
Selanjutnya, 12 responden (3,00 %) mengaku tidak ada jadwal Pemilu.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 361 90,25 90,25 90,25
Belum 27 6,75 6,75 97
Tidak ada 12 3 3 100
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.44 Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pileg 2014, apakah sudah memadai ?
Demikian dengan informasi tentang Partai Politik, sebanyak 330 dari 400 responden
(82,50 %) menyatakan bahwa informasi tentang Partai Politik peserta Pemilu sudah
memadai, sedangkan 57 responden (14,25 %) menyatakan belum memadai, serta 13
responden (3,25 %) menyatakan tidak ada sama sekali. Seperti terlihat pada grafik berikut ini
:
77,75 311
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.5. Apakah informasi tentang partai politik sudah memadai?
80,25%
2,00%
17,75%
321Ya
8Tidak
71Tidak ingat
Terkait tentang peryataan responden yang menyebutkan bahwa belum memadainya
informasi mengenai Partai Politik, sebanyak 43 dari 57 responden (75,44 %) menguraikan
68
alasannya adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, selanjutnya 5 responden (8,77 %)
menguraikan alasan bahwa terlalu banyak partai, serta 4 responden (7,02 %) menguraikan
alasan informasi tentang Partai Politik itu belum tersaji secara menyeluruh. Seperti terlihat
pada tabel IV.45.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Belum secara menyeluruh 4 7,02 7,02 7,02
Kurangnya pengurus partai 1 1,75 1,75 8,77
Kurangnya sosialisasi ke masyarakat 43 75,44 75,44 84,21
Masih belum baik 1 1,75 1,75 85,96
Partai jangan terlalu banyak 1 1,75 1,75 87,72
Perlu meningkatkan sosialisasi 1 1,75 1,75 89,47
Sedang ada pekerjaan 1 1,75 1,75 91,23
Terlalu banyak partai 5 8,77 8,77 100,00
Total 57 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.45. Alasan belum memadai
Infromasi mengenai calon anggota Legislatif saat berjalannya tahapan-tahapan
pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif sudah tergolong memadai. Hal itu dapat dilihat dari
400 responden yang dimintai tanggapannya, sebanyak 249 responden (62,25 %) mengatakan
sudah memadai. Namun diantaranya sebanyak 116 responden (29 %) mengatakan belum
memadai, bahkan sebanyak 35 responden (8,75 %) mengaku bahwa informasi tentang calon
Legislatif itu tidak ada sama sekali. Seperti teruarai pada Tabel IV.46.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 249 62,25 62,25 62,25
Belum memadai 116 29,00 29,00 91,25
Tidak ada 35 8,75 8,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.46. Tanggapan responden tentang informasi mengenai calon anggota DPR, DPD dan DPRD, apakah sudah memadai ?
69
Dari Tabel di bawah, 93 dari 116 responden (80,17 %) yang mengatakan belum
memadai sosialisasi para calon anggota Legislatif dengan alasan kurang sosialisasi ke
masyarakat, 18 responden (15,52 %) menyatakan kurang informasi tentang calegnya dan
selebihnya menyatakan terlalu banyak calon legislatifnya dan tidak ada informasi tentang
calon legislatifnya. Seperti terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Kurang informasi tentang calegnya 18 15,52 15,52 15,52
Kurang sosialiasi ke masyarakat 93 80,17 80,17 95,69
Terlalu banyak calon legislatif 2 1,72 1,72 97,41Tidak ada informasi 3 2,59 2,59 100,00Total 116 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.47. Alasan belum memadai
Kegiatan sosialisasi melalui media, pelatihan pemilih oleh berbagai lembaga (LSM,
Perguruan Tinggi, Ormas, Lembaga Keagamaan) sehingga pengetahuan pemilih tentang
teknis pelaksanaan Pemilu akan lebih baik. Kegiatan ini diyakini akan mampu memberikan
pemahaman sistem pencoblosan dalam sistem pemilu tahun 2014 lalu. Tetapi karena waktu
yang terbatas, kegiatan sosialisasi menjadi minim sehingga pengetahuan pemilih terhadap
tata cara pemberian suara menjadi rendah. Kesulitan teknis dalam pelaksanaan pemilu, dapat
dilihat dari pemahaman sebagian besar responden tentang tata cara pemberian suara. Soal-
soal sederhana seperti tatacara pencoblosan, misalnya masih ada 35 orang (8,75%) responden
menjawab belum memadai. Bahkan ada 13 orang (3,25%) responden yang menyebutkan
bahwa tidak ada sama sekali informasi mengenai tata cara pemberian suara dalam pemilu
Legislatif 2014 yang lalu, dimana 352 orang (88,00%) responden yang menyatakan sudah
memadai.
70
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 352 88,00 88,00 88,00
Belum memadai 35 8,75 8,75 96,75
Tidak ada 13 3,25 3,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.48. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencobolosan dalam Pemilu Legislatif tahun 2014, apakah sudah memadai ?
Dari hasil survey, 132 dari 400 responden (33,00%) menyatakan bahwa cara
mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos gambar partai, 156 responden (39,00%)
menyatakan cara mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos Gambar partai dan nama
calon, sedangkan 17 responden (4,25%) meyatakan tidak tahu cara mencoblos pada pemilu
2014, dan 95 responden (23,75%) yang sudah memahami cara mencoblos yang sebenarnya
pada pemilu 2014 yaitu mencoblos nama calon yang diajukan partai.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Mencoblos gambar partai 132 33,00 33,00 33,00
Mencoblos nama calon yang diajukan partai 95 23,75 23,75 56,75
Mencoblos tanda gambar dan nama calon yang diajukan partai 156 39,00 39,00 95,75
Tidak tahu 17 4,25 4,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.49. Pengetahuan responden tentang cara pencoblosan pada Pemilu 2014
Calon anggota legislatif seyogianya populer atau dikenal oleh banyak pemilih, dan
bila terpilih loyalitas calon anggota legislatif seharusnya lebih berorientasi kepada
kepentingan rakyat dibandingkan loyalitasnya kepada partai politik yang mengusulkannya.
Namun, karena sistem pemilu ini belum tersosialisasi dengan baik, mengakibatkan usulan
sebagian besar caleg berbasis otoritas yang dominan dikelola oleh pengurus partai politik,
akibatnya banyak caleg yang belum dikenal oleh pemilih.
71
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu legislatif dengan memberikan skor 1-10, dimana, penilaian dari angka 1 sampai 5,
merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk angka 6 -10, merupakan penilaian
yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu
2014 dan sosialisasi partai politik serta caleg yang berkontes, hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi ternyata merupakan media
yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 314 orang (78,50%), diikuti kemudian dengan
iklan luar ruang sebesar 307 Orang (76, 75 %), kampanye yang dilaksanakan partai politik
secara terbuka ataupun dengan mobilisasi sebanyak 218 orang (54,50%). Sedangkan
publikasi melalui media sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak
322 orang (80,50 %) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian
juga dengan media online sebanyak 313 orang (78,25 %) dan pendidikan politik sebanyak
295 responden (73,75%)
72
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (1 s/d 5) 12 (6 s/d 10)
a. Iklan/Berita di TV 11,50% 0,25% 1% 1,25% 7,50% 12,75% 24,50% 25,75% 7,75% 7,75% 86 314
b. Iklan/Berita di Radio 32,75% 6,75% 4,25% 6,50% 17,50% 14,25% 11,50% 4,00% 1,75% 0,75% 271 129
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
25,25% 2,50% 5,25% 3,50% 13% 15,50% 17,25% 12% 3,00% 2,75% 198 202
d. Iklan/Berita di media online 49,00% 8% 5,25% 7% 9% 9,50% 7% 3,75% 0,50% 1% 313 87
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
53,00% 6,25% 6,75% 6,75% 7,75% 10,25% 5% 2,75% 0,75% 0,75% 322 78
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster, Spanduk, Kartu nama dll
14% 1% 1,50% 1,50% 5,25% 13,50% 24,25% 24% 9,25% 5,75% 93 307
g. Kampanye Partai Politik 16,75% 2,50% 3,50% 5,25% 17,50% 19,25% 17,25% 11,75% 4% 2,25% 182 218
h. Kunjungan Tim Sukses 20,50% 3,75% 6% 4,50% 15,75% 21% 16,75% 7,50% 2,75% 1,50% 202 198
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
24,75% 5,50% 5,25% 7,50% 18,25% 19% 10,75% 6,25% 1,50% 1,25% 245 155
j.Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28% 2,75% 2% 5% 13,75% 18,75% 16,25% 9,75% 2,25% 1,50% 206 194
k. Pendidikan Politik 47,00% 7% 5,50% 5,25% 9% 13% 4,50% 6,25% 2,25% 0,25% 295 105
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Bentuk media sosialisasiNoS K O R
(Persentase)Jumlah Responden
Tabel IV.50 Skor penilaian Responden atas bentuk media sosialisasi yang efektif mengenai Partai Politik/Calon Anggota Legislatif peserta Pemilu tahun 2014
73
Dari hasil tersebut di atas, terlihat bahwa media televisi masih menjadi media yang
efektif untuk menyampaikan informasi berkaitan dengan Pemilu, sedangkan media sosial
yang diakses melalui internet, belum menjadi pilihan dari sebahagian besar pemilih di
Kabupaten Deli Serdang untuk mendapatkan informasi tentang Pemilu.
Secara teoritik bahwa pengaruh pendidikan dan sosialisasi politik adalah signifikan
terhadap perilaku politik komunitas (Kartini, 2009). Proses pendidikan politik dilakukan
secara intensional (dengan sengaja dan dengan tujuan tertentu), sedangkan sosialisasi politik,
adalah proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan. Dampak dari sosialisasi
politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan tanpa refleksi
harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari struktur-struktur
politik yang ada di masyarakat. Sedang dampak dari pendidikan politik ialah mengarahkan
anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah kehidupan
politik.
Terkait dengan paparan diatas, maka ketidaktahuan responden tentang teknis
pelaksanaan Pemilu sebagaimana terungkap dalam temuan sebelumnya terkait pula dengan
sosialisasi Pemilu, sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai politik dan caleg yang masih
kurang memadai menurut 173 responden (43,25%) sesuai data Grafik IV.5 dan Tabel IV.45.
Gambaran ini sebenarnya bukan monopoli pemilih di Kabupaten Deli Serdang saja, tapi juga
ungkapan pemilih di seluruh Indonesia, terutama daerah-daerah yang sangat terpencil. Karena
itu pula, seluruh pemangku kepentingan (stake holder) harus bekerjasama dan memilih
strategi sosialisasi yang tepat sasaran agar pemahaman tentang teknis pelaksanaan Pemilu
dapat diserap sebagian besar pemilih.
Sebanyak 364 responden (91,00%) menyatakan telah memiliki kesiapan tentang partai
politik di tingkat DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih
sebelum ke TPS pada pemilu 2014 dan 36 responden (9,00%) menyatakan tidak memiliki
kesiapan untuk memilih parpol.
74
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 364 91,00 91,00 91,00
Tidak 36 9,00 9,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.51 Kesiapan responden tentang partai politik di DPR,DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa 354 responden (88,50%) telah memiliki
kesiapan untuk memilih caleg yang akan dipilih di DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten Deli Serdang sebelum sampai ke TPS dan sebanyak 46 responden (11,50%) tidak
memiliki kesiapan untuk menentukan caleg yang akan dipilih, sehingga pilihannya
dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik
dan ‘gambling’, karena mereka baru pemilih pemula dan belum mendapatkan sosialisasi
politik yang tuntas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 354 88,50 88,50 88,50
Tidak 46 11,50 11,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.52 Kesiapan responden tentang Caleg di DPR,DPRD Provinsi,DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Setiap pemilih dihadapkan pada banyak pilihan sejalan dengan banyaknya kandidat
dan parpol peserta Pemilu. Setidaknya ada 3 kelompok besar kondisi memilih yang juga
dapat merefleksikan peta persaingan yang ada yaitu, (1) memilih caleg dari parpol yang
sama, atau (2) memilih caleg dari parpol berbeda. Dan pada kondisi dimana pemilih kurang
mengenal calegnya maka pemilih akan dihadapkan pada kondisi untuk memilih caleg atau
parpol, dengan alternatif (3) memilih parpol.
75
Berdasarkan hasil survey terdapat 260 responden (65,00%) memilih caleg dari parpol
yang sama untuk semua tingkatan legislatif dan 140 responden (35,00%) menyatakan tidak
memilih caleg dari partai politik yang sama.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 260 65,00 65,00 65,00
Tidak 140 35,00 35,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.53 Apakah mencoblos Surat Suara anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang berasal dari Partai yang sama ?
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang aktif. Menjatuhkan pilihan
pada partai politik tertentu, merupakan keputusan yang dilandasi faktor motivasi yang dapat
bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat pula dipengaruhi oleh strategi
komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh partai politik yang dialami
pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat pula
mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam mengidentifikasikan parpol pilihannya atau
berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik tertentu.
Secara konsekuensif, bahwa penilaian pemilih atas pola mengakomodir kepentingan
rakyat oleh legislatif hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi dan pandangan
masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas parpol peserta Pemilu tahun 2014.
Pandangan tersebut diatas dapat diterangkan dengan rangkaian hasil penelitian Romli (2010:
94) yang menyimpulkan bahwa prilaku memilih dalam Pemilu tahun 2009 lalu
memperlihatkan 4 (empat) kecenderungan, yaitu: (1) secara demografis, maka kecenderungan
pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi (suku, jenis
kelamin, dan agama) calon legislatif, sedangkan untuk wilayah perdesaan maka ikatan
kulturalnya masih menjadi faktor yang mempengaruhi pilihannya terhadap caleg dan
parpol.(2) secara ekologis, perbedaan konsentrasi basis massa partai politik mempengaruhi
perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka peranan patrón
sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih mempengaruhi pilihan
masyarakat yang tinggal di perdesaan dan ada temuan berlangsungnya prilaku transaksional,
76
sedangkan diperkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari media tv, radio, koran
dapat mempegaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang signifikan atas perolehan
suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka pemilih yang rasional idealis
(kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi, platform dan program parpol
ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional realistis (mempertimbangkan
kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Dari uraian diatas dapat dilihat gambaran pada tabel responden dibawah ini untuk
menentukan pilihannya bahwa responden yang tidak mencoblos caleg dari partai yang sama,
sebanyak 85 responden (60,71%) mengurai alasan lebih memilih figur dari calonnya, 42
responden (30,00%) memilih calon yang dikenalnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Karena yang datang sosialiasi berbeda 1 0,71 0,71 0,71
Melihat figurnya walau beda partai 85 60,71 60,71 61,43
Melihat programnya 7 5,00 5,00 66,43
Memilih yang dikenal 42 30,00 30,00 96,43
Sesuai hati nurani 4 2,86 2,86 99,29
Tidak mengenal semua calon 1 0,71 0,71 100,00
Total 140 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.54 Kalau Tidak, Mengapa tidak mencoblos Surat Suara yang berasal dari partai yang sama ?
C.4. Partisipasi Pemilih pada Pemilu Legislatif tahun 2014
C.4.1. Popularitas Partai Politik dan Calon Anggota Legislatif tahun 2014
Perubahan pola perilaku pemilih dari pemilih tradisional menuju modern ini
mengisyaratkan bahwa sebagian besar responden mulai lebih cerdas dalam menjatuhkan
pilihannya. Dalam artian, mereka tidak ingin lagi seperti membeli kucing dalam karung dan
hanya tertarik dengan pesona-pesona dan kharisma pemimpin Parpol.
Sebanyak 269 dari 400 responden (67,25%) akan mencoblos tanda gambar partai jika
tidak mengenal calonnya, 71 responden (17,75) tidak mencoblos tanda gambar partai dan
nama calon, sebanyak 35 responden (8,75%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
77
sekenanya saja dan 25 responden (6,25%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
yang ada di urutan teratas. Seperti terurai pada tabel IV.55.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Mencoblos tanda gambar partai saja 269 67,25 67,25 67,25
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon yang ada di urutan teratas
25 6,25 6,25 73,50
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon sekenanya saja
35 8,75 8,75 82,25
Tidak mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
71 17,75 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.55. Jika pada saat pencoblosan tidak mengenal calon, kira kira apa yang akan dilakukan ?
Tampaknya peran ‘tokoh’ mulai tergantikan oleh platform atau program parpol. Ini
mudah dipahami, karena dengan kebebasan informasi sekarang, citra tokoh pemimpin dan
pemimpin kharismatik tidak lagi ‘sesempurna’ masa silam, karena dengan mudah citra itu
akan berubah, jika kebusukan politik atau skandal pribadinya diungkap pers. Ditambah lagi,
kharisma pemimpin ternyata tidak menjadi garansi dalam melakukan perubahan, yang
dianggap sebagian responden semakin menurun.
Perubahan pola perilaku pemilih ‘tradisional’ menuju ‘rasional’ ini sebenarnya
merupakan peluang bagus yang harus dimanfaatkan setiap parpol. Ini bisa disiasati dengan
menawarkan program partai yang lebih rasional dan operasional serta berdampak langsung
kepada masyarakat. Retorika-retorika yang sering disampaikan pada masa kampanye silam,
sudah saatnya dirubah dengan logika-logika yang dikemas dalam program parpol yang
berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat; seperti skenario penanggulangan
pengangguran, pertumbuhan dan keadilan ekonomi, akses pada pelayanan publik dengan
indikator-indikator yang lebih terukur. Kampanye monolog perlu disiasati dengan dialog,
termasuk menawarkan caleg-caleg yang lebih kritis dan memiliki integritas yang baik.
Ketika pemilih merasa bingung untuk menentukan pilihan pada pemilu Legislatif,
maka alternatif memilih partai jauh lebih mudah bisa dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan, karena jumlahnya hanya 12 Partai saja, serta jauh lebih sedikit dibandingkan caleg
yang jumlahnya bisa ratusan tertera di surat suara.
78
Aspek pertimbangan memilih partai lebih sederhana. Bisa membedakan partai
nasionalis atau islamis. Bisa partai dominan atau tak dominan di parlemen. Bisa partai lama
atau baru. Bisa partai yang anggotanya di masa jabatan legislatif/eksekutif, paling sedikit
melakukan korupsi atau kejahatan lainnya. Bisa tak ingin memilih partai pemenang pemilu
sebelumnya, atau malah tetap mempertahankannya.
Memilih partai (bukan caleg) masih relevan, karena sistem pemilu kita menerima
memilih partai. Memang, pasal 5 UU No. 8/2012 menyatakan Pemilu 2014 menggunakan
sistem proporsional daftar terbuka untuk DPR serta DPRD I dan II (untuk DPD bersistem
mayoritarian banyak wakil). Sistem pemilu ini dalam penerapan ketat teknis pemilihannya,
memilih caleg/orang. Teknis memilih caleg (tanpa partai) menjadi salah satu pembeda
dengan sistem proporsional daftar tertutup yang memilih partai.
Pemilu 2014 masih menerima pilihan partai saja karena beberapa pertimbangan.
Indonesia masih di fase transisi, dari otokrasi menuju demokrasi. Politik, baik makna
struktural maupun kultural, masih jauh dari masyarakat karena setengah dari usia bangsa
Indonesia hidup di masa pengharaman politik. Pasca-Reformasi, baru tiga kali kita benar-
benar menyelenggarakan pemilu setelah dari 1971 sampai 1997. Keadaan ini menjadikan
penerapan sistem proporsional daftar terbuka di Pemilu 2009 dan 2014 tak utuh sesuai teori.
Seperti yang tertera di tabel berikut ini, meskipun para responden lebih mudah
memilih partai dan menyebutkan pilihan partainya, namun masih lebih banyak responden
yang merahasiakan pilihan partainya yaitu sebanyak 143 dari 400 responden (35,75 %).
Dengan itu, para responden sudah memahami azas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil. Seperti pada tabel IV.56.
79
No. Nama Partai Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
1. PDI Perjuangan 108 27,00 27,00 27,00
2. Partai Golkar 29 7,25 7,25 34,25
3. Partai Gerindra 41 10,25 10,25 44,50
4. Partai Demokrat 34 8,50 8,50 53,00
5. PKB 3 0,75 0,75 53,75
6. PKS 9 2,25 2,25 56,00
7. PAN 8 2,00 2,00 58,00
8. PPP 8 2,00 2,00 60,00
9. Partai Nasdem 7 1,75 1,75 61,75
10. Partai Hanura 9 2,25 2,25 64,00
11. Belum Punya Hak Pilih pada Pemilu 2014 1 0,25 0,25 64,25
12. Rahasia 143 35,75 35,75 100,00
400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 201
Tabel IV.56. Partai politik yang dipilih Responden pada pemilu 2014
Popularitas lembaga legislatif masih didominasi oleh DPR dan DPRD, yang berarti
bahwa lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai utusan daerah, masih kurang
dikenal masyarakat. Pada hasil survey terlihat 43 dari 400 responden (10,75 %) menyatakan
tidak pernah mendengar lembaga Dewan Perwakilan Daerah. Seperti terurai pada tabel IV.57
berikut ini :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Pernah 357 89,25 89,25 89,25Tidak pernah 43 10,75 10,75 100,00Total 400 100,00 100,00
Tabel IV.57. Tanggapan responden, apakah pernah mendengar adanya Dewan Perwakilan Daerah ?
Menurut tanggapan masyarakat tentang siapa yang memilih anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), sebanyak 305 dari 400 responden (76,25 %) menjawab dipilih
oleh Rakyat secara langsung.
80
Namun masih terdapat 77 dari 400 responden (19,25%) yang mengaku bahwa mereka tidak
tahu siapa yang memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), hal tersebut tertera
dalam table IV.58.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
MPR 5 1,25 1,25 1,25
DPR 5 1,25 1,25 2,50
DPRD 8 2,00 2,00 4,50
Rakyat secara langsung 305 76,25 76,25 80,75
Tidak tahu 77 19,25 19,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.58. Tanggapan responden tentang siapa yang memilih anggota DPD ?
Secara umum menyebutkan bahwa masyarakat masih banyak yang belum mengetahui
tentang DPD, hal tersebut dilihat pada table IV.59.
Frequency Percent Frequency Percent
1 Jumlah anggota DPD tiap provinsi adalah 4 orang 85 21,25% 315 78,75%
2 Anggota DPD dipilih secara langsung oleh rakyat 305 76,25% 95 23,75%
3DPD adalah lembaga yang berisi para wakil daritiap provinsi 171 42,75% 229 57,25%
4DPD berwenang memberikan usulan rancanganUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah 146 36,50% 254 63,50%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.59. Pengetahuan responden tentang DPD
No Hal-hal Tentang DPDTahu Tidak tahu
Sedangkan dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat dengan Dewan Pimpinan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Deli Serdang selama ini. Dilihat dari hasil survey menyebutkan
bahwa terdapat 183 responden dari 400 responden (45,75%) menyebut bahwa kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang selama ini “Kurang Puas”. Sedangkan yang terendah 1(satu)
81
responden dari 400 responden (0,25%) menyatakan “Sangat Puas”terhadap kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang. Terlihat pada Tabel IV.60.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sangat puas 1 0,25 0,25 0,25
Puas 56 14,00 14,00 14,25
Kurang Puas 183 45,75 45,75 60,00
Tidak puas 75 18,75 18,75 78,75
Sangat tidak puas 13 3,25 3,25 82,00
Tidak tahu 72 18,00 18,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.60. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Kabupaten Deli Serdang selama ini
Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota Dewan dari tingkat Pusat hingga
Kabupaten, dan kinerja yang harus diperbaiki menurut masyarakat Kabupaten Deli Serdang
menyebutkan bahwa yang tertinggi sebanyak 65 responden dari 400 responden (23,99 %)
menyatakan änggota Dewan yang merupakan perwakilan dan perpanjang tangan rakyat
“Kurang memperhatikan masyarakat”, sedangkan kan yang terendah yang menyatakan
“Biaya Pajak Tinggi”, sebanyak 1 (Satu) orang dari 400 responden (0,37%). Hal tersebut
terpapar di Tabel IV.61.
82
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Biaya pajak tinggi 1 0,37 0,37 0,37
Disiplin bekerja 4 1,48 1,48 1,85
Peduli ke masyarakat 42 15,50 15,50 17,34
Infrastruktur 32 11,81 11,81 29,15
Janji tidak ditepati 28 10,33 10,33 39,48
Memperhatikan Masalah ekonomi Rakyat
23 8,49 8,49 47,97
Membangun desa 17 6,27 6,27 54,24
Kurang memperhatikan masyarakat 65 23,99 23,99 78,23
Meningkatkan kinerjanya 25 9,23 9,23 87,45
Narkoba 1 0,37 0,37 87,82
Perbaikan sistem birokrasi 1 0,37 0,37 88,19
Tidak ada hasil kerja 28 10,33 10,33 98,52
Tidak memperdulikan petani 3 1,11 1,11 99,63
Buat penyuluhan pertanian 1 0,37 0,37 100,00
Total 271 100,00 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.61. Jika tidak puas, kinerja apa yang barus diperbaiki ?
Demikian juga dengan tingkat kepuasan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang
terhadap kinerja Dewan Perwakilan Daerah Provinsi, yang menyatakan “Kurang
Puas”sebanyak 184 orang dari 400 responden (46,00%), kemudian masyarakat yang
merasa”Tiadak Puas” sebanyak 100 dari 400 responden (25,00%). Sedangkan yang terendah
yaitu menyatakan “Sangat Tidak Puas”sebanyak 11 responden dari 400 responden (2,75%).
Hal tersebut dapat dilihat di Tabel IV.62.
83
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Puas 31 7,75 7,75 7,75
Kurang Puas 184 46,00 46,00 53,75
Tidak puas 100 25,00 25,00 78,75
Sangat tidak puas 11 2,75 2,75 81,50
Tidak tahu 74 18,50 18,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.62. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Provinsi selama ini
Sedangkan tingkat kepuasan masyarakat tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat
selama ini. Dari 400 responden terdapat 185 responden (46,25) merasa “Kurang puas”. Dan
yang “Tidak Puas” sebanyak 122 responden dari 400 responden (28,00 %), serta yang merasa
“Puas” tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak 30 responden (7,50%).
Tertera dalam Tabel IV.63.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Puas 30 7,50 7,50 7,50
Kurang Puas 185 46,25 46,25 53,75
Tidak Puas 112 28,00 28,00 81,75
Tidak tahu 73 18,25 18,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.63. Kepuasan responden tentang kinerja DPR selama ini
C.4.2. Politik Uang (Money Politics)
Pendidikan politik yang buruk terhadap pemilih dapat ditelusuri dari adanya politik
uang dalam menggarap suara pemilih dan mempengaruhi preferensi pemilih. Berdasarkan
hasil penelitian ini, ketika ditanyakan apakah ada calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur
anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli Serdang yang
memberikan uang dan sesuatu yang termasuk kategori politik uang, terdapat 73 dari 400
84
responden (18,25%) yang mengakui bahwa dalam Pileg tahun 2014 lalu menerima pemberian
uang, 55 responden (13,75%) menerima barang tertentu, 66 responden (16,50 %) menerima
bantuan sembako, dan 20 responden (5,00%) menerima bantuan bibit/pupuk.
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 18,25% 81,75%
b. Barang tertentu 13,75% 86,25%
c. Sembako 16,50% 83,50%
d. Bibit atau pupuk 5,00% 95,00%Sumber: Data survey tahun 2015
Tabel IV.64. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli
Serdang yang memberikan hal-hal berikut:
Pengaruh pemberian yang diterima oleh responden terhadap pilihannya ternyata tidak
signifikan, dimana terdapat 36 responden dari 400 responden (9,00%) yang memberikan
suaranya dalam Pileg 2014 atas Partai Politik pilihannya terkait dengan pemberian calon
legislatif, tim sukses atau pengurus partai yang mendatangi pemilih.
Kondisi keterpengaruhan atau perilaku pemilih terkait pemberian uang dapat
dijelaskan oleh jawaban responden sebagai keharusan untuk tidak mengingkari
tanggungjawab yang ditunjukkan dalam perilaku pemilih sebagai tanggapan atau mereka
atas pemberian yang telah diterima dengan gambaran bahwa pemberian merupakan perhatian
kepada masyarakat, merasa terbantu secara ekonomi, serta adanya ungkapan aji mumpung
“Kapan lagi kita menerima pemberian dari calon legislatif, kalau bukan saat mereka
memerlukan suara kita, sehingga terima saja uangnya pilihannya kita yang tahu”.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 36 9,00 9,00 9,00
Tidak 364 91,00 91,00 100,00
Total 400 100,0 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.65. Keterpengaruhan responden karena pemberian Uang dan barang
85
C.4.3. Kehadiran Pemilih di TPS pada Pemilu Legislatif tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, erat
hubungannya dengan pengetahuan responden dan sudah terdaftar di DPT (Daftar Pemilu
Tetap). Dari 400 responden mengaku 396 responden (99,00 %) menyatakan terdaftar dalam
DPT, sedang 4 orang (1,00 %) ditemukan tidak terdaftar. Temuan itu diperoleh, karena
responden utama dan 5 responden cadangan yang sudah didaftar tidak ditemukan enumerator,
sehingga langkah berikutnya mengambil keterangan dari responden cadangan terdekat dan
ternyata 4 responden tersebut mengaku belum terdaftar di DPT.
Salah satu indikator tingkat partisipasi politik pemilih dapat ditelusuri dari kehadiran
pemilih di TPS saat pemberian suara dalam Pemilu. Berdasarkan hasil penelitian ini, 97 %
responden menyatakan datang memberikan suaranya di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu.
86
1 Bangun Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )
2 Batang Kuis 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )
4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
7 Gunung Meriah 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
8 Hamparan Perak 18 ( 4,50% ) 2 ( 0,50% )
9 Kutalimbaru 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )
10 Labuhan Deli 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
11 Lubuk Pakam 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )
13 Pantai Labu 19 ( 4,75% ) 1 ( 0,25% )
14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
16 Pancur Batu 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
17 Patumbak 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
18 Sibolangit 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total hadir di TPS 388 ( 97,00% )
Tidak hadir di TPS 12 ( 3,00% )
Jumlah
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.66. Kehadiran Responden datang ke TPS sewaktu Pemilu Legislatif tahun 2014
No Kecamatan
400 (100% )
Ke TPS sewaktu Pileg?
Ya Tidak
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi perhatian, terutama
dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang tidak melakukan pencoblosan
(Golput) ditambah yang tidak terdaftar. Persoalan registrasi pemilih yang masih
mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang,
ternyata masih memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data
87
pemilih, diakibatkan adanya kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door
menjumpai masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat digunakan sebagai
rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih, sementara penduduk belum
melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu Keluarga. Keadaan ini dapat mengakibatkan
pemilih berpeluang untuk mencoblos lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas keberadaan
orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya jumlah pemilih tidak
terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat melanggar asas Jurdil Pemilu.
Fenomena tingginya angka ghost-voter terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang
tidak terdaftar dan pemilih terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang
mendatangkan masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat
menjadi bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
Hasil Pemilu Legislatif Tahun 2014 tingkat DPRD Kabupaten Deli Serdang, adalah
seperti pada tabel berikut ini.
88
No Dapil Nasdem PKB PKS PDIP Golkar Gerindra Demokrat PAN PPP Hanura PBB PKPI Jumlah suara sah
Jumlah suara tidak sah
Jumlah Suara sah dan Tidak Sah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Sunggal 3.394 1.972 8.079 10.051 27.887 11.573 7.004 7.151 3.031 3.341 2.783 5.010 91.276 4.396 95.672
2 Hamparan Perak 3.204 9.045 3.175 4.810 7.657 4.781 7.691 8.538 4.407 7.433 1.492 1.585 63.818 3.414 67.232
3 Labuhan Deli 1.050 1.946 1.066 3.307 998 4.653 5.811 794 1.437 786 192 227 22.267 1.152 23.419
Percut Sei Tuan 7.674 10.834 10.144 17.937 16.377 21.403 15.786 8.505 15.185 6.017 5.731 2.858 138.451 1.395 139.846
1Tanjung Morawa 8.982 7.293 4.207 11.641 13.448 5.322 11.362 6.224 5.284 6.522 1.668 3.216 85.169 2.116 87.285
Patumbak 3.504 731 2.287 4.558 3.448 6.075 3.019 1.777 3.122 2.880 725 1.621 33.747 1.197 34.944
1 Batang Kuis 1.422 1.747 2.588 2.587 1.725 1.879 2.358 3.289 1.723 486 3.434 364 23.602 1.179 24.781
23 Lubuk Pakam 993 401 1.474 6.944 6.642 4.700 4.150 6.429 1.807 457 1.735 2.644 38.376 1.304 39.680
Pagar Merbau 616 262 787 2.808 5.031 2.890 627 3.054 549 310 360 264 17.558 636 18.194
Pantai Labu 705 491 1.242 2.216 3.849 2.407 2.915 1.226 317 303 1.813 1.102 18.586 1.223 19.809
1 Beringin 1.843 593 1.843 3.042 3.319 7.330 1.477 1.889 945 1.913 402 1.553 26.149 864 27.013
1 Gunung Meriah 82 10 22 390 528 179 131 2 30 142 0 12 1.528 42 1.570
2 STM Hulu 248 80 279 864 1.665 279 337 319 208 1.700 74 50 6.103 160 6.263
3 STM Hilir 597 486 960 3.040 2.290 655 899 938 283 3.814 248 200 14.410 433 14.843
4 Bangun Purba 1.079 200 839 1.019 1.274 1.363 2.146 1.285 143 1.205 1.038 17 11.608 459 12.067
5 Galang 4.176 1.118 2.124 4.055 3.561 2.208 2.585 4.031 551 4.734 2.388 20 31.551 1.104 32.655
1 Sibolangit 584 125 115 1.888 2.144 1.125 1.781 413 23 1.306 24 209 9.737 273 10.010
2 Kutalimbau 2.275 294 551 1.455 1.985 3.368 2.584 262 932 2.398 59 155 16.318 416 16.734
3 Pancur Batu 1.251 524 2.264 5.722 4.731 5.242 5.681 1.545 662 5.950 325 1.095 34.992 1.258 36.250
4 Namorambe 468 436 965 7.576 1.616 1.734 859 378 326 419 131 366 15.274 403 15.677
5 Biru-biru 2.314 383 780 2.064 2.563 3.285 584 1.310 544 235 116 1.131 15.309 462 15.771
6 Deli Tua 2.010 1.694 1.543 3.677 4.425 1.661 917 2.808 2.586 611 2.301 463 24.696 836 25.532
48.471 40.665 47.334 101.651 117.163 94.112 80.704 62.167 44.095 52.962 27.039 24.162 740.525 24.722 765.247
6,55% 5,49% 6,39% 13,73% 15,82% 12,71% 10,90% 8,39% 5,95% 7,15% 3,65% 3,26% 100,00%
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.67. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Partai Politik untuk DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Jumlah Perolehan Suara
Presentase Perolehan Suara
Deli Serdang 1
Deli Serdang 2
Deli Serdang 3
Deli Serdang 4
Deli Serdang 5
Deli Serdang 6
89
Berdasarkan Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014,
jumlah pemilih terdaftar sebanyak 1.338.124 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari
pemungutan suara sesuai Tabel IV.67. Rekapitulasi Perolehan Suara Partai Politik untuk
DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah sebanyak 765.247
suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten Deli Serdang di Kabupaten Deli Serdang sebesar 57.19% (Sumaber : Data
KPU DS)
D. Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
D.1 Landasan/Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
1. Undang-Undang No 42 Tahun 2008, Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
2. Undang-Undang No 15 Tahun 2011, Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13 Tahun 2012, No. 11 Tahun
2012, No. 01 Tahun 2012, Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
4. Peraturan KPU No. 4 Tahun 2014 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
5. Peraturan KPU No. 09 Tahun 2014 Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Dalam
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
6. Peraturan KPU No. 19 Tahun 2014 Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara di
TPS Dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
90
D.2. Data Pemilih Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
L P JLH L P JLH1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.025 1.064 2.089 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.589 4.706 9.295 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.448 7.848 15.296 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 13.079 13.885 26.964 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 31.231 32.620 63.851 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.439 13.149 25.588 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.457 13.144 25.601 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.740 12.001 23.741 75
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 8.095 8.237 16.332 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.677 23.504 46.181 124
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.145 75.973 151.118 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.066 32.173 64.239 134
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 20.266 21.076 41.342 86
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 95.165 93.979 189.144 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 54.089 52.878 106.967 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 22.206 21.438 43.644 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.914 133.315 268.229 580
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.221 23.344 46.565 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.441 16.114 32.555 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.723 19.838 39.561 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.079 41.579 81.658 186
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 13.026 13.103 26.129 70
394 935.240 911.022 1.846.262 671.121 674.968 1.346.089 3.371Sumber : Data KPU-DS
KecamatanJumlah Desa/
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang
Jumlah
Jumlah TPS
PilpresJumlah PemilihNo
D.3. Sosialiasi Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden tahun 2014 untuk memilih pemimpin negara kesatuan Republik
Indonesia yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu memerlukan kegiatan
sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak
pilihnya pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 khususnya di daerah
pemilihan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan
pemimpin negara.
Kegiatan sosialisasi tentang informasi sistem pemilihan pasangan Calon
Presiden/Wakil Presiden yang lebih intens dilakukan eskpos melalui media, sehingga
91
pengetahuan pemilih tentang teknis pelaksanaan Pemilu Presiden lebih baik. Kegiatan ini
diyakini mampu mengatasi kekurangan informasi tentang sistem pencoblosan pada pemilu
Pilpres tahun 2014 lalu, karena hanya akan mencoblos 2 (dua) pasangan saja. Seperti yang
terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 336 84,00 84,00 84,00
Belum memadai 50 12,50 12,50 96,50
Tidak ada 14 3,50 3,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.69. Tanggapan responden tentang informasi mengenai sistem pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Belum mengetahui programnya 3 6,00 6,00 6,00
Informasinya belum jelas 10 20,00 20,00 26,00
Kurang sosialiasi melalui media 3 6,00 6,00 32,00
Kurang sosialisasi ke masyarakat 25 50,00 50,00 82,00
Masyarakat apatis 3 6,00 6,00 88,00
Sosialisasi kepada masyarakat secara langsung
3 6,00 6,00 94,00
Tidak mengikut perkembangan politik 3 6,00 6,00 100,00
Total 50 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.70. Alasan belum memadai
Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil dan track record calon
Presiden dan Wakil Presiden, 23 dari 400 responden (5,75 %) menyatakan tidak mendapat
informasi, 52 responden (13,00 %) menyatakan belum memadai, dengan alasan tertinggi
kurang mengenal calonnya sebanyak 20 responden (38,46 %) . Meskipun terdapat 325
responden (81,25 %) menyatakan informasi yang dimaksud sudah memadai, seperti yang
tertera pada tabel berikut ini.
92
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sudah memadai 325 81,25 81,25 81,25
Belum memadai 52 13,00 13,00 94,25
Tidak ada 23 5,75 5,75 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.71. Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil, track record calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Informasi belum jelas 5 9,62 9,62 9,62
Kurang mengenal calonnya 20 38,46 38,46 48,08
Kurang sosialisasi di media 5 9,62 9,62 57,69
Kurang sosialisasi ke masyarakat 12 23,08 23,08 80,77
Tidak mengerti 5 9,62 9,62 90,38
Tidak mengikuti perkembangan politik 5 9,62 9,62 100
Total 52 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
IV.72. Alasan belum memadai
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 dengan memberikan skor 1-10, dimana,
penilaian dari angka 1 sampai 5, merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk
angka 6 -10, merupakan penilaian yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam
mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu 2014 dan sosialisasi partai politik pendukung yang
berkontes, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi
ternyata merupakan media yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 334 orang
(83,50%), diikuti dengan iklan luar ruang sebesar 293 Orang (73,25 %), serta Iklan/Berita di
Surat Kabar/ Majalah sebanyak 240 responden (60,00%). Sedangkan publikasi melalui media
sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak 301 responden (75,25
%) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian juga dengan media
online sebanyak 295 responden (73,75 %) dan kunjungan pengurus partai politik pendukung
sebanyak 247 responden (61,75%)
93
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 11,25% 0,25% 0,00% 1,00% 4,00% 8,25% 22,00% 28,50% 10,75% 14,00%
b. Iklan/Berita di Radio 31,75% 7,00% 3,00% 5,75% 13,00% 16,50% 14,75% 5,75% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll 23,50% 2,00% 2,25% 4,00% 8,25% 17,75% 18,75% 16,00% 3,00% 4,50%
d. Iklan/Berita di media online 45,75% 7,25% 4,25% 5,75% 10,75% 11,00% 7,25% 5,50% 1,50% 1,00%
e. Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
50,75% 5,75% 4,75% 5,50% 8,50% 12,25% 7,00% 3,75% 0,75% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
14,25% 0,75% 2,50% 1,25% 8,00% 12,50% 19,25% 26,00% 8,75% 6,75%
g. Kampanye Partai Politik 21,75% 2,00% 4,00% 4,50% 15,50% 21,50% 12,75% 12,50% 3,50% 2,00%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik 28,00% 3,00% 5,00% 7,00% 18,75% 20,00% 9,00% 5,75% 2,25% 1,25%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28,50% 1,25% 3,75% 4,00% 10,50% 20,75% 15,25% 12,75% 1,75% 1,50%
k. Pendidikan Politik 50,00% 4,50% 6,75% 4,00% 8,25% 11,00% 4,75% 8,25% 1,75% 0,75%
l. Lainnya, sebutkanSumber: Data Survey, Juli 2015
No Bentuk media sosialisasiS K O R (persen)
IV.73. Skor penilaian Responden terhadap bentuk media sosialisasi yang efektif tentang Calon Presiden/Wakil Presiden peserta Pemilu tahun 2014 lalu:
D.4. Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Pipres tahun 2014 lalu, erat hubungannya
dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya dalam DPT, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kondisi yang sama dengan terdaftarnya responden di dalam Pileg, dimana
396 (99 %) orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan ini disebabkan oleh pengetahuan pemilih atas terdaftarnya
mereka dalam DPT, karena responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir
pendaftaran, dan ingatan responden manakala petugas datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkannnya sebagai calon pemilih Pileg tahun 2014 lalu.
94
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.6. Apakah terdaftar sebagai pemilih pada Pilpres ?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
95
Ya Tidak1 B. Purba 24(6%) 1(0,3%)
2 Batang Kuis 10(2,5%) 0(0%)
3 Beringin 8(2%) 2(0,5%)
4 Biru-biru 15(3,8%) 0(0%)
5 Deli Tua 10(2,5%) 0%
6 Galang 29(7,5%) 1(0,3%)
7 Gunung Meriah 10(2,5%) 0(0%)
8 Hamparan Perak 18(4,5%) 2(0%)
9 Kutalimbaru 15(3,8%) 0(0%)
10 Labuhan Deli 10(2,5%) 0(0%)
11 Lubuk Pakam 15(3,8%) 0(0%)
12 Namorambe 35(5,5%) 0(0%)
13 P. Labu 19(4,8%) 1(0%)
14 Percut Sei Tuan 19(4,8%) 1(0,3%)
15 Pagar Merbau 15(3,8%) 0(0%)
16 Pancur Batu 23(6,3%) 2(0,5%)
17 Patumbak 10(2,5%) 0(0%)
18 Sibolangit 29(7,3%) 1(0,3%)
19 STM Hilir 15(3,8%) 0(0%)
20 STM Hulu 20(5%) 0(0%)
21 Sunggal 14(3,5%) 1(0%)
22 Tanjung Morawa 23(5,5%) 2(0,5%)
Total 386 (96,50 % ) 14 (5,50% )Sumber: Data Survey, Juli 2015
No KecamatanApakah datang ke TPS sewaktu Pilpres ?
Tabel IV.74. Kehadiran responden pada Pilpres Tahun 2014
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu Presiden dan wakil Presiden mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada pasangan calon tertentu, merupakan keputusan yang
dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat
pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh
partai politik pengusung calon yang dialami pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam
mengakses layanan publik dapat pula mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam
mengidentifikasikan calon pilihannya atau berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik
tertentu.
96
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Janji 1 7,14 7,14 7,14
Karena katanya membantu masyarakat 1 7,14 7,14 14,29
Pulang kampong 1 7,14 7,14 21,43
Sedang ada pekerjaan 3 21,43 21,43 42,86
Tidak ada surat memilih 7 50,00 50,00 92,86
Tidak terdaftar 1 7,14 7,14 100,00
Total 14 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.75. Alasan tidak mencoblos pada Pilpres 2014
Dalam pelaksanaan pemilu Presiden dan wakil Presiden 2014 lalu, ternyata tingkat
kesiapan pemilih untuk memantapkan pilihannnya sebelum masuk kedalam bilik suara sudah
tinggi, dimana hanya 383 responden (95,75%) yang telah memiliki preferensi pilihan
pasangan calon yang akan dipilih, sedangkan 10 responden (2,50%) belum memiliki pilihan
saat memasuki bilik suara, sehingga pilihannya dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan
kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik dan ‘gambling’. Dan sebanyak 7 responden
(1,75%) enggan untuk menjawab pertanyaan dari enumerator.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.7 Apakah mempunyai kesiapan untuk mencoblos calon presiden dan wakil Presiden ?
95,75%
2,50% 1,75%
Ya 383
Tidak 10
Tidak menjawab 7
97
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.76. Perilaku responden di dalam bilik suara, apakah memilih calon presiden dan wakil presiden sesuai yang akan dipilih sebelum sampai di TPS pada Pemilu 2014
Terkait dengan politik uang dan pemberian barang pada pemilihan umum Presiden
dan wakil Presiden tahun 2014, responden menjawab beberapa hal seperti pada tabel berikut.
Bentuk Pemberian
a. Uang
b. Barang tertentu
c. Sembako
d. Bibit atau pupuk
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Ya Tidak
Tabel IV.77. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur Calon Presiden dalam Pilpres 2014 lalu yang memberikan hal-hal berikut ini
1,75% (7)
3,75% (15)
3,5% (14)
2% (8)
98,25% (393)
96,25% (385)
96,5% (386)
98% (392)
Dampak dari politik uang atau pemberian barang tertentu dari pasangan calon, partai
politik pengusung dan tim sukses pasangan calon menunjukkan bahwa hanya 11 responden
(2,75%) menyatakan mencoblos karena pemberian tersebut sedangkan 389 responden
(97,25%) menyatakan tidak terpengaruh oleh pemberian yang disebutkan diatas, seperti dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 11 2,75 2,75 2,75
Tidak 389 97,25 97,25 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.78. Keterpengaruhan responden karena Pemberian Uang dan barang
98
Dalam mengambil keputusan terkait dengan memilih pasangan calon Presiden dan
wakil Presiden pada pemilu 2014 tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan para pemilih,
hal-hal dimaksud adalah Jenis kelamin, Agama, Asal suku, asal partai politik dan program
calon. Hasil survey menunjukkan seperti tabel di bawah ini.
No Faktor
1 Jenis kelamin calon
2 Agama calon
3 Asal suku bangsa calon
4 Asal partai politik
5 Program calon
Sumber: Data Survey, Juli 2015
84,25%
Tak menjadi pertimbangan
47,75%
47,00%
82,25%
68,75%
15,75%
Menjadi pertimbangan
52,25%
53,00%
17,75%
31,25%
Tabel IV.79. Faktor pertimbangan Responden untuk memilih calon Presiden danWakil Presiden
99
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Gunung Meriah
Tjg Morawa Sibolangit Kutalimba
ruPancur Batu
Namorambe
S ibiru-biru S TM Hilir Bangun
Purba Galang STM Hulu Patumbak Jumlah Dipindah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Prabowo – Hatta 346 53.850 1.544 5.830 14.120 6.089 5.521 4.465 4.991 17.163 1.225 21.645 136.789
2 Jokowi-Jusuf Kalla 1.174 38.606 8.376 10.574 24.919 9.772 10.274 10.386 6.222 12.898 5.003 15.801 154.005
1.520 92.456 9.920 16.404 39.039 15.861 15.795 14.851 11.213 30.061 6.228 37.446 290.794
31 362 54 79 139 65 88 70 36 131 38 151 1.244
1.551 92.818 9.974 16.483 39.178 15.926 15.883 14.921 11.249 30.192 6.266 37.597 292.038
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Jumlah Pindahan
Deli Tua S unggalHamparan
PerakLabuhan
DeliPercut Sei
TuanBatang Kuis
Lubuk Pakam
Pagar Merbau
Pantai Labu Beringin
Jumlah Akhir Presentase
1 Prabowo-Hatta 136.789 15.102 53.262 44.699 15.933 91.428 16.245 18.379 10.146 10.445 12.254 424.682 53,19%
2 Jokowi-Jusuf Kalla 154.005 11.411 52.339 23.338 10.437 62.678 8.625 21.223 7.753 8.143 13.808 373.760 46,81%
290.794 26.513 105.601 68.037 26.370 154.106 24.870 39.602 17.899 18.588 26.062 798.442
1.244 139 387 205 79 531 95 136 69 97 73 3.055
292.038 26.652 105.988 68.242 26.449 154.637 24.965 39.738 17.968 18.685 26.135 801.497
Sumber: KPU Deli Serdang, 2014
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Tabel IV.80. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang
Jumlah Suara Sah
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Jumlah Suara Sah
100
Berdasarkan Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.346.089 pemilih tetapi jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan
suara sesuai Tabel IV.80. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang dan jumlah suara tidak sah sebanyak
801.497 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang sebesar 59.54% (Sumaber : Data KPU DS)
101
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang sudah dipaparkan pada bab-bab terdahulu, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Partisipasi Pemilih dalam setiap Pemilu di Kabupaten Deli Serdang dapat ditelusuri dari
kehadiran dan ketidakhadiran (voter turn-out) di Tempat Pemungutan Suara (TPS)
yang dipengaruhi beragam penyebab. Salah satu hal terkait masalah kehadiran pemilih
dalam Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kecenderungan bahwa: (a) Akurasi tahapan pemutakhiran data
pemilih. Persoalan paling sensitif dalam pelaksanaan pemilu Kabupaten Deli Serdang
yang paling rawan berhubungan dengan adanya NIK Ganda (b) Dinamika mobilitas
penduduk yang tergolong pada komuter yaitu penduduk yang bekerja di kota Medan
secara ulang-alik ke Kabupaten Deli Serdang, dimana terdaftar sebagai penduduk yang
memiliki KTP Kabupaten Deli Serdang, namun karena mereka harus bekerja di Kota
Medan dan tidak libur secara fakultatif menyebabkan ketidak pastian mereka dalam
kehadirannya di TPS. (c) Persebaran luasnya lahan Eks HGU perkebunan,
menyebabkan tingginya angka penggarap yang berasal dari banyak Kabupaten/kota lain
Sumatera Utara yang menjadi pemukim di Kabupaten Deli Serdang, yang belum
berstatus penduduk yang terdaftar dalam DPT Pemilu di Kabupaten Deli Serdang. (d)
Masalah tinggi rendahnya kehadiran dan ketidak hadiran pemilih (voting turn-out)
bersumber dari kekurang akuratan DPT Pemilu yang diakibatkan oleh metode verifikasi
dan pemutakhiran data pemilih sehubungan dengan fenomena “ghost voter”, yaitu
pemilih yang terdaftar dalam DPT yang digunakan sebagai referensi undangan terhadap
pemilih, tetapi pada saat hari H ternyata tidak datang atau tidak hadir ke TPS. Ketidak
hadiran pemilih (voter in-absentia) di TPS karena faktor diatas diakibatkan oleh
penduduk yang telah meninggal, pindah, melanjutkan studi dan bekerja di perantauan
(daerah lain) tetapi masih tetap terdaftar dalam Kartu Keluarga dan DPT yang disahkan
oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
2. Tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau
102
elite politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang
berdampak pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit
dengan aspirasi masyarakatnya. Kondisi ini tergambar dari keikutsertaan dari
responden sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi
keagamaan (36,5 %) dan organisasi sosial (15,5 %). Sedangkan yang aktif dalam
kegiatan LSM dan partai politik sangat rendah yaitu masing-masing 1,5 % dan 1,3%.
3. Pengenalan pemilih yang dijadikan responden dalam penelitian ini terhadap figure
calon legislatif, calon kepala daerah, mulai dari tingkat Gubernur sampai Bupati, dan
Presiden serta Partai Politik yang dipilih ternyata banyak dipengaruhi oleh faktor
sosialisasi politik yang telah diterima, karena faktor tersebut dapat mempengaruhi dan
merubah preferensi pemilih terhadap Capres/Cawapres, caleg pilihannya dan Parpol,
terutama bagi para responden yang baru pertama sekali mengikuti Pemilu atau
mengejawantahkan kedaulatan politiknya dalam memilih pejabat politik yang
mewakilinya di lembaga legislatif dan pemerintahan.
4. Tingkat kepuasaan masyarakat (pemilih) terhadap kinerja Pemerintah (Nasional,
Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang) yang rendah juga menjadi salah
satu penyebab rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Deli Serdang,
dimana masyarakat Deli Serdang beranggapan bahwa siapapun yang dipilih, tidak aka
nada perubahan yang mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, terbukti dari
banyaknya persoalan mulai dari harga bahan pokok yang terus meningkat, fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang belum merata serta infrastruktur jalan yang belum
terbangun sampai ke desa-desa terpencil.
5. Kurangnya sosialisasi mengenai kepemiluan mulai dari Pilkada Kepala Daerah
(Gubernur dan Bupati), Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu
Presiden/Wakil Preside yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu (KPU) dan Partai
Politik juga berperan penting dalam menyebabkan rendahnya partisipasi Pemilih dalam
setiap momen pemilihan umum di Kabupaten Deli Serdang.
103
B. REKOMENDASI
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi dalam mengatasi
rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam setiap pemilu di Kabupaten Deli Serdang adalah
sebagai berikut :
1. Konsekuensi dari fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang hadir ke TPS dapat
menimbulkan persoalan yang menjadi titik rawan dalam setiap penyelenggaraan
pemilu legislatif, pilpres dan Pilkada. Karena itu, masalah pemutakhiran data pemilih
harus dilakukan dengan ketelitian dan sistem yang andal setiap tahun oleh KPU
Kabupaten Deli Serdang bersama dengan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yaitu
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Deli Serdang dengan
menetapkan metode verifikasi dan revisi data pemilih secara terukur dan faktual.
2. Kualitas Pemilui tidak dapat hanya diukur dari tingginya partisipasi pemilih yang
hadir ke TPS tanpa dibarengi prilaku pemilih yang rasional. Karena ini KPU Deli
Serdang harus bekerjasama dengan berbagai pihak diantaranya Partai Politik, DPRD,
dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan pendidikan pemilih secara
reguler dengan sistem pendidikan politik yang dilengkapi dengan kurikulum yang
aplikatif yang dapat memenuhi tujuan demokratisasi dan kedaulatan rakyat.
3. Sosialisasi yang intens dengan menggunakan media-media kreatif yang mudah
dijangkau/diakses oleh Pemilih dan juga memanfaatkan tokoh-tokoh masyarakat
(Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Perempuan) untuk dapat lebih cepat
menyampaikan informasi baik mengenai tahapan pemilu maupun berkaitan dengan
calon/peserta pemilu baik kepala daerah, legislative maupun presiden.
104
DAFTAR PUSTAKA
American Center For International Labor Solidarity (ACILS), (1999), A Handbook For
Long-term Election Monitors: Indonesian General Elections 1999.
Budiarjo, Miriam (1994), Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Burns, D. (2000), “Can Local Democracy Survive Governance?” , Urban Studies, Vol. 37,
No. 5-6.
Burns, D., Hambleton, R. & Hogget, P. (1994), The Politics of Decentralisation
(Basingtoke: Macmillan).
Diamond, Larry (ed.), (1988), Democracies in Developing Countries, Lynne Riener Pub.,
Boulder, Colorado, vol. 3.
Duverger, Maurice, 2002, Sosiologi Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Feith, Herbert dan Castles, Lance (1988), Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965,
LP3ES, Jakarta.
Firmanzah, 2010, Persaingan, Legitimasi, Kekuasaan dan Marketing Politik: Pembelajaran
Politik Pemilu 2009, Yayasan Obor, Jakarta.
Grote, J. R and Gbikpi, B., eds (2002) Participatiry Governance, Opladen : Verlag Leske +
Budrich.
Harun, Rochayat dan Sumarno, 2006, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Mandar Maju,
Bandung.
Held, David, 1996, Model of Democracy, Stanford University Press, Cambridge.
Marijan, Kacung, 2010, Sistem Politik Indonesia, Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru,
Penerbit Kencana, Jakarta.
Mas’oed Mochtar dan Mac Andrews, Colin, (2001), Perbandingan Sistem Politik, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Musa, Ali Masykur, 2003, Sistem Pemilu: Proporsional Terbuka Setengah Hati, Pustaka
Indonesia Satu, Jakarta.
Rahman, Arifin, 2002, Sistem Politik Indonesia, Dalam Perspektif Struktural Fungsional,
Penerbit SIC, Surabaya.
105
Richardson, Henry S., 2002, Democratic Authonomy: Public Reasoning about the Ends of
Policy, Oxford University Press, New York.
Riswandi, 2009, Komunikasi Politik, Graha Ilmu Universitas Mercubuana, Jakarta.
Roode, Charlton Clymer, dkk, 2000, (terj.), Pengantar Ilmu Politik, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Romli, Lili, 2010, Evaluasi Pemilu Legislatif 2009, Tinjauan atas Proses Pemilu, Jurnal
Penelitian Politik, Vol. 7 No. 1/2010, LIPI, Jakarta.
Schmitter, P. (2000). “Participation in Governance Arrangement” , (in) Grote, J. R. and
Gbikpi, B., eds (2002).
United States Information Service (USIS), (tanpa tahun), Unsur-Unsur Pemilihan Umum
Demokratis dalam Apakah Demokrasi Itu? (Jakarta: USIS, Indonesia)
Varma, SP, 1999, Teori Politik Modern, PT Raja Grafindo Utama, Jakarta.
Wilopo, (1978), Zaman Pemerintahan Partai-Partai Dan Kelemahan- Kelemahannya,
Yayasan Idaya, Jakarta.
i
LAPORAN HASIL SURVEY PARTISIPASI PEMILIH; KEHADIRAN
DAN KETIDAK HADIRAN PEMILIH DI TPS (VOTER TURN-OUT)
PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG
Jl. Karya Jasa No. 8 Lubuk Pakam www.kpu-deliserdangkab.go.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemilu yang berlangsung di Indonesia pasca reformasi sudah empat kali yaitu tahun
1999, tahun 2004, tahun 2009, dan tahun 2014. Pemilu merupakan sarana dan instrumen
demokrasi bagi rakyat untuk mengelola partisipasi politiknya. Karena secara teoritik pemilu
merupakan salah satu arena memikat hati kalangan pemilih maupun calon pemilih agar partai
dipilih sehingga lolos threshold bahkan mampu menang dan menjadi partai politik mayoritas
dalam parlemen. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Romli (2010:93) menunjukkan
bahwa dalam menarik minat pemilihnya maka bentuk komunikasi politik yang paling kerap
dilakukan partai politik adalah kegiatan kampanye dalam Pemilu legislatif (Pileg) tahun 2009
dengan empat kecenderungan tipe pesan kampanye yaitu (1) identitas diri, (2) penonjolan
perestasi, (3) penonjolan ideologi, dan (4) pemaparan program. Media komunikasi politik
yang digunakan sudah mulai beragam baik yang konvensional (spanduk, brosur, kalender)
maupun yang modern (facebook, sms, email).
Sebaliknya kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam
menyumbangkan suaranya dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada partai politik dan kandidat tertentu, merupakan keputusan
yang dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan
dapat pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dialami
oleh pemilih. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat mempengaruhi pola
ekspresi pemilih terhadap identifikasi parpol pilihan atau berafiliasinya dalam partai politik.
Penilaian pemilih terhadap pola akomodasi kepentingan rakyat terhadap legislatif dan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi
dan pandangan masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas peserta Pemilu tahun
2014 lalu. Berdasarkan hasil penelitian Romli (2010: 94) bahwa prilaku memilih dalam
Pemilu tahun 2009 lalu memperlihatkan kecenderungan: (1) secara demografis, maka
kecenderungan pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi
(suku, jenis kelamin, dan agama) (2) perbedaan konsentrasi basis massa partai politik
mempengaruhi perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka
peranan patrón sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih
mempengaruhi pilihan masyarakat yang tinggal di pedesaan dan ada temuan berlangsungnya
2
perilaku transaksional, sedangkan di perkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari
media tv, radio, koran dapat mempengaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang
signifikan atas perolehan suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka
pemilih yang rasional idealis (kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi,
platform dan program parpol ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional
realistis (mempertimbangkan kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Ekspektasi atas peningkatan partisipasi pemilih dalam rangkaian Pemilu yang telah
berlangsung selama ini di Kabupaten Deli Serdang ternyata menggambarkan fakta yang
berbeda. Terjadi fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang kadang tinggi ataupun rendah,
sehingga menjadi relevan dan penting untuk dievaluasi dan dikaji faktor kausalnya. KPU
Kabupaten Deli Serdang sebagai Penyelenggara Pemilu memandang langkah evaluasi
melalui suatu riset untuk mendalami faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap
partisipasi politik pemilih berdasarkan kehadiran dan ketidak hadiran di TPS dalam Pemilu
Legislatif tahun 2014, Pemilu Presiden tahun 2014 dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
tahun 2013 lalu.
B. Perumusan Masalah
Dari paparan di atas, yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah bentuk, metode, dan saluran komunikasi dan pendidikan politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
serta Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu untuk meningkatkan
kehadiran pemilih ke TPS?
2. Bagaimanakah tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu Legislatif,
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun
2013 lalu?
3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kehadiran dan ketidakhadiran pemilih dalam
Pemilu Legislatif, dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pilkada Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2013 lalu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan kajian ini terkait dengan:
1. Untuk menggambarkan bentuk, metode, dan saluran komunikasi politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan
3
Pilkada Kabupaten Deli Srdang tahun 2014 yang lalu dalam upayanya
meningkatkatkan kehadiran pemilih di TPS-TPS.
2. Untuk menggambarkan tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu
legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2013 lalu?
3. Untuk menggambarkan karakteristik faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran dan
ketidakhadiran pemilih dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu.
D. Manfaat Penelitian
Adapun signifikansi penelitian ini, sebagai:
1. Referensi mengenai deskripsi ragam komunikasi dan pendidikan politik berbasis
evaluasi proses Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, khususnya
dokumen yang menggambarkan kondisi kecenderungan partisipasi politik pemilih.
2. Database mengenai gambaran pandangan dan harapan pemilih yang mempengaruhi
tingkat partisipasi politiknya khususnya kehadiran dan ketidakhadiran di TPS-TPS
dalam setiap Pemilu 2014 lalu, yang dapat dimanfaatkan oleh penyelenggara Pemilu
dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya untuk strategi peningkatan
partisipasi pemilih dalam Pemilu berikutnya.
4
BAB II
METODOLOGI
A. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilih Kabupaten Deli Serdang yang ikut serta
dan tidak ikut memberikan suara dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden, dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu, baik laki-laki maupun
perempuan.
Luasnya wilayah sampel dan besarnya jumlah populasi serta kerumitan dalam
mengidentifikasi responden, menjadi dasar utama peneliti dalam menetapkan teknik
penarikan sampel dan responden penelitian ini secara acak sederhana berbasis data DPT
(Data Pemilih Tetap) Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, karena Pemilu Legislatif tahun 2014
lalu adalah tahapan Pemilu yang paling awal dan DPTnya dipelakukan sebagai basis data
pemilih yang diperbaiki oleh KPU Kabupaten Deli Serdang untuk pembaruan DPT Pemilu
lainnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi DPT Pemilu Legislatif oleh KPU Deli Serdang, maka
jumlah pemilih terdaftar pada 394 PPS, 3485 TPS adalah 1.338.124 orang,
Dengan teknik multistage sampling, wilayah sampel Kecamatan ditetapkan keseluruhan
yaitu 22 kecamatan. Sedangkan pemilihan wilayah sampel desa ditetapkan secara purposive
dan proporsional dengan teknik acak sederhana. Jumlah responden penelitian adalah 400
(empat ratus) orang, dimana jatah masing-masing wilayah sampel kecamatan dan desa
ditetapkan berdasarkan proporsionalitas. Penetapan responden yang diwawancarai secara
berstruktur pada desa dan kelurahan terpilih dalam penelitian ini dilakukan sesuai prinsip
acak sederhana berbasis DPT PPS sesuai kuota yang dimiliki masing-masing. Responden
terpilih ditemui dan diwawancarai oleh enumerator sesuai dengan teknik wawancara
berstruktur.
Unit analisa penelitian ini adalah individu, bukan rumah tangga (household). Alasannya
karena hak memilih adalah hak politik dan keputusan individual, bukan keputusan kolektif,
selaras dengan prinsip pemilu yang salah satu sifatnya adalah rahasia.
5
Tabel II.1 Kerangka Sampel Penelitian
No Kecamatan Jumlah
Pemilih
Jumlah
Desa/Kelu
rahan
Proporsi
Sampel
Desa
(20 %)
Jumlah Responden
F %
1 GUNUNG MERIAH 2.105 12 2 10 2,50
2 STM. HULU 9.385 20 4 20 5,00
3 SIBOLANGIT 15.396 30 6 30 7,50
4 KUTALIMBARU 26.439 14 3 15 3,75
5 PANCUR BATU 63.265 25 5 25 6,25
6 NAMORAMBE 25.630 36 7 35 8,75
7 BIRU-BIRU 25.433 17 3 15 3.75
8 STM. HILIR 23.680 15 3 15 3.75
9 BANGUN PURBA 15.787 24 5 25 6.25
10 GALANG 45.796 29 6 30 7.50
11 TANJUNG
MORAWA
152.445 26 5 25 6.25
12 PATUMBAK 64.140 8 2 10 2.00
13 DELI TUA 39.127 6 2 10 2.00
14 SUNGGAL 187.733 17 3 15 3.75
15 HAMPARAN PERAK 105.570 20 4 20 5.00
16 LABUHAN DELI 41.917 5 2 10 2.50
17 PERCUT SEI TUAN 267.977 20 4 20 5.00
18 BATANG KUIS 46.920 11 2 10 2.50
19 PANTAI LIBU 33.403 19 4 20 5.00
20 BERINGIN 38.338 11 2 10 2.50
21 LUBUK PAKAM 81.886 13 3 15 3.75
22 PAGAR MERBAU 25.752 16 3 15 3.75
Jumlah 1.338.124 394 80 400 100,00
B. Teknik Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan teknik survey yang menggunakan kuesioner
sebagai instrumen utama digunakan sebagai pedoman wawancara berstruktur. Dalam hal ini
6
peneliti yang dibantu oleh enumerator mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden
untuk mendapatkan jawaban mengenai variabel penelitian yang relevan. Data utama studi ini
dikumpulkan dengan menyebarkan seperangkat pertanyaan tertutup dan terbuka dalam
kuesioner yang menguraikan tujuan dalam ruang lingkup penelitian ini, yang meliputi (a)
identitas pemilih berdasarkan karakteristik status sosial ekonomi, etnis dan regionalitas,
pengalaman sosialisasi dan partisipasi politik (b) Pola perilaku dan preferensi pemilih dalam
dalam menentukan pilihannya pada Pemilu 2014 lalu, (c). Dampak pemberitaan media
sosialisasi dan intensitas komunikasi politik terhadap kehadiran pemilih di TPS-TPS, (d).
Faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran pemilih di TPS, (e) Pandangan pemilih terhadap
proses penyelenggaran Pemilu 2014 lalu, (f). Harapan pemilih terhadap penyelenggaran
Pemilu berikutnya.
Data sekunder dikumpulkan dengan studi dokumentasi, berupa data yang bersumber
dari berbagai referensi, kepustakaan, peraturan-peraturan, jurnal penelitian dan bahan-bahan
tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.
C. Teknik Analisis Data
Data penelitian dipaparkan melalui kecenderungan pemusatan yang tertuang dalam
tabel frekuensi dan grafik. Untuk variabel-variabel penting yang saling berhubungan akan
diekpresikan dalam tabel silang, dimana signifikansi keterkaitannya dihitung dengan formula
statistik korelasional. Kecenderungan hubungan antar variabel penelitian berfungsi sebagai
eksemplar penjelasan angka-angka statistik terkait dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis penelitian (Supranto: 2004).
Selain itu, informasi yang terkumpul dari wawancara tidak berstruktur berguna sebagai
instrumen cross-check (konfirmasi) kebenaran normatif hasil survey. Dalam hal ini, temuan
survai dikomparasikan dengan hasil wawancara yang hasilnya digabungkan guna
mendapatkan kesimpulan praktis. Temuan teoritis dan informatif yang diperoleh dari studi
dokumentasi merupakan pemerkaya hasil penelitian, sehingga pembauran data primer dan
sekunder dipakai untuk membakukan kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demokrasi dan Pemilihan Umum
Sejarah demokrasi seringkali kabur dan terpotong-potong oleh sejarah hidupnya.
Kata demokrasi yang dalam bahasa Inggrisnya disebut democracy, awalnya bersumber dari
bahasa Perancis yaitu democratie yang dikenalkan pada abad ke 16. sebelumnya kata
demokrasi dirujuk dari bahasa Yunani (Greek) demokratia yang merupakan tautan dari kata
demos berarti rakyat (people) dan kratos berarti tatanan (rule) (Held, 1996: 1).
Penerapan demokrasi telah ada masa Athena Kuno sebagai kota tua (classical polis)
yang ditandai adanya persatuan, solidaritas, tingginya partisipasi dan dari terbatasnya jumlah
warga negara. Pada masa itu, warganegara tidak hanya dilibatkan dalam beragam kegiatan
diantaranya administrasi, keamanan, pembuatan hukum, hakim, perayaan yang berkaitan
dengan keagamaan, hiburan dan festival, dasarnya dikaitkan dengan legitimasi kehidupan
politik modern, tetapi mereka juga berkewajiban untuk melaksanakan penelitian dan
pengawasan terhadap penduduk yang tidak turut ambil bagian dalam negara (Held, 1996: 23).
Saat ini, demokrasi identik dengan legitimasi kehidupan politik modern, dimana
makna demokrasi menunjukkan modernitas sistem kedaulatan yang sangat beragam dan luas,
mulai dari pemerintah bervisi teknokrat sampai pada konsepsi kehidupan sosial yang ditandai
oleh ekstensifnya partisipasi politik.
Untuk Indonesia, secara historis, dapat dikategorikan pelaksanaan orde demokrasi di
Indonesia atas 4 (empat) bentuk, yaitu: Demokrasi Liberal (1950-1959), Demokrasi
Terpimpin (1959-1966), dan Demokrasi Pancasila (1966-1997), dan Demokrasi pasca orde
baru yaitu, era Reformasi (1998 – sekarang).
Demokrasi yang telah kita terapkan ternyata berubah-ubah esensi dan aplikasinya
dalam praktik politik di Indonesia. Demokrasi yang berlangsung dekade terakhir ini bahkan
bagi sebagian pihak disikapi secara berlebihan, terlalu bebas dan menitik beratkan pada
proses dan cara, sehingga menghasilkan pemerintahan dan tata hubungan kelembagaan
negara yang tidak stabil, serta seringkali diwarnai konflik-konflik kepentingan. Di sisi lain,
ada pula sikap yang menggunakan demokrasi sebagai tujuan dengan mengabaikan proses dan
cara-caranya, sehingga realitas demokrasi berwujud pada adanya kompromi atau deal-deal
politik yang menguntungkan sepihak dan sekelompok orang, yang pada giliran selanjutnya
justru mengabaikan kepentingan publik dan kemaslahatan masyarakat. Karena itu, perlu
8
untuk ditegaskan bahwa demokrasi merupakan sebuah cita-cita sekaligus pengelolaan sebuah
negara secara beradab.
B. Teori Partisipasi
Partisipasi adalah persoalan relasi kekuasaan, atau relasi ekonomi politik, yang
dianjurkan oleh demokrasi. Partisipasi warga masyarakat adalah pusat kekuasaan,
kewenangan dan kebijakan yang mengatur (mengelola) alokasi berada dalam konteks
governance, yakni relasi antara Negara (pemerintah) dan masyarakat (rakyat). Negara-
barang (sumberdaya) publik pada masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat hak sipil dan
politik, kekuasaan massa, kebutuhan hidup, dan lain-lain. Dengan demikian, partisipasi
adalah jembatan penghubung antara negara dan masyarakat agar pengelolaan barang-barang
publik membuahkan kesejahteraan bagi manusia sebagi individu maupun dalam sebuah
kelompok masyarakat (human wellbeing).
Partisipasi dalam Pemerintahan (govermance) cenderung merujuk pada keterlibatan
dan interaksi organisasi dan institusi yang mempunyai tanggung jawab terhadap atau
berhubungan dengan tindakan kolektif di bidang publik. Hubungan horizontal antara aktor
atau stakeholders dalam jaringan kerja merupakan ciri khas Pemerintahan (governance), dan
dinyatakan bahwa partisipasi dalam governance itu dipengaruhi oleh kebijakan (Schmitter,
2002). Banyak organisasi ‘sektor ketiga’ organisasi komunitas dan sukarela – memperoleh
tanggung jawab dalam governance (Stoker, 1998: 21). Partisipasi dalam Pemerintahan
(governance) berhubungan kuat dengan gagasan mengenai kepentingan dan organisasi publik
dan swasta yang mempunyai risiko dalam sebuah keputusan dilibatkan dalam persiapannya.
Ia dimaksudkan menciptakan dukungan bagi usulan kebijakan, memperbaiki kualitas
keputusan dengan mengerahkan keahlian dan pengetahuan eksternal, dan meningkatkan
legitimasi keputusan demokratis (Klijn dan Koppenjan,2000).
Dari sudut pandang Negara, demokrasi mengajarkan bahwa partisipasi sangat
dibutuhkan untuk membangun pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan responsif
terhadap kebutuhan masyarakat. Tiadanya partisipasi hanya menabur pemerintahan yang
otoriter dan korup. Dari sisi masyarakat, partisipasi adalah kunci pemberdayaan. Partisipasi
memberikan ruang dan kapasitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak
mereka, mengembangkan potensi dan prakarsa lokal, mengaktifkan peran masyarakat serta
membangun kemandirian masyarakat .
9
Dalam konteks governance, partisipasi hendak menempatkan masyarakat pada posisi
yang sebenarnya. Pertama, masyarakat bukanlah sebagai hamba (client) melainkan sebagai
warga (citizen). Jika hamba memperlihatkan kepatuhan secara total, kalau konsep warga
menganggap bahwa setiap individu adalah pribadi yang utuh dan mempunyai hak penuh
untuk memiliki. Warga dan kewargaan secara jelas merupakan bangun politik, yang
menggambarkan sifat hubungan yang dimiliki individu dengan institusi Negara dan
masyarakat sipil. Warga dapat dipandang sebagai anggota masyarakat yang mempertahankan
beberapa gagasan kepentingan umum, dan gagasan kewargaan diikat dengan gagasan
demokrasi. Warga dibedakan dari nasabah (customers), klien dan consumer. Terutama
menarik ilham dari sektor swasta, nasabah dan consumer yang berhubungan dengan
organisasi sebagai pembeli yang memilih barang dan pelayanan klien bergantung pada dan
sebagian besar tunduk pada, keahlian professional; warga mempunyai kesadaran yang jauh
melebihi bidang mereka sendiri dan berkepentingan untuk “mempengaruhi keputusan publik
yang mempengaruhi kualitas kehidupan lokal”, mungkin dengan mengorbankan kepentingan
perorangan mereka sendiri (Burns et al., 1994; Gyford, 1991). Kedua, masyarakat bukan
dalam posisi yang diperintahkan tetapi sebagai teman sejajar (partner) pemerintah dalam
mengelola pemerintahan dan pembangunan. Ketiga, partisipasi bukanlah pemberian
Pemerintah tetapi sebagai hak warga masyarakat. Keempat, warga bukan sekedar objek pasif
penerima manfaat kebujakan pemerintah, tetapi sebagai aktor atau subjek yang aktif
menentukan kebijakan. Warga yang aktif didefinisikan sebagai agen demokrasi, yang
memberdayakan diri mereka sendiri melalui tantangan mereka terhadap aktivitas institusi dan
organisasi yang membentuk kehidupan sehari-hari mereka. Kewarganegaraan adalah tentang
kontribusi, atau input, dari individu kepada hubungan kolektif, dan hubungan antara individu
dan hubungan mereka yang lebih luas dengan masyarakat. Warga diharapkan terlibat dalam
urusan publik dan memberikan kontribusi terhadap isu-isu dalam urusan publik (Raco dan
Imri, 2000).
Cara pandang baru menempatkan posisi masyarakat itu secara historis yang
mempengaruhi haluan baru pembangunan dan mempengaruhi haluan baru pembangunan dan
Pemerintahan, meski secara empirik belum menjadi kenyataan. Kaum miskin, misalnya,
sekarang ditempatkan sebagai pemangku kepentingan pembangunan. Partisipasi juga
dipandang dengan tujuan, bukan hanya proses atau cara untuk mencapai tujuan, sehingga
muncul agenda pemberdayaan yang menghubungkan partisipasi dengan demokrasi,
kewargaan dan kesetaraan. Partisipasi dilihat sebagai kekuatan besar untuk transformasi
10
relasi sosial, ekonomi dan politik yang telah lama membuat kemiskinan. Sekarang agenda
penanggulangan kemiskinan mulai menempatkan kaum miskin dalam posisi yang terhormat,
memberi ruang pada mereka untuk mengembangkan partisipasi dan prakarsa lokal, sehingga
konsep kaum miskin sebagai penerima manfaat proyek tidak terlalu relevan dibicarakan.
Literatur klasik selalu menunujukkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi program pembangunan. Tetapi
apa makna substantif yang terkandung dalam sekuen-sekuen partisipasi itu? Partisipasi
adalah voice, akses dan kontrol warga masyarakat terhadap pemerintahan dan pembangunan
yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Pertama, voice adalah hak dan tindakan warga masyarakat menyampaikan aspirasi,
gagasan, kebutuhan, kepentingan, dan tuntutan terhadap komunitas terdekatnya maupun
kebijakan pemerintah. Tujuannya adalah mempengaruhi kebijakan Pemerintah maupun
menentukan agenda bersama untuk mengelola kehidupan secara kolektif dan mandiri.
Kedua, akses berarti kesempatan, ruang dan kapasitas masyarakat untuk masuk dalam
arena governance, yakni mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta terlibat aktif
mengelola barang-barang publik. Akses warga terhadap pelayanan publik termasuk dalam
rubrik ini. Ada dua hal penting dalam akses: keterlibatan secara terbuka (inklusi) dan
keikutsertaan/keterlibatan (involvement). Keduanya mengandung kesamaan tetapi berbeda
titik tekannya. Inklusi menyangkut siapa yang terlibat, sedangkan involvement berbicara
tentang bagaimana masyarakat terlibat. Keterlibatan berarti ketersediaan ruang dan
kemampuan bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses politik, terutama kaum miskin,
minoritas, rakyat kecil, perempuan, dan lain-lain. Akses akan menjadi arena titik temu antara
warga dan pemerintah. Pemerintah wajib membuka ruang akses warga dan memberikan
layanan publik, terutama pada kelompok-kelompok marginal. Sebaliknya warga secara
bersama-sama proaktif mengidentifikasi problem, kebutuhan dan potensinya maupun
merumuskan gagasan pemecahan masalah dan pengembangan potensi secara sistematis.
Pemerintah wajib merespons gagasan warga sehingga bisa dirumuskan visi dan kebijakan
bersama dengan berpihak pada kemitraan dan kepercayaan.
Ketiga, kontrol warga masyarakat terhadap lingkungan komunitasnya maupun proses
politik yang terkait dengan pemerintah. Kita mengenal kontrol internal (self-control) dan
kontrol eksternal. Artinya kontrol bukan saja mencakup kapasitas masyarakat melakukan
11
pengawasan (pemantauan) terhadap kebijakan (implementasi dan risiko) dan tindakan
pemerintah, tetapi juga kemampuan warga melakukan penilaian secara kritis dan reflektif
terhadap risiko-risiko atas tindakan mereka. Kontrol internal ini sangat penting karena
masyarakat sudah lama berada dalam konteks penindasan berantai: yang atas menindas yang
ke bawah, sementara yang paling bawah saling menindas ke samping. Artinya kontrol
eksternal digunakan masyarakat untuk melawan eksploitasi dari atas, sementara self-control
dimaksudkan untuk menghindari mata rantai penindasan sesama masyarakat, seraya hendak
membangun tanggung jawab social, komitmen dan kompetensi warga terhadapat segala
sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Partisipasi dan desentralisasi (otonomi daerah) tentu mempunyai hubungan simbiosis.
Pada suatu pihak, desentralisasi yang berhasil memerlukan beberapa partisipasi lokal.
Kedekatan pemerintah lokal dengan konstituen mereka akan memungkinkan mereka
merespons secara lebih baik terhadap kebutuhan lokal dan menyesuaikan secara efisien
pengeluaran publik dengan kebutuhan perorangan hanya jika informasi mengalir antar warga
Negara dan pemerintah lokal. Pada pihak lain, proses desentralilasi sendiri dpaat
meningkatkan kesempatan partisipasi dengan menempatkan lebih banyak kekuasaan dan
sumberdaya pada tingkat pemerintah yang lebih dekat, lebih dikenal, dan lebih muda
dipengaruhi. Dalam lingkungan dengan tradisi partisipasi warga Negara buruk, desentralisasi
dapat merupakan langkah pertama yang penting dalam menciptakan kesempatan interaksi
rakyat-negara yang teratur,dapat diramalkan.
Hubungan simbiosis antara desentralisasi dan partisipasi ini dapat mengarah pada
garis pedoman kebijakan yang agak bertentangan. Mekanisme partisipasi warga Negara dapat
dianggap sebuah prasyarat yang sangat berguna ketika mengevaluasi prospek desentralisasi
harus memperhitungkan kesempatan dan keterbatasan yang ditentukan oleh saluran
partisipasi lokal yang ada. Kekurangan mekanisme partisipatoris, bagaimanapun, dapat
membantu menciptakan tuntutan lokal terhadap saluran partisipatoris yang lebih banyak
untuk menyuarakan prefensi. Saluran partisipasi yang dilembagakan dan kemampuan orang
untuk menggunakan saluran tersebut harus dipertimbangkan dalam desain desentralisasi.
Pemilu lokal yang jujur dan teratur, semaraknya forum warga, dan tingkat modal sosial yang
tinggi (kesatuan komunitas dan sejarah kerja sama) memungkinkan warga Negara untuk
menandai prefensi mereka secara efisien dan menjalankan pemenuhan keinginan mereka oleh
pemimpin.
12
Penilaian seberapa banyak input warga mempengaruhi tindakan pemerintah lokal
memberikan titik permulaan untuk mendesain kebijakan desentralisasi. Kondisi awal
semacam itu membantu menentukan tingkat yang pada tingkat itu desentralisasi akan
meningkatkan responsifitas pemerintah keseluruhan terhadap warga dan memberikan garis
petunjuk bagi pelibatan tindakat peningkatan partisipasi dalam kebijakan desentralisasi.
Pemilu teratur, referendum lokal, forum warga, dewan publik, dan struktur kelembagaan
lainnya merupakan memperbaiki kemampuan pemerintah lokal untuk mengindentifikasi dan
bertindak menurut preferensi warga Negara. Tingkat modal sosial, yang menentukan
bagaimana sebaiknya warga Negara dapat memanfaatkan rencana institusional untuk
berpartisipasi, lebih lambat berkembang dan lebih sulit untuk menentukannya.
Desentralisasi mengandalkan pada partisipasi untuk memperbaiki alokasi pelayanan,
tetapi ia tidak memerlukan jenis input warga Negara yang luas disebutkan di depan. Dalam
kasus di mana pemerintah lokal tidak dipilih, di mana proses pemilihan mengistimewakan
sekelompok kecil elit, atau di mana tingkat modal sosial yang rendah menghalangi pertukaran
aktif, proses desentralisasi dapat didesain untuk membangun jenis partisipasi yang lebih
terbatas. Mekanisme isu-khusus dan proyek khusus untuk meningkatkan arus informasi
antara pemerintah dan warga Negara sering dapat dengan lebih cepat dan lebih mudah pada
tingkat lokal daripada di pemerintah pusat.
Partisipasi warga dapat dibenarkan dalam hubungannya dengan legitimasi berorientasi
input dan output, dan ia dapat memberikan kontribusi terhadapat efektivitas system.
Legitimasi berbasi input mengungkapkan nilai partisipasi luas dalam governance, yang
memperlihatkan, yang memperlihatkan perlunya penentuan sendiri dan persetujuan rakyat, di
mana nilai-nilai demokrasi sangat kuat. Partisipasi warga di luar pemilihan memberi saluran
lebih lanjut bagi rakyat untuk mengungkapkan preferensi mereka, dan teori yang
berhubungan dengan demokrasi partisipatoris memuat unsur-unsur yang berhubungan dengan
legitimasi input. Pateman yang mengupas karya Rousseau, Mikk dan Cole, menunjuk pada
tiga alasan mengapa partisipasi luas diperlukan sekali ia mendidik partisipan, ia memberi
warga kontrol, dan ia menghasilkan identitas komunitas. Pemerintah demokratis, yang
dipedomani oleh input partisipasi warga, hanya menghasilkan kebijakan, karena ia tidak akan
mungkin setuju pada kegiatan-kegiatan yang tidak adil. Partisipasi warga mendukung sistem
partisipatoris, karena”kualitas yang diperlukan warga adalah kualitas proses partisipasi itu
13
sendiri yang mengembangkan dan membantu perkembangan” (Pateman, 1970:25). Partisipasi
warga membantu mendidik rakyat dalam seni partisipasi.
Partisipasi warga juga dapat memberikan kontribusi terhadap legitimasi berbasis-
output. Keterbilatan warga membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya
akan membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya akan membantu
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Mereka yang terlibat dalam penyiapan
kebijakan dan permusyawaratan kebijakan lebih mungkin untuk tunduk ketika kebijakan itu
berlaku, khususnya jika mereka adalah dikalangan mereka dari mereka yang dipengaruhi dan
mendapat dampak. Pembenaran ini adalah pembenaran yang timbul dari perdebatan terdahulu
dan lebih belakangan ini. Pateman berargumen partisipasi “membantu penerimaan keputusan
bersama” (1970: 43). Demikian pula, model-model keterlibatan misalnya debat publik,
keterlibatan dari mereka yang dipengaruhi, atau keterlibatan para ahli dibenarkan secara
fungsional dengan alasan bahwa mereka membantu meningkatkan penerimaan dan
pemecahan persoalan atau membantu memfasilitasi pelaksanaan. Partisipasi ini dapat juga
membantu pembuat kebijakan lebih tahu, dan karena para wakil dan kaum profesional
membuat keputusan yang didasarkan pada pengetahuan publik dan keahlian politik dan
profesional
Partisipasi tentu tidak datang dengan sendirinya. Hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat tidak serta merta terbangun secara demokratis dan partisipatif, sebab pemerintah
dimanapun akan cenderung otoritarian dan sentralistik bila tidak dihadapkan pada
pembatasan kekuasaan kekuasaan dan kontrol dari luar yang kuat. Di era otonomi daerah
sekarang, munculnya wacana dan gerakan partisipasi bukan semata inisatif dari pemerintah,
melainkan juga karena peran kekuatan-kekuatan intermediary dari sejumlah organisasi
masyarakat sipil. Begitu banyak lembaga non pemerintah (NGO) di Indonesia yang terus-
menerus memperjuangkan partisipasi masyarakat untuk membangkitkan suara rakyat dan
menentang dominasi elite dalam proses politik dan pembangunan.
C. Partisipasi dalam Demokrasi
Secara konstitusional, prinsip demokrasi dirumuskan dalam UUD Tahun 1945,
diantaranya pada Pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, yang diperkuat dengan isi Pasal 28 yang
menegaskan makna demokrasi terealisasi dengan adanya jaminan negara atas kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
14
Secara teoritis, terdapat sejumlah indikator empirik dalam praktek negara yang
demokratis diantaranya: adanya Pemilu, terlaksananya prinsip check and balances, adanya
rotasi kekuasaan yang obyektif, adanya partai politik yang demokratis, adanya kemerdekaan
hak-hak dasar, persamaan didepan hukum, dan akuntabilitas pejabat penyelenggara
pemerintahan dan kelembagaan negara.
Demokrasi yang kita inginkan adalah adanya mekanisme partisipasi rakyat yang
mampu mengawasi dan mengkontrol tindakan pengelola negara (Legislatif, Eksekutif,
Yudikatif). Dalam konteks ini, demokrasi yang perlu kita tegakkan adalah mekanisme politik
yang mengedepankan partisipasi setiap warga negara untuk berhak dalam menentukan
kebijakan pemerintahan sekaligus memiliki daya kontrol melalui adanya perlakuan yang
sama dalam kedudukan hukum dan pemerintahan. Artinya nilai demokrasi yang akan kita
kembangkan berhubungan dengan kualitas hubungan timbal balik antara pemerintah dan
pengelola kelembagaan negara dengan yang diperintah atau masyarakat umum.
Bagaimana rakyat dapat berpartipasi? Pertanyaan ini dapat diterangkan dari paparan
Robert Dahl (1971), yang menegaskan bahwa ada dua dimensi demokrasi yang satu sama lain
saling berkaitan. Dimensi pertama adalah tersedianya peluang persaingan bebas dan terbuka
untuk mendapatkan semua kedudukan dan kekuasaan. Dimensi kedua adalah terdapatnya
jaminan bagi partisipasi politik seluruh warga negara. Dalam konteks ini dapatlah kita
mengerti bahwa negara yang menerapkan demokrasi adalah negara yang mendorong warga
masyarakatnya untuk berinisiatif dan kreatif dalam mendapatkan jabatan atau kekuasaan
politik sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut, dimana mekanismenya
berlangsung melalui adanya pemilihan yang bersifat umum, bebas, rahasia, dan setara.
Karena itu, tidak ada artinya demokrasi tanpa adanya pemilihan umum. Pemilihan
umum yang memenuhi prinsip-prinsip demokrasi adalah Pemilu yang diselenggarakan secara
teratur dan terjadwal dengan sistem pemilihan langsung yang bebas dan rahasia.
Bagaimanakah cara menghasilkan Pemilu yang demokratis? Pemilu yang obyektif harus
dikendalikan oleh satu lembaga yang independen. Penyelenggara Pemilu tidak boleh
memihak pada salah satu kontestan atau peserta Pemilu. Selain itu, setiap warga negara
dalam menetapkan pilihannya haruslah terlindungi dan dijamin dengan undang-undang,
sehingga pilihannya merupakan suara nurani yang murni tanpa adanya paksaan, tekanan,
intimidasi dari pihak-pihak tertentu yang mengedepankan cara-cara inkonstitusional dalam
meraih kepentingannya.
Pemilu bukan hanya merupakan sarana mencari kekuasaan bagi partai, tetapi partai
membutuhkan dukungan suara sebagai modal untuk legitimasi pemerintahan yang dibentuk
15
oleh partai pemenang Pemilu. Karena itu, simpati masyarakat harus didapatkan oleh partai
politik peserta pemilu dengan berbagai aktivitas yang bernuansa pendidikan politik bagi
rakyat. Tujuan dari upaya meningkatkan partisipasi publik dalam Pemilu ini terkait dengan
pernyataan Almond dan Powell yang menyatakan bahwa sistem-sistem modern dimana
struktur politiknya berbeda-beda (partai-partai politik, kelompok kepentingan, dan media
massa) yang berkembang membentuk aktivitas budaya politik participant.
D. Partisipasi dan Pendidikan Politik
Proses demokratisasi dapat didekati dari partisipasi publik yang dilakukan sengaja
melalui disain kelembagaan (Marijan, 2010:128). Namun realitasnya di Indonesia,
demokratisasi tidak cukup hanya mengandalkan disain kelembagaan, dimana tersedianya
berbagai perundang-undangan yang menjamin kebebasan berpendapat, berekspresi, dan
berorganisasi ternyata tidak serta merta mendorong adanya partisipasi publik (disconnected
electoral). Pemilu tahun 2004 menjadi contoh, dimana corak kesukarelaan (voluntary)
pemilih untuk menyumbang partai politik yang sangat rendah, bahkan corak partisipasi
politiknya cenderung berhubungan dengan ’transaksi-transaksi material’ (Marijan, 2008:130).
Adanya komunikasi dan pendidikan politik yang efektif merupakan instrumen yang
signifikan dalam pengembangan partisipasi politik rakyat yang sering diperhatikan dalam
pelaksanaan Pemilihan Umum di negara-negara demokratis. Karena itu, tingkat partisipasi
politik masyarakat di negara berkembang merupakan masalah yang menarik bagi para ahli
politik. Secara umum definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok
orang yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih
pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Kegiatan berpartisipasi tersebut diantaranya, memberikan suara
pada Pemilu, menghadiri rapat umum (kampanye), menjadi anggota parpol atau organisasi
sosial politik yang underbauw partai politik, mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah atau parlemen yang bertujuan politik.
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya No Easy Choice: Political
Participation in Developing Countries menyatakan bahwa: partisipasi politik adalah kegiatan
warganegara yang bertidak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau illegal, efektif atau tidak efektif (Budiardjo, 1988:3).
16
Pemikiran mengenai partisipasi politik bagi negara demokratis berangkat dari prinsip
kedaulatan adalah ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkaan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-
orang yang akan menduduki jabatan-jabatan publik dan politis. Jadi partisipasi politik
merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh
masyarakat. Dalam negara demokratis makin banyak masyarakat mengambil peran makin
baik.
Partisipasi dapat berbentuk otonom (autonomous participation) dan partisipasi yang
dimobilisasi (mobilized participation). Pada umumnya orang beranggapan partisipasi politik
dalam bentuk yang positif saja, tetapi Huntington dan Nelson beranggapan bahwa
demonstrasi, teror, pembunuhan (lawan) politik, dan bentuk kekerasan lain yang bermotif
politik juga merupakan bentuk partisipasi. Namun Verba (Budiardjo: 1998) tidak mau masuk
dalam bentuk partisipasi yang rumit tersebut, akan tetapi membatasi diri pada tindakan-
tindakan yang legal. Metode atau cara berpartisipasi, intensitasnya terkait dengan keterikatan
atau posisi politik yang dimiliki seseorang.
Bagaimanakah warganegara atau orang-orang dapat rasional dalam
mengejawantahkan partisipasi politiknya? Hal ini dapat berlangsung manakala sudah
mengalami pendidikan politik, karena itu merupakan bagian dari pendidikan orang dewasa.
Khususnya diarahkan pada upaya membina kemampuan mengaktualisasikan-diri sebagai
pribadi yang otonom bebas dan pada sosialisasi-diri (pengembangan dimensi sosialnya),
dalam kaitannya dengan statusnya selaku warga Negara di suatu Negara. Aktualisasi-diri
dapat ditafsirkan sebagai sebagai mengaktualkan segala bakat dan kemampuan, sehingga
pribadi bias berkembang, lalu menjadi aktif dan kreatif, berkarya aktualisasi-diri sebagai
pribadi yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap sesama mahkluk hidup, dan
terhadap Tuhan. Selanjutnya dia berkewajiban memberikan partisipasi sosialnya kepada
masyarakat dan Negara selaku warga-masyarakat dan warganegara yang susila dan
bertangung jawab.
Senyatanya, dalam masyarakat modern sekarang, partisipasi penuh dan bertanggung
jawab dari rakyat itu tidak bisa berlangsung secara otomatis. Hal ini disebabkan antara lain
oleh kejadian sebagai berikut :
1. Terlalu kompleksnya susunan masyarakat modern dengan dimensi-dimensi sosial
dan politik yang saling terkait, yang sulit dipahami oleh orang awam, sehingga
orang tidak tahu bagaimana cara berpartisipasi di medan politik.
17
2. Banyak orang merasa tidak berdaya secara fisik maupun mental ideologis untuk
memahami, terlebih lagi untuk ikut mempengaruhi proses-proses sosial dan politik
di tengah masyarakat.
3. Masyarakat pada umumnya dengan sengaja lebih banyak difungsikan sebagai
obyek politik, konsumen politik dan pengikut politik yang total patuh tunduk,
tanpa mampu memahami kedudukan selaku warganegara di tengah macam-
macam struktur politik. Mereka merupakan “arus bawah” yang pada umumnya
ditekan oleh “majikan-majikan di atas”. Pada umumnya tidak menyadari adanya
hegemoni politik supremasi politik.
Sehubungan dengan kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan dan
ketidaktahuan politik, kemudian untuk merangsang partisipasi politik secara aktif dari rakyat
dalam usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik di alam demokrasi kita
sekarang. Hal ini sesuai dengan isi yang tersirat dalam Sila Keempat Pancasila kita. Sebab
tujuan pendidikan politik antara lain ialah:
1. Membuat rakyat menjadi melek-politik/sadar politik.
2. Meningkatkan kreatifitas rakyat dalam partisipasi sosial politik di era
pembangunan
3. Menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih nyaman dan
sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia.
Berkaitan dengan perilaku politik, dalam komunitas politik itu terjadi dua proses,
yaitu :
1. Pendidikan politik yang dilakukan secara intensional ( dengan sengaja dan dengan
tujuan tertentu);
2. Sosialisasi politik, yaitu proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan.
Sosialisasi politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan
tanpa refleksi harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari
struktur-struktur politik yang ada di masyarakat. Sedang pendidikan politik ialah untuk
mengarahkan anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah
kehidupan politik.
Telah kita simak, bahwa politik antara lain diartikan sebagai kegiatan menggunakan
kekuasaan dalam satu wilayah yang disebut Negara, untuk menyelesaikan : masalah-masalah
rakyat, dan pengaturan lembaga-lembaga negara beserta fungsinya
18
Sedang negara itu berasal ada dari kemauan rakyat, dan dengan sengaja dijadikan dari
kemauan rakyat, serta dengan sengaja pula dijadikan alat oleh rakyat untuk mencapai tujuan-
tujuan hidup tertentu.
Negara merupakan hasil persetujuan bersama sejumlah rakyat yang bertekad bulat
untuk membangun satu “wadah hidup” yaitu Negara. Karena Negara adalah sesuatu dari,oleh
dan untuk sekelompok manusia yang disebut RAKYAT tadi. Maka sudah ada kesadaran
politik pada rakyat. Negara merupakan organisasi politik yang berpemerintahan sendiri dan
menjalankan kekuasaannya lewat perorangan (kepala Negara) serta kelembagaanya yang
mewakili seluruh rakyat. Dengan begitu Negara tidak hanya menjadi urusan para elite
penguasa saja, akan tetapi menjadi : urusan seluruh rakyat untuk ikut serta menegakkan,
mengatur dan mempertahankan keberadaan Negara tersebut.
Agar rakyat benar-benar memahami hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara,
dan bisa berperan serta secara politik, rakyat memerlukan pendidikan politik yang sangat
diperlukan untuk legalitas perjuangan politik dalam meraih tujuan sosial-ekonomi dan
tujuan-tujuan politik tertentu. Selanjutnya, perjuangan politk selalu berlangsung dalam situasi
bertemunya macam-macam kekuatan sosial dan politik, dengan struktur organisasi, cara kerja
dan tujuan politik masing-masing. Maka di Negara/pemerintahan menuju ke hidup sejahtera.
Sebab partisipasi aktif (berbuat nyata) itu mempunyai pengaruh dan kekuatan, karena rakyat
bisa ikut dalam pengawasan terhadap perbuatan mengatur masyarakat dan Negara. Maka
menjalani proses politik lewat pendidikan politik dan belajar berpolitik tanpa bisa ikut
berbuat politik itu adalah sama saja dengan berenang-renang di atas kasur.
Sebaliknya, melakukan perbuatan politik tanpa pendidikan, dan tanpa “empan papan
(Empan papan adalah suatu sikap tertentu sehingga sikap itu tidak bertentangan dengan keadaan
dan aturan yang terjadi di tempat dan pada waktu tertentu di mana pelakunya tinggal”,
terjemahan bebas) bisa disebut sebagai aktivisme, yaitu berbuat awur-awuran, nekad tanpa
nalar, anarkhi atau perbuatan makar.
Dalam kegiatan pendidikan politik, orang-orang yang tengah belajar itu merupakan
siswanya. Sedang belajar politik itu mengandung konotasi sebagai berikut :
1. Lebih memahami diri sendiri dan situasi-situasi kondisi sekitarnya dalam konteks
Negara.
2. Mampu mawas secara kritis peristiwa-peristiwa politik.
3. Bisa menentukan sikap politik dengan tegas.
4. Sanggup memberikan penilaian yang adil terhadap perisitiwa-peristiwa politik.
5. Mau berbuat politik sesuai dengan hati nurani yang bersih dan bertanggung jawab.
19
Perlu juga diingat bahwa perbuatan manusia dan hasil-hasil karyanya misalnya dalam
bentuk pemerintahan, kekuasaan, lembaga kemasyarakatan, politik, kebudayaan, dan
seterusnya itu tidak akan pernah selesai dan sempurna. Yaitu bukan berupa struktur-struktur
yuridis formal yang mantap, bukan berupa institusi politik yang permanen, juga tidak ada
immanensi parlementer. Segala hasil tidak dengan tangan manusia itu tidak akan pernah
rampung dan sempurna; semuanya masih bisa dipertanyakan relevansinya. Dan menjadi
garapan yang selalu bisa diubah dan diperbaiki/direvisi, disesuaikan dengan prinsip efisiensi
dan tuntutan zaman; demi pemerataan keadilan dan kesejahteraan.
Selanjutnya, demokrasi juga bukan merupakan situasi yang sudah selesai/finished;
tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan digarap tanpa henti-hentinya
menuju kearah kemajuan dan kebaikan. Maka diperlukan pula demokratisasi pribadi
manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat pemerintah, agar
semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang. Dengan demikian,
demokrasi juga mengandung usaha :
1. Memperbesar kekuasaan-menentukan dari opini publik (pendapat umum) dan
partisipasi politik rakyat,
2. ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya pemerintahan menuju
ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Pendidikan politik itu bukan merupakan justifikasi dan rasionalisasi bagi struktur-
struktur kekuasaan yang ada, dengan bantuan alat-alat agogis. Juga bukan berupa sikap
defensive dari pemerintah kritik-kritik rakyat. Bukan pula wujud penyesuaian diri yang pasif
tanpa sadar dari rakyat terhadap situasi sosial dan politik yang tidak/kurang mapan pada saat
ini. Akan tetapi pendidikan politik bersungguh-sungguh ingin membukakan pengertian
kepada rakyat kan :
1. Tempat kedudukan politik warganegara di tengah masyarakat dan di tengah struktur-
struktur politiknya.
2. Hak dan kewajibannya yang seimbang selaku warganegara.
Maka ada kebutuhan pada rakyat yang menanyakan “Apakah semua urusan politik itu
sudah berjalan baik,benar dan adil”? Dan bagaimanakah cara penyelesaian politik yang
paling baik untuk mengatasi masalah-masalah sosial politik yang berkembang di tengah
masyarakat?
Wawasan politik yang kritis yang ditekankan dalam pendidikan politik itu diperlukan
untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial. Kemudian orang mencari
20
kemungkinan alternatif baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara
penyelesaian politik yang paling aman ditempuh. Dengan demikian akan berlangsung proses :
1. Penjernihan wawasan politik mengenai situasinya.
2. Antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-masa mendatang,
disusul dengan :
3. Redifinisi dan pengubahan terhadap pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang
bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga terhadap lembaga-lembaga politik dan
situasi masyarakatnya.
Pendidikan politik tidak bisa dilepaskan dari pandangan hidup/Lebensanschaung
rakyat dan dari struktur masyarakatnya. Jadi pada saat individu itu sadar menjadi
warganegara dan berbuat sebagai warganegara, maka dia melakukan perbuatan politik dan
belajar politik. Dengan begitu warganegara tersebut sadar atau tidak sadar merupakan figur
politik.dan seyogyanya dia memahami peranan politiknya. Juga memahami mengapa dia
harus bersikap kritis, dan untuk tujuan apa dia melakukan suatu perbuatan politik tertentu?
Maka sasaran pokok pendidikan politik adalah: (a) membuat warga Negara menjadi lebih
kritis dan lebih militant, (b) agar bisa menjalankan fungsi politiknya lebih efisien, dan (c)
memberikan sumbangan pada proses demokratisasi sejati di tengah iklim demokrasi.
E. Pemilih Cerdas dan Demokratisasi
Pemilu demokratis dapat tercapai manakala seluruh stakeholdernya yaitu KPU, Partai
Politik, Caleg dan calon peseorangan (DPD), serta pemilih sudah tepat memaknai sistem
Pemilu sesuai dengan asas pelaksanaannya yang secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Sisi lain yang dapat menjamin kualitas Pemilu efektifitas anggaran yang tersedia,
rasionalitas preferensi dan partisipasi pemilih yang tinggi.
Secara kuantitas, maka kontenstan Pemilu 2014 serta Pilkada dinilai banyak pihak
sudah mampu menerjemahkan demokrasi. Keadaan tersebut tergambar dari peserta pemilu
yang multi- partai (tahun 1999 oleh 48 Partai Politik, 2004 oleh 24 Partai Politik, 44 Partai
Tahun 2009, dan 12 Partai tahun 2014), adanya penyelenggara Pemilu yaitu Komisi
Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu yang independen, adanya partisipasi publik
dalam pengawasan dan pemantauan, serta tingginya angka pemilih yang memberikan
suaranya dalam Pemilu tahun 2009 dan 2014 yang lalu. Namun masih ada penilaian yang
tetap memandang Pemilu yang telah berlangsung hanyalah sekedar “pesta politik”, karena
belum mampu menghasilkan pemilih yang cerdas dalam berdemokrasi.
21
Dampak dari pilihan pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014, serta berbagai Pilkada yang
telah berlalu masih jauh dari harapan terbangunnya legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden yang telah dikontrol secara langsung oleh pemilih dalam format konstituensi dalam
berbagai pertemuan-pertemuan dan komunikasi yang teratur dan langsung. Dalam konteks
ini, kecenderungan partisipasi politik pemilih masih ditempatkan pada lajur partisipan politik
yang pasif dan parokial, dimana sebagian besar pemilih menetapkan pilihannya atas
patronase politik yang cenderung memiliki basis nilai memilih (preferensi) yang kurang
dilandasi atas kesadaran dan rasional bahwa kualitas dan kapasitas sebagai partai politik,
calon Presiden, calon Gubernur, calon DPD, dan calon Bupati/Walikota berdasarkan daya
penariknya (soft power) bagi pemilih pada Pemilu yang telah berlangsung. Artinya
kecerdasan pemilih belum menjadi dasar prilaku pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014 yang
lalu. Mengapa demikian?, salah satunya adalah karena lemahnya kualitas hasil pendidikan
politik dan adanya distorsi makna demokratisasi.
Pemilih cerdas yang kita inginkan adalah pemilih yang menggunakan rasionalitasnya
sebagai basis keterpikatannya (attraction) pada pilihannya. Karena pemilih yang cerdas yang
mampu menghasilkan pemimpin yang memiliki legitimasi kedaulatan rakyat. Selain itu,
pemilih yang cerdas yang mampu mengawasi dan mengisi kapasitas otoritas moral pimpinan
yang dipilihnya, yang prosesnya memerlukan rentang waktu dan mempersyaratkan
kapabilitas pemimpin yang mumpuni mengelola (managable) dengan nilai lebih yaitu
kemampuan berfikir sistemik.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Kabupaten Deli Serdang
Sebelum Perang Dunia II atau tegasnya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17-8-1945, Kabupaten Deli Serdang adalah merupakan daerah Kesultanan Deli dan
Serdang. Kesultanan Deli berkedudukan di Medan dan Kesultanan Serdang berkedudukan di
Perbaungan. Kedua wilayah tersebut dalam masa penjajahan adalah merupakan Keresidenan
Sumatera Timur sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kekuasaan kesultanan berakhir
dan struktur pemerintah disesuaikan dengan pemerintah Indonesia dan kesultanan Deli dan
Serdang dijadikan daerah Kabupaten Deli Serdang.
Daerah Kabupaten Deli Serdang juga merupakan daerah yang cukup terkenal di
kawasan nusantara, terutama karena devisa Negara yang berasal dari hasil bumi Kabupaten
Deli Serdang yang sangat potensial seperti karet, tembakau dan kelapa sawit. Melalui
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru telah kelihatan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor di Kabupaten Deli Serdang, dimana sektor pertanian
dan perkebunan menjadi pemeran utama dalam meningkatkan pendapatan para petani di
Kabupaten Deli Serdang.
Sejalan dengan lanjutnya pembangunan, maka pembangunan di bidang politik pun
berjalan cukup mantap, stabil dan dinamis, dengan adanya kerjasama yang harmonis antara
kekuatan sosial politik di kawasan ini merupakan modal yang tidak terhitung nilainya dalam
mewujudkan demokrasi Pancasila. Semangat persatuan dan kesatuan selalu menjiwai
pemerintah daerah Deli Serdang sehingga kestabilan politik tetap mantap dan terkendali.
Disamping itu, peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah terus bersinergi demi
berkesinambungannya pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang adil dan berkemakmuran.
A.1. Letak dan Keadaan Geografi
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur
Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara,
3016” dan 98033”- 99027” Bujur Timur dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan
laut.
Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,22 Km2 yang terdiri dari 22
Kecamatan, 380 desa dan 14 Kelurahan . Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan
23
Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan
di sebelah Timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan
penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak
mengandung uap air, sehungga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan
Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus
sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setengah tahun setelah melewati masa
peralihan bulan April-Mei dan Oktober-November. Menurut catatan Stasiun Klimatologi
Sampali, pada tahun 2013 terdapat rata-rata 17 hari hujan dengan volume curah hujan
sebanyak rata-rata 187 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 489 mm
dengan hari hujan sebanyak 22 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan
Maret sebesar 74 mm dengan hari hujan 4 hari.
Tabel IV.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Rasio terhadap Luas Wilayah Kabupaten
Deli Serdang tahun 2014
No Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Rasio terhadap luas
total (%) 1 Gunung Meriah 76,65 3,07 2 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu 223,38 8,94 3 Sibolangit 179,96 7,20 4 Kutalimbaru 174,92 7,00 5 Pancur Batu 122,53 4,91 6 Namo Rambe 62,30 2,49 7 Biru-Biru 89,69 3,59 8 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir 190,50 7,63 9 Bangun Purba 129,95 5,20 10 Galang 150,29 6,02 11 Tanjung Morawa 131,75 5,27 12 Patumbak 46,79 1,87 13 Deli Tua 9,36 0.37 14 Sunggal 92,52 3,70 15 Hamparan Perak 230,15 9,21 16 Labuhan Deli 127,23 5,09 17 Percut Sei Tuan 190,79 7,64 18 Batang Kuis 40,34 1,62 19 Pantai Labu 81,85 3,28 20 Beringin 52,69 2,11 21 Lubuk Pakam 31,19 1,25 22 Pagar Merbau 62,89 2,52 Jumlah 2.497,72 100,00 Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
24
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi
tenaga kerja akan terus berlangsungnya proses demografi. Bagia dari tenaga kerja yang aktif
dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Pada kondisi 2013, di Kabupaten Deli
Serdang terdapat 815.983 ribu penduduk angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100
penduduk usia kerja.
Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan
kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Meski demikian
jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang
ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja. Pada tahun 2013 dari
total angkatan kerja sebesar 815.983 ribu, sekitar 92,46 persen dari mereka telah bekerja dan
sebagian dari mereka tidak bekerja 7,54 persen.
Tabel IV.2 Banyaknya Desa, Kecamatan, Nama Ibukota Kecamatan, dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Lubuk Pakam
No Kecamatan Nama Ibukota Banyak Desa Banyak
Kelurahan Jarak Ibukota ke
Lubuk Pakam 1 Gunung Meriah G. Meriah 12 - 65 2 STM. Hulu Tiga Juhar 20 - 71 3 Sibolangit Bandar Baru 30 - 71 4 Kutalimbaru Kutalimbaru 14 -- 54 5 Pancur Batu Pancur Batu 25 - 48 6 Namo Rambe Namo Rambe 36 - 48 7 Biru-Biru Biru-Biru 17 - 55 8 STM. Hilir Talun Kenas 15 - 37 9 Bangun purba Bangun Purba 24 - 25 10 Galang Galang 28 1 18 11 Tanjung Morawa Tj. Morawa 25 1 12 12 Patumbak Patumbak 8 - 46 13 Deli Tua Deli Tua 3 3 42 14 Sunggal Sunggal 17 - 40 15 Hamparan Perak H. Perak 20 - 56 16 Labuhan Deli Helvetia 5 - 52 17 Percut Sei Tuan Tembung 18 2 42 18 Batang Kuis Batang Kuis 11 - 12 19 Pantai Labu Pantai Labu 19 - 11 20 Beringin Beringin 11 - 6 21 Lubuk Pakam Lubuk Pakam 6 7 - 22 Pagar Merbau Pagar Merbau 16 - 4
Jumlah 380 14 - Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
25
Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat
menunjang dalam peningkatan mutu pendidikan. Pada tahun 2013 tedapat 261 buah taman
kanak-kanak dengan jumlah murid 12.363 orang dan guru sebanya 793 orang. Sementara itu
untuk sekolah dasar terdapat 812 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing
206.487 orang dan 11.605 orang. Untuk Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) terdapat 246
sekolah, 73.966 orang murid dan 6.033 orang guru.Pada tahun yang sama jumlah sekolah
Lanjutan atas (SMU) umum terdapat 123 sekolah dengan jumlah murid 25.056 orang dan
guru 2.968 orang, untuk Sekolah kejuruan terdapat 125 sekolah, 33.844 orang murid dan
3.435 orang guru.
Selain itu di Deli Serdang juga terdapat sekolah agama (madrasah) yang setara dengan
sekolah umum, yaitu :
- 157 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan 28.311 murid dan 1.171 guru.
- 119 Madrasah Tsanawiyah (MTs) debgab 21.165 murid dan 1.807 guru.
- 34 Madrasah Aliyah (MA) dengan 4.417 murid dan 554 guru.
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan
manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak
langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Kesehatan merupakan salah satu hal
terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
yang memadai sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan amsyarakat sekaligus
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 21 buah
rumah sakit umum (RSU) milik pemerintah dan swasta. Dengan total kapasitas tempat tidur
berjumlah 1.800 buah. Sedangkan puskesmas yang ada berjumlah 34 buah juga terdapat
Puskesmas Pembantu dan Rumah Bersalin masing-masing berjumalh 104 dan 133.
Tenaga Medis yang tersedia di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang ada 163 orang
dokter umum/spesialis dan 72 orang dokter gigi. Sementara itu tenaga medis pemerintah
lainnya seperti perawat/bidan ada 1.709 orang, dengan jumlah apotek umum sebanyak 144
buah. Di Kabupaten Deli Serdang, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2012 jumlah PUS sekitar 322.731 dan meningkat
menjadi 328.273 pada tahun 2013.
26
Tabel IV.3. Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas Wilayah
dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan
No Kecamatan Banyak
Desa/Kelurahan
Luas
Wilayah
(m2)
Banyak
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Penduduk
Persentase
(%)
1 Gunung Meriah 12 76,65 2.632 34 0,14
2 STM. Hulu 20 223,38 12.994 58 0,69
3 Sibolangit 30 179,96 20.756 115 1,10
4 Kutalimbaru 14 174,92 37.758 216 2,00
5 Pancur Batu 25 122,53 89.469 730 4,74
6 Namo Rambe 36 62,30 38.583 619 2,05
7 Biru-Biru 17 89,69 35.887 400 1,90
8 STM. Hilir 15 190,50 32.267 169 1,71
9 Bangun purba 24 129,95 22.749 175 1,21
10 Galang 29 150,29 64.912 432 3,44
11 Tjg. Morawa 26 131,75 202.870 1540 10,75
12 Patumbak 8 46,79 93.522 1999 4,96
13 Deli Tua 6 9,36 63.877 6824 3,39
14 Sunggal 17 92,52 257.070 2779 13,63
15 Hamparan Perak 20 230,15 158.034 687 8,38
16 Labuhan Deli 5 127,23 63.431 499 3,36
17 Percut Sei Tuan 20 190,79 405.434 2125 21,49
18 Batang Kuis 11 40,34 59.281 1470 3,14
19 Pantai Labu 19 81,85 45.440 555 2,41
20 Beringin 11 52,69 55.276 1049 2,93
21 Lubuk Pakam 13 31,19 85.366 2737 4,53
22 Pagar Merbau 16 62,89 38.780 617 2,06
Jumlah 394 2.497,72 1.886.388 755 100
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
27
Tabel IV.4. Data Kecamatan, Penduduk Dewasa dan Anak-anak menurut Jenis
Kelamin tahun 2013
No Kecamatan Jumlah RT
Dewasa
Banyak Penduduk
Anak-Anak
Banyak Penduduk
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Gunung Meriah 801 961 966 365 340
2 STM. Hulu 3.467 4.430 4.270 2.106 2.188
3 Sibolangit 5.829 7189 7399 3180 2988
4 Kutalimbaru 9.426 12.549 12.806 6.243 6.160
5 Pancur Batu 22.430 30.760 31.487 14.046 13.176
6 Namo Rambe 9.745 12.798 13.493 6.291 6.001
7 Biru-Biru 9.158 12.199 12.312 5.834 5.542
8 STM. Hilir 8.380 11.071 10.855 5.323 5.018
9 Bangun purba 5.712 7.725 7.835 3.653 3.536
10 Galang 16.168 22.655 22.489 9.964 9.804
11 Tjg. Morawa 48.068 69.537 69.274 32.762 31.297
12 Patumbak 22.386 31.800 31.414 15.591 14.717
13 Deli Tua 14.761 21.837 23.398 9.612 9.030
14 Sunggal 60.567 89.631 89.882 39.773 37.784
15 Hamparan Perak 38.675 54.933 53.714 25.387 24.000
16 Labuhan Deli 15.041 22.388 21.814 9.857 9.372
17 Percut Sei Tuan 94.492 140.751 141.553 63.043 60.087
18 Batang Kuis 13.955 20.347 20.034 9.713 9.187
19 Pantai Labu 10.683 15.595 14.589 7.836 7.420
20 Beringin 13.056 19.240 18.900 8.784 8.352
21 Lubuk Pakam 20.133 29.689 31.2014 12.632 11.841
22 Pagar Merbau 9.465 13.051 13.255 6.139 6.335
Deli Serdang 452.398 651.136 652.943 298.134 284.175
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
Data hasil survai ini berorientasi pada lokasi bermukim 400 responden di 22 (dua
puluh dua) Kecamatan yang tersebar di 80 desa. (Nama Kecamatan dan Kelurahan,
terlampir). Profil responden memiliki korelasi terhadap beragam aspek yang terkait dengan
pemilu, terutama tingkat partisipasi, referensi pilihan, dan penilaian responden terhadap
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
28
Tahun 2013, partai politik, dan caleg yang dipilihnya pada pemilu Legislatif Tahun 2014
serta Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Pilpres Tahun 2014.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Laki-laki 201 50,25 50,25 50,25
Perempuan 199 49,75 49,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.5. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin responden terdiri dari 201 orang laki-laki (50,25 %) dan 199 orang
perempuan (49,75 %), serta berstatus kepala keluarga 178 orang (44,50 %), 177 orang (44,25
%) berstatus istri, dan 45 orang berstatus anak dalam rumah tangga responden penelitian ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Anak 45 11,25 11,25 11,25Istri 177 44,25 44,25 55,50Kepala Keluarga 178 44,50 44,50 100,00Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.6. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
B. Purba 5 1,25 1,25 1,25
Bandar baru 5 1,25 1,25 2,50
Bandar Khalifah 5 1,25 1,25 3,75
Bandar Kuala 5 1,25 1,25 5,00
Baru 5 1,25 1,25 6,25
Batu Layang 5 1,25 1,25 7,50
Batu Penjemuran 5 1,25 1,25 8,75
Bingkawan 5 1,25 1,25 10,00
Bintang Meriah 5 1,25 1,25 11,25
Biru-Biru 5 1,25 1,25 12,50
29
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Bulu Cina 5 1,25 1,25 13,75
Deli Tua Barat 5 1,25 1,25 15,00
Denai Sarang Burung 5 1,25 1,25 16,25
Durian 5 1,25 1,25 17,50
Galang Barat 5 1,25 1,25 18,75
Galang Kota 5 1,25 1,25 20,00
Gunung Rintih 5 1,25 1,25 21,25
Helvetia 5 1,25 1,25 22,50
Helvetia Sunggal 5 1,25 1,25 23,75
Hulu 5 1,25 1,25 25,00
Jaba 5 1,25 1,25 26,25
Jati Kesuma 5 1,25 1,25 27,50
Juhar Baru 5 1,25 1,25 28,75
K.S Kampung 5 1,25 1,25 30,00
Karang Anyar 5 1,25 1,25 31,25
Kedai Durian 5 1,25 1,25 32,50
Kenanga 5 1,25 1,25 33,75
Kolam 5 1,25 1,25 35,00
Kuala Dekah 5 1,25 1,25 36,25
Kuta Jurung 5 1,25 1,25 37,50
Kuta Tengah 5 1,25 1,25 38,75
Kuta Tualah 5 1,25 1,25 40,00
Lama 5 1,25 1,25 41,25
Lengau Seprang 5 1,25 1,25 42,50
Limau Manis 5 1,25 1,25 43,75
Lubuk Pakam Pekan 5 1,25 1,25 45,00
Mardinding Julu 5 1,25 1,25 46,25
Marjanji Tongah 5 1,25 1,25 47,50
Namo Mbelin 5 1,25 1,25 48,75
Namorube Julu 5 1,25 1,25 50,00
P. Merbau II 5 1,25 1,25 51,25
P. Sibaji 5 1,25 1,25 52,50
Paku 5 1,25 1,25 53,75
30
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Paluhmanan 5 1,25 1,25 55,00
Parbarakan 5 1,25 1,25 56,25
Pasar Melintang 5 1,25 1,25 57,50
Patumbak I 5 1,25 1,25 58,75
Penara Kebun 5 1,25 1,25 60,00
Perguroan 5 1,25 1,25 61,25
Petapahan 5 1,25 1,25 62,50
Pisang Pala 5 1,25 1,25 63,75
Rambung baru 5 1,25 1,25 65,00
Rantau Panjang 5 1,25 1,25 66,25
Rumah Pilpil 5 1,25 1,25 67,50
Rumah Sumbul 5 1,25 1,25 68,75
Salam Tani 5 1,25 1,25 70,00
Sembahe 5 1,25 1,25 71,25
Sena 5 1,25 1,25 72,50
Sialang 5 1,25 1,25 73,75
Sibaganding 5 1,25 1,25 75,00
Sibunga-bunga Hilir 5 1,25 1,25 76,25
Sidodadi 5 1,25 1,25 77,50
Sidodadi Ramunia 5 1,25 1,25 78,75
Sigara-Gara 5 1,25 1,25 80,00
SM Diski 5 1,25 1,25 81,25
Sudirejo 5 1,25 1,25 82,50
Suka Dame 5 1,25 1,25 83,75
Sukarende 5 1,25 1,25 85,00
Sumbul 5 1,25 1,25 86,25
T. Selamat 5 1,25 1,25 87,50
Tanjung Anom 5 1,25 1,25 88,75
Tanjung Muda 5 1,25 1,25 90,00
Tanjung Mulia 5 1,25 1,25 91,25
Tanjung Siporkis 5 1,25 1,25 92,50
Telaga Sari 5 1,25 1,25 93,75
Telaga Tujuh 5 1,25 1,25 95,00
31
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tembung 5 1,25 1,25 96,25
Tiga Juhar 5 1,25 1,25 97,50
Tuntungan II 5 1,25 1,25 98,75
Ujung Labuhan 5 1,25 1,25 100,0
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Lama bermukim penduduk merupakan variabel lain untuk menelusuri integritas
individual terhadap lingkungan sosial, yang tergambar dalam simbol status sosial dan gaya
hidup (life style). Berdasarkan lama bermukim di tempat tinggalnya ternyata 89,25 % (357
orang) responden sudah lebih dari 10 tahun berdiam di lokasi penelitian, namun ada pula 43
orang responden (10,75 %) yang tergolong baru tinggal yaitu di bawah 10 (sepuluh) tahun.
Tabel IV.8. Komposisi Responden berdasarkan lama tinggal
di daerah ini
Lama Tinggal di desa Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 1 0,25 0,25 0,25
Kurang dari setahun 1 0,25 ,0,25 0,50
1-2 tahun 2 0,50 0,50 1,00
3-4 tahun 5 1,25 1,25 2,25
5-6 tahun 10 2,50 2,50 4,75
7-8 tahun 12 3,00 3,00 7,75
9-10 tahun 12 3,00 3,00 10,75
Diatas 10 tahun 357 89,25 89,25 100,00
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia antara <21 – 60> (antara usia 17
tahun sampai di atas 60 tahun) dimana terdapat 5,50 % (22 responden) dalam kelompok usia
pemilih pemula, sedangkan untuk kelompok usia potensial (21 – 60 tahun) sebanyak 346
responden (86,50 %) dan kelompok lansia (lanjut usia) sebanyak 32 responden (8,00 %).
32
Tabel IV.9. Kelompok Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
<21 22 5,50 5,50 5,50
21-30 54 13,50 13,50 19,00
31-40 104 26,00 26,00 45,00
41-50 128 32,00 32,00 77,00
51-60 60 15,00 15,00 92,00
>60 32 8,00 8,00 100,00
Total 400 100,00 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Berbasis karakter agama, maka responden survai ini terdiri dari beragama Islam 254
orang (63,50 %), Protestan 109 orang (27,25 %), dan Katolik 34 orang (8,50 %), serta Budha
terdapat 3 orang (0,75 %).
Tabel IV.10. Agama Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Islam 254 63,50 63,50 63,50
Protestan 109 27,25 27,25 90,75
Katolik 34 8,50 8,50 99,25
Buddha 3 0,75 0,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Keanekaragaman sosial budaya Sumatera Utara terlihat dari beragamnya latar
belakang suku penduduknya, hal ini tergambar pula dari analisis unit suku (ethnic unit
analysis) responden penelitian ini. Berdasarkan latar belakang etnik responden yang terpilih
dalam penelitian memperlihatkan ragam yang bukan didominasi etnik tempatan yaitu suku
Melayu hanya 34 orang (8,50 %) dan Karo 131 orang (32,75 %). Komposisi etnik masyarakat
yang berdiam di Kabupaten Deli Serdang justru didominasi suku pendatang yaitu Jawa 163
orang (40,75 %). Selain itu terdapat suku Mandailing 18 orang (4,50 %), etnik Batak Toba 17
33
orang (4,25 %), Minang 5 orang (1,25 %), Simalungun 18 orang (4,50 %), Banjar 4 orang
(1,00 %), Sunda 8 orang (2, 00 %) dan Aceh berjumlah 1 orang (0,25 %).
Tabel IV.11. Suku Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Jawa 163 40,75 40,75 40,75
Tionghoa 3 0,75 0,75 41,50
Minang 5 1,25 1,25 42,75
Aceh 1 0,25 0,25 43,00
Banjar 4 1,00 1,00 44,00
Sunda 6 1,50 1,50 45,50
Melayu 34 8,50 8,50 54,00
Toba 17 4,25 4,25 58,25
Mandailing 18 4,50 4,50 62,75
Simalungun 18 4,50 4,50 67,25
Karo 131 32,75 32,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Dari segi jenjang pendidikan yang telah dikecap oleh responden menunjukkan yang
terbanyak berpendidikan menengah atas yaitu sebanyak 199 orang (49,75%). Selain itu,
responden yang berpendidikan tinggi yang sudah menamatkan pendidikannya sebanyak 29
orang (7,25%) dari Perguruan Tinggi/Universitas, yang berjumlah 21 orang (5,25%), serta
96 orang (24,00 %) yang tamat SMP, 41 orang (10,25%) tamat SD dan 22 orang (5,50 %)
tidak menyelesaikan tamat SD serta yang tidak pernah bersekolah sama sekali sebanyak 28
orang (7,00 %).
34
Tabel IV.12. Tingkat Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 7 1,75 1,75 1,75
Tidak pernah sekolah 6 1,50 1,50 3,25
Tidak tamat SD 22 5,50 5,50 8,75
Tamat SD 41 10,25 10,25 19,00
Tamat SLTP 96 24,00 24,00 43,00
Tamat SLTA 199 49,75 49,75 92,75
Tamat Akademi/diploma 8 2,00 2,00 94,75
Tamat S-1 atau lebih tinggi 21 5,25 5,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Konsekuensi dari pendidikan yang dikecap responden berhubungan dengan
kemampuan memahami pesan-pesan tertulis dan lisan yang dikomunikasikan oleh partai
politik dan caleg menjelang pemilu legislatif tahun 2014 lalu. Dalam konteks ini, sebesar
99,75 % responden (399 orang) mengakui mampu membaca huruf dan angka.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Bersekolah 394 98,50 98,50 98,50
Bisa 5 1,25 1,25 99,75
Tidak bisa 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.13. Kalau Tidak Sekolah, apakah bisa baca/tulis ?
Berdasarkan status perkawinan, dimana 351 orang (87,75 %) berstatus kawin, 44
orang (11,00) masih berstatus single, terdapat 5 orang (1,25%) berstatus duda/janda.
35
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, Kawin 351 87,75 87,75 87,75
Tidak Kawin 44 11,00 11,00 98,75
Ya,tapi cerai 5 1,25 1,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.14. Status Perkawinan Responden
C.2. Keadaan Ekonomi dan Kelembagaan Sosial
Pekerjaan responden beragam selaras dengan karakter Kabupaten Deli Serdang yang
berkarakter sub-urban dimana mayoritas responden memiliki mata pencaharian sebagai
petani sebanyak 96 orang ( 24,00%), wiraswasta atau mempunyai usaha sendiri yaitu
sebanyak 78 orang (19,50 %). Selain itu, ada pegawai swasta berjumlah 28 orang (7,00%)
dan Buruh 19 orang (4,75 %), guru 9 orang (2,25 %), Tukang Becak 1 orang (0,25%), PNS
12 orang (3,00 %), supir 2 orang (0,50 %), purnawirawan 1 orang (0,25 %), Bidan 2 orang
(0,50%), kepala Dusun 1 orang (0,25 %), Nelayan 1 orang (0,25 %), Pegawai Desa 1 (0,25
%). Sisanya sebanyak 149 orang (37,25%) adalah responden tidak bekerja, seperti Ibu Rumah
Tangga 94 orang, masih bersekolah 33 orang dan sedang dalam mencari pekerjaan 22 orang.
36
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Bekerja 149 37,25 37,25 37,25
Bidan 2 0,50 0,50 37,75
Buruh 19 4,75 4,75 42,50
Guru 9 2,25 2,25 44,75
Kepala Dusun 1 0,25 0,25 45,00
Nelayan 1 0,25 0,25 45,25
Pegawai Desa 1 0,25 0,25 45,50
Pegawai Swasta 28 7,00 7,00 52,50
Petani 96 24,00 24,00 76,50
PNS 12 3,00 3,00 79,50
Purnawirawan 1 0,25 0,25 79,75
Supir 2 0,50 0,50 80,25
Tukang Becak 1 0,25 0,25 80,50
Wiraswasta 78 19,50 19,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.15 Komposisi Responden berdasarkan Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Masih sekolah 33 22,15 22,15 22,15
Ibu rumah tangga 94 63,09 63,09 85,23
Sedang mencari pekerjaan 22 14,77 14,77 100,00
Total 149 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel VI.16. Sebab Responden Tidak Bekerja
Jenis sumber mata pencaharian memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan.
Berdasarkan paparan tersebut, ternyata sebagian besar responden yaitu 146 orang (36,50 %)
memiliki penghasilan dibawah Rp 1 juta, 139 orang (34,75%) memiliki penghasilan sedang
yaitu lebih besar Rp. 1.000.001 -Rp. 2. 000.000,- . Sedangkan 92 orang (23,00 %) termasuk
berpenghasilan tinggi yaitu diatas Rp. 2.000.000,- perbulannya. Responden lainnya tidak
menjawab, sebanyak 23 orang (5,75%).
37
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Menjawab 23 5,75 5,75 5,75
≤ Rp 500.000 48 12,00 12,00 17,75
> Rp 500.000 - Rp 1.000.000 98 24,50 24,50 42,25
> Rp 1.000.00 - Rp 2.000.000 139 34,75 34,75 77,00
> Rp 2.000.001 - Rp 4.000.000 78 19,50 19,50 96,50
> Rp 4.000.001 - Rp 8.000.000 13 3,25 3,25 99,75
> Rp 8.000.000 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.17. Pendapatan perbulan
C.3. Kapasitas Sarana Informasi
Media massa dan elektronik merupakan instrumen transfer informasi pengetahuan,
hiburan, berita, maupun nilai-nilai sosial budaya, ekonomi dan politik yang dapat dikenali
dari pesan visual dan audiovisual. Berdasarkan kepemilikannya maka 389 responden (97,25
%) ternyata di rumahnya telah ada televisi, dan 11 responden (2,75 %) menyatakan tidak
memiliki televisi di rumahnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 389 97,25 97,25 97,25
Tidak 11 2,75 2,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.18. Kepemilikan Responden atas Televisi
Selain itu, untuk menambah sumber referensi responden dalam prilaku sosial, budaya,
ekonomi dan politik dilakukan dengan membaca koran, majalah dan sumber bacaan lainnya.
Membaca, menonton TV dan mendengar radio merupakan aktivitas pendukung utama bagi
38
masyarakat untuk memperoleh beragam informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam meningkatkan kualitas prilaku dan referensi pilihan.
Terkait dengan pernyataan tersebut, selain menonton TV dari berbagai stasiun TV swasta dan
nasional, serta mendengar radio dengan frekuensi FM dan AM yang ada di kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang, tampaknya responden juga menambahkan bobot prilakunya sehari-
hari termasuk untuk partisipasi politik dan pilihan politiknya dengan membaca koran,
majalah dan media cetak lainnya dengan cara berlangganan di rumah menurut 26 orang
responden (6,50 %), membaca media cetak yang tersedia di kantor atau tempat aktivitas
menurut 87 orang (21,75%), dan dengan membeli media secara eceran setiap hari maupun
hari-hari tertentu saja menurut 70 orang responden (17,50 %). Sedangkan lainnya, yaitu
sebanyak 217 orang (54,25 %) ternyata tidak membaca media cetak secara reguler.
Selengkapnya mengenai gambaran prilaku responden dalam membaca media cetak dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, berlangganan di rumah 26 6,50 6,50 6,50
Ya, membaca di kantor atau tempat aktivitas
87 21,75 21,75 28,25
Ya, memberi eceran hari-hari tertentu
70 17,50 17,50 45,75
Tidak membaca 217 54,25 54,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.19. Apakah pernah membaca Koran ?
C. 4. Kapasitas Responden Dalam Mengikuti Organisasi Sosial Budaya Dan
Politik
Memasuki organisasi dan kelembagan sosial politik merupakan wadah untuk
membangun pengalaman kepemimpinan dan relasi sosial politik. Dengan melakoni peranan
yang dilabelkan oleh struktur organisasi sosial politik, maka seseorang atau sekelompok
orang dapat meningkatkan kapasitas dan kinerja sosial politiknya. Aktivitas sosial dan
partisipasi dalam politik secara teoritis mewarnai preferensi dan pilihan dalam pemberian
suara dalam pemilu. Karena keikutsertaan dalam organisasi sosial, partai politik, dan
organsisasi keagamaan dapat mempengaruhi pragmatisme, primordialime, rasionalitas, dan
39
demokratisnya seseorang dalam memberikan pilihan dan menawarkan pertimbangan-
pertimbangan yang menentukan kebijakan dan keputusan politik.
Selain itu, berbagai dinamika yang muncul ketika melakukan aktivitas sosial dan
politik menyebabkan seseorang skeptis ataupun optimis terhadap pilihan politiknya, karena
pengalamannya merupakan pedoman untuk menetapkan pilihan politik. Dengan adanya
pengalaman politik ini maka akan meningkatlah kapasitas wawasan politik kritis para
responden penelitian ini, karena wawasan politik yang kritis sebagai manfaat pendidikan
politik itu diperlukan untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial, yang
selanjutnya dapat membangkitkan kreativitas orang-orang mencari kemungkinan alternatif
baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara penyelesaian politik yang paling
aman ditempuh, yang keadaan ini berlangsung dari proses penjernihan wawasan politik
mengenai situasinya, dan antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-
masa mendatang, yang disusul dengan adanya upaya redifinisi dan pengubahan terhadap
pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga
terhadap lembaga-lembaga politik dan situasi masyarakatnya (Kartini: 2009).
Berdasarkan paparan teoritik tersebut, sebagian besar responden ternyata berprilaku
berbeda dimana mereka bukanlah anggota dari berbagai organisasi sosial politik yang ada
dalam formasi kelembagaan sosial politik Indonesia, terutama kelembagaan yang merupakan
basis pembangun struktur kekuatan politik. Rendahnya aktivitas responden dalam beragam
aktivitas sosial, politik, keagamaan, seni dan budaya, asosiasi profesi, serikat buruh, maupun
LSM secara teoritis menunjukkan prilaku pemilih yang masih bersifat parochyal political
participant (Miriam Budiardjo: 2010). Oleh karena itu sangat menarik untuk mengetahui
siapa saja di antara warga masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan politik dan siapa saja
yang tidak; sampai seberapa besar tingkat partisipasi politik warga masyarakat; siapa yang
berpartisipasi rendah dan siapa yang tinggi; apa ciri-ciri partisipan dan apa ciri-ciri non
partisipan; serta apa dampak partisipasi terhadap keputusan yang dibuat penguasa politik dan
dampak tindakan-tindakan penguasa politik terhadap partisipasi politik.
Terpusatnya perhatian para ilmuwan politik pada kegiatan politik yang dijalankan
oleh anggota masyarakat sebagai warga negara biasa (private citizen menurut istilah
Huntington dan Nelson) berarti bahwa partisipasi politik adalah salah satu bentuk saja dari
kegiatan politik. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warga negara dalam kedudukannya
sebagai rakyat biasa disebut sebagai partisipasi politik, sesuai dengan salah satu ciri dari teori
partisipasi politik yang berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, dan
berhubungan dengan penentuan pejabat-pejabat politik (Rauf, 1991: 10)
40
Tapi kegiatan politik yang dijalankan oleh para penguasa politik mereka juga warga
negara dan anggota masyarakat dalam kedudukan mereka sebagai pengambil keputusan tidak
dapat dinamakan partisipasi politik. Kegiatan itu hanya dapat disebut sebagai kegiatan politik
saja. Jadi, partisipasi politik mengandung adanya sasaran yang ingin dituju, yaitu proses
pembuatan keputusan politik; partisipan bertujuan untuk mempengaruhi keputusan politik
yang akan diambil agar keputusan itu menguntungkannya atau paling tidak, tidak
merugikannya.
Kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh penguasa politik dalam kedudukannya
sebagai pembuat dan pengambil keputusan politik jelas merupakan kegiatan politik. Para
pengambil keputusan ( decision makers) yang menghasilkan keputusan politik, seharusnya
menjalankan kegiatan politik, dalam bentuk mengikutsertakan masyarakat untuk memberikan
masukan yang akan menjadi pertimbangan untuk dijadikan keputusan politik.
Terkait dengan rendahnya partisipasi dan aktivitas masyarakat dalam berbagai
organisasi, kelembagaan dan partai politik. yang menjauhkan atau menyenjangkan penafsiran
dari elite politik terhadap pikiran dan kepentingan pemilihnya. Sedikitnya anggota
masyarakat yang terlibat dalam aktivitas sosial dan politik, berkorelasi pula dengan tingginya
kerahasiaan dan belum pastinya pilihan pemilih dalam menentukan partai politik yang
dicoblos dalam pemilu 2014. Sebaliknya secara teoritis, aktifnya anggota masyarakat dalam
berbagai kelembagaan sosial dan partai politik semakin meningkatkan komunikasi dengan
elit politik, semakin mudah mengakses informasi dan rencana kebijakan publik yang akan
digodok oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Deli
Serdang.
Tabel IV.20. Komposisi Responden berdasarkan anggota aktif, anggota tidak aktif atau
bukan anggota organisasi atau perkumpulan.
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
a.
Organisasi keagamaan (misalnya dalam Islam ada
NU, Muhammadiyah, majlis taklim, remaja mesjid;
kalau dalam Kristen ada HKBP, Methodist, HKI,
GKPS, GBKPdan sebagainya)
51,00% 12,50% 36,50%
b. Organisasi olahraga, seperti klub sepakbola, senam,
bela diri, dll 91,50% 3,75% 4,75%
c. Organisasi sosial, seperti karang taruna, dharma
wanita, PKK, organisasi marga, dll 82,25% 2,25% 15,50%
41
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
d. Perhimpuan seni dan budaya, seperti seni suara, seni
lukis, seni tari, dan lain-lain 96,25% 1,00% 2,75%
e. Organisasi profesi, seperti ikatan dokter, PGRI,
pengacara, dll 95,50% 2,00% 2,50%
f. Serikat pekerja/buruh, serikat tani, serikat dagang 97,25% 1,25% 1,50%
g. Lembaga Swadaya Masyarakat 97,25% 1,25% 1,50%
h. Partai politik 97,50% 1,25% 1,25%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Kalau kita perhatikan tabel diatas tergambar bahwa keikutsertaan dari responden
sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi keagamaan (36,50 %) dan
organisasi sosial (15,50 %). Sedangkan yang aktif dalam kegiatan LSM dan partai politik
sangat rendah yaitu masing-masing 1,50 % dan 1,25 %. Gambaran ini memberikan arti
bahwa tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau elite
politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang berdampak
pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit dengan aspirasi
masyarakatnya. Karena secara teori kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan
dan ketidaktahuan politik, maka untuk merangsang partisipasi politiknya secara aktif dalam
usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik,yang bertujuan untuk : (a) Membuat
rakyat menjadi melek-politik/sadar politik, (b) lebih kreatif dalam partisipasi sosial politik di
era pembangunan, (c) menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih
nyaman dan sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia (Kartini: 2009).
Leluasanya anggota DPRD dalam menafsirkan bentuk hubungan dan dukungan yang
kondusif ataupun depresif kepada birokrasi pemerintahan sesungguhnya terkondisi oleh
rendahnya mekanisme kontrol masyarakat, karena pemilihan anggota DPRD yang langsung
dipilih oleh voter harusnya berkorelasi langsung dengan fungsi partai politik sebagai
instrumen artikulasi kepentingan dan wadah komunikasi politik antar elite dan pemilihnya.
Kenyataannya seringkali kebijakan pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang disetujui oleh
DPRD mencerminkan jauhnya realita dari bayangan kepentingan konstituen dan pemilih para
anggota dalam Pemilu tahun 2009 lalu.
Karena apa demikian? Menurut Kartini (2000), demokrasi bukan merupakan situasi
yang sudah selesai/finished; tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan
42
digarap tanpa henti-hentinya menuju kearah kemajuan dan kebaikan yang memerlukan
demokratisasi pribadi manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat
pemerintah, agar semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang.
Sehingga fungsi partai politik dan kinerja anggota DPRD diharapkan dapat bermanfaat bagi:
(a) memperbesar kekuasaan dalam menentukan opini publik (pendapat umum) serta
partisipasi politik rakyat (b) ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya
pemerintahan menuju ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Fungsi lembaga-lembaga demokrasi di Kabupaten Deli Serdang sangat diperlukan
mengingat berbagai permasalahan pembangunan yang harus diatasi, sehubungan dengan letak
strategis Kabupaten Deli Serdang sebagai satelit dari wilayah ibukota Provinsi Sumatera
Utara yang struktur masyarakatnya sudah masuk klasifikasi modern dan kota metropolitan
nomor tiga di Indonesia.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Air PAM 3 0,75 0,75 0,75
Masalah ekonomi 241 60,25 60,25 61,00
Masalah keamanan 27 6,75 6,75 67,75
Masalah kebersihan 12 3,00 3,00 70,75
Masalah kesehatan 3 0,75 0,75 71,50
Masalah lalu lintas 2 0,50 0,50 72,00
Masalah moral dan etika 2 0,50 0,50 72,50
Masalah pelayanan public 3 0,75 0,75 73,25
Masalah pemadaman listrik 2 0,50 0,50 73,75
Masalah pendidikan 51 12,75 12,75 86,50
Masalah pengangguran 3 0,75 0,75 87,25
Masalah pertanian 5 1,25 1,25 88,50
Masalah social 2 0,50 0,50 89,00
Pembangunan infrastruktur 40 10,00 10,00 99,00
Pembenahan generasi muda 2 0,50 0,50 99,50
Perbaikan saluran air 2 0,50 0,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.21. Masalah yang paling penting dihadapi masyarakatKabupaten Deli Serdang
43
B. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
B.1. Landasan / Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu;
3. PP Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas PP Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
4. Permendagri Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Permendagri
Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
5. Peraturan KPU Nomor 62 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tahapan,
Program, dan jadwal Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala
Daerah;
6. Peraturan KPU Nomor 61 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan
Jumlah dan Tata Cara Pengisian Keanggotaan DPRD Prov atau DPRD
Kab/Kota Induk dan DPRD Prov atau DPRD Kab/kota yang dibentuk setelah
Pemilu Tahun 2009;
7. Peraturan KPU Nomor 63 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tata Kerja
KPU Prov, KPU Kab/Kota, PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah
dan wakil Kepala Daerah;Peraturan KPU Nomor 64 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pemantauan dan tata Cara Pemantauan Pemilu Kepala Daerah dan
wakil Kepala Daerah;
8. Peraturan KPU Nomor 65 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah;
9. Peraturan KPU Nomor 66 Tahun 2009 tentang Penetapan Norma, Standar,
Prosedur dan Kebutuhan Pengadaan serta Pendistribusian Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
44
10. Peraturan KPU Nomor 67 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara
Pemuktahiran Data dan Daftar Pemilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan wakil
Kepala Daerah;
11. Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata cara
Pencalonan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
12. Peraturan KPU Nomor 69 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Kampanye
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
13. Peraturan KPU Nomor 72 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan
Pemungutan dan Perhitungan Suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah di TPS;
14. Peraturan KPU Nomor 73 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata cara Pelaksanaan
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah oleh PPK, KPU Kab/Kota, dan KPU Prov, serta Penetapan
Calon Terpilih, Pengesahan Pengangkatan dan Pelantikan.
45
B.2. Data Pemilih
Lk PrJUMLAH PEMILIH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.031 1.075 2.106 122 STM. HULU 20 4.743 4.848 9.591 363 SIBOLANGIT 30 7.687 8.089 15.776 614 KUTALIMBARU 14 12.911 13.266 26.177 725 PANCUR BATU 25 33.418 35.015 68.433 1386 NAMORAMBE 36 13.864 14.717 28.581 737 BIRU-BIRU 17 13.222 14.003 27.225 698 STM. HILIR 15 12.670 13.091 25.761 729 BANGUN PURBA 24 8.229 8.376 16.605 4810 GALANG 29 22.745 23.777 46.522 11011 TANJUNG MORAWA 26 78.138 79.192 157.330 31212 PATUMBAK 8 34.483 34.445 68.928 13113 DELI TUA 6 21.487 21.753 43.240 8614 SUNGGAL 17 99.536 100.999 200.535 37315 HAMPARAN PERAK 20 60.245 58.591 118.836 22716 LABUHAN DELI 5 24.471 23.777 48.248 9917 PERCUT SEI TUAN 20 149.963 149.128 299.091 52118 BATANG KUIS 11 22.950 22.918 45.868 8419 PANTAI LABU 19 16.874 16.457 33.331 7220 BERINGIN 11 20.914 20.873 41.787 8621 LUBUK PAKAM 13 41.618 44.544 86.162 15722 PAGAR MERBAU 16 12.926 13.022 25.948 61
394 714.125 721.956 1.436.081 2.900
1 LAPAS LUBUK PAKAM 727 13 740 2
2 LAPAS TANJUNG GUSTA 185 0 185 1
3 RUTAN PANCUR BATU 145 0 145 1
JUMLAH 1.057 13 1.070 4
394 715.182 721.969 1.437.151 2.904
Sumber: KPU Deli Serdang, 2013
JUMLAH
TPS KHUSUS RUTAN / LAPAS
JUMLAH KESELURUHAN
Tabel IV.22. REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH TERDAFTAR PEMILIHAN UMUMKEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
No. KECAMATANJUMLAH
PPS
JUMLAH PEMILIHJUMLAH
TPS KET
46
B.3. SOSIALISASI PILKADA TAHUN 2013
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah, yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan
kegiatan sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk
menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
pada tahun 2013, khususnya pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli
Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan pemimpin daerah di Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 400 responden, terdapat 315
responden (78,75 %) bahwa berpendapat atau memiliki tanggapan tentang informasi sistem
pemilihan kepala daerah di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2013 sudah memadai. Dapat
terlihat pada Tabel IV.22.
Sehingga dari data tersebut (Tabel IV.22) sangat konsisten terhadap pemilih yang
terdaftar sebagai pemilih pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013,
seperti yang terlihat pada Grafik IV.1, yang menyebutkan bahwa terdapat 394 responden
(98,50%) terdaftar sebagai pemilih pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang
tahun 2013.
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.1 Apakah terdaftar sebagai pemilih Pilkada ?
98,50%
1,50%
Ya 394 Tidak 6
47
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 315 78,75 78,75 79
Belum 65 16,25 16,25 95
Tidak ada 20 5,00 5,00 100
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.23. Tanggapan responden tentang informasi sistem pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Namun kegiatan Sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara, hendaknya
diimbangi dengan intensitas para pasangan calon atau Tim pendukungnya dalam
mensosialisasikan atau memperkenalkan pasangan calon pada pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Deli Serdang Tahun 2013, karena terdapat 91 responden (22,75 % ) menyatakan
bahwa informasi tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
Belum dan Tidak memadai. Hal tersebut terdapat pada Grafik IV.2
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.2 Apakah informasi tentang calon bupati sudah memadai ?
77,25%
20,25%
2,50%
Ya 309
Belum 81
Tidak 10
48
Sedangkan tanggapan masyarakat tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan
pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, terdapat 349
responden dari 400 responden (87,25) menyatakan bahwa informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sudah “Memadai”, dan yang menyatakan Tidak ada informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sebanyak 19 responden (4,75%). Seperti yang tertera pada Tabel IV.23.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 349 87,25 87,25 87,25
Belum memadai 32 8,00 8,00 95,25
Tidak ada 19 4,75 4,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.24. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Demikian juga dengan tanggap masyarakat tentang informasi mengenai jadwal
Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, menyebutkan bahwa
terdapat 317 responden dari 400 responden (79,25 %) menyatakan “Memadai” dan sebanyak
26 responden (6,50 %) menyatakan “Tidak Ada”. Tertera pada Tabel IV.24.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 317 79,25 79,25 79,25
Belum memadai 57 14,25 14,25 93,50
Tidak ada 26 6,50 6,50 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.25. Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
49
Media sosialisasi yang dinilai paling efektip oleh pemilih pada pemilihan calon bupati
dan wakil Bupati pemilu tahun 2013 di Kabupaten Deli Serdang adalah iklan luar ruang
(Baliho, Spanduk, Poster, Kartu nama, dll) 73,75% (295 responden), sedangkan media yang
paling tidak efektip menurut hasil survey adalah iklan / Berita di media online dengan
persentase 82,00% (328 responden) uraian pada tabel berikut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 18,25% 3,50% 4,00% 5,00% 12,25% 14,50% 17,00% 16,25% 4,75% 4,50%
b. Iklan/Berita di Radio 32,00% 3,75% 4,00% 7,75% 15,00% 16,75% 14,00% 4,25% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
24,00% 2,25% 3,25% 3,25% 9,00% 19,50% 16,00% 12,75% 6,50% 3,50%
d. Iklan/Berita di media online 48,25% 7,50% 8,50% 6,75% 11,00% 9,75% 4,50% 2,50% 0,00% 1,25%
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
52,00% 6,75% 8,00% 6,50% 8,25% 11,00% 4,25% 2,00% 0,25% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
15,50% 0,50% 1,25% 3,25% 5,75% 13,25% 21,25% 21,75% 10,50% 7,00%
g. Kampanye Partai Politik 21,50% 2,50% 2,75% 3,25% 16,50% 19,50% 17,00% 13,25% 2,25% 1,50%
h. Kunjungan Tim Sukses 22,75% 3,50% 3,50% 4,00% 15,50% 22,50% 14,25% 10,50% 2,00% 1,50%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
26,75% 4,75% 6,00% 5,50% 17,50% 19,50% 11,75% 6,00% 0,50% 1,75%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman
29,50% 2,25% 3,50% 2,50% 12,75% 19,50% 14,75% 10,75% 2,25% 2,25%
k. Pendidikan Politik 46,50% 7,75% 5,75% 4,00% 11,50% 9,75% 7,00% 5,50% 1,50% 0,75%
l. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survai, Juli 20
Bentuk media sosialisasiNoS K O R (% )
Tabel IV.26. Skor Penilaian tentang Sosialisasi Pemilihan Calon Bupati Tahun 2013
Antusias masyarakat dalam memberikan suaranya pada Pemilihan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013, bahwa dari responden yang ditemui
menggambarkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat ke TPS cukup tinggi yaitu sebanyak
383 dari 400 responden mendatangi atau hadir di TPS pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli
Serdang 2013 (95,75 %). Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.68. dalam table tersebut
juga menyebutkan bahwa masyarakat yang kurang atau tidak hadir ke TPS pada Pilkada
Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013 yang tertinggi di Kecamatan Pancur Batu
sebanyak 4 %. Sebagaimana terurai pada tabel dibawah ini.
50
1 B. Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )2 Batang Kuis 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )7 Gunung Meriah 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )8 Hamparan Perak 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )9 Kutalimbaru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )10 Labuhan Deli 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )11 Lubuk Pakam 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )13 P. Labu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )16 Pancur Batu 21 ( 5,25% ) 4 ( 1,00% )17 Patumbak 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )18 Sibolangit 28 ( 7,00% ) 2 ( 0,50% )19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total 383 ( 95,75% ) 17 ( 4,25% )Tidak Menjawab
Sumber: Data Survey, Juli 2015
KecamatanDatang ke TPS sewaktu Pilbup
Ya Tidak
Tabel IV.27. Responden yang memberikan suara dalam Pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
No
Dari 400 responden terdapat 17 responden yang tidak hadir ke Tempat Pemungutan
Suara (TPS) (4.25%), dengan berbagai alasan, dan alasan tertinggi mengapa masyarakat tidak
hadir ke TPS saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
menyebutkan dikarenakan sedang bekerja saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013 berlangsung sebanyak 11 responden (64,71%). Hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel IV.28.
51
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Kurang informasi tentang figurnya 1 5,88 5,88 5,88
Masih di bawah usia 1 5,88 5,88 11,76
Sedang kerja 11 64,71 64,71 76,47
Sedang sakit 1 5,88 5,88 82,35
Tidak dapat kartu pemilih 1 5,88 5,88 88,24
Tidak mengetahui visi dan misinya 1 5,88 5,88 94,12
Tidak punya pilihan 1 5,88 5,88 100,00
Total 17 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.28 Alasan responden tidak memberikan suara
Masyarakat dalam menentukan pilihannya pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, ternyata sebanyak 355 dari 400 responden (88,75 %)
sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
yang akan dipilih, sebelum masuk Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang 2013. Hal tersebut tertera pada Tabel IV.29.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 355 88,75 88,75 88,75
Tidak 45 88,75 11,25 100,00
Total 400 177,50 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.29. Tanggapan responden sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan dipilih sebelum masuk TPS pada Pemilukada Tahun 2013
Demikian juga ketika masyarakat sedang berada di dalam Tempat Pemungutan Suara
(TPS) bahwa sebanyak 351 dari 400 responden (98,87 %) mencoblos pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk
TPS. Hal tersebut sesuai dengan Tabel IV.30.
52
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 351 98,87 98,87 98,87
Tidak 4 1,13 1,13 100,00
Total 355 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.30. Kalau ya, apakah mencoblos Surat Suara yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk TPS ?
Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki kesiapan untuk pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Deli Kabupaten Serdang pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2013, sebanyak 17 dari 45 responden (37,78 %) dengan alasan Tidak
mengenal Calonnya. Terlihat dari table IV.31.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
5 11,11 11,11 11,11
5 11,11 11,11 22,22
13 28,89 28,89 51,11
5 11,11 11,11 62,22
17 37,78 37,78 100,00
45 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.31. Alasan tidak memiliki kesiapan untuk calon Bupati dan wakil Bupati yang akan dipilih
Pasangan Calonnya banyak
Paslon yang ada kurang memperhatikan rakyat
Kurang mengenal calonnya
Terpengaruh oleh orang lain
Tidak mengenal calonnya
Total
Dari 400 responden Pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013, ada
yang memberikan berbagai bentuk atau jenis barang berupa, Uang sebanyak 7,50 % dan yang
tidak sebanyak 92,50 %, Barang tertentu terdapat 6,50 % sedangkan yang tidak 93,50 %,
Sembako ada 8,50 % dan yang tidak 91,50 %, sedangkan untuk Bibit atau Pupuk sebanyak
2,50 % dan yang tidak 97,50 %. Sesuai dengan Tabel IV.32.
53
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 7,50% 92,50%
b. Barang tertentu 6,50% 93,50%
c. Sembako 8,50% 91,50%
d. Bibit atau pupuk 2,50% 97,50%
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.32 Apakah ada yang memberikan bantuan pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2013 ?
Secara umum bahwa masyarakat yang menerima pemberian uang atau barang
tertentu, dengan tujuan untuk menggarap / mendulang suara, oleh pasangan calon atau tim
sukses pasangan calon. dari hasil survey hanya 25 responden (6,25%) yang menerima
bantuan dan sebanyak 24 responden tersebut terpengaruh akan pemberian dari pihak-pihak
yang terlibat dalam Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, Sesuai
dengan Tabel IV.33.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 24 96,00 96,00 96,00
Tidak 1 4,00 4,00 100,00
Total 25 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.33. Responden yang memilih Calon karena menerima bantuan
Pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013,
masyarakat yang memilih pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
terpengaruh karena sudah menerima pemberian atau bantuan dari pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sebanyak 24 responden. Sesuai dengan data pada tabel
IV.34.
54
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sudah membantu dan harus dipilih 24 100,00 100,00 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.34. Alasan responden memilih karena menerima bantuan / pemberian
Pendapat masyarakat tentang kinerja pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan
aparatnya yang telah menjalankan program dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat,
bahwa ditinjau dari beberapa aspek menyebutkan yang tertinggi dari aspek atau bidang
“Kesehatan” sebanyak 61 %, kemudian disusul di bidang “Pendidikan” mencapai 60 %,
sedangkan yang terendah adalah pada aspek “ketenagakerjaan” hanya 9,50 %. Dan data
tersebut tertera pada Tabel IV.35.
No. Aspek Ya Belum Tidak
1 Pembangunan Infrastruktur Kota/Desa 29,50% 63,00% 7,50%
2 Peningkatan Ekonomi Rakyat 11,25% 78,25% 10,50%
3 Investasi (Penanaman Modal) di Daerah 9,50% 70,75% 19,75%
4 Pendidikan 60,00% 34,50% 5,50%
5 Kesehatan 61,50% 32,50% 6,00%
6 Ketenagakerjaan 9,00% 77,50% 13,50%
7 Penegakan Hukum 21,00% 63,75% 15,25%
8 Pemberantasan KKN 14,75% 68,00% 17,25%
9 Pelayanan Publik 37,00% 52,50% 10,50%
10 Pengutipan Restribusi 32,50% 51,25% 16,25%
11 Pertanahan 29,00% 57,30% 13,70%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.35. Pendapat responden tentang kinerja Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan aparatnya
55
B.4. Tingkat Partisipasi Pemilih
Sesuai data Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Deli Serdang, tingkat partisipasi
pemilih pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sangat rendah
dengan capaian hanya 37,99 % dari jumlah pemilih yang terdaftar yaitu 1.437.151 orang.
Partisipasi itu menunjukkan bahwa yang tidak datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara)
menggunakan hak pilihnya 891.091 orang (62,01 %), sedang yang menggunakan hak
pilihnya hanya 546.060 orang.
56
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
640 1.045 1.547 2.278 6.220 2.964 4.765 3.611 23.070
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
8 34 166 675 168 131 125 202 1.509
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
32 117 147 403 694 144 278 613 2.428
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
12 64 46 77 186 149 111 88 733
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38 112 229 1.180 1.548 383 463 308 4.261
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
189 707 1.172 2.731 3.846 1.338 831 607 11.421
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
68 494 508 211 1.137 438 328 645 3.829
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
395 2.337 4.006 4.216 7.703 4.831 4.007 4.524 32.019
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
10 132 689 660 2.931 357 423 234 5.436
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
23 418 140 288 1.435 729 727 442 4.202
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
9 9 61 118 480 119 302 436 1.534
1.424 5.469 8.711 12.837 26.348 11.583 12.360 11.710 90.442
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Tidak Sah 32 124 189 243 529 288 249 199 1.853
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Sah dan Tidak Sah 1.456 5.593 8.900 13.080 26.877 11.871 12.609 11.909 92.295
No. UraianJumlah
Dipindahkan
No. UraianJumlah
Dipindahkan
Tabel IV.36. REKIPITULASI HASIL PEROLEHAN SUARA PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
JumlahDipindahkan
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
57
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
23.070 2.784 6.824 15.403 6.183 4.245 16.687 15.963 91.159
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
1.509 232 321 4.202 645 377 1.889 2.099 11.274
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
2.428 97 254 5.030 450 656 4.058 2.275 15.248
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
733 545 1.308 1.658 342 285 679 786 6.336
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
4.261 643 1.929 6.554 1.390 1.503 11.018 11.066 38.364
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
11.421 1.183 5.987 11.869 5.891 3.159 10.176 9.140 58.826
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
3.829 454 1.091 3.101 844 910 1.928 882 13.039
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
32.019 1.417 1.889 7.128 3.278 1.913 12.970 821 61.435
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
5.436 83 129 995 338 313 711 553 8.558
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
4.202 923 2.381 5.471 2.398 1.099 2.931 2.357 21.762
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
1.534 80 326 1.595 1.130 712 764 608 6.749
90.442 8.441 22.439 63.006 22.889 15.172 63.811 46.550 332.750
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 1.853 199 627 1.509 490 474 1.346 857 7.355
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 92.295 8.640 23.066 64.515 23.379 15.646 65.157 47.407 340.105
JumlahDipindahkan
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
Jumlah Pindahan(I)
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
58
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
91.159 6.815 36.279 5.911 3.662 5.347 6.853 4.668 160.694
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
11.274 428 2.361 543 645 196 208 171 15.826
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
15.248 539 2.172 496 467 444 308 370 20.044
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
6.336 312 1.800 304 286 791 1.770 499 12.098
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38.364 2.175 12.750 690 412 1.959 1.310 2.196 59.856
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
58.826 2.287 14.682 4.017 5.121 3.725 7.485 3.844 99.987
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
13.039 1.008 2.433 598 944 1.149 1.064 628 20.863
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
61.435 850 8.340 1.132 1.106 2.247 8.629 1.116 84.855
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
8.558 149 891 176 140 137 136 55 10.242
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
21.762 1.244 10.374 3.411 1.160 1.744 1.345 587 41.627
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
6.749 393 1.194 219 97 136 115 96 8.999
332.750 16.200 93.276 17.497 14.040 17.875 29.223 14.230 535.091
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 7.355 376 1.438 329 303 381 527 260 10.969
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 340.105 16.576 94.714 17.826 14.343 18.256 29.750 14.490 546.060
Sumber : Data KPU-DS
No. Uraian Jumlah Pindahan (II)
Jumlah Pindahan (II)No. Uraian
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil BupatiJumlahAkhirJumlah Pindahan (II)
JumlahAkhir
JumlahAkhir
59
Berdasarkan Tabel IV.22. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.436.081 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan suara
sesuai Tabel IV.36. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah
sebanyak 546.060 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 sebesar 38.02% (Sumber : Data
KPU DS)
C. Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
C.1 Landasan Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014 :
1. Undang Undang No.2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik
2. Undang Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang: Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Undang Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang: Pemiilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
4. Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan
Umum, dan Dewan Kehormatan Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012,
Nomor 11 Tahun 2012 dan Nomor 01 Tahun 2012 tentang Kode Etik
Peneyelenggara Pemilihan Umum.
5. Peraturan KPU No. 1 2010 Tentang: Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
6. Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Tahapan,
Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tahun 2014.
7. Peraturan KPU No. 7 2012 Tentang: tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014.
60
8. Peraturan KPU No. 10 2013 Tentang: Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Di
Luar Negeri Untuk Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
9. Peraturan KPU No. 12 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 04 Tahun 2013 Tentang Pembentukan Dan Tata
Kerja Panitia Pemilihan Luar Negeri Dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara Luar Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Tahun 2014.
C.2. Data Pemilih Pada Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi
perhatian, terutama dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang
tidak melakukan pencoblosan (Golput) dan yang tidak terdaftar. Persoalan
registrasi pemilih yang masih mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan
Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, ternyata masih memungkinkan
terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data pemilih, karena adanya
kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door menjumpai
masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat
digunakan sebagai rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih,
karena penduduk belum melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu
Keluarga.Keadaan ini dapat mengakibatkan pemilih berpeluang untuk mencoblos
lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas
keberadaan orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya
jumlah pemilih tidak terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat
melanggar asas Jurdil Pemilu. Masalah fenomena tingginya angka ghost-voter
terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang tidak terdaftar dan pemilih
terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang mendatangkan
masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat menjadi
bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
61
Pada Pemilu 2009 kemungkinan pemilih ganda ini diupayakan diatasi
dengan penandaan tinta di jari jempol pemilih, tetapi karena tinta yang mudah
dihapus, peluang untuk kecurangan ini masih muncul. Sehingga untuk Pemilu
2014 lalu, perhatian terhadap masalah tinta penanda ini juga masih relavan dan
penting dijadikan sebagai bagian proses pengendalian kualitas hasil Pemilu.
Dalam hal kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu, berhubungan dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya
dalam DPT, dimana hasil penelitian ini menggambarkan bahwa 396 (99,00 %)
orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1,00 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan tingginya persentase responden terdaftar dalam
DPT, karena responden penelitian ini dipilih dari DPT Pemilu Legislatif tahun
2014, sedangkan empat orang responden yang tidak terdaftar ditemukan adalah
merupakan responden yang ditemui oleh enumerator setelah lima responden
cadangan yang ditetapkan tidak ditemukan.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.3. Apakah Responden terdaftar sebagai pemilih dalam DPT Pileg tahun 2014?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
62
Tingkat pengetahuan pemilih atas terdaftarnya mereka dalam DPT, terkondisi karena
responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir pendaftaran sebanyak 52 orang
(13,00 %) dan sepanjang ingatan responden, ada petugas yang datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkan mereka sebagai calon pemilih pada Pileg tahun 2014 lalu, sebanyak 300 orang
(75,00 %), sedangkan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengingat lagi, proses pendaftaran
tersebut.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, saya langsung mengisi formulir pendaftaran 52 13,00% 13,00% 13,00%
Tidak, formulir pendaftarannya diisi langsung oleh petugas 300 75,00% 75,00% 88,00%
Lupa, tidak ingat 48 12,00% 12,00% 100,00%
Total 400 100,00% 100,00%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.37. Apakah mengisi sendiri formulir pendaftaran ?
Meskipun petugas telah melakukan pendaftaran, ternyata hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa masih terdapat 24 orang (6,00 %) responden menyatakan bahwa
terdapat anggota keluarga mereka yang belum didaftarkan oleh petugas.
Frequency PercentValid
PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.38. Apakah seluruh anggota ikut terdaftar ?
Keadaan belum atau tidak didaftarkannya anggota keluarga responden sebagai
pemilih dalam DPT disebabkan karena: anggota keluarga merantau, tidak didatangi oleh
petugas pendaftar (ditenggarai petugas memanfaatkan Kartu Keluarga penduduk sebagai
referensi dalam mengisi formulir Daftar Pemilih), tidak adanya dokumen kependudukan
sebagai persyaratan domisili menetap, karena adanya anggota keluarga yang tidak menetap,
tidak didaftarkan oleh kepala keluarga, keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
yang seharusnya usianya sudah memenuhi persyaratan 17 tahun atau sudah pernah menikah,
namun tak didaftar, tidak tahu adanya masa pendaftaran sebagai pemilih dalam pemilu.
63
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Anggota keluarga pergi merantau 6 25,00 25,00 25,00
Belum didatangi petugas 6 25,00 25,00 50,00
Identitas tidak memenuhi 3 12,50 12,50 62,50
Karena ada anggota yang tidak menetap 5 20,83 20,83 83,33
Keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
1 4,17 4,17 87,50
Tidak di daftar oleh kepala keluarga 2 8,33 8,33 95,83
Tidak tahu ada masa pendaftaran 1 4,17 4,17 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.39 Penyebab Anggota Keluarga tidak terdaftar
Demi terakomodirnya seluruh masyarakat yang sudah mempunyai hak pilih dalam
pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun 2014, petugas pendaftaran pemilih mendatangi setiap
rumah untuk mendata dan mendaftarkan pemilih bagi yang belum terdata, sembari
menempelkan sticker Coklit Pendataan Pemilih di setiap rumah. Namun berdasarkan hasil
survey masih terdapat 32 dari 400 responden (8,00%) rumah pemilih yang belum ditempel
sticker. Seperti tertera di Grafik IV.4.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.4. Apakah rumah responden ditempel stiker setelah didaftar oleh petugas KPU Deli Serdang?
92,00%
8,00%
Ya 368 Tidak 32
64
Masyarakat pada umumnya mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih
Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sesuai dengan hasil survei yang tertera
pada Tabel IV.40. menyebutkan bahwa sebanyak 321 dari 400 responden (80,25 %),
mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai
Desa/Kelurahan, namun masih terdapat masyarakat yang tidak mengetahui bahwa namanya
tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sebanyak 8
dari 400 responden (2,00%).
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 321 80,25% 80,25 80,25
Tidak 8 2,00% 2,00 82,25
Tidak ingat 71 17,75% 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.40. Apakah responden mengetahui namanya tercatat di DPS yang ditempel di Balai Desa/Kelurahan ?
Tetapi dari 321 responden yang tertera di Tabel IV.40 menyatakan bahwa sebanyak
270 responden (67,50%), mengetahui kalau keluarganya juga terdaftar di DPS, 34 responden
(8,50%) menyatakan tidak mengetahui apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh
anggota keluarga telah terdaftar dan 17 responden (4,25%) menyatakan tidak ingat apakah di
dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar. Seperti tertera di
Tabel IV.41.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 270 67,50% 67,50 67,50
Tidak 34 8,50% 8,50 76,00
Tidak ingat 17 4,25% 4,25 80,25
Total 321 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.41. Kalau Ya, apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar ?
Permasalahan pendaftaran pemilih yang harus mendapat perhatian terkait dengan
rendahnya pengetahuan pemilih atas informasi uji publik daftar pemilih sementara sebagai
masa yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan koreksi atau perbaikan daftar pemilih
65
sementara menuju masa penetapan sebagai DPT oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
Sebanyak 232 orang (58,00 %) mengetahui adanya uji publik daftar pemilih sementara yang
ditempel di tempat-tempat umum, sedangkan 120 orang (30,00 %) tidak mengetahui sama
sekali tentang uji publik DPS tersebut dan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengerti.
Seperti Tabel IV.42.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, tahu 232 58,00 58,00 58,00
Tidak tahu 120 30,00 30,00 88,00
Tidak mengerti 48 12,00 12,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.42. Tanggapan responden mengenai adanya uji publik daftar pemilih sementara yang ditujukan untuk mendapat masukan
Berikut ini tersaji Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
66
L P JLH L P JLH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.032 1.073 2.105 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.642 4.743 9.385 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.482 7.914 15.396 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 12.821 13.618 26.439 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 30.904 32.361 63.265 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.446 13.184 25.630 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.370 13.063 25.433 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.681 11.999 23.680 77
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 7.818 7.969 15.787 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.488 23.308 45.796 127
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.842 76.603 152.445 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.005 32.135 64.140 146
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 19.447 19.680 39.127 112
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 93.767 93.966 187.733 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 53.370 52.200 105.570 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 21.317 20.600 41.917 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.787 133.190 267.977 643
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.362 23.558 46.920 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.853 16.550 33.403 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.109 19.229 38.338 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.113 41.773 81.886 193
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 12.823 12.929 25.752 71
394 935.240 911.022 1.846.262 666.479 671.645 1.338.124 3.485
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang tahun 2014
Jumlah Penduduk
Jumlah
Legislatif
Jumlah TPS
Jumlah PemilihNo KecamatanJumlah
Desa/Kelurahan
C.3. Sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Legislatif
tahun 2014 untuk memilih Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan kegiatan sosialisasi yang
dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada
pemilihan umum Legislatif tahun 2014 khususnya di daerah pemilihan wilayah Kabupaten
Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan wakil rakyat.
Tanggapan masyarakat tentang memadai tidaknya informasi mengenai jadwal
pemilihan legislatif tahun 2014, dapat dilihat pada tabel IV.44 yaitu sebanyak 361 dari 400
67
responden (90,25%), sudah mengetahui jadwal Pemilihan Umum Legislatif. Sementara ada
27 responden (6,75 %) mengaku belum mengetahui jadwal pesta demokrasi tersebut.
Selanjutnya, 12 responden (3,00 %) mengaku tidak ada jadwal Pemilu.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 361 90,25 90,25 90,25
Belum 27 6,75 6,75 97
Tidak ada 12 3 3 100
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.44 Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pileg 2014, apakah sudah memadai ?
Demikian dengan informasi tentang Partai Politik, sebanyak 330 dari 400 responden
(82,50 %) menyatakan bahwa informasi tentang Partai Politik peserta Pemilu sudah
memadai, sedangkan 57 responden (14,25 %) menyatakan belum memadai, serta 13
responden (3,25 %) menyatakan tidak ada sama sekali. Seperti terlihat pada grafik berikut ini
:
77,75 311
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.5. Apakah informasi tentang partai politik sudah memadai?
80,25%
2,00%
17,75%
321Ya
8Tidak
71Tidak ingat
Terkait tentang peryataan responden yang menyebutkan bahwa belum memadainya
informasi mengenai Partai Politik, sebanyak 43 dari 57 responden (75,44 %) menguraikan
68
alasannya adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, selanjutnya 5 responden (8,77 %)
menguraikan alasan bahwa terlalu banyak partai, serta 4 responden (7,02 %) menguraikan
alasan informasi tentang Partai Politik itu belum tersaji secara menyeluruh. Seperti terlihat
pada tabel IV.45.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Belum secara menyeluruh 4 7,02 7,02 7,02
Kurangnya pengurus partai 1 1,75 1,75 8,77
Kurangnya sosialisasi ke masyarakat 43 75,44 75,44 84,21
Masih belum baik 1 1,75 1,75 85,96
Partai jangan terlalu banyak 1 1,75 1,75 87,72
Perlu meningkatkan sosialisasi 1 1,75 1,75 89,47
Sedang ada pekerjaan 1 1,75 1,75 91,23
Terlalu banyak partai 5 8,77 8,77 100,00
Total 57 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.45. Alasan belum memadai
Infromasi mengenai calon anggota Legislatif saat berjalannya tahapan-tahapan
pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif sudah tergolong memadai. Hal itu dapat dilihat dari
400 responden yang dimintai tanggapannya, sebanyak 249 responden (62,25 %) mengatakan
sudah memadai. Namun diantaranya sebanyak 116 responden (29 %) mengatakan belum
memadai, bahkan sebanyak 35 responden (8,75 %) mengaku bahwa informasi tentang calon
Legislatif itu tidak ada sama sekali. Seperti teruarai pada Tabel IV.46.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 249 62,25 62,25 62,25
Belum memadai 116 29,00 29,00 91,25
Tidak ada 35 8,75 8,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.46. Tanggapan responden tentang informasi mengenai calon anggota DPR, DPD dan DPRD, apakah sudah memadai ?
69
Dari Tabel di bawah, 93 dari 116 responden (80,17 %) yang mengatakan belum
memadai sosialisasi para calon anggota Legislatif dengan alasan kurang sosialisasi ke
masyarakat, 18 responden (15,52 %) menyatakan kurang informasi tentang calegnya dan
selebihnya menyatakan terlalu banyak calon legislatifnya dan tidak ada informasi tentang
calon legislatifnya. Seperti terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Kurang informasi tentang calegnya 18 15,52 15,52 15,52
Kurang sosialiasi ke masyarakat 93 80,17 80,17 95,69
Terlalu banyak calon legislatif 2 1,72 1,72 97,41Tidak ada informasi 3 2,59 2,59 100,00Total 116 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.47. Alasan belum memadai
Kegiatan sosialisasi melalui media, pelatihan pemilih oleh berbagai lembaga (LSM,
Perguruan Tinggi, Ormas, Lembaga Keagamaan) sehingga pengetahuan pemilih tentang
teknis pelaksanaan Pemilu akan lebih baik. Kegiatan ini diyakini akan mampu memberikan
pemahaman sistem pencoblosan dalam sistem pemilu tahun 2014 lalu. Tetapi karena waktu
yang terbatas, kegiatan sosialisasi menjadi minim sehingga pengetahuan pemilih terhadap
tata cara pemberian suara menjadi rendah. Kesulitan teknis dalam pelaksanaan pemilu, dapat
dilihat dari pemahaman sebagian besar responden tentang tata cara pemberian suara. Soal-
soal sederhana seperti tatacara pencoblosan, misalnya masih ada 35 orang (8,75%) responden
menjawab belum memadai. Bahkan ada 13 orang (3,25%) responden yang menyebutkan
bahwa tidak ada sama sekali informasi mengenai tata cara pemberian suara dalam pemilu
Legislatif 2014 yang lalu, dimana 352 orang (88,00%) responden yang menyatakan sudah
memadai.
70
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 352 88,00 88,00 88,00
Belum memadai 35 8,75 8,75 96,75
Tidak ada 13 3,25 3,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.48. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencobolosan dalam Pemilu Legislatif tahun 2014, apakah sudah memadai ?
Dari hasil survey, 132 dari 400 responden (33,00%) menyatakan bahwa cara
mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos gambar partai, 156 responden (39,00%)
menyatakan cara mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos Gambar partai dan nama
calon, sedangkan 17 responden (4,25%) meyatakan tidak tahu cara mencoblos pada pemilu
2014, dan 95 responden (23,75%) yang sudah memahami cara mencoblos yang sebenarnya
pada pemilu 2014 yaitu mencoblos nama calon yang diajukan partai.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Mencoblos gambar partai 132 33,00 33,00 33,00
Mencoblos nama calon yang diajukan partai 95 23,75 23,75 56,75
Mencoblos tanda gambar dan nama calon yang diajukan partai 156 39,00 39,00 95,75
Tidak tahu 17 4,25 4,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.49. Pengetahuan responden tentang cara pencoblosan pada Pemilu 2014
Calon anggota legislatif seyogianya populer atau dikenal oleh banyak pemilih, dan
bila terpilih loyalitas calon anggota legislatif seharusnya lebih berorientasi kepada
kepentingan rakyat dibandingkan loyalitasnya kepada partai politik yang mengusulkannya.
Namun, karena sistem pemilu ini belum tersosialisasi dengan baik, mengakibatkan usulan
sebagian besar caleg berbasis otoritas yang dominan dikelola oleh pengurus partai politik,
akibatnya banyak caleg yang belum dikenal oleh pemilih.
71
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu legislatif dengan memberikan skor 1-10, dimana, penilaian dari angka 1 sampai 5,
merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk angka 6 -10, merupakan penilaian
yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu
2014 dan sosialisasi partai politik serta caleg yang berkontes, hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi ternyata merupakan media
yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 314 orang (78,50%), diikuti kemudian dengan
iklan luar ruang sebesar 307 Orang (76, 75 %), kampanye yang dilaksanakan partai politik
secara terbuka ataupun dengan mobilisasi sebanyak 218 orang (54,50%). Sedangkan
publikasi melalui media sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak
322 orang (80,50 %) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian
juga dengan media online sebanyak 313 orang (78,25 %) dan pendidikan politik sebanyak
295 responden (73,75%)
72
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (1 s/d 5) 12 (6 s/d 10)
a. Iklan/Berita di TV 11,50% 0,25% 1% 1,25% 7,50% 12,75% 24,50% 25,75% 7,75% 7,75% 86 314
b. Iklan/Berita di Radio 32,75% 6,75% 4,25% 6,50% 17,50% 14,25% 11,50% 4,00% 1,75% 0,75% 271 129
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
25,25% 2,50% 5,25% 3,50% 13% 15,50% 17,25% 12% 3,00% 2,75% 198 202
d. Iklan/Berita di media online 49,00% 8% 5,25% 7% 9% 9,50% 7% 3,75% 0,50% 1% 313 87
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
53,00% 6,25% 6,75% 6,75% 7,75% 10,25% 5% 2,75% 0,75% 0,75% 322 78
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster, Spanduk, Kartu nama dll
14% 1% 1,50% 1,50% 5,25% 13,50% 24,25% 24% 9,25% 5,75% 93 307
g. Kampanye Partai Politik 16,75% 2,50% 3,50% 5,25% 17,50% 19,25% 17,25% 11,75% 4% 2,25% 182 218
h. Kunjungan Tim Sukses 20,50% 3,75% 6% 4,50% 15,75% 21% 16,75% 7,50% 2,75% 1,50% 202 198
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
24,75% 5,50% 5,25% 7,50% 18,25% 19% 10,75% 6,25% 1,50% 1,25% 245 155
j.Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28% 2,75% 2% 5% 13,75% 18,75% 16,25% 9,75% 2,25% 1,50% 206 194
k. Pendidikan Politik 47,00% 7% 5,50% 5,25% 9% 13% 4,50% 6,25% 2,25% 0,25% 295 105
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Bentuk media sosialisasiNoS K O R
(Persentase)Jumlah Responden
Tabel IV.50 Skor penilaian Responden atas bentuk media sosialisasi yang efektif mengenai Partai Politik/Calon Anggota Legislatif peserta Pemilu tahun 2014
73
Dari hasil tersebut di atas, terlihat bahwa media televisi masih menjadi media yang
efektif untuk menyampaikan informasi berkaitan dengan Pemilu, sedangkan media sosial
yang diakses melalui internet, belum menjadi pilihan dari sebahagian besar pemilih di
Kabupaten Deli Serdang untuk mendapatkan informasi tentang Pemilu.
Secara teoritik bahwa pengaruh pendidikan dan sosialisasi politik adalah signifikan
terhadap perilaku politik komunitas (Kartini, 2009). Proses pendidikan politik dilakukan
secara intensional (dengan sengaja dan dengan tujuan tertentu), sedangkan sosialisasi politik,
adalah proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan. Dampak dari sosialisasi
politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan tanpa refleksi
harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari struktur-struktur
politik yang ada di masyarakat. Sedang dampak dari pendidikan politik ialah mengarahkan
anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah kehidupan
politik.
Terkait dengan paparan diatas, maka ketidaktahuan responden tentang teknis
pelaksanaan Pemilu sebagaimana terungkap dalam temuan sebelumnya terkait pula dengan
sosialisasi Pemilu, sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai politik dan caleg yang masih
kurang memadai menurut 173 responden (43,25%) sesuai data Grafik IV.5 dan Tabel IV.45.
Gambaran ini sebenarnya bukan monopoli pemilih di Kabupaten Deli Serdang saja, tapi juga
ungkapan pemilih di seluruh Indonesia, terutama daerah-daerah yang sangat terpencil. Karena
itu pula, seluruh pemangku kepentingan (stake holder) harus bekerjasama dan memilih
strategi sosialisasi yang tepat sasaran agar pemahaman tentang teknis pelaksanaan Pemilu
dapat diserap sebagian besar pemilih.
Sebanyak 364 responden (91,00%) menyatakan telah memiliki kesiapan tentang partai
politik di tingkat DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih
sebelum ke TPS pada pemilu 2014 dan 36 responden (9,00%) menyatakan tidak memiliki
kesiapan untuk memilih parpol.
74
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 364 91,00 91,00 91,00
Tidak 36 9,00 9,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.51 Kesiapan responden tentang partai politik di DPR,DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa 354 responden (88,50%) telah memiliki
kesiapan untuk memilih caleg yang akan dipilih di DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten Deli Serdang sebelum sampai ke TPS dan sebanyak 46 responden (11,50%) tidak
memiliki kesiapan untuk menentukan caleg yang akan dipilih, sehingga pilihannya
dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik
dan ‘gambling’, karena mereka baru pemilih pemula dan belum mendapatkan sosialisasi
politik yang tuntas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 354 88,50 88,50 88,50
Tidak 46 11,50 11,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.52 Kesiapan responden tentang Caleg di DPR,DPRD Provinsi,DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Setiap pemilih dihadapkan pada banyak pilihan sejalan dengan banyaknya kandidat
dan parpol peserta Pemilu. Setidaknya ada 3 kelompok besar kondisi memilih yang juga
dapat merefleksikan peta persaingan yang ada yaitu, (1) memilih caleg dari parpol yang
sama, atau (2) memilih caleg dari parpol berbeda. Dan pada kondisi dimana pemilih kurang
mengenal calegnya maka pemilih akan dihadapkan pada kondisi untuk memilih caleg atau
parpol, dengan alternatif (3) memilih parpol.
75
Berdasarkan hasil survey terdapat 260 responden (65,00%) memilih caleg dari parpol
yang sama untuk semua tingkatan legislatif dan 140 responden (35,00%) menyatakan tidak
memilih caleg dari partai politik yang sama.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 260 65,00 65,00 65,00
Tidak 140 35,00 35,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.53 Apakah mencoblos Surat Suara anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang berasal dari Partai yang sama ?
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang aktif. Menjatuhkan pilihan
pada partai politik tertentu, merupakan keputusan yang dilandasi faktor motivasi yang dapat
bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat pula dipengaruhi oleh strategi
komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh partai politik yang dialami
pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat pula
mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam mengidentifikasikan parpol pilihannya atau
berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik tertentu.
Secara konsekuensif, bahwa penilaian pemilih atas pola mengakomodir kepentingan
rakyat oleh legislatif hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi dan pandangan
masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas parpol peserta Pemilu tahun 2014.
Pandangan tersebut diatas dapat diterangkan dengan rangkaian hasil penelitian Romli (2010:
94) yang menyimpulkan bahwa prilaku memilih dalam Pemilu tahun 2009 lalu
memperlihatkan 4 (empat) kecenderungan, yaitu: (1) secara demografis, maka kecenderungan
pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi (suku, jenis
kelamin, dan agama) calon legislatif, sedangkan untuk wilayah perdesaan maka ikatan
kulturalnya masih menjadi faktor yang mempengaruhi pilihannya terhadap caleg dan
parpol.(2) secara ekologis, perbedaan konsentrasi basis massa partai politik mempengaruhi
perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka peranan patrón
sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih mempengaruhi pilihan
masyarakat yang tinggal di perdesaan dan ada temuan berlangsungnya prilaku transaksional,
76
sedangkan diperkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari media tv, radio, koran
dapat mempegaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang signifikan atas perolehan
suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka pemilih yang rasional idealis
(kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi, platform dan program parpol
ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional realistis (mempertimbangkan
kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Dari uraian diatas dapat dilihat gambaran pada tabel responden dibawah ini untuk
menentukan pilihannya bahwa responden yang tidak mencoblos caleg dari partai yang sama,
sebanyak 85 responden (60,71%) mengurai alasan lebih memilih figur dari calonnya, 42
responden (30,00%) memilih calon yang dikenalnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Karena yang datang sosialiasi berbeda 1 0,71 0,71 0,71
Melihat figurnya walau beda partai 85 60,71 60,71 61,43
Melihat programnya 7 5,00 5,00 66,43
Memilih yang dikenal 42 30,00 30,00 96,43
Sesuai hati nurani 4 2,86 2,86 99,29
Tidak mengenal semua calon 1 0,71 0,71 100,00
Total 140 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.54 Kalau Tidak, Mengapa tidak mencoblos Surat Suara yang berasal dari partai yang sama ?
C.4. Partisipasi Pemilih pada Pemilu Legislatif tahun 2014
C.4.1. Popularitas Partai Politik dan Calon Anggota Legislatif tahun 2014
Perubahan pola perilaku pemilih dari pemilih tradisional menuju modern ini
mengisyaratkan bahwa sebagian besar responden mulai lebih cerdas dalam menjatuhkan
pilihannya. Dalam artian, mereka tidak ingin lagi seperti membeli kucing dalam karung dan
hanya tertarik dengan pesona-pesona dan kharisma pemimpin Parpol.
Sebanyak 269 dari 400 responden (67,25%) akan mencoblos tanda gambar partai jika
tidak mengenal calonnya, 71 responden (17,75) tidak mencoblos tanda gambar partai dan
nama calon, sebanyak 35 responden (8,75%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
77
sekenanya saja dan 25 responden (6,25%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
yang ada di urutan teratas. Seperti terurai pada tabel IV.55.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Mencoblos tanda gambar partai saja 269 67,25 67,25 67,25
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon yang ada di urutan teratas
25 6,25 6,25 73,50
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon sekenanya saja
35 8,75 8,75 82,25
Tidak mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
71 17,75 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.55. Jika pada saat pencoblosan tidak mengenal calon, kira kira apa yang akan dilakukan ?
Tampaknya peran ‘tokoh’ mulai tergantikan oleh platform atau program parpol. Ini
mudah dipahami, karena dengan kebebasan informasi sekarang, citra tokoh pemimpin dan
pemimpin kharismatik tidak lagi ‘sesempurna’ masa silam, karena dengan mudah citra itu
akan berubah, jika kebusukan politik atau skandal pribadinya diungkap pers. Ditambah lagi,
kharisma pemimpin ternyata tidak menjadi garansi dalam melakukan perubahan, yang
dianggap sebagian responden semakin menurun.
Perubahan pola perilaku pemilih ‘tradisional’ menuju ‘rasional’ ini sebenarnya
merupakan peluang bagus yang harus dimanfaatkan setiap parpol. Ini bisa disiasati dengan
menawarkan program partai yang lebih rasional dan operasional serta berdampak langsung
kepada masyarakat. Retorika-retorika yang sering disampaikan pada masa kampanye silam,
sudah saatnya dirubah dengan logika-logika yang dikemas dalam program parpol yang
berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat; seperti skenario penanggulangan
pengangguran, pertumbuhan dan keadilan ekonomi, akses pada pelayanan publik dengan
indikator-indikator yang lebih terukur. Kampanye monolog perlu disiasati dengan dialog,
termasuk menawarkan caleg-caleg yang lebih kritis dan memiliki integritas yang baik.
Ketika pemilih merasa bingung untuk menentukan pilihan pada pemilu Legislatif,
maka alternatif memilih partai jauh lebih mudah bisa dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan, karena jumlahnya hanya 12 Partai saja, serta jauh lebih sedikit dibandingkan caleg
yang jumlahnya bisa ratusan tertera di surat suara.
78
Aspek pertimbangan memilih partai lebih sederhana. Bisa membedakan partai
nasionalis atau islamis. Bisa partai dominan atau tak dominan di parlemen. Bisa partai lama
atau baru. Bisa partai yang anggotanya di masa jabatan legislatif/eksekutif, paling sedikit
melakukan korupsi atau kejahatan lainnya. Bisa tak ingin memilih partai pemenang pemilu
sebelumnya, atau malah tetap mempertahankannya.
Memilih partai (bukan caleg) masih relevan, karena sistem pemilu kita menerima
memilih partai. Memang, pasal 5 UU No. 8/2012 menyatakan Pemilu 2014 menggunakan
sistem proporsional daftar terbuka untuk DPR serta DPRD I dan II (untuk DPD bersistem
mayoritarian banyak wakil). Sistem pemilu ini dalam penerapan ketat teknis pemilihannya,
memilih caleg/orang. Teknis memilih caleg (tanpa partai) menjadi salah satu pembeda
dengan sistem proporsional daftar tertutup yang memilih partai.
Pemilu 2014 masih menerima pilihan partai saja karena beberapa pertimbangan.
Indonesia masih di fase transisi, dari otokrasi menuju demokrasi. Politik, baik makna
struktural maupun kultural, masih jauh dari masyarakat karena setengah dari usia bangsa
Indonesia hidup di masa pengharaman politik. Pasca-Reformasi, baru tiga kali kita benar-
benar menyelenggarakan pemilu setelah dari 1971 sampai 1997. Keadaan ini menjadikan
penerapan sistem proporsional daftar terbuka di Pemilu 2009 dan 2014 tak utuh sesuai teori.
Seperti yang tertera di tabel berikut ini, meskipun para responden lebih mudah
memilih partai dan menyebutkan pilihan partainya, namun masih lebih banyak responden
yang merahasiakan pilihan partainya yaitu sebanyak 143 dari 400 responden (35,75 %).
Dengan itu, para responden sudah memahami azas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil. Seperti pada tabel IV.56.
79
No. Nama Partai Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
1. PDI Perjuangan 108 27,00 27,00 27,00
2. Partai Golkar 29 7,25 7,25 34,25
3. Partai Gerindra 41 10,25 10,25 44,50
4. Partai Demokrat 34 8,50 8,50 53,00
5. PKB 3 0,75 0,75 53,75
6. PKS 9 2,25 2,25 56,00
7. PAN 8 2,00 2,00 58,00
8. PPP 8 2,00 2,00 60,00
9. Partai Nasdem 7 1,75 1,75 61,75
10. Partai Hanura 9 2,25 2,25 64,00
11. Belum Punya Hak Pilih pada Pemilu 2014 1 0,25 0,25 64,25
12. Rahasia 143 35,75 35,75 100,00
400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 201
Tabel IV.56. Partai politik yang dipilih Responden pada pemilu 2014
Popularitas lembaga legislatif masih didominasi oleh DPR dan DPRD, yang berarti
bahwa lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai utusan daerah, masih kurang
dikenal masyarakat. Pada hasil survey terlihat 43 dari 400 responden (10,75 %) menyatakan
tidak pernah mendengar lembaga Dewan Perwakilan Daerah. Seperti terurai pada tabel IV.57
berikut ini :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Pernah 357 89,25 89,25 89,25Tidak pernah 43 10,75 10,75 100,00Total 400 100,00 100,00
Tabel IV.57. Tanggapan responden, apakah pernah mendengar adanya Dewan Perwakilan Daerah ?
Menurut tanggapan masyarakat tentang siapa yang memilih anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), sebanyak 305 dari 400 responden (76,25 %) menjawab dipilih
oleh Rakyat secara langsung.
80
Namun masih terdapat 77 dari 400 responden (19,25%) yang mengaku bahwa mereka tidak
tahu siapa yang memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), hal tersebut tertera
dalam table IV.58.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
MPR 5 1,25 1,25 1,25
DPR 5 1,25 1,25 2,50
DPRD 8 2,00 2,00 4,50
Rakyat secara langsung 305 76,25 76,25 80,75
Tidak tahu 77 19,25 19,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.58. Tanggapan responden tentang siapa yang memilih anggota DPD ?
Secara umum menyebutkan bahwa masyarakat masih banyak yang belum mengetahui
tentang DPD, hal tersebut dilihat pada table IV.59.
Frequency Percent Frequency Percent
1 Jumlah anggota DPD tiap provinsi adalah 4 orang 85 21,25% 315 78,75%
2 Anggota DPD dipilih secara langsung oleh rakyat 305 76,25% 95 23,75%
3DPD adalah lembaga yang berisi para wakil daritiap provinsi 171 42,75% 229 57,25%
4DPD berwenang memberikan usulan rancanganUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah 146 36,50% 254 63,50%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.59. Pengetahuan responden tentang DPD
No Hal-hal Tentang DPDTahu Tidak tahu
Sedangkan dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat dengan Dewan Pimpinan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Deli Serdang selama ini. Dilihat dari hasil survey menyebutkan
bahwa terdapat 183 responden dari 400 responden (45,75%) menyebut bahwa kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang selama ini “Kurang Puas”. Sedangkan yang terendah 1(satu)
81
responden dari 400 responden (0,25%) menyatakan “Sangat Puas”terhadap kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang. Terlihat pada Tabel IV.60.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sangat puas 1 0,25 0,25 0,25
Puas 56 14,00 14,00 14,25
Kurang Puas 183 45,75 45,75 60,00
Tidak puas 75 18,75 18,75 78,75
Sangat tidak puas 13 3,25 3,25 82,00
Tidak tahu 72 18,00 18,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.60. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Kabupaten Deli Serdang selama ini
Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota Dewan dari tingkat Pusat hingga
Kabupaten, dan kinerja yang harus diperbaiki menurut masyarakat Kabupaten Deli Serdang
menyebutkan bahwa yang tertinggi sebanyak 65 responden dari 400 responden (23,99 %)
menyatakan änggota Dewan yang merupakan perwakilan dan perpanjang tangan rakyat
“Kurang memperhatikan masyarakat”, sedangkan kan yang terendah yang menyatakan
“Biaya Pajak Tinggi”, sebanyak 1 (Satu) orang dari 400 responden (0,37%). Hal tersebut
terpapar di Tabel IV.61.
82
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Biaya pajak tinggi 1 0,37 0,37 0,37
Disiplin bekerja 4 1,48 1,48 1,85
Peduli ke masyarakat 42 15,50 15,50 17,34
Infrastruktur 32 11,81 11,81 29,15
Janji tidak ditepati 28 10,33 10,33 39,48
Memperhatikan Masalah ekonomi Rakyat
23 8,49 8,49 47,97
Membangun desa 17 6,27 6,27 54,24
Kurang memperhatikan masyarakat 65 23,99 23,99 78,23
Meningkatkan kinerjanya 25 9,23 9,23 87,45
Narkoba 1 0,37 0,37 87,82
Perbaikan sistem birokrasi 1 0,37 0,37 88,19
Tidak ada hasil kerja 28 10,33 10,33 98,52
Tidak memperdulikan petani 3 1,11 1,11 99,63
Buat penyuluhan pertanian 1 0,37 0,37 100,00
Total 271 100,00 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.61. Jika tidak puas, kinerja apa yang barus diperbaiki ?
Demikian juga dengan tingkat kepuasan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang
terhadap kinerja Dewan Perwakilan Daerah Provinsi, yang menyatakan “Kurang
Puas”sebanyak 184 orang dari 400 responden (46,00%), kemudian masyarakat yang
merasa”Tiadak Puas” sebanyak 100 dari 400 responden (25,00%). Sedangkan yang terendah
yaitu menyatakan “Sangat Tidak Puas”sebanyak 11 responden dari 400 responden (2,75%).
Hal tersebut dapat dilihat di Tabel IV.62.
83
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Puas 31 7,75 7,75 7,75
Kurang Puas 184 46,00 46,00 53,75
Tidak puas 100 25,00 25,00 78,75
Sangat tidak puas 11 2,75 2,75 81,50
Tidak tahu 74 18,50 18,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.62. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Provinsi selama ini
Sedangkan tingkat kepuasan masyarakat tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat
selama ini. Dari 400 responden terdapat 185 responden (46,25) merasa “Kurang puas”. Dan
yang “Tidak Puas” sebanyak 122 responden dari 400 responden (28,00 %), serta yang merasa
“Puas” tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak 30 responden (7,50%).
Tertera dalam Tabel IV.63.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Puas 30 7,50 7,50 7,50
Kurang Puas 185 46,25 46,25 53,75
Tidak Puas 112 28,00 28,00 81,75
Tidak tahu 73 18,25 18,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.63. Kepuasan responden tentang kinerja DPR selama ini
C.4.2. Politik Uang (Money Politics)
Pendidikan politik yang buruk terhadap pemilih dapat ditelusuri dari adanya politik
uang dalam menggarap suara pemilih dan mempengaruhi preferensi pemilih. Berdasarkan
hasil penelitian ini, ketika ditanyakan apakah ada calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur
anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli Serdang yang
memberikan uang dan sesuatu yang termasuk kategori politik uang, terdapat 73 dari 400
84
responden (18,25%) yang mengakui bahwa dalam Pileg tahun 2014 lalu menerima pemberian
uang, 55 responden (13,75%) menerima barang tertentu, 66 responden (16,50 %) menerima
bantuan sembako, dan 20 responden (5,00%) menerima bantuan bibit/pupuk.
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 18,25% 81,75%
b. Barang tertentu 13,75% 86,25%
c. Sembako 16,50% 83,50%
d. Bibit atau pupuk 5,00% 95,00%Sumber: Data survey tahun 2015
Tabel IV.64. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli
Serdang yang memberikan hal-hal berikut:
Pengaruh pemberian yang diterima oleh responden terhadap pilihannya ternyata tidak
signifikan, dimana terdapat 36 responden dari 400 responden (9,00%) yang memberikan
suaranya dalam Pileg 2014 atas Partai Politik pilihannya terkait dengan pemberian calon
legislatif, tim sukses atau pengurus partai yang mendatangi pemilih.
Kondisi keterpengaruhan atau perilaku pemilih terkait pemberian uang dapat
dijelaskan oleh jawaban responden sebagai keharusan untuk tidak mengingkari
tanggungjawab yang ditunjukkan dalam perilaku pemilih sebagai tanggapan atau mereka
atas pemberian yang telah diterima dengan gambaran bahwa pemberian merupakan perhatian
kepada masyarakat, merasa terbantu secara ekonomi, serta adanya ungkapan aji mumpung
“Kapan lagi kita menerima pemberian dari calon legislatif, kalau bukan saat mereka
memerlukan suara kita, sehingga terima saja uangnya pilihannya kita yang tahu”.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 36 9,00 9,00 9,00
Tidak 364 91,00 91,00 100,00
Total 400 100,0 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.65. Keterpengaruhan responden karena pemberian Uang dan barang
85
C.4.3. Kehadiran Pemilih di TPS pada Pemilu Legislatif tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, erat
hubungannya dengan pengetahuan responden dan sudah terdaftar di DPT (Daftar Pemilu
Tetap). Dari 400 responden mengaku 396 responden (99,00 %) menyatakan terdaftar dalam
DPT, sedang 4 orang (1,00 %) ditemukan tidak terdaftar. Temuan itu diperoleh, karena
responden utama dan 5 responden cadangan yang sudah didaftar tidak ditemukan enumerator,
sehingga langkah berikutnya mengambil keterangan dari responden cadangan terdekat dan
ternyata 4 responden tersebut mengaku belum terdaftar di DPT.
Salah satu indikator tingkat partisipasi politik pemilih dapat ditelusuri dari kehadiran
pemilih di TPS saat pemberian suara dalam Pemilu. Berdasarkan hasil penelitian ini, 97 %
responden menyatakan datang memberikan suaranya di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu.
86
1 Bangun Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )
2 Batang Kuis 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )
4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
7 Gunung Meriah 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
8 Hamparan Perak 18 ( 4,50% ) 2 ( 0,50% )
9 Kutalimbaru 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )
10 Labuhan Deli 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
11 Lubuk Pakam 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )
13 Pantai Labu 19 ( 4,75% ) 1 ( 0,25% )
14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
16 Pancur Batu 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
17 Patumbak 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
18 Sibolangit 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total hadir di TPS 388 ( 97,00% )
Tidak hadir di TPS 12 ( 3,00% )
Jumlah
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.66. Kehadiran Responden datang ke TPS sewaktu Pemilu Legislatif tahun 2014
No Kecamatan
400 (100% )
Ke TPS sewaktu Pileg?
Ya Tidak
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi perhatian, terutama
dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang tidak melakukan pencoblosan
(Golput) ditambah yang tidak terdaftar. Persoalan registrasi pemilih yang masih
mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang,
ternyata masih memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data
87
pemilih, diakibatkan adanya kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door
menjumpai masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat digunakan sebagai
rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih, sementara penduduk belum
melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu Keluarga. Keadaan ini dapat mengakibatkan
pemilih berpeluang untuk mencoblos lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas keberadaan
orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya jumlah pemilih tidak
terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat melanggar asas Jurdil Pemilu.
Fenomena tingginya angka ghost-voter terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang
tidak terdaftar dan pemilih terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang
mendatangkan masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat
menjadi bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
Hasil Pemilu Legislatif Tahun 2014 tingkat DPRD Kabupaten Deli Serdang, adalah
seperti pada tabel berikut ini.
88
No Dapil Nasdem PKB PKS PDIP Golkar Gerindra Demokrat PAN PPP Hanura PBB PKPI Jumlah suara sah
Jumlah suara tidak sah
Jumlah Suara sah dan Tidak Sah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Sunggal 3.394 1.972 8.079 10.051 27.887 11.573 7.004 7.151 3.031 3.341 2.783 5.010 91.276 4.396 95.672
2 Hamparan Perak 3.204 9.045 3.175 4.810 7.657 4.781 7.691 8.538 4.407 7.433 1.492 1.585 63.818 3.414 67.232
3 Labuhan Deli 1.050 1.946 1.066 3.307 998 4.653 5.811 794 1.437 786 192 227 22.267 1.152 23.419
Percut Sei Tuan 7.674 10.834 10.144 17.937 16.377 21.403 15.786 8.505 15.185 6.017 5.731 2.858 138.451 1.395 139.846
1Tanjung Morawa 8.982 7.293 4.207 11.641 13.448 5.322 11.362 6.224 5.284 6.522 1.668 3.216 85.169 2.116 87.285
Patumbak 3.504 731 2.287 4.558 3.448 6.075 3.019 1.777 3.122 2.880 725 1.621 33.747 1.197 34.944
1 Batang Kuis 1.422 1.747 2.588 2.587 1.725 1.879 2.358 3.289 1.723 486 3.434 364 23.602 1.179 24.781
23 Lubuk Pakam 993 401 1.474 6.944 6.642 4.700 4.150 6.429 1.807 457 1.735 2.644 38.376 1.304 39.680
Pagar Merbau 616 262 787 2.808 5.031 2.890 627 3.054 549 310 360 264 17.558 636 18.194
Pantai Labu 705 491 1.242 2.216 3.849 2.407 2.915 1.226 317 303 1.813 1.102 18.586 1.223 19.809
1 Beringin 1.843 593 1.843 3.042 3.319 7.330 1.477 1.889 945 1.913 402 1.553 26.149 864 27.013
1 Gunung Meriah 82 10 22 390 528 179 131 2 30 142 0 12 1.528 42 1.570
2 STM Hulu 248 80 279 864 1.665 279 337 319 208 1.700 74 50 6.103 160 6.263
3 STM Hilir 597 486 960 3.040 2.290 655 899 938 283 3.814 248 200 14.410 433 14.843
4 Bangun Purba 1.079 200 839 1.019 1.274 1.363 2.146 1.285 143 1.205 1.038 17 11.608 459 12.067
5 Galang 4.176 1.118 2.124 4.055 3.561 2.208 2.585 4.031 551 4.734 2.388 20 31.551 1.104 32.655
1 Sibolangit 584 125 115 1.888 2.144 1.125 1.781 413 23 1.306 24 209 9.737 273 10.010
2 Kutalimbau 2.275 294 551 1.455 1.985 3.368 2.584 262 932 2.398 59 155 16.318 416 16.734
3 Pancur Batu 1.251 524 2.264 5.722 4.731 5.242 5.681 1.545 662 5.950 325 1.095 34.992 1.258 36.250
4 Namorambe 468 436 965 7.576 1.616 1.734 859 378 326 419 131 366 15.274 403 15.677
5 Biru-biru 2.314 383 780 2.064 2.563 3.285 584 1.310 544 235 116 1.131 15.309 462 15.771
6 Deli Tua 2.010 1.694 1.543 3.677 4.425 1.661 917 2.808 2.586 611 2.301 463 24.696 836 25.532
48.471 40.665 47.334 101.651 117.163 94.112 80.704 62.167 44.095 52.962 27.039 24.162 740.525 24.722 765.247
6,55% 5,49% 6,39% 13,73% 15,82% 12,71% 10,90% 8,39% 5,95% 7,15% 3,65% 3,26% 100,00%
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.67. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Partai Politik untuk DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Jumlah Perolehan Suara
Presentase Perolehan Suara
Deli Serdang 1
Deli Serdang 2
Deli Serdang 3
Deli Serdang 4
Deli Serdang 5
Deli Serdang 6
89
Berdasarkan Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014,
jumlah pemilih terdaftar sebanyak 1.338.124 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari
pemungutan suara sesuai Tabel IV.67. Rekapitulasi Perolehan Suara Partai Politik untuk
DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah sebanyak 765.247
suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten Deli Serdang di Kabupaten Deli Serdang sebesar 57.19% (Sumaber : Data
KPU DS)
D. Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
D.1 Landasan/Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
1. Undang-Undang No 42 Tahun 2008, Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
2. Undang-Undang No 15 Tahun 2011, Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13 Tahun 2012, No. 11 Tahun
2012, No. 01 Tahun 2012, Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
4. Peraturan KPU No. 4 Tahun 2014 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
5. Peraturan KPU No. 09 Tahun 2014 Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Dalam
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
6. Peraturan KPU No. 19 Tahun 2014 Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara di
TPS Dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
90
D.2. Data Pemilih Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
L P JLH L P JLH1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.025 1.064 2.089 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.589 4.706 9.295 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.448 7.848 15.296 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 13.079 13.885 26.964 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 31.231 32.620 63.851 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.439 13.149 25.588 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.457 13.144 25.601 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.740 12.001 23.741 75
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 8.095 8.237 16.332 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.677 23.504 46.181 124
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.145 75.973 151.118 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.066 32.173 64.239 134
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 20.266 21.076 41.342 86
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 95.165 93.979 189.144 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 54.089 52.878 106.967 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 22.206 21.438 43.644 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.914 133.315 268.229 580
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.221 23.344 46.565 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.441 16.114 32.555 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.723 19.838 39.561 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.079 41.579 81.658 186
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 13.026 13.103 26.129 70
394 935.240 911.022 1.846.262 671.121 674.968 1.346.089 3.371Sumber : Data KPU-DS
KecamatanJumlah Desa/
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang
Jumlah
Jumlah TPS
PilpresJumlah PemilihNo
D.3. Sosialiasi Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden tahun 2014 untuk memilih pemimpin negara kesatuan Republik
Indonesia yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu memerlukan kegiatan
sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak
pilihnya pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 khususnya di daerah
pemilihan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan
pemimpin negara.
Kegiatan sosialisasi tentang informasi sistem pemilihan pasangan Calon
Presiden/Wakil Presiden yang lebih intens dilakukan eskpos melalui media, sehingga
91
pengetahuan pemilih tentang teknis pelaksanaan Pemilu Presiden lebih baik. Kegiatan ini
diyakini mampu mengatasi kekurangan informasi tentang sistem pencoblosan pada pemilu
Pilpres tahun 2014 lalu, karena hanya akan mencoblos 2 (dua) pasangan saja. Seperti yang
terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 336 84,00 84,00 84,00
Belum memadai 50 12,50 12,50 96,50
Tidak ada 14 3,50 3,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.69. Tanggapan responden tentang informasi mengenai sistem pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Belum mengetahui programnya 3 6,00 6,00 6,00
Informasinya belum jelas 10 20,00 20,00 26,00
Kurang sosialiasi melalui media 3 6,00 6,00 32,00
Kurang sosialisasi ke masyarakat 25 50,00 50,00 82,00
Masyarakat apatis 3 6,00 6,00 88,00
Sosialisasi kepada masyarakat secara langsung
3 6,00 6,00 94,00
Tidak mengikut perkembangan politik 3 6,00 6,00 100,00
Total 50 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.70. Alasan belum memadai
Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil dan track record calon
Presiden dan Wakil Presiden, 23 dari 400 responden (5,75 %) menyatakan tidak mendapat
informasi, 52 responden (13,00 %) menyatakan belum memadai, dengan alasan tertinggi
kurang mengenal calonnya sebanyak 20 responden (38,46 %) . Meskipun terdapat 325
responden (81,25 %) menyatakan informasi yang dimaksud sudah memadai, seperti yang
tertera pada tabel berikut ini.
92
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sudah memadai 325 81,25 81,25 81,25
Belum memadai 52 13,00 13,00 94,25
Tidak ada 23 5,75 5,75 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.71. Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil, track record calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Informasi belum jelas 5 9,62 9,62 9,62
Kurang mengenal calonnya 20 38,46 38,46 48,08
Kurang sosialisasi di media 5 9,62 9,62 57,69
Kurang sosialisasi ke masyarakat 12 23,08 23,08 80,77
Tidak mengerti 5 9,62 9,62 90,38
Tidak mengikuti perkembangan politik 5 9,62 9,62 100
Total 52 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
IV.72. Alasan belum memadai
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 dengan memberikan skor 1-10, dimana,
penilaian dari angka 1 sampai 5, merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk
angka 6 -10, merupakan penilaian yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam
mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu 2014 dan sosialisasi partai politik pendukung yang
berkontes, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi
ternyata merupakan media yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 334 orang
(83,50%), diikuti dengan iklan luar ruang sebesar 293 Orang (73,25 %), serta Iklan/Berita di
Surat Kabar/ Majalah sebanyak 240 responden (60,00%). Sedangkan publikasi melalui media
sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak 301 responden (75,25
%) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian juga dengan media
online sebanyak 295 responden (73,75 %) dan kunjungan pengurus partai politik pendukung
sebanyak 247 responden (61,75%)
93
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 11,25% 0,25% 0,00% 1,00% 4,00% 8,25% 22,00% 28,50% 10,75% 14,00%
b. Iklan/Berita di Radio 31,75% 7,00% 3,00% 5,75% 13,00% 16,50% 14,75% 5,75% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll 23,50% 2,00% 2,25% 4,00% 8,25% 17,75% 18,75% 16,00% 3,00% 4,50%
d. Iklan/Berita di media online 45,75% 7,25% 4,25% 5,75% 10,75% 11,00% 7,25% 5,50% 1,50% 1,00%
e. Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
50,75% 5,75% 4,75% 5,50% 8,50% 12,25% 7,00% 3,75% 0,75% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
14,25% 0,75% 2,50% 1,25% 8,00% 12,50% 19,25% 26,00% 8,75% 6,75%
g. Kampanye Partai Politik 21,75% 2,00% 4,00% 4,50% 15,50% 21,50% 12,75% 12,50% 3,50% 2,00%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik 28,00% 3,00% 5,00% 7,00% 18,75% 20,00% 9,00% 5,75% 2,25% 1,25%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28,50% 1,25% 3,75% 4,00% 10,50% 20,75% 15,25% 12,75% 1,75% 1,50%
k. Pendidikan Politik 50,00% 4,50% 6,75% 4,00% 8,25% 11,00% 4,75% 8,25% 1,75% 0,75%
l. Lainnya, sebutkanSumber: Data Survey, Juli 2015
No Bentuk media sosialisasiS K O R (persen)
IV.73. Skor penilaian Responden terhadap bentuk media sosialisasi yang efektif tentang Calon Presiden/Wakil Presiden peserta Pemilu tahun 2014 lalu:
D.4. Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Pipres tahun 2014 lalu, erat hubungannya
dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya dalam DPT, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kondisi yang sama dengan terdaftarnya responden di dalam Pileg, dimana
396 (99 %) orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan ini disebabkan oleh pengetahuan pemilih atas terdaftarnya
mereka dalam DPT, karena responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir
pendaftaran, dan ingatan responden manakala petugas datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkannnya sebagai calon pemilih Pileg tahun 2014 lalu.
94
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.6. Apakah terdaftar sebagai pemilih pada Pilpres ?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
95
Ya Tidak1 B. Purba 24(6%) 1(0,3%)
2 Batang Kuis 10(2,5%) 0(0%)
3 Beringin 8(2%) 2(0,5%)
4 Biru-biru 15(3,8%) 0(0%)
5 Deli Tua 10(2,5%) 0%
6 Galang 29(7,5%) 1(0,3%)
7 Gunung Meriah 10(2,5%) 0(0%)
8 Hamparan Perak 18(4,5%) 2(0%)
9 Kutalimbaru 15(3,8%) 0(0%)
10 Labuhan Deli 10(2,5%) 0(0%)
11 Lubuk Pakam 15(3,8%) 0(0%)
12 Namorambe 35(5,5%) 0(0%)
13 P. Labu 19(4,8%) 1(0%)
14 Percut Sei Tuan 19(4,8%) 1(0,3%)
15 Pagar Merbau 15(3,8%) 0(0%)
16 Pancur Batu 23(6,3%) 2(0,5%)
17 Patumbak 10(2,5%) 0(0%)
18 Sibolangit 29(7,3%) 1(0,3%)
19 STM Hilir 15(3,8%) 0(0%)
20 STM Hulu 20(5%) 0(0%)
21 Sunggal 14(3,5%) 1(0%)
22 Tanjung Morawa 23(5,5%) 2(0,5%)
Total 386 (96,50 % ) 14 (5,50% )Sumber: Data Survey, Juli 2015
No KecamatanApakah datang ke TPS sewaktu Pilpres ?
Tabel IV.74. Kehadiran responden pada Pilpres Tahun 2014
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu Presiden dan wakil Presiden mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada pasangan calon tertentu, merupakan keputusan yang
dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat
pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh
partai politik pengusung calon yang dialami pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam
mengakses layanan publik dapat pula mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam
mengidentifikasikan calon pilihannya atau berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik
tertentu.
96
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Janji 1 7,14 7,14 7,14
Karena katanya membantu masyarakat 1 7,14 7,14 14,29
Pulang kampong 1 7,14 7,14 21,43
Sedang ada pekerjaan 3 21,43 21,43 42,86
Tidak ada surat memilih 7 50,00 50,00 92,86
Tidak terdaftar 1 7,14 7,14 100,00
Total 14 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.75. Alasan tidak mencoblos pada Pilpres 2014
Dalam pelaksanaan pemilu Presiden dan wakil Presiden 2014 lalu, ternyata tingkat
kesiapan pemilih untuk memantapkan pilihannnya sebelum masuk kedalam bilik suara sudah
tinggi, dimana hanya 383 responden (95,75%) yang telah memiliki preferensi pilihan
pasangan calon yang akan dipilih, sedangkan 10 responden (2,50%) belum memiliki pilihan
saat memasuki bilik suara, sehingga pilihannya dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan
kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik dan ‘gambling’. Dan sebanyak 7 responden
(1,75%) enggan untuk menjawab pertanyaan dari enumerator.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.7 Apakah mempunyai kesiapan untuk mencoblos calon presiden dan wakil Presiden ?
95,75%
2,50% 1,75%
Ya 383
Tidak 10
Tidak menjawab 7
97
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.76. Perilaku responden di dalam bilik suara, apakah memilih calon presiden dan wakil presiden sesuai yang akan dipilih sebelum sampai di TPS pada Pemilu 2014
Terkait dengan politik uang dan pemberian barang pada pemilihan umum Presiden
dan wakil Presiden tahun 2014, responden menjawab beberapa hal seperti pada tabel berikut.
Bentuk Pemberian
a. Uang
b. Barang tertentu
c. Sembako
d. Bibit atau pupuk
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Ya Tidak
Tabel IV.77. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur Calon Presiden dalam Pilpres 2014 lalu yang memberikan hal-hal berikut ini
1,75% (7)
3,75% (15)
3,5% (14)
2% (8)
98,25% (393)
96,25% (385)
96,5% (386)
98% (392)
Dampak dari politik uang atau pemberian barang tertentu dari pasangan calon, partai
politik pengusung dan tim sukses pasangan calon menunjukkan bahwa hanya 11 responden
(2,75%) menyatakan mencoblos karena pemberian tersebut sedangkan 389 responden
(97,25%) menyatakan tidak terpengaruh oleh pemberian yang disebutkan diatas, seperti dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 11 2,75 2,75 2,75
Tidak 389 97,25 97,25 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.78. Keterpengaruhan responden karena Pemberian Uang dan barang
98
Dalam mengambil keputusan terkait dengan memilih pasangan calon Presiden dan
wakil Presiden pada pemilu 2014 tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan para pemilih,
hal-hal dimaksud adalah Jenis kelamin, Agama, Asal suku, asal partai politik dan program
calon. Hasil survey menunjukkan seperti tabel di bawah ini.
No Faktor
1 Jenis kelamin calon
2 Agama calon
3 Asal suku bangsa calon
4 Asal partai politik
5 Program calon
Sumber: Data Survey, Juli 2015
84,25%
Tak menjadi pertimbangan
47,75%
47,00%
82,25%
68,75%
15,75%
Menjadi pertimbangan
52,25%
53,00%
17,75%
31,25%
Tabel IV.79. Faktor pertimbangan Responden untuk memilih calon Presiden danWakil Presiden
99
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Gunung Meriah
Tjg Morawa Sibolangit Kutalimba
ruPancur Batu
Namorambe
S ibiru-biru S TM Hilir Bangun
Purba Galang STM Hulu Patumbak Jumlah Dipindah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Prabowo – Hatta 346 53.850 1.544 5.830 14.120 6.089 5.521 4.465 4.991 17.163 1.225 21.645 136.789
2 Jokowi-Jusuf Kalla 1.174 38.606 8.376 10.574 24.919 9.772 10.274 10.386 6.222 12.898 5.003 15.801 154.005
1.520 92.456 9.920 16.404 39.039 15.861 15.795 14.851 11.213 30.061 6.228 37.446 290.794
31 362 54 79 139 65 88 70 36 131 38 151 1.244
1.551 92.818 9.974 16.483 39.178 15.926 15.883 14.921 11.249 30.192 6.266 37.597 292.038
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Jumlah Pindahan
Deli Tua S unggalHamparan
PerakLabuhan
DeliPercut Sei
TuanBatang Kuis
Lubuk Pakam
Pagar Merbau
Pantai Labu Beringin
Jumlah Akhir Presentase
1 Prabowo-Hatta 136.789 15.102 53.262 44.699 15.933 91.428 16.245 18.379 10.146 10.445 12.254 424.682 53,19%
2 Jokowi-Jusuf Kalla 154.005 11.411 52.339 23.338 10.437 62.678 8.625 21.223 7.753 8.143 13.808 373.760 46,81%
290.794 26.513 105.601 68.037 26.370 154.106 24.870 39.602 17.899 18.588 26.062 798.442
1.244 139 387 205 79 531 95 136 69 97 73 3.055
292.038 26.652 105.988 68.242 26.449 154.637 24.965 39.738 17.968 18.685 26.135 801.497
Sumber: KPU Deli Serdang, 2014
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Tabel IV.80. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang
Jumlah Suara Sah
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Jumlah Suara Sah
100
Berdasarkan Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.346.089 pemilih tetapi jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan
suara sesuai Tabel IV.80. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang dan jumlah suara tidak sah sebanyak
801.497 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang sebesar 59.54% (Sumaber : Data KPU DS)
101
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang sudah dipaparkan pada bab-bab terdahulu, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Partisipasi Pemilih dalam setiap Pemilu di Kabupaten Deli Serdang dapat ditelusuri dari
kehadiran dan ketidakhadiran (voter turn-out) di Tempat Pemungutan Suara (TPS)
yang dipengaruhi beragam penyebab. Salah satu hal terkait masalah kehadiran pemilih
dalam Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kecenderungan bahwa: (a) Akurasi tahapan pemutakhiran data
pemilih. Persoalan paling sensitif dalam pelaksanaan pemilu Kabupaten Deli Serdang
yang paling rawan berhubungan dengan adanya NIK Ganda (b) Dinamika mobilitas
penduduk yang tergolong pada komuter yaitu penduduk yang bekerja di kota Medan
secara ulang-alik ke Kabupaten Deli Serdang, dimana terdaftar sebagai penduduk yang
memiliki KTP Kabupaten Deli Serdang, namun karena mereka harus bekerja di Kota
Medan dan tidak libur secara fakultatif menyebabkan ketidak pastian mereka dalam
kehadirannya di TPS. (c) Persebaran luasnya lahan Eks HGU perkebunan,
menyebabkan tingginya angka penggarap yang berasal dari banyak Kabupaten/kota lain
Sumatera Utara yang menjadi pemukim di Kabupaten Deli Serdang, yang belum
berstatus penduduk yang terdaftar dalam DPT Pemilu di Kabupaten Deli Serdang. (d)
Masalah tinggi rendahnya kehadiran dan ketidak hadiran pemilih (voting turn-out)
bersumber dari kekurang akuratan DPT Pemilu yang diakibatkan oleh metode verifikasi
dan pemutakhiran data pemilih sehubungan dengan fenomena “ghost voter”, yaitu
pemilih yang terdaftar dalam DPT yang digunakan sebagai referensi undangan terhadap
pemilih, tetapi pada saat hari H ternyata tidak datang atau tidak hadir ke TPS. Ketidak
hadiran pemilih (voter in-absentia) di TPS karena faktor diatas diakibatkan oleh
penduduk yang telah meninggal, pindah, melanjutkan studi dan bekerja di perantauan
(daerah lain) tetapi masih tetap terdaftar dalam Kartu Keluarga dan DPT yang disahkan
oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
2. Tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau
102
elite politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang
berdampak pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit
dengan aspirasi masyarakatnya. Kondisi ini tergambar dari keikutsertaan dari
responden sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi
keagamaan (36,5 %) dan organisasi sosial (15,5 %). Sedangkan yang aktif dalam
kegiatan LSM dan partai politik sangat rendah yaitu masing-masing 1,5 % dan 1,3%.
3. Pengenalan pemilih yang dijadikan responden dalam penelitian ini terhadap figure
calon legislatif, calon kepala daerah, mulai dari tingkat Gubernur sampai Bupati, dan
Presiden serta Partai Politik yang dipilih ternyata banyak dipengaruhi oleh faktor
sosialisasi politik yang telah diterima, karena faktor tersebut dapat mempengaruhi dan
merubah preferensi pemilih terhadap Capres/Cawapres, caleg pilihannya dan Parpol,
terutama bagi para responden yang baru pertama sekali mengikuti Pemilu atau
mengejawantahkan kedaulatan politiknya dalam memilih pejabat politik yang
mewakilinya di lembaga legislatif dan pemerintahan.
4. Tingkat kepuasaan masyarakat (pemilih) terhadap kinerja Pemerintah (Nasional,
Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang) yang rendah juga menjadi salah
satu penyebab rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Deli Serdang,
dimana masyarakat Deli Serdang beranggapan bahwa siapapun yang dipilih, tidak aka
nada perubahan yang mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, terbukti dari
banyaknya persoalan mulai dari harga bahan pokok yang terus meningkat, fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang belum merata serta infrastruktur jalan yang belum
terbangun sampai ke desa-desa terpencil.
5. Kurangnya sosialisasi mengenai kepemiluan mulai dari Pilkada Kepala Daerah
(Gubernur dan Bupati), Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu
Presiden/Wakil Preside yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu (KPU) dan Partai
Politik juga berperan penting dalam menyebabkan rendahnya partisipasi Pemilih dalam
setiap momen pemilihan umum di Kabupaten Deli Serdang.
103
B. REKOMENDASI
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi dalam mengatasi
rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam setiap pemilu di Kabupaten Deli Serdang adalah
sebagai berikut :
1. Konsekuensi dari fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang hadir ke TPS dapat
menimbulkan persoalan yang menjadi titik rawan dalam setiap penyelenggaraan
pemilu legislatif, pilpres dan Pilkada. Karena itu, masalah pemutakhiran data pemilih
harus dilakukan dengan ketelitian dan sistem yang andal setiap tahun oleh KPU
Kabupaten Deli Serdang bersama dengan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yaitu
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Deli Serdang dengan
menetapkan metode verifikasi dan revisi data pemilih secara terukur dan faktual.
2. Kualitas Pemilui tidak dapat hanya diukur dari tingginya partisipasi pemilih yang
hadir ke TPS tanpa dibarengi prilaku pemilih yang rasional. Karena ini KPU Deli
Serdang harus bekerjasama dengan berbagai pihak diantaranya Partai Politik, DPRD,
dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan pendidikan pemilih secara
reguler dengan sistem pendidikan politik yang dilengkapi dengan kurikulum yang
aplikatif yang dapat memenuhi tujuan demokratisasi dan kedaulatan rakyat.
3. Sosialisasi yang intens dengan menggunakan media-media kreatif yang mudah
dijangkau/diakses oleh Pemilih dan juga memanfaatkan tokoh-tokoh masyarakat
(Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Perempuan) untuk dapat lebih cepat
menyampaikan informasi baik mengenai tahapan pemilu maupun berkaitan dengan
calon/peserta pemilu baik kepala daerah, legislative maupun presiden.
104
DAFTAR PUSTAKA
American Center For International Labor Solidarity (ACILS), (1999), A Handbook For
Long-term Election Monitors: Indonesian General Elections 1999.
Budiarjo, Miriam (1994), Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Burns, D. (2000), “Can Local Democracy Survive Governance?” , Urban Studies, Vol. 37,
No. 5-6.
Burns, D., Hambleton, R. & Hogget, P. (1994), The Politics of Decentralisation
(Basingtoke: Macmillan).
Diamond, Larry (ed.), (1988), Democracies in Developing Countries, Lynne Riener Pub.,
Boulder, Colorado, vol. 3.
Duverger, Maurice, 2002, Sosiologi Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Feith, Herbert dan Castles, Lance (1988), Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965,
LP3ES, Jakarta.
Firmanzah, 2010, Persaingan, Legitimasi, Kekuasaan dan Marketing Politik: Pembelajaran
Politik Pemilu 2009, Yayasan Obor, Jakarta.
Grote, J. R and Gbikpi, B., eds (2002) Participatiry Governance, Opladen : Verlag Leske +
Budrich.
Harun, Rochayat dan Sumarno, 2006, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Mandar Maju,
Bandung.
Held, David, 1996, Model of Democracy, Stanford University Press, Cambridge.
Marijan, Kacung, 2010, Sistem Politik Indonesia, Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru,
Penerbit Kencana, Jakarta.
Mas’oed Mochtar dan Mac Andrews, Colin, (2001), Perbandingan Sistem Politik, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Musa, Ali Masykur, 2003, Sistem Pemilu: Proporsional Terbuka Setengah Hati, Pustaka
Indonesia Satu, Jakarta.
Rahman, Arifin, 2002, Sistem Politik Indonesia, Dalam Perspektif Struktural Fungsional,
Penerbit SIC, Surabaya.
105
Richardson, Henry S., 2002, Democratic Authonomy: Public Reasoning about the Ends of
Policy, Oxford University Press, New York.
Riswandi, 2009, Komunikasi Politik, Graha Ilmu Universitas Mercubuana, Jakarta.
Roode, Charlton Clymer, dkk, 2000, (terj.), Pengantar Ilmu Politik, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Romli, Lili, 2010, Evaluasi Pemilu Legislatif 2009, Tinjauan atas Proses Pemilu, Jurnal
Penelitian Politik, Vol. 7 No. 1/2010, LIPI, Jakarta.
Schmitter, P. (2000). “Participation in Governance Arrangement” , (in) Grote, J. R. and
Gbikpi, B., eds (2002).
United States Information Service (USIS), (tanpa tahun), Unsur-Unsur Pemilihan Umum
Demokratis dalam Apakah Demokrasi Itu? (Jakarta: USIS, Indonesia)
Varma, SP, 1999, Teori Politik Modern, PT Raja Grafindo Utama, Jakarta.
Wilopo, (1978), Zaman Pemerintahan Partai-Partai Dan Kelemahan- Kelemahannya,
Yayasan Idaya, Jakarta.
i
LAPORAN HASIL SURVEY PARTISIPASI PEMILIH; KEHADIRAN
DAN KETIDAK HADIRAN PEMILIH DI TPS (VOTER TURN-OUT)
PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG
Jl. Karya Jasa No. 8 Lubuk Pakam www.kpu-deliserdangkab.go.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemilu yang berlangsung di Indonesia pasca reformasi sudah empat kali yaitu tahun
1999, tahun 2004, tahun 2009, dan tahun 2014. Pemilu merupakan sarana dan instrumen
demokrasi bagi rakyat untuk mengelola partisipasi politiknya. Karena secara teoritik pemilu
merupakan salah satu arena memikat hati kalangan pemilih maupun calon pemilih agar partai
dipilih sehingga lolos threshold bahkan mampu menang dan menjadi partai politik mayoritas
dalam parlemen. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Romli (2010:93) menunjukkan
bahwa dalam menarik minat pemilihnya maka bentuk komunikasi politik yang paling kerap
dilakukan partai politik adalah kegiatan kampanye dalam Pemilu legislatif (Pileg) tahun 2009
dengan empat kecenderungan tipe pesan kampanye yaitu (1) identitas diri, (2) penonjolan
perestasi, (3) penonjolan ideologi, dan (4) pemaparan program. Media komunikasi politik
yang digunakan sudah mulai beragam baik yang konvensional (spanduk, brosur, kalender)
maupun yang modern (facebook, sms, email).
Sebaliknya kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam
menyumbangkan suaranya dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada partai politik dan kandidat tertentu, merupakan keputusan
yang dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan
dapat pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dialami
oleh pemilih. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat mempengaruhi pola
ekspresi pemilih terhadap identifikasi parpol pilihan atau berafiliasinya dalam partai politik.
Penilaian pemilih terhadap pola akomodasi kepentingan rakyat terhadap legislatif dan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi
dan pandangan masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas peserta Pemilu tahun
2014 lalu. Berdasarkan hasil penelitian Romli (2010: 94) bahwa prilaku memilih dalam
Pemilu tahun 2009 lalu memperlihatkan kecenderungan: (1) secara demografis, maka
kecenderungan pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi
(suku, jenis kelamin, dan agama) (2) perbedaan konsentrasi basis massa partai politik
mempengaruhi perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka
peranan patrón sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih
mempengaruhi pilihan masyarakat yang tinggal di pedesaan dan ada temuan berlangsungnya
2
perilaku transaksional, sedangkan di perkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari
media tv, radio, koran dapat mempengaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang
signifikan atas perolehan suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka
pemilih yang rasional idealis (kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi,
platform dan program parpol ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional
realistis (mempertimbangkan kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Ekspektasi atas peningkatan partisipasi pemilih dalam rangkaian Pemilu yang telah
berlangsung selama ini di Kabupaten Deli Serdang ternyata menggambarkan fakta yang
berbeda. Terjadi fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang kadang tinggi ataupun rendah,
sehingga menjadi relevan dan penting untuk dievaluasi dan dikaji faktor kausalnya. KPU
Kabupaten Deli Serdang sebagai Penyelenggara Pemilu memandang langkah evaluasi
melalui suatu riset untuk mendalami faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap
partisipasi politik pemilih berdasarkan kehadiran dan ketidak hadiran di TPS dalam Pemilu
Legislatif tahun 2014, Pemilu Presiden tahun 2014 dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
tahun 2013 lalu.
B. Perumusan Masalah
Dari paparan di atas, yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah bentuk, metode, dan saluran komunikasi dan pendidikan politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
serta Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu untuk meningkatkan
kehadiran pemilih ke TPS?
2. Bagaimanakah tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu Legislatif,
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun
2013 lalu?
3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kehadiran dan ketidakhadiran pemilih dalam
Pemilu Legislatif, dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pilkada Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2013 lalu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan kajian ini terkait dengan:
1. Untuk menggambarkan bentuk, metode, dan saluran komunikasi politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan
3
Pilkada Kabupaten Deli Srdang tahun 2014 yang lalu dalam upayanya
meningkatkatkan kehadiran pemilih di TPS-TPS.
2. Untuk menggambarkan tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu
legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2013 lalu?
3. Untuk menggambarkan karakteristik faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran dan
ketidakhadiran pemilih dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu.
D. Manfaat Penelitian
Adapun signifikansi penelitian ini, sebagai:
1. Referensi mengenai deskripsi ragam komunikasi dan pendidikan politik berbasis
evaluasi proses Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, khususnya
dokumen yang menggambarkan kondisi kecenderungan partisipasi politik pemilih.
2. Database mengenai gambaran pandangan dan harapan pemilih yang mempengaruhi
tingkat partisipasi politiknya khususnya kehadiran dan ketidakhadiran di TPS-TPS
dalam setiap Pemilu 2014 lalu, yang dapat dimanfaatkan oleh penyelenggara Pemilu
dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya untuk strategi peningkatan
partisipasi pemilih dalam Pemilu berikutnya.
4
BAB II
METODOLOGI
A. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilih Kabupaten Deli Serdang yang ikut serta
dan tidak ikut memberikan suara dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden, dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu, baik laki-laki maupun
perempuan.
Luasnya wilayah sampel dan besarnya jumlah populasi serta kerumitan dalam
mengidentifikasi responden, menjadi dasar utama peneliti dalam menetapkan teknik
penarikan sampel dan responden penelitian ini secara acak sederhana berbasis data DPT
(Data Pemilih Tetap) Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, karena Pemilu Legislatif tahun 2014
lalu adalah tahapan Pemilu yang paling awal dan DPTnya dipelakukan sebagai basis data
pemilih yang diperbaiki oleh KPU Kabupaten Deli Serdang untuk pembaruan DPT Pemilu
lainnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi DPT Pemilu Legislatif oleh KPU Deli Serdang, maka
jumlah pemilih terdaftar pada 394 PPS, 3485 TPS adalah 1.338.124 orang,
Dengan teknik multistage sampling, wilayah sampel Kecamatan ditetapkan keseluruhan
yaitu 22 kecamatan. Sedangkan pemilihan wilayah sampel desa ditetapkan secara purposive
dan proporsional dengan teknik acak sederhana. Jumlah responden penelitian adalah 400
(empat ratus) orang, dimana jatah masing-masing wilayah sampel kecamatan dan desa
ditetapkan berdasarkan proporsionalitas. Penetapan responden yang diwawancarai secara
berstruktur pada desa dan kelurahan terpilih dalam penelitian ini dilakukan sesuai prinsip
acak sederhana berbasis DPT PPS sesuai kuota yang dimiliki masing-masing. Responden
terpilih ditemui dan diwawancarai oleh enumerator sesuai dengan teknik wawancara
berstruktur.
Unit analisa penelitian ini adalah individu, bukan rumah tangga (household). Alasannya
karena hak memilih adalah hak politik dan keputusan individual, bukan keputusan kolektif,
selaras dengan prinsip pemilu yang salah satu sifatnya adalah rahasia.
5
Tabel II.1 Kerangka Sampel Penelitian
No Kecamatan Jumlah
Pemilih
Jumlah
Desa/Kelu
rahan
Proporsi
Sampel
Desa
(20 %)
Jumlah Responden
F %
1 GUNUNG MERIAH 2.105 12 2 10 2,50
2 STM. HULU 9.385 20 4 20 5,00
3 SIBOLANGIT 15.396 30 6 30 7,50
4 KUTALIMBARU 26.439 14 3 15 3,75
5 PANCUR BATU 63.265 25 5 25 6,25
6 NAMORAMBE 25.630 36 7 35 8,75
7 BIRU-BIRU 25.433 17 3 15 3.75
8 STM. HILIR 23.680 15 3 15 3.75
9 BANGUN PURBA 15.787 24 5 25 6.25
10 GALANG 45.796 29 6 30 7.50
11 TANJUNG
MORAWA
152.445 26 5 25 6.25
12 PATUMBAK 64.140 8 2 10 2.00
13 DELI TUA 39.127 6 2 10 2.00
14 SUNGGAL 187.733 17 3 15 3.75
15 HAMPARAN PERAK 105.570 20 4 20 5.00
16 LABUHAN DELI 41.917 5 2 10 2.50
17 PERCUT SEI TUAN 267.977 20 4 20 5.00
18 BATANG KUIS 46.920 11 2 10 2.50
19 PANTAI LIBU 33.403 19 4 20 5.00
20 BERINGIN 38.338 11 2 10 2.50
21 LUBUK PAKAM 81.886 13 3 15 3.75
22 PAGAR MERBAU 25.752 16 3 15 3.75
Jumlah 1.338.124 394 80 400 100,00
B. Teknik Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan teknik survey yang menggunakan kuesioner
sebagai instrumen utama digunakan sebagai pedoman wawancara berstruktur. Dalam hal ini
6
peneliti yang dibantu oleh enumerator mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden
untuk mendapatkan jawaban mengenai variabel penelitian yang relevan. Data utama studi ini
dikumpulkan dengan menyebarkan seperangkat pertanyaan tertutup dan terbuka dalam
kuesioner yang menguraikan tujuan dalam ruang lingkup penelitian ini, yang meliputi (a)
identitas pemilih berdasarkan karakteristik status sosial ekonomi, etnis dan regionalitas,
pengalaman sosialisasi dan partisipasi politik (b) Pola perilaku dan preferensi pemilih dalam
dalam menentukan pilihannya pada Pemilu 2014 lalu, (c). Dampak pemberitaan media
sosialisasi dan intensitas komunikasi politik terhadap kehadiran pemilih di TPS-TPS, (d).
Faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran pemilih di TPS, (e) Pandangan pemilih terhadap
proses penyelenggaran Pemilu 2014 lalu, (f). Harapan pemilih terhadap penyelenggaran
Pemilu berikutnya.
Data sekunder dikumpulkan dengan studi dokumentasi, berupa data yang bersumber
dari berbagai referensi, kepustakaan, peraturan-peraturan, jurnal penelitian dan bahan-bahan
tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.
C. Teknik Analisis Data
Data penelitian dipaparkan melalui kecenderungan pemusatan yang tertuang dalam
tabel frekuensi dan grafik. Untuk variabel-variabel penting yang saling berhubungan akan
diekpresikan dalam tabel silang, dimana signifikansi keterkaitannya dihitung dengan formula
statistik korelasional. Kecenderungan hubungan antar variabel penelitian berfungsi sebagai
eksemplar penjelasan angka-angka statistik terkait dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis penelitian (Supranto: 2004).
Selain itu, informasi yang terkumpul dari wawancara tidak berstruktur berguna sebagai
instrumen cross-check (konfirmasi) kebenaran normatif hasil survey. Dalam hal ini, temuan
survai dikomparasikan dengan hasil wawancara yang hasilnya digabungkan guna
mendapatkan kesimpulan praktis. Temuan teoritis dan informatif yang diperoleh dari studi
dokumentasi merupakan pemerkaya hasil penelitian, sehingga pembauran data primer dan
sekunder dipakai untuk membakukan kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demokrasi dan Pemilihan Umum
Sejarah demokrasi seringkali kabur dan terpotong-potong oleh sejarah hidupnya.
Kata demokrasi yang dalam bahasa Inggrisnya disebut democracy, awalnya bersumber dari
bahasa Perancis yaitu democratie yang dikenalkan pada abad ke 16. sebelumnya kata
demokrasi dirujuk dari bahasa Yunani (Greek) demokratia yang merupakan tautan dari kata
demos berarti rakyat (people) dan kratos berarti tatanan (rule) (Held, 1996: 1).
Penerapan demokrasi telah ada masa Athena Kuno sebagai kota tua (classical polis)
yang ditandai adanya persatuan, solidaritas, tingginya partisipasi dan dari terbatasnya jumlah
warga negara. Pada masa itu, warganegara tidak hanya dilibatkan dalam beragam kegiatan
diantaranya administrasi, keamanan, pembuatan hukum, hakim, perayaan yang berkaitan
dengan keagamaan, hiburan dan festival, dasarnya dikaitkan dengan legitimasi kehidupan
politik modern, tetapi mereka juga berkewajiban untuk melaksanakan penelitian dan
pengawasan terhadap penduduk yang tidak turut ambil bagian dalam negara (Held, 1996: 23).
Saat ini, demokrasi identik dengan legitimasi kehidupan politik modern, dimana
makna demokrasi menunjukkan modernitas sistem kedaulatan yang sangat beragam dan luas,
mulai dari pemerintah bervisi teknokrat sampai pada konsepsi kehidupan sosial yang ditandai
oleh ekstensifnya partisipasi politik.
Untuk Indonesia, secara historis, dapat dikategorikan pelaksanaan orde demokrasi di
Indonesia atas 4 (empat) bentuk, yaitu: Demokrasi Liberal (1950-1959), Demokrasi
Terpimpin (1959-1966), dan Demokrasi Pancasila (1966-1997), dan Demokrasi pasca orde
baru yaitu, era Reformasi (1998 – sekarang).
Demokrasi yang telah kita terapkan ternyata berubah-ubah esensi dan aplikasinya
dalam praktik politik di Indonesia. Demokrasi yang berlangsung dekade terakhir ini bahkan
bagi sebagian pihak disikapi secara berlebihan, terlalu bebas dan menitik beratkan pada
proses dan cara, sehingga menghasilkan pemerintahan dan tata hubungan kelembagaan
negara yang tidak stabil, serta seringkali diwarnai konflik-konflik kepentingan. Di sisi lain,
ada pula sikap yang menggunakan demokrasi sebagai tujuan dengan mengabaikan proses dan
cara-caranya, sehingga realitas demokrasi berwujud pada adanya kompromi atau deal-deal
politik yang menguntungkan sepihak dan sekelompok orang, yang pada giliran selanjutnya
justru mengabaikan kepentingan publik dan kemaslahatan masyarakat. Karena itu, perlu
8
untuk ditegaskan bahwa demokrasi merupakan sebuah cita-cita sekaligus pengelolaan sebuah
negara secara beradab.
B. Teori Partisipasi
Partisipasi adalah persoalan relasi kekuasaan, atau relasi ekonomi politik, yang
dianjurkan oleh demokrasi. Partisipasi warga masyarakat adalah pusat kekuasaan,
kewenangan dan kebijakan yang mengatur (mengelola) alokasi berada dalam konteks
governance, yakni relasi antara Negara (pemerintah) dan masyarakat (rakyat). Negara-
barang (sumberdaya) publik pada masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat hak sipil dan
politik, kekuasaan massa, kebutuhan hidup, dan lain-lain. Dengan demikian, partisipasi
adalah jembatan penghubung antara negara dan masyarakat agar pengelolaan barang-barang
publik membuahkan kesejahteraan bagi manusia sebagi individu maupun dalam sebuah
kelompok masyarakat (human wellbeing).
Partisipasi dalam Pemerintahan (govermance) cenderung merujuk pada keterlibatan
dan interaksi organisasi dan institusi yang mempunyai tanggung jawab terhadap atau
berhubungan dengan tindakan kolektif di bidang publik. Hubungan horizontal antara aktor
atau stakeholders dalam jaringan kerja merupakan ciri khas Pemerintahan (governance), dan
dinyatakan bahwa partisipasi dalam governance itu dipengaruhi oleh kebijakan (Schmitter,
2002). Banyak organisasi ‘sektor ketiga’ organisasi komunitas dan sukarela – memperoleh
tanggung jawab dalam governance (Stoker, 1998: 21). Partisipasi dalam Pemerintahan
(governance) berhubungan kuat dengan gagasan mengenai kepentingan dan organisasi publik
dan swasta yang mempunyai risiko dalam sebuah keputusan dilibatkan dalam persiapannya.
Ia dimaksudkan menciptakan dukungan bagi usulan kebijakan, memperbaiki kualitas
keputusan dengan mengerahkan keahlian dan pengetahuan eksternal, dan meningkatkan
legitimasi keputusan demokratis (Klijn dan Koppenjan,2000).
Dari sudut pandang Negara, demokrasi mengajarkan bahwa partisipasi sangat
dibutuhkan untuk membangun pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan responsif
terhadap kebutuhan masyarakat. Tiadanya partisipasi hanya menabur pemerintahan yang
otoriter dan korup. Dari sisi masyarakat, partisipasi adalah kunci pemberdayaan. Partisipasi
memberikan ruang dan kapasitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak
mereka, mengembangkan potensi dan prakarsa lokal, mengaktifkan peran masyarakat serta
membangun kemandirian masyarakat .
9
Dalam konteks governance, partisipasi hendak menempatkan masyarakat pada posisi
yang sebenarnya. Pertama, masyarakat bukanlah sebagai hamba (client) melainkan sebagai
warga (citizen). Jika hamba memperlihatkan kepatuhan secara total, kalau konsep warga
menganggap bahwa setiap individu adalah pribadi yang utuh dan mempunyai hak penuh
untuk memiliki. Warga dan kewargaan secara jelas merupakan bangun politik, yang
menggambarkan sifat hubungan yang dimiliki individu dengan institusi Negara dan
masyarakat sipil. Warga dapat dipandang sebagai anggota masyarakat yang mempertahankan
beberapa gagasan kepentingan umum, dan gagasan kewargaan diikat dengan gagasan
demokrasi. Warga dibedakan dari nasabah (customers), klien dan consumer. Terutama
menarik ilham dari sektor swasta, nasabah dan consumer yang berhubungan dengan
organisasi sebagai pembeli yang memilih barang dan pelayanan klien bergantung pada dan
sebagian besar tunduk pada, keahlian professional; warga mempunyai kesadaran yang jauh
melebihi bidang mereka sendiri dan berkepentingan untuk “mempengaruhi keputusan publik
yang mempengaruhi kualitas kehidupan lokal”, mungkin dengan mengorbankan kepentingan
perorangan mereka sendiri (Burns et al., 1994; Gyford, 1991). Kedua, masyarakat bukan
dalam posisi yang diperintahkan tetapi sebagai teman sejajar (partner) pemerintah dalam
mengelola pemerintahan dan pembangunan. Ketiga, partisipasi bukanlah pemberian
Pemerintah tetapi sebagai hak warga masyarakat. Keempat, warga bukan sekedar objek pasif
penerima manfaat kebujakan pemerintah, tetapi sebagai aktor atau subjek yang aktif
menentukan kebijakan. Warga yang aktif didefinisikan sebagai agen demokrasi, yang
memberdayakan diri mereka sendiri melalui tantangan mereka terhadap aktivitas institusi dan
organisasi yang membentuk kehidupan sehari-hari mereka. Kewarganegaraan adalah tentang
kontribusi, atau input, dari individu kepada hubungan kolektif, dan hubungan antara individu
dan hubungan mereka yang lebih luas dengan masyarakat. Warga diharapkan terlibat dalam
urusan publik dan memberikan kontribusi terhadap isu-isu dalam urusan publik (Raco dan
Imri, 2000).
Cara pandang baru menempatkan posisi masyarakat itu secara historis yang
mempengaruhi haluan baru pembangunan dan mempengaruhi haluan baru pembangunan dan
Pemerintahan, meski secara empirik belum menjadi kenyataan. Kaum miskin, misalnya,
sekarang ditempatkan sebagai pemangku kepentingan pembangunan. Partisipasi juga
dipandang dengan tujuan, bukan hanya proses atau cara untuk mencapai tujuan, sehingga
muncul agenda pemberdayaan yang menghubungkan partisipasi dengan demokrasi,
kewargaan dan kesetaraan. Partisipasi dilihat sebagai kekuatan besar untuk transformasi
10
relasi sosial, ekonomi dan politik yang telah lama membuat kemiskinan. Sekarang agenda
penanggulangan kemiskinan mulai menempatkan kaum miskin dalam posisi yang terhormat,
memberi ruang pada mereka untuk mengembangkan partisipasi dan prakarsa lokal, sehingga
konsep kaum miskin sebagai penerima manfaat proyek tidak terlalu relevan dibicarakan.
Literatur klasik selalu menunujukkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi program pembangunan. Tetapi
apa makna substantif yang terkandung dalam sekuen-sekuen partisipasi itu? Partisipasi
adalah voice, akses dan kontrol warga masyarakat terhadap pemerintahan dan pembangunan
yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Pertama, voice adalah hak dan tindakan warga masyarakat menyampaikan aspirasi,
gagasan, kebutuhan, kepentingan, dan tuntutan terhadap komunitas terdekatnya maupun
kebijakan pemerintah. Tujuannya adalah mempengaruhi kebijakan Pemerintah maupun
menentukan agenda bersama untuk mengelola kehidupan secara kolektif dan mandiri.
Kedua, akses berarti kesempatan, ruang dan kapasitas masyarakat untuk masuk dalam
arena governance, yakni mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta terlibat aktif
mengelola barang-barang publik. Akses warga terhadap pelayanan publik termasuk dalam
rubrik ini. Ada dua hal penting dalam akses: keterlibatan secara terbuka (inklusi) dan
keikutsertaan/keterlibatan (involvement). Keduanya mengandung kesamaan tetapi berbeda
titik tekannya. Inklusi menyangkut siapa yang terlibat, sedangkan involvement berbicara
tentang bagaimana masyarakat terlibat. Keterlibatan berarti ketersediaan ruang dan
kemampuan bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses politik, terutama kaum miskin,
minoritas, rakyat kecil, perempuan, dan lain-lain. Akses akan menjadi arena titik temu antara
warga dan pemerintah. Pemerintah wajib membuka ruang akses warga dan memberikan
layanan publik, terutama pada kelompok-kelompok marginal. Sebaliknya warga secara
bersama-sama proaktif mengidentifikasi problem, kebutuhan dan potensinya maupun
merumuskan gagasan pemecahan masalah dan pengembangan potensi secara sistematis.
Pemerintah wajib merespons gagasan warga sehingga bisa dirumuskan visi dan kebijakan
bersama dengan berpihak pada kemitraan dan kepercayaan.
Ketiga, kontrol warga masyarakat terhadap lingkungan komunitasnya maupun proses
politik yang terkait dengan pemerintah. Kita mengenal kontrol internal (self-control) dan
kontrol eksternal. Artinya kontrol bukan saja mencakup kapasitas masyarakat melakukan
11
pengawasan (pemantauan) terhadap kebijakan (implementasi dan risiko) dan tindakan
pemerintah, tetapi juga kemampuan warga melakukan penilaian secara kritis dan reflektif
terhadap risiko-risiko atas tindakan mereka. Kontrol internal ini sangat penting karena
masyarakat sudah lama berada dalam konteks penindasan berantai: yang atas menindas yang
ke bawah, sementara yang paling bawah saling menindas ke samping. Artinya kontrol
eksternal digunakan masyarakat untuk melawan eksploitasi dari atas, sementara self-control
dimaksudkan untuk menghindari mata rantai penindasan sesama masyarakat, seraya hendak
membangun tanggung jawab social, komitmen dan kompetensi warga terhadapat segala
sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Partisipasi dan desentralisasi (otonomi daerah) tentu mempunyai hubungan simbiosis.
Pada suatu pihak, desentralisasi yang berhasil memerlukan beberapa partisipasi lokal.
Kedekatan pemerintah lokal dengan konstituen mereka akan memungkinkan mereka
merespons secara lebih baik terhadap kebutuhan lokal dan menyesuaikan secara efisien
pengeluaran publik dengan kebutuhan perorangan hanya jika informasi mengalir antar warga
Negara dan pemerintah lokal. Pada pihak lain, proses desentralilasi sendiri dpaat
meningkatkan kesempatan partisipasi dengan menempatkan lebih banyak kekuasaan dan
sumberdaya pada tingkat pemerintah yang lebih dekat, lebih dikenal, dan lebih muda
dipengaruhi. Dalam lingkungan dengan tradisi partisipasi warga Negara buruk, desentralisasi
dapat merupakan langkah pertama yang penting dalam menciptakan kesempatan interaksi
rakyat-negara yang teratur,dapat diramalkan.
Hubungan simbiosis antara desentralisasi dan partisipasi ini dapat mengarah pada
garis pedoman kebijakan yang agak bertentangan. Mekanisme partisipasi warga Negara dapat
dianggap sebuah prasyarat yang sangat berguna ketika mengevaluasi prospek desentralisasi
harus memperhitungkan kesempatan dan keterbatasan yang ditentukan oleh saluran
partisipasi lokal yang ada. Kekurangan mekanisme partisipatoris, bagaimanapun, dapat
membantu menciptakan tuntutan lokal terhadap saluran partisipatoris yang lebih banyak
untuk menyuarakan prefensi. Saluran partisipasi yang dilembagakan dan kemampuan orang
untuk menggunakan saluran tersebut harus dipertimbangkan dalam desain desentralisasi.
Pemilu lokal yang jujur dan teratur, semaraknya forum warga, dan tingkat modal sosial yang
tinggi (kesatuan komunitas dan sejarah kerja sama) memungkinkan warga Negara untuk
menandai prefensi mereka secara efisien dan menjalankan pemenuhan keinginan mereka oleh
pemimpin.
12
Penilaian seberapa banyak input warga mempengaruhi tindakan pemerintah lokal
memberikan titik permulaan untuk mendesain kebijakan desentralisasi. Kondisi awal
semacam itu membantu menentukan tingkat yang pada tingkat itu desentralisasi akan
meningkatkan responsifitas pemerintah keseluruhan terhadap warga dan memberikan garis
petunjuk bagi pelibatan tindakat peningkatan partisipasi dalam kebijakan desentralisasi.
Pemilu teratur, referendum lokal, forum warga, dewan publik, dan struktur kelembagaan
lainnya merupakan memperbaiki kemampuan pemerintah lokal untuk mengindentifikasi dan
bertindak menurut preferensi warga Negara. Tingkat modal sosial, yang menentukan
bagaimana sebaiknya warga Negara dapat memanfaatkan rencana institusional untuk
berpartisipasi, lebih lambat berkembang dan lebih sulit untuk menentukannya.
Desentralisasi mengandalkan pada partisipasi untuk memperbaiki alokasi pelayanan,
tetapi ia tidak memerlukan jenis input warga Negara yang luas disebutkan di depan. Dalam
kasus di mana pemerintah lokal tidak dipilih, di mana proses pemilihan mengistimewakan
sekelompok kecil elit, atau di mana tingkat modal sosial yang rendah menghalangi pertukaran
aktif, proses desentralisasi dapat didesain untuk membangun jenis partisipasi yang lebih
terbatas. Mekanisme isu-khusus dan proyek khusus untuk meningkatkan arus informasi
antara pemerintah dan warga Negara sering dapat dengan lebih cepat dan lebih mudah pada
tingkat lokal daripada di pemerintah pusat.
Partisipasi warga dapat dibenarkan dalam hubungannya dengan legitimasi berorientasi
input dan output, dan ia dapat memberikan kontribusi terhadapat efektivitas system.
Legitimasi berbasi input mengungkapkan nilai partisipasi luas dalam governance, yang
memperlihatkan, yang memperlihatkan perlunya penentuan sendiri dan persetujuan rakyat, di
mana nilai-nilai demokrasi sangat kuat. Partisipasi warga di luar pemilihan memberi saluran
lebih lanjut bagi rakyat untuk mengungkapkan preferensi mereka, dan teori yang
berhubungan dengan demokrasi partisipatoris memuat unsur-unsur yang berhubungan dengan
legitimasi input. Pateman yang mengupas karya Rousseau, Mikk dan Cole, menunjuk pada
tiga alasan mengapa partisipasi luas diperlukan sekali ia mendidik partisipan, ia memberi
warga kontrol, dan ia menghasilkan identitas komunitas. Pemerintah demokratis, yang
dipedomani oleh input partisipasi warga, hanya menghasilkan kebijakan, karena ia tidak akan
mungkin setuju pada kegiatan-kegiatan yang tidak adil. Partisipasi warga mendukung sistem
partisipatoris, karena”kualitas yang diperlukan warga adalah kualitas proses partisipasi itu
13
sendiri yang mengembangkan dan membantu perkembangan” (Pateman, 1970:25). Partisipasi
warga membantu mendidik rakyat dalam seni partisipasi.
Partisipasi warga juga dapat memberikan kontribusi terhadap legitimasi berbasis-
output. Keterbilatan warga membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya
akan membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya akan membantu
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Mereka yang terlibat dalam penyiapan
kebijakan dan permusyawaratan kebijakan lebih mungkin untuk tunduk ketika kebijakan itu
berlaku, khususnya jika mereka adalah dikalangan mereka dari mereka yang dipengaruhi dan
mendapat dampak. Pembenaran ini adalah pembenaran yang timbul dari perdebatan terdahulu
dan lebih belakangan ini. Pateman berargumen partisipasi “membantu penerimaan keputusan
bersama” (1970: 43). Demikian pula, model-model keterlibatan misalnya debat publik,
keterlibatan dari mereka yang dipengaruhi, atau keterlibatan para ahli dibenarkan secara
fungsional dengan alasan bahwa mereka membantu meningkatkan penerimaan dan
pemecahan persoalan atau membantu memfasilitasi pelaksanaan. Partisipasi ini dapat juga
membantu pembuat kebijakan lebih tahu, dan karena para wakil dan kaum profesional
membuat keputusan yang didasarkan pada pengetahuan publik dan keahlian politik dan
profesional
Partisipasi tentu tidak datang dengan sendirinya. Hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat tidak serta merta terbangun secara demokratis dan partisipatif, sebab pemerintah
dimanapun akan cenderung otoritarian dan sentralistik bila tidak dihadapkan pada
pembatasan kekuasaan kekuasaan dan kontrol dari luar yang kuat. Di era otonomi daerah
sekarang, munculnya wacana dan gerakan partisipasi bukan semata inisatif dari pemerintah,
melainkan juga karena peran kekuatan-kekuatan intermediary dari sejumlah organisasi
masyarakat sipil. Begitu banyak lembaga non pemerintah (NGO) di Indonesia yang terus-
menerus memperjuangkan partisipasi masyarakat untuk membangkitkan suara rakyat dan
menentang dominasi elite dalam proses politik dan pembangunan.
C. Partisipasi dalam Demokrasi
Secara konstitusional, prinsip demokrasi dirumuskan dalam UUD Tahun 1945,
diantaranya pada Pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, yang diperkuat dengan isi Pasal 28 yang
menegaskan makna demokrasi terealisasi dengan adanya jaminan negara atas kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
14
Secara teoritis, terdapat sejumlah indikator empirik dalam praktek negara yang
demokratis diantaranya: adanya Pemilu, terlaksananya prinsip check and balances, adanya
rotasi kekuasaan yang obyektif, adanya partai politik yang demokratis, adanya kemerdekaan
hak-hak dasar, persamaan didepan hukum, dan akuntabilitas pejabat penyelenggara
pemerintahan dan kelembagaan negara.
Demokrasi yang kita inginkan adalah adanya mekanisme partisipasi rakyat yang
mampu mengawasi dan mengkontrol tindakan pengelola negara (Legislatif, Eksekutif,
Yudikatif). Dalam konteks ini, demokrasi yang perlu kita tegakkan adalah mekanisme politik
yang mengedepankan partisipasi setiap warga negara untuk berhak dalam menentukan
kebijakan pemerintahan sekaligus memiliki daya kontrol melalui adanya perlakuan yang
sama dalam kedudukan hukum dan pemerintahan. Artinya nilai demokrasi yang akan kita
kembangkan berhubungan dengan kualitas hubungan timbal balik antara pemerintah dan
pengelola kelembagaan negara dengan yang diperintah atau masyarakat umum.
Bagaimana rakyat dapat berpartipasi? Pertanyaan ini dapat diterangkan dari paparan
Robert Dahl (1971), yang menegaskan bahwa ada dua dimensi demokrasi yang satu sama lain
saling berkaitan. Dimensi pertama adalah tersedianya peluang persaingan bebas dan terbuka
untuk mendapatkan semua kedudukan dan kekuasaan. Dimensi kedua adalah terdapatnya
jaminan bagi partisipasi politik seluruh warga negara. Dalam konteks ini dapatlah kita
mengerti bahwa negara yang menerapkan demokrasi adalah negara yang mendorong warga
masyarakatnya untuk berinisiatif dan kreatif dalam mendapatkan jabatan atau kekuasaan
politik sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut, dimana mekanismenya
berlangsung melalui adanya pemilihan yang bersifat umum, bebas, rahasia, dan setara.
Karena itu, tidak ada artinya demokrasi tanpa adanya pemilihan umum. Pemilihan
umum yang memenuhi prinsip-prinsip demokrasi adalah Pemilu yang diselenggarakan secara
teratur dan terjadwal dengan sistem pemilihan langsung yang bebas dan rahasia.
Bagaimanakah cara menghasilkan Pemilu yang demokratis? Pemilu yang obyektif harus
dikendalikan oleh satu lembaga yang independen. Penyelenggara Pemilu tidak boleh
memihak pada salah satu kontestan atau peserta Pemilu. Selain itu, setiap warga negara
dalam menetapkan pilihannya haruslah terlindungi dan dijamin dengan undang-undang,
sehingga pilihannya merupakan suara nurani yang murni tanpa adanya paksaan, tekanan,
intimidasi dari pihak-pihak tertentu yang mengedepankan cara-cara inkonstitusional dalam
meraih kepentingannya.
Pemilu bukan hanya merupakan sarana mencari kekuasaan bagi partai, tetapi partai
membutuhkan dukungan suara sebagai modal untuk legitimasi pemerintahan yang dibentuk
15
oleh partai pemenang Pemilu. Karena itu, simpati masyarakat harus didapatkan oleh partai
politik peserta pemilu dengan berbagai aktivitas yang bernuansa pendidikan politik bagi
rakyat. Tujuan dari upaya meningkatkan partisipasi publik dalam Pemilu ini terkait dengan
pernyataan Almond dan Powell yang menyatakan bahwa sistem-sistem modern dimana
struktur politiknya berbeda-beda (partai-partai politik, kelompok kepentingan, dan media
massa) yang berkembang membentuk aktivitas budaya politik participant.
D. Partisipasi dan Pendidikan Politik
Proses demokratisasi dapat didekati dari partisipasi publik yang dilakukan sengaja
melalui disain kelembagaan (Marijan, 2010:128). Namun realitasnya di Indonesia,
demokratisasi tidak cukup hanya mengandalkan disain kelembagaan, dimana tersedianya
berbagai perundang-undangan yang menjamin kebebasan berpendapat, berekspresi, dan
berorganisasi ternyata tidak serta merta mendorong adanya partisipasi publik (disconnected
electoral). Pemilu tahun 2004 menjadi contoh, dimana corak kesukarelaan (voluntary)
pemilih untuk menyumbang partai politik yang sangat rendah, bahkan corak partisipasi
politiknya cenderung berhubungan dengan ’transaksi-transaksi material’ (Marijan, 2008:130).
Adanya komunikasi dan pendidikan politik yang efektif merupakan instrumen yang
signifikan dalam pengembangan partisipasi politik rakyat yang sering diperhatikan dalam
pelaksanaan Pemilihan Umum di negara-negara demokratis. Karena itu, tingkat partisipasi
politik masyarakat di negara berkembang merupakan masalah yang menarik bagi para ahli
politik. Secara umum definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok
orang yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih
pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Kegiatan berpartisipasi tersebut diantaranya, memberikan suara
pada Pemilu, menghadiri rapat umum (kampanye), menjadi anggota parpol atau organisasi
sosial politik yang underbauw partai politik, mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah atau parlemen yang bertujuan politik.
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya No Easy Choice: Political
Participation in Developing Countries menyatakan bahwa: partisipasi politik adalah kegiatan
warganegara yang bertidak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau illegal, efektif atau tidak efektif (Budiardjo, 1988:3).
16
Pemikiran mengenai partisipasi politik bagi negara demokratis berangkat dari prinsip
kedaulatan adalah ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkaan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-
orang yang akan menduduki jabatan-jabatan publik dan politis. Jadi partisipasi politik
merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh
masyarakat. Dalam negara demokratis makin banyak masyarakat mengambil peran makin
baik.
Partisipasi dapat berbentuk otonom (autonomous participation) dan partisipasi yang
dimobilisasi (mobilized participation). Pada umumnya orang beranggapan partisipasi politik
dalam bentuk yang positif saja, tetapi Huntington dan Nelson beranggapan bahwa
demonstrasi, teror, pembunuhan (lawan) politik, dan bentuk kekerasan lain yang bermotif
politik juga merupakan bentuk partisipasi. Namun Verba (Budiardjo: 1998) tidak mau masuk
dalam bentuk partisipasi yang rumit tersebut, akan tetapi membatasi diri pada tindakan-
tindakan yang legal. Metode atau cara berpartisipasi, intensitasnya terkait dengan keterikatan
atau posisi politik yang dimiliki seseorang.
Bagaimanakah warganegara atau orang-orang dapat rasional dalam
mengejawantahkan partisipasi politiknya? Hal ini dapat berlangsung manakala sudah
mengalami pendidikan politik, karena itu merupakan bagian dari pendidikan orang dewasa.
Khususnya diarahkan pada upaya membina kemampuan mengaktualisasikan-diri sebagai
pribadi yang otonom bebas dan pada sosialisasi-diri (pengembangan dimensi sosialnya),
dalam kaitannya dengan statusnya selaku warga Negara di suatu Negara. Aktualisasi-diri
dapat ditafsirkan sebagai sebagai mengaktualkan segala bakat dan kemampuan, sehingga
pribadi bias berkembang, lalu menjadi aktif dan kreatif, berkarya aktualisasi-diri sebagai
pribadi yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap sesama mahkluk hidup, dan
terhadap Tuhan. Selanjutnya dia berkewajiban memberikan partisipasi sosialnya kepada
masyarakat dan Negara selaku warga-masyarakat dan warganegara yang susila dan
bertangung jawab.
Senyatanya, dalam masyarakat modern sekarang, partisipasi penuh dan bertanggung
jawab dari rakyat itu tidak bisa berlangsung secara otomatis. Hal ini disebabkan antara lain
oleh kejadian sebagai berikut :
1. Terlalu kompleksnya susunan masyarakat modern dengan dimensi-dimensi sosial
dan politik yang saling terkait, yang sulit dipahami oleh orang awam, sehingga
orang tidak tahu bagaimana cara berpartisipasi di medan politik.
17
2. Banyak orang merasa tidak berdaya secara fisik maupun mental ideologis untuk
memahami, terlebih lagi untuk ikut mempengaruhi proses-proses sosial dan politik
di tengah masyarakat.
3. Masyarakat pada umumnya dengan sengaja lebih banyak difungsikan sebagai
obyek politik, konsumen politik dan pengikut politik yang total patuh tunduk,
tanpa mampu memahami kedudukan selaku warganegara di tengah macam-
macam struktur politik. Mereka merupakan “arus bawah” yang pada umumnya
ditekan oleh “majikan-majikan di atas”. Pada umumnya tidak menyadari adanya
hegemoni politik supremasi politik.
Sehubungan dengan kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan dan
ketidaktahuan politik, kemudian untuk merangsang partisipasi politik secara aktif dari rakyat
dalam usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik di alam demokrasi kita
sekarang. Hal ini sesuai dengan isi yang tersirat dalam Sila Keempat Pancasila kita. Sebab
tujuan pendidikan politik antara lain ialah:
1. Membuat rakyat menjadi melek-politik/sadar politik.
2. Meningkatkan kreatifitas rakyat dalam partisipasi sosial politik di era
pembangunan
3. Menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih nyaman dan
sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia.
Berkaitan dengan perilaku politik, dalam komunitas politik itu terjadi dua proses,
yaitu :
1. Pendidikan politik yang dilakukan secara intensional ( dengan sengaja dan dengan
tujuan tertentu);
2. Sosialisasi politik, yaitu proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan.
Sosialisasi politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan
tanpa refleksi harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari
struktur-struktur politik yang ada di masyarakat. Sedang pendidikan politik ialah untuk
mengarahkan anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah
kehidupan politik.
Telah kita simak, bahwa politik antara lain diartikan sebagai kegiatan menggunakan
kekuasaan dalam satu wilayah yang disebut Negara, untuk menyelesaikan : masalah-masalah
rakyat, dan pengaturan lembaga-lembaga negara beserta fungsinya
18
Sedang negara itu berasal ada dari kemauan rakyat, dan dengan sengaja dijadikan dari
kemauan rakyat, serta dengan sengaja pula dijadikan alat oleh rakyat untuk mencapai tujuan-
tujuan hidup tertentu.
Negara merupakan hasil persetujuan bersama sejumlah rakyat yang bertekad bulat
untuk membangun satu “wadah hidup” yaitu Negara. Karena Negara adalah sesuatu dari,oleh
dan untuk sekelompok manusia yang disebut RAKYAT tadi. Maka sudah ada kesadaran
politik pada rakyat. Negara merupakan organisasi politik yang berpemerintahan sendiri dan
menjalankan kekuasaannya lewat perorangan (kepala Negara) serta kelembagaanya yang
mewakili seluruh rakyat. Dengan begitu Negara tidak hanya menjadi urusan para elite
penguasa saja, akan tetapi menjadi : urusan seluruh rakyat untuk ikut serta menegakkan,
mengatur dan mempertahankan keberadaan Negara tersebut.
Agar rakyat benar-benar memahami hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara,
dan bisa berperan serta secara politik, rakyat memerlukan pendidikan politik yang sangat
diperlukan untuk legalitas perjuangan politik dalam meraih tujuan sosial-ekonomi dan
tujuan-tujuan politik tertentu. Selanjutnya, perjuangan politk selalu berlangsung dalam situasi
bertemunya macam-macam kekuatan sosial dan politik, dengan struktur organisasi, cara kerja
dan tujuan politik masing-masing. Maka di Negara/pemerintahan menuju ke hidup sejahtera.
Sebab partisipasi aktif (berbuat nyata) itu mempunyai pengaruh dan kekuatan, karena rakyat
bisa ikut dalam pengawasan terhadap perbuatan mengatur masyarakat dan Negara. Maka
menjalani proses politik lewat pendidikan politik dan belajar berpolitik tanpa bisa ikut
berbuat politik itu adalah sama saja dengan berenang-renang di atas kasur.
Sebaliknya, melakukan perbuatan politik tanpa pendidikan, dan tanpa “empan papan
(Empan papan adalah suatu sikap tertentu sehingga sikap itu tidak bertentangan dengan keadaan
dan aturan yang terjadi di tempat dan pada waktu tertentu di mana pelakunya tinggal”,
terjemahan bebas) bisa disebut sebagai aktivisme, yaitu berbuat awur-awuran, nekad tanpa
nalar, anarkhi atau perbuatan makar.
Dalam kegiatan pendidikan politik, orang-orang yang tengah belajar itu merupakan
siswanya. Sedang belajar politik itu mengandung konotasi sebagai berikut :
1. Lebih memahami diri sendiri dan situasi-situasi kondisi sekitarnya dalam konteks
Negara.
2. Mampu mawas secara kritis peristiwa-peristiwa politik.
3. Bisa menentukan sikap politik dengan tegas.
4. Sanggup memberikan penilaian yang adil terhadap perisitiwa-peristiwa politik.
5. Mau berbuat politik sesuai dengan hati nurani yang bersih dan bertanggung jawab.
19
Perlu juga diingat bahwa perbuatan manusia dan hasil-hasil karyanya misalnya dalam
bentuk pemerintahan, kekuasaan, lembaga kemasyarakatan, politik, kebudayaan, dan
seterusnya itu tidak akan pernah selesai dan sempurna. Yaitu bukan berupa struktur-struktur
yuridis formal yang mantap, bukan berupa institusi politik yang permanen, juga tidak ada
immanensi parlementer. Segala hasil tidak dengan tangan manusia itu tidak akan pernah
rampung dan sempurna; semuanya masih bisa dipertanyakan relevansinya. Dan menjadi
garapan yang selalu bisa diubah dan diperbaiki/direvisi, disesuaikan dengan prinsip efisiensi
dan tuntutan zaman; demi pemerataan keadilan dan kesejahteraan.
Selanjutnya, demokrasi juga bukan merupakan situasi yang sudah selesai/finished;
tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan digarap tanpa henti-hentinya
menuju kearah kemajuan dan kebaikan. Maka diperlukan pula demokratisasi pribadi
manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat pemerintah, agar
semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang. Dengan demikian,
demokrasi juga mengandung usaha :
1. Memperbesar kekuasaan-menentukan dari opini publik (pendapat umum) dan
partisipasi politik rakyat,
2. ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya pemerintahan menuju
ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Pendidikan politik itu bukan merupakan justifikasi dan rasionalisasi bagi struktur-
struktur kekuasaan yang ada, dengan bantuan alat-alat agogis. Juga bukan berupa sikap
defensive dari pemerintah kritik-kritik rakyat. Bukan pula wujud penyesuaian diri yang pasif
tanpa sadar dari rakyat terhadap situasi sosial dan politik yang tidak/kurang mapan pada saat
ini. Akan tetapi pendidikan politik bersungguh-sungguh ingin membukakan pengertian
kepada rakyat kan :
1. Tempat kedudukan politik warganegara di tengah masyarakat dan di tengah struktur-
struktur politiknya.
2. Hak dan kewajibannya yang seimbang selaku warganegara.
Maka ada kebutuhan pada rakyat yang menanyakan “Apakah semua urusan politik itu
sudah berjalan baik,benar dan adil”? Dan bagaimanakah cara penyelesaian politik yang
paling baik untuk mengatasi masalah-masalah sosial politik yang berkembang di tengah
masyarakat?
Wawasan politik yang kritis yang ditekankan dalam pendidikan politik itu diperlukan
untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial. Kemudian orang mencari
20
kemungkinan alternatif baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara
penyelesaian politik yang paling aman ditempuh. Dengan demikian akan berlangsung proses :
1. Penjernihan wawasan politik mengenai situasinya.
2. Antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-masa mendatang,
disusul dengan :
3. Redifinisi dan pengubahan terhadap pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang
bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga terhadap lembaga-lembaga politik dan
situasi masyarakatnya.
Pendidikan politik tidak bisa dilepaskan dari pandangan hidup/Lebensanschaung
rakyat dan dari struktur masyarakatnya. Jadi pada saat individu itu sadar menjadi
warganegara dan berbuat sebagai warganegara, maka dia melakukan perbuatan politik dan
belajar politik. Dengan begitu warganegara tersebut sadar atau tidak sadar merupakan figur
politik.dan seyogyanya dia memahami peranan politiknya. Juga memahami mengapa dia
harus bersikap kritis, dan untuk tujuan apa dia melakukan suatu perbuatan politik tertentu?
Maka sasaran pokok pendidikan politik adalah: (a) membuat warga Negara menjadi lebih
kritis dan lebih militant, (b) agar bisa menjalankan fungsi politiknya lebih efisien, dan (c)
memberikan sumbangan pada proses demokratisasi sejati di tengah iklim demokrasi.
E. Pemilih Cerdas dan Demokratisasi
Pemilu demokratis dapat tercapai manakala seluruh stakeholdernya yaitu KPU, Partai
Politik, Caleg dan calon peseorangan (DPD), serta pemilih sudah tepat memaknai sistem
Pemilu sesuai dengan asas pelaksanaannya yang secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Sisi lain yang dapat menjamin kualitas Pemilu efektifitas anggaran yang tersedia,
rasionalitas preferensi dan partisipasi pemilih yang tinggi.
Secara kuantitas, maka kontenstan Pemilu 2014 serta Pilkada dinilai banyak pihak
sudah mampu menerjemahkan demokrasi. Keadaan tersebut tergambar dari peserta pemilu
yang multi- partai (tahun 1999 oleh 48 Partai Politik, 2004 oleh 24 Partai Politik, 44 Partai
Tahun 2009, dan 12 Partai tahun 2014), adanya penyelenggara Pemilu yaitu Komisi
Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu yang independen, adanya partisipasi publik
dalam pengawasan dan pemantauan, serta tingginya angka pemilih yang memberikan
suaranya dalam Pemilu tahun 2009 dan 2014 yang lalu. Namun masih ada penilaian yang
tetap memandang Pemilu yang telah berlangsung hanyalah sekedar “pesta politik”, karena
belum mampu menghasilkan pemilih yang cerdas dalam berdemokrasi.
21
Dampak dari pilihan pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014, serta berbagai Pilkada yang
telah berlalu masih jauh dari harapan terbangunnya legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden yang telah dikontrol secara langsung oleh pemilih dalam format konstituensi dalam
berbagai pertemuan-pertemuan dan komunikasi yang teratur dan langsung. Dalam konteks
ini, kecenderungan partisipasi politik pemilih masih ditempatkan pada lajur partisipan politik
yang pasif dan parokial, dimana sebagian besar pemilih menetapkan pilihannya atas
patronase politik yang cenderung memiliki basis nilai memilih (preferensi) yang kurang
dilandasi atas kesadaran dan rasional bahwa kualitas dan kapasitas sebagai partai politik,
calon Presiden, calon Gubernur, calon DPD, dan calon Bupati/Walikota berdasarkan daya
penariknya (soft power) bagi pemilih pada Pemilu yang telah berlangsung. Artinya
kecerdasan pemilih belum menjadi dasar prilaku pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014 yang
lalu. Mengapa demikian?, salah satunya adalah karena lemahnya kualitas hasil pendidikan
politik dan adanya distorsi makna demokratisasi.
Pemilih cerdas yang kita inginkan adalah pemilih yang menggunakan rasionalitasnya
sebagai basis keterpikatannya (attraction) pada pilihannya. Karena pemilih yang cerdas yang
mampu menghasilkan pemimpin yang memiliki legitimasi kedaulatan rakyat. Selain itu,
pemilih yang cerdas yang mampu mengawasi dan mengisi kapasitas otoritas moral pimpinan
yang dipilihnya, yang prosesnya memerlukan rentang waktu dan mempersyaratkan
kapabilitas pemimpin yang mumpuni mengelola (managable) dengan nilai lebih yaitu
kemampuan berfikir sistemik.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Kabupaten Deli Serdang
Sebelum Perang Dunia II atau tegasnya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17-8-1945, Kabupaten Deli Serdang adalah merupakan daerah Kesultanan Deli dan
Serdang. Kesultanan Deli berkedudukan di Medan dan Kesultanan Serdang berkedudukan di
Perbaungan. Kedua wilayah tersebut dalam masa penjajahan adalah merupakan Keresidenan
Sumatera Timur sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kekuasaan kesultanan berakhir
dan struktur pemerintah disesuaikan dengan pemerintah Indonesia dan kesultanan Deli dan
Serdang dijadikan daerah Kabupaten Deli Serdang.
Daerah Kabupaten Deli Serdang juga merupakan daerah yang cukup terkenal di
kawasan nusantara, terutama karena devisa Negara yang berasal dari hasil bumi Kabupaten
Deli Serdang yang sangat potensial seperti karet, tembakau dan kelapa sawit. Melalui
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru telah kelihatan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor di Kabupaten Deli Serdang, dimana sektor pertanian
dan perkebunan menjadi pemeran utama dalam meningkatkan pendapatan para petani di
Kabupaten Deli Serdang.
Sejalan dengan lanjutnya pembangunan, maka pembangunan di bidang politik pun
berjalan cukup mantap, stabil dan dinamis, dengan adanya kerjasama yang harmonis antara
kekuatan sosial politik di kawasan ini merupakan modal yang tidak terhitung nilainya dalam
mewujudkan demokrasi Pancasila. Semangat persatuan dan kesatuan selalu menjiwai
pemerintah daerah Deli Serdang sehingga kestabilan politik tetap mantap dan terkendali.
Disamping itu, peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah terus bersinergi demi
berkesinambungannya pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang adil dan berkemakmuran.
A.1. Letak dan Keadaan Geografi
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur
Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara,
3016” dan 98033”- 99027” Bujur Timur dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan
laut.
Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,22 Km2 yang terdiri dari 22
Kecamatan, 380 desa dan 14 Kelurahan . Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan
23
Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan
di sebelah Timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan
penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak
mengandung uap air, sehungga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan
Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus
sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setengah tahun setelah melewati masa
peralihan bulan April-Mei dan Oktober-November. Menurut catatan Stasiun Klimatologi
Sampali, pada tahun 2013 terdapat rata-rata 17 hari hujan dengan volume curah hujan
sebanyak rata-rata 187 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 489 mm
dengan hari hujan sebanyak 22 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan
Maret sebesar 74 mm dengan hari hujan 4 hari.
Tabel IV.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Rasio terhadap Luas Wilayah Kabupaten
Deli Serdang tahun 2014
No Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Rasio terhadap luas
total (%) 1 Gunung Meriah 76,65 3,07 2 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu 223,38 8,94 3 Sibolangit 179,96 7,20 4 Kutalimbaru 174,92 7,00 5 Pancur Batu 122,53 4,91 6 Namo Rambe 62,30 2,49 7 Biru-Biru 89,69 3,59 8 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir 190,50 7,63 9 Bangun Purba 129,95 5,20 10 Galang 150,29 6,02 11 Tanjung Morawa 131,75 5,27 12 Patumbak 46,79 1,87 13 Deli Tua 9,36 0.37 14 Sunggal 92,52 3,70 15 Hamparan Perak 230,15 9,21 16 Labuhan Deli 127,23 5,09 17 Percut Sei Tuan 190,79 7,64 18 Batang Kuis 40,34 1,62 19 Pantai Labu 81,85 3,28 20 Beringin 52,69 2,11 21 Lubuk Pakam 31,19 1,25 22 Pagar Merbau 62,89 2,52 Jumlah 2.497,72 100,00 Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
24
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi
tenaga kerja akan terus berlangsungnya proses demografi. Bagia dari tenaga kerja yang aktif
dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Pada kondisi 2013, di Kabupaten Deli
Serdang terdapat 815.983 ribu penduduk angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100
penduduk usia kerja.
Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan
kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Meski demikian
jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang
ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja. Pada tahun 2013 dari
total angkatan kerja sebesar 815.983 ribu, sekitar 92,46 persen dari mereka telah bekerja dan
sebagian dari mereka tidak bekerja 7,54 persen.
Tabel IV.2 Banyaknya Desa, Kecamatan, Nama Ibukota Kecamatan, dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Lubuk Pakam
No Kecamatan Nama Ibukota Banyak Desa Banyak
Kelurahan Jarak Ibukota ke
Lubuk Pakam 1 Gunung Meriah G. Meriah 12 - 65 2 STM. Hulu Tiga Juhar 20 - 71 3 Sibolangit Bandar Baru 30 - 71 4 Kutalimbaru Kutalimbaru 14 -- 54 5 Pancur Batu Pancur Batu 25 - 48 6 Namo Rambe Namo Rambe 36 - 48 7 Biru-Biru Biru-Biru 17 - 55 8 STM. Hilir Talun Kenas 15 - 37 9 Bangun purba Bangun Purba 24 - 25 10 Galang Galang 28 1 18 11 Tanjung Morawa Tj. Morawa 25 1 12 12 Patumbak Patumbak 8 - 46 13 Deli Tua Deli Tua 3 3 42 14 Sunggal Sunggal 17 - 40 15 Hamparan Perak H. Perak 20 - 56 16 Labuhan Deli Helvetia 5 - 52 17 Percut Sei Tuan Tembung 18 2 42 18 Batang Kuis Batang Kuis 11 - 12 19 Pantai Labu Pantai Labu 19 - 11 20 Beringin Beringin 11 - 6 21 Lubuk Pakam Lubuk Pakam 6 7 - 22 Pagar Merbau Pagar Merbau 16 - 4
Jumlah 380 14 - Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
25
Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat
menunjang dalam peningkatan mutu pendidikan. Pada tahun 2013 tedapat 261 buah taman
kanak-kanak dengan jumlah murid 12.363 orang dan guru sebanya 793 orang. Sementara itu
untuk sekolah dasar terdapat 812 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing
206.487 orang dan 11.605 orang. Untuk Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) terdapat 246
sekolah, 73.966 orang murid dan 6.033 orang guru.Pada tahun yang sama jumlah sekolah
Lanjutan atas (SMU) umum terdapat 123 sekolah dengan jumlah murid 25.056 orang dan
guru 2.968 orang, untuk Sekolah kejuruan terdapat 125 sekolah, 33.844 orang murid dan
3.435 orang guru.
Selain itu di Deli Serdang juga terdapat sekolah agama (madrasah) yang setara dengan
sekolah umum, yaitu :
- 157 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan 28.311 murid dan 1.171 guru.
- 119 Madrasah Tsanawiyah (MTs) debgab 21.165 murid dan 1.807 guru.
- 34 Madrasah Aliyah (MA) dengan 4.417 murid dan 554 guru.
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan
manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak
langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Kesehatan merupakan salah satu hal
terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
yang memadai sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan amsyarakat sekaligus
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 21 buah
rumah sakit umum (RSU) milik pemerintah dan swasta. Dengan total kapasitas tempat tidur
berjumlah 1.800 buah. Sedangkan puskesmas yang ada berjumlah 34 buah juga terdapat
Puskesmas Pembantu dan Rumah Bersalin masing-masing berjumalh 104 dan 133.
Tenaga Medis yang tersedia di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang ada 163 orang
dokter umum/spesialis dan 72 orang dokter gigi. Sementara itu tenaga medis pemerintah
lainnya seperti perawat/bidan ada 1.709 orang, dengan jumlah apotek umum sebanyak 144
buah. Di Kabupaten Deli Serdang, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2012 jumlah PUS sekitar 322.731 dan meningkat
menjadi 328.273 pada tahun 2013.
26
Tabel IV.3. Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas Wilayah
dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan
No Kecamatan Banyak
Desa/Kelurahan
Luas
Wilayah
(m2)
Banyak
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Penduduk
Persentase
(%)
1 Gunung Meriah 12 76,65 2.632 34 0,14
2 STM. Hulu 20 223,38 12.994 58 0,69
3 Sibolangit 30 179,96 20.756 115 1,10
4 Kutalimbaru 14 174,92 37.758 216 2,00
5 Pancur Batu 25 122,53 89.469 730 4,74
6 Namo Rambe 36 62,30 38.583 619 2,05
7 Biru-Biru 17 89,69 35.887 400 1,90
8 STM. Hilir 15 190,50 32.267 169 1,71
9 Bangun purba 24 129,95 22.749 175 1,21
10 Galang 29 150,29 64.912 432 3,44
11 Tjg. Morawa 26 131,75 202.870 1540 10,75
12 Patumbak 8 46,79 93.522 1999 4,96
13 Deli Tua 6 9,36 63.877 6824 3,39
14 Sunggal 17 92,52 257.070 2779 13,63
15 Hamparan Perak 20 230,15 158.034 687 8,38
16 Labuhan Deli 5 127,23 63.431 499 3,36
17 Percut Sei Tuan 20 190,79 405.434 2125 21,49
18 Batang Kuis 11 40,34 59.281 1470 3,14
19 Pantai Labu 19 81,85 45.440 555 2,41
20 Beringin 11 52,69 55.276 1049 2,93
21 Lubuk Pakam 13 31,19 85.366 2737 4,53
22 Pagar Merbau 16 62,89 38.780 617 2,06
Jumlah 394 2.497,72 1.886.388 755 100
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
27
Tabel IV.4. Data Kecamatan, Penduduk Dewasa dan Anak-anak menurut Jenis
Kelamin tahun 2013
No Kecamatan Jumlah RT
Dewasa
Banyak Penduduk
Anak-Anak
Banyak Penduduk
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Gunung Meriah 801 961 966 365 340
2 STM. Hulu 3.467 4.430 4.270 2.106 2.188
3 Sibolangit 5.829 7189 7399 3180 2988
4 Kutalimbaru 9.426 12.549 12.806 6.243 6.160
5 Pancur Batu 22.430 30.760 31.487 14.046 13.176
6 Namo Rambe 9.745 12.798 13.493 6.291 6.001
7 Biru-Biru 9.158 12.199 12.312 5.834 5.542
8 STM. Hilir 8.380 11.071 10.855 5.323 5.018
9 Bangun purba 5.712 7.725 7.835 3.653 3.536
10 Galang 16.168 22.655 22.489 9.964 9.804
11 Tjg. Morawa 48.068 69.537 69.274 32.762 31.297
12 Patumbak 22.386 31.800 31.414 15.591 14.717
13 Deli Tua 14.761 21.837 23.398 9.612 9.030
14 Sunggal 60.567 89.631 89.882 39.773 37.784
15 Hamparan Perak 38.675 54.933 53.714 25.387 24.000
16 Labuhan Deli 15.041 22.388 21.814 9.857 9.372
17 Percut Sei Tuan 94.492 140.751 141.553 63.043 60.087
18 Batang Kuis 13.955 20.347 20.034 9.713 9.187
19 Pantai Labu 10.683 15.595 14.589 7.836 7.420
20 Beringin 13.056 19.240 18.900 8.784 8.352
21 Lubuk Pakam 20.133 29.689 31.2014 12.632 11.841
22 Pagar Merbau 9.465 13.051 13.255 6.139 6.335
Deli Serdang 452.398 651.136 652.943 298.134 284.175
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
Data hasil survai ini berorientasi pada lokasi bermukim 400 responden di 22 (dua
puluh dua) Kecamatan yang tersebar di 80 desa. (Nama Kecamatan dan Kelurahan,
terlampir). Profil responden memiliki korelasi terhadap beragam aspek yang terkait dengan
pemilu, terutama tingkat partisipasi, referensi pilihan, dan penilaian responden terhadap
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
28
Tahun 2013, partai politik, dan caleg yang dipilihnya pada pemilu Legislatif Tahun 2014
serta Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Pilpres Tahun 2014.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Laki-laki 201 50,25 50,25 50,25
Perempuan 199 49,75 49,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.5. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin responden terdiri dari 201 orang laki-laki (50,25 %) dan 199 orang
perempuan (49,75 %), serta berstatus kepala keluarga 178 orang (44,50 %), 177 orang (44,25
%) berstatus istri, dan 45 orang berstatus anak dalam rumah tangga responden penelitian ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Anak 45 11,25 11,25 11,25Istri 177 44,25 44,25 55,50Kepala Keluarga 178 44,50 44,50 100,00Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.6. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
B. Purba 5 1,25 1,25 1,25
Bandar baru 5 1,25 1,25 2,50
Bandar Khalifah 5 1,25 1,25 3,75
Bandar Kuala 5 1,25 1,25 5,00
Baru 5 1,25 1,25 6,25
Batu Layang 5 1,25 1,25 7,50
Batu Penjemuran 5 1,25 1,25 8,75
Bingkawan 5 1,25 1,25 10,00
Bintang Meriah 5 1,25 1,25 11,25
Biru-Biru 5 1,25 1,25 12,50
29
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Bulu Cina 5 1,25 1,25 13,75
Deli Tua Barat 5 1,25 1,25 15,00
Denai Sarang Burung 5 1,25 1,25 16,25
Durian 5 1,25 1,25 17,50
Galang Barat 5 1,25 1,25 18,75
Galang Kota 5 1,25 1,25 20,00
Gunung Rintih 5 1,25 1,25 21,25
Helvetia 5 1,25 1,25 22,50
Helvetia Sunggal 5 1,25 1,25 23,75
Hulu 5 1,25 1,25 25,00
Jaba 5 1,25 1,25 26,25
Jati Kesuma 5 1,25 1,25 27,50
Juhar Baru 5 1,25 1,25 28,75
K.S Kampung 5 1,25 1,25 30,00
Karang Anyar 5 1,25 1,25 31,25
Kedai Durian 5 1,25 1,25 32,50
Kenanga 5 1,25 1,25 33,75
Kolam 5 1,25 1,25 35,00
Kuala Dekah 5 1,25 1,25 36,25
Kuta Jurung 5 1,25 1,25 37,50
Kuta Tengah 5 1,25 1,25 38,75
Kuta Tualah 5 1,25 1,25 40,00
Lama 5 1,25 1,25 41,25
Lengau Seprang 5 1,25 1,25 42,50
Limau Manis 5 1,25 1,25 43,75
Lubuk Pakam Pekan 5 1,25 1,25 45,00
Mardinding Julu 5 1,25 1,25 46,25
Marjanji Tongah 5 1,25 1,25 47,50
Namo Mbelin 5 1,25 1,25 48,75
Namorube Julu 5 1,25 1,25 50,00
P. Merbau II 5 1,25 1,25 51,25
P. Sibaji 5 1,25 1,25 52,50
Paku 5 1,25 1,25 53,75
30
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Paluhmanan 5 1,25 1,25 55,00
Parbarakan 5 1,25 1,25 56,25
Pasar Melintang 5 1,25 1,25 57,50
Patumbak I 5 1,25 1,25 58,75
Penara Kebun 5 1,25 1,25 60,00
Perguroan 5 1,25 1,25 61,25
Petapahan 5 1,25 1,25 62,50
Pisang Pala 5 1,25 1,25 63,75
Rambung baru 5 1,25 1,25 65,00
Rantau Panjang 5 1,25 1,25 66,25
Rumah Pilpil 5 1,25 1,25 67,50
Rumah Sumbul 5 1,25 1,25 68,75
Salam Tani 5 1,25 1,25 70,00
Sembahe 5 1,25 1,25 71,25
Sena 5 1,25 1,25 72,50
Sialang 5 1,25 1,25 73,75
Sibaganding 5 1,25 1,25 75,00
Sibunga-bunga Hilir 5 1,25 1,25 76,25
Sidodadi 5 1,25 1,25 77,50
Sidodadi Ramunia 5 1,25 1,25 78,75
Sigara-Gara 5 1,25 1,25 80,00
SM Diski 5 1,25 1,25 81,25
Sudirejo 5 1,25 1,25 82,50
Suka Dame 5 1,25 1,25 83,75
Sukarende 5 1,25 1,25 85,00
Sumbul 5 1,25 1,25 86,25
T. Selamat 5 1,25 1,25 87,50
Tanjung Anom 5 1,25 1,25 88,75
Tanjung Muda 5 1,25 1,25 90,00
Tanjung Mulia 5 1,25 1,25 91,25
Tanjung Siporkis 5 1,25 1,25 92,50
Telaga Sari 5 1,25 1,25 93,75
Telaga Tujuh 5 1,25 1,25 95,00
31
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tembung 5 1,25 1,25 96,25
Tiga Juhar 5 1,25 1,25 97,50
Tuntungan II 5 1,25 1,25 98,75
Ujung Labuhan 5 1,25 1,25 100,0
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Lama bermukim penduduk merupakan variabel lain untuk menelusuri integritas
individual terhadap lingkungan sosial, yang tergambar dalam simbol status sosial dan gaya
hidup (life style). Berdasarkan lama bermukim di tempat tinggalnya ternyata 89,25 % (357
orang) responden sudah lebih dari 10 tahun berdiam di lokasi penelitian, namun ada pula 43
orang responden (10,75 %) yang tergolong baru tinggal yaitu di bawah 10 (sepuluh) tahun.
Tabel IV.8. Komposisi Responden berdasarkan lama tinggal
di daerah ini
Lama Tinggal di desa Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 1 0,25 0,25 0,25
Kurang dari setahun 1 0,25 ,0,25 0,50
1-2 tahun 2 0,50 0,50 1,00
3-4 tahun 5 1,25 1,25 2,25
5-6 tahun 10 2,50 2,50 4,75
7-8 tahun 12 3,00 3,00 7,75
9-10 tahun 12 3,00 3,00 10,75
Diatas 10 tahun 357 89,25 89,25 100,00
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia antara <21 – 60> (antara usia 17
tahun sampai di atas 60 tahun) dimana terdapat 5,50 % (22 responden) dalam kelompok usia
pemilih pemula, sedangkan untuk kelompok usia potensial (21 – 60 tahun) sebanyak 346
responden (86,50 %) dan kelompok lansia (lanjut usia) sebanyak 32 responden (8,00 %).
32
Tabel IV.9. Kelompok Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
<21 22 5,50 5,50 5,50
21-30 54 13,50 13,50 19,00
31-40 104 26,00 26,00 45,00
41-50 128 32,00 32,00 77,00
51-60 60 15,00 15,00 92,00
>60 32 8,00 8,00 100,00
Total 400 100,00 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Berbasis karakter agama, maka responden survai ini terdiri dari beragama Islam 254
orang (63,50 %), Protestan 109 orang (27,25 %), dan Katolik 34 orang (8,50 %), serta Budha
terdapat 3 orang (0,75 %).
Tabel IV.10. Agama Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Islam 254 63,50 63,50 63,50
Protestan 109 27,25 27,25 90,75
Katolik 34 8,50 8,50 99,25
Buddha 3 0,75 0,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Keanekaragaman sosial budaya Sumatera Utara terlihat dari beragamnya latar
belakang suku penduduknya, hal ini tergambar pula dari analisis unit suku (ethnic unit
analysis) responden penelitian ini. Berdasarkan latar belakang etnik responden yang terpilih
dalam penelitian memperlihatkan ragam yang bukan didominasi etnik tempatan yaitu suku
Melayu hanya 34 orang (8,50 %) dan Karo 131 orang (32,75 %). Komposisi etnik masyarakat
yang berdiam di Kabupaten Deli Serdang justru didominasi suku pendatang yaitu Jawa 163
orang (40,75 %). Selain itu terdapat suku Mandailing 18 orang (4,50 %), etnik Batak Toba 17
33
orang (4,25 %), Minang 5 orang (1,25 %), Simalungun 18 orang (4,50 %), Banjar 4 orang
(1,00 %), Sunda 8 orang (2, 00 %) dan Aceh berjumlah 1 orang (0,25 %).
Tabel IV.11. Suku Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Jawa 163 40,75 40,75 40,75
Tionghoa 3 0,75 0,75 41,50
Minang 5 1,25 1,25 42,75
Aceh 1 0,25 0,25 43,00
Banjar 4 1,00 1,00 44,00
Sunda 6 1,50 1,50 45,50
Melayu 34 8,50 8,50 54,00
Toba 17 4,25 4,25 58,25
Mandailing 18 4,50 4,50 62,75
Simalungun 18 4,50 4,50 67,25
Karo 131 32,75 32,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Dari segi jenjang pendidikan yang telah dikecap oleh responden menunjukkan yang
terbanyak berpendidikan menengah atas yaitu sebanyak 199 orang (49,75%). Selain itu,
responden yang berpendidikan tinggi yang sudah menamatkan pendidikannya sebanyak 29
orang (7,25%) dari Perguruan Tinggi/Universitas, yang berjumlah 21 orang (5,25%), serta
96 orang (24,00 %) yang tamat SMP, 41 orang (10,25%) tamat SD dan 22 orang (5,50 %)
tidak menyelesaikan tamat SD serta yang tidak pernah bersekolah sama sekali sebanyak 28
orang (7,00 %).
34
Tabel IV.12. Tingkat Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 7 1,75 1,75 1,75
Tidak pernah sekolah 6 1,50 1,50 3,25
Tidak tamat SD 22 5,50 5,50 8,75
Tamat SD 41 10,25 10,25 19,00
Tamat SLTP 96 24,00 24,00 43,00
Tamat SLTA 199 49,75 49,75 92,75
Tamat Akademi/diploma 8 2,00 2,00 94,75
Tamat S-1 atau lebih tinggi 21 5,25 5,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Konsekuensi dari pendidikan yang dikecap responden berhubungan dengan
kemampuan memahami pesan-pesan tertulis dan lisan yang dikomunikasikan oleh partai
politik dan caleg menjelang pemilu legislatif tahun 2014 lalu. Dalam konteks ini, sebesar
99,75 % responden (399 orang) mengakui mampu membaca huruf dan angka.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Bersekolah 394 98,50 98,50 98,50
Bisa 5 1,25 1,25 99,75
Tidak bisa 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.13. Kalau Tidak Sekolah, apakah bisa baca/tulis ?
Berdasarkan status perkawinan, dimana 351 orang (87,75 %) berstatus kawin, 44
orang (11,00) masih berstatus single, terdapat 5 orang (1,25%) berstatus duda/janda.
35
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, Kawin 351 87,75 87,75 87,75
Tidak Kawin 44 11,00 11,00 98,75
Ya,tapi cerai 5 1,25 1,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.14. Status Perkawinan Responden
C.2. Keadaan Ekonomi dan Kelembagaan Sosial
Pekerjaan responden beragam selaras dengan karakter Kabupaten Deli Serdang yang
berkarakter sub-urban dimana mayoritas responden memiliki mata pencaharian sebagai
petani sebanyak 96 orang ( 24,00%), wiraswasta atau mempunyai usaha sendiri yaitu
sebanyak 78 orang (19,50 %). Selain itu, ada pegawai swasta berjumlah 28 orang (7,00%)
dan Buruh 19 orang (4,75 %), guru 9 orang (2,25 %), Tukang Becak 1 orang (0,25%), PNS
12 orang (3,00 %), supir 2 orang (0,50 %), purnawirawan 1 orang (0,25 %), Bidan 2 orang
(0,50%), kepala Dusun 1 orang (0,25 %), Nelayan 1 orang (0,25 %), Pegawai Desa 1 (0,25
%). Sisanya sebanyak 149 orang (37,25%) adalah responden tidak bekerja, seperti Ibu Rumah
Tangga 94 orang, masih bersekolah 33 orang dan sedang dalam mencari pekerjaan 22 orang.
36
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Bekerja 149 37,25 37,25 37,25
Bidan 2 0,50 0,50 37,75
Buruh 19 4,75 4,75 42,50
Guru 9 2,25 2,25 44,75
Kepala Dusun 1 0,25 0,25 45,00
Nelayan 1 0,25 0,25 45,25
Pegawai Desa 1 0,25 0,25 45,50
Pegawai Swasta 28 7,00 7,00 52,50
Petani 96 24,00 24,00 76,50
PNS 12 3,00 3,00 79,50
Purnawirawan 1 0,25 0,25 79,75
Supir 2 0,50 0,50 80,25
Tukang Becak 1 0,25 0,25 80,50
Wiraswasta 78 19,50 19,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.15 Komposisi Responden berdasarkan Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Masih sekolah 33 22,15 22,15 22,15
Ibu rumah tangga 94 63,09 63,09 85,23
Sedang mencari pekerjaan 22 14,77 14,77 100,00
Total 149 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel VI.16. Sebab Responden Tidak Bekerja
Jenis sumber mata pencaharian memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan.
Berdasarkan paparan tersebut, ternyata sebagian besar responden yaitu 146 orang (36,50 %)
memiliki penghasilan dibawah Rp 1 juta, 139 orang (34,75%) memiliki penghasilan sedang
yaitu lebih besar Rp. 1.000.001 -Rp. 2. 000.000,- . Sedangkan 92 orang (23,00 %) termasuk
berpenghasilan tinggi yaitu diatas Rp. 2.000.000,- perbulannya. Responden lainnya tidak
menjawab, sebanyak 23 orang (5,75%).
37
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Menjawab 23 5,75 5,75 5,75
≤ Rp 500.000 48 12,00 12,00 17,75
> Rp 500.000 - Rp 1.000.000 98 24,50 24,50 42,25
> Rp 1.000.00 - Rp 2.000.000 139 34,75 34,75 77,00
> Rp 2.000.001 - Rp 4.000.000 78 19,50 19,50 96,50
> Rp 4.000.001 - Rp 8.000.000 13 3,25 3,25 99,75
> Rp 8.000.000 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.17. Pendapatan perbulan
C.3. Kapasitas Sarana Informasi
Media massa dan elektronik merupakan instrumen transfer informasi pengetahuan,
hiburan, berita, maupun nilai-nilai sosial budaya, ekonomi dan politik yang dapat dikenali
dari pesan visual dan audiovisual. Berdasarkan kepemilikannya maka 389 responden (97,25
%) ternyata di rumahnya telah ada televisi, dan 11 responden (2,75 %) menyatakan tidak
memiliki televisi di rumahnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 389 97,25 97,25 97,25
Tidak 11 2,75 2,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.18. Kepemilikan Responden atas Televisi
Selain itu, untuk menambah sumber referensi responden dalam prilaku sosial, budaya,
ekonomi dan politik dilakukan dengan membaca koran, majalah dan sumber bacaan lainnya.
Membaca, menonton TV dan mendengar radio merupakan aktivitas pendukung utama bagi
38
masyarakat untuk memperoleh beragam informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam meningkatkan kualitas prilaku dan referensi pilihan.
Terkait dengan pernyataan tersebut, selain menonton TV dari berbagai stasiun TV swasta dan
nasional, serta mendengar radio dengan frekuensi FM dan AM yang ada di kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang, tampaknya responden juga menambahkan bobot prilakunya sehari-
hari termasuk untuk partisipasi politik dan pilihan politiknya dengan membaca koran,
majalah dan media cetak lainnya dengan cara berlangganan di rumah menurut 26 orang
responden (6,50 %), membaca media cetak yang tersedia di kantor atau tempat aktivitas
menurut 87 orang (21,75%), dan dengan membeli media secara eceran setiap hari maupun
hari-hari tertentu saja menurut 70 orang responden (17,50 %). Sedangkan lainnya, yaitu
sebanyak 217 orang (54,25 %) ternyata tidak membaca media cetak secara reguler.
Selengkapnya mengenai gambaran prilaku responden dalam membaca media cetak dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, berlangganan di rumah 26 6,50 6,50 6,50
Ya, membaca di kantor atau tempat aktivitas
87 21,75 21,75 28,25
Ya, memberi eceran hari-hari tertentu
70 17,50 17,50 45,75
Tidak membaca 217 54,25 54,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.19. Apakah pernah membaca Koran ?
C. 4. Kapasitas Responden Dalam Mengikuti Organisasi Sosial Budaya Dan
Politik
Memasuki organisasi dan kelembagan sosial politik merupakan wadah untuk
membangun pengalaman kepemimpinan dan relasi sosial politik. Dengan melakoni peranan
yang dilabelkan oleh struktur organisasi sosial politik, maka seseorang atau sekelompok
orang dapat meningkatkan kapasitas dan kinerja sosial politiknya. Aktivitas sosial dan
partisipasi dalam politik secara teoritis mewarnai preferensi dan pilihan dalam pemberian
suara dalam pemilu. Karena keikutsertaan dalam organisasi sosial, partai politik, dan
organsisasi keagamaan dapat mempengaruhi pragmatisme, primordialime, rasionalitas, dan
39
demokratisnya seseorang dalam memberikan pilihan dan menawarkan pertimbangan-
pertimbangan yang menentukan kebijakan dan keputusan politik.
Selain itu, berbagai dinamika yang muncul ketika melakukan aktivitas sosial dan
politik menyebabkan seseorang skeptis ataupun optimis terhadap pilihan politiknya, karena
pengalamannya merupakan pedoman untuk menetapkan pilihan politik. Dengan adanya
pengalaman politik ini maka akan meningkatlah kapasitas wawasan politik kritis para
responden penelitian ini, karena wawasan politik yang kritis sebagai manfaat pendidikan
politik itu diperlukan untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial, yang
selanjutnya dapat membangkitkan kreativitas orang-orang mencari kemungkinan alternatif
baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara penyelesaian politik yang paling
aman ditempuh, yang keadaan ini berlangsung dari proses penjernihan wawasan politik
mengenai situasinya, dan antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-
masa mendatang, yang disusul dengan adanya upaya redifinisi dan pengubahan terhadap
pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga
terhadap lembaga-lembaga politik dan situasi masyarakatnya (Kartini: 2009).
Berdasarkan paparan teoritik tersebut, sebagian besar responden ternyata berprilaku
berbeda dimana mereka bukanlah anggota dari berbagai organisasi sosial politik yang ada
dalam formasi kelembagaan sosial politik Indonesia, terutama kelembagaan yang merupakan
basis pembangun struktur kekuatan politik. Rendahnya aktivitas responden dalam beragam
aktivitas sosial, politik, keagamaan, seni dan budaya, asosiasi profesi, serikat buruh, maupun
LSM secara teoritis menunjukkan prilaku pemilih yang masih bersifat parochyal political
participant (Miriam Budiardjo: 2010). Oleh karena itu sangat menarik untuk mengetahui
siapa saja di antara warga masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan politik dan siapa saja
yang tidak; sampai seberapa besar tingkat partisipasi politik warga masyarakat; siapa yang
berpartisipasi rendah dan siapa yang tinggi; apa ciri-ciri partisipan dan apa ciri-ciri non
partisipan; serta apa dampak partisipasi terhadap keputusan yang dibuat penguasa politik dan
dampak tindakan-tindakan penguasa politik terhadap partisipasi politik.
Terpusatnya perhatian para ilmuwan politik pada kegiatan politik yang dijalankan
oleh anggota masyarakat sebagai warga negara biasa (private citizen menurut istilah
Huntington dan Nelson) berarti bahwa partisipasi politik adalah salah satu bentuk saja dari
kegiatan politik. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warga negara dalam kedudukannya
sebagai rakyat biasa disebut sebagai partisipasi politik, sesuai dengan salah satu ciri dari teori
partisipasi politik yang berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, dan
berhubungan dengan penentuan pejabat-pejabat politik (Rauf, 1991: 10)
40
Tapi kegiatan politik yang dijalankan oleh para penguasa politik mereka juga warga
negara dan anggota masyarakat dalam kedudukan mereka sebagai pengambil keputusan tidak
dapat dinamakan partisipasi politik. Kegiatan itu hanya dapat disebut sebagai kegiatan politik
saja. Jadi, partisipasi politik mengandung adanya sasaran yang ingin dituju, yaitu proses
pembuatan keputusan politik; partisipan bertujuan untuk mempengaruhi keputusan politik
yang akan diambil agar keputusan itu menguntungkannya atau paling tidak, tidak
merugikannya.
Kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh penguasa politik dalam kedudukannya
sebagai pembuat dan pengambil keputusan politik jelas merupakan kegiatan politik. Para
pengambil keputusan ( decision makers) yang menghasilkan keputusan politik, seharusnya
menjalankan kegiatan politik, dalam bentuk mengikutsertakan masyarakat untuk memberikan
masukan yang akan menjadi pertimbangan untuk dijadikan keputusan politik.
Terkait dengan rendahnya partisipasi dan aktivitas masyarakat dalam berbagai
organisasi, kelembagaan dan partai politik. yang menjauhkan atau menyenjangkan penafsiran
dari elite politik terhadap pikiran dan kepentingan pemilihnya. Sedikitnya anggota
masyarakat yang terlibat dalam aktivitas sosial dan politik, berkorelasi pula dengan tingginya
kerahasiaan dan belum pastinya pilihan pemilih dalam menentukan partai politik yang
dicoblos dalam pemilu 2014. Sebaliknya secara teoritis, aktifnya anggota masyarakat dalam
berbagai kelembagaan sosial dan partai politik semakin meningkatkan komunikasi dengan
elit politik, semakin mudah mengakses informasi dan rencana kebijakan publik yang akan
digodok oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Deli
Serdang.
Tabel IV.20. Komposisi Responden berdasarkan anggota aktif, anggota tidak aktif atau
bukan anggota organisasi atau perkumpulan.
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
a.
Organisasi keagamaan (misalnya dalam Islam ada
NU, Muhammadiyah, majlis taklim, remaja mesjid;
kalau dalam Kristen ada HKBP, Methodist, HKI,
GKPS, GBKPdan sebagainya)
51,00% 12,50% 36,50%
b. Organisasi olahraga, seperti klub sepakbola, senam,
bela diri, dll 91,50% 3,75% 4,75%
c. Organisasi sosial, seperti karang taruna, dharma
wanita, PKK, organisasi marga, dll 82,25% 2,25% 15,50%
41
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
d. Perhimpuan seni dan budaya, seperti seni suara, seni
lukis, seni tari, dan lain-lain 96,25% 1,00% 2,75%
e. Organisasi profesi, seperti ikatan dokter, PGRI,
pengacara, dll 95,50% 2,00% 2,50%
f. Serikat pekerja/buruh, serikat tani, serikat dagang 97,25% 1,25% 1,50%
g. Lembaga Swadaya Masyarakat 97,25% 1,25% 1,50%
h. Partai politik 97,50% 1,25% 1,25%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Kalau kita perhatikan tabel diatas tergambar bahwa keikutsertaan dari responden
sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi keagamaan (36,50 %) dan
organisasi sosial (15,50 %). Sedangkan yang aktif dalam kegiatan LSM dan partai politik
sangat rendah yaitu masing-masing 1,50 % dan 1,25 %. Gambaran ini memberikan arti
bahwa tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau elite
politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang berdampak
pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit dengan aspirasi
masyarakatnya. Karena secara teori kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan
dan ketidaktahuan politik, maka untuk merangsang partisipasi politiknya secara aktif dalam
usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik,yang bertujuan untuk : (a) Membuat
rakyat menjadi melek-politik/sadar politik, (b) lebih kreatif dalam partisipasi sosial politik di
era pembangunan, (c) menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih
nyaman dan sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia (Kartini: 2009).
Leluasanya anggota DPRD dalam menafsirkan bentuk hubungan dan dukungan yang
kondusif ataupun depresif kepada birokrasi pemerintahan sesungguhnya terkondisi oleh
rendahnya mekanisme kontrol masyarakat, karena pemilihan anggota DPRD yang langsung
dipilih oleh voter harusnya berkorelasi langsung dengan fungsi partai politik sebagai
instrumen artikulasi kepentingan dan wadah komunikasi politik antar elite dan pemilihnya.
Kenyataannya seringkali kebijakan pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang disetujui oleh
DPRD mencerminkan jauhnya realita dari bayangan kepentingan konstituen dan pemilih para
anggota dalam Pemilu tahun 2009 lalu.
Karena apa demikian? Menurut Kartini (2000), demokrasi bukan merupakan situasi
yang sudah selesai/finished; tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan
42
digarap tanpa henti-hentinya menuju kearah kemajuan dan kebaikan yang memerlukan
demokratisasi pribadi manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat
pemerintah, agar semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang.
Sehingga fungsi partai politik dan kinerja anggota DPRD diharapkan dapat bermanfaat bagi:
(a) memperbesar kekuasaan dalam menentukan opini publik (pendapat umum) serta
partisipasi politik rakyat (b) ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya
pemerintahan menuju ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Fungsi lembaga-lembaga demokrasi di Kabupaten Deli Serdang sangat diperlukan
mengingat berbagai permasalahan pembangunan yang harus diatasi, sehubungan dengan letak
strategis Kabupaten Deli Serdang sebagai satelit dari wilayah ibukota Provinsi Sumatera
Utara yang struktur masyarakatnya sudah masuk klasifikasi modern dan kota metropolitan
nomor tiga di Indonesia.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Air PAM 3 0,75 0,75 0,75
Masalah ekonomi 241 60,25 60,25 61,00
Masalah keamanan 27 6,75 6,75 67,75
Masalah kebersihan 12 3,00 3,00 70,75
Masalah kesehatan 3 0,75 0,75 71,50
Masalah lalu lintas 2 0,50 0,50 72,00
Masalah moral dan etika 2 0,50 0,50 72,50
Masalah pelayanan public 3 0,75 0,75 73,25
Masalah pemadaman listrik 2 0,50 0,50 73,75
Masalah pendidikan 51 12,75 12,75 86,50
Masalah pengangguran 3 0,75 0,75 87,25
Masalah pertanian 5 1,25 1,25 88,50
Masalah social 2 0,50 0,50 89,00
Pembangunan infrastruktur 40 10,00 10,00 99,00
Pembenahan generasi muda 2 0,50 0,50 99,50
Perbaikan saluran air 2 0,50 0,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.21. Masalah yang paling penting dihadapi masyarakatKabupaten Deli Serdang
43
B. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
B.1. Landasan / Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu;
3. PP Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas PP Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
4. Permendagri Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Permendagri
Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
5. Peraturan KPU Nomor 62 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tahapan,
Program, dan jadwal Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala
Daerah;
6. Peraturan KPU Nomor 61 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan
Jumlah dan Tata Cara Pengisian Keanggotaan DPRD Prov atau DPRD
Kab/Kota Induk dan DPRD Prov atau DPRD Kab/kota yang dibentuk setelah
Pemilu Tahun 2009;
7. Peraturan KPU Nomor 63 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tata Kerja
KPU Prov, KPU Kab/Kota, PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah
dan wakil Kepala Daerah;Peraturan KPU Nomor 64 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pemantauan dan tata Cara Pemantauan Pemilu Kepala Daerah dan
wakil Kepala Daerah;
8. Peraturan KPU Nomor 65 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah;
9. Peraturan KPU Nomor 66 Tahun 2009 tentang Penetapan Norma, Standar,
Prosedur dan Kebutuhan Pengadaan serta Pendistribusian Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
44
10. Peraturan KPU Nomor 67 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara
Pemuktahiran Data dan Daftar Pemilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan wakil
Kepala Daerah;
11. Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata cara
Pencalonan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
12. Peraturan KPU Nomor 69 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Kampanye
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
13. Peraturan KPU Nomor 72 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan
Pemungutan dan Perhitungan Suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah di TPS;
14. Peraturan KPU Nomor 73 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata cara Pelaksanaan
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah oleh PPK, KPU Kab/Kota, dan KPU Prov, serta Penetapan
Calon Terpilih, Pengesahan Pengangkatan dan Pelantikan.
45
B.2. Data Pemilih
Lk PrJUMLAH PEMILIH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.031 1.075 2.106 122 STM. HULU 20 4.743 4.848 9.591 363 SIBOLANGIT 30 7.687 8.089 15.776 614 KUTALIMBARU 14 12.911 13.266 26.177 725 PANCUR BATU 25 33.418 35.015 68.433 1386 NAMORAMBE 36 13.864 14.717 28.581 737 BIRU-BIRU 17 13.222 14.003 27.225 698 STM. HILIR 15 12.670 13.091 25.761 729 BANGUN PURBA 24 8.229 8.376 16.605 4810 GALANG 29 22.745 23.777 46.522 11011 TANJUNG MORAWA 26 78.138 79.192 157.330 31212 PATUMBAK 8 34.483 34.445 68.928 13113 DELI TUA 6 21.487 21.753 43.240 8614 SUNGGAL 17 99.536 100.999 200.535 37315 HAMPARAN PERAK 20 60.245 58.591 118.836 22716 LABUHAN DELI 5 24.471 23.777 48.248 9917 PERCUT SEI TUAN 20 149.963 149.128 299.091 52118 BATANG KUIS 11 22.950 22.918 45.868 8419 PANTAI LABU 19 16.874 16.457 33.331 7220 BERINGIN 11 20.914 20.873 41.787 8621 LUBUK PAKAM 13 41.618 44.544 86.162 15722 PAGAR MERBAU 16 12.926 13.022 25.948 61
394 714.125 721.956 1.436.081 2.900
1 LAPAS LUBUK PAKAM 727 13 740 2
2 LAPAS TANJUNG GUSTA 185 0 185 1
3 RUTAN PANCUR BATU 145 0 145 1
JUMLAH 1.057 13 1.070 4
394 715.182 721.969 1.437.151 2.904
Sumber: KPU Deli Serdang, 2013
JUMLAH
TPS KHUSUS RUTAN / LAPAS
JUMLAH KESELURUHAN
Tabel IV.22. REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH TERDAFTAR PEMILIHAN UMUMKEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
No. KECAMATANJUMLAH
PPS
JUMLAH PEMILIHJUMLAH
TPS KET
46
B.3. SOSIALISASI PILKADA TAHUN 2013
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah, yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan
kegiatan sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk
menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
pada tahun 2013, khususnya pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli
Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan pemimpin daerah di Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 400 responden, terdapat 315
responden (78,75 %) bahwa berpendapat atau memiliki tanggapan tentang informasi sistem
pemilihan kepala daerah di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2013 sudah memadai. Dapat
terlihat pada Tabel IV.22.
Sehingga dari data tersebut (Tabel IV.22) sangat konsisten terhadap pemilih yang
terdaftar sebagai pemilih pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013,
seperti yang terlihat pada Grafik IV.1, yang menyebutkan bahwa terdapat 394 responden
(98,50%) terdaftar sebagai pemilih pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang
tahun 2013.
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.1 Apakah terdaftar sebagai pemilih Pilkada ?
98,50%
1,50%
Ya 394 Tidak 6
47
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 315 78,75 78,75 79
Belum 65 16,25 16,25 95
Tidak ada 20 5,00 5,00 100
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.23. Tanggapan responden tentang informasi sistem pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Namun kegiatan Sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara, hendaknya
diimbangi dengan intensitas para pasangan calon atau Tim pendukungnya dalam
mensosialisasikan atau memperkenalkan pasangan calon pada pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Deli Serdang Tahun 2013, karena terdapat 91 responden (22,75 % ) menyatakan
bahwa informasi tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
Belum dan Tidak memadai. Hal tersebut terdapat pada Grafik IV.2
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.2 Apakah informasi tentang calon bupati sudah memadai ?
77,25%
20,25%
2,50%
Ya 309
Belum 81
Tidak 10
48
Sedangkan tanggapan masyarakat tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan
pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, terdapat 349
responden dari 400 responden (87,25) menyatakan bahwa informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sudah “Memadai”, dan yang menyatakan Tidak ada informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sebanyak 19 responden (4,75%). Seperti yang tertera pada Tabel IV.23.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 349 87,25 87,25 87,25
Belum memadai 32 8,00 8,00 95,25
Tidak ada 19 4,75 4,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.24. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Demikian juga dengan tanggap masyarakat tentang informasi mengenai jadwal
Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, menyebutkan bahwa
terdapat 317 responden dari 400 responden (79,25 %) menyatakan “Memadai” dan sebanyak
26 responden (6,50 %) menyatakan “Tidak Ada”. Tertera pada Tabel IV.24.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 317 79,25 79,25 79,25
Belum memadai 57 14,25 14,25 93,50
Tidak ada 26 6,50 6,50 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.25. Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
49
Media sosialisasi yang dinilai paling efektip oleh pemilih pada pemilihan calon bupati
dan wakil Bupati pemilu tahun 2013 di Kabupaten Deli Serdang adalah iklan luar ruang
(Baliho, Spanduk, Poster, Kartu nama, dll) 73,75% (295 responden), sedangkan media yang
paling tidak efektip menurut hasil survey adalah iklan / Berita di media online dengan
persentase 82,00% (328 responden) uraian pada tabel berikut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 18,25% 3,50% 4,00% 5,00% 12,25% 14,50% 17,00% 16,25% 4,75% 4,50%
b. Iklan/Berita di Radio 32,00% 3,75% 4,00% 7,75% 15,00% 16,75% 14,00% 4,25% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
24,00% 2,25% 3,25% 3,25% 9,00% 19,50% 16,00% 12,75% 6,50% 3,50%
d. Iklan/Berita di media online 48,25% 7,50% 8,50% 6,75% 11,00% 9,75% 4,50% 2,50% 0,00% 1,25%
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
52,00% 6,75% 8,00% 6,50% 8,25% 11,00% 4,25% 2,00% 0,25% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
15,50% 0,50% 1,25% 3,25% 5,75% 13,25% 21,25% 21,75% 10,50% 7,00%
g. Kampanye Partai Politik 21,50% 2,50% 2,75% 3,25% 16,50% 19,50% 17,00% 13,25% 2,25% 1,50%
h. Kunjungan Tim Sukses 22,75% 3,50% 3,50% 4,00% 15,50% 22,50% 14,25% 10,50% 2,00% 1,50%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
26,75% 4,75% 6,00% 5,50% 17,50% 19,50% 11,75% 6,00% 0,50% 1,75%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman
29,50% 2,25% 3,50% 2,50% 12,75% 19,50% 14,75% 10,75% 2,25% 2,25%
k. Pendidikan Politik 46,50% 7,75% 5,75% 4,00% 11,50% 9,75% 7,00% 5,50% 1,50% 0,75%
l. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survai, Juli 20
Bentuk media sosialisasiNoS K O R (% )
Tabel IV.26. Skor Penilaian tentang Sosialisasi Pemilihan Calon Bupati Tahun 2013
Antusias masyarakat dalam memberikan suaranya pada Pemilihan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013, bahwa dari responden yang ditemui
menggambarkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat ke TPS cukup tinggi yaitu sebanyak
383 dari 400 responden mendatangi atau hadir di TPS pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli
Serdang 2013 (95,75 %). Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.68. dalam table tersebut
juga menyebutkan bahwa masyarakat yang kurang atau tidak hadir ke TPS pada Pilkada
Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013 yang tertinggi di Kecamatan Pancur Batu
sebanyak 4 %. Sebagaimana terurai pada tabel dibawah ini.
50
1 B. Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )2 Batang Kuis 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )7 Gunung Meriah 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )8 Hamparan Perak 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )9 Kutalimbaru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )10 Labuhan Deli 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )11 Lubuk Pakam 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )13 P. Labu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )16 Pancur Batu 21 ( 5,25% ) 4 ( 1,00% )17 Patumbak 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )18 Sibolangit 28 ( 7,00% ) 2 ( 0,50% )19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total 383 ( 95,75% ) 17 ( 4,25% )Tidak Menjawab
Sumber: Data Survey, Juli 2015
KecamatanDatang ke TPS sewaktu Pilbup
Ya Tidak
Tabel IV.27. Responden yang memberikan suara dalam Pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
No
Dari 400 responden terdapat 17 responden yang tidak hadir ke Tempat Pemungutan
Suara (TPS) (4.25%), dengan berbagai alasan, dan alasan tertinggi mengapa masyarakat tidak
hadir ke TPS saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
menyebutkan dikarenakan sedang bekerja saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013 berlangsung sebanyak 11 responden (64,71%). Hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel IV.28.
51
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Kurang informasi tentang figurnya 1 5,88 5,88 5,88
Masih di bawah usia 1 5,88 5,88 11,76
Sedang kerja 11 64,71 64,71 76,47
Sedang sakit 1 5,88 5,88 82,35
Tidak dapat kartu pemilih 1 5,88 5,88 88,24
Tidak mengetahui visi dan misinya 1 5,88 5,88 94,12
Tidak punya pilihan 1 5,88 5,88 100,00
Total 17 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.28 Alasan responden tidak memberikan suara
Masyarakat dalam menentukan pilihannya pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, ternyata sebanyak 355 dari 400 responden (88,75 %)
sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
yang akan dipilih, sebelum masuk Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang 2013. Hal tersebut tertera pada Tabel IV.29.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 355 88,75 88,75 88,75
Tidak 45 88,75 11,25 100,00
Total 400 177,50 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.29. Tanggapan responden sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan dipilih sebelum masuk TPS pada Pemilukada Tahun 2013
Demikian juga ketika masyarakat sedang berada di dalam Tempat Pemungutan Suara
(TPS) bahwa sebanyak 351 dari 400 responden (98,87 %) mencoblos pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk
TPS. Hal tersebut sesuai dengan Tabel IV.30.
52
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 351 98,87 98,87 98,87
Tidak 4 1,13 1,13 100,00
Total 355 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.30. Kalau ya, apakah mencoblos Surat Suara yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk TPS ?
Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki kesiapan untuk pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Deli Kabupaten Serdang pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2013, sebanyak 17 dari 45 responden (37,78 %) dengan alasan Tidak
mengenal Calonnya. Terlihat dari table IV.31.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
5 11,11 11,11 11,11
5 11,11 11,11 22,22
13 28,89 28,89 51,11
5 11,11 11,11 62,22
17 37,78 37,78 100,00
45 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.31. Alasan tidak memiliki kesiapan untuk calon Bupati dan wakil Bupati yang akan dipilih
Pasangan Calonnya banyak
Paslon yang ada kurang memperhatikan rakyat
Kurang mengenal calonnya
Terpengaruh oleh orang lain
Tidak mengenal calonnya
Total
Dari 400 responden Pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013, ada
yang memberikan berbagai bentuk atau jenis barang berupa, Uang sebanyak 7,50 % dan yang
tidak sebanyak 92,50 %, Barang tertentu terdapat 6,50 % sedangkan yang tidak 93,50 %,
Sembako ada 8,50 % dan yang tidak 91,50 %, sedangkan untuk Bibit atau Pupuk sebanyak
2,50 % dan yang tidak 97,50 %. Sesuai dengan Tabel IV.32.
53
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 7,50% 92,50%
b. Barang tertentu 6,50% 93,50%
c. Sembako 8,50% 91,50%
d. Bibit atau pupuk 2,50% 97,50%
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.32 Apakah ada yang memberikan bantuan pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2013 ?
Secara umum bahwa masyarakat yang menerima pemberian uang atau barang
tertentu, dengan tujuan untuk menggarap / mendulang suara, oleh pasangan calon atau tim
sukses pasangan calon. dari hasil survey hanya 25 responden (6,25%) yang menerima
bantuan dan sebanyak 24 responden tersebut terpengaruh akan pemberian dari pihak-pihak
yang terlibat dalam Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, Sesuai
dengan Tabel IV.33.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 24 96,00 96,00 96,00
Tidak 1 4,00 4,00 100,00
Total 25 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.33. Responden yang memilih Calon karena menerima bantuan
Pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013,
masyarakat yang memilih pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
terpengaruh karena sudah menerima pemberian atau bantuan dari pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sebanyak 24 responden. Sesuai dengan data pada tabel
IV.34.
54
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sudah membantu dan harus dipilih 24 100,00 100,00 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.34. Alasan responden memilih karena menerima bantuan / pemberian
Pendapat masyarakat tentang kinerja pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan
aparatnya yang telah menjalankan program dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat,
bahwa ditinjau dari beberapa aspek menyebutkan yang tertinggi dari aspek atau bidang
“Kesehatan” sebanyak 61 %, kemudian disusul di bidang “Pendidikan” mencapai 60 %,
sedangkan yang terendah adalah pada aspek “ketenagakerjaan” hanya 9,50 %. Dan data
tersebut tertera pada Tabel IV.35.
No. Aspek Ya Belum Tidak
1 Pembangunan Infrastruktur Kota/Desa 29,50% 63,00% 7,50%
2 Peningkatan Ekonomi Rakyat 11,25% 78,25% 10,50%
3 Investasi (Penanaman Modal) di Daerah 9,50% 70,75% 19,75%
4 Pendidikan 60,00% 34,50% 5,50%
5 Kesehatan 61,50% 32,50% 6,00%
6 Ketenagakerjaan 9,00% 77,50% 13,50%
7 Penegakan Hukum 21,00% 63,75% 15,25%
8 Pemberantasan KKN 14,75% 68,00% 17,25%
9 Pelayanan Publik 37,00% 52,50% 10,50%
10 Pengutipan Restribusi 32,50% 51,25% 16,25%
11 Pertanahan 29,00% 57,30% 13,70%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.35. Pendapat responden tentang kinerja Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan aparatnya
55
B.4. Tingkat Partisipasi Pemilih
Sesuai data Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Deli Serdang, tingkat partisipasi
pemilih pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sangat rendah
dengan capaian hanya 37,99 % dari jumlah pemilih yang terdaftar yaitu 1.437.151 orang.
Partisipasi itu menunjukkan bahwa yang tidak datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara)
menggunakan hak pilihnya 891.091 orang (62,01 %), sedang yang menggunakan hak
pilihnya hanya 546.060 orang.
56
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
640 1.045 1.547 2.278 6.220 2.964 4.765 3.611 23.070
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
8 34 166 675 168 131 125 202 1.509
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
32 117 147 403 694 144 278 613 2.428
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
12 64 46 77 186 149 111 88 733
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38 112 229 1.180 1.548 383 463 308 4.261
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
189 707 1.172 2.731 3.846 1.338 831 607 11.421
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
68 494 508 211 1.137 438 328 645 3.829
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
395 2.337 4.006 4.216 7.703 4.831 4.007 4.524 32.019
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
10 132 689 660 2.931 357 423 234 5.436
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
23 418 140 288 1.435 729 727 442 4.202
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
9 9 61 118 480 119 302 436 1.534
1.424 5.469 8.711 12.837 26.348 11.583 12.360 11.710 90.442
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Tidak Sah 32 124 189 243 529 288 249 199 1.853
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Sah dan Tidak Sah 1.456 5.593 8.900 13.080 26.877 11.871 12.609 11.909 92.295
No. UraianJumlah
Dipindahkan
No. UraianJumlah
Dipindahkan
Tabel IV.36. REKIPITULASI HASIL PEROLEHAN SUARA PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
JumlahDipindahkan
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
57
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
23.070 2.784 6.824 15.403 6.183 4.245 16.687 15.963 91.159
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
1.509 232 321 4.202 645 377 1.889 2.099 11.274
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
2.428 97 254 5.030 450 656 4.058 2.275 15.248
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
733 545 1.308 1.658 342 285 679 786 6.336
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
4.261 643 1.929 6.554 1.390 1.503 11.018 11.066 38.364
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
11.421 1.183 5.987 11.869 5.891 3.159 10.176 9.140 58.826
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
3.829 454 1.091 3.101 844 910 1.928 882 13.039
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
32.019 1.417 1.889 7.128 3.278 1.913 12.970 821 61.435
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
5.436 83 129 995 338 313 711 553 8.558
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
4.202 923 2.381 5.471 2.398 1.099 2.931 2.357 21.762
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
1.534 80 326 1.595 1.130 712 764 608 6.749
90.442 8.441 22.439 63.006 22.889 15.172 63.811 46.550 332.750
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 1.853 199 627 1.509 490 474 1.346 857 7.355
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 92.295 8.640 23.066 64.515 23.379 15.646 65.157 47.407 340.105
JumlahDipindahkan
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
Jumlah Pindahan(I)
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
58
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
91.159 6.815 36.279 5.911 3.662 5.347 6.853 4.668 160.694
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
11.274 428 2.361 543 645 196 208 171 15.826
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
15.248 539 2.172 496 467 444 308 370 20.044
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
6.336 312 1.800 304 286 791 1.770 499 12.098
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38.364 2.175 12.750 690 412 1.959 1.310 2.196 59.856
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
58.826 2.287 14.682 4.017 5.121 3.725 7.485 3.844 99.987
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
13.039 1.008 2.433 598 944 1.149 1.064 628 20.863
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
61.435 850 8.340 1.132 1.106 2.247 8.629 1.116 84.855
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
8.558 149 891 176 140 137 136 55 10.242
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
21.762 1.244 10.374 3.411 1.160 1.744 1.345 587 41.627
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
6.749 393 1.194 219 97 136 115 96 8.999
332.750 16.200 93.276 17.497 14.040 17.875 29.223 14.230 535.091
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 7.355 376 1.438 329 303 381 527 260 10.969
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 340.105 16.576 94.714 17.826 14.343 18.256 29.750 14.490 546.060
Sumber : Data KPU-DS
No. Uraian Jumlah Pindahan (II)
Jumlah Pindahan (II)No. Uraian
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil BupatiJumlahAkhirJumlah Pindahan (II)
JumlahAkhir
JumlahAkhir
59
Berdasarkan Tabel IV.22. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.436.081 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan suara
sesuai Tabel IV.36. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah
sebanyak 546.060 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 sebesar 38.02% (Sumber : Data
KPU DS)
C. Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
C.1 Landasan Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014 :
1. Undang Undang No.2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik
2. Undang Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang: Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Undang Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang: Pemiilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
4. Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan
Umum, dan Dewan Kehormatan Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012,
Nomor 11 Tahun 2012 dan Nomor 01 Tahun 2012 tentang Kode Etik
Peneyelenggara Pemilihan Umum.
5. Peraturan KPU No. 1 2010 Tentang: Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
6. Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Tahapan,
Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tahun 2014.
7. Peraturan KPU No. 7 2012 Tentang: tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014.
60
8. Peraturan KPU No. 10 2013 Tentang: Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Di
Luar Negeri Untuk Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
9. Peraturan KPU No. 12 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 04 Tahun 2013 Tentang Pembentukan Dan Tata
Kerja Panitia Pemilihan Luar Negeri Dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara Luar Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Tahun 2014.
C.2. Data Pemilih Pada Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi
perhatian, terutama dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang
tidak melakukan pencoblosan (Golput) dan yang tidak terdaftar. Persoalan
registrasi pemilih yang masih mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan
Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, ternyata masih memungkinkan
terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data pemilih, karena adanya
kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door menjumpai
masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat
digunakan sebagai rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih,
karena penduduk belum melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu
Keluarga.Keadaan ini dapat mengakibatkan pemilih berpeluang untuk mencoblos
lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas
keberadaan orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya
jumlah pemilih tidak terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat
melanggar asas Jurdil Pemilu. Masalah fenomena tingginya angka ghost-voter
terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang tidak terdaftar dan pemilih
terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang mendatangkan
masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat menjadi
bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
61
Pada Pemilu 2009 kemungkinan pemilih ganda ini diupayakan diatasi
dengan penandaan tinta di jari jempol pemilih, tetapi karena tinta yang mudah
dihapus, peluang untuk kecurangan ini masih muncul. Sehingga untuk Pemilu
2014 lalu, perhatian terhadap masalah tinta penanda ini juga masih relavan dan
penting dijadikan sebagai bagian proses pengendalian kualitas hasil Pemilu.
Dalam hal kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu, berhubungan dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya
dalam DPT, dimana hasil penelitian ini menggambarkan bahwa 396 (99,00 %)
orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1,00 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan tingginya persentase responden terdaftar dalam
DPT, karena responden penelitian ini dipilih dari DPT Pemilu Legislatif tahun
2014, sedangkan empat orang responden yang tidak terdaftar ditemukan adalah
merupakan responden yang ditemui oleh enumerator setelah lima responden
cadangan yang ditetapkan tidak ditemukan.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.3. Apakah Responden terdaftar sebagai pemilih dalam DPT Pileg tahun 2014?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
62
Tingkat pengetahuan pemilih atas terdaftarnya mereka dalam DPT, terkondisi karena
responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir pendaftaran sebanyak 52 orang
(13,00 %) dan sepanjang ingatan responden, ada petugas yang datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkan mereka sebagai calon pemilih pada Pileg tahun 2014 lalu, sebanyak 300 orang
(75,00 %), sedangkan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengingat lagi, proses pendaftaran
tersebut.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, saya langsung mengisi formulir pendaftaran 52 13,00% 13,00% 13,00%
Tidak, formulir pendaftarannya diisi langsung oleh petugas 300 75,00% 75,00% 88,00%
Lupa, tidak ingat 48 12,00% 12,00% 100,00%
Total 400 100,00% 100,00%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.37. Apakah mengisi sendiri formulir pendaftaran ?
Meskipun petugas telah melakukan pendaftaran, ternyata hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa masih terdapat 24 orang (6,00 %) responden menyatakan bahwa
terdapat anggota keluarga mereka yang belum didaftarkan oleh petugas.
Frequency PercentValid
PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.38. Apakah seluruh anggota ikut terdaftar ?
Keadaan belum atau tidak didaftarkannya anggota keluarga responden sebagai
pemilih dalam DPT disebabkan karena: anggota keluarga merantau, tidak didatangi oleh
petugas pendaftar (ditenggarai petugas memanfaatkan Kartu Keluarga penduduk sebagai
referensi dalam mengisi formulir Daftar Pemilih), tidak adanya dokumen kependudukan
sebagai persyaratan domisili menetap, karena adanya anggota keluarga yang tidak menetap,
tidak didaftarkan oleh kepala keluarga, keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
yang seharusnya usianya sudah memenuhi persyaratan 17 tahun atau sudah pernah menikah,
namun tak didaftar, tidak tahu adanya masa pendaftaran sebagai pemilih dalam pemilu.
63
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Anggota keluarga pergi merantau 6 25,00 25,00 25,00
Belum didatangi petugas 6 25,00 25,00 50,00
Identitas tidak memenuhi 3 12,50 12,50 62,50
Karena ada anggota yang tidak menetap 5 20,83 20,83 83,33
Keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
1 4,17 4,17 87,50
Tidak di daftar oleh kepala keluarga 2 8,33 8,33 95,83
Tidak tahu ada masa pendaftaran 1 4,17 4,17 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.39 Penyebab Anggota Keluarga tidak terdaftar
Demi terakomodirnya seluruh masyarakat yang sudah mempunyai hak pilih dalam
pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun 2014, petugas pendaftaran pemilih mendatangi setiap
rumah untuk mendata dan mendaftarkan pemilih bagi yang belum terdata, sembari
menempelkan sticker Coklit Pendataan Pemilih di setiap rumah. Namun berdasarkan hasil
survey masih terdapat 32 dari 400 responden (8,00%) rumah pemilih yang belum ditempel
sticker. Seperti tertera di Grafik IV.4.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.4. Apakah rumah responden ditempel stiker setelah didaftar oleh petugas KPU Deli Serdang?
92,00%
8,00%
Ya 368 Tidak 32
64
Masyarakat pada umumnya mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih
Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sesuai dengan hasil survei yang tertera
pada Tabel IV.40. menyebutkan bahwa sebanyak 321 dari 400 responden (80,25 %),
mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai
Desa/Kelurahan, namun masih terdapat masyarakat yang tidak mengetahui bahwa namanya
tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sebanyak 8
dari 400 responden (2,00%).
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 321 80,25% 80,25 80,25
Tidak 8 2,00% 2,00 82,25
Tidak ingat 71 17,75% 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.40. Apakah responden mengetahui namanya tercatat di DPS yang ditempel di Balai Desa/Kelurahan ?
Tetapi dari 321 responden yang tertera di Tabel IV.40 menyatakan bahwa sebanyak
270 responden (67,50%), mengetahui kalau keluarganya juga terdaftar di DPS, 34 responden
(8,50%) menyatakan tidak mengetahui apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh
anggota keluarga telah terdaftar dan 17 responden (4,25%) menyatakan tidak ingat apakah di
dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar. Seperti tertera di
Tabel IV.41.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 270 67,50% 67,50 67,50
Tidak 34 8,50% 8,50 76,00
Tidak ingat 17 4,25% 4,25 80,25
Total 321 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.41. Kalau Ya, apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar ?
Permasalahan pendaftaran pemilih yang harus mendapat perhatian terkait dengan
rendahnya pengetahuan pemilih atas informasi uji publik daftar pemilih sementara sebagai
masa yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan koreksi atau perbaikan daftar pemilih
65
sementara menuju masa penetapan sebagai DPT oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
Sebanyak 232 orang (58,00 %) mengetahui adanya uji publik daftar pemilih sementara yang
ditempel di tempat-tempat umum, sedangkan 120 orang (30,00 %) tidak mengetahui sama
sekali tentang uji publik DPS tersebut dan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengerti.
Seperti Tabel IV.42.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, tahu 232 58,00 58,00 58,00
Tidak tahu 120 30,00 30,00 88,00
Tidak mengerti 48 12,00 12,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.42. Tanggapan responden mengenai adanya uji publik daftar pemilih sementara yang ditujukan untuk mendapat masukan
Berikut ini tersaji Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
66
L P JLH L P JLH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.032 1.073 2.105 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.642 4.743 9.385 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.482 7.914 15.396 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 12.821 13.618 26.439 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 30.904 32.361 63.265 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.446 13.184 25.630 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.370 13.063 25.433 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.681 11.999 23.680 77
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 7.818 7.969 15.787 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.488 23.308 45.796 127
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.842 76.603 152.445 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.005 32.135 64.140 146
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 19.447 19.680 39.127 112
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 93.767 93.966 187.733 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 53.370 52.200 105.570 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 21.317 20.600 41.917 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.787 133.190 267.977 643
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.362 23.558 46.920 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.853 16.550 33.403 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.109 19.229 38.338 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.113 41.773 81.886 193
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 12.823 12.929 25.752 71
394 935.240 911.022 1.846.262 666.479 671.645 1.338.124 3.485
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang tahun 2014
Jumlah Penduduk
Jumlah
Legislatif
Jumlah TPS
Jumlah PemilihNo KecamatanJumlah
Desa/Kelurahan
C.3. Sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Legislatif
tahun 2014 untuk memilih Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan kegiatan sosialisasi yang
dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada
pemilihan umum Legislatif tahun 2014 khususnya di daerah pemilihan wilayah Kabupaten
Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan wakil rakyat.
Tanggapan masyarakat tentang memadai tidaknya informasi mengenai jadwal
pemilihan legislatif tahun 2014, dapat dilihat pada tabel IV.44 yaitu sebanyak 361 dari 400
67
responden (90,25%), sudah mengetahui jadwal Pemilihan Umum Legislatif. Sementara ada
27 responden (6,75 %) mengaku belum mengetahui jadwal pesta demokrasi tersebut.
Selanjutnya, 12 responden (3,00 %) mengaku tidak ada jadwal Pemilu.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 361 90,25 90,25 90,25
Belum 27 6,75 6,75 97
Tidak ada 12 3 3 100
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.44 Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pileg 2014, apakah sudah memadai ?
Demikian dengan informasi tentang Partai Politik, sebanyak 330 dari 400 responden
(82,50 %) menyatakan bahwa informasi tentang Partai Politik peserta Pemilu sudah
memadai, sedangkan 57 responden (14,25 %) menyatakan belum memadai, serta 13
responden (3,25 %) menyatakan tidak ada sama sekali. Seperti terlihat pada grafik berikut ini
:
77,75 311
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.5. Apakah informasi tentang partai politik sudah memadai?
80,25%
2,00%
17,75%
321Ya
8Tidak
71Tidak ingat
Terkait tentang peryataan responden yang menyebutkan bahwa belum memadainya
informasi mengenai Partai Politik, sebanyak 43 dari 57 responden (75,44 %) menguraikan
68
alasannya adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, selanjutnya 5 responden (8,77 %)
menguraikan alasan bahwa terlalu banyak partai, serta 4 responden (7,02 %) menguraikan
alasan informasi tentang Partai Politik itu belum tersaji secara menyeluruh. Seperti terlihat
pada tabel IV.45.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Belum secara menyeluruh 4 7,02 7,02 7,02
Kurangnya pengurus partai 1 1,75 1,75 8,77
Kurangnya sosialisasi ke masyarakat 43 75,44 75,44 84,21
Masih belum baik 1 1,75 1,75 85,96
Partai jangan terlalu banyak 1 1,75 1,75 87,72
Perlu meningkatkan sosialisasi 1 1,75 1,75 89,47
Sedang ada pekerjaan 1 1,75 1,75 91,23
Terlalu banyak partai 5 8,77 8,77 100,00
Total 57 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.45. Alasan belum memadai
Infromasi mengenai calon anggota Legislatif saat berjalannya tahapan-tahapan
pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif sudah tergolong memadai. Hal itu dapat dilihat dari
400 responden yang dimintai tanggapannya, sebanyak 249 responden (62,25 %) mengatakan
sudah memadai. Namun diantaranya sebanyak 116 responden (29 %) mengatakan belum
memadai, bahkan sebanyak 35 responden (8,75 %) mengaku bahwa informasi tentang calon
Legislatif itu tidak ada sama sekali. Seperti teruarai pada Tabel IV.46.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 249 62,25 62,25 62,25
Belum memadai 116 29,00 29,00 91,25
Tidak ada 35 8,75 8,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.46. Tanggapan responden tentang informasi mengenai calon anggota DPR, DPD dan DPRD, apakah sudah memadai ?
69
Dari Tabel di bawah, 93 dari 116 responden (80,17 %) yang mengatakan belum
memadai sosialisasi para calon anggota Legislatif dengan alasan kurang sosialisasi ke
masyarakat, 18 responden (15,52 %) menyatakan kurang informasi tentang calegnya dan
selebihnya menyatakan terlalu banyak calon legislatifnya dan tidak ada informasi tentang
calon legislatifnya. Seperti terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Kurang informasi tentang calegnya 18 15,52 15,52 15,52
Kurang sosialiasi ke masyarakat 93 80,17 80,17 95,69
Terlalu banyak calon legislatif 2 1,72 1,72 97,41Tidak ada informasi 3 2,59 2,59 100,00Total 116 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.47. Alasan belum memadai
Kegiatan sosialisasi melalui media, pelatihan pemilih oleh berbagai lembaga (LSM,
Perguruan Tinggi, Ormas, Lembaga Keagamaan) sehingga pengetahuan pemilih tentang
teknis pelaksanaan Pemilu akan lebih baik. Kegiatan ini diyakini akan mampu memberikan
pemahaman sistem pencoblosan dalam sistem pemilu tahun 2014 lalu. Tetapi karena waktu
yang terbatas, kegiatan sosialisasi menjadi minim sehingga pengetahuan pemilih terhadap
tata cara pemberian suara menjadi rendah. Kesulitan teknis dalam pelaksanaan pemilu, dapat
dilihat dari pemahaman sebagian besar responden tentang tata cara pemberian suara. Soal-
soal sederhana seperti tatacara pencoblosan, misalnya masih ada 35 orang (8,75%) responden
menjawab belum memadai. Bahkan ada 13 orang (3,25%) responden yang menyebutkan
bahwa tidak ada sama sekali informasi mengenai tata cara pemberian suara dalam pemilu
Legislatif 2014 yang lalu, dimana 352 orang (88,00%) responden yang menyatakan sudah
memadai.
70
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 352 88,00 88,00 88,00
Belum memadai 35 8,75 8,75 96,75
Tidak ada 13 3,25 3,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.48. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencobolosan dalam Pemilu Legislatif tahun 2014, apakah sudah memadai ?
Dari hasil survey, 132 dari 400 responden (33,00%) menyatakan bahwa cara
mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos gambar partai, 156 responden (39,00%)
menyatakan cara mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos Gambar partai dan nama
calon, sedangkan 17 responden (4,25%) meyatakan tidak tahu cara mencoblos pada pemilu
2014, dan 95 responden (23,75%) yang sudah memahami cara mencoblos yang sebenarnya
pada pemilu 2014 yaitu mencoblos nama calon yang diajukan partai.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Mencoblos gambar partai 132 33,00 33,00 33,00
Mencoblos nama calon yang diajukan partai 95 23,75 23,75 56,75
Mencoblos tanda gambar dan nama calon yang diajukan partai 156 39,00 39,00 95,75
Tidak tahu 17 4,25 4,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.49. Pengetahuan responden tentang cara pencoblosan pada Pemilu 2014
Calon anggota legislatif seyogianya populer atau dikenal oleh banyak pemilih, dan
bila terpilih loyalitas calon anggota legislatif seharusnya lebih berorientasi kepada
kepentingan rakyat dibandingkan loyalitasnya kepada partai politik yang mengusulkannya.
Namun, karena sistem pemilu ini belum tersosialisasi dengan baik, mengakibatkan usulan
sebagian besar caleg berbasis otoritas yang dominan dikelola oleh pengurus partai politik,
akibatnya banyak caleg yang belum dikenal oleh pemilih.
71
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu legislatif dengan memberikan skor 1-10, dimana, penilaian dari angka 1 sampai 5,
merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk angka 6 -10, merupakan penilaian
yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu
2014 dan sosialisasi partai politik serta caleg yang berkontes, hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi ternyata merupakan media
yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 314 orang (78,50%), diikuti kemudian dengan
iklan luar ruang sebesar 307 Orang (76, 75 %), kampanye yang dilaksanakan partai politik
secara terbuka ataupun dengan mobilisasi sebanyak 218 orang (54,50%). Sedangkan
publikasi melalui media sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak
322 orang (80,50 %) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian
juga dengan media online sebanyak 313 orang (78,25 %) dan pendidikan politik sebanyak
295 responden (73,75%)
72
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (1 s/d 5) 12 (6 s/d 10)
a. Iklan/Berita di TV 11,50% 0,25% 1% 1,25% 7,50% 12,75% 24,50% 25,75% 7,75% 7,75% 86 314
b. Iklan/Berita di Radio 32,75% 6,75% 4,25% 6,50% 17,50% 14,25% 11,50% 4,00% 1,75% 0,75% 271 129
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
25,25% 2,50% 5,25% 3,50% 13% 15,50% 17,25% 12% 3,00% 2,75% 198 202
d. Iklan/Berita di media online 49,00% 8% 5,25% 7% 9% 9,50% 7% 3,75% 0,50% 1% 313 87
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
53,00% 6,25% 6,75% 6,75% 7,75% 10,25% 5% 2,75% 0,75% 0,75% 322 78
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster, Spanduk, Kartu nama dll
14% 1% 1,50% 1,50% 5,25% 13,50% 24,25% 24% 9,25% 5,75% 93 307
g. Kampanye Partai Politik 16,75% 2,50% 3,50% 5,25% 17,50% 19,25% 17,25% 11,75% 4% 2,25% 182 218
h. Kunjungan Tim Sukses 20,50% 3,75% 6% 4,50% 15,75% 21% 16,75% 7,50% 2,75% 1,50% 202 198
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
24,75% 5,50% 5,25% 7,50% 18,25% 19% 10,75% 6,25% 1,50% 1,25% 245 155
j.Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28% 2,75% 2% 5% 13,75% 18,75% 16,25% 9,75% 2,25% 1,50% 206 194
k. Pendidikan Politik 47,00% 7% 5,50% 5,25% 9% 13% 4,50% 6,25% 2,25% 0,25% 295 105
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Bentuk media sosialisasiNoS K O R
(Persentase)Jumlah Responden
Tabel IV.50 Skor penilaian Responden atas bentuk media sosialisasi yang efektif mengenai Partai Politik/Calon Anggota Legislatif peserta Pemilu tahun 2014
73
Dari hasil tersebut di atas, terlihat bahwa media televisi masih menjadi media yang
efektif untuk menyampaikan informasi berkaitan dengan Pemilu, sedangkan media sosial
yang diakses melalui internet, belum menjadi pilihan dari sebahagian besar pemilih di
Kabupaten Deli Serdang untuk mendapatkan informasi tentang Pemilu.
Secara teoritik bahwa pengaruh pendidikan dan sosialisasi politik adalah signifikan
terhadap perilaku politik komunitas (Kartini, 2009). Proses pendidikan politik dilakukan
secara intensional (dengan sengaja dan dengan tujuan tertentu), sedangkan sosialisasi politik,
adalah proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan. Dampak dari sosialisasi
politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan tanpa refleksi
harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari struktur-struktur
politik yang ada di masyarakat. Sedang dampak dari pendidikan politik ialah mengarahkan
anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah kehidupan
politik.
Terkait dengan paparan diatas, maka ketidaktahuan responden tentang teknis
pelaksanaan Pemilu sebagaimana terungkap dalam temuan sebelumnya terkait pula dengan
sosialisasi Pemilu, sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai politik dan caleg yang masih
kurang memadai menurut 173 responden (43,25%) sesuai data Grafik IV.5 dan Tabel IV.45.
Gambaran ini sebenarnya bukan monopoli pemilih di Kabupaten Deli Serdang saja, tapi juga
ungkapan pemilih di seluruh Indonesia, terutama daerah-daerah yang sangat terpencil. Karena
itu pula, seluruh pemangku kepentingan (stake holder) harus bekerjasama dan memilih
strategi sosialisasi yang tepat sasaran agar pemahaman tentang teknis pelaksanaan Pemilu
dapat diserap sebagian besar pemilih.
Sebanyak 364 responden (91,00%) menyatakan telah memiliki kesiapan tentang partai
politik di tingkat DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih
sebelum ke TPS pada pemilu 2014 dan 36 responden (9,00%) menyatakan tidak memiliki
kesiapan untuk memilih parpol.
74
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 364 91,00 91,00 91,00
Tidak 36 9,00 9,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.51 Kesiapan responden tentang partai politik di DPR,DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa 354 responden (88,50%) telah memiliki
kesiapan untuk memilih caleg yang akan dipilih di DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten Deli Serdang sebelum sampai ke TPS dan sebanyak 46 responden (11,50%) tidak
memiliki kesiapan untuk menentukan caleg yang akan dipilih, sehingga pilihannya
dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik
dan ‘gambling’, karena mereka baru pemilih pemula dan belum mendapatkan sosialisasi
politik yang tuntas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 354 88,50 88,50 88,50
Tidak 46 11,50 11,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.52 Kesiapan responden tentang Caleg di DPR,DPRD Provinsi,DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Setiap pemilih dihadapkan pada banyak pilihan sejalan dengan banyaknya kandidat
dan parpol peserta Pemilu. Setidaknya ada 3 kelompok besar kondisi memilih yang juga
dapat merefleksikan peta persaingan yang ada yaitu, (1) memilih caleg dari parpol yang
sama, atau (2) memilih caleg dari parpol berbeda. Dan pada kondisi dimana pemilih kurang
mengenal calegnya maka pemilih akan dihadapkan pada kondisi untuk memilih caleg atau
parpol, dengan alternatif (3) memilih parpol.
75
Berdasarkan hasil survey terdapat 260 responden (65,00%) memilih caleg dari parpol
yang sama untuk semua tingkatan legislatif dan 140 responden (35,00%) menyatakan tidak
memilih caleg dari partai politik yang sama.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 260 65,00 65,00 65,00
Tidak 140 35,00 35,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.53 Apakah mencoblos Surat Suara anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang berasal dari Partai yang sama ?
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang aktif. Menjatuhkan pilihan
pada partai politik tertentu, merupakan keputusan yang dilandasi faktor motivasi yang dapat
bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat pula dipengaruhi oleh strategi
komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh partai politik yang dialami
pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat pula
mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam mengidentifikasikan parpol pilihannya atau
berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik tertentu.
Secara konsekuensif, bahwa penilaian pemilih atas pola mengakomodir kepentingan
rakyat oleh legislatif hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi dan pandangan
masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas parpol peserta Pemilu tahun 2014.
Pandangan tersebut diatas dapat diterangkan dengan rangkaian hasil penelitian Romli (2010:
94) yang menyimpulkan bahwa prilaku memilih dalam Pemilu tahun 2009 lalu
memperlihatkan 4 (empat) kecenderungan, yaitu: (1) secara demografis, maka kecenderungan
pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi (suku, jenis
kelamin, dan agama) calon legislatif, sedangkan untuk wilayah perdesaan maka ikatan
kulturalnya masih menjadi faktor yang mempengaruhi pilihannya terhadap caleg dan
parpol.(2) secara ekologis, perbedaan konsentrasi basis massa partai politik mempengaruhi
perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka peranan patrón
sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih mempengaruhi pilihan
masyarakat yang tinggal di perdesaan dan ada temuan berlangsungnya prilaku transaksional,
76
sedangkan diperkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari media tv, radio, koran
dapat mempegaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang signifikan atas perolehan
suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka pemilih yang rasional idealis
(kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi, platform dan program parpol
ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional realistis (mempertimbangkan
kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Dari uraian diatas dapat dilihat gambaran pada tabel responden dibawah ini untuk
menentukan pilihannya bahwa responden yang tidak mencoblos caleg dari partai yang sama,
sebanyak 85 responden (60,71%) mengurai alasan lebih memilih figur dari calonnya, 42
responden (30,00%) memilih calon yang dikenalnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Karena yang datang sosialiasi berbeda 1 0,71 0,71 0,71
Melihat figurnya walau beda partai 85 60,71 60,71 61,43
Melihat programnya 7 5,00 5,00 66,43
Memilih yang dikenal 42 30,00 30,00 96,43
Sesuai hati nurani 4 2,86 2,86 99,29
Tidak mengenal semua calon 1 0,71 0,71 100,00
Total 140 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.54 Kalau Tidak, Mengapa tidak mencoblos Surat Suara yang berasal dari partai yang sama ?
C.4. Partisipasi Pemilih pada Pemilu Legislatif tahun 2014
C.4.1. Popularitas Partai Politik dan Calon Anggota Legislatif tahun 2014
Perubahan pola perilaku pemilih dari pemilih tradisional menuju modern ini
mengisyaratkan bahwa sebagian besar responden mulai lebih cerdas dalam menjatuhkan
pilihannya. Dalam artian, mereka tidak ingin lagi seperti membeli kucing dalam karung dan
hanya tertarik dengan pesona-pesona dan kharisma pemimpin Parpol.
Sebanyak 269 dari 400 responden (67,25%) akan mencoblos tanda gambar partai jika
tidak mengenal calonnya, 71 responden (17,75) tidak mencoblos tanda gambar partai dan
nama calon, sebanyak 35 responden (8,75%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
77
sekenanya saja dan 25 responden (6,25%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
yang ada di urutan teratas. Seperti terurai pada tabel IV.55.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Mencoblos tanda gambar partai saja 269 67,25 67,25 67,25
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon yang ada di urutan teratas
25 6,25 6,25 73,50
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon sekenanya saja
35 8,75 8,75 82,25
Tidak mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
71 17,75 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.55. Jika pada saat pencoblosan tidak mengenal calon, kira kira apa yang akan dilakukan ?
Tampaknya peran ‘tokoh’ mulai tergantikan oleh platform atau program parpol. Ini
mudah dipahami, karena dengan kebebasan informasi sekarang, citra tokoh pemimpin dan
pemimpin kharismatik tidak lagi ‘sesempurna’ masa silam, karena dengan mudah citra itu
akan berubah, jika kebusukan politik atau skandal pribadinya diungkap pers. Ditambah lagi,
kharisma pemimpin ternyata tidak menjadi garansi dalam melakukan perubahan, yang
dianggap sebagian responden semakin menurun.
Perubahan pola perilaku pemilih ‘tradisional’ menuju ‘rasional’ ini sebenarnya
merupakan peluang bagus yang harus dimanfaatkan setiap parpol. Ini bisa disiasati dengan
menawarkan program partai yang lebih rasional dan operasional serta berdampak langsung
kepada masyarakat. Retorika-retorika yang sering disampaikan pada masa kampanye silam,
sudah saatnya dirubah dengan logika-logika yang dikemas dalam program parpol yang
berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat; seperti skenario penanggulangan
pengangguran, pertumbuhan dan keadilan ekonomi, akses pada pelayanan publik dengan
indikator-indikator yang lebih terukur. Kampanye monolog perlu disiasati dengan dialog,
termasuk menawarkan caleg-caleg yang lebih kritis dan memiliki integritas yang baik.
Ketika pemilih merasa bingung untuk menentukan pilihan pada pemilu Legislatif,
maka alternatif memilih partai jauh lebih mudah bisa dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan, karena jumlahnya hanya 12 Partai saja, serta jauh lebih sedikit dibandingkan caleg
yang jumlahnya bisa ratusan tertera di surat suara.
78
Aspek pertimbangan memilih partai lebih sederhana. Bisa membedakan partai
nasionalis atau islamis. Bisa partai dominan atau tak dominan di parlemen. Bisa partai lama
atau baru. Bisa partai yang anggotanya di masa jabatan legislatif/eksekutif, paling sedikit
melakukan korupsi atau kejahatan lainnya. Bisa tak ingin memilih partai pemenang pemilu
sebelumnya, atau malah tetap mempertahankannya.
Memilih partai (bukan caleg) masih relevan, karena sistem pemilu kita menerima
memilih partai. Memang, pasal 5 UU No. 8/2012 menyatakan Pemilu 2014 menggunakan
sistem proporsional daftar terbuka untuk DPR serta DPRD I dan II (untuk DPD bersistem
mayoritarian banyak wakil). Sistem pemilu ini dalam penerapan ketat teknis pemilihannya,
memilih caleg/orang. Teknis memilih caleg (tanpa partai) menjadi salah satu pembeda
dengan sistem proporsional daftar tertutup yang memilih partai.
Pemilu 2014 masih menerima pilihan partai saja karena beberapa pertimbangan.
Indonesia masih di fase transisi, dari otokrasi menuju demokrasi. Politik, baik makna
struktural maupun kultural, masih jauh dari masyarakat karena setengah dari usia bangsa
Indonesia hidup di masa pengharaman politik. Pasca-Reformasi, baru tiga kali kita benar-
benar menyelenggarakan pemilu setelah dari 1971 sampai 1997. Keadaan ini menjadikan
penerapan sistem proporsional daftar terbuka di Pemilu 2009 dan 2014 tak utuh sesuai teori.
Seperti yang tertera di tabel berikut ini, meskipun para responden lebih mudah
memilih partai dan menyebutkan pilihan partainya, namun masih lebih banyak responden
yang merahasiakan pilihan partainya yaitu sebanyak 143 dari 400 responden (35,75 %).
Dengan itu, para responden sudah memahami azas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil. Seperti pada tabel IV.56.
79
No. Nama Partai Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
1. PDI Perjuangan 108 27,00 27,00 27,00
2. Partai Golkar 29 7,25 7,25 34,25
3. Partai Gerindra 41 10,25 10,25 44,50
4. Partai Demokrat 34 8,50 8,50 53,00
5. PKB 3 0,75 0,75 53,75
6. PKS 9 2,25 2,25 56,00
7. PAN 8 2,00 2,00 58,00
8. PPP 8 2,00 2,00 60,00
9. Partai Nasdem 7 1,75 1,75 61,75
10. Partai Hanura 9 2,25 2,25 64,00
11. Belum Punya Hak Pilih pada Pemilu 2014 1 0,25 0,25 64,25
12. Rahasia 143 35,75 35,75 100,00
400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 201
Tabel IV.56. Partai politik yang dipilih Responden pada pemilu 2014
Popularitas lembaga legislatif masih didominasi oleh DPR dan DPRD, yang berarti
bahwa lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai utusan daerah, masih kurang
dikenal masyarakat. Pada hasil survey terlihat 43 dari 400 responden (10,75 %) menyatakan
tidak pernah mendengar lembaga Dewan Perwakilan Daerah. Seperti terurai pada tabel IV.57
berikut ini :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Pernah 357 89,25 89,25 89,25Tidak pernah 43 10,75 10,75 100,00Total 400 100,00 100,00
Tabel IV.57. Tanggapan responden, apakah pernah mendengar adanya Dewan Perwakilan Daerah ?
Menurut tanggapan masyarakat tentang siapa yang memilih anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), sebanyak 305 dari 400 responden (76,25 %) menjawab dipilih
oleh Rakyat secara langsung.
80
Namun masih terdapat 77 dari 400 responden (19,25%) yang mengaku bahwa mereka tidak
tahu siapa yang memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), hal tersebut tertera
dalam table IV.58.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
MPR 5 1,25 1,25 1,25
DPR 5 1,25 1,25 2,50
DPRD 8 2,00 2,00 4,50
Rakyat secara langsung 305 76,25 76,25 80,75
Tidak tahu 77 19,25 19,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.58. Tanggapan responden tentang siapa yang memilih anggota DPD ?
Secara umum menyebutkan bahwa masyarakat masih banyak yang belum mengetahui
tentang DPD, hal tersebut dilihat pada table IV.59.
Frequency Percent Frequency Percent
1 Jumlah anggota DPD tiap provinsi adalah 4 orang 85 21,25% 315 78,75%
2 Anggota DPD dipilih secara langsung oleh rakyat 305 76,25% 95 23,75%
3DPD adalah lembaga yang berisi para wakil daritiap provinsi 171 42,75% 229 57,25%
4DPD berwenang memberikan usulan rancanganUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah 146 36,50% 254 63,50%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.59. Pengetahuan responden tentang DPD
No Hal-hal Tentang DPDTahu Tidak tahu
Sedangkan dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat dengan Dewan Pimpinan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Deli Serdang selama ini. Dilihat dari hasil survey menyebutkan
bahwa terdapat 183 responden dari 400 responden (45,75%) menyebut bahwa kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang selama ini “Kurang Puas”. Sedangkan yang terendah 1(satu)
81
responden dari 400 responden (0,25%) menyatakan “Sangat Puas”terhadap kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang. Terlihat pada Tabel IV.60.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sangat puas 1 0,25 0,25 0,25
Puas 56 14,00 14,00 14,25
Kurang Puas 183 45,75 45,75 60,00
Tidak puas 75 18,75 18,75 78,75
Sangat tidak puas 13 3,25 3,25 82,00
Tidak tahu 72 18,00 18,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.60. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Kabupaten Deli Serdang selama ini
Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota Dewan dari tingkat Pusat hingga
Kabupaten, dan kinerja yang harus diperbaiki menurut masyarakat Kabupaten Deli Serdang
menyebutkan bahwa yang tertinggi sebanyak 65 responden dari 400 responden (23,99 %)
menyatakan änggota Dewan yang merupakan perwakilan dan perpanjang tangan rakyat
“Kurang memperhatikan masyarakat”, sedangkan kan yang terendah yang menyatakan
“Biaya Pajak Tinggi”, sebanyak 1 (Satu) orang dari 400 responden (0,37%). Hal tersebut
terpapar di Tabel IV.61.
82
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Biaya pajak tinggi 1 0,37 0,37 0,37
Disiplin bekerja 4 1,48 1,48 1,85
Peduli ke masyarakat 42 15,50 15,50 17,34
Infrastruktur 32 11,81 11,81 29,15
Janji tidak ditepati 28 10,33 10,33 39,48
Memperhatikan Masalah ekonomi Rakyat
23 8,49 8,49 47,97
Membangun desa 17 6,27 6,27 54,24
Kurang memperhatikan masyarakat 65 23,99 23,99 78,23
Meningkatkan kinerjanya 25 9,23 9,23 87,45
Narkoba 1 0,37 0,37 87,82
Perbaikan sistem birokrasi 1 0,37 0,37 88,19
Tidak ada hasil kerja 28 10,33 10,33 98,52
Tidak memperdulikan petani 3 1,11 1,11 99,63
Buat penyuluhan pertanian 1 0,37 0,37 100,00
Total 271 100,00 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.61. Jika tidak puas, kinerja apa yang barus diperbaiki ?
Demikian juga dengan tingkat kepuasan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang
terhadap kinerja Dewan Perwakilan Daerah Provinsi, yang menyatakan “Kurang
Puas”sebanyak 184 orang dari 400 responden (46,00%), kemudian masyarakat yang
merasa”Tiadak Puas” sebanyak 100 dari 400 responden (25,00%). Sedangkan yang terendah
yaitu menyatakan “Sangat Tidak Puas”sebanyak 11 responden dari 400 responden (2,75%).
Hal tersebut dapat dilihat di Tabel IV.62.
83
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Puas 31 7,75 7,75 7,75
Kurang Puas 184 46,00 46,00 53,75
Tidak puas 100 25,00 25,00 78,75
Sangat tidak puas 11 2,75 2,75 81,50
Tidak tahu 74 18,50 18,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.62. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Provinsi selama ini
Sedangkan tingkat kepuasan masyarakat tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat
selama ini. Dari 400 responden terdapat 185 responden (46,25) merasa “Kurang puas”. Dan
yang “Tidak Puas” sebanyak 122 responden dari 400 responden (28,00 %), serta yang merasa
“Puas” tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak 30 responden (7,50%).
Tertera dalam Tabel IV.63.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Puas 30 7,50 7,50 7,50
Kurang Puas 185 46,25 46,25 53,75
Tidak Puas 112 28,00 28,00 81,75
Tidak tahu 73 18,25 18,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.63. Kepuasan responden tentang kinerja DPR selama ini
C.4.2. Politik Uang (Money Politics)
Pendidikan politik yang buruk terhadap pemilih dapat ditelusuri dari adanya politik
uang dalam menggarap suara pemilih dan mempengaruhi preferensi pemilih. Berdasarkan
hasil penelitian ini, ketika ditanyakan apakah ada calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur
anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli Serdang yang
memberikan uang dan sesuatu yang termasuk kategori politik uang, terdapat 73 dari 400
84
responden (18,25%) yang mengakui bahwa dalam Pileg tahun 2014 lalu menerima pemberian
uang, 55 responden (13,75%) menerima barang tertentu, 66 responden (16,50 %) menerima
bantuan sembako, dan 20 responden (5,00%) menerima bantuan bibit/pupuk.
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 18,25% 81,75%
b. Barang tertentu 13,75% 86,25%
c. Sembako 16,50% 83,50%
d. Bibit atau pupuk 5,00% 95,00%Sumber: Data survey tahun 2015
Tabel IV.64. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli
Serdang yang memberikan hal-hal berikut:
Pengaruh pemberian yang diterima oleh responden terhadap pilihannya ternyata tidak
signifikan, dimana terdapat 36 responden dari 400 responden (9,00%) yang memberikan
suaranya dalam Pileg 2014 atas Partai Politik pilihannya terkait dengan pemberian calon
legislatif, tim sukses atau pengurus partai yang mendatangi pemilih.
Kondisi keterpengaruhan atau perilaku pemilih terkait pemberian uang dapat
dijelaskan oleh jawaban responden sebagai keharusan untuk tidak mengingkari
tanggungjawab yang ditunjukkan dalam perilaku pemilih sebagai tanggapan atau mereka
atas pemberian yang telah diterima dengan gambaran bahwa pemberian merupakan perhatian
kepada masyarakat, merasa terbantu secara ekonomi, serta adanya ungkapan aji mumpung
“Kapan lagi kita menerima pemberian dari calon legislatif, kalau bukan saat mereka
memerlukan suara kita, sehingga terima saja uangnya pilihannya kita yang tahu”.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 36 9,00 9,00 9,00
Tidak 364 91,00 91,00 100,00
Total 400 100,0 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.65. Keterpengaruhan responden karena pemberian Uang dan barang
85
C.4.3. Kehadiran Pemilih di TPS pada Pemilu Legislatif tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, erat
hubungannya dengan pengetahuan responden dan sudah terdaftar di DPT (Daftar Pemilu
Tetap). Dari 400 responden mengaku 396 responden (99,00 %) menyatakan terdaftar dalam
DPT, sedang 4 orang (1,00 %) ditemukan tidak terdaftar. Temuan itu diperoleh, karena
responden utama dan 5 responden cadangan yang sudah didaftar tidak ditemukan enumerator,
sehingga langkah berikutnya mengambil keterangan dari responden cadangan terdekat dan
ternyata 4 responden tersebut mengaku belum terdaftar di DPT.
Salah satu indikator tingkat partisipasi politik pemilih dapat ditelusuri dari kehadiran
pemilih di TPS saat pemberian suara dalam Pemilu. Berdasarkan hasil penelitian ini, 97 %
responden menyatakan datang memberikan suaranya di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu.
86
1 Bangun Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )
2 Batang Kuis 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )
4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
7 Gunung Meriah 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
8 Hamparan Perak 18 ( 4,50% ) 2 ( 0,50% )
9 Kutalimbaru 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )
10 Labuhan Deli 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
11 Lubuk Pakam 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )
13 Pantai Labu 19 ( 4,75% ) 1 ( 0,25% )
14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
16 Pancur Batu 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
17 Patumbak 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
18 Sibolangit 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total hadir di TPS 388 ( 97,00% )
Tidak hadir di TPS 12 ( 3,00% )
Jumlah
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.66. Kehadiran Responden datang ke TPS sewaktu Pemilu Legislatif tahun 2014
No Kecamatan
400 (100% )
Ke TPS sewaktu Pileg?
Ya Tidak
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi perhatian, terutama
dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang tidak melakukan pencoblosan
(Golput) ditambah yang tidak terdaftar. Persoalan registrasi pemilih yang masih
mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang,
ternyata masih memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data
87
pemilih, diakibatkan adanya kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door
menjumpai masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat digunakan sebagai
rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih, sementara penduduk belum
melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu Keluarga. Keadaan ini dapat mengakibatkan
pemilih berpeluang untuk mencoblos lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas keberadaan
orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya jumlah pemilih tidak
terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat melanggar asas Jurdil Pemilu.
Fenomena tingginya angka ghost-voter terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang
tidak terdaftar dan pemilih terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang
mendatangkan masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat
menjadi bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
Hasil Pemilu Legislatif Tahun 2014 tingkat DPRD Kabupaten Deli Serdang, adalah
seperti pada tabel berikut ini.
88
No Dapil Nasdem PKB PKS PDIP Golkar Gerindra Demokrat PAN PPP Hanura PBB PKPI Jumlah suara sah
Jumlah suara tidak sah
Jumlah Suara sah dan Tidak Sah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Sunggal 3.394 1.972 8.079 10.051 27.887 11.573 7.004 7.151 3.031 3.341 2.783 5.010 91.276 4.396 95.672
2 Hamparan Perak 3.204 9.045 3.175 4.810 7.657 4.781 7.691 8.538 4.407 7.433 1.492 1.585 63.818 3.414 67.232
3 Labuhan Deli 1.050 1.946 1.066 3.307 998 4.653 5.811 794 1.437 786 192 227 22.267 1.152 23.419
Percut Sei Tuan 7.674 10.834 10.144 17.937 16.377 21.403 15.786 8.505 15.185 6.017 5.731 2.858 138.451 1.395 139.846
1Tanjung Morawa 8.982 7.293 4.207 11.641 13.448 5.322 11.362 6.224 5.284 6.522 1.668 3.216 85.169 2.116 87.285
Patumbak 3.504 731 2.287 4.558 3.448 6.075 3.019 1.777 3.122 2.880 725 1.621 33.747 1.197 34.944
1 Batang Kuis 1.422 1.747 2.588 2.587 1.725 1.879 2.358 3.289 1.723 486 3.434 364 23.602 1.179 24.781
23 Lubuk Pakam 993 401 1.474 6.944 6.642 4.700 4.150 6.429 1.807 457 1.735 2.644 38.376 1.304 39.680
Pagar Merbau 616 262 787 2.808 5.031 2.890 627 3.054 549 310 360 264 17.558 636 18.194
Pantai Labu 705 491 1.242 2.216 3.849 2.407 2.915 1.226 317 303 1.813 1.102 18.586 1.223 19.809
1 Beringin 1.843 593 1.843 3.042 3.319 7.330 1.477 1.889 945 1.913 402 1.553 26.149 864 27.013
1 Gunung Meriah 82 10 22 390 528 179 131 2 30 142 0 12 1.528 42 1.570
2 STM Hulu 248 80 279 864 1.665 279 337 319 208 1.700 74 50 6.103 160 6.263
3 STM Hilir 597 486 960 3.040 2.290 655 899 938 283 3.814 248 200 14.410 433 14.843
4 Bangun Purba 1.079 200 839 1.019 1.274 1.363 2.146 1.285 143 1.205 1.038 17 11.608 459 12.067
5 Galang 4.176 1.118 2.124 4.055 3.561 2.208 2.585 4.031 551 4.734 2.388 20 31.551 1.104 32.655
1 Sibolangit 584 125 115 1.888 2.144 1.125 1.781 413 23 1.306 24 209 9.737 273 10.010
2 Kutalimbau 2.275 294 551 1.455 1.985 3.368 2.584 262 932 2.398 59 155 16.318 416 16.734
3 Pancur Batu 1.251 524 2.264 5.722 4.731 5.242 5.681 1.545 662 5.950 325 1.095 34.992 1.258 36.250
4 Namorambe 468 436 965 7.576 1.616 1.734 859 378 326 419 131 366 15.274 403 15.677
5 Biru-biru 2.314 383 780 2.064 2.563 3.285 584 1.310 544 235 116 1.131 15.309 462 15.771
6 Deli Tua 2.010 1.694 1.543 3.677 4.425 1.661 917 2.808 2.586 611 2.301 463 24.696 836 25.532
48.471 40.665 47.334 101.651 117.163 94.112 80.704 62.167 44.095 52.962 27.039 24.162 740.525 24.722 765.247
6,55% 5,49% 6,39% 13,73% 15,82% 12,71% 10,90% 8,39% 5,95% 7,15% 3,65% 3,26% 100,00%
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.67. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Partai Politik untuk DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Jumlah Perolehan Suara
Presentase Perolehan Suara
Deli Serdang 1
Deli Serdang 2
Deli Serdang 3
Deli Serdang 4
Deli Serdang 5
Deli Serdang 6
89
Berdasarkan Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014,
jumlah pemilih terdaftar sebanyak 1.338.124 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari
pemungutan suara sesuai Tabel IV.67. Rekapitulasi Perolehan Suara Partai Politik untuk
DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah sebanyak 765.247
suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten Deli Serdang di Kabupaten Deli Serdang sebesar 57.19% (Sumaber : Data
KPU DS)
D. Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
D.1 Landasan/Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
1. Undang-Undang No 42 Tahun 2008, Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
2. Undang-Undang No 15 Tahun 2011, Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13 Tahun 2012, No. 11 Tahun
2012, No. 01 Tahun 2012, Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
4. Peraturan KPU No. 4 Tahun 2014 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
5. Peraturan KPU No. 09 Tahun 2014 Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Dalam
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
6. Peraturan KPU No. 19 Tahun 2014 Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara di
TPS Dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
90
D.2. Data Pemilih Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
L P JLH L P JLH1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.025 1.064 2.089 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.589 4.706 9.295 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.448 7.848 15.296 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 13.079 13.885 26.964 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 31.231 32.620 63.851 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.439 13.149 25.588 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.457 13.144 25.601 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.740 12.001 23.741 75
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 8.095 8.237 16.332 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.677 23.504 46.181 124
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.145 75.973 151.118 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.066 32.173 64.239 134
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 20.266 21.076 41.342 86
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 95.165 93.979 189.144 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 54.089 52.878 106.967 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 22.206 21.438 43.644 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.914 133.315 268.229 580
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.221 23.344 46.565 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.441 16.114 32.555 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.723 19.838 39.561 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.079 41.579 81.658 186
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 13.026 13.103 26.129 70
394 935.240 911.022 1.846.262 671.121 674.968 1.346.089 3.371Sumber : Data KPU-DS
KecamatanJumlah Desa/
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang
Jumlah
Jumlah TPS
PilpresJumlah PemilihNo
D.3. Sosialiasi Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden tahun 2014 untuk memilih pemimpin negara kesatuan Republik
Indonesia yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu memerlukan kegiatan
sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak
pilihnya pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 khususnya di daerah
pemilihan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan
pemimpin negara.
Kegiatan sosialisasi tentang informasi sistem pemilihan pasangan Calon
Presiden/Wakil Presiden yang lebih intens dilakukan eskpos melalui media, sehingga
91
pengetahuan pemilih tentang teknis pelaksanaan Pemilu Presiden lebih baik. Kegiatan ini
diyakini mampu mengatasi kekurangan informasi tentang sistem pencoblosan pada pemilu
Pilpres tahun 2014 lalu, karena hanya akan mencoblos 2 (dua) pasangan saja. Seperti yang
terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 336 84,00 84,00 84,00
Belum memadai 50 12,50 12,50 96,50
Tidak ada 14 3,50 3,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.69. Tanggapan responden tentang informasi mengenai sistem pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Belum mengetahui programnya 3 6,00 6,00 6,00
Informasinya belum jelas 10 20,00 20,00 26,00
Kurang sosialiasi melalui media 3 6,00 6,00 32,00
Kurang sosialisasi ke masyarakat 25 50,00 50,00 82,00
Masyarakat apatis 3 6,00 6,00 88,00
Sosialisasi kepada masyarakat secara langsung
3 6,00 6,00 94,00
Tidak mengikut perkembangan politik 3 6,00 6,00 100,00
Total 50 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.70. Alasan belum memadai
Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil dan track record calon
Presiden dan Wakil Presiden, 23 dari 400 responden (5,75 %) menyatakan tidak mendapat
informasi, 52 responden (13,00 %) menyatakan belum memadai, dengan alasan tertinggi
kurang mengenal calonnya sebanyak 20 responden (38,46 %) . Meskipun terdapat 325
responden (81,25 %) menyatakan informasi yang dimaksud sudah memadai, seperti yang
tertera pada tabel berikut ini.
92
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sudah memadai 325 81,25 81,25 81,25
Belum memadai 52 13,00 13,00 94,25
Tidak ada 23 5,75 5,75 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.71. Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil, track record calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Informasi belum jelas 5 9,62 9,62 9,62
Kurang mengenal calonnya 20 38,46 38,46 48,08
Kurang sosialisasi di media 5 9,62 9,62 57,69
Kurang sosialisasi ke masyarakat 12 23,08 23,08 80,77
Tidak mengerti 5 9,62 9,62 90,38
Tidak mengikuti perkembangan politik 5 9,62 9,62 100
Total 52 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
IV.72. Alasan belum memadai
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 dengan memberikan skor 1-10, dimana,
penilaian dari angka 1 sampai 5, merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk
angka 6 -10, merupakan penilaian yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam
mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu 2014 dan sosialisasi partai politik pendukung yang
berkontes, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi
ternyata merupakan media yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 334 orang
(83,50%), diikuti dengan iklan luar ruang sebesar 293 Orang (73,25 %), serta Iklan/Berita di
Surat Kabar/ Majalah sebanyak 240 responden (60,00%). Sedangkan publikasi melalui media
sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak 301 responden (75,25
%) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian juga dengan media
online sebanyak 295 responden (73,75 %) dan kunjungan pengurus partai politik pendukung
sebanyak 247 responden (61,75%)
93
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 11,25% 0,25% 0,00% 1,00% 4,00% 8,25% 22,00% 28,50% 10,75% 14,00%
b. Iklan/Berita di Radio 31,75% 7,00% 3,00% 5,75% 13,00% 16,50% 14,75% 5,75% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll 23,50% 2,00% 2,25% 4,00% 8,25% 17,75% 18,75% 16,00% 3,00% 4,50%
d. Iklan/Berita di media online 45,75% 7,25% 4,25% 5,75% 10,75% 11,00% 7,25% 5,50% 1,50% 1,00%
e. Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
50,75% 5,75% 4,75% 5,50% 8,50% 12,25% 7,00% 3,75% 0,75% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
14,25% 0,75% 2,50% 1,25% 8,00% 12,50% 19,25% 26,00% 8,75% 6,75%
g. Kampanye Partai Politik 21,75% 2,00% 4,00% 4,50% 15,50% 21,50% 12,75% 12,50% 3,50% 2,00%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik 28,00% 3,00% 5,00% 7,00% 18,75% 20,00% 9,00% 5,75% 2,25% 1,25%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28,50% 1,25% 3,75% 4,00% 10,50% 20,75% 15,25% 12,75% 1,75% 1,50%
k. Pendidikan Politik 50,00% 4,50% 6,75% 4,00% 8,25% 11,00% 4,75% 8,25% 1,75% 0,75%
l. Lainnya, sebutkanSumber: Data Survey, Juli 2015
No Bentuk media sosialisasiS K O R (persen)
IV.73. Skor penilaian Responden terhadap bentuk media sosialisasi yang efektif tentang Calon Presiden/Wakil Presiden peserta Pemilu tahun 2014 lalu:
D.4. Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Pipres tahun 2014 lalu, erat hubungannya
dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya dalam DPT, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kondisi yang sama dengan terdaftarnya responden di dalam Pileg, dimana
396 (99 %) orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan ini disebabkan oleh pengetahuan pemilih atas terdaftarnya
mereka dalam DPT, karena responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir
pendaftaran, dan ingatan responden manakala petugas datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkannnya sebagai calon pemilih Pileg tahun 2014 lalu.
94
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.6. Apakah terdaftar sebagai pemilih pada Pilpres ?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
95
Ya Tidak1 B. Purba 24(6%) 1(0,3%)
2 Batang Kuis 10(2,5%) 0(0%)
3 Beringin 8(2%) 2(0,5%)
4 Biru-biru 15(3,8%) 0(0%)
5 Deli Tua 10(2,5%) 0%
6 Galang 29(7,5%) 1(0,3%)
7 Gunung Meriah 10(2,5%) 0(0%)
8 Hamparan Perak 18(4,5%) 2(0%)
9 Kutalimbaru 15(3,8%) 0(0%)
10 Labuhan Deli 10(2,5%) 0(0%)
11 Lubuk Pakam 15(3,8%) 0(0%)
12 Namorambe 35(5,5%) 0(0%)
13 P. Labu 19(4,8%) 1(0%)
14 Percut Sei Tuan 19(4,8%) 1(0,3%)
15 Pagar Merbau 15(3,8%) 0(0%)
16 Pancur Batu 23(6,3%) 2(0,5%)
17 Patumbak 10(2,5%) 0(0%)
18 Sibolangit 29(7,3%) 1(0,3%)
19 STM Hilir 15(3,8%) 0(0%)
20 STM Hulu 20(5%) 0(0%)
21 Sunggal 14(3,5%) 1(0%)
22 Tanjung Morawa 23(5,5%) 2(0,5%)
Total 386 (96,50 % ) 14 (5,50% )Sumber: Data Survey, Juli 2015
No KecamatanApakah datang ke TPS sewaktu Pilpres ?
Tabel IV.74. Kehadiran responden pada Pilpres Tahun 2014
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu Presiden dan wakil Presiden mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada pasangan calon tertentu, merupakan keputusan yang
dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat
pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh
partai politik pengusung calon yang dialami pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam
mengakses layanan publik dapat pula mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam
mengidentifikasikan calon pilihannya atau berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik
tertentu.
96
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Janji 1 7,14 7,14 7,14
Karena katanya membantu masyarakat 1 7,14 7,14 14,29
Pulang kampong 1 7,14 7,14 21,43
Sedang ada pekerjaan 3 21,43 21,43 42,86
Tidak ada surat memilih 7 50,00 50,00 92,86
Tidak terdaftar 1 7,14 7,14 100,00
Total 14 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.75. Alasan tidak mencoblos pada Pilpres 2014
Dalam pelaksanaan pemilu Presiden dan wakil Presiden 2014 lalu, ternyata tingkat
kesiapan pemilih untuk memantapkan pilihannnya sebelum masuk kedalam bilik suara sudah
tinggi, dimana hanya 383 responden (95,75%) yang telah memiliki preferensi pilihan
pasangan calon yang akan dipilih, sedangkan 10 responden (2,50%) belum memiliki pilihan
saat memasuki bilik suara, sehingga pilihannya dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan
kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik dan ‘gambling’. Dan sebanyak 7 responden
(1,75%) enggan untuk menjawab pertanyaan dari enumerator.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.7 Apakah mempunyai kesiapan untuk mencoblos calon presiden dan wakil Presiden ?
95,75%
2,50% 1,75%
Ya 383
Tidak 10
Tidak menjawab 7
97
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.76. Perilaku responden di dalam bilik suara, apakah memilih calon presiden dan wakil presiden sesuai yang akan dipilih sebelum sampai di TPS pada Pemilu 2014
Terkait dengan politik uang dan pemberian barang pada pemilihan umum Presiden
dan wakil Presiden tahun 2014, responden menjawab beberapa hal seperti pada tabel berikut.
Bentuk Pemberian
a. Uang
b. Barang tertentu
c. Sembako
d. Bibit atau pupuk
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Ya Tidak
Tabel IV.77. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur Calon Presiden dalam Pilpres 2014 lalu yang memberikan hal-hal berikut ini
1,75% (7)
3,75% (15)
3,5% (14)
2% (8)
98,25% (393)
96,25% (385)
96,5% (386)
98% (392)
Dampak dari politik uang atau pemberian barang tertentu dari pasangan calon, partai
politik pengusung dan tim sukses pasangan calon menunjukkan bahwa hanya 11 responden
(2,75%) menyatakan mencoblos karena pemberian tersebut sedangkan 389 responden
(97,25%) menyatakan tidak terpengaruh oleh pemberian yang disebutkan diatas, seperti dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 11 2,75 2,75 2,75
Tidak 389 97,25 97,25 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.78. Keterpengaruhan responden karena Pemberian Uang dan barang
98
Dalam mengambil keputusan terkait dengan memilih pasangan calon Presiden dan
wakil Presiden pada pemilu 2014 tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan para pemilih,
hal-hal dimaksud adalah Jenis kelamin, Agama, Asal suku, asal partai politik dan program
calon. Hasil survey menunjukkan seperti tabel di bawah ini.
No Faktor
1 Jenis kelamin calon
2 Agama calon
3 Asal suku bangsa calon
4 Asal partai politik
5 Program calon
Sumber: Data Survey, Juli 2015
84,25%
Tak menjadi pertimbangan
47,75%
47,00%
82,25%
68,75%
15,75%
Menjadi pertimbangan
52,25%
53,00%
17,75%
31,25%
Tabel IV.79. Faktor pertimbangan Responden untuk memilih calon Presiden danWakil Presiden
99
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Gunung Meriah
Tjg Morawa Sibolangit Kutalimba
ruPancur Batu
Namorambe
S ibiru-biru S TM Hilir Bangun
Purba Galang STM Hulu Patumbak Jumlah Dipindah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Prabowo – Hatta 346 53.850 1.544 5.830 14.120 6.089 5.521 4.465 4.991 17.163 1.225 21.645 136.789
2 Jokowi-Jusuf Kalla 1.174 38.606 8.376 10.574 24.919 9.772 10.274 10.386 6.222 12.898 5.003 15.801 154.005
1.520 92.456 9.920 16.404 39.039 15.861 15.795 14.851 11.213 30.061 6.228 37.446 290.794
31 362 54 79 139 65 88 70 36 131 38 151 1.244
1.551 92.818 9.974 16.483 39.178 15.926 15.883 14.921 11.249 30.192 6.266 37.597 292.038
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Jumlah Pindahan
Deli Tua S unggalHamparan
PerakLabuhan
DeliPercut Sei
TuanBatang Kuis
Lubuk Pakam
Pagar Merbau
Pantai Labu Beringin
Jumlah Akhir Presentase
1 Prabowo-Hatta 136.789 15.102 53.262 44.699 15.933 91.428 16.245 18.379 10.146 10.445 12.254 424.682 53,19%
2 Jokowi-Jusuf Kalla 154.005 11.411 52.339 23.338 10.437 62.678 8.625 21.223 7.753 8.143 13.808 373.760 46,81%
290.794 26.513 105.601 68.037 26.370 154.106 24.870 39.602 17.899 18.588 26.062 798.442
1.244 139 387 205 79 531 95 136 69 97 73 3.055
292.038 26.652 105.988 68.242 26.449 154.637 24.965 39.738 17.968 18.685 26.135 801.497
Sumber: KPU Deli Serdang, 2014
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Tabel IV.80. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang
Jumlah Suara Sah
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Jumlah Suara Sah
100
Berdasarkan Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.346.089 pemilih tetapi jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan
suara sesuai Tabel IV.80. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang dan jumlah suara tidak sah sebanyak
801.497 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang sebesar 59.54% (Sumaber : Data KPU DS)
101
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang sudah dipaparkan pada bab-bab terdahulu, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Partisipasi Pemilih dalam setiap Pemilu di Kabupaten Deli Serdang dapat ditelusuri dari
kehadiran dan ketidakhadiran (voter turn-out) di Tempat Pemungutan Suara (TPS)
yang dipengaruhi beragam penyebab. Salah satu hal terkait masalah kehadiran pemilih
dalam Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kecenderungan bahwa: (a) Akurasi tahapan pemutakhiran data
pemilih. Persoalan paling sensitif dalam pelaksanaan pemilu Kabupaten Deli Serdang
yang paling rawan berhubungan dengan adanya NIK Ganda (b) Dinamika mobilitas
penduduk yang tergolong pada komuter yaitu penduduk yang bekerja di kota Medan
secara ulang-alik ke Kabupaten Deli Serdang, dimana terdaftar sebagai penduduk yang
memiliki KTP Kabupaten Deli Serdang, namun karena mereka harus bekerja di Kota
Medan dan tidak libur secara fakultatif menyebabkan ketidak pastian mereka dalam
kehadirannya di TPS. (c) Persebaran luasnya lahan Eks HGU perkebunan,
menyebabkan tingginya angka penggarap yang berasal dari banyak Kabupaten/kota lain
Sumatera Utara yang menjadi pemukim di Kabupaten Deli Serdang, yang belum
berstatus penduduk yang terdaftar dalam DPT Pemilu di Kabupaten Deli Serdang. (d)
Masalah tinggi rendahnya kehadiran dan ketidak hadiran pemilih (voting turn-out)
bersumber dari kekurang akuratan DPT Pemilu yang diakibatkan oleh metode verifikasi
dan pemutakhiran data pemilih sehubungan dengan fenomena “ghost voter”, yaitu
pemilih yang terdaftar dalam DPT yang digunakan sebagai referensi undangan terhadap
pemilih, tetapi pada saat hari H ternyata tidak datang atau tidak hadir ke TPS. Ketidak
hadiran pemilih (voter in-absentia) di TPS karena faktor diatas diakibatkan oleh
penduduk yang telah meninggal, pindah, melanjutkan studi dan bekerja di perantauan
(daerah lain) tetapi masih tetap terdaftar dalam Kartu Keluarga dan DPT yang disahkan
oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
2. Tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau
102
elite politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang
berdampak pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit
dengan aspirasi masyarakatnya. Kondisi ini tergambar dari keikutsertaan dari
responden sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi
keagamaan (36,5 %) dan organisasi sosial (15,5 %). Sedangkan yang aktif dalam
kegiatan LSM dan partai politik sangat rendah yaitu masing-masing 1,5 % dan 1,3%.
3. Pengenalan pemilih yang dijadikan responden dalam penelitian ini terhadap figure
calon legislatif, calon kepala daerah, mulai dari tingkat Gubernur sampai Bupati, dan
Presiden serta Partai Politik yang dipilih ternyata banyak dipengaruhi oleh faktor
sosialisasi politik yang telah diterima, karena faktor tersebut dapat mempengaruhi dan
merubah preferensi pemilih terhadap Capres/Cawapres, caleg pilihannya dan Parpol,
terutama bagi para responden yang baru pertama sekali mengikuti Pemilu atau
mengejawantahkan kedaulatan politiknya dalam memilih pejabat politik yang
mewakilinya di lembaga legislatif dan pemerintahan.
4. Tingkat kepuasaan masyarakat (pemilih) terhadap kinerja Pemerintah (Nasional,
Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang) yang rendah juga menjadi salah
satu penyebab rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Deli Serdang,
dimana masyarakat Deli Serdang beranggapan bahwa siapapun yang dipilih, tidak aka
nada perubahan yang mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, terbukti dari
banyaknya persoalan mulai dari harga bahan pokok yang terus meningkat, fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang belum merata serta infrastruktur jalan yang belum
terbangun sampai ke desa-desa terpencil.
5. Kurangnya sosialisasi mengenai kepemiluan mulai dari Pilkada Kepala Daerah
(Gubernur dan Bupati), Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu
Presiden/Wakil Preside yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu (KPU) dan Partai
Politik juga berperan penting dalam menyebabkan rendahnya partisipasi Pemilih dalam
setiap momen pemilihan umum di Kabupaten Deli Serdang.
103
B. REKOMENDASI
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi dalam mengatasi
rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam setiap pemilu di Kabupaten Deli Serdang adalah
sebagai berikut :
1. Konsekuensi dari fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang hadir ke TPS dapat
menimbulkan persoalan yang menjadi titik rawan dalam setiap penyelenggaraan
pemilu legislatif, pilpres dan Pilkada. Karena itu, masalah pemutakhiran data pemilih
harus dilakukan dengan ketelitian dan sistem yang andal setiap tahun oleh KPU
Kabupaten Deli Serdang bersama dengan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yaitu
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Deli Serdang dengan
menetapkan metode verifikasi dan revisi data pemilih secara terukur dan faktual.
2. Kualitas Pemilui tidak dapat hanya diukur dari tingginya partisipasi pemilih yang
hadir ke TPS tanpa dibarengi prilaku pemilih yang rasional. Karena ini KPU Deli
Serdang harus bekerjasama dengan berbagai pihak diantaranya Partai Politik, DPRD,
dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan pendidikan pemilih secara
reguler dengan sistem pendidikan politik yang dilengkapi dengan kurikulum yang
aplikatif yang dapat memenuhi tujuan demokratisasi dan kedaulatan rakyat.
3. Sosialisasi yang intens dengan menggunakan media-media kreatif yang mudah
dijangkau/diakses oleh Pemilih dan juga memanfaatkan tokoh-tokoh masyarakat
(Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Perempuan) untuk dapat lebih cepat
menyampaikan informasi baik mengenai tahapan pemilu maupun berkaitan dengan
calon/peserta pemilu baik kepala daerah, legislative maupun presiden.
104
DAFTAR PUSTAKA
American Center For International Labor Solidarity (ACILS), (1999), A Handbook For
Long-term Election Monitors: Indonesian General Elections 1999.
Budiarjo, Miriam (1994), Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Burns, D. (2000), “Can Local Democracy Survive Governance?” , Urban Studies, Vol. 37,
No. 5-6.
Burns, D., Hambleton, R. & Hogget, P. (1994), The Politics of Decentralisation
(Basingtoke: Macmillan).
Diamond, Larry (ed.), (1988), Democracies in Developing Countries, Lynne Riener Pub.,
Boulder, Colorado, vol. 3.
Duverger, Maurice, 2002, Sosiologi Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Feith, Herbert dan Castles, Lance (1988), Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965,
LP3ES, Jakarta.
Firmanzah, 2010, Persaingan, Legitimasi, Kekuasaan dan Marketing Politik: Pembelajaran
Politik Pemilu 2009, Yayasan Obor, Jakarta.
Grote, J. R and Gbikpi, B., eds (2002) Participatiry Governance, Opladen : Verlag Leske +
Budrich.
Harun, Rochayat dan Sumarno, 2006, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Mandar Maju,
Bandung.
Held, David, 1996, Model of Democracy, Stanford University Press, Cambridge.
Marijan, Kacung, 2010, Sistem Politik Indonesia, Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru,
Penerbit Kencana, Jakarta.
Mas’oed Mochtar dan Mac Andrews, Colin, (2001), Perbandingan Sistem Politik, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Musa, Ali Masykur, 2003, Sistem Pemilu: Proporsional Terbuka Setengah Hati, Pustaka
Indonesia Satu, Jakarta.
Rahman, Arifin, 2002, Sistem Politik Indonesia, Dalam Perspektif Struktural Fungsional,
Penerbit SIC, Surabaya.
105
Richardson, Henry S., 2002, Democratic Authonomy: Public Reasoning about the Ends of
Policy, Oxford University Press, New York.
Riswandi, 2009, Komunikasi Politik, Graha Ilmu Universitas Mercubuana, Jakarta.
Roode, Charlton Clymer, dkk, 2000, (terj.), Pengantar Ilmu Politik, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Romli, Lili, 2010, Evaluasi Pemilu Legislatif 2009, Tinjauan atas Proses Pemilu, Jurnal
Penelitian Politik, Vol. 7 No. 1/2010, LIPI, Jakarta.
Schmitter, P. (2000). “Participation in Governance Arrangement” , (in) Grote, J. R. and
Gbikpi, B., eds (2002).
United States Information Service (USIS), (tanpa tahun), Unsur-Unsur Pemilihan Umum
Demokratis dalam Apakah Demokrasi Itu? (Jakarta: USIS, Indonesia)
Varma, SP, 1999, Teori Politik Modern, PT Raja Grafindo Utama, Jakarta.
Wilopo, (1978), Zaman Pemerintahan Partai-Partai Dan Kelemahan- Kelemahannya,
Yayasan Idaya, Jakarta.
i
LAPORAN HASIL SURVEY PARTISIPASI PEMILIH; KEHADIRAN
DAN KETIDAK HADIRAN PEMILIH DI TPS (VOTER TURN-OUT)
PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG
Jl. Karya Jasa No. 8 Lubuk Pakam www.kpu-deliserdangkab.go.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemilu yang berlangsung di Indonesia pasca reformasi sudah empat kali yaitu tahun
1999, tahun 2004, tahun 2009, dan tahun 2014. Pemilu merupakan sarana dan instrumen
demokrasi bagi rakyat untuk mengelola partisipasi politiknya. Karena secara teoritik pemilu
merupakan salah satu arena memikat hati kalangan pemilih maupun calon pemilih agar partai
dipilih sehingga lolos threshold bahkan mampu menang dan menjadi partai politik mayoritas
dalam parlemen. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Romli (2010:93) menunjukkan
bahwa dalam menarik minat pemilihnya maka bentuk komunikasi politik yang paling kerap
dilakukan partai politik adalah kegiatan kampanye dalam Pemilu legislatif (Pileg) tahun 2009
dengan empat kecenderungan tipe pesan kampanye yaitu (1) identitas diri, (2) penonjolan
perestasi, (3) penonjolan ideologi, dan (4) pemaparan program. Media komunikasi politik
yang digunakan sudah mulai beragam baik yang konvensional (spanduk, brosur, kalender)
maupun yang modern (facebook, sms, email).
Sebaliknya kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam
menyumbangkan suaranya dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada partai politik dan kandidat tertentu, merupakan keputusan
yang dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan
dapat pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dialami
oleh pemilih. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat mempengaruhi pola
ekspresi pemilih terhadap identifikasi parpol pilihan atau berafiliasinya dalam partai politik.
Penilaian pemilih terhadap pola akomodasi kepentingan rakyat terhadap legislatif dan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi
dan pandangan masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas peserta Pemilu tahun
2014 lalu. Berdasarkan hasil penelitian Romli (2010: 94) bahwa prilaku memilih dalam
Pemilu tahun 2009 lalu memperlihatkan kecenderungan: (1) secara demografis, maka
kecenderungan pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi
(suku, jenis kelamin, dan agama) (2) perbedaan konsentrasi basis massa partai politik
mempengaruhi perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka
peranan patrón sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih
mempengaruhi pilihan masyarakat yang tinggal di pedesaan dan ada temuan berlangsungnya
2
perilaku transaksional, sedangkan di perkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari
media tv, radio, koran dapat mempengaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang
signifikan atas perolehan suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka
pemilih yang rasional idealis (kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi,
platform dan program parpol ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional
realistis (mempertimbangkan kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Ekspektasi atas peningkatan partisipasi pemilih dalam rangkaian Pemilu yang telah
berlangsung selama ini di Kabupaten Deli Serdang ternyata menggambarkan fakta yang
berbeda. Terjadi fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang kadang tinggi ataupun rendah,
sehingga menjadi relevan dan penting untuk dievaluasi dan dikaji faktor kausalnya. KPU
Kabupaten Deli Serdang sebagai Penyelenggara Pemilu memandang langkah evaluasi
melalui suatu riset untuk mendalami faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap
partisipasi politik pemilih berdasarkan kehadiran dan ketidak hadiran di TPS dalam Pemilu
Legislatif tahun 2014, Pemilu Presiden tahun 2014 dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
tahun 2013 lalu.
B. Perumusan Masalah
Dari paparan di atas, yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah bentuk, metode, dan saluran komunikasi dan pendidikan politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
serta Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu untuk meningkatkan
kehadiran pemilih ke TPS?
2. Bagaimanakah tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu Legislatif,
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun
2013 lalu?
3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kehadiran dan ketidakhadiran pemilih dalam
Pemilu Legislatif, dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pilkada Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2013 lalu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan kajian ini terkait dengan:
1. Untuk menggambarkan bentuk, metode, dan saluran komunikasi politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan
3
Pilkada Kabupaten Deli Srdang tahun 2014 yang lalu dalam upayanya
meningkatkatkan kehadiran pemilih di TPS-TPS.
2. Untuk menggambarkan tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu
legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2013 lalu?
3. Untuk menggambarkan karakteristik faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran dan
ketidakhadiran pemilih dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu.
D. Manfaat Penelitian
Adapun signifikansi penelitian ini, sebagai:
1. Referensi mengenai deskripsi ragam komunikasi dan pendidikan politik berbasis
evaluasi proses Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, khususnya
dokumen yang menggambarkan kondisi kecenderungan partisipasi politik pemilih.
2. Database mengenai gambaran pandangan dan harapan pemilih yang mempengaruhi
tingkat partisipasi politiknya khususnya kehadiran dan ketidakhadiran di TPS-TPS
dalam setiap Pemilu 2014 lalu, yang dapat dimanfaatkan oleh penyelenggara Pemilu
dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya untuk strategi peningkatan
partisipasi pemilih dalam Pemilu berikutnya.
4
BAB II
METODOLOGI
A. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilih Kabupaten Deli Serdang yang ikut serta
dan tidak ikut memberikan suara dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden, dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu, baik laki-laki maupun
perempuan.
Luasnya wilayah sampel dan besarnya jumlah populasi serta kerumitan dalam
mengidentifikasi responden, menjadi dasar utama peneliti dalam menetapkan teknik
penarikan sampel dan responden penelitian ini secara acak sederhana berbasis data DPT
(Data Pemilih Tetap) Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, karena Pemilu Legislatif tahun 2014
lalu adalah tahapan Pemilu yang paling awal dan DPTnya dipelakukan sebagai basis data
pemilih yang diperbaiki oleh KPU Kabupaten Deli Serdang untuk pembaruan DPT Pemilu
lainnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi DPT Pemilu Legislatif oleh KPU Deli Serdang, maka
jumlah pemilih terdaftar pada 394 PPS, 3485 TPS adalah 1.338.124 orang,
Dengan teknik multistage sampling, wilayah sampel Kecamatan ditetapkan keseluruhan
yaitu 22 kecamatan. Sedangkan pemilihan wilayah sampel desa ditetapkan secara purposive
dan proporsional dengan teknik acak sederhana. Jumlah responden penelitian adalah 400
(empat ratus) orang, dimana jatah masing-masing wilayah sampel kecamatan dan desa
ditetapkan berdasarkan proporsionalitas. Penetapan responden yang diwawancarai secara
berstruktur pada desa dan kelurahan terpilih dalam penelitian ini dilakukan sesuai prinsip
acak sederhana berbasis DPT PPS sesuai kuota yang dimiliki masing-masing. Responden
terpilih ditemui dan diwawancarai oleh enumerator sesuai dengan teknik wawancara
berstruktur.
Unit analisa penelitian ini adalah individu, bukan rumah tangga (household). Alasannya
karena hak memilih adalah hak politik dan keputusan individual, bukan keputusan kolektif,
selaras dengan prinsip pemilu yang salah satu sifatnya adalah rahasia.
5
Tabel II.1 Kerangka Sampel Penelitian
No Kecamatan Jumlah
Pemilih
Jumlah
Desa/Kelu
rahan
Proporsi
Sampel
Desa
(20 %)
Jumlah Responden
F %
1 GUNUNG MERIAH 2.105 12 2 10 2,50
2 STM. HULU 9.385 20 4 20 5,00
3 SIBOLANGIT 15.396 30 6 30 7,50
4 KUTALIMBARU 26.439 14 3 15 3,75
5 PANCUR BATU 63.265 25 5 25 6,25
6 NAMORAMBE 25.630 36 7 35 8,75
7 BIRU-BIRU 25.433 17 3 15 3.75
8 STM. HILIR 23.680 15 3 15 3.75
9 BANGUN PURBA 15.787 24 5 25 6.25
10 GALANG 45.796 29 6 30 7.50
11 TANJUNG
MORAWA
152.445 26 5 25 6.25
12 PATUMBAK 64.140 8 2 10 2.00
13 DELI TUA 39.127 6 2 10 2.00
14 SUNGGAL 187.733 17 3 15 3.75
15 HAMPARAN PERAK 105.570 20 4 20 5.00
16 LABUHAN DELI 41.917 5 2 10 2.50
17 PERCUT SEI TUAN 267.977 20 4 20 5.00
18 BATANG KUIS 46.920 11 2 10 2.50
19 PANTAI LIBU 33.403 19 4 20 5.00
20 BERINGIN 38.338 11 2 10 2.50
21 LUBUK PAKAM 81.886 13 3 15 3.75
22 PAGAR MERBAU 25.752 16 3 15 3.75
Jumlah 1.338.124 394 80 400 100,00
B. Teknik Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan teknik survey yang menggunakan kuesioner
sebagai instrumen utama digunakan sebagai pedoman wawancara berstruktur. Dalam hal ini
6
peneliti yang dibantu oleh enumerator mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden
untuk mendapatkan jawaban mengenai variabel penelitian yang relevan. Data utama studi ini
dikumpulkan dengan menyebarkan seperangkat pertanyaan tertutup dan terbuka dalam
kuesioner yang menguraikan tujuan dalam ruang lingkup penelitian ini, yang meliputi (a)
identitas pemilih berdasarkan karakteristik status sosial ekonomi, etnis dan regionalitas,
pengalaman sosialisasi dan partisipasi politik (b) Pola perilaku dan preferensi pemilih dalam
dalam menentukan pilihannya pada Pemilu 2014 lalu, (c). Dampak pemberitaan media
sosialisasi dan intensitas komunikasi politik terhadap kehadiran pemilih di TPS-TPS, (d).
Faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran pemilih di TPS, (e) Pandangan pemilih terhadap
proses penyelenggaran Pemilu 2014 lalu, (f). Harapan pemilih terhadap penyelenggaran
Pemilu berikutnya.
Data sekunder dikumpulkan dengan studi dokumentasi, berupa data yang bersumber
dari berbagai referensi, kepustakaan, peraturan-peraturan, jurnal penelitian dan bahan-bahan
tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.
C. Teknik Analisis Data
Data penelitian dipaparkan melalui kecenderungan pemusatan yang tertuang dalam
tabel frekuensi dan grafik. Untuk variabel-variabel penting yang saling berhubungan akan
diekpresikan dalam tabel silang, dimana signifikansi keterkaitannya dihitung dengan formula
statistik korelasional. Kecenderungan hubungan antar variabel penelitian berfungsi sebagai
eksemplar penjelasan angka-angka statistik terkait dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis penelitian (Supranto: 2004).
Selain itu, informasi yang terkumpul dari wawancara tidak berstruktur berguna sebagai
instrumen cross-check (konfirmasi) kebenaran normatif hasil survey. Dalam hal ini, temuan
survai dikomparasikan dengan hasil wawancara yang hasilnya digabungkan guna
mendapatkan kesimpulan praktis. Temuan teoritis dan informatif yang diperoleh dari studi
dokumentasi merupakan pemerkaya hasil penelitian, sehingga pembauran data primer dan
sekunder dipakai untuk membakukan kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demokrasi dan Pemilihan Umum
Sejarah demokrasi seringkali kabur dan terpotong-potong oleh sejarah hidupnya.
Kata demokrasi yang dalam bahasa Inggrisnya disebut democracy, awalnya bersumber dari
bahasa Perancis yaitu democratie yang dikenalkan pada abad ke 16. sebelumnya kata
demokrasi dirujuk dari bahasa Yunani (Greek) demokratia yang merupakan tautan dari kata
demos berarti rakyat (people) dan kratos berarti tatanan (rule) (Held, 1996: 1).
Penerapan demokrasi telah ada masa Athena Kuno sebagai kota tua (classical polis)
yang ditandai adanya persatuan, solidaritas, tingginya partisipasi dan dari terbatasnya jumlah
warga negara. Pada masa itu, warganegara tidak hanya dilibatkan dalam beragam kegiatan
diantaranya administrasi, keamanan, pembuatan hukum, hakim, perayaan yang berkaitan
dengan keagamaan, hiburan dan festival, dasarnya dikaitkan dengan legitimasi kehidupan
politik modern, tetapi mereka juga berkewajiban untuk melaksanakan penelitian dan
pengawasan terhadap penduduk yang tidak turut ambil bagian dalam negara (Held, 1996: 23).
Saat ini, demokrasi identik dengan legitimasi kehidupan politik modern, dimana
makna demokrasi menunjukkan modernitas sistem kedaulatan yang sangat beragam dan luas,
mulai dari pemerintah bervisi teknokrat sampai pada konsepsi kehidupan sosial yang ditandai
oleh ekstensifnya partisipasi politik.
Untuk Indonesia, secara historis, dapat dikategorikan pelaksanaan orde demokrasi di
Indonesia atas 4 (empat) bentuk, yaitu: Demokrasi Liberal (1950-1959), Demokrasi
Terpimpin (1959-1966), dan Demokrasi Pancasila (1966-1997), dan Demokrasi pasca orde
baru yaitu, era Reformasi (1998 – sekarang).
Demokrasi yang telah kita terapkan ternyata berubah-ubah esensi dan aplikasinya
dalam praktik politik di Indonesia. Demokrasi yang berlangsung dekade terakhir ini bahkan
bagi sebagian pihak disikapi secara berlebihan, terlalu bebas dan menitik beratkan pada
proses dan cara, sehingga menghasilkan pemerintahan dan tata hubungan kelembagaan
negara yang tidak stabil, serta seringkali diwarnai konflik-konflik kepentingan. Di sisi lain,
ada pula sikap yang menggunakan demokrasi sebagai tujuan dengan mengabaikan proses dan
cara-caranya, sehingga realitas demokrasi berwujud pada adanya kompromi atau deal-deal
politik yang menguntungkan sepihak dan sekelompok orang, yang pada giliran selanjutnya
justru mengabaikan kepentingan publik dan kemaslahatan masyarakat. Karena itu, perlu
8
untuk ditegaskan bahwa demokrasi merupakan sebuah cita-cita sekaligus pengelolaan sebuah
negara secara beradab.
B. Teori Partisipasi
Partisipasi adalah persoalan relasi kekuasaan, atau relasi ekonomi politik, yang
dianjurkan oleh demokrasi. Partisipasi warga masyarakat adalah pusat kekuasaan,
kewenangan dan kebijakan yang mengatur (mengelola) alokasi berada dalam konteks
governance, yakni relasi antara Negara (pemerintah) dan masyarakat (rakyat). Negara-
barang (sumberdaya) publik pada masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat hak sipil dan
politik, kekuasaan massa, kebutuhan hidup, dan lain-lain. Dengan demikian, partisipasi
adalah jembatan penghubung antara negara dan masyarakat agar pengelolaan barang-barang
publik membuahkan kesejahteraan bagi manusia sebagi individu maupun dalam sebuah
kelompok masyarakat (human wellbeing).
Partisipasi dalam Pemerintahan (govermance) cenderung merujuk pada keterlibatan
dan interaksi organisasi dan institusi yang mempunyai tanggung jawab terhadap atau
berhubungan dengan tindakan kolektif di bidang publik. Hubungan horizontal antara aktor
atau stakeholders dalam jaringan kerja merupakan ciri khas Pemerintahan (governance), dan
dinyatakan bahwa partisipasi dalam governance itu dipengaruhi oleh kebijakan (Schmitter,
2002). Banyak organisasi ‘sektor ketiga’ organisasi komunitas dan sukarela – memperoleh
tanggung jawab dalam governance (Stoker, 1998: 21). Partisipasi dalam Pemerintahan
(governance) berhubungan kuat dengan gagasan mengenai kepentingan dan organisasi publik
dan swasta yang mempunyai risiko dalam sebuah keputusan dilibatkan dalam persiapannya.
Ia dimaksudkan menciptakan dukungan bagi usulan kebijakan, memperbaiki kualitas
keputusan dengan mengerahkan keahlian dan pengetahuan eksternal, dan meningkatkan
legitimasi keputusan demokratis (Klijn dan Koppenjan,2000).
Dari sudut pandang Negara, demokrasi mengajarkan bahwa partisipasi sangat
dibutuhkan untuk membangun pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan responsif
terhadap kebutuhan masyarakat. Tiadanya partisipasi hanya menabur pemerintahan yang
otoriter dan korup. Dari sisi masyarakat, partisipasi adalah kunci pemberdayaan. Partisipasi
memberikan ruang dan kapasitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak
mereka, mengembangkan potensi dan prakarsa lokal, mengaktifkan peran masyarakat serta
membangun kemandirian masyarakat .
9
Dalam konteks governance, partisipasi hendak menempatkan masyarakat pada posisi
yang sebenarnya. Pertama, masyarakat bukanlah sebagai hamba (client) melainkan sebagai
warga (citizen). Jika hamba memperlihatkan kepatuhan secara total, kalau konsep warga
menganggap bahwa setiap individu adalah pribadi yang utuh dan mempunyai hak penuh
untuk memiliki. Warga dan kewargaan secara jelas merupakan bangun politik, yang
menggambarkan sifat hubungan yang dimiliki individu dengan institusi Negara dan
masyarakat sipil. Warga dapat dipandang sebagai anggota masyarakat yang mempertahankan
beberapa gagasan kepentingan umum, dan gagasan kewargaan diikat dengan gagasan
demokrasi. Warga dibedakan dari nasabah (customers), klien dan consumer. Terutama
menarik ilham dari sektor swasta, nasabah dan consumer yang berhubungan dengan
organisasi sebagai pembeli yang memilih barang dan pelayanan klien bergantung pada dan
sebagian besar tunduk pada, keahlian professional; warga mempunyai kesadaran yang jauh
melebihi bidang mereka sendiri dan berkepentingan untuk “mempengaruhi keputusan publik
yang mempengaruhi kualitas kehidupan lokal”, mungkin dengan mengorbankan kepentingan
perorangan mereka sendiri (Burns et al., 1994; Gyford, 1991). Kedua, masyarakat bukan
dalam posisi yang diperintahkan tetapi sebagai teman sejajar (partner) pemerintah dalam
mengelola pemerintahan dan pembangunan. Ketiga, partisipasi bukanlah pemberian
Pemerintah tetapi sebagai hak warga masyarakat. Keempat, warga bukan sekedar objek pasif
penerima manfaat kebujakan pemerintah, tetapi sebagai aktor atau subjek yang aktif
menentukan kebijakan. Warga yang aktif didefinisikan sebagai agen demokrasi, yang
memberdayakan diri mereka sendiri melalui tantangan mereka terhadap aktivitas institusi dan
organisasi yang membentuk kehidupan sehari-hari mereka. Kewarganegaraan adalah tentang
kontribusi, atau input, dari individu kepada hubungan kolektif, dan hubungan antara individu
dan hubungan mereka yang lebih luas dengan masyarakat. Warga diharapkan terlibat dalam
urusan publik dan memberikan kontribusi terhadap isu-isu dalam urusan publik (Raco dan
Imri, 2000).
Cara pandang baru menempatkan posisi masyarakat itu secara historis yang
mempengaruhi haluan baru pembangunan dan mempengaruhi haluan baru pembangunan dan
Pemerintahan, meski secara empirik belum menjadi kenyataan. Kaum miskin, misalnya,
sekarang ditempatkan sebagai pemangku kepentingan pembangunan. Partisipasi juga
dipandang dengan tujuan, bukan hanya proses atau cara untuk mencapai tujuan, sehingga
muncul agenda pemberdayaan yang menghubungkan partisipasi dengan demokrasi,
kewargaan dan kesetaraan. Partisipasi dilihat sebagai kekuatan besar untuk transformasi
10
relasi sosial, ekonomi dan politik yang telah lama membuat kemiskinan. Sekarang agenda
penanggulangan kemiskinan mulai menempatkan kaum miskin dalam posisi yang terhormat,
memberi ruang pada mereka untuk mengembangkan partisipasi dan prakarsa lokal, sehingga
konsep kaum miskin sebagai penerima manfaat proyek tidak terlalu relevan dibicarakan.
Literatur klasik selalu menunujukkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi program pembangunan. Tetapi
apa makna substantif yang terkandung dalam sekuen-sekuen partisipasi itu? Partisipasi
adalah voice, akses dan kontrol warga masyarakat terhadap pemerintahan dan pembangunan
yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Pertama, voice adalah hak dan tindakan warga masyarakat menyampaikan aspirasi,
gagasan, kebutuhan, kepentingan, dan tuntutan terhadap komunitas terdekatnya maupun
kebijakan pemerintah. Tujuannya adalah mempengaruhi kebijakan Pemerintah maupun
menentukan agenda bersama untuk mengelola kehidupan secara kolektif dan mandiri.
Kedua, akses berarti kesempatan, ruang dan kapasitas masyarakat untuk masuk dalam
arena governance, yakni mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta terlibat aktif
mengelola barang-barang publik. Akses warga terhadap pelayanan publik termasuk dalam
rubrik ini. Ada dua hal penting dalam akses: keterlibatan secara terbuka (inklusi) dan
keikutsertaan/keterlibatan (involvement). Keduanya mengandung kesamaan tetapi berbeda
titik tekannya. Inklusi menyangkut siapa yang terlibat, sedangkan involvement berbicara
tentang bagaimana masyarakat terlibat. Keterlibatan berarti ketersediaan ruang dan
kemampuan bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses politik, terutama kaum miskin,
minoritas, rakyat kecil, perempuan, dan lain-lain. Akses akan menjadi arena titik temu antara
warga dan pemerintah. Pemerintah wajib membuka ruang akses warga dan memberikan
layanan publik, terutama pada kelompok-kelompok marginal. Sebaliknya warga secara
bersama-sama proaktif mengidentifikasi problem, kebutuhan dan potensinya maupun
merumuskan gagasan pemecahan masalah dan pengembangan potensi secara sistematis.
Pemerintah wajib merespons gagasan warga sehingga bisa dirumuskan visi dan kebijakan
bersama dengan berpihak pada kemitraan dan kepercayaan.
Ketiga, kontrol warga masyarakat terhadap lingkungan komunitasnya maupun proses
politik yang terkait dengan pemerintah. Kita mengenal kontrol internal (self-control) dan
kontrol eksternal. Artinya kontrol bukan saja mencakup kapasitas masyarakat melakukan
11
pengawasan (pemantauan) terhadap kebijakan (implementasi dan risiko) dan tindakan
pemerintah, tetapi juga kemampuan warga melakukan penilaian secara kritis dan reflektif
terhadap risiko-risiko atas tindakan mereka. Kontrol internal ini sangat penting karena
masyarakat sudah lama berada dalam konteks penindasan berantai: yang atas menindas yang
ke bawah, sementara yang paling bawah saling menindas ke samping. Artinya kontrol
eksternal digunakan masyarakat untuk melawan eksploitasi dari atas, sementara self-control
dimaksudkan untuk menghindari mata rantai penindasan sesama masyarakat, seraya hendak
membangun tanggung jawab social, komitmen dan kompetensi warga terhadapat segala
sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Partisipasi dan desentralisasi (otonomi daerah) tentu mempunyai hubungan simbiosis.
Pada suatu pihak, desentralisasi yang berhasil memerlukan beberapa partisipasi lokal.
Kedekatan pemerintah lokal dengan konstituen mereka akan memungkinkan mereka
merespons secara lebih baik terhadap kebutuhan lokal dan menyesuaikan secara efisien
pengeluaran publik dengan kebutuhan perorangan hanya jika informasi mengalir antar warga
Negara dan pemerintah lokal. Pada pihak lain, proses desentralilasi sendiri dpaat
meningkatkan kesempatan partisipasi dengan menempatkan lebih banyak kekuasaan dan
sumberdaya pada tingkat pemerintah yang lebih dekat, lebih dikenal, dan lebih muda
dipengaruhi. Dalam lingkungan dengan tradisi partisipasi warga Negara buruk, desentralisasi
dapat merupakan langkah pertama yang penting dalam menciptakan kesempatan interaksi
rakyat-negara yang teratur,dapat diramalkan.
Hubungan simbiosis antara desentralisasi dan partisipasi ini dapat mengarah pada
garis pedoman kebijakan yang agak bertentangan. Mekanisme partisipasi warga Negara dapat
dianggap sebuah prasyarat yang sangat berguna ketika mengevaluasi prospek desentralisasi
harus memperhitungkan kesempatan dan keterbatasan yang ditentukan oleh saluran
partisipasi lokal yang ada. Kekurangan mekanisme partisipatoris, bagaimanapun, dapat
membantu menciptakan tuntutan lokal terhadap saluran partisipatoris yang lebih banyak
untuk menyuarakan prefensi. Saluran partisipasi yang dilembagakan dan kemampuan orang
untuk menggunakan saluran tersebut harus dipertimbangkan dalam desain desentralisasi.
Pemilu lokal yang jujur dan teratur, semaraknya forum warga, dan tingkat modal sosial yang
tinggi (kesatuan komunitas dan sejarah kerja sama) memungkinkan warga Negara untuk
menandai prefensi mereka secara efisien dan menjalankan pemenuhan keinginan mereka oleh
pemimpin.
12
Penilaian seberapa banyak input warga mempengaruhi tindakan pemerintah lokal
memberikan titik permulaan untuk mendesain kebijakan desentralisasi. Kondisi awal
semacam itu membantu menentukan tingkat yang pada tingkat itu desentralisasi akan
meningkatkan responsifitas pemerintah keseluruhan terhadap warga dan memberikan garis
petunjuk bagi pelibatan tindakat peningkatan partisipasi dalam kebijakan desentralisasi.
Pemilu teratur, referendum lokal, forum warga, dewan publik, dan struktur kelembagaan
lainnya merupakan memperbaiki kemampuan pemerintah lokal untuk mengindentifikasi dan
bertindak menurut preferensi warga Negara. Tingkat modal sosial, yang menentukan
bagaimana sebaiknya warga Negara dapat memanfaatkan rencana institusional untuk
berpartisipasi, lebih lambat berkembang dan lebih sulit untuk menentukannya.
Desentralisasi mengandalkan pada partisipasi untuk memperbaiki alokasi pelayanan,
tetapi ia tidak memerlukan jenis input warga Negara yang luas disebutkan di depan. Dalam
kasus di mana pemerintah lokal tidak dipilih, di mana proses pemilihan mengistimewakan
sekelompok kecil elit, atau di mana tingkat modal sosial yang rendah menghalangi pertukaran
aktif, proses desentralisasi dapat didesain untuk membangun jenis partisipasi yang lebih
terbatas. Mekanisme isu-khusus dan proyek khusus untuk meningkatkan arus informasi
antara pemerintah dan warga Negara sering dapat dengan lebih cepat dan lebih mudah pada
tingkat lokal daripada di pemerintah pusat.
Partisipasi warga dapat dibenarkan dalam hubungannya dengan legitimasi berorientasi
input dan output, dan ia dapat memberikan kontribusi terhadapat efektivitas system.
Legitimasi berbasi input mengungkapkan nilai partisipasi luas dalam governance, yang
memperlihatkan, yang memperlihatkan perlunya penentuan sendiri dan persetujuan rakyat, di
mana nilai-nilai demokrasi sangat kuat. Partisipasi warga di luar pemilihan memberi saluran
lebih lanjut bagi rakyat untuk mengungkapkan preferensi mereka, dan teori yang
berhubungan dengan demokrasi partisipatoris memuat unsur-unsur yang berhubungan dengan
legitimasi input. Pateman yang mengupas karya Rousseau, Mikk dan Cole, menunjuk pada
tiga alasan mengapa partisipasi luas diperlukan sekali ia mendidik partisipan, ia memberi
warga kontrol, dan ia menghasilkan identitas komunitas. Pemerintah demokratis, yang
dipedomani oleh input partisipasi warga, hanya menghasilkan kebijakan, karena ia tidak akan
mungkin setuju pada kegiatan-kegiatan yang tidak adil. Partisipasi warga mendukung sistem
partisipatoris, karena”kualitas yang diperlukan warga adalah kualitas proses partisipasi itu
13
sendiri yang mengembangkan dan membantu perkembangan” (Pateman, 1970:25). Partisipasi
warga membantu mendidik rakyat dalam seni partisipasi.
Partisipasi warga juga dapat memberikan kontribusi terhadap legitimasi berbasis-
output. Keterbilatan warga membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya
akan membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya akan membantu
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Mereka yang terlibat dalam penyiapan
kebijakan dan permusyawaratan kebijakan lebih mungkin untuk tunduk ketika kebijakan itu
berlaku, khususnya jika mereka adalah dikalangan mereka dari mereka yang dipengaruhi dan
mendapat dampak. Pembenaran ini adalah pembenaran yang timbul dari perdebatan terdahulu
dan lebih belakangan ini. Pateman berargumen partisipasi “membantu penerimaan keputusan
bersama” (1970: 43). Demikian pula, model-model keterlibatan misalnya debat publik,
keterlibatan dari mereka yang dipengaruhi, atau keterlibatan para ahli dibenarkan secara
fungsional dengan alasan bahwa mereka membantu meningkatkan penerimaan dan
pemecahan persoalan atau membantu memfasilitasi pelaksanaan. Partisipasi ini dapat juga
membantu pembuat kebijakan lebih tahu, dan karena para wakil dan kaum profesional
membuat keputusan yang didasarkan pada pengetahuan publik dan keahlian politik dan
profesional
Partisipasi tentu tidak datang dengan sendirinya. Hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat tidak serta merta terbangun secara demokratis dan partisipatif, sebab pemerintah
dimanapun akan cenderung otoritarian dan sentralistik bila tidak dihadapkan pada
pembatasan kekuasaan kekuasaan dan kontrol dari luar yang kuat. Di era otonomi daerah
sekarang, munculnya wacana dan gerakan partisipasi bukan semata inisatif dari pemerintah,
melainkan juga karena peran kekuatan-kekuatan intermediary dari sejumlah organisasi
masyarakat sipil. Begitu banyak lembaga non pemerintah (NGO) di Indonesia yang terus-
menerus memperjuangkan partisipasi masyarakat untuk membangkitkan suara rakyat dan
menentang dominasi elite dalam proses politik dan pembangunan.
C. Partisipasi dalam Demokrasi
Secara konstitusional, prinsip demokrasi dirumuskan dalam UUD Tahun 1945,
diantaranya pada Pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, yang diperkuat dengan isi Pasal 28 yang
menegaskan makna demokrasi terealisasi dengan adanya jaminan negara atas kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
14
Secara teoritis, terdapat sejumlah indikator empirik dalam praktek negara yang
demokratis diantaranya: adanya Pemilu, terlaksananya prinsip check and balances, adanya
rotasi kekuasaan yang obyektif, adanya partai politik yang demokratis, adanya kemerdekaan
hak-hak dasar, persamaan didepan hukum, dan akuntabilitas pejabat penyelenggara
pemerintahan dan kelembagaan negara.
Demokrasi yang kita inginkan adalah adanya mekanisme partisipasi rakyat yang
mampu mengawasi dan mengkontrol tindakan pengelola negara (Legislatif, Eksekutif,
Yudikatif). Dalam konteks ini, demokrasi yang perlu kita tegakkan adalah mekanisme politik
yang mengedepankan partisipasi setiap warga negara untuk berhak dalam menentukan
kebijakan pemerintahan sekaligus memiliki daya kontrol melalui adanya perlakuan yang
sama dalam kedudukan hukum dan pemerintahan. Artinya nilai demokrasi yang akan kita
kembangkan berhubungan dengan kualitas hubungan timbal balik antara pemerintah dan
pengelola kelembagaan negara dengan yang diperintah atau masyarakat umum.
Bagaimana rakyat dapat berpartipasi? Pertanyaan ini dapat diterangkan dari paparan
Robert Dahl (1971), yang menegaskan bahwa ada dua dimensi demokrasi yang satu sama lain
saling berkaitan. Dimensi pertama adalah tersedianya peluang persaingan bebas dan terbuka
untuk mendapatkan semua kedudukan dan kekuasaan. Dimensi kedua adalah terdapatnya
jaminan bagi partisipasi politik seluruh warga negara. Dalam konteks ini dapatlah kita
mengerti bahwa negara yang menerapkan demokrasi adalah negara yang mendorong warga
masyarakatnya untuk berinisiatif dan kreatif dalam mendapatkan jabatan atau kekuasaan
politik sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut, dimana mekanismenya
berlangsung melalui adanya pemilihan yang bersifat umum, bebas, rahasia, dan setara.
Karena itu, tidak ada artinya demokrasi tanpa adanya pemilihan umum. Pemilihan
umum yang memenuhi prinsip-prinsip demokrasi adalah Pemilu yang diselenggarakan secara
teratur dan terjadwal dengan sistem pemilihan langsung yang bebas dan rahasia.
Bagaimanakah cara menghasilkan Pemilu yang demokratis? Pemilu yang obyektif harus
dikendalikan oleh satu lembaga yang independen. Penyelenggara Pemilu tidak boleh
memihak pada salah satu kontestan atau peserta Pemilu. Selain itu, setiap warga negara
dalam menetapkan pilihannya haruslah terlindungi dan dijamin dengan undang-undang,
sehingga pilihannya merupakan suara nurani yang murni tanpa adanya paksaan, tekanan,
intimidasi dari pihak-pihak tertentu yang mengedepankan cara-cara inkonstitusional dalam
meraih kepentingannya.
Pemilu bukan hanya merupakan sarana mencari kekuasaan bagi partai, tetapi partai
membutuhkan dukungan suara sebagai modal untuk legitimasi pemerintahan yang dibentuk
15
oleh partai pemenang Pemilu. Karena itu, simpati masyarakat harus didapatkan oleh partai
politik peserta pemilu dengan berbagai aktivitas yang bernuansa pendidikan politik bagi
rakyat. Tujuan dari upaya meningkatkan partisipasi publik dalam Pemilu ini terkait dengan
pernyataan Almond dan Powell yang menyatakan bahwa sistem-sistem modern dimana
struktur politiknya berbeda-beda (partai-partai politik, kelompok kepentingan, dan media
massa) yang berkembang membentuk aktivitas budaya politik participant.
D. Partisipasi dan Pendidikan Politik
Proses demokratisasi dapat didekati dari partisipasi publik yang dilakukan sengaja
melalui disain kelembagaan (Marijan, 2010:128). Namun realitasnya di Indonesia,
demokratisasi tidak cukup hanya mengandalkan disain kelembagaan, dimana tersedianya
berbagai perundang-undangan yang menjamin kebebasan berpendapat, berekspresi, dan
berorganisasi ternyata tidak serta merta mendorong adanya partisipasi publik (disconnected
electoral). Pemilu tahun 2004 menjadi contoh, dimana corak kesukarelaan (voluntary)
pemilih untuk menyumbang partai politik yang sangat rendah, bahkan corak partisipasi
politiknya cenderung berhubungan dengan ’transaksi-transaksi material’ (Marijan, 2008:130).
Adanya komunikasi dan pendidikan politik yang efektif merupakan instrumen yang
signifikan dalam pengembangan partisipasi politik rakyat yang sering diperhatikan dalam
pelaksanaan Pemilihan Umum di negara-negara demokratis. Karena itu, tingkat partisipasi
politik masyarakat di negara berkembang merupakan masalah yang menarik bagi para ahli
politik. Secara umum definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok
orang yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih
pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Kegiatan berpartisipasi tersebut diantaranya, memberikan suara
pada Pemilu, menghadiri rapat umum (kampanye), menjadi anggota parpol atau organisasi
sosial politik yang underbauw partai politik, mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah atau parlemen yang bertujuan politik.
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya No Easy Choice: Political
Participation in Developing Countries menyatakan bahwa: partisipasi politik adalah kegiatan
warganegara yang bertidak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau illegal, efektif atau tidak efektif (Budiardjo, 1988:3).
16
Pemikiran mengenai partisipasi politik bagi negara demokratis berangkat dari prinsip
kedaulatan adalah ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkaan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-
orang yang akan menduduki jabatan-jabatan publik dan politis. Jadi partisipasi politik
merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh
masyarakat. Dalam negara demokratis makin banyak masyarakat mengambil peran makin
baik.
Partisipasi dapat berbentuk otonom (autonomous participation) dan partisipasi yang
dimobilisasi (mobilized participation). Pada umumnya orang beranggapan partisipasi politik
dalam bentuk yang positif saja, tetapi Huntington dan Nelson beranggapan bahwa
demonstrasi, teror, pembunuhan (lawan) politik, dan bentuk kekerasan lain yang bermotif
politik juga merupakan bentuk partisipasi. Namun Verba (Budiardjo: 1998) tidak mau masuk
dalam bentuk partisipasi yang rumit tersebut, akan tetapi membatasi diri pada tindakan-
tindakan yang legal. Metode atau cara berpartisipasi, intensitasnya terkait dengan keterikatan
atau posisi politik yang dimiliki seseorang.
Bagaimanakah warganegara atau orang-orang dapat rasional dalam
mengejawantahkan partisipasi politiknya? Hal ini dapat berlangsung manakala sudah
mengalami pendidikan politik, karena itu merupakan bagian dari pendidikan orang dewasa.
Khususnya diarahkan pada upaya membina kemampuan mengaktualisasikan-diri sebagai
pribadi yang otonom bebas dan pada sosialisasi-diri (pengembangan dimensi sosialnya),
dalam kaitannya dengan statusnya selaku warga Negara di suatu Negara. Aktualisasi-diri
dapat ditafsirkan sebagai sebagai mengaktualkan segala bakat dan kemampuan, sehingga
pribadi bias berkembang, lalu menjadi aktif dan kreatif, berkarya aktualisasi-diri sebagai
pribadi yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap sesama mahkluk hidup, dan
terhadap Tuhan. Selanjutnya dia berkewajiban memberikan partisipasi sosialnya kepada
masyarakat dan Negara selaku warga-masyarakat dan warganegara yang susila dan
bertangung jawab.
Senyatanya, dalam masyarakat modern sekarang, partisipasi penuh dan bertanggung
jawab dari rakyat itu tidak bisa berlangsung secara otomatis. Hal ini disebabkan antara lain
oleh kejadian sebagai berikut :
1. Terlalu kompleksnya susunan masyarakat modern dengan dimensi-dimensi sosial
dan politik yang saling terkait, yang sulit dipahami oleh orang awam, sehingga
orang tidak tahu bagaimana cara berpartisipasi di medan politik.
17
2. Banyak orang merasa tidak berdaya secara fisik maupun mental ideologis untuk
memahami, terlebih lagi untuk ikut mempengaruhi proses-proses sosial dan politik
di tengah masyarakat.
3. Masyarakat pada umumnya dengan sengaja lebih banyak difungsikan sebagai
obyek politik, konsumen politik dan pengikut politik yang total patuh tunduk,
tanpa mampu memahami kedudukan selaku warganegara di tengah macam-
macam struktur politik. Mereka merupakan “arus bawah” yang pada umumnya
ditekan oleh “majikan-majikan di atas”. Pada umumnya tidak menyadari adanya
hegemoni politik supremasi politik.
Sehubungan dengan kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan dan
ketidaktahuan politik, kemudian untuk merangsang partisipasi politik secara aktif dari rakyat
dalam usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik di alam demokrasi kita
sekarang. Hal ini sesuai dengan isi yang tersirat dalam Sila Keempat Pancasila kita. Sebab
tujuan pendidikan politik antara lain ialah:
1. Membuat rakyat menjadi melek-politik/sadar politik.
2. Meningkatkan kreatifitas rakyat dalam partisipasi sosial politik di era
pembangunan
3. Menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih nyaman dan
sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia.
Berkaitan dengan perilaku politik, dalam komunitas politik itu terjadi dua proses,
yaitu :
1. Pendidikan politik yang dilakukan secara intensional ( dengan sengaja dan dengan
tujuan tertentu);
2. Sosialisasi politik, yaitu proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan.
Sosialisasi politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan
tanpa refleksi harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari
struktur-struktur politik yang ada di masyarakat. Sedang pendidikan politik ialah untuk
mengarahkan anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah
kehidupan politik.
Telah kita simak, bahwa politik antara lain diartikan sebagai kegiatan menggunakan
kekuasaan dalam satu wilayah yang disebut Negara, untuk menyelesaikan : masalah-masalah
rakyat, dan pengaturan lembaga-lembaga negara beserta fungsinya
18
Sedang negara itu berasal ada dari kemauan rakyat, dan dengan sengaja dijadikan dari
kemauan rakyat, serta dengan sengaja pula dijadikan alat oleh rakyat untuk mencapai tujuan-
tujuan hidup tertentu.
Negara merupakan hasil persetujuan bersama sejumlah rakyat yang bertekad bulat
untuk membangun satu “wadah hidup” yaitu Negara. Karena Negara adalah sesuatu dari,oleh
dan untuk sekelompok manusia yang disebut RAKYAT tadi. Maka sudah ada kesadaran
politik pada rakyat. Negara merupakan organisasi politik yang berpemerintahan sendiri dan
menjalankan kekuasaannya lewat perorangan (kepala Negara) serta kelembagaanya yang
mewakili seluruh rakyat. Dengan begitu Negara tidak hanya menjadi urusan para elite
penguasa saja, akan tetapi menjadi : urusan seluruh rakyat untuk ikut serta menegakkan,
mengatur dan mempertahankan keberadaan Negara tersebut.
Agar rakyat benar-benar memahami hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara,
dan bisa berperan serta secara politik, rakyat memerlukan pendidikan politik yang sangat
diperlukan untuk legalitas perjuangan politik dalam meraih tujuan sosial-ekonomi dan
tujuan-tujuan politik tertentu. Selanjutnya, perjuangan politk selalu berlangsung dalam situasi
bertemunya macam-macam kekuatan sosial dan politik, dengan struktur organisasi, cara kerja
dan tujuan politik masing-masing. Maka di Negara/pemerintahan menuju ke hidup sejahtera.
Sebab partisipasi aktif (berbuat nyata) itu mempunyai pengaruh dan kekuatan, karena rakyat
bisa ikut dalam pengawasan terhadap perbuatan mengatur masyarakat dan Negara. Maka
menjalani proses politik lewat pendidikan politik dan belajar berpolitik tanpa bisa ikut
berbuat politik itu adalah sama saja dengan berenang-renang di atas kasur.
Sebaliknya, melakukan perbuatan politik tanpa pendidikan, dan tanpa “empan papan
(Empan papan adalah suatu sikap tertentu sehingga sikap itu tidak bertentangan dengan keadaan
dan aturan yang terjadi di tempat dan pada waktu tertentu di mana pelakunya tinggal”,
terjemahan bebas) bisa disebut sebagai aktivisme, yaitu berbuat awur-awuran, nekad tanpa
nalar, anarkhi atau perbuatan makar.
Dalam kegiatan pendidikan politik, orang-orang yang tengah belajar itu merupakan
siswanya. Sedang belajar politik itu mengandung konotasi sebagai berikut :
1. Lebih memahami diri sendiri dan situasi-situasi kondisi sekitarnya dalam konteks
Negara.
2. Mampu mawas secara kritis peristiwa-peristiwa politik.
3. Bisa menentukan sikap politik dengan tegas.
4. Sanggup memberikan penilaian yang adil terhadap perisitiwa-peristiwa politik.
5. Mau berbuat politik sesuai dengan hati nurani yang bersih dan bertanggung jawab.
19
Perlu juga diingat bahwa perbuatan manusia dan hasil-hasil karyanya misalnya dalam
bentuk pemerintahan, kekuasaan, lembaga kemasyarakatan, politik, kebudayaan, dan
seterusnya itu tidak akan pernah selesai dan sempurna. Yaitu bukan berupa struktur-struktur
yuridis formal yang mantap, bukan berupa institusi politik yang permanen, juga tidak ada
immanensi parlementer. Segala hasil tidak dengan tangan manusia itu tidak akan pernah
rampung dan sempurna; semuanya masih bisa dipertanyakan relevansinya. Dan menjadi
garapan yang selalu bisa diubah dan diperbaiki/direvisi, disesuaikan dengan prinsip efisiensi
dan tuntutan zaman; demi pemerataan keadilan dan kesejahteraan.
Selanjutnya, demokrasi juga bukan merupakan situasi yang sudah selesai/finished;
tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan digarap tanpa henti-hentinya
menuju kearah kemajuan dan kebaikan. Maka diperlukan pula demokratisasi pribadi
manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat pemerintah, agar
semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang. Dengan demikian,
demokrasi juga mengandung usaha :
1. Memperbesar kekuasaan-menentukan dari opini publik (pendapat umum) dan
partisipasi politik rakyat,
2. ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya pemerintahan menuju
ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Pendidikan politik itu bukan merupakan justifikasi dan rasionalisasi bagi struktur-
struktur kekuasaan yang ada, dengan bantuan alat-alat agogis. Juga bukan berupa sikap
defensive dari pemerintah kritik-kritik rakyat. Bukan pula wujud penyesuaian diri yang pasif
tanpa sadar dari rakyat terhadap situasi sosial dan politik yang tidak/kurang mapan pada saat
ini. Akan tetapi pendidikan politik bersungguh-sungguh ingin membukakan pengertian
kepada rakyat kan :
1. Tempat kedudukan politik warganegara di tengah masyarakat dan di tengah struktur-
struktur politiknya.
2. Hak dan kewajibannya yang seimbang selaku warganegara.
Maka ada kebutuhan pada rakyat yang menanyakan “Apakah semua urusan politik itu
sudah berjalan baik,benar dan adil”? Dan bagaimanakah cara penyelesaian politik yang
paling baik untuk mengatasi masalah-masalah sosial politik yang berkembang di tengah
masyarakat?
Wawasan politik yang kritis yang ditekankan dalam pendidikan politik itu diperlukan
untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial. Kemudian orang mencari
20
kemungkinan alternatif baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara
penyelesaian politik yang paling aman ditempuh. Dengan demikian akan berlangsung proses :
1. Penjernihan wawasan politik mengenai situasinya.
2. Antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-masa mendatang,
disusul dengan :
3. Redifinisi dan pengubahan terhadap pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang
bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga terhadap lembaga-lembaga politik dan
situasi masyarakatnya.
Pendidikan politik tidak bisa dilepaskan dari pandangan hidup/Lebensanschaung
rakyat dan dari struktur masyarakatnya. Jadi pada saat individu itu sadar menjadi
warganegara dan berbuat sebagai warganegara, maka dia melakukan perbuatan politik dan
belajar politik. Dengan begitu warganegara tersebut sadar atau tidak sadar merupakan figur
politik.dan seyogyanya dia memahami peranan politiknya. Juga memahami mengapa dia
harus bersikap kritis, dan untuk tujuan apa dia melakukan suatu perbuatan politik tertentu?
Maka sasaran pokok pendidikan politik adalah: (a) membuat warga Negara menjadi lebih
kritis dan lebih militant, (b) agar bisa menjalankan fungsi politiknya lebih efisien, dan (c)
memberikan sumbangan pada proses demokratisasi sejati di tengah iklim demokrasi.
E. Pemilih Cerdas dan Demokratisasi
Pemilu demokratis dapat tercapai manakala seluruh stakeholdernya yaitu KPU, Partai
Politik, Caleg dan calon peseorangan (DPD), serta pemilih sudah tepat memaknai sistem
Pemilu sesuai dengan asas pelaksanaannya yang secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Sisi lain yang dapat menjamin kualitas Pemilu efektifitas anggaran yang tersedia,
rasionalitas preferensi dan partisipasi pemilih yang tinggi.
Secara kuantitas, maka kontenstan Pemilu 2014 serta Pilkada dinilai banyak pihak
sudah mampu menerjemahkan demokrasi. Keadaan tersebut tergambar dari peserta pemilu
yang multi- partai (tahun 1999 oleh 48 Partai Politik, 2004 oleh 24 Partai Politik, 44 Partai
Tahun 2009, dan 12 Partai tahun 2014), adanya penyelenggara Pemilu yaitu Komisi
Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu yang independen, adanya partisipasi publik
dalam pengawasan dan pemantauan, serta tingginya angka pemilih yang memberikan
suaranya dalam Pemilu tahun 2009 dan 2014 yang lalu. Namun masih ada penilaian yang
tetap memandang Pemilu yang telah berlangsung hanyalah sekedar “pesta politik”, karena
belum mampu menghasilkan pemilih yang cerdas dalam berdemokrasi.
21
Dampak dari pilihan pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014, serta berbagai Pilkada yang
telah berlalu masih jauh dari harapan terbangunnya legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden yang telah dikontrol secara langsung oleh pemilih dalam format konstituensi dalam
berbagai pertemuan-pertemuan dan komunikasi yang teratur dan langsung. Dalam konteks
ini, kecenderungan partisipasi politik pemilih masih ditempatkan pada lajur partisipan politik
yang pasif dan parokial, dimana sebagian besar pemilih menetapkan pilihannya atas
patronase politik yang cenderung memiliki basis nilai memilih (preferensi) yang kurang
dilandasi atas kesadaran dan rasional bahwa kualitas dan kapasitas sebagai partai politik,
calon Presiden, calon Gubernur, calon DPD, dan calon Bupati/Walikota berdasarkan daya
penariknya (soft power) bagi pemilih pada Pemilu yang telah berlangsung. Artinya
kecerdasan pemilih belum menjadi dasar prilaku pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014 yang
lalu. Mengapa demikian?, salah satunya adalah karena lemahnya kualitas hasil pendidikan
politik dan adanya distorsi makna demokratisasi.
Pemilih cerdas yang kita inginkan adalah pemilih yang menggunakan rasionalitasnya
sebagai basis keterpikatannya (attraction) pada pilihannya. Karena pemilih yang cerdas yang
mampu menghasilkan pemimpin yang memiliki legitimasi kedaulatan rakyat. Selain itu,
pemilih yang cerdas yang mampu mengawasi dan mengisi kapasitas otoritas moral pimpinan
yang dipilihnya, yang prosesnya memerlukan rentang waktu dan mempersyaratkan
kapabilitas pemimpin yang mumpuni mengelola (managable) dengan nilai lebih yaitu
kemampuan berfikir sistemik.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Kabupaten Deli Serdang
Sebelum Perang Dunia II atau tegasnya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17-8-1945, Kabupaten Deli Serdang adalah merupakan daerah Kesultanan Deli dan
Serdang. Kesultanan Deli berkedudukan di Medan dan Kesultanan Serdang berkedudukan di
Perbaungan. Kedua wilayah tersebut dalam masa penjajahan adalah merupakan Keresidenan
Sumatera Timur sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kekuasaan kesultanan berakhir
dan struktur pemerintah disesuaikan dengan pemerintah Indonesia dan kesultanan Deli dan
Serdang dijadikan daerah Kabupaten Deli Serdang.
Daerah Kabupaten Deli Serdang juga merupakan daerah yang cukup terkenal di
kawasan nusantara, terutama karena devisa Negara yang berasal dari hasil bumi Kabupaten
Deli Serdang yang sangat potensial seperti karet, tembakau dan kelapa sawit. Melalui
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru telah kelihatan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor di Kabupaten Deli Serdang, dimana sektor pertanian
dan perkebunan menjadi pemeran utama dalam meningkatkan pendapatan para petani di
Kabupaten Deli Serdang.
Sejalan dengan lanjutnya pembangunan, maka pembangunan di bidang politik pun
berjalan cukup mantap, stabil dan dinamis, dengan adanya kerjasama yang harmonis antara
kekuatan sosial politik di kawasan ini merupakan modal yang tidak terhitung nilainya dalam
mewujudkan demokrasi Pancasila. Semangat persatuan dan kesatuan selalu menjiwai
pemerintah daerah Deli Serdang sehingga kestabilan politik tetap mantap dan terkendali.
Disamping itu, peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah terus bersinergi demi
berkesinambungannya pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang adil dan berkemakmuran.
A.1. Letak dan Keadaan Geografi
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur
Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara,
3016” dan 98033”- 99027” Bujur Timur dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan
laut.
Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,22 Km2 yang terdiri dari 22
Kecamatan, 380 desa dan 14 Kelurahan . Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan
23
Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan
di sebelah Timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan
penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak
mengandung uap air, sehungga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan
Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus
sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setengah tahun setelah melewati masa
peralihan bulan April-Mei dan Oktober-November. Menurut catatan Stasiun Klimatologi
Sampali, pada tahun 2013 terdapat rata-rata 17 hari hujan dengan volume curah hujan
sebanyak rata-rata 187 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 489 mm
dengan hari hujan sebanyak 22 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan
Maret sebesar 74 mm dengan hari hujan 4 hari.
Tabel IV.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Rasio terhadap Luas Wilayah Kabupaten
Deli Serdang tahun 2014
No Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Rasio terhadap luas
total (%) 1 Gunung Meriah 76,65 3,07 2 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu 223,38 8,94 3 Sibolangit 179,96 7,20 4 Kutalimbaru 174,92 7,00 5 Pancur Batu 122,53 4,91 6 Namo Rambe 62,30 2,49 7 Biru-Biru 89,69 3,59 8 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir 190,50 7,63 9 Bangun Purba 129,95 5,20 10 Galang 150,29 6,02 11 Tanjung Morawa 131,75 5,27 12 Patumbak 46,79 1,87 13 Deli Tua 9,36 0.37 14 Sunggal 92,52 3,70 15 Hamparan Perak 230,15 9,21 16 Labuhan Deli 127,23 5,09 17 Percut Sei Tuan 190,79 7,64 18 Batang Kuis 40,34 1,62 19 Pantai Labu 81,85 3,28 20 Beringin 52,69 2,11 21 Lubuk Pakam 31,19 1,25 22 Pagar Merbau 62,89 2,52 Jumlah 2.497,72 100,00 Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
24
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi
tenaga kerja akan terus berlangsungnya proses demografi. Bagia dari tenaga kerja yang aktif
dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Pada kondisi 2013, di Kabupaten Deli
Serdang terdapat 815.983 ribu penduduk angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100
penduduk usia kerja.
Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan
kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Meski demikian
jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang
ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja. Pada tahun 2013 dari
total angkatan kerja sebesar 815.983 ribu, sekitar 92,46 persen dari mereka telah bekerja dan
sebagian dari mereka tidak bekerja 7,54 persen.
Tabel IV.2 Banyaknya Desa, Kecamatan, Nama Ibukota Kecamatan, dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Lubuk Pakam
No Kecamatan Nama Ibukota Banyak Desa Banyak
Kelurahan Jarak Ibukota ke
Lubuk Pakam 1 Gunung Meriah G. Meriah 12 - 65 2 STM. Hulu Tiga Juhar 20 - 71 3 Sibolangit Bandar Baru 30 - 71 4 Kutalimbaru Kutalimbaru 14 -- 54 5 Pancur Batu Pancur Batu 25 - 48 6 Namo Rambe Namo Rambe 36 - 48 7 Biru-Biru Biru-Biru 17 - 55 8 STM. Hilir Talun Kenas 15 - 37 9 Bangun purba Bangun Purba 24 - 25 10 Galang Galang 28 1 18 11 Tanjung Morawa Tj. Morawa 25 1 12 12 Patumbak Patumbak 8 - 46 13 Deli Tua Deli Tua 3 3 42 14 Sunggal Sunggal 17 - 40 15 Hamparan Perak H. Perak 20 - 56 16 Labuhan Deli Helvetia 5 - 52 17 Percut Sei Tuan Tembung 18 2 42 18 Batang Kuis Batang Kuis 11 - 12 19 Pantai Labu Pantai Labu 19 - 11 20 Beringin Beringin 11 - 6 21 Lubuk Pakam Lubuk Pakam 6 7 - 22 Pagar Merbau Pagar Merbau 16 - 4
Jumlah 380 14 - Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
25
Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat
menunjang dalam peningkatan mutu pendidikan. Pada tahun 2013 tedapat 261 buah taman
kanak-kanak dengan jumlah murid 12.363 orang dan guru sebanya 793 orang. Sementara itu
untuk sekolah dasar terdapat 812 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing
206.487 orang dan 11.605 orang. Untuk Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) terdapat 246
sekolah, 73.966 orang murid dan 6.033 orang guru.Pada tahun yang sama jumlah sekolah
Lanjutan atas (SMU) umum terdapat 123 sekolah dengan jumlah murid 25.056 orang dan
guru 2.968 orang, untuk Sekolah kejuruan terdapat 125 sekolah, 33.844 orang murid dan
3.435 orang guru.
Selain itu di Deli Serdang juga terdapat sekolah agama (madrasah) yang setara dengan
sekolah umum, yaitu :
- 157 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan 28.311 murid dan 1.171 guru.
- 119 Madrasah Tsanawiyah (MTs) debgab 21.165 murid dan 1.807 guru.
- 34 Madrasah Aliyah (MA) dengan 4.417 murid dan 554 guru.
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan
manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak
langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Kesehatan merupakan salah satu hal
terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
yang memadai sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan amsyarakat sekaligus
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 21 buah
rumah sakit umum (RSU) milik pemerintah dan swasta. Dengan total kapasitas tempat tidur
berjumlah 1.800 buah. Sedangkan puskesmas yang ada berjumlah 34 buah juga terdapat
Puskesmas Pembantu dan Rumah Bersalin masing-masing berjumalh 104 dan 133.
Tenaga Medis yang tersedia di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang ada 163 orang
dokter umum/spesialis dan 72 orang dokter gigi. Sementara itu tenaga medis pemerintah
lainnya seperti perawat/bidan ada 1.709 orang, dengan jumlah apotek umum sebanyak 144
buah. Di Kabupaten Deli Serdang, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2012 jumlah PUS sekitar 322.731 dan meningkat
menjadi 328.273 pada tahun 2013.
26
Tabel IV.3. Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas Wilayah
dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan
No Kecamatan Banyak
Desa/Kelurahan
Luas
Wilayah
(m2)
Banyak
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Penduduk
Persentase
(%)
1 Gunung Meriah 12 76,65 2.632 34 0,14
2 STM. Hulu 20 223,38 12.994 58 0,69
3 Sibolangit 30 179,96 20.756 115 1,10
4 Kutalimbaru 14 174,92 37.758 216 2,00
5 Pancur Batu 25 122,53 89.469 730 4,74
6 Namo Rambe 36 62,30 38.583 619 2,05
7 Biru-Biru 17 89,69 35.887 400 1,90
8 STM. Hilir 15 190,50 32.267 169 1,71
9 Bangun purba 24 129,95 22.749 175 1,21
10 Galang 29 150,29 64.912 432 3,44
11 Tjg. Morawa 26 131,75 202.870 1540 10,75
12 Patumbak 8 46,79 93.522 1999 4,96
13 Deli Tua 6 9,36 63.877 6824 3,39
14 Sunggal 17 92,52 257.070 2779 13,63
15 Hamparan Perak 20 230,15 158.034 687 8,38
16 Labuhan Deli 5 127,23 63.431 499 3,36
17 Percut Sei Tuan 20 190,79 405.434 2125 21,49
18 Batang Kuis 11 40,34 59.281 1470 3,14
19 Pantai Labu 19 81,85 45.440 555 2,41
20 Beringin 11 52,69 55.276 1049 2,93
21 Lubuk Pakam 13 31,19 85.366 2737 4,53
22 Pagar Merbau 16 62,89 38.780 617 2,06
Jumlah 394 2.497,72 1.886.388 755 100
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
27
Tabel IV.4. Data Kecamatan, Penduduk Dewasa dan Anak-anak menurut Jenis
Kelamin tahun 2013
No Kecamatan Jumlah RT
Dewasa
Banyak Penduduk
Anak-Anak
Banyak Penduduk
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Gunung Meriah 801 961 966 365 340
2 STM. Hulu 3.467 4.430 4.270 2.106 2.188
3 Sibolangit 5.829 7189 7399 3180 2988
4 Kutalimbaru 9.426 12.549 12.806 6.243 6.160
5 Pancur Batu 22.430 30.760 31.487 14.046 13.176
6 Namo Rambe 9.745 12.798 13.493 6.291 6.001
7 Biru-Biru 9.158 12.199 12.312 5.834 5.542
8 STM. Hilir 8.380 11.071 10.855 5.323 5.018
9 Bangun purba 5.712 7.725 7.835 3.653 3.536
10 Galang 16.168 22.655 22.489 9.964 9.804
11 Tjg. Morawa 48.068 69.537 69.274 32.762 31.297
12 Patumbak 22.386 31.800 31.414 15.591 14.717
13 Deli Tua 14.761 21.837 23.398 9.612 9.030
14 Sunggal 60.567 89.631 89.882 39.773 37.784
15 Hamparan Perak 38.675 54.933 53.714 25.387 24.000
16 Labuhan Deli 15.041 22.388 21.814 9.857 9.372
17 Percut Sei Tuan 94.492 140.751 141.553 63.043 60.087
18 Batang Kuis 13.955 20.347 20.034 9.713 9.187
19 Pantai Labu 10.683 15.595 14.589 7.836 7.420
20 Beringin 13.056 19.240 18.900 8.784 8.352
21 Lubuk Pakam 20.133 29.689 31.2014 12.632 11.841
22 Pagar Merbau 9.465 13.051 13.255 6.139 6.335
Deli Serdang 452.398 651.136 652.943 298.134 284.175
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
Data hasil survai ini berorientasi pada lokasi bermukim 400 responden di 22 (dua
puluh dua) Kecamatan yang tersebar di 80 desa. (Nama Kecamatan dan Kelurahan,
terlampir). Profil responden memiliki korelasi terhadap beragam aspek yang terkait dengan
pemilu, terutama tingkat partisipasi, referensi pilihan, dan penilaian responden terhadap
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
28
Tahun 2013, partai politik, dan caleg yang dipilihnya pada pemilu Legislatif Tahun 2014
serta Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Pilpres Tahun 2014.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Laki-laki 201 50,25 50,25 50,25
Perempuan 199 49,75 49,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.5. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin responden terdiri dari 201 orang laki-laki (50,25 %) dan 199 orang
perempuan (49,75 %), serta berstatus kepala keluarga 178 orang (44,50 %), 177 orang (44,25
%) berstatus istri, dan 45 orang berstatus anak dalam rumah tangga responden penelitian ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Anak 45 11,25 11,25 11,25Istri 177 44,25 44,25 55,50Kepala Keluarga 178 44,50 44,50 100,00Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.6. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
B. Purba 5 1,25 1,25 1,25
Bandar baru 5 1,25 1,25 2,50
Bandar Khalifah 5 1,25 1,25 3,75
Bandar Kuala 5 1,25 1,25 5,00
Baru 5 1,25 1,25 6,25
Batu Layang 5 1,25 1,25 7,50
Batu Penjemuran 5 1,25 1,25 8,75
Bingkawan 5 1,25 1,25 10,00
Bintang Meriah 5 1,25 1,25 11,25
Biru-Biru 5 1,25 1,25 12,50
29
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Bulu Cina 5 1,25 1,25 13,75
Deli Tua Barat 5 1,25 1,25 15,00
Denai Sarang Burung 5 1,25 1,25 16,25
Durian 5 1,25 1,25 17,50
Galang Barat 5 1,25 1,25 18,75
Galang Kota 5 1,25 1,25 20,00
Gunung Rintih 5 1,25 1,25 21,25
Helvetia 5 1,25 1,25 22,50
Helvetia Sunggal 5 1,25 1,25 23,75
Hulu 5 1,25 1,25 25,00
Jaba 5 1,25 1,25 26,25
Jati Kesuma 5 1,25 1,25 27,50
Juhar Baru 5 1,25 1,25 28,75
K.S Kampung 5 1,25 1,25 30,00
Karang Anyar 5 1,25 1,25 31,25
Kedai Durian 5 1,25 1,25 32,50
Kenanga 5 1,25 1,25 33,75
Kolam 5 1,25 1,25 35,00
Kuala Dekah 5 1,25 1,25 36,25
Kuta Jurung 5 1,25 1,25 37,50
Kuta Tengah 5 1,25 1,25 38,75
Kuta Tualah 5 1,25 1,25 40,00
Lama 5 1,25 1,25 41,25
Lengau Seprang 5 1,25 1,25 42,50
Limau Manis 5 1,25 1,25 43,75
Lubuk Pakam Pekan 5 1,25 1,25 45,00
Mardinding Julu 5 1,25 1,25 46,25
Marjanji Tongah 5 1,25 1,25 47,50
Namo Mbelin 5 1,25 1,25 48,75
Namorube Julu 5 1,25 1,25 50,00
P. Merbau II 5 1,25 1,25 51,25
P. Sibaji 5 1,25 1,25 52,50
Paku 5 1,25 1,25 53,75
30
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Paluhmanan 5 1,25 1,25 55,00
Parbarakan 5 1,25 1,25 56,25
Pasar Melintang 5 1,25 1,25 57,50
Patumbak I 5 1,25 1,25 58,75
Penara Kebun 5 1,25 1,25 60,00
Perguroan 5 1,25 1,25 61,25
Petapahan 5 1,25 1,25 62,50
Pisang Pala 5 1,25 1,25 63,75
Rambung baru 5 1,25 1,25 65,00
Rantau Panjang 5 1,25 1,25 66,25
Rumah Pilpil 5 1,25 1,25 67,50
Rumah Sumbul 5 1,25 1,25 68,75
Salam Tani 5 1,25 1,25 70,00
Sembahe 5 1,25 1,25 71,25
Sena 5 1,25 1,25 72,50
Sialang 5 1,25 1,25 73,75
Sibaganding 5 1,25 1,25 75,00
Sibunga-bunga Hilir 5 1,25 1,25 76,25
Sidodadi 5 1,25 1,25 77,50
Sidodadi Ramunia 5 1,25 1,25 78,75
Sigara-Gara 5 1,25 1,25 80,00
SM Diski 5 1,25 1,25 81,25
Sudirejo 5 1,25 1,25 82,50
Suka Dame 5 1,25 1,25 83,75
Sukarende 5 1,25 1,25 85,00
Sumbul 5 1,25 1,25 86,25
T. Selamat 5 1,25 1,25 87,50
Tanjung Anom 5 1,25 1,25 88,75
Tanjung Muda 5 1,25 1,25 90,00
Tanjung Mulia 5 1,25 1,25 91,25
Tanjung Siporkis 5 1,25 1,25 92,50
Telaga Sari 5 1,25 1,25 93,75
Telaga Tujuh 5 1,25 1,25 95,00
31
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tembung 5 1,25 1,25 96,25
Tiga Juhar 5 1,25 1,25 97,50
Tuntungan II 5 1,25 1,25 98,75
Ujung Labuhan 5 1,25 1,25 100,0
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Lama bermukim penduduk merupakan variabel lain untuk menelusuri integritas
individual terhadap lingkungan sosial, yang tergambar dalam simbol status sosial dan gaya
hidup (life style). Berdasarkan lama bermukim di tempat tinggalnya ternyata 89,25 % (357
orang) responden sudah lebih dari 10 tahun berdiam di lokasi penelitian, namun ada pula 43
orang responden (10,75 %) yang tergolong baru tinggal yaitu di bawah 10 (sepuluh) tahun.
Tabel IV.8. Komposisi Responden berdasarkan lama tinggal
di daerah ini
Lama Tinggal di desa Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 1 0,25 0,25 0,25
Kurang dari setahun 1 0,25 ,0,25 0,50
1-2 tahun 2 0,50 0,50 1,00
3-4 tahun 5 1,25 1,25 2,25
5-6 tahun 10 2,50 2,50 4,75
7-8 tahun 12 3,00 3,00 7,75
9-10 tahun 12 3,00 3,00 10,75
Diatas 10 tahun 357 89,25 89,25 100,00
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia antara <21 – 60> (antara usia 17
tahun sampai di atas 60 tahun) dimana terdapat 5,50 % (22 responden) dalam kelompok usia
pemilih pemula, sedangkan untuk kelompok usia potensial (21 – 60 tahun) sebanyak 346
responden (86,50 %) dan kelompok lansia (lanjut usia) sebanyak 32 responden (8,00 %).
32
Tabel IV.9. Kelompok Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
<21 22 5,50 5,50 5,50
21-30 54 13,50 13,50 19,00
31-40 104 26,00 26,00 45,00
41-50 128 32,00 32,00 77,00
51-60 60 15,00 15,00 92,00
>60 32 8,00 8,00 100,00
Total 400 100,00 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Berbasis karakter agama, maka responden survai ini terdiri dari beragama Islam 254
orang (63,50 %), Protestan 109 orang (27,25 %), dan Katolik 34 orang (8,50 %), serta Budha
terdapat 3 orang (0,75 %).
Tabel IV.10. Agama Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Islam 254 63,50 63,50 63,50
Protestan 109 27,25 27,25 90,75
Katolik 34 8,50 8,50 99,25
Buddha 3 0,75 0,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Keanekaragaman sosial budaya Sumatera Utara terlihat dari beragamnya latar
belakang suku penduduknya, hal ini tergambar pula dari analisis unit suku (ethnic unit
analysis) responden penelitian ini. Berdasarkan latar belakang etnik responden yang terpilih
dalam penelitian memperlihatkan ragam yang bukan didominasi etnik tempatan yaitu suku
Melayu hanya 34 orang (8,50 %) dan Karo 131 orang (32,75 %). Komposisi etnik masyarakat
yang berdiam di Kabupaten Deli Serdang justru didominasi suku pendatang yaitu Jawa 163
orang (40,75 %). Selain itu terdapat suku Mandailing 18 orang (4,50 %), etnik Batak Toba 17
33
orang (4,25 %), Minang 5 orang (1,25 %), Simalungun 18 orang (4,50 %), Banjar 4 orang
(1,00 %), Sunda 8 orang (2, 00 %) dan Aceh berjumlah 1 orang (0,25 %).
Tabel IV.11. Suku Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Jawa 163 40,75 40,75 40,75
Tionghoa 3 0,75 0,75 41,50
Minang 5 1,25 1,25 42,75
Aceh 1 0,25 0,25 43,00
Banjar 4 1,00 1,00 44,00
Sunda 6 1,50 1,50 45,50
Melayu 34 8,50 8,50 54,00
Toba 17 4,25 4,25 58,25
Mandailing 18 4,50 4,50 62,75
Simalungun 18 4,50 4,50 67,25
Karo 131 32,75 32,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Dari segi jenjang pendidikan yang telah dikecap oleh responden menunjukkan yang
terbanyak berpendidikan menengah atas yaitu sebanyak 199 orang (49,75%). Selain itu,
responden yang berpendidikan tinggi yang sudah menamatkan pendidikannya sebanyak 29
orang (7,25%) dari Perguruan Tinggi/Universitas, yang berjumlah 21 orang (5,25%), serta
96 orang (24,00 %) yang tamat SMP, 41 orang (10,25%) tamat SD dan 22 orang (5,50 %)
tidak menyelesaikan tamat SD serta yang tidak pernah bersekolah sama sekali sebanyak 28
orang (7,00 %).
34
Tabel IV.12. Tingkat Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 7 1,75 1,75 1,75
Tidak pernah sekolah 6 1,50 1,50 3,25
Tidak tamat SD 22 5,50 5,50 8,75
Tamat SD 41 10,25 10,25 19,00
Tamat SLTP 96 24,00 24,00 43,00
Tamat SLTA 199 49,75 49,75 92,75
Tamat Akademi/diploma 8 2,00 2,00 94,75
Tamat S-1 atau lebih tinggi 21 5,25 5,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Konsekuensi dari pendidikan yang dikecap responden berhubungan dengan
kemampuan memahami pesan-pesan tertulis dan lisan yang dikomunikasikan oleh partai
politik dan caleg menjelang pemilu legislatif tahun 2014 lalu. Dalam konteks ini, sebesar
99,75 % responden (399 orang) mengakui mampu membaca huruf dan angka.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Bersekolah 394 98,50 98,50 98,50
Bisa 5 1,25 1,25 99,75
Tidak bisa 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.13. Kalau Tidak Sekolah, apakah bisa baca/tulis ?
Berdasarkan status perkawinan, dimana 351 orang (87,75 %) berstatus kawin, 44
orang (11,00) masih berstatus single, terdapat 5 orang (1,25%) berstatus duda/janda.
35
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, Kawin 351 87,75 87,75 87,75
Tidak Kawin 44 11,00 11,00 98,75
Ya,tapi cerai 5 1,25 1,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.14. Status Perkawinan Responden
C.2. Keadaan Ekonomi dan Kelembagaan Sosial
Pekerjaan responden beragam selaras dengan karakter Kabupaten Deli Serdang yang
berkarakter sub-urban dimana mayoritas responden memiliki mata pencaharian sebagai
petani sebanyak 96 orang ( 24,00%), wiraswasta atau mempunyai usaha sendiri yaitu
sebanyak 78 orang (19,50 %). Selain itu, ada pegawai swasta berjumlah 28 orang (7,00%)
dan Buruh 19 orang (4,75 %), guru 9 orang (2,25 %), Tukang Becak 1 orang (0,25%), PNS
12 orang (3,00 %), supir 2 orang (0,50 %), purnawirawan 1 orang (0,25 %), Bidan 2 orang
(0,50%), kepala Dusun 1 orang (0,25 %), Nelayan 1 orang (0,25 %), Pegawai Desa 1 (0,25
%). Sisanya sebanyak 149 orang (37,25%) adalah responden tidak bekerja, seperti Ibu Rumah
Tangga 94 orang, masih bersekolah 33 orang dan sedang dalam mencari pekerjaan 22 orang.
36
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Bekerja 149 37,25 37,25 37,25
Bidan 2 0,50 0,50 37,75
Buruh 19 4,75 4,75 42,50
Guru 9 2,25 2,25 44,75
Kepala Dusun 1 0,25 0,25 45,00
Nelayan 1 0,25 0,25 45,25
Pegawai Desa 1 0,25 0,25 45,50
Pegawai Swasta 28 7,00 7,00 52,50
Petani 96 24,00 24,00 76,50
PNS 12 3,00 3,00 79,50
Purnawirawan 1 0,25 0,25 79,75
Supir 2 0,50 0,50 80,25
Tukang Becak 1 0,25 0,25 80,50
Wiraswasta 78 19,50 19,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.15 Komposisi Responden berdasarkan Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Masih sekolah 33 22,15 22,15 22,15
Ibu rumah tangga 94 63,09 63,09 85,23
Sedang mencari pekerjaan 22 14,77 14,77 100,00
Total 149 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel VI.16. Sebab Responden Tidak Bekerja
Jenis sumber mata pencaharian memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan.
Berdasarkan paparan tersebut, ternyata sebagian besar responden yaitu 146 orang (36,50 %)
memiliki penghasilan dibawah Rp 1 juta, 139 orang (34,75%) memiliki penghasilan sedang
yaitu lebih besar Rp. 1.000.001 -Rp. 2. 000.000,- . Sedangkan 92 orang (23,00 %) termasuk
berpenghasilan tinggi yaitu diatas Rp. 2.000.000,- perbulannya. Responden lainnya tidak
menjawab, sebanyak 23 orang (5,75%).
37
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Menjawab 23 5,75 5,75 5,75
≤ Rp 500.000 48 12,00 12,00 17,75
> Rp 500.000 - Rp 1.000.000 98 24,50 24,50 42,25
> Rp 1.000.00 - Rp 2.000.000 139 34,75 34,75 77,00
> Rp 2.000.001 - Rp 4.000.000 78 19,50 19,50 96,50
> Rp 4.000.001 - Rp 8.000.000 13 3,25 3,25 99,75
> Rp 8.000.000 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.17. Pendapatan perbulan
C.3. Kapasitas Sarana Informasi
Media massa dan elektronik merupakan instrumen transfer informasi pengetahuan,
hiburan, berita, maupun nilai-nilai sosial budaya, ekonomi dan politik yang dapat dikenali
dari pesan visual dan audiovisual. Berdasarkan kepemilikannya maka 389 responden (97,25
%) ternyata di rumahnya telah ada televisi, dan 11 responden (2,75 %) menyatakan tidak
memiliki televisi di rumahnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 389 97,25 97,25 97,25
Tidak 11 2,75 2,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.18. Kepemilikan Responden atas Televisi
Selain itu, untuk menambah sumber referensi responden dalam prilaku sosial, budaya,
ekonomi dan politik dilakukan dengan membaca koran, majalah dan sumber bacaan lainnya.
Membaca, menonton TV dan mendengar radio merupakan aktivitas pendukung utama bagi
38
masyarakat untuk memperoleh beragam informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam meningkatkan kualitas prilaku dan referensi pilihan.
Terkait dengan pernyataan tersebut, selain menonton TV dari berbagai stasiun TV swasta dan
nasional, serta mendengar radio dengan frekuensi FM dan AM yang ada di kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang, tampaknya responden juga menambahkan bobot prilakunya sehari-
hari termasuk untuk partisipasi politik dan pilihan politiknya dengan membaca koran,
majalah dan media cetak lainnya dengan cara berlangganan di rumah menurut 26 orang
responden (6,50 %), membaca media cetak yang tersedia di kantor atau tempat aktivitas
menurut 87 orang (21,75%), dan dengan membeli media secara eceran setiap hari maupun
hari-hari tertentu saja menurut 70 orang responden (17,50 %). Sedangkan lainnya, yaitu
sebanyak 217 orang (54,25 %) ternyata tidak membaca media cetak secara reguler.
Selengkapnya mengenai gambaran prilaku responden dalam membaca media cetak dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, berlangganan di rumah 26 6,50 6,50 6,50
Ya, membaca di kantor atau tempat aktivitas
87 21,75 21,75 28,25
Ya, memberi eceran hari-hari tertentu
70 17,50 17,50 45,75
Tidak membaca 217 54,25 54,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.19. Apakah pernah membaca Koran ?
C. 4. Kapasitas Responden Dalam Mengikuti Organisasi Sosial Budaya Dan
Politik
Memasuki organisasi dan kelembagan sosial politik merupakan wadah untuk
membangun pengalaman kepemimpinan dan relasi sosial politik. Dengan melakoni peranan
yang dilabelkan oleh struktur organisasi sosial politik, maka seseorang atau sekelompok
orang dapat meningkatkan kapasitas dan kinerja sosial politiknya. Aktivitas sosial dan
partisipasi dalam politik secara teoritis mewarnai preferensi dan pilihan dalam pemberian
suara dalam pemilu. Karena keikutsertaan dalam organisasi sosial, partai politik, dan
organsisasi keagamaan dapat mempengaruhi pragmatisme, primordialime, rasionalitas, dan
39
demokratisnya seseorang dalam memberikan pilihan dan menawarkan pertimbangan-
pertimbangan yang menentukan kebijakan dan keputusan politik.
Selain itu, berbagai dinamika yang muncul ketika melakukan aktivitas sosial dan
politik menyebabkan seseorang skeptis ataupun optimis terhadap pilihan politiknya, karena
pengalamannya merupakan pedoman untuk menetapkan pilihan politik. Dengan adanya
pengalaman politik ini maka akan meningkatlah kapasitas wawasan politik kritis para
responden penelitian ini, karena wawasan politik yang kritis sebagai manfaat pendidikan
politik itu diperlukan untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial, yang
selanjutnya dapat membangkitkan kreativitas orang-orang mencari kemungkinan alternatif
baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara penyelesaian politik yang paling
aman ditempuh, yang keadaan ini berlangsung dari proses penjernihan wawasan politik
mengenai situasinya, dan antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-
masa mendatang, yang disusul dengan adanya upaya redifinisi dan pengubahan terhadap
pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga
terhadap lembaga-lembaga politik dan situasi masyarakatnya (Kartini: 2009).
Berdasarkan paparan teoritik tersebut, sebagian besar responden ternyata berprilaku
berbeda dimana mereka bukanlah anggota dari berbagai organisasi sosial politik yang ada
dalam formasi kelembagaan sosial politik Indonesia, terutama kelembagaan yang merupakan
basis pembangun struktur kekuatan politik. Rendahnya aktivitas responden dalam beragam
aktivitas sosial, politik, keagamaan, seni dan budaya, asosiasi profesi, serikat buruh, maupun
LSM secara teoritis menunjukkan prilaku pemilih yang masih bersifat parochyal political
participant (Miriam Budiardjo: 2010). Oleh karena itu sangat menarik untuk mengetahui
siapa saja di antara warga masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan politik dan siapa saja
yang tidak; sampai seberapa besar tingkat partisipasi politik warga masyarakat; siapa yang
berpartisipasi rendah dan siapa yang tinggi; apa ciri-ciri partisipan dan apa ciri-ciri non
partisipan; serta apa dampak partisipasi terhadap keputusan yang dibuat penguasa politik dan
dampak tindakan-tindakan penguasa politik terhadap partisipasi politik.
Terpusatnya perhatian para ilmuwan politik pada kegiatan politik yang dijalankan
oleh anggota masyarakat sebagai warga negara biasa (private citizen menurut istilah
Huntington dan Nelson) berarti bahwa partisipasi politik adalah salah satu bentuk saja dari
kegiatan politik. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warga negara dalam kedudukannya
sebagai rakyat biasa disebut sebagai partisipasi politik, sesuai dengan salah satu ciri dari teori
partisipasi politik yang berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, dan
berhubungan dengan penentuan pejabat-pejabat politik (Rauf, 1991: 10)
40
Tapi kegiatan politik yang dijalankan oleh para penguasa politik mereka juga warga
negara dan anggota masyarakat dalam kedudukan mereka sebagai pengambil keputusan tidak
dapat dinamakan partisipasi politik. Kegiatan itu hanya dapat disebut sebagai kegiatan politik
saja. Jadi, partisipasi politik mengandung adanya sasaran yang ingin dituju, yaitu proses
pembuatan keputusan politik; partisipan bertujuan untuk mempengaruhi keputusan politik
yang akan diambil agar keputusan itu menguntungkannya atau paling tidak, tidak
merugikannya.
Kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh penguasa politik dalam kedudukannya
sebagai pembuat dan pengambil keputusan politik jelas merupakan kegiatan politik. Para
pengambil keputusan ( decision makers) yang menghasilkan keputusan politik, seharusnya
menjalankan kegiatan politik, dalam bentuk mengikutsertakan masyarakat untuk memberikan
masukan yang akan menjadi pertimbangan untuk dijadikan keputusan politik.
Terkait dengan rendahnya partisipasi dan aktivitas masyarakat dalam berbagai
organisasi, kelembagaan dan partai politik. yang menjauhkan atau menyenjangkan penafsiran
dari elite politik terhadap pikiran dan kepentingan pemilihnya. Sedikitnya anggota
masyarakat yang terlibat dalam aktivitas sosial dan politik, berkorelasi pula dengan tingginya
kerahasiaan dan belum pastinya pilihan pemilih dalam menentukan partai politik yang
dicoblos dalam pemilu 2014. Sebaliknya secara teoritis, aktifnya anggota masyarakat dalam
berbagai kelembagaan sosial dan partai politik semakin meningkatkan komunikasi dengan
elit politik, semakin mudah mengakses informasi dan rencana kebijakan publik yang akan
digodok oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Deli
Serdang.
Tabel IV.20. Komposisi Responden berdasarkan anggota aktif, anggota tidak aktif atau
bukan anggota organisasi atau perkumpulan.
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
a.
Organisasi keagamaan (misalnya dalam Islam ada
NU, Muhammadiyah, majlis taklim, remaja mesjid;
kalau dalam Kristen ada HKBP, Methodist, HKI,
GKPS, GBKPdan sebagainya)
51,00% 12,50% 36,50%
b. Organisasi olahraga, seperti klub sepakbola, senam,
bela diri, dll 91,50% 3,75% 4,75%
c. Organisasi sosial, seperti karang taruna, dharma
wanita, PKK, organisasi marga, dll 82,25% 2,25% 15,50%
41
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
d. Perhimpuan seni dan budaya, seperti seni suara, seni
lukis, seni tari, dan lain-lain 96,25% 1,00% 2,75%
e. Organisasi profesi, seperti ikatan dokter, PGRI,
pengacara, dll 95,50% 2,00% 2,50%
f. Serikat pekerja/buruh, serikat tani, serikat dagang 97,25% 1,25% 1,50%
g. Lembaga Swadaya Masyarakat 97,25% 1,25% 1,50%
h. Partai politik 97,50% 1,25% 1,25%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Kalau kita perhatikan tabel diatas tergambar bahwa keikutsertaan dari responden
sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi keagamaan (36,50 %) dan
organisasi sosial (15,50 %). Sedangkan yang aktif dalam kegiatan LSM dan partai politik
sangat rendah yaitu masing-masing 1,50 % dan 1,25 %. Gambaran ini memberikan arti
bahwa tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau elite
politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang berdampak
pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit dengan aspirasi
masyarakatnya. Karena secara teori kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan
dan ketidaktahuan politik, maka untuk merangsang partisipasi politiknya secara aktif dalam
usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik,yang bertujuan untuk : (a) Membuat
rakyat menjadi melek-politik/sadar politik, (b) lebih kreatif dalam partisipasi sosial politik di
era pembangunan, (c) menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih
nyaman dan sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia (Kartini: 2009).
Leluasanya anggota DPRD dalam menafsirkan bentuk hubungan dan dukungan yang
kondusif ataupun depresif kepada birokrasi pemerintahan sesungguhnya terkondisi oleh
rendahnya mekanisme kontrol masyarakat, karena pemilihan anggota DPRD yang langsung
dipilih oleh voter harusnya berkorelasi langsung dengan fungsi partai politik sebagai
instrumen artikulasi kepentingan dan wadah komunikasi politik antar elite dan pemilihnya.
Kenyataannya seringkali kebijakan pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang disetujui oleh
DPRD mencerminkan jauhnya realita dari bayangan kepentingan konstituen dan pemilih para
anggota dalam Pemilu tahun 2009 lalu.
Karena apa demikian? Menurut Kartini (2000), demokrasi bukan merupakan situasi
yang sudah selesai/finished; tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan
42
digarap tanpa henti-hentinya menuju kearah kemajuan dan kebaikan yang memerlukan
demokratisasi pribadi manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat
pemerintah, agar semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang.
Sehingga fungsi partai politik dan kinerja anggota DPRD diharapkan dapat bermanfaat bagi:
(a) memperbesar kekuasaan dalam menentukan opini publik (pendapat umum) serta
partisipasi politik rakyat (b) ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya
pemerintahan menuju ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Fungsi lembaga-lembaga demokrasi di Kabupaten Deli Serdang sangat diperlukan
mengingat berbagai permasalahan pembangunan yang harus diatasi, sehubungan dengan letak
strategis Kabupaten Deli Serdang sebagai satelit dari wilayah ibukota Provinsi Sumatera
Utara yang struktur masyarakatnya sudah masuk klasifikasi modern dan kota metropolitan
nomor tiga di Indonesia.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Air PAM 3 0,75 0,75 0,75
Masalah ekonomi 241 60,25 60,25 61,00
Masalah keamanan 27 6,75 6,75 67,75
Masalah kebersihan 12 3,00 3,00 70,75
Masalah kesehatan 3 0,75 0,75 71,50
Masalah lalu lintas 2 0,50 0,50 72,00
Masalah moral dan etika 2 0,50 0,50 72,50
Masalah pelayanan public 3 0,75 0,75 73,25
Masalah pemadaman listrik 2 0,50 0,50 73,75
Masalah pendidikan 51 12,75 12,75 86,50
Masalah pengangguran 3 0,75 0,75 87,25
Masalah pertanian 5 1,25 1,25 88,50
Masalah social 2 0,50 0,50 89,00
Pembangunan infrastruktur 40 10,00 10,00 99,00
Pembenahan generasi muda 2 0,50 0,50 99,50
Perbaikan saluran air 2 0,50 0,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.21. Masalah yang paling penting dihadapi masyarakatKabupaten Deli Serdang
43
B. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
B.1. Landasan / Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu;
3. PP Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas PP Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
4. Permendagri Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Permendagri
Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
5. Peraturan KPU Nomor 62 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tahapan,
Program, dan jadwal Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala
Daerah;
6. Peraturan KPU Nomor 61 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan
Jumlah dan Tata Cara Pengisian Keanggotaan DPRD Prov atau DPRD
Kab/Kota Induk dan DPRD Prov atau DPRD Kab/kota yang dibentuk setelah
Pemilu Tahun 2009;
7. Peraturan KPU Nomor 63 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tata Kerja
KPU Prov, KPU Kab/Kota, PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah
dan wakil Kepala Daerah;Peraturan KPU Nomor 64 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pemantauan dan tata Cara Pemantauan Pemilu Kepala Daerah dan
wakil Kepala Daerah;
8. Peraturan KPU Nomor 65 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah;
9. Peraturan KPU Nomor 66 Tahun 2009 tentang Penetapan Norma, Standar,
Prosedur dan Kebutuhan Pengadaan serta Pendistribusian Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
44
10. Peraturan KPU Nomor 67 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara
Pemuktahiran Data dan Daftar Pemilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan wakil
Kepala Daerah;
11. Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata cara
Pencalonan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
12. Peraturan KPU Nomor 69 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Kampanye
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
13. Peraturan KPU Nomor 72 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan
Pemungutan dan Perhitungan Suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah di TPS;
14. Peraturan KPU Nomor 73 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata cara Pelaksanaan
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah oleh PPK, KPU Kab/Kota, dan KPU Prov, serta Penetapan
Calon Terpilih, Pengesahan Pengangkatan dan Pelantikan.
45
B.2. Data Pemilih
Lk PrJUMLAH PEMILIH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.031 1.075 2.106 122 STM. HULU 20 4.743 4.848 9.591 363 SIBOLANGIT 30 7.687 8.089 15.776 614 KUTALIMBARU 14 12.911 13.266 26.177 725 PANCUR BATU 25 33.418 35.015 68.433 1386 NAMORAMBE 36 13.864 14.717 28.581 737 BIRU-BIRU 17 13.222 14.003 27.225 698 STM. HILIR 15 12.670 13.091 25.761 729 BANGUN PURBA 24 8.229 8.376 16.605 4810 GALANG 29 22.745 23.777 46.522 11011 TANJUNG MORAWA 26 78.138 79.192 157.330 31212 PATUMBAK 8 34.483 34.445 68.928 13113 DELI TUA 6 21.487 21.753 43.240 8614 SUNGGAL 17 99.536 100.999 200.535 37315 HAMPARAN PERAK 20 60.245 58.591 118.836 22716 LABUHAN DELI 5 24.471 23.777 48.248 9917 PERCUT SEI TUAN 20 149.963 149.128 299.091 52118 BATANG KUIS 11 22.950 22.918 45.868 8419 PANTAI LABU 19 16.874 16.457 33.331 7220 BERINGIN 11 20.914 20.873 41.787 8621 LUBUK PAKAM 13 41.618 44.544 86.162 15722 PAGAR MERBAU 16 12.926 13.022 25.948 61
394 714.125 721.956 1.436.081 2.900
1 LAPAS LUBUK PAKAM 727 13 740 2
2 LAPAS TANJUNG GUSTA 185 0 185 1
3 RUTAN PANCUR BATU 145 0 145 1
JUMLAH 1.057 13 1.070 4
394 715.182 721.969 1.437.151 2.904
Sumber: KPU Deli Serdang, 2013
JUMLAH
TPS KHUSUS RUTAN / LAPAS
JUMLAH KESELURUHAN
Tabel IV.22. REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH TERDAFTAR PEMILIHAN UMUMKEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
No. KECAMATANJUMLAH
PPS
JUMLAH PEMILIHJUMLAH
TPS KET
46
B.3. SOSIALISASI PILKADA TAHUN 2013
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah, yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan
kegiatan sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk
menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
pada tahun 2013, khususnya pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli
Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan pemimpin daerah di Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 400 responden, terdapat 315
responden (78,75 %) bahwa berpendapat atau memiliki tanggapan tentang informasi sistem
pemilihan kepala daerah di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2013 sudah memadai. Dapat
terlihat pada Tabel IV.22.
Sehingga dari data tersebut (Tabel IV.22) sangat konsisten terhadap pemilih yang
terdaftar sebagai pemilih pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013,
seperti yang terlihat pada Grafik IV.1, yang menyebutkan bahwa terdapat 394 responden
(98,50%) terdaftar sebagai pemilih pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang
tahun 2013.
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.1 Apakah terdaftar sebagai pemilih Pilkada ?
98,50%
1,50%
Ya 394 Tidak 6
47
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 315 78,75 78,75 79
Belum 65 16,25 16,25 95
Tidak ada 20 5,00 5,00 100
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.23. Tanggapan responden tentang informasi sistem pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Namun kegiatan Sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara, hendaknya
diimbangi dengan intensitas para pasangan calon atau Tim pendukungnya dalam
mensosialisasikan atau memperkenalkan pasangan calon pada pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Deli Serdang Tahun 2013, karena terdapat 91 responden (22,75 % ) menyatakan
bahwa informasi tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
Belum dan Tidak memadai. Hal tersebut terdapat pada Grafik IV.2
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.2 Apakah informasi tentang calon bupati sudah memadai ?
77,25%
20,25%
2,50%
Ya 309
Belum 81
Tidak 10
48
Sedangkan tanggapan masyarakat tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan
pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, terdapat 349
responden dari 400 responden (87,25) menyatakan bahwa informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sudah “Memadai”, dan yang menyatakan Tidak ada informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sebanyak 19 responden (4,75%). Seperti yang tertera pada Tabel IV.23.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 349 87,25 87,25 87,25
Belum memadai 32 8,00 8,00 95,25
Tidak ada 19 4,75 4,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.24. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Demikian juga dengan tanggap masyarakat tentang informasi mengenai jadwal
Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, menyebutkan bahwa
terdapat 317 responden dari 400 responden (79,25 %) menyatakan “Memadai” dan sebanyak
26 responden (6,50 %) menyatakan “Tidak Ada”. Tertera pada Tabel IV.24.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 317 79,25 79,25 79,25
Belum memadai 57 14,25 14,25 93,50
Tidak ada 26 6,50 6,50 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.25. Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
49
Media sosialisasi yang dinilai paling efektip oleh pemilih pada pemilihan calon bupati
dan wakil Bupati pemilu tahun 2013 di Kabupaten Deli Serdang adalah iklan luar ruang
(Baliho, Spanduk, Poster, Kartu nama, dll) 73,75% (295 responden), sedangkan media yang
paling tidak efektip menurut hasil survey adalah iklan / Berita di media online dengan
persentase 82,00% (328 responden) uraian pada tabel berikut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 18,25% 3,50% 4,00% 5,00% 12,25% 14,50% 17,00% 16,25% 4,75% 4,50%
b. Iklan/Berita di Radio 32,00% 3,75% 4,00% 7,75% 15,00% 16,75% 14,00% 4,25% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
24,00% 2,25% 3,25% 3,25% 9,00% 19,50% 16,00% 12,75% 6,50% 3,50%
d. Iklan/Berita di media online 48,25% 7,50% 8,50% 6,75% 11,00% 9,75% 4,50% 2,50% 0,00% 1,25%
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
52,00% 6,75% 8,00% 6,50% 8,25% 11,00% 4,25% 2,00% 0,25% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
15,50% 0,50% 1,25% 3,25% 5,75% 13,25% 21,25% 21,75% 10,50% 7,00%
g. Kampanye Partai Politik 21,50% 2,50% 2,75% 3,25% 16,50% 19,50% 17,00% 13,25% 2,25% 1,50%
h. Kunjungan Tim Sukses 22,75% 3,50% 3,50% 4,00% 15,50% 22,50% 14,25% 10,50% 2,00% 1,50%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
26,75% 4,75% 6,00% 5,50% 17,50% 19,50% 11,75% 6,00% 0,50% 1,75%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman
29,50% 2,25% 3,50% 2,50% 12,75% 19,50% 14,75% 10,75% 2,25% 2,25%
k. Pendidikan Politik 46,50% 7,75% 5,75% 4,00% 11,50% 9,75% 7,00% 5,50% 1,50% 0,75%
l. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survai, Juli 20
Bentuk media sosialisasiNoS K O R (% )
Tabel IV.26. Skor Penilaian tentang Sosialisasi Pemilihan Calon Bupati Tahun 2013
Antusias masyarakat dalam memberikan suaranya pada Pemilihan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013, bahwa dari responden yang ditemui
menggambarkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat ke TPS cukup tinggi yaitu sebanyak
383 dari 400 responden mendatangi atau hadir di TPS pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli
Serdang 2013 (95,75 %). Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.68. dalam table tersebut
juga menyebutkan bahwa masyarakat yang kurang atau tidak hadir ke TPS pada Pilkada
Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013 yang tertinggi di Kecamatan Pancur Batu
sebanyak 4 %. Sebagaimana terurai pada tabel dibawah ini.
50
1 B. Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )2 Batang Kuis 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )7 Gunung Meriah 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )8 Hamparan Perak 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )9 Kutalimbaru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )10 Labuhan Deli 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )11 Lubuk Pakam 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )13 P. Labu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )16 Pancur Batu 21 ( 5,25% ) 4 ( 1,00% )17 Patumbak 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )18 Sibolangit 28 ( 7,00% ) 2 ( 0,50% )19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total 383 ( 95,75% ) 17 ( 4,25% )Tidak Menjawab
Sumber: Data Survey, Juli 2015
KecamatanDatang ke TPS sewaktu Pilbup
Ya Tidak
Tabel IV.27. Responden yang memberikan suara dalam Pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
No
Dari 400 responden terdapat 17 responden yang tidak hadir ke Tempat Pemungutan
Suara (TPS) (4.25%), dengan berbagai alasan, dan alasan tertinggi mengapa masyarakat tidak
hadir ke TPS saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
menyebutkan dikarenakan sedang bekerja saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013 berlangsung sebanyak 11 responden (64,71%). Hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel IV.28.
51
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Kurang informasi tentang figurnya 1 5,88 5,88 5,88
Masih di bawah usia 1 5,88 5,88 11,76
Sedang kerja 11 64,71 64,71 76,47
Sedang sakit 1 5,88 5,88 82,35
Tidak dapat kartu pemilih 1 5,88 5,88 88,24
Tidak mengetahui visi dan misinya 1 5,88 5,88 94,12
Tidak punya pilihan 1 5,88 5,88 100,00
Total 17 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.28 Alasan responden tidak memberikan suara
Masyarakat dalam menentukan pilihannya pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, ternyata sebanyak 355 dari 400 responden (88,75 %)
sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
yang akan dipilih, sebelum masuk Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang 2013. Hal tersebut tertera pada Tabel IV.29.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 355 88,75 88,75 88,75
Tidak 45 88,75 11,25 100,00
Total 400 177,50 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.29. Tanggapan responden sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan dipilih sebelum masuk TPS pada Pemilukada Tahun 2013
Demikian juga ketika masyarakat sedang berada di dalam Tempat Pemungutan Suara
(TPS) bahwa sebanyak 351 dari 400 responden (98,87 %) mencoblos pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk
TPS. Hal tersebut sesuai dengan Tabel IV.30.
52
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 351 98,87 98,87 98,87
Tidak 4 1,13 1,13 100,00
Total 355 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.30. Kalau ya, apakah mencoblos Surat Suara yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk TPS ?
Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki kesiapan untuk pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Deli Kabupaten Serdang pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2013, sebanyak 17 dari 45 responden (37,78 %) dengan alasan Tidak
mengenal Calonnya. Terlihat dari table IV.31.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
5 11,11 11,11 11,11
5 11,11 11,11 22,22
13 28,89 28,89 51,11
5 11,11 11,11 62,22
17 37,78 37,78 100,00
45 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.31. Alasan tidak memiliki kesiapan untuk calon Bupati dan wakil Bupati yang akan dipilih
Pasangan Calonnya banyak
Paslon yang ada kurang memperhatikan rakyat
Kurang mengenal calonnya
Terpengaruh oleh orang lain
Tidak mengenal calonnya
Total
Dari 400 responden Pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013, ada
yang memberikan berbagai bentuk atau jenis barang berupa, Uang sebanyak 7,50 % dan yang
tidak sebanyak 92,50 %, Barang tertentu terdapat 6,50 % sedangkan yang tidak 93,50 %,
Sembako ada 8,50 % dan yang tidak 91,50 %, sedangkan untuk Bibit atau Pupuk sebanyak
2,50 % dan yang tidak 97,50 %. Sesuai dengan Tabel IV.32.
53
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 7,50% 92,50%
b. Barang tertentu 6,50% 93,50%
c. Sembako 8,50% 91,50%
d. Bibit atau pupuk 2,50% 97,50%
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.32 Apakah ada yang memberikan bantuan pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2013 ?
Secara umum bahwa masyarakat yang menerima pemberian uang atau barang
tertentu, dengan tujuan untuk menggarap / mendulang suara, oleh pasangan calon atau tim
sukses pasangan calon. dari hasil survey hanya 25 responden (6,25%) yang menerima
bantuan dan sebanyak 24 responden tersebut terpengaruh akan pemberian dari pihak-pihak
yang terlibat dalam Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, Sesuai
dengan Tabel IV.33.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 24 96,00 96,00 96,00
Tidak 1 4,00 4,00 100,00
Total 25 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.33. Responden yang memilih Calon karena menerima bantuan
Pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013,
masyarakat yang memilih pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
terpengaruh karena sudah menerima pemberian atau bantuan dari pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sebanyak 24 responden. Sesuai dengan data pada tabel
IV.34.
54
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sudah membantu dan harus dipilih 24 100,00 100,00 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.34. Alasan responden memilih karena menerima bantuan / pemberian
Pendapat masyarakat tentang kinerja pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan
aparatnya yang telah menjalankan program dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat,
bahwa ditinjau dari beberapa aspek menyebutkan yang tertinggi dari aspek atau bidang
“Kesehatan” sebanyak 61 %, kemudian disusul di bidang “Pendidikan” mencapai 60 %,
sedangkan yang terendah adalah pada aspek “ketenagakerjaan” hanya 9,50 %. Dan data
tersebut tertera pada Tabel IV.35.
No. Aspek Ya Belum Tidak
1 Pembangunan Infrastruktur Kota/Desa 29,50% 63,00% 7,50%
2 Peningkatan Ekonomi Rakyat 11,25% 78,25% 10,50%
3 Investasi (Penanaman Modal) di Daerah 9,50% 70,75% 19,75%
4 Pendidikan 60,00% 34,50% 5,50%
5 Kesehatan 61,50% 32,50% 6,00%
6 Ketenagakerjaan 9,00% 77,50% 13,50%
7 Penegakan Hukum 21,00% 63,75% 15,25%
8 Pemberantasan KKN 14,75% 68,00% 17,25%
9 Pelayanan Publik 37,00% 52,50% 10,50%
10 Pengutipan Restribusi 32,50% 51,25% 16,25%
11 Pertanahan 29,00% 57,30% 13,70%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.35. Pendapat responden tentang kinerja Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan aparatnya
55
B.4. Tingkat Partisipasi Pemilih
Sesuai data Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Deli Serdang, tingkat partisipasi
pemilih pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sangat rendah
dengan capaian hanya 37,99 % dari jumlah pemilih yang terdaftar yaitu 1.437.151 orang.
Partisipasi itu menunjukkan bahwa yang tidak datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara)
menggunakan hak pilihnya 891.091 orang (62,01 %), sedang yang menggunakan hak
pilihnya hanya 546.060 orang.
56
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
640 1.045 1.547 2.278 6.220 2.964 4.765 3.611 23.070
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
8 34 166 675 168 131 125 202 1.509
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
32 117 147 403 694 144 278 613 2.428
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
12 64 46 77 186 149 111 88 733
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38 112 229 1.180 1.548 383 463 308 4.261
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
189 707 1.172 2.731 3.846 1.338 831 607 11.421
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
68 494 508 211 1.137 438 328 645 3.829
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
395 2.337 4.006 4.216 7.703 4.831 4.007 4.524 32.019
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
10 132 689 660 2.931 357 423 234 5.436
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
23 418 140 288 1.435 729 727 442 4.202
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
9 9 61 118 480 119 302 436 1.534
1.424 5.469 8.711 12.837 26.348 11.583 12.360 11.710 90.442
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Tidak Sah 32 124 189 243 529 288 249 199 1.853
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Sah dan Tidak Sah 1.456 5.593 8.900 13.080 26.877 11.871 12.609 11.909 92.295
No. UraianJumlah
Dipindahkan
No. UraianJumlah
Dipindahkan
Tabel IV.36. REKIPITULASI HASIL PEROLEHAN SUARA PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
JumlahDipindahkan
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
57
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
23.070 2.784 6.824 15.403 6.183 4.245 16.687 15.963 91.159
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
1.509 232 321 4.202 645 377 1.889 2.099 11.274
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
2.428 97 254 5.030 450 656 4.058 2.275 15.248
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
733 545 1.308 1.658 342 285 679 786 6.336
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
4.261 643 1.929 6.554 1.390 1.503 11.018 11.066 38.364
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
11.421 1.183 5.987 11.869 5.891 3.159 10.176 9.140 58.826
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
3.829 454 1.091 3.101 844 910 1.928 882 13.039
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
32.019 1.417 1.889 7.128 3.278 1.913 12.970 821 61.435
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
5.436 83 129 995 338 313 711 553 8.558
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
4.202 923 2.381 5.471 2.398 1.099 2.931 2.357 21.762
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
1.534 80 326 1.595 1.130 712 764 608 6.749
90.442 8.441 22.439 63.006 22.889 15.172 63.811 46.550 332.750
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 1.853 199 627 1.509 490 474 1.346 857 7.355
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 92.295 8.640 23.066 64.515 23.379 15.646 65.157 47.407 340.105
JumlahDipindahkan
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
Jumlah Pindahan(I)
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
58
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
91.159 6.815 36.279 5.911 3.662 5.347 6.853 4.668 160.694
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
11.274 428 2.361 543 645 196 208 171 15.826
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
15.248 539 2.172 496 467 444 308 370 20.044
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
6.336 312 1.800 304 286 791 1.770 499 12.098
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38.364 2.175 12.750 690 412 1.959 1.310 2.196 59.856
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
58.826 2.287 14.682 4.017 5.121 3.725 7.485 3.844 99.987
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
13.039 1.008 2.433 598 944 1.149 1.064 628 20.863
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
61.435 850 8.340 1.132 1.106 2.247 8.629 1.116 84.855
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
8.558 149 891 176 140 137 136 55 10.242
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
21.762 1.244 10.374 3.411 1.160 1.744 1.345 587 41.627
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
6.749 393 1.194 219 97 136 115 96 8.999
332.750 16.200 93.276 17.497 14.040 17.875 29.223 14.230 535.091
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 7.355 376 1.438 329 303 381 527 260 10.969
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 340.105 16.576 94.714 17.826 14.343 18.256 29.750 14.490 546.060
Sumber : Data KPU-DS
No. Uraian Jumlah Pindahan (II)
Jumlah Pindahan (II)No. Uraian
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil BupatiJumlahAkhirJumlah Pindahan (II)
JumlahAkhir
JumlahAkhir
59
Berdasarkan Tabel IV.22. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.436.081 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan suara
sesuai Tabel IV.36. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah
sebanyak 546.060 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 sebesar 38.02% (Sumber : Data
KPU DS)
C. Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
C.1 Landasan Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014 :
1. Undang Undang No.2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik
2. Undang Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang: Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Undang Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang: Pemiilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
4. Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan
Umum, dan Dewan Kehormatan Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012,
Nomor 11 Tahun 2012 dan Nomor 01 Tahun 2012 tentang Kode Etik
Peneyelenggara Pemilihan Umum.
5. Peraturan KPU No. 1 2010 Tentang: Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
6. Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Tahapan,
Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tahun 2014.
7. Peraturan KPU No. 7 2012 Tentang: tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014.
60
8. Peraturan KPU No. 10 2013 Tentang: Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Di
Luar Negeri Untuk Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
9. Peraturan KPU No. 12 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 04 Tahun 2013 Tentang Pembentukan Dan Tata
Kerja Panitia Pemilihan Luar Negeri Dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara Luar Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Tahun 2014.
C.2. Data Pemilih Pada Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi
perhatian, terutama dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang
tidak melakukan pencoblosan (Golput) dan yang tidak terdaftar. Persoalan
registrasi pemilih yang masih mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan
Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, ternyata masih memungkinkan
terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data pemilih, karena adanya
kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door menjumpai
masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat
digunakan sebagai rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih,
karena penduduk belum melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu
Keluarga.Keadaan ini dapat mengakibatkan pemilih berpeluang untuk mencoblos
lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas
keberadaan orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya
jumlah pemilih tidak terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat
melanggar asas Jurdil Pemilu. Masalah fenomena tingginya angka ghost-voter
terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang tidak terdaftar dan pemilih
terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang mendatangkan
masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat menjadi
bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
61
Pada Pemilu 2009 kemungkinan pemilih ganda ini diupayakan diatasi
dengan penandaan tinta di jari jempol pemilih, tetapi karena tinta yang mudah
dihapus, peluang untuk kecurangan ini masih muncul. Sehingga untuk Pemilu
2014 lalu, perhatian terhadap masalah tinta penanda ini juga masih relavan dan
penting dijadikan sebagai bagian proses pengendalian kualitas hasil Pemilu.
Dalam hal kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu, berhubungan dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya
dalam DPT, dimana hasil penelitian ini menggambarkan bahwa 396 (99,00 %)
orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1,00 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan tingginya persentase responden terdaftar dalam
DPT, karena responden penelitian ini dipilih dari DPT Pemilu Legislatif tahun
2014, sedangkan empat orang responden yang tidak terdaftar ditemukan adalah
merupakan responden yang ditemui oleh enumerator setelah lima responden
cadangan yang ditetapkan tidak ditemukan.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.3. Apakah Responden terdaftar sebagai pemilih dalam DPT Pileg tahun 2014?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
62
Tingkat pengetahuan pemilih atas terdaftarnya mereka dalam DPT, terkondisi karena
responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir pendaftaran sebanyak 52 orang
(13,00 %) dan sepanjang ingatan responden, ada petugas yang datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkan mereka sebagai calon pemilih pada Pileg tahun 2014 lalu, sebanyak 300 orang
(75,00 %), sedangkan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengingat lagi, proses pendaftaran
tersebut.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, saya langsung mengisi formulir pendaftaran 52 13,00% 13,00% 13,00%
Tidak, formulir pendaftarannya diisi langsung oleh petugas 300 75,00% 75,00% 88,00%
Lupa, tidak ingat 48 12,00% 12,00% 100,00%
Total 400 100,00% 100,00%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.37. Apakah mengisi sendiri formulir pendaftaran ?
Meskipun petugas telah melakukan pendaftaran, ternyata hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa masih terdapat 24 orang (6,00 %) responden menyatakan bahwa
terdapat anggota keluarga mereka yang belum didaftarkan oleh petugas.
Frequency PercentValid
PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.38. Apakah seluruh anggota ikut terdaftar ?
Keadaan belum atau tidak didaftarkannya anggota keluarga responden sebagai
pemilih dalam DPT disebabkan karena: anggota keluarga merantau, tidak didatangi oleh
petugas pendaftar (ditenggarai petugas memanfaatkan Kartu Keluarga penduduk sebagai
referensi dalam mengisi formulir Daftar Pemilih), tidak adanya dokumen kependudukan
sebagai persyaratan domisili menetap, karena adanya anggota keluarga yang tidak menetap,
tidak didaftarkan oleh kepala keluarga, keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
yang seharusnya usianya sudah memenuhi persyaratan 17 tahun atau sudah pernah menikah,
namun tak didaftar, tidak tahu adanya masa pendaftaran sebagai pemilih dalam pemilu.
63
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Anggota keluarga pergi merantau 6 25,00 25,00 25,00
Belum didatangi petugas 6 25,00 25,00 50,00
Identitas tidak memenuhi 3 12,50 12,50 62,50
Karena ada anggota yang tidak menetap 5 20,83 20,83 83,33
Keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
1 4,17 4,17 87,50
Tidak di daftar oleh kepala keluarga 2 8,33 8,33 95,83
Tidak tahu ada masa pendaftaran 1 4,17 4,17 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.39 Penyebab Anggota Keluarga tidak terdaftar
Demi terakomodirnya seluruh masyarakat yang sudah mempunyai hak pilih dalam
pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun 2014, petugas pendaftaran pemilih mendatangi setiap
rumah untuk mendata dan mendaftarkan pemilih bagi yang belum terdata, sembari
menempelkan sticker Coklit Pendataan Pemilih di setiap rumah. Namun berdasarkan hasil
survey masih terdapat 32 dari 400 responden (8,00%) rumah pemilih yang belum ditempel
sticker. Seperti tertera di Grafik IV.4.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.4. Apakah rumah responden ditempel stiker setelah didaftar oleh petugas KPU Deli Serdang?
92,00%
8,00%
Ya 368 Tidak 32
64
Masyarakat pada umumnya mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih
Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sesuai dengan hasil survei yang tertera
pada Tabel IV.40. menyebutkan bahwa sebanyak 321 dari 400 responden (80,25 %),
mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai
Desa/Kelurahan, namun masih terdapat masyarakat yang tidak mengetahui bahwa namanya
tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sebanyak 8
dari 400 responden (2,00%).
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 321 80,25% 80,25 80,25
Tidak 8 2,00% 2,00 82,25
Tidak ingat 71 17,75% 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.40. Apakah responden mengetahui namanya tercatat di DPS yang ditempel di Balai Desa/Kelurahan ?
Tetapi dari 321 responden yang tertera di Tabel IV.40 menyatakan bahwa sebanyak
270 responden (67,50%), mengetahui kalau keluarganya juga terdaftar di DPS, 34 responden
(8,50%) menyatakan tidak mengetahui apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh
anggota keluarga telah terdaftar dan 17 responden (4,25%) menyatakan tidak ingat apakah di
dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar. Seperti tertera di
Tabel IV.41.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 270 67,50% 67,50 67,50
Tidak 34 8,50% 8,50 76,00
Tidak ingat 17 4,25% 4,25 80,25
Total 321 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.41. Kalau Ya, apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar ?
Permasalahan pendaftaran pemilih yang harus mendapat perhatian terkait dengan
rendahnya pengetahuan pemilih atas informasi uji publik daftar pemilih sementara sebagai
masa yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan koreksi atau perbaikan daftar pemilih
65
sementara menuju masa penetapan sebagai DPT oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
Sebanyak 232 orang (58,00 %) mengetahui adanya uji publik daftar pemilih sementara yang
ditempel di tempat-tempat umum, sedangkan 120 orang (30,00 %) tidak mengetahui sama
sekali tentang uji publik DPS tersebut dan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengerti.
Seperti Tabel IV.42.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, tahu 232 58,00 58,00 58,00
Tidak tahu 120 30,00 30,00 88,00
Tidak mengerti 48 12,00 12,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.42. Tanggapan responden mengenai adanya uji publik daftar pemilih sementara yang ditujukan untuk mendapat masukan
Berikut ini tersaji Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
66
L P JLH L P JLH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.032 1.073 2.105 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.642 4.743 9.385 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.482 7.914 15.396 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 12.821 13.618 26.439 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 30.904 32.361 63.265 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.446 13.184 25.630 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.370 13.063 25.433 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.681 11.999 23.680 77
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 7.818 7.969 15.787 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.488 23.308 45.796 127
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.842 76.603 152.445 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.005 32.135 64.140 146
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 19.447 19.680 39.127 112
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 93.767 93.966 187.733 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 53.370 52.200 105.570 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 21.317 20.600 41.917 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.787 133.190 267.977 643
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.362 23.558 46.920 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.853 16.550 33.403 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.109 19.229 38.338 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.113 41.773 81.886 193
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 12.823 12.929 25.752 71
394 935.240 911.022 1.846.262 666.479 671.645 1.338.124 3.485
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang tahun 2014
Jumlah Penduduk
Jumlah
Legislatif
Jumlah TPS
Jumlah PemilihNo KecamatanJumlah
Desa/Kelurahan
C.3. Sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Legislatif
tahun 2014 untuk memilih Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan kegiatan sosialisasi yang
dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada
pemilihan umum Legislatif tahun 2014 khususnya di daerah pemilihan wilayah Kabupaten
Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan wakil rakyat.
Tanggapan masyarakat tentang memadai tidaknya informasi mengenai jadwal
pemilihan legislatif tahun 2014, dapat dilihat pada tabel IV.44 yaitu sebanyak 361 dari 400
67
responden (90,25%), sudah mengetahui jadwal Pemilihan Umum Legislatif. Sementara ada
27 responden (6,75 %) mengaku belum mengetahui jadwal pesta demokrasi tersebut.
Selanjutnya, 12 responden (3,00 %) mengaku tidak ada jadwal Pemilu.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 361 90,25 90,25 90,25
Belum 27 6,75 6,75 97
Tidak ada 12 3 3 100
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.44 Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pileg 2014, apakah sudah memadai ?
Demikian dengan informasi tentang Partai Politik, sebanyak 330 dari 400 responden
(82,50 %) menyatakan bahwa informasi tentang Partai Politik peserta Pemilu sudah
memadai, sedangkan 57 responden (14,25 %) menyatakan belum memadai, serta 13
responden (3,25 %) menyatakan tidak ada sama sekali. Seperti terlihat pada grafik berikut ini
:
77,75 311
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.5. Apakah informasi tentang partai politik sudah memadai?
80,25%
2,00%
17,75%
321Ya
8Tidak
71Tidak ingat
Terkait tentang peryataan responden yang menyebutkan bahwa belum memadainya
informasi mengenai Partai Politik, sebanyak 43 dari 57 responden (75,44 %) menguraikan
68
alasannya adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, selanjutnya 5 responden (8,77 %)
menguraikan alasan bahwa terlalu banyak partai, serta 4 responden (7,02 %) menguraikan
alasan informasi tentang Partai Politik itu belum tersaji secara menyeluruh. Seperti terlihat
pada tabel IV.45.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Belum secara menyeluruh 4 7,02 7,02 7,02
Kurangnya pengurus partai 1 1,75 1,75 8,77
Kurangnya sosialisasi ke masyarakat 43 75,44 75,44 84,21
Masih belum baik 1 1,75 1,75 85,96
Partai jangan terlalu banyak 1 1,75 1,75 87,72
Perlu meningkatkan sosialisasi 1 1,75 1,75 89,47
Sedang ada pekerjaan 1 1,75 1,75 91,23
Terlalu banyak partai 5 8,77 8,77 100,00
Total 57 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.45. Alasan belum memadai
Infromasi mengenai calon anggota Legislatif saat berjalannya tahapan-tahapan
pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif sudah tergolong memadai. Hal itu dapat dilihat dari
400 responden yang dimintai tanggapannya, sebanyak 249 responden (62,25 %) mengatakan
sudah memadai. Namun diantaranya sebanyak 116 responden (29 %) mengatakan belum
memadai, bahkan sebanyak 35 responden (8,75 %) mengaku bahwa informasi tentang calon
Legislatif itu tidak ada sama sekali. Seperti teruarai pada Tabel IV.46.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 249 62,25 62,25 62,25
Belum memadai 116 29,00 29,00 91,25
Tidak ada 35 8,75 8,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.46. Tanggapan responden tentang informasi mengenai calon anggota DPR, DPD dan DPRD, apakah sudah memadai ?
69
Dari Tabel di bawah, 93 dari 116 responden (80,17 %) yang mengatakan belum
memadai sosialisasi para calon anggota Legislatif dengan alasan kurang sosialisasi ke
masyarakat, 18 responden (15,52 %) menyatakan kurang informasi tentang calegnya dan
selebihnya menyatakan terlalu banyak calon legislatifnya dan tidak ada informasi tentang
calon legislatifnya. Seperti terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Kurang informasi tentang calegnya 18 15,52 15,52 15,52
Kurang sosialiasi ke masyarakat 93 80,17 80,17 95,69
Terlalu banyak calon legislatif 2 1,72 1,72 97,41Tidak ada informasi 3 2,59 2,59 100,00Total 116 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.47. Alasan belum memadai
Kegiatan sosialisasi melalui media, pelatihan pemilih oleh berbagai lembaga (LSM,
Perguruan Tinggi, Ormas, Lembaga Keagamaan) sehingga pengetahuan pemilih tentang
teknis pelaksanaan Pemilu akan lebih baik. Kegiatan ini diyakini akan mampu memberikan
pemahaman sistem pencoblosan dalam sistem pemilu tahun 2014 lalu. Tetapi karena waktu
yang terbatas, kegiatan sosialisasi menjadi minim sehingga pengetahuan pemilih terhadap
tata cara pemberian suara menjadi rendah. Kesulitan teknis dalam pelaksanaan pemilu, dapat
dilihat dari pemahaman sebagian besar responden tentang tata cara pemberian suara. Soal-
soal sederhana seperti tatacara pencoblosan, misalnya masih ada 35 orang (8,75%) responden
menjawab belum memadai. Bahkan ada 13 orang (3,25%) responden yang menyebutkan
bahwa tidak ada sama sekali informasi mengenai tata cara pemberian suara dalam pemilu
Legislatif 2014 yang lalu, dimana 352 orang (88,00%) responden yang menyatakan sudah
memadai.
70
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 352 88,00 88,00 88,00
Belum memadai 35 8,75 8,75 96,75
Tidak ada 13 3,25 3,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.48. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencobolosan dalam Pemilu Legislatif tahun 2014, apakah sudah memadai ?
Dari hasil survey, 132 dari 400 responden (33,00%) menyatakan bahwa cara
mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos gambar partai, 156 responden (39,00%)
menyatakan cara mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos Gambar partai dan nama
calon, sedangkan 17 responden (4,25%) meyatakan tidak tahu cara mencoblos pada pemilu
2014, dan 95 responden (23,75%) yang sudah memahami cara mencoblos yang sebenarnya
pada pemilu 2014 yaitu mencoblos nama calon yang diajukan partai.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Mencoblos gambar partai 132 33,00 33,00 33,00
Mencoblos nama calon yang diajukan partai 95 23,75 23,75 56,75
Mencoblos tanda gambar dan nama calon yang diajukan partai 156 39,00 39,00 95,75
Tidak tahu 17 4,25 4,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.49. Pengetahuan responden tentang cara pencoblosan pada Pemilu 2014
Calon anggota legislatif seyogianya populer atau dikenal oleh banyak pemilih, dan
bila terpilih loyalitas calon anggota legislatif seharusnya lebih berorientasi kepada
kepentingan rakyat dibandingkan loyalitasnya kepada partai politik yang mengusulkannya.
Namun, karena sistem pemilu ini belum tersosialisasi dengan baik, mengakibatkan usulan
sebagian besar caleg berbasis otoritas yang dominan dikelola oleh pengurus partai politik,
akibatnya banyak caleg yang belum dikenal oleh pemilih.
71
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu legislatif dengan memberikan skor 1-10, dimana, penilaian dari angka 1 sampai 5,
merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk angka 6 -10, merupakan penilaian
yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu
2014 dan sosialisasi partai politik serta caleg yang berkontes, hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi ternyata merupakan media
yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 314 orang (78,50%), diikuti kemudian dengan
iklan luar ruang sebesar 307 Orang (76, 75 %), kampanye yang dilaksanakan partai politik
secara terbuka ataupun dengan mobilisasi sebanyak 218 orang (54,50%). Sedangkan
publikasi melalui media sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak
322 orang (80,50 %) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian
juga dengan media online sebanyak 313 orang (78,25 %) dan pendidikan politik sebanyak
295 responden (73,75%)
72
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (1 s/d 5) 12 (6 s/d 10)
a. Iklan/Berita di TV 11,50% 0,25% 1% 1,25% 7,50% 12,75% 24,50% 25,75% 7,75% 7,75% 86 314
b. Iklan/Berita di Radio 32,75% 6,75% 4,25% 6,50% 17,50% 14,25% 11,50% 4,00% 1,75% 0,75% 271 129
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
25,25% 2,50% 5,25% 3,50% 13% 15,50% 17,25% 12% 3,00% 2,75% 198 202
d. Iklan/Berita di media online 49,00% 8% 5,25% 7% 9% 9,50% 7% 3,75% 0,50% 1% 313 87
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
53,00% 6,25% 6,75% 6,75% 7,75% 10,25% 5% 2,75% 0,75% 0,75% 322 78
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster, Spanduk, Kartu nama dll
14% 1% 1,50% 1,50% 5,25% 13,50% 24,25% 24% 9,25% 5,75% 93 307
g. Kampanye Partai Politik 16,75% 2,50% 3,50% 5,25% 17,50% 19,25% 17,25% 11,75% 4% 2,25% 182 218
h. Kunjungan Tim Sukses 20,50% 3,75% 6% 4,50% 15,75% 21% 16,75% 7,50% 2,75% 1,50% 202 198
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
24,75% 5,50% 5,25% 7,50% 18,25% 19% 10,75% 6,25% 1,50% 1,25% 245 155
j.Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28% 2,75% 2% 5% 13,75% 18,75% 16,25% 9,75% 2,25% 1,50% 206 194
k. Pendidikan Politik 47,00% 7% 5,50% 5,25% 9% 13% 4,50% 6,25% 2,25% 0,25% 295 105
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Bentuk media sosialisasiNoS K O R
(Persentase)Jumlah Responden
Tabel IV.50 Skor penilaian Responden atas bentuk media sosialisasi yang efektif mengenai Partai Politik/Calon Anggota Legislatif peserta Pemilu tahun 2014
73
Dari hasil tersebut di atas, terlihat bahwa media televisi masih menjadi media yang
efektif untuk menyampaikan informasi berkaitan dengan Pemilu, sedangkan media sosial
yang diakses melalui internet, belum menjadi pilihan dari sebahagian besar pemilih di
Kabupaten Deli Serdang untuk mendapatkan informasi tentang Pemilu.
Secara teoritik bahwa pengaruh pendidikan dan sosialisasi politik adalah signifikan
terhadap perilaku politik komunitas (Kartini, 2009). Proses pendidikan politik dilakukan
secara intensional (dengan sengaja dan dengan tujuan tertentu), sedangkan sosialisasi politik,
adalah proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan. Dampak dari sosialisasi
politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan tanpa refleksi
harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari struktur-struktur
politik yang ada di masyarakat. Sedang dampak dari pendidikan politik ialah mengarahkan
anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah kehidupan
politik.
Terkait dengan paparan diatas, maka ketidaktahuan responden tentang teknis
pelaksanaan Pemilu sebagaimana terungkap dalam temuan sebelumnya terkait pula dengan
sosialisasi Pemilu, sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai politik dan caleg yang masih
kurang memadai menurut 173 responden (43,25%) sesuai data Grafik IV.5 dan Tabel IV.45.
Gambaran ini sebenarnya bukan monopoli pemilih di Kabupaten Deli Serdang saja, tapi juga
ungkapan pemilih di seluruh Indonesia, terutama daerah-daerah yang sangat terpencil. Karena
itu pula, seluruh pemangku kepentingan (stake holder) harus bekerjasama dan memilih
strategi sosialisasi yang tepat sasaran agar pemahaman tentang teknis pelaksanaan Pemilu
dapat diserap sebagian besar pemilih.
Sebanyak 364 responden (91,00%) menyatakan telah memiliki kesiapan tentang partai
politik di tingkat DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih
sebelum ke TPS pada pemilu 2014 dan 36 responden (9,00%) menyatakan tidak memiliki
kesiapan untuk memilih parpol.
74
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 364 91,00 91,00 91,00
Tidak 36 9,00 9,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.51 Kesiapan responden tentang partai politik di DPR,DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa 354 responden (88,50%) telah memiliki
kesiapan untuk memilih caleg yang akan dipilih di DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten Deli Serdang sebelum sampai ke TPS dan sebanyak 46 responden (11,50%) tidak
memiliki kesiapan untuk menentukan caleg yang akan dipilih, sehingga pilihannya
dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik
dan ‘gambling’, karena mereka baru pemilih pemula dan belum mendapatkan sosialisasi
politik yang tuntas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 354 88,50 88,50 88,50
Tidak 46 11,50 11,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.52 Kesiapan responden tentang Caleg di DPR,DPRD Provinsi,DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Setiap pemilih dihadapkan pada banyak pilihan sejalan dengan banyaknya kandidat
dan parpol peserta Pemilu. Setidaknya ada 3 kelompok besar kondisi memilih yang juga
dapat merefleksikan peta persaingan yang ada yaitu, (1) memilih caleg dari parpol yang
sama, atau (2) memilih caleg dari parpol berbeda. Dan pada kondisi dimana pemilih kurang
mengenal calegnya maka pemilih akan dihadapkan pada kondisi untuk memilih caleg atau
parpol, dengan alternatif (3) memilih parpol.
75
Berdasarkan hasil survey terdapat 260 responden (65,00%) memilih caleg dari parpol
yang sama untuk semua tingkatan legislatif dan 140 responden (35,00%) menyatakan tidak
memilih caleg dari partai politik yang sama.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 260 65,00 65,00 65,00
Tidak 140 35,00 35,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.53 Apakah mencoblos Surat Suara anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang berasal dari Partai yang sama ?
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang aktif. Menjatuhkan pilihan
pada partai politik tertentu, merupakan keputusan yang dilandasi faktor motivasi yang dapat
bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat pula dipengaruhi oleh strategi
komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh partai politik yang dialami
pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat pula
mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam mengidentifikasikan parpol pilihannya atau
berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik tertentu.
Secara konsekuensif, bahwa penilaian pemilih atas pola mengakomodir kepentingan
rakyat oleh legislatif hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi dan pandangan
masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas parpol peserta Pemilu tahun 2014.
Pandangan tersebut diatas dapat diterangkan dengan rangkaian hasil penelitian Romli (2010:
94) yang menyimpulkan bahwa prilaku memilih dalam Pemilu tahun 2009 lalu
memperlihatkan 4 (empat) kecenderungan, yaitu: (1) secara demografis, maka kecenderungan
pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi (suku, jenis
kelamin, dan agama) calon legislatif, sedangkan untuk wilayah perdesaan maka ikatan
kulturalnya masih menjadi faktor yang mempengaruhi pilihannya terhadap caleg dan
parpol.(2) secara ekologis, perbedaan konsentrasi basis massa partai politik mempengaruhi
perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka peranan patrón
sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih mempengaruhi pilihan
masyarakat yang tinggal di perdesaan dan ada temuan berlangsungnya prilaku transaksional,
76
sedangkan diperkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari media tv, radio, koran
dapat mempegaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang signifikan atas perolehan
suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka pemilih yang rasional idealis
(kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi, platform dan program parpol
ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional realistis (mempertimbangkan
kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Dari uraian diatas dapat dilihat gambaran pada tabel responden dibawah ini untuk
menentukan pilihannya bahwa responden yang tidak mencoblos caleg dari partai yang sama,
sebanyak 85 responden (60,71%) mengurai alasan lebih memilih figur dari calonnya, 42
responden (30,00%) memilih calon yang dikenalnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Karena yang datang sosialiasi berbeda 1 0,71 0,71 0,71
Melihat figurnya walau beda partai 85 60,71 60,71 61,43
Melihat programnya 7 5,00 5,00 66,43
Memilih yang dikenal 42 30,00 30,00 96,43
Sesuai hati nurani 4 2,86 2,86 99,29
Tidak mengenal semua calon 1 0,71 0,71 100,00
Total 140 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.54 Kalau Tidak, Mengapa tidak mencoblos Surat Suara yang berasal dari partai yang sama ?
C.4. Partisipasi Pemilih pada Pemilu Legislatif tahun 2014
C.4.1. Popularitas Partai Politik dan Calon Anggota Legislatif tahun 2014
Perubahan pola perilaku pemilih dari pemilih tradisional menuju modern ini
mengisyaratkan bahwa sebagian besar responden mulai lebih cerdas dalam menjatuhkan
pilihannya. Dalam artian, mereka tidak ingin lagi seperti membeli kucing dalam karung dan
hanya tertarik dengan pesona-pesona dan kharisma pemimpin Parpol.
Sebanyak 269 dari 400 responden (67,25%) akan mencoblos tanda gambar partai jika
tidak mengenal calonnya, 71 responden (17,75) tidak mencoblos tanda gambar partai dan
nama calon, sebanyak 35 responden (8,75%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
77
sekenanya saja dan 25 responden (6,25%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
yang ada di urutan teratas. Seperti terurai pada tabel IV.55.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Mencoblos tanda gambar partai saja 269 67,25 67,25 67,25
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon yang ada di urutan teratas
25 6,25 6,25 73,50
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon sekenanya saja
35 8,75 8,75 82,25
Tidak mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
71 17,75 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.55. Jika pada saat pencoblosan tidak mengenal calon, kira kira apa yang akan dilakukan ?
Tampaknya peran ‘tokoh’ mulai tergantikan oleh platform atau program parpol. Ini
mudah dipahami, karena dengan kebebasan informasi sekarang, citra tokoh pemimpin dan
pemimpin kharismatik tidak lagi ‘sesempurna’ masa silam, karena dengan mudah citra itu
akan berubah, jika kebusukan politik atau skandal pribadinya diungkap pers. Ditambah lagi,
kharisma pemimpin ternyata tidak menjadi garansi dalam melakukan perubahan, yang
dianggap sebagian responden semakin menurun.
Perubahan pola perilaku pemilih ‘tradisional’ menuju ‘rasional’ ini sebenarnya
merupakan peluang bagus yang harus dimanfaatkan setiap parpol. Ini bisa disiasati dengan
menawarkan program partai yang lebih rasional dan operasional serta berdampak langsung
kepada masyarakat. Retorika-retorika yang sering disampaikan pada masa kampanye silam,
sudah saatnya dirubah dengan logika-logika yang dikemas dalam program parpol yang
berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat; seperti skenario penanggulangan
pengangguran, pertumbuhan dan keadilan ekonomi, akses pada pelayanan publik dengan
indikator-indikator yang lebih terukur. Kampanye monolog perlu disiasati dengan dialog,
termasuk menawarkan caleg-caleg yang lebih kritis dan memiliki integritas yang baik.
Ketika pemilih merasa bingung untuk menentukan pilihan pada pemilu Legislatif,
maka alternatif memilih partai jauh lebih mudah bisa dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan, karena jumlahnya hanya 12 Partai saja, serta jauh lebih sedikit dibandingkan caleg
yang jumlahnya bisa ratusan tertera di surat suara.
78
Aspek pertimbangan memilih partai lebih sederhana. Bisa membedakan partai
nasionalis atau islamis. Bisa partai dominan atau tak dominan di parlemen. Bisa partai lama
atau baru. Bisa partai yang anggotanya di masa jabatan legislatif/eksekutif, paling sedikit
melakukan korupsi atau kejahatan lainnya. Bisa tak ingin memilih partai pemenang pemilu
sebelumnya, atau malah tetap mempertahankannya.
Memilih partai (bukan caleg) masih relevan, karena sistem pemilu kita menerima
memilih partai. Memang, pasal 5 UU No. 8/2012 menyatakan Pemilu 2014 menggunakan
sistem proporsional daftar terbuka untuk DPR serta DPRD I dan II (untuk DPD bersistem
mayoritarian banyak wakil). Sistem pemilu ini dalam penerapan ketat teknis pemilihannya,
memilih caleg/orang. Teknis memilih caleg (tanpa partai) menjadi salah satu pembeda
dengan sistem proporsional daftar tertutup yang memilih partai.
Pemilu 2014 masih menerima pilihan partai saja karena beberapa pertimbangan.
Indonesia masih di fase transisi, dari otokrasi menuju demokrasi. Politik, baik makna
struktural maupun kultural, masih jauh dari masyarakat karena setengah dari usia bangsa
Indonesia hidup di masa pengharaman politik. Pasca-Reformasi, baru tiga kali kita benar-
benar menyelenggarakan pemilu setelah dari 1971 sampai 1997. Keadaan ini menjadikan
penerapan sistem proporsional daftar terbuka di Pemilu 2009 dan 2014 tak utuh sesuai teori.
Seperti yang tertera di tabel berikut ini, meskipun para responden lebih mudah
memilih partai dan menyebutkan pilihan partainya, namun masih lebih banyak responden
yang merahasiakan pilihan partainya yaitu sebanyak 143 dari 400 responden (35,75 %).
Dengan itu, para responden sudah memahami azas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil. Seperti pada tabel IV.56.
79
No. Nama Partai Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
1. PDI Perjuangan 108 27,00 27,00 27,00
2. Partai Golkar 29 7,25 7,25 34,25
3. Partai Gerindra 41 10,25 10,25 44,50
4. Partai Demokrat 34 8,50 8,50 53,00
5. PKB 3 0,75 0,75 53,75
6. PKS 9 2,25 2,25 56,00
7. PAN 8 2,00 2,00 58,00
8. PPP 8 2,00 2,00 60,00
9. Partai Nasdem 7 1,75 1,75 61,75
10. Partai Hanura 9 2,25 2,25 64,00
11. Belum Punya Hak Pilih pada Pemilu 2014 1 0,25 0,25 64,25
12. Rahasia 143 35,75 35,75 100,00
400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 201
Tabel IV.56. Partai politik yang dipilih Responden pada pemilu 2014
Popularitas lembaga legislatif masih didominasi oleh DPR dan DPRD, yang berarti
bahwa lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai utusan daerah, masih kurang
dikenal masyarakat. Pada hasil survey terlihat 43 dari 400 responden (10,75 %) menyatakan
tidak pernah mendengar lembaga Dewan Perwakilan Daerah. Seperti terurai pada tabel IV.57
berikut ini :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Pernah 357 89,25 89,25 89,25Tidak pernah 43 10,75 10,75 100,00Total 400 100,00 100,00
Tabel IV.57. Tanggapan responden, apakah pernah mendengar adanya Dewan Perwakilan Daerah ?
Menurut tanggapan masyarakat tentang siapa yang memilih anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), sebanyak 305 dari 400 responden (76,25 %) menjawab dipilih
oleh Rakyat secara langsung.
80
Namun masih terdapat 77 dari 400 responden (19,25%) yang mengaku bahwa mereka tidak
tahu siapa yang memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), hal tersebut tertera
dalam table IV.58.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
MPR 5 1,25 1,25 1,25
DPR 5 1,25 1,25 2,50
DPRD 8 2,00 2,00 4,50
Rakyat secara langsung 305 76,25 76,25 80,75
Tidak tahu 77 19,25 19,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.58. Tanggapan responden tentang siapa yang memilih anggota DPD ?
Secara umum menyebutkan bahwa masyarakat masih banyak yang belum mengetahui
tentang DPD, hal tersebut dilihat pada table IV.59.
Frequency Percent Frequency Percent
1 Jumlah anggota DPD tiap provinsi adalah 4 orang 85 21,25% 315 78,75%
2 Anggota DPD dipilih secara langsung oleh rakyat 305 76,25% 95 23,75%
3DPD adalah lembaga yang berisi para wakil daritiap provinsi 171 42,75% 229 57,25%
4DPD berwenang memberikan usulan rancanganUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah 146 36,50% 254 63,50%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.59. Pengetahuan responden tentang DPD
No Hal-hal Tentang DPDTahu Tidak tahu
Sedangkan dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat dengan Dewan Pimpinan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Deli Serdang selama ini. Dilihat dari hasil survey menyebutkan
bahwa terdapat 183 responden dari 400 responden (45,75%) menyebut bahwa kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang selama ini “Kurang Puas”. Sedangkan yang terendah 1(satu)
81
responden dari 400 responden (0,25%) menyatakan “Sangat Puas”terhadap kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang. Terlihat pada Tabel IV.60.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sangat puas 1 0,25 0,25 0,25
Puas 56 14,00 14,00 14,25
Kurang Puas 183 45,75 45,75 60,00
Tidak puas 75 18,75 18,75 78,75
Sangat tidak puas 13 3,25 3,25 82,00
Tidak tahu 72 18,00 18,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.60. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Kabupaten Deli Serdang selama ini
Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota Dewan dari tingkat Pusat hingga
Kabupaten, dan kinerja yang harus diperbaiki menurut masyarakat Kabupaten Deli Serdang
menyebutkan bahwa yang tertinggi sebanyak 65 responden dari 400 responden (23,99 %)
menyatakan änggota Dewan yang merupakan perwakilan dan perpanjang tangan rakyat
“Kurang memperhatikan masyarakat”, sedangkan kan yang terendah yang menyatakan
“Biaya Pajak Tinggi”, sebanyak 1 (Satu) orang dari 400 responden (0,37%). Hal tersebut
terpapar di Tabel IV.61.
82
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Biaya pajak tinggi 1 0,37 0,37 0,37
Disiplin bekerja 4 1,48 1,48 1,85
Peduli ke masyarakat 42 15,50 15,50 17,34
Infrastruktur 32 11,81 11,81 29,15
Janji tidak ditepati 28 10,33 10,33 39,48
Memperhatikan Masalah ekonomi Rakyat
23 8,49 8,49 47,97
Membangun desa 17 6,27 6,27 54,24
Kurang memperhatikan masyarakat 65 23,99 23,99 78,23
Meningkatkan kinerjanya 25 9,23 9,23 87,45
Narkoba 1 0,37 0,37 87,82
Perbaikan sistem birokrasi 1 0,37 0,37 88,19
Tidak ada hasil kerja 28 10,33 10,33 98,52
Tidak memperdulikan petani 3 1,11 1,11 99,63
Buat penyuluhan pertanian 1 0,37 0,37 100,00
Total 271 100,00 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.61. Jika tidak puas, kinerja apa yang barus diperbaiki ?
Demikian juga dengan tingkat kepuasan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang
terhadap kinerja Dewan Perwakilan Daerah Provinsi, yang menyatakan “Kurang
Puas”sebanyak 184 orang dari 400 responden (46,00%), kemudian masyarakat yang
merasa”Tiadak Puas” sebanyak 100 dari 400 responden (25,00%). Sedangkan yang terendah
yaitu menyatakan “Sangat Tidak Puas”sebanyak 11 responden dari 400 responden (2,75%).
Hal tersebut dapat dilihat di Tabel IV.62.
83
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Puas 31 7,75 7,75 7,75
Kurang Puas 184 46,00 46,00 53,75
Tidak puas 100 25,00 25,00 78,75
Sangat tidak puas 11 2,75 2,75 81,50
Tidak tahu 74 18,50 18,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.62. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Provinsi selama ini
Sedangkan tingkat kepuasan masyarakat tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat
selama ini. Dari 400 responden terdapat 185 responden (46,25) merasa “Kurang puas”. Dan
yang “Tidak Puas” sebanyak 122 responden dari 400 responden (28,00 %), serta yang merasa
“Puas” tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak 30 responden (7,50%).
Tertera dalam Tabel IV.63.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Puas 30 7,50 7,50 7,50
Kurang Puas 185 46,25 46,25 53,75
Tidak Puas 112 28,00 28,00 81,75
Tidak tahu 73 18,25 18,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.63. Kepuasan responden tentang kinerja DPR selama ini
C.4.2. Politik Uang (Money Politics)
Pendidikan politik yang buruk terhadap pemilih dapat ditelusuri dari adanya politik
uang dalam menggarap suara pemilih dan mempengaruhi preferensi pemilih. Berdasarkan
hasil penelitian ini, ketika ditanyakan apakah ada calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur
anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli Serdang yang
memberikan uang dan sesuatu yang termasuk kategori politik uang, terdapat 73 dari 400
84
responden (18,25%) yang mengakui bahwa dalam Pileg tahun 2014 lalu menerima pemberian
uang, 55 responden (13,75%) menerima barang tertentu, 66 responden (16,50 %) menerima
bantuan sembako, dan 20 responden (5,00%) menerima bantuan bibit/pupuk.
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 18,25% 81,75%
b. Barang tertentu 13,75% 86,25%
c. Sembako 16,50% 83,50%
d. Bibit atau pupuk 5,00% 95,00%Sumber: Data survey tahun 2015
Tabel IV.64. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli
Serdang yang memberikan hal-hal berikut:
Pengaruh pemberian yang diterima oleh responden terhadap pilihannya ternyata tidak
signifikan, dimana terdapat 36 responden dari 400 responden (9,00%) yang memberikan
suaranya dalam Pileg 2014 atas Partai Politik pilihannya terkait dengan pemberian calon
legislatif, tim sukses atau pengurus partai yang mendatangi pemilih.
Kondisi keterpengaruhan atau perilaku pemilih terkait pemberian uang dapat
dijelaskan oleh jawaban responden sebagai keharusan untuk tidak mengingkari
tanggungjawab yang ditunjukkan dalam perilaku pemilih sebagai tanggapan atau mereka
atas pemberian yang telah diterima dengan gambaran bahwa pemberian merupakan perhatian
kepada masyarakat, merasa terbantu secara ekonomi, serta adanya ungkapan aji mumpung
“Kapan lagi kita menerima pemberian dari calon legislatif, kalau bukan saat mereka
memerlukan suara kita, sehingga terima saja uangnya pilihannya kita yang tahu”.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 36 9,00 9,00 9,00
Tidak 364 91,00 91,00 100,00
Total 400 100,0 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.65. Keterpengaruhan responden karena pemberian Uang dan barang
85
C.4.3. Kehadiran Pemilih di TPS pada Pemilu Legislatif tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, erat
hubungannya dengan pengetahuan responden dan sudah terdaftar di DPT (Daftar Pemilu
Tetap). Dari 400 responden mengaku 396 responden (99,00 %) menyatakan terdaftar dalam
DPT, sedang 4 orang (1,00 %) ditemukan tidak terdaftar. Temuan itu diperoleh, karena
responden utama dan 5 responden cadangan yang sudah didaftar tidak ditemukan enumerator,
sehingga langkah berikutnya mengambil keterangan dari responden cadangan terdekat dan
ternyata 4 responden tersebut mengaku belum terdaftar di DPT.
Salah satu indikator tingkat partisipasi politik pemilih dapat ditelusuri dari kehadiran
pemilih di TPS saat pemberian suara dalam Pemilu. Berdasarkan hasil penelitian ini, 97 %
responden menyatakan datang memberikan suaranya di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu.
86
1 Bangun Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )
2 Batang Kuis 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )
4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
7 Gunung Meriah 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
8 Hamparan Perak 18 ( 4,50% ) 2 ( 0,50% )
9 Kutalimbaru 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )
10 Labuhan Deli 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
11 Lubuk Pakam 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )
13 Pantai Labu 19 ( 4,75% ) 1 ( 0,25% )
14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
16 Pancur Batu 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
17 Patumbak 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
18 Sibolangit 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total hadir di TPS 388 ( 97,00% )
Tidak hadir di TPS 12 ( 3,00% )
Jumlah
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.66. Kehadiran Responden datang ke TPS sewaktu Pemilu Legislatif tahun 2014
No Kecamatan
400 (100% )
Ke TPS sewaktu Pileg?
Ya Tidak
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi perhatian, terutama
dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang tidak melakukan pencoblosan
(Golput) ditambah yang tidak terdaftar. Persoalan registrasi pemilih yang masih
mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang,
ternyata masih memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data
87
pemilih, diakibatkan adanya kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door
menjumpai masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat digunakan sebagai
rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih, sementara penduduk belum
melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu Keluarga. Keadaan ini dapat mengakibatkan
pemilih berpeluang untuk mencoblos lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas keberadaan
orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya jumlah pemilih tidak
terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat melanggar asas Jurdil Pemilu.
Fenomena tingginya angka ghost-voter terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang
tidak terdaftar dan pemilih terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang
mendatangkan masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat
menjadi bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
Hasil Pemilu Legislatif Tahun 2014 tingkat DPRD Kabupaten Deli Serdang, adalah
seperti pada tabel berikut ini.
88
No Dapil Nasdem PKB PKS PDIP Golkar Gerindra Demokrat PAN PPP Hanura PBB PKPI Jumlah suara sah
Jumlah suara tidak sah
Jumlah Suara sah dan Tidak Sah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Sunggal 3.394 1.972 8.079 10.051 27.887 11.573 7.004 7.151 3.031 3.341 2.783 5.010 91.276 4.396 95.672
2 Hamparan Perak 3.204 9.045 3.175 4.810 7.657 4.781 7.691 8.538 4.407 7.433 1.492 1.585 63.818 3.414 67.232
3 Labuhan Deli 1.050 1.946 1.066 3.307 998 4.653 5.811 794 1.437 786 192 227 22.267 1.152 23.419
Percut Sei Tuan 7.674 10.834 10.144 17.937 16.377 21.403 15.786 8.505 15.185 6.017 5.731 2.858 138.451 1.395 139.846
1Tanjung Morawa 8.982 7.293 4.207 11.641 13.448 5.322 11.362 6.224 5.284 6.522 1.668 3.216 85.169 2.116 87.285
Patumbak 3.504 731 2.287 4.558 3.448 6.075 3.019 1.777 3.122 2.880 725 1.621 33.747 1.197 34.944
1 Batang Kuis 1.422 1.747 2.588 2.587 1.725 1.879 2.358 3.289 1.723 486 3.434 364 23.602 1.179 24.781
23 Lubuk Pakam 993 401 1.474 6.944 6.642 4.700 4.150 6.429 1.807 457 1.735 2.644 38.376 1.304 39.680
Pagar Merbau 616 262 787 2.808 5.031 2.890 627 3.054 549 310 360 264 17.558 636 18.194
Pantai Labu 705 491 1.242 2.216 3.849 2.407 2.915 1.226 317 303 1.813 1.102 18.586 1.223 19.809
1 Beringin 1.843 593 1.843 3.042 3.319 7.330 1.477 1.889 945 1.913 402 1.553 26.149 864 27.013
1 Gunung Meriah 82 10 22 390 528 179 131 2 30 142 0 12 1.528 42 1.570
2 STM Hulu 248 80 279 864 1.665 279 337 319 208 1.700 74 50 6.103 160 6.263
3 STM Hilir 597 486 960 3.040 2.290 655 899 938 283 3.814 248 200 14.410 433 14.843
4 Bangun Purba 1.079 200 839 1.019 1.274 1.363 2.146 1.285 143 1.205 1.038 17 11.608 459 12.067
5 Galang 4.176 1.118 2.124 4.055 3.561 2.208 2.585 4.031 551 4.734 2.388 20 31.551 1.104 32.655
1 Sibolangit 584 125 115 1.888 2.144 1.125 1.781 413 23 1.306 24 209 9.737 273 10.010
2 Kutalimbau 2.275 294 551 1.455 1.985 3.368 2.584 262 932 2.398 59 155 16.318 416 16.734
3 Pancur Batu 1.251 524 2.264 5.722 4.731 5.242 5.681 1.545 662 5.950 325 1.095 34.992 1.258 36.250
4 Namorambe 468 436 965 7.576 1.616 1.734 859 378 326 419 131 366 15.274 403 15.677
5 Biru-biru 2.314 383 780 2.064 2.563 3.285 584 1.310 544 235 116 1.131 15.309 462 15.771
6 Deli Tua 2.010 1.694 1.543 3.677 4.425 1.661 917 2.808 2.586 611 2.301 463 24.696 836 25.532
48.471 40.665 47.334 101.651 117.163 94.112 80.704 62.167 44.095 52.962 27.039 24.162 740.525 24.722 765.247
6,55% 5,49% 6,39% 13,73% 15,82% 12,71% 10,90% 8,39% 5,95% 7,15% 3,65% 3,26% 100,00%
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.67. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Partai Politik untuk DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Jumlah Perolehan Suara
Presentase Perolehan Suara
Deli Serdang 1
Deli Serdang 2
Deli Serdang 3
Deli Serdang 4
Deli Serdang 5
Deli Serdang 6
89
Berdasarkan Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014,
jumlah pemilih terdaftar sebanyak 1.338.124 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari
pemungutan suara sesuai Tabel IV.67. Rekapitulasi Perolehan Suara Partai Politik untuk
DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah sebanyak 765.247
suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten Deli Serdang di Kabupaten Deli Serdang sebesar 57.19% (Sumaber : Data
KPU DS)
D. Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
D.1 Landasan/Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
1. Undang-Undang No 42 Tahun 2008, Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
2. Undang-Undang No 15 Tahun 2011, Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13 Tahun 2012, No. 11 Tahun
2012, No. 01 Tahun 2012, Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
4. Peraturan KPU No. 4 Tahun 2014 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
5. Peraturan KPU No. 09 Tahun 2014 Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Dalam
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
6. Peraturan KPU No. 19 Tahun 2014 Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara di
TPS Dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
90
D.2. Data Pemilih Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
L P JLH L P JLH1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.025 1.064 2.089 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.589 4.706 9.295 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.448 7.848 15.296 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 13.079 13.885 26.964 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 31.231 32.620 63.851 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.439 13.149 25.588 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.457 13.144 25.601 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.740 12.001 23.741 75
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 8.095 8.237 16.332 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.677 23.504 46.181 124
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.145 75.973 151.118 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.066 32.173 64.239 134
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 20.266 21.076 41.342 86
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 95.165 93.979 189.144 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 54.089 52.878 106.967 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 22.206 21.438 43.644 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.914 133.315 268.229 580
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.221 23.344 46.565 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.441 16.114 32.555 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.723 19.838 39.561 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.079 41.579 81.658 186
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 13.026 13.103 26.129 70
394 935.240 911.022 1.846.262 671.121 674.968 1.346.089 3.371Sumber : Data KPU-DS
KecamatanJumlah Desa/
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang
Jumlah
Jumlah TPS
PilpresJumlah PemilihNo
D.3. Sosialiasi Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden tahun 2014 untuk memilih pemimpin negara kesatuan Republik
Indonesia yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu memerlukan kegiatan
sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak
pilihnya pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 khususnya di daerah
pemilihan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan
pemimpin negara.
Kegiatan sosialisasi tentang informasi sistem pemilihan pasangan Calon
Presiden/Wakil Presiden yang lebih intens dilakukan eskpos melalui media, sehingga
91
pengetahuan pemilih tentang teknis pelaksanaan Pemilu Presiden lebih baik. Kegiatan ini
diyakini mampu mengatasi kekurangan informasi tentang sistem pencoblosan pada pemilu
Pilpres tahun 2014 lalu, karena hanya akan mencoblos 2 (dua) pasangan saja. Seperti yang
terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 336 84,00 84,00 84,00
Belum memadai 50 12,50 12,50 96,50
Tidak ada 14 3,50 3,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.69. Tanggapan responden tentang informasi mengenai sistem pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Belum mengetahui programnya 3 6,00 6,00 6,00
Informasinya belum jelas 10 20,00 20,00 26,00
Kurang sosialiasi melalui media 3 6,00 6,00 32,00
Kurang sosialisasi ke masyarakat 25 50,00 50,00 82,00
Masyarakat apatis 3 6,00 6,00 88,00
Sosialisasi kepada masyarakat secara langsung
3 6,00 6,00 94,00
Tidak mengikut perkembangan politik 3 6,00 6,00 100,00
Total 50 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.70. Alasan belum memadai
Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil dan track record calon
Presiden dan Wakil Presiden, 23 dari 400 responden (5,75 %) menyatakan tidak mendapat
informasi, 52 responden (13,00 %) menyatakan belum memadai, dengan alasan tertinggi
kurang mengenal calonnya sebanyak 20 responden (38,46 %) . Meskipun terdapat 325
responden (81,25 %) menyatakan informasi yang dimaksud sudah memadai, seperti yang
tertera pada tabel berikut ini.
92
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sudah memadai 325 81,25 81,25 81,25
Belum memadai 52 13,00 13,00 94,25
Tidak ada 23 5,75 5,75 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.71. Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil, track record calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Informasi belum jelas 5 9,62 9,62 9,62
Kurang mengenal calonnya 20 38,46 38,46 48,08
Kurang sosialisasi di media 5 9,62 9,62 57,69
Kurang sosialisasi ke masyarakat 12 23,08 23,08 80,77
Tidak mengerti 5 9,62 9,62 90,38
Tidak mengikuti perkembangan politik 5 9,62 9,62 100
Total 52 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
IV.72. Alasan belum memadai
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 dengan memberikan skor 1-10, dimana,
penilaian dari angka 1 sampai 5, merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk
angka 6 -10, merupakan penilaian yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam
mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu 2014 dan sosialisasi partai politik pendukung yang
berkontes, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi
ternyata merupakan media yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 334 orang
(83,50%), diikuti dengan iklan luar ruang sebesar 293 Orang (73,25 %), serta Iklan/Berita di
Surat Kabar/ Majalah sebanyak 240 responden (60,00%). Sedangkan publikasi melalui media
sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak 301 responden (75,25
%) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian juga dengan media
online sebanyak 295 responden (73,75 %) dan kunjungan pengurus partai politik pendukung
sebanyak 247 responden (61,75%)
93
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 11,25% 0,25% 0,00% 1,00% 4,00% 8,25% 22,00% 28,50% 10,75% 14,00%
b. Iklan/Berita di Radio 31,75% 7,00% 3,00% 5,75% 13,00% 16,50% 14,75% 5,75% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll 23,50% 2,00% 2,25% 4,00% 8,25% 17,75% 18,75% 16,00% 3,00% 4,50%
d. Iklan/Berita di media online 45,75% 7,25% 4,25% 5,75% 10,75% 11,00% 7,25% 5,50% 1,50% 1,00%
e. Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
50,75% 5,75% 4,75% 5,50% 8,50% 12,25% 7,00% 3,75% 0,75% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
14,25% 0,75% 2,50% 1,25% 8,00% 12,50% 19,25% 26,00% 8,75% 6,75%
g. Kampanye Partai Politik 21,75% 2,00% 4,00% 4,50% 15,50% 21,50% 12,75% 12,50% 3,50% 2,00%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik 28,00% 3,00% 5,00% 7,00% 18,75% 20,00% 9,00% 5,75% 2,25% 1,25%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28,50% 1,25% 3,75% 4,00% 10,50% 20,75% 15,25% 12,75% 1,75% 1,50%
k. Pendidikan Politik 50,00% 4,50% 6,75% 4,00% 8,25% 11,00% 4,75% 8,25% 1,75% 0,75%
l. Lainnya, sebutkanSumber: Data Survey, Juli 2015
No Bentuk media sosialisasiS K O R (persen)
IV.73. Skor penilaian Responden terhadap bentuk media sosialisasi yang efektif tentang Calon Presiden/Wakil Presiden peserta Pemilu tahun 2014 lalu:
D.4. Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Pipres tahun 2014 lalu, erat hubungannya
dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya dalam DPT, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kondisi yang sama dengan terdaftarnya responden di dalam Pileg, dimana
396 (99 %) orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan ini disebabkan oleh pengetahuan pemilih atas terdaftarnya
mereka dalam DPT, karena responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir
pendaftaran, dan ingatan responden manakala petugas datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkannnya sebagai calon pemilih Pileg tahun 2014 lalu.
94
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.6. Apakah terdaftar sebagai pemilih pada Pilpres ?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
95
Ya Tidak1 B. Purba 24(6%) 1(0,3%)
2 Batang Kuis 10(2,5%) 0(0%)
3 Beringin 8(2%) 2(0,5%)
4 Biru-biru 15(3,8%) 0(0%)
5 Deli Tua 10(2,5%) 0%
6 Galang 29(7,5%) 1(0,3%)
7 Gunung Meriah 10(2,5%) 0(0%)
8 Hamparan Perak 18(4,5%) 2(0%)
9 Kutalimbaru 15(3,8%) 0(0%)
10 Labuhan Deli 10(2,5%) 0(0%)
11 Lubuk Pakam 15(3,8%) 0(0%)
12 Namorambe 35(5,5%) 0(0%)
13 P. Labu 19(4,8%) 1(0%)
14 Percut Sei Tuan 19(4,8%) 1(0,3%)
15 Pagar Merbau 15(3,8%) 0(0%)
16 Pancur Batu 23(6,3%) 2(0,5%)
17 Patumbak 10(2,5%) 0(0%)
18 Sibolangit 29(7,3%) 1(0,3%)
19 STM Hilir 15(3,8%) 0(0%)
20 STM Hulu 20(5%) 0(0%)
21 Sunggal 14(3,5%) 1(0%)
22 Tanjung Morawa 23(5,5%) 2(0,5%)
Total 386 (96,50 % ) 14 (5,50% )Sumber: Data Survey, Juli 2015
No KecamatanApakah datang ke TPS sewaktu Pilpres ?
Tabel IV.74. Kehadiran responden pada Pilpres Tahun 2014
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu Presiden dan wakil Presiden mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada pasangan calon tertentu, merupakan keputusan yang
dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat
pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh
partai politik pengusung calon yang dialami pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam
mengakses layanan publik dapat pula mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam
mengidentifikasikan calon pilihannya atau berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik
tertentu.
96
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Janji 1 7,14 7,14 7,14
Karena katanya membantu masyarakat 1 7,14 7,14 14,29
Pulang kampong 1 7,14 7,14 21,43
Sedang ada pekerjaan 3 21,43 21,43 42,86
Tidak ada surat memilih 7 50,00 50,00 92,86
Tidak terdaftar 1 7,14 7,14 100,00
Total 14 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.75. Alasan tidak mencoblos pada Pilpres 2014
Dalam pelaksanaan pemilu Presiden dan wakil Presiden 2014 lalu, ternyata tingkat
kesiapan pemilih untuk memantapkan pilihannnya sebelum masuk kedalam bilik suara sudah
tinggi, dimana hanya 383 responden (95,75%) yang telah memiliki preferensi pilihan
pasangan calon yang akan dipilih, sedangkan 10 responden (2,50%) belum memiliki pilihan
saat memasuki bilik suara, sehingga pilihannya dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan
kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik dan ‘gambling’. Dan sebanyak 7 responden
(1,75%) enggan untuk menjawab pertanyaan dari enumerator.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.7 Apakah mempunyai kesiapan untuk mencoblos calon presiden dan wakil Presiden ?
95,75%
2,50% 1,75%
Ya 383
Tidak 10
Tidak menjawab 7
97
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.76. Perilaku responden di dalam bilik suara, apakah memilih calon presiden dan wakil presiden sesuai yang akan dipilih sebelum sampai di TPS pada Pemilu 2014
Terkait dengan politik uang dan pemberian barang pada pemilihan umum Presiden
dan wakil Presiden tahun 2014, responden menjawab beberapa hal seperti pada tabel berikut.
Bentuk Pemberian
a. Uang
b. Barang tertentu
c. Sembako
d. Bibit atau pupuk
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Ya Tidak
Tabel IV.77. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur Calon Presiden dalam Pilpres 2014 lalu yang memberikan hal-hal berikut ini
1,75% (7)
3,75% (15)
3,5% (14)
2% (8)
98,25% (393)
96,25% (385)
96,5% (386)
98% (392)
Dampak dari politik uang atau pemberian barang tertentu dari pasangan calon, partai
politik pengusung dan tim sukses pasangan calon menunjukkan bahwa hanya 11 responden
(2,75%) menyatakan mencoblos karena pemberian tersebut sedangkan 389 responden
(97,25%) menyatakan tidak terpengaruh oleh pemberian yang disebutkan diatas, seperti dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 11 2,75 2,75 2,75
Tidak 389 97,25 97,25 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.78. Keterpengaruhan responden karena Pemberian Uang dan barang
98
Dalam mengambil keputusan terkait dengan memilih pasangan calon Presiden dan
wakil Presiden pada pemilu 2014 tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan para pemilih,
hal-hal dimaksud adalah Jenis kelamin, Agama, Asal suku, asal partai politik dan program
calon. Hasil survey menunjukkan seperti tabel di bawah ini.
No Faktor
1 Jenis kelamin calon
2 Agama calon
3 Asal suku bangsa calon
4 Asal partai politik
5 Program calon
Sumber: Data Survey, Juli 2015
84,25%
Tak menjadi pertimbangan
47,75%
47,00%
82,25%
68,75%
15,75%
Menjadi pertimbangan
52,25%
53,00%
17,75%
31,25%
Tabel IV.79. Faktor pertimbangan Responden untuk memilih calon Presiden danWakil Presiden
99
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Gunung Meriah
Tjg Morawa Sibolangit Kutalimba
ruPancur Batu
Namorambe
S ibiru-biru S TM Hilir Bangun
Purba Galang STM Hulu Patumbak Jumlah Dipindah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Prabowo – Hatta 346 53.850 1.544 5.830 14.120 6.089 5.521 4.465 4.991 17.163 1.225 21.645 136.789
2 Jokowi-Jusuf Kalla 1.174 38.606 8.376 10.574 24.919 9.772 10.274 10.386 6.222 12.898 5.003 15.801 154.005
1.520 92.456 9.920 16.404 39.039 15.861 15.795 14.851 11.213 30.061 6.228 37.446 290.794
31 362 54 79 139 65 88 70 36 131 38 151 1.244
1.551 92.818 9.974 16.483 39.178 15.926 15.883 14.921 11.249 30.192 6.266 37.597 292.038
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Jumlah Pindahan
Deli Tua S unggalHamparan
PerakLabuhan
DeliPercut Sei
TuanBatang Kuis
Lubuk Pakam
Pagar Merbau
Pantai Labu Beringin
Jumlah Akhir Presentase
1 Prabowo-Hatta 136.789 15.102 53.262 44.699 15.933 91.428 16.245 18.379 10.146 10.445 12.254 424.682 53,19%
2 Jokowi-Jusuf Kalla 154.005 11.411 52.339 23.338 10.437 62.678 8.625 21.223 7.753 8.143 13.808 373.760 46,81%
290.794 26.513 105.601 68.037 26.370 154.106 24.870 39.602 17.899 18.588 26.062 798.442
1.244 139 387 205 79 531 95 136 69 97 73 3.055
292.038 26.652 105.988 68.242 26.449 154.637 24.965 39.738 17.968 18.685 26.135 801.497
Sumber: KPU Deli Serdang, 2014
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Tabel IV.80. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang
Jumlah Suara Sah
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Jumlah Suara Sah
100
Berdasarkan Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.346.089 pemilih tetapi jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan
suara sesuai Tabel IV.80. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang dan jumlah suara tidak sah sebanyak
801.497 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang sebesar 59.54% (Sumaber : Data KPU DS)
101
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang sudah dipaparkan pada bab-bab terdahulu, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Partisipasi Pemilih dalam setiap Pemilu di Kabupaten Deli Serdang dapat ditelusuri dari
kehadiran dan ketidakhadiran (voter turn-out) di Tempat Pemungutan Suara (TPS)
yang dipengaruhi beragam penyebab. Salah satu hal terkait masalah kehadiran pemilih
dalam Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kecenderungan bahwa: (a) Akurasi tahapan pemutakhiran data
pemilih. Persoalan paling sensitif dalam pelaksanaan pemilu Kabupaten Deli Serdang
yang paling rawan berhubungan dengan adanya NIK Ganda (b) Dinamika mobilitas
penduduk yang tergolong pada komuter yaitu penduduk yang bekerja di kota Medan
secara ulang-alik ke Kabupaten Deli Serdang, dimana terdaftar sebagai penduduk yang
memiliki KTP Kabupaten Deli Serdang, namun karena mereka harus bekerja di Kota
Medan dan tidak libur secara fakultatif menyebabkan ketidak pastian mereka dalam
kehadirannya di TPS. (c) Persebaran luasnya lahan Eks HGU perkebunan,
menyebabkan tingginya angka penggarap yang berasal dari banyak Kabupaten/kota lain
Sumatera Utara yang menjadi pemukim di Kabupaten Deli Serdang, yang belum
berstatus penduduk yang terdaftar dalam DPT Pemilu di Kabupaten Deli Serdang. (d)
Masalah tinggi rendahnya kehadiran dan ketidak hadiran pemilih (voting turn-out)
bersumber dari kekurang akuratan DPT Pemilu yang diakibatkan oleh metode verifikasi
dan pemutakhiran data pemilih sehubungan dengan fenomena “ghost voter”, yaitu
pemilih yang terdaftar dalam DPT yang digunakan sebagai referensi undangan terhadap
pemilih, tetapi pada saat hari H ternyata tidak datang atau tidak hadir ke TPS. Ketidak
hadiran pemilih (voter in-absentia) di TPS karena faktor diatas diakibatkan oleh
penduduk yang telah meninggal, pindah, melanjutkan studi dan bekerja di perantauan
(daerah lain) tetapi masih tetap terdaftar dalam Kartu Keluarga dan DPT yang disahkan
oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
2. Tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau
102
elite politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang
berdampak pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit
dengan aspirasi masyarakatnya. Kondisi ini tergambar dari keikutsertaan dari
responden sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi
keagamaan (36,5 %) dan organisasi sosial (15,5 %). Sedangkan yang aktif dalam
kegiatan LSM dan partai politik sangat rendah yaitu masing-masing 1,5 % dan 1,3%.
3. Pengenalan pemilih yang dijadikan responden dalam penelitian ini terhadap figure
calon legislatif, calon kepala daerah, mulai dari tingkat Gubernur sampai Bupati, dan
Presiden serta Partai Politik yang dipilih ternyata banyak dipengaruhi oleh faktor
sosialisasi politik yang telah diterima, karena faktor tersebut dapat mempengaruhi dan
merubah preferensi pemilih terhadap Capres/Cawapres, caleg pilihannya dan Parpol,
terutama bagi para responden yang baru pertama sekali mengikuti Pemilu atau
mengejawantahkan kedaulatan politiknya dalam memilih pejabat politik yang
mewakilinya di lembaga legislatif dan pemerintahan.
4. Tingkat kepuasaan masyarakat (pemilih) terhadap kinerja Pemerintah (Nasional,
Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang) yang rendah juga menjadi salah
satu penyebab rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Deli Serdang,
dimana masyarakat Deli Serdang beranggapan bahwa siapapun yang dipilih, tidak aka
nada perubahan yang mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, terbukti dari
banyaknya persoalan mulai dari harga bahan pokok yang terus meningkat, fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang belum merata serta infrastruktur jalan yang belum
terbangun sampai ke desa-desa terpencil.
5. Kurangnya sosialisasi mengenai kepemiluan mulai dari Pilkada Kepala Daerah
(Gubernur dan Bupati), Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu
Presiden/Wakil Preside yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu (KPU) dan Partai
Politik juga berperan penting dalam menyebabkan rendahnya partisipasi Pemilih dalam
setiap momen pemilihan umum di Kabupaten Deli Serdang.
103
B. REKOMENDASI
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi dalam mengatasi
rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam setiap pemilu di Kabupaten Deli Serdang adalah
sebagai berikut :
1. Konsekuensi dari fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang hadir ke TPS dapat
menimbulkan persoalan yang menjadi titik rawan dalam setiap penyelenggaraan
pemilu legislatif, pilpres dan Pilkada. Karena itu, masalah pemutakhiran data pemilih
harus dilakukan dengan ketelitian dan sistem yang andal setiap tahun oleh KPU
Kabupaten Deli Serdang bersama dengan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yaitu
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Deli Serdang dengan
menetapkan metode verifikasi dan revisi data pemilih secara terukur dan faktual.
2. Kualitas Pemilui tidak dapat hanya diukur dari tingginya partisipasi pemilih yang
hadir ke TPS tanpa dibarengi prilaku pemilih yang rasional. Karena ini KPU Deli
Serdang harus bekerjasama dengan berbagai pihak diantaranya Partai Politik, DPRD,
dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan pendidikan pemilih secara
reguler dengan sistem pendidikan politik yang dilengkapi dengan kurikulum yang
aplikatif yang dapat memenuhi tujuan demokratisasi dan kedaulatan rakyat.
3. Sosialisasi yang intens dengan menggunakan media-media kreatif yang mudah
dijangkau/diakses oleh Pemilih dan juga memanfaatkan tokoh-tokoh masyarakat
(Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Perempuan) untuk dapat lebih cepat
menyampaikan informasi baik mengenai tahapan pemilu maupun berkaitan dengan
calon/peserta pemilu baik kepala daerah, legislative maupun presiden.
104
DAFTAR PUSTAKA
American Center For International Labor Solidarity (ACILS), (1999), A Handbook For
Long-term Election Monitors: Indonesian General Elections 1999.
Budiarjo, Miriam (1994), Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Burns, D. (2000), “Can Local Democracy Survive Governance?” , Urban Studies, Vol. 37,
No. 5-6.
Burns, D., Hambleton, R. & Hogget, P. (1994), The Politics of Decentralisation
(Basingtoke: Macmillan).
Diamond, Larry (ed.), (1988), Democracies in Developing Countries, Lynne Riener Pub.,
Boulder, Colorado, vol. 3.
Duverger, Maurice, 2002, Sosiologi Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Feith, Herbert dan Castles, Lance (1988), Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965,
LP3ES, Jakarta.
Firmanzah, 2010, Persaingan, Legitimasi, Kekuasaan dan Marketing Politik: Pembelajaran
Politik Pemilu 2009, Yayasan Obor, Jakarta.
Grote, J. R and Gbikpi, B., eds (2002) Participatiry Governance, Opladen : Verlag Leske +
Budrich.
Harun, Rochayat dan Sumarno, 2006, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Mandar Maju,
Bandung.
Held, David, 1996, Model of Democracy, Stanford University Press, Cambridge.
Marijan, Kacung, 2010, Sistem Politik Indonesia, Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru,
Penerbit Kencana, Jakarta.
Mas’oed Mochtar dan Mac Andrews, Colin, (2001), Perbandingan Sistem Politik, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Musa, Ali Masykur, 2003, Sistem Pemilu: Proporsional Terbuka Setengah Hati, Pustaka
Indonesia Satu, Jakarta.
Rahman, Arifin, 2002, Sistem Politik Indonesia, Dalam Perspektif Struktural Fungsional,
Penerbit SIC, Surabaya.
105
Richardson, Henry S., 2002, Democratic Authonomy: Public Reasoning about the Ends of
Policy, Oxford University Press, New York.
Riswandi, 2009, Komunikasi Politik, Graha Ilmu Universitas Mercubuana, Jakarta.
Roode, Charlton Clymer, dkk, 2000, (terj.), Pengantar Ilmu Politik, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Romli, Lili, 2010, Evaluasi Pemilu Legislatif 2009, Tinjauan atas Proses Pemilu, Jurnal
Penelitian Politik, Vol. 7 No. 1/2010, LIPI, Jakarta.
Schmitter, P. (2000). “Participation in Governance Arrangement” , (in) Grote, J. R. and
Gbikpi, B., eds (2002).
United States Information Service (USIS), (tanpa tahun), Unsur-Unsur Pemilihan Umum
Demokratis dalam Apakah Demokrasi Itu? (Jakarta: USIS, Indonesia)
Varma, SP, 1999, Teori Politik Modern, PT Raja Grafindo Utama, Jakarta.
Wilopo, (1978), Zaman Pemerintahan Partai-Partai Dan Kelemahan- Kelemahannya,
Yayasan Idaya, Jakarta.
i
LAPORAN HASIL SURVEY PARTISIPASI PEMILIH; KEHADIRAN
DAN KETIDAK HADIRAN PEMILIH DI TPS (VOTER TURN-OUT)
PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG
Jl. Karya Jasa No. 8 Lubuk Pakam www.kpu-deliserdangkab.go.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemilu yang berlangsung di Indonesia pasca reformasi sudah empat kali yaitu tahun
1999, tahun 2004, tahun 2009, dan tahun 2014. Pemilu merupakan sarana dan instrumen
demokrasi bagi rakyat untuk mengelola partisipasi politiknya. Karena secara teoritik pemilu
merupakan salah satu arena memikat hati kalangan pemilih maupun calon pemilih agar partai
dipilih sehingga lolos threshold bahkan mampu menang dan menjadi partai politik mayoritas
dalam parlemen. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Romli (2010:93) menunjukkan
bahwa dalam menarik minat pemilihnya maka bentuk komunikasi politik yang paling kerap
dilakukan partai politik adalah kegiatan kampanye dalam Pemilu legislatif (Pileg) tahun 2009
dengan empat kecenderungan tipe pesan kampanye yaitu (1) identitas diri, (2) penonjolan
perestasi, (3) penonjolan ideologi, dan (4) pemaparan program. Media komunikasi politik
yang digunakan sudah mulai beragam baik yang konvensional (spanduk, brosur, kalender)
maupun yang modern (facebook, sms, email).
Sebaliknya kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam
menyumbangkan suaranya dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada partai politik dan kandidat tertentu, merupakan keputusan
yang dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan
dapat pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dialami
oleh pemilih. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat mempengaruhi pola
ekspresi pemilih terhadap identifikasi parpol pilihan atau berafiliasinya dalam partai politik.
Penilaian pemilih terhadap pola akomodasi kepentingan rakyat terhadap legislatif dan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi
dan pandangan masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas peserta Pemilu tahun
2014 lalu. Berdasarkan hasil penelitian Romli (2010: 94) bahwa prilaku memilih dalam
Pemilu tahun 2009 lalu memperlihatkan kecenderungan: (1) secara demografis, maka
kecenderungan pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi
(suku, jenis kelamin, dan agama) (2) perbedaan konsentrasi basis massa partai politik
mempengaruhi perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka
peranan patrón sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih
mempengaruhi pilihan masyarakat yang tinggal di pedesaan dan ada temuan berlangsungnya
2
perilaku transaksional, sedangkan di perkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari
media tv, radio, koran dapat mempengaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang
signifikan atas perolehan suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka
pemilih yang rasional idealis (kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi,
platform dan program parpol ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional
realistis (mempertimbangkan kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Ekspektasi atas peningkatan partisipasi pemilih dalam rangkaian Pemilu yang telah
berlangsung selama ini di Kabupaten Deli Serdang ternyata menggambarkan fakta yang
berbeda. Terjadi fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang kadang tinggi ataupun rendah,
sehingga menjadi relevan dan penting untuk dievaluasi dan dikaji faktor kausalnya. KPU
Kabupaten Deli Serdang sebagai Penyelenggara Pemilu memandang langkah evaluasi
melalui suatu riset untuk mendalami faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap
partisipasi politik pemilih berdasarkan kehadiran dan ketidak hadiran di TPS dalam Pemilu
Legislatif tahun 2014, Pemilu Presiden tahun 2014 dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
tahun 2013 lalu.
B. Perumusan Masalah
Dari paparan di atas, yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah bentuk, metode, dan saluran komunikasi dan pendidikan politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
serta Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu untuk meningkatkan
kehadiran pemilih ke TPS?
2. Bagaimanakah tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu Legislatif,
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun
2013 lalu?
3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kehadiran dan ketidakhadiran pemilih dalam
Pemilu Legislatif, dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pilkada Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2013 lalu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan kajian ini terkait dengan:
1. Untuk menggambarkan bentuk, metode, dan saluran komunikasi politik yang
diaplikasikan oleh peserta Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan
3
Pilkada Kabupaten Deli Srdang tahun 2014 yang lalu dalam upayanya
meningkatkatkan kehadiran pemilih di TPS-TPS.
2. Untuk menggambarkan tanggapan pemilih terhadap proses penyelenggaraan Pemilu
legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2013 lalu?
3. Untuk menggambarkan karakteristik faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran dan
ketidakhadiran pemilih dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu.
D. Manfaat Penelitian
Adapun signifikansi penelitian ini, sebagai:
1. Referensi mengenai deskripsi ragam komunikasi dan pendidikan politik berbasis
evaluasi proses Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, khususnya
dokumen yang menggambarkan kondisi kecenderungan partisipasi politik pemilih.
2. Database mengenai gambaran pandangan dan harapan pemilih yang mempengaruhi
tingkat partisipasi politiknya khususnya kehadiran dan ketidakhadiran di TPS-TPS
dalam setiap Pemilu 2014 lalu, yang dapat dimanfaatkan oleh penyelenggara Pemilu
dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya untuk strategi peningkatan
partisipasi pemilih dalam Pemilu berikutnya.
4
BAB II
METODOLOGI
A. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilih Kabupaten Deli Serdang yang ikut serta
dan tidak ikut memberikan suara dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden, dan Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 lalu, baik laki-laki maupun
perempuan.
Luasnya wilayah sampel dan besarnya jumlah populasi serta kerumitan dalam
mengidentifikasi responden, menjadi dasar utama peneliti dalam menetapkan teknik
penarikan sampel dan responden penelitian ini secara acak sederhana berbasis data DPT
(Data Pemilih Tetap) Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, karena Pemilu Legislatif tahun 2014
lalu adalah tahapan Pemilu yang paling awal dan DPTnya dipelakukan sebagai basis data
pemilih yang diperbaiki oleh KPU Kabupaten Deli Serdang untuk pembaruan DPT Pemilu
lainnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi DPT Pemilu Legislatif oleh KPU Deli Serdang, maka
jumlah pemilih terdaftar pada 394 PPS, 3485 TPS adalah 1.338.124 orang,
Dengan teknik multistage sampling, wilayah sampel Kecamatan ditetapkan keseluruhan
yaitu 22 kecamatan. Sedangkan pemilihan wilayah sampel desa ditetapkan secara purposive
dan proporsional dengan teknik acak sederhana. Jumlah responden penelitian adalah 400
(empat ratus) orang, dimana jatah masing-masing wilayah sampel kecamatan dan desa
ditetapkan berdasarkan proporsionalitas. Penetapan responden yang diwawancarai secara
berstruktur pada desa dan kelurahan terpilih dalam penelitian ini dilakukan sesuai prinsip
acak sederhana berbasis DPT PPS sesuai kuota yang dimiliki masing-masing. Responden
terpilih ditemui dan diwawancarai oleh enumerator sesuai dengan teknik wawancara
berstruktur.
Unit analisa penelitian ini adalah individu, bukan rumah tangga (household). Alasannya
karena hak memilih adalah hak politik dan keputusan individual, bukan keputusan kolektif,
selaras dengan prinsip pemilu yang salah satu sifatnya adalah rahasia.
5
Tabel II.1 Kerangka Sampel Penelitian
No Kecamatan Jumlah
Pemilih
Jumlah
Desa/Kelu
rahan
Proporsi
Sampel
Desa
(20 %)
Jumlah Responden
F %
1 GUNUNG MERIAH 2.105 12 2 10 2,50
2 STM. HULU 9.385 20 4 20 5,00
3 SIBOLANGIT 15.396 30 6 30 7,50
4 KUTALIMBARU 26.439 14 3 15 3,75
5 PANCUR BATU 63.265 25 5 25 6,25
6 NAMORAMBE 25.630 36 7 35 8,75
7 BIRU-BIRU 25.433 17 3 15 3.75
8 STM. HILIR 23.680 15 3 15 3.75
9 BANGUN PURBA 15.787 24 5 25 6.25
10 GALANG 45.796 29 6 30 7.50
11 TANJUNG
MORAWA
152.445 26 5 25 6.25
12 PATUMBAK 64.140 8 2 10 2.00
13 DELI TUA 39.127 6 2 10 2.00
14 SUNGGAL 187.733 17 3 15 3.75
15 HAMPARAN PERAK 105.570 20 4 20 5.00
16 LABUHAN DELI 41.917 5 2 10 2.50
17 PERCUT SEI TUAN 267.977 20 4 20 5.00
18 BATANG KUIS 46.920 11 2 10 2.50
19 PANTAI LIBU 33.403 19 4 20 5.00
20 BERINGIN 38.338 11 2 10 2.50
21 LUBUK PAKAM 81.886 13 3 15 3.75
22 PAGAR MERBAU 25.752 16 3 15 3.75
Jumlah 1.338.124 394 80 400 100,00
B. Teknik Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan teknik survey yang menggunakan kuesioner
sebagai instrumen utama digunakan sebagai pedoman wawancara berstruktur. Dalam hal ini
6
peneliti yang dibantu oleh enumerator mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden
untuk mendapatkan jawaban mengenai variabel penelitian yang relevan. Data utama studi ini
dikumpulkan dengan menyebarkan seperangkat pertanyaan tertutup dan terbuka dalam
kuesioner yang menguraikan tujuan dalam ruang lingkup penelitian ini, yang meliputi (a)
identitas pemilih berdasarkan karakteristik status sosial ekonomi, etnis dan regionalitas,
pengalaman sosialisasi dan partisipasi politik (b) Pola perilaku dan preferensi pemilih dalam
dalam menentukan pilihannya pada Pemilu 2014 lalu, (c). Dampak pemberitaan media
sosialisasi dan intensitas komunikasi politik terhadap kehadiran pemilih di TPS-TPS, (d).
Faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran pemilih di TPS, (e) Pandangan pemilih terhadap
proses penyelenggaran Pemilu 2014 lalu, (f). Harapan pemilih terhadap penyelenggaran
Pemilu berikutnya.
Data sekunder dikumpulkan dengan studi dokumentasi, berupa data yang bersumber
dari berbagai referensi, kepustakaan, peraturan-peraturan, jurnal penelitian dan bahan-bahan
tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.
C. Teknik Analisis Data
Data penelitian dipaparkan melalui kecenderungan pemusatan yang tertuang dalam
tabel frekuensi dan grafik. Untuk variabel-variabel penting yang saling berhubungan akan
diekpresikan dalam tabel silang, dimana signifikansi keterkaitannya dihitung dengan formula
statistik korelasional. Kecenderungan hubungan antar variabel penelitian berfungsi sebagai
eksemplar penjelasan angka-angka statistik terkait dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis penelitian (Supranto: 2004).
Selain itu, informasi yang terkumpul dari wawancara tidak berstruktur berguna sebagai
instrumen cross-check (konfirmasi) kebenaran normatif hasil survey. Dalam hal ini, temuan
survai dikomparasikan dengan hasil wawancara yang hasilnya digabungkan guna
mendapatkan kesimpulan praktis. Temuan teoritis dan informatif yang diperoleh dari studi
dokumentasi merupakan pemerkaya hasil penelitian, sehingga pembauran data primer dan
sekunder dipakai untuk membakukan kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demokrasi dan Pemilihan Umum
Sejarah demokrasi seringkali kabur dan terpotong-potong oleh sejarah hidupnya.
Kata demokrasi yang dalam bahasa Inggrisnya disebut democracy, awalnya bersumber dari
bahasa Perancis yaitu democratie yang dikenalkan pada abad ke 16. sebelumnya kata
demokrasi dirujuk dari bahasa Yunani (Greek) demokratia yang merupakan tautan dari kata
demos berarti rakyat (people) dan kratos berarti tatanan (rule) (Held, 1996: 1).
Penerapan demokrasi telah ada masa Athena Kuno sebagai kota tua (classical polis)
yang ditandai adanya persatuan, solidaritas, tingginya partisipasi dan dari terbatasnya jumlah
warga negara. Pada masa itu, warganegara tidak hanya dilibatkan dalam beragam kegiatan
diantaranya administrasi, keamanan, pembuatan hukum, hakim, perayaan yang berkaitan
dengan keagamaan, hiburan dan festival, dasarnya dikaitkan dengan legitimasi kehidupan
politik modern, tetapi mereka juga berkewajiban untuk melaksanakan penelitian dan
pengawasan terhadap penduduk yang tidak turut ambil bagian dalam negara (Held, 1996: 23).
Saat ini, demokrasi identik dengan legitimasi kehidupan politik modern, dimana
makna demokrasi menunjukkan modernitas sistem kedaulatan yang sangat beragam dan luas,
mulai dari pemerintah bervisi teknokrat sampai pada konsepsi kehidupan sosial yang ditandai
oleh ekstensifnya partisipasi politik.
Untuk Indonesia, secara historis, dapat dikategorikan pelaksanaan orde demokrasi di
Indonesia atas 4 (empat) bentuk, yaitu: Demokrasi Liberal (1950-1959), Demokrasi
Terpimpin (1959-1966), dan Demokrasi Pancasila (1966-1997), dan Demokrasi pasca orde
baru yaitu, era Reformasi (1998 – sekarang).
Demokrasi yang telah kita terapkan ternyata berubah-ubah esensi dan aplikasinya
dalam praktik politik di Indonesia. Demokrasi yang berlangsung dekade terakhir ini bahkan
bagi sebagian pihak disikapi secara berlebihan, terlalu bebas dan menitik beratkan pada
proses dan cara, sehingga menghasilkan pemerintahan dan tata hubungan kelembagaan
negara yang tidak stabil, serta seringkali diwarnai konflik-konflik kepentingan. Di sisi lain,
ada pula sikap yang menggunakan demokrasi sebagai tujuan dengan mengabaikan proses dan
cara-caranya, sehingga realitas demokrasi berwujud pada adanya kompromi atau deal-deal
politik yang menguntungkan sepihak dan sekelompok orang, yang pada giliran selanjutnya
justru mengabaikan kepentingan publik dan kemaslahatan masyarakat. Karena itu, perlu
8
untuk ditegaskan bahwa demokrasi merupakan sebuah cita-cita sekaligus pengelolaan sebuah
negara secara beradab.
B. Teori Partisipasi
Partisipasi adalah persoalan relasi kekuasaan, atau relasi ekonomi politik, yang
dianjurkan oleh demokrasi. Partisipasi warga masyarakat adalah pusat kekuasaan,
kewenangan dan kebijakan yang mengatur (mengelola) alokasi berada dalam konteks
governance, yakni relasi antara Negara (pemerintah) dan masyarakat (rakyat). Negara-
barang (sumberdaya) publik pada masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat hak sipil dan
politik, kekuasaan massa, kebutuhan hidup, dan lain-lain. Dengan demikian, partisipasi
adalah jembatan penghubung antara negara dan masyarakat agar pengelolaan barang-barang
publik membuahkan kesejahteraan bagi manusia sebagi individu maupun dalam sebuah
kelompok masyarakat (human wellbeing).
Partisipasi dalam Pemerintahan (govermance) cenderung merujuk pada keterlibatan
dan interaksi organisasi dan institusi yang mempunyai tanggung jawab terhadap atau
berhubungan dengan tindakan kolektif di bidang publik. Hubungan horizontal antara aktor
atau stakeholders dalam jaringan kerja merupakan ciri khas Pemerintahan (governance), dan
dinyatakan bahwa partisipasi dalam governance itu dipengaruhi oleh kebijakan (Schmitter,
2002). Banyak organisasi ‘sektor ketiga’ organisasi komunitas dan sukarela – memperoleh
tanggung jawab dalam governance (Stoker, 1998: 21). Partisipasi dalam Pemerintahan
(governance) berhubungan kuat dengan gagasan mengenai kepentingan dan organisasi publik
dan swasta yang mempunyai risiko dalam sebuah keputusan dilibatkan dalam persiapannya.
Ia dimaksudkan menciptakan dukungan bagi usulan kebijakan, memperbaiki kualitas
keputusan dengan mengerahkan keahlian dan pengetahuan eksternal, dan meningkatkan
legitimasi keputusan demokratis (Klijn dan Koppenjan,2000).
Dari sudut pandang Negara, demokrasi mengajarkan bahwa partisipasi sangat
dibutuhkan untuk membangun pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan responsif
terhadap kebutuhan masyarakat. Tiadanya partisipasi hanya menabur pemerintahan yang
otoriter dan korup. Dari sisi masyarakat, partisipasi adalah kunci pemberdayaan. Partisipasi
memberikan ruang dan kapasitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak
mereka, mengembangkan potensi dan prakarsa lokal, mengaktifkan peran masyarakat serta
membangun kemandirian masyarakat .
9
Dalam konteks governance, partisipasi hendak menempatkan masyarakat pada posisi
yang sebenarnya. Pertama, masyarakat bukanlah sebagai hamba (client) melainkan sebagai
warga (citizen). Jika hamba memperlihatkan kepatuhan secara total, kalau konsep warga
menganggap bahwa setiap individu adalah pribadi yang utuh dan mempunyai hak penuh
untuk memiliki. Warga dan kewargaan secara jelas merupakan bangun politik, yang
menggambarkan sifat hubungan yang dimiliki individu dengan institusi Negara dan
masyarakat sipil. Warga dapat dipandang sebagai anggota masyarakat yang mempertahankan
beberapa gagasan kepentingan umum, dan gagasan kewargaan diikat dengan gagasan
demokrasi. Warga dibedakan dari nasabah (customers), klien dan consumer. Terutama
menarik ilham dari sektor swasta, nasabah dan consumer yang berhubungan dengan
organisasi sebagai pembeli yang memilih barang dan pelayanan klien bergantung pada dan
sebagian besar tunduk pada, keahlian professional; warga mempunyai kesadaran yang jauh
melebihi bidang mereka sendiri dan berkepentingan untuk “mempengaruhi keputusan publik
yang mempengaruhi kualitas kehidupan lokal”, mungkin dengan mengorbankan kepentingan
perorangan mereka sendiri (Burns et al., 1994; Gyford, 1991). Kedua, masyarakat bukan
dalam posisi yang diperintahkan tetapi sebagai teman sejajar (partner) pemerintah dalam
mengelola pemerintahan dan pembangunan. Ketiga, partisipasi bukanlah pemberian
Pemerintah tetapi sebagai hak warga masyarakat. Keempat, warga bukan sekedar objek pasif
penerima manfaat kebujakan pemerintah, tetapi sebagai aktor atau subjek yang aktif
menentukan kebijakan. Warga yang aktif didefinisikan sebagai agen demokrasi, yang
memberdayakan diri mereka sendiri melalui tantangan mereka terhadap aktivitas institusi dan
organisasi yang membentuk kehidupan sehari-hari mereka. Kewarganegaraan adalah tentang
kontribusi, atau input, dari individu kepada hubungan kolektif, dan hubungan antara individu
dan hubungan mereka yang lebih luas dengan masyarakat. Warga diharapkan terlibat dalam
urusan publik dan memberikan kontribusi terhadap isu-isu dalam urusan publik (Raco dan
Imri, 2000).
Cara pandang baru menempatkan posisi masyarakat itu secara historis yang
mempengaruhi haluan baru pembangunan dan mempengaruhi haluan baru pembangunan dan
Pemerintahan, meski secara empirik belum menjadi kenyataan. Kaum miskin, misalnya,
sekarang ditempatkan sebagai pemangku kepentingan pembangunan. Partisipasi juga
dipandang dengan tujuan, bukan hanya proses atau cara untuk mencapai tujuan, sehingga
muncul agenda pemberdayaan yang menghubungkan partisipasi dengan demokrasi,
kewargaan dan kesetaraan. Partisipasi dilihat sebagai kekuatan besar untuk transformasi
10
relasi sosial, ekonomi dan politik yang telah lama membuat kemiskinan. Sekarang agenda
penanggulangan kemiskinan mulai menempatkan kaum miskin dalam posisi yang terhormat,
memberi ruang pada mereka untuk mengembangkan partisipasi dan prakarsa lokal, sehingga
konsep kaum miskin sebagai penerima manfaat proyek tidak terlalu relevan dibicarakan.
Literatur klasik selalu menunujukkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi program pembangunan. Tetapi
apa makna substantif yang terkandung dalam sekuen-sekuen partisipasi itu? Partisipasi
adalah voice, akses dan kontrol warga masyarakat terhadap pemerintahan dan pembangunan
yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Pertama, voice adalah hak dan tindakan warga masyarakat menyampaikan aspirasi,
gagasan, kebutuhan, kepentingan, dan tuntutan terhadap komunitas terdekatnya maupun
kebijakan pemerintah. Tujuannya adalah mempengaruhi kebijakan Pemerintah maupun
menentukan agenda bersama untuk mengelola kehidupan secara kolektif dan mandiri.
Kedua, akses berarti kesempatan, ruang dan kapasitas masyarakat untuk masuk dalam
arena governance, yakni mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta terlibat aktif
mengelola barang-barang publik. Akses warga terhadap pelayanan publik termasuk dalam
rubrik ini. Ada dua hal penting dalam akses: keterlibatan secara terbuka (inklusi) dan
keikutsertaan/keterlibatan (involvement). Keduanya mengandung kesamaan tetapi berbeda
titik tekannya. Inklusi menyangkut siapa yang terlibat, sedangkan involvement berbicara
tentang bagaimana masyarakat terlibat. Keterlibatan berarti ketersediaan ruang dan
kemampuan bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses politik, terutama kaum miskin,
minoritas, rakyat kecil, perempuan, dan lain-lain. Akses akan menjadi arena titik temu antara
warga dan pemerintah. Pemerintah wajib membuka ruang akses warga dan memberikan
layanan publik, terutama pada kelompok-kelompok marginal. Sebaliknya warga secara
bersama-sama proaktif mengidentifikasi problem, kebutuhan dan potensinya maupun
merumuskan gagasan pemecahan masalah dan pengembangan potensi secara sistematis.
Pemerintah wajib merespons gagasan warga sehingga bisa dirumuskan visi dan kebijakan
bersama dengan berpihak pada kemitraan dan kepercayaan.
Ketiga, kontrol warga masyarakat terhadap lingkungan komunitasnya maupun proses
politik yang terkait dengan pemerintah. Kita mengenal kontrol internal (self-control) dan
kontrol eksternal. Artinya kontrol bukan saja mencakup kapasitas masyarakat melakukan
11
pengawasan (pemantauan) terhadap kebijakan (implementasi dan risiko) dan tindakan
pemerintah, tetapi juga kemampuan warga melakukan penilaian secara kritis dan reflektif
terhadap risiko-risiko atas tindakan mereka. Kontrol internal ini sangat penting karena
masyarakat sudah lama berada dalam konteks penindasan berantai: yang atas menindas yang
ke bawah, sementara yang paling bawah saling menindas ke samping. Artinya kontrol
eksternal digunakan masyarakat untuk melawan eksploitasi dari atas, sementara self-control
dimaksudkan untuk menghindari mata rantai penindasan sesama masyarakat, seraya hendak
membangun tanggung jawab social, komitmen dan kompetensi warga terhadapat segala
sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Partisipasi dan desentralisasi (otonomi daerah) tentu mempunyai hubungan simbiosis.
Pada suatu pihak, desentralisasi yang berhasil memerlukan beberapa partisipasi lokal.
Kedekatan pemerintah lokal dengan konstituen mereka akan memungkinkan mereka
merespons secara lebih baik terhadap kebutuhan lokal dan menyesuaikan secara efisien
pengeluaran publik dengan kebutuhan perorangan hanya jika informasi mengalir antar warga
Negara dan pemerintah lokal. Pada pihak lain, proses desentralilasi sendiri dpaat
meningkatkan kesempatan partisipasi dengan menempatkan lebih banyak kekuasaan dan
sumberdaya pada tingkat pemerintah yang lebih dekat, lebih dikenal, dan lebih muda
dipengaruhi. Dalam lingkungan dengan tradisi partisipasi warga Negara buruk, desentralisasi
dapat merupakan langkah pertama yang penting dalam menciptakan kesempatan interaksi
rakyat-negara yang teratur,dapat diramalkan.
Hubungan simbiosis antara desentralisasi dan partisipasi ini dapat mengarah pada
garis pedoman kebijakan yang agak bertentangan. Mekanisme partisipasi warga Negara dapat
dianggap sebuah prasyarat yang sangat berguna ketika mengevaluasi prospek desentralisasi
harus memperhitungkan kesempatan dan keterbatasan yang ditentukan oleh saluran
partisipasi lokal yang ada. Kekurangan mekanisme partisipatoris, bagaimanapun, dapat
membantu menciptakan tuntutan lokal terhadap saluran partisipatoris yang lebih banyak
untuk menyuarakan prefensi. Saluran partisipasi yang dilembagakan dan kemampuan orang
untuk menggunakan saluran tersebut harus dipertimbangkan dalam desain desentralisasi.
Pemilu lokal yang jujur dan teratur, semaraknya forum warga, dan tingkat modal sosial yang
tinggi (kesatuan komunitas dan sejarah kerja sama) memungkinkan warga Negara untuk
menandai prefensi mereka secara efisien dan menjalankan pemenuhan keinginan mereka oleh
pemimpin.
12
Penilaian seberapa banyak input warga mempengaruhi tindakan pemerintah lokal
memberikan titik permulaan untuk mendesain kebijakan desentralisasi. Kondisi awal
semacam itu membantu menentukan tingkat yang pada tingkat itu desentralisasi akan
meningkatkan responsifitas pemerintah keseluruhan terhadap warga dan memberikan garis
petunjuk bagi pelibatan tindakat peningkatan partisipasi dalam kebijakan desentralisasi.
Pemilu teratur, referendum lokal, forum warga, dewan publik, dan struktur kelembagaan
lainnya merupakan memperbaiki kemampuan pemerintah lokal untuk mengindentifikasi dan
bertindak menurut preferensi warga Negara. Tingkat modal sosial, yang menentukan
bagaimana sebaiknya warga Negara dapat memanfaatkan rencana institusional untuk
berpartisipasi, lebih lambat berkembang dan lebih sulit untuk menentukannya.
Desentralisasi mengandalkan pada partisipasi untuk memperbaiki alokasi pelayanan,
tetapi ia tidak memerlukan jenis input warga Negara yang luas disebutkan di depan. Dalam
kasus di mana pemerintah lokal tidak dipilih, di mana proses pemilihan mengistimewakan
sekelompok kecil elit, atau di mana tingkat modal sosial yang rendah menghalangi pertukaran
aktif, proses desentralisasi dapat didesain untuk membangun jenis partisipasi yang lebih
terbatas. Mekanisme isu-khusus dan proyek khusus untuk meningkatkan arus informasi
antara pemerintah dan warga Negara sering dapat dengan lebih cepat dan lebih mudah pada
tingkat lokal daripada di pemerintah pusat.
Partisipasi warga dapat dibenarkan dalam hubungannya dengan legitimasi berorientasi
input dan output, dan ia dapat memberikan kontribusi terhadapat efektivitas system.
Legitimasi berbasi input mengungkapkan nilai partisipasi luas dalam governance, yang
memperlihatkan, yang memperlihatkan perlunya penentuan sendiri dan persetujuan rakyat, di
mana nilai-nilai demokrasi sangat kuat. Partisipasi warga di luar pemilihan memberi saluran
lebih lanjut bagi rakyat untuk mengungkapkan preferensi mereka, dan teori yang
berhubungan dengan demokrasi partisipatoris memuat unsur-unsur yang berhubungan dengan
legitimasi input. Pateman yang mengupas karya Rousseau, Mikk dan Cole, menunjuk pada
tiga alasan mengapa partisipasi luas diperlukan sekali ia mendidik partisipan, ia memberi
warga kontrol, dan ia menghasilkan identitas komunitas. Pemerintah demokratis, yang
dipedomani oleh input partisipasi warga, hanya menghasilkan kebijakan, karena ia tidak akan
mungkin setuju pada kegiatan-kegiatan yang tidak adil. Partisipasi warga mendukung sistem
partisipatoris, karena”kualitas yang diperlukan warga adalah kualitas proses partisipasi itu
13
sendiri yang mengembangkan dan membantu perkembangan” (Pateman, 1970:25). Partisipasi
warga membantu mendidik rakyat dalam seni partisipasi.
Partisipasi warga juga dapat memberikan kontribusi terhadap legitimasi berbasis-
output. Keterbilatan warga membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya
akan membantu menjamin persetujuan publik, dan ini pada gilirannya akan membantu
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Mereka yang terlibat dalam penyiapan
kebijakan dan permusyawaratan kebijakan lebih mungkin untuk tunduk ketika kebijakan itu
berlaku, khususnya jika mereka adalah dikalangan mereka dari mereka yang dipengaruhi dan
mendapat dampak. Pembenaran ini adalah pembenaran yang timbul dari perdebatan terdahulu
dan lebih belakangan ini. Pateman berargumen partisipasi “membantu penerimaan keputusan
bersama” (1970: 43). Demikian pula, model-model keterlibatan misalnya debat publik,
keterlibatan dari mereka yang dipengaruhi, atau keterlibatan para ahli dibenarkan secara
fungsional dengan alasan bahwa mereka membantu meningkatkan penerimaan dan
pemecahan persoalan atau membantu memfasilitasi pelaksanaan. Partisipasi ini dapat juga
membantu pembuat kebijakan lebih tahu, dan karena para wakil dan kaum profesional
membuat keputusan yang didasarkan pada pengetahuan publik dan keahlian politik dan
profesional
Partisipasi tentu tidak datang dengan sendirinya. Hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat tidak serta merta terbangun secara demokratis dan partisipatif, sebab pemerintah
dimanapun akan cenderung otoritarian dan sentralistik bila tidak dihadapkan pada
pembatasan kekuasaan kekuasaan dan kontrol dari luar yang kuat. Di era otonomi daerah
sekarang, munculnya wacana dan gerakan partisipasi bukan semata inisatif dari pemerintah,
melainkan juga karena peran kekuatan-kekuatan intermediary dari sejumlah organisasi
masyarakat sipil. Begitu banyak lembaga non pemerintah (NGO) di Indonesia yang terus-
menerus memperjuangkan partisipasi masyarakat untuk membangkitkan suara rakyat dan
menentang dominasi elite dalam proses politik dan pembangunan.
C. Partisipasi dalam Demokrasi
Secara konstitusional, prinsip demokrasi dirumuskan dalam UUD Tahun 1945,
diantaranya pada Pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, yang diperkuat dengan isi Pasal 28 yang
menegaskan makna demokrasi terealisasi dengan adanya jaminan negara atas kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
14
Secara teoritis, terdapat sejumlah indikator empirik dalam praktek negara yang
demokratis diantaranya: adanya Pemilu, terlaksananya prinsip check and balances, adanya
rotasi kekuasaan yang obyektif, adanya partai politik yang demokratis, adanya kemerdekaan
hak-hak dasar, persamaan didepan hukum, dan akuntabilitas pejabat penyelenggara
pemerintahan dan kelembagaan negara.
Demokrasi yang kita inginkan adalah adanya mekanisme partisipasi rakyat yang
mampu mengawasi dan mengkontrol tindakan pengelola negara (Legislatif, Eksekutif,
Yudikatif). Dalam konteks ini, demokrasi yang perlu kita tegakkan adalah mekanisme politik
yang mengedepankan partisipasi setiap warga negara untuk berhak dalam menentukan
kebijakan pemerintahan sekaligus memiliki daya kontrol melalui adanya perlakuan yang
sama dalam kedudukan hukum dan pemerintahan. Artinya nilai demokrasi yang akan kita
kembangkan berhubungan dengan kualitas hubungan timbal balik antara pemerintah dan
pengelola kelembagaan negara dengan yang diperintah atau masyarakat umum.
Bagaimana rakyat dapat berpartipasi? Pertanyaan ini dapat diterangkan dari paparan
Robert Dahl (1971), yang menegaskan bahwa ada dua dimensi demokrasi yang satu sama lain
saling berkaitan. Dimensi pertama adalah tersedianya peluang persaingan bebas dan terbuka
untuk mendapatkan semua kedudukan dan kekuasaan. Dimensi kedua adalah terdapatnya
jaminan bagi partisipasi politik seluruh warga negara. Dalam konteks ini dapatlah kita
mengerti bahwa negara yang menerapkan demokrasi adalah negara yang mendorong warga
masyarakatnya untuk berinisiatif dan kreatif dalam mendapatkan jabatan atau kekuasaan
politik sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut, dimana mekanismenya
berlangsung melalui adanya pemilihan yang bersifat umum, bebas, rahasia, dan setara.
Karena itu, tidak ada artinya demokrasi tanpa adanya pemilihan umum. Pemilihan
umum yang memenuhi prinsip-prinsip demokrasi adalah Pemilu yang diselenggarakan secara
teratur dan terjadwal dengan sistem pemilihan langsung yang bebas dan rahasia.
Bagaimanakah cara menghasilkan Pemilu yang demokratis? Pemilu yang obyektif harus
dikendalikan oleh satu lembaga yang independen. Penyelenggara Pemilu tidak boleh
memihak pada salah satu kontestan atau peserta Pemilu. Selain itu, setiap warga negara
dalam menetapkan pilihannya haruslah terlindungi dan dijamin dengan undang-undang,
sehingga pilihannya merupakan suara nurani yang murni tanpa adanya paksaan, tekanan,
intimidasi dari pihak-pihak tertentu yang mengedepankan cara-cara inkonstitusional dalam
meraih kepentingannya.
Pemilu bukan hanya merupakan sarana mencari kekuasaan bagi partai, tetapi partai
membutuhkan dukungan suara sebagai modal untuk legitimasi pemerintahan yang dibentuk
15
oleh partai pemenang Pemilu. Karena itu, simpati masyarakat harus didapatkan oleh partai
politik peserta pemilu dengan berbagai aktivitas yang bernuansa pendidikan politik bagi
rakyat. Tujuan dari upaya meningkatkan partisipasi publik dalam Pemilu ini terkait dengan
pernyataan Almond dan Powell yang menyatakan bahwa sistem-sistem modern dimana
struktur politiknya berbeda-beda (partai-partai politik, kelompok kepentingan, dan media
massa) yang berkembang membentuk aktivitas budaya politik participant.
D. Partisipasi dan Pendidikan Politik
Proses demokratisasi dapat didekati dari partisipasi publik yang dilakukan sengaja
melalui disain kelembagaan (Marijan, 2010:128). Namun realitasnya di Indonesia,
demokratisasi tidak cukup hanya mengandalkan disain kelembagaan, dimana tersedianya
berbagai perundang-undangan yang menjamin kebebasan berpendapat, berekspresi, dan
berorganisasi ternyata tidak serta merta mendorong adanya partisipasi publik (disconnected
electoral). Pemilu tahun 2004 menjadi contoh, dimana corak kesukarelaan (voluntary)
pemilih untuk menyumbang partai politik yang sangat rendah, bahkan corak partisipasi
politiknya cenderung berhubungan dengan ’transaksi-transaksi material’ (Marijan, 2008:130).
Adanya komunikasi dan pendidikan politik yang efektif merupakan instrumen yang
signifikan dalam pengembangan partisipasi politik rakyat yang sering diperhatikan dalam
pelaksanaan Pemilihan Umum di negara-negara demokratis. Karena itu, tingkat partisipasi
politik masyarakat di negara berkembang merupakan masalah yang menarik bagi para ahli
politik. Secara umum definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok
orang yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih
pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Kegiatan berpartisipasi tersebut diantaranya, memberikan suara
pada Pemilu, menghadiri rapat umum (kampanye), menjadi anggota parpol atau organisasi
sosial politik yang underbauw partai politik, mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah atau parlemen yang bertujuan politik.
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya No Easy Choice: Political
Participation in Developing Countries menyatakan bahwa: partisipasi politik adalah kegiatan
warganegara yang bertidak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau illegal, efektif atau tidak efektif (Budiardjo, 1988:3).
16
Pemikiran mengenai partisipasi politik bagi negara demokratis berangkat dari prinsip
kedaulatan adalah ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkaan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-
orang yang akan menduduki jabatan-jabatan publik dan politis. Jadi partisipasi politik
merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh
masyarakat. Dalam negara demokratis makin banyak masyarakat mengambil peran makin
baik.
Partisipasi dapat berbentuk otonom (autonomous participation) dan partisipasi yang
dimobilisasi (mobilized participation). Pada umumnya orang beranggapan partisipasi politik
dalam bentuk yang positif saja, tetapi Huntington dan Nelson beranggapan bahwa
demonstrasi, teror, pembunuhan (lawan) politik, dan bentuk kekerasan lain yang bermotif
politik juga merupakan bentuk partisipasi. Namun Verba (Budiardjo: 1998) tidak mau masuk
dalam bentuk partisipasi yang rumit tersebut, akan tetapi membatasi diri pada tindakan-
tindakan yang legal. Metode atau cara berpartisipasi, intensitasnya terkait dengan keterikatan
atau posisi politik yang dimiliki seseorang.
Bagaimanakah warganegara atau orang-orang dapat rasional dalam
mengejawantahkan partisipasi politiknya? Hal ini dapat berlangsung manakala sudah
mengalami pendidikan politik, karena itu merupakan bagian dari pendidikan orang dewasa.
Khususnya diarahkan pada upaya membina kemampuan mengaktualisasikan-diri sebagai
pribadi yang otonom bebas dan pada sosialisasi-diri (pengembangan dimensi sosialnya),
dalam kaitannya dengan statusnya selaku warga Negara di suatu Negara. Aktualisasi-diri
dapat ditafsirkan sebagai sebagai mengaktualkan segala bakat dan kemampuan, sehingga
pribadi bias berkembang, lalu menjadi aktif dan kreatif, berkarya aktualisasi-diri sebagai
pribadi yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap sesama mahkluk hidup, dan
terhadap Tuhan. Selanjutnya dia berkewajiban memberikan partisipasi sosialnya kepada
masyarakat dan Negara selaku warga-masyarakat dan warganegara yang susila dan
bertangung jawab.
Senyatanya, dalam masyarakat modern sekarang, partisipasi penuh dan bertanggung
jawab dari rakyat itu tidak bisa berlangsung secara otomatis. Hal ini disebabkan antara lain
oleh kejadian sebagai berikut :
1. Terlalu kompleksnya susunan masyarakat modern dengan dimensi-dimensi sosial
dan politik yang saling terkait, yang sulit dipahami oleh orang awam, sehingga
orang tidak tahu bagaimana cara berpartisipasi di medan politik.
17
2. Banyak orang merasa tidak berdaya secara fisik maupun mental ideologis untuk
memahami, terlebih lagi untuk ikut mempengaruhi proses-proses sosial dan politik
di tengah masyarakat.
3. Masyarakat pada umumnya dengan sengaja lebih banyak difungsikan sebagai
obyek politik, konsumen politik dan pengikut politik yang total patuh tunduk,
tanpa mampu memahami kedudukan selaku warganegara di tengah macam-
macam struktur politik. Mereka merupakan “arus bawah” yang pada umumnya
ditekan oleh “majikan-majikan di atas”. Pada umumnya tidak menyadari adanya
hegemoni politik supremasi politik.
Sehubungan dengan kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan dan
ketidaktahuan politik, kemudian untuk merangsang partisipasi politik secara aktif dari rakyat
dalam usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik di alam demokrasi kita
sekarang. Hal ini sesuai dengan isi yang tersirat dalam Sila Keempat Pancasila kita. Sebab
tujuan pendidikan politik antara lain ialah:
1. Membuat rakyat menjadi melek-politik/sadar politik.
2. Meningkatkan kreatifitas rakyat dalam partisipasi sosial politik di era
pembangunan
3. Menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih nyaman dan
sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia.
Berkaitan dengan perilaku politik, dalam komunitas politik itu terjadi dua proses,
yaitu :
1. Pendidikan politik yang dilakukan secara intensional ( dengan sengaja dan dengan
tujuan tertentu);
2. Sosialisasi politik, yaitu proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan.
Sosialisasi politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan
tanpa refleksi harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari
struktur-struktur politik yang ada di masyarakat. Sedang pendidikan politik ialah untuk
mengarahkan anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah
kehidupan politik.
Telah kita simak, bahwa politik antara lain diartikan sebagai kegiatan menggunakan
kekuasaan dalam satu wilayah yang disebut Negara, untuk menyelesaikan : masalah-masalah
rakyat, dan pengaturan lembaga-lembaga negara beserta fungsinya
18
Sedang negara itu berasal ada dari kemauan rakyat, dan dengan sengaja dijadikan dari
kemauan rakyat, serta dengan sengaja pula dijadikan alat oleh rakyat untuk mencapai tujuan-
tujuan hidup tertentu.
Negara merupakan hasil persetujuan bersama sejumlah rakyat yang bertekad bulat
untuk membangun satu “wadah hidup” yaitu Negara. Karena Negara adalah sesuatu dari,oleh
dan untuk sekelompok manusia yang disebut RAKYAT tadi. Maka sudah ada kesadaran
politik pada rakyat. Negara merupakan organisasi politik yang berpemerintahan sendiri dan
menjalankan kekuasaannya lewat perorangan (kepala Negara) serta kelembagaanya yang
mewakili seluruh rakyat. Dengan begitu Negara tidak hanya menjadi urusan para elite
penguasa saja, akan tetapi menjadi : urusan seluruh rakyat untuk ikut serta menegakkan,
mengatur dan mempertahankan keberadaan Negara tersebut.
Agar rakyat benar-benar memahami hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara,
dan bisa berperan serta secara politik, rakyat memerlukan pendidikan politik yang sangat
diperlukan untuk legalitas perjuangan politik dalam meraih tujuan sosial-ekonomi dan
tujuan-tujuan politik tertentu. Selanjutnya, perjuangan politk selalu berlangsung dalam situasi
bertemunya macam-macam kekuatan sosial dan politik, dengan struktur organisasi, cara kerja
dan tujuan politik masing-masing. Maka di Negara/pemerintahan menuju ke hidup sejahtera.
Sebab partisipasi aktif (berbuat nyata) itu mempunyai pengaruh dan kekuatan, karena rakyat
bisa ikut dalam pengawasan terhadap perbuatan mengatur masyarakat dan Negara. Maka
menjalani proses politik lewat pendidikan politik dan belajar berpolitik tanpa bisa ikut
berbuat politik itu adalah sama saja dengan berenang-renang di atas kasur.
Sebaliknya, melakukan perbuatan politik tanpa pendidikan, dan tanpa “empan papan
(Empan papan adalah suatu sikap tertentu sehingga sikap itu tidak bertentangan dengan keadaan
dan aturan yang terjadi di tempat dan pada waktu tertentu di mana pelakunya tinggal”,
terjemahan bebas) bisa disebut sebagai aktivisme, yaitu berbuat awur-awuran, nekad tanpa
nalar, anarkhi atau perbuatan makar.
Dalam kegiatan pendidikan politik, orang-orang yang tengah belajar itu merupakan
siswanya. Sedang belajar politik itu mengandung konotasi sebagai berikut :
1. Lebih memahami diri sendiri dan situasi-situasi kondisi sekitarnya dalam konteks
Negara.
2. Mampu mawas secara kritis peristiwa-peristiwa politik.
3. Bisa menentukan sikap politik dengan tegas.
4. Sanggup memberikan penilaian yang adil terhadap perisitiwa-peristiwa politik.
5. Mau berbuat politik sesuai dengan hati nurani yang bersih dan bertanggung jawab.
19
Perlu juga diingat bahwa perbuatan manusia dan hasil-hasil karyanya misalnya dalam
bentuk pemerintahan, kekuasaan, lembaga kemasyarakatan, politik, kebudayaan, dan
seterusnya itu tidak akan pernah selesai dan sempurna. Yaitu bukan berupa struktur-struktur
yuridis formal yang mantap, bukan berupa institusi politik yang permanen, juga tidak ada
immanensi parlementer. Segala hasil tidak dengan tangan manusia itu tidak akan pernah
rampung dan sempurna; semuanya masih bisa dipertanyakan relevansinya. Dan menjadi
garapan yang selalu bisa diubah dan diperbaiki/direvisi, disesuaikan dengan prinsip efisiensi
dan tuntutan zaman; demi pemerataan keadilan dan kesejahteraan.
Selanjutnya, demokrasi juga bukan merupakan situasi yang sudah selesai/finished;
tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan digarap tanpa henti-hentinya
menuju kearah kemajuan dan kebaikan. Maka diperlukan pula demokratisasi pribadi
manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat pemerintah, agar
semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang. Dengan demikian,
demokrasi juga mengandung usaha :
1. Memperbesar kekuasaan-menentukan dari opini publik (pendapat umum) dan
partisipasi politik rakyat,
2. ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya pemerintahan menuju
ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Pendidikan politik itu bukan merupakan justifikasi dan rasionalisasi bagi struktur-
struktur kekuasaan yang ada, dengan bantuan alat-alat agogis. Juga bukan berupa sikap
defensive dari pemerintah kritik-kritik rakyat. Bukan pula wujud penyesuaian diri yang pasif
tanpa sadar dari rakyat terhadap situasi sosial dan politik yang tidak/kurang mapan pada saat
ini. Akan tetapi pendidikan politik bersungguh-sungguh ingin membukakan pengertian
kepada rakyat kan :
1. Tempat kedudukan politik warganegara di tengah masyarakat dan di tengah struktur-
struktur politiknya.
2. Hak dan kewajibannya yang seimbang selaku warganegara.
Maka ada kebutuhan pada rakyat yang menanyakan “Apakah semua urusan politik itu
sudah berjalan baik,benar dan adil”? Dan bagaimanakah cara penyelesaian politik yang
paling baik untuk mengatasi masalah-masalah sosial politik yang berkembang di tengah
masyarakat?
Wawasan politik yang kritis yang ditekankan dalam pendidikan politik itu diperlukan
untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial. Kemudian orang mencari
20
kemungkinan alternatif baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara
penyelesaian politik yang paling aman ditempuh. Dengan demikian akan berlangsung proses :
1. Penjernihan wawasan politik mengenai situasinya.
2. Antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-masa mendatang,
disusul dengan :
3. Redifinisi dan pengubahan terhadap pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang
bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga terhadap lembaga-lembaga politik dan
situasi masyarakatnya.
Pendidikan politik tidak bisa dilepaskan dari pandangan hidup/Lebensanschaung
rakyat dan dari struktur masyarakatnya. Jadi pada saat individu itu sadar menjadi
warganegara dan berbuat sebagai warganegara, maka dia melakukan perbuatan politik dan
belajar politik. Dengan begitu warganegara tersebut sadar atau tidak sadar merupakan figur
politik.dan seyogyanya dia memahami peranan politiknya. Juga memahami mengapa dia
harus bersikap kritis, dan untuk tujuan apa dia melakukan suatu perbuatan politik tertentu?
Maka sasaran pokok pendidikan politik adalah: (a) membuat warga Negara menjadi lebih
kritis dan lebih militant, (b) agar bisa menjalankan fungsi politiknya lebih efisien, dan (c)
memberikan sumbangan pada proses demokratisasi sejati di tengah iklim demokrasi.
E. Pemilih Cerdas dan Demokratisasi
Pemilu demokratis dapat tercapai manakala seluruh stakeholdernya yaitu KPU, Partai
Politik, Caleg dan calon peseorangan (DPD), serta pemilih sudah tepat memaknai sistem
Pemilu sesuai dengan asas pelaksanaannya yang secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Sisi lain yang dapat menjamin kualitas Pemilu efektifitas anggaran yang tersedia,
rasionalitas preferensi dan partisipasi pemilih yang tinggi.
Secara kuantitas, maka kontenstan Pemilu 2014 serta Pilkada dinilai banyak pihak
sudah mampu menerjemahkan demokrasi. Keadaan tersebut tergambar dari peserta pemilu
yang multi- partai (tahun 1999 oleh 48 Partai Politik, 2004 oleh 24 Partai Politik, 44 Partai
Tahun 2009, dan 12 Partai tahun 2014), adanya penyelenggara Pemilu yaitu Komisi
Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu yang independen, adanya partisipasi publik
dalam pengawasan dan pemantauan, serta tingginya angka pemilih yang memberikan
suaranya dalam Pemilu tahun 2009 dan 2014 yang lalu. Namun masih ada penilaian yang
tetap memandang Pemilu yang telah berlangsung hanyalah sekedar “pesta politik”, karena
belum mampu menghasilkan pemilih yang cerdas dalam berdemokrasi.
21
Dampak dari pilihan pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014, serta berbagai Pilkada yang
telah berlalu masih jauh dari harapan terbangunnya legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden yang telah dikontrol secara langsung oleh pemilih dalam format konstituensi dalam
berbagai pertemuan-pertemuan dan komunikasi yang teratur dan langsung. Dalam konteks
ini, kecenderungan partisipasi politik pemilih masih ditempatkan pada lajur partisipan politik
yang pasif dan parokial, dimana sebagian besar pemilih menetapkan pilihannya atas
patronase politik yang cenderung memiliki basis nilai memilih (preferensi) yang kurang
dilandasi atas kesadaran dan rasional bahwa kualitas dan kapasitas sebagai partai politik,
calon Presiden, calon Gubernur, calon DPD, dan calon Bupati/Walikota berdasarkan daya
penariknya (soft power) bagi pemilih pada Pemilu yang telah berlangsung. Artinya
kecerdasan pemilih belum menjadi dasar prilaku pemilih dalam Pemilu 2009 dan 2014 yang
lalu. Mengapa demikian?, salah satunya adalah karena lemahnya kualitas hasil pendidikan
politik dan adanya distorsi makna demokratisasi.
Pemilih cerdas yang kita inginkan adalah pemilih yang menggunakan rasionalitasnya
sebagai basis keterpikatannya (attraction) pada pilihannya. Karena pemilih yang cerdas yang
mampu menghasilkan pemimpin yang memiliki legitimasi kedaulatan rakyat. Selain itu,
pemilih yang cerdas yang mampu mengawasi dan mengisi kapasitas otoritas moral pimpinan
yang dipilihnya, yang prosesnya memerlukan rentang waktu dan mempersyaratkan
kapabilitas pemimpin yang mumpuni mengelola (managable) dengan nilai lebih yaitu
kemampuan berfikir sistemik.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Kabupaten Deli Serdang
Sebelum Perang Dunia II atau tegasnya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17-8-1945, Kabupaten Deli Serdang adalah merupakan daerah Kesultanan Deli dan
Serdang. Kesultanan Deli berkedudukan di Medan dan Kesultanan Serdang berkedudukan di
Perbaungan. Kedua wilayah tersebut dalam masa penjajahan adalah merupakan Keresidenan
Sumatera Timur sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kekuasaan kesultanan berakhir
dan struktur pemerintah disesuaikan dengan pemerintah Indonesia dan kesultanan Deli dan
Serdang dijadikan daerah Kabupaten Deli Serdang.
Daerah Kabupaten Deli Serdang juga merupakan daerah yang cukup terkenal di
kawasan nusantara, terutama karena devisa Negara yang berasal dari hasil bumi Kabupaten
Deli Serdang yang sangat potensial seperti karet, tembakau dan kelapa sawit. Melalui
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru telah kelihatan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor di Kabupaten Deli Serdang, dimana sektor pertanian
dan perkebunan menjadi pemeran utama dalam meningkatkan pendapatan para petani di
Kabupaten Deli Serdang.
Sejalan dengan lanjutnya pembangunan, maka pembangunan di bidang politik pun
berjalan cukup mantap, stabil dan dinamis, dengan adanya kerjasama yang harmonis antara
kekuatan sosial politik di kawasan ini merupakan modal yang tidak terhitung nilainya dalam
mewujudkan demokrasi Pancasila. Semangat persatuan dan kesatuan selalu menjiwai
pemerintah daerah Deli Serdang sehingga kestabilan politik tetap mantap dan terkendali.
Disamping itu, peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah terus bersinergi demi
berkesinambungannya pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang adil dan berkemakmuran.
A.1. Letak dan Keadaan Geografi
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur
Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara,
3016” dan 98033”- 99027” Bujur Timur dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan
laut.
Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,22 Km2 yang terdiri dari 22
Kecamatan, 380 desa dan 14 Kelurahan . Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan
23
Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan
di sebelah Timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan
penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak
mengandung uap air, sehungga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan
Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus
sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setengah tahun setelah melewati masa
peralihan bulan April-Mei dan Oktober-November. Menurut catatan Stasiun Klimatologi
Sampali, pada tahun 2013 terdapat rata-rata 17 hari hujan dengan volume curah hujan
sebanyak rata-rata 187 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 489 mm
dengan hari hujan sebanyak 22 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan
Maret sebesar 74 mm dengan hari hujan 4 hari.
Tabel IV.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Rasio terhadap Luas Wilayah Kabupaten
Deli Serdang tahun 2014
No Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Rasio terhadap luas
total (%) 1 Gunung Meriah 76,65 3,07 2 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu 223,38 8,94 3 Sibolangit 179,96 7,20 4 Kutalimbaru 174,92 7,00 5 Pancur Batu 122,53 4,91 6 Namo Rambe 62,30 2,49 7 Biru-Biru 89,69 3,59 8 Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir 190,50 7,63 9 Bangun Purba 129,95 5,20 10 Galang 150,29 6,02 11 Tanjung Morawa 131,75 5,27 12 Patumbak 46,79 1,87 13 Deli Tua 9,36 0.37 14 Sunggal 92,52 3,70 15 Hamparan Perak 230,15 9,21 16 Labuhan Deli 127,23 5,09 17 Percut Sei Tuan 190,79 7,64 18 Batang Kuis 40,34 1,62 19 Pantai Labu 81,85 3,28 20 Beringin 52,69 2,11 21 Lubuk Pakam 31,19 1,25 22 Pagar Merbau 62,89 2,52 Jumlah 2.497,72 100,00 Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
24
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi
tenaga kerja akan terus berlangsungnya proses demografi. Bagia dari tenaga kerja yang aktif
dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Pada kondisi 2013, di Kabupaten Deli
Serdang terdapat 815.983 ribu penduduk angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100
penduduk usia kerja.
Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan
kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Meski demikian
jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang
ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja. Pada tahun 2013 dari
total angkatan kerja sebesar 815.983 ribu, sekitar 92,46 persen dari mereka telah bekerja dan
sebagian dari mereka tidak bekerja 7,54 persen.
Tabel IV.2 Banyaknya Desa, Kecamatan, Nama Ibukota Kecamatan, dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Lubuk Pakam
No Kecamatan Nama Ibukota Banyak Desa Banyak
Kelurahan Jarak Ibukota ke
Lubuk Pakam 1 Gunung Meriah G. Meriah 12 - 65 2 STM. Hulu Tiga Juhar 20 - 71 3 Sibolangit Bandar Baru 30 - 71 4 Kutalimbaru Kutalimbaru 14 -- 54 5 Pancur Batu Pancur Batu 25 - 48 6 Namo Rambe Namo Rambe 36 - 48 7 Biru-Biru Biru-Biru 17 - 55 8 STM. Hilir Talun Kenas 15 - 37 9 Bangun purba Bangun Purba 24 - 25 10 Galang Galang 28 1 18 11 Tanjung Morawa Tj. Morawa 25 1 12 12 Patumbak Patumbak 8 - 46 13 Deli Tua Deli Tua 3 3 42 14 Sunggal Sunggal 17 - 40 15 Hamparan Perak H. Perak 20 - 56 16 Labuhan Deli Helvetia 5 - 52 17 Percut Sei Tuan Tembung 18 2 42 18 Batang Kuis Batang Kuis 11 - 12 19 Pantai Labu Pantai Labu 19 - 11 20 Beringin Beringin 11 - 6 21 Lubuk Pakam Lubuk Pakam 6 7 - 22 Pagar Merbau Pagar Merbau 16 - 4
Jumlah 380 14 - Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
25
Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat
menunjang dalam peningkatan mutu pendidikan. Pada tahun 2013 tedapat 261 buah taman
kanak-kanak dengan jumlah murid 12.363 orang dan guru sebanya 793 orang. Sementara itu
untuk sekolah dasar terdapat 812 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing
206.487 orang dan 11.605 orang. Untuk Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) terdapat 246
sekolah, 73.966 orang murid dan 6.033 orang guru.Pada tahun yang sama jumlah sekolah
Lanjutan atas (SMU) umum terdapat 123 sekolah dengan jumlah murid 25.056 orang dan
guru 2.968 orang, untuk Sekolah kejuruan terdapat 125 sekolah, 33.844 orang murid dan
3.435 orang guru.
Selain itu di Deli Serdang juga terdapat sekolah agama (madrasah) yang setara dengan
sekolah umum, yaitu :
- 157 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan 28.311 murid dan 1.171 guru.
- 119 Madrasah Tsanawiyah (MTs) debgab 21.165 murid dan 1.807 guru.
- 34 Madrasah Aliyah (MA) dengan 4.417 murid dan 554 guru.
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan
manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak
langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Kesehatan merupakan salah satu hal
terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
yang memadai sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan amsyarakat sekaligus
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 21 buah
rumah sakit umum (RSU) milik pemerintah dan swasta. Dengan total kapasitas tempat tidur
berjumlah 1.800 buah. Sedangkan puskesmas yang ada berjumlah 34 buah juga terdapat
Puskesmas Pembantu dan Rumah Bersalin masing-masing berjumalh 104 dan 133.
Tenaga Medis yang tersedia di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang ada 163 orang
dokter umum/spesialis dan 72 orang dokter gigi. Sementara itu tenaga medis pemerintah
lainnya seperti perawat/bidan ada 1.709 orang, dengan jumlah apotek umum sebanyak 144
buah. Di Kabupaten Deli Serdang, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2012 jumlah PUS sekitar 322.731 dan meningkat
menjadi 328.273 pada tahun 2013.
26
Tabel IV.3. Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas Wilayah
dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan
No Kecamatan Banyak
Desa/Kelurahan
Luas
Wilayah
(m2)
Banyak
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Penduduk
Persentase
(%)
1 Gunung Meriah 12 76,65 2.632 34 0,14
2 STM. Hulu 20 223,38 12.994 58 0,69
3 Sibolangit 30 179,96 20.756 115 1,10
4 Kutalimbaru 14 174,92 37.758 216 2,00
5 Pancur Batu 25 122,53 89.469 730 4,74
6 Namo Rambe 36 62,30 38.583 619 2,05
7 Biru-Biru 17 89,69 35.887 400 1,90
8 STM. Hilir 15 190,50 32.267 169 1,71
9 Bangun purba 24 129,95 22.749 175 1,21
10 Galang 29 150,29 64.912 432 3,44
11 Tjg. Morawa 26 131,75 202.870 1540 10,75
12 Patumbak 8 46,79 93.522 1999 4,96
13 Deli Tua 6 9,36 63.877 6824 3,39
14 Sunggal 17 92,52 257.070 2779 13,63
15 Hamparan Perak 20 230,15 158.034 687 8,38
16 Labuhan Deli 5 127,23 63.431 499 3,36
17 Percut Sei Tuan 20 190,79 405.434 2125 21,49
18 Batang Kuis 11 40,34 59.281 1470 3,14
19 Pantai Labu 19 81,85 45.440 555 2,41
20 Beringin 11 52,69 55.276 1049 2,93
21 Lubuk Pakam 13 31,19 85.366 2737 4,53
22 Pagar Merbau 16 62,89 38.780 617 2,06
Jumlah 394 2.497,72 1.886.388 755 100
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
27
Tabel IV.4. Data Kecamatan, Penduduk Dewasa dan Anak-anak menurut Jenis
Kelamin tahun 2013
No Kecamatan Jumlah RT
Dewasa
Banyak Penduduk
Anak-Anak
Banyak Penduduk
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Gunung Meriah 801 961 966 365 340
2 STM. Hulu 3.467 4.430 4.270 2.106 2.188
3 Sibolangit 5.829 7189 7399 3180 2988
4 Kutalimbaru 9.426 12.549 12.806 6.243 6.160
5 Pancur Batu 22.430 30.760 31.487 14.046 13.176
6 Namo Rambe 9.745 12.798 13.493 6.291 6.001
7 Biru-Biru 9.158 12.199 12.312 5.834 5.542
8 STM. Hilir 8.380 11.071 10.855 5.323 5.018
9 Bangun purba 5.712 7.725 7.835 3.653 3.536
10 Galang 16.168 22.655 22.489 9.964 9.804
11 Tjg. Morawa 48.068 69.537 69.274 32.762 31.297
12 Patumbak 22.386 31.800 31.414 15.591 14.717
13 Deli Tua 14.761 21.837 23.398 9.612 9.030
14 Sunggal 60.567 89.631 89.882 39.773 37.784
15 Hamparan Perak 38.675 54.933 53.714 25.387 24.000
16 Labuhan Deli 15.041 22.388 21.814 9.857 9.372
17 Percut Sei Tuan 94.492 140.751 141.553 63.043 60.087
18 Batang Kuis 13.955 20.347 20.034 9.713 9.187
19 Pantai Labu 10.683 15.595 14.589 7.836 7.420
20 Beringin 13.056 19.240 18.900 8.784 8.352
21 Lubuk Pakam 20.133 29.689 31.2014 12.632 11.841
22 Pagar Merbau 9.465 13.051 13.255 6.139 6.335
Deli Serdang 452.398 651.136 652.943 298.134 284.175
Sumber: Kabupaten Deli Serdang dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Deli Serdang
Data hasil survai ini berorientasi pada lokasi bermukim 400 responden di 22 (dua
puluh dua) Kecamatan yang tersebar di 80 desa. (Nama Kecamatan dan Kelurahan,
terlampir). Profil responden memiliki korelasi terhadap beragam aspek yang terkait dengan
pemilu, terutama tingkat partisipasi, referensi pilihan, dan penilaian responden terhadap
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
28
Tahun 2013, partai politik, dan caleg yang dipilihnya pada pemilu Legislatif Tahun 2014
serta Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Pilpres Tahun 2014.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Laki-laki 201 50,25 50,25 50,25
Perempuan 199 49,75 49,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.5. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin responden terdiri dari 201 orang laki-laki (50,25 %) dan 199 orang
perempuan (49,75 %), serta berstatus kepala keluarga 178 orang (44,50 %), 177 orang (44,25
%) berstatus istri, dan 45 orang berstatus anak dalam rumah tangga responden penelitian ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Anak 45 11,25 11,25 11,25Istri 177 44,25 44,25 55,50Kepala Keluarga 178 44,50 44,50 100,00Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.6. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
B. Purba 5 1,25 1,25 1,25
Bandar baru 5 1,25 1,25 2,50
Bandar Khalifah 5 1,25 1,25 3,75
Bandar Kuala 5 1,25 1,25 5,00
Baru 5 1,25 1,25 6,25
Batu Layang 5 1,25 1,25 7,50
Batu Penjemuran 5 1,25 1,25 8,75
Bingkawan 5 1,25 1,25 10,00
Bintang Meriah 5 1,25 1,25 11,25
Biru-Biru 5 1,25 1,25 12,50
29
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Bulu Cina 5 1,25 1,25 13,75
Deli Tua Barat 5 1,25 1,25 15,00
Denai Sarang Burung 5 1,25 1,25 16,25
Durian 5 1,25 1,25 17,50
Galang Barat 5 1,25 1,25 18,75
Galang Kota 5 1,25 1,25 20,00
Gunung Rintih 5 1,25 1,25 21,25
Helvetia 5 1,25 1,25 22,50
Helvetia Sunggal 5 1,25 1,25 23,75
Hulu 5 1,25 1,25 25,00
Jaba 5 1,25 1,25 26,25
Jati Kesuma 5 1,25 1,25 27,50
Juhar Baru 5 1,25 1,25 28,75
K.S Kampung 5 1,25 1,25 30,00
Karang Anyar 5 1,25 1,25 31,25
Kedai Durian 5 1,25 1,25 32,50
Kenanga 5 1,25 1,25 33,75
Kolam 5 1,25 1,25 35,00
Kuala Dekah 5 1,25 1,25 36,25
Kuta Jurung 5 1,25 1,25 37,50
Kuta Tengah 5 1,25 1,25 38,75
Kuta Tualah 5 1,25 1,25 40,00
Lama 5 1,25 1,25 41,25
Lengau Seprang 5 1,25 1,25 42,50
Limau Manis 5 1,25 1,25 43,75
Lubuk Pakam Pekan 5 1,25 1,25 45,00
Mardinding Julu 5 1,25 1,25 46,25
Marjanji Tongah 5 1,25 1,25 47,50
Namo Mbelin 5 1,25 1,25 48,75
Namorube Julu 5 1,25 1,25 50,00
P. Merbau II 5 1,25 1,25 51,25
P. Sibaji 5 1,25 1,25 52,50
Paku 5 1,25 1,25 53,75
30
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Paluhmanan 5 1,25 1,25 55,00
Parbarakan 5 1,25 1,25 56,25
Pasar Melintang 5 1,25 1,25 57,50
Patumbak I 5 1,25 1,25 58,75
Penara Kebun 5 1,25 1,25 60,00
Perguroan 5 1,25 1,25 61,25
Petapahan 5 1,25 1,25 62,50
Pisang Pala 5 1,25 1,25 63,75
Rambung baru 5 1,25 1,25 65,00
Rantau Panjang 5 1,25 1,25 66,25
Rumah Pilpil 5 1,25 1,25 67,50
Rumah Sumbul 5 1,25 1,25 68,75
Salam Tani 5 1,25 1,25 70,00
Sembahe 5 1,25 1,25 71,25
Sena 5 1,25 1,25 72,50
Sialang 5 1,25 1,25 73,75
Sibaganding 5 1,25 1,25 75,00
Sibunga-bunga Hilir 5 1,25 1,25 76,25
Sidodadi 5 1,25 1,25 77,50
Sidodadi Ramunia 5 1,25 1,25 78,75
Sigara-Gara 5 1,25 1,25 80,00
SM Diski 5 1,25 1,25 81,25
Sudirejo 5 1,25 1,25 82,50
Suka Dame 5 1,25 1,25 83,75
Sukarende 5 1,25 1,25 85,00
Sumbul 5 1,25 1,25 86,25
T. Selamat 5 1,25 1,25 87,50
Tanjung Anom 5 1,25 1,25 88,75
Tanjung Muda 5 1,25 1,25 90,00
Tanjung Mulia 5 1,25 1,25 91,25
Tanjung Siporkis 5 1,25 1,25 92,50
Telaga Sari 5 1,25 1,25 93,75
Telaga Tujuh 5 1,25 1,25 95,00
31
Tabel IV.7. Komposisi Responden berdasarkan Kelurahan/Desa Terpilih
Nama Desa (urutan huruf) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tembung 5 1,25 1,25 96,25
Tiga Juhar 5 1,25 1,25 97,50
Tuntungan II 5 1,25 1,25 98,75
Ujung Labuhan 5 1,25 1,25 100,0
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Lama bermukim penduduk merupakan variabel lain untuk menelusuri integritas
individual terhadap lingkungan sosial, yang tergambar dalam simbol status sosial dan gaya
hidup (life style). Berdasarkan lama bermukim di tempat tinggalnya ternyata 89,25 % (357
orang) responden sudah lebih dari 10 tahun berdiam di lokasi penelitian, namun ada pula 43
orang responden (10,75 %) yang tergolong baru tinggal yaitu di bawah 10 (sepuluh) tahun.
Tabel IV.8. Komposisi Responden berdasarkan lama tinggal
di daerah ini
Lama Tinggal di desa Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 1 0,25 0,25 0,25
Kurang dari setahun 1 0,25 ,0,25 0,50
1-2 tahun 2 0,50 0,50 1,00
3-4 tahun 5 1,25 1,25 2,25
5-6 tahun 10 2,50 2,50 4,75
7-8 tahun 12 3,00 3,00 7,75
9-10 tahun 12 3,00 3,00 10,75
Diatas 10 tahun 357 89,25 89,25 100,00
Total 400 100,0 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia antara <21 – 60> (antara usia 17
tahun sampai di atas 60 tahun) dimana terdapat 5,50 % (22 responden) dalam kelompok usia
pemilih pemula, sedangkan untuk kelompok usia potensial (21 – 60 tahun) sebanyak 346
responden (86,50 %) dan kelompok lansia (lanjut usia) sebanyak 32 responden (8,00 %).
32
Tabel IV.9. Kelompok Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
<21 22 5,50 5,50 5,50
21-30 54 13,50 13,50 19,00
31-40 104 26,00 26,00 45,00
41-50 128 32,00 32,00 77,00
51-60 60 15,00 15,00 92,00
>60 32 8,00 8,00 100,00
Total 400 100,00 100,0
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Berbasis karakter agama, maka responden survai ini terdiri dari beragama Islam 254
orang (63,50 %), Protestan 109 orang (27,25 %), dan Katolik 34 orang (8,50 %), serta Budha
terdapat 3 orang (0,75 %).
Tabel IV.10. Agama Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Islam 254 63,50 63,50 63,50
Protestan 109 27,25 27,25 90,75
Katolik 34 8,50 8,50 99,25
Buddha 3 0,75 0,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Keanekaragaman sosial budaya Sumatera Utara terlihat dari beragamnya latar
belakang suku penduduknya, hal ini tergambar pula dari analisis unit suku (ethnic unit
analysis) responden penelitian ini. Berdasarkan latar belakang etnik responden yang terpilih
dalam penelitian memperlihatkan ragam yang bukan didominasi etnik tempatan yaitu suku
Melayu hanya 34 orang (8,50 %) dan Karo 131 orang (32,75 %). Komposisi etnik masyarakat
yang berdiam di Kabupaten Deli Serdang justru didominasi suku pendatang yaitu Jawa 163
orang (40,75 %). Selain itu terdapat suku Mandailing 18 orang (4,50 %), etnik Batak Toba 17
33
orang (4,25 %), Minang 5 orang (1,25 %), Simalungun 18 orang (4,50 %), Banjar 4 orang
(1,00 %), Sunda 8 orang (2, 00 %) dan Aceh berjumlah 1 orang (0,25 %).
Tabel IV.11. Suku Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Jawa 163 40,75 40,75 40,75
Tionghoa 3 0,75 0,75 41,50
Minang 5 1,25 1,25 42,75
Aceh 1 0,25 0,25 43,00
Banjar 4 1,00 1,00 44,00
Sunda 6 1,50 1,50 45,50
Melayu 34 8,50 8,50 54,00
Toba 17 4,25 4,25 58,25
Mandailing 18 4,50 4,50 62,75
Simalungun 18 4,50 4,50 67,25
Karo 131 32,75 32,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Dari segi jenjang pendidikan yang telah dikecap oleh responden menunjukkan yang
terbanyak berpendidikan menengah atas yaitu sebanyak 199 orang (49,75%). Selain itu,
responden yang berpendidikan tinggi yang sudah menamatkan pendidikannya sebanyak 29
orang (7,25%) dari Perguruan Tinggi/Universitas, yang berjumlah 21 orang (5,25%), serta
96 orang (24,00 %) yang tamat SMP, 41 orang (10,25%) tamat SD dan 22 orang (5,50 %)
tidak menyelesaikan tamat SD serta yang tidak pernah bersekolah sama sekali sebanyak 28
orang (7,00 %).
34
Tabel IV.12. Tingkat Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Menjawab 7 1,75 1,75 1,75
Tidak pernah sekolah 6 1,50 1,50 3,25
Tidak tamat SD 22 5,50 5,50 8,75
Tamat SD 41 10,25 10,25 19,00
Tamat SLTP 96 24,00 24,00 43,00
Tamat SLTA 199 49,75 49,75 92,75
Tamat Akademi/diploma 8 2,00 2,00 94,75
Tamat S-1 atau lebih tinggi 21 5,25 5,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Konsekuensi dari pendidikan yang dikecap responden berhubungan dengan
kemampuan memahami pesan-pesan tertulis dan lisan yang dikomunikasikan oleh partai
politik dan caleg menjelang pemilu legislatif tahun 2014 lalu. Dalam konteks ini, sebesar
99,75 % responden (399 orang) mengakui mampu membaca huruf dan angka.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Bersekolah 394 98,50 98,50 98,50
Bisa 5 1,25 1,25 99,75
Tidak bisa 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.13. Kalau Tidak Sekolah, apakah bisa baca/tulis ?
Berdasarkan status perkawinan, dimana 351 orang (87,75 %) berstatus kawin, 44
orang (11,00) masih berstatus single, terdapat 5 orang (1,25%) berstatus duda/janda.
35
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, Kawin 351 87,75 87,75 87,75
Tidak Kawin 44 11,00 11,00 98,75
Ya,tapi cerai 5 1,25 1,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.14. Status Perkawinan Responden
C.2. Keadaan Ekonomi dan Kelembagaan Sosial
Pekerjaan responden beragam selaras dengan karakter Kabupaten Deli Serdang yang
berkarakter sub-urban dimana mayoritas responden memiliki mata pencaharian sebagai
petani sebanyak 96 orang ( 24,00%), wiraswasta atau mempunyai usaha sendiri yaitu
sebanyak 78 orang (19,50 %). Selain itu, ada pegawai swasta berjumlah 28 orang (7,00%)
dan Buruh 19 orang (4,75 %), guru 9 orang (2,25 %), Tukang Becak 1 orang (0,25%), PNS
12 orang (3,00 %), supir 2 orang (0,50 %), purnawirawan 1 orang (0,25 %), Bidan 2 orang
(0,50%), kepala Dusun 1 orang (0,25 %), Nelayan 1 orang (0,25 %), Pegawai Desa 1 (0,25
%). Sisanya sebanyak 149 orang (37,25%) adalah responden tidak bekerja, seperti Ibu Rumah
Tangga 94 orang, masih bersekolah 33 orang dan sedang dalam mencari pekerjaan 22 orang.
36
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Bekerja 149 37,25 37,25 37,25
Bidan 2 0,50 0,50 37,75
Buruh 19 4,75 4,75 42,50
Guru 9 2,25 2,25 44,75
Kepala Dusun 1 0,25 0,25 45,00
Nelayan 1 0,25 0,25 45,25
Pegawai Desa 1 0,25 0,25 45,50
Pegawai Swasta 28 7,00 7,00 52,50
Petani 96 24,00 24,00 76,50
PNS 12 3,00 3,00 79,50
Purnawirawan 1 0,25 0,25 79,75
Supir 2 0,50 0,50 80,25
Tukang Becak 1 0,25 0,25 80,50
Wiraswasta 78 19,50 19,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.15 Komposisi Responden berdasarkan Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Masih sekolah 33 22,15 22,15 22,15
Ibu rumah tangga 94 63,09 63,09 85,23
Sedang mencari pekerjaan 22 14,77 14,77 100,00
Total 149 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel VI.16. Sebab Responden Tidak Bekerja
Jenis sumber mata pencaharian memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan.
Berdasarkan paparan tersebut, ternyata sebagian besar responden yaitu 146 orang (36,50 %)
memiliki penghasilan dibawah Rp 1 juta, 139 orang (34,75%) memiliki penghasilan sedang
yaitu lebih besar Rp. 1.000.001 -Rp. 2. 000.000,- . Sedangkan 92 orang (23,00 %) termasuk
berpenghasilan tinggi yaitu diatas Rp. 2.000.000,- perbulannya. Responden lainnya tidak
menjawab, sebanyak 23 orang (5,75%).
37
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Menjawab 23 5,75 5,75 5,75
≤ Rp 500.000 48 12,00 12,00 17,75
> Rp 500.000 - Rp 1.000.000 98 24,50 24,50 42,25
> Rp 1.000.00 - Rp 2.000.000 139 34,75 34,75 77,00
> Rp 2.000.001 - Rp 4.000.000 78 19,50 19,50 96,50
> Rp 4.000.001 - Rp 8.000.000 13 3,25 3,25 99,75
> Rp 8.000.000 1 0,25 0,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.17. Pendapatan perbulan
C.3. Kapasitas Sarana Informasi
Media massa dan elektronik merupakan instrumen transfer informasi pengetahuan,
hiburan, berita, maupun nilai-nilai sosial budaya, ekonomi dan politik yang dapat dikenali
dari pesan visual dan audiovisual. Berdasarkan kepemilikannya maka 389 responden (97,25
%) ternyata di rumahnya telah ada televisi, dan 11 responden (2,75 %) menyatakan tidak
memiliki televisi di rumahnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 389 97,25 97,25 97,25
Tidak 11 2,75 2,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.18. Kepemilikan Responden atas Televisi
Selain itu, untuk menambah sumber referensi responden dalam prilaku sosial, budaya,
ekonomi dan politik dilakukan dengan membaca koran, majalah dan sumber bacaan lainnya.
Membaca, menonton TV dan mendengar radio merupakan aktivitas pendukung utama bagi
38
masyarakat untuk memperoleh beragam informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam meningkatkan kualitas prilaku dan referensi pilihan.
Terkait dengan pernyataan tersebut, selain menonton TV dari berbagai stasiun TV swasta dan
nasional, serta mendengar radio dengan frekuensi FM dan AM yang ada di kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang, tampaknya responden juga menambahkan bobot prilakunya sehari-
hari termasuk untuk partisipasi politik dan pilihan politiknya dengan membaca koran,
majalah dan media cetak lainnya dengan cara berlangganan di rumah menurut 26 orang
responden (6,50 %), membaca media cetak yang tersedia di kantor atau tempat aktivitas
menurut 87 orang (21,75%), dan dengan membeli media secara eceran setiap hari maupun
hari-hari tertentu saja menurut 70 orang responden (17,50 %). Sedangkan lainnya, yaitu
sebanyak 217 orang (54,25 %) ternyata tidak membaca media cetak secara reguler.
Selengkapnya mengenai gambaran prilaku responden dalam membaca media cetak dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, berlangganan di rumah 26 6,50 6,50 6,50
Ya, membaca di kantor atau tempat aktivitas
87 21,75 21,75 28,25
Ya, memberi eceran hari-hari tertentu
70 17,50 17,50 45,75
Tidak membaca 217 54,25 54,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.19. Apakah pernah membaca Koran ?
C. 4. Kapasitas Responden Dalam Mengikuti Organisasi Sosial Budaya Dan
Politik
Memasuki organisasi dan kelembagan sosial politik merupakan wadah untuk
membangun pengalaman kepemimpinan dan relasi sosial politik. Dengan melakoni peranan
yang dilabelkan oleh struktur organisasi sosial politik, maka seseorang atau sekelompok
orang dapat meningkatkan kapasitas dan kinerja sosial politiknya. Aktivitas sosial dan
partisipasi dalam politik secara teoritis mewarnai preferensi dan pilihan dalam pemberian
suara dalam pemilu. Karena keikutsertaan dalam organisasi sosial, partai politik, dan
organsisasi keagamaan dapat mempengaruhi pragmatisme, primordialime, rasionalitas, dan
39
demokratisnya seseorang dalam memberikan pilihan dan menawarkan pertimbangan-
pertimbangan yang menentukan kebijakan dan keputusan politik.
Selain itu, berbagai dinamika yang muncul ketika melakukan aktivitas sosial dan
politik menyebabkan seseorang skeptis ataupun optimis terhadap pilihan politiknya, karena
pengalamannya merupakan pedoman untuk menetapkan pilihan politik. Dengan adanya
pengalaman politik ini maka akan meningkatlah kapasitas wawasan politik kritis para
responden penelitian ini, karena wawasan politik yang kritis sebagai manfaat pendidikan
politik itu diperlukan untuk menjawab rasa ketidakpuasan dan kesebalan sosial, yang
selanjutnya dapat membangkitkan kreativitas orang-orang mencari kemungkinan alternatif
baru guna mengubah situasi yang buruk, dan mencari cara penyelesaian politik yang paling
aman ditempuh, yang keadaan ini berlangsung dari proses penjernihan wawasan politik
mengenai situasinya, dan antisipasi dari strategi politik dan segala konsekuensinya di masa-
masa mendatang, yang disusul dengan adanya upaya redifinisi dan pengubahan terhadap
pribadi-pribadi (pemimpin, pejabat) yang bersangkutan dalam posisi dan fungsinya; juga
terhadap lembaga-lembaga politik dan situasi masyarakatnya (Kartini: 2009).
Berdasarkan paparan teoritik tersebut, sebagian besar responden ternyata berprilaku
berbeda dimana mereka bukanlah anggota dari berbagai organisasi sosial politik yang ada
dalam formasi kelembagaan sosial politik Indonesia, terutama kelembagaan yang merupakan
basis pembangun struktur kekuatan politik. Rendahnya aktivitas responden dalam beragam
aktivitas sosial, politik, keagamaan, seni dan budaya, asosiasi profesi, serikat buruh, maupun
LSM secara teoritis menunjukkan prilaku pemilih yang masih bersifat parochyal political
participant (Miriam Budiardjo: 2010). Oleh karena itu sangat menarik untuk mengetahui
siapa saja di antara warga masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan politik dan siapa saja
yang tidak; sampai seberapa besar tingkat partisipasi politik warga masyarakat; siapa yang
berpartisipasi rendah dan siapa yang tinggi; apa ciri-ciri partisipan dan apa ciri-ciri non
partisipan; serta apa dampak partisipasi terhadap keputusan yang dibuat penguasa politik dan
dampak tindakan-tindakan penguasa politik terhadap partisipasi politik.
Terpusatnya perhatian para ilmuwan politik pada kegiatan politik yang dijalankan
oleh anggota masyarakat sebagai warga negara biasa (private citizen menurut istilah
Huntington dan Nelson) berarti bahwa partisipasi politik adalah salah satu bentuk saja dari
kegiatan politik. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warga negara dalam kedudukannya
sebagai rakyat biasa disebut sebagai partisipasi politik, sesuai dengan salah satu ciri dari teori
partisipasi politik yang berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, dan
berhubungan dengan penentuan pejabat-pejabat politik (Rauf, 1991: 10)
40
Tapi kegiatan politik yang dijalankan oleh para penguasa politik mereka juga warga
negara dan anggota masyarakat dalam kedudukan mereka sebagai pengambil keputusan tidak
dapat dinamakan partisipasi politik. Kegiatan itu hanya dapat disebut sebagai kegiatan politik
saja. Jadi, partisipasi politik mengandung adanya sasaran yang ingin dituju, yaitu proses
pembuatan keputusan politik; partisipan bertujuan untuk mempengaruhi keputusan politik
yang akan diambil agar keputusan itu menguntungkannya atau paling tidak, tidak
merugikannya.
Kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh penguasa politik dalam kedudukannya
sebagai pembuat dan pengambil keputusan politik jelas merupakan kegiatan politik. Para
pengambil keputusan ( decision makers) yang menghasilkan keputusan politik, seharusnya
menjalankan kegiatan politik, dalam bentuk mengikutsertakan masyarakat untuk memberikan
masukan yang akan menjadi pertimbangan untuk dijadikan keputusan politik.
Terkait dengan rendahnya partisipasi dan aktivitas masyarakat dalam berbagai
organisasi, kelembagaan dan partai politik. yang menjauhkan atau menyenjangkan penafsiran
dari elite politik terhadap pikiran dan kepentingan pemilihnya. Sedikitnya anggota
masyarakat yang terlibat dalam aktivitas sosial dan politik, berkorelasi pula dengan tingginya
kerahasiaan dan belum pastinya pilihan pemilih dalam menentukan partai politik yang
dicoblos dalam pemilu 2014. Sebaliknya secara teoritis, aktifnya anggota masyarakat dalam
berbagai kelembagaan sosial dan partai politik semakin meningkatkan komunikasi dengan
elit politik, semakin mudah mengakses informasi dan rencana kebijakan publik yang akan
digodok oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Deli
Serdang.
Tabel IV.20. Komposisi Responden berdasarkan anggota aktif, anggota tidak aktif atau
bukan anggota organisasi atau perkumpulan.
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
a.
Organisasi keagamaan (misalnya dalam Islam ada
NU, Muhammadiyah, majlis taklim, remaja mesjid;
kalau dalam Kristen ada HKBP, Methodist, HKI,
GKPS, GBKPdan sebagainya)
51,00% 12,50% 36,50%
b. Organisasi olahraga, seperti klub sepakbola, senam,
bela diri, dll 91,50% 3,75% 4,75%
c. Organisasi sosial, seperti karang taruna, dharma
wanita, PKK, organisasi marga, dll 82,25% 2,25% 15,50%
41
No Jenis Organisasi atau perkumpulan Bukan
anggota
Anggota, tapi
tidak aktif
Anggota
aktif
d. Perhimpuan seni dan budaya, seperti seni suara, seni
lukis, seni tari, dan lain-lain 96,25% 1,00% 2,75%
e. Organisasi profesi, seperti ikatan dokter, PGRI,
pengacara, dll 95,50% 2,00% 2,50%
f. Serikat pekerja/buruh, serikat tani, serikat dagang 97,25% 1,25% 1,50%
g. Lembaga Swadaya Masyarakat 97,25% 1,25% 1,50%
h. Partai politik 97,50% 1,25% 1,25%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Kalau kita perhatikan tabel diatas tergambar bahwa keikutsertaan dari responden
sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi keagamaan (36,50 %) dan
organisasi sosial (15,50 %). Sedangkan yang aktif dalam kegiatan LSM dan partai politik
sangat rendah yaitu masing-masing 1,50 % dan 1,25 %. Gambaran ini memberikan arti
bahwa tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau elite
politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang berdampak
pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit dengan aspirasi
masyarakatnya. Karena secara teori kondisi rakyat yang dalam kondisi serba keterbelakangan
dan ketidaktahuan politik, maka untuk merangsang partisipasi politiknya secara aktif dalam
usaha pembangunan, perlu adanya pendidikan politik,yang bertujuan untuk : (a) Membuat
rakyat menjadi melek-politik/sadar politik, (b) lebih kreatif dalam partisipasi sosial politik di
era pembangunan, (c) menghumanisasikan masyarakat agar menjadi “leefbaar”, yaitu lebih
nyaman dan sejahtera untuk dihuni oleh semua warga masyarakat Indonesia (Kartini: 2009).
Leluasanya anggota DPRD dalam menafsirkan bentuk hubungan dan dukungan yang
kondusif ataupun depresif kepada birokrasi pemerintahan sesungguhnya terkondisi oleh
rendahnya mekanisme kontrol masyarakat, karena pemilihan anggota DPRD yang langsung
dipilih oleh voter harusnya berkorelasi langsung dengan fungsi partai politik sebagai
instrumen artikulasi kepentingan dan wadah komunikasi politik antar elite dan pemilihnya.
Kenyataannya seringkali kebijakan pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang disetujui oleh
DPRD mencerminkan jauhnya realita dari bayangan kepentingan konstituen dan pemilih para
anggota dalam Pemilu tahun 2009 lalu.
Karena apa demikian? Menurut Kartini (2000), demokrasi bukan merupakan situasi
yang sudah selesai/finished; tetapi merupakan proses yang terus-menerus berlanjut dan
42
digarap tanpa henti-hentinya menuju kearah kemajuan dan kebaikan yang memerlukan
demokratisasi pribadi manusianya dan demokratisasi lembaga-lembaga birokrasi dan aparat
pemerintah, agar semua sarana tersebut tidak berjalan otoriter dan sewenang-wenang.
Sehingga fungsi partai politik dan kinerja anggota DPRD diharapkan dapat bermanfaat bagi:
(a) memperbesar kekuasaan dalam menentukan opini publik (pendapat umum) serta
partisipasi politik rakyat (b) ikut melakukan pengawasan serta kontrol terhadap jalannya
pemerintahan menuju ke pencapaian clean government/pemerintahan yang bersih.
Fungsi lembaga-lembaga demokrasi di Kabupaten Deli Serdang sangat diperlukan
mengingat berbagai permasalahan pembangunan yang harus diatasi, sehubungan dengan letak
strategis Kabupaten Deli Serdang sebagai satelit dari wilayah ibukota Provinsi Sumatera
Utara yang struktur masyarakatnya sudah masuk klasifikasi modern dan kota metropolitan
nomor tiga di Indonesia.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Air PAM 3 0,75 0,75 0,75
Masalah ekonomi 241 60,25 60,25 61,00
Masalah keamanan 27 6,75 6,75 67,75
Masalah kebersihan 12 3,00 3,00 70,75
Masalah kesehatan 3 0,75 0,75 71,50
Masalah lalu lintas 2 0,50 0,50 72,00
Masalah moral dan etika 2 0,50 0,50 72,50
Masalah pelayanan public 3 0,75 0,75 73,25
Masalah pemadaman listrik 2 0,50 0,50 73,75
Masalah pendidikan 51 12,75 12,75 86,50
Masalah pengangguran 3 0,75 0,75 87,25
Masalah pertanian 5 1,25 1,25 88,50
Masalah social 2 0,50 0,50 89,00
Pembangunan infrastruktur 40 10,00 10,00 99,00
Pembenahan generasi muda 2 0,50 0,50 99,50
Perbaikan saluran air 2 0,50 0,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.21. Masalah yang paling penting dihadapi masyarakatKabupaten Deli Serdang
43
B. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
B.1. Landasan / Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu;
3. PP Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas PP Nomor 6 Tahun
2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
4. Permendagri Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Permendagri
Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
5. Peraturan KPU Nomor 62 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tahapan,
Program, dan jadwal Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan wakil Kepala
Daerah;
6. Peraturan KPU Nomor 61 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan
Jumlah dan Tata Cara Pengisian Keanggotaan DPRD Prov atau DPRD
Kab/Kota Induk dan DPRD Prov atau DPRD Kab/kota yang dibentuk setelah
Pemilu Tahun 2009;
7. Peraturan KPU Nomor 63 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Tata Kerja
KPU Prov, KPU Kab/Kota, PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah
dan wakil Kepala Daerah;Peraturan KPU Nomor 64 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pemantauan dan tata Cara Pemantauan Pemilu Kepala Daerah dan
wakil Kepala Daerah;
8. Peraturan KPU Nomor 65 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah;
9. Peraturan KPU Nomor 66 Tahun 2009 tentang Penetapan Norma, Standar,
Prosedur dan Kebutuhan Pengadaan serta Pendistribusian Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
44
10. Peraturan KPU Nomor 67 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara
Pemuktahiran Data dan Daftar Pemilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan wakil
Kepala Daerah;
11. Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Tata cara
Pencalonan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
12. Peraturan KPU Nomor 69 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Kampanye
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
13. Peraturan KPU Nomor 72 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan
Pemungutan dan Perhitungan Suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah di TPS;
14. Peraturan KPU Nomor 73 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata cara Pelaksanaan
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah oleh PPK, KPU Kab/Kota, dan KPU Prov, serta Penetapan
Calon Terpilih, Pengesahan Pengangkatan dan Pelantikan.
45
B.2. Data Pemilih
Lk PrJUMLAH PEMILIH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.031 1.075 2.106 122 STM. HULU 20 4.743 4.848 9.591 363 SIBOLANGIT 30 7.687 8.089 15.776 614 KUTALIMBARU 14 12.911 13.266 26.177 725 PANCUR BATU 25 33.418 35.015 68.433 1386 NAMORAMBE 36 13.864 14.717 28.581 737 BIRU-BIRU 17 13.222 14.003 27.225 698 STM. HILIR 15 12.670 13.091 25.761 729 BANGUN PURBA 24 8.229 8.376 16.605 4810 GALANG 29 22.745 23.777 46.522 11011 TANJUNG MORAWA 26 78.138 79.192 157.330 31212 PATUMBAK 8 34.483 34.445 68.928 13113 DELI TUA 6 21.487 21.753 43.240 8614 SUNGGAL 17 99.536 100.999 200.535 37315 HAMPARAN PERAK 20 60.245 58.591 118.836 22716 LABUHAN DELI 5 24.471 23.777 48.248 9917 PERCUT SEI TUAN 20 149.963 149.128 299.091 52118 BATANG KUIS 11 22.950 22.918 45.868 8419 PANTAI LABU 19 16.874 16.457 33.331 7220 BERINGIN 11 20.914 20.873 41.787 8621 LUBUK PAKAM 13 41.618 44.544 86.162 15722 PAGAR MERBAU 16 12.926 13.022 25.948 61
394 714.125 721.956 1.436.081 2.900
1 LAPAS LUBUK PAKAM 727 13 740 2
2 LAPAS TANJUNG GUSTA 185 0 185 1
3 RUTAN PANCUR BATU 145 0 145 1
JUMLAH 1.057 13 1.070 4
394 715.182 721.969 1.437.151 2.904
Sumber: KPU Deli Serdang, 2013
JUMLAH
TPS KHUSUS RUTAN / LAPAS
JUMLAH KESELURUHAN
Tabel IV.22. REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH TERDAFTAR PEMILIHAN UMUMKEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
No. KECAMATANJUMLAH
PPS
JUMLAH PEMILIHJUMLAH
TPS KET
46
B.3. SOSIALISASI PILKADA TAHUN 2013
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah, yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan
kegiatan sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk
menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
pada tahun 2013, khususnya pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli
Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan pemimpin daerah di Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 400 responden, terdapat 315
responden (78,75 %) bahwa berpendapat atau memiliki tanggapan tentang informasi sistem
pemilihan kepala daerah di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2013 sudah memadai. Dapat
terlihat pada Tabel IV.22.
Sehingga dari data tersebut (Tabel IV.22) sangat konsisten terhadap pemilih yang
terdaftar sebagai pemilih pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013,
seperti yang terlihat pada Grafik IV.1, yang menyebutkan bahwa terdapat 394 responden
(98,50%) terdaftar sebagai pemilih pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Deli Serdang
tahun 2013.
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.1 Apakah terdaftar sebagai pemilih Pilkada ?
98,50%
1,50%
Ya 394 Tidak 6
47
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 315 78,75 78,75 79
Belum 65 16,25 16,25 95
Tidak ada 20 5,00 5,00 100
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.23. Tanggapan responden tentang informasi sistem pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Namun kegiatan Sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara, hendaknya
diimbangi dengan intensitas para pasangan calon atau Tim pendukungnya dalam
mensosialisasikan atau memperkenalkan pasangan calon pada pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Deli Serdang Tahun 2013, karena terdapat 91 responden (22,75 % ) menyatakan
bahwa informasi tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
Belum dan Tidak memadai. Hal tersebut terdapat pada Grafik IV.2
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.2 Apakah informasi tentang calon bupati sudah memadai ?
77,25%
20,25%
2,50%
Ya 309
Belum 81
Tidak 10
48
Sedangkan tanggapan masyarakat tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan
pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, terdapat 349
responden dari 400 responden (87,25) menyatakan bahwa informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sudah “Memadai”, dan yang menyatakan Tidak ada informasi mengenai tata cara
pencoblosan pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
sebanyak 19 responden (4,75%). Seperti yang tertera pada Tabel IV.23.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 349 87,25 87,25 87,25
Belum memadai 32 8,00 8,00 95,25
Tidak ada 19 4,75 4,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.24. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencoblosan Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
Demikian juga dengan tanggap masyarakat tentang informasi mengenai jadwal
Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, menyebutkan bahwa
terdapat 317 responden dari 400 responden (79,25 %) menyatakan “Memadai” dan sebanyak
26 responden (6,50 %) menyatakan “Tidak Ada”. Tertera pada Tabel IV.24.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 317 79,25 79,25 79,25
Belum memadai 57 14,25 14,25 93,50
Tidak ada 26 6,50 6,50 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.25. Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pemilukada Tahun 2013, apakah sudah memadai ?
49
Media sosialisasi yang dinilai paling efektip oleh pemilih pada pemilihan calon bupati
dan wakil Bupati pemilu tahun 2013 di Kabupaten Deli Serdang adalah iklan luar ruang
(Baliho, Spanduk, Poster, Kartu nama, dll) 73,75% (295 responden), sedangkan media yang
paling tidak efektip menurut hasil survey adalah iklan / Berita di media online dengan
persentase 82,00% (328 responden) uraian pada tabel berikut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 18,25% 3,50% 4,00% 5,00% 12,25% 14,50% 17,00% 16,25% 4,75% 4,50%
b. Iklan/Berita di Radio 32,00% 3,75% 4,00% 7,75% 15,00% 16,75% 14,00% 4,25% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
24,00% 2,25% 3,25% 3,25% 9,00% 19,50% 16,00% 12,75% 6,50% 3,50%
d. Iklan/Berita di media online 48,25% 7,50% 8,50% 6,75% 11,00% 9,75% 4,50% 2,50% 0,00% 1,25%
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
52,00% 6,75% 8,00% 6,50% 8,25% 11,00% 4,25% 2,00% 0,25% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
15,50% 0,50% 1,25% 3,25% 5,75% 13,25% 21,25% 21,75% 10,50% 7,00%
g. Kampanye Partai Politik 21,50% 2,50% 2,75% 3,25% 16,50% 19,50% 17,00% 13,25% 2,25% 1,50%
h. Kunjungan Tim Sukses 22,75% 3,50% 3,50% 4,00% 15,50% 22,50% 14,25% 10,50% 2,00% 1,50%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
26,75% 4,75% 6,00% 5,50% 17,50% 19,50% 11,75% 6,00% 0,50% 1,75%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman
29,50% 2,25% 3,50% 2,50% 12,75% 19,50% 14,75% 10,75% 2,25% 2,25%
k. Pendidikan Politik 46,50% 7,75% 5,75% 4,00% 11,50% 9,75% 7,00% 5,50% 1,50% 0,75%
l. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survai, Juli 20
Bentuk media sosialisasiNoS K O R (% )
Tabel IV.26. Skor Penilaian tentang Sosialisasi Pemilihan Calon Bupati Tahun 2013
Antusias masyarakat dalam memberikan suaranya pada Pemilihan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013, bahwa dari responden yang ditemui
menggambarkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat ke TPS cukup tinggi yaitu sebanyak
383 dari 400 responden mendatangi atau hadir di TPS pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli
Serdang 2013 (95,75 %). Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.68. dalam table tersebut
juga menyebutkan bahwa masyarakat yang kurang atau tidak hadir ke TPS pada Pilkada
Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013 yang tertinggi di Kecamatan Pancur Batu
sebanyak 4 %. Sebagaimana terurai pada tabel dibawah ini.
50
1 B. Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )2 Batang Kuis 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )7 Gunung Meriah 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )8 Hamparan Perak 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )9 Kutalimbaru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )10 Labuhan Deli 9 ( 2,25% ) 1 ( 0,25% )11 Lubuk Pakam 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )13 P. Labu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )16 Pancur Batu 21 ( 5,25% ) 4 ( 1,00% )17 Patumbak 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )18 Sibolangit 28 ( 7,00% ) 2 ( 0,50% )19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total 383 ( 95,75% ) 17 ( 4,25% )Tidak Menjawab
Sumber: Data Survey, Juli 2015
KecamatanDatang ke TPS sewaktu Pilbup
Ya Tidak
Tabel IV.27. Responden yang memberikan suara dalam Pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
No
Dari 400 responden terdapat 17 responden yang tidak hadir ke Tempat Pemungutan
Suara (TPS) (4.25%), dengan berbagai alasan, dan alasan tertinggi mengapa masyarakat tidak
hadir ke TPS saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013
menyebutkan dikarenakan sedang bekerja saat Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang tahun 2013 berlangsung sebanyak 11 responden (64,71%). Hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel IV.28.
51
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Kurang informasi tentang figurnya 1 5,88 5,88 5,88
Masih di bawah usia 1 5,88 5,88 11,76
Sedang kerja 11 64,71 64,71 76,47
Sedang sakit 1 5,88 5,88 82,35
Tidak dapat kartu pemilih 1 5,88 5,88 88,24
Tidak mengetahui visi dan misinya 1 5,88 5,88 94,12
Tidak punya pilihan 1 5,88 5,88 100,00
Total 17 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.28 Alasan responden tidak memberikan suara
Masyarakat dalam menentukan pilihannya pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, ternyata sebanyak 355 dari 400 responden (88,75 %)
sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
yang akan dipilih, sebelum masuk Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pilkada Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang 2013. Hal tersebut tertera pada Tabel IV.29.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 355 88,75 88,75 88,75
Tidak 45 88,75 11,25 100,00
Total 400 177,50 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.29. Tanggapan responden sudah memiliki kesiapan tentang calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan dipilih sebelum masuk TPS pada Pemilukada Tahun 2013
Demikian juga ketika masyarakat sedang berada di dalam Tempat Pemungutan Suara
(TPS) bahwa sebanyak 351 dari 400 responden (98,87 %) mencoblos pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk
TPS. Hal tersebut sesuai dengan Tabel IV.30.
52
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 351 98,87 98,87 98,87
Tidak 4 1,13 1,13 100,00
Total 355 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.30. Kalau ya, apakah mencoblos Surat Suara yang sama seperti yang dipikirkan sebelum masuk TPS ?
Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki kesiapan untuk pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati Deli Kabupaten Serdang pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2013, sebanyak 17 dari 45 responden (37,78 %) dengan alasan Tidak
mengenal Calonnya. Terlihat dari table IV.31.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
5 11,11 11,11 11,11
5 11,11 11,11 22,22
13 28,89 28,89 51,11
5 11,11 11,11 62,22
17 37,78 37,78 100,00
45 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.31. Alasan tidak memiliki kesiapan untuk calon Bupati dan wakil Bupati yang akan dipilih
Pasangan Calonnya banyak
Paslon yang ada kurang memperhatikan rakyat
Kurang mengenal calonnya
Terpengaruh oleh orang lain
Tidak mengenal calonnya
Total
Dari 400 responden Pada Pilkada Bupati/Wakil Bupati Deli Serdang tahun 2013, ada
yang memberikan berbagai bentuk atau jenis barang berupa, Uang sebanyak 7,50 % dan yang
tidak sebanyak 92,50 %, Barang tertentu terdapat 6,50 % sedangkan yang tidak 93,50 %,
Sembako ada 8,50 % dan yang tidak 91,50 %, sedangkan untuk Bibit atau Pupuk sebanyak
2,50 % dan yang tidak 97,50 %. Sesuai dengan Tabel IV.32.
53
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 7,50% 92,50%
b. Barang tertentu 6,50% 93,50%
c. Sembako 8,50% 91,50%
d. Bibit atau pupuk 2,50% 97,50%
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.32 Apakah ada yang memberikan bantuan pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2013 ?
Secara umum bahwa masyarakat yang menerima pemberian uang atau barang
tertentu, dengan tujuan untuk menggarap / mendulang suara, oleh pasangan calon atau tim
sukses pasangan calon. dari hasil survey hanya 25 responden (6,25%) yang menerima
bantuan dan sebanyak 24 responden tersebut terpengaruh akan pemberian dari pihak-pihak
yang terlibat dalam Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013, Sesuai
dengan Tabel IV.33.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 24 96,00 96,00 96,00
Tidak 1 4,00 4,00 100,00
Total 25 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.33. Responden yang memilih Calon karena menerima bantuan
Pada Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2013,
masyarakat yang memilih pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang
terpengaruh karena sudah menerima pemberian atau bantuan dari pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sebanyak 24 responden. Sesuai dengan data pada tabel
IV.34.
54
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sudah membantu dan harus dipilih 24 100,00 100,00 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.34. Alasan responden memilih karena menerima bantuan / pemberian
Pendapat masyarakat tentang kinerja pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan
aparatnya yang telah menjalankan program dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat,
bahwa ditinjau dari beberapa aspek menyebutkan yang tertinggi dari aspek atau bidang
“Kesehatan” sebanyak 61 %, kemudian disusul di bidang “Pendidikan” mencapai 60 %,
sedangkan yang terendah adalah pada aspek “ketenagakerjaan” hanya 9,50 %. Dan data
tersebut tertera pada Tabel IV.35.
No. Aspek Ya Belum Tidak
1 Pembangunan Infrastruktur Kota/Desa 29,50% 63,00% 7,50%
2 Peningkatan Ekonomi Rakyat 11,25% 78,25% 10,50%
3 Investasi (Penanaman Modal) di Daerah 9,50% 70,75% 19,75%
4 Pendidikan 60,00% 34,50% 5,50%
5 Kesehatan 61,50% 32,50% 6,00%
6 Ketenagakerjaan 9,00% 77,50% 13,50%
7 Penegakan Hukum 21,00% 63,75% 15,25%
8 Pemberantasan KKN 14,75% 68,00% 17,25%
9 Pelayanan Publik 37,00% 52,50% 10,50%
10 Pengutipan Restribusi 32,50% 51,25% 16,25%
11 Pertanahan 29,00% 57,30% 13,70%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.35. Pendapat responden tentang kinerja Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan aparatnya
55
B.4. Tingkat Partisipasi Pemilih
Sesuai data Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Deli Serdang, tingkat partisipasi
pemilih pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang sangat rendah
dengan capaian hanya 37,99 % dari jumlah pemilih yang terdaftar yaitu 1.437.151 orang.
Partisipasi itu menunjukkan bahwa yang tidak datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara)
menggunakan hak pilihnya 891.091 orang (62,01 %), sedang yang menggunakan hak
pilihnya hanya 546.060 orang.
56
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
640 1.045 1.547 2.278 6.220 2.964 4.765 3.611 23.070
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
8 34 166 675 168 131 125 202 1.509
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
32 117 147 403 694 144 278 613 2.428
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
12 64 46 77 186 149 111 88 733
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38 112 229 1.180 1.548 383 463 308 4.261
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
189 707 1.172 2.731 3.846 1.338 831 607 11.421
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
68 494 508 211 1.137 438 328 645 3.829
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
395 2.337 4.006 4.216 7.703 4.831 4.007 4.524 32.019
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
10 132 689 660 2.931 357 423 234 5.436
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
23 418 140 288 1.435 729 727 442 4.202
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
9 9 61 118 480 119 302 436 1.534
1.424 5.469 8.711 12.837 26.348 11.583 12.360 11.710 90.442
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Tidak Sah 32 124 189 243 529 288 249 199 1.853
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
GUNUNG MERIAH STM. HULU SIBOLANGIT KUTALIMBARU PANCUR BATU NAMORAMBE BIRU-BIRU STM. HILIR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Suara Sah dan Tidak Sah 1.456 5.593 8.900 13.080 26.877 11.871 12.609 11.909 92.295
No. UraianJumlah
Dipindahkan
No. UraianJumlah
Dipindahkan
Tabel IV.36. REKIPITULASI HASIL PEROLEHAN SUARA PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
JumlahDipindahkan
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
57
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
23.070 2.784 6.824 15.403 6.183 4.245 16.687 15.963 91.159
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
1.509 232 321 4.202 645 377 1.889 2.099 11.274
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
2.428 97 254 5.030 450 656 4.058 2.275 15.248
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
733 545 1.308 1.658 342 285 679 786 6.336
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
4.261 643 1.929 6.554 1.390 1.503 11.018 11.066 38.364
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
11.421 1.183 5.987 11.869 5.891 3.159 10.176 9.140 58.826
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
3.829 454 1.091 3.101 844 910 1.928 882 13.039
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
32.019 1.417 1.889 7.128 3.278 1.913 12.970 821 61.435
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
5.436 83 129 995 338 313 711 553 8.558
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
4.202 923 2.381 5.471 2.398 1.099 2.931 2.357 21.762
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
1.534 80 326 1.595 1.130 712 764 608 6.749
90.442 8.441 22.439 63.006 22.889 15.172 63.811 46.550 332.750
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 1.853 199 627 1.509 490 474 1.346 857 7.355
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
BANGUN PURBA GALANG TANJUNG MORAWA PATUMBAK DELI TUA SUNGGAL HAMPARAN PERAK1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 92.295 8.640 23.066 64.515 23.379 15.646 65.157 47.407 340.105
JumlahDipindahkan
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
Jumlah Pindahan(I)
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
No. Uraian JumlahDipindahkan
Jumlah Pindahan(I)
58
A. Suara Sah
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1H. Ashari Tambunan
danH. Zainuddin Mars
91.159 6.815 36.279 5.911 3.662 5.347 6.853 4.668 160.694
2Harun Nuh
danBambang Hermanto, SH
11.274 428 2.361 543 645 196 208 171 15.826
3Drs. Rabualam Syahputra
danDra. Purnama Br Ginting
15.248 539 2.172 496 467 444 308 370 20.044
4Drs. H. Eddy Azwar
danH. Selamat, SH, MH
6.336 312 1.800 304 286 791 1.770 499 12.098
5Musdalifah, SE
danDrs. Syaiful Syafri, MM
38.364 2.175 12.750 690 412 1.959 1.310 2.196 59.856
6Drs. T. Akhmad Thala'a
danH. Hardi Mulyono, SE, MAP
58.826 2.287 14.682 4.017 5.121 3.725 7.485 3.844 99.987
7Hj. Fatmawaty T.
DanDrs. H. M. Subandi, BSc
13.039 1.008 2.433 598 944 1.149 1.064 628 20.863
8Timbangen Gintings, BBA
danParningotan Simbolon, SH
61.435 850 8.340 1.132 1.106 2.247 8.629 1.116 84.855
9S u d i o n o
danDrs. Haris Binar Ginting
8.558 149 891 176 140 137 136 55 10.242
10Muhammad Idris, S.Sos
danH. Satrya Yudha Wibowo, ST, MM
21.762 1.244 10.374 3.411 1.160 1.744 1.345 587 41.627
11H. Sihabudin, SE
danDrs. H. Namaken Tarigan, MM
6.749 393 1.194 219 97 136 115 96 8.999
332.750 16.200 93.276 17.497 14.040 17.875 29.223 14.230 535.091
B. Suara Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Tidak Sah 7.355 376 1.438 329 303 381 527 260 10.969
B. Suara Sah dan Tidak SahKec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
LABUHAN DELI PERCUT SEI TUAN BATANG KUIS PANTAI LABU BERINGIN LUBUK PAKAM PAGAR MERBAU1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Suara Sah dan Tidak Sah 340.105 16.576 94.714 17.826 14.343 18.256 29.750 14.490 546.060
Sumber : Data KPU-DS
No. Uraian Jumlah Pindahan (II)
Jumlah Pindahan (II)No. Uraian
Jumlah Perolehan Suara Sah untuk seluruh Pasangan Calon
No. Nama Pasangan CalonBupati dan Wakil Bupati
Perolehan Penghitungan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil BupatiJumlahAkhirJumlah Pindahan (II)
JumlahAkhir
JumlahAkhir
59
Berdasarkan Tabel IV.22. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.436.081 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan suara
sesuai Tabel IV.36. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah
sebanyak 546.060 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 sebesar 38.02% (Sumber : Data
KPU DS)
C. Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
C.1 Landasan Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014 :
1. Undang Undang No.2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik
2. Undang Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang: Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Undang Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang: Pemiilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
4. Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan
Umum, dan Dewan Kehormatan Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012,
Nomor 11 Tahun 2012 dan Nomor 01 Tahun 2012 tentang Kode Etik
Peneyelenggara Pemilihan Umum.
5. Peraturan KPU No. 1 2010 Tentang: Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
6. Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Tahapan,
Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tahun 2014.
7. Peraturan KPU No. 7 2012 Tentang: tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014.
60
8. Peraturan KPU No. 10 2013 Tentang: Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Di
Luar Negeri Untuk Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
9. Peraturan KPU No. 12 Tahun 2013 Tentang: Tentang Perubahan Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 04 Tahun 2013 Tentang Pembentukan Dan Tata
Kerja Panitia Pemilihan Luar Negeri Dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara Luar Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Tahun 2014.
C.2. Data Pemilih Pada Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi
perhatian, terutama dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang
tidak melakukan pencoblosan (Golput) dan yang tidak terdaftar. Persoalan
registrasi pemilih yang masih mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan
Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, ternyata masih memungkinkan
terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data pemilih, karena adanya
kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door menjumpai
masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat
digunakan sebagai rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih,
karena penduduk belum melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu
Keluarga.Keadaan ini dapat mengakibatkan pemilih berpeluang untuk mencoblos
lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas
keberadaan orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya
jumlah pemilih tidak terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat
melanggar asas Jurdil Pemilu. Masalah fenomena tingginya angka ghost-voter
terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang tidak terdaftar dan pemilih
terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang mendatangkan
masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat menjadi
bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
61
Pada Pemilu 2009 kemungkinan pemilih ganda ini diupayakan diatasi
dengan penandaan tinta di jari jempol pemilih, tetapi karena tinta yang mudah
dihapus, peluang untuk kecurangan ini masih muncul. Sehingga untuk Pemilu
2014 lalu, perhatian terhadap masalah tinta penanda ini juga masih relavan dan
penting dijadikan sebagai bagian proses pengendalian kualitas hasil Pemilu.
Dalam hal kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu, berhubungan dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya
dalam DPT, dimana hasil penelitian ini menggambarkan bahwa 396 (99,00 %)
orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1,00 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan tingginya persentase responden terdaftar dalam
DPT, karena responden penelitian ini dipilih dari DPT Pemilu Legislatif tahun
2014, sedangkan empat orang responden yang tidak terdaftar ditemukan adalah
merupakan responden yang ditemui oleh enumerator setelah lima responden
cadangan yang ditetapkan tidak ditemukan.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.3. Apakah Responden terdaftar sebagai pemilih dalam DPT Pileg tahun 2014?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
62
Tingkat pengetahuan pemilih atas terdaftarnya mereka dalam DPT, terkondisi karena
responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir pendaftaran sebanyak 52 orang
(13,00 %) dan sepanjang ingatan responden, ada petugas yang datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkan mereka sebagai calon pemilih pada Pileg tahun 2014 lalu, sebanyak 300 orang
(75,00 %), sedangkan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengingat lagi, proses pendaftaran
tersebut.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, saya langsung mengisi formulir pendaftaran 52 13,00% 13,00% 13,00%
Tidak, formulir pendaftarannya diisi langsung oleh petugas 300 75,00% 75,00% 88,00%
Lupa, tidak ingat 48 12,00% 12,00% 100,00%
Total 400 100,00% 100,00%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.37. Apakah mengisi sendiri formulir pendaftaran ?
Meskipun petugas telah melakukan pendaftaran, ternyata hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa masih terdapat 24 orang (6,00 %) responden menyatakan bahwa
terdapat anggota keluarga mereka yang belum didaftarkan oleh petugas.
Frequency PercentValid
PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.38. Apakah seluruh anggota ikut terdaftar ?
Keadaan belum atau tidak didaftarkannya anggota keluarga responden sebagai
pemilih dalam DPT disebabkan karena: anggota keluarga merantau, tidak didatangi oleh
petugas pendaftar (ditenggarai petugas memanfaatkan Kartu Keluarga penduduk sebagai
referensi dalam mengisi formulir Daftar Pemilih), tidak adanya dokumen kependudukan
sebagai persyaratan domisili menetap, karena adanya anggota keluarga yang tidak menetap,
tidak didaftarkan oleh kepala keluarga, keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
yang seharusnya usianya sudah memenuhi persyaratan 17 tahun atau sudah pernah menikah,
namun tak didaftar, tidak tahu adanya masa pendaftaran sebagai pemilih dalam pemilu.
63
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Anggota keluarga pergi merantau 6 25,00 25,00 25,00
Belum didatangi petugas 6 25,00 25,00 50,00
Identitas tidak memenuhi 3 12,50 12,50 62,50
Karena ada anggota yang tidak menetap 5 20,83 20,83 83,33
Keteledoran dalam memperkirakan usia penduduk
1 4,17 4,17 87,50
Tidak di daftar oleh kepala keluarga 2 8,33 8,33 95,83
Tidak tahu ada masa pendaftaran 1 4,17 4,17 100,00
Total 24 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.39 Penyebab Anggota Keluarga tidak terdaftar
Demi terakomodirnya seluruh masyarakat yang sudah mempunyai hak pilih dalam
pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun 2014, petugas pendaftaran pemilih mendatangi setiap
rumah untuk mendata dan mendaftarkan pemilih bagi yang belum terdata, sembari
menempelkan sticker Coklit Pendataan Pemilih di setiap rumah. Namun berdasarkan hasil
survey masih terdapat 32 dari 400 responden (8,00%) rumah pemilih yang belum ditempel
sticker. Seperti tertera di Grafik IV.4.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.4. Apakah rumah responden ditempel stiker setelah didaftar oleh petugas KPU Deli Serdang?
92,00%
8,00%
Ya 368 Tidak 32
64
Masyarakat pada umumnya mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih
Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sesuai dengan hasil survei yang tertera
pada Tabel IV.40. menyebutkan bahwa sebanyak 321 dari 400 responden (80,25 %),
mengetahui bahwa namanya tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai
Desa/Kelurahan, namun masih terdapat masyarakat yang tidak mengetahui bahwa namanya
tercatat di Daftar Pemilih Sementara (DPS) ditempel di Balai Desa/Kelurahan, sebanyak 8
dari 400 responden (2,00%).
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 321 80,25% 80,25 80,25
Tidak 8 2,00% 2,00 82,25
Tidak ingat 71 17,75% 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.40. Apakah responden mengetahui namanya tercatat di DPS yang ditempel di Balai Desa/Kelurahan ?
Tetapi dari 321 responden yang tertera di Tabel IV.40 menyatakan bahwa sebanyak
270 responden (67,50%), mengetahui kalau keluarganya juga terdaftar di DPS, 34 responden
(8,50%) menyatakan tidak mengetahui apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh
anggota keluarga telah terdaftar dan 17 responden (4,25%) menyatakan tidak ingat apakah di
dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar. Seperti tertera di
Tabel IV.41.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 270 67,50% 67,50 67,50
Tidak 34 8,50% 8,50 76,00
Tidak ingat 17 4,25% 4,25 80,25
Total 321 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.41. Kalau Ya, apakah di dalam pengumuman DPS tersebut seluruh anggota keluarga telah terdaftar ?
Permasalahan pendaftaran pemilih yang harus mendapat perhatian terkait dengan
rendahnya pengetahuan pemilih atas informasi uji publik daftar pemilih sementara sebagai
masa yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan koreksi atau perbaikan daftar pemilih
65
sementara menuju masa penetapan sebagai DPT oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
Sebanyak 232 orang (58,00 %) mengetahui adanya uji publik daftar pemilih sementara yang
ditempel di tempat-tempat umum, sedangkan 120 orang (30,00 %) tidak mengetahui sama
sekali tentang uji publik DPS tersebut dan sebanyak 48 orang (12,00 %) tidak mengerti.
Seperti Tabel IV.42.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya, tahu 232 58,00 58,00 58,00
Tidak tahu 120 30,00 30,00 88,00
Tidak mengerti 48 12,00 12,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.42. Tanggapan responden mengenai adanya uji publik daftar pemilih sementara yang ditujukan untuk mendapat masukan
Berikut ini tersaji Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
66
L P JLH L P JLH
1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.032 1.073 2.105 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.642 4.743 9.385 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.482 7.914 15.396 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 12.821 13.618 26.439 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 30.904 32.361 63.265 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.446 13.184 25.630 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.370 13.063 25.433 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.681 11.999 23.680 77
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 7.818 7.969 15.787 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.488 23.308 45.796 127
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.842 76.603 152.445 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.005 32.135 64.140 146
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 19.447 19.680 39.127 112
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 93.767 93.966 187.733 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 53.370 52.200 105.570 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 21.317 20.600 41.917 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.787 133.190 267.977 643
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.362 23.558 46.920 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.853 16.550 33.403 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.109 19.229 38.338 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.113 41.773 81.886 193
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 12.823 12.929 25.752 71
394 935.240 911.022 1.846.262 666.479 671.645 1.338.124 3.485
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang tahun 2014
Jumlah Penduduk
Jumlah
Legislatif
Jumlah TPS
Jumlah PemilihNo KecamatanJumlah
Desa/Kelurahan
C.3. Sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Legislatif
tahun 2014 untuk memilih Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu diperlukan kegiatan sosialisasi yang
dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada
pemilihan umum Legislatif tahun 2014 khususnya di daerah pemilihan wilayah Kabupaten
Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan wakil rakyat.
Tanggapan masyarakat tentang memadai tidaknya informasi mengenai jadwal
pemilihan legislatif tahun 2014, dapat dilihat pada tabel IV.44 yaitu sebanyak 361 dari 400
67
responden (90,25%), sudah mengetahui jadwal Pemilihan Umum Legislatif. Sementara ada
27 responden (6,75 %) mengaku belum mengetahui jadwal pesta demokrasi tersebut.
Selanjutnya, 12 responden (3,00 %) mengaku tidak ada jadwal Pemilu.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 361 90,25 90,25 90,25
Belum 27 6,75 6,75 97
Tidak ada 12 3 3 100
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.44 Tanggapan responden tentang informasi mengenai jadwal Pileg 2014, apakah sudah memadai ?
Demikian dengan informasi tentang Partai Politik, sebanyak 330 dari 400 responden
(82,50 %) menyatakan bahwa informasi tentang Partai Politik peserta Pemilu sudah
memadai, sedangkan 57 responden (14,25 %) menyatakan belum memadai, serta 13
responden (3,25 %) menyatakan tidak ada sama sekali. Seperti terlihat pada grafik berikut ini
:
77,75 311
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.5. Apakah informasi tentang partai politik sudah memadai?
80,25%
2,00%
17,75%
321Ya
8Tidak
71Tidak ingat
Terkait tentang peryataan responden yang menyebutkan bahwa belum memadainya
informasi mengenai Partai Politik, sebanyak 43 dari 57 responden (75,44 %) menguraikan
68
alasannya adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, selanjutnya 5 responden (8,77 %)
menguraikan alasan bahwa terlalu banyak partai, serta 4 responden (7,02 %) menguraikan
alasan informasi tentang Partai Politik itu belum tersaji secara menyeluruh. Seperti terlihat
pada tabel IV.45.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Belum secara menyeluruh 4 7,02 7,02 7,02
Kurangnya pengurus partai 1 1,75 1,75 8,77
Kurangnya sosialisasi ke masyarakat 43 75,44 75,44 84,21
Masih belum baik 1 1,75 1,75 85,96
Partai jangan terlalu banyak 1 1,75 1,75 87,72
Perlu meningkatkan sosialisasi 1 1,75 1,75 89,47
Sedang ada pekerjaan 1 1,75 1,75 91,23
Terlalu banyak partai 5 8,77 8,77 100,00
Total 57 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.45. Alasan belum memadai
Infromasi mengenai calon anggota Legislatif saat berjalannya tahapan-tahapan
pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif sudah tergolong memadai. Hal itu dapat dilihat dari
400 responden yang dimintai tanggapannya, sebanyak 249 responden (62,25 %) mengatakan
sudah memadai. Namun diantaranya sebanyak 116 responden (29 %) mengatakan belum
memadai, bahkan sebanyak 35 responden (8,75 %) mengaku bahwa informasi tentang calon
Legislatif itu tidak ada sama sekali. Seperti teruarai pada Tabel IV.46.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 249 62,25 62,25 62,25
Belum memadai 116 29,00 29,00 91,25
Tidak ada 35 8,75 8,75 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.46. Tanggapan responden tentang informasi mengenai calon anggota DPR, DPD dan DPRD, apakah sudah memadai ?
69
Dari Tabel di bawah, 93 dari 116 responden (80,17 %) yang mengatakan belum
memadai sosialisasi para calon anggota Legislatif dengan alasan kurang sosialisasi ke
masyarakat, 18 responden (15,52 %) menyatakan kurang informasi tentang calegnya dan
selebihnya menyatakan terlalu banyak calon legislatifnya dan tidak ada informasi tentang
calon legislatifnya. Seperti terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Kurang informasi tentang calegnya 18 15,52 15,52 15,52
Kurang sosialiasi ke masyarakat 93 80,17 80,17 95,69
Terlalu banyak calon legislatif 2 1,72 1,72 97,41Tidak ada informasi 3 2,59 2,59 100,00Total 116 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.47. Alasan belum memadai
Kegiatan sosialisasi melalui media, pelatihan pemilih oleh berbagai lembaga (LSM,
Perguruan Tinggi, Ormas, Lembaga Keagamaan) sehingga pengetahuan pemilih tentang
teknis pelaksanaan Pemilu akan lebih baik. Kegiatan ini diyakini akan mampu memberikan
pemahaman sistem pencoblosan dalam sistem pemilu tahun 2014 lalu. Tetapi karena waktu
yang terbatas, kegiatan sosialisasi menjadi minim sehingga pengetahuan pemilih terhadap
tata cara pemberian suara menjadi rendah. Kesulitan teknis dalam pelaksanaan pemilu, dapat
dilihat dari pemahaman sebagian besar responden tentang tata cara pemberian suara. Soal-
soal sederhana seperti tatacara pencoblosan, misalnya masih ada 35 orang (8,75%) responden
menjawab belum memadai. Bahkan ada 13 orang (3,25%) responden yang menyebutkan
bahwa tidak ada sama sekali informasi mengenai tata cara pemberian suara dalam pemilu
Legislatif 2014 yang lalu, dimana 352 orang (88,00%) responden yang menyatakan sudah
memadai.
70
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 352 88,00 88,00 88,00
Belum memadai 35 8,75 8,75 96,75
Tidak ada 13 3,25 3,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.48. Tanggapan responden tentang informasi mengenai tata cara pencobolosan dalam Pemilu Legislatif tahun 2014, apakah sudah memadai ?
Dari hasil survey, 132 dari 400 responden (33,00%) menyatakan bahwa cara
mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos gambar partai, 156 responden (39,00%)
menyatakan cara mencoblos pada pemilu 2014 adalah mencoblos Gambar partai dan nama
calon, sedangkan 17 responden (4,25%) meyatakan tidak tahu cara mencoblos pada pemilu
2014, dan 95 responden (23,75%) yang sudah memahami cara mencoblos yang sebenarnya
pada pemilu 2014 yaitu mencoblos nama calon yang diajukan partai.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Mencoblos gambar partai 132 33,00 33,00 33,00
Mencoblos nama calon yang diajukan partai 95 23,75 23,75 56,75
Mencoblos tanda gambar dan nama calon yang diajukan partai 156 39,00 39,00 95,75
Tidak tahu 17 4,25 4,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.49. Pengetahuan responden tentang cara pencoblosan pada Pemilu 2014
Calon anggota legislatif seyogianya populer atau dikenal oleh banyak pemilih, dan
bila terpilih loyalitas calon anggota legislatif seharusnya lebih berorientasi kepada
kepentingan rakyat dibandingkan loyalitasnya kepada partai politik yang mengusulkannya.
Namun, karena sistem pemilu ini belum tersosialisasi dengan baik, mengakibatkan usulan
sebagian besar caleg berbasis otoritas yang dominan dikelola oleh pengurus partai politik,
akibatnya banyak caleg yang belum dikenal oleh pemilih.
71
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu legislatif dengan memberikan skor 1-10, dimana, penilaian dari angka 1 sampai 5,
merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk angka 6 -10, merupakan penilaian
yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu
2014 dan sosialisasi partai politik serta caleg yang berkontes, hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi ternyata merupakan media
yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 314 orang (78,50%), diikuti kemudian dengan
iklan luar ruang sebesar 307 Orang (76, 75 %), kampanye yang dilaksanakan partai politik
secara terbuka ataupun dengan mobilisasi sebanyak 218 orang (54,50%). Sedangkan
publikasi melalui media sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak
322 orang (80,50 %) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian
juga dengan media online sebanyak 313 orang (78,25 %) dan pendidikan politik sebanyak
295 responden (73,75%)
72
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (1 s/d 5) 12 (6 s/d 10)
a. Iklan/Berita di TV 11,50% 0,25% 1% 1,25% 7,50% 12,75% 24,50% 25,75% 7,75% 7,75% 86 314
b. Iklan/Berita di Radio 32,75% 6,75% 4,25% 6,50% 17,50% 14,25% 11,50% 4,00% 1,75% 0,75% 271 129
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll
25,25% 2,50% 5,25% 3,50% 13% 15,50% 17,25% 12% 3,00% 2,75% 198 202
d. Iklan/Berita di media online 49,00% 8% 5,25% 7% 9% 9,50% 7% 3,75% 0,50% 1% 313 87
e.Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
53,00% 6,25% 6,75% 6,75% 7,75% 10,25% 5% 2,75% 0,75% 0,75% 322 78
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster, Spanduk, Kartu nama dll
14% 1% 1,50% 1,50% 5,25% 13,50% 24,25% 24% 9,25% 5,75% 93 307
g. Kampanye Partai Politik 16,75% 2,50% 3,50% 5,25% 17,50% 19,25% 17,25% 11,75% 4% 2,25% 182 218
h. Kunjungan Tim Sukses 20,50% 3,75% 6% 4,50% 15,75% 21% 16,75% 7,50% 2,75% 1,50% 202 198
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik
24,75% 5,50% 5,25% 7,50% 18,25% 19% 10,75% 6,25% 1,50% 1,25% 245 155
j.Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28% 2,75% 2% 5% 13,75% 18,75% 16,25% 9,75% 2,25% 1,50% 206 194
k. Pendidikan Politik 47,00% 7% 5,50% 5,25% 9% 13% 4,50% 6,25% 2,25% 0,25% 295 105
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Bentuk media sosialisasiNoS K O R
(Persentase)Jumlah Responden
Tabel IV.50 Skor penilaian Responden atas bentuk media sosialisasi yang efektif mengenai Partai Politik/Calon Anggota Legislatif peserta Pemilu tahun 2014
73
Dari hasil tersebut di atas, terlihat bahwa media televisi masih menjadi media yang
efektif untuk menyampaikan informasi berkaitan dengan Pemilu, sedangkan media sosial
yang diakses melalui internet, belum menjadi pilihan dari sebahagian besar pemilih di
Kabupaten Deli Serdang untuk mendapatkan informasi tentang Pemilu.
Secara teoritik bahwa pengaruh pendidikan dan sosialisasi politik adalah signifikan
terhadap perilaku politik komunitas (Kartini, 2009). Proses pendidikan politik dilakukan
secara intensional (dengan sengaja dan dengan tujuan tertentu), sedangkan sosialisasi politik,
adalah proses mempengaruhi secara politik tanpa kesengajaan. Dampak dari sosialisasi
politik menunjukkan bahwa anak dan orang dewasa itu tanpa sengaja dan tanpa refleksi
harus hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan ketentuan dari struktur-struktur
politik yang ada di masyarakat. Sedang dampak dari pendidikan politik ialah mengarahkan
anak muda dan orang dewasa pada proses belajar berpartisipasi aktif di tengah kehidupan
politik.
Terkait dengan paparan diatas, maka ketidaktahuan responden tentang teknis
pelaksanaan Pemilu sebagaimana terungkap dalam temuan sebelumnya terkait pula dengan
sosialisasi Pemilu, sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai politik dan caleg yang masih
kurang memadai menurut 173 responden (43,25%) sesuai data Grafik IV.5 dan Tabel IV.45.
Gambaran ini sebenarnya bukan monopoli pemilih di Kabupaten Deli Serdang saja, tapi juga
ungkapan pemilih di seluruh Indonesia, terutama daerah-daerah yang sangat terpencil. Karena
itu pula, seluruh pemangku kepentingan (stake holder) harus bekerjasama dan memilih
strategi sosialisasi yang tepat sasaran agar pemahaman tentang teknis pelaksanaan Pemilu
dapat diserap sebagian besar pemilih.
Sebanyak 364 responden (91,00%) menyatakan telah memiliki kesiapan tentang partai
politik di tingkat DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih
sebelum ke TPS pada pemilu 2014 dan 36 responden (9,00%) menyatakan tidak memiliki
kesiapan untuk memilih parpol.
74
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 364 91,00 91,00 91,00
Tidak 36 9,00 9,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.51 Kesiapan responden tentang partai politik di DPR,DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa 354 responden (88,50%) telah memiliki
kesiapan untuk memilih caleg yang akan dipilih di DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten Deli Serdang sebelum sampai ke TPS dan sebanyak 46 responden (11,50%) tidak
memiliki kesiapan untuk menentukan caleg yang akan dipilih, sehingga pilihannya
dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik
dan ‘gambling’, karena mereka baru pemilih pemula dan belum mendapatkan sosialisasi
politik yang tuntas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 354 88,50 88,50 88,50
Tidak 46 11,50 11,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.52 Kesiapan responden tentang Caleg di DPR,DPRD Provinsi,DPRD Kabupaten Deli Serdang yang akan dipilih sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2014
Setiap pemilih dihadapkan pada banyak pilihan sejalan dengan banyaknya kandidat
dan parpol peserta Pemilu. Setidaknya ada 3 kelompok besar kondisi memilih yang juga
dapat merefleksikan peta persaingan yang ada yaitu, (1) memilih caleg dari parpol yang
sama, atau (2) memilih caleg dari parpol berbeda. Dan pada kondisi dimana pemilih kurang
mengenal calegnya maka pemilih akan dihadapkan pada kondisi untuk memilih caleg atau
parpol, dengan alternatif (3) memilih parpol.
75
Berdasarkan hasil survey terdapat 260 responden (65,00%) memilih caleg dari parpol
yang sama untuk semua tingkatan legislatif dan 140 responden (35,00%) menyatakan tidak
memilih caleg dari partai politik yang sama.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 260 65,00 65,00 65,00
Tidak 140 35,00 35,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.53 Apakah mencoblos Surat Suara anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Deli Serdang berasal dari Partai yang sama ?
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang aktif. Menjatuhkan pilihan
pada partai politik tertentu, merupakan keputusan yang dilandasi faktor motivasi yang dapat
bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat pula dipengaruhi oleh strategi
komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh partai politik yang dialami
pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik dapat pula
mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam mengidentifikasikan parpol pilihannya atau
berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik tertentu.
Secara konsekuensif, bahwa penilaian pemilih atas pola mengakomodir kepentingan
rakyat oleh legislatif hasil Pemilu tahun 2009 dapat mempengaruhi preferensi dan pandangan
masyarakat terhadap kecenderungan pilihannya atas parpol peserta Pemilu tahun 2014.
Pandangan tersebut diatas dapat diterangkan dengan rangkaian hasil penelitian Romli (2010:
94) yang menyimpulkan bahwa prilaku memilih dalam Pemilu tahun 2009 lalu
memperlihatkan 4 (empat) kecenderungan, yaitu: (1) secara demografis, maka kecenderungan
pemilih di perkotaan yang tidak terikat kuat dengan latar belakang demografi (suku, jenis
kelamin, dan agama) calon legislatif, sedangkan untuk wilayah perdesaan maka ikatan
kulturalnya masih menjadi faktor yang mempengaruhi pilihannya terhadap caleg dan
parpol.(2) secara ekologis, perbedaan konsentrasi basis massa partai politik mempengaruhi
perolehan suara masing-masing partai politik, (3) secara psikologis, maka peranan patrón
sebagai sumber informasi diantara elit desa, pejabat birokrasi lebih mempengaruhi pilihan
masyarakat yang tinggal di perdesaan dan ada temuan berlangsungnya prilaku transaksional,
76
sedangkan diperkotaan sumber informasi instan yang diperoleh dari media tv, radio, koran
dapat mempegaruhi peroleh suara partai politik, namun kurang signifikan atas perolehan
suara caleg, dan (4) dengan pendekatan pilihan rasional, maka pemilih yang rasional idealis
(kader, konstituen loyal) yang terpengaruh oleh ideologi, platform dan program parpol
ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih rasional realistis (mempertimbangkan
kalkulasi ekonomi, kecipratan untung).
Dari uraian diatas dapat dilihat gambaran pada tabel responden dibawah ini untuk
menentukan pilihannya bahwa responden yang tidak mencoblos caleg dari partai yang sama,
sebanyak 85 responden (60,71%) mengurai alasan lebih memilih figur dari calonnya, 42
responden (30,00%) memilih calon yang dikenalnya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Karena yang datang sosialiasi berbeda 1 0,71 0,71 0,71
Melihat figurnya walau beda partai 85 60,71 60,71 61,43
Melihat programnya 7 5,00 5,00 66,43
Memilih yang dikenal 42 30,00 30,00 96,43
Sesuai hati nurani 4 2,86 2,86 99,29
Tidak mengenal semua calon 1 0,71 0,71 100,00
Total 140 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.54 Kalau Tidak, Mengapa tidak mencoblos Surat Suara yang berasal dari partai yang sama ?
C.4. Partisipasi Pemilih pada Pemilu Legislatif tahun 2014
C.4.1. Popularitas Partai Politik dan Calon Anggota Legislatif tahun 2014
Perubahan pola perilaku pemilih dari pemilih tradisional menuju modern ini
mengisyaratkan bahwa sebagian besar responden mulai lebih cerdas dalam menjatuhkan
pilihannya. Dalam artian, mereka tidak ingin lagi seperti membeli kucing dalam karung dan
hanya tertarik dengan pesona-pesona dan kharisma pemimpin Parpol.
Sebanyak 269 dari 400 responden (67,25%) akan mencoblos tanda gambar partai jika
tidak mengenal calonnya, 71 responden (17,75) tidak mencoblos tanda gambar partai dan
nama calon, sebanyak 35 responden (8,75%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
77
sekenanya saja dan 25 responden (6,25%) mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
yang ada di urutan teratas. Seperti terurai pada tabel IV.55.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Mencoblos tanda gambar partai saja 269 67,25 67,25 67,25
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon yang ada di urutan teratas
25 6,25 6,25 73,50
Mencoblos tanda gambar partai dan nama calon sekenanya saja
35 8,75 8,75 82,25
Tidak mencoblos tanda gambar partai dan nama calon
71 17,75 17,75 100,00
Total 400 100,00 100,00Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.55. Jika pada saat pencoblosan tidak mengenal calon, kira kira apa yang akan dilakukan ?
Tampaknya peran ‘tokoh’ mulai tergantikan oleh platform atau program parpol. Ini
mudah dipahami, karena dengan kebebasan informasi sekarang, citra tokoh pemimpin dan
pemimpin kharismatik tidak lagi ‘sesempurna’ masa silam, karena dengan mudah citra itu
akan berubah, jika kebusukan politik atau skandal pribadinya diungkap pers. Ditambah lagi,
kharisma pemimpin ternyata tidak menjadi garansi dalam melakukan perubahan, yang
dianggap sebagian responden semakin menurun.
Perubahan pola perilaku pemilih ‘tradisional’ menuju ‘rasional’ ini sebenarnya
merupakan peluang bagus yang harus dimanfaatkan setiap parpol. Ini bisa disiasati dengan
menawarkan program partai yang lebih rasional dan operasional serta berdampak langsung
kepada masyarakat. Retorika-retorika yang sering disampaikan pada masa kampanye silam,
sudah saatnya dirubah dengan logika-logika yang dikemas dalam program parpol yang
berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat; seperti skenario penanggulangan
pengangguran, pertumbuhan dan keadilan ekonomi, akses pada pelayanan publik dengan
indikator-indikator yang lebih terukur. Kampanye monolog perlu disiasati dengan dialog,
termasuk menawarkan caleg-caleg yang lebih kritis dan memiliki integritas yang baik.
Ketika pemilih merasa bingung untuk menentukan pilihan pada pemilu Legislatif,
maka alternatif memilih partai jauh lebih mudah bisa dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan, karena jumlahnya hanya 12 Partai saja, serta jauh lebih sedikit dibandingkan caleg
yang jumlahnya bisa ratusan tertera di surat suara.
78
Aspek pertimbangan memilih partai lebih sederhana. Bisa membedakan partai
nasionalis atau islamis. Bisa partai dominan atau tak dominan di parlemen. Bisa partai lama
atau baru. Bisa partai yang anggotanya di masa jabatan legislatif/eksekutif, paling sedikit
melakukan korupsi atau kejahatan lainnya. Bisa tak ingin memilih partai pemenang pemilu
sebelumnya, atau malah tetap mempertahankannya.
Memilih partai (bukan caleg) masih relevan, karena sistem pemilu kita menerima
memilih partai. Memang, pasal 5 UU No. 8/2012 menyatakan Pemilu 2014 menggunakan
sistem proporsional daftar terbuka untuk DPR serta DPRD I dan II (untuk DPD bersistem
mayoritarian banyak wakil). Sistem pemilu ini dalam penerapan ketat teknis pemilihannya,
memilih caleg/orang. Teknis memilih caleg (tanpa partai) menjadi salah satu pembeda
dengan sistem proporsional daftar tertutup yang memilih partai.
Pemilu 2014 masih menerima pilihan partai saja karena beberapa pertimbangan.
Indonesia masih di fase transisi, dari otokrasi menuju demokrasi. Politik, baik makna
struktural maupun kultural, masih jauh dari masyarakat karena setengah dari usia bangsa
Indonesia hidup di masa pengharaman politik. Pasca-Reformasi, baru tiga kali kita benar-
benar menyelenggarakan pemilu setelah dari 1971 sampai 1997. Keadaan ini menjadikan
penerapan sistem proporsional daftar terbuka di Pemilu 2009 dan 2014 tak utuh sesuai teori.
Seperti yang tertera di tabel berikut ini, meskipun para responden lebih mudah
memilih partai dan menyebutkan pilihan partainya, namun masih lebih banyak responden
yang merahasiakan pilihan partainya yaitu sebanyak 143 dari 400 responden (35,75 %).
Dengan itu, para responden sudah memahami azas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil. Seperti pada tabel IV.56.
79
No. Nama Partai Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
1. PDI Perjuangan 108 27,00 27,00 27,00
2. Partai Golkar 29 7,25 7,25 34,25
3. Partai Gerindra 41 10,25 10,25 44,50
4. Partai Demokrat 34 8,50 8,50 53,00
5. PKB 3 0,75 0,75 53,75
6. PKS 9 2,25 2,25 56,00
7. PAN 8 2,00 2,00 58,00
8. PPP 8 2,00 2,00 60,00
9. Partai Nasdem 7 1,75 1,75 61,75
10. Partai Hanura 9 2,25 2,25 64,00
11. Belum Punya Hak Pilih pada Pemilu 2014 1 0,25 0,25 64,25
12. Rahasia 143 35,75 35,75 100,00
400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 201
Tabel IV.56. Partai politik yang dipilih Responden pada pemilu 2014
Popularitas lembaga legislatif masih didominasi oleh DPR dan DPRD, yang berarti
bahwa lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai utusan daerah, masih kurang
dikenal masyarakat. Pada hasil survey terlihat 43 dari 400 responden (10,75 %) menyatakan
tidak pernah mendengar lembaga Dewan Perwakilan Daerah. Seperti terurai pada tabel IV.57
berikut ini :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Pernah 357 89,25 89,25 89,25Tidak pernah 43 10,75 10,75 100,00Total 400 100,00 100,00
Tabel IV.57. Tanggapan responden, apakah pernah mendengar adanya Dewan Perwakilan Daerah ?
Menurut tanggapan masyarakat tentang siapa yang memilih anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), sebanyak 305 dari 400 responden (76,25 %) menjawab dipilih
oleh Rakyat secara langsung.
80
Namun masih terdapat 77 dari 400 responden (19,25%) yang mengaku bahwa mereka tidak
tahu siapa yang memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), hal tersebut tertera
dalam table IV.58.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
MPR 5 1,25 1,25 1,25
DPR 5 1,25 1,25 2,50
DPRD 8 2,00 2,00 4,50
Rakyat secara langsung 305 76,25 76,25 80,75
Tidak tahu 77 19,25 19,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.58. Tanggapan responden tentang siapa yang memilih anggota DPD ?
Secara umum menyebutkan bahwa masyarakat masih banyak yang belum mengetahui
tentang DPD, hal tersebut dilihat pada table IV.59.
Frequency Percent Frequency Percent
1 Jumlah anggota DPD tiap provinsi adalah 4 orang 85 21,25% 315 78,75%
2 Anggota DPD dipilih secara langsung oleh rakyat 305 76,25% 95 23,75%
3DPD adalah lembaga yang berisi para wakil daritiap provinsi 171 42,75% 229 57,25%
4DPD berwenang memberikan usulan rancanganUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah 146 36,50% 254 63,50%
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.59. Pengetahuan responden tentang DPD
No Hal-hal Tentang DPDTahu Tidak tahu
Sedangkan dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat dengan Dewan Pimpinan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Deli Serdang selama ini. Dilihat dari hasil survey menyebutkan
bahwa terdapat 183 responden dari 400 responden (45,75%) menyebut bahwa kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang selama ini “Kurang Puas”. Sedangkan yang terendah 1(satu)
81
responden dari 400 responden (0,25%) menyatakan “Sangat Puas”terhadap kinerja DPRD
Kabupaten Deli Serdang. Terlihat pada Tabel IV.60.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sangat puas 1 0,25 0,25 0,25
Puas 56 14,00 14,00 14,25
Kurang Puas 183 45,75 45,75 60,00
Tidak puas 75 18,75 18,75 78,75
Sangat tidak puas 13 3,25 3,25 82,00
Tidak tahu 72 18,00 18,00 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.60. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Kabupaten Deli Serdang selama ini
Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota Dewan dari tingkat Pusat hingga
Kabupaten, dan kinerja yang harus diperbaiki menurut masyarakat Kabupaten Deli Serdang
menyebutkan bahwa yang tertinggi sebanyak 65 responden dari 400 responden (23,99 %)
menyatakan änggota Dewan yang merupakan perwakilan dan perpanjang tangan rakyat
“Kurang memperhatikan masyarakat”, sedangkan kan yang terendah yang menyatakan
“Biaya Pajak Tinggi”, sebanyak 1 (Satu) orang dari 400 responden (0,37%). Hal tersebut
terpapar di Tabel IV.61.
82
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Biaya pajak tinggi 1 0,37 0,37 0,37
Disiplin bekerja 4 1,48 1,48 1,85
Peduli ke masyarakat 42 15,50 15,50 17,34
Infrastruktur 32 11,81 11,81 29,15
Janji tidak ditepati 28 10,33 10,33 39,48
Memperhatikan Masalah ekonomi Rakyat
23 8,49 8,49 47,97
Membangun desa 17 6,27 6,27 54,24
Kurang memperhatikan masyarakat 65 23,99 23,99 78,23
Meningkatkan kinerjanya 25 9,23 9,23 87,45
Narkoba 1 0,37 0,37 87,82
Perbaikan sistem birokrasi 1 0,37 0,37 88,19
Tidak ada hasil kerja 28 10,33 10,33 98,52
Tidak memperdulikan petani 3 1,11 1,11 99,63
Buat penyuluhan pertanian 1 0,37 0,37 100,00
Total 271 100,00 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.61. Jika tidak puas, kinerja apa yang barus diperbaiki ?
Demikian juga dengan tingkat kepuasan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang
terhadap kinerja Dewan Perwakilan Daerah Provinsi, yang menyatakan “Kurang
Puas”sebanyak 184 orang dari 400 responden (46,00%), kemudian masyarakat yang
merasa”Tiadak Puas” sebanyak 100 dari 400 responden (25,00%). Sedangkan yang terendah
yaitu menyatakan “Sangat Tidak Puas”sebanyak 11 responden dari 400 responden (2,75%).
Hal tersebut dapat dilihat di Tabel IV.62.
83
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Puas 31 7,75 7,75 7,75
Kurang Puas 184 46,00 46,00 53,75
Tidak puas 100 25,00 25,00 78,75
Sangat tidak puas 11 2,75 2,75 81,50
Tidak tahu 74 18,50 18,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.62. Kepuasan responden dengan kinerja DPRD Provinsi selama ini
Sedangkan tingkat kepuasan masyarakat tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat
selama ini. Dari 400 responden terdapat 185 responden (46,25) merasa “Kurang puas”. Dan
yang “Tidak Puas” sebanyak 122 responden dari 400 responden (28,00 %), serta yang merasa
“Puas” tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak 30 responden (7,50%).
Tertera dalam Tabel IV.63.
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Puas 30 7,50 7,50 7,50
Kurang Puas 185 46,25 46,25 53,75
Tidak Puas 112 28,00 28,00 81,75
Tidak tahu 73 18,25 18,25 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.63. Kepuasan responden tentang kinerja DPR selama ini
C.4.2. Politik Uang (Money Politics)
Pendidikan politik yang buruk terhadap pemilih dapat ditelusuri dari adanya politik
uang dalam menggarap suara pemilih dan mempengaruhi preferensi pemilih. Berdasarkan
hasil penelitian ini, ketika ditanyakan apakah ada calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur
anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli Serdang yang
memberikan uang dan sesuatu yang termasuk kategori politik uang, terdapat 73 dari 400
84
responden (18,25%) yang mengakui bahwa dalam Pileg tahun 2014 lalu menerima pemberian
uang, 55 responden (13,75%) menerima barang tertentu, 66 responden (16,50 %) menerima
bantuan sembako, dan 20 responden (5,00%) menerima bantuan bibit/pupuk.
Bentuk Pemberian Ya Tidak
a. Uang 18,25% 81,75%
b. Barang tertentu 13,75% 86,25%
c. Sembako 16,50% 83,50%
d. Bibit atau pupuk 5,00% 95,00%Sumber: Data survey tahun 2015
Tabel IV.64. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur anggota DPR, DPRD Provinsi Sumatera Utara, atau DPRD Kabupaten Deli
Serdang yang memberikan hal-hal berikut:
Pengaruh pemberian yang diterima oleh responden terhadap pilihannya ternyata tidak
signifikan, dimana terdapat 36 responden dari 400 responden (9,00%) yang memberikan
suaranya dalam Pileg 2014 atas Partai Politik pilihannya terkait dengan pemberian calon
legislatif, tim sukses atau pengurus partai yang mendatangi pemilih.
Kondisi keterpengaruhan atau perilaku pemilih terkait pemberian uang dapat
dijelaskan oleh jawaban responden sebagai keharusan untuk tidak mengingkari
tanggungjawab yang ditunjukkan dalam perilaku pemilih sebagai tanggapan atau mereka
atas pemberian yang telah diterima dengan gambaran bahwa pemberian merupakan perhatian
kepada masyarakat, merasa terbantu secara ekonomi, serta adanya ungkapan aji mumpung
“Kapan lagi kita menerima pemberian dari calon legislatif, kalau bukan saat mereka
memerlukan suara kita, sehingga terima saja uangnya pilihannya kita yang tahu”.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 36 9,00 9,00 9,00
Tidak 364 91,00 91,00 100,00
Total 400 100,0 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.65. Keterpengaruhan responden karena pemberian Uang dan barang
85
C.4.3. Kehadiran Pemilih di TPS pada Pemilu Legislatif tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 lalu, erat
hubungannya dengan pengetahuan responden dan sudah terdaftar di DPT (Daftar Pemilu
Tetap). Dari 400 responden mengaku 396 responden (99,00 %) menyatakan terdaftar dalam
DPT, sedang 4 orang (1,00 %) ditemukan tidak terdaftar. Temuan itu diperoleh, karena
responden utama dan 5 responden cadangan yang sudah didaftar tidak ditemukan enumerator,
sehingga langkah berikutnya mengambil keterangan dari responden cadangan terdekat dan
ternyata 4 responden tersebut mengaku belum terdaftar di DPT.
Salah satu indikator tingkat partisipasi politik pemilih dapat ditelusuri dari kehadiran
pemilih di TPS saat pemberian suara dalam Pemilu. Berdasarkan hasil penelitian ini, 97 %
responden menyatakan datang memberikan suaranya di TPS dalam Pemilu Legislatif tahun
2014 lalu.
86
1 Bangun Purba 25 ( 6,25% ) 0 ( 0,00% )
2 Batang Kuis 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
3 Beringin 8 ( 2,00% ) 2 ( 0,50% )
4 Biru-biru 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
5 Deli Tua 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
6 Galang 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
7 Gunung Meriah 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
8 Hamparan Perak 18 ( 4,50% ) 2 ( 0,50% )
9 Kutalimbaru 14 ( 3,50% ) 1 ( 0,25% )
10 Labuhan Deli 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
11 Lubuk Pakam 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
12 Namorambe 35 ( 8,75% ) 0 ( 0,00% )
13 Pantai Labu 19 ( 4,75% ) 1 ( 0,25% )
14 Percut Sei Tuan 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
15 Pagar Merbau 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
16 Pancur Batu 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
17 Patumbak 10 ( 2,50% ) 0 ( 0,00% )
18 Sibolangit 29 ( 7,25% ) 1 ( 0,25% )
19 STM Hilir 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
20 STM Hulu 20 ( 5,00% ) 0 ( 0,00% )
21 Sunggal 15 ( 3,75% ) 0 ( 0,00% )
22 Tanjung Morawa 23 ( 5,75% ) 2 ( 0,50% )
Total hadir di TPS 388 ( 97,00% )
Tidak hadir di TPS 12 ( 3,00% )
Jumlah
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.66. Kehadiran Responden datang ke TPS sewaktu Pemilu Legislatif tahun 2014
No Kecamatan
400 (100% )
Ke TPS sewaktu Pileg?
Ya Tidak
Saat ini permasalahan akurasi Daftar Pemilih, masih tetap menjadi perhatian, terutama
dengan fakta semakin meningkatnya angka pemilih yang tidak melakukan pencoblosan
(Golput) ditambah yang tidak terdaftar. Persoalan registrasi pemilih yang masih
mengandalkan hasil kerja Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang,
ternyata masih memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan misalnya duplikasi data
87
pemilih, diakibatkan adanya kemungkinan petugas pendaftar tidak langsung door to door
menjumpai masyarakat, atau karena beranggapan bahwa Kartu Keluarga (KK) Rumah
Tangga yang dimiliki oleh penduduk Kabupaten Deli Serdang masih dapat digunakan sebagai
rujukan untuk menghitung penduduk dan jumlah pemilih, sementara penduduk belum
melakukan pembaharuan atau up-dating Kartu Keluarga. Keadaan ini dapat mengakibatkan
pemilih berpeluang untuk mencoblos lebih dari sekali pada Pemilu 2014 lalu.
Selain itu, adanya fenomena ghost-voter (terdaftar padahal tidak jelas keberadaan
orangnya, telah pindah atau sudah meninggal dunia), serta tingginya jumlah pemilih tidak
terdaftar karena tidak didata oleh petugas secara teliti dapat melanggar asas Jurdil Pemilu.
Fenomena tingginya angka ghost-voter terkait dengan meningkatnya masalah penduduk yang
tidak terdaftar dan pemilih terdaftar tidak memperoleh Kartu Undangan Pemilih yang
mendatangkan masalah protes pemilih dan potensi konflik sosial yang selanjutnya dapat
menjadi bahan gugatan masyarakat sehingga menjadi kasus sengketa Pemilu. Karena itu
pendataan pemilih haruslah dikontrol oleh KPU Kabupaten/Kota.
Hasil Pemilu Legislatif Tahun 2014 tingkat DPRD Kabupaten Deli Serdang, adalah
seperti pada tabel berikut ini.
88
No Dapil Nasdem PKB PKS PDIP Golkar Gerindra Demokrat PAN PPP Hanura PBB PKPI Jumlah suara sah
Jumlah suara tidak sah
Jumlah Suara sah dan Tidak Sah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Sunggal 3.394 1.972 8.079 10.051 27.887 11.573 7.004 7.151 3.031 3.341 2.783 5.010 91.276 4.396 95.672
2 Hamparan Perak 3.204 9.045 3.175 4.810 7.657 4.781 7.691 8.538 4.407 7.433 1.492 1.585 63.818 3.414 67.232
3 Labuhan Deli 1.050 1.946 1.066 3.307 998 4.653 5.811 794 1.437 786 192 227 22.267 1.152 23.419
Percut Sei Tuan 7.674 10.834 10.144 17.937 16.377 21.403 15.786 8.505 15.185 6.017 5.731 2.858 138.451 1.395 139.846
1Tanjung Morawa 8.982 7.293 4.207 11.641 13.448 5.322 11.362 6.224 5.284 6.522 1.668 3.216 85.169 2.116 87.285
Patumbak 3.504 731 2.287 4.558 3.448 6.075 3.019 1.777 3.122 2.880 725 1.621 33.747 1.197 34.944
1 Batang Kuis 1.422 1.747 2.588 2.587 1.725 1.879 2.358 3.289 1.723 486 3.434 364 23.602 1.179 24.781
23 Lubuk Pakam 993 401 1.474 6.944 6.642 4.700 4.150 6.429 1.807 457 1.735 2.644 38.376 1.304 39.680
Pagar Merbau 616 262 787 2.808 5.031 2.890 627 3.054 549 310 360 264 17.558 636 18.194
Pantai Labu 705 491 1.242 2.216 3.849 2.407 2.915 1.226 317 303 1.813 1.102 18.586 1.223 19.809
1 Beringin 1.843 593 1.843 3.042 3.319 7.330 1.477 1.889 945 1.913 402 1.553 26.149 864 27.013
1 Gunung Meriah 82 10 22 390 528 179 131 2 30 142 0 12 1.528 42 1.570
2 STM Hulu 248 80 279 864 1.665 279 337 319 208 1.700 74 50 6.103 160 6.263
3 STM Hilir 597 486 960 3.040 2.290 655 899 938 283 3.814 248 200 14.410 433 14.843
4 Bangun Purba 1.079 200 839 1.019 1.274 1.363 2.146 1.285 143 1.205 1.038 17 11.608 459 12.067
5 Galang 4.176 1.118 2.124 4.055 3.561 2.208 2.585 4.031 551 4.734 2.388 20 31.551 1.104 32.655
1 Sibolangit 584 125 115 1.888 2.144 1.125 1.781 413 23 1.306 24 209 9.737 273 10.010
2 Kutalimbau 2.275 294 551 1.455 1.985 3.368 2.584 262 932 2.398 59 155 16.318 416 16.734
3 Pancur Batu 1.251 524 2.264 5.722 4.731 5.242 5.681 1.545 662 5.950 325 1.095 34.992 1.258 36.250
4 Namorambe 468 436 965 7.576 1.616 1.734 859 378 326 419 131 366 15.274 403 15.677
5 Biru-biru 2.314 383 780 2.064 2.563 3.285 584 1.310 544 235 116 1.131 15.309 462 15.771
6 Deli Tua 2.010 1.694 1.543 3.677 4.425 1.661 917 2.808 2.586 611 2.301 463 24.696 836 25.532
48.471 40.665 47.334 101.651 117.163 94.112 80.704 62.167 44.095 52.962 27.039 24.162 740.525 24.722 765.247
6,55% 5,49% 6,39% 13,73% 15,82% 12,71% 10,90% 8,39% 5,95% 7,15% 3,65% 3,26% 100,00%
Sumber : Data KPU-DS
Tabel IV.67. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Partai Politik untuk DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Jumlah Perolehan Suara
Presentase Perolehan Suara
Deli Serdang 1
Deli Serdang 2
Deli Serdang 3
Deli Serdang 4
Deli Serdang 5
Deli Serdang 6
89
Berdasarkan Tabel IV.43. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014,
jumlah pemilih terdaftar sebanyak 1.338.124 pemilih, jumlah yang hadir ke TPS pada hari
pemungutan suara sesuai Tabel IV.67. Rekapitulasi Perolehan Suara Partai Politik untuk
DPRD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 dan jumlah suara tidak sah sebanyak 765.247
suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten Deli Serdang di Kabupaten Deli Serdang sebesar 57.19% (Sumaber : Data
KPU DS)
D. Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
D.1 Landasan/Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
1. Undang-Undang No 42 Tahun 2008, Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
2. Undang-Undang No 15 Tahun 2011, Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
3. Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13 Tahun 2012, No. 11 Tahun
2012, No. 01 Tahun 2012, Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
4. Peraturan KPU No. 4 Tahun 2014 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
5. Peraturan KPU No. 09 Tahun 2014 Tentang Penyusunan Daftar Pemilih Dalam
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
6. Peraturan KPU No. 19 Tahun 2014 Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara di
TPS Dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
90
D.2. Data Pemilih Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
L P JLH L P JLH1 GUNUNG MERIAH 12 1.373 1.383 2.756 1.025 1.064 2.089 12
2 STM. HULU 20 6.775 6.799 13.574 4.589 4.706 9.295 36
3 SIBOLANGIT 30 10.647 10.695 21.342 7.448 7.848 15.296 65
4 KUTALIMBARU 14 17.433 17.541 34.974 13.079 13.885 26.964 83
5 PANCUR BATU 25 44.339 44.384 88.723 31.231 32.620 63.851 167
6 NAMORAMBE 36 18.384 18.625 37.009 12.439 13.149 25.588 76
7 BIRU-BIRU 17 18.261 17.970 36.231 12.457 13.144 25.601 74
8 STM. HILIR 15 17.567 17.496 35.063 11.740 12.001 23.741 75
9 BANGUN PURBA 24 12.624 12.475 25.099 8.095 8.237 16.332 50
10 GALANG 29 36.023 35.031 71.054 22.677 23.504 46.181 124
11 TANJUNG MORAWA 26 106.051 103.900 209.951 75.145 75.973 151.118 392
12 PATUMBAK 8 43.672 42.474 86.146 32.066 32.173 64.239 134
13 DELI TUA 6 29.585 28.559 58.144 20.266 21.076 41.342 86
14 SUNGGAL 17 120.758 117.980 238.738 95.165 93.979 189.144 458
15 HAMPARAN PERAK 20 80.278 76.185 156.463 54.089 52.878 106.967 293
16 LABUHAN DELI 5 33.346 31.548 64.894 22.206 21.438 43.644 112
17 PERCUT SEI TUAN 20 182.280 175.069 357.349 134.914 133.315 268.229 580
18 BATANG KUIS 11 30.749 29.788 60.537 23.221 23.344 46.565 115
19 PANTAI LABU 19 24.233 23.089 47.322 16.441 16.114 32.555 77
20 BERINGIN 11 29.325 28.267 57.592 19.723 19.838 39.561 106
21 LUBUK PAKAM 13 52.370 53.055 105.425 40.079 41.579 81.658 186
22 PAGAR MERBAU 16 19.167 18.709 37.876 13.026 13.103 26.129 70
394 935.240 911.022 1.846.262 671.121 674.968 1.346.089 3.371Sumber : Data KPU-DS
KecamatanJumlah Desa/
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang
Jumlah
Jumlah TPS
PilpresJumlah PemilihNo
D.3. Sosialiasi Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014
Suskesnya penyelenggaraan proses pesta Demokrasi pada pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden tahun 2014 untuk memilih pemimpin negara kesatuan Republik
Indonesia yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, tentu memerlukan kegiatan
sosialisasi yang dapat menambah minat dan kemauan masyarakat untuk menggunakan hak
pilihnya pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 khususnya di daerah
pemilihan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Sehingga suara rakyat terwujud pada penentuan
pemimpin negara.
Kegiatan sosialisasi tentang informasi sistem pemilihan pasangan Calon
Presiden/Wakil Presiden yang lebih intens dilakukan eskpos melalui media, sehingga
91
pengetahuan pemilih tentang teknis pelaksanaan Pemilu Presiden lebih baik. Kegiatan ini
diyakini mampu mengatasi kekurangan informasi tentang sistem pencoblosan pada pemilu
Pilpres tahun 2014 lalu, karena hanya akan mencoblos 2 (dua) pasangan saja. Seperti yang
terurai pada tabel berikut ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Memadai 336 84,00 84,00 84,00
Belum memadai 50 12,50 12,50 96,50
Tidak ada 14 3,50 3,50 100,00
Total 400 100,00 100,00
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.69. Tanggapan responden tentang informasi mengenai sistem pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Belum mengetahui programnya 3 6,00 6,00 6,00
Informasinya belum jelas 10 20,00 20,00 26,00
Kurang sosialiasi melalui media 3 6,00 6,00 32,00
Kurang sosialisasi ke masyarakat 25 50,00 50,00 82,00
Masyarakat apatis 3 6,00 6,00 88,00
Sosialisasi kepada masyarakat secara langsung
3 6,00 6,00 94,00
Tidak mengikut perkembangan politik 3 6,00 6,00 100,00
Total 50 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.70. Alasan belum memadai
Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil dan track record calon
Presiden dan Wakil Presiden, 23 dari 400 responden (5,75 %) menyatakan tidak mendapat
informasi, 52 responden (13,00 %) menyatakan belum memadai, dengan alasan tertinggi
kurang mengenal calonnya sebanyak 20 responden (38,46 %) . Meskipun terdapat 325
responden (81,25 %) menyatakan informasi yang dimaksud sudah memadai, seperti yang
tertera pada tabel berikut ini.
92
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sudah memadai 325 81,25 81,25 81,25
Belum memadai 52 13,00 13,00 94,25
Tidak ada 23 5,75 5,75 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.71. Tanggapan responden tentang informasi mengenai profil, track record calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2014, apakah sudah memadai ?
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Informasi belum jelas 5 9,62 9,62 9,62
Kurang mengenal calonnya 20 38,46 38,46 48,08
Kurang sosialisasi di media 5 9,62 9,62 57,69
Kurang sosialisasi ke masyarakat 12 23,08 23,08 80,77
Tidak mengerti 5 9,62 9,62 90,38
Tidak mengikuti perkembangan politik 5 9,62 9,62 100
Total 52 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
IV.72. Alasan belum memadai
Responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap media sosialisasi tentang
Pemilu Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 dengan memberikan skor 1-10, dimana,
penilaian dari angka 1 sampai 5, merupakan penilaian yang kurang baik, sedangkan untuk
angka 6 -10, merupakan penilaian yang baik. Maka berdasarkan hasil survey, dalam
mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu 2014 dan sosialisasi partai politik pendukung yang
berkontes, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa media pemberitaan dan iklan di televisi
ternyata merupakan media yang paling efektif, hal ini sesuai pandangan 334 orang
(83,50%), diikuti dengan iklan luar ruang sebesar 293 Orang (73,25 %), serta Iklan/Berita di
Surat Kabar/ Majalah sebanyak 240 responden (60,00%). Sedangkan publikasi melalui media
sosial, sangat jarang diakses oleh Pemilih, terbukti dengan sebanyak 301 responden (75,25
%) jarang atau tidak pernah mengakses media sosisal tersebut, demikian juga dengan media
online sebanyak 295 responden (73,75 %) dan kunjungan pengurus partai politik pendukung
sebanyak 247 responden (61,75%)
93
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Iklan/Berita di TV 11,25% 0,25% 0,00% 1,00% 4,00% 8,25% 22,00% 28,50% 10,75% 14,00%
b. Iklan/Berita di Radio 31,75% 7,00% 3,00% 5,75% 13,00% 16,50% 14,75% 5,75% 1,50% 1,00%
c. Iklan/Berita di Surat Kabar/ Majalah, dll 23,50% 2,00% 2,25% 4,00% 8,25% 17,75% 18,75% 16,00% 3,00% 4,50%
d. Iklan/Berita di media online 45,75% 7,25% 4,25% 5,75% 10,75% 11,00% 7,25% 5,50% 1,50% 1,00%
e. Iklan di media sosial(facebook, twitter, instagram, path, dll)
50,75% 5,75% 4,75% 5,50% 8,50% 12,25% 7,00% 3,75% 0,75% 1,00%
f. Iklan Luar Ruang: Baliho, Poster,Spanduk, Kartu nama dll
14,25% 0,75% 2,50% 1,25% 8,00% 12,50% 19,25% 26,00% 8,75% 6,75%
g. Kampanye Partai Politik 21,75% 2,00% 4,00% 4,50% 15,50% 21,50% 12,75% 12,50% 3,50% 2,00%
i. Kunjungan Pengurus Partai Politik 28,00% 3,00% 5,00% 7,00% 18,75% 20,00% 9,00% 5,75% 2,25% 1,25%
j. Informasi dari Kerabat/Keluarga/Teman 28,50% 1,25% 3,75% 4,00% 10,50% 20,75% 15,25% 12,75% 1,75% 1,50%
k. Pendidikan Politik 50,00% 4,50% 6,75% 4,00% 8,25% 11,00% 4,75% 8,25% 1,75% 0,75%
l. Lainnya, sebutkanSumber: Data Survey, Juli 2015
No Bentuk media sosialisasiS K O R (persen)
IV.73. Skor penilaian Responden terhadap bentuk media sosialisasi yang efektif tentang Calon Presiden/Wakil Presiden peserta Pemilu tahun 2014 lalu:
D.4. Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2014
Kehadiran responden di TPS dalam Pemilu Pipres tahun 2014 lalu, erat hubungannya
dengan pengetahuan responden atas didaftarkannya dalam DPT, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kondisi yang sama dengan terdaftarnya responden di dalam Pileg, dimana
396 (99 %) orang responden menyatakan terdaftar dalam DPT, dan terdapat 4 orang (1 %)
yang tidak terdaftar. Keadaan ini disebabkan oleh pengetahuan pemilih atas terdaftarnya
mereka dalam DPT, karena responden berpartisipasi dalam mengisi langsung formulir
pendaftaran, dan ingatan responden manakala petugas datang ke rumah mereka untuk
mendaftarkannnya sebagai calon pemilih Pileg tahun 2014 lalu.
94
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.6. Apakah terdaftar sebagai pemilih pada Pilpres ?
99,00%
1,00%
Ya 396 Tidak 4
95
Ya Tidak1 B. Purba 24(6%) 1(0,3%)
2 Batang Kuis 10(2,5%) 0(0%)
3 Beringin 8(2%) 2(0,5%)
4 Biru-biru 15(3,8%) 0(0%)
5 Deli Tua 10(2,5%) 0%
6 Galang 29(7,5%) 1(0,3%)
7 Gunung Meriah 10(2,5%) 0(0%)
8 Hamparan Perak 18(4,5%) 2(0%)
9 Kutalimbaru 15(3,8%) 0(0%)
10 Labuhan Deli 10(2,5%) 0(0%)
11 Lubuk Pakam 15(3,8%) 0(0%)
12 Namorambe 35(5,5%) 0(0%)
13 P. Labu 19(4,8%) 1(0%)
14 Percut Sei Tuan 19(4,8%) 1(0,3%)
15 Pagar Merbau 15(3,8%) 0(0%)
16 Pancur Batu 23(6,3%) 2(0,5%)
17 Patumbak 10(2,5%) 0(0%)
18 Sibolangit 29(7,3%) 1(0,3%)
19 STM Hilir 15(3,8%) 0(0%)
20 STM Hulu 20(5%) 0(0%)
21 Sunggal 14(3,5%) 1(0%)
22 Tanjung Morawa 23(5,5%) 2(0,5%)
Total 386 (96,50 % ) 14 (5,50% )Sumber: Data Survey, Juli 2015
No KecamatanApakah datang ke TPS sewaktu Pilpres ?
Tabel IV.74. Kehadiran responden pada Pilpres Tahun 2014
Kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam menyumbangkan suaranya
dalam Pemilu Presiden dan wakil Presiden mencerminkan tingkat partisipasi politiknya yang
aktif. Menjatuhkan pilihan pada pasangan calon tertentu, merupakan keputusan yang
dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri sendiri, dan dapat
pula dipengaruhi oleh strategi komunikasi dan pendidikan politik yang telah dilakukan oleh
partai politik pengusung calon yang dialami pemilih tersebut. Pengalaman warga dalam
mengakses layanan publik dapat pula mempengaruhi pola ekspresi pemilih dalam
mengidentifikasikan calon pilihannya atau berafiliasinya pemilih (voters) dalam partai politik
tertentu.
96
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Janji 1 7,14 7,14 7,14
Karena katanya membantu masyarakat 1 7,14 7,14 14,29
Pulang kampong 1 7,14 7,14 21,43
Sedang ada pekerjaan 3 21,43 21,43 42,86
Tidak ada surat memilih 7 50,00 50,00 92,86
Tidak terdaftar 1 7,14 7,14 100,00
Total 14 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.75. Alasan tidak mencoblos pada Pilpres 2014
Dalam pelaksanaan pemilu Presiden dan wakil Presiden 2014 lalu, ternyata tingkat
kesiapan pemilih untuk memantapkan pilihannnya sebelum masuk kedalam bilik suara sudah
tinggi, dimana hanya 383 responden (95,75%) yang telah memiliki preferensi pilihan
pasangan calon yang akan dipilih, sedangkan 10 responden (2,50%) belum memiliki pilihan
saat memasuki bilik suara, sehingga pilihannya dimungkinkan diarahkan tidak terkait dengan
kecerdasannya, tetapi lebih bersifat sporadik dan ‘gambling’. Dan sebanyak 7 responden
(1,75%) enggan untuk menjawab pertanyaan dari enumerator.
Sumber : Data Survey, Juli 2015
Grafik IV.7 Apakah mempunyai kesiapan untuk mencoblos calon presiden dan wakil Presiden ?
95,75%
2,50% 1,75%
Ya 383
Tidak 10
Tidak menjawab 7
97
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Ya 376 94,00 94,00 94,00
Tidak 24 6,00 6,00 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.76. Perilaku responden di dalam bilik suara, apakah memilih calon presiden dan wakil presiden sesuai yang akan dipilih sebelum sampai di TPS pada Pemilu 2014
Terkait dengan politik uang dan pemberian barang pada pemilihan umum Presiden
dan wakil Presiden tahun 2014, responden menjawab beberapa hal seperti pada tabel berikut.
Bentuk Pemberian
a. Uang
b. Barang tertentu
c. Sembako
d. Bibit atau pupuk
e. Lainnya, sebutkan
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Ya Tidak
Tabel IV.77. Tanggapan responden tentang adanya calon/tim sukses/pengurus partai dari unsur Calon Presiden dalam Pilpres 2014 lalu yang memberikan hal-hal berikut ini
1,75% (7)
3,75% (15)
3,5% (14)
2% (8)
98,25% (393)
96,25% (385)
96,5% (386)
98% (392)
Dampak dari politik uang atau pemberian barang tertentu dari pasangan calon, partai
politik pengusung dan tim sukses pasangan calon menunjukkan bahwa hanya 11 responden
(2,75%) menyatakan mencoblos karena pemberian tersebut sedangkan 389 responden
(97,25%) menyatakan tidak terpengaruh oleh pemberian yang disebutkan diatas, seperti dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 11 2,75 2,75 2,75
Tidak 389 97,25 97,25 100,00
Total 400 100 100
Sumber: Data Survey, Juli 2015
Tabel IV.78. Keterpengaruhan responden karena Pemberian Uang dan barang
98
Dalam mengambil keputusan terkait dengan memilih pasangan calon Presiden dan
wakil Presiden pada pemilu 2014 tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan para pemilih,
hal-hal dimaksud adalah Jenis kelamin, Agama, Asal suku, asal partai politik dan program
calon. Hasil survey menunjukkan seperti tabel di bawah ini.
No Faktor
1 Jenis kelamin calon
2 Agama calon
3 Asal suku bangsa calon
4 Asal partai politik
5 Program calon
Sumber: Data Survey, Juli 2015
84,25%
Tak menjadi pertimbangan
47,75%
47,00%
82,25%
68,75%
15,75%
Menjadi pertimbangan
52,25%
53,00%
17,75%
31,25%
Tabel IV.79. Faktor pertimbangan Responden untuk memilih calon Presiden danWakil Presiden
99
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Gunung Meriah
Tjg Morawa Sibolangit Kutalimba
ruPancur Batu
Namorambe
S ibiru-biru S TM Hilir Bangun
Purba Galang STM Hulu Patumbak Jumlah Dipindah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Prabowo – Hatta 346 53.850 1.544 5.830 14.120 6.089 5.521 4.465 4.991 17.163 1.225 21.645 136.789
2 Jokowi-Jusuf Kalla 1.174 38.606 8.376 10.574 24.919 9.772 10.274 10.386 6.222 12.898 5.003 15.801 154.005
1.520 92.456 9.920 16.404 39.039 15.861 15.795 14.851 11.213 30.061 6.228 37.446 290.794
31 362 54 79 139 65 88 70 36 131 38 151 1.244
1.551 92.818 9.974 16.483 39.178 15.926 15.883 14.921 11.249 30.192 6.266 37.597 292.038
No Nama Calon Presiden dan Wakil Presiden
Jumlah Pindahan
Deli Tua S unggalHamparan
PerakLabuhan
DeliPercut Sei
TuanBatang Kuis
Lubuk Pakam
Pagar Merbau
Pantai Labu Beringin
Jumlah Akhir Presentase
1 Prabowo-Hatta 136.789 15.102 53.262 44.699 15.933 91.428 16.245 18.379 10.146 10.445 12.254 424.682 53,19%
2 Jokowi-Jusuf Kalla 154.005 11.411 52.339 23.338 10.437 62.678 8.625 21.223 7.753 8.143 13.808 373.760 46,81%
290.794 26.513 105.601 68.037 26.370 154.106 24.870 39.602 17.899 18.588 26.062 798.442
1.244 139 387 205 79 531 95 136 69 97 73 3.055
292.038 26.652 105.988 68.242 26.449 154.637 24.965 39.738 17.968 18.685 26.135 801.497
Sumber: KPU Deli Serdang, 2014
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Tabel IV.80. Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang
Jumlah Suara Sah
Jumlah Suara Tidak Sah
Jumlah Suara Sah dan Tidak Sah
Jumlah Suara Sah
100
Berdasarkan Tabel IV.68. Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang, jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 1.346.089 pemilih tetapi jumlah yang hadir ke TPS pada hari pemungutan
suara sesuai Tabel IV.80. Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang dan jumlah suara tidak sah sebanyak
801.497 suara. Tingkat partisipasi pemilih Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang sebesar 59.54% (Sumaber : Data KPU DS)
101
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang sudah dipaparkan pada bab-bab terdahulu, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Partisipasi Pemilih dalam setiap Pemilu di Kabupaten Deli Serdang dapat ditelusuri dari
kehadiran dan ketidakhadiran (voter turn-out) di Tempat Pemungutan Suara (TPS)
yang dipengaruhi beragam penyebab. Salah satu hal terkait masalah kehadiran pemilih
dalam Pemilu tahun 2014 lalu di Kabupaten Deli Serdang, dimana hasil penelitian ini
menggambarkan kecenderungan bahwa: (a) Akurasi tahapan pemutakhiran data
pemilih. Persoalan paling sensitif dalam pelaksanaan pemilu Kabupaten Deli Serdang
yang paling rawan berhubungan dengan adanya NIK Ganda (b) Dinamika mobilitas
penduduk yang tergolong pada komuter yaitu penduduk yang bekerja di kota Medan
secara ulang-alik ke Kabupaten Deli Serdang, dimana terdaftar sebagai penduduk yang
memiliki KTP Kabupaten Deli Serdang, namun karena mereka harus bekerja di Kota
Medan dan tidak libur secara fakultatif menyebabkan ketidak pastian mereka dalam
kehadirannya di TPS. (c) Persebaran luasnya lahan Eks HGU perkebunan,
menyebabkan tingginya angka penggarap yang berasal dari banyak Kabupaten/kota lain
Sumatera Utara yang menjadi pemukim di Kabupaten Deli Serdang, yang belum
berstatus penduduk yang terdaftar dalam DPT Pemilu di Kabupaten Deli Serdang. (d)
Masalah tinggi rendahnya kehadiran dan ketidak hadiran pemilih (voting turn-out)
bersumber dari kekurang akuratan DPT Pemilu yang diakibatkan oleh metode verifikasi
dan pemutakhiran data pemilih sehubungan dengan fenomena “ghost voter”, yaitu
pemilih yang terdaftar dalam DPT yang digunakan sebagai referensi undangan terhadap
pemilih, tetapi pada saat hari H ternyata tidak datang atau tidak hadir ke TPS. Ketidak
hadiran pemilih (voter in-absentia) di TPS karena faktor diatas diakibatkan oleh
penduduk yang telah meninggal, pindah, melanjutkan studi dan bekerja di perantauan
(daerah lain) tetapi masih tetap terdaftar dalam Kartu Keluarga dan DPT yang disahkan
oleh KPU Kabupaten Deli Serdang.
2. Tingkat pengetahuan dan pengalaman yang mendukung partisipasi politik masyarakat
untuk pengembangan demokrasi ternyata masih sangat rendah, maka tidak heran kalau
102
elite politik di Kabupaten Deli Serdang mengalami kendala jejaring sosial politik, yang
berdampak pada kurang tersambungnya kebijakan publik dan putusan politik para elit
dengan aspirasi masyarakatnya. Kondisi ini tergambar dari keikutsertaan dari
responden sebagai anggota aktif yang paling banyak adalah dalam organisasi
keagamaan (36,5 %) dan organisasi sosial (15,5 %). Sedangkan yang aktif dalam
kegiatan LSM dan partai politik sangat rendah yaitu masing-masing 1,5 % dan 1,3%.
3. Pengenalan pemilih yang dijadikan responden dalam penelitian ini terhadap figure
calon legislatif, calon kepala daerah, mulai dari tingkat Gubernur sampai Bupati, dan
Presiden serta Partai Politik yang dipilih ternyata banyak dipengaruhi oleh faktor
sosialisasi politik yang telah diterima, karena faktor tersebut dapat mempengaruhi dan
merubah preferensi pemilih terhadap Capres/Cawapres, caleg pilihannya dan Parpol,
terutama bagi para responden yang baru pertama sekali mengikuti Pemilu atau
mengejawantahkan kedaulatan politiknya dalam memilih pejabat politik yang
mewakilinya di lembaga legislatif dan pemerintahan.
4. Tingkat kepuasaan masyarakat (pemilih) terhadap kinerja Pemerintah (Nasional,
Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang) yang rendah juga menjadi salah
satu penyebab rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Deli Serdang,
dimana masyarakat Deli Serdang beranggapan bahwa siapapun yang dipilih, tidak aka
nada perubahan yang mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, terbukti dari
banyaknya persoalan mulai dari harga bahan pokok yang terus meningkat, fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang belum merata serta infrastruktur jalan yang belum
terbangun sampai ke desa-desa terpencil.
5. Kurangnya sosialisasi mengenai kepemiluan mulai dari Pilkada Kepala Daerah
(Gubernur dan Bupati), Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu
Presiden/Wakil Preside yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu (KPU) dan Partai
Politik juga berperan penting dalam menyebabkan rendahnya partisipasi Pemilih dalam
setiap momen pemilihan umum di Kabupaten Deli Serdang.
103
B. REKOMENDASI
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi dalam mengatasi
rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam setiap pemilu di Kabupaten Deli Serdang adalah
sebagai berikut :
1. Konsekuensi dari fluktuasi tingkat partisipasi pemilih yang hadir ke TPS dapat
menimbulkan persoalan yang menjadi titik rawan dalam setiap penyelenggaraan
pemilu legislatif, pilpres dan Pilkada. Karena itu, masalah pemutakhiran data pemilih
harus dilakukan dengan ketelitian dan sistem yang andal setiap tahun oleh KPU
Kabupaten Deli Serdang bersama dengan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yaitu
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Deli Serdang dengan
menetapkan metode verifikasi dan revisi data pemilih secara terukur dan faktual.
2. Kualitas Pemilui tidak dapat hanya diukur dari tingginya partisipasi pemilih yang
hadir ke TPS tanpa dibarengi prilaku pemilih yang rasional. Karena ini KPU Deli
Serdang harus bekerjasama dengan berbagai pihak diantaranya Partai Politik, DPRD,
dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan pendidikan pemilih secara
reguler dengan sistem pendidikan politik yang dilengkapi dengan kurikulum yang
aplikatif yang dapat memenuhi tujuan demokratisasi dan kedaulatan rakyat.
3. Sosialisasi yang intens dengan menggunakan media-media kreatif yang mudah
dijangkau/diakses oleh Pemilih dan juga memanfaatkan tokoh-tokoh masyarakat
(Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Perempuan) untuk dapat lebih cepat
menyampaikan informasi baik mengenai tahapan pemilu maupun berkaitan dengan
calon/peserta pemilu baik kepala daerah, legislative maupun presiden.
104
DAFTAR PUSTAKA
American Center For International Labor Solidarity (ACILS), (1999), A Handbook For
Long-term Election Monitors: Indonesian General Elections 1999.
Budiarjo, Miriam (1994), Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Burns, D. (2000), “Can Local Democracy Survive Governance?” , Urban Studies, Vol. 37,
No. 5-6.
Burns, D., Hambleton, R. & Hogget, P. (1994), The Politics of Decentralisation
(Basingtoke: Macmillan).
Diamond, Larry (ed.), (1988), Democracies in Developing Countries, Lynne Riener Pub.,
Boulder, Colorado, vol. 3.
Duverger, Maurice, 2002, Sosiologi Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Feith, Herbert dan Castles, Lance (1988), Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965,
LP3ES, Jakarta.
Firmanzah, 2010, Persaingan, Legitimasi, Kekuasaan dan Marketing Politik: Pembelajaran
Politik Pemilu 2009, Yayasan Obor, Jakarta.
Grote, J. R and Gbikpi, B., eds (2002) Participatiry Governance, Opladen : Verlag Leske +
Budrich.
Harun, Rochayat dan Sumarno, 2006, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Mandar Maju,
Bandung.
Held, David, 1996, Model of Democracy, Stanford University Press, Cambridge.
Marijan, Kacung, 2010, Sistem Politik Indonesia, Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru,
Penerbit Kencana, Jakarta.
Mas’oed Mochtar dan Mac Andrews, Colin, (2001), Perbandingan Sistem Politik, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Musa, Ali Masykur, 2003, Sistem Pemilu: Proporsional Terbuka Setengah Hati, Pustaka
Indonesia Satu, Jakarta.
Rahman, Arifin, 2002, Sistem Politik Indonesia, Dalam Perspektif Struktural Fungsional,
Penerbit SIC, Surabaya.
105
Richardson, Henry S., 2002, Democratic Authonomy: Public Reasoning about the Ends of
Policy, Oxford University Press, New York.
Riswandi, 2009, Komunikasi Politik, Graha Ilmu Universitas Mercubuana, Jakarta.
Roode, Charlton Clymer, dkk, 2000, (terj.), Pengantar Ilmu Politik, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Romli, Lili, 2010, Evaluasi Pemilu Legislatif 2009, Tinjauan atas Proses Pemilu, Jurnal
Penelitian Politik, Vol. 7 No. 1/2010, LIPI, Jakarta.
Schmitter, P. (2000). “Participation in Governance Arrangement” , (in) Grote, J. R. and
Gbikpi, B., eds (2002).
United States Information Service (USIS), (tanpa tahun), Unsur-Unsur Pemilihan Umum
Demokratis dalam Apakah Demokrasi Itu? (Jakarta: USIS, Indonesia)
Varma, SP, 1999, Teori Politik Modern, PT Raja Grafindo Utama, Jakarta.
Wilopo, (1978), Zaman Pemerintahan Partai-Partai Dan Kelemahan- Kelemahannya,
Yayasan Idaya, Jakarta.