pbl blok 7 ukrida 013

Upload: lamboy-sihaloho

Post on 10-Jan-2016

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ga tau punya siapa

TRANSCRIPT

Struktur dan Mekanisme Pernapasan Atas pada ManusiaTeofanus Delphine Halim102013082Mahasiswa Fakultas Kedokteran UkridaJalan Arjuna Utara No.6,Jakarta Barat [email protected] Manusia merupakan mahluk hidup, dimana manusia akan bernapas untuk melangsungkan proses kehidupan mereka. Proses bernapas ini digunakan juga untuk proses pembakaran energi yang akan digunakan dalam metabolisme tubuh kita. Hasil dari pembakaran tersebut adalah gas CO2 yang akan dibuang dari jaringan menuju ke paru-paru dan dihembuskan keluar. Pada saat kita bernapas, kita akan menghirup O2 yang ada diudara. O2 itu akan masuk melalui hidung/mulut ke faring hingga masuk ke dalam paru-paru. Didalam hidung, terdapat beberapa fungsi, yaitu; untuk melembabkan udara yang masuk, sebagai penyaring, dan sebagai indra penciuman. Dimana semua fungsi tersebut akan diproses disetiap bagian yang terdapat didalam rongga hidung. Yang akan dibahas dalam makalah ini adalah saluran pernapasan bagian atas, serta bagaimana mekanisme pernapasan yang ada dan struktur mengenai saluran pernapasan bagian atas tersebut. Diharapkan dari pembahasan yang akan dibahas, kita dapat mengetahui bagaimana proses pernapasan diatas terjadi dan struktur pernapasan atas tersebut. Pembahasan Hidung terdiri atas bagian eksternal, atau luar, yaitu hidung dan bagian internal yaitu fossa nasalis.1 Hidung bagian luar adalah suatu struktur berbentuk piramid yang terletak di sepertiga tengah wajah.1 Hidung terdiri atas tulang, jaringan fibrosa, tulang rawan, dan kulit pada bagian luar serta membrane mukosa pada bagian dalam.1,2 Kerangka hidung juga dibentuk oleh tulang-tulang etmoidalis, sfenoidalis, maksilaris, dan frontalis. Hidung internal terletak di antara atap mulut dan dasar cranium dan terletak disebelah anterior terhadap nasofaring.1 Udara masuk ke dalam rongga hidung kanan dan kiri melalui dua lubang hidung (nares).1 Septum nasalis, yang membagi rongga hidung menjadi dua, terletak digaris tengah.1 Septum memiliki kerangka tulang dan tulang rawan serta dikedua sisinya dilapisi dengan membrane mukosa.1,2 Tulang rawan kartilago membentuk bagian anterior (kolumela), sedangkan vomer dan lempeng perpendularis tulang etmoidalis membentuk bagian atas, bawah dan posterior.1 Cavum nasi meluas dari lubang hidung di bagian depan ke apertura posterior hidung, yang membuka ke nasofaring di bagian belakang.2 Rongga ini dilapisi oleh membrane mukosa.2 Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatines dan os sphenoidale.2 Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung.3 Vomer dan lempeng perpendicular tulang etmoid membetuk bagian posterior septum nasal.3 Lantai rongga nasal adalah palatum keras yang terbentuk dari tulang maksila dan palatinum.3 Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng kribriform tulang etmoid, pada sisi anterior dari tulang frontal dan nasal, dan pada sisi posterior dari tulang sfenoid.3 Tepat di pintu masuk lubang hidung terdapat vestibula, yang dilapisi oleh kulit dan rambut kaku, berfungsi untuk menyaring partikel-partikel agar partikel tersebut tidak masuk ke dalam paru.1 Setelah vestibula, lapisan dalam dari bagian interior hidung sampai ke paru terbentuk dari membrane mukosa.1 Tulang-tulang turbinatus atau konka dijumpai di sisi medial dinding-dinding lateral masing-masing rongga.1 Fungsi utama tonjolan tulang ini (superior, media dan inferior) adalah melembapkan dan mengatur suhu udara.1 Dengan demikian, tulang-tulang ini memiliki ketebalan dan vaskularisasi terbesar di hidung.1 Konka superior, media, dan inferior adalah tiga tulang lengkung yang halus, yang melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi.2 Tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa (epitel kolumnar bertingkat dan bersilia) yang berisi kelenjar pembuat mucus dan banyak mengandung pembuluh darah.2,3 Konka inferior adalah yang terbesar dan mengadung jaringan semierektil.4 Dibagian bawah tiap konka terdapat muara untuk sinus paranasalis, tiap muara dikenal seebagai meatus.4 Tiap meatus dinamakan menurut konka diatasnya.4 Meatus superior, media, dan inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang terletak dibawah konka.3 Ditulang-tulang wajah terdapat sinus-sinus paranasalis mengelilingi rongga hidung.1 Sinus paranasalis adalah ruang didalam tulang tengkorak yang berhubungan melalui lubang ke dalam cavum nasi.2 Sinus-sinus udara ini yang dilapisi oleh membrane mukosa, berhubungan dengan rongga hidung melalui lubang-lubang di alur antara konka.1 Terdapat empat pasang sinus; frontalis, sfenoidalis, etmoidalis, dan maksilaris yang merupakan kantong tertutup pada bagian frontal etmoid, maksilar dan sfenoid.1,3 Sinus berfungsi untuk meringankan tulang kranial, memberi area permukaan tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk, memproduksi mukus dan memberi efek resonansi dalah produksi bicara.3 Sinus paranasal mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal melalui ductus kecil yang terletak di arca tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus.3 Pada posisi tegak, aliran mucus ke dalam rongga nasal mungkin terhambat, terutama pada kasus infeksi sinus.3 Meatus media, dibawah konka media, mempunyai muara untuk sinus-sinus frontalis, maksilaris, dan etmoidalis anterior.4 Sinus etmoidalis posterior bermuara ke dalam meatus superior.4 Sinus sfenoidalis bermuara diatas konka superior.2 Sinus etmoidalis selain bermuara di meatus media, juga bermuara di meatus superior.2 Untuk sinus frontalis juga bermuara di ductus nasolacrimalis dan meatus inferior.2 Duktus nasolakrimal dari kelenjar air mata membuka kearah meatus inferior.3 Untuk suplai darah ke hidung berasal dari arteri karotis intera dan eskterna.4 Konka mempunyai vaskularisasi yang sangat banyak dan mengandung ruang-ruang vascular yang luas.4 Pembuluh darah septum hidung anterior bertemu disuatu daerah kira-kira 1 inci dari pertemuan mukokutan, yang dikenal sebagai area little.4 Ini adalah daerah yang biasanya sebagai penyebab epistaksis, atau mimisan.4 Pembuluh darah ini dikendalikan oleh sistem saraf otonom.4 Jika terjadi kelebihan rangasang parasimpatis, daerah berkumpul didalam konka, sehingga membengkak, terjadi obstruksi aliran udara, dan pengeluaran sekret cair.4 Persarafan untuk otot-otot bersasal dari saraf fasialis dan untuk kulit berasal dari saraf infraorbitalis, infratroklearis, dan oftalmikus1.1 Hidung internal menerina persarafan dari saraf olfaktorius, vidianus, sfenopalatina, oftalmikus, maksilaris superior dan palatine serta ganglion meckel.1 Faring adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak dan berakhir sampai persambungannya dengan esophagus dan batas tulang rawan krikoid.5 Faring terdiri atas tiga bagian yang dinamai berdasarkan letaknya, yakni nasofaring (dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut), dan laringofaring (dibelakang laring).5 Faring merupakan saluran panjang otot polos yang tidak sempurna, dengan orifisium depan ke kavum nasi, mulut, dan laring, sehingga terdapat nasofaing, orofaring, serta laringofaring.6 Untuk lapisan ototnya sendiri terdapat M.konstriktor faringeus superior yang akan keluar dari ligamentum pterigomandibulare (yang terbentang antara hamulus pterigoideus dan mandibula tepat dibelakang gigi molar ketiga).6 Yang kedua terdapat M.konstriktor faringeus media yang akan keluar dari ligamentum stilohioideum serta kornus minus dan majus os hyoid.6 Yang ketiga terdapat M.konstriktor faringeus inferior yang akan keluar dari kartilago tiroid dan krokoid.6 Otot-otot konstriktor ini mengelilingi faring dan interdigitatum di posterior.6 Celah antara otot-otot ini diisi oleh fasia.6 Terdapat pula lapisan otot longitudinal disebelah dalam.6 Nasofaring dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia dan pada dinding posteriornya terdapat massa jaringan limfatik, tonsila faringealis atau adenoid.6 Persarafan pada laring ada motoris-cabang faringeal dari n.vagus dan sensoris-n. glosofaringeus.6 Komponen teraba pada laring adalah os hyoid setinggi C3, kartilago tiroid setinggi C4 dan C5 dan kartilago krikoid setinggi C6.6 Komponen lain berupa kartilago aritenoid yang melekat ke margo superior krikoid oleh sendi synovial sehingga kartilago ini bisa bergeser dan berputar.6 Tiap kartilago memiliki prosesus vokalis di anterior dan prosesus muskularis di lateral.6 Yang kedua ada epiglottis yang merupakan keeping kartilago retikularis berbentuk daun yang melekat ke bagian belakang kartilago tiroid dan menonjol ke atas dibelakang os hyoid.6 Yang ketiga ada ligamentum tirohioideum laterale yang menghubungkan os hyoid dan tiroid.6 Yang keempat ada konus elastikus (ligamentum krikotiroideum) melekat ke margo superior krikoid dan lewat dibagian dalam tiroid untuk melekat ke bagian belakangnya serta prosesus vokalis aritenoid.6 Margo superiornya menebal membentuk ligamentum vokale yang bersama dengan tunika mukosa yang melapisinya disebut korda vokalis.6 Yang kelima ada artikulasio krikotiroidea yang merupakan suatu sendi sonovial kecil antara kornu inferior kartilago tiroid dengan krikoid, sehingga dapat bergerak seperti engsel.6 Resesus piriformis fosa antara margo posterior kartilago tiroid dan kartilago krikoid serta aritenoid.6 Penting karena pada region ini bisa tetap tanpa gejala sampai terjadi penyebaran ke kelenjar getah bening servikalis sedangkan tumor korda vokalis menyebabkan perubahan suara dini.6 Yang ketujuh ada tunika mukosa sebagian besar berupa epitel bertingkat semu (kolumnar bersilia) namun diatas korda vokalis berubah menjadi epitel gepeng berlapis sehingga korda tersebut tampak berkilauan seperti mutiara.6 Yang terakhir ada plika vestibularis disebut juga sebagai pita suara palsu, sepasang plika tambahan diatas plika vokalis (pita suara sejati).6 Rongga antara plika vokalis dan vestibularis disebut ventrikulus laringis.6 Otot-otot instrinsik laring terdiri dari M.krikotiroideus terletak di bagian luar laring, menegangkan korda vokalis.6 Yang kedua ada M.tiroaritenoideus dari belakang kartilago tiroid menuju prosesus vokalis aritenoid. Untuk relaksasi korda vokalis.6 Yang ketiga ada M.krikoaritenoideus posterior dari belakang krikoid menuju prosesus muskularis aritenoid, untuk abduksi korda vokalis.6 Yang empat ada M.krikoaritenoideus lateralis untuk adduksi korda vokallis.6 Yang terakhir adaMm.interaritenoideus dan ariepiglotikus membentuk sfingter bersama dengan epiglottis untuk menutup orifisium laring (glottis) selama menelan.6 Sedangkan untuk persarafannya, untuk motorik, terdapat n.laringeus rekuren, kecuali m.krikotiroideus yang dipersarafi oleh ramus eksternus n.laringeus superior.6 Untuk sensorik diatas korda vokalis, ramus internus n.laringeus superior yang masuk ke laring melalui membrane tirohioidea.6 Dibawah korda vokalis, n laringeus rekuren (sehingga merupakan nervus campuran) yang masuk ke laring tepat dibelaang artikulasio krikotiroidea.6 Paru-paru dan dinding dada merupakan struktur elastik.7 Normalnya ada tak lebih dari lapisan tipis cairan diantara paru-paru dan dindig dada.7 Paru-paru mudah meluncur diatas dinding dada, tetapi menahan gerakan meninggalkan dinding dada dalam cara yang sama seperti 2 potongan gelas basah yang meluncur satu atas yang lain, tetapi menahan pemisahan.7 Tekanan dalam ruang diantara paru-paru dan dinding dada (tekanan intrapleura) berukuran subatmosfir.7 Paru-paru diregang sewaktu ia diekspansikan saat lahir dan pada akhir ekspirasi tenang, kecenderungan recoil dinding dada tepat seimbang dengan kecenderungan dinding dada untuk recoil dalam arah berlawanan.7 Jika dinding dada dibuka, maka paru-paru kolaps; dan jika paru-paru kehilangan elastisitasnya, maka dada meluas dan menjadi berbentuk tong.7 Inspirasi merupakan proses aktif.7 Kontraksi otot inspirasi meningkatkan volume intrathorax.7 Selama pernapasan tenang, tekanan intrapleura yang sekitar 2.5mmHg (relatif terhadap atmosfir) disaat mulainya inspirasi, menurunkan sekitar -6 mmHg dan paru-paru ditarik kedalam posisi lebih diperluas.7 Tekanan dalam saluran pernapasan menjadi sedikit negative dan udara mengalir ke dalam paru-paru.7 Pada akhir inspirasi, recoil paru-paru menarik dada kembali ke posisi ekspirasi, tempat tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang.7 Tekanan dalam saluran pernapasan menjadi agak positif dan udara mengalir keluar paru-paru.7 Ekspirasi selama pernapasan tenang bersifat pasif dalam arti bahwa tak ada otot yang berkontraksi menurunkan volume intathorax.7 Tetapi ada sejumlah kontraksi otot inspirasi dalam bagian awal ekspirasi.7 Kontraksi ini menimbulkan kerja rem pada tenaga recoil dan melambatkan ekspirasi.7 Usaha insirasi kuat mengurangi tekanan intra pleura ke nilai serendah -30 mmhg, yang menimbulkan derajat inflasi paru yang lebih besar sebanding.7 Bila ventilasi meningkat, maka lua deflasi paru juga ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot ekspirasi yang menurunkan volume intrathorax.7 Setelah berjalan melewati jalan hidung dan pharynx, tempat ia dihangatkan dan mengambil uap air, maka udara yang diinsirasi berjalan menuruni trachea dan melalui bronchioles, bronchioles respiratorius dan ductuus alveolaris ke alveoli.7 Diantara trachea dan sacculus alveolaris, jalan udara dibagi menjadi 23 kali.7 Enam belas generasi jalan pertama membentuk zona konduksi jalan udara yang mengangkut gas dari dan kelar. Ia dibentuk bronchi, bronhioli dan broncioli terminalis.7 Tujuh generasi sisanya membentuk zona peralihan dan pernapasan, tempat pertukaran gas terjadi serta dibentuk oleh bronchioli respiratorius, ductus alveolaris dan alveoli.7 Pembagian majemuk ini sangat meningkatkan luas penampang melitang total jalan udara.7 Akibatnya kecepatan aliran udara di dalam jalan udara kecil menurun ke nilai sangat rendah.7 Alveoli dikelilingi oleh kapiler paru dan dalam kebanyakkan daerah, struktur di antara udara dan darah kapiler tempat terjadi difusi O2 dan CO2, sangat tipis.7 Ada 300 juta alveoli di dalam manusia dan luas total dinding alveoli yang berkontak dengan kapiler dalam paru sekitar 70 m2.7 Alveoli dilapisi oleh 2 jenis sel epitel.7 Sel epitel tipe I merupakan sel gepeng dengan perluasan sitoplasma yang besar dan merupakan sel pelapis primer.7 Sel tipe II lebih tebal dan mengandung banyak badan inklusi lamellar.7 Sel ini mensekresikan surfaktan.7 Ia bisa jenis khusus lain sel epitel dan paru juga mengandung makrofag alveolus paru, limfosit, sel plasma, sel APUD dan sel mast. Sel mast mengandung heparin, berbagai lipid, histamine dan polipeptida yang berpartisipasi dalam reaksi alergi.7 Oksigen kontinu berdifusi keluar dari gas didalam alveoli ke dalam aliran darah dan CO2 kontinu berdifusi kedalam alveoli dari darah.7 Dalam keadaan seimbang, udara inspirasi bercampur dengan gas alveolus, yang menggantikan O2 yang telah memasuki darah dan mengencerkan CO2 yang telah memasuki alveoli.7 bagian campuran ini diekspirasi.7 Kandungan O2 gas alveolus kemudian turun dan kandungan CO2nya meningkat sampai inspirasi berikutnya.7 karena volume gas didalam alveoli sekitar 2 L pada akhir ekspirasi, maka tiap peningkatan 350 mL udara yang diinspirasi dan diekspirasi merubah sangat sedikit PO2 dan PCO2.7 Jelas komposisi gas alveolus masuh sangat tetap, tidak hanya saat istirahat, tetapi dalam berbagai keadaan lain juga.7 Dinamika reaksi hemoglobin dengan O2 membuat ia menjadi pembawa O2 yang sangat cocok.7 Hemoglobin merupakan protein yang dibentuk dari 4 subunit, masing-masingnya mengandung gugusan hem yang dilekatkan ke rantai polipeptida.7 Hem merupakan kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1 atom besi fero.7 Masing-masing dari 4 atom besi ini dapat mengikat reversible satu molekul O2.7 Besi tinggal dalam keadaam fero, sehingga reaksi ini merupakan suatu oksigenasi, bukan suatu oksidasi.7 Telah lazim menulis reaksi hemoglobin dengan O2 sebgai Hb + O2 => HbO2.7 Karena ia mengandung 4 saluran Hb, maka molekul hemoglobin dapat dinyatakan sebagai Hb4 dan sebenarnya ia bereaksi dengan 4 molekul O2 untuk membentuk Hb4O8.7 Reaksi ini cepat, yang memerlukan waktu kurang dari 0.01 detik.7 Deoksigenasi (reduksi) Hb4O8 juga sangat cepat.7 Sedangkan untuk CO2 di dalam darah sekitar 20 kali kelarutan O2, sehingga ada jauh lebih banyak CO2 dibandingkan O2 didalam larutan sederhana pada tekanan parsial seimbang.7 CO2 yang berdifusi ke dalam eritrosit cepat dihidrasi ke H2CO3, karena adanya karbonat anhidrase, H2CO3 berdisosiasi ke H+ dan HCO3- serta H+ dibufer, terutama oleh hemoglobin, sementara HCO3- memasuki plasma.7 Penurunan dalam kejenuhan O2 hemoglobin sewatu darah melewati kapiler jaringan memperbaiki kapasitas bufernya karena hemoglobin dideoksigenerasi mengikat lebih banyak H+ dibandingkan oksihemoglobin.7 Sejumlah CO2 di dalam eritrosit bereaksi dengan gugusan amino protein, terutama hemoglobin untuk membentuk senyawa karbamino.7 Karena hemoglobin dideoksigenasi membentuk senyawa karbamino jauh lebih cepat dibandingkan HbO2, maka transport CO2 dipermudah di dalam darah vena.7 Sekitar 11% CO2 yang ditambahkan kedalam darah didalam kapiler sistemik diangkut ke paru sebagai kabamino-CO2.7 Di dalam plasma, CO2 berekasi dengan protein plasma untuk membentuk sejumlah kecil senyawa kabamino dan sejumlah kecil CO2 dihidrasi;tetapi reaksi hidrasi berlangsung lambat tanpa karbonat anhidrase.7 Bila suatu asam kuat ditambahkan ke darah, maka reaksi buffer utama dikendalikan ke kiri.7 Akibatnya kadar darah 3 anion buffer-Hb,protein-turun.7 Anion dari asam yang ditambahkan akan segera difiltrasi ke dalam tubulus renalis.7 Ia disertai oleh kation, teutama Na+, karena neutralitas elektrokimia dipertahankan.7 Tubulus mengganti Na+ dengan H+ dan dalam melakukan demikian, mereabsorbsi Na+ dan HCO3- dalam jumlah molar yang sama, sehingga menghemat kation, yang menghilangkan asam dan memulihkan penyediaan anion buffer ke normal.7 Bila CO2 ditambahka ke darah, maka timbul reaksi serupa, kecuali bahwa karena H2CO3 yang dibentuk, maka HCO3- plasma meningkat ketimbang turun.7

Kesimpulan Adanya rasa pusing dan terasanya cairan pada tenggorokkan yang dialami oleh laki-laki tersebut, mungkin diakibatkan terinfeksinya sinus atau yang disebut juga dengan sinusitis pada daerah sinus paranasal, dimana semua sinus paranasal ini berhubungan dengan cavum nasi sehingga mengakibatkan semua daerah tersebut berpotensi untuk menyebabkan sinusitis.Daftar Pustaka1. Keperawatan Perioperatif Oleh Buku Aja2. Fisiologi & Anatomi Modern Untuk Perawat Oleh John Gibson3. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula Oleh Ethel Slonane4. Buku Ajar Diagnostik Fisik Oleh Mark H. Swartz5. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Pernapasan6. Hh7. Ganong WF. Fisiologi kedokteran.Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2005.h.611-2,620,627-8,632-4