pbl

28
Hasil Diskusi DK-1 Triger 1 Ny. R, 47 tahun, datang ke klinik, mengeluhkan adanya benjolan sebesar bolapimpong di daerah payudara kiri dekat ketiak. Benjolan baru diketahui seminggu yang lalu ketika tanpa sengaja meraba daerah tersebut dan selama ini tidak terasa nyeri. Saat dilakukan palpasi, teraba benjolan sekitar 4 cm, tidak berpindah tempat. Dokter menyarankan agar dilakukan biopsi. A. Kata Kunci 1. Benjolan sebesar bola pimpong (4 cm) 2. Daerah payudara kiri dekat ketiak 3. Benjolan baru diketahui sekitar seminggu yang lalu 4. Benjolan tidak terasa nyeri 5. Benjolan tidak berpindah tempat 6. Biopsi B. Istilah Asing 1. Biopsi, adalah pengambilan dan pemeriksaan biasanya mikroskopik jaringan dari tubuh organisme, dikerjakan untuk menegakkan diagnosis pasti (Kamus Kedokteran Dorland).

Upload: putra-ramadhan

Post on 13-Jul-2016

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: PBL

Hasil Diskusi DK-1

Triger 1

Ny. R, 47 tahun, datang ke klinik, mengeluhkan adanya benjolan sebesar

bolapimpong di daerah payudara kiri dekat ketiak. Benjolan baru diketahui

seminggu yang lalu ketika tanpa sengaja meraba daerah tersebut dan

selama ini tidak terasa nyeri. Saat dilakukan palpasi, teraba benjolan sekitar

4 cm, tidak berpindah tempat. Dokter menyarankan agar dilakukan biopsi.

A. Kata Kunci1. Benjolan sebesar bola pimpong (4 cm)

2. Daerah payudara kiri dekat ketiak

3. Benjolan baru diketahui sekitar seminggu yang lalu

4. Benjolan tidak terasa nyeri

5. Benjolan tidak berpindah tempat

6. Biopsi

B. Istilah Asing1. Biopsi, adalah pengambilan dan pemeriksaan biasanya mikroskopik

jaringan dari tubuh organisme, dikerjakan untuk menegakkan

diagnosis pasti (Kamus Kedokteran Dorland).

C. Mengidentifikasi Masalah1. Mengapa benjolan tersebut tidak terasa nyeri?

2. Apa penyebab benjolan sebesar bola pimpong di payudara sebelah

kiri dekat ketiak tersebut?

3. Apa saja jenis-jenis biopsi dan biopsi mana yang sesuai dengan

kasus tersebut?

4. Apakah benjolan tersebut dapat membesar? Mengapa?

Page 2: PBL

5. Apa saja jenis-jenis benjolan? Benjolan apa yang termasuk pada

kasus ini?

6. Bagaimana cara pencegahannya?

7. Komplikasi jangka panjang apa yang mungkin terjadi akibat benjolan

tersebut?

8. Apakah benjolan tersebut dapat metastase? Jika iya, daerah mana

yang mungkin terdapat benjolan?

9. Adakah alternatif lain selain dilakukan biopsi dalam mendiagnosis

jenis benjolan? Jelaskan?

10.Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul dari kasus

tersebut?

D. Analisa Jawaban (Brainstorming)1. Karena benjolan tersebut masih terdapat di superfisial kulit dan belum

mendesak sel saraf sehingga tidak terasa nyeri.

2. Kemungkinan disebabkan oleh mutasi sel sehingga pertumbuhan sel

tidak terkontrol. BisA juga disebabkan oleh faktor genetik.

3. Jenis-jenis biopsi:

- Aspiration biopsi

- Brush biopsi

- Cone biopsi

- Cop needle biopsi

- Endoscopic biopsi

- Excitional biopsi

- Intitional biopsi

- Needle biopsi

- Punch biopsi

- Save biopsi

- Stereotatic biopsi

- Sternal biopsi

Page 3: PBL

Jenis biopsi yang cocok berdasarkan triger yang diberikan adalah

needle biopsi.

4. Bisa membesar, karena jika penyebabnya oleh mutasi sel dan tidak

dihilangkan benjolan tersebut dapat membesar.

5. Jenis benjolan ada dua, yaitu:

- Tumor jinak

- Tumor ganas (kanker)

Pada kasus tersebut, benjolan termasuk ke dalam jenis tumor ganas

(kanker) karena hanya dalam waktu seminggu, benjolan sudah

semakin bertambar besar.

6. Cara pencegahan:

- Hindari makanan instan

- Hindari merokok

- Hindari faktor-faktor penyebab radiasi

- Olahraga

- Istirahat yang cukup

7. Jika awalnya tumor jinak, komplikasi yang dapat muncul adalah

kanker.

8. Tidak menyebar apabila masih berupa tumor. Namun, jika sudah

menjadi kanker ada kemungkinan untuk menyebar (metastase) ke

seluruh jaringan tubuh.

9. Jenis pemeriksaan diagnostik lain:

- CBC (Complete Blood Count) atau cek darah lengkap.

- Photo thoraks

10.Masalah keperawatan yang muncul:

- Kerusakan integritas jaringan

- Defisiensi pengetahuan

- Ansietas

Page 4: PBL

E. Hipotesis

F. SLO (Student Learning Objective)1. Memahami definisi kanker secara umum dan memahami perbedaan

antara kanker dengan tumor.

2. Memahami definisi dan etiologi kanker payudara.

3. Memahami patofisiologi kanker payudara.

4. Memahami tanda dan gejala kanker payudara.

5. Memahami pemeriksaan diagnostik yang dapat digunakan untuk

mendeteksi kanker payudara.

6. Memahami penatalaksaan kanker payudara.

Radiasi + genetik

Mutasi sel

Pencegahan:- Hindari makanan instan- Hindari rokok- Hindari sinar radiasi- Olahraga- Istirahat cukup

Tumor:- Tidak metastase- Tumbuh mendesak keluar- Mitosis lambat- Berkapsul - Dapat sembuh

Kanker:- Metastase- Tumbuh menyusup- Mitosis cepat, laju pertumbuhan cepat- Tidak berkapsul - Dapat kambuh lagi

Komplikasi

Px diagnostik:- Needle biopsi- CBC- Foto thoraks

Page 5: PBL

7. Memahami penggolongan stadium kanker.

8. Memahami pencegahan yang dapat dilakukan untuk kanker payudara.

9. Mengetahui komplikasi yang dapat ditimbulkan kanker payudara.

10. Memahami masalah keperawatan yang muncul berdasarkan kasus.

Page 6: PBL

Hasil Diskusi DK-2

A. SLO (Student Learning Objective)1. Memahami definisi kanker secara umum dan memahami perbedaan

antara kanker dengan tumor.

2. Memahami definisi dan etiologi kanker payudara.

3. Memahami patofisiologi kanker payudara.

4. Memahami tanda dan gejala kanker payudara.

5. Memahami pemeriksaan diagnostik yang dapat digunakan untuk

mendeteksi kanker payudara.

6. Memahami penatalaksaan kanker payudara.

7. Memahami penggolongan stadium kanker.

8. Memahami pencegahan yang dapat dilakukan untuk kanker payudara.

9. Mengetahui komplikasi yang dapat ditimbulkan kanker payudara.

10.Memahami masalah keperawatan yang muncul berdasarkan kasus.

B. Pembahasan1. Definisi Kanker dan Perbedaan Kanker dengan Tumor

a. Definisi Kanker

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan

yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

Page 7: PBL

Tabel perbandingan pertumbuhan benigna dan maligna:

Page 8: PBL

b. Perbedaan Tumor dan Kanker

Perbedaan tumor dan kanker, antara lain sebagai berikut (Price dan Wilson,

2012: 142-143).

Tumor

- Mirip jaringan asal

- Laju pertumbuhan lamban karena mitosis lamban, dan beberapa

neoplasma tampaknya tidak berubah dan kurang lebih tetap sama

pada ukuran yang stabil selama berbulan-bulan dan bertahun-

tahun.

- Biasanya berkapsul atau bersimpai, neoplasma jinak mempunyai

kapsul jaringan ikat yang membedakannya dengan jaringan di

sekelilingnya.

- Tumbuh mendesak atau ekspansif, neoplasma jinak cenderung

bergerak ke luar dengan bebas sambil mendesak jaringan yang

berdekatan.

- Mitosis sedikit atau tidak terlihat

- Bila diangkat tidak kambuh

- Tidak mengadakan anak sebar atau metastasis.

- Dapat sembuh.

Kanker

- Mirip jaringan embrionya

- Tumbuh cepat dengan laju mitosis yang cepat dan banyak

- Tumbuh menyusup, pola penyebaran tidak teratur. Sel-sel ganas

apakah dalam bentuk kelompok, benang, atau tunggal,

kelihatannya mencari jalan melalui jaringan sekitarnya dengan cara

destruktif.

- Mitosis banyak

- Dapat resodif atau kambuh

Page 9: PBL

- Mengadakan anak sebar atau metastase. Sel-sel neoplasma ganas

yang berproliferasi mampu melepaskan diri dari tumor induk (tumor

primer) dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain.

Jika tersangkut, sel-sel kanker embolik semacam ini mampu keluar

dari pembuluh darah, melanjutkan proliferasi, dan membentuk

tumor sekunder. Proses terputusnya penyebaran neoplasma ganas

disebut metastasis, dan anak focus atau daeran pertumbuhan

sekunder disebut daerah metastasis.

- Mematikan.

2. Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah proliferasi neoplastik pada sel-sel payudara.

Klasifikasi tipe tumor payudara, meliputi:

Duktal

- Karsinoma in situ (DCIS): 50% dari semua kasus akan berkembang

menjadi karsinoma invasif.

- Duktal infiltratif: kanker payudara yang paling sering.

- Lainnya meliputi medular, tubular, musinus, papilar, adenokistik,

karsinosarkoma.

Lobular

- Karsinoma in situ (LCIS).

- Lobular infiltratif.

Lain

- Penyakit Paget: merembes dan gatal pada puting.

- Inflamasi kanker payudara: edema kulit, kemerahan, dan hangat

(Brashers, 2008: 127).

Etiologi kanker payudara:

Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu :

Page 10: PBL

1. Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel,

chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.

2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide.

3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus,

adeno virus, herpes virus), EB virus.

4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.

5. Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya

kanker.

Beberapa faktor resiko untuk kanker payudara telah

didokumentasikan. Namun demikian, untuk mayoriti wanita yang menderita

kanker payudara, faktor resiko yang spesifik tidak dapat ditentukan.

Yang paling beresiko terserang kanker payudara ialah wanita yang

berumur diatas 30 tahun (sekarang, dibawah 20 tahun juga sudah ditemukan

kanker payudara). Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usai 40-45

tahun. Di samping itu, riwayat dalam keluarga ada yang menderita kanker

payudara (ini juga tidak mutlak karena tanpa ada riwayat keluarga juga bisa

terkena) juga menjadi faktor resiko. Mereka yang punya riwayat tumor juga

mempunyai resiko tinggi menderita kanker payudara.

Faktor resiko lain adalah seperti haid terlalu muda atau menopause

diatas umur 50 tahun, tidak menikah atau tidak menyusui dan melahirkan

anak pertama diatas usia 35 tahun. Mereka yang sering terkena radiasi (bisa

dari sering melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan alat x-

ray) juga mempunyai kemungkinan menderita kanker payudara.

Selain itu, pola makan dengan konsumsi lemak berlebihan,

kegemukan dan konsumsi alkohol berlebihan juga merupakan faktor resiko.

Mereka yang sudah mendapatkan terapi hormonal dalam jangka panjang

harus lebih berwaspada karena mereka mempunyai resiko mendapat kanker

payudara. Stres dan faktor genetik (BRCA1/BRCA2) juga dikatakan tergolong

Page 11: PBL

dalam faktor resiko kanker payudara. Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17

dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat meningkatkan resiko kanker payudara

sampai 85%.

3. Patofisiologi Kanker Payudara

Page 12: PBL

4. Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Gejala-gejalanya insidensius ; umumnya lesi tidak nyeri tekan,

terikat,dan keras dengan perbatasan tak teratur; mayoritas terjadi

pada kuadran luar atas, lebih sering pada payudara kiri.

Nyeri biasanya tidak terdapat kecuali pada tahap akhir; sebagian

wanita tidak menunjukkan gejala-gejala dan tidak mempunyai benjolan

yang dapat teraba namun mempunyai mammogram yang abnormal.

Tanpa deteksi dan pengobatan; dimpling atau peau d’orange (kulit

berwarna orange); asimetris dan peninggian payudara yang terkena;

retraksi puting susu; payudara lebih atau sedikit terikat pada dinding

dada; uselrasi dan metastasis (Baughman dan Hackley, 2000: 245).

5. Pemeriksaan Diagnostik

IMAGING TEST :

Sama dengan screening mammography hanya pada test ini

lebih banyak gambar yang bisa diambil. Biasanya digunakan pada

wanita dengan tanda-tanda, diantaranya puting mengeluarkan cairan

atau ada banjo;an baru. Diagnostic mammography bisa juga

digunakan apabila sesuatu yang mencurigakan ditemukan pada saat

screening mammogram.

- Ultrasound (USG)

Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan

gelombang bunyi dengan frekuensi tinggi untuk mendapatkan

gambaran jaringan pada payudara. Gelombang bunyi yang tinggi ini

bisa membedakan suatu masa yang padat, yang kemungkinan kanker,

dan kista yang berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker.

- Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI merupakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi

gambaran detail dari tubuh. Apabila seorang wanita telah didiagnosa

mempunyai kanker maka untuk memeriksa payudara lainnya dapat

Page 13: PBL

digunakan MRI. Tetapi ini tidaklah mutlak karena dapat digunakan

untuk screening saja. Menurut American Cancer Society (ACS), wanita

yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara, seperti pada

wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya

terkena kanker payudara, sebaliknya juga mendapatkan MRI,

bersamaan dengan mammografi. MRI biasanya lebih baik dalam

melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada payudara yang

mungkin tidak terlihbat pada saat USG atau mammogram. Khususnya

pada wanita yang mempunyai jaringan payudara yang padat.

Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan pada yang terlihat

pada saat MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak dapat

menunjukkan suatu jaringan yang padat itu sebagai in situ breast

cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsi.

TES DENGAN BEDAH

- Biopsi

Suatu tes bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker

tapi hanya biopsi yang bisa memberikan diagnosis secara pasti.

Sampel yang diambil dari biopsy, dianalisa oleh ahli patologi (dokter

spesialis yang ahli dalam menterjemahkan tes-tes laboratorium dan

mengevaluasi sel, jaringan, dan organ untuk menentukan penyakit).

o Image guided biopsy digunakan ketika suatu benjolan yang

mencurigkan tidak teraba. Itu dapat dilakukan dengan Fine Needle

Aspiration Biopsy (FNAB, menggunakan jarum kecil untuk

mengambil sampel jaringan). Stereotactic Core Biopsy

(menggunakan X-ray untuk menentukan jaringan yang akan

diambil) atau Vacuum–Assisted Biopsy (menggunakan jarum yang

tebal untuk mengambil beberapa macam jaringan inti yang luas).

Dalam melakukan prosedur ini, jarum biopsy untuk menuju area

yang dimaksud, dibantu oleh mammografi. USG atau MRI. Metal

klip kecil dapat diletakkan pada bagian dari payudara yang akan

Page 14: PBL

dilakukan biopsy. Dalam kasus ini apabila jaringan itu

membuktikan adanya kanker, maka segera diadakan operasi

tambahan. Keuntungan teknik ini adalah bahwa pasien hanya

butuh sekali operasi untuk menentukkan pengobatan dan

menentukkan stadium.

o Core Biopsy dapat menentukkan jaringan FNAB dapat

menentukkan sel dari suatu masa yang berada dan ini semua

kemudian dapat dianalisa untuk menentukkan adanya sel kanker.

o Surgical Biopsy (biopsi dengan cara operasi) mengambil sejumlah

besar jaringan. Biopsy ini biasa incisional (mengambil sebagain

dari benjolan) atau excisional (mengambil seluruh benjolan).

Apabila didiagnosa kanker, operasi lanjutan mungkin diperlukan

untuk mendapatkan clear margin area (area jaringan disekitar tumor

dimana dipastikan sudah bersih dari sel kanker) kemungkinan,

sekalian mengambil jaringan kelenjar getah bening. Jaringan yang

didapat dari biopsy juga akan dites oleh dokter untuk menentukan

pengobatan. Tes itu untuk melihat :

o Ciri-ciri tumor. Apakah tumor itu invasif (biasanya menyebar) atau

in situ (biasanya tidak menyebar). Ductal (dalam saluran susu)

atau lobular (dalam kelenjar susu) Grade (seberapa besar

perbedaan kanker itu dari sel sehat) dan apakah sel kanker telah

menjalar ke pembuluh darah atau pembulu getah bening. Margin

dari tumor juga diamati.

o Receptor Estrogen (ER) dan Receptor Progestron (PR) tes.

Apabila diketahui positif mengandung receptor ini [ER (+) dan PR

(+)], kanker ini berkembangnya karena hormon-hormon tersebut.

Biasanya diadakan terapi hormon.

o Tes HER2 neu. (C-erb2). Adanya protein HER2 yang berlebihan.

Rata-rata pada 25% penderita kanker. Dengan mengetahui status

HER2 (positif atau negatif), maka dapat ditentukan apakah pasien

Page 15: PBL

akan diterapi dengan menggunakan obat yang disebut

trastuzumab (HERCEPTIN) atau tidak.

o Genetic Desription of the Tumor. Tes dengan melihat unsur biologi

dari tumor, untuk memahami lebih dalam mengenai kanker

payudara. Oncotype DX adalah tes untuk mengukur resiko

seberapa jauh kekambuhannya.

TES DARAH

- Tes darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker.

Tes-tes itu antara lain :

- Level Hemoglobin (HB) : untuk mengtahui jumlah oksigen yang ada

di dalam sel darah merah

- Level Hematokrit : untuk mengetahui persentase dari darah merah

didalam seluruh badan

- Jumlah dari sel dari putih : untuk membantu melawan infeksi

- Jumlah trombosit : untuk membantu pembekuan darah

- Differential : persentase dari beberapa sel darah putih.

SGOT DAN SGPT

Tes ini untuk mengevaluasi fungsi hati. Angka yang tinggi dari

salah satu tes ini mengindikasikan adanya kerusakan pada hati, bisa

jadi suatu sinyal adanya penyebaran ke hati.

TUMOR MARKER TEST

Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan

pada darah, urin atau jaringan tubuh. Dengan adanya jumlah tumor

marker yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari nilai normalnya,

mengindikasikan adanya suatu proses yang tidak normal di dalam

tubuh akibat kanker. Pada kanker payudara tumor marker yang

biasanya dilakukan adalah CA 15.3 dengan mengambil sampel darah.

Pada standar PRODIA tumor marker tidak boleh melebihi angka 30.

TES-TES LAIN

Page 16: PBL

Tes-tes lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara

adalah :

- Photo Thorax untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke

paru-paru

- Bonescan untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke

tulang. Pasien disuntikan radioactive tracer pada pembuluh vena

yang akan berkumpul di tulang yang menujukkan kelainan karena

kanker. Jarang antara suntikan dan pelaksanaan bonescan kira-

kira 3-4 jam. Selama itu pasien dianjurkan minum sebanyak-

banyak. Hasil yang terlihat adalah gambar penampang tulang

lengkap dari depan dan belakang. Tulang yang menunjukkan

kelainan akan melihat warnya lebih gelap dari tulang normal.

- Computed Tomography (CT atau CAT) Scan. Untuk melihat secara

detail letak tumor. Pasien juga disuntik radioactive tracer pada

pembuluh vena tetapi volumenya lebih banyak sehingga

sebenarnya sama benar dengan infus. Setelah disuntik CT-Scan

dapat segera dilakukan.CT-scan akan membuat gambar tiga

dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari berbagai sudut.

Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang bagian dari

tubuh yang di scan 3 dimensi.

- Positron Emission Tomograpy (PET) Scan. Untuk melihat apakah

kanker sudah menyebar. Dalam PET scan, cairan glukosa yang

mengandung radioaktif disuntikan pada pasien. Sel kanker akan

menyerap lebih cepat cairan glukosa tersebut dibandingkan sel

normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET scan. PET

scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CT –

scan, MRI, dan pemeriksaan secara fisik.

JUMLAH ALKALINE PHOSPHATASE

Jumlah enzim yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran

kanker ke hati, saluran empedu dan tulang.

Page 17: PBL

6. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkain

pengobatan meliputi pembedahaan, kemoterapi, terapi radiasi, dan yang

terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk

memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta

menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini

mengharuskan terapi dilakukan secara individual.

Pembedahaan

Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan.

Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara

tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi

kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor

(lumpectomy), mengangkat sebagaian payudara yang mengandung

sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk

meningkatan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan

terapi tambahan seperti radiasi, hormone, atau kemoterapi.

Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi

untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.

Terapi Hormon

Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang

peka horman dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah

pembedahan atau pada stadium akhir.

Kemoterapi

Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun

tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat

kemoterapi dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan.

Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral

yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya

menyerang sel kanker saja.

Page 18: PBL

Terapi Imunologi

Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein

pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien

seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk

menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, dapat

menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2

untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.

Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit

Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu

50% pasien yang mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan

memperbaiki harapan. Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti

mampu memperpanjang hidup pada pasien, diantaranya adalah

kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada

kanker tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter

berupaya untuk memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup

pasien melalui terapi hormon, terapi radiasi, dan kemoterapi. Pada

pasien kanker payudara dengan HER2 positif, trastuzumab

memberikan harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu

oleh HER2.

7. Penggolongan Stadium Kanker

Terdapat dua sistem yang digunakan saat ini dalam menggolongkan

stadium pada kanker. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan melalui skema

seperti di bawah ini (Brio dan Hay, 2005: 341).

Page 19: PBL

8. Pencegahan Kanker Payudara

Pencegahan Kanker Payudara bisa dilakukan dengan melakukan pola

hidup sehat dan deteksi dini. Deteksi dini bisa dilakukan dengan cara :

Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sejak usia 20

tahun.

Pemeriksaan berkala oleh dokter setiap 2-3 tahun pada usia 20-35

tahun.

Mammografi dilakukan sekali pada usia 35-40 tahun.

Pada usia 40-49 tahun dilakukan 1 atau 2 kali.

Pada usia 50 tahun dan seterusnya, dilakukan setahun sekali (Tapan,

2005: 217)

9. Komplikasi Kanker Payudara

Komplikasi kanker payudara, antara lain adalah sebagai berikut

(Davey, 2005: 314).

Page 20: PBL

Penyakit sistemik

- Nyeri tulang

- Malase

- Penurunan berat badan

- Confusion

- Sesak napas

Hiperkalsemia

Efusi pleura

Limfangitis karsinomatosis

Obstruksi SVC

Keterlibatan sekunder otak dan medulla spinalis

Organomegali

Page 21: PBL

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. Dan Hackley, JoAnn C. 2000. Keperawatan Medical-Bedah: Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.

Britto, J. A. dan Dalrymple-Hay, M. J. R. 2005. Kisi-Kisi Menembus Masalah Bedah. Jakarta: EGC.

Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologis: Pemeriksaan dan Manajemen, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta: EGC.

Tapan, Erik. 2005. Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer. Jakarta: Elex Media Komputindo.