pelaksanaan pancasila dan uud 1945

24
PELAKSANAAN PANCASILA DAN UUD 1945 SECARA MURNI DAN KONSEKUENSI DISUSUN OLEH : ERNI KUSUMA DEWI AHMAD ROISUDIN WIWIK WAHYUNI Dosen Pengampu : THOMAS ALFA EDISON,M.Si SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS-SHIDDIQIYAH TAHUN AKADEMIK 2014 /2015 i | PANCASILA

Upload: juniska-efendi

Post on 07-Aug-2015

125 views

Category:

Documents


40 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

PELAKSANAAN PANCASILA DAN UUD 1945

SECARA MURNI DAN KONSEKUENSI

DISUSUN OLEH :

ERNI KUSUMA DEWI AHMAD ROISUDIN WIWIK WAHYUNI

Dosen Pengampu :

THOMAS ALFA EDISON,M.Si

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

AS-SHIDDIQIYAHTAHUN AKADEMIK 2014 /2015

JL. Lintas Timur Desa Lubuk Seberuk Kec. Lempuing Jaya Kab. OKI

Sum-sel 30657

i | P A N C A S I L A

Page 2: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat taufik serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Pelaksanaan Pancasila dan UU 1945 Secara Murni dan Konsekuen”, sebagai tugas mata kuliah Pancasila.

Kemudian sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kapada junjungan besar Nabi kita Muhammad SAW beserta sahabat, kerabat dan keluarga beliau hingga akhir zaman, karena beliaulah yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke jalan yang terang bendrang ini.

Dalam Kesempatan ini saya juga akan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak TOMAS ALFA EDISON,M.Si. Yang telah bersedia menerima Makalah ini meskipun banyak terdapat kekurangan di dalamnya.

Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kakurangan. Salah satunya adalah tentang Pelaksanaan UUD 1945 ini cukup sulit untuk dicari bahannya. Oleh karena itu, saya minta maaf sebesar-besarnya. Mudah-mudahan makalah yang saya buat ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dan khususnya saya sendiri.

Amien, Ya Rabbal’alamin..

Lempuig Jaya, Desember 2014

Penulis

ii | P A N C A S I L A

Page 3: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

DAFTAR ISI

Halaman Depan .....................................................................................i

Kata Pengantar......................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pelaksanaan Pancasila Dan Uud 1945 Secara Murni

Dan Konsekuen Menurut Bidang-Bidang Pada ................................2

2.2 Pelaksanaan Pancasila.......................................................................6

2.3 Pelaksanaan Dasar Negara Pancasila Secara Murni

Dan Konsekuen................................................................................8

2.4 Undang-Undang Dasar 1945 Dalam Gerak Pelaksanaannya..............11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................13

3.2 Saran.........................................................................................13

Daftar Pustaka.......................................................................................14

iii | P A N C A S I L A

Page 4: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGPelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen artinya

adalah praktik sikap dan perilaku manusia yang sesuai dengan nilai-nilai moral pancasila dan UUD 1945 Dalam kehidupan Sehari-hari, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara dan dilakukan secara terus menerus. Makna tersebut pada dasarnya rasional, wajar dan memang harus seperti itu. Tetapi dalam kenyataannya, sangat sulit terwujud/mewujudkannya, tidak peduli mereka yang telah memperoleh berbagai jenis penghargaan dipundaknya. Singkatnya, hingga saat ini, tidak ada manusia Indonesia yang sikap dan perilakunya merupakan perwujudan nilai-nilai moral pancasila serta UUD 1945, yang dapat dijadikan cermin, teladan oleh lainnya, termasuk diantaranya para generasi muda yang sekarang sedang menempuh pendidikan ditingkat perguruan tinggi, MA ,MTs ,MIN dan yang sederajat maupun TK. Kesimpulannya Pelaksanaan nila moral Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan masih bersifat utopis, angan-angan, yang tidak tahu kapan bisa terwujudnnya, mungkin satu atau dua generasi yang akan datang atau mungkin tidak pernah terwujud.

Kesadaran manusia akan kodratnya sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial serta kemauan untuk mengendalikan dirinya itu merupakan modal dan pendorong tumbuhnya kehendak pribadi manusia Indonesia untuk menghayati dan mengamalkan kelima sila dari Pancasila itu serta UUD 1945.

Sesungguhnya sejarah telah mengungkapkan, bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengajar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, keampuhan dan kesaktiannya sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.

1.2 RUMUSN MASALAH1. Bagaimana Pelaksanaan Pancasila Dan Uud 1945 Secara Murni Dan Konsekuen

Menurut Bidang-Bidang Pada ?2. Bagaimana Pelaksanaan Pancasila?3. Bagaimana Pelaksanaan Dasar Negara Pancasila Secara Murni Dan Konsekuen?4. Undang-Undang Dasar 1945 Dalam Gerak Pelaksanaannya?

1 | P A N C A S I L A

Page 5: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

BAB II

PEMBAHASAN

2.1PELAKSANAAN PANCASILA DAN UUD 1945 SECARA MURNI DAN KONSEKUEN MENURUT BIDANG-BIDANG PADA KEHIDUPAN1. BIDANG POLITIK

Landasan aksiologis (sumber nilai) system politik Indonesia adalah dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV “….. maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemasusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat indonesia”.Sehingga system politik Indonesia adalah Demokrasi pancasila .

Nilai dan ruh demokrasi yang sesuai dengan visi Pancasila adalah yang berhakikat:

a. kebebasan, terbagikan/terdesentralisasikan, kesederajatan, keterbukaan, menjunjung etika dan norma kehidupan

b. kebijakan politik atas dasar nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi yang memperjuangkan kepentingan rakyat , kontrol publik,

c. Pemilihan umum yang lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-luasnya

d. supremasi hukum.

Begitu pula standar demokrasinya yang :

a. bermekanisme ‘checks and balances’, transparan, akuntabel,b. berpihak kepada ‘social welfare’, sertac. meredam konflik dan utuhnya NKRI.

Perbaikan moral tiap individu yang berimbas pada budaya anti-korupsi serta melaksanakan tindakan sesuai aturan yang berlaku adalah sedikit contoh aktualisasi Pancasila secara Subjektif. Aktualisasi secara objektif seperti perbaikan di tingkat penyelenggara pemerintahan. Lembaga-lembaga negara mesti paham betul bagaimana bekerja sesuai dengan tatanan Pancasila. Eksekutif, legislatif, maupun yudikatif harus terus berubah seiring tantangan zaman.

Penyelenggaraan negara yang menyimpang dari ideologi pancasila dan mekanisme Undang Undang Dasar 1945 telah mengakibatkan ketidak seimbangan kekuasaan diantara lembaga-lembaga negara dan makin jauh dari cita-cita demokrasi dan kemerdekaan yang ditandai dengan berlangsungnya sistem kekuasaan yang bercorak absoluth karena wewenang dan kekuasaan Presiden berlebih (The Real

2 | P A N C A S I L A

Page 6: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

Executive ) yang melahirkan budaya Korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) sehingga terjadi krisis multidimensional pada hampir seluruh aspek kehidupan.

Ini bisa dilihat betapa banyaknya pejabat yang mengidap penyakit “amoral” meminjam istilah Sri Mulyani-moral hazard. Hampir tiap komunitas (BUMN maupun BUMS), birokrasi, menjadi lumbung dan sarang “bandit” yang sehari-hari menghisap uang negara dengan praktik KKN atau kolusi, korupsi, dan nepotisme.

Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme selalu muncul ke permukaan. Bermacam-macam usaha dan program telah dilakukan oleh setiap pemerintahan yang berkuasa dalam memberantas korupsi tetapi secara umum hukuman bagi mereka tidak sebanding dengan kesalahannya, sehingga gagal untuk membuat mereka kapok atau gentar. Mengapa tidak diterapkan, misalnya hukuman mati atau penjara 150 tahun bagi yang terbukti.

Para elit politik dan golongan atas seharusnya konsisten memegang dan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan. Dalam era globalisasi saat ini , pemerintah tidak punya banyak pilihan. Karena globalisasi adalah sebuah kepastian sejarah, maka pemerintah perlu bersikap. ”Take it or Die” atau lebih dikenal dengan istilah ”The Death of Government”. Kalau kedepan pemerintah masih ingin bertahan hidup dan berperan dalam paradigma baru ini maka orientasi birokrasi pemerintahan seharusnya segera diubah menjadi public services management.

2. BIDANG EKONOMI

Pelaksanaan pancasila dalam bidang ekonomi yaitu dengan menerapkan sistem ekonomi Pancasila yang menekankan pada harmoni mekanisme harga dan social (sistem ekonomi campuran), bukan pada mekanisme pasar yang bersasaran ekonomi kerakyatan agar rakyat bebas dari kemiskinan, keterbelakangan, penjajahan/ketergantungan, rasa was-was, dan rasa diperlakukan tidak adil yang memosisikan pemerintah memiliki asset produksi dalam jumlah yang signifikan terutama dalam kegiatan ekonomi yang penting bagi negara dan yang menyangkut hidup orang banyak. Sehingga perlu pengembangan Sistem Ekonomi Pancasila sehingga dapat menjamin dan berpihak pada pemberdayaan koperasi serta usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM).selain itu ekonomi yang berdasarkan Pancasila tidak dapat dilepaskan dari sifat dasar individu dan sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memenuhi semua kebutuhanya tetapi manusia juga mempunyai kebutuhan dimana orang lain tidak diharapkan ada atau turut campur.

Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan. Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.

3 | P A N C A S I L A

Page 7: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi:

1. ekonomika etik dan ekonomika humanistik2. nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi3. ekonomi berkeadilan social.

Namun pada kenyataannya, sejak pertengahan 1997 krisis ekonomi yang menimpa Indonesia masih terasa hingga hari ini. Di tingkat Asia, Indonesia yang oleh sebuah studi dari The World Bank (1993) disebut sebagai bagian dari Asia miracle economics, the unbelieveble progress of development, ternyata perekonomiannya tidak lebih dari sekedar economic bubble, yang mudah sirna begitu diterpa badai krisis (World Bank, 1993).

Krisis ekonomi terbesar sepanjang sejarah bangsa Indonesia Orde Baru dan Orde Lama yang dialami sekarang ini telah mencuatkan tuntutan reformasi total dan mendasar (radically). Bermula dari krisis moneter (depresi rupiah) merambah ke lingkungan perbankan hingga ke lingkup perindustrian.

Kebijakan perekonomian Indonesia yang diterapkan tidak membumi, hanya sebatas “membangun rumah di atas langit” dan akibatnya upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi tersingkirkan. Rakyat masih terus menjadi korban kegagalan kebijakan pemerintah.

Potret perekonomian Indonesia semakin buram, memperhatikan kebijakan pemerintah yang selalu “pasrah” dengan Bank Dunia atau pun International Monetary Fund (IMF) dalam mencari titik terang perbaikan ekonomi Indonesia. Belum lagi menumpuknya utang luar negeri semakin menghimpit nafas bangsa Indonesia, sampai-sampai seorang bayi baru lahir pun telah harus menanggung hutang tidak kurang dari 7 juta rupiah.

Seorang pengamat Ekonomi Indonesia, Prof. Laurence A. Manullang, mengatakan bahwa selama bertahun-tahun berbagai resep telah dibuat untuk menyembuhkan penyakit utang Internasional, tetapi hampir disepakati bahwa langkah pengobatan yang diterapkan pada krisis utang telah gagal. Fakta yang menyedihkan adalah Indonesia sudah mencapai tingkat ketergantungan (kecanduan) yang sangat tinggi terhadap utang luar negeri. Sampai sejauh ini belum ada resep yang manjur untuk bisa keluar dari belitan utang. Penyebabnya adalah berbagai hambatan yang melekat pada praktik yang dijalankan dalam sistem pinjaman internasional, tepatnya negara-negara donor (Bogdanowicz-Bindert, 1993).

3. BIDANG SOSIAL BUDAYA

Perkembangan dunia yang tanpa batas dapat menimbukan dampak positif maupun dampak negativ. Dari setiap dampak yang ditimbulkan, dalam bidang sosial budaya tampak nyata berpengaruh dalam setiap aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat ditunjukan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan konsumtif, bahkan menggeser nilai-nilai lokal yang selama ini diprtahankan. Sikap yang harus ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia sebagai

4 | P A N C A S I L A

Page 8: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

pengamalan dari Pancasila dalam menghadapi nilai-nilai globalisasi, terutama dalam kehidupan social budaya.

Pertama, gaya hidup masyarakat harus diselaraskan dengan nilai, norma, estetika, terutama yang berkaitan dengan mode pakaian, pergaulan dan kebiasaan hidup, serta adapt istiadat. Sikap yang harus ditunjukkan terhadap pengaruh tersebut , adalah dengan adanya himbauan, pendidikan, bahkan aturan yang tegas terhadap fenomena tersebut dalam menjaga nilai-nilai yang selama ini dijaga oleh bangsa Indonesia. Cara efektif dalam menangkalnya adalah dengan melalui pendidikan formal maupun nonformal, baik disekolah, pendidikan keagamaan dan acara-acara lain yang memberikan perhatian terhadap etika dan moral bangsa Indonesia.

Kedua, sikap individualisme yang memengaruhi budaya masyarakat Indonesia yang biasa bergotong-royong dan kekeluargaan. Hal tersebut perlu diperhatikan dalam kehidupan social masyarakat Indonesia.

Ketiga, pengaruh sikap materialistis dan sekularisme, yaitu sikap yang lebih mementingkan nilai materi daripada yang lainnya sehingga dapat merusak sendi-sendi kehidupan yang menjunjung keadilan dan moralitas. Selain itu, sekularisme perlu juga diwaspadai karena Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan.

4. BIDANG HUKUM

Pengembangan prinsip-prinsip yang berbasis pada filosofi kemanusiaan dalam nilai-nilai Pancasila, antara lain :

Perdamaian—bukan perang.

Demokrasi—bukan penindasan.

Dialog—bukan konfrontasi.

Kerjasama—bukan eksploitasi.

Keadilan—bukan standar ganda.

Pertahanan dan Keamanan Negara harus berdasarkan pada tujuan demi tercapainya hidup manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, harus menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan dan hankam. Pertahanan dan keamanan harus diletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai soatu Negara hukum dan bukannya suatu Negara yang berdasarkan kekuasaan.

Pertahanan dan Keamanan, Pancasila dapat dijadikan sebagai margin of appreciation akan mengandung fungsi-fungsi sebagai: the line at which supervision should give way to State’s discretion in enacting or enforcing its law, striking(menemukan) a balance between a right quaranteed and a permitted derogation (limitation), Move principle of justification than interpretation, Preventing

5 | P A N C A S I L A

Page 9: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

unneccesarry restriction, To avoid damaging dispute, A Uniform Standard of Protection, Gives flexibility needed to avoid damaging confrontantions.

Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation di bidang hukum akan mewarnai segala sub sistem di bidang hukum, baik substansi hukum yang bernuansa “law making process”, struktur hukum yang banyak bersentuhan dengan “law enforcement” maupun budaya hukum yang berkaitan dengan “law awareness”. Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation yang mengendalikan kontekstualisasi dan implementasinya telah terjadi pada:

1. Pada saat dimantabkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada saat 4 kali proses amandemen

2. Pada saat merumuskan HAM dalam hukum positif Indonesia3. Pada saat proses internal di mana The Founding Fathers menentukan urutan

Pancasila.

Beberapa arah kebijakan negara yang tertuang dalam GBHN, dan yang harus segera direlisasikan, khususnya dalam bidang hukum antara lain:

1. Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta memperbarui Undang-undang warisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidak adilan gender dan ketidak sesuaiaannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi.

2. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan para penegak hukum, termasuk Kepolisian RI, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana hukum, pendidikan, serta pengawasan yang efektif.

3. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh penguasa dan pihak manapun.

4. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya negara hukum.

Satu hal yang perlu kita garis bawahi, bahwa Indonesia adalah negara hukum, artinya semua lembaga, institusi maupun person yang ada di dalamnya harus tunduk dan patuh pada hukum. Maka ketika hukum di Indonesia betul-betul ditegakkan dengan tegas, dan dikelola dengan jujur, adil dan bijaksana, insya Allah negeri ini akan makmur dan tentram.

2.2 PELAKSANAAN PANCASILA1. Tingkat-tingkat Perwujudan Pancasila.Kita sangat biasa menemui pancasila sebagai rumusan teks pancasila. Dengan

melihat, membaca, atau mendengarkannya. Dengan demikian cendrung ada kesan bahwa keberadaan pancasila hanya terbatas pada wujud rumusan saja. Kalau keberadaan pancasila hanya terbatas pada wujud rumusannya saja. Tentu saja tidak akan banyk memiliki arti dan peranan dalam kehidupan bangsa Indonesia.

6 | P A N C A S I L A

Page 10: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

Menurut Drijakara, dalam buku Drijarkara Tentang Negara dan Bangsa, Pancasila memiliki berbagai berbagai perwujudan, yang dapat digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu:

1. kategori tematis2. kategori imperatif3. dan kategori operatif.Sebagai kategori tematis, Pancasila merupakan suatu objek dihadapan kita,

sebagai rumusan konsep-konsep yang memuat ide-ide untuk dapat difikirkan dan pahami. Selain itu, Pancasila juga merupakan kategori imperatif yang dapat dijadikan norma dalam kehidupan bersama, termasuk norma hukum. Dan akhirnya sebagai kategori operatif, Pancasila berwujud prinsip atau norma asasi yang meskipun tidak didasari atau malahan tidak dimengerti-bahkan mungkin dipungkiri-menjadi asas bagi tindakan manusia.

Sisi lain dari kategori tematis adalah kategori operatif. Kategori operatif berupa prinsip atau norma asasi, yang meskipun tidak disadari atau tidak dimengerti, namun menjadi asas perbuatan. Karena prinsip atau norma asasi tersebut merupakan kebenaran yang melekat dan berkaitan dengan kodrat manusia. Pancasila sebagai kategori operatif tersebut masih perlu diinternalisasikan atau ditanamkan dalam diri bangsa Indonesia, sehingga nilai-nilai Pancasila mengarahkan tindakan-tindakannya. Dengan demikian, Pancasila yang berfungsi sebagai kategori operatif sungguh dapat menjiwai sikap secara permanen pada diri manusia Indonesia, sehingga dapat diharap siap bertindak sesuai dengan cita-cita dan tujuan yang termuat dalam Pancasila.

2. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pancasila.Dalam kehidupan bersama pancasila dapat dilaksanakan oleh bangsa Indonesia

dalam menyusun lembaga-lembaga kemasyarakatan, kenegaraan maupun pemerintahan, dalam membuat kaidah-kaidah atau norma-norma bagi kehidupan bersama, serta dalam menentukan arah tujuan bagi kehidupan bersama. Dan pelaksanaan pancasila dalam kehidupan bersama ini disebut subjektifikasi subjektif.

Sebagai yang memuat nilai-nilai luhur bangsa, Pancasila memiliki daya tarik bagi bangsa Indonesia. Pelaksanaan nilainya tidak dipaksakan, melainkan melalui kesadaran, sehingga yang dilakukan adalah merupakan pilihannya secara otonom. Apabila orang belum menyadari suatu nilai, orang tidak dapat dipaksa untuk melaksanakannya itu sebenarnya bukan merupakan pelaksanaan nilai bagi orang tersebut. Apabila seseorang telah menangkap dan menyadari bahwa hal tersebut memang bernilai baginya, tanpa dipaksa dia akan tertarik untuk melaksanakannya. Perlu diingat bahwa pelaksanaan nilai-nilai tersebut tidak harus dalam wujud-wujud yang telah dibakukan, namun bisa dalam berbagai wujud yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan seseorang.

Sebagai nilai-nilai dasar manusiawi, yang sesuai dengan kodrat manusia, nilai-nilai luhur Pancasila mampu mendasari segala segi kehidupan manusia. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai moral dan luhur, yang mengarahkan kehidupan bangsa Indonesia ke suatu tujuan yang sebaiknya diusahakan oleh seluruh bangsa Indonesia. Nilai-nilai moral Pancasila terdapat pada setiap tindakan manusia dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya. Segala kegiatan dalam berbagai bidang kehidupan tersebut seharusnya didasarkan dan bersesuaian dengan nilai-nilai Pancasila.

7 | P A N C A S I L A

Page 11: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Pancasila.

Untuk mengusahakan hal-hal bernilai yang sungguh-sungguh menarik dan memukau tersebut ternyata tidak mudah. Hal itu menuntut ketekunan dan kesabaran dalam usaha. Keuletan dalam menghadapi berbagai rintangan. Dan membutuhkan petunjuk-petunjuk yang bermanfaat bagi penyampaiannya. Ini semua menuntut dan menantang kehendak manusia untuk melaksanakannya. Sehingga meskipun manusia telah memahami serta menyadari akan suatu yang bernilai. Tidak dengan sendirinya manusia akan mengusahakan serta mencapainya.

Dalam melaksanakan Pancasila, kita perlu memahami Pancasila dengan benar , yang meliputi fungsi dan kedudukannya dalam kehidupan kita. Usaha untuk menyebarluaskan pemahaman tentang Pancasila, dalam segala fungsi dan kedudukannya, telah diusahakan dengan mengadakan pelajaran berkenaan dengan Pancasila dilembaga pendidikan formal, serta diadakan penataran P4 di berbagai lembaga serta lapisan dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Berdasar pemahaman yang telah dimiliki, diharapkan bangsa Indonesia menemukan, merasakan, serta menghayati nilai-nilai Pancasila, seseorang tidak cukup hanya berfikir mengenai Pancasila, namun perlu terjun dalam kehidupan nyata dan mulai merasakan kehidupan serta nilai-nilai yang terkandung dalamnya. Setelah menemukan dan merasakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan yang nyata, barulah dia dapat diharapkan untuk menghayati serta mulai merasakan adanya ketertarikan untuk melaksanakannya.

Kemudian setelah ada kehendak yang bulat serta suasana yang mendukungnya, perlu dicari arah dan petunjuk bagi pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan bersama. Nilai-nilai Pancasila yang dirasa baik dan bernilai dalam kehidupan bersama perlu didukung bagi pelaksanaannya. Dengan penuh kesadaran kita perlu berusaha melaksanakan Pancasila bagi setiap orang maupun dalam kehidupan bersama. Kita perlu membiasakan melakukan kegiatan-kegiatan yang sekiranya merupakan pelaksanaan dari nilai-nilai Pancasila, misalnya: mengadakan rapat rutin tingkat RT, mengadakan gotong-royong, serta mengadakan kerja sama untuk saling membantu kebutuhan bagi kehidupan bersama.1[1]

2.3 PELAKSANAAN DASAR NEGARA PANCASILA SECARA MURNI DAN KONSEKUENA. Konsensus Nasional.Pemahaman yang mantap mangenai konsensus nasional akan memperkaya

pemikiran-pemikiran yang akan terus kita krmbangkan selanjutnya dalam melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasla.

Sangatlah perlu kita pahami bersama latar belakang pemikiran kita bersama yang melahirkan konsensus Nasional. Pemahaman yang mantap mengenai konsensus Nasional tadi akan memperkaya pemikiran-pemikiran yang akan terus kita kembangkan selanjutnya dalam melaksanakan pembangunan Nasional sebagai pengamalan Pancasila, khususnya dalam rangka mengembangkan kehidupan demokrasi Pancasila.

1[1] Poulus Wahono, Filsafat Pancasila, (Yogyakarta: Anggota IKAPI), 1993, h. 98-103

8 | P A N C A S I L A

Page 12: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

Upaya untuk menegakkan kembali kemurnian Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik partai-partai politik maupun organisasi-organisasi massa sebagai pendukung Orde Baru dan memperoleh tuntutan untuk penataan kembali kehidupan kenegaraan yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal inidisebabkan oleh rasa ketidak puasan terhadap pemerintah Orde Lama yang tidak melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

Dalam Sidang Umum MPRS bulan Juli 1966 telah dikeluarkan beberapa ketetapan dalam rangka mengembalikan kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain:

1. Tap MPRS No. XI tahun 1966 tentang pelaksanaan pemilihan umum yang harus diselenggarakan selambat-lambatnya pada tanggal 5 Juli 1968.

2. Tap MPRS No. XII tahun 1966 tentang pembentukan Kabinet Ampera. Tugas untuk membentuk Kabinet ini diserahkan pada Letjen Soeharto sebagai pengemban Tap MPRS No. IX tahun 1966.

Tugas pokok kabinet ialah: menciptakan kestabilan politik dan ekonomi.Program Kabinet antara lain adalah: memperbaiki kehidupan rakyat,

terutama dibidang sandang dan pangan, melaksanakan pemilihan umum, sesuai dengan Tap MPRS No. XI.

Untuk menunjang tugas yang berat dari Kabinet Ampera maka melalui Seminar II Angkatan Darat pada bulan Agustus di Bandung, telah diterima sumbangan pikiran yang secara pokok-pokoknya dapat dikemukakan sebagai berikut:1) Sesuai dengan dasar-dasar Demokrasi Pancasila seperti yang dimaksudkan oleh

Undang-Undang Dasar 1945, berarti bahwa seluruh rakyat harus dapat merasakan adanya kepastian hukum, sedangkan penyalah gunaan kekuasaan harus dihindarkan secara institutional.

2) Kehidupan Demokrasi Pancasila tidak boleh diarahkan semata-mata untuk mengejar kemenangan dan keuntungan pribadi atau golongan sendiri, apalagi ditujukan untuk mematikan golongan lain. Asas Demokrasi Pancasila ialah mengikut sertakan semua golongan yang mempunyai kepentingan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan dengan jalan musyawarah untuk mufakat.

3) Bahwa yang dimaksud dengan Orde Baru pada hakikatnya adalah suatu tatanan yang bertujuan menciptakan kehidupan sosial, politik, ekonomi, kultural yang dijiwai oleh moral pancasila, khususnya Ketuhanan Yang Maha Esa.

Konsep-konsep yang dirumuskan dalam Seminar II Angkatan darat itu dipakai sebagai landasan kerja pemerintah Orde Baru. Sesuai dengan semangat yang dikandungnya maka pemerintah Orde Baru bertekad untuk menegakkan dan melaksanakan Demokrasi Pancasila. Nilai-nilai dan norma dasar, hukum-hukum dasar dari Demokrasi Pancasila telah diatur oleh Undang-Undang Dasar 1945

Sebenarnya ada dua macam konsensus Nasional.

9 | P A N C A S I L A

Page 13: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

Konsensus yang pertama ialah Kebulatan tekad masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Konsensus kedua ialah konsensus mengenai cara-cara melaksanakan konsensus pertama dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari padanya. Konsensus kedua tercapai antara partai-partai politik dengan Pemerintah.

Konsensus mengenai cara melaksanakan konsensus utama (disebut juga konsensus kedua) merupakan produk dari pembicaraan antara partai-partai politik dan organisasi-organisasi massa disatu pihak dengan Pemerintah dipihak yang lain.

Dalam rapat Panitia Musyawarah tanggal 8 Desember 1967 oleh kelompok-kelompok dalam DPR GR tercapai suatu konsensus, yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan DPR GR tanggal 16 Desember 1967 No. 20/Pimp/II/67-68 bahwa:

1. RUU tentang Pemilu akan disahkan bersama-sama dengan RUU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.

2. Materi RUU Pemilu yang sudah selesai tidak akan dipersoalkan lagi. 3. 12 pokok konsensus yang telah dicapai antara panitia khusus 3 RUU dan

Pemerintah tetap dipegang teguh dan tidak akan diadakan perubahan-perubahan.

Isi dari 12 konsensus tersebut adalah sebagai berikut:1. Jumlah anggota DPR tidak boleh ngombro-ombro2. Ada perimbangan yang baik antara jumlah perwakilan jumlah pulau jawa

dan luar jawa3. Faktor jumlah penduduk diperhatikan 4. Adanya anggota yang diangkat disamping anggota yang dipilih5. Tiap kabupaten dijamin minimal 1 wakil6. Persyaratan mengenai dimisili dihapuskan7. Yang diangkat adalah perwakilan ABRI dan non-ABRI 8. Jumlah yang diangkat untuk MPR adalah 1/3 dari seluruh anggota 9. Jumlah anggota DPR ditetapkan 460 orang, terdiri dari 360 orang dipilih

melalui pemilihan umum dan 100 orang diangkat10. Sistem pemilihan; proportional representation yang sederhana11. Sistem pemilihan; lijstenstelsel12. Daerah pemilihan; Daerah Tingkat 1

B. ReferendumReferendum adalah penyerahan suatu masalah kepada rakyat atau bangsa.

Latar belakang perlunya Ketetapan MPR tentang Referendum ini antara lain adalah:

1) Bahwa Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah sesuai dengan kepribadian Indonesia yang memuat aturan-aturan yang paling mendasar bagi kehidupan bangsa dan negar Indonesia

10 | P A N C A S I L A

Page 14: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

serta dapat menjawab tantangan-tantangan zaman dan mampu menjamin tercapainya cita-cita Kemerdekaan Nasional.

2) Bahwa dalam rangka makin menumbuhkan kehidupan Demokrasi Pancasila dan keinginan untuk meninjau ketentuan pengangkatan 1/3 jumlah Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, perlu ditemukan jalan konstitusional agar pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945 tidak mudah digunakan untuk mengubah Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Dasar 1945 sendiri memungkinkan diadakan perubahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37. Mengubah Undang-Undang Dasar 1945 merupakan masalah yang mendasar dan menyangkut kehidupan negara dan bangsa Indonesia. Walaupun Majelis Permusyawaratan Rakyat mempunyai hak untuk melaksanakan sepenuhnya kedaulatan rakyat, namun perlu dicarikan sarana yang konstitusional agar pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945 tidak mudah digunakan daan rakyat harus dijamin haknya untuk menyatakan pendapat mengenai soal kenegaraan yang sifatnya mendasar tersebut, yaitu melalui referendum.

Berhubung dengan hal-hal tersebut diatas apabila Majelis Permusyawaratan Rakyat berkehendak untuk mengubah Undang-Undang Dasar 1945 dengan memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksuda dalam ketetapan MPR RI Nomor 1/MPR/ 1983 dan Nomor IV/MPR/1983 maka hal itu harus dinyatakan terlebih dahulu kepada rakyat melalui referendum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1985.

Pengertian referendum dinyatakan sebagai kegiatan untuk meminta pendapat rakyat secara langsung mengenai setuju atau tidak setuju terhadap kehendak Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk mengubah Undang-Undang Dasar 1945.

Referendum diadakan apabila MPR berkehendak untuk mengubah UUD 1945 sebagimana dimaksud dalam ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1983. Referendum diselenggarakan dengan mengadakan pemungutan pendapat rakyat secara langsung, umum, bebas dan rahasia.

Pelaksanaan referendum dipimpin oleh Presiden, dengan cara memimpin dan membentuk suatu badan atau lembaga u ntuk melaksanakan referendum yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri, yakni Panitia Pelaksana Referendum ditingkat Propinsi, Kabupaten/ Kotamadya, Kecamatan, Kelurahan/Desa dan perwakilan Republik Indonesia diluar negeri.

2.4 UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DALAM GERAK PELAKSANAANNYA

Semenjak ditetapkan dan disahkan UUD 1945 oleh PKKI pada tanggal 18 agustus 1945, mulai saat itu berlaku undang-undang dasar 1945 sebagai undang-undang negara republik indonesia. Semenjak itu penyelenggaraan negara didasarkan kepada ketentan-ketentuan menurut undang-undang dasar. Karena pada saat itu negara indonesia baru saja berdiri, maka dapat dimengerti bahwa untuk

11 | P A N C A S I L A

Page 15: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

melaksanakan berdasarkan penyelenggaraan UUD 1945, tentu saja tidak akan dapat sekaligus dilaksanakan sepenuhnya dalam waktu yang singkat.

1. Kurun waktu berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 yaitu:Pertama:Tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949.Pada kurun waktu ini Undang-Undang Dasar 1945 belum dapat dilaksanakan dengan baik karena bangsa Indonesia masih memusatkan kekuatan membela dan mempertahankan kemerdekaan.Penyimpangan Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 terjadi setelah kedua Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yaitu perubahan Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer.Kedua:Tanggal 5 Juli 1959 sampai sekarang, yang masih dapat dibagi lagi:a. Kurun waktu 1959-1965 (Orde Lama).

Lembaga-lembaga Negara belum dibentuk sesuai dengan yang dimaksud Undang-Undang Dasar 1945 dan belum berfungsi sebagaimana mestinya.

b. Kurun waktu 1965- sekarang (Orde Baru).Orde Baru mengambil langkah-langkah koreksi dengan cara-cara konstitusional dalam menegakkan, mengamankan dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

2. MPR(S) sejak dibentuk sampai sekarang telah mengadakan sidang-sidang sebagai berikut:

Pertama:Pada masa Orde Lama mengadakan Sidang Umum tahun 1960, 1963 dan 1965. Ketetapan MPRS yaang dihasilkannya (dari masa Orde Lama)sekarang tidak berlaku lagi.Kedua:Pada masa Orde Baru telah mengadakan sidang pada tahun 1966, 1967, 1968, 1973, 1978, 1983 dan 1988, yang isi ketetapannya mencerminkan tahap-tahap perjuangan Orde Baru dalam mewujudkan cita-citanya untuk melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

3. Dalam mewujudkan kepemimpinan Nasional sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Orde Baru Baru telah berhasil membentuk lembaga-lembaga negara sesuai dengan Undang-Undangnya, baik MPR, DPR, DPRD, DPA, BPK, maupun MA.Mekanisme lima 5 tahunan dalam kegiatan kenegaraan telah dapat dibina dan dipelihara dengan baik.2[3]

BAB III

2[3] Ahmad Widjaa, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 1996, h. 167

12 | P A N C A S I L A

Page 16: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian karya ilmiah yang saya buat, kita dapat membuat kesimpulan, bahwa kita sebagai generasi penerus banggsa haruslah mengghargai atau bertindak sesuai kemampuan dan menjaga perjuangan-perjuangan paara demokrasi serta promes-promes pancasila dan UUD1945 dan membawa harum nama Indonesia bisa sampai saa ini demokrasi Undang-Undang dasar 1945 (UUd 1945) karna pancasila adalah ideologi dan filsafat negara Republik Indonesia, serta penggerak pelaksanaan pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen

Sebagai kategori tematis, Pancasila merupakan suatu objek dihadapan kita, sebagai rumusan konsep-konsep yang memuat ide-ide untuk dapat difikirkan dan pahami. Selain itu, Pancasila juga merupakan kategori imperatif yang dapat dijadikan norma dalam kehidupan bersama, termasuk norma hukum. Dan akhirnya sebagai kategori operatif, Pancasila berwujud prinsip atau norma asasi yang meskipun tidak didasari atau malahan tidak dimengerti-bahkan mungkin dipungkiri-menjadi asas bagi tindakan manusia.

Sebenarnya ada dua macam konsensus Nasional.

Konsensus yang pertama ialah Kebulatan tekad masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Konsensus kedua ialah konsensus mengenai cara-cara melaksanakan konsensus pertama dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari padanya. Konsensus kedua tercapai antara partai-partai politik dengan Pemerintah.

Pelaksanaan referendum dipimpin oleh Presiden, dengan cara memimpin dan membentuk suatu badan atau lembaga u ntuk melaksanakan referendum yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri, yakni Panitia Pelaksana Referendum ditingkat Propinsi, Kabupaten/ Kotamadya, Kecamatan, Kelurahan/Desa dan perwakilan Republik Indonesia diluar negeri.

3.2 SARAN

(Dibidang Pemerintahan/Demkrasi)

Tinggkat persamaan tertentu di dalam negara Tingkat kebebasan atau kemardekaan tertentu yang di akui dan di

pakai oleh warga negara Jadikannlah suaru pemerintahan mayoritas yang lebih baik Jadilah warga yang baik tanpa berbuat anarkis dan perbuatan yang bila

kita eluh-eluhkan bukan kepentingan negara

DAFTAR PUSTAKA

13 | P A N C A S I L A

Page 17: Pelaksanaan pancasila dan uud 1945

Darmodiharjo Darji, Pendidikan Pancasila diperguruan Tinggi, Ikip, Malang, 1988

Wahana Paulus, Filsafat Pancasila, Kanisius, Yogyakarta, 1993

Widjaa Ahmad. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tinggi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1996.

Parjanowati 2008, Demokrasi Pancasila dan pengertian Pancasila secara murni dan konsekuen.

GAFFAN, Afan 1999, Politik Indonesia : Demokrasi, Jakarta pustaka belajar penerbit “Bumi Aksara”, “Paradigma” Kurikulum 2000Sudarmono SH. Bahan Penataran UUD 1945

14 | P A N C A S I L A