peledakan dalam dunia pertambangan dan permasalahannya

Upload: peregrino-l-saldanha

Post on 12-Jul-2015

174 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PELEDAKAN DALAM DUNIA PERTAMBANGAN DAN PERMASALAHANNYA

Oleh:

PEREGRINO A. F. SALDANHA No. Mhs: 710009055

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NSAIONAL YOGYAKARTA 2011

LEDAKAN TMBANG BATUBARA

Oleh: PEREGRINO A. F. SALDANHA No. Mhs: 710009055

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL 2011

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan pertambangan. Perkembangan kegiatan pertambangan pada era globalisasi saat ini dirasakan sangat perlu untuk mengikuti tuntutan jaman yang menginginkan perubahan di segala aspek. Berbagai kegiatan pertambangan belomba-lomba memenuhi tuntutan tersebut. Hal itu tak hanya terjadi pada kegiatan pertambangan di Indonesia melainkan industri di seluruh dunia. Perkembangan kegiatan pertambangan di Indonesia kini dalam tahap pertumbuhan yang meningkat. Agar tuntutan tersebut terpenuhi maka diperlukan kondisi operasional kegiatan pertambangan yang handal, lancar, efisien, dan aman. Sebagai upaya memperoleh kondisi operasional yang aman memerlukan pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan syarat bagi setiap proses pekerjaan atau tempat kerja. Namun penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini bukan hanya tanggung jawab dari satu pihak melainkan tanggung jawab dari berbagai pihak yang sama-sama menyadari arti pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pihak manajemen bertanggung jawab dalam wujud komitmen, pekerja bertanggung jawab dalam mengikuti peraturan yang dikeluarkan oleh pihak manajemen dan pemerintah. Bahkan pemerintah ikut bertanggung jawab dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta perundangan dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu sendiri bertujuan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan orang yang berada dalam pekerjaan tersebut atau orang yang terlibat dalam proses pekerjaan, serta menjamin kelangsungan pekerjaan itu sendiri dan juga menjaga keutuhan alat dan meningkatkan produktivitas. Sasaran yang ingin dicapai Keselamatan dan Kesehatan Kerja diantaranya adalah untuk mencegah dan atau mengurangi kerugian yang ditimbulkan dari kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat. Dalam kegiatan industri baik itu industri manufaktur maupun kegiatan pertambangan

banyak sekali hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja maupun faktor yang membawa penyakit akibat kerja, terutama pada proses produksi di kegiatan pertambangan mempunyai potensi resiko yang sangat besar terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, karena dengan adanya kecelakaan kerja sebuah perusahaan akan mengeluarkan biaya tambahan sehingga dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Kecelakaan kerja juga dapat menurunkan citra perusahaan di mata masyarakat. Pada kegiatan pertambangan batubara ini juga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan apabila tidak di ikuti dengan pengelolaan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan yang baik. Oleh karena pentingnya pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor tambang tersebut pemerintah mengeluarkan peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja khusus di sektor tambang yaitu Kepmentamben No. 555K/26/MPE/1995. 1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran Ledakan Tambang Batubara 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Untuk Mengetahui Sifat sifat Ledakan Tambang Batu Bara 2. Untuk Mengetahui Proses Ledakan dan Penyebarannya 3. Untuk Mengetahui Teknik Pencegahan Ledakan.

1.3. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Sifat sifat Ledakan Tambang Batu Bara 2. Bagaimana Proses Ledakan dan Penyebarannya 3. Bagaimana Teknik Pencegahan Ledakan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Batubara terbentuk dari tumbuhan purba yang berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun, dapat berjenis lignit, sub-bituminus, bituminus, atau antrasit, tergantung dari tingkat pembatubaraan yang dialami. Konsentrasi unsur karbon akan semakin banyak seiring dengan tingkat pembatubaraan yang semakin berlanjut. Adapun gas gas yang terbentuk yaitu metana, karbon dioksida serta karbon monoksida, dan gas gas lain yang menyertainya akan masuk dan terperangkap di celah celah batuan yang ada di sekitar lapisan batubara. Secara teoretis, jumlah gas metana yang terkumpul pada proses terbentuknya batubara bervolume 1 ton adalah 300m3. Kondisi terperangkapnya gas ini akan terus berlangsung sampai ketika lapisan batubara atau batuan di sekitarnya tersebut terbuka akibat pengaruh alam seperti longsoran, atau karena penggalian (penambangan). Gas gas yang muncul di tambang dalam (underground) terbagi menjadi gas berbahaya (hazardous gas) dan gas mudah nyala (combustible gas). Gas berbahaya adalah gas yang dapat mempengaruhi kesehatan bahkan sampai menyebabkan kondisi yang fatal pada seseorang, sedangkan gas mudah nyala adalah gas yang berpotensi menyebabkan kebakaran dan ledakan di dalam tambang. Pada tambang dalam, gas berbahaya yang sering dijumpai adalah karbon monoksida (CO), sedangkan yang dapat muncul tapi jarang ditemui adalah hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen dioksida (NO2). CO adalah gas tak berwarna, tak berasa, tak berbau, dan memiliki berat jenis sebesar 0.967. Pada udara biasa, konsentrasinya adalah 0 sampai dengan beberapa ppm, dan menyebar secara merata di udara. CO timbul akibat pembakaran tak sempurna, ledakan gas dan debu, swabakar (spontaneous combustion), kebakaran dalam tambang, peledakan (blasting), pembakaran internal pada mesin, dan lain-lain. Gas ini sangat beracun karena kekuatan ikatan CO terhadap hemoglobin adalah 240 300 kali dibandingkan ikatan oksigen dengan hemoglobin. Selain beracun, gas ini sebenarnya juga memiliki sifat meledak, dengan kadar ambang ledakan adalah 13 72%. Untuk gas mudah nyala pada tambang batubara, sebagian besar adalah gas metana (CH4). Metana adalah gas ringan dengan berat jenis 0.558, tidak berwarna, dan tidak berbau. Gas ini

muncul secara alami di tambang batubara bawah tanah sebagai akibat terbukanya lapisan batubara dan batuan di sekitarnya oleh kegiatan penambangan. Dari segi keselamatan tambang, keberadaan metana harus selalu dikontrol terkait dengan sifatnya yang dapat meledak. Gas metana dapat terbakar dan meledak ketika kadarnya di udara sekitar 5 15%, dengan ledakan paling hebat pada saat konsentrasinya 9.5% dan ketika terdapat sumber api yang memicunya. Ketika meledak di udara, gas metana akan mengalami pembakaran sempurna pada saat konsentrasinya antara 5% sampai dengan 9.5%, menghasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Jika volume udara pada saat itu konstan, maka suhu udara akan mencapai 22000C dengan tekanan 9 atm. Sebaliknya, bila tekanannya konstan maka suhunya hanya akan mencapai 18000C saja. Sedangkan angin ledakan yang timbul, biasanya berkecepatan sekitar 300m/detik. Dari keadaan ini dapatlah dipahami bila para korban ledakan gas metana biasanya tubuhnya akan hangus terbakar. Jika ledakan terjadi ketika kadar gas metana lebih dari 9.5%, akan berlangsung pula pembakaran tidak sempurna yang menghasilkan karbon monoksida (CO), yang akan menyebar ke seluruh lorong penambangan mengikuti arah angin ventilasi. Bencana seperti ini akan berdampak lebih buruk bila dibandingkan dengan sekedar ledakan gas saja, karena munculnya bencana susulan berupa keracunan gas CO. Peristiwa ini pernah terjadi di tambang batubara Mitsui Miike di Jepang pada awal November 1963, dengan korban mencapai 458 orang. Dari jumlah itu, korban langsung akibat ledakan itu hanya beberapa puluh saja, sedangkan sisanya adalah akibat keracunan gas CO. Selain itu, tidak sedikit pula pekerja yang mengalami kerusakan jaringan otak sehingga mengalami gangguan fungsi saraf seumur hidupnya.

2.1. Definisi debu batubara Debu batubara adalah material batubara yang terbentuk bubuk (powder),yang berasal dari hancuran batubara ketika terjadi pemrosesannya(breaking, blending, transporting, and weathering). Debu batubara yang dapat meledak adalah apabila debu itu terambangkan di udara sekitarnya. 2.2. Pembentukan Debu Batubara Debu batubara dihasilkan dari kegiatan penambangan itu sendiri. Pemisahan (breaking) secara kering dengan cara peledakan penggaruan dapat menimbulkan debu yang banyak. Debu

batubara juga dapat terbentuk pada proses penggilingan dan ketika pencampurannya serta pengangkutan. Disamping itu proses pelapukan alami batubara juga dapat menjadi sumber terbentuknya debu batubara tersebut. 2.3. Akumulasi Debu Batubara Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa debu batubara akan terbentuk dalam jumlah yang cukup banyak kalau operasi penambangan dilakukan dalam proses yang kering. Sebaliknya jika dilakukan penambangan dengan sistem penyiraman air yang cukup, debu yang terbentuk akan terendapkan pada lantai kerja. 2.4. Sifat-sifat Ledakan Debu Batubara Peristiwa ledakan debu batubara pada tambang batubara bawah tanah dapat terjadi jika ada tiga syarat berikut terpenuhi, yakni: 1. Ada debu batubara yang beterbangan (awan debu batubara). 2. Ada sambaran bunga api. 3. Ada oksigen. Konsentrasi debu batubara yang dapat meledak tergantung: 1. Kandungan zat terbang (volatile matter). 2. Ukuran partikel (particle size). 3. Kandungan air (water content). Debu batubara ukuran partikelnya antara 20 40 mesh, tidak dapat meledak dengan sendirinya, debu batubara dengan partikel sampai 200 mesh akan sangat mudah meledak. Bahaya ledakan debu batubara akan semakin kecil jika pada nya terdapat kandungan abu yang cukup banyak, (abu melekat ditambah dengan abu dari debu batu) dalam jumlah lebih kurang 50% pencegah kebakaran/ledakan. Biasanya untuk mencegah terjadinya ledakan debu batubara dapat ditambahkan debu batuan sampai mencapai kadar abunya lebih dari 75%. Debu batubara yang mengandung air yang banyak tidak akan dapat meledak atau terbakar. Air, disamping penyerap sulutan api (ignition), juga berfungsi sebagai penyerap panas. Kadar air sampai 30% dapat mencegah terjadinya ledakan debu batubara itu. Debu batubara segar lebih berbahaya dibandingkan dengan debu batubara yang sudah lama ada dalam udara terbuka. Debu batubara segar akan lebih mudah meledak karena adanya gas methan yang masih terperangkap pada butiran debu batubara tersebut.

2.5. Proses Ledakan dan Penyebarannya 1. Sifat mekanik ledakan Ledakan debu batubara menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal. 2. Tekanan dan kecepatan ledakan Tekanan udara yang terjadi akan bervariasi tergantung pada karakteristik dan jumlah debu batubaranya. Tekanan itu biasanya ada antara 2 4 kg/cm2. Pada ledakan yang sangat kuat (high explosive), kecepatan ledakan dapat mencapai 1000 m/detik (jauh lebih tinggi dari kecepatan suara). 3. Kecepatan rambatan sulutan (deflagration) Kecepatan rambatan sulutan api akan semakin tinggi menuju ke lobang udara keluar,dimana pada titik ini kandungan gas methan dan debu batubara sangat rendah. 4. Temperatur ledakan Ledakan debu batubara akan menyebabkan naiknya temperatur pada area ledakan, antara 1500 19000C. Tetapi temperatur pada kasus ledakan sedang dan rendah hanya akan berkisar antara 1200 13000C. Pada temperature ini terjadi pembakaran tidak sempurna dan hilangnya panas oleh serapan daerah sekitar ledakan. 5. Daerah sulutan Biasanya bila daerah yang dapat tersulut mencapai 6 7 kali luas daerah asalnya, selama daerah itu mengandung gas methan atau debu batubara. 6. Reaksi ledakan Ledakan batubara akan menyebabkan udara di sekitarnya menjadi dingin dan kadar oksigennya berkurang drastis. Setelah itu udara akan kembali mengalir dan mengisi ruang rendah oksigen tadi (udara balik). Jika di sana masih tersisa awan debu batubara akan terjadi ledakan ulangan. 7. Jalaran ledakan Bila akumulasi debu batubara yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga debu batubara itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan debu batubara dalam kondisi batas ledak

(explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran. Jika pada proses pertama itu terjadi ledakan disertai kebakaran, sisa debu batubara yang masih tertambat di atas lantai atau pada langit-langit dan dinding terowongan akan tertiup dan terangkat pula ke udara, lalu debu itu pun akan meledak. Demikianlah seterusnya, bahwa dalam tambang itu akan terjadi ledakan beruntun sampai habis semua debu batubara terakar. Ledakan itu akan menyambar ke mana-mana, sehingga dapat menjalari seluruh lokasi dalam tambang itu dan menimbulkan kerusakan yang sangat dahsyat. 2.6. Teknik Pencegahan Ledakan Guna menghindari berbagai kecelakaan kerja pada tambang batubara bawah tanah, terutama dalam bentuk ledakan gas dan debu batubara, perlu dilakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ledakan ini harus dilakukan oleh segenap pihak yang terkait dengan pekerjaan pada tambang bawah tanah tersebut. Beberapa hal yang perlu dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan batubara ini adalah: Pengetahuan dasar-dasar terjadinya ledakan, membahas: - Gas-gas dan debu batubara yang mudah terbakar/meledak - Karakteristik gas dan debu batubara - Sumber pemicu kebakaran/ledakan - Metoda eliminasi penyebab ledakan, antara lain: - Pengukuran konsentrasi gas dan debu batubara - Pengontrolan sistem ventilasi tambang - Pengaliran gas (gas drainage) - Penggunaan alat ukur gas dan debu batubara yang handal - Penyiraman air (sprinkling water) - Pengontrolan sumber-sumber api penyebab kebakaran dan ledakan - Teknik pencegahan ledakan tambang - Penyiraman air (water sprinkling) - Penaburan debu batu (rock dusting) - Pemakaian alat-alat pencegahan standar. - Fasilitas pencegahan penyebaran kebakaran dan ledakan, antara lain:

- Lokalisasi penambangan dengan penebaran debu batuan - Pengaliran air ke lokasi potensi kebakaran atau ledakan - Penebaran debu batuan agak lebih tebal pada lokasi rawan - Tindakan pencegahan kerusakan akibat kebakaran dan ledakan: - Pemisahan rute (jalur) ventilasi - Evakuasi, proteksi diri, sistemperingatandini, dan penyelamatansecara tim.

BAB 3 PENUTUP Berbeda dengan tambang permukaan (open cut) yang lebih terfokus pada manajemen mobilisasi alat berat, tambang dalam jauh lebih banyak memerlukan perhitungan baik dari segi perencanaan penambangan maupun keselamatan, karena kondisi kerjanya yang lebih ekstrim. Sehingga sangatlah tidak masuk akal apabila operasional tambang bawah tanah sampai dilakukan oleh pihak pihak yang tidak berkompeten, dalam hal ini adalah pelaku tambang rakyat ilegal. Kejadian di Ombilin misalnya, seharusnya sudah menjadi peringatan bagi pihak pihak berwenang untuk bertindak tegas, karena tambang tambang ilegal itu menyimpan potensi bencana yang lebih besar. Oleh karena itu, sudah seharusnya instansi yang berwenang benar benar memahami karakteristik metode penambangan bawah tanah ini, sehingga tindakan antisipatif dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya bencana di tambang dalam. Kemudian yang jauh lebih penting lagi adalah aparat harus berani melarang kegiatan penambangan tanpa ijin (PETI) karena terbukti lebih banyak menimbulkan kerugian bagi banyak pihak, disamping aktivitas itu sendiri sudah jelas jelas melanggar hukum.

DAFTAR PUSTAKA 1. http://artikelbiboer.blogspot.com/2010/01/kebakaran-dan-ledakan-tambang-batubara.html 2. http://artikelbiboer.blogspot.com/2010/01/alat-alat-keselamatan-wajib-bagi.html