pemanfaatan sempadan tukad badung sebagai setting kegiatan rekreasi publik kota denpasar
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
1/77
TESIS
PEMANFAATAN SEMPADAN TUKAD BADUNGSEBAGAI SETTING KEGIATAN REKREASI PUBLIK
KOTA DENPASAR
NYOMAN GEMA ENDRA PERSADA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
2/77
TESIS
PEMANFAATAN SEMPADAN TUKAD BADUNGSEBAGAI SETTING KEGIATAN REKREASI PUBLIK
KOTA DENPASAR
NYOMAN GEMA ENDRA PERSADA
NIM 1191861013
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
3/77
PEMANFAATAN SEMPADAN TUKAD BADUNG
SEBAGAI SETTING KEGIATAN REKREASI PUBLIK
KOTA DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Arsitektur,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NYOMAN GEMA ENDRA PERSADA
NIM 1191861013
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA2014
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
4/77
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 13 OKTOBER 2014
Mengetahui
Pembimbing I
Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca, MT., PhD
NIP. 19601204 198803 1 003
Pembimbing II
I Nym Widya Paramadhyaksa, ST., MT., Ph.D
NIP. 19740911 200012 1 001
Ketua Program Studi Magister ArsitekturProgram Pascasarjana
Universitas Udayana
G.A.M. Suartika, ST., MengSc., Ph.D
NIP. 19691018 199412 2 001
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof.Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K)
NIP. 19590215 198510 2 001
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
5/77
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 18 September 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
Nomor 3529/UN14.4/HK/2014, Tanggal 17 September 2014
Ketua:
Gusti Ayu Made Suartika, ST., MengSc., Ph.D
Anggota :
1. Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca, MT., PhD
2. I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT., Ph.D
3. Gusti Ayu Made Suartika, ST., MengSc., Ph.D
4. Dr.Ir.I Made Adhika,MSP
5. Ni Ketut Pande Dewi Jayanti, ST., MEngSc., PhD
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
6/77
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA : Nyoman Gema Endra Persada
NIM : 1191861013
PROGRAM STUDI : Pascasarjana/Program Studi Arsitektur
JUDUL TESIS : Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung sebagai
Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010
dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Denpasar, 13 Oktober 2014
Yang membuat pernyataan,
Nyoman Gema Endra Persada
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
7/77
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat-Nya, tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Proposal tesis ini mengetengahkan judul “Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung
sebagai setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar”.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr.
Ketut Suastika, Sp. PD (K.EMD), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister
di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Direktur
Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof. Dr. dr.
A.A. Raka Sudewi, S.p.S(K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk menjadi mahasiswa Program Magister di Program Pascasarjana Universitas
Udayana.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Gusti
Ayu Made Suartika, ST., MengSc., Ph.D selaku Ketua Program Magister
Arsitektur dan dosen penguji yang dengan penuh perhatian telah memberikan
dorongan, bimbingan, arahan dan saran selama penulis mengikuti program
magister Terima kasih pula sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak
Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca, MT., PhD dan Bapak I Nyoman Widya
Paramadhyaksa, ST., MT., Ph.D selaku pembimbing I dan II yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, saran, semangat, serta
motivasi yang besar kepada penulis.
Penulisan dan penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan
maupun saran dari para penguji tesis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. I Made Adhika, MSP dan ibu Ni
Ketut Pande Dewi Jayanti, ST., MEngSc., PhD, sebagai dosen penguji yang turut
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
8/77
memberikan masukan dan koreksi terhadap penyusunan tesis, sehingga tesis ini
dapat terselesaikan walapun jauh dari kata sempurna.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua Nyoman Sumendra dan I Gusti Ayu Aryani dan juga
saudara Ni Putu Endrayani dan Made Ayu Megayani yang senantisa memberi
dorongan, semangat, fasilitas, serta doa yang tulus untuk kelancaran tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Akhir kata penulis ucapkan, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sekeluarga
beserta kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian
tesis ini.
Denpasar, 13 Oktober 2014
Penulis
Nyoman Gema Endra Persada
Nim. 1191861013
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
9/77
ABSTRAK
PEMANFAATAN SEMPADAN TUKAD BADUNG SEBAGAI SETTING
KEGIATAN REKREASI PUBLIK KOTA DENPASAR
Rekreasi masyarakat kota merupakan salah satu bentuk penyegaran yang
wajib diakomodasi pemerintah dalam ruang-ruang publik kota. Kota Denpasar,
yang merupakan Ibukota Propinsi Bali memiliki perkembangan yang pesat dengan
industri pariwisatanya. Ruang publik di Kota Denpasar ramai digandrungi pada
taman-taman kota dan pesisir pantai timur. Diluar fenomena umum tersebut,
muncul fenomena unik berupa pemanfaatan areal Sempadan Tukad Badung
sebagai ruang rekreasi. Dari temuan awal tersebut dilakukanlah penelitian untuk
menemukan berbagai penyebab, potensi dan kecenderungan dari fenomena
tersebut dengan melihat tipe dasar pola penyusun ruang, proses dan pihak yang
terkait dalam fenomena pemanfaatan tersebut.
Batasan yang digunakan dalam penentuan objek penelitian adalahkeberadaan jalan tepi sungai. Berdasarkan batasan tersebut ditentukan tiga objek
penelitian yaitu Bendungan Gerak Tukad Badung (Objek 1), Jalan Taman Pancing
(objek 2) hingga Waduk Muara (objek 3). Penelitian menggunakan metode
kualitatif dengan pengamatan dan observasi langsung pada setting dan juga
wawancara kepada sumber yang relevan dan kompeten. Proses terbentuknya
setting dijabarkan melalui beberapa klasifikasi terhadap setting dan aktivitas yang
terjadi pada objek penelitian. Analisis proses terbentuknya setting digunakan
untuk mengidentifikasi kecenderungan hubungan perilaku dan setting serta pihak-
pihak yang terkait dalam fenomena tersebut.
Temuan penelitian yang pertama melihat dari tipe dasar pola penyusun
setting pada objek yaitu fixed feature space (ruang berbatas tetap). Semifixed
feature space (ruang berbatas semitetap) yaitu perlengkapan pedagang tetap dan
kendaraan pengunjung yang diparkir pada setting. Informal space pada objek
penelitian yaitu ruang yang terbentuk dari aktivitas duduk-duduk, mengobrol dan
bermain. Temuan kedua yaitu beberapa klasifikasi dalam penjabaran proses
terbentuknya. Aktivitas yang terjadi pada objek yaitu duduk-duduk, memancing,
berjualan (menetap dan keliling) jajan, beristirahat kerja. Klasifikasi setting
berlandaskan teori lanskap Burton (1995) yaitu : Bentang alam berupa wilayah
sungai, vegetasi berupa tanaman hias dan vegetasi perindang, sedangkan binatang
adalah populasi ikan pada sungai. Penggunaan lahan pada objek yaitu terencana
(fungsi utama dan rekreasi) dan tidak terencana (ruang sisa dan ruang
terbengkalai). Aspek Sosial pada objek yaitu adanya peran komunitas yaitu
komunitas warga, hobi dan profesi. Adapun pola hubungan setting-perilaku padaproses terbentuknya setting adalah setting yang mempengaruhi perilaku, perilaku
yang mempengaruhi dan perilaku yang melanggar setting. Pihak-pihak yang
terkait dalam terbentuknya setting yaitu masyarakat dimana keterlibatannya
adalah sebagai pelaku utama yang melakukan aktivitas rekreasi baik pada ruang
tertata, ruang sisa maupun ruang terbengkalai. Badan pemerintah yang terkait
yaitu : Disparda Kota Denpasar, PemKot Denpasar, PU Provinsi Bali, PU Kota
Denpasar hingga pemerintah desa yang memiliki variasi keterlibatan dalam
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
10/77
menangani operasional sungai, pengadaan fasilitas dan penyelenggaraan acara
seremonial.
Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan kebersihan sungai dengan
tidak membuang limbah ke sungai dan pemanfaatan yang menaati peraturan yangberlaku. Masyarakat perlu untuk ikut proaktif dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pemerintah dalam rangka menghidupkan ruang-ruang pada areal
sempadan Tukad Badung. Pemerintah perlu lebih peka terhadap kegiatan
pemenuhan kebutuhan rekreasi masyarakat yang dilakukan di Sempadan Tukad
Badung. Perencanaan dibuat terintegrasi dengan lembaga yang terkait. Status dari
ruang-ruang publik areal sempadan perlu diperjelas. Apresiasi layak dilayangkan
kepada BWS Bali Penida dan Pemkot Denpasar atas upayanya meningkatkan
kualitas kebersihan Sungai Badung sekaligus mempromosikan sebagai suatu daya
tarik atau objek wisata Kota.
Kata kunci : Sempadan Tukad Badung, rekreasi publik
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
11/77
ABSTRACT
UTILIZATION OF BADUNG RIPARIAN AS SETTING FOR DENPASAR
CITY’S PUBLIC RECREATIONAL ACTIVITIES
Urban recreational activities is one of refreshment form that must be
accommodated by local government in its urban public spaces. As a capital of
Bali Province, Denpasar City is rapidly growing with its tourism industry. Public
spaces that commonly visited in Denpasar namely city’s parks and beach (east
coast). Beyond this, the utilization of Tukad Badung (Badung river) river border
area as a setting for recreational activities appears as a unique phenomenon and
leads to a research to find the causes and tendencies of this phenomenon based on
fundamental types of layout pattern, process and parties involved.
Object of this research is determinated by river bank street and three
objects (setting) are selected, namely : Bendungan Gerak Tukad Badung (object
1), Jalan Taman Pancing/Taman Pancing street (object 2) and WadukMuara/estuary dam (object 3). This research conducted based on qualitative
research methods which include observation in related object/setting and
interview with relevant and competent sources. Formation process of a setting is
described through some setting classification and activities that occurs on the
object of research. This formation analysis is used to identify tendencies of the
relationship between behavior and its setting as well as parties involved.
The first finding of this research based on the fundamental types of layout
pattern which are fixed feature space; Semi fixed feature space included utilities
of fixed seller and visitor vehicle which is parked on the setting; Informal space,
space that is formed by the activity of sitting around, chatting, and playing. The
second finding of this research are some classifications in formation process of a
setting. Activities that are occur on object/setting including sitting around, fishing,
food seller (fixed and mobile), take a rest (from work). Setting clasification based
on Burton’s landscape teory (1995) : a landscape of river areas, vegetation such as
ornamental plants and shade trees, while the animal is a fish population in the
river. In land use, there are planned space (for main function and recreational) and
unplanned space (residual space and abandoned space). And the role of local
community, hobby group as well as profession group has formed the social aspect
on object/setting. Meanwhile, setting-behavior relationship in formation process
of a setting : behavior is determined by setting, setting is determined by bahavior
and behaviors that violate the setting. Parties involved is community as the prime
party for recreational activities on designed space, residual space as well as
abandoned space. Some goverment agencies which are related, namely : DispardaKota Denpasar, Pemerintah Kota Denpasar, Badan Wilayah Sungai Bali-Penida
(BWS-BP), PU Kota Denpasar as well as village authorities, will be involved in
variated activities such as river operational/manajement, set up facilities, official
or public ceremonial.
Community need to raise awareness of river cleanliness by preventing
waste dumping into the river and utilization that comply with related regulations.
Proactive participate from community is needed in supporting government effort
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
12/77
to revitalize the area of Tukad Badung river border. In other hand, The
government needs to increased sensitivity towards the phenomenon of fullfilling
the needs of recreation by community. It is needed to set up a synergetic plan
among stakeholders and government agencies. And, status of public spaces on thearea of Tukad Badung river border needs to be clarified. Highly appreciation are
addressed to BWS Bali Penida and Pemerintah Kota Denpasar for their efforts to
improve the cleanliness quality of Badung river and promote it as one of the
tourist attraction or city tour object.
Keywords : Badung Riparian, Public Recreational
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
13/77
RINGKASAN
Kota memiliki aktivitas yang sangat padat dan berperan sebagai pusat
aktivitas dimana masyarakatnya cenderung bekerja tanpa mengenal waktu,persaingan ketat dan tingkat stress yang tinggi. Masyarakat kota merupakan
elemen pembentuk kota yang memiliki sisi humanis sebagai manusia yang
memerlukan penyegaran (refreshing). Rekreasi merupakan salah satu bentuk
penyegaran yang wajib diakomodasi pemerintah dalam ruang-ruang publik kota.
Kota Denpasar, yang merupakan Ibukota Propinsi Bali memiliki perkembangan
yang pesat dengan industri pariwisatanya. Ruang publik ramai digandrungi pada
taman-taman kota dan pesisir pantai timur. Diluar fenomena umum tersebut,
ternyata muncul fenomena unik berupa pemanfaatan areal Sempadan Tukad
Badung sebagai ruang rekreasi. Dari temuan awal tersebut dilakukanlah penelitian
untuk menemukan berbagai penyebab potensi dan kecenderungan dari fenomena
tersebut dengan melihat elemen penyusun, proses dan pihak yang terkait dalam
fenomena pemanfaatan tersebut.
Batasan yang digunakan dalam penentuan objek adalah keberadaan jalan
tepi sungai. Berdasarkan batasan tersebut ditentukan tiga objek penelitian yaitu
Bendungan Gerak Tukad Badung (Objek 1), Jalan Taman Pancing (objek 2)
hingga Waduk Muara (objek 3). Penelitian menggunakan metode kualitatif
dengan pengamatan dan observasi langsung pada setting dan juga wawancara
kepada sumber yang relevan dan kompeten. Setting yang terbentuk direkam
dengan metode place oriented mapping dan menganalisis tipe dasar pola penyusun
setting pada objek. Proses terbentuknya setting dijabarkan melalui beberapa
klasifikasi terhadap setting dan aktivitas yang terjadi pada objek penelitian.
Analisis proses terbentuknya setting digunakan untuk mengidentifikasi
kecenderungan hubungan perilaku dan setting serta pihak-pihak yang terkaitdalam fenomena tersebut.
Temuan penelitian yang pertama yaitu tipe dasar pola penyusun setting
pada objek.yaitu fixed feature space (ruang berbatas tetap) yang dikelompokkan
lagi menjadi dua yaitu hardscape dan softscape element. Hardscape element yaitu
berbagai fasilitas fisik pendukung fungsi sungai dan juga beberapa bangunan air .
Softscape element pada objek adalah berbagai vegetasi yang tumbuh pada objek .
Semifixed feature space (ruang berbatas semitetap) yaitu perlengkapan pedagang
tetap dan kendaraan pengunjung yang diparkir pada setting. Informal Space pada
objek penelitian yaitu ruang yang terbentuk dari aktivitas civitas saat melakukan
aktivitas seperti aktivitas duduk-duduk, mengobrol dan bermain. Temuan kedua
yaitu beberapa klasifikasi dalam penjabaran proses terbentuknya setting.
Berdasarkan kelompok kegiatan secara umum, kegiatan pada sempadan terdiridari kegiatan fungsi utama dan kegiatan fungsi rekreasi. Kegiatan pada objek juga
ada yang terlarang dan ada yang tidak. Aktivitas pada objek yaitu duduk-duduk,
memancing, berjualan (menetap, keliling) jajan, beristirahat kerja. Berbagai
elemen fisik yang ada pada setting yang berlandaskan teori lanskap yang membagi
elemen lanskap menjadi 3 (Burton, 1995) yaitu : Bentang alam berupa wilayah
sungai. Vegetasi berupa tanaman hias dan vegetasi perindang, sedangkan binatang
adalah populasi ikan pada sungai. Penggunaan lahan pada objek yaitu terencana
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
14/77
(fungsi utama dan rekreasi) dan tidak terencana (ruang sisa dan ruang
terbengkalai).Aspek Sosial pada objek yaitu adanya peran komunitas yaitu
komunitas warga, hobi dan profesi. Adapun pola hubungan setting-perilaku pada
proses terbentuknya setting adalah setting yang mempengaruhi perilaku yangterdiri dari setting yang mendorong terjadinya berbagai perilaku dan yang
merubah perilaku. Hubungan yang kedua yaitu perilaku yang mempengaruhi
setting yang dikelompokkan juga menjadi dua yaitu perilaku yang mendorong
terbentuknya setting baru secara tidak langsung dan secara langsung. Hubungan
yang ketiga yaitu perilaku yang melanggar setting yang dikelompokkan menjadi
dua yaitu perilaku dalam setting yang dilarang dan perilaku yang membentuk
setting yang mengganggu fungsi setting utama. Pihak-pihak yang terkait dalam
terbentuknya setting yaitu masyarakat dan pemerintah yaitu : Disparda Kota
Denpasar, PemKot Denpasar, PU Provinsi Bali, PU Kota Denpasar. Keterlibatan
masyarakat adalah sebagai pelaku utama yang melakukan aktivitas rekreasi baik
pada ruang tertata, ruang sisa maupun ruang terbengkalai. Aktivitas pada ruang
tertata (dengan fungsi utama/bukan untuk rekreasi) merupakan tanda fenomenaaffordances. Selain adanya affordanes, ada pula yang menjadi suatu pelanggaran
baik dalam bentuk perilaku maupun sudah membentuk setting baru. Aktivitas
masyarakat pada ruang sisa dan terbengkalai membentuk settting baru yang
bersifat semifixed feature space seperti pada pedagang tetap dan setting parkir
kendaraan. Aktivitas masyarakat pada ruang sisa dan terbengkalai juga menjadi
stimulus bagi pemerntah untuk melakukan penataan fisik yang mewadahi kegiatan
rekreasi. Operasional sungai dijalankan oleh PU Kota Denpasar dan PU Propinsi
Bali (BWS-Bali Penida). Pengadaan fasilitas oleh PU Kota Denpasar dan PU
Propinsi Bali (BWS-Bali Penida). penyelenggaraan acara seremonial oleh
Pemkot Denpasar, Disparda Kota Denpasar, Pemerintah desa dan mendapatkan
dukungan tenaga kebersihan dari PU Kota Denpasar.
Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan kebersihan sungai dengan
tidak membuang limbah ke sungai. Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan
ruang sempadan dengan tetap menaati peraturan yang berlaku. Masyarakat perlu
untuk ikut proaktif dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam
rangka menghidupkan ruang-ruang pada areal sempadan Tukad Badung baik
melalui pengadaan fisik maupun kegiatan seremonial.Pemerintah perlu menyadari
pentingnya areal sempadan Tukad Badung sebagai wadah rekreasi publik
masyarakat diluar berbagai upaya yang hanya sebatas mementingkan citra sungai
yang bersih. Perencanaan berbagai pengadaan fasilitas maupun acara seremonial
pada areal sempadan Tukad Badung dibuat terintegrasi dengan instansi yang
terkait serta pemerintah desa. Status dari ruang-ruang publik areal sempadan perlu
diperjelas mengenai areal yang dilarang dan areal yang bebas diakses oleh umum.Pemerintah perlu meningkatkan kepekaan terhadap fenomena kegiatan rekreasi
yang terjadi pada areal sempadan Tukad Badung.Apresiasi layak dilayangkan
kepada BWS Bali Penida dan Pemkot Denpasar atas upayanya meningkatkan
kualitas kebersihan Sungai Badung sekaligus mempromosikan sebagai suatu daya
tarik atau objek wisata Kota.
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
15/77
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM...................................................................................... i
PERSYARATAN GELAR ......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................... .................................................... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI .......................................... iv
LEMBAR SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................... ....... v
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................... xRINGKASAN........................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xix
DAFTAR TABEL ................................................................................. xxiv
DAFTAR ISTILAH ................................................................................ xxv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xxvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA,KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL
PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................ 10
2.1.1 Pemanfaatan Ruang Kawasan Tepi Pantai Untuk Rekreasi
dalam Mendukung Kota Tanjungpinang Sebagai Waterfront
City ............................................................................................ 10
2.1.2 Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Sungai Badung
Sebagai Objek Wisata “City Tour” Di Kota Denpasar ................ 11
2.1.3 Potensi Pengembangan Situ di Bogor sebagai Objek Wisata ....... 12
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
16/77
2.1.4 Kajian Pemanfaatan Tukad Badung sebagai Sarana Wisata Tirta
untuk mendukung Program City Tour di Kota Denpasar ............ 13
2.1.5
Media Time vs Active Time: Leisure Time among the Youth in
Disadvantaged Community (Media Waktu vs Waktu Aktif :
Waktu luang diantara Pemuda pada Komunitas Tertinggal ......... 14
2.2 Kerangka Berpikir .......................................................................... 17
2.3 Konsep ........................................................................................... 19
2.3.1
Kawasan Sempadan Sungai ........................................................ 18
2.3.2 RTH Sempadan Sungai .............................................................. 19
2.3.3 Peraturan Sungai ........................................................................ 20
2.3.4
Ruang Terbuka Hijau Pada Areal Sempadan Sungai Sebagai
Potensi Wisata ............................................................................ 22
2.3.5 Hubungan Manusia dengan Lingkungan Binaan (Desain
Arsitektur) .................................................................................. 23
2.3.6 Kegiatan Rekreasi ...................................................................... 25
2.3.7 Ciri Rekreasi ........................................................................ ..... 27
2.3.8 Maksud dan Tujuan Rekreasi ................................................... 29
2.3.9 Jenis-Jenis Rekreasi ................................................................. 30
2.4
Landasan Teori .............................................................................. 31
2.4.1 Teori Setting ............................................................................ 31
2.4.2 Teori Setting Perilaku .............................................................. 33
2.4.3 Teori Unsur Pembentuk Lanskap ........................................ ..... 34
2.4.4 Teori Affordance ..................................................................... 35
2.4.5 Teori Sosial (Komunitas dan Modal Sosial) ............................. 37
2.5
Model Penelitian ............................................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 39
3.2 Lokasi Penelitian ......................................................................... 39
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 42
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................... 44
3.5 Teknik Pengumpulan Data` ......................................................... 45
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
17/77
3.5.1 Wawancara (interview) ............................................................. 45
3.5.2 Observasi .................................................................................. 46
3.5.3
Dokumentasi ............................................................................. 47
3.6 Analisis Data ............................................................................... 47
3.6.1 Reduksi Data ............................................................................ 48
3.6.2 Pengklasifikasian data ............................................................... 49
3.6.3 Kesimpulan /verifikasi data ....................................................... 49
3.7
Penyajian Hasil Analisis Data ..................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Setting................................................................................ 50
4.1.1
Objek 1(Bendungan Gerak Tukad Badung) ............................... 50
4.1.2
Objek 2(Jalan Taman Pancing) .................................................. 67
4.1.3 Objek 3(Waduk Muara Nusa Dua) ............................................ 75
4.2 Tipe Dasar Pola Penyusun Setting ....................................................... 81
4.2.1 Pola Penyusun Objek 1(Bendungan Gerak Tukad Badung) ....... 82
4.2.1.1 Pola Penyusun setting A (Dermaga Wahana Air) ............... 82
4.2.1.2 Pola Penyusun setting B (Warung Rujak) ........................... 83
4.2.1.3 Pola Penyusun setting C (dua bale bengong) ...................... 83
4.2.1.4
Pola Penyusun setting D (gerbang masuk pintu air) ............ 84
4.2.1.5 Pola Penyusun setting E (bangunan pintu air) ..................... 85
4.2.1.6 Pola Penyusun setting F (jalan lingkungan) ................... ..... 86
4.2.1.7 Pola Penyusun setting G (Warung bakso) ........................... 87
4.2.1.8 Pola Penyusun setting H (Sandaran sungai) ................... ..... 88
4.2.2 Pola Penyusun Objek 2(Jalan Taman Pancing) ..................... ..... 88
4.2.2.1
Pola Penyusun setting A (Jembatan Lama) .................... ..... 88
4.2.2.2 Pola Penyusun setting B (Jalan Taman Pancing) ................ 89
4.2.2.3 Pola Penyusun setting C (Kanalisasi Jalan Taman Pancing) 90
4.2.3 Pola Penyusun Objek 3(Bendungan Muara Nusa Dua) .............. 91
4.2.3.1 Pola Penyusun setting A (Tempat Duduk-Duduk) .............. 91
4.2.3.2 Pola Penyusun setting B (Areal Operator Waduk) .............. 92
4.2.3.3 Pola Penyusun setting C (Areal Pintu Air Waduk Muara) ... 93
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
18/77
4.2.3.4 Pola Penyusun setting D (Areal Tepi Waduk Muara) .......... 93
4.3 Pola Penyusun Setting dalam Mendukung Aktivitas .......................... 94
4.4
Identifikasi Tipologi dalam Proses Terbentuknya Setting ................... 96
4.4.1 Elemen Penyusun Lanskap ........................................................ 96
4.4.2 Kelompok kegiatan ................................................................... 97
4.4.3 Terencana-tidaknya kegiatan ..................................................... 98
4.4.4 Terlarang Tidaknya Kegiatan .................................................... 98
4.4.5
Jenis Kegiatan ........................................................................... 98
4.4.6 Aspek Sosial ............................................................................. 99
4.5 Penjabaran Proses terbentuknya Setting .............................................. 99
4.5.1
Proses terbentuknya Objek 1 .................................................... 99
4.5.1.1
Proses terbentuknya Setting A (Bale Tunggu) ................... 99
4.5.1.2 Proses terbentuknya Setting B (Warung Rujak) ................ 100
4.5.1.3 Proses terbentuknya Setting C (Dua buah Bale Bengong) . 101
4.5.1.4 Proses terbentuknya Setting D ( Areal Barat Pintu Air) .... 102
4.5.1.5 Proses terbentuknya Setting E (Pintu air Bendungan ) ...... 103
4.5.1.6 Proses terbentuknya Setting F ( Jalan Barat bendungan) ... 104
4.5.1.7 Proses terbentuknya Setting G (Areal Barat Pintu Air) ..... 105
4.5.1.8
Proses terbentuknya Setting H (Sandaran Tanggul Sungai)106
4.5.2 Pola yang Terjadi pada Proses terbentuknya Objek 1 ........... ... 106
4.5.3 Proses terbentuknya Objek 2 ................................................... 108
4.5.3.1 Proses terbentuknya Setting A (Areal Jembatan Lama) .... 108
4.5.3.2 Proses terbentuknya Setting B (Jalan Taman Pancing) ...... 109
4.5.3.3 Proses terbentuknya Setting C (Areal Jalan Tepi Sungai) 110
4.5.4
Pola yang Terjadi dari Proses terbentuknya Objek 2 ............... 111
4.5.5 Proses terbentuknya Objek 3 (Waduk Muara Nusadua) ........... 113
4.5.5.1 Proses Terbentuknya Setting A (Areal Bangku Beton) ..... 113
4.5.5.2 Proses terbentuknya Setting B (Areal Pengelola Waduk) .. 114
4.5.5.3 Setting C (Areal sekitar Pintu Air Waduk Muara) ............ 115
4.5.5.4 Proses Terbentuknya Setting D (Areal Tepi Waduk) ........ 115
4.5.6 Pola yang Terjadi dari Proses Terbentuknya Objek 3 ........... ... 116
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
19/77
4.6 Pola Hubungan Setting- Perilaku pada Proses Terbentuknya Setting 117
4.6.1 Setting yang Mempengaruhi Perilaku ...................................... 118
4.6.2
Perilaku yang Mempengaruhi Setting ...................................... 119
4.6.3 Perilaku yang Melanggar Setting ................... .......................... 121
4.7 Analisis Tipologi dalam Proses Terbentuknya Setting ................... ... 122
4.7.1 Elemen Penyusun Lanskap ...................................................... 122
4.7.1.1 Bentuk permukaan bumi .................................................. 122
4.7.1.2
Hewan dan vegetasi yang menempati ............................... 127
4.7.1.3 Penggunaan lahan ............................................................ 133
4.7.2 Aspek Sosial ........................................................................... 139
4.7.3
Terencana-tidaknya kegiatan ................................................... 140
4.8 Peran-peran Pihak yang Terlibat dalam pemanfaatan sempadan tukad
Badung sebagai setting ruang rekreasi publik
4.8.1 Masyarakat ............................................................................. 141
4.8.2 Pemerintah ............................................................................. 141
4.8.2.1 Disparda Kota Denpasar ................................................... 142
4.8.2.2 Pengelolaan Bendungan Gerak (DAM Buagan) ................ 144
4.8.2.3
Banjar Gelogor Carik Desa Pemogan ............................... 146
4.8.2.4 Badan Wilayah Sungai Bali-Penida .................................. 146
4.8.2.5 PU Kota Denpasar ............................................................ 148
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................................... 154
5.1.1 Tipe Dasar Pola Penyusun Setting pada Objek ..................... ... 154
5.1.2 Proses Terbentuknya Setting ................................................... 154
5.1.3 Pihak-pihak yang terkait dalam terbentuknya setting ............... 156
5.2
Saran ................................................................................................. 156
5.2.1 Masyarakat ............................................................................. 156
5.2.2 Pemerintah .............................................................................. 156
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 158
LAMPIRAN ........................................................................................... 162
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
20/77
DAFTAR GAMBAR
1.1 Peta Lokasi Tukad Badung di Kota Denpasar .......... .............................. 5
2.1. Diagram Kerangka Berpikir ............................................................... 16
2.2 Diagram Hubungan Ilmu-ilmu Perilaku dengan Arsitektur .................. 25
2.3 Model Penelitian ................................................................................. 38
3.1 Peta Lokasi Tukad Badung di Kota Denpasar .......... ............................ 40
3.2 Peta Lokasi Objek-Objek Penelitian .................................................... 42
3.3 Diagram teknik analisis data ........................................................................ 48
4.1 Peta Lokasi Proyek Sodetan Tukad Mati ............................................. 51
4.2 Foto Kondisi Objek Wisata Tirta dan Wahana Air yang Terbengkalai
(Dilihat dari Dermaga) .............................................................................. 52
4.3 Pembagian Setting pada Objek 1 ......................................................... 53
4.4 Foto bale tunggu dermaga dari seberang jalan ..................................... 53
4.5 Potongan arsitektural setting A ............................................................ 54
4.6 Potongan arsitektural setting B ............................................................ 55
4.7 Foto warung rujak dengan kondisi bangunan yang semipermanen ....... 56
4.8 Potongan arsitektural setting C ............................................................ 57
4.9 Foto dua buah bale bengong di pinggir sungai ..................................... 57
4.10 Potongan arsitektural setting D .......................................................... 58
4.11 Foto suasana subsetting ruang D dari tepi jalan ................................. 59
4.12 Foto Setting yang Terbentuk oleh Pedagang Minuman dan mi ayam . 59
4.13 Foto pengunjung yang parkir didalam areal pengelola pintu air ......... 60
4.14 Bangunan pintu air bendungan ......................................................... 61
4.15 Pemanfaatan lain dimana mesin pintu air mekanis dimanfaatkan
menjadi fungsi baru sebagai meja dan kursi .......... ............................ 61
4.16 Pemanfaatan lain pada ruang kontrol pintu air mekanis menjadi
tempat tidur dan tempat untuk mengobrol oleh pengunjung .............. 62
4.17 Pemancing yang masih memperhatikan kenyamanan dan
keselamatan dalam beraktivitas ........................................................ 63
4. 18 Potongan Arsitektural Setting E.................................................. ..... 63
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
21/77
4.19 Potongan arsitektural setting F .......................................................... 64
4. 20 Foto jalan lingkungan di sebelah utara .............................................. 64
4.21 Foto suasana setting yang terbentuk oleh pedagang bakso di sisi
sungai .............................................................................................. 65
4.22 Potongan arsitektural setting G .......................................................... 66
4.23 Potongan arsitektural setting ruang H objek....................................... 66
4. 24 Foto Tukad Badung diambil dari jembatan lama dengan kanalisasi
di kedua sisi ..................................................................................... 68
4.25 Foto PKL di pinggir jalan inspeksi dan foto pengunjung yang
duduk-duduk di pinggir kanal berumput ........................................... 68
4.26 Pembagian Objek 2 menjadi 3 setting ............................................... 69
4.27 Foto situasi setting A ......................................................................... 70
4.28 Setting yang dibentuk oleh pedagang kopi dan pedagang umpan ....... 70
4.29 Potongan arsitektural objek 2 setting A ............................................. 71
4.30 Foto pemancing dan pengunjung lain pada kanal rumput ................... 72
4.31 PKL menetap yang membentuk setting dan menunjukkan areal
teritorinya ........................................................................................ 72
4.32 Warung semi permanen di sisi barat jalan inspeksi ............................ 73
4.33 Potongan arsitektural objek 2 setting B.............................................. 73
4.34 Berbagai pemanfaatan lain pada kanalisasi Tukad Badung ................ 74
4.35 Pengunjung yang parkir sekaligus duduk-duduk di atas sepeda
motor ............................................................................................... 74
4.36 Potongan arsitektural setting C objek 2.............................................. 75
4.37 Foto udara Waduk Muara Nusa Dua pada tahun 2003 ....................... 75
4.38 Pembagian objek 3 menjadi 4 setting................................................. 76
4.39 Foto penataan yang dilakukan pada objek.......................................... 76
4.40 papan tanda pemberlakuan retribusi parkir pada objek ....................... 77
4.41 Setting yang terbentuk karena aktivitas awal ( kiri) dan Aktivitas
yang semakin berkembang akibat setting yang dibentuk (kanan) ...... 78
4.42 Potongan arsitektural objek 3 setting A ............................................. 78
4.43 Foto Warung didalam areal waduk .................................................... 79
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
22/77
4.44 Potongan arsitektural objek 3 setting b .............................................. 79
4.45 Foto didepan pintu masuk areal pintu air (kiri) larangan masuk
areal pengelola (tengah) dan sepeda motor yang parkir didalam
areal pengelola (kanan) .................................................................... 80
4.46 Suasana lingkungan di selatan pintu air yang berhadapan dengan
hutan mangrove ................................................................................ 80
4. 47 Potongan Arsitektural Objek 3 Setting C .......................................... 81
4.48 Potongan arsitektural setting D objek 3 ............................................. 81
4.49 Layout setting A objek 1 ................................................................... 82
4.50 Layout setting B objek 1 ................................................................... 83
4.51 Layout setting C objek 1 ................................................................... 84
4.52 Layout setting D pada objek 1 ........................................................... 85
4.53 Layout setting E pada objek 1 ........................................................... 86
4.54 Layout setting F pada objek 1 ............................................................ 86
4.55 Layout setting G pada objek 1 ........................................................... 87
4.56 Layout setting H objek 1 ................................................................... 88
4.57 Layout Setting ruang A objek 2 ......................................................... 89
4.57 Layout setting B objek 2 ................................................................... 90
4.58 Layout Setting C objek 2 ................................................................... 90
4.59 Layout Setting A objek 3 ................................................................... 91
4.60 Layout Setting B objek 3 ................................................................... 92
4.61 Layout Setting C objek 3 .................................................................. 93
4.62 Layout setting D objek 3 ................................................................... 94
4.63 Diagram setting yang mendorong terjadinya berbagai perilaku .......... 95
4.64 Diagram setting yang merubah perilaku .......................................... 119
4.65 Diagram setting yang mendorong terjadinya setting baru ................. 120
4.66 Diagram setting yang mendorong terjadinya setting baru ................. 120
4.67 Diagram perilaku dalam setting yang dilarang .............................. ... 121
4.68 Diagram perilaku yang membentuk setting yang mengganggu
fungsi setting utama ......................................................................... 122
4.69 Peta pembagian panorama objek 1 .................................................. 123
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
23/77
4.70 Panorama V1, V2 dan V3 pada objek 1 ........................................ ... 123
4.71 Foto panorama V4, V5 dan V6 pada objek 1 ................................... 124
4.72 Peta panoramabentang objek 2 ........................................................ 124
4.73 Foto panorama V1 dan V4 pada objek 2 .......................................... 125
4.74 Foto panorama V2 pada objek 2 ...................................................... 125
4.75 Foto panorama V3 pada objek 2 ...................................................... 125
4.76 Peta panorama pada objek 3 ............................................................ 126
4.77 Panorama V1, V2 dan V3 pada objek 3 ........................................ ... 126
4.78 Diagram pengaruh bentang alam pada objek ................................... 127
4.79 Pemetaan populasi ikan pada objek 1 .............................................. 128
4.80 Peta Populasi ikan Pada Objek 2 ................................................. ... 128
4.81 Peta Populasi ikan Pada Objek 3 ..................................................... 129
4.82 Diagram pengaruh populasi ikan pada objek ................................... 129
4.83 Pemetaan pohon perindang dan bangunan peneduh pada objek 1 ..... 130
4.84 Pemetaan pohon perindang dan bangunan peneduh pada objek 2 .... 131
4.85 Foto pemetaan perindang dan bangunan peneduh pada objek 3 ....... 132
4.86 Diagram pengaruh Pohon perindang pada objek .............................. 132
4.87 Diagram pengaruh Bentang alam, ikan dan vegetasi pada objek ...... 133
4.88 Peta penggunaan lahan pada objek 1 ............................................... 133
4.89 Peta penggunaan lahan pada objek 2 ............................................... 136
4.90 Peta penggunaan lahan pada objek 3 ............................................... 137
4.91 Diagram berbagai aktivitas yang terjadi pada areal terencana (fungsi
utama) pada objek ............................................................................ 137
4.92 Diagram berbagai aktivitas yang terjadi pada areal terencana (fungsi
rekreasi) pada objek ......................................................................... 138
4.93 Diagram berbagai aktivitas pada ruang sisa dan terbengkalai pada
objek ................................................................................................ 138
4.94 Diagram Terencana tidaknya kegiatan pada objek ........................... 140
4.95 Jadwal Acara (kiri) dan Desain Panggung (kanan) Konser Musik
Nanoe Biru dalam Rangka Hari Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia ......................................................................................... 143
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
24/77
4.96 Baliho kegiatan (kiri) dan Setting Tukad Badung (tengah dan
kanan) dalam Rangka Ulang Tahun Kota Denpasar ......................... 144
4.97 Diagram struktur pengelolaan DAM Buagan Sebagai Wisata Tirta . 145
4.98 Sekretariat KUB Segara Guna Batu Lumbang .............................. ... 147
4.99 Foto pembersihan Sungai Oleh BWS-BP (kiri) dan Foto Sandaran
rusak yang akan diperbaiki oleh BWS-BP (Kanan) .......................... 147
4.100 Foto pembersihan manual di Tukad Badung dengan
menggunakan perahu ....................................................................... 150
4.101 Peta Wilayah Administratif dan Wewewang tiap Instansi ........... ... 152
4.102Diagram Hasil Penelitian ................................................................ 153
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
25/77
DAFTAR TABEL
2.1 Kedudukan Penelitian Kini dan Penelitian Terdahulu ..................... ..... 16
2.2Affordance Gibson dan Norman ........................................................... 37
3.1 Luas Lahan di Kota Denpasar Dirinci per Kecamatan (hektar) ............ 40
3.2 Data Primer Penelitian ........................................................................ 43
3.3 Data Sekunder Penelitian .................................................................... 44
4. 1 Tabel pola dasar penyusun setting di ketiga objek .............................. 95
4.2 Tabel Proses terbentuknya setting A objek 1 ..................................... 100
4.3 Tabel Proses terbentuknya setting B objek 1 ..................................... 101
4.4 Tabel Proses terbentuknya setting C objek 1 ..................................... 102
4.5 Tabel Proses terbentuknya setting D objek 1 ..................................... 103
4.6 Tabel Proses terbentuknya setting E objek 1 ...................................... 104
4.7 Tabel Proses terbentuknya setting F objek 1 ...................................... 104
4.8 Tabel Proses terbentuknya setting G objek 1 ..................................... 105
4.9 Tabel Proses terbentuknya setting H objek 1 ..................................... 106
4.10 Tabel Proses terbentuknya setting A objek 2 ................................... 109
4.11 Tabel Proses terbentuknya setting B objek 2 .......... .......................... 110
4.12 Tabel Proses terbentuknya setting C objek 2 .......... .......................... 111
4.13 Tabel Proses terbentuknya setting A objek 3 ................................... 113
4.14 Tabel Proses terbentuknya setting B objek 3 .......... .......................... 114
4.15 Tabel Proses terbentuknya setting C objek 3 .......... .......................... 115
4.16 Tabel Proses terbentuknya setting D objek 3 ................................... 116
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
26/77
DAFTAR ISTILAH
Bendungan : Bangunan penahan atau penimbun air untuk
irigasi (pembangkit listrik dsb)
Bale : Bangunan tradisional bali dengan lantai yang
tinggi menyerupai panggung (gazebo)
DAS : Daerah Aliran Sungai
Fixed Feature Space : Merupakan elemen berbatas tetap dan sangat sulit
dirubah
Ground Tour : Observasi awal dalam suatu penelitian untuk
melihat fenomena yang ada di lapangan.
Grassblok : Jenis paving yang
Hardscape : Elemen keras pada taman (outdoor)seperti batu
kerikil, perkerasan, dll.
Informal Space : Ruang yang terbentuk secara informal dari
interaksi antar individu pada kegiatan tertentu.
Jalan Inspeksi : Jalan yang dibuat untuk memeriksa keadaan suatu
objek pada waktu-waktu tertentu
Kanalisasi : Sistem untuk mengalirkan air hujan, dimana di
tengah sungai dikeruk dan diperdalam, sementara
tanah kerukan digeser ke samping kanal, sehingga
terlihat ada sungai kecil di tengah sungai besar
dan lahan hijau di kedua tepi kanal mengapit
sungai kecil tersebut.
Muara : tempat berakhirnya aliran sungai di laut, danau,
atau sungai lain; sungai yg dekat dng laut
Pintu Air : Pintu pada bendungan yang berfungsi mengatur
besar kecil debit air
Responden : Penjawab (atas pertanyaan yang diajukan untuk
penilaian)
Retribusi : Pungutan uang oleh pemerintah sebagai balas jasa
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
27/77
Sandaran : Dinding pembatas permukaan sungai berupa
perkerasan dengan kemiringan tertentu
SemiFixed Feature Space : Merupakan elemen-elemen berbatas tetap tapi
tetap berkisar dari susunan dan tipe elemen,
Perubahannya cukup cepat dan mudah.
Sempadan Sungai : Areal tepi sungai
Setting : Tata letak dari suatu interaksi antara manusia
dengan lingkungannya
Setting perilaku : Suatu kombinasi yang stabil antara aktivitas,
tempat dan waktu
Sodetan : Kanal tambahan untuk membagi debit air pada
sungai
Softscape : Elemen lunak pada taman berupa tanaman
Tukad : Sungai
Wisata Tirta : Wisata yang mengambil tempat di perairan
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
28/77
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. (Warga sekitar, PKL, Pemerintah) ....................................... 162
Lampiran 2. Panduan Observasi Tipe Dasar Pola Penyusun Ruang ......... 163
Lampiran 3. Panduan Observasi Elemen Lanskap dan Aspek Sosial ....... 164
Lampiran 4. Data Informan ..................................................................... 165
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
29/77
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan menguraikan tetang latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Pada latar belakang
dipaparkan secara singkat mengenai munculnya fenomena unik pada areal
sempadan Sungai Badung di Kota Denpasar yang akan dijadikan objek penelitian.
Dalam rumusan masalah diformulasikan tiga pertanyaan yang akan dijawab dalam
penelitian ini yakni target yang akan dicapai dalam rangka menemukan jawaban
dari rumusan masalah.
1.1 Latar Belakang
Kota merupakan pusat pertemuan/simpul dari banyak aktivitas yang padat di
berbagai bidang kehidupan masyarakat. Kota secara alami menjadi tempat
berkumpulnya penduduk karena ketersediaan barang, jasa serta lapangan
pekerjaan. Dari aspek ketenaga-kerjaan, kaum pekerja di kota cenderung bekerja
lebih keras, tanpa mengenal waktu. Tingkat persaingan kerja di kota sangat ketat,
selain itu kehidupan di kota lebih keras. Ada pula kenyataan lain yang harus
dihadapi masyarakat kota adalah lalu lintas yang sangat padat hingga sering
mengalami kemacetan serta angka kriminalitas yang tinggi. Berbagai pencemaran
lingkungan yang terjadi di perkotaan selain mengganggu kesehatan juga
mengganggu kenyamanan psikis yang meningkatkan angka stress masyarakat
kota. Dalam artikel Kompasiana.com berjudul Tingkat Stress di Metropolitan
Lebih Tinggi (9 April 2011), seorang psikolog bernama Sake Pramawisakti
berpendapat bahwa banyak faktor yang memicu stres bagi masyarakat
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
30/77
metropolitan (kota besar). Masyarakat metropolis berasumsi bahwa waktu itu
amat berharga dan jika hanya tinggal diam menyia-nyiakan waktu, maka akan
tersingkir. Orang metropolis berlomba-lomba bekerja keras sehingga pola hidup
menjadi tidak terjaga. Masyarakat kota bekerja melebihi batas kemampuan,
kemudian daya saing di kota lebih besar dengan kesibukan yang menyita banyak
waktu, tenaga dan pikiran. Pola makan tidak terjaga, kurangnya istirahat, yang
bila dibiarkan terus menerus akan menyebabkan berbagai gangguan psikologis
yang ringan hingga depresi.
Masyarakat kota merupakan elemen pembentuk kota yang memiliki sisi
humanis sebagai manusia. Manusia secara alami akan merespon segala tekanan
yang didapatkan secara terus menerus dengan keluar dari situasi tersebut dan
melakukan kegiatan yang menyegarkan pikiran. Penyegaran pikiran dilakukan
untuk menghilangkan segala kejenuhan yang berpotensi stress dalam bentuk
kegiatan rekreasi. Aktifitas rekreasi merupakan aktivitas yang sangat penting
dilakukan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat kota.
Samsudin A. Rahim dkk, (2011) menyatakan pengaruh signifikan antara
minimnya waktu luang yang digunakan untuk kegiatan rekreasi oleh pemuda di
pemukiman kota tertinggal (dipinggiran Kota Kuala Lumpur, Malaysia) terhadap
tingginya angka perilaku negatif seperti perusakan fasilitas umum (vandalism),
balapan liar, pencurian, penyalahgunaan narkoba serta tingginya angka pemuda
yang merokok. Tingginya angka perilaku negatif tersebut secara psikologis
berawal dari tekanan mental yang dialami oleh pemuda di pinggiran Kota Kuala
Lumpur akibat rendahnya intensitas kegiatan rekreasi yang dilakukan. Temuan
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
31/77
tersebut membuktikan bahwa penyediaan akomodasi untuk aktivitas rekreasi pada
masyarakat kota tidak dapat dipandang sebelah mata oleh pemerintah selaku
pemangku kebijakan dalam memanfaatan ruang-ruang publik kota.
Moritz Lazarus, dalam Richard Kraus (1996), seorang filsuf Jerman,
menyatakan bahwa kegiatan rekreasi bermanfaat untuk mengembalikan atau
mengisi ulang energi mental. Lazarus membedakan energi menjadi dua yaitu
energi fisik dan mental. Saat melakukan aktivitas rekreasi, orang dewasa akan
menggunakan energi fisik yang surplus karena tidak pernah dipakai namun akan
mengisi energi mental yang habis karena pikiran yang lelah setelah bekerja.
Dengan kata lain, manusia yang secara fisik terlihat segar tidak menjamin bahwa
manusia tersebut segar juga secara mental. Keseimbangan antara energi fisik dan
mental diperlukan oleh manusia agar lebih produktif dalam beraktifitas.
Setiap manusia yang beraktifitas sebagai masyarakat kota pun memerlukan
suatu penyegaran seperti kegiatan rekreasi. Tingkatan pemenuhan kebutuhan
rekreasi masyarakat kota akan dipengaruhi kemampuan ekonominya. Kebutuhan
rekreasi masyarakan kota wajib diakomodasi pemerintah dalam ruang-ruang
publik kota.
Kota Denpasar sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang juga
merupakan ibukota Provinsi Bali dengan masyarakat sebanyak 629.588 jiwa
(Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar tahun 2010) mengalami
perkembangan yang pesat dengan industri utama di bidang pariwisata. Kota
Denpasar memiliki beberapa ruang terbuka publik yang banyak digandrungi oleh
masyarakatnya. Ruang terbuka publik taman-taman kota yang ada seperti
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
32/77
Lapangan Niti Mandala Renon, Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung ,
dan Taman Kota Lumintang.
Ditinjau secara historis, (Stephen Carr, dkk, 1992), tipologi ruang terbuka
publik adalah: taman-taman publik, lapangan plaza, taman peringatan, pasar,
jalan, lapangan bermain, ruang terbuka pemukiman, jalan hijau dan jalan taman,
atrium/pasar, pasar pusat kota (swalayan), ruang-ruang sisa dan ruang-ruang tepi
air.
Berdasarkan tipologi tersebut, istilah ruang tepi air/daerah sempadan tepi air
termasuk dalam ruang terbuka yang dapat diakses bebas oleh masyarakat umum
untuk mewadahi berbagai aktivitas (sosial). Daerah sempadan sungai merupakan
ruang terbuka publik (Car,1992) yang dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya
juga sebagai ruang terbuka hijau lainnya seperti fungsi ekologis, fungsi sosial,
budaya, ekonomi, estetika (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun
2008).
Merujuk pada kondisi geografis Kota Denpasar yang memiliki wilayah
perairan berupa pantai dan sungai. Wilayah pantai Kota Denpasar yang
berhadapan dengan Laut Bali di timur yaitu Pantai Matahari Terbit, Sanur,
Mertasari, Sindhu, dll. Daerah sempadan pantai yang ada, walaupun sudah
terdesak oleh keberadaan akomodasi wisata komersil (hotel, restaurant, cafe dll),
ternyata masih cukup tertata sebagai ruang terbuka publik yang ramai dikunjungi
masyarakat umum terutama pada hari-hari libur.
Wilayah perairan berupa sungai yang terbesar di Kota Denpasar yaitu Tukad
(sungai) Badung. Tukad Badung mengalir pada wilayah Kabupaten Badung dan
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
33/77
membelah jantung Kota Denpasar. Di Denpasar, Tukad Badung memiliki peran
sentral dan strategis dimana daerah aliran sungai (DAS) Tukad Badung mencakup
sebagian besar wilayah Kota Denpasar. Tukad Badung ternyata tidak mengalami
perkembangan pesat seperti yang terjadi pada wilayah pesisir. Pencemaran limbah
dan pemukiman kumuh merupakan permasalahan utama yang sempat
menghambat perkembangan areal sempadan Tukad Badung. Berbagai upaya yang
dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatan kualitas kebersihan di wilayah
sempadan Tukad Badung akhirnya menunjukkan hasil, kondisi kebersihan Tukad
Badung pun makin membaik.
Gambar 1.1 Peta Lokasi Tukad Badung di Kota Denpasar
Sumber : Google maps 2013
Tukad Badung memiliki jalan inspeksi (jalan kontrol) yang dinamakan Jalan
Taman Pancing. Jalan yang menyusuri badan sungai ini dibangun oleh pemerintah
dengan tujuan untuk meningkatkan dan menjaga kebersihan Tukad Badung. Jalan
inspeksi tersebut juga dapat menjadi jalan alternatif yang menghubungkan
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
34/77
wilayah strategis di Denpasar Selatan dengan wilayah Kuta. Kebersihan yang
meningkat kemudian memunculkan fenomena unik berupa kegiatan rekreasi pada
areal sempadan Tukad Badung.
Pada jalan inspeksi inilah kemudian dilakukan ground tour untuk melihat
tanda-tanda adanya kegiatan rekreasi publik di sempadan Tukad Badung.
Pengamatan awal menemukan fenomena unik dimana ada sejumlah masyarakat
yang berdiam pada ruang-ruang sekitar sempadan Tukad Badung pada waktu-
waktu tertentu. Berbagai kegiatan juga dapat ditemukan termasuk yang bersifat
rekreatif. Hal tersebut menunjukkan adanya tanda-tanda kecenderungan
masyarakat yang mulai memanfaatkan setting yang ada di sempadan Tukad
Badung untuk kegiatan rekreasi. Kegiatan-kegiatan tersebut terlihat terjadi
dengan spontan dan alamiah. Walaupun dengan situasi dan kondisi yang terlihat
seadanya, fenomena tersebut terjadi secara konsisten.
Fenomena unik tersebut terjadi pada areal sempadan sungai yang termasuk
dalam ruang terbuka hijau publik. Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) publik
di tengah kota dengan proporsi tertentu merupakan suatu keharusan karena
fungsinya yang sangat vital. Tukad Badung yang memiliki DAS yang mencakup
Kota Denpasar dan sekitarnya berperan krusial dalam menopang kehidupan
masyarakat Kota Denpasar. Pengelolaan wilayah sekitar Tukad Badung untuk
kepentingan masyarakat telah lama dilakukan pemerintah dengan melibatkan
berbagai instansi terkait. Pengelolaan areal sempadan Tukad Badung untuk
kegiatan rekreasi juga telah banyak dilakukan oleh pemerintah kota, namun
hingga saat ini gaungnya belum terlalu terdengar oleh masyarakat luas. Selain itu,
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
35/77
berbagai upaya pengadaan setting rekreasi pada areal sempadan Tukad Badung
yang dilakukan oleh pemerintah terlihat seperti terpisah-pisah dan kurang
kontekstual dengan fenomena-fenomena unik yang telah berkembang sejak lama
disana.
Fenomena-fenomena unik yang berkembang pada areal sempadan terjadi
menyebar terutama pada areal kanalisasi sungai. Banyak setting yang terbentuk
dengan tingkat ke-permanen-an yang berbeda-beda. Pemanfaatan yang
berkembang secara sporadis tersebut layaknya pisau bermata dua, dimana di satu
sisi mungkin dapat menguntungkan bagi masyarakat sekitar, namun di sisi lain,
dampak kegiatan tersebut dapat mengganggu fungsi utama dari setting hingga
mendesak keberlanjutan ekologis di Sungai Badung. Perkembangan perilaku
masyarakat yang lepas dari pengawasan dan kontrol pemerintah dalam
memanfaatkan setting sempadan Tukad Badung menimbulkan berbagai
kemungkinan buruk seperti terjadinya berbagai perilaku-perilaku negatif yang
menyebabkan permasalahan sosial yang berkaitan dengan minuman keras, obat-
obatan terlarang, seks bebas dan perilaku kriminal lainnya.
Dengan demikian, Fenomena tersebut sangat menarik untuk diteliti lebih
lanjut. Penelitian akan menelusuri berbagai komponen yang mempengaruhi
perkembangan setting yang terbentuk pada areal sempadan Tukad Badung, seperti
elemen penyusun setting, proses terbentuknya, hingga pihak-pihak yang terkait
dalam fenomena tersebut. Temuan-temuan yang didapatkan pada penelitian ini
diharapkan nantinya dapat memberi suatu rekomendasi yang berharga dalam
memberikan pertimbangan kepada pemangku kebijakan agar dapat menghasilkan
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
36/77
kebijakan penataan ruang publik di areal Sempadan Tukad Badung yang
kontekstual dan bermanfaat bagi masyarakat Kota Denpasar.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1.2.1 Bagaimana tipe dasar pola penyusun setting kegiatan rekreasi publik pada
areal sempadan Tukad Badung di Kota Denpasar?
1.2.2 Bagaimana proses terbentuknya setting kegiatan rekreasi publik pada areal
sempadan Tukad Badung?
1.2.3 Bagaimana peran pihak terkait dalam pemanfaatan Tukad Badung sebagai
setting kegiatan rekreasi publik Kota Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk mengidentifikasi tipe dasar pola penyusun setting kegiatan rekreasi
publik pada areal sempadan Tukad Badung di Kota Denpasar.
1.3.2 Untuk dapat menganalisa proses terbentuknya setting kegiatan rekreasi
publik pada areal sempadan Tukad Badung dan menyimpulkan pola
kecenderungan yang terjadi dan berbagai tipologi yang ada.
1.3.3 Untuk dapat mengetahui peran pihak terkait dalam pemanfaatan sempadan
Tukad Badung sebagai setting kegiatan rekreasi publik Kota Denpasar.
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
37/77
1.4
Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Praktis
Untuk dapat memberikan pandangan dan rekomendasi mengenai gambaran
pemanfaatan ruang untuk tempat-tempat rekerasi pada ruang publik di
Kota Denpasar kepada perencana kota dan stakeholder
1.4.2 Akademis
Sebagai salah satu referensi penelitian mengenai pemanfaatan ruang untuk
tempat-tempat rekreasi pada ruang publik khususnya pada areal sempadan
sungai yang merupakan satu elemen penting dalam urban planning
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
38/77
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL
PENELITIAN
Pada bab ini akan data berupa literatur-literatur berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, yang meliputi : kajian
pustaka, konsep, landasan teori, dan model penelitian. Kajian pustaka
menguraikan tentang penelitian-penelititan terdahulu terkait dengan penelitian
yang akan dilakukan. Landasan teori dan konsep berperan sebagai background
knowledge. Model penelitian merupakan pola pikir dalam penelitian ini yang
disajikan dalam bentuk skema
2.1 Kajian Pustaka
Telah banyak dilakukan penelitian tentang aktivitas rekreasi pada waterfront
sebagai ruang publik, baik berupa jurnal, thesis, maupun desertasi oleh para
peneliti didalam maupun luar negeri. Penelusuran dilakukan untuk dapat
membandingkan dan juga mengetahui posisi dari penelitian yang sudah dilakukan
terhadap penelitian kali ini.
2.1.1 Pemanfaatan Ruang Kawasan Tepi Pantai Untuk Rekreasi dalam
Mendukung Kota Tanjungpinang Sebagai Waterfront City,
Penelitian ini merupakan thesis dari M. Tahir (2005) mahasiswa
Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro
Semarang. Tahir meneliti mengenai potensi Kota Tanjung pinang yang memiliki
karakteristik sebagai kota tepi pantai yang bisa dimanfaatkan sebagai daerah
rekreasi alam. Permasalahan yang diangkat adalah mengenai belum optimalnya
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
39/77
pemanfaatan potensi kawasan pesisir Kota Tanjungpinang terutama kawasan tepi
pantai sebagai kawasan rekreasi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis
SWOT karena output yang diharapkan berupa strategi pemanfaatan ruang
kawasan untuk mengoptimalkan karakteristik Kota Tanjungpinang sebagai kota
tepi pantai berupa strategi.
2.1.2
Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Sungai Badung Sebagai
Objek Wisata “City Tour” Di Kota Denpasar
Penelitian yang dilakukan oleh I Made Dony Hartayasa (2002) merupakan
thesis saat menempuh Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Penelitian ini mengemukakan tentang upaya pemerintah dalam mengatasi
sampah/limbah di Tukad Badung serta perencanaan untuk menjadikan Sungai
Badung sebagai salah satu objek wisata City Tour.
Penelitian mencari tahu peranan dan partisipasi masyarakat bantaran
dalam merencanakan, mengelola dan menjaga Sungai Badung dari pencemaran.
Penelitian dilakukan dengan mengadakan survey terhadap instansi dan masyarakat
di bantaran sungai menggunakan kuisioner. Data dianalisis dengan metode
kualitatif dan menggunakan uji beda antara tokoh masyarakat dengan masyarakat
bantaran sungai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa upaya yang dilakukan
oleh pemerintah Kota Denpasar dengan membuat program-program perencanaan
dan telah dilaksanakan. Partisipasi masyarakat bantaran sungai tidak sekuat partisi
tokoh masyarakatnya dalam menyusun perencanaan Sungai Badung.
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
40/77
2.1.3
Potensi Pengembangan Situ di Bogor sebagai Objek Wisata
Penelitian ini merupakan thesis dari Arofa A. Rahman (2010) mahasiswa
Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro
Semarang. Rahman dalam penelitiannya mengemukakan potensi dari situ yang
dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang tetap mempertimbangkan faktor
ekologis dan hidrologis. Sebaliknya, situ yang ada di Bogor justru mengalami
kondisi yang memprihatinkan,pendangkalan, penyusutan dan pemanfaatan secara
liar oleh penduduk sekitar.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi situ di Kota Bogor sebagai
objek wisata. Adapun sasaran dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi
eksisting situ di Kota Bogor dan menganalisis kualitas situ serta menganalisis
potensi situ di Kota Bogor sebagai objek wisata serta menganalisis pengembangan
situ di Kota Bogor menjadi objek wisata agar dapat dirumuskan arahan
pengembangan situ di Kota Bogor sebagai objek wisata.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, sedangkan metode
analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan analisis
skoring untuk mengukur kualitas situ berdasarkan aspek penyusutan luasan,
kedalaman musim hujan, penurunan muka air, batas situ, keberadaan bangunan
air, tutupan vegetasi air/gulma dan kualitas air dan mengukur potensi situ sebagai
objek wisata di Kota Bogor berdasarkan komponen pariwisata dari aspek
ketersediaan atraksi, transportasi, infrastruktur, sarana fasilitas penunjang
pariwisata dan promosi serta menganalisis pengembangan situ menjadi objek
wisata di Kota Bogor.
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
41/77
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka kualitas situ di Kota
Bogor terbagi menjadi tiga yaitu situ dengan kualitas baik, kualitas terganggu dan
kualitas rusak
2.1.4
Kajian Pemanfaatan Tukad Badung sebagai Sarana Wisata Tirta
untuk mendukung Program City Tour di Kota Denpasar
Merupakan thesis yang disusun oleh Putra Lanang Dwija, mahasiswa
Magister Manajemen Kota ITS pada tahun 2003. Lanang dalam penelitiannya
mengangkat potensi yang masih dapat dikembangkan oleh tuntutan akan
perkembangan Kota khususnya Kota Denpasar yaitu pengembangan disektor
pariwisata dengan paket City Tour sebagai program Andalan. Sesuai dengan
konsep dasar pengembangan obyek wisata City Tour di Kota Denpasar, salah satu
obyek wisata yang dikaitkan dengan rencana program City Tour di Kota Denpasar
sebagai bahan penelitian ini adalah adalah Obyek Kawasan Wisata Alam yang
memanfaatkan Kawasan Tukad (Sungai) Badung sebagai sarana wisata tirta,
dengan alokasi wilayah pemanfaatan sepanjang 5,7 Km yang berawal dari
Jembatan Jalan Maruti (Kampung Jawa) sampai dengan Bendung Gerak (Banjar
Abian Tegal Desa Dauh Puri Kauh). Dalam penelitian ini digunakan penelitian
secara kualitatif dengan alat analisis deskriptif kualitatif dan Teknik Delphi.
Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk melihat faktor kecenderungan yang
terjadi (Trend Oriented ) dari masing-masing segmen di sepanjang aliran sungai
dari wilayah pemanfaatan sungai, dengan unit yang diteliti adalah Kondisi Fisik
Sungai, Wisata Yang Ada, Lingkungan Sosial Budaya di Sekitar DAS, dan
Kondisi Lahan Yang Ada di Daerah DAS. Sedangkan Teknik Delphi diperlukan
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
42/77
untuk mendapat masukan dari beberapa pakar (Expert) dan organisasi masyarakat
dalam hal rencana strategis dan prioritasnya untuk pemanfaatan Tukad Badung
sebagai sarana wisata tirta Dari keterpaduan analisa deskriptif kualitatif, yang
melihat kecenderungan yang terjadi di masing-masing segmen aliran sungai dan
Teknik Delphi, maka Tukad Badung dapat dikembangkan dan memberikan
manfaat untuk kegiatan wisata tirta dengan beberapa pertimbangan yang perlu
dilakukan yaitu melalui pembenahan lingkungan, baik yang ada di dalam sungai
maupun yang ada di luar sungai, dan juga peran partisipasi masyarakat yang ada
di sekitar Tukad Badung, melalui rencana strategis yang telah diprioritaskan untuk
masing-masing segmen, sehingga pemanfaatan Tukad Badung sebagai sarana
wisata tirta dapat berlangsung.
2.1.5 Media Time vs Active Time: Leisure Time among the Youth in
Disadvantaged Community (Media Waktu vs Waktu Aktif : Waktu luang
diantara Pemuda pada Komunitas Tertinggal
Penelitian ini terdapat di dalam jurnal International Journal of Human and
Social Sciences 6:3 2011 penelitian dilakukan oleh Samsudin A. Rahim, dkk,
dimana Rahim merupakan direktur di Pusat Pemberdayaan Pemuda di Universitas
Kebangsaan Malaysia, dengan rekan-rekannya yang merupakan dosen di
Universitas yang sama dari Jurusan Psikologi dan Pengembangan Manusia dan
Jurusan Media dan Komunikasi.
Rahim,dkk meneliti bagaimana para pemuda pada permukiman kota
tertinggal menggunakan waktu luangnya (waktu senggang diluar rutinitas harian).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan melibatkan 695
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
43/77
responden yang rentan umurnya 15-25 tahun yang tinggal di apartemen
berbangunan tinggi dengan penduduk kelas ekonomi menengah kebawah pada
pinggiran Kota Kuala Lumpur, Malaysia
Penelitian Rahim menemukan suatu pengaruh signifikan antara minimnya
waktu luang yang digunakan untuk kegiatan rekreasi oleh pemuda di pemukiman
kota tertinggal (dipinggiran Kota Kuala Lumpur,Malaysia) terhadap tingginya
sifat antisosial dan angka perilaku negatif seperti perusakan fasilitas umum
(Vandalism), balapan liar, pencurian, penyalahgunaan narkoba serta tingginya
angka pemuda yang merokok. Tingginya angka perilaku negatif tersebut secara
psikologis berawal dari tekanan mental yang dialami oleh pemuda di Pinggiran
Kota Kuala Lumpur akibat rendahnya intensitas kegiatan rekreasi yang dilakukan.
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
44/77
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
45/77
2.2
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan hasil abstraksi dan sintetis dari teori yang
dikaitkan dengan masalah penelitian yang dihadapi untuk menjawab dan
memecahkan masalah penelitian. Kerangka berpikir terdiri dari tahapan-tahapan
suatu penelitian mulai dari latar belakang untuk menentukan fokus/masalah
penelitian, merumuskan tujuan dan sasaran penelitian, menentukan teori-teori
yang digunakan sebagai dasar terkait dengan penelitian yang dilakukan, tahap
mengumpulkan data, kemudian menganalisis data, hingga memperoleh suatu hasil
penelitian, dan terakhir merumuskan kesimpulan, rekomendasi studi dan saran.
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
46/77
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Berpikir
LANDASAN
TEORI
Pemilihanobjek menjadi
3 kasus
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tipe dasar polapenyusun setting kegiatan
rekreasi publik pada arealsempadan Tukad Badung
di Kota Denpasar?
2.
Bagaimana proses
terbentuknya setting
kegiatan rekreasi publikpada areal sempadan Tukad Badung?
3.
Bagaimana peran pihak
terkait dalam pemanfaatansempadan Tukad Badung
sebagai setting kegiatanrekreasi publik Kota
1. BendunganGerak DAM
Tukad
Badung2.
JalanInspeksi
(JalanTaman
Pancing)
3. WadukMuara Nusa
dua
TUKADBADUNG
Daerah
sempadan TukadBadung di
wilayah Kota
Denpasar
1.
Kawasan
SempadanSungai
2. RTH Sempadan
Sungai
3.
Peraturan Sungai4.
Ruang TerbukaHijau Pada Areal
Sempadan
Sungai SebagaiPotensi Wisata
5. KegiatanRekreasi
6.
Elemen Setting
STUDI
LITERATUR
GROUNDTOUR
DE AWAL
METODE PENELITIAN
• observasi
• wawancara
• Tema 1
• Tema 2
• Tema 3
• Tema ke n
TEMA-TEM
TEMUAN
KASUS
Kasus 1
Kasus 2
Kasus 3
Pada grand tour di harapkanmenemukan beberapa fenomenakegiatan rekreasi di areal sempadan
Tukad Badung
Target Hasil ground tour memunculkan 3
rumusan masalah
Hasil ground tour menetapkan 3 objek
penelitian sebagai kasus
Tempen
sebe
Teori Lanskap
Teori Setting
Teori Setting Perilaku
Teori Affordances
Teori Komunitas sosial
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
47/77
2.3
Konsep
Konsep memberikan batasan atau peristilahan dalam penelitian ini, dan
konsep memberikan batasan terhadap terminologi teknis yang merupakan
komponen dari kerangka teori.
2.3.1
Kawasan Sempadan Sungai
Definisi kawasan sempadan sungai merujuk pada Perda RTRWK Denpasar no
27 tahun 2011. Berdasarkan Perda tersebut, kawasan sempadan sungai adalah
kawasan sepanjang tepi kiri dan kanan sungai, meliputi sungai alam dan buatan,
kanal, dan saluran irigasi primer dengan mengambil garis tegak lurus dari tepi
sungai ke tembok bangunan atau tiang struktur bangunan terdekat, batas mana
tidak boleh dilampaui.
2.3.2 RTH Sempadan Sungai
Perhatian terhadap keberadaan ruang terbuka hijau pada daerah sempadan
sungai dilakukan untuk menjaga kelestarian sungai itu sendiri. Penetapan garis
sempadan sungai di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada kriteria dibawah
ini.
2.3.2.1. Sungai bertanggul
Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan
sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Dengan
pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat, diperlebar
dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya garis sempadan sungai.
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
48/77
2.3.2.2. Sungai tidak bertanggul
Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditetapkan menjadi tiga berdasarkan kedalamannya. Pertama sungai yang
mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu.
Kedua, sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20
m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan. Ketiga, sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20
m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan.(Menteri PU, 2008)
2.3.3 Peraturan Sungai
Setelah 20 Tahun berlalu, Pemerintah akhirnya mampu merampungkan PP
tentang Sungai yang baru, yaitu PP No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai sebagai
pengganti dari PP No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai. PP ini dibentuk sebagai
penyesuaian terhadap perkembangan kondisi yang ada serta sebagai tindak lanjut
UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Dalam PP No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai diatur mengenai batas garis
sempadan sungai sesuai dengan karakterisitik masing-masing sungai. Garis
sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. Fungsi sempadan sungai adalah
sebagai ruang penyangga antara ekosistem sungai dan daratan agar fungsi sungai
dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
49/77
Garis sempadan pada sungai dalam PP No. 38 tahun 2011 tentang Sungai
ditentukan sebagai berikut:
2.3.3.1.Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditentukan: paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
kurang dari atau sama dengan 3 m (tiga meter); paling sedikit berjarak 15
m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur
sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter) sampai
dengan 20 m (dua puluh meter); dan paling sedikit berjarak 30 m (tiga
puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai,
dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh meter).
2.3.3.2.Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditentukan paling sedikit berjarak 100 m (seratus meter) dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
2.3.3.3.Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditentukan paling sedikit 50 m (lima puluh meter) dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai.
2.3.3.4.Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan
paling sedikit berjarak 3 m (tiga meter) dari tepi luar kaki tanggul
sepanjang alur sungai.
2.3.3.5. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditentukan
paling sedikit berjarak 5 m (lima meter) dari tepi luar kaki tanggul
sepanjang alur sungai.
-
8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar
50/77
2.3.3.6.Penentuan garis sempadan yang terpengaruh pasang air laut, dilakukan
dengan cara yang sama dengan penentuan garis sempadan sesuai cara 1
sampai 5 di atas yang diukur dari tepi muka air pasang rata-rata.
2.3.3.7.Garis sempadan danau paparan banjir ditentukan mengelilingi danau
paparan banjir paling sedikit berjarak 50 m (lima puluh meter) dari tepi
muka air tertinggi yang pernah terjadi.
2.3.3.8.Garis sempadan mata air sebagaimana dimaksud dalam ditentukan
mengelilingi mata air paling sedikit berjarak 200 m (dua ratus meter) dari
pusat mata air.
Terhadap daerah sempadan sungai diberikan perlindungan dengan cara
pembatasan pemanfaatan sempadan sungai. Pemanfaatan sempadan sungai hanya
dapat dilakukan untuk keperluan tertentu meliputi bangunan prasarana sumber
daya air, fasilitas jembatan dan dermaga, jalur pipa gas dan air minum, rentangan
kabel listrik dan telekomunikasi dan kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu
fungsi sungai, misalnya tanaman sayur-mayur.
2