pembahasan anfisko

Upload: apelia-candra-rini

Post on 10-Jul-2015

348 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan proses identifikasi untuk golongan sulfonamida dengan menggunakan metode pemisahan yaitu Kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi adalah sebuah metode pemisahan suatu campuran dari komponen-komponennya pada sebuah kolom adsorban dalam sistem alir. Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan sebuah bentuk dari kromatografi adsorpsi padat cair yang fase diamnya dilumuri di atas plat. Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat. Kromatografi memiliki istilah fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat beupa fase cair atau padat. Fase gerak biasanya berupa cair atau gas. Fase diam, yaitu sebuah film di atas permukaan partikel kecil atau dinding kapiler kolom sehingga menghadirkan area permukaan yang luas pada fase gerak. Sebuah campuran sampel ditambahkan pada fase gerak menjalani tahapan partisi atau interaksi adsorpsi pada batas fase diam dan fase gerak ketika sampel bergerak pada sistem kromatografi. Perbedaan sifat fisika dan kimia masing-masing komponen mengenali hubungan afinitas mereka untuk fase diam dan fase gerak sehingga komponen-komponen akan pindah (bergerak) pada tingkat perbedaan tergantung pada hasil perlambatan mereka dari atraksi pada fase diam. Komponen yang terlambat bergerak paling lambat dan dilarutkan terakhir. Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfonamida merupakan kelompok obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih (ISK). Infeksi saluran kemih (ISK) hampir selalu diakibatkan oleh bakteri aerob dari flora usus. Penyebab infeksi bagian bawah atau cystitis ( radang kandung) adalah pertama kuman gram negatif. Pada umumnya, seseorang dianggap menderita ISK bila terdapat lebih dari 100.000 kuman dalam 1 ml urin.

Sulfonamida berupa kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya adalah sulfanilamide. Berbagai variasi radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugus amino (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan daya antibaktreri sulfonamida Pertama-tama disiapkan larutan sampel yang didalamnya sudah mengandung campuran obat golongan sulfonamida (Sulfadiazin, Sulfamezatin, Sulfamerazin, dan Guanin) dan juga larutan baku pembanding. Sampel yang berupa serbuk tersebut kemudian dilarutkan terlebih dahulu dengan etanol 95 %, begitu pula dengan baku pembanding (Sulfadiazin, Sulfamezatin, Sulfamerazin, dan Sulfaguanidin). Digunakan etanol 95% karena disesuaikan dengan sifat kelarutan dari golongan sulfonamida mudah larut dalam etanol 95% yaitu 1:37, sedangkan jika digunakan pelarut air golongan sulfonamida umumnya tidak larut dalam air yaitu 1:170 sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk melarutkannya, tapi adakalanya akan larut dalam air panas. Sebelum dimulai proses pentotolan disiapkan terlebih dahuli pelat silika gel F254 sebesar 7x2 cm sebanyak 2 buah. Pada umumnya sebagai fase diam digunakan silika gel. Untuk penggunaan dalam suatu tipe pemisahan perbedaan tidak hanya pada struktur, tetapi juga pori-porinya dan struktur lubangnya menjadi penting, di samping pemilihan fase gerak. Pelat silika gel F254 adalah pelat silika yang dapat berfluoresensi dibawah sinar UV 254nm. Partikel selika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Sebelum kami mentotolkan sampel ke plat KLT, terlebih dahulu dibuat batas atas 0,5 cm dan batas bawah 1 cm dengan menggunakan pensil, hal ini bertujuan agar kita mengetahui dimana pentetesan sampel itu untuk memudahkan dalam perhitungan Rf, dalam penandaan tidak digunakan tinta karena pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk. Hal ini dapat mempengaruhi proses pengelusian senyawa sampel. Selain itu pada masing-

masing pelat diberi tanda titik 2 buah pada batas bawah untuk tempat penotolan larutan uji. Didalam chamber disi eluen, yang merupakan campuran antara klorofrom dan etanol dengan perbandingan 9:1. Eluen tersebut terlebih dahulu dijenuhkan selama + 1 jam. Disini cember ditutup rapat dengan tujuan agar meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut dalam KLT. Pemilihan dari fase bergerak sebaiknya menggunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah mungkin karena mengurangi serapan dari setiap komponen dari campuran pelarut. Jika komonen-komponen yang mempunyai sifat polar yang tinggi (terutama air) dalam campuran cukup akan merubah sistem menjadi sistem partisi. Campuran yang baik memberikan fase-fase bergerak yang mempunyai kekuatan bergerak sedang, tetapi sebaiknya dicegah sejauh mungkin mencampur lebih dari dua komponrn terutama karena campuran yang lebih kompleks cepat mengalami perubahan fase terhadap perubahan suhu. Kemurnian dari pelarut adalah lebih penting dalam KLT daripada bentuk-bentuk kromatografi lain, karena disini digunakan sejumlah materi yang sedikit. Sistem yang paling sederhana adalah dengan menggunakan campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat dengan mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Setelah pelat silika siap digunakan, kemudian larutan sampel dan larutan baku ditotolkan pada pelat silika (total ada 4 totolan: sampel, sulfadiazin, sulfamezatin, sulfamerazin) menggunakan pipa kapiler secukupnya. Penggunaan pipa kapiler agar totolan yang didapat tidak terlalu besar lebih terpusat pada satu titik dan tidak menyebar kemana-mana. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda. Setelah ditotolkan ditunggu sampai totolan pada pelat mengering dan tidak lupa diberi tanda untuk masing-masing zat uji. Setelah kering maka pelat siap dimasukkan kedalam chamber yang telah diisi eluen yang sudah dijenuhkan selama 1 jam tadi,

kemudian ditunggu sampai fase gerak berjalan melewati fase diam sampai menganai batas atas. Setelah chamber jenuh maka plat KLT kami masukan kedalam chamber. Ketika pelarut mulai membasahi plat / lempengan, pelarut pertama-tama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Disi akan kita liahat mulai akan ada bercak terpisah-pisah, ini dikarenakan setelah sampel dilarutkan eluen maka sampel akan ikut berinteraksi juga dengan silika yang ada dilempengan, senyawa yang terperangkap dibagian paling bawah menunjukan bahwa senyawa tersebut paling tinggi kepolarannya, Senyawa ini dapat membentuk ikatan hidrogen yang akan melekat pada silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita dapat mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan. Setelah proses elusi, kemudian pelat dikeluarkan dari chamber dan diangin-anginkan sampai mengering. Setelah kering lalu pelat dilihat dibawah sinar UV. Dibawah sinar UV 254 nm akan terlihatr pita yang terbentuk baik dari sampel dan baku. Setelah itu pelat juga diberi penampak bercak yaitu P-DAB. P-DAB merupakan salah satu reagen untuk reaksi warna pada uji identifikasi untuk golongan sulfonamida. Setelah diseprotkan penampak bercak akan terlihat bercak berwarna kuning dengan panjang tertentu pelat. Kemudian dilihat panjang pita dari sampel dan disesuaikan dengan panjang baku,dan juga dihitung Rfnya. Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak relative pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagidengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa berlaku rumusbsebagai berikut:

Rf

= jarak yang ditempuh oleh senyawa jarak yang ditempuh oleh pelarut

Rf juga menyatakan drajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu Rf juga disebut factor referensi. Jika dilihat dari nilai Rf sample yang diuji menunjukkan bahwa sampel adalah Sulfadiazin karena menunjukkan panjang Rf antara zat uji dan baku yang sama. Selain itu karena sampel adalah campuran, zat lainnya yang terdapat dalam sampel adalah Sulfaguanidin. Dipilih sulfaguanidin karena zat ini memiliki Rf yang kecil dan rapat sehingga bisa dipastikan bahwa zat ini sudah terkandung dalam sampel. Untuk pitanya dan bercak tampaknya tidak terlalu terlihat karena terutup dengan zat lain . Kesimpulan Identifikasi obat golongan sulfonamida dapat dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis, dengan hasil yang didapatkan dari uji identifikasi kali ini adalah Sulfadiazin dan Sulfaguanidin.