pembahasan crp.docx

5
Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar C- reaktif Protein (CRP) pada sampel serum. CRP adalah protein fase akut yang dilepaskan di sirkulasi dalam menanggapi peradangan dan kerusakan jaringan.CRP disintesis oleh hepatosit di bawah control transkripsi sitokin inflamasi, khususnya interleukin 6. CRP mempunyai berbagai fungsi biologis yang menunjukkan peranannya pada proses peradangan dan mekanisme daya tahan tubuh terhadap infeksi. Bebrapa hal yang perlu diketahui tentang fungsi biologis CRP adalah : 1. CRP dapat mengikat C-polisakarida (CPS) dari berbagai bakteri melalui reaksi presipitasi/ aglutinasi. 2. CRP dapat meningkatkan aktivitas dan molalitas sel fagosit seperti granulosit dan monosit/makrofag. 3. CRP dapat mengaktifkan komplemen baik melalui jalur klasik mulai dengan C1q maupun jalur alternative. 4. CRP mempunyai daya ikat selektif terhadap limfosit T selama proses peradangan 5. CRP mengenal residu fosforilkolin dari fosfolipid, lipoprotein mebran sel rusak, kromatin inti dan kompleks DNA-histon. 6. CRP dapat mengikat dan mendetoksikasi bahan toksin endogen yang terbentuk sebagai hasil kerusakan jaringan. Prinsip pemeriksaan ini, yaitu CRP dianggap sebagai antigen yang akan ditentukan dengan menggunakan suatu antibodi spesifik yang diketahui ( antibody CRP). Dengan suatu antisera spesifik, CRP yang merupakan antigen yang larut dalam serum akan mudah dipresipitasikan atau pemeriksaan yang dilakukan dengan menguji suspense partikel lateks yang dilapisi dengan anti – antibody manusia terhadap CRP serum yang tidak diketahui, dimana adanya aglutinasi terlihat menunjukkan peningkatan tingkat CRP ke tingkat klinis yang signifikan. Pemeriksaan CRP dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode kualitatif dan semi kuantitatif, dimana pengerjaan awal dilakukan dengan pemeriksaan secara kualitatif pada sampel serum apabila terjadi aglutinasi/hasil positif pada sampel maka akan dilanjutkan pada pemeiksaan semi kuantitatif. Pada pemeriksaan imunoserologis, semua sampel harus dianggap infeksius dan diperhatikan kelengkapan alat pelindung

Upload: cynthia-murray

Post on 13-Nov-2015

75 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

PembahasanPada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar C-reaktif Protein (CRP) pada sampel serum. CRP adalah protein fase akut yang dilepaskan di sirkulasi dalam menanggapi peradangan dan kerusakan jaringan.CRP disintesis oleh hepatosit di bawah control transkripsi sitokin inflamasi, khususnya interleukin 6. CRP mempunyai berbagai fungsi biologis yang menunjukkan peranannya pada proses peradangan dan mekanisme daya tahan tubuh terhadap infeksi. Bebrapa hal yang perlu diketahui tentang fungsi biologis CRP adalah :1. CRP dapat mengikat C-polisakarida (CPS) dari berbagai bakteri melalui reaksi presipitasi/ aglutinasi.2. CRP dapat meningkatkan aktivitas dan molalitas sel fagosit seperti granulosit dan monosit/makrofag.3. CRP dapat mengaktifkan komplemen baik melalui jalur klasik mulai dengan C1q maupun jalur alternative.4. CRP mempunyai daya ikat selektif terhadap limfosit T selama proses peradangan5. CRP mengenal residu fosforilkolin dari fosfolipid, lipoprotein mebran sel rusak, kromatin inti dan kompleks DNA-histon.6. CRP dapat mengikat dan mendetoksikasi bahan toksin endogen yang terbentuk sebagai hasil kerusakan jaringan.

Prinsip pemeriksaan ini, yaitu CRP dianggap sebagai antigen yang akan ditentukan dengan menggunakan suatu antibodi spesifik yang diketahui ( antibody CRP). Dengan suatu antisera spesifik, CRP yang merupakan antigen yang larut dalam serum akan mudah dipresipitasikan atau pemeriksaan yang dilakukan dengan menguji suspense partikel lateks yang dilapisi dengan anti antibody manusia terhadap CRP serum yang tidak diketahui, dimana adanya aglutinasi terlihat menunjukkan peningkatan tingkat CRP ke tingkat klinis yang signifikan. Pemeriksaan CRP dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode kualitatif dan semi kuantitatif, dimana pengerjaan awal dilakukan dengan pemeriksaan secara kualitatif pada sampel serum apabila terjadi aglutinasi/hasil positif pada sampel maka akan dilanjutkan pada pemeiksaan semi kuantitatif.Pada pemeriksaan imunoserologis, semua sampel harus dianggap infeksius dan diperhatikan kelengkapan alat pelindung diri pada praktikan. Sebelum praktikum dilakukan, mula mula sampel dan reagen yang akan digunakan harus dikondisikan pada suhu ruang dikarenakan adanya antibody dalam sampel serum dan antibody pada reagen. Antibody tersusun dari molekul molekul protein dimana protein dapat bereaksi dengan optimal pada suhu ruang.Oleh karena itu sampel dan reagen harus dikondisikan pada suhu ruang dahulu sebelum digunakan.Adapun jenis sampel yang digunakan pada pemeriksaan kali ini yaitu serum darah.Identitas sampel yang digunakan pada pemeriksaan CRP ini yaitu serum dengan kode CR4.Pemeriksaan CRP ini dilakukan dengan menggunakan slide test berwarna hitam yang bertujuan untuk memudahkan pengamatan karena campuran yang terbentuk dari homogenisasi reagen lateks dan serum yang berwarna putih.Sampel serum yang diperiksa dihomogenkan terlebih dahulu kemudian ditambahkan dengan cara dipipet sebanyak 50 l dengan mikropipet pada lingkaranslide test. Reagen CRP lateks juga dihomogenkan terlebih dahulu sebelum diteteskan pada slide, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa partikel partikel pada reagen tersebar secara merata.Apabila tidak homogeny dikhawatirkan reagen yang terpipet hanya mengandung sedikit lateks, sehingga resiko mendapatkan hasil pemeriksaan yang palsu. Pada saat meneteskan reagen CRP Lateks ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :1. Diteteskan sebanyak 1 tetes dengan posisi pipet yang tegak lurus. Jika dimiringkan dapat berpengaruh pada volume penetesan (volume penetesan berkurang/ berlebih)2. Saat meneteskan reagen posisi ujung pipet tidak menyentuh slide test, hal tersebut untuk menghindari kontaminasi pada seluruh reagen apabila pipet yang terkontaminasi dimasukkan kembali ke dalam botol reagen. 3. Reagen diteteskan di bagian pinggir dalam lingkaran slide test dan diusahakan untuk meneteskan serum tidak langsung bercampur dengan reagen karena akan mempengaruhi waktu inkubasi dimana waktu inkubasi harus dimulai bersamaan.

Reagen CRP lateks dipipet sebanyak 40 l dengan menggunakan mikropipet pada masing masing slide test. Penggunaan mikropipet ini dikarenakan alat ini memiliki ketelitian tinggi sehingga volume yang dipipet tepat, namun sangat perlu diperhatikan penggunaan tip pada mikropipet agar tidak terjadi gelembung saat pemipetan larutan serta menjaga tip agar tidak terjadi kontaminasi sehingga tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan. Selanjutnya disusul dengan penambahan 1 tetes control positif pada lingkaran slide pertama dan satu tetes control negative pada lingkaran kedua. Pengunaan control positif dan negative ini digunakan untuk memverifikasi hasil pemeriksaan dan control terhadap reagen serta berfungsi sebagai pembanding .Apabila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan yang diharapkan maka hasil pemeriksaan tidak valid karena adanya kesalahan pada reagen.Setelah reagen CRP lateks, control dan serum sampel ditambahkan kemudian masing masing campuran diaduk atau diratakan dengan menggunakan pipet pengaduk pada seluruh area lingkaran hingga larutan tersebut homogen. Slide test digoyangkan perlahan kedepan dan kebelakang untuk memastikan campuran merata dan untuk lebih memudahkan melihat terjadinya aglutinasi dimana aglutinasi ini akan terbentuk selama 2 menit. Jeda waktu 2 menit ini adalah agar dapat mengoptimalkan reaksi imunologis antara antibody pada sampel dengan partikel lateks pada reagen CRP.Aglutinasi akan terjadi karena antigen pada serum terikat pada suatu partikel yang ada pada suatu partikel yaitu pada partikel lateks CRP.Adapun hasil pemeriksaan CRP pada sampel dengan kode CR4 ini menunjukkan hasil negative karena pada slide test yang berisi sampel dan reagen menunjukkan tidak terjadinya aglutinasi selama 2 menit. Hasil negative dapat dikarenakan tidak terbentuk ikatan antara antigen pada larutan control dengan antibody CRP, yang dapat disebabkan tidak adanya zat asing seperti bakteri atau virus yang dapat menyebabkan peradangan akut sehingga kadar CRP masih berada dalam batas normal, hasil negative ini juga menunjukkan tidak ad memicu interleukin untuk memproduksi protein ini. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka pemeriksaan selanjutnya yaitu tes semi kuantitatif tidak dilakukan, karena hanya tes untuk sampel yang menunjukkan hasil positif saja. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan CRP Lateks yakni :1. Slide test yang digunakan harus bersih, bebas dari kotoran sehingga tidak mengganggu pengamatan aglutinasi.2. Sebelum digunakan reagen dan sampel terlebih dahulu dikondisikan pada suhu ruang dan dihomogenkan. Hal ini penting dilakukan untuk mengoptimalkan reaksi antara antigen pada sampel serum yang diperiksa dan antibody anti CRP pada reagen lateks.3. Reagen yang tersedia telah siap untuk digunakan sehingga tidak diperlukan pengenceran lebih lanjut.4. Serum yang digunakan harus jernih sehingga tidak akan mengganggu pengamatan aglutinasi. Sebelum diteteskan serum dihomogenkan terlebih dahulu untuk meratakan penyebaran partikel partikel sampel serum tersebut, sehingga reaksi antigen dalam serum dan antibody dalam reagen lateks dapat terjadi dengan optimal.5. Penetesan reagen maupun sampel serum dilakukan secara vertical agar tetesan benar benar satu tetes penuh. Praktikan yang meneteskan reagen dan sampel untuk setiap pengujian diusahakan satu orang agar hasil penetesan dari awal sampai akhir stabil sebab, tekanan setiap orang berbeda beda.6. Ujung pipet penetes tidak boleh menyentuh slide test untuk mencegah terjadinya kontaminasi, apabila reagen lateks terkontaminasi oleh serum dengan CRP positif maka reagen akan rusak dan akan menimbulkan reaksi yang palsu untuk pemeriksaan selanjutnya.7. Pada saat menggoyangkan slide test untuk tujuan homogenisasi diusahakan agar campuran tidak keluar dari garis lingkaran sehingga tidak tercampur dengan sampel lainnya pada satu slide test.8. Pembacaan hasil dilakukan tidak kurangdan tidak lebih dari 2 menit. Bila waktu inkubasi kurang kemungkinan antibody anti CRP pada reagen lateks belum berikatan dengan antigen CRP di dalam sampel serum yang diperiksa. Sedangkan jika waktu inkubasi dilakukan lebih dari 2 menit maka kemungkinan antigen lain di dalam sampel serum yang seharusnya tidak bereaksi dengan antibody anti CRP di dalam reagen lateks akan bereaksi sehingga terjadi aglutinasi. Kedua hal ini akan menyebabkan hasil palsu. 9. Control positif dan negative harus diperiksa dalam waktu yang bersamaan10. Reagen control positif dan negative tersedia dalam keadaan siap untuk digunakan dan tidak memerlukan pengenceran lebih lanjut11. Pembacaan hasil sebaliknya dilakukan pada pencahayaan terang sehingga aglutinasi dapat diamati dengan jelas12. Setelah digunakan slide test dibersihkan agar tidak terkontaminasi pada pemeriksaan berikutnya.

Hal hal yang dapat mempengaruhi pemeriksaan CRP yaitu :1. Aktivitas atau latihan yang berlebihan2. Penggunaan terapi hormone3. Penggunaan IUD4. Wanita hamil5. Obesitas 6. obat obatan yang dapat emnurunkan kadar CRP seperti colchicines dan statin atau obat obatan anti inflamasi non steroid (NSID), aspirin atau kortikosteroid. CRP meningkat pada penyakit Demam rematik akut, Rheumatoid arthritis, Infark Miokard akut, Infeksi pasca operasi, Infeksi bakteri, Infeksi virus, Penyakit Chrons, Sindrom vaskulitis, Lupus Eritematosus, Nekrosis jaringan atau trauma.Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. JakartaSacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Wijayakusuma, Hembing. 2008. Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Pustaka Bunda. Jakarta.

Sri Oktaviani Nursyam http://sovasilinzuensik.blogspot.com/2012/07/laporan-praktikum-kimia-klinik.html

http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/sgpt-serum-glutamic-pyruvic.html