pembelajaran discovery learning untuk …digilib.unila.ac.id/27297/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN METAKOGNISI DAN PENGUASAAN
KONSEP SISWA PADA MATERI LARUTANELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
(Skripsi)
Oleh
Dini Andriani
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN METAKOGNISI DAN PENGUASAAN
KONSEP SISWA PADA MATERI LARUTANELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Oleh
DINI ANDRIANI
Penelitian dengan One Group Pretes-Posttes Desaign ini bertujuan
mendeskripsikan kepraktisan dan keefektifan serta effect size pembelajaran
discovery learning untuk meningkatkan kemampuan metakognisi dan penguasaan
konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Sampel dalam
penelitian ini adalah kelas X.9 dan X.10 SMA Negeri 16 Bandar Lampung dengan
teknik pengambilan sampel yaitu cluster random sampling. Kepraktisan diukur
berdasarkan keterlaksanaan RPP dan respon siswa. Kefeektifan diukur melalui
kemampuan guru mengelola pembelajaran, aktivitas siwa selama proses
pembelajaran, peningkatan kemempuan metakognisi dan penguasaan konsep
siswa. Ukuran pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan
metakognisi dan penguasaan konsep siswa dihitung menggunakan rumus
Abujahjouh (2014). Kemampuan metakognisi ditunjukkan dengan skor
responden siswa pada angket dan penguasaan konsep siswa diukur melalui nilai n-
Gain. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran discovery learning memiliki
kepraktisan untuk meningkatkan kemampuan metakognisi dan penguasaaan
konsep siswa yang dibuktikan dengan keterlaksanaan RPP dan respon siswa yang
tergolong sangat tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan pembelajaran
discovery learning memiliki keefektifan yang sangat tinggi dalam meningkatkan
kemampuan metakognisi dan penguasan konsep. Hal ini dibuktikan dengan
kemampuan metakognisi meningkat dari kriteria tinggi ke sangat tinggi, n-Gain
penguasaan konsep siswa memiliki krteria sedang, kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, dan aktivitas siswa dalam kegiatan memiliki kriteria
sangat tinggi. Pembelajaran discovery learning berpengaruh terhadap
kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa yang dibuktikan dengan
nilai effect zise yang besar.
Kata Kunci : discovery learning, keefektifan, kemampuan metakognisi,
kepraktisan, penguasaan konsep.
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN METAKOGNISI DAN PENGUASAAN
KONSEP SISWA PADA MATERI LARUTANELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
OlehDini Andriani
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan KimiaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20 Juni 1995 dan merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suhaemi dan Ibu Jahro.
Pendidikan formal penulis diawali di TK Amartatani pada tahun 2000, kemudian
dilanjutkan sekolah dasar di SD Negeri 1 Labuhan Dalam tahun 2001 sampai
2007. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 19 Bandar Lampung pada
tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010, dan diteruskan ke SMA Negeri 15 Bandar
Lampung pada tahun 2010 sampai lulus tahun 2013.
Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa
penulis aktif dalam organisasi jurusan, diantaranya menjadi anggota bidang
Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Himasakta periode 2013-2014 dan
anggota bidang Sosial Masyarakat Himasakta periode 2014-2015. Penulis juga
pernah mendapatkan dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa Bidang
Pengabdian Masyarakat (PKM-M) tahun 2016. Tahun 2016 penulis mengikuti
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP SMA IT Smart Insani yang
terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik kelurahan Yukum Jaya,
kecamatan Terbanggi besar, Lampung Tengah.
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha penyanyang. Puji
syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT karena atas kuasa-Nya yang
diberikan skripsi ini dapat terselesaikan, dengan rasa tulus dan bahagia ku
persembahkan :
Teruntuk Emak dan Bapak, kedua insan yang menjadi pelindung bagiku yang
selalu mendukung baik materil maupun moril, yang selalu memberikan doa
terbaik tanpa henti bagi kesuksesan dunia akhiratku. Semoga Allah melimpahkan
rahmat dan kebarokahan disetiap langkah amal soleh Emak dan Bapak.
Teruntuk guruku, doseku, adik kakakku, dan teman serta sahabatku yang telah
membagi ilmu, cerita, cinta, suka, duka, tangis maupun tawa.
Terimakasih almamater tercinta Univeristas Lampung.
MOTTO
“Sebaik-baiknya orang adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-qur’an ”
“Sebutlah nama Tuhan jika engkau sedang menerima sengsara dan bersyukurlah
kepada-Nya jika engkau menerima anugerah”
SANWACANA
Segala puji hanyalah untuk-Mu Allah yang Maha Menciptakan, Menghidupkan
dan Mematikan, yang karena rahmat serta Ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembelajaran Discovery Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Metakognisi dan Penguasaan Konsep Siswa pada
Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit” sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar sarjana pendidikan.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis haturkan kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia dan Pembimbing I atas kesabaran,motivasi, kesediannya mengajari dan
membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Emmawaty Sofya, S. Si, M.Si. selaku Pembimbing II terima kasih atas
kesabarannya membimbing dan mengajari dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Sunyono, M.Si. selaku Pembahas, terima kasih atas kritik dan saran untuk
perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., terima kasih atas fasilitas laboratorium, serta
terimakasih untuk seluruh dosen Pendidikan Kimia Universitas Lampung.
7. Ibu Dra.Hj. Emi Astuti, M.Pd. selaku Kepala SMAN 16 Bandar Lampung,
Bapak Pimralizal,S.Pd. sebagai guru mitra.
8. Emak dan Bapak, dua insan yang kusayangi, pinan, kiki dan seluruh keluarga
yang selalu memberi dukungan.
9. Rekan-rekan seperjuangan (Ewid, Dhes, Mae), para sahabat Yusi, Nurma, Atul,
Reta, Rizka, Dytri, Winny, Agung, Ridho, Defri, dan rekan-rekan keluarga
besar Pendidikan Kimia ‘13, keluarga KKN-KT Yukum Jaya (Desi, Tiara,
Yolanda, Amel, Restu, Umi, dan Putri ), IPA 2, serta sahabat sedari kecilku
(Dina, Dea, Della, Putri, Shiwi, dan Aula) yang selalu berbagi semangat dan
cerita.
Akhirnya, penulis meminta maaf atas segala salah dan khilaf. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat dan menjadi bahan rujukan. Menyadari bahwa dalam
penulisan ini banyak kekeliruan, kritik serta saran pembaca menjadi permintaan
penulis untuk karya selanjutnya untuk lebih baik.
Bandar Lampung, 11 Juli 2017
Penulis,
Dini AndrianiNPM 1313023018
DAFTAR ISI
halamanDAFTAR TABEL ................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian......................................................................................6
E. Ruang lingkup penelitian............................................................................7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Konstruktivisme ...................................................................9
B. Pembelajaran Discovery Learning .............................................................11
C. Kemampuan Metakognisi...........................................................................13
D. Penguasaan Konsep....................................................................................15
E. Kerangka Pemikiran ...................................................................................17
F. Anggapan Dasar .........................................................................................18
G. Hipotesis Penelitian....................................................................................19
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian.....................................................................................20
B. Metode Penelitian ....................................................................................20
C. Perangkat pembelajaran dan Instrumen Penelitian ..................................21
D. Prosedur Percobaan..................................................................................22
E. Analisis Data ...........................................................................................25
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian .......................................................................................37
1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..................................................37
2. Kepraktisan Pembelajaran Discovery Learning.................................39
a. Keterlaksanaan pembelajaran discovery learning........................39
b. Respon siswa terhadap pembelajaran discoveryy learning .........40
3. Keefektifan Pembelajaran Disacovery Learning ..............................41
a. Kemampuan guru mengelola pembelajaran.................................42
b. Aktivitas siswa selama pembelajaran berangsung......................43
c. Kemampuan metakognisi siswa...................................................44
d. Penguasaan konsep siswa.............................................................45
4. Ukuran Pengaruh (Effect Size) ...........................................................46
B. Pembahasan .............................................................................................48
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..............................................................................................61
B. Saran ........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Analisis Konsep .............................................................................................682. Analisis SKL-SK-KD ....................................................................................713. Silabus............................................................................................................744. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..............................................................775. Lembar Kerja Siswa.......................................................................................886. Lembar Validasi Angket Kemampuan Metakognisi Siswa ...........................95
7. Kisi-Kisi Angket Kemampuan Metakognisi Siswa ......................................988. Angket Kemampuan Metakognisi Siswa.....................................................1019. Kisi-Kisi Soal Pretes-Postes ........................................................................10410. Soal Pretes-Postes ........................................................................................10611. Rubrik Penilaian Soal Pretes-Postes ............................................................10912. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Discovery Learning .......11413. Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Discovery Learning...........11614. Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Discovery
Learning .......................................................................................................11815. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ..........................................................12116. Hasil Validitas dan Reliabilitas Kemampuan Metakognisi Siswa...............12317. Hasil Validasi dan Reliabilitas Tes Penguasaan Konsep Siswa ..................12518. Hasil Perhitungan Keterlaksanaan RPP Pembelajaran Discovery
Learning .......................................................................................................12819. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Angket Respon Siswa ...............................13020. Hasil Perhitungan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Discovery Learning......................................................................................13121. Hasil Perhitungan Aktivitas Siswa...............................................................13822. Hasil Perhitungan Tes Penguasaan Konsep Siswa ......................................14123. Hasil Perhitungan Angket Kemampuan Metakognisi Siswa .......................14224. Hasil Perhitungan Normalitas Kemampuan Metakognisi dan
Penguasaan Konsep Siswa...........................................................................14525. Hasil Pehitungan Uji t Kemampuan Metakognisi dan Penguasaan
Konsep Siswa...............................................................................................14826. Hasil Perhitungan Effect Size .......................................................................151
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1. Desain Penelitian ...........................................................................................20
2. Kriteria Tingkat Keterlaksanaan ....................................................................27
3. Kisi-Kisi Instrumen Metakognisi...................................................................30
4. Penskoran Angket Kemampuan Metakognisi................................................32
5. Tafsiran Skor (Persen) ...................................................................................33
6. Validitas Instrumen Tes Pebguasaan Konsep ................................................38
7. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Discovery Learning ....39
8. Data Hasil Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Discovery Learning .......40
9. Data Hasil Observasi Kemampuan Guru .......................................................42
10. Data Hasil Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran.........................................43
11. Data Hasil Angket Kamampuan Metakognisi ...............................................45
12. Data Hasil Penguasaan Konsep Siswa...........................................................46
13. Data Hasil Uji Normalitas Kemampuan Metakognisi dan PenguasaanKonsep Siswa.................................................................................................47
14. Data Hasil Uji t dan Effect Size......................................................................48
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ......................................................................24
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan penguasaan kumpulan pengetahuan
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, tidak hanya itu IPA juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya lebih lanjut. Proses
pembelajarannya menekankankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah (BSNP, 2006). Salah satu rumpun ilmu
IPA adalah ilmu kimia yang mempelajari mengenai materi yang mengklasifikasi
materi sebagai zat (Pertrucci, 1985). Oleh sebab itu pelajaran kimia khususnya di
SMA/MA meliputi segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur,
dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan
dan penalaran (BSNP,2006).
Salah satu materi kimia yang dipelajari dikelas X yaitu larutan elektrolit dan
larutan non elektrolit. Materi ini sangat erat dan dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya yaitu dapat menjelaskan penyebab mengapa aliran listrik dapat
menyengat tubuh kita saat peristiwa orang kesetrum dan larutan aki yang dapat
2
menghidupkan kendaraan. Pembelajaran akan bermakna apabila mengkaitkan
dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dengan mudah menguasai dan
memahami materi yang dipelajari (Suyanti, 2010). Pada pembelajaran kimia hal
tersebut tak sepenuhnya terjadi karena hasil observasi yang dilakukan oleh
Ngabidin sekitar 89% dari 176 siswa menganggap kimia merupakan mata
pelajaran yang sulit dan membosankan. Salah satu penyebabnya adalah dalam
proses pembelajaran kimia tidak menerapkan pendekatan dan metode yang tepat,
sehingga siswa cenderung dihadapkan pada teori-teori yang bersifat abstrak
(Depdiknas, 2005).
Pada hakikatnya dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk
membelajarkan siswa, artinya sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai
subjek belajar atau dengan kata lain pembelajaran diorientasikan pada aktivitas
siswa (students center). Hal ini jika dilakukan secara optimal, maka akan
memperoleh hasil belajar berupa panduan antara aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor yang seimbang (Suyanti, 2010). Penerapan strategi atau model
pembelajaran yang menitikberatkan partisipasi siswa dapat meningkatkan proses
berpikir siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa (Huda, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Negeri 16 Bandar Lampung,
dalam proses pembelajaran kimia guru cenderung menggunakan metode ceramah
sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan sesekali guru dan siswa
juga berdiskusi. Hal tersebut membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran,
membuat siswa tidak akan belajar mandiri, dan membuat siswa tidak berorientasi
pada proses serta siswa tidak terbiasa dalam memecahkan masalah. Selain itu
3
hasil wawancara juga menyebutkan dalam mencapai kompetensi dasar (KD) 3.8
menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik, tidak pernah dilakukan
praktikum yang disebabkan laboratorium sekolah belum aktif digunakan. Oleh
karena itu diperlukan adanya upaya memperbaiki pembelajaran yang ada
disekolah, salah satunya dengan menggunakan pembelajaran discovery learning.
Discovery learning merupakan model pembelajaran yang mana siswa membangun
sendiri pengetahuan melalui percobaan dan menentukan aturan dari hasil
percobaan tersebut (Joolingen,1998). Belajar penemuan mendorong siswa untuk
menghubungkan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pengalaman baru
yang dihadapi sehingga siswa menemukan prinsip-prinsip baru (Suprijono, 2014).
Dampak hasil belajar dengan menggunakan model ini yaitu pengetahuan lebih
mudah dihapal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah
(Djamarah, 2006).
Hasil pembelajaran menggunakan discovery learning didukung dengan penelitian
Istiana (2015) bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 40,78%.
Meningkatnya aktivitas siswa dikelas ditandai dengan siswa lebih aktif bertanya
dan menyampaikan pendapat sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh
Widiadnyana, dkk (2014) menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman konsep
IPA dan sikap ilmiah juga terlihat pada siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan model ini dikarenakan sintak model discovery learning dapat
mengembangkan sikap ilmiah dan pemahaman konsep siswa. Diantini (2015)
menunjukkan bahwa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit model
4
discovery learning efektif dalam meningatkan kemampuan generating yang
ditandai rata-rata n-Gain pada kemampuan generating dengan menggunakan
discovery learning berbeda secara signifikan dengan rata-rata n-Gain kemampuan
generating dengan menggunakan metode ceramah. Dilihat dari hasil penelitian
yang telah dipaparkan diharapkan pembelajaran discovery learning juga dapat
meningkatkan kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa.
Kemampuan metakognisi menurut Flavell dan Mc Cormick (dalam Slavin, 2008)
diartikan sebagai pengetahuan tentang pembelajaran diri sendiri atau tentang
bagaimana belajar. Seseorang yang memiliki kemampuan mampu mengontrol
proses belajarnya, mulai dari tahap perencanaan, memilih strategi yang tepat
sesuai masalah yang dihadapi, kemudian memonitor kemajuan dalam belajar, dan
secara bersamaan mengkoreksi jika ada kesalahan yang terjadi selama memahami
konsep, serta menganalisis keefektifan dari strategi yang dipilih (Iskandar, 2016).
Siswa yang memperoleh nilai rendah disebabkan karena siswa tidak menerapkan
startegi atau keterampilan secara sadar, hal ini dibuktikan melalui penelitian yang
dilakukan oleh Marhromah, dkk, ( 2013) yang menyatakan siswa dengan skor
rendah (nilai kurang dari 38) tidak dapat menjelasakan masalah dengan jelas yang
telah diberikan karena bingung dan tidak mengetahui informasi apa yang
diketahui dan ditanya dari soal, tidak sadar apa saja yang dipantau dan kesalahan
konsep (rumus) sehingga jawaban siswa berasal dari jawaban coba-coba.
Kemampuan metakognisi yang dimiliki siswa dapat mempengaruhi penguasaan
konsep siswa. Danial (2010) menunjukkan adanya hubungan korelasi positif
antara keterampilan metakognisi dengan penguasaan konsep, artinya bila
5
keterampilan metakognisi siswa tinggi, maka penguasaan konsep siswa akan
tinggi. Penyebab ini dikarenakan keterampilan metakognisi mengacu pada proses
mental yang diorganisasi secara sistematis, logis, dan penuh refleksi sehingga
pelajar memiliki kemampuan dalam mengakses pengetahuan secara baik.
Seseorang yang memiliki keterampilan metakognisi yang tinggi, akan membentuk
dirinya menjadi mandiri yang memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sediri
dalam belajar sehingga berdampak pada penguasaan konsep siswa.
Berdasarkan uraian di atas, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa khususnya materi larutan
elektrolit dan non elektrolit yaitu dengan dilaksanakan penelitian yang berjudul
“Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan
Metakognisi dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan
Larutan Non Elektrolit”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana kepraktisan penerapan pembelajaran discovery learning dalam
meningkatkan kemampuan metakognisi dan pengusaan konsep pada materi
larutan elektrolit dan non elektrolit?
2. Bagaimana keefektifan pembelajaran discovery learning dalam meningkatkan
kemampuan metakognisi dan penguasan konsep siswa pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit ?
6
3. Bagaimana ukuran pengaruh pembelajaran discovery learning dalam
meningkatkan kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep pada materi
larutan elektrolit dan non elektrolit?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitan adalah untuk
mendeskripsikan :
1. Kepraktisan pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan
kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit.
2. Keefektifan pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan
kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit.
3. Ukuran pengaruh pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan
kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu :
1. Siswa
Melalui pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan kemampuan
metakognisi dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan
non elektrolit.
7
2. Guru dan calon guru
Pembelajaran discovery learning menjadi salah satu alternatif model
pembelajaran yang inovatif dalam meningkatkan kemampuan metakognisi
dan penguasaan konsep.
3. Sekolah
Pembelajaran discovery learning menjadi sumbangan pemikiran informasi
dan bahan refrensi model pembelajaran dalam meningkatkan mutu
pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran discovery learning adalah stimulation, problem statment, data
collection , data verification, dan generalization (Djamarah dan Zain, 2006).
2. Kemampuan metakognisi merupakan pengetahuan individu tentang
pengetahuan mereka mengenai keadaan dan proses pemikiran mereka sendiri
serta kemampuan mereka memulai dan mengubah sesuai keadaan dan proses
pemikiran (Schraw dan Dennison, 1994). Kemampuan metakognisi diukur
menggunakan angket metakognisi.
3. Penguasaan konsep merupakan produk dari suatu kegiatan belajar seseorang
untuk menegrti dan memahami suatu obyek atau benda melalui pengamatan
dan pengalaman seseorang dalam menyelesaikan, sehingga penguasaan
konsep ini menjadi konsep yang tidak mudah hilang (Rokhayati, 2011).
4. Kepraktisan pembelajaran discovery learning diukur berdasarkan
keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (lembar observasi) dan
8
kemenarikan model pembelajaran berdasarkan angket respon siswa (Nieveen,
1999).
5. Keefektifan model pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan efektif bila pembelajar
dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan
informasi-informasi yang diberikan serta tidak hanya secara pasif menerima
pengetahuan dari guru/dosen (Nieveen, 1999). Keefektifan pembelajaran
discovery learning diukur berdasarkan peningkatan kemampuan guru dalam
mengelola kelas (lembar observasi), aktivitas siswa (lembar observasi),
kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa.
6. Materi pada penelitian ini adalah larutan elektrolit dan non elektrolit yang
mencakup uji daya hantar listrik, penyebab perbedaan daya hantar listrik dan
jenis ikatan pada senyawa yang dapat atau tidak dapat menghantarkan arus
listrik.
7. Effect size merupakan ukuran mengenai signifikansi praktis hasil penelitian
yang berupa ukuran besarnya korelasi atau perbedaan atau efek dari suatu
variabel pada variabel lain (Santoso, 2010). Effect Size pada penelitian ini
dilihat besarnya pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap
peningkatan kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep pada materi
larutan elektrolit dan non elektroli dengan rumus Abujahjaouh (2014).
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah aliran filsafat yang tema utamanya berkenaan dengan
hakikat pengetahuan. Menurut Sutarno (2008) ada tiga jenis konstruktivisme,
yaitu a) konstruktivisme psikologis personal yang menekankan bahwa pribadi
sendiri yang mengkonstruksikan pengetahuan; b) konstruktivisme sosiologi yang
lebih menekankan masyarakat sebagai pembentuk pengetahuan; dan c)
sosiokulturalisme yang mengakui baik peranan aktif personal maupun masyarakat
dan lingkungan dalam pembentukan pengetahuan.
Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman (Surayani dan Agung,
2012). Pengalaman ini yang menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan
dan menjadi lebih dinamis. Pengetahuan (dalam Sunyono, 2015) merupakan hasil
dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membentuk struktur,
kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan
tersebut. Jean Piaget yang mengatakan pengetahuan terbentuk bukan hanya dari
objek semata, tetapi juga dari kemampuan induvidu sebagai sebagai subjek yang
menangkap setiap objek yang diamati. Piaget (dalam Sanjaya, 2011) menyatakan
hakikat pengetahuan sebagai berikut :
10
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akantetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yangperlu untuk pengetahuan
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsimembentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapandengan pengalaman-pengalaman seseorang.
Peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuan baru secara bermakna melalui
pengalaman nyata, melalui proses penemuan dan mengubah informasi kedalam
situasi lain secara kontekstual. Oleh karena itu, proses pembelajaran merupakan
proses mengkontruksi gagasan dengan strategi sendiri bukan sekedar menerima
pengetahuan, sehingga peserta didik menjadi pusat perhatian dalam proses
pembelajaran. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi
peluang kepada peserta didik untuk belajar berpikir inovatif dan mengembangkan
potensinya secara optimal (Suhana, 2014).
Kaum konstruktivis (dalam Sutarno, 2008) menyatakan bahwa manusia dapat
mengetahui sesuatu dengan inderanya dalam proses mengkonstruksi pengetahuan.
Dengan berinteraksi terhadap objek dan lingkungannya melalui proses melihat,
mendengar, menjamah, membau, dan merasakan, orang dapat mengetahui
sesuatu. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungan
maka pengetahuan dan pemahaman akan objek dan lingkungan akan meningkat
dan rinci (Budiningsih, 2012) . Hal ini sejalan dengan teori belajar menurut
Vygotsky yang menyatakan belajar merupakan proses perkembangan internal
untuk membentuk pengetahuan baru dengan bantuan orang lain dan ketika itu
induvidu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Karwono dan Mularsih,
2010).
11
Schuman (dalam Margel, 1998) memaparkan kelebihan konstruktivisme yaitu
peserta didik mampu menghadapi situasi kehidupan nyata, dan menerapkan
pengetahuan yang sudah mereka miliki untuk situasi baru. Sedangkan
kekurangannya yaitu pada situasi tertentu induvidu memiliki cara pandang yang
divergen sehingga dapat menimbulkan banyak masalah.
B. Pembelajaran Discovery Learning
Burner (dalam Dahar, 1989) menganggap belajar penemuan (discovery learning)
adalah cara terbaik bagi siswa untuk aktif dalam pencarian pengetahuan. Siswa
berusaha mencari pemecahan masalah sendiri dan pengetahuan yang
mendukungnya sehingga diperoleh pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan
yang diperoleh dengan menggunaan model pembelajaran penemuan akan lama
diingat dan konsep-konsep yang dibangun oleh siswa sendiri lebih mudah
diterapkan pada situasi-situasi baru (Dahar, 1989).
Discovery learning adalah model pembelajaran dimana siswa membangun
pengetahuan mereka sendiri melalui suatu percobaan dan menemukan aturan dari
hasil percobaan tersebut. Kegiatan ini bersifat konstruktif sehingga siswa akan
memiliki pemahaman yang lebih tinggi terhadap suatu informasi dibandingkan
ketika informasi tersebut hanya disajikan oleh guru melalui belajar ekspositori
(Joolingen, 1998).
Uraian tersebut menjelaskan bahwa belajar penemuan merupakan proses
pengalaman. Adapun langkah-langkah proses pengalaman dalam Hamalik (2014)
adalah :
12
1. Tindakan dalam instansi tertentu. Siswa melakukan tindakan dan mengamatipengaruh-pengaruhnya.
2. Pemahaman kasus tertentu. Apabila keadaan yang sama muncul kembali,maka siswa dapat mengantisipasi pengaruh yang akan terjadi dan konsekuensi-konsekuensi apa yang akan terasakan.
3. Generalisasi. Siswa membuat kesimpulan atas prinsip-prinsip umumberdasarkan pemahaman terhadap instansi tersebut.
4. Tindakan dalam suasana baru. Siswa menerapkan prinsip dan mengantisipasipengaruhnya.
Belajar penemuan mendorong siswa untuk menghubungkan pengalaman yang
telah dimilikinya dengan pengalaman baru yang dihadapi sehingga siswa
menemukan prinsip-prinsip baru. Siswa berusaha belajar mandiri dalam
memecahkan problem dengan mengembangkan kemempuan menganalisis dan
mengolah data. Belajar penemuan membuat siswa mampu menunjukkan
kemampuan eksplanasi (menjelaskan) dan generalisasi (menarik kesimpulan)
siswa (Suprijono, 2014).
Proses pembelajaran menggunakan metode discovery learning dalam Djamarah
dan Zain (2006) terdiri beberapa tahap pembelajaran yang harus dilakukan,
sebagai berikut :
a. Simulation
Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik
membaca atau mendengarkan uraian yang membuat permasalalahan.
b. Problem Statment
Pada tahap ini siswa diberi kesempaatan mengidentifikasi berbagai
permasalahan. Sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan
fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus
13
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pernyataan
(statment) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
c. Data Collection
Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini,
anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
d. Data processing
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semua
diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan
cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Verification
Berdasararkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernya-
taan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek,
apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f. Geralization
Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, siswa belajar menarik
kesimpulan atau generalisasi tertentu.
C. Kemampuan Metakognisi
Pengklasifikasian mengajar berpikir dalam proses pembelajaran menurut La costa
(dalam Sanjaya, 2011) dibagi menjadi tiga, yaitu teaching of thinking, teaching
for thinking, dan teaching about thinking. Teaching of thingking adalah proses
pembelajaran yang diarahkan untuk pembentukan keterampilan mental tertentu,
14
sedangkan teaching for thingking yaitu proses pembelajaran yang diarahkan pada
usaha menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong pengembangan
kognitif. Teaching about thinking adalah pembelajaran yang diarahkan kepada
upaya untuk membantu agar siswa lebih sadar terhadap proses berpikirnya.
Kemampuan siswa akan sadar terhadap proses berfikirnya disebut kemampuan
metakognisi.
Metakognisi berasal dari kata “meta” yang artinya sesudah dan “kognisi” berfikir.
Metakognisi diartikan sebagai kognisi tentang kognisi, pengetahuan tentang
pengetahuan, atau berfikir tentang berfikir (Desmita, 2010). Menurut Flavell
(1979) metakognisi adalah kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar,
kemampuan untuk menilai kesukaran sesuatu masalah, kemampuan untuk
mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan berbagai
informasi untuk mencapai tujuan dan kemampuan menilai kemajuan belajar
sendiri.
Schraw dan Dennison (1994) menyatakan bahwa kemampuan metakognisi
merupakan pengetahuan individu tentang pengetahuan mereka mengenai keadaan
dan proses pemikiran mereka sendiri serta kemampuan mereka memulai dan
mengubah sesuai keadaan dan proses pemikiran tersebut yang meliputi komponen
pengetahuan deklaratif, prosedural dan kondisional yang mewakili komponen
pengetahuan tentang kognisi seseorang.
Flavell (dalam Santrock, 2009) membagi metakognisi menjadi dua yaitu
pengetahuan metakognisi dan aktivitas metakognisi. Pengetahuan metakognisi
melibatkan pemantauan dan refleksi pemikiran terbaru seseorang, ini mencakup
15
pengetahuan faktual (pengetahuan tentang tugas,tujuan diri, atau diri sendiri) dan
pengetahuan strategis (bagaimana dan kapan harus menggunakan prosedur
tertentu untuk memecahkan masalah). Aktivitas metakognisi terjadi ketika para
siswa secara sadar menyesuaikan dan mengatur strategi pemikiran mereka untuk
memecahkan masalah. Dengan mendorong kemampuan metakognisi mereka
dapat membantu siswa dalam memproses informasi secara lebih efektif.
Berdasarkan penelitian Brown (dalam Neuenhaus, dkk, 2011), komponen
pengetahauan dari metakognisis dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) declarative strategy knowledge, yang merujuk pada pengetahuan mengenai
“apa” pengukuran yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas.
2) prosedural startegy knowledge, mengenai “bagaimana” mereaisasikan
pengukuran.
3) conditional startegy knowledge, yang berkaiatan dengan efektifitas strategi
“kapan” saat yang tepat untuk mengaplikasikan startegi tersebut.
D. Penguasaan Konsep
Dahar (1989) menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili
suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-
hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Konsep menghubungkan fakta,
objek, atau kejadian yang memiliki ciri yang sama dan mempunyai satu nama. Di
dalam pelajaran, konsep menuju tingkat rapatan yang lebih tinggi. Tingkatan ini
dapat saja merupakan kaidah, hukum, asas, atau tata cara yang sudah mantap
(Kemp, 1994).
16
Rokhayati (2011) berpendapat bahwa konsep merupakan suatu pengertian yang
dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau
menggolongkan suatu obyek atau peristiwa termasuk atau tidak termasuk dalam
pengertian tersebut. Untuk membangun konsep siswa melakukan dengan cara
pengamatan atau membayangkan sesuatu yang konkret terlebih dahulu. Siswa
tersebut dikatakan dapat membangun konsep jika dia dapat membedakan mana
yang termasuk contoh dan bukan contoh dari suatu ide abstrak.
Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1989), untuk memperoleh konsep-konsep
melalui dua cara, pertama formasi konsep (concept formation) yang merupakan
bentuk perolehan kosep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Menurut
Gagne (dalam Dahar,1989) formasi konsep dapat disamakan dengan belajar
konsep-konsep. Kedua, asimilasi konsep (concept assimilation) merupakan cara
utama untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.
Penguasaan konsep merupakan produk dari suatu kegiatan belajar seseorang
untuk mengerti dan memahami suatu obyek-obyek atau benda-benda melalui
pengamatan dan pengalaman seseorang dalam menyelesaikan, sehingga
penguasaan konsep ini menjadi konsep yang tidak mudah hilang (Rokhayati,
2011). Penguasaan konsep yang dimiliki siswa dapat digunakan untuk
menyelesaikan suatu permasalahan yang ada kaitannya dengan konsep yang
dimiliki. Penguasaan konsep siswa tidak terbatas hanya mengenal, tetapi siswa
harus dapat menghubungkan antara satu konsep dengan konsep yang lain.
Konsep sangat penting dalam proses belajar, karena sebagian materi pembelajaran
yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Konsep awal sangat
17
diperlukan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sehari pada aspek.
Untuk menguasi konsep baru maka diperlukan konsep awal yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman keseharian pada aspek pengetahuan (Djamarah dan Zain,
2006). Cara mengetahui penguasaan konsep siswa, langkah kegiatan penilaian
belajar konsep menekankan pada kemampuan siswa dari aspek penyimpulan
(generalisasi) tentang apakah siswa telah memahami sesuatu (Hamalik, 2002).
E. Kerangka Pemikiran
Materi kimia terdiri dari konsep-konsep prinsip-prisnsip yang bersifat abstrak
yang membuat siswa merasa kesulitan mempelajari kimia. Penggunaan model
pembelajaran yang tepat oleh guru akan memberikan hasil belajar siswa yang
memuasakan. Sesuai hal ini diperlukan pembelajaran discovery learning yang
dirasa tepat untuk membangun pengetahuan siswa dengan mengajak berfikir aktif
dalam pembelajaran.
Pada pembelajaran discovery learning diharapkan siswa dapat membangun dan
menemukan pengetahuannya sendiri. Proses pembelajaran discovery learning
terdiri dari enam tahap yaitu : stimulation, problem statment, data collection, data
processing, verification, dan generalization. Tahap pertama yaitu stimulation
yaitu guru memberikan suatu permasalahan berupa fenomena kehidupan sehari-
hari agar siswa dapat menemukan sendiri cara memecahkan permasalahan yang
diberikan oleh guru. Tahap kedua adalah problem statment, siswa menemukan
hal-hal yang kurang dipahami sehingga dituangkan dalam bentuk pertanyaan,
sehingga siswa membuat hipotesis atas rumusan permasalahan yang diajukan.
18
Langkah ketiga yaitu data collection, untuk membuktikan benar atau tidak
hipotesis yang mereka buat, siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya melalui merancang, melakukan percobaan, dan literatur. Selanjutnya
siswa melaksanakan percobaan dengan prosedur yang diberikan guru dan diminta
untuk menulisan hasil percobaan dengan cara mereka sendiri. Pada tahap inilah
kemampuan metakognisi siswa dapat berkembang.
Tahap keempat yaitu data prossessing, siswa menganalisis data dan informasi
yang diperoleh dengan diberikan soal diskusi yang menggiring siswa untuk mene-
mukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lain yang telah diperoleh pada
tahapan-tahapan sebelumnya. Selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk
membuktikan hipotesis yang telah mereka buat dengan cara membandingaknnya
dengan informasi-informasi terkait yaitu pada tahap verification. Tahap terakhir
yaitu generalization, siswa mengkomunikasika hasil pengamatan, dan kesimpulan
berdasarkan hasil menalar secara lisan dan tulisan. Pada tahap ini siswa dapat me-
nemukan keterkaitan antar materi satu dengan materi yang lainnya, sehingga pada
tahap ini kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa dapat
berkembang.
Berdasarkan uraian diatas dengan diterapkan model pembelajaran discovery
learning diharapkan dapat meningkatkan kemampuan metakognisi dan
penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :
1. Siswa kelas X SMAN 16 Bandar Lampung menjadi subjek penelitian
19
mempunyai kemampuan awal yang sama dalam penguasaan kompetensi
kimia.
2. Perbedaan kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep pada materi
larutan elektrolit dan non elektrolit terjadi karena adanya perlakuan yang
berbeda selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Faktor-faktor lain diluar perlakuan pada kelas diabaikan.
G. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran discovery learning praktis untuk meningkatkan kemampuan
metakognisi siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
2. Pembelajaran discovery learning efektif untuk meningkatkan kemampuan
metakognisi siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
3. Pembelajaran discovery learning memiliki ukuran pengaruh yang besar untuk
meningkatkan kemampuan metakognisi siswa pada materi larutan elektrolit
dan non elektrolit.
20
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini semua siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2016/2017 yang tersebar dalam sepuluh kelas dengan
jumlah siswa ± 333 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster
random sampling. Teknik pengambilan sampel ini merupakan teknik
pengambilan sampel secara acak, maka diperoleh dua kelas sebagai sampel yaitu
kelas X.9 yang terdiri dari 30 siswa dan kelas X.10 terdiri dari 25 siswa yang
nantinya akan diberikan perlakuan dalam pembelajaran menggunakan discovery
learning.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah poor experiment
dengan one group pretest-postes desaign (Fraenkel,2012). Desain penelitian ini
melihat perbedaan nilai pretes maupun postes pada kelas yang mendapatkan
perlakuan.
Tabel.1 Desain PenelitianKelas Pretes Perlakuan PostesX.9 O1 X O2
X.10 O1 X O2
21
Keterangan :O1 : pemberian pretes pada kelas perlakuanX : Pembelajaran kimia menggunakan model discovery learningO2 : pemberian postes pada kelas perlakuan
Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif.
Menurut Sugiyono (2012), analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
C. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
1. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Analisis konsep
b. Analisis KI-KD
c. Silabus
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
e. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan berjumlah dua LKS kelompok
yaitu LKS-1 mengenai sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya, LKS-
2 mengenai daya hantar listrik larutan.
2. Instrumen penelitian
Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
22
a. Tes tertulis yang digunakan yaitu soal pretes dan postes pada materi arutan
elektrolit dan non elektrolit yang masing-masing terdiri atas soal penguasaan
konsep yang berupa soal essay berjumlah lima soal yang diadopsi dari
Nurmala (2016).
b. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran discovery learning disusun
dengan memodifikasi instrumen Putra (2016).
c. Angket respon siswa yang digunakan untuk mengumpulkan data respon siswa
terhadap kemenarikan pembelajaran discovery learning yang diadopsi oleh
dari Sunyono (2014).
d. Lembar observasi kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran kimia di
kelas menggunakan discovery learning yang dimodifikasi dari Putra (2016).
e. Lembar pengamatan aktivitas siswa pada pembelajaran discovery learning
yang diadopsi dari Sunyono (2014).
f. Tes metakognisi dalam bentuk angket yang dimodif dari Sunyono (2015).
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi pendahuluan
Adapun prosedur observasi pendahuluan yaitu:
a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 16 Bandar Lampung untuk
melakukan penelitian.
b. Mengadakan observasi dan kesekolah untuk mendapatkan informasi tentang
keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal, cara guru mengajar dikelas,
23
sarana prasana di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung
pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
a. Tahap persiapan
Mempersiapkan analisis konsep,analisis Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar-
indikator, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal
pretes dan postes, soal penguasaan konsep siswa (pretes-postes), Lembar Kerja
Siswa (LKS), angket kemampuan metakognisi siswa, lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran discovery learning,kemampuan guru, dan
aktivitas siswa serta angket respon siswa.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan pada dua kelas perlakuan.
Kelas perlakuan diberikan angket kemampuan metakognisi dan pretes sebelum
diberikan perlakuan berupa pembelajaran discovery learning, kelas diberi
perlakuan berupa dilakukan observasi dan diakhiri pemberian angket
kemampuan metakognisi dan tes penguasaan konsep sesudah pembelajaran
dengan discovery learning.
3. Tahap akhir
Tahap akhir dalam penelitian ini adalah analisis data, penulisan pembahasan dan
simpulan.
24
Prosedur pelaksanaan penelitian dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagaiberikut :
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian
Keterangan:
: digunakan: proses berlanjut
Menentukan subyek penelitian
Mempersiapkan instrumen pembelajaran
Validitas dan reliabilitas instrumen
Angket metakognisi dan soal penguasaan konsep
Pembelajaran menggunakanmodel discovery learning
Lembar observasi selamapembelajaran:
Kemampuang guru Aktivitas siswa Keterlaksanaan model
discovery learning Angket respon siswa
Analisis Data
Pembahasan
Simpulan
Melakukan observasi
Minta izin pendahuluan
Pretes
MetakognisiPenguasaan
konsep
Postes
Metakognisi Penguasaan
konsep
25
E. Analisis Data
1. Analisis validitas dan reliabilitas instrumen tes
Analisis validitas dan realibilitas instrumen digunakan untuk mengetahui kualitas
instrumen yang digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen dilakukan untuk
mengetahui dan mengukur apakah instrumen yang digunakan sudah memenuhi
syarat dan layak digunakan sebagai pengumpul data. Instrumen yang baik harus
memenuhi dua syarat yaitu valid dan relibilitas (Arikunto, 2006). Berdasarkan
hasil uji coba tersebut maka akan diketahui validitas dan relibilitas instrumen tes.
a. Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas
dilakukan dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar
yang dikemukakan oleh Pearson. Soal penguasaan konsep diadopsi dari
Nurmala (2016), dimana dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunaakn
software SPSS.17.0. Validitas instrumen kemampuan metakognisi dilakukana
dengan validitas teoritis dan empiris. Validitas teoritis untuk instrumen
kemampuan metakognisi dilakukan oleh ahli psikologi Unit Pelayanan
Konseling Terpadu (UPKT) FKIP Universitas Lampung. Validitas empiris
instrumen kemampuan metakognisi diujikan pada 20 siswa kelas XI dan
analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS.17.0.
26
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan
instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat
evaluasi dikatakan reliabel jika alat tersebut mampu memberikan hasil yang
dapat dipercaya dan konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
rumus Alpha Cronbach yang kemudian diinterpretasikan menggunakan derajat
reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003). Instrumen tes
penguasaan konsep mengadopsi dari Nurmala (2016), dan kemampuan
metakognisi yang dimodifikasi dari Sunyono (2015) dalam hal ini analisis
dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistic 17.0.
Kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford:
0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi0,40 < r11 ≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang0,20 < r11 ≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah0,00<r11≤ 0,20; tidak teliabel
2. Analisis data kepraktisan
Analisis data kepraktisan meliputi analisis data keterlaksanaan pembelajaran
(RPP) dan analisis data kemenarikan pembelajaran (angket respon siswa) dalam
hal ini analisis dilakukan dengan software Microsoft Excel 2007.
a. Analisis data keterlaksanaan model
Analisis data keterlaksanaan pembelajaran (melalui keterlaksanaan RPP)
dilakukan secara deskriptif dengan mengolah data hasil pengamatan terhadap
keterlaksanaan pembelajaaran discovery learning (lembar observasi yang
dinilai observer). Analisis data keterlaksanaan pembelajaran diukur melalui
27
penilaian terhadap keterlaksanaan RPP yang memuat unsur-unsur
pembelajaran yang meliputi sintak pembelajaran, sistem sosial, dan prinsip
reaksi. Langkah-langkah dalam menganalisis data keterlaksanaan
pembelajaran sebagai berikut:
1) Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek
pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus:% = ∑ 100% (Sudjana,2005)
Keterangan:
%Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan padapertemuan ke-i.
∑Ji = jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamatpada pertemuan ke-i
N = jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamatpada pertemuan ke-i.
2) Menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek
pengamatan dari dua orang pengamat.
3) Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sebagimana tabel 2 (Ratumanan dalam Sunyono,
2012).
Tabel 2. Kriteria tingkat keterlaksanaanPersentase Kriteria
80,1%-100% Sangat tinggi60,1%-80% Tinggi40,1%-60% Sedang20,1%-40% Rendah0,0%-20% Sangat rendah
28
b. Analisis data kemenarikan pembelajaran
Analisis data kemenarikan pembelajaran ditinjau dari respon siswa terhadap
pelaksanaan penerapan pembelajaran discovery learning dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengolah jumlah skor jawaban responden
2) Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:% = ∑ 100% (Sudjana, 2005)
Keterangan :% = Persentase jawaban angket-i pada pembelajaran discovery learningpada materi larutan elektrolit dan non elektrolit∑ = Jumlah skor jawaban
= Skor maksimum yang diharapkan
3) Menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase
sebagaimana Tabel.2 di atas.
3. Analisis data keefektifan model pembelajaran discovery learning
Ukuran keefektifan pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan dari aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, dan peningkatan kemampuan metakognisi serta penguasaan
konsep.
a. Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Untuk analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran discovery learning dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
29
1) Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek
pengamataan. Kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan
rumus:% = ∑ 100% (Sudjana,2005)
Keterangan:
%Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan padapertemuan ke-i.
∑Ji = jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamatpada pertemuan ke-i
N = jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamatpada pertemuanke-i.
2) Menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek
pengamatan dari dua orang pengamat.
3) Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru
sebagaimana Tabel 2.
b. Analisis data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan
lembaran observasi oleh dua orang pengamat. Analisis deskriptif terhadap
aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan
rumus:% = 100% (Sunyono,2014)
Keterangan:
Pa = persentase aktivitas aktivitas siswa dalam belajar dikelas.Fa = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul.Fb = Frekuensi rata-rat aktivitas aktivitas siswa yang diamati.
30
2) Menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak
relevan dengan pembelajaran untuk setiap pertemuan dan menghitung rata-
ratanya, kemudian menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga
persentase sebagaimana Tabel.2.
3) Mengurutkan aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran
berdasarkan persentase setiap aspek aktivitas yang diamati.
c. Analisis data kemampuan metakognisi
Data yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah data mengenai kemampuan
metakognisi dengan menggunakan instrumen dalam bentuk angket. Kisi-kisi
instrumen kemampuan metakognisi yang digunakan penelitian ini dapat dilihat
dari tabel berikut :
Tabel 3. Kisi-kisi instrumen metakognisi
No Faktor Indikator No Item Jumlah
1.Pengetahuandeklaratif
1. Siswa memilikipengetahuan sebelumbelajar
1(f),2 (u), 3(u), 4(f)
122. Mengetahui tentanginformasi bahan materiyang digunakan untukbelajar
5 (u), 6 (u), 7(u)
3 Mengetahuiketerampilan dankemampuanintelektualnya
8(u), 9(u),10(f), 11 (u),12 (u)
2PenegtahuanProsedural
1. Menyelesaikan danmelaksanakan prosedurpembelajaran
13. (f), 14 (f),15 (f), 16 (u),17 (f), 18 (f)
122. Siswa dapat
menentukan waktuyang tepat dalammelaksanakan prosedurpembelajaran
19. (f), 20 (u),21(u), 22(u)
31
Lanjutan Tabel 3. Kisi-kisi instrumen metakognisi
No Faktor Indikator No Item Jumlah
3. Siswa dapatmemperolehpengetahuan melaluieksperimen ataudiskusi kelompok
23. (f), 24 (u)
3PengetahuanKondisional
1. Menentukan kapanprosedur atau strategibelajar dapat digunakan
25. (f), 26(u),27 (f), 28 (u),29 (u), 30(f)
122. Siswa dapatmemperolehpengetahuan melaluicara belajar tertentu
31. (f), 32(f),33 (f), 34(f), 35 (f),36 (u)
Jumlah 36
Keterangan: (f) = favorable (pernyataan positif); jumlah = 18(u) = unfavorable (pernyataan positif); jumlah = 18
Berdasarkan tabel diatas, butir-butir pertanyaan disajikan dalam dua bentuk,
yaitu pernyataan positif dan penyataan negatif. Analisis data angket
kemampuan metakognisi menggunakan cara sebagai berikut :
1) Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban
berdasarkan pertanyaan angket. Pengkodean data ini dibuat buku kode yang
merupakan suatu tabel berisi tentang substansi–substansi yang hendak
diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut
serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.
2) Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan
untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap
jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya respon (pengisi
angket).
32
3) Memberi skor jawaban responden berdasarkan Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Penskoran pada angket kemampuan metakognisiNo Pilihan Jawaban Skala Pemberian Skor
Pernyataan Positif Pernyataan negatif1. Selalu 3 32. Kadang-kadang 2 23. Tidak pernah 1 1
4) Mengolah jumlah skor jawaban responden
Pengolahan jumlah skor (ƩS) jawaban angket adalah sebagai berikut :
a) Skor untuk pernyataan Selalu (SL)
(1) Pernyataan positif : skor = 3 x jumlah responden
(2) Pernyataan negatif : skor = 1 x jumlah responden
b) Skor untuk pernyataan Kadang-kadang (KD)
(1) Pernyataan positif : skor = 2 x jumlah responden
(2) Pernyataan negatif : skor = 2 x jumlah responden
c) Skor untuk pernyataan Tidak pernah (TP)
(1) Pernyataan positif : skor = 1 x jumlah responden
(2) Pernyataan negatif : skor = 3 x jumlah responden
5) Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :% = ∑ 100% (Sudjana, 2005)
Keterangan :% = Persentase jawaban angket-i pada model pembelajarandiscovery learning pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit∑ = Jumlah skor jawaban
= Skor maksimum yang diharapkan
33
6) Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat
kemampuan metakognisi pada model pembelajaran discovery learning
dengan rumus sebagai berikut :% = ∑%(Sudjana, 2005)
Keterangan :% = Rata-rata persentase angket-i pada pembelajaran discoverylearning pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit∑% = Jumlah persentase angket-i pada pembelajaran discoverylearning
= Jumlah butir soal
7) Menvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan
dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang
dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik atau angka-angka yang
tersedia (Marzuki, 1997).
8) Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan
Tabel 5 tafsiran skor Arikunto (1997).
Tabel.5 Tafsiran Skor (Persen)Persentase Kriteria
80,1%-100% Sangat tinggi60,1%-80% Tinggi40,1%-60% Sedang20,1%-40% Rendah0,0%-20% Sangat rendah
d. Analisis data penguasaan konsep
Penguasaan konsep kimia merupakan produk dari suatu kegiatan belajar
seseorang untuk mengerti dan memahami suatu obyek-obyek atau benda-benda
melalui pengamatan dan pengalaman seseorang dalam menyelesaikan masalah.
Penguasaan konsep ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh siswa dalam tes
34
penguasaan konsep (pretes dan postes). Peningkatan penguasaan konsep
ditinjukkan melalui nilai n-Gain tiap siswa, dihitung berdasarkan rumus
berikut:
− = % −%100 −%Kriterianya yaitu 1)Pembelajaran dengan nilai n-Gain “tinggi”, jika n-Gain >0
,7; 2) Pembelajaran dengan nilai n-Gain “sedang”, jika n-Gain terletak antara
0,3<n-Gain≤0,7; 3) Pembelajaran dengan nilai n-Gain “rendah”, jika n-Gain ≤
0,3 (Hake, 2002).
4. Analisis ukuran pengaruh (effect size)
Analisis terhadap ukuran pengaruh pembelajaran dengan model discovery
learning terhadap peningkatan kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep
siswa sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas, dan uji t-student.
a. Uji normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal
dari populasi berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas data
angket kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa dapat dilakukan
dengan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan software SPSS 17.0.
Hipotesis statistik untuk uji normalitas yaitu :
H0 = sampel aca berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = sampel acak berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
(Rusman,2014).
35
Kaidah yang digunakan untuk menguji normalitas adalah nilai signifikansi
(Sig.)yang terdapat pada hasil perhitungan Kolmogorov-Smirnov dengan taraf
signifikansi 5% ( α = 0,05). Kriteria pengambilan keputusan yang apabila Sig.
pada perhitungan lebih besar dari 0,05 (nilai Sig > 0,05) maka H0 diterima dan
apabila Sig. perhitungan lebih kecil dari 0,05 (nilai Sig < 0,05) maka H0 ditolak
(Santoso, 2010).
b. Analisis ukuran pengaruh (effect size)
Analisis terhadap ukuran pengaruh pembelajaran dengan model discovery
learning terhadap peningkatan kemampuan metakognisi dan penguasaan
konsep siswa dilakukan dengan menggunakan uji t perbedaan pretes-postes dan
uji effect size. Uji t dilakukan terhadap perbedaan n-Gain antara pretes dan
postes penguasaan konsep dan kemampuan metakognisi siswa. Perhitungan
uji-t perbedaan pretes dan postes dilakukan dengan software SPSS.17.0.
Hipotesis statistika untuk uji-t perbedaan pretes-postes yaitu:
= nilai pretes sama dengan nilai postes (tidak ada perubahan)
H1 = nilai pretes tidak sama dengan nilai postes (ada perubahan).
taraf kepercayaan yang digunakan adalah α=0,05. Nilai thitung dibandingkan
dengan nilai ttabel pada tarak kepercayaan 5% dengan kaidah keputusan adalah
jika ttabel < thitung maka H0 ditolak. Berdasarkan uji t perbedaan pretes-postes,
selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan ukuran pengaruh dengan
rumus :
36
= +Keterangan:
= efeect sizet = t hitung dari uji-tdf = derajat kebebasan
(Abujahjouh, 2014).
Kriteria:
≤ 0,15;efek diabaikan (sangat kecil)0,15 < ≤ 0,40;efek kecil0,40 < ≤ 0,75; efek sedang0,75 < ≤ 1,10;efek besar> 1,10; efek sangat besar(Dincer, 2015).
61
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai
berikut :
1. Pembelajaran discovery learning memiliki keprasktisan yang sangat tinggi
dalam meningkatkan kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa
pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
2. Pembelajaran discovery learning memiliki keefektifan yang sangat tinggi
dalam meningkatkan kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa
pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
3. Pembelajaran discovery learning memiliki berpengaruh besar dalam
meningkatkan kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa pada
materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Pembelajaran discovery learning dapat dijadikan pengetahuan bagi guru dan
calon guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan pembelajaran
discovery learning sebaiknya disertai dengan kemampuan guru mengelola
pembelajaran yang baik.
62
2. Peneliti yang akan menerapkan pembelajaran discovery learning hendaknya
memperhatikan alokasi waktu pembelajaran kimia disekolah.
3. Peneliti yang akan menerapkan pembelajaran discovery learning hendaknya
memilih sekolah yang memiliki jam pelajaran belajar pagi hari supaya dapat
berjalan maksimal.
4. Peneliti yang akan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaraan sebaiknya
memperhatikan persentase jumlah pengambilan sampel siswa yang digunakan
sebagai objek observasi.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abujahjouh, Y.M. 2014. The Effectiveness of Blended E-Learning Forum inPlanning for Science Intruction. Journal of Turkish Education, 11 (4) : 3- 16
Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.Jakarta
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Aritonang, K. T. 2008. Minat dan motivasi dalam meningkatkan hasil belajarsiswa. Jurnal Pendidikan Penabur, 7(10), 11-21.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran KimiaSma/Ma. BSNP. Jakarta.
Budiningsih, C. A. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Danial, M. 2016. Kesadaran Metakognisi, Keterampilan Metakognisi, danPenguasaan Konsep Kimia Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan, 17(3).
Depdiknas. 2005. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tahun2004 SMA, SMK, dan SLB. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. PT. Remaja RosdaKarya. Bandung.
Diantini. 2015. Efektivitas Model Discovery Learning dalam MeningkatkanKemampuan Generating pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.Skripsi. FKIP Unila. Bandarlampung.
Dincer, S. 2015. Effect of Computer Assisted Learning on Students’ AchievmentIn Turkey : a Meta- Analysis. Journal of Turkish Science Education, 12 (1):99-118.
Djamarah, S. B. & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). PTRineka Cipta. Jakarta.
64
Flavell, J. H. 1979. Metacognition And Cognitive Monitoring: A New Area OfCognitive–Developmental Inquiry. American psychologist, 34(10), 906.
Fraenkel, Jack. R. & Norman E. Wallen. 2012. How to Design and EvaluateResearch in Education 8th Edition. Boston: McGraw Hill Higher Education.
Hake, R. R. 2002. Relationship Of Individual Student Normalized Learning GainsIn Mechanics With Gender, High-School Physics, And Pretest Scores OnMathematics And Spatial Visualization. In Submitted To The PhysicsEducation Research Conference Boise, Id.
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. PTBumi Aksara. Jakarta.
Hamalik. O. 2014. Kurikulum Dan Pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Irani, S. 2013. Pengaruh Keterampilan Pengelolaan Kelas dan AkuntabilitasPembelajaran Guru Ekonomi terhadap Hasil Belajar Siswa SMK KelompokBisnis dan Manajemen di Kota Pariaman. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2(3).
Irmayani, S., & Viyanti, V. (2014). Pengaruh Keterampilan MetakognisiTerhadap Minat Dan Hasil Belajar Melalui Metode PembelajaranDiscovery. Jurnal Pembelajaran Fisika, 2(3).
Iskandar, S. M. 2016. Pendekatan Keterampilan Metakognitif DalamPembelajaran Sains Di Kelas. Erudio (Journal Of Educational Innovation),2(2).
Istiana, G. A., Saputro, A. N. C., & Sukardjo, J. S. 2015. Penerapan ModelPembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas DanPrestasi Belajar Pokok Bahasan Larutan Penyangga Pada Siswa Kelas XIIpa Semester II SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2013/2014.Jurnal Pendidikan Kimia, 4(2), 65-73.
Joolingen, W.V. 1998. Cognitive Tools For Discovery Learning. InternationalJournal Of Artificial Intelligence In Education (IJAIED), 10, 385-397.
Juniarsih, Q. A. Y., Chamisijatin, L., & Hindun, I. 2015. Peningkatan RetensiBelajar Materi Kalsifikasi Makhluk Hidup Melalui Penerapan DiscoveryLearning Dan Team Games Tournament pada Siswa Kelas VII-G SMPNegeri 18 Malang. In Prosiding Seminar Nasional Biologi. Malang: FKIPUniversitas Muhammadiyah Malang.
Karwono & Mularsih, H. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta PemanfaatanSumber Belajar. Penerbit Cerdas Jaya. Ciputat.
65
Kemp, J. E. 1994. Proses Perancangan Pengajaran. ITB. Bandung
Mahromah, L. A., & Manoy, J. T. 2013. Identifikasi Tingkat Metakognisi Siswadalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Perbedaan SkorMatematika. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 2(1).
Maurisa, A. M. (2016). Hubungan Kemampuan Membuat Peta Konsep DenganHasil Belajar Siswa Di Kelas XI MIA Pada Materi Pokok Sistem EkskresiManusia di SMA Negeri 1 Labuhan Deli Tahun Pembelajaran 2015/2016.Doctoral dissertation. UNIMED.
Mergel, B. 1998. Instructional Design And Learning Theory. Retrieved January,4, 2010.
Marzuki. 1997. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.
Neuenhaus, N., Artelt, C., Lingel, K., & Schneider, W. 2011. Fifth GradersMetacognitive Knowledge: General Or Domain-Specific?. EuropeanJournal of Psychology of Education, 26(2), 163-178.
Nieveen, N. 1999. Prototyping to Reach Product Quality, In Alker, JanVander, “Design Approaches and Tools in Education and Training”. KluwerAcademic Publisher. Dordrect.
Nugrahaningsih, T. K. 2012. Metakognisi Siswa SMA Kelas Akselerasi dalamMenyelesaikan Masalah Matematika. MAGISTRA, 24(82), 37.
Nurmala, V. 2016. Pembelajaran Simayang Tipe Ii Untuk MeningkatkanKemampuan Metakognisi Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada MateriLarutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit. Skripsi. Unila. Bandarlampung.
Petrucci, R. H. 1985. Kimia Dasar Prinsip Dan Terapan Modern Jilid 1. Jakarta:Erlangga.
Putra, R.Z. 2016. Efektifitas Model Pembelajaran POE untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Orisinil Siswa pada Materi Larutan Elektrolit danNon Elektrolit. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung
Rismayani, N. L. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learninguntuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa. Jurnal Jurusan PendidikanPKn, 1(2).
Rohim, F., & Susanto, H. 2012. Penerapan Model Discovery Terbimbing PadaPembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.Unnes Physics Education Journal, 1(1)
66
Rokhayati, N. 2011. Peningkatan Penguasaan Konsep Matematika Melalui ModelPembelajaran Guided Discovery-Inquiry Pada Siswa Kelas VII SMP N 1Sleman. Doctoral dissertation. UNY.
Rosnawati, R. 2009. Enam Tahapan Aktivitas Dalam Pembelajaran Matematikauntuk Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. In SeminarNasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA 2009.
Rusman, T. (2014). Bahan Ajar: Statistik. Bandar Lampung: FKIP UniversitasLampung.
Sanjaya, W. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Prenada Media Grup:Jakarta.
Santoso, A. 2010. Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di FakultasPsikologi Universitas Sanata Dharma. Jurnal Penelitian, 14(1).
Santrock, J.W. 2009. Psikologi Pendidikan. Salemba Humanika: Jakarta.
Schraw, G., & Dennison, R. 1994. Assesising Metacognitive Awareness.Contemporary Educational Psychology, 19: 460-475.
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan-Teori dan Praktik. Indeks. Jakarta.
Sudarma, I. N., Dantes, N., & Tika, I. N. (2014). Pengaruh Model PembelajaranBerbasis Masalah Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VSD Gugus II Kecamatan Kuta Tahun Pelajaran 2013/2014. JurnalPendidikan Dasar, 4(1).
Sudjana.2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Sudjana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo:Bandung.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Alfabeta:Bandung.
Suhana. C. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran (Edisi Revisi). PT RefikaAditama: Bandung.
Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA UPI. Bandung
Sukaesih, S. 2011. Analisis Sikap Ilmiah dan Tanggapan Mahasiswa TerhadapPenerapan Model Pembelajaran Berbasis Praktikum. Jurnal penelitianpendidikan, 28(1).
67
Sulistyowati, N., Widodo, A. T. W. T., & Sumarni, W. 2012. Efektivitas ModelPembelajaran Guided Discovery Learning Terhadap KemampuanPemecahan Masalah Kimia. Chemistry in Education, 1(2).
Sunyono. 2012. Analisis Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasidalam Membangun Model Mental Stoikiometri Mahasiswa. Laporan HasilPenelitian Hibah Disertasi Doktor_2012. Lembaga Penelitian UniversitasNegeri Surabaya.
Sunyono. 2014. Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi DalamMenumbuhkan Model Mental Dan Meningkatkan Penguasaan KonsepKimia Dasar Mahasiswa. Disertasi. Pascasarjana Universitas NegeriSurabaya : tidak diterbitkan.
Sunyono. 2015. Model Pembelajaran Multiple Representasi, PembelajaranEmpat Fase Dengan Lima Kegiatan: Orientasi, Eksplorasi Imajinasit,Internalisasi, Dan Evaluasi. Yogyakarta : Media Akademi.
Suprijono, A. 2014.Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Surayani, N & Agung, L. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: PenerbitOmbak.
Sutarno,N. 2008. Materi Dan Pembelajaran IPA SD. Universitas Terbuka.
Suyanti, R.D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Tugiyah. 2016. Perbandingan Simayang Tipe-Ii Dengan Discovery LearningTerhadap Kemampuan Metakognisi Dan Penguasaan Konsep. Skripsi. UnilaBandar Lampung
Widiadnyana, I. W., Sadia, I. W., & Suastra, I. W. 2014. Pengaruh ModelDiscovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Ipa Dan Sikap IlmiahSiswa SMP. Jurnal Pendidikan Ipa, 4(1).
Widoyoko, S. E. P., & Rinawat, A. (2013). Pengaruh kinerja guru terhadapmotivasi belajar siswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 5(2).