pembuatan dan analisis stik ubi kopi
TRANSCRIPT
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 1
PEMBUATAN DAN ANALISIS STIK UBI KOPI
Soma Murni Setiawati, A.Md1, Sherly Maulina2
1Guru SMK-SMAK Padang 2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan dan menambah nilai jual dari ubi jalar merah yang selama ini
kurang diminati oleh masyarakat. Padahal jika dilihat dari segi kesehatan, ubi jalar merah baik untuk kesehatan
karena ubi jalar merah mempunyai kandungan gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, kalsium, vitamin
A, vitamin C. Pada penelitian ini ubi jalar merah yang diolah menjadi stik ubi kopi dianalisis dengan paremeter uji
kadar lemak metode sokletasi, kadar air metode thermogravimetri, cemaran mikroba metode angka lempeng total
serta uji organoleptik. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan didapatkan hasil kadar lemak 31,28% ; kadar
air 3,36% ; angka lempeng total <30x10-2 (5,0x102 koloni/gram). Hasil yang didapatkan sesuai dengan SNI 01-
2886-2000, sehingga stik ubi kopi ini dapat dan layak dikosumsi oleh masyarakat. Stik ubi kopi ini dibuat dengan
modal Rp.80.500,- dan mendapatkan keuntungan Rp. 24.500,-.
ABSTRACT
Research is underway to utilize and add value to the sale of red sweet potatoes that have been less than
enthused by the community. In fact, if viewed in terms of health, red sweet potatoes good for health because it
has a red sweet potato nutrients such as protein, fat, carbohydrates, minerals, calcium, vitamin A, vitamin C. In
this study red sweet potato is processed into yam sticks coffee test parameter analyzed by the method sokletasi
fat content, moisture content thermogravimetri method, microbial contamination as well as the total plate count
method of organoleptic tests. From the research that has been implemented the results obtained 31.28% fat
content; water content of 3.36%, total plate count <30x10-2 (X102 5.0 colonies / gram). The results obtained in
accordance with SNI 01-2886-2000, so stick sweet and decent coffee can consumed by the community. These
sticks are made with sweet coffee Rp.80.500 capital, - and a profit of Rp. 24 500.
PENDAHULUAN
Ubi jalar atau ketela rambat (lpomoea batatas L.)
merupakan salah satu sumber karbohidrat yang
baik dan tidak hanya sebagai sumber karbohidrat,
ubi jalar merah juga kaya dengan protein, lemak,
kalori, serat, abu, kalsium, fosfor, zat besi, karoten,
vitamin B1, B2, C dan asam nikoninat. Namun,
karena pengolahan ubi jalar yang kurang variatif
disertai dengan stigma murahan membuat ubi jalar
jarang dikosumsi masyarakat Indonesia. Karena
kandungan karbohidrat yang tinggi pada ubi jalar
merah membuat penulis berkeinginan untuk
menggunakan ubi jalar merah sebagai bahan dasar
utama dalam pembuatan makanan ringan.
Makanan ringan atau kudapan atau dalam bahasa
inggrisnya snack adalah istilah bagi makanan yang
bukan merupakan menu utama (makan pagi,
makan siang atau makan malam). Makanan yang
dianggap makanan ringan adalah sesuatu makanan
yang dapat menghilangkan rasa lapar seseorang
sementara waktu, memberi sedikit pasokan tenaga
ke tubuh atau sesuatu yang dimakan untuk
dinikmati rasanya. Makanan ringan yang beredar di
pasaran sangat banyak jenisnya dan banyak
diantara makanan ringan tersebut dibuat dari bahan
– bahan yang mengandung karbohidrat seperti
tepung baik tepung terigu, tepung tapioka ataupun
tepung jagung. Karena hal tersebut membuat
penulis berinovatif untuk membuat suatu makanan
ringan yang terbuat dari bahan dasar ubi jalar
merah.
Pada pembuatan makanan ringan dari ubi jalar ini
ditambahkan kopi sebagai perasa. Kopi terkenal
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 2
akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein
sendiri merupakan senyawa hasil metabolisme
sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan
memiliki rasa yang pahit. Berbagai efek kesehatan
dari kopi pada umumnya terkait dengan aktivitas
kafein di dalam tubuh. Menurut Harvard Women’s
Health, konsumsi kopi bebepara cangkir sehari
dapat mengurangi resiko diabetes tipe 2,
pembentukan batu ginjal, kanker usus besar,
penyakit parkinson, kerusakan fungsi hati (sirosis),
penyakit jantung serta menghambat penurunan
daya kognitif otak.
Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk
menghasilkan suatu produk makanan olahan
dengan bahan dasar ubi jalar merah dan kopi
sebagai perasa yang penulis beri nama Stik Ubi
Kopi dengan harapan makanan ringan ini dapat
diterima oleh semua pihak.
METODA
Metoda yang digunakan untuk Penetapan Kadar
Lemak adalah Metode SokletasI, untuk Penetapan
Kadar Air adalh Metode Thermogravimetri, untuk Uji
Cemaran Mikroba adalah Metode Angka Lempeng
Total (ALT), dan untuk Uji Organoleptik adalah Uji
Hedonik.
EKSPERIMENTAL
Pengambilan Sampel
Sampel yang dianalisis dibuat sendiri pada satu kali
proses pembuatan, dimana prosuk yang jadi
ditempatkan pada suatu wadah dan dihomogenkan.
Pengambilan sampel diambil secara acak yaitu
yang dapat mewakili dari seluruh sampel yang ada.
Jumlah sampel yang diambil disesuaikan dengan
jumlah yang dibutuhkan untuk proses analisis (+
300 gram), kemudian dihaluskan dan disimpan
untuk proses analisis.
UJI CEMARAN MIKROBA
Cara Uji
Disterilkan area kerja dan semua peralatan yang
akan digunakan. Dibuat larutan pengencer BPW
0,1% masing – masing 9 ml untuk pengenceran 10-
2,10-3 sampai dengan pengenceran 10-5 ke dalam
tabung reaksi steril. Ditimbang 1 gr contoh padatan,
kemudian ditambahkan 9 ml larutan pengencer
BPW 0,1% hingga diperoleh pengenceran 1:10 lalu
dihomogenkan. Dipipet sampel yang telah
diencerkan tersebut sebanyak 1ml, kemudian
dimasukan ke dalam pengenceran 10-2 dan
dihomogenkan. Kemudian dipipet 1ml lagi dari
pengenceran 10-2 yang telah dihomogenkan lalu
dimasukan ke dalam pengenceran 10-3, bagitu juga
perlakuannya pada pengenceran 10-4 dan
pengenceran 10-5, dan dihomogenkan. Lalu dari
pengenceran 10-4 dan10-5 yang telah dihomogenkan
tersebut dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam
cawan petri secara duplo. Ditambahkan 15-20 ml
PCA yang sudah didinginkan hinnga temperature
450C pada masing-masing cawan yang sudah berisi
suspensi. Supaya larutan contoh dan media PCA
tercampur seluruhnya, lakukan pemutaran cawan
ke depan dan ke belakang atau membentuk angka
delapan dan diamkan sampai menjadi padat.
Diingkubasikan pada temperature 340C sampai
dengan 360C selama 2x24 jam dengan meletakkan
cawan pada posisi terbalik.
Perhitungan Jumlah Koloni
Dihitung jimlah koloni pada setiap seri pengenceran
kecuali cawan petri yang berisi koloni menyebar
(spreader colonies).Pilih cawan yang mempunyai
jumlah koloni 25-150.
PENETAPAN KADAR AIR
Berat Konstan Cawan Penguap
Cawan penguap dicuci dan dikeringkan. Cawan
penguap dimasukkan ke dalam oven pada suhu
105° C selama 2 jam. Dinginkan dalam desikator
selama 15-30 menit. Cawan penguap ditimbang
hingga berat konstan.
Penetapan kadar air
Sampel ditimbang dengan teliti 1 – 2 gram
menggunakan cawan penguap yang telah konstan.
Panaskan sampel tersebut di dalam oven selama 3
jam dengan suhu 105° C. Setelah 2 jam dinginkan
cawan dan sampel dalam desikator + 15 menit.
Timbang cawan penguap dan sampel hingga
didapat berat konstan. Hitung kadar air dari sampel.
PENETAPAN KADAR LEMAK
Timbang dengan teliti sampel sebanyak 2 g.
Dimasukkan ke dalam selongsong kertas yang
dilapisi dengan kapas. Dilapisi selongsong tersebut
dengan kapas lagi. Keringkan dalam oven (800C)
selama 1 jam. Masukkan ke dalam alat soklet yang
telah dihubungkan dengan labu destilasi ( labu
lemak) berisi batu didih dengan berat yang telah
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 3
diketahui bobotnya. Diekstrak dengan n-Heksana
atau pelarut lemak lainnya selama ± 6 jam. Uji
terlebih dahulu dengan mengambil sedikit pelarut
yang terdapat dalam tabung ekstrator dan
direaksikan dengan NaOH dimasukkan dalam
tabung reaksi kemudian dikocok kemudian dikocok,
jika terdapat busa maka proses ekstrasi diteruskan
atau sebaliknya. Atau dapat juga dengan cara
meneteskan pelarut dari tabung ekstrator ke atas
kertas, jika ada noda lemak maka proses ekstrasi
diteruskan atau sebaliknya. Disuling sisa n-Heksana
dan dikeringkan ekstrak lemak dalam oven pada
suhu 1050C. Dinginkan dengan desikator dan
kemudian timbang, ulangi langkah ini hingga
didapat bobot konstan.
UJI ORGANOLEPTIK
Diperiksa sampel secara organoleptik terhadap
warna, rasa, tekstur, dan aroma. Uji dilakukan oleh
beberapa panelis tak terlatih. Dibuat tabel pengujian
mewakili respon.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil pratikum yang telah dilaksanakan
didapatkan hasil penentuan cemaran mikroba,
kadar air, kadar lemak dan uji organoleptik dari stik
ubi kopi sebagai berikut :
No Parameter
uji Hasil
Standar
SNI 01-2886-
2000
1 Cemaran
mikroba
<30x10-2
(5,0x102
koloni/
gram)
Maks. 4x104
koloni/ gram
2 Kadar air 3,36% Maks. 4%
3 Kadar
lemak 31,28% Maks. 38%
4 Uji organo-
leptik
a. Penilai-
an
b. Warna
c. Tekstur
d. Aroma
e. Rasa
83,34% menyatakan suka
83,34% menyatakan
kuning kecoklatan
73,33% menyatakan
renyah
70% menyatakan harum
83,34% menyatakan enak
Pembahasan
Dari hasil pratikum yang telah dilakukan dengan
parameter uji penentuan cemaran mikroba, kadar
air, kadar lemak dan uji organoleptik didapatkan
hasil analisis untuk penentuan cemaran mikroba
<30 x 102 (5,0 x 102 koloni/g), kadar air 3,36%,
kadar lemak 31,28% dan uji organoleptik dari 30
panelis menyatakan suka 83,34% ; kuning
kecoklatan 83,34% ; renyah 73,33% ; harum 70% ;
enak 83,34%. Dari hasil analisis di atas dapat
diketahui bahwa produk ini layak untuk dikosumsi
karena hasil analisis yang didapatkan sesuai
dengan standar SNI 01-2886-2000 tentang
makanan ringan ekstrudat.
Produk stik ubi kopi ini memiliki potensi pasar cukup
bagus dan luas karena belum ditemukannya produk
yang sama yang beredar di pasaran. Namun,
produk ini belum cukup dikenal oleh masyarakat.
Untuk itu dalam pemasaran produk ini perlu
dilakukan promosi kepada masyarakat sekitar untuk
perkembangan produk stik ubi kopi ini.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan pada
produk yang telah dibuat didapatkan hasil : uji
cemaran mikroba pada stik ubi kopi adalah <30x102
(5,0 x 102 koloni/gram), kadar air pada stik ubi kopi
adalah 3,36%, kadar lemak pada stik ubi kopi
adalah 31,28%, dan uji organoleptik dari 30 panelis
menyatakan penilaian: suka, warna: kuning
kecoklatan, rasa: enak, bau: harum, tekstur: renyah.
SARAN
Penulis menyarankan kepada masyarakat untuk
memilih makanan yang sehat, memilki nilai gizi
yang baik untuk tubuh, tidak hanya memilih
makanan hanya karena rasanya yang enak tanpa
memperhatikan nilai gizi dari makanan tersebut.
Dengan sedikit kreativitas dalam pengolahan
sehingga dapat menciptakan produk hasil olahan
makanana yang lebih bervariasi, menarik, dan
meningkatkan harga jual.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-4493-
199 Uji Ubi Jalar. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 4
Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 01-2886-
2000 Makanan Ringan Ekstrudat.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-2891-
1992 Cara Uji Makanan dan Minuman.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Bambang Cahyono,Ir. 2011. Sukses Bertanam
Kopi. Jakarta: Pustaka Mini.
Dede Juanda dan Bambang Cahyono. 2000. Ubi
Jalar. Yogyakarta: Kanisius.
Elizarni, dkk.2007. Modul Organoleptik. SMAK.
Padang.
http://id.wikipedia.org/wiki/Makanan_ringan
http://www.plantamor.com/index.php?plant=711.
Diakses pada tanggal 15 Februari 2012
jam 19.23 WIB
http://www.suaramerdeka.com/harian/0705/07/raga
m01.htm. Diakses pada tanggal
15Februari 2012 jam 19.15 WIB
http://www.lintas.me/go/budiboga.blogspot.com/kan
dungan-gizi-ubi-jalar-merah-vitamin-a-
nya-mencapai-2310-mcg-/1/. Diakses
pada tanggal 15 Februari 2012 jam 19.40
WIB
Sudarmadji, Slamet, dkk.2003. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta.
Winarno.1992.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 5
PEMBUATAN DAN ANALISIS ES KRIM JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus)
Fitriyeni, M.Si 1, Miko Kurniawan2 1Guru SMK-SMAK Padang
2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi dengan
berbagai macam asam amino esensial yang terkandung di dalamnya, maka dari itu penulis tertarik untuk
membuat es krim dari jamur tiram dimana es krim sangat disukai di semua kalangan. Dalam analisisnya
digunakan metoda mikro kjedhal untuk penetapan protein, metoda weibull untuk penetapan lemak dan metoda
hitung cawan untuk cemaran mikroba (angka lempeng total). Dari analisis yang dilakukan didapatkan kadar
protein sebesar 11,49%, kadar lemak 7,98% dan 20 x 103 untuk angka lempeng total. Hasil tersebut telah
memenuhi syarat yang ditentukan SNI.
Kata kunci: es krim, jamur tiram
ABSTRACT
Oyster mushrooms (Pleurotus ostreatus) is a fungal food that hashigh nutrient content to a wide range of
essential amino acidscontained in it, therefore the authors are interested in making icecream of mushroom oyster
where the ice cream is preferred in allwalks of life. In the analysis method used for determination of proteinmicro
kjedhal, Weibull method for the determination of fat and the method of calculating the cup for microbial
contamination (total plate count). Obtained from the analysis conducted by the protein content of 11.49%, 7.98%
fat and 20 x 103 for total plate count. These resultshave been determined eligible SNI.
Keywords: ice cream, oyster mushrooms
PENDAHULUAN
Es krim adalah jenis makanan semi padat yang
dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau
dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati,
gula, dengan atau tanpa bahan makanan lain dan
bahan makanan yang diizinkan.
Kandungan gizi jamur tiram yaitu protein rata-rata
3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat
lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika
dihitung berat kering. Kandungan proteinnya 10,5-
30,4%. Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum
13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%. Jamur
tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu
lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin,
isoleusin, histidin, dan fenilalanin. 72% lemak dalam
jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh
sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita
kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun
gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam
lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida
kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa
enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin
penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1
(tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan
provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup
tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium,
Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium. Mineral
utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb.
Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70%
dari total abu dengan kadar K mencapai 45%.
Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam
jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur
ini aman dikonsumsi setiap hari (Direktorat Jenderal
Hortikultura Departemen Pertanian)
METODA
Metoda yang digunakan untuk protein adalah
semimikro kjedhal. Penetapan kadar lemak metoda
weibull. Uji angka lempeng total metoda total plate
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 6
count (TPC). Dan uji organoleptik metoda secara
hedonik (tingkat kesukaan).
EKSPERIMENTAL
Pengambilan Sampel
Diambil cuplikan sejumlah yang dibutuhkan untuk
dianalisis secara representatif, homogenkan contoh
dan siap untuk dianalisis.
PENENTUAN KADAR LEMAK
Ditimbang sampel 1-2 g ke dalam gelas piala lalu
tambahkan 30 mL HCl 25% dan 20 mL air serta
beberapa butir batu didih. Tutup gelas piala dengan
kaca arloji dan didihkan selama 15 menit kemudian
saring dalam keadaan panas dan cuci dengan air
panas sehingga tidak bereaksi asam lagi. Keringkan
kertas saring berikut isinya pada suhu 1000 C - 1050
C, masukkan kertas saring tersebut ke dalam kertas
saring pembungkus (paper thimble) dan ekstrak
dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama
2 – 3 jam pada suhu ±800C setelah itu sulingkan
larutan heksana atau pelarut lemak lainnya dan
keringkan ekstrak lemak pada suhu 1000 - 1050 C.
Dinginkan dan timbang labu kjedhal. Ulangi proses
pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap
(konstan)
PENENTUAN KADAR PROTEIN
Standarisasi Asam Klorida 0,01 N dengan
Natrium Borak 0,01 N
Dipipet larutan Na2B4O7 10 mL, dimasukkan kedlam
Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 25 mL aquades,
indikator MM, dititrasi dengan HCl dengan TAT
orange.
Penentuan Kadar Protein
Ditimbang teliti 0,5100 gram contoh dimasukkan
kedalam labu kjedhal 100 mL. Ditambahkan 2,0000
gram campuran selen dan 25 mL H2SO4 pekat
teknis. Didestruksikan hingga larutan hijau jernih.
Setelah didinginkan, diencerkan dalam labu ukur
100 mL. Dipipet 5 mL dengan pipet gondok dan
dipindahkan kedalam labu didih 250 mL serta
ditambahkan batu didih. Ditambahkan 2-3 tetes
indikator PP dan 5 mL NaOH 30 % (berlebih) dan
hubungkan dengan alat penyuling. Hasil sulingan
ditampung dengan 10 mL H3BO3 2 % , dan 3-5 tetes
indikator MM. Sulingkan hingga hasil sulingan
berwarna kuning. Dititar hasil sulingan dengan HCl
0.01 N dengan titik akhir titrasi orange. Dikerjakan
blanko dengan mengganti bahan dengan aguades,
lakukan destruksi, destilasi, dan titrasi seperti bahan
contoh.
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL
Dipipet 1 mL dari masing-masing pengenceran
yang telah dibuat ke dalam cawan petri steril secara
duplo, kemudian dituangkan sebanyak 12-15 mL
media PCA yang telah dicairkan yang bersuhu 45 ±
10C dalam waktu 15 menit dari pengenceran
pertama ke dalam setiap cawan petri. Digoyangkan
cawan petri dengan hati – hati (diputar dan
digoyangkan ke depan dan ke belakang serta ke
kanan dan ke kiri) hingga contoh tercampur rata
dengan pembenihan. Dikerjakan pemeriksaan
blanko dengan mencampur air pengencer dengan
perbenihan untuk setiap contoh yang diperiksa. Lalu
dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri
membeku kemudian dimasukkan semua cawan
petri dengan posisi terbalik ke dalam inkubator dan
diinkubasikan pada suhu 35 ± 10C selama 24 – 48
jam. Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan
yang mengandung 25 – 250 koloni setelah 48 jam.
Setelah itu, dihitung angka lempeng total dalam 1
gram atau 1 mL contoh dengan mengalikan jumlah
rata-rata koloni pada cawan dengan faktor
pengenceran yang digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENENTUAN KADAR PROTEIN
Parameter Hasil
Standar
Nasional
Indonesia
(SNI)
Penetapan
Kadar Protein 11,49% Min 2,7%
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan kadar
protein sebesar 11,49% dan hasil ini telah
memenuhi syarat SNI dimana standarnya min
2,7%. Tingginya kadar protein yang didapat
dikarenakan pada bahan buku untuk pembuatan
produk ini mengandung kadar protein yang tinggi
adapun penambahan susu dan telur menjadi salah
satu faktor tingginya kadar protein yang terdapat
pada produk ini. Kadar protein dari jamur tiram itu
sendiri rata-rata sebesar 3,5 – 4 %. Tingginya kadar
protein dalam produk ini sangat bagus bagi yang
mengkonsusmi karena protein sangat penting bagi
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 7
kehidupan organisme pada umumnya, karena
protein berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh
yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan
tubuh.
PENENTUAN KADAR LEMAK
Parameter Hasil
Standar
Nasional
Indonesia
(SNI)
Penetapan
Kadar Lemak 7,98% Min 5%
Kadar lemak yang didapat dari praktikum yaitu
sebesar 7,98% dan sesuai dengan SNI (min 5%).
Kadar lemak yang didapat tidak terlalu tinggi karena
bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatan es
krim ini adalah bahan-bahan yang rendah lemak.
Lemak yang dihasilkan sebagian besar berasal dari
adanya penambahan susu. Lemak yang terkandung
dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh.
Rendahnya lemak yang ada pada es krim ini sangat
baik dikonsumsi oleh penderita kelebihan kolesterol.
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL
Parameter Hasil
Standar
Nasional
Indonesia
(SNI)
Angka Lempeng
Total
20x103
koloni/g
2,0x105
koloni/g
Setelah dilakukan uji cemaran mikroba (angka
lempeng total) didapatkan banyaknya koloni
sebesar 20 x 103 koloni/g, hasil ini cukup tinggi
dikarenakan pada pembuatan produk tidak adanya
pasteurisasi sehingga jumlah koloni yang tumbuh
cukup banyak namun hasil ini masih memenuhi
sayarat mutu SNI dimana standarnya 2,0 x 105.
UJI ORGANOLEPTIK
No Parameter
Uji Hasil
1 Uji Organo-
leptik
tingkat kesukaan = 93 %
warna putih = 96 %
rasa manis = 93 %
aroma susu = 83 %
Uji organoleptik terhadap 40 orang panelis tidak
terlatih mulai dari remaja putra dan putri, didapatkan
persentase tertinggi dari masing-masing parameter
yaitu tingkat kesukaan “suka”, warna “putih”, rasa
“manis”, dan aroma “susu”. Ini berarti produk dapat
dipasarkan karena masyarakat cukup menyukai
produk ini.
KESIMPULAN
Jadi dari praktikum yang telah dilakukan
didapatkan, kadar protein sebanyak 11,49%, kadar
lemak sebanyak 7,98% dan angka lempeng total 20
x 103. Jadi es krim jamur tiram ini telah memenuhi
syarat mutu SNI sehingga es krim jamur tiram ini
layak untuk dipasarkan dan dikonsumsi oleh
masyarakat luas.
SARAN
Disarankan kepada analis/peneliti yang ingin
melanjutkan proyek ini agar bisa lebih membuat es
krim dengan variasi lain dan tetap memeperhatikan
nilai gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil. 1996. Pengantar Praktikum Kimia
Organik. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaaan : Yogyakarta.
Mulyono HAM, M.Pd. 2008. Membuat Reagen
Kimia di Laboratorim. Bumi Aksara:Jakarta
Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan,
Daging dan Telur. Penerbit Liberty.
Yogyakarta
Idris, S. 1992. Pengantar Teknologi Pengolahan
Susu. Fakultas Perternakan Universitas
Brawijaya. Malang
Standar Nasional Indonesia. SNI 01-2897-1992.
Cara Uji Cemaran Mikroba. Badan
Standarisasi Indonesia.
Standar Nasional Indonesia. SNI 01-2891-1992. Uji
Makanan Minuman. Badan Standarisasi
Indonesia.
Standar Nasional Indonesia.SNI 01-3713-1995. Es
Krim. Badan Standarisasi Indonesia
Sudarmaji, Slamet.dkk. 1989. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty
Yogyakarta dan UGM : Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram
http://www.iptek.net.id/jamur
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 8
PEMBUATAN SIRUP MANGGIS dan ANALISISNYA
(Garcinia mangostana L)
1Afridayanti,S.Pd, 2 Komariah
1Guru SMK-SMAK Padang 2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sejenis pohon dari daerah tropika yang diyakini berasal dari Asia
Tenggara. Sirup Manggis berupa minuman kesehatan dengan rasa lezat serta memiliki banyak manfaat bagi
manusia terutama kulitnya. Dalam kulit manggis terkandung berupa senyawa xanthone yang berfungsi
sebagai anti oksidan yang kuat untuk menambah dan mendukung sistem kekebalan manusia. Selain itu juga
berkhasiat sebagai anti penuaan diri, mengobati serangan jantung, anti kanker dan tumor, serta baik untuk
tulang dan gigi. Sirup merupakan salah satu bentuk alternatif produk yang dianjurkan, karena lebih tahan lama ,
mudah dicampur,dan diperkaya zat gizi.
Komposisi dari sirup manggis yaitu daging buah manggis, kulit manggis, air, madu, gula aren. Manggis termasuk
famili Guttiferae, daunnya berbentuk bundar memanjang, tebal dan mengkilat. Setelah produk dibuat dan
dilanjutkan dengan analisis kandungan gizinya, maka didapatkan kadar gula 29,82%, kadar vitamin C 0,00375%,
dan cemaran mikroba 1x10-2
ABSTRACT
Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is a kind of perpetual green trees of tropical regions that are believed
from North Asia. Mangosteen syrup health is a drink with a delicious taste and has many benefits for humans,
especially the skin. In the mangosteen peel contained a xanthone compound that serves as a powerful
antioxidant to supplement and support the human immune system. It is also efficacious as an anti-aging self, treat
a heart attack, anti-cancer and tumors, as well as good for the bones and teeth. Syrup is a form of alternative
products that is recommended, because it is more durable, easily mixed and enriched nutrients.
The composition of the mangosteen syrup is fruit mangosteen, mangosteen peel, water, honeyand palm
sugar.Mangosteen is including in guttiferal family, elongated circular shaped leaves, thick and shiny. One the
product is made and continued with the analysis of nutritional content, the sugar obtained 29,82%, 0,00375%
vitamin C, and microbial contamination 1x10-2.
PENDAHULUAN
Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon
yang berasal dari hutan tropis yang teduh di
kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara
Malaysia dan Indonesia. Tanaman ini menyebar ke
daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya
seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan
Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut
dengan berbagai macam nama lokal seperti
manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung),
Manggusto (Sulawesi Utara), Manggis (Sumatera
Barat). Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25
meter. Buahnya juga disebut manggis, berwarna
merah keunguan ketika matang, meskipun ada pula
varian yang kulitnya berwarna merah. Buah
manggis dalam perdagangan dikenal sebagai "ratu
buah", sebagai pasangan durian, si "raja buah".
Berkat permintaan ekspor yang terus meningkat,
dalam beberapa tahun terakhir manggis mulai
dikebunkan. Tujuannya untuk dinikmati daging
buahnya yang putih dan terasa segar di mulut.
Menikmati daging buahnya boleh saja, tetapi
kulitnya jangan dibuang. Sebab, sejak abad ke-13
di China, kulit buah manggis dipakai sebagai obat
anti diare dan anti disentri.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 9
Khasiat dan manfaat dari buah manggis
diantaranya, pencegahan dan penyembuhan
penyakit kanker. Sekarang ini sedang dilakukan
penelitian tentang khasiat buah manggis terhadap
penyakit-penyakit kanker. Hasil penelitian, ekstrak
yang terdapat pada buah manggis dapat mencegah
tumbuhnya sel-sel pada penderita leukimia,
menahan laju perkembangan sel pada kanker paru-
paru, kanker hati, dan kanker usus. Mencegah
penyakit mematikan, buah ini berkhasiat mengatasi
penyakit yang dianggap berbahaya seperti
diabetes, kanker, penyakit jantung, dan lainnya.
Buah manggis juga berkhasiat mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit. Seorang dokter di
Amerika Serikat mengaku mengganti obat-obatan
penghilang rasa sakit yang diderita di lehernya
dengan mengkonsumsi buah manggis secara rutin,
dan banyak lagi manfaat buah manggis lainnya. (
elitha - eri.net )
Buah yang berasa asam-manis ini tidak hanya
menimbulkan sensasi kesegaran saja. Dibalik
warnanya yang gelap dan kesegarannya tersimpan
berbagai kandungan senyawa yang bermanfaat
untuk kesehatan. Pada umumnya masyarakat
menyukai kesegaran buah manggis yang bertekstur
halus dan putih.
Manggis biasa diolah menjadi bermacam produk
diantaranya sirup, teh, jus, dan lainnya. Salah satu
hasil olahan manggis adalah sirup. Sirup
merupakan minuman segar yang diproses dengan
penambahan gula ke dalam bubur buah, untuk
mengkonsumsi perlu pengenceran dengan air, baik
air panas maupun dingin. Untuk perbaikan
penampilan, sering ditambahkan pewarna dan
bahan penstabil atau pengisi ke dalam sirup.
Berdasarkan keterangan diatas, penulis tertarik
untuk membuat sirup manggis yang berbahan
dasar daging buah dan kulit buah manggis.
METODA
Metoda yang digunakan adalah uji hedonik
terhadap tekstur, bau, rasa, dan warna dengan
metoda organoleptik, penentuan kadar gula dengan
metoda luff schoorl, penentuan kadar vitamin C
secara iodimetri dan uji angka lempeng total
dengan metoda TPC.
EKPERIMENTAL
Pengambilan Sampel
Pengambilan bahan dasar pembuatan sirup berasal
dari manggis yang dibeli di daerah gadut dipilih dari
kondisi yang baik. Sampel untuk dianalisis diambil
dari buah dan kulit manggis itu sendiri kemudian
dipisahkan masing-masing komponennya.
PEMBUATAN PRODUK
Pembuatan sirup manggis
Buah manggis segar sebanyak 2 kg, dipisahkan
antara buah dan kulitnya lalu dimasak hingga sari
buah menjadi kering dan biji terlepas dari daging
buah kemudian disaring, tambahkan air 1L,
tambahkan gula 1,25 g dan diaduk hingga kental
selama 3-4 jam.
Cuci bersih kulit manggis, buang bagian terluar
yang keras, daging kulit dalam manggis
dihancurkan dan diambil sebanyak 1 kg, lalu
direndam didalam etanol 70% selama 24 jam,
didapatkan cairan berlapis, lapisan pertama
bewarna ungu dan lapisan kedua bewarna putih,
diambil lapisan bewarna ungu ditambahkan ekstrak
rosella 10mL dan madu 40mL, panaskan dengan
suhu 90-95°C selama 10 menit, dinginkan dan
tambahkan pewarna blackcurrant 1% seujung
sendok.
Campurkan buah manggis yang sudah kental
dengan zat pewarna kulit manggis, aduk hingga
rata, dinginkan, dan kemas dalam botol.
Cara uji gula (SNI 01.2892-199)
Persiapan sampel
Ditimbang 2 gr sampel dengan teliti, masukkan ke
dalam labu ukur 250 mL tambahkan sedikit
aquadest dan kocok. Ditambahkan 5 mL Pb asetat
setengah basa kemudian dikocok.Tambahkan 1
tetes (NH4)2 HPO4 10% (bila terbentuk endapan
putih maka penambahan Pb asetat setengah basa
sudah cukup).Tambahkan 15mL larutan (NH4)2
HPO4 10% untuk menguji apakah Pb asetat
setengah basa sudah diendapkan seluruhnya,
teteskan 1-2 tetes (NH4)2 HPO4 10% apabila tidak
timbul endapan berarti penambahan (NH4)2 HPO4
10% sudah cukup.Kocok dan paskan dengan
aquadest sampai tanda batas, homogenkan,
didiamkan dan disaring hingga didapat filtrat (F1).
Sebelum inversi
Dipipet 10mL filtrate (F1) dan masukkan kedalam
erlenmeyer. Pasang pendingin tegak pada mulut
erlenmeyer lakukan refluk, waktu 3 menit sudah
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 10
mendidih. Panaskan terus selama 10 menit (pakai
stopwatch) kemudian angkat dan segera
didinginkan dalam bak berisi es (jangan digoyang).
Setelah didinginkan tambahkan 25 mL larutan
H2SO4 25% dan 10 mL larutan KI 20% (hati-hati
terbentuk gas CO). Titrasi dengan larutan standar
thio 0,1 N hingga kuning gading. Tambahkan 2 mL
amilum 0,5% dititrasi kembali dengan larutan Thio
0,1N hingga TAT hilang warna biru (dicatat sebagai
Vs). Lakukan titrasi secara duplo. Kerjakan
penetapan blangko dengan 25mL aquadest dan 25
mL larutan luffschoorl (dicatat sebagai Vb).
Sesudah inversi
Dipipet 50 ml filtrate (F1) dengan pipet gondok
masukkan kedalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan
25 mL HD 25% pasang thermometer dan lakukan
hidrolisis di atas penangas air. Apabila suhu
mencapai suhu 68°C-75°C pertahankan 10 menit
tepat. Angkat dan bilas thermometer dan dinginkan.
Tambahkan indicator pp, netralkan larutan tersebut
dengan NaOH 30% ( dicek PH larutan
menggunakan kertas pH universal). Jika sudah
netral paskan sampai tanda batas dengan aquadest
dan homogenkan. Dipipet 10mL larutan filtrate
pindahkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan
15mL aquadest, 25mL Luff schoorl dan batu didih
kemudian refluk selama 10 menit. Pasang
pendingin tegak pada mulut erlenmeyer lakukan
refluk, waktu 3 menit sudah mendidih. Panaskan
terus selama 10 menit (pakai stopwatch) kemudian
angkat dan segera didinginkan dalam bak berisi es
(jangan digoyangkan). Setelah didinginkan
ditambah 25 mL H2SO4 25% dan 10mL larutan KI
20% (hati-hati terbentuk gas CO). Titrasi dengan
larutan standar thio 0,1 N hingga kuning gading.
Tambahkan 2 mL amilum 0.5% dititrasi kembali
dengan larutan Thio 0,1 N hingga TAT hilang warna
biru (dicatat sebagai Vs). Lakukan titrasi douplo.
Kerjakan penetapan blangko dengan 25 mL
aquadest dan 25 mL larutan luffschoorl (dicatat
sebagai Vb).
Penentuan kadar vitamin C
Timbang 10 – 30 gram sampel sirup secara teliti
dan masukkan ke dalam labu takar 100mL dan
tambahkan air suling sampai tanda tera. Saring
dengan cawan krus gooch atau dengan sentrifuse,
untuk memisahkan filtratnya. Ambil 5 – 25 mL
filtrate yang telah diperoleh dan masukkan ke dalam
Erlenmeyer 125 mL. Tambah 2 mL larutan amilum
1% dan tambah 20 mL air suling kalau perlu.
Kemudian dititrasi dengan 0,01 N standar lod
kemudian yang mengandung 16gram KI perliter.
Dilakukan titrasi secara duplo dan hitung kadar
vitamin C.
Uji angka lempeng total
Ditimbang ± 1 gram sampel. Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan
pengencer BPW (larutan 10-1). Dipipet 1 mL larutan
10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi 9 mL larutan BPW (larutan 10-2). Dipipet
1 mL larutan 10-2 dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang telah berisi 9 mL larutan BPW (larutan
10-3).
Dipipet masing-masing 1 mL larutan 10-2 dan 10-3
ke dalam masing-masing cawan petri (dilakukan
duplo). Ditambahkan ke dalam cawan petri tersebut
media PCA dan dibiarkan membeku. Kemudian
diinkubasi semua cawan petri dengan posisi terbalik
ke dalam incubator pada suhu 35 0C ± 1 0C selama
24 – 48 jam. Dihitung jumlah pertumbuhan koloni
pada cawan petri yang mengandung 25 koloni
sampai 250 koloni. Dihitung angka lempeng
totalnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji
Parameter Kadar Standar
Kadar gula 29,82% Min 30%
Kadar
vitamin C 0,00375%
4,2-66 mg
Uji mikroba <3,0x102
1x102
Max.10
Pembahasan
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil
kadar gula sebesar 29,82%, apabila dibandingkan
dengan SNI 01-2892-1991 sangat jauh dari standar
karena sirup manggis ini tidak boleh memiliki kadar
gula yang tinggi, apabila mengkonsumsi gula yang
berlebihan pada manggis akan menyebabkan kadar
gula seseorang itu meningkat. Pada manggis
tersebut telah memilki antioksidan dalam kulit
manggis yang dapat meregenerasi sel beta
pankreas sehingga tubuh kembali memproduksi
insulin yang cukup untuk mengendalikan gula darah
(Dr.Paulus Herbalis di kota Tangerang).
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 11
Kadar vitamin C yag didapatkan dari hasil praktikum
sebesar 0,00375%. Vitamin C merupakan vitamin
yang mudah rusak, hasil praktikum memiliki nilai
yang sangat rendah. Vitamin C memiliki sifat yang
mudah rusak karena pemanasan yang terlalu lama
dan mudah larut dalam air, sehingga mudah
teroksidasi. (Guthrie 1983).
Untuk kandungan cemaran mikroba pada sampel
sirup sebanyak 3,0x102 - 1x102.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan didapat hasil uji
kadar gula sebesar 29,82 %, kadar vitamin C
sebesar 0,00375% dan cemaran mikroba 1x10-2.
Dari data yang telah didapatkan, dapat disimpulkan
bahwa produk sirup manggis ini dapat dikonsumsi
dan dipasarkan.
SARAN
Pada sirup manggis tidak boleh menggunakan gula
yang berlebihan karena akan menyebabkan kadar
gula yang meningkat, sebaiknya untuk minuman
yang bersifat kesehatan menggunakan gula dengan
dosis yang rendah, agar orang-orang yang memiliki
kelainan pada gula pun dapat menikmati sirup
manggis ini.
Pada sirup manggis pemanis yang diberikan
sebaiknya alami seperti madu dan gula aren. Madu
sebagai penambah stamina, penurun tekanan
darah, dan mengatasi mual sedangkan gula aren
untuk membantu kerja lambung dan hati.
Olahan manggis yang dicampur dengan air putih
dapat membantu meluruhkan endapan senyawa
yang tidak tercerna diginjal.(Lina Mardiana, herbalis
Yogyakarta)
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan N, Koswara S. 1992. Kimia Vitamin.
Jakarta : Rajawali.
Anonymous. Pengolahan Hasil Pertanian
Hortikultura. Wahana Informasi Teknologi
Pasca Panen. Edisi 21, 14 Maret 2002.
Teknopro, Subdit Teknologi Pengolahan
Hasil Hortikultura. Ditjen BPPHP
Departemen Pertanian.
Arpah. 2001. Monograf Penentuan Kadaluwarsa
Produk Pangan, Program Studi Ilmu
Pangan, Program Pascasarjana, IPB
Bogor.
Astawan. M. dan M.W. Astawan. 1991. Teknologi
Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna.
Penerbit Akademi Presindo, Jakarta. HIm.
42-46.
Guthrie.1983. Introductory Nutrtion. USA : The CV.
Mosby Company.
Hftp://edwinms.blogdetik.com/
Http://usahasuksesmandiri.blogspot.com/2012/01/m
anfaat-buah-manggis-untuk-kesehatan.html
Http://www.juskulitmanggis.biz/
Kantor deputi menteri negara ristek dan teknologi,
bidang pendayagunaan dan pemasyarakatan
IPTEK. 2000. Teknologi Membangun
UKM/IKM Daerah. Jakarta
Nilma, dan Barwita Yuniana.2010.Modul
Mikrobiologi Bilingual.Padang : Kementrian
Perindustrian RI Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Industri.
Standar Nasional Monesia.SNI No. 01-2891-1992,
Cara uji makanan dan minuman. Dewan
Standarisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia.SNI No 01-0428-1989,
Petunjuk pengambilan contoh padatan.
Dewan Standarisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia SNI No 01-2892-1992,
Cara uji gula. Dewan Standar Nasional
Indonesia.
Winarno R.G, Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen.
Jakarta: Penerbit Sastra Hudaya.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 12
PEMBUATAN DAN ANALISIS MANISAN KERING BUAH MANGGA
(Mangifera indica)
Darmus,A.Md.1 Silvia Herwandi2
1Guru SMK-SMAK Padang 2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Buah mangga memiliki rasa yang lezat dan komposisi gizi yang baik. Kandungan utama dalam buah mangga
adalah air dan karbohidrat. Karbohidrat pada mangga terdiri dari gula sederhana, tepung, dan selulosa. Gula
sederhana menyebabkan buah memiliki rasa manis dan dapat diubah menjadi tenaga yang dapat digunakan oleh
tubuh. Mangga juga mengandung protein, asam sitrat, vitamin C, dan komponen lainnya. Dalam 100 gram buah
mangga segar mengandung 44 kalori, 0,2 gram lemak, 11,2 kabohidrat,13 mg kalsium, 0,08 mg vitamin C.
Manisan buah adalah buah yang diawetkan dengan gula. Tujuan pemberian gula dengan kadar yang tinggi pada
manisan buah, selain untuk memberikan rasa manis, juga untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme (jamur,
kapang). Dalam penelitian terhadap manisan buah mangga ini didapatkan kadar air 21,89 % , kadar gula
sakarosa 41,80 %, vitamin C 0,0375 %, dan kapang/khamir dengan hasil 30 koloni/mL, serta dilakukan pula uji
organoleptik.
ABSTRACT
Mango fruit has a delicious flavor and good nutrition composition. The main content of the fruit is the mango water
and carbohydrates. Carbohydrates in mango consists of simple sugars, starch, and cellulose. Simple sugars
cause the fruit has a sweet taste and can be converted into energy that can be used by the body. Mango also
contains protein, citric acid, vitamin C, and other components. In 100 grams of fresh mango fruit contains 44
calories, 0.2 grams fat, 11.2 carbohydrates, 13 mg calcium, 0.08 mg of vitamin C.
Candied fruit is fruit preserved with sugar. The purpose of the high sugar levels in the candied fruit, in addition to
providing sweetness, as well as to prevent the growth of microorganisms (fungi, molds). In a study of the mango
fruit preserves moisture content obtained 21.89%, 41.80% sucrose sugar levels, vitamin C 0.0375%, and fungi /
yeast as 30 colonies / mL, as well as organoleptic test is also conducted.
PENDAHULUAN
Indonesia termasuk Negara yang beriklim tropis.
Hal ini menyebabkan Indonesia kaya akan
bermacam-macam buah-buahan. Buah-buahan
merupakan bahan pangan sumber vitamin. Warna
buah cepat sekali berubah karena pengaruh fisika
misalnya sinar matahari dan proses pemanenan,
serta pengaruh biologis (jamur) sehingga buah
mudah menjadi busuk. Oleh karena itu untuk
memperpanjang masa simpannya buah dapat
diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan
minuman. Hal tersebut dilakukan untuk
mengantisipasi produksi buah yang tidak laku
terjual yang sering kali terjadi pada saat musim
panen raya. Salah satu buah yang dapat diolah
untuk berbagai makanan dan minuman adalah buah
mangga.
Mangga merupakan salah satu buah-buahan tropis
yang banyak dihasilkan di Indonesia. Buah ini
termasuk lima besar buah berpotensi di Indonesia.
Produksi mangga mencapai 400.000 ton per tahun.
Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, buah
mangga juga dapat dikonsumsi dalam bentuk
produk olahan (Erliza Hambali 2004).
Meskipun mangga banyak dihasilkan di Indonesia,
tetapi mangga bukan tanaman asli Indonesia.
Mangga yang berkembang di Indonesia diduga
berasal dari India. istilah mangga itu sendiri berasal
dari bahasa tamil, India, yaitu mankay atau man-
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 13
gas. Dalam istilah botani, mangga disebut
mangifera indica L. Di Indonesia. Mangga dapat
tumbuh dengan baik didaerah dataran rendah dan
tinggi. Oleh karena itu, buah mangga tersebar
hampir diseluruh indonesia.
Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan
yang banyak disukai oleh masyarakat. Rasanya
yang manis bercampur dengan rasa khas buah
sangat cocok untuk dinikmati diberbagai
kesempatan. Manisan merupakan salah satu
metode pengawetan produk buah-buahan yang
paling tua, dan dalam pembuatannya menggunakan
gula, dengan cara merendam dan memanaskan
buah dalam madu.
METODE
Metode yang digunakan untuk menganalisis
beberapa komponen dalam manisan buah mangga
tersebut yaitu: uji organoleptik metode hedonik,
penetapan kadar air metode thermogravimetri,
penetapan kadar gula metode luff schoorl,
penetapan kadar vitamin C metode yodimetri, uji
mikroba kapang metode TPC (Total Plate Count)
EKSPERIMENTAL
Pengambilan Sampel
Sampel mangga dibeli di pasar Raya Padang
sebanyak ± 2 Kg dengan memilih mangga dengan
kualitas bagus. Kemudian sampel diolah menjadi
produk makanan berupa manisan dan dibawa ke
laboratorium Sekolah Menengah Analis Kimia
Padang untuk dianalisis.
UJI ORGANOLEPTIK
Diambil manisan buah mangga, dicium untuk
mengetahui bau sampel, dirasakan dengan lidah
atau dicicipi sampel untuk mengetahui rasa sampel,
dirasakan tekstur dari sampel dengan jari tangan
(lunak, agak lunak, tidak lunak, dan sebagainya), uji
ini dilakukan oleh 30 orang panelis tidak terlatih
yang dipilih berdasarkan umur.
PENETAPAN KADAR AIR
Siapkan semua alat dan bahan. Dipanaskan
dengan oven cawan penguap pada suhu 105 ºC
selama 3 jam. Didinginkan cawan penguap di dalam
desikator 15 menit. Ditimbang hingga diperoleh
bobot konstan
Setelah cawan penguap konstan ditimbang 2 gram
sampel manisan buah mangga dengan neraca
analitik digital. Dipanaskan dalam oven 1050C
selama 2 jam dan dinginkan dalam desikator
selama 15 menit. Ditimbang hingga diperoleh bobot
konstan. Hitung kadar air.
PENETAPAN KADAR GULA (DIHITUNG
SEBAGAI SAKAROSA)
Ditimbang sampel sebanyak 2 g dilarutkan dengan
aquades ke dalam labu ukur 250 mL tambahkan air
dan kocok, tambahkan 5 mL Pb asetat setengah
basa, ditambahkan larutan (NH4)2HPO4 10%
sebanyak 1-2 tetes, tambahkan 15 mL (NH4)2HPO4
10. Apabila timbul endapan berarti penambahan
(NH4)2HPO4 10% sudah cukup, tambahkan aquades
sampai tanda batas, homogenkan, diamkan
beberapa menit dan saring.
a. Sebelum inversi
Dipipet 10 mL hasil saringan masukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 15 mL aquades,
ditambahkan 25 mL larutan luff schoorl,
ditambahkan batu didih dan dipanaskan 10 menit
mendidih, didinginkan dengan cepat, ditambahkan
25 mL larutan H2SO4 25% dan 10 mL KI 20 %,
ditutup dan dititar dengan thio 0,1 N sampai warna
kuning gading, kemudian ditambahkan 1 mL
amilum 0,5 % dan dititar kembali dengan thio 0,1 N
sampai warna biru hilang, dilakukan juga pada
blanko.
b. Sesudah inversi
Dipipet 50 mL hasil saringan, dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL ditambahkan 25 mL HCl 25 %,
ditambahkan batu didih dipasang thermometer,
panaskan larutan diatas penangas air penangas
airc selama 10 menit, dinginkan, dinetralkan dengan
NaOH 30% paskan dengan aquades dan
homogenkan, dipipet 10 mL larutan dengan pipet
gondok dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ,
tambahkan 25 mL larutan luff dan 15 mL aquades,
batu didih dan panaskan selama 10 menit dan
dinginkan, ditambahkan 25 mL H2SO4 25%, 10 mL
KI 20 % dan dititar dengan thio 0,1 N sampai warna
kuning gading, tambahkan 1 mL larutan kanji 0,5 %
dan dititar kembali dengan larutan thio 0,1 N sampai
warna biru hilang lakukan juga pada blanko.
PENETAPAN KADAR VITAMIN C
Timbang 10 gram sampel dan masukkan kedalam
labu ukur 100 mL, dan tambahkan air suling sampai
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 14
tanda tera. Saring dengan cawan krus Goach atau
dengan kertas saring, untuk memisahkan filtratnya.
Ambil 25 mL, filtrat yang diperoleh dan masukkan
kedalam Erlenmeyer 250 mL. Tambah 2 mL
indikator amilum 1 % dan tambah 20 mL air suling.
Titrasi dengan Iod 0.01 N yang mengandung 16
gram KI per liter.
UJI KAPANG METODE HITUNG CAWAN
Ditimbang ± 1 gram sampel, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan
pengencer PW (larutan 10-1), dipipet 1 mL larutan
10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi 9 mL larutan PW ( larutan 10-2 ), dipipet
masing-masing 1 mL larutan 10-1 dan 10-2 ke dalam
masing-masing cawan petri ( dilakukan duplo ),
ditambahkan ke dalam cawan petri tersebut media
PDA yang didalamnya sudah ditambahkan
amoksilin dan dibiarkan membeku, kemudian
diinkubasi ke dalam inkubator selama 5 hari (tanpa
dibalik), dihitung jumlah pertumbuhan koloni kapang
pada cawan petri tersebut (dapat dilakukan mulai
hari ke tiga sampai ke lima), dilaporkan atau dicatat
hasil sebagai jumlah khamir dalam satuan koloni /g
contoh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel Kadar air Kadar air
rata- rata SNI
1. 21,27% 21,89% maks.
40% 2. 22,52%
Kadar air suatu bahan menunjukkan jumlah air yang
terkandung di dalamnya. Kadar air merupakan
parameter penting untuk suatu produk. Kadar air
mempengaruhi penampakan, tekstur, dan daya
simpannya (Winarno, 1995).
Semakin kecil kadar air dalam suatu bahan pangan,
maka semakin lama daya tahan dari suatu bahan
pangan. Hal ini diakibatkan karena mikrooganisme
pembusuk tidak tumbuh secara optimal pada
kelembaban rendah. Dan sebaliknya, semakin
besar kadar air dalam suatu bahan pangan, maka
semakin sebentar daya tahan dari suatu bahan
pangan karena mikroorganisme pembusuk tumbuh
secara optimal pada kelembaban tinggi.
Dari table diatas mengandung 21,89 % kadar air
dari sampel 1 yang memiliki kadar air 21,27 % dan
sampel 2 yang memiliki kadar air 22,52 %
Rendahnya kadar air yang didapat dari standar
mutu mengakibatkan daya tahan Manisan Mangga
ini bisa tahan hingga 3 minggu. Sehingga produk ini
masih aman dikonsumsi masyarakat umum jika
lebih dari seminggu dari tanggal produksinya.
PENETAPAN KADAR GULA JUMLAH (DIHITUNG
SEBAGAI SAKAROSA)
Gula yang biasa kita makan yang rasanya manis
dalam tubuh dirubah menjadi energi karena itu
tidaklah heran jika kita kekurangan gula, badan kita
terasa lemas dan sebaliknya dengan gula kita akan
terasa segar. Sukrosa diubah menjadi gula reduksi
dan hasilnya dikenal sebagai gula invers.
Kecepatan inversi dipengaruhi oleh suhu, waktu
pemanasan dan harga pH dari larutan. Dari hasil
dari praktikum yang dilakukan didapatkan kadar
gula sakarosa pada sampel manisan sebesar
41,80 %. Hasil ini sesuai dengan standar yang
digunakan yaitu SNI manisan pala (SNI 01-4443-
1998) karena syarat mutu min. 25 % untuk kadar
gula (dihitung sebagai sukrosa). Jadi kadar gula
yang didapat sesuai degan SNI yang ada dan
manisan mangga layak dikonsumsi oleh
masyarakat.
KADAR VITAMIN C
Sam
pel
Kadar
vitamin C
Kadar
vitamin C
rata-rata
Literatur
1. 0,03984 % 0,03754
%
0,06 %
2. 0,03524
%
Sifat-sifat vitamin C : Mudah larut dalam air,sukar
larut dalam eter dan kloroform, tidak tahan tehadap
pemanasan, mudah rusak dengan adanya logam
tembaga Cu++, dalam suasana asam, stabil,
sedangkan dalam suasana netraal atau basa
mudah rusak. Karena vitamin C tidak tahan
terhadap pemanasan didapatkan hasil nya sebesar
0,03754 %.
Sampel Gula
sakarosa
Gula
sakarosa
rata – rata
(SNI 01-
4443-1998)
Manisan Pala
1. 41,17 % 41,80 % Min. 25 %
2. 42,44 %
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 15
UJI KAPANG METODE HITUNG CAWAN
Paremeter Uji Hasil
Mikroba kapang 30 koloni/g contoh
Fungi/kapang sangat memerlukan bahan pangan
yang berbentuk zat organik untuk nutrisinya. Selain
itu kapang juga dapat dipengaruhi oleh faktor dan
keadaan lingkungan tertentu. Faktor suhu,
kelembaban, pH, tempat tumbuh, zat
penghambatan yang lain. Dari praktikum yang
dilakukan, didapatkan jumlah kapang per g sampel
sebesar 30 koloni/g sampel. Jadi jumlah kapang
dari produk manisan mangga ini sudah sesuai
dengan standar SNI 01-4443-1998 yaitu maks.50
koloni/g sampel.
UJI ORGANOLEPTIK
No
. Parameter uji % Panelis
1. Uji tekstur
Lunak 73,33
Agak lunak 26,66
2. Uji Bau
Bau mangga 80
3. Uji warna
Kuning kecoklatan 50
Coklat 50
4. Uji rasa
Manis 100
5. Uji hedonik
Sangat suka 23,33
Suka 76,67
Untuk uji tekstur, 73,33 % panelis menyatakan
lunak, 26,66 % panelis menyatakan agak lunak
terhadap manisan mangga. Untuk uji bau 50 %
panelis menyatakan bau mangga. Untuk uji warna,
50 % panelis menyatakan warna coklat kekuningan
dan 50 % panelis menyatakan warna coklat. Untuk
uji rasa 100 % panelis menyatakan manis. Untuk
uji hedonik, 23,33 % panelis sangat suka dan 76,67
% panelis suka terhadap produk manisan mangga
ini. Data yang didapatkan beraneka ragam, hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor penerimaan
individu seperti umur, jenis kelamin, pendididkan,
faktor sosial, masyarakat, waktu, dsb.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
disimpulan :
Untuk uji organoleptik terhadap manisan buah
mangga yaitu: memiliki tekstur, bau, warna, dan
rasa yang normal, selain itu produk memenuhi
syarat sebagai manisan buah disukai dan diterima
oleh panelis.
Kadar air yang ada pada manisan buah mangga
sebesar 21,89 %.
Kadar gula yang pada manisan buah mangga
sebesar 41,80 %.
Kadar vitamin C pada manisan buah mangga
sebesar 0,03754 %
Kapang pada manisan buah mangga sebesar 30
koloni/g.
Dari hasil yang didapat sesuai dengan SNI 01-
4443-1998 (Manisan Pala)
SARAN
Penulis menyarankan agar adanya penelitian lebih
lanjut dengan parameter lain yang belum diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.M.P.Arief Prahasta..2010.Agribisnis mangga
Bandung:CV. Pustaka Grafika.
Standar Nasional Indonesia. 01-2892-1992. Cara uji
gula. Badan Standarisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia. 01-4443-1998.
Manisan pala. Badan Standarisasi
Nasional.
Standar Nasional Indonesia. 3746:2008. Cara Uji
Cemaran Mikroba. Badan Standarisasi
Nassional.
Standar Nasional Indonesia. 19-2896-1992. Cara
Uji Cemaran Logam. Badan Standarisasi
Nasional.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 16
ANALISIS DAN PEMBUATAN KERIPIK KACANG KEDELAI
(Glycine max L.) DAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.)
Yeni Hermayanti,M.Si 1, Sri Wahyuni 2 1Guru SMK-SMAK Padang
2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Keripik atau kripik adalah sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari umbi-umbian, buah-buahan atau
sayuran yang digoreng di dalam minyak nabati. Keripik tempe adalah tempe tipis yang digoreng kering seperti
kerupuk. Teksturnya kering dan keras. Untuk meningkatkan nilai gizi dari keripik tersebut maka digunakan bahan
baku kacang kedelai dan kacang tunggak dengan perbandingan 3:1, karena kacang kedelai dan kacang tunggak
mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Setelah produk dibuat dilanjutkan dengan analisis kandungan
gizinya, yaitu kadar protein dengan metoda semi mikro kjedhal 22,77 %, kadar air secara thermogravimetri 1,67
%, uji kapang 0 koloni/gram atau negatif dan dari hasil pengujian organoleptik banyak panelis yang menyukai
Keripik Tempe ini. Dapat disimpulkan hasil analisis keripik tempe sesuai dengan standar Keripik Tempe Goreng
SNI 01-2602-1992.
ABTRACT
Chips or crackers is a kind of snack in the form of thin slices of tubers, fruits or vegetables fried in vegetable oil.
Tempe crisps are fried thin dry like crackers. Its texture is dry and hard. To improve the nutritional value of the
chips it uses raw materials soybean and cowpea with a ratio of 3:1, as soybean and cowpea contain nutrients
needed by the body. Once the product is made followed by analysis of the nutritional content, the protein content
by the method of semi-micro kjedhal 22.77%, water content 1.67% thermogravimetri, fungi testing 0 colonies /
gram or negative and the results of organoleptic testing many panelists who like chips Tempe. Analysis can be
concluded in accordance with the standards tempe chips Chips Fried Tempe SNI 01-2602-1992.
PENDAHULUAN
Tempe merupakan makanan tradisional yang telah
lama dikenal diIndonesia. Makanan tersebut dibuat
dengan cara fermentasi atau peragian. Tempe yang
kita ketahui biasanya terbuat dari kacang kedelai
yang difermentasi menjadi tempe. Tempe
mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Pada umumnya tempe dibuat dari bahan dasar
berupa kacang kedelai, namun kali ini penulis
melakukan variasi pembuatan tempe berbahan
dasar kacang kedelai dan kacang tunggak dengan
perbandingan 3:1 selanjutnya dijadikan keripik
tempe kacang kedelai dan kacang tunggak.
Biji kacang kedelai (Glycine max L.) 100 gramnya
mengandung Energi 1.866 kj (466 kkal ),
karbohidrat 3,0 gr, gula 7,33 gr, diet serat 9,3 gr,
lemak 19,94 gr, protein 36,49, air 8,54 gr, kalsium
277 mg (28 %) dan nutrisi lainnya.
Kacang tunggak atau kacang tolo (Vigna
unguiculata L.) 100 gramnya mengandung 10 gr air,
22 gr protein, 1,4 gr lemak, 51 gr karbohidrat, 3,7 gr
vitamin, 3,7 gr karbon, 104 gr kalsium dan nutrisi
lainnya. Energi yang dihasilkannya sekitar 14200 kj/
100 gr. Pada biji yang masih muda dalam 100 gr
mengandung 88,3 air, 3 gr protein, 7,9 gr
karbohidrat, 0,2 gr lemak, 1,6 vitamin, 0,6 karbon
dan energi yang dihasilkannya sekitar 155 kj/100 gr
(van der maesen dan Somaatmaja,1993 ). Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai gizi kacang
tunggak hampir sama dengan kacang kedelai
sehingga dapat diganti sebagai pengganti kacang
kedelai. Nilai gizi yang tinggi dan harga yang relatif
murah menjadikan kacang tunggak sebagai bahan
makanan sumber protein nabati untuk mencukupi
kebutuhan gizi dalam masyarkat.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 17
Umumnya di Sumatera Barat kacang tunggak
digunakan sebagai bahan tambahan pencampur
rendang. Pada saat produksi melimpah harga
kacang tunggak menjadi murah, sehingga
keuntungan yang didapat petani menjadi rendah.
Tidak demikian halnya jika kacang tunggak dapat
diolah menjadi produk yang dapat lebih memiliki
nilai tambah dengan cara pembuatan keripik tempe
dari campuran kacang tunggak dan kacang kedelai.
Keripik tempe adalah tempe tipis yang digoreng
kering seperti kerupuk. Teksturnya kering dan
keras. Apabila disimpan ditempat yang kering dan
bersih, keripik tempe dapat tahan disimpan sampai
beberapa minggu. Pembuatan keripik tempe ini,
dapat memberikan nilai tambah, juga merupakan
salah satu cara dalam melaksanakan program
pemerintah daerah guna peningkatan ketahanan
pangan serta mengembangkan industri pengolahan
pangan sumber protein. Dengan mengolah kacang
kedelai dan kacang tunggak menjadi keripik
diharapkan kacang tunggak tidak hanya dapat
dinikmati dan dijadikan sebagai campuran rendang
saja tetapi dapat juga dinikmati menjadi keripik
tempe.
METODA
Metoda yang digunakan untuk penentuan Kadar Air
adalah Thermogravimetri, untuk Uji Kapang adalah
Hitung Cawan, Kadar Protein adalah semi mikro
kjedhal dan Uji Organoleptik adalah Hedonik.
EKSPERIMENTAL
Pengambilan Sampel
Sampel adalah kripik tempe yang dibuat dari
kacang kedele dan kacang tunggak dengan
perbandingan 3 : 1. Sampel keripik tempe kacang
kedelai dan kacang tunggak, dihaluskan dengan
menggunakan lumpang dan alu selanjutnya
ditimbang sesuai dengan keperluan analisis.
PENENTUAN KADAR AIR
Cawan penguap kosong dimasukan kedalam oven
dengan suhu 100 – 105 0C selama 1 jam.
Didinginkan dalam desikator selama 15 menit.
Ditimbang cawan penguap sampai konstan.
Ditimbang dengan seksama 2 gram cuplikan pada
cawan penguap yang sudah diketahui bobotnya
.Dikeringkan pada oven suhu 105 0 C, selama 3
jam. Didinginkan dalam desikator, selam 15 menit,
ditimbang sampai berat konstan kemudian hitung
sesuai dengan rumus.
Kadar Air = 𝑊1
𝑊2 x 100%
PENENTUAN ANGKA UjI KAPANG
Homogenisasi sampel
Persiapan sampel dilakukan dengan menimbang 1
gram sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi
yang telah berisi larutan BPW steril ( pengenceran
10-1 ). Dipipet 10-1 sebanyak 1 ml, dimasukan
kedalam kuvet yang berisi 9 ml larutan pengencer
BPW steril ( pengenceran 10-2) lakukan sampai 10-3.
Pemeriksaan Angka Uji Kapang
Sampel dipipet 1 ml larutan 10-2 dan 10-3 dan
dimasukan kedalam cawan petri steril dan lakukan
duplo. Dimasukan kedalam cawan petri, tuang
media PDA (Plate Deхtrosa Agar) sebanyak 12-15
ml yang telah dicairkan pada suhu 45 0C dalam
waktu 15 menit dari pengencer pertama.
Digoyangkan Cawan petri dengan hati-hati (putar
dan goyangkan ke depan dan kebelakang serta
kekanan dan kiri) hingga contoh tercampur rata
dengan perbenihan. Dibiarkan hingga campuran
dalam cawan petri membeku. Setelah beku,
dibungkus dengan posisi terbalik dan inkubasikan
dalam inkubator pada suhu kamar 25 0 C selama 4
– 7 hari. Dicatat pertumbuhan koloni setiap cawan
yang tumbuh. Dihitung angka uji kapang dalam 1
gram dengan mengalikan jumlah koloni kapang
pada cawan dengan faktor pengenceran yang
digunakan.
PENENTUAN KADAR PROTEIN
Standarisasi Asam Klorida 0,01 N dengan
Natrium Boraks 0,01 N
Kristal Natrium Boraks ditimbang dengan tepat dan
teliti untuk konsentrasi 0,01 N. Larutan dalam labu
ukur 100 ml dengan aquadest dan paskan sampai
tanda batas. Larutan dipipet 10 ml dengan pipet
gondok masukkan dalam Erlenmeyer. Tambahkan
25 ml aquadest dan 2-3 tetes indicator MM. Titrasi
dengan larutan HCl sampai TAT Orange. Catat
volume penitaran, lakukan duplo. Selanjutnya
tentukan kosentrasi HCl.
Tahapan Penentuan Kadar Protein
Destruksi
Campuran selen dibuat dengan menimbang 2,5
gram selen, 100 gram K2SO4 dan 20 gram
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 18
CuSO4.5H2O, kemudian semua zat dicampurkan
dan homogenkan.Sampel ditimbang sebanyak
0,5100 gram secara teliti dengan menggunakan
neraca analitik. Sampel yang telah ditimbang di
masukkan kedalam labu kjedhal. Campuran selen
ditimbang 2 gram dengan neraca kasar ,kemudian
ditambahkan campuran selen pada sampel dalam
labu kjedhal, kemudian, H2SO4 pekat ditambahkan
sebanyak 25 ml dan beberapa batu didih kedalam
labu kjedhal. Proses destruksi dilakukan diatas
nyala api kompor gas dengan api kecil ,dimana labu
kjedhall dipasang miring 450 pada standar dan klem
saat proses destruksi berlangsung. Api kompor gas
dapat dibesarkan setelah pemanasan sekitar 15
menit dan kocok larutan yang di destruksi setiap 15
menit. Destruksi dihentikan jika warna larutan telah
berubah menjadi hijau jernih. Jika larutan telah hijau
jernih ,hentikan proses destruksi dan dinginkan.
Apabila larutan telah dingin, pindahkan kedalam
labu ukur 100 ml. Bilas terlebih dahulu labu kjedhal
dengan aquadest hingga bersih. Encerkan larutan
dengan aquadest dan paskan sampai tanda garis,
paskan dan homogenkan.
Destilasi
Sampel dipipet 5 ml dengan pipet gondok,
selanjutnya dimasukkan kedalam labu suling,
tambahkan 2 – 3 tetes indicator pp. Alat destilasi
disiapkan dan dipasang mulai dari labu suling,
pendingin lurus dan erlenmeyer dan hubungkan
dengan sumber air menggunakan selang air.
Tambahkan 5 ml larutan NaOH 30% dengan pipet
takar kedalam labu suling. Erlenmeyer untuk
menampung destilat diisi 10 ml H3BO3 2% dan 3
tetes indicator MM, proses destilasi dapat
dihentikan pada saat warna destilat didalam
erlenmeryer telah berwarna kuning. Pendingin lurus
dibilas dengan aquadest dan hasil bilasan
ditampung pada destilat tersebut.
Tahap titrasi
Buret diisi dengan larutan HCL 0,01 N, kemudian
titar dengan destilat tersebut. Titrasi dilakukan
hingga warna sampel berubah menjadi orange
(TAT). Catat volume penitaran.
Lakukan hal yang sama seluruh tahapan untuk
blangko.
Hitung kadar protein dengan rumus :
Kadar Protein = ( 𝑽𝒔−𝑽𝒃 ). 𝑵 𝑯𝑪𝒍 . 𝟎,𝟎𝟏𝟒 . ƒ𝒌 . ƒ𝒑
𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 x 100 %
UJI ORGANOLEPTIK (Uji Hedonik)
Sampel diperiksa dengan uji hedonik (tingkat
kesukaan) terhadap rasa, warna dan tekstur. Uji
dilakuakan oleh 30 orang panelis tidak terlatih.
Dibuat tabel pengujian untuk mewakili respon dari
masing-masing panelis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
KADAR AIR
Tabel 1. Hasil kadar air
Percobaan Hasil SNI
Percobaan I 1.83 % Maksimal
3 % Percobaan II 1.50 %
Rata-rata 1.67 %
Dari tabel data diatas kadar air yang di peroleh
pada sampel lebih kecil dari syarat mutu kadar air
keripik tempe goreng yang terdapat SNI 01-2602-
1992, bahwa standar penetapan kadar air dalam
keripik tempe goreng maksimal 3 %. Semakin
sedikit jumlah air yang dikandung maka kualitas
kripik baik ini terkait dengan hasil kapang.
UJI KAPANG
Tabel 2. Hasil Uji Kapang
N
O
Jumlah koloni per
pengenceran Hasil SNI
Pengen-
ceran 10-2
Pengen-
ceran 10-3
I 0 0
0
Maks.
104 II 0 0
Dari tabel diatas didapat angka kapang pada keripik
sebesar 0 koloni/g lebih kecil dari standar mutu
berdasarkan SNI 01-2602-1992. Hal ini terkait
dengan hasil kadar air yang terkandung didalam
sampel cukup kecil sehingga dapat menekan
pertumbuhan kapang. Semakin sedikit jumlah
kapang yang diperoleh semakin baik kualitas
sampel.
KADAR PROTEIN
Tabel 3. Hasil Protein
Percobaan Hasil SNI
Percobaan I 26,38 % Minimal
20 % Percobaan II 19,16 %
Rata-rata 22,77 %
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 19
Dari tabel data di atas kadar protein pada keripik
kacang kedelai dan kacang tunggak dengan
perbandingan 3:1 adalah 22,77%, hasil ini telah
memenuhi standar yaitu min 20 %. Jadi, dengan
perbandingan 3:1 hasil protein yang didapat
memenuhi standar dari SNI 01-2602-1992 yaiyu
SNI keripik tempe goreng. Semakin besar jumlah
protein yang diperoleh semakin baik kualitas
sampel dan akan semakin tinggi pula nilai gizi dari
suatu makanan.
UJI ORGANOLEPTIK (Uji Hedonik)
No. Kriteria Hasil (%)
1.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Tekstur
Kurang renyah
Agak renyah
Tidak renyah
Renyah
Sangat renyah
6.67
3.34
3.34
80.00
6.67
2
2.1
2.2
2.3
Rasa
Agak suka
Suka
Sangat suka
6.67
80.00
13.33
3 Warna Kuning muda
Hasil uji hedonik sebanyak 30 panelis menyatakan,
80 % menyatakan suka, 13.33 % menyatakan
sangat suka, 6,67 % menyatakan agak suka, 80 %
menyatakan tekstur keripik ini renyah, 6,67 %
menyatakan sangat renyah, 3,34 % menyatakan
tidak renyah, 6,67 % menyatakan kurang renyah,
3,34 % menyatakan agak renyah dan untuk rasa
dan panelis menyatakan keripik berwarna kuning
muda. Hasil uji sesuai dengan standar mutu
berdasarkan SNI 01-2602-1992. Jadi, produk
keripik tempe kacang kedelai dan kacang tunggak
ini diakukai oleh konsumen dengan tekstur yang
renyah.
KESIMPULAN
Dari pratikum yang telah dilakukan pada sampel
keripik dari kacang kedelai (Glicine max L.) dan
kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) dengan
perbandingan 3 :1, maka didapatkan hasil kadar air
dengan metoda thermogravimetri sebesar 1,67 %,
kapang dengan metoda hitung cawan 0 koloni / g
sampel, dan kadar protein dengan metoda semi
mikro kjedhal 22,67 %. Dari uji organoleptik yang
dilakukan bahwa sampel keripik tempe kacang
kedelai berwarna kuning muda, teksturnya renyah
dan panelis menyukainya.
Data diatas menunjukkan Kripik tempe memenuhi
syarat SNI 01-2602-1992, sehingga produk keripik
tempe goreng dari kacang kedelai dan kacang
tunggak ini dapat menjadi alternative makanan
olahan dan dapat dipasarkan.
SARAN
Dapat dikembangkan lagi bahan makanan olahan
berbahan dasar kedele yang divariasikan dengan
kacang-kacangan yang ada di Indonesia sehingga
dengan naiknnya harga kedele tidak memberatkan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Chalimatus Sa’diyah, Ersi Herliana. 2009. Membuat
Keripik Tempe Aneka Rasa. Depok :
Penebar Swadaya.
Elizarni, dan Fitriyeni. 2007. Modul Organoleptik.
SMAK. Padang.
Gusti, Eli danYeni Hermayanti. 2006. Modul Analisis
Proksimat. SMAK. Padang
http://www.scribd.com/doc/25442764/Farid-Aswan-
Pengaruh-Frekuensi-Penyiraman
Terhadap-Pertumbuhan-Dan-Hasil-
Kacang-Tunggak (diakses tanggal 26
desember 2006).
Http:// alfisophian. Blogspot. Kapang. Com.
Http://eemoo-esprit.blogspot.com /2010/10/
kandungan-gizi-kacang kedelai-
soybeanhtml (diakses 10 juni 2009).
Nilma,Yuniana,barwita. 2010. Mikrobiologi Bilingual.
Padang : SMAK
Sarwono, B. 2000. Membuat Tempe dan
Oncom.Jakarta : Penebar Swadaya.
Standar Nasional Indonesia.SNI 01-2602-1992.
Keripik Tempe Goreng. Dewan
Standarisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia. SNI 3144:2009.Tempe
Kedelai .Dewan Standarisasi Nasional.
Sudarmaji Slamet,dkk. 2003. Prosedur Dan Analisa
Untuk Bahan Makanan dan pertanian.
Liberty: Yogyakarta.
Winarno,F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi . PT
Gramedia Pustaka Utama . Jakarta.
Yeniza, 2005. Analisis Gravimetri. SMAK. Padang.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 20
ANALISIS DAN PEMBUATAN KERIPIK BENGKUANG
( Pachyrhizus erosus (L) RASA COKLAT
Barwita Yuniana, M.Si1 , Jeni Novita Sari.2
1Guru SMK-SMAK Padang 2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Bengkoang (Pachyrhizus Erosus L) merupakan komoditas hortikultura (budidaya tanaman kebun) yang mudah
rusak setelah panen. Penanganan segar yang tidak tepat menyebabkan komoditas tersebut kurang laku di
pasarkan. Pemanfaatan umbi bengkoang dalam bentuk produk olahan keripik merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan pemanfaatannya dan sekaligus menaikan nilai tambah.Metode yang digunakan pada analisis ini
yaitu metode thermogravimetri untuk kadar air metode mikro kjedahl untuk kadar protein, metode iodimetri untuk
kadar vitamin C dan metode TPC untuk cemaran mikroba. Dari analisis yang dilakukan didapatkan kadar air
sebesar 3,675%; kadar protein sebesar 1,51%; kadar vitamin C sebesar 0,26 % dan Uji cemaran Mikroba (ALT)
sebesar 5.102 koloni/gram. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keripik bengkuang rasa coklat layak
untuk dikonsumsi.
ABTRACT
Bengkoang (Pachyrhizus ErosusL) is a horticulture(cultivation of garden plants) thatare easily damaged after
harvest. Improper handling of fresh causethe commodity to be waste not the market. Utilization bengkoang
bulbsin the formof processed products chipsis one way to improve utilization and simultaneously raise the value
added.
The method used in this analysisis a method for moisture content thermogravimetri kjedahl micro method for
protein content, iodimetri method for vitamin Cand TPC method for microbial contamination. Obtained from the
analysis conducted for moisture content 3,675%; protein content of 1,51%; levels of vitamin C 0,26 %, andthusbe
able to ALT 5.102 koloni/gram for the tyam chocolate chips suitable for consumption.
PENDAHULUAN
Bengkuang (Pachyrhizus Erosus (L) ) tergolong
jenis umbi-umbian yang tumbuh di daerah daratan
rendah beriklim sedang atau panas, memiliki rasa
dan aroma yang tidak menonjol dan memberikan
efek mendinginkan pada tubuh jika dimakan.
Manfaat dari tanaman bengkuang ini sangat banyak
diantaranya adalah: 1) umbi bengkuang
mengandung inulin yang tidak dapat dicerna
sehingga dapat digunakan sebagai pengganti gula,
2) dapat diolah sebagai bahan makan, 3) sebagai
bahan dasar obat untuk penyakit kanker, diabetes
mellitus, nyeri perut, 4) sebagai bahan dasar
kosmetik.
Sumatera Barat memiliki potensi bengkuang yang
cukup banyak, dimana produksi terbanyak terdapat
di Kota Padang dengan produksi setiap 4
kecamatan dari 11 kecamatan yang ada di kota
padang dengan produksi setiap tahunya rata-rata
2.834 ton (Sumbar Dalam Angka,2004). 4
kecamatan yang dimaksud yaitu, Kec. Kuranji, Kec.
Pauh, Kec. Nanggalo dan Kec. Koto Tangah.
Besarnya produksi bengkuang menyebabkan Kota
Padang terkenal sebagai Kota Bengkuang.
Selama ini bengkuang dari segi pemanfaatannya
hanya dikosumsi dan dijual dalam bentuk fresh fruit
atau dimakan segar atau dibuat rujak. Pada saat
produksi melimpah harga bengkuang menjadi
sangat murah sehingga keuntungan yang didapat
petani menjadi sangat rendah.Tidak demikian
halnya jika bengkuang diolah lebih lanjut, dimana
bengkuang dapat lebih memiliki nilai tambah
apabila bengkuang diolah menjadi berbagai produk
yang sesuai dengan komposisi yang dikandungnya
yaitu mengandung kadar air , karbohidrat dan serat
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 21
yang tinggi dengan rasa yang manis ,tekstur yang
renyah serta aroma khas disamping terdapat
komponen aktif yang bersifat mendinginkan dan
memutihkan sehingga bengkuang dapat digunakan
dalam industri kosmetik dan bahan baku obat-
obatan.
Pembuatan produk olahan dari bengkuang perlu
dilakukan mengingat bahwa pada saat panen raya
harga bengkuang sangat murah dan sifatnya yang
perishabel (mudah rusak ), sehingga perlu diolah
lebih lanjut dalam bentuk produk yang mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi.
Pembuatan keripik bengkuang misalnya, dapat
memberikan nilai tambah, juga merupakan salah
satu cara dalam melaksanakan program pemerintah
daerah guna peningkatan ketahanan pangan serta
mengembangkan industri pengolahan pangan
berbasis potensi bahan baku daerah. Dengan
pengolahan bengkuang menjadi keripik diharapkan
bengkuang tidak hanya dapat dinikmati dan
dijadikan sebagai oleh-oleh dalam bentuk segar
tetapi bengkuang dapat dinikmati dalam keripik
bengkuang.
METODA
Metoda yang digunakan untuk uji cemaran mikroba
adalah TPC, untuk Uji Vitamin C adalah Iodimetri,
Uji Kadar Air adalah Thermogravimetri dan Uji
Organoleptik adalah Hedonik.
EKSPERIMENT
Pengambilan Sampel
Sampel keripik bengkuang, dihaluskan dengan
menggunakan lupang dan alu.Ditimbang sampel
sesuai dengan keperluan analisa.
PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL
Homogenisasi sampel
Dilakukan persiapan sampel. Ditimbang 1 gram
sampel dan dimasukan ke dalam tabung reaksi
yang telah berisi larutan BPW steril (pengenceran
10-1).Dipipet 10-1 sebanyak 1 ml, dimasukan
kedalam kuvet yang berisi 9 ml larutan pengencer
BPW steril (pengenceran 10-2) lakukan sampai 10-3.
Pemeriksaan Angka Lempeng Total
Dipipet 1 ml larutan 10-2 dan 10-3 dan masukan
kedalam cawan petri steril dan lakukan duplo.
Dimasukan kedalam cawan petri, tuang media PCA
(Plate coun Agar) sebanyak 12-15 ml yang telah
dicairkan yang bersuhu 45 0c dalam waktu 15 menit
dari pengencer pertama. Digoyangkan Cawan petri
dengan hati-hati (putar dan goyangkan ke depan
dan kebelakang serta kekanan dan kiri) hingga
contoh tercampur rata dengan perbenihan.
Dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri
membeku. Setelah beku, dibungkus dengan posisi
terbalik dan inkubasikan dalam inkubator pada suhu
35 0 C selam 24-48 jam. Dicatat pertumbuhan koloni
setiap cawan yang mengandung 25-250 kolioni
setelah 24 jam. Dihitung angka lempeng total dalam
1 gram dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni
pada cawan dengan faktro pengenceran yang
digunakan.
PENENTUAN KADAR VITAMIN C
Standarisasi Natrium Thio Sulfat 0,1 N dengan
Kalium Dikromat 0,1 N
Kristal K2Cr2O7 ditimbang dengan tepat dan teliti
untuk konsentrasi 0,1N. Larutan dalam labu ukur
100 ml dengan aquadest dan paskan sampai tanda
batas. Larutan dipipet 10 ml dengan pipet gondok
masukkan dalam Erlenmeyer 250 ml.Tambahkan
25 ml aquadest, 25 ml larutan HCl 4 N dan 10 ml
Larutan KI 10 %.Titrasi dengan Lar. Thio Sulfat
sampai terbentuk warna kuning gading lalu
tambahkan indikator amilum 1% sebanyak 1
ml.Titrasi kembali dengan Lar.Thio Sulfat sampai
tepat hilang warna biru hilang.Baca volume
penitaran.
Standarisasi I2 0,01 N dengan Natrium Thio
Sulfat
Pipet 10 ml thio sulfat kedala erlenmeyer 250
ml.Tambahkan 25 ml aquades dan 1 ml
amilum.Titar dengan Lar.Thio Sulfat sampai
terbentuk warna biru.Penitaran dilakukan duplo.
Penentuan Kadar Vitamin C
Keripik yang telah dihaluskan ditimbang 10 gram
sampel yang sudah dihaluskan dengan teliti
dipindahkan kedalam labu ukur 100
ml.Ditambahkan aquades sampai tanda batas dan
homogenkan.Dipipet 10 ml filtrat dengan pipet
gondok kedalam erlenmeyer 250 ml.Ditambahkan
25 ml aquades dan1 ml indikator amilum 1 %
.Titrasi dengan larutan standar I2 0,01 N sampai
terbentuk warna biru.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 22
PENENTUAN KADAR AIR
Cawan penguap kosong dimasukan kedalam oven
dengan suhu 100-105 0C selama 1 jam. Didinginkan
dalam desikator selama 15 menit. Ditimbang
cawan penguap sampai konstan. Ditimbang
dengan seksama 1 gram cuplikan pada cawan
penguap yang sudah diketahui bobotnya.
Dikeringkan pada oven suhu 105 0 c, selama 3 jam.
Didinginkan dalam desikator, selam 15 menit.
Ditimbang sampai konstan.
PENENTUAN KADAR PROTEIN
Standarisasi Asam Klorida 0,01 N dengan
Natrium Boraks 0,01 N
Kristas Natrium Boraksditimbang dengan tepat dan
teliti untuk konsentrasi 0,01N. Larutan dalam labu
ukur 100 ml dengan aquadest dan paskan sampai
tanda batas. Larutan dipipet 10 ml dengan pipet
gondok masukkan dalam Erlenmeyer. Tambahkan
25 ml aquadest dan 2-3 tetes indicator MM. Titrasi
dengan larutan HCl sampai TAT Orange. Catat
volume penitaran.
Penentuan Kadar Protein
Tahap destruksi
Campuran selen dibuat dengan menimbang 2,5
gram selen ,100 gram K2SO4 dan 20 gram
CuSO4.5H2O, kemudian semua zat dicampurkan
dan homogenkan. Sampel ditimbang sebanyak
0,5100 gram secara teliti dengan menggunakan
neraca analitik .Sampel yang telah ditimbang di
masukkan kedalam labu kjedhal. Campuran selen
ditimbang 2 gram dengan neraca kasar ,kemudian
ditambahkan campuran selen pada sampel dalam
labu kjedhal. H2SO4 pekat ditambah 25 ml dan
beberapa batu didih kedalam labu kjedhal. Proses
destruksi dilakukan diatas nyala api kompor gas
dengan api kecil ,dimana labu kjedhal dipasang
miring 450 pada standard dan klem saat proses
destruksi berlangsung. Api kompor gas dapat
dibesarkan setelah pemanasan sekitar 15 menit
dan kocok larutan yang di destruksi setiap 15 menit.
Destruksi dihentikan jika warna larutan telah
berubah menjadi hijau jernih. Jika larutan telah hijau
jernih ,hentikan proses destruksi dan dinginkan.
Apabila larutan telah dingin ,pindahkan kedalam
labu ukur 100 ml. Bilas terlebih dahulu labu kjedhal
dengan aquadest hingga bersih. Encerkan larutan
dengan aquadest dan paskan sampai tanda garis,
paskan dan homogenkan.
Tahap destilasi
Pipet 5 ml sampel dengan pipet gondok , dan
dimasukkan kedalam labu suling ,tambahkan 2-3
tetes indicator pp. Pasang dan siapkan semua alat
destilasi mulai dari labu suling , pendingin lurus dan
erlenmeyar dan hubungkan dengan sumber air
menggunakan selang air. Tambahkan 5 ml larutan
NaOH 30% dengan pipet takar kedalam labu suling.
Erlenmeyer untuk menampung destilat diisi 10 ml
H3BO3 2% dan 3 tetes indicator MM. Mulut labu
suling ditutup dengan gabus ,destilasi larutan
tersebut . proses destilasi dapat dihentikan pada
saat warna destilat didalam erlenmeryer telah
berwarna kuning. Pendingin lurus dibilas dengan
aquadest dan hasil bilasan ditampung pada destilat
tersebut.
Tahap titrasi
Buret diisi dengan larutan HCL 0,01 N ,kemudian
titar dengan destilat tersebut. Titrasi didilakukan
hingga warna sampel berubah menjadi orange
(TAT). Catat volume penitaran.
UJI ORGANOLEPTIK (Uji Hedonik)
Diperiksa sampel dengan uji hedonik (tingkat
kesukaan) terhadap bau, rasa, warna dan tekstur.
Uji dilakuakan oleh 30 orang panelis tidak terlatih.
Dibuat tabel pengujian untuk mewakili respon dari
masing-masing panelis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL
N
O
Jumlah koloni per pengenceran
Hasil Pengenceran 10-
2
Pengenceran 10-
3
I 6 0
5.102 II 4 0
Dari uji ALT didapatkan nilai ALT keripik sebesar
5.102 koloni/g lebih kecil dari standar mutu
berdasarkan SNI 01-4305-1996. Hal ini disebabkan
karena sampel cukup kering, sehingga dapat
menekan pertumbuhan mikoroba dan juga mikroba
akan mati pada saat penggorengan. Semakin
sedikit jumlah mikroba yang terdapat didalam suatu
bahan, maka kualitas sampel akan semakin baik
dan daya simpan bahan akan semakin lama.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 23
UJI KADAR VITAMIN C
Dari hasil analisa diperoleh kadar Vitamin C
sebesar 0,26 %. Berdasarkan literatur vitamin C
yang terdapat didalam buah bengkuang 14 g – 21 g
(http:// repository. usu.ac.id). Kecilnya kadar vitamin
C yang diperoleh di sebabkan karena vitamin
mudah hilang jika kena panas yaitu pada saat
pengukusan, penjemuran dan penggorengan dan
vitamin C larut di dalam air.
UJI KADAR AIR
NO Percobaan Hasil
1 Percobaan I 3,66 %
2 Percobaan II 3,69 %
Rata-rata 3,675 %
Dari hasil analisis yang diperoleh kadar air keripik,
yaitu, 3,675 % lebih kecil dari standar mutu
berdasarkan SNI 01-4305-1996. Semakin sedikit
jumlah air yang diperoleh semakin baik kualitas
sampel dan akan semakin lama masa simpan
sampel.
UJI KADAR PROTEIN
NO Percobaan Hasil
1 Percobaan I 1,57 %
2 Percobaan II 1,45 %
Rata-rata 1,51 %
Dari hasil analisa diperoleh kadar protein sebesar
1,51 % lebih besar berdasarkan literatur kandungan
protein 1,47 % (Anonim, 1996)Cit Yeni. Hal ini
disebabkan adanya penambahan coklat pada
keripik.
UJI ORGANOLEPTIK (Uji Hedonik)
No. Kriteria Hasil (%)
1.
1.1
1.2
1.3
1.4
Tekstur
Kurang renyah
Agak renyah
Renyah
Sangat renyah
-
-
93,3
6,67
2
2.1
Rasa
Agak suka
-
2.2
2.3
Suka
Sangat suka
66,67
33,33
3 Bau Coklat
4 Warna Coklat
Hasil uji hedonik sebanyak 30 panelis menyatakan,
66,67 % menyatakan suka, 33,33 % menyatakan
sangat suka, 93,3 % menyatakan tekstur keripik ini
renyah, 6,67 % menyatakan sangat renyah dan
untuk rasa dan bau panelis menyatakan keripik
berwarna coklat dan beraroma coklat. Hasil uji
sesuai dengan standar mutu berdasarkan SNI 01-
4305-1996. Jadi, produk keripik bengkuang rasa
coklat dikukai oleh konsumen dengan tekstru yang
renyah.
KESIMPULAN
Dari pratikum yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa keripik bengkuang rasa coklat
yang dibuat dan dianalisis oleh penulis baik untuk
dikonsumsi sehari-hari. Dilihat dari hasil pratikum
yang diperoleh didapat hasil dimana Uji Hedonik
(tingkat kesukaan) dengan kriteria sangat suka,
Kadar Air sebesar 3,675 %, Kadar Protein sebesar
1,51 %, Kadar Vitamin C sebesar 0,26 % dan Uji
cemaran Mikroba (ALT) sebesar 5.102 koloni/gram ,
hasil yang diperoleh sesuai dengan standar mutu
SNI 01-4305-1996.
Berdasarkan uji Hedonik dapat disimpulkan bahwa
produk yang di ujikan kepada panelis sebanyak 30
orang sebanyak 66,67 % menyatakan suka,
33,33 % menyatakan sangat suka,
93,3 %menyatakan tekstur keripik ini renyah, dan
6,67 % menyatakan sangat renyah. Jadi, produk
keripik bengkuang rasa coklat dikukai oleh
konsumen dengan tekstru yang renyah.
SARAN
Kepada masyarakat disarankan untuk
mengkonsumsi bengkuang baik dalam bentuk alami
ataupun dalam bentuk alternatif olahan lainya.
Dalam hal ini penulis menjadikan bengkuang
menjadi produk olahan berupa keripik bengkuang
rasa coklat. Oleh sebab itu, penulis menyarankan
bagi masyarakat yang tidak/kurang suka dengan
buah bengkuang dalam bentuk segar kini dapat
menikmati dalam makanan olahan berupa keripik
bengkuang.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 24
DATAR PUSTAKA
Anonim. 1996. Daftar Komposisi Makanan.
Direktorat Gizi. Departemen Kesehatan RI.
Anonim. 2000. Keripik Buah yang Renyah dan
Bergizi. http://indomedia.com/.
Baedhowie.M dan Sri dranggonowati,B.Sc.1982.
Petunjuk Praktek Pengawasan Mutu Hasil
Pertanian. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Emma. S.W. 2007. Bengkuang Si Umbi Penyejuk.
http://www.yahoo.com/Blog Gizi dan
Kesehatan
http://id.wikipedia.org/wiki/keripik.2012
http://mawarmawar.wordpress.com.2009
http://myworldfisheries.blogspot.com/2011/03/penen
tuan-total-plate-count angka.html.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2352
9/5/Chapter%20I.pdf.2010
http://www.catatanistri.com/kesehatan/sehat-dengan-
umbi-bengkuang.html.2010
Moestafa, Tiurlan.F.H dan Sumarsi. 1997. Isolasi
Pati Baengkuang dan Standardisasinya
untuk Keperluan Industri Kosmetik.
BBPPIHP. Bogor.
Slamet Sudarmadji dan Bambang Haryono
Suhardi.2003. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Standar Nasional Indonesia. SNI No. 01-2891-1992.
Cara Uji Makanan dan Minuman. Dewan
Standarisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia. SNI No. 01-4305-1996.
Keripik Singkong. Dewan Standarisasi
Nasional.
Standar Nasional Indonesia. SNI No. 2897:2008.
Cara Uji cemaran Mikroba. Dewan
Standarisasi Nasional.
Utami, Prapti dan Tim Lentera, 2003. Tanaman
Obat untuk Mengatasi Diabetes. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Yeni, Gustri. 2007. Laporan Hasil Penelitian Produk
atau Teknik Produksi. Padang: Baristand
Industri.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 25
PEMBUATAN DAN ANALISIS SIRUP BELIMBING WULUH
(Averhoa Bilimbi)
Ria Elvi Susanti, S.Pd1 Def Oktama Hendra2 1Guru SMK-SMAK Padang
2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Sirup adalah larutan gula atau sakarosa pekat yang digunakan sebagai bahan minuman tanpa ditambahkan
asam seperti asam sitrat,asam tartrat atau asam laktat juga aroma dan zat warna. akan tetapi tidak tertutup
kemungkinan pada sirup ini terdapat bakteri coliform yang membahayakan kesehatan serta kadar gula yang
melebihi kadarnya yang tidak sesuai dengan standar mutu Indonesia. Maka dilakukan pengujian terhadap sirup
yang telah dibuat untuk mengetahui kualitas sirup tersebut. Metode yang digunakan untuk penetapan kadar gula
(sukrosa) adalah metoda Luff schorl ,penetapan kadar vitamin C metoda iodimetri ,uji Coliform metoda MPN dan
untuk uji organoleptik metoda Hedonik
Uji kadar gula pada sirup belimbing wuluh ini yaitu untuk mengetahui kadar gula yang terkandung pada sirup
tersebut sehingga sesuai dengan standard mutu atau tidak dan menentukan kualitas sirup. Sirup belimbing wuluh
memiliki kadar gula 70,88 %, dan kadar vitamin C 0,0345 %. Uji Coliform dengan hasil negatif, serta dilakukan uji
organoleptik.
ABSTRACT
Syrup is a concentrated solution of sugar or saccharose used as a beverage without added acid such as citric
acid, tartaric acid or lactic acid is also fragrance and dye. however, it is also possible in this syrup contained
coliform bacteria are harmful to health and blood sugar levels that exceed levels that are not in accordance with
quality standards in Indonesia. Then be tested against the syrup that has been made to determine the quality of
the syrup. The method used for the determination of the sugar (sucrose) is a method of Luff schorl, vitamin C
assay method Iodimetri, test Coliform MPN method and organoleptic method for hedonic
Test blood sugar syrup starfruit on this is to determine levels of sugars contained in the syrup so in accordance
with quality standard or not and determine the quality of the syrup. Starfruit syrup has a sugar content 70.88%,
and vitamin C content of 0.0345%. Coliform test with negative results, as well as the organoleptic tests carried
out.
PENDAHULUAN
Indonesia termasuk Negara yang beriklim tropis.
Hal ini menyebabkan Indonesia kaya akan
bermacam-macam buah-buahan. Buah-buahan
merupakan bahan pangan sumber vitamin.
Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk
makanan dan minuman. Salah satu buah yang
dapat diolah untuk berbagai makanan dan minuman
adalah buah belimbing wuluh (Averhoa bilimbi)
karena belimbing wuluh sudah banyak dikenal oleh
masyarakat, akan tetapi pemanfaatannya yang
kurang.
Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman
yang dapat tumbuh subur di ndonesia. Tanaman ini
ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar di
pekarangan rumah,dan ditemukan di dataran
rendah hingga ketinggian 500 meter. Pohon yang
berasal dari Amerika tropis ini tumbuh di tempat
yang tidak ternaungi dan mempunyai kelembaban
yang cukup. Buah belimbing wuluh sangat terbatas
pemanfaatannya, hingga banyak yang dibiarkan
terbuang. Sebagaimana dikenal banyak orang
dapat digunakan sebagai sayuran dan obat
tradisional.
Belimbing wuluh memiliki kandungan vitamin C
yang tinggi (52,00 mg/ 100 g) yang baik bagi
kesehatan. Kandungan vitamin C yang tinggi dapat
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 26
dijadikan antioksidan untuk mencegah penyebaran
sel kanker, disamping itu, belimbing berkhasiat
untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
mencegah sariawan. Sedangkan pektin pada
dinding sel belimbing mampu mengikat usus hingga
mendorong pengeluarannya kolesterol dan asam
empedu dalam usus hingga mendorong
pengeluarannya. Buah belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi) dapat dimanfaatkan sebagai sirup, bumbu
masakan atau sayur, membersihkan noda pakaian,
mengkilatkan barang-barang dari kuningan, dan
sebagai bahan obat tradisional seperti untuk batuk
rejan, gusi berdarah, sariawan, sakit gigi berlubang,
jerawat, panu, tekanan darah tinggi, kelumpuhan,
gangguan pencernaan, dan radang rectum.
Sirup adalah larutan gula atau sakarosa pekat yang
digunakan sebagai bahan minuman tanpa
ditambahkan asam seperti asam sitrat, asam tartrat
atau asam laktat juga aroma dan zat warna. Sirup
(dari bahasa arab sharab) adalah cairan yang
kental dan memiliki kadar gula terlarut yang tinggi,
namun hampir tidak memiliki kecenderungan untuk
mengendapkan Kristal.
METODE
Metode yang digunakan untuk penetapan kadar
gula (sukrosa) adalah metoda Luff schorl
,penetapan kadar vitamin C metoda iodimetri ,uji
Coliform metoda MPN dan untuk uji organoleptik
metoda Hedonik.
EKSPERIMENTAL
Pengambilan sampel
Sampel belimbing wuluh dapat dibeli di pasar Raya
Padang sebanyak ± 2 Kg dengan memilih
belimbing yang berkualitas bagus. Kemudian
sampel diolah menjadi produk minuman berupa
sirup dan dibawa ke laboratorium Sekolah
Menengah Analis Kimia Padang untuk dianalisis.
PENETAPAN KADAR GULA (DIHITUNG
SEBAGAI SAKAROSA)
Ditimbang sampel sebanyak 2 g dilarutkan dengan
aquades ke dalam labu ukur 250 mL tambahkan air
dan kocok, tambahkan 5 mL Pb asetat setengah
basa, ditambahkan larutan (NH4)2HPO4 10%
sebanyak 1-2 tetes, tambahkan 15 mL (NH4)2HPO4
10%, dan tambahkan 1-2 tetes (NH4)2HPO4 10%.
Apabila timbul endapan berarti penambahan
(NH4)2HPO4 10% sudah cukup, tambahkan aquades
sampai tanda batas, homogenkan, diamkan
beberapa menit dan saring.
c. Sebelum inversi
Dipipet 10 mL hasil saringan masukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 15 mL aquades,
ditambahkan 25 mL larutan luff schoorl,
ditambahkan bati didih dan dipanaskan 10 menit
mendidih, didinginkan dengan cepat, ditambahkan
25 mL larutan H2SO4 25% dan 10 mL KI 20 %,
ditutup dan dititar dengan thio 0,1 N sampai warna
kuning gading, kemudian ditambahkan 1 mL kanji
0,5 % dan dititar kembali dengan thio 0,1 N sampai
warna biru hilang, dilakukan juga pada blanko.
d. Sesudah inversi
Dipipet 50 mL hasil saringan, dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL ditambahkan 25 mL HCl 25 %,
ditambahkan batu didih dipasang thermometer,
panaskan larutan diatas penangas air penangas air
selama 10 menit, dinginkan, dinetralkan dengan
NaOH 30% paskan dengan aquades dan
homogenkan, dipipet 10 mL larutan dengan pipet
gondok dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 25 mL larutan luff dan 15 mL aquades,
batu didih dan panaskan selama 10 menit dan
dinginkan, ditambahkan 25 mL H2SO4 25%, 10 mL
KI 20 % dan dititar dengan thio 0,1 N sampai warna
kuning gading, tambahkan 1 mL larutan kanji 0,5 %
dan dititar kembali dengan larutan thio 0,1 N sampai
warna biru hilang lakukan juga pada blanko.
PENETAPAN KADAR VITAMIN C
Timbang 10 gram sampel dan masukkan kedalam
labu ukur 100 mL, dan tambahkan air suling sampai
tanda tera. Saring dengan cawan krus Goach atau
dengan kertas saring, untuk memisahkan filtratnya.
Ambil 25 mL, filtrate yang diperoleh dan masukkan
kedalam Erlenmeyer 250 mL. Tambah 2 mL
indikator amilum 1 % dan tambah 20 mL air suling.
Titrasi dengan Iod 0.01 N yang mengandung 16
gram KI per liter.
UJI COLIFORM
b) Preparasi Sampel
Dipipet contoh sirup sebanyak 1 mL secara aseptic
dan dimasukkan ke dalam wadah steril.Untuk
contoh daging, telur, susu ditambahkan 9 mL
larutan BPW 0,1% steril ke dalam kantong steril
yang berisi contoh, dihomogenkan 1 menit sampai 2
menit (kecuali untuk susu cair) sebagai
pengenceran 10-1.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 27
c) Cara uji
a. Uji Pendugaan
Dipipet 1 mL larutan dari pengenceran 10-1 tersebut
dengan menggunakan pipet steril ke dalam 9 mL
larutan BPW 0,1% untuk mendapatkan
pengenceran 10-2 dengan cara yang sama seperti
pada butir diatas dibuat pengenceran 10-3. Dipipet
masing-masing 1 mL larutan dari setiap
pengenceran ke dalam 3 seri tabung yang telah
berisi 5 mL media LB yang berisi tabung durham.
Diinkubasi pada temperatur 35 ºC selama 24 jam
sampai 48 jam. Diperhatikan adanya gas yang
terbentuk di dalam tabung durham, hasil uji
dinyatakan positif apabila terbentuk gas.
UJI ORGANOLEPTIK
Diambil sirup belimbing wuluh dari botolnya.Dicium
bau sampel untuk mengetahui bau sampel.
Dirasakan dengan lidah atau dicicip sampel untuk
mengetahui rasa sampel. Dirasakan tekstur dari
yang tidak terlatih yang dipilih berdasarkan umur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penentuan
Hasil Uji Coliform
Uji Dugaan Uji Penguat Hasil
10-1 10-2 10-3
- - - - -
Hasil uji coliform adalah negative karena pada uji
dugaan tidak ada terdapat gelembung udara pada
tabung durham. Hasil uji coliform ini menunjukan
bahwa sirup belimbing wuluh tidak ada
mengandung bakteri coliform dan baik untuk
dikonsumsi.
Hasil uji gula
Dari hasil praktik yang dilakukan didapatkan kadar
gula pada sirup adalah 70,88% dan pada syarat
mutu sirup sakarosa SNI 01- 2892-1992 adalah
minimal 65%. Hal ini menandakan bahwa kadar
gula terhitung pada sampel sirup sudah memenuhi
syarat mutu sirup.
Hasil Uji Organoleptik
Dari data diatas untuk uji hedonik, 16,66 % panelis
sangat suka terhadap produk sirup buah belimbing
wuluh, 76,66 % panelis suka terhadap produk sirup
buah belimbing wuluh dan 6,66 % panelis agak
suka terhadap produk sirup buah belimbing wuluh
ini.
Data yang didapatkan beraneka ragam, hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor penerimaan
individu seperti umur, jenis kelamin, pendididkan,
faktor sosial, masyarakat, waktu, dsb.
Sehingga produk ini dapat dikembangkan dalam
skala besar karena pada 30 orang panelis
menunjukkan kesukaan terhadap produk sirup buah
belimbing wuluh.
Hasil uji vitamin C
Dari tabel diatas kadar vitamin C yang terkandung
dalam sirup belimbing wuluh adalah kecil dimana
kadar yang didapatkan adalah 0,0345%. Hasil
tersebut berkurang dari kadar vitamin C yang
terdapat pada buah belimbing wuluh yang belum di
olah menjadi sirup, dikarenakan oleh adanya
pemanasan pada proses pembuatan sirup.
Sampel Gula
sakarosa
Gula
sakarosa
rata-rata
SNI
1. 70,15 %
70,88 %
Min. 65 %
2. 71,61 %
N
o
% Uji
Rasa
% Uji
Tekst
ur
% Uji
Bau
% Uji
Warna
% Uji
Hedonik
1. Manis
asam
100
%
Agak
Kenta
l
26,66
%
belimbi
ng
wuluh
86,66
%
Kuning
Kehijau
an
73,33
%
Sangat
Suka
16,66 %
2. - Kenta
l
73,33
%
Kurang
Khas
13,33
%
Kuning
Muda
23,33
%
Suka
76,66 %
3. - - - Kuning
Tua
3,33 %
Agak Suka
6,66 %
Sam
pel
Vitamin
C
Vitamin C
rata – rata
Literatur
3. 0,033 %
0,0345 %
0,0520 % 4. 0,036 %
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 28
Sedangkan vitamin C tidak tahan terhadap adanya
pemanasan.(kimia pangan dan hasil pertanian)
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah penulis lakukan,
dapat disimpulkan bahwa untuk uji gula diperoleh
hasil 70,69%. Untuk uji kadar Vitamin C didapatkan
hasil 0,0345 % ini dikarenakan vitamin C tidak
tahan terhadap pemanasan dan mudah rusak
dengan adanya logam tembaga. Untuk uji koliform
diperoleh hasil negatif (0 0 0) hasil ini sudah sesuai
dengan SNI. Untuk uji organoleptik disimpulkan
bahwa 93,22% panelis menyukai produk sirup
belimbing wuluh.
Saran
Agar produk ini lebih nikmat dan segar ketika
dikonsumsi, sebaiknya diletakan di tempat yang
aman dan dingin sehingga bakteri tidak mudah
masuk ke dalam produk.belimbing wuluh ini sebagai
buah yang kaya akan manfaat, oleh karena itu
penulis menyarankan agar adanya penelitian
selanjutnya dengan parameter lain yang lebih
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Elizarni dan Fitriyeni. 2007. Modul Organoleptik.:
Sekolah Menengah Analis Kimia Padang
Baedhowie.M dan Pranggonowati. “Petunjuk
Praktek Pengawasan Mutu Hasil
Pertanian”. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Pendidikan.
Pusat Standardisasi industri , Sirup Glukosa . SNI
19-2896-1992 Departemen Perindutrian
dan Perdagangan.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 29
PEMBUATAN DAN ANALISIS GALAMAI SIRSAK (Annona muricata Linn)
Eli Gusti, S.Pd 1 , Erik Marlius 2 1Guru SMK-SMAK Padang
2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Sirsak adalah tumbuhan yang diambil daging buahnya. Sirsak yang sudah matang akan mengeluarkan aroma
khas yang segar dan warna daging buah yang stabil, walaupun sudah diolah. Bentuk olahan dari sirsak yang
dibuat adalah galamai. Galamai merupakan salah satu jenis makanan dari Minangkabau yang dikategorikan
sebagai makanan manis.
Parameter penelitian dalam menganalisis galamai sirsak antara lain, kadar air,gula jumlah kadar sakarosa,
vitamin C, kapang dan organoleptik. Galamai sirsak mengandung 12 % kadar air, 38,20 % gula jumlah, 20,49%
kadar sakarosa, 10,9 mg/100 g Vitamin C, dan negatif kapang. Dari hasil uji organoleptik yang dilakukan, lebih
dari 80 % panelis menyukai produk ini. Hasil yang didapat sesuai dengan acuan Standar Nasional Indonesia
Dodol Sirsak sehingga produk ini layak untuk dikonsumsi dan dipasarkan.
ABSTRACT
Soursop is a fruit of plants are taken. Ripe soursop will issue a fresh aroma and color pulp that is stable, despite
being processed. Processed form is made from soursop galamai. Galamai is one type of food from the
Minangkabau are categorized as sweet foods.
Parameter studies in analyzing galamai soursop, among others, water content, the amount of sugar, saccharose
levels, vitamin C, mold and organoleptic. Galamai soursop contains 12% water content, the amount of sugar
38.20%, 20.49% content of saccharose, 10,9 mg/100 g Vitamin C, and the negative mold. From the results of
organoleptic tests are conducted, more than 80% of the panelists liked this product. The results obtained in
accordance with the Indonesian National Standard reference Dodol Soursop so this product suitable for
consumption and sale.
PENDAHULUAN
Sirsak adalah tumbuhan yang diambil daging
buahnya. Sirsak yang sudah matang akan
mengeluarkan aroma khas yang segar. Daging
buah sirsak juga memiliki warna putih yang stabil,
walaupun sudah diolah.
Buah sirsak mengandung 68% kandungan gula dari
seluruh bagian padat daging buah. Sirsak
mengandung vitamin C sebesar 20 mg/100 g
daging buah. Kandungan vitamin C yang tinggi
pada sirsak merupakan penyedia antioksidan yang
sangat baik sehingga dapat meningkatkan daya
tahan tubuh dan memperlambat proses pencernaan
(Mardiana, 2011).
Kandungan sirsak terletak pada rendahnya kadar
natrium (14 mg/100 g), tetapi tinggi kadar kalium
(278 mg/100 g). Perbandingan kalium dan natrium
yang tinggi sangat baik untuk pencegahan penyakit
hipertensi. Buah sirsak juga mengandung 3,3 g/100
g serat pangan. Kandungan serat yang tinggi
sangat dibutuhkan dalam proses pencernaan
(Mardiana, 2011).
Sirsak yang memiliki rasa asam manis ini
memberikan sensasi tersendiri bagi para
penggemarnya. Sirsak biasa dibuat sirup, dodol,
dan beberapa jenis makanan lainnya. Bentuk
olahan sirsak yang dibuat adalah galamai. Galamai
pada dasarnya hampir sama dengan dodol. Daging
buah yang dihancurkan kemudian dimasak dengan
penambahan bahan makanan.
Sirsak yang dimanfaatkan menjadi produk olahan
makanan, mempunyai nilai jual yang tinggi.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 30
Sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi sirsak
yang belum termanfaatkan dengan baik.
METODE
Metode yang digunakan antara lain hitungan cawan
untuk kapang, thermovolumetri untuk kadar air, luff
schoorl untuk gula jumlah dan kadar sakarosa,
iodimetri untuk vitamin C, dan uji penerimaan
(affective test) untuk organoleptik.
EKSPERIMENTAL
Pengambilan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah buah sirsak
yang dijual di kedai buah kawasan Pasaraya,
Padang.
Pembuatan Produk
Kulit buah dikupas, dibuang bijinya. Ambil 500 g
kemudian dimasukkan ke dalam blender
ditambahkan 6 sdm santan kental, kemudian
dihaluskan sampai menjadi bubur. Dimasak,
ditambahkan gula pasir 400 g, 200 g tepung ketan
yang telah dilarutkan dengan air, dan garam ½ sdt.
Setelah masak, didinginkan dan dipotong sesuai
selera. Galamai yang sudah jadi siap dipasarkan.
PENGUJIAN KAPANG
Ditimbang 1 gram sampel secara aseptik, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9
mL peptone water (pengenceran 10-1). Dipipet 1 mL
pengenceran 10-1 ke tabung reaksi yang berisi 9 mL
peptone water (pengenceran 10-2). Dipipet masing –
masing 1 mL dari kedua pengenceran tadi ke dalam
cawan petri secara duplo, kemudian ditambahkan
media PDA ke dalam cawan petri sampai terisi 2/3
cawan. Digoyangkan dan dibiarkan padat. Disimpan
pada suhu kamar selama 5 hari.
PENENTUAN KADAR AIR
Ditimbang 5 gram sampel, kemudian dimasukkan
ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 75
mL xylene dan beberapa batu didih. Disambungkan
erlenmeyer dengan aufhauser dan pendingin lurus.
Dipanaskan di atas lampu spritus selama satu jam.
Setelah satu jam, lampu spritus dimatikan. Dibaca
volume air pada aufhauser.
PENENTUAN GULA JUMLAH DAN KADAR
SAKAROSA
Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 0,1 N
Dipipet 10 mL K2Cr2O7 0,1 N, kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 25
mL aquades, 25 mL HCl 4 N, dan 10 mL KI 10%.
Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai titik akhir titrasi
warna kuning gading. Ditambahkan amilum 1 mL,
kemudian dititrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai
titik akhir titrasi warna biru hilang.
Preparasi Sampel
Ditimbang 2 gram sampel, kemudian dilarutkan
dengan aquades. Dimasukkan ke dalam labu ukur
250 mL, ditambahkan aquades dan dikocok.
Ditambahkan Pb asetat setengah basa 5 mL,
kemudian dikocok. Ditambahkan (NH4)2HPO4 10%
1 tetes, dan ditambahkan kembali (NH4)2HPO4 10%
15 mL. Untuk menguji apakah Pb asetat setengah
basa diendapkan seluruhnya, diteteskan 1 – 2 tetes
(NH4)2HPO4 10%. Apabila tidak timbul endapan
berarti penambahan (NH4)2HPO4 10% sudah cukup.
Dipaskan sampai tanda tera dengan aquades,
kemudian disaring.
Sebelum Inversi
Dipipet 10 mL larutan filtrat, kemudian dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 15 mL aquades
dan 25 mL larutan luff serta beberapa batu didih.
Dipanaskan selama 10 menit, kemudian
didinginkan. Ditambahkan 25 mL H2SO4 25% dan
10 mL KI 20%. Dititrasi dengan larutan standar
Na2S2O3 0,1 N sampai titik akhir titrasi warna kuning
gading. Ditambahkan amilum 1 – 2 mL, kemudian
dititrasi kembali dengan larutan standar Na2S2O3
0,1 N sampai titik akhir titrasi warna biru hilang.
Dilakukan penetapan blanko dengan 25 mL
aquades dan 25 mL larutan luff.
Setelah Inversi
Dipipet 50 mL larutan filtrat, dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL, kemudian ditambahkan 25 mL
HCl 25%. Dihidrolisis di atas penangas air sampai
suhu 70ºC dan dipertahankan selama 10 menit,
didinginkan. Ditambahkan indikator pp 1 – 2 tetes
dan NaOH sampai netral (warna pink seulas).
Setelah netral dipaskan sampai tanda tera dengan
aquades.
Dipipet larutan tersebut 10 mL, kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 15
mL aquades dan 25 mL larutan luff serta beberapa
batu didih. Dipanaskan selama 10 menit, kemudian
didinginkan. Setelah dingin, ditambahkan H2SO4
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 31
25% dan 10 mL KI 20%. Dititrasi dengan larutan
standar Na2S2O3 0,1 N sampai titik akhir titrasi
warna kuning gading. Ditambahkan amilum 1 – 2
mL, kemudian dititrasi kembali dengan larutan
standar Na2S2O3 0,1 N sampai titik akhir titrasi
warna biru hilang. Dilakukan penetapan blanko
dengan 25 mL aquades dan 25 mL larutan luff.
PENENTUAN VITAMIN C
Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 0,01 N
Dipipet 10 mL K2Cr2O7 0,01 N kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 25
mL aquades, 25 mL HCl 4 N, dan 10 mL KI 10%.
Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai titik akhir titrasi
warna kuning gading. Ditambahkan amilum 1 mL,
kemudian dititrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai
titik akhir titrasi warna biru hilang.
Standarisasi I2 dengan Na2S2O3 0,01 N
Dipipet 10 mL Na2S2O3 0,01 N, kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan
100 mL aquades, 25 mL H2SO4 25%, dan 3 mL
amilum. Dititrasi dengan I2 sampai titik akhir titrasi
berwarna biru.
Penentuan Vitamin C
Ditimbang sampel 10 gram, kemudian dilarutkan
dalam aquades. Dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL, dipaskan dengan aquades dan disaring
hingga didapat filtrat. Dipipet filtrat 25 mL,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 20
mL aquades dan 2 mL amilum. Dititrasi dengan
larutan standar I2 0,01 N sampai titik akhir warna
biru.
ORGANOLEPTIK
Disajikan sejumlah sampel kepada panelis. Diuji
sampel dari segi warna, aroma, tekstur, rasa, dan
kesukaan terhadap sampel. Dicantumkan pengujian
panelis pada formulir organoleptik yang disediakan.
Panelis pengujian sampel sebanyak 30 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Kapang
Dari praktikum yang telah dilakukan, kapang tidak
ditemukan dalam galamai sirsak. Pada syarat mutu
yang mengacu kepada SNI Dodol Sirsak, kapang
tumbuh pada dodol maksimal 50 koloni/gram.
Kapang memerlukan waktu untuk membentuk
spora, sehingga sanitasi sehari – hari terhadap
peralatan sangat penting untuk mencegah
pertumbuhan kapang ini dan pembentukan
sporanya. Peralatan yang higienis dan disanitasi
dengan baik dan juga kebersihan area produksi
yang terjaga, akan menghasilkan produk yang
bebas dari pertumbuhan kapang dan pembentukan
sporanya. Produk layak dikonsumsi dan dipasarkan
apabila bebas dari cemaran mikroba, terutama
kapang.
Uji Kadar Air, Gula Jumlah, Kadar Sakarosa, dan
Vitamin C
Parameter Hasil
Gula jumlah 38,20%
Kadar sakarosa 20,49%
Kadar air 12%
Vitamin C 10,9 mg/100 g
Dari praktikum yang dilakukan, gula jumlah didapat
38,2% dan kadar sakarosa didapat 20,49%. Pada
syarat mutu yang mengacu kepada SNI Dodol
Sirsak, gula jumlah pada dodol minimal 35 – 45%.
Tinggi rendahnya kandungan gula berpengaruh
terhadap aroma, tekstur, rasa, dan daya tahannya.
Kadar air yang didapat pada galamai sirsak adalah
12%. Untuk standar mutu yang mengacu pada SNI
Dodol Sirsak, kadar air pada dodol maksimal 20%.
Kandungan air dalam makanan mempengaruhi
daya tahan makanan terhadap serangan mikroba
untuk pertumbuhannya. Untuk memperpanjang
daya tahan makanan, sebagian air harus
dihilangkan dengan cara pengeringan atau
penguapan.
Vitamin C dalam galamai didapat 10,9 mg/100 g,
sedangkan dalam buah sirsak mengandung vitamin
C sebesar 20 mg/100 g daging buah. Rendahnya
vitamin C pada galamai diakibatkan proses
pengolahan sirsak menjadi galamai dengan cara
pemanasan yang cukup lama. Selain itu,
penyimpanan juga mempengaruhi kandungan
vitamin C makanan. Semakin lama
penyimpanannya, maka akan semakin berkurang
kandungan vitamin C tersebut.
Organoleptik
Dari organoleptik yang dilakukan, 80% panelis
menyukai produk galamai sirsak dengan rasa manis
– asam, 63,4% panelis menilai bahwa galamai
sirsak tetap beraroma sirsak, 40% warna putih
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 32
kekuningan dan 70% menilai galamai sirsak
bertekstur lunak.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa galamai sirsak banyak
disukai oleh masyarakat umum. Galamai sirsak
mengandung 12% kadar air, 38,20 % gula jumlah,
20,49% kadar sakarosa, 10,9 mg/100 g Vitamin C,
dan 0 koloni/gram kapang. Hasil yang didapat
sesuai dengan standar acuan SNI Dodol Sirsak
sehingga galamai sirsak layak untuk dikonsumsi
dan dipasarkan.
SARAN
Penelitian tentang galamai sirsak ini diharapkan
lebih dikembangkan lagi agar dapat mengetahui
mutu dan kualitas yang sesuai standar dan
permintaan pasar. Pembuatan galamai sirsak ini
juga diharapkan diproduksi dengan berbagai rasa
dan bentuk yang lebih menarik lagi. Buah sirsak
yang belum termanfaatkan ini dapat meningkatkan
nilai ekonomi buah sirsak yang ada di Indonesia.
Dengan meningkatnya nilai ekonomi ini, diharapkan
tumbuhnya industri berskala kecil dan menengah di
kalangan masyarakat umum dengan bahan baku
buah sirsak.
DAFTAR PUSTAKA
Elizarni, Fitriyeni. 2007. Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi (Modul) Organoleptik. Padang:
SMAK Padang.
Mardiana, Lina, Juwita Ratnasari. 2011. Ramuan
dan Khasiat Sirsak. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Nilma, Barwita Yuniana. 2010. Modul Mikrobiologi
Bilingual. Padang: SMAK Padang.
SNI 01 – 4297 – 1996. Dodol Sirsak.
Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, Suhardi.
2003. Analisa Bahan Makanan dan
Minuman. Cetakan ke – 2. Yogyakarta:
Liberty.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 33
PEMBUATAN DAN ANALISIS SELAI SALAK PONDOH (Salacca edulis)
Sri Elfina, S.Pd, M.Si1 Juliastri2
1Guru SMK-SMAK Padang 2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Buah salak pondoh selain dikonsumsi sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai produk olahan
diantaranya selai. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas dan tingkat penerimaan panelis terhadap produk.
Analisis yang dilakukan pada selai salak pondoh adalah penetapan padatan terlarut metode refraktometri,
penetapan kadar serat kasar metode gravimetri, uji angka lempeng total, dan uji kapang / khamir metode hitung
cawan serta uji organoleptik metode hedonik. Dari hasil analisis didapatkan padatan terlarut sebesar 72,98 %,
serat kasar sebesar 1,30 %, uji angka lempeng total dengan hasil 2 × 102 koloni / gram, dan uji kapang dengan
hasil 1 × 101 koloni / gram, dan uji hedonik sebesar 73,33 % menyatakan suka.
Kata kunci : salak pondoh, selai, serat, refraktometri, gravimetri, hitung cawan
ABSTRACT
Salak fruit than is consumed as fresh fruit, can be processed into a variety of refined products such as jam. This
study aims to determination the quality and the level of panelists acceptance of the product Analysis conducted in
salak jam is determination of dissolved solid refractometry method, the determination of crude fiber content of the
gravimetric method, total plate test, and test the mold / yeast plate count method and organoleptic tests hedonic
method. From the analysis obtained dissolved solids of 72.98%, crude fiber of 1.30% crude fiber, total plates
count test the result of 2 × 102 colonies / gram, and mold test the results of 1 × 101 colonies / gram, and the
hedonic test by 73,33% stating like.
Keyword : salak fruit, jam, fiber, refractometry, gravimetric, plate count
PENDAHULUAN
Tanaman salak merupakan salah satu tanaman
buah yang disukai dan mempunyai prospek baik
untuk diusahakan. Salak adalah sejenis palma
dengan buah yang biasa dimakan dalam bahasa
Inggris disebut salak atau snake fruit, karena
kulitnya mirip dengan sisik ular (Wikipedia, 2012).
Di antara bermacam-macam salak yang ada, salak
pondoh merupakan salak yang paling disukai oleh
konsumen karena rasanya manis, tidak sepat
walaupun waktu buah masih muda. Salak pondoh
memiliki daging yang tebal antara 0,8 cm sampai
1,5 cm dan buahnya juga harum (Rahmat, 1999).
Salak dapat mengobati sakit diare dan juga
bermanfaat untuk kesehatan kulit dan kuku. Dalam
mengkonsumsi buah salak, sebaiknya tidak
membuang kulit ari buah salak (kulit tipis yang
menempel pada buah salak) karena kulit ari
tersebut ternyata berkhasiat dalam memperlancar
buang air besar (BAB). Salak juga ternyata
bermanfaat untuk kesehatan mata.
Penelitian oleh Nurfi Afriansyah, M.Sc dari Pusat
Litbang Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan
RI menyebutkan bahwa kandungan betakaroten
dalam 100 gram salak lebih banyak 5,5 kali dari
buah mangga, 3 kali dari buah jambu biji dan 5 kali
dari buah semangka merah. Betakaroten adalah
salah satu zat antioksidan yang banyak terdapat
dalam sayuran wortel, yang sangat berkhasiat
untuk kesehatan mata (Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 34
Salah satu cara pengawetan buah-buahan yang
mudah dan cukup ekonomis adalah pengolahan
salak segar menjadi selai salak. Selai adalah
produk makanan yang kental atau setengah padat
dibuat dari campuran 45 bagian berat buah (cacah
buah) dan 55 bagian berat gula. Selai erat
kaitannya dengan roti. Bersamaan dengan makin
populernya roti di kalangan masyarakat, selai pun
makin banyak dikonsumsi masyarakat, baik sebagai
teman makan roti tawar maupun sebagai filling
pada berbagai produk bakery (Zalpon, 2011).
Dari penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk
membuat suatu produk dalam Analisis Terpadu II
yang berjudul “Pembuatan dan Analisis Selai Salak
Pondoh (Salacca edulis)” yang merupakan inovasi
pengolahan buah salak pondoh yang memberikan
nilai ekonomis yang mudah dibuat.
METODE
Metode yang digunakan untuk penetapan Padatan
Terlarut adalah Refraktometri,, penetapan Kadar
Serat Kasar adalah Gravimetri, untuk Uji Angka
Lempeng Total metode Hitung Cawan, Uji
Kapang/Khamir adalah metode Hitung Cawan serta
Uji Organoleptik metode Hedonik.
EKSPERIMENTAL
Pengambilan Sampel
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini
adalah buah salak pondoh yang dibeli dari
pedagang buah di Pasar Raya Padang.
Pembuatan Selai Salak Pondoh (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010)
Dikupas buah salak, dibuang bijinya dan daging
dicuci bersih.Lalu direbus daging salak sampai
empuk, ditiriskan kemudian diblender hingga
membentuk bubur salak. Dimasak hasil blenderan
dengan wajan dan tambahkan gula pasir, sari buah
jeruk nipis, madu dan garam. Dimasak sampai
mengental Kemudian selai siap saji, tunggu dingin
lalu dipacking dalam kotak bersih.
PENETAPAN PADATAN TERLARUT (SNI 3746 :
2008)
Ditimbang dengan teliti hingga 10 gram contoh ke
dalam gelas piala dan ditambahkan 25 mL
aquabides. Dipanaskan hingga mendidih selama 2
menit, diaduk dan didinginkan. Dibiarkan 20 menit
lalu ditimbang dan disaring. Dipastikan peralatan
telah dipersiapkan dan diteliti menurut buku
panduan alat dan dibersihkan permukaan prisma
lalu dikeringkan. Dipindahkan satu tetes air ke
prisma refraktometer untuk menentukan titik nol
atau digunakan sebagai koreksi. Diambil larutan
contoh dan diatur suhu yang diiinginkan. Diteteskan
(2 sampai 3 tetes) larutan contoh ke dalam prisma
refraktometer, dibuat larutan menyebar ke
permukaan prisma dan segera diatur tombol untuk
mengatur prisma. Dibaca refraktometer sesuai
petunjuk buku panduan alat. Digunakan beberapa
skala koreksi untuk mendapatkan pembacaan
terkoreksi.
PENETAPAN KADAR SERAT KASAR (SNI 01 –
2891 – 1992)
Timbang sampel 2 gram sampel. Bebaskan
lemaknya dengan cara ekstraksi dengan cara soklet
atau dengan cara mengaduk,mengenap tuangkan
contoh dalam pelarut organik sebanyak 3 kali.
Keringkan contoh dan masukkan dalam erlenmeyer
250 mL. Tambahkan 50 mL H2SO4 1,25 %,
kemudian didihkan selama 30 menit dengan
pendingin tegak. Ditambahkan 50 mL NaOH 3,25 %
dan didihkan selama 30 menit. Dalam keadaan
panas saring dengan corong yang berisi kertas
saring tak berabu (whatman 41) yang telah
dikeringkan dan telah diketahui bobotnya. Cuci
endapan yang terdapat dalam kertas saring secara
berturut-turut dengan H2SO4 1,25 % panas 25 mL,
air panas 25 mL, dan etanol 96 % 25 mL. Angkat
kertas saring beserta isinya, masukkan dalam
cawan yang telah diketahui bobotnya, dikeringkan
dengan oven pada suhu 105oC. Didinginkan dalam
desikator dan ditimbang hingga bobot konstan. Bila
ternyata kadar serat kasar lebih besar dari 1 %,
abukan kertas saring beserta isinya, timbang
sampai berat tetap.
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (SNI 3746 : 2008)
Ditimbang 1 gram sampel. Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan
pengencer BPW (larutan 10-1), homogenkan.
Dipipet 1 mL larutan 10-1 dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan BPW (
larutan 10-2 ). Dipipet 1 mL larutan 10-2 dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
berisi 9 mL larutan BPW ( larutan 10-3 ). Dipipet
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 35
masing-masing 1 mL larutan 10-2 dan 10-3 ke dalam
masing-masing cawan
petri ( dilakukan duplo ). Ditambahkan kedalam
cawan petri tersebut media PCA sebanyak 15 mL
dan dibiarkan membeku. Kemudian diinkubasi ke
dalam inkubator 2x24 jam. Dihitung jumlah
pertumbuhan koloni pada cawan petri tersebut.
Dihitung angka lempeng totalnya.
UJI KAPANG / KHAMIR (SNI 3746 : 2008)
Ditimbang 1 gram sampel. Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan
pengencer BPW (larutan 10-1). Dipipet 1 mL larutan
10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi 9 mL larutan BPW (larutan 10-2). Dipipet
masing-masing 1 mL dari pengenceran 10-1 dan 10-
2 ke dalam cawan petri steril secara duplo.
Dituangkan media PDA yang sudah ditambahkan
antibiotik sebanyak 15 mL ke dalam cawan petri
steril dan digoyangkan cawan petri sehingga
campuran tersebar merata. Kemudian
diinkubasikan cawan petri di dalam incubator pada
suhu 25oC ± 1oC selama 5 hari (tanpa dibalik).
Dihitung jumlah koloni kapang / khamir (dapat
dilakukan pada hari ke tiga sampai kelima). Dicatat
hasil sebagai jumlah kapang / khamir (dalam satuan
koloni/g contoh).
UJI ORGANOLEPTIK (SNI 3746 : 2008)
Diperiksa sampel secara organoleptik terhadap
aroma, warna, rasa, dan tekstur, uji dilakukan oleh
30 orang panelis tak terlatih, dan dibuat tabel
pengujian mewakili respon.
HASIL DAN PEMBAHASAN
No. Parameter Hasil Standar
SNI
1 Padatan
Terlarut 72,98 % Min. 65 %
2 Kadar Serat
Kasar 1,30 % -
3 Uji Angka
Lempeng Total 2 × 102 1 × 103
4 Uji Kapang /
Khamir 1 × 101 5 × 101
5 Uji Organoleptik 73,33 %
suka -
Penetapan Padatan Terlarut
Dari hasil praktikum didapatkan bahwa kadar
padatan terlarut dalam sampel selai salak pondoh
adalah 72,98% jika dibandingkan dengan SNI %
padatan terlarut dalam selai minimal 65% . Dalam
penelitian DEPKES RI kadar karbohidrat (sukrosa)
sebesar 20% sedangkan hasil yang didapatkan
penulis sebesar 30%. Ini berarti dalam selai salak
pondoh ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi
seperti glukosa, fruktosa, dan serat makanan.
Penetapan Kadar Serat Kasar
Dari hasil praktikum didapatkan bahwa kadar serat
kasar dalam sampel selai salak pondoh adalah
1,47%. Karena kadar serat kasarnya lebih dari 1%
maka dilanjutkan pekerjaan pada pengabuan kertas
saring sehingga didapatkan kadar serat kasar
sebesar 1,30%. Dari hasil analisis di atas, penulis
tidak dapat membandingkan hasilnya dengan
standar karena penulis belum menemukan standar
untuk kadar serat kasar pada selai salak pondoh.
Angka Lempeng Total
Dari hasil praktikum Angka Lempeng Total yang
dilakukan didapatkan jumlah koloni sebanyak 2,0 x
102, jika dibandingkan dengan SNI 3746 : 2008
Selai Buah, jumlah koloni pada selai buah maksimal
1 × 103 . Ini berarti hasil yang diperoleh ini sesuai
dengan SNI maka produk selai salak pondoh ini
layak dikonsumsi oleh masyarakat. Uji ALT ini
menunjukkan tingkat kebersihan dalam pengolahan
produk ini.
Uji Kapang / Khamir
Dari hasil praktikum uji kapang yang dilakukan
didapatkan jumlah koloni sebanyak 1,0x101
koloni/gram, jika dibandingkan dengan SNI 3746 :
2008 Selai Buah, jumlah kapang maksimal 5 × 101
koloni/gram . Ini berarti hasil yang diperoleh sesuai
dengan SNI, maka produk selai salak pondoh ini
layak dikonsumsi oleh masyarakat dan tidak mudah
dirusak oleh kapang (jamur).
Daya tahan selai salak pondoh ini dalam suhu
kamar selama 2 hari sedangkan di dalam kulkas
berkisar 6 – 7 hari.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 36
KESIMPULAN
Selai salak pondoh adalah satu inovasi dalam
pengawetan buah segar. Dari penelitian yang telah
dilakukan didapatkan padatan terlarut sebesar
72,98%, kadar serat kasar sebesar 1,30%, uji
Angka Lempeng Total metode Hitung Cawan
sebesar 200 koloni/gram, uji Kapang/ Khamir
metode Hitung Cawan sebesar 10 koloni/gram, dan
uji Organoleptik kepada panelis tidak terlatih
sebanyak 73,33% menyatakan suka. Dapat
disimpulkan bahwa sampel selai salak pondoh baik
dikonsumsi oleh masyarakat.
SARAN
Penulis menyarankan bahwa produk selai dari buah
salak pondoh ini baik dikonsumsi karena
kandungan serat yang baik bagi pencernaan dan
mengandung betakaroten untuk kesehatan mata.
Selain itu, penulis berharap agar ada penelitian
lebih lanjut untuk penelitian dengan parameter uji
lain yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi
Pangan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Rochani, Siti. 2007. Bercocok Tanam Salak
Pondoh. Jakarta : Azka Mulia Medika.
Stantar Nasional Indonesia, 3746 : 2008 . Selai
Buah . Badan Standarisasi Nasional
Stantar Nasional Indonesia,01 – 2891 -1992. Uji
Makanan Minuman. Badan Standarisasi
Nasional
Surachmat.2011.http://salacasand.wordpress.com/l
ebih-lengkap-tentang-salak-pondoh/.24
Januari 2012
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budi Daya
Buah Salak. Bandung : Nuansa Aulia.
Winarno,1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Zalpon.2011.http://zalpon.wordpress.com/about/ino
vasi-lain/ .Diakses tanggal 24 Januari 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Salak. Diakses tanggal
19 Februari 2012.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 37
PEMBUATAN DAN ANALISIS PERMEN JELLY DARI DAUN KEMBANG SEPATU
(hibiscus rosa-sinensis Linn)
Zelfiarti S,Si.MT1, Willy Zulaekar2, 1Guru SMK-SMAK Padang
2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis Linn) adalah tanaman semak suku Malvaceae yang berasal dari Asia
Timur yang mengandung flavonoida. Di samping itu daunnnya juga mengandung saponin dan polifenol, bunga
mengandung polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin, cleomiscosin A, dan cleomiscosin C
yang berkhasiat sebagai obat demam pada anak-anak, obat batuk, dan obat sariawan. Untuk meningkat nilai jual
dari daun kembang sepatu maka dapat diolah menjadi permen jelly. Analisis permen jelly dari daun kembang
sepatu ini menggunakan beberapa metode yaitu metode Iodometri secara luff schoorl untuk kadar gula dengan
hasil sebesar 48,81%, metode thermogravimetri untuk kadar air dengan hasil 16,8%, metode hitung cawan untuk
kapang/khamir dengan hasil 0 (negatif) dan metode hedonik untuk uji organoleptik yang mana 83,33% panelis
tidak terlatih menyatakan suka, 93,33% menyatakan berasa manis, 86,67% menyatakan berwarna hijau dan
66,67% menyatakan bertekstur Kenyal. Dari 250 gr daun kembang sepatu menghasilkan 500 gr permen jelly
dengan keuntungan 50 %.
ABSTRACT
Hibiscus (Hibiscus rosa-sinensis Linn) is a shrub Malvaceae tribe originating from East Asia which contain
flavonoids. In addition daunnnya also contains saponins and polyphenols, polyphenols containing flowers, roots
also contain tannins, saponins, scopoletin, cleomiscosin A, and C are efficacious cleomiscosin as drug fever in
children, cough medicine, and medicine canker sores. To increase the sale value of hibiscus leaves can then be
processed into jelly candy. Analysis of jelly sweets from hibiscus leaves is using several methods, namely the Luff
Schoorl iodometric methods for sugar with a yield of 48.81%, thermogravimetri method for water content of 16.8%
with the results, the method of calculating the cup to mold / yeast with the 0 (negative) and the hedonic method
for the organoleptic test where 83.33% untrained panelists stated like, 93.33% stated that taste sweet, 86.67%
said green and 66.67% claim Chewy texture. From hibiscus leaves 250 gr 500 gr produce jelly candy with a profit
of 50%.
PENDAHULUAN
Kembang sepatu (hibiscus rosa-sinensis Linn)
adalah tanaman semak yang berasal dari Asia
Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di
daerah tropis dan subtropics. Ekstrak daun kumis
kucing (Orthosiphon aristatus) memiliki kandungan
flavonoid dan saponin yang berkemampuan
menurunkan kadar glukosa dalam darah, sehingga
dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang efektif
dan ekonomis. Daun kembang sepatu berkhasiat
sebagai obat demam pada anak-anak, obat batuk,
dan obat sariawan
Permen jelly merupakan permen yang dibuat dari
air atau sari buah yang berpenampakan jernih,
transparan, serta memiliki tekstur dengan
kekenyalan tertentu. Permen jelly tergolong produk
pangan semi basah sehingga produk cepat rusak,
sehingga penambahan bahan pengawet diperlukan
untuk memperpanjang masa simpannya. Proses
pemasakan permen jelly berkisar pada suhu 60-
800C. Apabila pada proses pemasakan suhu yang
digunakan tidak dijaga, maka akan menyebabkan
karamelisasi sehingga permen bewarna kecoklatan.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 38
Seiring perkembangan zaman bahan pembuatan
permen jelly juga mengalami variasi rasa dan
aroma. Untuk itu penulis bermaksud memodifikasi
bahan dasar dari pembuatan permen jelly supaya
dapat dijadikan jajanan sehat oleh masyarakat
khususnya kalangan anak-anak.
METODA
Metoda yang digunakan untuk Penetapan Kadar
Gula adalah iodometri secara luff-schoorl, Kadar Air
adalah metoda thermogravimetri, Uji Kapang adalah
metoda TPC / Hitung Cawan, dan Uji organoleptik
dengan metoda hedonik (tingkat kesukaan)
EKSPERIMENTAL
Pengambilan Sampel
Sampel yang untuk analisis diambil dari permen
jelly yang telah dibuat yang dapat mewakili dari
seluruh komposisi sampel dengan cara kwartering
dan disimpan untuk dilakukan analisis.
PENETAPAN KADAR GULA
Standarisasi Natrium Thio Sulfat 0,1 N dengan
Kalium Dikromat 0,1 N
Larutan K2Cr2O7 0,1 N dipipet sebanyak 10 mL
dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL.
Ditambahkan 25 mL aquadest, 25 mL HCl 4 N, 10
mL KI 10 %, kemudian dititar dengan Na2S2O3 0,1 N
sampai warna kuning gading. Ditambahkan 1 mL
amilum 1 % kemudian dititar kembali dengan
menggunakan larutan standar Na2S2O3 0,1 N
sampai hilangnya warna biru. Dibaca volume
penitaran.
Penentuan Kadar Gula
Preparasi Sampel :
Ditimbang 2 gram sampel permen jelly dengan teliti,
dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL,
ditambahkan sedikit aquadest dan dikocok.
Ditambahkan 5 mL Pb Asetat ½ basa kemudian
dikocok.Ditambahkan 1 tetes (NH4)2HPO4 10 %
(bila terbentuk endapan putih maka penambahan
Pb asetat setengah basa sudah cukup).
Ditambahkan 15 mL larutan (NH4)2HPO4 10 %
untuk menguji apakah Pb asetat ½ basa sudah
diendapkan seluruhnya, diteteskan 1-2 (NH4)2HPO4
10 % apabila tidak timbul endapan putih maka
penambahan (NH4)2HPO4 10 % sudah cukup.
Dikocok dan dipaskan dengan aquadest sampai
tanda batas, dihomogenkan, didiamkan dan
disaring hinga didapat filtrate 1(F1).
Sebelum Inversi :
Dipipet 10 mL filtrat F1 dan dimasukan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL. Ditambahakan 15 mL
aquadest 25 mL luff Schoorl (dengan pipet gondok)
dan batu didih. Dipasang pendingin tegak pada
mulut Erlenmeyer 250 mL dan direfluk selam 3
menit sudah mendidih. Dipanaskan terus sampai 10
menit (pakai stopwatch) dan diangkat dan segera
didinginkan dalam bak yang berisi es (jangan
digoyang). Setelah dingin ditambahakan 25 mL
larutan H2SO4 25% dan 10 mL larutan KI 20 %
(hati-hati terbentuk gas CO2). Dititrasi dengan
larutan standar Thio 0,1 N hingga kuning gading.
Ditambahkan 2 mL amilum 0,5 % dan dititrasi
dengan larutan Thio 0,1 N hingga TAT hilang warna
biru (dicatac sebagai Vs). Dilakukan titrasi secara
duplo. Kerjakan penetapan blangko dengan 25 mL
aquadest dan 25 mL luff Schoorl (dicatat sebagai
Vb).
Setelah Inversi :
Dipipet 50 mL filtrate (F1) dengan pipet gondok dan
dimasukan ke dalam labu ukur 100 mL.
Ditambahkan 25 mL HCL 25 % pasang
thermometer dan lakukan hidrolisis di atas
penangas air. Apabila suhu mencapai suhu 680C-
750C dipertahankan 10 menit tepat. Diangkat
thermometer dan dibilas dan dikeringkan.
Ditambahkan indicator pp, dinetralkan larutan
tersebut dengan NaOH 30 % (dicek Ph larutan
menggunkan kertas Ph universal).Jika sudah netral
dipaskan dengan aquadest dan dihomogenkan.
Dipipet 10 mL larutan filtrat pindahkan ke dalam
Erlenmeyer. Ditambahkan 15 mL aquadest, 25 mL
Luff Schoorl dan batu didih kemudian direfluk
selama 10 menit. Dipasang pendingain tegak pada
Erlenmeyer dilakukan refluk , waktu 3 menit sudah
mendidih. Dipanaskan terus selama 10 menit dan
diangkat dan segera dinginkan dalam bak yang
berisi es (jangan digoyang). Setelah dingin
ditambahkan 25 mL larutan H2SO4 25% dan 10 mL
KI 20% (hati-hati terbentuk gas CO). Dititrasi
dengan larutan standar Thio 0,1N hinga kuning
gading. Ditambahkan 2 mL amilum 0,5% dititrasi
dengan larutan Thio 0.1 N hingga TAT hilang warna
biru (dicatat sebagai vs). Dilakukan titrasi secara
duplo. Dikerjakan penetapan blangko dengan 25
mL aquadest dan 25 mL Luff Schoorl (dicatat
sebagai Vb).
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 39
PENETAPAN KADAR AIR
Panaskan cawan penguap dalam oven pada suhu
105oC selama lebih kurang satu jam dan dinginnkan
dalam desikator selama 15 menit, kemudian
timbang dengan neraca analitik. Masukkan 5 gr
contoh,serta timbang. Panaskan cawan yang berisi
contoh tersebut dalam oven pada suhu 105oC
selama tiga jam (tiga jam setelah oven 105oC).
Pindahkan cawan segera kedalam desikator dan
dinginkan selama 15 menit kemudian timbang.
Lakukan pemanasan kembali selama 1 jam dan
ulangi kembali sampai perubahan berat antara
pemanasan selama 1 jam mempunyai interval kecil
dari 2 mg. Lakukan pekerjaan duplo.
UJI KAPANG
Ditimbang 1 gram sampel dan dimasukan ke dalam
tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan BPW
steril (10-1) kemudian diencerkan sampai 10-2 dan
10-3. Dipipet 1 mL larutan 10-2 dan 10-3 dan
masukkan ke dalam cawan petri steril secara duplo.
Dituangkan media PDA yang telah dicairkan pada
suhu 45OC sebanyak 15-20 mL kedalam cawan
petri dan dihomogenkan. Setelah membeku,
balikkan cawan petri dan diinkubasi pada suhu
25OC atau suhu kamar selama 5 hari. Dihitung
koloni jamur atau kapang.
HASIL
No Parameter
Uji Hasil SNI
1 Kadar Gula 48,81 % Min. 27 %
2 Kadar Air 16,80 % Maks. 20 %
3 Kapang Tidak ditemukan Maks 1X102
4 Uji Organo-
leptik suka = 83,33% normal
warna =hijau 86,67%
tekstur= kenyal
66,67%
rasa = manis 93,33%
PEMBAHASAN
KADAR GULA
Gula total merupakan kandungan gula yang
terdapat pada permen jelly yang berasal dari gula,
fruktosa dan gula invert. Kadar gula total diukur
dengan menggunakan metode Luff Schrool. kadar
gula yang didapat pada permen jelly adalah
sebesar 48,81 % yang mana telah sesuai SNI yaitu
minimal 27 %. Bila bahan pangan diberikan gula
sebesar 40%, banyak air yang bebas menjadi tak
bebas lagi untuk pertumbuhan mikroba sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan
dapat meningkatkan daya awet (Winarno, 1991).
Kadar gula yang tinggi akan menghambat
pertumbuhan kapang/khamir sehingga dapat
menambah daya tahan produk (pengawet).
KADAR AIR
Air merupakan komponen penting dalam bahan
pangan yang dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur dan citarasa makanan. Kadar air dalam
bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan
daya awet bahan makanan tersebut
(Winarno,1991). Kadar air sangat berpengaruh
dalam mutu pangan sehingga dalam pengolahan,
air tersebut sering dikeluarkan atau dikurangi
dengan cara penguapan dan pengeringan. kadar air
yang diperoleh pada permen jelly adalah sebesar
16,8gan ini dapat disimpulkan bahwa permen jelly
dari daun kembang sepatu memiliki kualitas baik
sehingga kemungkinan dapat menekan
pertumbuhan bakteri dan layak dikonsumsi oleh
masyarakat. Kadar air pada permen jelly yang
terlalu rendah akan menghasilkan permen dengan
warna kecoklatan akibat adanya proses
karamelisasi, sedangkan kadar air yang terlalu
tinggi akan mengurangi keawetan produk.
UJI KAPANG
Berdasarkan analisis yang dilakukan tidak
terdeteksi adanya kapang/khamir di dalam sampel
(negatif). Hal ini dikarenakan perlakuan yang
aseptic dan suhu pemasakan yang tinggi sehingga
dapat meminimunkan jumlah kapang dan khamir
yang tumbuh. Jadi, jumlah kapang/khamir dari
produk permen jelly dari daun kembang sepatu ini
sudah sesuai dengan SNI dan dapat dikatakan
bahwa produk ini layak untuk dikonsumsi.
UJI ORGANOLEPTIK
Uji organoleptik terhadap 40 orang panelis tidak
terlatih mulai dari remaja putra dan putri, didapatkan
persentase tertinggi dari masing-masing parameter
yaitu tingkat kesukaan “suka”, warna “ungu”, rasa
“manis”, tekstur “kenyal”, dan aroma “sedap”. Ini
berarti produk dapat dipasarkan karena masyarakat
cukup menyukai produk ini.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 40
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan. Kadar gula sebesar 48,81 %, Kadar air
sebesar 16,8 %, Uji kapang sebanyak 0 per mL
(negatif). Uji organoleptik didapatkan data yaitu,
Tekstur: Kenyal= 66,67 %
Warna : Hijau= 86,67 %
Rasa : Manis= 93,33 %
Kesukaan: Suka= 83,33 %
Dan dari ¼ kg bahan baku daun menghasilkan ½ kg
permen jelly. ¼ kg permen jelly menghasilkan 16
packing dengan berat bersih 30 gram/packing
dengan persentase produk 200 % dan keuntungan
47,5 % dari biaya produksi.
SARAN
Kepada Analis berikutnya bisa mengembangkan
penilitian ini dengan menambahkan bahan baku
lainnya sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
cita rasa sehingga menambah daya jual dari bahan
yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
EJournal.unbari.ac.id/index.php?option&view=articl
e&id=87:pengaruh-ekstrak-daun-kembang-
sepatu-hibiscus-rosasinensis-dalam-
menurunkan-suhu-anak-demam
Elizarni dan Fitriyeni, 2007. Organoleptik. Sekolah
Menengah Analis Kimia Padang, Padang.
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi
Pangan. Rajagravindo Persada; Jakarta.
https://izzatijannah.wordpress.com/2011/12/08
Standar Nasional Indonesia 3547.2-2008.
Kembang Gula - Bagian 2: Lunak
Sudarmadji, Slamet,dkk,2003. Analisis Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty
Yogyakarta :Yogyakarta.
Tnalaspurwo.org/media/pdf/kea-hibiscus-rosa-
sinensis(kembang-sepatu).pdf.
Winarno, F. G, 1991. Kimia pangan dan gizi. PT
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 41
PEMBUATAN DAN ANALISIS NUGGET DARI AMPAS KEDELAI (Glycine Max)
Yulia Arsiyelis, ST, M.Si 1, Miftahul Khairah2 1Guru SMK-SMAK Padang
2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Ampas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sisa barang yang telah diambil sarinya atau patinya.
Ampas kedelai adalah sisa dari hasil pengolahan kedelai menjadi bahan makanan yang biasanya dibuang saja,
kebanyakan dibuang kesungai sehingga membuat sungai menjadi tercemar dan juga mengganggu lingkungan
karena baunya. Ampas kedelai juga masih banyak mengandung berbagai senyawa yang baik bagi kesehatan,
seperti protein, lemak, kandungan mineral serta berbagai nutrisi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar
protein dengan metode mikro kjedhal dengan hasil 8,06 %, penetapan kadar lemak metode sokletasi dengan
hasil 1,66%, uji angka lempeng total dengan metode hitung cawan dengan hasil 7,425 x 103, serta dilakukan juga
uji organoleptik.
Kata kunci : Ampas kedelai, Naget
ABSTRACT
Residues acording to Indonesian Dictionary is the rest of the stuff that has taken the juice or starch. Soybean
residue is the residue of the processing of soybeans into food that is usually thrown away, dumped into the river,
making most of the river is being polluted and also disturb the environment because it smelled. Soybean residue
also contains many different compounds that are good for health, such as protein, fat, mineral and a variety of
nutrients. The aim of this study was to determine the protein content of the micro kjedhal method with the results
of 8.06%, the determination of fat content sokletasi method with the results of 1.66%, total plate count test with
plate count method with the results of 7,425 x 103, and was also organoleptic tests.
Key word : Soybean residue, Nugget
PENDAHULUAN
Manusia membutuhkan makanan dan minuman
untuk. energi melakukan kegiatan sehari-hari
Dengan perkembangan zaman yang semakin
modern masyarakat lebih suka untuk mengonsumsi
makanan yang cepat saji atau instan. Salah satunya
adalah nugget. Nugget adalah salah satu pangan
hasil pengolahan yang memiliki cita rasa
berdasrkan sumbernya. Bahan dasar nugget
biasanya berasal dari daging sapi atau ayam.
Orang yang vegetarian tidak dapat menikmati
makanan cepat saji yang satu ini. Maka dari itu,
penulis mengganti bahan baku nugget menjadi
ampas kedelai. (www.wikipedia.com)
Ampas tahu merupakan produk sampingan dari
proses pembuatan tahu yang dapat megganggu
lingkungan karena baunya dan belum banyak
dimanfaatkan. Selama ini, ampas tahu hanya
dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak atau
dibuang begitu saja kesungai yang mengakibatkan
sungai tercemar. Dengan pengolahan yang tepat
guna produk sampingan dapat dimanfaat menjadi
makanan yang berigizi dan baik untuk kesehatan.
(Poultryindonesia.com).
Ampas tahu untuk penenlitian ini diperoleh dari
salah seorang pengolah kedelai menjadi susu
kedelai (Ibu Yuhermiza). Karena belum ada yang
melakukan pengolahan terhadap sisa olahannya,
maka penulis tertarik untuk membuat nugget dari
ampas kedelai serta menganalisanya.
METODA
Metoda yang digunakan untuk Angka Lempeng
Total adalah Metode Hitung Cawan, untuk Kadar
Protein Metode Semi Mikro Kjedhal, dan Penetapan
Kadar Lemak Metode Ekstraksi Langsung dengan
Alat Soklet.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 42
Pengambilan Bahan Baku
Bahan baku yang akan digunakan berasal dari
ampas kedelai sisa pembuatan susu kedelai yang
baru diolah di rumah ibu Yuhermiza di Taruko I,
Padang.
Cara Pembuatan Produk
Tiriskan ampas kedelai ½ kg, haluskan bawang
merah 1 ons dan bawang putih 2 siung. Parut wortel
sebanyak 3 ons sampai halus. Kocok telur 2 butir
dalam gelas, masukkan gilingan bawang merah,
bawang putih, parutan wortel ,tepung bumbu sajiku
1 bungkus, royco 2 bungkus, tepung terigu ¼ kg
dan telur yang telah dikocok, kedalam wadah yang
berisi ampas kedelai kemudian diaduk rata.
Sediakan wadah lain, taburkan tepung panir di
dasar wadah, masukkan adonan dengan ketebalan
±1 cm, taburkan lagi tepung panir d iatasnya Kukus
adonan kira-kira 10 menit atau sampai adonan
empuk. Kemudian dinginkan beberapa saat. Cetak
adonan dengan berbagai macam bentuk sesuai
selera. Sebelum digoreng, lumuri adonan yang
sudah dicetak dengan putih telur, lumuri lagi
dengan tepung panir. Nugget dari ampas kedelai
siap dihidangkan.
Uji Organoleptik
Sampel diberikan kepada 25 orang panelis,
kemudian diberikan format pengujian yang akan
diisi sesuai hasil pencicipan panelis.
Penetapan Angka Lempeng Total Metode Hitung
Cawan
Dipipet 1 ml sampel dan dilarutkan dalam 9 mL
BPW dan dihomogenkan (10-1). Dipipet 1 mL
pengenceran 10-1, dilarutkan dalam 9 mL BPW,
dikocok dan dihomogenkan (10-2). Dilakukan
pengenceran 10-3 dengan cara yang sama seperti
10-2. Dipipet 1 mL pengenceran 10-2dan 10-3 ke
dalam cawan petri steril secara duplo. Dituangkan
sebanyak 12-15 mL media PCA (Plat Count Agar)
kedalam tiap cawan. Digoyang cawan petri dengan
hati-hati. Dibiarkan campuran dalam cawan petri
membeku. Dimasukkan kedua cawan petri dengan
posisi terbalik kedalam inkubator dan inkubasi pada
suhu 35°C selama 2X24 jam. Catat pertumbuhan
koloni setiap cawan yang mengandung 25-250
koloni setelah 48 jam. Dihitung angka lempeng total
1 mL sampel dengan mengalikan jumlah rata-rata
koloni pada cawan dengan faktor pengenceran
yang digunakan.
Kadar Protein Metode Semi Mikro Kjedhal
Sampel ditimbang dengan teliti 0,5100 gram
dimasukkan kedalam labu kjedhal, ditambahkan 2
gram campuran selein dan 25 ml H2SO4 pekat,
panaskan sampai larutan menjadi jernih kehijauan
(±2 jam). Sampel dibiarkan menjadi dingin,
kemudian diencerkan kedalam labu ukur 100 ml,
lalu dipaskan dengan aquades sampai tanda tera.
Pipet 5 ml larutan, masukkan kedalam labu suling,
ditambahkan 5 mL NaOH 30% dan beberapa tetes
indicator PP. Kemudian disuling selama 10 menit.
Hasil sulingan ditampung dengan Erlenmeyer yang
telah berisi 10 mL larutan H3BO3 2% yang telah
ditambahkan dengan indikator campuran. Warna
larutan di dalam Erlenmeyer akan berubah dari
warna awal orange menjadi kuning. Bilas ujung
pendingin dengan air suling, kemudian titar dengan
HCl 0,01 N. Perlakuan yang sama juga dilakukan
untuk blanko.
Kadar Lemak Metode Ekstraksi Langsung
dengan Alat Sokletasi
Timbang dengan teliti 2,0000 gram sampel,
masukkan kedalam selongsong. Masukkan
selongsong kedalam alat soxhlet yang telah dengan
labu lemak berisi batu didih yang telah dikeringkan
dan telah diketahui bobot konstannya. Ekstrak
dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama
lebih kurang 6 jam. Uji apakah sudah bebas lemak
dengan cara penambahan NaOH atau diteteskan
pada kertas saring Apabila telah bebas lemak,
sulingkan heksana dan keringkan ekstrak lemak
dalam oven pengeringan pada suhu 115º C.
Dinginkan dan timbang. Ulangi pengeringan ini
hingga diperoleh bobot tetap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kadar Protein
Berat
Sampel
(g)
Volume
Penitaran
(mL)
Rata
-rata
peni
tara
n
Kadar
Protein
(%)
Standa
r
0,5104
gram
2,70 mL 2,67
5
mL
9,23 % Min.
12 2,65 mL
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 43
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kadar
protein sebesar 9,23%, apabila dibandingkan
dengan standar maka hasil yang diperoleh kecil dari
SNI 01-6683-2002, Nagget Ayam (Chicken
nugget). Ini disebabkan kandungan protein pada
ampas kedelai tidak sebesar kandungan dari
produk olahan yang menggunakan kacang kedelai
lainnya.
Tabel 3. Hasil Kadar Lemak
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil
kadar lemak sebesar 1,635%, jika dibandingkan
dengan SNI 01-6683-2002, Naget Ayam (Chicken
nugget) maka hasil yang diperoleh masuk dalam
standar yaitu maksimal 20. Dengan begitu dapat
diambil kesimpulan bahwa nugget ampas kedelai ini
rendah lemak.
Berat Sampel
(g)
Berat Labu +
Batu Didih (g)
Berat Labu +
Batu Didih + Lemak
(g)
Kadar Lemak
(%) Standar
2,0002 105,4413 105,4720 1,66 Maks.
20
2,0003 105,4219 105,4521 1,61
Rata-rata 1,635
Hasil Angka Lempeng Total
Pen
gen
cera
n
Jumlah
Koloni Jumla
h
koloni/
gram
Standar Plate
Count
Stan
dar I II
10-2 80 77 7,85 x
103 7,425 x 103
Mak
s.
5 x
10-4 10-3 6 8 7 x 103
Hasil bagi rata-
rata
pengenceran 10-
2 dan 10-3 <2,
maka diambil
rata-rata
pengenceran
keduanya
Analisis Uji Mikroba yang dilakukan didapatkan
jumlah koloni sebanyak 7,425 x 103, jika
dibandingkan dengan SNI 01-6683-2002, Naget
Ayam (Chicken nugget) hasil yang diperoleh ini
lebih kecil dari standar, maka produk nugget ampas
kedelai ini layak dikonsumsi oleh masyarakat.
Uji Organoleptik
Nugget ampas kedelai ini bertekstur kenyal dan
bewarna coklat kekuningan. Nugget ini dibentuk
dengan bermacam bentuk, agar menambah daya
tarik konsumen. Hasil uji organoleptik yang
diberikan kepada 30 orang panelis tidak terlatih,
yang menyatakan sangat suka, sebesar 37% (11
orang), yang mengatakan suka 63% (19 orang).
Dari 30 orang panelis diperoleh 50% menyukai
nugget ampas kedelai dengan tekstur kenyal dan
bewarna kuning kecoklatan.
Menghitung Biaya Operasional dan Analisis
Keuntungan Nugget Ampas Kedelai
Bahan produksi
Nama Bahan Jumlah
Kebutuhan Harga
Ampas Kedelai ½ Kg Rp.500,-
Bawang Merah 1 ons Rp. 1.000,-
Bawang Putih 2 siung Rp. 500,-
Telur 3 butir Rp. 3.000,-
Tepung Bumbu
Sajiku 1 bungkus Rp. 2.500,-
Royco 2 bungkus Rp. 700,-
TepungTerigu ¼ Kg Rp. 2.000,-
Tepung Panir ¼ kg Rp. 2.000,-
Wortel 3 ons Rp. 1.000,-
Garam 1 bungkus Rp. 500,-
Total Rp. 13.700,-
Biaya Pemasaran 1 kg Nugget :
Plastik Rp. 2.000,-
Label Rp. 2.000,-
Total Rp. 4.000,-
Total Biaya Produksi 1kg Nugget :Rp. 30.900,-
Total Penjualan 1 kali produksi :Rp. 75.000,-
Total Keuntungan :Rp. 75.000 – Rp. 30.900
:Rp. 44.100,-
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang penulis lakukan, dapat
diketahui kandungan dari nugget ampas kedelai
yaitu protein sebesar 8,06%, lemak sebesar
1,635%, Angka lempeng total dengan jumlah koloni
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012 Page 44
7,425 x 103, sedangkan dari hasil uji organoleptik
didapatkan 63% panelis menyatakan suka dan 37%
menyatakan sangat suka. Kadar protein dari produk
tidak sesuai standar dikarenakan bahan baku
berupa ampas kedelai yang tidak memiliki kadar
protein seperti kacang kedelai itu sendiri. Dari
penetapan kadar lemak dan angka lempeng total,
produk nugget ini telah memenuhi syarat dari SNI.
Maka dapat dikatakan bahwa produk nugget ampas
kedelai ini layak untuk dipasarkan dan dikonsumsi
oleh masyarakat. Dari hasil penjabaran secara
sederhana keuntungan yang didapat dari hasil
penjualan nugget ampas kedelai ini sebesar Rp.
44.100,-.
SARAN
Agar produk ini tetap awet, maka sebaiknya
disimpan di dalam kulkas. Diharapkan juga agar
produk ini bisa berkembang dengan penambahan
bahan baku lainnya sehingga menambah cita rasa
dan nilai gizi dari nugget ampas kedelai. Karena
produk ini adalah bahan olahan dari limbah atau
ampas kedelai maka penulis menyarankan agar
adanya penelitian selanjutnya dengan parameter
lain yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita.2004. Pinsip Dasar Ilmu Gizi. PT.
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Gusti, Eli. Yeni Harmayanti. 2006. Modul Analisis
Proksimat. SMAK : Padang
Ir. Suprapti, Lies. 2005. Teknologi Pengolahan
Pangan “Pembuatan Tahu”. Kanisius
(Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti. 1993.
Pemanfaatan ampas tahu sebagai
makanan tambahan. Proceeding
Seminar 1983.Lembaga Kimia Nasional-
LIPI, Bandung.
Elizarni. Fitriyeni. 2007. Modul Organoleptik. SMAK:
Padang
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 45
UJI KADAR GULA, UJI CEMARAN LOGAM Cu, UJI CEMARAN MIKROBA ALT, SERTA
PENETAPAN KADAR AIR PADA PERMEN KESEHATAN DAUN SIRIH
(Chaviva auriculata Miq)
Dra. Nilma, MP1, Billi Aziz2
1Guru SMK-SMAK Padang 2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Telah dilakukan pembuatan dan analisis permen daun sirih. Dari hasil analisis didapatkan, Kadar air (metoda
Thermovolumetri) 15%, Kadar Gula sebagai sakarosa ( metoda Luff Schrool) 77,49%, Angka Lempeng Total
(Metode hitung cawan) 1 x 103 koloni/g, dan Cemaran Logam Cu (Metoda Spektrofotometri Serapan Atom) -
0,2117 mg/kg. Lebih dari 70%panelis menyukai permen daun sirih.
ABSTRACT
Was done makings and analisis is betel leaf peppermint. Of analisis's result is gotten, Water rate
(Thermovolumetri's method) 15%, Sugared rate as sakarosa( Luff Schrool's method) 77,49%, Plate number Total
(Method accounts cup) 1 x 10 3 colony / g, and Cu's Metal Calumny (Spektrofotometri's method Atom uptake) -
0,2117 mg / kg. More than 70% panelis like betel leaf peppermint.
PENDAHULUAN
Permen adalah produk pangan yang disukai semua
orang, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.
Berbagai bentuk, rasa, dan warna sangat memikat
menjadi faktor utama. Tidak dapat dipungkiri
konsumsi permen sangat besar di masyarakat. Hal
ini menyebabkan pembuatan permen dapat menjadi
peluang bisnis yang sangat potensial.
Permen termasuk salah satu makanan berkalori
tinggi yang pada umumnya berbahan dasar gula,
air, dan sirup fruktosa. Pada umumnya permen
sangat disukai oleh kalangan anak - anak.
Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang
tumbuh merambat atau bersandar pada batang
pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya
biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama
gambir, pinang dan kapur. Sirih digunakan sebagai
tanaman obat (fitofarmaka); sangat berperan dalam
kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun
Melayu.
Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang
ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga
bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka
pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan.
Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan
dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan
menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat
hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper
betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke
dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan
aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk
mengendalikan hama penghisap.
Kandungan senyawa anti bakteri dalam sirih dapat
bekerja pada bakteri gingivitis (aaerob dan anaerob)
dan bakteri pembentuk plak (Stertococcus mutans-c
dan streptococcus mutans-d) (Syarief, 1992);
kandungan antioksidannya dapat menghambat
oksidasi penyebab ketengikan (Matz, 1984). Faktor
lainnya yang mempengaruhi pemilihan daun sirih
sebagai bahan baku adalah harga yang relatif
murah dan mudah diperoleh.
METODA
Metoda yang digunakan untuk Uji kadar gula adalah
Iodometri, untuk Uji ion logam Cu dan Penetapan
kadar air adalah metoda Termovolumetri adalah
serta untuk Uji cemraan mikroba ALT adalah
metoda hitung cawan.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 46
EKSPERIMENTAL
Pengambilan Sampel
Pengambilan bahan dasar pembuatan permen daun
sirih di peroleh di daerah pasar raya Padang. Gula
pasir 250 g direbus dengan 125 mL air rebusan
daun sirih sampai mendidih sambil terus diaduk.
Dimasukkan 165 g glukosa cair dan terus diaduk
selama ±30 menit, diangkat dan didiamkan.
Dimasukkan adonan permen ke dalam cetakan,
diamkan hingga dingin dan mengeras, setelah itu
keluarkan permen dari cetakan dan bungkus dalam
plastik.
UJI KADAR GULA
Standarisasi Natrium Thio Sulfat 0,1 N dengan
Kalium Dikromat 0,1 N
Larutan K2Cr2O7 0,1 N dipipet sebanyak 10 mL
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
Ditambahkan 25 mL aquades, 15 mL H2SO4 4 N, 15
mL KI 20%, kemudian dititar dengan Na2S2O3 0,1 N
sampai warna kuning gading. Ditambahkan 1 mL
amilum 0,5% kemudian dititar kembali dengan
menggunakan larutan standar Na2S2O3 0.1 N
sampai hilangnya warna biru. Baca volume
penitaran.
Uji Kadar Gula
Preparasi Sampel
Ditimbang 2 g sampel dimasukkan ke dalam labu
ukur 250 mL ditambahkan sedikit air an dikocok.
Ditambahkan 5 mL Pb asetat ½ basa, kemudian
diteteskan 1 tetes larutan Ammonium Pospat
10%(bila timbul endapan putih maka penambahan
Pb asetat ½ basa sudah cukup). Ditambahkan 15
mL Ammonium Pospat 10%. Dikocok dan dipaskan
dengan aquades sampai tanda tera, dihomogenkan
dan disaring hingga didapatkan filtratnya.
Sebelum Inversi
Dipipet 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 15 mL aquades
dan 25 mL larutan Luff school dan beberapa batu
didih, dipasangkan pendingan tegak dan direfluk
selama 3 menit mendidih, panaskan terus selama
10 menit, didinginkan. Kemudian ditambahkan 25
mL H2SO4 25% dan 10 mL larutan KI 20%, dititrasi
dengan larutan Na2S2O3 0.1 N hingga kuning
gading, ditambahkan 2 mL amilum 0,5%, dititrasi
kembali dengan larutan Na2S2O3 0.1 N sampai
hilang warna biru. Baca volume penitaran. Lakukan
sebanyak duplo. Blanko juga dilakukan.
Sesudah Inversi
Dipipet 50 mL filtrat dimasukkan kedalam labu ukur
100 mL, ditambahkan 25 mL HCl 25% dan
dipanaskan sampai suhu 680C-700C, didinginkan.
Kemudian ditambahkan indikator PP, netralkan
larutan tersebut dengan menambahkan NaOH 30%.
Dipipet 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 15 mL aquades
dan 25 mL larutan Luff school dan beberapa batu
didih, dipasangkan pendingan tegak dan direfluk
selama 3 menit mendidih, panaskan terus selama
10 menit, didinginkan. Kemudian ditambahkan 25
mL H2SO4 25% dan 10 mL larutan KI 20%, dititrasi
dengan larutan Na2S2O3 0.1 N hingga kuning
gading, ditambahkan 2 mL amilum 0,5%, dititrasi
kembali dengan larutan Na2S2O3 0.1 N sampai
hilang warna biru. Baca volume penitaran. Lakukan
sebanyak duplo. Blanko juga dilakukan.
UJI LOGAM Cu
Preparasi Sampel
Ditimbang sampel sebanyak 2 g, diarangkan dan
dilanjtukan dengan pengabuan di dalam furnace
dengan suhu 700-9000C, abu yang dihasilkan
dilarutkan dengan sedikit HNO3 pekat dan
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL, kemudian
cawan porselen dibilas dengan aquabides, air
bilasan dimasukkan kedalam labu ukur dan
dipaskan dengan aquabides sampai tanda tera dan
dihomogenkan.
Pembuatan Larutan Standar Cu
Dipipet sebanyak 10 mL tritisol Cu 1000 ppm,
kemudian dimasukkan ke dalan labu ukur 100 mL,
ditambahkan aquabides sampai tanda tera dan
dihomogenkan. Dibuat deret standar dengan
komposisi 0, 0.5, 1, 1.5, 2, 2.5 ppm didalam labu
ukur 50 mL, ditambahkan aquabides sampai tanda
tera dan dihomogenkan. Absorban diukur dengan
menggunakan AAS.
Pembuatan Larutan Standar Cu
Dipipet sebanyak 5 mL tritisol Na 1000 ppm,
kemudian dimasukkan ke dalan labu ukur 50 mL,
ditambahkan aquabides sampai tanda tera dan
dihomogenkan. Dibuat deret standar dengan
komposisi 0, 0.5, 1, 1.5, 2, ppm didalam labu ukur
100 mL, ditambahkan aquabides sampai tanda tera.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 47
UJI CEMARAN MIKROBA ALT
Dibuat tingkat pengenceran sesuai dengan tingkat
kebutuhan, 10-1; 10-2; 10-3, dengan menggunakan
larutan pengencer PW, 1 mL sampel dalam 9 mL
larutan pengencer. Dipipet masing-masing 1 mL
dari pengenceran 10-2-10-3 ke dalam cawan petri
steril secara duplo, dituangkan 12 mL-15 mL media
PCA yang masih cair dengan suhu 450C ke dalam
masing-masing cawan petri. Goyangkan cawan
petri dengan hati-hati sampai media tercampur rata.
Biarkan campuran dalam cawan petri memadat.
Masukkan cawan petri dengan posisi terbalik dalam
inkubator pada suhu 350C selama 48 jam. Dicatat
pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri, yang
mengandung 25 koloni - 250 koloni dalam 48 jam.
Lakukan juga pada blanko.
PENETAPAN KADAR AIR
Ditimbang sampel sebanyak 5 g, dimasukkan
sampel ke dalam labu destilasi, ditambahkan 50 mL
xylol dan beberapa batu didih. Dipasang rangkaian
destilasi dengan menggunakan segitiga continue
(Aufhauser), pendingin lurus dan labu destilasi yang
berisis sampel tadi. Dilakukan proses destilasi
dengan menggunakann lampu spritus selama 1 jam
sampai semua air dalam sampel dibebaskan.
Proses destilasi dihentikan apabila tidak ada lagi air
yang masuk ke dalam Aufhauser. Di baca jumlah
mL air yang terdapat pada alat aufhauser.
HASIL DAN PEMBAHASAN
UJI KADAR GULA
N
o.
Samp
el (g)
Sebelu
m
inversi
(%)
Sesuda
h
inversi
(%)
Sakaro
sa (%)
1. 2,001
5 10,17 91,81 77,56
2. 2,000
1 7,62 89,12 77,43
Rata-rata sukrosa 77,49
Dari praktikum yang telah dilakukan jumlah kadar
gula yang terdapat dalam minuman kesehatan sari
tebu adalah 77,49 %. Hasil yang didapat masuk
standar yaitu Min. 35%.
UJI LOGAM Cu
No Sampel Konsentrasi
(mg/kg)
Rata-rata
(mg/kg)
1 1 -0,0957 -0,2117
2 2 -0,1160
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan
logam Cu dalam sampel yaitu sebanyak -0,2117
mg/kg dan hasil ini masuk ke dalam standar yaitu
maks. 2 mg/kg.
PENETAPAN KADAR AIR
No Sampel
Berat
yang
terbaca
Kadar
air (%)
Rata-rata
(%)
1 1 0,3 15 15
2 2 0,3 15
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan
hasil kadar air melebihi standar SNI yaitu
maks.3,5%. Hal ini disebabkan mungkin karena
proses pemanasankurang sempurna, sehingga
kadar air masih tinggi.
UJI CEMARAN MIKROBA ALT
N
o
Tingkat
pengen
ceran
Jumlah
(koloni/
gram)
Hasil
(koloni/
gram)
ALT
(koloni/g
ram)
1 10-2
10-2
9
12
10,5 x
102 <30x102
(1x103) 2 10-3
10-3
3
3 3 x 103
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa cemaran mikroba angka
lempeng total dari SNI kembang gula bagian keras.
KESIMPULAN
Dari analisis yang telah dilakukan terhadap permen
dai daun sirih didapatkan kadar air 15%, kadar gula
77,49%, kadar Cu -0,2117 mg/kg, dan jumlah koloni
cemaran mikroba angka lempeng total 1x103
koloni/gram.
SARAN
Diharapkan kepada masyarakat agar dapat
mengolah daun sirih selain dijadikan sebagai obat
juga dapat bernilai ekonomis. Penulis juga
mengharapkan kepada pembaca yang berkeinginan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap
permen sirih ini dengan parameter yang berbeda.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 48
Agar dapat lebih mengetahui kendungan terhadap
permen sirih ini, serta manfaat yang didapat.
Disarankan untuk penyimpananpermen daun sirih di
tempat yang sejuk agar permen tetap segar.
DAFTAR PUSTAKA
Alamatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Mustofiah, Dewi.2011.Bunga-Bunga Sekitar Kaya
Obat untuk Kesehatan. Jakarta; Gagas
Media.
Standar Nasional Indonesia. 01-3547-2008.
Kembang Gula – Bagian 1 : Keras
Standar Nasional Indonesia. 01-3547-2008.
Kembang Gula – Bagian 1 : Keras. Cara
uji kembang gula Keras Lampiran
B.5. Cara uji gula
Standar Nasional Indonesia. 01-3547-2008.
Kembang Gula – Bagian 1 : Keras. Cara
uji kembang gula Keras Lampiran
B.3. Kadar air
Sudarmadji, Slamet. 2001, Analisa Bahan Makanan
dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Winarno, F.G. 2004, Kimia Pangan dan Gizi. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 49
PEMBUATAN DAN ANALISIS TELUR ASIN RASA BAWANG DAN RENDANG
Sylvi, S.T,M.Si1, Nofrita2 1Guru SMK-SMAK Padang
2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah di cerna, dan bergizi tinggi.
Selain itu,telur juga mudah di peroleh dan harganya relative murah. Umumnya telur itik digunakan untuk telur
asin yang bertujuan untuk mengawetkan serta menambah cita rasa. Pada saat ini telur asin dibuat ditambahkan
dengan rasa rendang dan bawang. Dalam penilitian ini dilakukan penetapan kadar protein dengan metode semi
mikro kjedhal dengan hasil 11.35 %, penetapan kadar garam dengan hasil 2,76%, kemudian uji angka lempeng
total dengan metode hitung cawan dengan hasil 3.75 x 102,serta dilakukan juga uji organoleptik.
ABSTRACT
Eggs are one source of animal protein that taste delicious, easily digested and highly nutritious. In addition, eggs
are also easily obtained and relatively cheap price. Generally eggs duck used to the salted roes which aims to
preserve and increase it tastes. At this time of the salted roes made added with a sense of rending and onions.
The study is done in the levels of a protein with this method of micro spring kjedal with the 11:35%, the level of
the determination of a salt with the result of rp 2.76%, then test with a total plate count method of calculating with
the 3.75 x 102, and organoleptic tests are also performed.
PENDAHULUAN
Telur adalah salah satu sumber protein hewani
yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan
bergizi tinggi.Selain itu telur mudah diperoleh dan
harganya murah.Telur dapat dimanfaatkan sebagai
lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung
telur, obat, dan lain sebagainya.Telur terdiri dari
protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan
mineral.Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian
kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino
esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti :
besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B
kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua
lemak terdapat pada kuning telur.Adapun putih telur
yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan
telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit
karbohidrat.telur.(Anonymous, 2000)
Telur itik mempunyai kandungan protein lebih
banyak terdapat pada kuning telur 17 %, sedangkan
bagian putihnya terdiri dari ovalbumin (putih telur)
dan ovavitelin (kuning telur). Sebutir telur
mempunyai kegunaan protein (net protein
utilization) 100% dibandingkan dengan daging
ayam (80%) dan susu (75%). Berarti jumlah dan
komposisi asam aminonya sangat lengkap dan
berimbang, sehingga hampir seluruh bagiannya
dapat digunakan untuk pertumbuhan maupun
penggantian sel-sel yang rusak. Hampir semua
lemak dalam sebutir telur itik terdapat pada bagian
kuningnya, mencapai 35%, sedangkan di bagian
putihnya tidak ada sama sekali. lemak pada telur
terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida
(umumnya berupa lesitin), dan kolesterol.
Kandungan nilai gizi telur itik secara umum lebih
tinggi dibandingkan dengan telur ayam. Kelemahan
telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik
kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat
serangan mikroorganisme melalui pori-pori
telur.Untuk mengurangi kerusakan telur itik selama
penyimpanan dan sekaligus meningkatkan nilai
ekonominya dilakukan upaya pengasinan
(Sarwono, 1995). Pengasinan telur umumnya
dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 50
dalam larutan garam dan pemeraman oleh adonan
campuran garam dengan tanah liat, atau abu gosok
atau bubuk bata merah. Kebanyakan kebiasaan
masyarakat mengkonsumsi telur asin sebagai lauk,
hal ini merupakan peluang untuk membuat Produk “
Telur Asin Rasa Bawang dan Rasa Rendang”.Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul
laporan analisis II “Telur Asin Rasa Bawang dan
Rasa Rendang”.Selain itu, rata-rata telur asin yang
dijual hanya memiliki rasa asin saja. Sehingga “
TelurAsin Rasa Bawang dan Rasa Rendang” yaitu
telur asin yang memiliki gizi protein tinggi, rasanya
berbeda sangat cocok dikembangkan. Pembuatan
produk telur asin rasa bawang ini menpunyai nilai
tambah pada telur asin itu sendiri.Untuk
meningkatkan kepercayaan konsumen dengan
produk, maka dilakukan analisa terhadap produk.
METODA
Metoda yang digunakan untuk, untuk Kadar garam
Argentometri cara mohr, protein adalah semi
mikrokjedhal,penentuan Uji Cemaran Mikroba (ALT)
metoda TPC, dan Uji hedonik (tingkat kesukaan)
metoda organoleptik.
EKSPERIMENTAL
Pengambilan Sampel
Diambil cuplikan secara acak dari berbagai hasil
produk. Analisis pertama yang dilakukan analisis
mikrobiologi, analisis kadar garam kemudian
dilanjutkan dengan kadar protein.
UJI CEMARAN MIKROBA (ALT)
Sampel dihaluskan dan ditimbang 1 gram.
Dilarutkan dalam 9 mL BPW steril dan dimogenkan
(10-1). Dipipet 1 mL pengenceran 10-1, dilarutkan
dalam 9 mL BPW steril, dikocok dan dihomogenkan
(10-2). Dilakukan pengenceran 10-3 dengan cara
yang sama seperti 10-2. Dipipet 1 mL pengenceran
10-2 dan 10-3 ke dalam cawan petri secara duplo.
Dituangkan sebanyak 12-15 mL media PCA (Plat
Count Agar) ke dalam tiap cawan. Digoyang cawan
petri dengan hati-hati. Dibiarkan campurkan dalam
cawan petri membeku. Dimasukkan kedua cawan
petri dengan posisi terbalik ke dalam incubator dan
inkubasi pada suhu 35oC selama 2x24 jam. Dicatat
pertumbuhan koloni pada setiap cawan yang
mengandung 25-250 koloni setelah 48 jam. Dihitung
angka lempeng total 1 mL sampel dengan
mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan
dengan faktor pengenceran yang digunakan.
PENENTUAN KADAR PROTEIN
Standarisasi Asam Klorida 0,01 N dengan
Natrium Borak 0,01 N
Dipipet larutan Na2B4O7 10 mL, dimasukkan
kedlam Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 25 mL
aquades, indikator MM, dititrasi dengan HCl dengan
TAT orange.
Penentuan Kadar Protein
Ditimbang teliti 0,5100 gram contoh dimasukkan
kedalam labu kjedhal 100 mL. Ditambahkan 2,0000
gram campuran selen dan 25 mL H2SO4 pekat
teknis. Didestruksikan hingga larutan hijau jernih.
Setelah didinginkan, diencerkan dalam labu ukur
100 mL. Dipipet 5 mL dengan pipet gondok dan
dipindahkan kedalam labu didih 250 mL serta
ditambahkan batu didih. Ditambahkan 2-3 tetes
indikator PP dan 5 mL NaOH 30 % (berlebih) dan
hubungkan dengan alat penyuling. Hasil sulingan
ditampung dengan 10 mL H3BO3 2 % , dan 3-5
tetes indikator MM. Sulingkan hingga hasil sulingan
berwarna kuning. Dititar hasil sulingan dengan HCl
0.01 N dengan titik akhir titrasi orange. Dikerjakan
blanko dengan mengganti bahan dengan aguades,
lakukan destruksi, destilasi, dan titrasi seperti bahan
contoh.
PENENTUAN KADAR GARAM (NaCl)
Standarisasi AgNO3 0.01N dengan NaCl 0.01N
Dipipet larutan NaCl 10 mL, dimasukkan kedlam
Erlenmeyer 250 mL, indikator K2CrO4, dititrasi
dengan AgNO3 dengan TAT endapan merah bata.
Penentuan Kadar Garam
Hasil sampel yang sudah diabukan, dilarutkan
kemudian disaring menggunakan kertas saring
yang filtratnya ditampung dengan labu ukur 100 mL
hingga bebas klor, paskan sampai tanda batas.
Dipipet 5mL larutan kedalam Erlenmeyer 250mL.
Diasamkan dengan beberapa tetes HNO3 (1:1),
sampai larutan bereaksi asam terhadap indikator
MM. Dinetralkan dengan MgO ditambah 1mL
larutan K2CrO4 dititar dengan AgNO3 sampai
endapan merah bata.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 51
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian terhadap sampel telur asin rasa
bawang dan rendang
No
.
Produk Para-
meter
Hasil Standar
1. Telur Asin
Penetap
an
kadar
Garam
2,76% Min. 2%
2. Telur Asin
Penetap
an
Angka
Lempen
g Total
3.75 x
102
Maks.
1 x 105
3. Telur Asin
Penetap
an
kadar
Protein
11.35
%
4.
Telur Asin
Rasa
Bawang
Uji
Organol
eptik
(uji
hendoni
k)
Suka
55%
Telur Asin
Rasa
Rendang
Suka
55%
Telur Asin Suka7
5%
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka
didapat kadar protein yang diperoleh adalah
11.35%,hasilnya tidak terlalu berbeda dengan kadar
protein pada telur asin yaitu sebesar 13,6%(Alex,
2011). Hal itu disebabkan karena jenis itik yang
dipelihara serta kualitas pemeliharaanya, terutama
faktor pakan pada masing-masing perternak itik
berbeda sehingga ketersedian protein pada
masing-masing telur itikpun berbeda.
Dari praktikum Uji Mikroba yang dilakukan
didapatkan jumlah koloni sebanyak 3,75 x 102, jika
di bandingkan dengan SNI 7388-2009, syarat mutu
daging segar . Hasil yang diperoleh lebih kecil dari
ketentuan standar, karena prodak ini banyak
mengandung garam, yang berfungsi untuk sebagai
bahan pengawet serta pencegah masuknya bakteri
pembusuk kedalam telur.
Dari praktikum Uji Kadar Garam yang dilakukan
didapatkan kadar rata-ratanya sebesar 2,76%, jika
di bandingkan dengan SNI 01-4277-1996, telur asin
. Hasil yang diperoleh melebihi batas minimal yaitu
sebesar 2%, garam berfungsi sebagai pengawet
sehingga dapat disimpan pada suhu kamar.Garam
juga dapat berfungsi sebagai pencegah masuknya
bakteri pembusuk, dimana sebagai bukti hasil ALT
yang jauh di bawah rata-rata.Dari sini dapat
disimpulkan bahwa “Telur Asin Rasa Bawang dan
Rendang” cukup layak untuk dikonsumsi.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dengan
menggunakan sampel “Telur Asin Rasa Bawang
dan Rasa Rendang” maka didapat hasil kadar
proteinnya sebesar 11.35%, kadar garam 2.7%,
dan cemaran mikrobanya 3.75 x 102 koloni/gram
sampel. Dari 15 butir telur asin rasa bawang dan
rendang didapat produk jadi sebanyak 15 butir dan
presentase keuntungan sebanyak 10%.
SARAN
Penulis menyarankan agar dilakukan analisis
parameter yang lainya. Dan juga demi
meningkatkan kreasi dan inovasi sebaiknya
dilakukan pembuatan telur asin tidak hanya
menggunakan rasa bawang dan rendang saja
melainkan dapat memanfaatkan rasa lainya, serta
juga dapat menumukan cara lain sehingga rasa
yang didapat lebih enak juga dapat untuk dijadikan
peluang usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Alex.2011.Telur Asin & Telur Aneka
Rasa.Yogyakarta:Penerbit Pustaka Baru
Press.
Bambang Suharno, Ir. dan Khairul Amri. 2007.
Beternak itik secara intensif.
Direktorat Gizi,Departemen Kesehatan RI. 1981.
Daftar Bahan Makanan: Jakarta
Esti dan A. Sediadi.2000.Telur Asin.TTG Budidaya
Pertanian. http//www/ristek.go.id
Suprapti, M dan O. Rostiana.2002.Pengawetan
Telur: Telur Asin, Tepung telur,dan Telur
Beku.Kanisius,Yogyakarta.
Sarwono,B. 1995. Telur :Pengawetan dan
Manfatnya. Jakarta: PT Penebar
Swadaya.
Suhardi,dkk.1997.Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Minuman
Standar Nasional Indonesia 01-2891-1992 Cara Uji
Makanan dan Minumanan
Standar Nasional Indonesia 01-3556-2000 Cara Uji
Garam Konsumsi Beryodium
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 52
Standar Nasional Indonesia 01-4277-1996 Telur
Asin
http://zaifbio.wordpress.com/2010/05/05/telur-
amara-polkad-telur-asin-macam-rasa-
enak-dan bergizi”/. Rabu,22 Februari
2012 jam 10:07
(http://www.chem-is-try.org/materi kimia/ instrumen
analisis/ uji-organoleptik/ ujiorganoleptik/
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 53
PEMBUATAN KERIPIK KULIT SINGKONG SERTA ANALISISNYA
Silvania Lorina,M.Si 1,Afrisan2 1Guru SMK-SMAK Padang
2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Singkong merupakan tanaman tropis yang hampir semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan,
mulai dari daunnya sampai umbinya. Umbi singkong biasanya hanya diambil dagingnya untuk diolah sebagai
makanan sedangkan kulitnya dibuang sebagai limbah. Kulit singkong merupakan sisa dari produksi olahan umbi
singkong ternyata mempunyai potensi yang besar menjadi suatu produk yang mempunyai nilai jual yang tinggi
yaitu keripik kulit singkong karena pada kulit singkong masih memiliki banyak kandungan karbohidrat yang cukup
tinggi. Dari produk keripik kulit singkong yang telah dibuat, maka dilakukan analisa mutu dari produk olahan
tersebut, yaitu penetapan kadar karbohidrat dengan metoda iodometri, penetapan kadar asam lemak bebas,
penetapan kadar air dan uji organoleptik, sehingga di dapatkan hasil berturut-turut sebesar 65,02% untuk kadar
karbohidrat, 0,02% untuk kadar asam lemak bebas, 1,57% untuk kadar air
ABSTRACT
Cassava is a tropical plant that almost all parts of this plant can be used, starting from the leaves to the
tubers. Cassava tubers are usually only for processed meat as food while the skin discarded as waste. Cassava
is the remainder of the production of processed cassava roots apparently has a great potential to be a product
that has a high value because of the cassava chips in cassava peel still has a lot of high carbohydrate content. Of
cassava chips products that have been made, then analyzed the quality of processed products, namely the
determination of carbohydrate content by iodometric method, the determination of free fatty acid levels, the
determination of water content and organoleptic test, so in get the results, 65.02 % for carbohydrate content,
0.02% for levels of free fatty acids, 1.57% for moisture content, respectively
A. PENDAHULUAN
Singkong merupakan buah yang banyak
mengandung karbohidrat, mineral, serat dan
kandungan gizi yang bermanfaat untuk tubuh.
Hampir semua bagian dari pohon singkong dapat
dimanfaatkan mulai dari umbinya hingga daunnya.
Umbi singkong biasanya hanya diambil dagingnya
untuk makanan ringan, sedangkan kulit singkong
dibuang begitu saja atau dijadikan makanan ternak.
Padahal, di dalam kulit singkong memiliki
kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu
sebesar 8-15% dari berat total singkong segar
(http://bisnisukm.com/kulit-singkong-lezat-bergizi-
dan bernilai-jual-tinggi.html)
Berdasarkan informasi tersebut, maka
dilakukanlah pengolahan limbah berupa kulit
singkong ini menjadi produk olahan berupa keripik
kulit singkong yang mempunyai nilai jual yang lebih
tinggi. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk
mensisiati limbah menjadi produk yang memiliki
nilai ekonomis.
Diharapkan dengan adanya pembuatan keripik kulit
singkong ini dapat dijadikan peluang usaha yang
menguntungkan serta bisa dinikmati semua
kalangan serta meningkatkan manfaat kulit
singkong sebagai produk pangan olahan yang lebih
menguntungkan daripada hanya dijadikan sebagai
limbah.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 54
METODA
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan praktik dilakukan di Laboratorium
SMK SMAK Padang dari tanggal 01 Maret sampai
dengan 30 April 2012.
2. Sampling Bahan Baku
Bahan baku kulit singkong didapat dari kebun
singkong di dekat rumah penulis. Kulit singkong
tersebut biasanya hanya ditinggal dalam kebun oleh
para pembeli singkong.
3. Sampling sampel
Sampling untuk analisis dari produk yang telah
dibuat dilakukan dengan metoda quatering, dengan
cara mengambil beberapa bungkus keripik yang
telah dibungkus secara random dengan rumus 𝑥 =
√𝑛 + 1 dan kemudian sampel tersebut
digabungkan semua, setelah itu baru dilakukan
quatering dengan cara membagi 4 sampel tersebut
dan diambil sampel yang berhadapan. Kemudian
sampel yang diambil tadi diaduk lagi dan dilakukan
quatering kembali sampai didapatkan jumlah
sampel yang sesuai untuk analisis yang akan
dilakukan.
4. Alat
Alat yang digunakan, adalah : desikator, cawan
penguap, erlenmeyer250 mL dan 500 mL, gelas
piala 250 mL, labu ukur 100 mL, buret 50 mL,
pendingin tegak, corong, batang pengaduk, pipet
gondok 10 mL, pipet takar 10 mL, pipet tetes,
soklet, pendingin gondok, labu didih, gelas ukur 100
mL, pipet gondok 25 mL, neraca analitik, oven,
tissu, tang penjepit, labu semprot, penangas air,
standar, klem, slang plastik dan lampu spritus.
5. Bahan
Bahan yang digunakan, adalah : asam klorida
3%, kertas lakmus, kaertas Luff, KI 30%, NaOH
30%, asam sulfat 25%, aquades, larutan kanji
(indikator), Thio 0,1N, larutan baku tembaga sulfat 5
hidrat, asam sitrat, kalium dikromat 20%, asam
asetat 3%, alkohol 96%, indikator pp, sampel
(keripik kulit singkong), kapur sirih, minyak goreng,
gabus, karet, kertas saring dan gas.
6. Cara Kerja
Pembuatan Keripik
Disiapkan semua peralatan, bahan dan bumbu.
Direndam kulit singkong selama 1 jam, dipisahkan
kulit singkong antara kulit luar dan kulit dalam yang
akan dipakai dan dicuci kembali,. Direndam kulit
singkong dalam air kapur sirih selama 1 jam
kemudian dibilas hingga bersih. Kulit singkong yang
telah dibilas tadi kemudian direbus hingga matang
setelah itu dikering anginkan. Kulit singkong yang
telah kering dilumuri dengan tepung bumbu dan
digoreng. Kemudian keripik dikemas sesuai dengan
keinginan.
Penetapan Karbohidrat
Ditimbang 5 gram sampel ke dalam erlenmeyer
500 mL. Kemudian ditambahkan 200 mL asam
klorida 3%, refluk selama 3 jam dengan pendingin
tegak. Dinginkan dan netralkan dengan larutan
NaOH 30% (dengan lakmus atau pp) dan
tambahkan sedikit asam asetat 3% agar suasana
larutan agak sedikit asam. Pindahkan isinya ke
dalam labu ukur 500 mL dan impitkan hingga tanda
batas kemudian saring. Dipipet 10 mL hasil
saringan ke dalam erlenmeyer 500 mL, tambahkan
25 mL larutan Luff (dengan pipet) dan beberapa
butir batu didih serta 15 mL aquades. Panaskan
dengan penangas air (refluk) campuran tersebut
dengan nyala api tetap. Usahakan agar larutan
dapat mendidih dalam waktu 3 menit, didihkan terus
selama 10 menit (dihitung dari saat mulai mendidih)
kemudian cepat dinginkan dalam bak berisi es.
Setelah dingin tambahkan 15 mL larutan KI 20%
dan 25 mL asam sulfat 25% perlahan-lahan. Titar
secepatnya dengan larutan thio 0,1 N (gunakan
indikator larutan kanji 0,5%).
Rumus :
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 = 𝑤1 𝑥 𝑓𝑝
𝑤 𝑥 100 %
Keterangan :
Kadar karbohidrat : 0,90 x kadar glukosa
W : bobot cuplikan (mg)
W1 : glukosa yang terkandung
Untuk mL thio yang diguna
Kan dalam mg dari daftar
Luff-Scrhool
Fp : faktor pengenceran
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 55
Penetapan Asam Lemak Bebas
Ditimbang 5 gram sampel yang telah digiling
kemudian masukkan kedalam erlenmeyer 250 mL.
Tambahkan 50 mL alkohol 96% netral. Kemudian
tambahkan 1-3 tetes indikator pp. Titar dengan
NaOH 0,1 N, hingga warna merah muda (pink) yang
tidak berubah selama 15 detik. Lakukan penetapan
duplo. Hitung kadar asam lemak bebas
Rumus :
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
= (𝑉 𝑥 𝑁)𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝐸 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑝𝑎𝑙𝑚𝑖𝑡𝑎𝑡
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000 𝑥 100%
Penetapan Kadar Air
Ditimbang 5 gram sampel ke dalam cawan
porselen yang sudah diketahui bobotnya. Panaskan
dalam oven pada suhu 105oC. Kemudian dinginkan
dalam desikator. Timbang cawan porselen sampai
di dapatkan bobot konstan.
Rumus :
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟
= 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%
Uji Organoleptik
Diletakkan keripik kulit singkong dalam wadah
kemudian 30 panelis akan melakukan uji
organoleptik keripik kulit singkong tersebut. Panelis
akan memberikan hasil organoleptik dengan kriteria
rasa, tekstur, warna dan bau dari keripik kulit
singkong.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Uji dan Kualitas Mutu Produk
No. Parameter Hasil
1. Karbohidrat 65,02 %
2. Asam lemak bebas 0,02 %
3. Kadar air 1,57 %
4. Organoleptik Rasa agak pedas,
tekstur renyah, warna
coklat kemerahan dan
berbau normal
Dari tabel 1, terlihat bahwa di dalam keripik
kulit singkong terdapat kadar karbohidrat yang
cukup yaitu sebesar 65,02%. Dengan tingginya
kadar karbohidrat dalam keripik singkong maka
keripik ini dapat dijadikan makanan ringan yang
baik bagi kesehatan, karena karbohidrat berguna
sebagai sumber energi, mencegah timbulnya
ketosis (penumpukan asam lemak), mencegah
kehilangan mineral dari dalam tubuh, membantu
metabolisme lemak dan protein, membantu sistim
pencernaan yang mengandung lemak serta
pemberi rasa manis pada makanan.
Untuk kadar asam lemak bebas, minimal yang
diperbolehkan oleh standar nasional indonesia
(SNI) adalah 2,5%. Untuk keripik kulit singkong ini
kadar asam lemak bebas dibawah standar yang
diperbolehkan, oleh karena ini keripik kulit singkong
layak untuk dikonsumsi. Karena jka asam lemak
bebas terlalu tinggi dalam suatu pangan atau
makanan, maka makanan itu akan cepat tengik jika
terpapar dengan udara sehingga mutu makanan
kurang baik mutunya.
Untuk kadar air pada keripik kulit singkong
masih memenuhi persyaratan yang diperbolehkan
oleh SNI keripik, yaitu sebesar 1,57%. Kadar air
yang kecil menyebabkan keripik kulit singkong layak
dikonsumsi dan mempunyai daya tahan yang cukup
lama. Dengan kadar air sedikit, mikroba menjadi
tidak dapat hidup atau berkembang dengan baik
sehingga makanan tidak mudah rusak atau
kadaluarsa.
Untuk uji organoleptik, didapatkan hasil,
bahwa keripik kulit singkong ini mempunyai cita
rasa yang enak, yaitu memiliki rasa yang agak
pedas, bertekstur renyah, bewarna kecoklatan dan
beraroma normal. Sehingga mempunyai potensi
untuk dikonsumsi dan dipasarkan untuk makanan
ringan.
KESIMPULAN
Dari data yang diperoleh dari praktikum, dapat
disimpulkan bahwa keripik kulit singkong memiliki
potensi atau layak untuk dikonsumsi dan
dipasarkan, karena mutu dari keripik kulit singkong
untuk kadar karbohidrat, asam lemak bebas dan
kadar air memenuhi nilai standar dari SNI. Untuk
langkah selanjutnya disarankan untuk melakukan
praktikum selanjutnya untuk parameter lain pada
SNI keripik.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Eli Gusti, Yeni Hermayanti, 2006, Modul Analisis
Proksimat, Padang, Sekolah Menengah
Analis Kimia Padang (SMAKPA)
Elizarni, S.T., M.Si. dan Fitriyeni, M.Si., 2007,Modul
Organoleptik, Padang, Sekolah
Menengah Analis Kimia Padang
(SMAKPA)
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 56
Muchtadi, R. Dan Sugiyono, 1989, Ilmu
Pengetahuan Pangan, Bogor, Pusat
Antar Universitas, Institut Teknologi
Bogor.
Standar nasional Indonesia, SNI 01-2891-1992,
Cara Uji Makanan dan Minuman, Badan
Standarisasi Indonesia.
Winarno, F.G., Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia,
Jakarta.
http://bisnisukm.com/kulit-singkong-lezat-bergizi-
dan-bernilai-jual-tinggi.html.
http://www.berita86.com/2010/05/kripik-kulit-
singkong-dari-limbah.html.
http://travelkompas.com/read/2011/08/24/13075429
/cicipi-renyahnya-kripik-kulit-singkong.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 57
ANALISIS DAN PEMBUATAN NUGGET JAMUR TIRAM PUTIH
(Pleurotus Ostreatus)
Antun Kamilah, S.Pd, M.Kom1, Nora Santoso2 1Guru SMK-SMAK Padang
2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah terpenuhinya gizi sejak didalam
kandungan sampai usia dewasa. Diantara makanan yang mengandung nilai gizi tinggi adalah jamur, salah
satunya yaitu jamur tiram yang mengandung protein 19-35%. Protein sangat penting bagi tubuh kita karena
protein dapat mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak, dan dibutuhkan untuk pembentukkan biomolekul. Jamur
dapat dibuat menjadi berbagai produk olahan, diantaranya adalah nugget. Nugget jamur tiram putih dapat
dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, khususnya mereka yang vegetarian. Dari analisis yang dilakukan,
nugget jamur tiram putih mengandung protein sebesar 22,89%, kadar air 49,11%, dan cemaran mikroba Angka
Lempeng Total dengan jumlah koloni sebesar 3 x 104/mg sampel. Dalam uji Organoleptik nugget jamur tiram
putih dapat diterima oleh masyarakat.
ABSTRACT
One factor that determines the quality of human resource is fulfilled of nutrition, since in the womb untill adult.
Between foods which contain the high nutritional value is mushroom, one of them is oyster mushrooms that
contain 19% - 35% protein. Protein is very important for our body because it can change body’s cells which have
destroyed, and it is needed for forming biomolecul. Mushrooms can be made as many kinds of refine product,
one of them is nugget. Nugget of white oyster mushrooms can be enjoyed by all of society especially for vegans.
Based on analysis that has been done, Nugget of white oyster mushrooms contain 22,89 % protein, 49,11%
water content, and microbial contamination by total plate colony count of 3 x 104/mg samples. Based on
organoleptic tests, Nugget of white oyster mushrooms can be accepted by all of society.
PENDAHULUAN
Jamur tiram mengandung protein berkisar antara
19-35%, lebih tinggi dibandingkan kandungan
protein pada daging sapi yang hanya 21% (Mahasin
Taurisia 2010). Jamur tiram juga mengandung
sembilan asam-asam amino esensial yang tidak
bisa disintesis dalam tubuh yaitu lisin, metionin,
triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin
dan fenilalanin. Kandungan lemak jamur tiram
setidaknya 72% dari total asam-asam lemaknya
adalah asam lemak tidak jenuh. Selain elemen
mikro, jamur juga mengandung berbagai jenis
mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg, dan Cu.
Kandungan serat mulai 7,4-24,6 % sangat baik
bagi pencernaan. Jamur mempunyai kandungan
kalori yang sangat rendah sehingga cocok bagi
pelaku diet.
Jamur juga mengandung berbagai jenis vitamin,
antara lain B1 (thiamine), B2 (riboflavine), niasin
dan biotin. Normal kecukupan Gizi untuk sehat
tubuh membutuhkan protein sebanyak 55 g/hari.
Jamur merupakan suatu produk yang dapat diolah
menjadi berbagai macam produk olahan sehinnga
dapat memenuhi kebutuhan akan protein.
Pengolahan nugget jamur ini merupakan cara
pengolahan yang sederhana, sehingga setiap orang
mampu melakukannya. Meskipun sederhana
pengolahannya,tidak akan mengurangi nilai gizi
yang terdapat pada jamur tersebut.
Didalam pembuatan nugget jamur kita harus teliti,
jika terjadi kesalahan akan mengurangi nilai gizinya
dan mempengaruhi nilai rasa. Nugget jamur dapat
dimakan sebagai cemilan maupun sebagai lauk
pauk. Tetapi banyak masyarakat belum mengetahui
benar akan khasiat dari jamur tiram putih ini.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 58
METODA
Metoda yang digunakan untuk parktikum ini adalah:
Metoda gravimetri untuk penetapan Kadar Air,
Metoda Semi Mikro khejedhal untuk penetapan
Kadar Protein, Metoda Hitungan Cawan untuk Uji
ALT, Metoda organoleptik untuk Uji Hedonik
EKSPERIMENTAL
Pengambilan sampel
Bahan baku jamur tiram putih dibeli dari
pembudidaya jamur tiram putih di daerah “pasar
baru” kota Padang provinsi Sumatera Barat. Jamut
tiram yang memenuhi persyaratan adalah jamur
yang berwarna putih tidak terdapat warna coklat
serta tidak bau.
PENENTUAN KADAR AIR
Ditimbang 1,000 gram sampel, masukkan kedalam
cawan penguap yang telah diketahui beratnya,
Kemudian dipanaskan pada suhu 105 ºC selama 3
jam, Didinginkan dalam desikator, Ditimbang,
diulangi pekerjaan ini hingga didapat bobot konstan
PENENTUAN KADAR PROTEIN
Standarisasi larutan HCl dengan Na2B4O7 0.01 N
Kristal Na2B4O7 ditimbang tepat dan teliti 0.1910 g
dengan neraca analitik, Dilarutkan dalam labu ukur
100 mL dengan aquadest dan impitkan sampai
tanda garis, Larutan dipipet 10 mL dengan pipet
gondok masukkan dalam Erlenmeyer, Ditambahkan
15 mL aquadest dan beberapa tetes indicator MM,
Dititrasi dengan larutan HCl 0.1 N sampai warna
orange, Penitaran dilakukan duplo.
Penentuan Kadar Protein
Ditimbang dengan teliti 0,5100 gram nugget jamur
tiram putih yang telah dihaluskan dimasukkan ke
dalam labu kjeldhal 100 m, Ditambahkan 2 gram
campuran selen dan 25 mL H2SO4 p.a, Dipanaskan
diatas kompor gas atau penangas air sampai
mendidih dan larutan menjadi jernih kehijauan (2
jam), Didinginkan dan diencerkan dengan
aquadest,dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
sampai tanda tera, Dipipet 10 mL larutan
dimasukkan ke dalam alat penyuling,ditambahkan
10 mL NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP,
Disulingkan selama 10 menit, dan ditampung
dengan 10 mL asam borak 2% yang telah ditambah
dengan indicator MM hingga warna kuning, Dibilas
ujung pendingin dengan aquadest, dititrasi dengan
HCl 0,01 N, Dikerjakan penetapan blanko dengan
cara yang sama.
PENETEPAN CEMARAN MIKROBA ANGKA
LEMPENG TOTAL (ALT)
Homogenisasi contoh dalam bentuk padatan
Ditimbang 1 gram contoh padatan, kemudian
ditambahkan 9 mL larutan pengencer BPW 0,1%
hingga diperoleh pengenceran 1:1. Lalu
dihomogenkan,
Cara uji :
Sterilkan area kerja dan semua peralatan yang
akan digunakan. Dibuat larutan pengencer BPW
0,1% masing-masing 9 mL untuk pengenceran 10-2
sampai 10-5 kedalam tabung reaksi steril. Dipipet
sampel nugget yang telah diencerkan tersebut
sebanyak 1 mL, kemudian dimasukkan ke dalam
pengenceran 10-2, sambil dihomogenkan. Kemudian
dipipet 1 mL lagi dari pengenceran 10-2 yang telah
dihomogenkan tersebut lalu dimasukkan ke dalam
pengenceran 10-3 , sambil dihomogenkan. Lalu
diteruskan sampai 10-5. Lalu dari pengenceran 10-3,
104 dan 10-5 yang telah dihomogenkan tersebut
dipipet 1 mL ke dalam cawan petri secara duplo.
Tambahkan 15-20 mL media PCA yang sudah
didinginkan hingga temperature 450 C pada masing-
masing cawan yang sudah berisi suspensi. Supaya
larutan contoh dan media PCA tercampur
seluruhnya, lakukan pemutaran cawan kedepan
dan belakang atau membentuk angka delapan dan
diamkan sampai menjadi padat. Inkubasi pada
temperature 34o C sampai dengan 36o C selama
2×24 jam dengan meletakkan cawan pada
posisi terbalik.
Penghitungan jumLah koloni
Hitung jumLah koloni pada setiap seri pengenceran
kecuali cawan petri yang berisi koloni menyebar
(spreader colonies). Pilih cawan yang mempunyai
jumLah koloni 30-300.
Uji organoleptik
Pada uji organoleptik penulis melibatkan 30 orang
panelis tidak terlatih untuk mengetahui tingkat
kesukaan terhadap produk yang dibuat.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 59
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Praktikum
No Parameter Hasil
analisis
SNI
1 Kadar Air 49,11% MAKS
60%
2 Kadar Protein 22,89% MIN 12%
3 Cemaran
Mikroba ALT
3 × 104 MAKS 5
× 104
4 Uji
Organoleptik
- -
a. Uji
hedonik
Suka (57%) -
b. Uji
tekstur
Kenyal
(63,33%)
-
c. Uji aroma Bau nugget
(73,33%)
-
d. Uji warna Kuning
kecoklatan
(80%)
-
e. Uji rasa Pas
(73,33%)
-
Pada analisis yang dilakukan dengan
parameter kadar air, kadar protein dan
cemaran mikroba ALT (Angka Lempeng Total),
nugget jamur tiram putih yang penulis buat
memenuhi persyaratan pada SNI 01 – 6683 –
2002 (Nugget Ayam). Dan pada uji organoleptik
masyarakat suka pada nugget jamur tiram putih
ini, dikarenakan kenyal, bau nugget, dan rasa
yang enak tidak kalah enak dengan nugget
ayam.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis terhadap kadar air, kadar
protein, dan uji Cemaran Mikroba Angka
Lempeng Total memenuhi persyaratan mutu
sesuai dengan SNI No 01 – 6683 – 2002
(Nugget Ayam). Untuk uji organoleltik nugget
jamur tiram putih ini disukai oleh masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Elizarni, Fitriyeni. 2007. Modul Organoleptik.
Padang. SMAK
Mahasin, Taurisia. 2010. 18 Resep Variasi
Olahan Jamur. Yogyakarta: Citra
Media.
Standar Nasional Indonesia. 01-6683-2002.
Nugget Ayam.
Standar Nasional Indonesia. 2891-1992.Cara
Uji Makanan dan Minuman.
Standar Nasional Indonesia. 2897:2008.
Metoda Pengujian Cemaran Mikroba
dalam Daging, Telur, dan Susu, serta
Hasil Olahannya.
Suriawiria, Unus. 2002. Budi Daya Jamur
Tiram. Yogyakarta: Kanisius.
Sutarmadji Slamet, dkk. 2003. Analisis Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Liberty.
Sutarmadji Slamet, dkk. 1984. Prosedur
Analisa Untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Edisi 3. Yogyakarta:
Liberty.
Winarno F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Yeniza. 2005. Modul Analisis Gravimetri.
Padang. SMAK.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 60
PEMBUATAN DAN ANALISIS ES KRIM BUAH NAGA ( Hylocereus undatus )
LUSI MADONA S.Si1 , AUDIO MAYU APRILA2
1Guru SMK-SMAK Padang 2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Buah naga adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal
dari Meksiko, Amerika tenggah dan Amerika Selatan. Selain rasanya yang manis dan menyegarkan buah naga
juga mengandung vitamin C,beta karoten, kalsium, dan karbohidrat,buah naga juga mengantung serat yang
tinggi sebagai pengikat zat karsinogen. Dalam penelitian ini dilakukan penetapan kadar vitamin C dengan metoda
iodometri diperoleh hasil 0,0071 %,penetapan kadar protein metoda mikro kjedhal diperoleh hasil 4,25 %, uji
mikroba dengan metoda angka lempeng total diperoleh hasil 3,5 × 102, serta dilakukan pula uji organoleptik
dimana 83,33 % panelis menyukai produk ice cream buah naga. Berdasarkan hasil analisa es krim buah naga
layak untuk dikomsumsi. Dari 400 gram tepung es krim dan 70 gram buah naga didapatkan 14 cup es krim buah
naga dengan harga jual Rp. 2000/cup sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp. 11.000 .
kata kunci : Buah naga
ABSTRACT
Dragon fruits is the fruit of several cactus species of the genera Hylocereus and Selenicereus. The fruit came
from Mexico, Central America and South America. But the taste is sweet and refreshing also contain vitamin C
dragon, betecarotein, calcium, and carbohydrat, dragon fruit is also high in fiber as a binder carcinogen. In this
study peformed yhe assay of vitamin C with iodometric with the result of 0,0071%, the method of micro-protein
assay with result kjedhal 4,25%, microbial test method with the total plate with 3,5 x 10-2, and carried similarly
83,33% organoleptic test where panelis liked the dragon fruit ice cream products. Based on the analysis of
ice cream worth the dragon fruit consumed. of 400 grams flour 70 grams of ice cream and get 14 dragon fruit ice
cream cup with a selling price of Rp. 2000/cup to obtain a profit of Rp. 11 000.
Key words: Dragon fruit
PENDAHULUAN
Es krim adalah sebuah makanan beku dibuat dari
produk dairy seperti krim (atau sejenisnya),
digabungkan dengan perasa dan pemanis.
Campuran ini didinginkan dengan mengaduk sambil
mengurangi suhunya untuk mencegah
pembentukan kristal es besar. Tradisionalnya, suhu
dikurangi dengan menaruh campuran es krim ke
sebuah wadah dimasukkan ke dalam campuran es
pecah dan garam. Garam membuat air cair dapat
berada di bawah titik beku air murni, membuat
wadah tersebut mendapat sentuhan merata dengan
air dan es tersebut.
Meskipun istilah es krim sering digunakan untuk
menunjuk ke "dessert" beku dan makanan ringan,
tapi sebenarnya digunakan unuk menunjuk ke
"dessert" beku dan makanan ringan yang terdiri dari
lemak susu. Banyak negara, termasuk Amerika
Serikat, membatasi penggunaan istilah tersebut
berdasarkan kuantitas dari bahan dasar makanan
tersebut.
Menurut AL Leong dari Johncola Pitaya Food R&D,
organisasi yang meneliti buah naga merah, buah
kaktus madu itu cukup kaya dengan berbagai zat
vitamin dan mineral yang sangat membantu
meningkatkan daya tahan dan bermanfaat bagi
metabolisme dalam tubuh manusia.
Penelitian menunjukkan buah naga merah ini
sangat baik untuk sistem peredaran darah, juga
memberikan efek mengurangi tekanan emosi dan
menetralkan toksik dalam darah. Penelitian juga
menunjukkan buah ini bisa mencegah kanker usus,
selain mencegah kandungan kolesterol yang tinggi
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 61
dalam darah dan menurunkan kadar lemak dalam
tubuh. Secara keseluruhan, setiap buah naga
merah mengandungi protein yang mampu
meningkatkan metabolisme tubuh dan menjaga
kesehatan jantung; serat (mencegah kanker usus,
kencing manis dan diet); karotin (kesehatan mata,
menguatkan otak dan mencegah masuknya
penyakit), kalsium (menguatkan tulang).
Buah naga juga mengandungi zat besi untuk
menambah darah; vitamin B1 (mencegah demam
badan); vitamin B2 (menambah selera); vitamin B3
(menurunkankadar kolesterol) dan vitamin C
(menambah kelicinan, kehalusan kulit serta
mencegah jerawat).
Berdasarkan hal tersebut,penulis tertarik untuk
menghasilkan suatu produk yang berupa makanan
ringan yang sehat dengan penambahan buah pada
ice cream.Melalui analisis proyek kecil mandiri ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya,terutama bagi
para penikmat ice cream.
METODA
Metoda yang digunakan untuk vitamin C adalah
iodimetri, penetapan kadar protein metoda mikro
kjedhal, uji Angka Lempeng Total (ALT) metoda
hitung cawan dan uji organoleptik metoda hedonik.
EKSPERIMENTAL
PENENTUAN KADAR VITAMIN C
Standarisasi Natrium Thio Sulfat 0,01 N dengan
K2Cr2O7 0,01 N
Dipipet 10 ml larutan K2Cr2O7 dimasukan ke dalam
erlenmeyer lalu tambahkan 25 ml
aquades.ditambahkan 25 ml HCl dan KI 10%
sebanyak 10 ml. Dititar dengan tiosulfat hingga
warna larutan kuning gading lalu tambahkan
dengan 1 ml amilum 1% dan dititar kembali dengan
tio sulfat hingga hilang warna biru.
Standarisasi iodium 0,01 N dengan Natrium Thio
Sulfat 0,01N
Dipipet larutan tiosulfat 0,01 N sebanyak 10ml
kedalam erlenmeyer,ditambahkan 25 ml aquades
dan 1 ml amilum 1%,dititar dengan lerutan iodium
0,01 N sampai terbentuk warna biru.
Penentuan Kadar Vitamin C
Ditimbang sampel es cream sebanyak 10 g dan
dimasukan kedalam labu ukur 100 ml, lalu paskan
dengan aquades sampai batas garis dan
homogenkan. Larutan tersebut disaring, lalu dipipet
hasil saringan tadi sebanyak 10 ml dan dimasukan
kedalam erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 2 ml
larutan amilum 1% dan tambahkan 20 ml aquades,
kemudian titrasi dengan standar iod 0,01 N, sampai
timbul warna biru. Baca volume penitaran. Lakukan
sebanyak triplo. Dan lakukan juga perlakuan yang
sama pada blanko.
PENETAPAN KADAR PROTEIN
Standarisasi Larutan HCl 0,01 N dengan Na2B4O7
0,01 N
Ditimbang Na2B4O7 sebanyak 0,191 g dengan
neraca analitik. Larutkan dalam labu ukur 100 ml,
larutkan dengan aquades sampai tanda tera dan
homogenkan. Pipet larutan tersebut sebanyak 10 ml
dengan pipet gondok lalu masukan kedalam
erlenmeyer. Tambahkan 15 ml aquades dan
beberapa tetes indikator MM. Titrasi dengan larutan
HCl 0,01 N sampai warna titrasi orange. Lakukan
penitaran duplo.
Penetapan Kadar Protein
Desruksi
Dibuat campuran selen dengan menimbang SeO2
2,5 g, K2SO4 100 g, dan 20 g CuSO4.5H2O dan
homogenkan. Ditimbang sampel sebanyak 0,5100 g
secara teliti masukan kedalam labu kjedhal.
Tambahkan 2 g campuran selen dan 25 ml H2SO4
dan beberapa batu didih. Lakukan proses desruksi
di atas nyala api kompor gas dan labu kjedhal
dipasang miring 450 pada standar dan klem,.
Lakukan pemanasan sampai warna larutan berubah
menjadi hijau jernih. Jika sudah hijau jernih hentikan
proses desruksi dan biarkan dingin. Setelah dingin
pindahkan larutan tadi kedalam labu ukur 100 ml
bilas labu ukur dengan aquades dan paskan
dengan aquades sampai tanda tera. Lalu
homogenkan.
Tahap Destilasi
Pipet 5 ml sampel dan masukan kedalam labu
destilasi, tambahkan 2 – 3 tetes indikator PP.
Pasang dan siapkan rangkaian alat destilasi.
Tambahkan 5 ml NaOH 30% dengan pipet takar
kedalam labu suling dan tutup mulut labu suling.
Untuk erlenmeyer penampung isi larutan H3BO3 2%
dan tambahkan 2-3 tetes ind MM. Lalukan proses
destilasi.proses destilasi dapat dihentikan pada saat
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 62
warna larutan penampung sudah berubah menjadi
kuning. Lalu bilas pendingin lurus dengan aquades,
hasil bilasan ditampung didalam larutan penampung
destilat tersebut. Lakukan juga pada blanko.
Tahap Titrasi
Isi buret dengan larutan HCl 0,01 N, kemudian titar
destilat tersebut dengan larutan HCl 0,01 N, titrasi
dilakukan hingga warna berubah menjadi orange.
Lakukan juga pada blanko.
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)
Ditimbang 1 gram sampel dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan
PW steril (10-1) kemudian diencerkan sampai 10-3.
Dipipet 1 mL larutan 10-2 dan 10-3 dan masukkan ke
dalam cawan petri steril secara duplo. Dituangkan
media PCA yang telah dicairkan pada suhu 45OC
sebanyak 15-20 mL kedalam cawan petri dan
dihomogenkan. Setelah membeku, balikkan cawan
petri dan diinkubasi di inkubator selama 2 hari.
Dihitung jumlah koloni mikroba.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Kadar Vitamin C
Berat
Sampel
( g)
Volume
Penitaran
(ml)
Kadar
Vit. C
(%)
Standar
(%)
10.0007
g
0,9
ml
0,9
ml 0,0071 %
0,0094
% 10.0000
g
0,9
ml
0,9
ml 0,0071 %
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil
sebesar 0,0071 % dan 0,0071 %, hasil yang
didapatkan tidak masuk standar karena vitamin C
yang terkandung dalam buah naga sifatnya mudah
rusak. Akibatnya kandungan vitamin C yang didapat
lebih kecil dari yang seharusnya. Dan buah naga
yang dipakai tempat nya berbeda dengan buah
naga yang dipakai sebagai standar. Sehingga
sruktur tanah dan jenis pupuk serta air yang
digunakan berbeda, itu yang mengakibatkan kadar
vit c yang didapatkan tidak sesuai.
Penentuan Kadar Protein
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil
sebesar 4,16% dan 4,33%, apabila dibandingkan
dengan standar maka hasil yang diperoleh sesuai
dengan SNI 01-3713-1995. Protein yang didapatkan
berasal dari protein susu.
ALT
Jumlah koloni
per pengenceran
Hasil
yang
didapat
keterangan SPC
10-2 10-3 (3,5 x
102)
hitung
pengenceran
10-2
Max
2,0 x
105
3 0
4 0
Rata2=3,5 0
Pada uji yang dilakukan didapatkan bakteri
sebanyak 3,5 × 102 dibandingkan dengan standar
maka hasil yang didapatkan sesuai dengan standar
dan produk ini layak untuk dikomsumsi.
Uji Organoleptik
Jumlah
panelis
Sangat
suka
Suka Kuran
g suka
Tida
k
suka
30 orang 25
orang
5
orang
0 0
Persentas
e
83,33
%
16,67
%
- -
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 83% panelis
sangat menyukai produk ice cream buah naga. Dan
16% panelis menyukai produk ice cream buah
naga. Sehingga memungkinkan untuk
dikembangkan dalam bentuk skala besar.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan oleh penulis dalam
es krim buah naga didapatkan kadar vitamin C
sebanyak 0,0071 %, kadar protein sebanyak 4,25%,
dan penentuan bakteri yang tumbuh sebanyak 3,5 x
102 dan pada iju organoleptik sebanyak 83,33 %
panelis menyukai es krim buah naga.
Berat
Sampel
( g )
Volume
Penitaran
( ml)
Kadar
protein
(%)
Rata
–
rata
(%)
Standar
(%)
0,5108 1,50 1,50 4,16 % 4,25
% Min. 2,7
0,5103 1,50 1,60 4,33 %
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 63
SARAN
Agar produk tetap tahan lama lebih baik disimpan
didalam lemari es pembeku. Dan sebaiknya
dikomsumsi sebelum tangal kadarluarsa, untuk itu
bagi pembaca disarankan mengkonsumsi es krim
buah naga dan agar adanya penelitian selanjutnya
dengan parameter yang lebih lengkap, dan produk
ini dapat dikomsumsi oleh semua kalangan.
DAFTAR PUSTAKA
^ a b c d e f g h davies mb, austin j, partridge da.
1991. Vitamin c: its chemistry and
biochemistry. Hal : 97-100. The royal
society of chemistry: cambridge.
^ ussery d. 1998. Gene expression &
regulation.Aksara: jakarta.
Anonymous. Pengolahan hasil pertanian
hortikultura. Wahana informasi teknologi
pasca panen. Edisi 21, 14 maret 2002.
Teknopro, subdit teknologi pengolahan
hasil hortikultura. Ditjen bpphp
departemen pertanian.
Aoac, 1970. Official methods of analysis of the
association of official analytical chemists.
Association of official analytical chemist,
washington, d.c.
Aurand, l.w. dan a.e. woods, 1973. Food chemistry.
The evi publishing company, inc.
Westport, connecticut.
David, Elizabeth (1994). "harvest of the cold
months: the social history of ice and
ices". London: penguin. Isbn 0-14-
017641-1 .
Elizarni dan fitriyeni, 2007. Organoleptik. Sekolah
menengah analis kimia padang. Padang
Fardiaz, srikandi. 1993. Analisis mikrobiologi
pangan. Rajagravindo persada; jakarta.
Felger, Richard & Moser, Mary B.(1985): people of
the desert and sea: ethnobotany of the
seri indians. University of arizona press,
tucson
Ham,mulyono,drs,m.pd.(2006). Membuat reagen
kimia di laboratorium. Penerbit bumi
http://www.cbs.dtu.dk/staff/dave/dna_cendog.html.
Diakses pada 5 mei 2010
Kantor deputi menteri negara ristek dan teknologi,
bidang pendayagunaan dan
pemasyarakatan iptek. 2000. Teknologi
membangun ukm/ikm daerah. Jakarta.
Snell, f.d., dan f.m. riffen, 1972. Commercial
methods of analysis. Resived edition.
D.b. taraporevala sons & co. Private ltd.
Bombay
SNI 01- 3713 – 1995. Ice cream
Standar nasional indonesia. 02-2891-1992. Cara uji
makanan dan minuman.
Sudarmaji, Slamet.dkk. 1989. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty
Yogyakarta UGM : Yogyakarta.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 64
ANALISIS DAN PEMBUATAN DEMPUL KAYU DARI GETAH MERANTI (Sorea Sp)
Wityanita , S.Pd 1, Yasredi Agus 2 1Guru SMK-SMAK Padang
2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Getah meranti adalah suatu campuran yang kompleks dari sekret tumbuh-tumbuhan dan insekta, biasanya
berbentuk padat dan amorf dan merupakan hasil terakhir dari metabolisme dan di bentuk diruang-ruang skizogen
dan skizolisigen. Getah meranti dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan dempul untuk kayu yang
berguna untuk menutupi lubang-lubang yang ada pada kayu perabot rumah. Untuk memastikan layak atau
tidaknya dempul ini untuk digunakan oleh masyarakat, maka harus dilakukan uji terlebih dahulu dengan
parameter sebagai berikut : penetapan kadar air, kadar abu, bilangan asam, dan kelarutan dalam methanol. Dari
praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar air sebesar 3.77 %, kadar abu 0.42 %, bilangan asam
137.94 dan kelarutannya kurang baik dalam methanol. Setelah dibandingkan dengan SNI maka hasil tersebut
telah memenuhi standar yang ditetapkan dan dapat disimpulkan bahwa dempul ini memiliki kualitas yang baik
dan layak untuk dipergunakan.
ABSTRACT
Timber tree sap is a complex mixture of secretions of plants and insects, are usually solid and amorphous and
the final results of the metabolism and in the form of room-space and skizolisigen skizogen. Timber tree sap can
be used as a base material for the manufacture of wood putty is useful to cover existing holes in wood furniture.
To verify whether or not worthy of this putty for use by the public, it must be tested first with the following
parameters: determination of moisture content, ash content, acid number, and the solubility in methanol. Of lab
work has been done the results obtained by the water content of 3.77%, 0.42% ash content, acid number 137.94
and poor solubility in methanol. After SNI compared with the results they meet established standards and it can
be concluded that the putty has good quality and worth to be used.
PENDAHULUAN
Getah meranti merupakan salah satu hasil hutan
non kayu yang pada saat ini tidak begitu
dimanfaatkan meskipun mudah untuk
mendapatkannya, terutama di daerah pedesaan
yang masih banyak dikelilingi hutan. Pohon meranti
teristimewa ditanam untuk diambil kayu dan
getahnya, getah ini memiliki banyak kegunaan
seperti: bahan pembuatan cat, bahan pembuatan
korek api, dan bahan untuk membuat dempul kayu.
Getah keluar tatkala kulit (pepagan) kayu meranti
dilukai. Getah akan mengalir keluar dan membeku
setelah kena udara beberapa waktu lamanya.
Getah juga dapat diperoleh dari luka-luka alami
pada batang meranti, getah umumnya dipanen
ketika berusia dua minggu dan masih berwarna
kekuning-kuningan. Kalau diambil setelah usianya
genap satu bulan, getah berwarna putih mengkilat,
bening, dan keras.
METODA
Metoda yang digunakan untuk Uji Air adalah
Thermogravimetri, Uji Bilangan Asam adalah
Alkalimetri, Abu adalah Gravimetri (secara
langsung), dan Kelarutan dalam Methanol.
EKSPERIMENTAL
Pembuatan Produk
Dalam pembuat dempul ini yang pertama sekali
adalah memilih jenis getah yang paling baik yaitu
berwarna putih mengkilat, kemudian bersihkan
semua kotoran yang menempel pada getah dengan
menggunakan pisau. Setelah bersih, kemudian
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 65
ditumbuk sampai halus memakai lumpang dan alu,
getah yang sudah ditumbuk halus kemudian diayak
pada ayakan 500 mikrometer untuk memperkecil
partikelnya dan juga menyaring kotoran yang masih
tertinggal. Selanjutnya ditimbang getah yang sudah
halus sebanyak 1kg dan tambahkan 300 gram
serbuk kayu dan 200 ml minyak tanah sambil
diaduk hingga berbentuk seperti pasta. Setelah
terbentuk pasta, maka dempul ini siap untuk
digunakan.
Pengambilan Sampel
Untuk keperluan analisis dilakukan pengambilan
sampel pada produk yang sudah jadi, dimana
sampel yang diambil harus mewakili dari produk
tersebut.
Penentuan Kadar Air
Timbang dengan teliti contoh yang sudah ditumbuk
halus sebanyak 2 gram, masukkan dalam cawan
porselen. Panaskan dalam oven listrik yang
mempunyai pengatur suhu (105 0C) selama 2 jam,
lalu dinginkan dalam desikator sampai mencapai
suhu kamar dan timbanglah, panaskan lagi 30
menit dan dinginkan dalam desikator. Ulangi
pemanasan dan penimbangan beberapa kali
(biasanya 3-4 kali) sampai pengurangan berat
antara dua penimbangan berturut-turut lebih kecil
dan 0,0001 gram.
Penentuan Bilangan Asam
Standarisasi KOH dengan Asam Oksalat
Pipet asam oksalat sebanyak 10 ml dengan pipet
gondok , masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml,
tambahkan aquades sebanyak 25 ml dan 1-2 tetes
indikator PP. Masukkan KOH kedalam buret 50 ml
dan lakukan titrasi sampai titik akhir titrasi ( pink
seulas ).
Penentuan Bilangan Asam
Timbang dengan teliti 2 gram contoh, masukkan
dalam erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 50 ml
campuran etanol 96%-Benzol (1:1) sampai larut,
lalu tambahkan 4 tetes indikator PP. Dititrasi
dengan larutan standar KOH 0,5 N sampai ada
perubahan warna menjadi merah jambu. Lakukan
juga penetapan pada blanko.
Penentuan Kadar Abu
Timbang dengan teliti 2 gram contoh, masukkan
kedalam cawan porselen yang telah diketahui
beratnya. Arangkan terlebih dahulu pada penangas,
lalu abukan dalam furnace pada suhu 600 0C
selama 2 jam, kemudian dinginkan pada desikator
selama 15 menit. Timbang sampai didapat berat
tetap.
Kelarutan dalam Methanol
Timbang sebanyak 1 gram sampel dengan neraca
analitik, masukkan kedalam tabung reaksi, lalu
tambahkan kira-kira 1ml metanol dengan memakai
pipet takar.Lakukan penambahan metanol sampai
larutan menjadi jenuh (amati kelarutannya, ada
endapan atau tidak). Untuk uji lanjutan, saring
endapan yang tidak larut dengan memakai kertas
saring yang sudah diketahui beratnya. Setelah
penyaringan selesai maka biarkan dahulu
pelarutnya (metanol) menguap, kemudian timbang
endapan yang ada dalam kertas saring. Hitung
persentase kelarutannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter Hasil
Analisis
Standar
Kadar Air 3,77 % Maks.7,5 %
Bilangan
Asam
137,94 Min. 33
Kadar Abu 0,43 % Maks.4 %
Kelarutan
dalam
Methanol
Kurang
Baik
Kurang Baik
Penetapan Kadar Air
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
kadar air yang didapat telah sesuai dengan standar
yang tercantum dalam SNI Damar untuk dempul
kayu tipe B, dimana dalam SNI ini kadar airnya
maksimal 7.5 %.
Penetapan Bilangan Asam
Dari hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh
bilangan asam sebesar 137.94, maka dari itu
bilangan asam pada dempul ini telah masuk
kedalam kriteria mutu yang telah ditetapkan dalam
SNI damar untuk dempul kayu tipe B, dimana
bilangan asamnya min.33.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 66
Penetapan Kadar Abu
Berdasarkan hasil analisis kadar abu terhadap
dempul ini maka dapat dinyatakan bahwa telah
sesuai dengan SNI damar untuk dempul kayu tipe
B, dimana kadar abu maksimal sebesar 4 %.
Kelarutan
Berdasarkan data yang diperoleh untuk kelarutan
dempul ini dalam methanol maka dapat disimpulkan
bahwa kelarutannya kurang baik dan sesuai dengan
SNI yang telah ditetapkan untuk uji dan mutu damar
untuk dempul kayu tipe B.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka
didapatkan hasil sebagai berikut : kadar air 3.77 %,
bilangan asam 137. 94, kadar abu 0.43 % dan
kelararutannya kurang baik dalam methanol. Dari
data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
getah meranti yang digunakan untuk dempul kayu
telah sesuai dengan SNI.
SARAN
Bagi masyarakat atau kalangan yang berminat
membuat dempul ini,maka penulis memberikan
saran agar menambahkan bahan yang dapat
mempercepat dempul ini menjadi mengeras setelah
digunakan pada benda yang dimaksud karena
sampai sekarang penulis belum menemukan
solusinya dan berharap agar kekurangan dari
produk ini bisa terpenuhi untuk mendapatkan nilai
guna yang menguntungkan bagi masyarkat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Khairil, dkk.1994. Pengantar Praktikum
Kimia Organik. Yogyakarta : Fakultas
Matematika dan IPA Universitas Gajah
Mada.
Riawan, S. 1989. Kimia Organik. Jakarta.
Sudarmadji, Slamet, dkk. 2003. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta :
Liberty Yogyakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Standar Nasional Indonesia. 01-4238-1996. Mutu
dan Cara Uji Damar untuk Dempul Kayu.
Standar Nasional Indonesia. 19-0428-1989.
Petunjuk Pengambilan Contoh Padatan.
Standar Nasional Indonesia. 01-3182-1992. Biji-
bijian, Gaplek dan Bahan Lain sejenis
Penentuan Kadar Air.
http://id.wikipedia.org./wiki/meranti_merah (18 april
2012).
Usu.ac.id (18 april 2012).
Nadjeeb.wordpress.com/resin/ (18 April 2012).
http://id.wikipedia.org/wiki/kelarutan (19 April 2012).
http://duniabaca.com/faktor-yang-mempengaruhi-
kelarutan.html (19 April 2012).
http://banyaktugas.blogspot.com/2010/11/ faktor-
faktor-yang-mempengaruhi.html
http://www.membuatblog.web.id/2010/02/ asam-
lemak.htm (19April 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Metanol (19 April 2012 )
http://eremjezone.blogspot.com/2010/05/ kadar-
abu.html (19 April 2012).
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 67
PEMBUATAN DAN ANALISIS JERAMI AMONIASI UNTUK PAKAN TERNAK
Elizarni, ST.M.Si 1 Hendra Saputra2 1Guru SMK-SMAK Padang
2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Jerami padi dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan pakan ternak ruminansia, bahkan dapat disimpan
dalam waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk membuat pakan ternak dari jerami padi
dengan cara fermentasi dengan teknik amoniasi. Tujuan penulis menganalisis jerami padi fermentasi adalah
untuk mengetahui kadar protein secara mikro kjedhal, kadar lemak secara sokletasi, dan kadar serat kasar. Hasil
yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah kadar protein sebesar 6,88 %, kadar lemak 1, 375 % dan kadar
serat kasar sebesar 19,76 %. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa jerami fermentasi sangat berguna untuk
memberi makan ternak ruminansia dan menambah bobot gizi yang diperlukan oleh ternak ruminansia.
ABSTRACT
Rice straw can be used for the manufacture of animal feed raw materials ruminansia, it can even be stored in a
enough long time. Therefore, the authors are interested in making animal feed from rice straw by fermentation
with amoniasi techniques. Purpose the authors analyze the fermentation of rice straw is to determine levels of
protein in micro kjedhal, sokletasi fat levels, and crude fiber content. The results of this study was the protein
levels of 6,88%, fat content of 1, 375% and crude fiber content of 19.76% From the above it can be concluded
that the fermentation is very useful hay for feeding livestock ruminansia and add weight to the nutrients required
by livestock ruminansia.
PENDAHULUAN
Ternak ruminansia (pemamah biak) meliputi sapi,
kerbau, kambing, dan domba secara alami
membutuhkan hijauan berupa rumput dan daun-
daunan. Hijauan merupakan bahan pakan yang
penting bagi ternak ruminansia. Hijauan ini dapat
berasal dari : hijauan liar (tidak sengaja ditanam
dan tumbuh dengan sendirinya) dan hijauan yang
dibudidayakan (sengaja ditanam dan dipupuk).
Hijauan liar terdiri atas berbagai jenis rumput,
leguminoceae, dan tanaman lainnya. Sedangkan
hijauan yang dibudidayakan hanya merupakan satu
species rumput atau bercampur dengan species
rumput lain.
Ketersediaan bahan pakan hijauan sangat
dipengaruhi oleh faktor musim, dimana pada musim
penghujan tersedia dalam jumlah banyak dan
berlimpah, sedangkan pada musim kemarau
ketersediaan sangat terbatas. Untuk mengatasi hal
tersebut biasanya peternak memberi pakan sisa-
sisa pertanian seperti jerami.
Hasil pemanenan padi berupa jerami tidak banyak
dimakan ternak, biasanya ditumpuk dan dibiarkan
mengering kemudian dibakar. Jerami padi belum
dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat
peternak untuk ternak ruminansianya. Oleh sebab
itu penulis mencoba untuk membuat pakan ternak
dari jerami padi dengan tekhnik amoniasi.
METODA
Metoda yang digunakan adalah Penentuan kadar
protein secara mikro khjedal, Penentuan kadar
lemak metoda sokletasi, Penentuan kadar serat
kasar. Uji Organoleptik.
EKSPERIMENTAL
Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah jerami padi yang
dihasilkan ketika padi sedang panen yang ada di
jalan Alai pauh dan sekitarnya.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 68
PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA MIKRO
KHJEDAL
Tahap Destruksi
Campuran Selen dibuat dengan menimbang 2.5 gr
SeO2, 100 gr K2SO4, dan 20 gr CuSO4.5H2O,
kemudian semua zat disatukan dan dihomogenkan.
Sampel ditimbang sebanyak 0.5100 gr secara teliti
dengan menggunakan Neraca Analitik. Sampel
yang telah ditimbang dimasukan kedalam labu
Kjedhal. Campuran Selen ditimbang 2 gr dengan
Neraca kasar, kemudian tambahkan campuran
Selein pada sampel dalam labu Kjedhal. H2SO4
pekat ditambahan 25 mL dan beberapa butir batu
didih kedalam labu kjedhal. Proses Destruksi
dilakukan diatas nyala api kompor gas dengan api
kecil, dimana labu Kjedhal dipasang miring 45o
pada Standar dan Klem saat proses destruksi
berlangsung. Api kompor gas dapat dibesarkan
setelah pemanasan sekitar 15 menit dan Kocok
larutan yang di destruksI setiap 15 menit.
Destruksi dihentikan jika warna larutan telah
berubahn menjadi hijau jernih. Jika larutan telah
hijau jernih, hentikan proses Destruksi dan
dinginkan larutan didalam pengangas air. Apabila
larutan telah dingin pindahkan kedalam labu ukur
100mL. Bilas terlebih dahulu labu kjedhal dengan
aquadest hinggga bersih. Encerkan larutan
dengan aquadest hingga 100 mL, paskan dan
homegankan.
Tahap Destilasi
Pipet 5 mL sampel (dengan pipet gondok) dan
dimasukan kedalam labu suling, tambahakan 2-3
tetes indikator pp. Pasang dan siapkan semua
alat destilasi mulai dari labu suling, pendingin lurus
dan Erlenmeyer dan dihubungkan dengan sumber
air menggunakan selang air. Tambahkan 5 mL
larutan NaOH 30% dengan pipet takar kedalam
labu suling. Erlenmeyer untuk menampung destilat
diisi 10 mL H3BO3 2% dan 3 tetes indicator MM.
Mulut labu suling ditutup dengan gabus, destilasi
larutan tersebut. Proses destilasi dapat dihentikan
pada saat warna destilat didalam erlenmeyer
telah berwarna kuning. Pendingin lurus dibilas
dengan aquadest dan hasil bilasan ditampung
pada destilat tersebut.
Tahap Titrasi
Buret diisi dengan larutan HCL 0,01 N, kemudian
titar dengan destilat tersebut. Titrasi dilakukan
hingga warna sampel berubah menjadi orange (
TAT ).
Catatan : Lakukan prosedur yang sama untuk
blanko.
Standarisasi larutan HCl dengan Na2B4O7 0,01 N
Kristal Na2B4O7 ditimbang dengan tepat dan teliti
untuk kosentrasi 0,01 N. Larutkan dalam labu ukur
100 mL dengan aquadest dan impitkan sampai
tanda garis. Larutan dipipet 10 mL dengan pipet
gondok masukkan dalam erlenmeyer. Tambahkan
15 mL aquadest,dan beberapa tetes indikator MM.
Titrasi dengan larutan HCl0,01 Nsampaiberwarna
orange. Penitaran dilakukan duplo.
PENETAPAN KADAR LEMAK METODA
SOKLETASI
Persiapkan peralatan dalam keadaan bersih dan
kering. Timbang sampel dengan teliti sebanyak 2 gr
(haluskan jika sampel berukuran besar). Buat
selongsong dengan kertas saring dan beri kapas
sebagai penyumbat didalamnya. Masukan sampel
yang telah ditimbang kedalam selongsong kertas.
Keringkan dalam oven ( 800 C ) selama 1 jam. Beri
tali pada ujung selongsong. Pasang dan rangkai
alat soklet dan letakan pada hot plat. Gunakan labu
dasar bulat yang telah diisi dengan batu didih yang
telah ditimbang hingga bobot konstan sebelum
digunakan. Masukan selongsong kertas yang telah
berisi sampel kedalam tabung soklet. Pasang dan
hubungkan selang pada kran air. Tambahkan
pelarut n-Hexana kedalam tabung soklet hingga
labu dasar bulat terisi pelarut kira-kira 2/3 bagian.
Hidupkan heating mantel dan lakukan proses
sokletasi sampai lemak terekstrak seluruhnya. Uji
terlebih dahulu dengan mengambil sedikit pelarut
yang terdapat pada tabung ekstraktor direakasikan
dengan NaOH dimasukkan dalam tabung reaksi
kemudian dikocok jika terdapat busa maka proses
ekstraksi diteruskan atau sebaliknya. Atau dapat
juga meneteskan pelarut dari tabung ekstraktor
dengan kertas jika ada noda lemak maka proses
ekstraksi diteruskan atau sebaliknya. Jika telah
selesai pisahkan antara lemak dengan n-hexana
dengan cara menguapkan pelarut yang terdapat
pada labu destilasi. Angkat labu didih tersebut dan
panaskan didalam oven ( 1050 C ) selama 2 jam
lalu pindahkan ke desikator selama ± 15 menit.
Timbang labu didih tersebut hingga didapat bobot
konstan. Hitung kadar lemak yang terdapat pada
sampel.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 69
PENETAPAN KADAR SERAT KASAR
Timbang sampel sebanyak 2 – 4 gr secara teliti
dengan naraca analitik digital. Pindahkan sampel
kedalam gelas piala 250 ml. Untuk pembebasan
lemak tambahkan ethanol 96% 15 ml dan aduk
kemudian diamkan sebentar. Endap tuangkan
larutantersebut dengan kertas saring kedalam
erlenmeyer 250 ml. Lakukan proses endap tuang
dua kali dengan ethanol 96% tersebut dimana untuk
ketiga kalinya endapan disertakan dalam
penyaringan. Atau dapat juga pembebasan lemak
sisa dari ekstraksi lemak dengan cara soklet.
Angkat kertas saring yang telah berisi endapan lalu
dikeringkan. Tambahkan ± 50 mL larutan H2SO4
1,25% kedalamnya dan diaduk. Pasang pendingin
tegak pada mulut erlenmeyer. Panaskan ( larutan
refluk ) selama 30 menit dengan penangasan air.
Jika telah selesai lansung tambahkan ± 50 mL
larutan NaOH 3,25%. Lakukan refluk kembali
selama 30 menit. Jika telah selesai saring larutan
dalam keadaan panas dengan kertas saring yang
telah di timbang konstan sebelumnya dan corong.
Lakukan pencucian dengan H2 SO4 panas,air
panas dan yang terakhir dengan ethanol 96% (
masing-masing 25 mL ). Angkat endapan dan
kertas saring serta pindahkan ke cawan penguap
yang telah dikonstankan beratnya terlebih dahulu.
Keringkankan endapan tersebut didalam oven
dengan suhu 1050 C selama 2 jam. Dinginkan
dalam desikator selama 15 menit. Timbang hingga
didapatkan bobot konstan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
No Parameter Jerami
Amoniasi
Jerami
Tanpa
Amoniasi
1 Penentuan
kadar protein 6,88 % 3,45 %
2 Penentuan
kadar lemak 1,375 % 1,20 %
3 Penentuan
kadar serat
kasar
19,76 % 33,02 %
4 Uji
Organoleptik
Persentase
Bentuk :
Panjang : 46,67 %
Pendek : 53,33 %
Tekstur:
Keras / kasar : 80 %
Lembut / Lunak : 20 %
Warna :
Coklat ; 13,33 %
Coklat muda: 53,33 %
Coklatkekuningan33,33 %
Bau :
Amonia
Jerami
Tengik
50 %
36,67 %
13,33 %
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan kadar
proteinnya sebesar 6,88 % sedangkan hasil jerami
sebelum diamoniasi memiliki kadar protein 3,45%.
Hasil yang didapat 2x lipat dari hasil sesudah
diamoniasi.
Sedangkan kadar lemak sebesar 1,375 % dan
sedangkan hasil jerami sebelum diamoniasi
memiliki kadar lemak 1,20%. Hasil yang didapat
lebih besar daripada jerami yang belum diamoniasi.
Kemudian kadar serat kasar yang di dapat setelah
pratikum adalah 19,76 % dan masih belum
memenuhi standar yang yang diuji sebelumnya dan
butuh penelitian lebih lanjut.
Kesimpulan : Dari data Organoleptik diatas,
didapatkan hasil uji organo jerami amoniasi sebagai
berikut :
1. Bentuknya pendek
2. Teksturnya kasar
3. Warnanya coklat dan,
4. berbau amoniak
Untuk tekstur dikarenakan proses yang belum
sempurna. Saran untuk peneliti berikutnya
dilakukan penelitian lagi, sehingga didapatkan
tekstur yang lunak.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan pada jerami
amoniasi didapat hasil uji kadar protein sebesar
6,88 %, kadar lemak 1,38%, dan kadar serat kasar
19,76 %. Dari hasil pratikum yang didapatkan kadar
protein dan kadar lemak sesuai dengan standar uji
yang telah dilakukan sebelumnya tetapi kadar serat
kasar belum sesuai dengan standar tersebut dan
diperlukan penelitian lebih lanjut dan waktu yang
lebih lama, dikarenakan waktu yang kurang.
Sehingga didapatkan belum sesuai dengan standar.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 70
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan pada
petani peternak ruminansia untuk memanfaatkan
jerami padi yang di amoniasi 4 % urea dengan lama
peram 2 minggu sebagai pakan serat, sehingga
rendahnya produksi rumput lapangan pada saat
musim kemarau dan terbatasnya lahan untuk
budidaya tanaman makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum.
Jakarta: Gramedia.
Djajanegara, A. 1983. Tinjauan Ulang Mengenai
Evaluasi Suplemen pada Jerami
Padi.Prosiding, Seminar Pemanfaatan Limbah
Pangan dan Limbah Pertanian
untuk Makanan Ternak. Bandung: Lembaga
Kimia Nasional LIPI.
Lubis, D.A 1963. Ilmu Makanan Ternak. Jakarta:
Pembangunan.
Standar Nasional Indonesia. No 01-2891-1992.
Cara Uji Makanan dan Minuman. Dewan
Standarisasi Nasional
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 71
ANALISIS DAN PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DARI AMPAS TEBU
Yeniza,S.Pd,M.Si1, Anita Rozalina2
1Guru SMK-SMAK Padang 2Siswa kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702
Email. [email protected]
ABSTRAK
Pupuk kompos adalah pupuk yang terbuat dari bahan – bahan organik atau bahan alami yang ramah lingkungan.
Pupuk berasal dari sampah organik dan daun – daun kering. Pupuk kompos ampas tebu yaitu pupuk kompos
yang berbahan baku ampas tebu selanjutnya ditambah bahan – bahan lain seperti kotoran sapi, serbuk gergaji,
air, dan EM4. hasil yang didapat dari analisis pupuk kompos ampas tebu adalah kadar air yaitu 17,41 %, kadar
nitrogen total yaitu 1,36 %, kadar C-organik yaitu 0,73 %. Jadi pupuk kompos ampas tebu ini layak digunakan
oleh masyarakat karena bermanfaat untuk kesuburan tanah tanpa mencemari lingkungan.
ABSTRACK
Composted manure is a fertilizer made from ingredients - organic or natural materials that are environmentally
friendly. Fertilizer from organic waste and leaf - dried leaf. Bagasse compost is compost made from raw bagasse
plus further materials - other materials such as cow dung, sawdust, water, and EM 4. the results obtained from
analysis of bagasse compost which is 17.41% water content, total nitrogen content is 1.36%, organic C content is
0.73%. So bagasse compost is fit for use by the public as beneficial for soil fertility without polluting the
environment.
PENDAHULUAN
Kompos atau humus adalah sisa-sisa
mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan,
bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak
berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK
yang lengkap meskipun persentasenya kecil.
Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan
tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia
tanah.
Tebu (Saccharum officinarum) adalah
tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan
vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah
beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-
rumputan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang terbuat
dari bahan – bahan organik atau bahan alami yang
ramah lingkungan. Pada dasarnya semua bahan-
bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya:
limbah organik rumah tangga, sampah-sampah
organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah
peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah
agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik
gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.
Ampas Tebu
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagase,
adalah hasil samping dari proses ekstraksi
(pemerahan) cairan tebu. Ampas tebu sebagian
besar mengandung ligno-cellulose. Bagase
mengandung air 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan
serat rata-rata 47,7%. Serat bagase tidak dapat
larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari
selulosa, pentosan dan lignin.
Kompos bagase
kompos yang dibuat dari ampas tebu
(bagase), yaitu limbah padat sisa penggilingan
batang tebu. Limbah bagase memiliki kadar bahan
organik sekitar 90%, kandungan N 0.3%, P2O5
0.02%, K2O 0.14%, Ca 0.06%, dan Mg 0.04%.
Kadar Air
Air merupakan bahan yang sangat penting
bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya tidak
pernah bisa digantikan oleh senyawa lain. Metode
yang digunakan adalah thermogravimetri. Prinsip
dari metode ini adalah menguapkan air yang ada
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 72
dalam bahan dengan pemanasan pada suhu
105oC, kemudian menimbang bahan sampai bobot
konstan yang berarti semua air sudah diuapkan.
C-organik
Bahan organik adalah kumpulan beragam
senyawa – senyawa organik komplek yang sedang
atau telah mengalami proses dekomposisi,baik
berupa humus hasil humufikasi maupun senyawa –
senyawa anorganik hasil mineralisasi yang juga
melibatkan mikroba.
Pentingnya untuk mikroorganisme tidak
hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai
pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi
karakteristik lingkungan dan air tanah.
Nitrogen
Tanaman yang mengandung Nitrogen
yang tinggi selain yang menghasilkan tanaman.
Dengan produksii yang tinggi juga kadar protein
yang cukup tinggi.
PARAMETER DAN METODA UJI
1. Penetapan kadar Air metoda gravimetri
2. Penetapan kadar Nitrogen total metoda mikro
kjedhal
3. Penetapan kadar C-Organik
Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku ampas tebu diperoleh dari
pedagang air sari tebu di pasar Raya Padang.
Kemudian ampas tebu diolah menjadi pupuk
kompos organik.
Adapun cara sampling sampel untuk dianalisis
adalah: ( SNI 19-0428-1998 )
1. Sampel pupuk ditumpung menjadi satu
tumpukan yang menyerupai gunung, lalu di
bagi menjadi 4 bagian.
2. Diambil lagi dari dua sudut yang berlawanan,
demikian seterusnya hingga didapat bobot
contoh yang diperlukan untuk diperiksa di
laboratorium.
Cara Kerja
Pembuatan produk
1. Ampas tebu kering 5 Kg dipotong-potong
dengan ukuran panjang 1-3 cm
2. Ditambah 3 Kg kotoran sapi dan 1 Kg serbuk
gergaji
3. Dilarutkan 20 mL EM4 dan 200 g gula pasir
dengan air sampai 2 L
4. Selanjutnya disiram campuran ampas tebu
dengan 20 mL larutan EM4 dan 200 g gula pasir
secara perlahan dan bertahap sehingga adonan
terbentuk. Adonan terbentuk jika dikepal dengan
tangan, maka ada air yang keluar dari adonan.
Begitu juga bila kepalan dilepas maka adonan
akan kembali mengembang. ( kandungan air
sekitar 30% )
5. Adonan selanjutnya dimasukan kedalam
keranjang yang telah dilapisi terpal yang telah
diberi rongga udara dan ditutup selama 7-10
hari
6. Selama proses pengomposan suhu
dipertahankan 30-50oC. jika suhu melebihi 50oC,
maka penutup dibuka dan adonan dibolak balik
7. Dan jika suhu dibawah 30oC maka ditambahkan
1500 mL air dan 150 g gula pasir, aduk adonan
dan dibolak balik
8. Setelah proses pengomposan terpal dibuka dan
diperkirakan pupuk telah matang dan siap
dikemas dengan baik.
Penetapan Kadar Air
1. Ditimbang 2,5 g sampel dengan teliti, lalu
dimasukan kedalam cawan porselen yang telah
diketahui bobot konstannya
2. Lalu dimasukan kedalam oven selama 2 jam
pada suhu 105 – 110oC
3. Kemudian didinginkan didalam desikator selama
15 menit
4. Lalu ditimbang dengan neraca analitik
5. Demikian pekerjaan ini berulang hingga
didapatkan bobot konstan.
Rumus: .
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
× 100%
Penetapan Kadar Nitrogen Total ( SNI 2803 :
2010 )
1. Ditimbang 0,5 g sampel yang telah dihaluskan
masukan kedalam labu kjedhal
2. Ditambahkan 25 mL larutan sulfat salisilat
0,2551 N, goyang hingga merata dan biarkan
semalaman
3. Esoknya ditambahkan 4 g Na2S2O3 5H2O,
kemudian panaskan pada suhu rendah hingga
gelembung habis. Lalu naikan suhu secara
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 73
bertahap maksimal 300oC ( sekitar 2 jam ) dan
biarkan dingin
4. Encerkan dengan akuades, pindahkan kedalam
labu ukur 250 mL. Homogenkan dan tepatkan
sampat tanda tera
5. Pipet 25 mL masukan kedalam labu didih, lalu
masukan batu didih dan ditambahkan 150 ml
akuades dan batu didih
6. Ditambahkan larutan NaOH 40% 10 mL,
kemudian didestilasi
7. Hasil destilasi ditampung dengan H3BO3 1%
sebanyak 20 mL, kemudian ditambah 3 tetes
indicator Conway
8. Destilasi dihentikan bila hasil penyulingan telah
mencapai 100 mL
9. Dititrasi dengan larutan H2SO4 0,05% sampai
titik akhir titrasi tercapai (menjadi warna kuning)
10. lakukan pengerjaan blanko.
Rumus :
Keterangan :
Vs = Volume larutan H2SO4 yang terpakai
untuk titrasi sampel (mL)
Vb = Volume larutan H2SO4 yang terpakai
untuk titrasi blanko (mL)
N = Normalitas H2SO4
14.008 = Berat atom nitrogen
Fp = Faktor pengenceran
W = Berat contoh (mg)
Penetapan Kadar C-OrganiK ( Anonimus, 1996 )
1. Ditimbang 5 g sampel yang telah dihaluskan
dan dimasukan kedalam Erlenmeyer 250 mL
2. Ditambahkan 15 mL H2SO4 pekat dan 10 ml
larutan K2Cr2O7 2 N
3. Direfluk selama 1,5 jam. Setiap 15 menit labu
digoyang supaya terjadi reaksi yang sempurna
4. Lalu didinginkan dan dipindahkan dalam labu
ukur 100 mL. ditepatkan sampai tanda tera dan
dihomogenkan
5. Dibiarkan mengendap
6. Bagian larutan yang jernih yang ada pada labu
tersebut dipipet sebanyak 20 mL dan dimasukan
kedalam Erlenmeyer 250 mL
7. Ditambah 12 mL FeSO4 0,2 N
8. Dititrasi dengan KMnO4 0,1 N sampai timbul
warna lembayung senja
9. Lakukan pengerjaan blanko.
Rumus :
Keterangan :
Vs = Volume KMnO4 yang digunakan untuk titrasi
sampel (mL)
Vb = Volume KMnO4 yang digunakan untuk titrasi
blanko (mL)
Fp = Faktor pengenceran
N = Normalitas KMnO4
W = Berat sampel (mg)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Table 1. Hasil Uji Kadar Air
No. Sampel Kadar Air
(%)
Kadar
rata - rata
SNI
1. Sampel 1 19,00 17,41 % Max
50 % 2. Sampel 2 15,91
3. Sampel 3 17,32
Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah
dilakukan, didapatkan bahwa kadar air yang
terkandung pada pupuk masih dalam batas standar
yang ditentukan. Artinya, pupuk tersebut layak
digunakan dan dipasarkan. Kecilnya kadar air ini
dapat memperpanjang daya tahan pupuk tersebut.
Tabel 2. Hasil Uji Kadar Nitrogen Total
No. Sampel Kadar
(%)
Rata -
rata
SNI
1. Sampel
1
1,63 1,36 % Min
0,40
%
2. Sampel
2
1,10
Pada praktikum yang dilakukan, didapatkan kadar
nitrogen total pada pupuk cukup tinggi. Berarti
pupuk yang penulis buat bisa digunakan sebagai
pupuk. Menurut Hardjowigeno, 1995 nitrogen dalam
pupuk dapat meningkatkan produksi tanaman.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 74
Tabel 3. Hasil Kadar C-Organik
No. Sampel Kadar
(%)
Rata - rata SNI
1. Sampel 1 0.752 0,73 % 27% -
58%
2. Sampel 2 0,705
Pada uji kadar C-organik, didapatkan hasil yaitu
kadar C-organik pada pupuk sangat rendah jauh
dari standar yang telah ditetapkan. Hal ini mungkin
disebabkan belum sempurnanya proses
pengomposan.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan
didapat hasil analisisnya yaitu kadar air sebesar
17,41 %, kadar C-organik sebesar 0,73 % dan
kadar nitrogen total sebesar 1,36 %. Pupuk ini
belum sempurna karena ada parameter yang belum
memenuhi standar mutu pupuk kompos tersebut.
SARAN
1. Untuk pembuat pupuk disaran agar proses
pengomposannya lebih sempurna sehingga
kadar C-organik yang didapatkan lebih besar.
2. Kepada para peneliti yang ingin meneliti pupuk
ini, disaran agar melakukan analisis parameter
yang lainnya untuk melengkapi data pada
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdrohim, oim. 2008. Pengaruh Kompos Terhadap
Ketersediaan Hara Dan Produksi
Tanaman Calsin Pada Tanah Latosol
Dari Gunung Sindur, sebuah skripsi.
Dalam IPB Repository, diunduh 19 April
2012.
Anonimus. 1996. penuntun Praktikum Analisis
Terpadu. Bogor : Sekolah Menengah
Analis Kimia Bogor (SMAKBO)
Guntaro Dwi, Purwono, dan Sarwono. 2003.
Pengaruh Pemberian Kompos Bagase
Terhadap Serapan Hara Dan
Pertumbuhan Tanaman Tebu (
saccharum offcinarum L.). Dalam Bulletin
Agronomi, Departemen Agronomi dan
Holtikultura, institut Pertanian Bogor.
Gusti, Eli dan Yeniza. 2010. “Melakukan Analisis
Volumetri ”. SMK SMAK. Padang
Handayani, mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk
NPK dan Kompos Terhadap
Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah
skripsi. Dalam IPB Repository diunduh
19 April 2012.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 75
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012 Page 76