pembuatan model kafo (knee ankle foot orthosis
TRANSCRIPT
PEMBUATAN MODEL KAFO (KNEE ANKLE FOOT
ORTHOSIS) BERDASARKAN ANTROPOMETRI TUBUH
ORANG INDONESIA
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin
Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Farid Abdurrahman
No. Mahasiswa : 14525074
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
PEMBUATAN MODEL KAFO (KNEE ANKLE FOOT
ORTHOSIS) BERDASARKAN ANTROPOMETRI TUBUH
ORANG INDONESIA
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Farid Abdurrahman
No. Mahasiswa : 14525074
Yogyakarta, 20 Desember 2020
Pembimbing I,
Dr. Muhammad Khafidh, S.T., M.T.
Pembimbing II,
Donny Suryawan, S.T., M.Eng.
iii
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI
PEMBUATAN MODEL KAFO (KNEE ANKLE FOOT
ORTHOSIS) BERDASARKAN ANTROPOMETRI TUBUH
ORANG INDONESIA
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Farid Abdurrahman
No. Mahasiswa : 14525074
Tim Penguji
Donny Suryawan, S.T., M.Eng.
Ketua
Muhammad Faizun, S.T., m.Eng, Ph. D.
Anggota I
Agung Nugroho Adi S.T., M.T.
Anggota II
__________________
Tanggal :22 Januari 2021
__________________
Tanggal : 22 Januari 2021
__________________
Tanggal : 22 Januari 2021
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Dr. Eng. Risdiyono, S.T., M.Eng.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Bismillahirrahmanirrahim, dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini
merupakan pekerjaan saya sendiri kecuali kutipan yang saya cantumkan
sumbernya sebagai referensi. Apabila kemudian penyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima saksi yang telah di tentukan.
Yogyakarta, 20 Desember 2020
Muhammad Farid Abdurrahman
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan tugas akhit ini untuk:
1. Orang tua dan keluarga saya yang selalu mensupport dan mendoaakan
saya
2. Bapak Dr. Risdiyono, ST, M.Eng selaku ketua prodi Teknik Mesin
3. Bapak Donny Suryawan, S.T., M.Eng dan bapak Dr. Muhammad
Khafidh, S.T., M.T sebagai dosen pembimbing
4. Mahasiswa teknik mesin UII
5. Teman teman saya yang membantu menyelesaikan tugas akhir ini
vi
HALAMAN MOTTO
DUIT
(Doa + Usaha +
Ikhtiar +
Tawakkal) =
Suatu proses
kehidupan
vii
KATA PENGANTAR ATAU UCAPAN TERIMA KASIH
“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
“Alhamdulillahirobbilalamin” puji dan syukur kehadirat Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dah hidayahnya sehingga
laporan tugas akhir ini terselesaikan, sholawat serta salam penulis panjatkan
kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasalam yang telah merubah zaman
jahiliyah menjadi zaman yang lebih baik seperti sekarang ini dan juga menjadi
panutan bagi umat manusia. Laporan ini di kerjakan untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan pada program studi Teknik Mesin Universitas Islam Indonesia.
Dalam pengerjaan laporan tugas akhir ini, peneneliti mendapatkan banyak
bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
banayak terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta, terutama abi dan umi saya yang selalu mensupport dan
mendoakan saya dalam menempuh pendidikan.
2. Bapak Dr. Risdiyono ST, M.Eng selaku ketua prodi Teknik Mesin
Universitas Islam Indonesia.
3. Bapak Donny Suryawan, S.T., M.Eng dan bapak Dr. Muhammad Khafid,
S.T., M.T sebagai dosen pembimbing yang selalu membantu dalam prtoses
pengerjaan tugas akhir.
4. Seluru dosen Teknik Mesin yang telah memberikan ilmunya selama proses
perkuliahan.
5. Teman teman Teknik Mesin 2014 yang telah memberi dukungan dalam
banyak hal.
6. Kontrakan curuq soleh yang telah memberi semangat dalam pengerjaan tugas
akhir
7. Anggota CENTRIS FTI UII yang telah saya jadikan pengingat dan motivasi
dalam berbagai hal
Dalam penyusunan laporan ini peneliti menyusun sebaik baiknya namun
sebagai manusia penelit tidak lepas dai kesalahan. Maka dari itu peneliti
viii
mengharapkan kritik dan saran yang bertujuan untuk membangun demi laporan
yang lebih baik. Penulis berharap laporan ini dapat bermaanfaat bagi penulis
sendiri dan pembaca.
“Wassalamualaikum Warahatullahi Wabarakatuh”
Yogyakarta, 20 Desember 2020
Muhammad Farid Abdurrahman
ix
ABSTRAK
KAFO (Knee Ankle Foot Orthosis) adalah alat bantu gerak yang
mempunyai fungsi untuk mengoreksi anggota tubuh bagian bawah mulai dari
telapak kaki sampai atas lutut. Beberapa keluhan adalah ketidaknyamanan pada
KAFO tersebut. Desain KAFO telah dibuat menggunakan software 3D dan di
analisis dengan beban menggunakan berat badan orang Indonesia dengan safety
factor 4. Pengujian berdasarkan pada The Maximum Energy of Distortion Theory
(Von Mises Theory). Yang selanjutnya dilakukan adalah merealisasikan
pembuatan KAFO dengan memperhatikan pemilihan material, proses
manufaktur, kenyamanan dan keamanan pada KAFO tersebut. Sebelum
melakukan proses produksi dilakukan review ulang terhadap desain yang sudah
ada. Pengujian dilakukan kepada penyandang disabilitas yang lemah pada
anggota tubuh bagian bawan dan mendpat feedback untuk dijadikan evaluasi.
Dalam pengujian, KAFO dapat menahan orang dengan beban 71 kg dalam posisi
berjalan.
Kata kunci: KAFO, Orthosis, Manufaktur
x
ABSTRACT
KAFO (Knee Ankle Foot Orthosis) is a movement aid that has a function
to correct lower limbs from the soles of the feet to above the knees.some
complaint are discomfort KAFO.KAFOdesign has been made by software 3D and
do analysis with Indonesian human body weight for load and use 4 for safety
factor. Testing basen on The Maximum Energy of Distortion Theory (Von Mises
Theory). And then do realize make KAFO with seeing focused chose material,
manufactur processing, comfortable, and safety in this KAFO. Before do the
manufactur processing doing review the design. Testing with disabilities people
who weak on lower body and get feedback for evaluation.in the test KAFO can
hold people with wight 71 kg in the walking condition.
Key words : KAFO, Orthosis, Manufactur
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing ............................................................... ii
Lembar Pengesahan Dosen Penguji ...................................................................... iii
Pernyataan Keaslian .............................................................................................. iv
Halaman Persembahan ........................................................................................... v
Halaman Motto ...................................................................................................... vi
Kata Pengantar atau Ucapan Terima Kasih .......................................................... vii
Abstrak .................................................................................................................. ix
Abstract ................................................................................................................... x
Daftar Isi ................................................................................................................ xi
Daftar Tabel ......................................................................................................... xiv
Daftar Gambar ...................................................................................................... xv
Daftar Notasi....................................................................................................... xvii
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian atau Perancangan ........................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian atau Perancangan ...................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan .............................................................................. 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 5
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................... 5
2.2 Dasar Teori .............................................................................................. 6
2.2.1 KAFO(Knee Ankle Foot Orthosis)................................................... 6
2.2.2 Antropometri .................................................................................... 6
2.2.3 Aluminium ........................................................................................ 9
2.2.4 Permesinan ..................................................................................... 12
2.2.5 Bending ........................................................................................... 14
Bab 3 MetodE Penelitian ...................................................................................... 15
3.1 Alur Penelitian ....................................................................................... 15
xii
3.1.1 Studi Pustaka .................................................................................. 16
3.1.2 Mempelajari desain......................................................................... 16
3.1.3 Perbaikan Desain dan Analisis ....................................................... 16
3.1.4 Pembuatan Produk .......................................................................... 16
3.1.5 Pengujian Produk ............................................................................ 16
3.2 Mempelajari Desain ............................................................................... 16
3.3 Perbaikan pada desain KAFO ................................................................ 17
3.4 Alat dan Bahan ....................................................................................... 18
3.4.1 Alat ................................................................................................. 18
3.4.2 Bahan .............................................................................................. 18
3.5 Pemilihan material dan Penentuan Proses Mnufaktur ........................... 19
3.5.1 Pemilihan Material ......................................................................... 19
3.5.2 Proses Manufaktur pada Shank, Footplate dan Thigh .................... 20
3.5.3 Proses Manufaktur pada Knee joint dan Ankle joint....................... 21
3.5.4 Proses Finishing ............................................................................. 22
Bab 4 Hasil dan Pembahasan ............................................................................... 23
4.1 Hasil Perbaikan Desain .......................................................................... 23
4.2 Hasil Pembuatan produk ........................................................................ 29
4.2.1 Shank, Thigh dan Footplate ............................................................ 29
4.2.2 Knee joint dan Ankle joint .............................................................. 32
4.3 Proses Finishing Part ............................................................................. 32
4.4 Assembly produk ................................................................................... 32
4.4.1 Semi Assembly ................................................................................ 33
4.4.2 Full Assembly ................................................................................. 34
4.5 Pengujian KAFO .................................................................................... 36
4.5.1 Cara Pemakaian .............................................................................. 36
4.5.2 Pengujian pada Pasien Disabilitas .................................................. 38
4.6 Analisis dan Pembahasan ....................................................................... 39
4.6.1 Analisis Review Pengguna .............................................................. 39
4.6.2 Spesifikasi KAFO ........................................................................... 40
4.6.3 Perkiraan Harga Produk.................................................................. 41
4.6.4 Analisis Perbandingan Produk ....................................................... 41
xiii
Bab 5 Penutup ....................................................................................................... 46
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 46
5.2 Saran atau Penelitian Selanjutnya .......................................................... 46
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 47
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Antropometri masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi
masyarakat British dan Hongkong ........................................................ 7
Tabel 2-2 Antropometri kaki orang Indonesia yang didapat dari interpolasi data
Dempster (1955), Reynolds (1978), dan Nurmianto (1991). ................ 8
Tabel 2-3 klasifikasi paduan aluminium (Surdia and Saito, 1999) ...................... 11
Tabel 3-1 Kriteria desain (Zamzamy, 2018) ........................................................ 17
Tabel 3-2 Alat ....................................................................................................... 18
Tabel 3-3 Bahan.................................................................................................... 18
Tabel 3-4 material pada bahan pembuatan KAFO ............................................... 19
Tabel 3-5 Kekuatan material bahan KAFO .......................................................... 20
Tabel 4-1 kekuatan aluminium ............................................................................. 27
Tabel 4-2 Perkiraan biaya pembuatan produk ...................................................... 41
Tabel 4-3 Perbandingan produk ........................................................................... 45
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 KAFO (Yakimovich et al., 2006) ....................................................... 6
Gambar 2-2 Antropometri tubuh orang Indonesia ................................................. 8
Gambar 2-3 Antropometri kaki .............................................................................. 9
Gambar 2-4 Mesin CNC milling (Widiantoro et al., 2017).................................. 12
Gambar 2-5 Waterjet cutting ................................................................................ 13
Gambar 2-6 Proses Bending ................................................................................. 14
Gambar 3-1 Desain awal ...................................................................................... 17
Gambar 3-2 file untuk waterjet ............................................................................ 21
Gambar 4-1 Lekuk pada lutut (Marrieb and Mallat, 2001) .................................. 23
Gambar 4-2 Perubahan desain pada lekuk lutut, (a) desain sebelumnya, (b) hasil
perbaikan desain ............................................................................. 24
Gambar 4-3(a). Alternatif desain 1, (b). Alternatif desain 2, (c). Alternatif desain
3 ...................................................................................................... 24
Gambar 4-4 Perubahan desain pada footplate, (a) desain sebelumnya, (b) hasil
perbaikan desain. ............................................................................ 25
Gambar 4-5 Dorsofleksi ankle (Cael, 2010) ......................................................... 26
Gambar 4-6 hasil desain ankle joint ..................................................................... 26
Gambar 4-7 Perubahan desain pada ankle joint, (a) desain sebelumnya, (b) hasil
perbikan desain. .............................................................................. 26
Gambar 4-8 Desain Akhir..................................................................................... 28
Gambar 4-9 Hasil Simulasi................................................................................... 29
Gambar 4-10 Proses waterjet cutting ................................................................... 30
Gambar 4-11 Proses pembuatan ulir .................................................................... 30
Gambar 4-12 Proses bending ................................................................................ 31
Gambar 4-13 hasil pembuatan Shank, Thigh dan Footplate ................................ 31
Gambar 4-14 Hasil pembuatan ankle joint dan knee joint ................................... 32
Gambar 4-15 Hasil finishing part ......................................................................... 32
Gambar 4-16 Assembly pada belt dengn thigh dan shank tengah ........................ 33
Gambar 4-17 Assembly knee joint dengan shank tengah dan shank atas dengan
knee joint ......................................................................................... 33
xvi
Gambar 4-18 Assembly footplate, ankle joint dan shank bawah ......................... 34
Gambar 4-19 Assembly shank atas dengan thig, (a) tinggi minimal, (b) tinggi
maksimal. .............................................................................................................. 34
Gambar 4-20 Assembly shank tengah dan shank bawah, (a) tinggi minimal, (b)
tinggi maksimal. ................................................................................................... 35
Gambar 4-21 Hasil akhir KAFO .......................................................................... 36
Gambar 4-22 Pemakaian KAFO 1........................................................................ 36
Gambar 4-23 Pemakaian KAFO 2........................................................................ 37
Gambar 4-24 Pemakaian KAFO 3........................................................................ 37
Gambar 4-25 Pemakaian KAFO 4........................................................................ 37
Gambar 4-26 Pengujian KAFO 1 ......................................................................... 38
Gambar 4-27 Pengujian KAFO 2 ......................................................................... 38
Gambar 4-28 Tinggi KAFO ................................................................................. 40
Gambar 4-29 perbandingan produk bagian paha .................................................. 42
Gambar 4-30 perbandingan produk bagian lutut sampai betis ............................. 42
Gambar 4-31 perbandingan KAFO bagian lutut sampai betis ............................. 43
Gambar 4-32 perbandingan keseluruhan .............................................................. 44
Gambar 4-33 Produk pembanding 1 ..................................................................... 44
Gambar 4-34 Produk pembanding 2 ..................................................................... 45
xvii
DAFTAR NOTASI
F = Gaya (N)
SF = Safety factor
A = Luas alas
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2012 tercatat ada
5.822.212 jiwa penyandang disabilitas yang terdapat di Indonesia, dan
berdasarkan umur pada data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 Badan
Litbangkes (Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) Kementerian Kesehatan
peningkatan penyandang disabilitas meningkat berbanding lurus terhadap umur
dari penyandang disabilitas dengan nilai tertinggi yaitu 55.9% untuk usia lebih
dari 75 tahun. Sedangkan berdasarkan data Susenas tahun 2012 terdapat 206.688
jiwa penyandang disabilitas yang masih dalam usia produktif. Berdasarkan
persentase umur lebih dari 10 tahun yang mengalami kesulitan fungsional
terdapat 1.62% penduduk mengalami kesulitan dalam berjalan serta menaiki
tangga. Kesulitan berjalan jarak jauh juga merupakan salah satu komponen
disabilitas yang tertinggi berdasarkan Riskesdas 2013 yaitu dengan 6.8% dari
jumlah penyandang disabilitas di Indonesia dengan usia lebih dari 15 tahun.
Kesulitan dalam berjalan jarak jauh serta menaiki tangga merupakan salah
satu dari berbagai kesulitan yang diakibatkan adanya gangguan pada anggota
gerak tubuh bagian bawah. Anggota gerak bawah sendiri memiliki fungsi utama
sebagai support dan alat penggerak tubuh. Keterbatasan berjalan yang disebabkan
gangguan pada anggota gerak tubuh bagian bawah dapat mengakibatkan
peningkatan pengeluaran energi sebesar 89% lebih tinggi dibanding dengan
pejalan kaki norma (Lobe s Herdiman et al., 2012). Gangguan pada anggota
gerak bagian bawah sendiri dapat terjadi karena banyak faktor seperti masalah
rangka, kelemahan otot dan juga kelumpuhan. Sehingga untuk mengeliminasi
atau mengurangi keterbatasan tersebut di perlukan alat bantu gerak bagian bawah
atau yang dikenal dengan orthosis kaki. Orthosis kaki mempunyai berbagai
macam jenis disesuaikan dengan permasalahan yang ada.
Knee Ankle Foot Orthosis (KAFO) adalah orthosis yang mengkoreksi dari
mulai telapak kaki sampai dengan paha. KAFO sendiri mempunyai fungsi dari
2
mulai menyangga berat badan tubuh, mencegah kecacatan dan degenerasi pada
lutut yang lebih lanjut, mengkoreksi kecacatan dan mengontrol atau mengatur
gerakan yang terjadi pada tungkai.
Produk KAFO yang ada di Indonesia saat ini masih banyak ditemukan
kekurangan, khususnya dalam mengakomodasi kebutuhan dan keinginan
pengguna. Beberapa faktor yang menjadi keluhan adalah terlalu kaku pada
sambungan, tidak praktis serta kurang nyaman, bagian-bagian yang dikeluhkan
diantaranya adalah bagian lutut, dimana pada bagian lutut KAFO mempunyai
fungsi pengunci pada knee joint (Lobe s Herdiman et al., 2012)
Salah satu yang menjadi parameter adalah kenyamanan. Banyak fakktor
yang menentukan kenyamanan, salah satunya adalah ergonomi. Ergonomi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan dan elemen-elemen lain
dalam suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan
metode untuk merancang suatu sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan
kinerjanya. Salah satu data yang digunakan dalam ergonomi adalah data
antropometri, data antropometri dapat digunakan dalam perancangan suatu sistem
kerja yang sasaranya adalah sistem kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat dan
efisien (Nurmianto, 2004)
Pengunci kaku serta efisiensi dalam mekanisme pengunci pada knee joint
menjadi salah satu permasalahan yang perlu diselesaikan. Produksi massal pada
KAFO diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen khususnya di
Indonesia. Untuk itu perlu adanya penyesuaian KAFO berdasarkan antropometri
orang Indonesia. Pernyataan tersebut menunjukan masih perlunya pengembangan
yang dilakukan (Zamzamy, 2018)
Desain baru telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan perhitungan
dan berdasarkan antropometri orang Indonesia. Model kafo juga telah dibuat
dengan menggunakan 3d printing. Pada tahapan selanjutnya adalah
merealisasikan seluruh bagian kafo dengan material yang sesuai dengan
spesifikasi, tentunya yang aman dan nyaman untuk digunakan.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, umusan masalah yang di perlukan sebagai
berikut:
1. Bagaimana perancangan KAFO yang sudah ada dapat terealisasikan?
2. Apakah KAFO yang sudah dibuat aman dan nyaman untuk digunakan?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang di perlukan untuk membatasi penelitian, yaitu:
1. Perancangan berdasarkan antropometri orang Indonesia.
2. Tidak melakukan perhitungan
3. Desain menggunakan software autodesk inventor 2019
1.4 Tujuan Penelitian atau Perancangan
1. Realisasi perancangan KAFO dengan memperhatikan proses manufaktur dan
pemilihan material yang tepat pada masing masing part kafo.
2. Menjamin KAFO yang telah dibuat aman dan nyaman untuk digunakan
dengan beban 60kg.
1.5 Manfaat Penelitian atau Perancangan
1. Perancangan ini dapat dijadikan salah satu alternatif solusi bagi penyandang
disabilitas untuk dapat mengeliminasi keterbatasan gerak tubuh khususnya
bagian bawah perut
2. Perancangan ini dapat menjadi salah satu referensi untuk pengembangan
produk bagi dunia industri yang khususnya bergerak dalam bidang orthotic
bawah perut.
3. Perancangan ini dapat menjadi salah satu referensi untuk perancangan atau
penelitian sejenis dalam universitas serta dapat menunjukan kontribusi
universitas dalam menanggulangi permasalahan sosial di masyarakat.
Khususnya dalam penyandang disabilitas bagian bawah perut.
4
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab I membahas mengenai gambaran umum dari perancangan, yang
menyajikan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah,
Tujuan Perancangan, Manfaat Perancangan, serta Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II membahas mengenai teori yang melandasi perancangan yang
diambil dari kutipan buku yang berkaitan dengan topik pembahasan serta
beberapa literature review yang berhubungan dengan perancangan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III membahas mengenai metode yang digunakan dalam perancangan
dari mulai Alur Penelitian atau Perancangan, Peralatan dan Bahan, serta
Perancangan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab IV membahas mengenai Hasil Perancangan serta Hasil Pengujian
yang kemudian akan dianalisis.
BAB V PENUTUP
Bab V membahas mengenai kesimpulan yang didapat pada keseluruhan
perancangan serta Saran yang bertujuan untuk memperbaiki penelitian atau
perancangan selanjutnya.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Berdasarkan perancangan sebelumnya yang telah merancang KAFO
berdasarkan rata-rata antropometri tubuh orang Indonesia yang melibatkan
kenyamanan berdasarkan faktor ergonomi dan KAFO yang lebih praktis.
Perancangan menggunakan pemodelan pada software CAD selanjutnya dilakukan
analisis berdasarkan beban yang diberikan. Beban yang diberikan diasumsikan
berat rata-rata orang Indonesia dengan safety factor 4. Pengujian berdasarkan
pada The Maximum Energy of Distortion Theory (Von Mises Theory). KAFO
mempunyai rentang panjang 751mm – 792mm. KAFO mampu menahan beban
pengguna dengan kondisi lumpuh sebesar 60kg . (Zamzamy, 2018)
Alat bantu jalan KAFO di peruntukan untuk orang yang menderita lemah
pada kaki bagian bawah. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Trifani et al.,
2018) 80 % penderita polio atau kelemahan pada tubuh bagian bawah rentan
jatuh saat berjalan.
Perancangan kafo juga pernah dilakukan (Lobe s Herdiman et al., 2012)
pada peneletian tersebut peneliti menggunakan metode FAST (Function Analysis
System Technique) untuk melakukan perbaikan rancangan desain.
Salah satu yang menentukan bentuk KAFO adalah antropometri. Mulai
dari panjang dan lekuk kafo yang akan dibuat, penelitian tentang antropometri
pernah dilakukan oleh (Syaifudin and Alatas, 1996) yang meneliti tentang
antropometri manusia jawa dalam rangka penyusunan manusia acuan indonesia.
Kenyamanan merupakan parameter yang dapat diukur berdasarka banyak
faktor. Salah satunya adalah kenyamanan berdasarkan faktor ergonomi.
Antropometri merupakan salah satu bagian yang menunjang ergonomi,
khususnya dalam perancangan suatu peralatan berdasarkan prinsip-prinsip
ergonomi. Data antropometri dapat digunakan dalam perancangan suatu sistem
kerja yang sasaranya adalah sistem kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat dan
efisien (Nurmianto, 2004)
6
2.2 Dasar Teori
2.2.1 KAFO(Knee Ankle Foot Orthosis)
Orthosis memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah KAFO yang
mempunyai fungsi untuk mengoreksi anggota tubuh bagian bawah mulai dari
telapak kaki sampai atas lutut (Lobe s Herdiman et al., 2012) KAFO juga
bertujuan untuk mencegah degenerasi pada sendi lutut. KAFO pada umumnya
dapat dilihat pada gambar 2-1.
Gambar 2-1 KAFO (Yakimovich et al., 2006)
Seperti yang tertera pada gambar 2-1 berikut adalah bagian bagian dari kafo
pada umumnya:
1. Thigh- Thigh adalah bagian atas kafo yang menahan bagian paha.
2. Shank- Shank adalah bagian kafo yang menyambungkan antara thigh dengan
knee joint dan knee joint dengan ankle joint.
3. Knee joint- Knee joint adalah penahan pada bagian lutut dan mendukung
pergerakan lutut.
4. Ankle joint- Ankle joint adalah bagian yang mendukung pergerakan ankle.
5. Footplate- Footplate adalah bagian untuk meletakkan telapak kaki.
2.2.2 Antropometri
Antropometri berasal dari kata “anthropos” yang berarti manusia dan
“metron” yang berarti ukuran. Maka antropometri memiliki arti ukuran tubuh
manusia dan upaya evaluasi untuk melaksanakan kegiatan dengan mudah dan
7
gerakan yang sederhana. Antropomeri memiliki peranan penting dalam
perancangan produk yang nanti dapat membuat system kerjaa lebih nyaman,
aman dan efektif. Apabila antropometri tidak sesuai akan memberikan dampak
ketidaknyamanan bagi pengguna produk tersebut. Yang lebih parahnya lagi dapat
berdampak cedera atau kecelakaan kerja.
Penerapan antropometri dapat dilakukan jika terdapat nilai mean (rata-
rata), dan SD (standar deviasi) dari suatu distribusi normal seperti yang terlihat
pada Tabel 2-2. Dalam penerapan antropometri adalah sebuah kesalahan jika
menganggap bahwa semua dimensi adalah merupakan rata-rata, sebagai contoh
jangkauan kedepan pengguna rata-rata (50 persentil) dalam penyesuaian
pemasangan suatu alat kontrol akan menghasilkan bahwa 50% populasi tidak
akan mampu menjangkaunya. Dengan kata lain jika seseorang mempunyai
dimensi rata-rata populasi, maka belum tentu dia berada pada rata-rata populasi
untuk dimensi lainya (Nurmianto, 2004)
Tabel 2-1 Antropometri masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi
masyarakat British dan Hongkong
NO DIMENSI
TUBUH
PRIA WANITA
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
1 Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15
2 Jarak dari Pantat
ke Lutut 500 545 590 27 488 537 586 30
3 Jarak dari Lipat
Lutut ke Pantat 405 450 495 27 488 537 586 30
4 Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27
5 Tinggi Lipat
Lutut 361 403 445 26 337 382 428 28
8
Gambar 2-2 Antropometri tubuh orang Indonesia
(Nurmianto, 2004)
Dimana X= nilai rata-rata (mean), T= nilai standar deviasi (S.D), 5%=
nilai 5 persentil, 95%= nilai 95 persentil. Dalam perancangan KAFO diperlukan
antropometri tubuh bagian bawah perut khususnya kaki yang lebih detail seperti
yang terlihat pada Tabel 2-3.
Tabel 2-2 Antropometri kaki orang Indonesia yang didapat dari interpolasi data
Dempster (1955), Reynolds (1978), dan Nurmianto (1991).
(Zamzamy, 2018)
NO DIMENSI
TUBUH
PRIA WANITA
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
1 Panjang Telapak
Kaki 230 248 266 11 212 230 248 11
2 Panjang Telapak
Lengan Kaki 165 178 191 8 158 171 184 8
3 Panjang Kaki
Sampai Jari
Kelingking
186 201 216 9 178 191 204 8
4 Lebar Kaki 82 89 96 4 81 88 95 4
5 Lebar Tangkai
Kaki 61 66 71 3 49 54 59 3
6 Tinggi Mata Kaki 61 66 71 3 59 64 69 3
7 Tinggi Bagian
Tengah Kaki 68 75 82 4 64 69 74 3
8 Jarak Horisontal
Tangkai Mata
Kaki
49 52 55 2 46 49 52 2
9
Gambar 2-3 Antropometri kaki
(Nurmianto, 2004)
2.2.3 Aluminium
Aluminium ditemukan pada tahun 1809 oleh Sir Humphrey Davy sebagai
suatu unsur. Kemudian pada tahun 1825 aluminium direduksi pertama kali oleh
H.C. Oersted. Pada tahun 1886 secara industri Paul Heroult di Prancis dan C. M.
Hall di amerika serikat dengan terpisah memperoleh logam aluminium dari
alumina menggunakan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi (Surdia and
Saito, 1999)
Aluminium merupakan logam ringan dengan ketahanan korosi dan
hantaran listrik yang baik. Kekuatan mekanik aluminium meningkat dengan
penambahan Cu, MG, Si, Mn, Ni (Surdia and Saito, 1999). Penggunaan
Aluminium antara lain untuk pembuatan kabel, kerangka kapal terbang, mobil
dan berbagai produk peralatan rumah tangga. Senyawanya dapat digunakan
sebagai obat, penjernih air, fotografi serta sebagai ramuan cat, bahan pewarna,
ampelas dan permata sintesis.Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan
lama, ringan, dan dapat ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara
keperakan hingga abu- abu, tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan tarik
Aluminium murni adalah 90MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki
kekuatan tarik berkisar hingga600 MPa. Aluminium memiliki berat sekitar satu
pertiga baja, mudah ditekuk, diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik (drawing),
dan diekstrusi.
10
Aluminium terdapat 2 macam, yaitu:
a. Aluminium murni
Aluminium murni memiliki massa jenis 2,7 . Kurang lebih
sepertiga dari berat jenis baja (7,83 gram/ cm3), tembaga (8,93gram/
cm3). Ketahanan korosi pada aluminium berubah tergantung
kemurniaannya. Untuk kemurnian AL 99% atau lebih pada
umumnyadapat digunakan bertahuntahun.
b. Aluminium paduan
1. Aluminium seri 1
Aluminiumm seri 1 yaitu yang elemen paduan utamanya besi dan
silicon. Memiliki 65 % hantaran listrik tembaga.
2. Aluminium seri 2
Aluminiumn seri 2 memiliki paduan tembaga (Cu) Al-Cu. Ketahan
korosi pada aluminum paduan Cu buruk. Apabila ketahanan korosi di
perlukan di perlukan lapisan Al murni atau paduan yang tahan korosi.
Paduan ini dapat dilakukan heat treatment terutama yang mengandung
(2,5 – 5%) Cu.
3. Aluminium seri 3
Aluminium 3 memiliki paduan Al-Mn, paduan ini tidak mengurangi
ketahanan korosi pada aluminium. Aluminium dengan paduan Mn ini
tidak dapat dikeraskan dengan proses heat treatment.
4. Aluminium seri 4
Aluminium seri 4 memiliki paduan AL-Si. Paduan ini sangat baik
kecairannya. Memiliki permukaan yang bagus, tanpa kegetasan panas,
baik untuk paduan cor, ketahanan korosi yang juga bagus, ringan,
koefisien muai yang kecil dan penghantar listrik yang cukup baik.
5. Aluminium seri 5
Aluminium seri 5 memiliki paduan Al-Mg. Paduan Al-Mg
mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik, disebut
hidronaliumdan juga dikenal dengan paduan tahan korosi. Paduan 2-
3%Mg mudah di tempa dan di ekstrusi. Paduan 5052 yang biasa di
11
pakai sebagai bahan tempaan dan padusan 5056 yang paling kuat
dalam sistim ini.
6. Aluminium seri 6
Aluminium seri 6 memiliki paduan Al-Mg-Si. Paduan dalam sistim ini
kurang kuat sebagai bahan tempaan dan ekstrusi. Namun sangat baik
untuk mampu bentuk dalam temperature biasa. Magnesium dan
Silikon membentuk senyawa Mg2Si (Magnesium Silisida) yang
memberikan kekuatan tinggi pada paduan ini setelah proses heat
treatment. Seri 6053, 6061, 6063 memiliki sifat tahan korosi yang baik
dari pada heat treatable aluminium lainnya.
7. Aluminium seri 7
Aluminium seri 7 memiliki paduan Al-Mg-Zn. Paduan ini memiliki
kekuatan tarik lebih dari 504 MPa, paduan ini sering digunakan untuk
kerangka pesawat, paduan ini dinamakan ultra duralumin.
Tabel 2-3 klasifikasi paduan aluminium (Surdia and Saito, 1999)
Standar AA Standar Alcoa
Terdahulu Keterangan
1001 1S Al murni 99,5% atau di atasnya
1100 2S Al murni 99,0% atau di atasnya
2010-2029 10S-29S Cu merupakan unsur paduan utama
3003-3009 3S-9S Mn merupakan unsur paduan utama
4030-4039 30S-39S Si merupakan unsur paduan utama
5050-5086 50S-69S
Mg merupakan unsur paduan utama
6061-6069 g merupakan unsur paduan utama
7070-7079 70S-79S Zn merupakan unsur paduan utama
Cara membaca seri aluminium dengan standar internasional. Biasanya
pengkodean dari seri aluminium terdiri dari empat angka, yaitu :
a. Angka pertama = menunjukkan seri kelompok paduan 20
b. Angka kedua = menunjukan modifikasi paduan murni atau batas
ketidakmurnian
Angka 0 menunjukkan paduan yang murni
Angka 1-9 menunjukkan minimum presentase Al
12
c. Dua angka terakhir = minimum presentase Al
2.2.4 Permesinan
Pemesinan adalah suatu proses produksi dengan menggunakan mesin
perkakas dengan memanfaatkan gerakan relatif antara pahat dengan benda kerja
sehingga menghasilkan suatu produk sesuai dengan hasil geometri yang
diinginkan. Proses pemesinan dilakukan dengan cara memotong bagian benda
kerja yang tidak digunakan dengan menggunakan pahat (cutting Teknik
Pemesinan 36 tool), sehingga terbentuk permukaan benda kerja menjadi
komponen yang dikehendaki. Pahat yang digunakan pada satu jenis mesin
perkakas akan bergerak dengan gerakan yang relatif tertentu (berputar atau
bergeser) disesuaikan dengan bentuk benda kerja yang akan dibuat. Dalam
penelitian ini terdapat 2 prooses pemesinan, yaitu proses CNC milling dan
waterjet cutting.
2.2.4.1 CNC Milling
Mesin Milling CNC adalah mesin milling adalah salah satu dari berbagai
macam mesin CNC. CNC milling memiliki pergerakan meja mesin (sumbu X
dan Y) serta spindle (rumah cutter) dikendalikan oleh suatu program. Program
tersebut berisi langkah-langkah perintah yang harus dijalankan oleh mesin CNC.
Program tersebut bisa dibuat langsung pada mesin CNC (huruf per huruf, angka
per angka), yang hasil programnya disebut dengan program NC, atau dibuat
menggunakan PC plus software khusus untuk membuat program NC. Program
seperti ini disebut dengan CAM. Seperti yang ada pada gambar 2-4
Gambar 2-4 Mesin CNC milling (Widiantoro et al., 2017)
13
Secara garis besar mesin CNC milling digolongkan menjadi dua, yaitu
CNC milling TU (Training Unit) dan PU (Production Unit). Keduanya
mempunyai prinsip kerja yang sama, namun berbeda dalam penggunaannya.
Mesin CNC milling TU digunakan untuk mengerjakan pekerjaan ringan atau
tidak terlalu rumit, sedangkan mesin CNC milling PU digunakan untuk
mengerjakan pekerjaan masal karena dilengkapi dengan aksesoris yang lebih
kompleks seperti chuck otomatis dan toolpost otomatis (Nugroho and Saputro,
2012)
2.2.4.2 Waterjet cutting
Pemesinan water jet termasuk proses pemotongan dingin, sehingga tidak
timbul panas. Dengan demikian tidak terjadi kerusakan akibat panas seperti
distorsi termal, HAZ (Heat Affected Zone), tegangan termal (thermal stress) pada
permukaan yang dipotong. Water jet sebagai pahat potong (cutting tool)
mempunyai daya potong yang hampir tidak terbatas, karena water jet dapat
memotong berbagai material dari yang lunak hingga yang keras, dari yang ulet
hingga yang tangguh dengan tingkat ekonomis yang tinggi. Oleh karena itu WJM
berkembang pesat dalam industri arsitektur, ruang angkasa, otomotif, manufaktur,
makanan dan buahbuahan, board and paper product, tambang batu bara dan lain
sebagainya. Seperti yang ada pada gambar 2-5
Gambar 2-5 Waterjet cutting
Sumber: PT. Jogja Citra Kreasi
14
2.2.5 Bending
Bendeing adalah proses penekanan pada suatu permukaan sehingga terjadi
deformasi plastic pada bagian yang di berikan tekanan. Pada penelitian kali ini
proses bending menggunakan metode Dies forming bending. Dies forming
bending adalah alat yang digunakan untuk membentuk suatu bendingan dengan
menggunakan punch dan dies bentuk dan kegunaannya sangat beragam (Nugroho
and Hidayat, 2016). Penekan akan menekan dari sisi bagian atas, kemudian akan
terbentuk sudut sesuai yang diinginkan. Dapat dilihat pada gambar 2-6
Gambar 2-6 Proses Bending
Sumber: http://thelibraryofmanufacturing.com
15
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alur Penelitian
Tidak
Ya
Ya
Studi pustaka
Mulai
Pembuatan produk
Pengujian produk
Apakah produk aman dan
nyaman untuk digunakan
dengan berat beban 60 kg
Selesai
Mempelajari desain
Perbaikan desain
16
3.1.1 Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan pencarian tentang penelitian sebelumnya dan
buku yang terkait dengan penelitian ini untuk membantu menyelesaikan
permasalahan yang ada pada penelitian ini. Studi pustakaterdapat pada bab 2.
3.1.2 Mempelajari desain
Desain KAFO sudah dibuat oleh peneleliti sebelumnya. Mempelajari
desain berguna untuk mempersiapkan proses produksi yang akan dilakukan
nantinya.
3.1.3 Perbaikan Desain dan Analisis
Setelah mempelajari desain jika ada beberapa pertimbangan Perbaikan
desain dan analisis akan dilakukan perbaikan. Perbaikan desain berdasarkan
review pengguna, peneliti dan penelitian sebelumnya.
3.1.4 Pembuatan Produk
Tahapan pembuatan produk dilakukan setelah perbaikan desain dan
analisi selesai
3.1.5 Pengujian Produk
Pengujian produk dilakukan untuk memastikan produk yang telah dibuat
aman dan nyaman untuk digunakan, pengujian dilakukan secara langsung oleh
pengguna
3.2 Mempelajari Desain
Desain KAFO sudah tersedia pada penelitian sebelumnya. Desain KAFO
berdasarkan rata-rata antropometri tubuh orang Indonesia yang melibatkan
kenyamanan berdasarkan faktor ergonomi dan KAFO yang lebih praktis.
Perancangan menggunakan pemodelan pada software CAD selanjutnya dilakukan
analisis berdasarkan beban yang diberikan. Beban yang diberikan diasumsikan
17
berat rata-rata orang Indonesia dengan safety factor 4. Pengujian berdasarkan
pada The Maximum Energy of Distortion Theory (Von Mises Theory). KAFO
mempunyai rentang panjang 751mm – 792mm. KAFO mampu menahan beban
pengguna dengan kondisi lumpuh sebesar 60kg . Mempelajari desain dilakukan
sebelum melakukan proses pembuatan produk agar mendapatkan evaluasi apakah
perlu ada yang dirubah atau tidak. Desain awal dapat dilihat pada gambar 3-1
Gambar 3-1 Desain awal
3.3 Perbaikan pada desain KAFO
Setelah mempelajari desain yang sudah ada ada beberapa perbaikan pada
desain kafo. Perbaikan yang dilakukan berpacu pada kriteria desain yang telah
ditentukan oleh peneliti sebelumnya dapat dilihat pada tebel 3-1.
Tabel 3-1 Kriteria desain (Zamzamy, 2018)
No Kriteria Deskripsi
1 Tidak berkarat Bahan yang digunakan tidak korosif
2 Kuat KAFO mampu menahan berat rata-rata orang
Indonesia sebesar 60kg dengan SF 4 didapatkan
dari beban maksimal ketika manusia berjalan
normal yaitu 4 kali berat tubuh.
18
3 Ringan KAFO mempunyai massa seringan mungkin
tanpa menghilangkan faktor kekuatan.
4 Dimensi sesuai
dengan
Antropometri
orang Indonesia
1. Panjang pangkal paha hingga telapak kaki
751mm – 792mm.
2. Axis knee joint berada pada femoralis
posterior kondilus dengan radius putar pada
tulang femur 20mm.
3.4 Alat dan Bahan
Sebelum melakukan proses pembuatan prototype KAFO, perlu disiapkan
alat dan bahan.
3.4.1 Alat
Alat yang digunakan di tunjukan pada table 3-2 di bawah ini:
Tabel 3-2 Alat
No Alat Fungsi
1 Mesin waterjet Untuk memotong plat aluunium pada shank, thigh
dan footplate
2 Mesin bending Untuk menekuk plat
3 Mesin CNC Untuk membuat knee joint dan ankle joint
4 Obeng Untuk mengencangkan baut
5 Kunci L Untuk mengencangkan baut
6 Amplas Untuk enghaluskan sisi yang kasar
7 Tang rivet Untuk memasang paku rivet
8 Kunci pas Untuk mengencangkan mur
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan di tunjukan pada table 3-3 di bawah ini:
Tabel 3-3 Bahan
No Bahan Fungsi
1
Plat alumunium
4mm, 5mm,
2mm
Sebagai bahan utama KAFO
2 Mur dan baut Untuk mengencangkan sambungan
3 Paku rivet Untuk menyambung bagian yang permanen
19
4 Belt Untuk mengencangkan ikatan antara shank bagian
kanan dan kiri
5 Busa 4mm Untuk bantalan kafo
6 Bahan koten
tipis Untuk bantalan kafo
3.5 Pemilihan material dan Penentuan Proses Mnufaktur
Pembuatan produk kafo ini dibuat di beberapa bengkel yang ada di
daerah jogja dan kemudian di assembly di bengkel kampus. Pembuatan KAFO
dilakukan dengan memperhatikan pemilihan material dan proses manufakturnya.
Pada proses manufaktur dibagi menjadi dua kelompok dengan memperhatikan
kontur permukaan pada masing masing part, yaitu kontur yang memiliki
permukaan datar dan yang terdapat cekungan atau tingkatan permukaan yang
berbeda.
3.5.1 Pemilihan Material
Material utama pada pembuatan KAFO ini adalah aluminium yang digunakan
pada seluruh bagian KAFO, Aluminium yang digunakan yaitu aluminium 6061,
karena aluminium 6061 adalah salah satu material yang kuat dan juga ringan,
untuk sambungan baut, mur dan paku rivet menggunakan material stainless steel
karena beranggapan material tersebut lebih kuat dari aluminium. Untuk belt
menggunakan bahan polyster. Seperti pada table berikut:
Tabel 3-4 material pada bahan pembuatan KAFO
No Bahan Fungsi Material
1
Plat
alumunium
4mm, 5mm,
2mm
Sebagai bahan utama KAFO Aluminium 6061
(
2 Mur dan baut Untuk mengencangkan sambungan Steinless steel
3 Paku rivet Untuk menyambung bagian yang
permanen
Steinless steel
4 Belt Untuk mengencangkan ikatan
antara shank bagian kanan dan kiri
Polyester
5 Busa 4mm Untuk bantalan kafo Busa
20
6 Bahan koten
tipis
Untuk bantalan kafo Koten
Tabel 3-5 Kekuatan material bahan KAFO
No Jenis Kekuatan
Tarik
Tegangan
Luluh
1 Alumunium
6061 310Mpa 276Mpa
2 Stainless Steel
Austenitik 304 552Mpa 207Mpa
3 Polyester 260 Mpa
3.5.2 Proses Manufaktur pada Shank, Footplate dan Thigh
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pembuatan shank,
footplate dan thigh, yaitu dengan menggunakan teknologi waterjet cutting,
gerinda secara manual, laser cutting, dan menggunakan mesin milling. Jika
melihat dari karakteristik desain proses waterjet cutting dan penekukakan plat
menggunakan mesin bending dapat menghasil produk yang presisi dan juga
waktu yang lebih singkat, tahapan yang dilakukan untuk pembuatan shank, thigh
dan footplate yaitu:
1. Melakukan 3d desain, proses 3d desain dapat dilakukan dengan menggunakan
software CAD(Computer Aided Design). Desain dapat di liat pada gambar
2. Desain yang ada dibuat dengan bentuk rata dan di save dalam file DWG
21
Gambar 3-2 file untuk waterjet
3. Rubah fortmat desain dari DWG menjadi file corel draw
4. Masukan file ke dalam mesin waterjet
5. Persiapkan plat 2 mm untuk pembuatan footplate dan 4 mm untuk pembuatan
shank dan thigh plat sudah terkunci dengan baik saat di letakan di atas mesin
waterjet.
6. lakukan pemotongan menggunakan waterjet
7. Menekuk plat dengan menggunakan mesin bending dengan derajat sesuai
dengan yang ada pada desain
8. Membuat ulir dalam pada lubang
9. Menghaluskan bagian samping pada plat menggunakan gerinda
3.5.3 Proses Manufaktur pada Knee joint dan Ankle joint
Ada beberapa metode yang dapat digunakan pembuatan produk pada knee
joint dan ankle joint yaitu dengan menggunakan proses CNC milling, milling
manual, gravity cor an die casting, . karena memiliki bentuk yang rumit,
memiliki cekungan pada bagian tengah dan hanya dibuat untuk prototype maka
penggunaan mesin cnc milling efektif untuk membuat knee joint dan ankle joint.
Namun untuk pembuatan masal dapat menggunakan gravity cor atau die casting.
Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan knee joint dan ankle joint:
1. Melakukan 3d desain, proses 3d desain dapat dilakukan dengan menggunakan
software CAD(Computer Aided Design). Kemudian di export ke file stp.
2. Melakukan pembuatan g-code, pembuatan g-code dapat dilakukan
menggunakan software CAM(Computer Aided Manufacturing). Dalam
22
pembuatan g-code ini menentukan strategi pemakanan dan juga pahat yang
digunakan.
3. Input file g-code ke mesin CNC dan kalibrasi, sebelum memulai pemakanan
dilakukan proses kalibrasi untuk menentukan posisi Z0 dan memastikan agar
clamp tidak menabrak spindle.
4. Setelah semua siap proses pemakanan dilakukan.
3.5.4 Proses Finishing
Langkah terakhir setelah proses machining menggunakan waterjet dan mesin
CNC adalah proses finishing dengan memoles bagian permukaan agar lebih
berestetika.
23
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perbaikan Desain
Dengan memperhatikan kriteria desain yang ada dilakukan perubahan
pada beberapa part KAFO, di antaranya yaitu:
1. Arah lekuk kafo dekat lutut
Pada desain awal lekuk kafo pada bagian dekat lutut sama antara kanan dan
kiri. Perubahan disini merubah lekuk kafo bagian luar stetlah knee joint menjadi
lurus. Tujuan dari perubahan pada lekuk ini bertujuan agar bentuk kafo lebih
menyesuaikan lekuk kaki pada umumnya sehingga KAFO lebih merekat pada
kaki dan mengurangi rongga kosong pada bagian luar kaki, dapat dilihat pada
gambar 4-1.
Gambar 4-1 Lekuk pada lutut (Marrieb and Mallat, 2001)
Perubahan desain yang telah dilakukan dapat dilihat pada gambar 4-2.
24
(a) (b)
Gambar 4-2 Perubahan desain pada lekuk lutut, (a) desain sebelumnya, (b) hasil
perbaikan desain
2. Desain footplate
Pada desain awal footplate terlihat kurang nyaman pada bagian telapak.
Dalam perbaikan desain pada dootplate terdapat beberapa alternative desain yang
telah direncanakan, di antranya dapat dilihat pada gambar 4-3
(a) (b) (c)
Gambar 4-3(a). Alternatif desain 1, (b). Alternatif desain 2, (c). Alternatif desain
3
Dari alternative desain yang ada dipilih alternatif desain 3. Pada alternatif
desain 1 dan 2 di rencanakan untuk mengiuti kontur kaki namun kekurangannya
tidak bisa diatur untuk kaki kiri atau kanan, jadi desain yang dipilih yaitu
alternative desain 3. Pada desain yang baru Footplate yang baru dapat
dimasukkan ke dalam sepatu. alas footplate memiliki ketebalan plat 2 mm dan
Bagian
luar kaki
Bagian
dalam kaki
25
sisi bagian samping 4mm agar tetap kuat menyangga. Panjang footplate 2/3
panjang kaki pada umumnya yang bertujuan agar memudahdan footplate untuk
dimasukan ke dalam sepatu dan mempermudah untuk produksi masal. Rata rata
kaki manusia lebih melebar saat melewati 2/3 panjang kaki. Perubahan desain
dapat dilihat pada gambar 4-4.
(a) (b)
Gambar 4-4 Perubahan desain pada footplate, (a) desain sebelumnya, (b) hasil
perbaikan desain.
3. Ankle joint
Dengan perubahan footplate maka perubahan ankle joint juga di butuhkan,
karena desain ankle joint pada awalnya digunakan untuk memudahkan pergantian
pada footplate. Namus setelah perubahan pada footplate yang dapat di gunakaan
saat menggunakan alas kaki ataupun tidak maka fitur ankle joint yg memudahkan
untuk pergantian footplate dihilangkan. Pada desain baru ankle dapat bergerak
maju mundur sebesar 9 derajat dengan tujuan untuk memudahkan pengguna saat
berjalan. Pemilihan 9 derajat diambil dari setengah gerakan full range of
motion dorsofleksi pada sendi lutut untuk menghindari loss pada posisi ankle.
Seperti pada gambar 4-5.
26
Gambar 4-5 Dorsofleksi ankle (Cael, 2010)
Hasil desain dan perubahan ankle joint dapat dilihat pada gambar 4-6 dan 4-7.
Gambar 4-6 hasil desain ankle joint
(a) (b)
Gambar 4-7 Perubahan desain pada ankle joint, (a) desain sebelumnya, (b) hasil
perbikan desain.
4. Luas penampang pada shank
27
Dalam perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya telah di hasilkan luas
penampang minimal yaitu:
Tabel 4-1 kekuatan aluminium
No Jenis Kekuatan Tarik Tegangan Luluh Dimensi (Lebar x
Tebal)
1 Alumunium
6061 310Mpa 276Mpa 25mm x 5 mm
ekuatan eban
pa S
mm
mm
Setelah perhitungan yang dilakukan didapatkan hasilnya yaitu dengan dimensi
lebar x tebal (25mmx 5mm). perubahan terdapat pada tebal shank dan thigh pada
paha, yang awalnya 5 mm menjadi 4 mm karena dirasa terlalu tebal.
setelah melakukan perbaikan desain didapat hasil akhir desain dan analisis
terhadap desain yang baru, didapatkan desain akhir seperti pada gambar 4-8.
28
Gambar 4-8 Desain Akhir
1. Belt adalah bagian yang merekatkan lingkar paha dan betis
2. Thigh adalah bagian atas kafo yang menahan bagian paha.
3. Shank atas adalah bagian kafo yang menyambungkan antara thigh dengan
knee joint
4. Knee joint penahan pada bagian lutut dan mendukung pergerakan lutut.
5. Shank tengah adalah bagian kafo yang menyambungkan antara knee joint
dengan shank bawah.
6. Shank bawah adalah bagian kafo yang menyambungkan antara shank
tengah dengan ankle joint.
7. Ankle joint adalah bagian yang mendukung pergerakan ankle.
8. Footplate adalah bagian untuk meletakkan telapak kaki.
1
2
34
5
6
7
8
29
Tahapan terakhir dalam perbaikan desain adalah melakukan simulasi
stasis pada KAFO, simulasi dilakukan dengan beban 2400N, yaitu berat rata-rata
orang Indonesia sebesar 60kg dengan SF 4 dikalikan gravitasi didapatkan dari
beban maksimal ketika manusia berjalan normal yaitu 4 kali berat tubuh. sesuai
dengan kriteria desain pada kafo, hasil simulasi dapat dilihat pada gambar 4-9.
Gambar 4-9 Hasil Simulasi
Dapat di ketahui tegangan maksimal terjadi pada bagian shaft pada knee
joint sebesar 202 MPa sementara kekuatan material dari shaft yaitu 250 MPa.
4.2 Hasil Pembuatan produk
Setelah desain akhir selesai kemudian produk dapat mulai dibuat dan
didapatkann hasil dari pembuatan tersebut
4.2.1 Shank, Thigh dan Footplate
Hasil pembuatan shank, thigh dan footplate diurutkan berdasarkan tahapan
pengerjaan:
30
1. Proses waterjet cutting
Tahapan pertama adalah memotong plat sesuai desain. Proses waterjet cutting
dapat dilihat pada gambar 4-10.
Gambar 4-10 Proses waterjet cutting
2. Proses pembuatan ulir
Setelah pemotongan plat selesai. Dilakukan pembuatan ulir dilakukan pada
lubang sambungan thigh dengan shank atas dan shank bawan dan shank tengah
dengan menggunakan tap 6mm. seperti pada gambar 4-11.
Gambar 4-11 Proses pembuatan ulir
3. Proses bending
Proses mending dilakukan dengan mesin bending dengan derajat yang
berbeda pada setiap bagiannya. Dapat dilihat pada gambar 4-12.
31
Gambar 4-12 Proses bending
a. Shank
- Shank atas ditekuk sebesar 6 derajat
- Pada shank tengah hanya satu bagian yaitu shank tengah bagian dalam
sebesar 10 derajat
- Shank bawah sebesar 4 derajat
b. Footplate
pada bagian footplate sudut yang di bentuk sebesar 90 derajat pada
bagian sisi samping kaki dan tumit.
Hasil akhir proses pembuatan shank thigh dan footplate dapat dilihat pada
gambar 4-13.
Gambar 4-13 hasil pembuatan Shank, Thigh dan Footplate
32
4.2.2 Knee joint dan Ankle joint
Hasil pembuatan knee joint dan ankle joint dengan menggunakan proses
CNC dapat dilihat pada gambar 4-14.
Gambar 4-14 Hasil pembuatan ankle joint dan knee joint
4.3 Proses Finishing Part
Proses finishing part yang dilakukan dengan cara melapisi masing masing
part dengan krom yang bertujuan agar produk terlihat lebih menarik dari segi
estetika. Hasil finishing dapat dilihat pada gambar 4-15.
Gambar 4-15 Hasil finishing part
4.4 Assembly produk
Assembly proses untuk menggabungkan satu part dengan part lainnya
sehingga menjadi satu kesatuan agar menjadi sebuah produk yang diinginkan.
Pada pembuatan KAFO ini ada dua proses assembly yang dilakukan, di antaranya
sebagai berikut:
33
4.4.1 Semi Assembly
Semi assembly dilakukan untuk menyambungkan tanpa melihat sisi kaki
yang digunakan oleh pengguna. Semi assembly dilakukan dengan permanen yang
bertujuan agar tidak ada perombakan jika tinggi pengguna tidak sesuai. Pada
tahapan ini proses assembly yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Assembly pada belt dengn thigh dan shank tengah. Proses penjahitan
dilakukan pada bagian belt dan thigh. Dapat dilihat pada gambar 4-16.
Gambar 4-16 Assembly pada belt dengn thigh dan shank tengah
2. Assembly knee joint dengan shank tengah, dan shank atas dengan knee joint.
Untuk menyambungkan knee joint dan shank tengah yaitu menggunakan paku
rivet dan menggunakan shaft pada sambungan knee joint dengan shank atas,
untuk menyambungkan knee joint dan shank atas harus dipastikan apakah
KAFO akan digunakan di kaki kiri atau kaki kanan, untuk mengaturnya
cukup dengan merubah arah pada shank atas, assembly dapat dilihat pada
gambar 4-17.
Gambar 4-17 Assembly knee joint dengan shank tengah dan shank atas dengan
knee joint
34
3. Assembly footplate, ankle joint dan shank bawah. Pada tahap ini sama dengan
sebelumnya yaitu menyambungkan part dengan menggunakan paku rivet.
Dapat dilihat pada gambar 4-18.
Gambar 4-18 Assembly footplate, ankle joint dan shank bawah
4.4.2 Full Assembly
Full assembly dilakukan saat menyesuaikan panjang kaki pengguna
dengan KAFO setelah dilakukan pengukuran. Ada tiga tahapan pada proses ini,
diantaranya:
1. Assembly shank atas dengan thigh
Assembly dilakukan dengan menggunakan baut dan mur stainless sesuai
dengan panjang paha pengguna. Dapat dilihat pada gambar 4-19.
(a) (b)
Gambar 4-19 Assembly shank atas dengan thig, (a) tinggi minimal, (b) tinggi
maksimal.
35
2. Assembly shank tengah dan shank bawah
Sama dengan sebelumnya yaitu menggunakan mur dan baut stainless. Dapat
dilihat pada gambar 4-20.
(a) (b)
Gambar 4-20 Assembly shank tengah dan shank bawah, (a) tinggi minimal, (b)
tinggi maksimal.
Penyesuaian panjang pada bagian paha dan betis dapat diatur dengan
mengunakan sambungan baut dan mur dengan menyesuaikan lubang baut dan
panjang kaki pengguna. Hasil akhir pembuatan KAFO dapat dilihat pada gambar
4-21.
36
Gambar 4-21 Hasil akhir KAFO
4.5 Pengujian KAFO
4.5.1 Cara Pemakaian
1. Ukur setengah keliling kaki dan sesuaikan dengan panjang belt bagian
belakang.
2. Letakan kaki di atas KAFO yang sudah direkatkan belt bagian belakangnya,
seperti padaa gambar 4-22.
Gambar 4-22 Pemakaian KAFO 1
37
3. Rekatkan belt bagian depan paha dan bawah lutut, seperti pada gambar 4-23.
Gambar 4-23 Pemakaian KAFO 2
4. Tekuk KAFO dan ekatkan belt bagian pergelangan kaki dan footplate, seperti
pada gambar 4-24.
Gambar 4-24 Pemakaian KAFO 3
5. KAFO siap digunakan, hasil akhir pemakaian KAFO dapat dilihat pada
gambar 4-25.
Gambar 4-25 Pemakaian KAFO 4
38
4.5.2 Pengujian pada Pasien Disabilitas
Pengujian dilakukan kepada responden yang lemah pada anggota tubuh
bagian bawah, penggunaan dapat dilihat pada gambar 4-26 dan 4-27.
Gambar 4-26 Pengujian KAFO 1
Gambar 4-27 Pengujian KAFO 2
Pada pengujian KAFO ini dilakukan di BRTPD ( Balai Rehabilitasi
Terpadu Penyandang Disabilitas). Pengujian dilakukan oleh 2 responden laki-laki
dengan indikasi struk sebelah pada anggota tubuh bagian kanan. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah KAFO ini dapat digunakan langsung oleh
pengguna serta apakah aman dan nyaman untuk digunakan. Sebelum pengujian,
dilakukan konsultasi dan pengecekan alat oleh dokter spesialis KFR(Kedokteran
fisik dan Rehabilitasi) yang ada disana untuk memastikan bahwa KAFO tersebut
39
aman untuk digunakan. Pengujian dilakukan oleh 2 orang responen dengan berat
badan responden pertama 71 kg dan responden kedua 57 kg. Dapat dilihat pada
gambar 4-17 dan 4-18 diatas, pada gambar sebelah kiri cara jalan dengan
menggunakan KAFO lebih tegak daripada saat tidak menggunakan KAFO
(gambar sebelah kanan). Selain itu perbandingan kecepatan jalan yang lebih cepat
saat menggunakan KAFO daripada saat tidak menggunakan KAFO.
4.6 Analisis dan Pembahasan
4.6.1 Analisis Review Pengguna
Dari pengujian yang telah dilakukan ada beberapa feedback dan tanggapan
terhadap KAFO yang digunakan, di antaranya:
1. Dengan menggunakan KAFO pengguna dapat berjalan lebih cepat dan lebih
tegak dari pada tidak menggunakan KAFO
2. Material yang cukup bagus
3. Lutut terlalu lurus saat berjalan, membutuhkan sedikit lekuk pada lutut agar
dapat berjalan lebih normal (review dari penderita struk). Pada dasarnya
posisi lutut dibuat lurus saat posisi terkunci adalah untuk menan lutut agar
tidak jatuh, namun pada kenyataannya beberapa yang memiliki disabilitas
lemah pada kaki bagian masih mampu menahan dan membutuhkan lekuk
lutut untuk berjalan.
4. Bagian footplate yang sulit untuk dimasukkan, footplate yang sulit
dimasukkan karena maerial yang terlalu tebal, namun tebal tersebut bertujuan
agar tidak mudah penyok saat menahan beban dari atas.
40
4.6.2 Spesifikasi KAFO
Spesifikasi KAFO dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini:
1. Material
Material yang digunakan pada KAFO yaitu aluminium 6061(dalam prototype
menggunakan aluminium 5053 dan 1100)
2. Dimensi
- Panjang minimal dan maksimal pada pangkal paha sampai lutut:
265mm – 345mm
- Panjang maksimal dan minimal pada lutut sampai telapak kaki:
435mm – 523mm
- Panjang minimal dan maksimal secara keseluruhan:
700mm – 868mm
Gambar 4-28 Tinggi KAFO
3. Bantalan KAFO
- Bantalan KAFO tidak bersifat permanen sehingga dapat dicuci dan diganti
apabila sudah kotor
- Material yang tahan air sehingga keringat pada tubuh tidak meresap pada
bantalan
4. Berat KAFO sebesar 1,34kg
5. Pengunci
Pengunci yang otomatis mengunci saat kaki diluruskan
41
4.6.3 Perkiraan Harga Produk
Perkiraan biaya pembuatan produk KAFO :
Tabel 4-2 Perkiraan biaya pembuatan produk
Barang/Jasa Kuantitas Harga satuan Harga total
Aluminium 4mm Rp 295.000
Aluminium 5mm Rp 132.000
Baut 14 buah Rp 1.000 Rp 14.000
Mur 10 buah Rp 1.000 Rp 10.000
Paku rivet 8 buah Rp 3.000 Rp 24.000
Shaft 4 buah Rp 2.000 Rp 8.000
CNC milling 1 paket Rp 910.000 Rp 910.000
Tekuk plat 8 tekukan Rp 12.000 Rp 96.000
Bahan bantalan 1x1 meter Rp 30.000 Rp 30.000
Jahit bantalan 2 paket Rp 60.000 Rp 120.000
Belt 3 meter Rp 10.000 Rp 30.000
Waterjet cutting 1 paket Rp 407.000
Poles 1 paket
Rp 125.000
TOTAL Rp 2.201.000
4.6.4 Analisis Perbandingan Produk
KAFO yang sudah selesai diproduksi diperlukan beberapa perbandingan
produk untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada KAFO. Diantara
kelebihan dan kekurangan KAFO yang dibuat yaitu:
1. Bagian paha
KAFO perancangan KAFO pembanding1 KAFO pembanding
42
Gambar 4-29 perbandingan produk bagian paha
Dapat dilihat pada gambar 4-29. Pada KAFO pembanding bantalan paha
dibuat dengan bahan plastik dengan sedikit busa di dalamnya. Pada KAFO
perancangan bantalan di bagian paha dibuat dengan bahan yang berbusa
sehingga dapat menyesuaikan lebar paha, dan lebih empuk saat posisi duduk.
Pada produk KAFO pembanding shank dipasang permanen sedangkan shank
bagian paha pada KAFO perancangan dapat diatur ketinggiannya.
2. Bagian lutut sampai betis
KAFO perancangan KAFO pembanding 1 KAFO pembanding 2
Gambar 4-30 perbandingan produk bagian lutut sampai betis
Pada KAFO perancangan knee joint dapat menekuk secara otomatis saat
posisi berdiri dan tinggi shank pada betis bias diatur sesuai panjang betis.
yang dapat diatur sehingga memudahkan untuk produksi masal. Seperti pada
gambar 4-30.
3. Bagian ankle dan Footplate
43
KAFO perancangan KAFO pembanding 1 KAFO pembanding 2
Gambar 4-31 perbandingan KAFO bagian lutut sampai betis
Pada KAFO perancangan terdpat fitur ankle joint yang dapat menekuk 9
derajat agar memudahkan dalam kondisi berjalan. Karena saat berjalan
terdapat gerakan dersofleksi pada ankle. Pada KAFO pembanding a terdapat
sedikitsudut pada ankle dan pada KAFO pembanding b tidak terdapat sudut
lekuk pada ankle. Pada KAFO perancangan panjang footplate hanya 2/3
panjang kaki agar lebih mudah masuk ke dalam sepatu. Namun terdapat
kekurangan yaitu tidak semua model dan ukuran sepatu dapat dimasuki.
Gmbar perbandingan keseluruhan dapat dilihat pada gambar 4-31.
44
Gambar 4-32 perbandingan keseluruhan
Gambar 4-33 Produk pembanding 1
45
Gambar 4-34 Produk pembanding 2
Tabel 4-3 Perbandingan produk
NO Produk hasil perancangan
Produk pembanding 1 Produk pembanding 2
1
Terdapat fitur ankle
joint yang dapat
menekuk untuk
memudahkan berjalan
Terdapat fitur ankle
joint yang dapat
menekuk untuk
memudahkan berjalan
Tidak terdapat fitur
ankle joint yang dapat
menekuk untuk
memudahkan berjalan
2 Berat 1,34 kg berat 5 kg berat 500 g
3 harga ± Rp. 3.000.000 Harga Rp. 10.000.000 Harga Rp. 4.500.00
4 Dapat mengatur tinggi rendahnya KAFO
Tidak dapat mengatur tinggi rendahnya KAFO
Tidak dapat mengatur tinggi rendahnya KAFO
46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. KAFO dapat direalisasikan dengan memperhatikan pemilhan material, proses
produksi dan ergonimi.
2. KAFO teruji aman dengan mampu menahan beban 60 kg pada penyandang
disabilitas dengan kondisi lemah bagian bawah saat posisi berjalan.
5.2 Saran atau Penelitian Selanjutnya
Pertimbangan pada bagian lutut (knee joint) agar bisa menekuk saat
berjalan dengan menyesuaikan kekuatan kaki penyandang disbilitas.
47
DAFTAR PUSTAKA
Cael, C., 2010. Functional Anatomy. lippincott williams & wilkins, Philadelpia.
Lobe s Herdiman, L., Liquiddanu, E., Paramita, D., 2012. Perbaikan Rancangan
Pada Desain Knee Ankle Foot Orthosis (KAFO) Dengan Pendekatan
Metode Function Aanalysis System Technique. JURNAL TEKNIK
INDUSTRI 6, 189–198. https://doi.org/10.12777/jati.6.3.189-198
arrieb, E , allat, J , Human natomy ew York : enjamin
Cummings.
Nugroho, C.B., Hidayat, R., 2016. Studi Cacat Permukaan plat Aluminium pada
Proses Pembengkokkan Sudut Mesin Bending 5.
Nugroho, T.U., Saputro, H., 2012. Pengaruh Kecepatan Pemakanan dan Waktu
Pemberian Pendingn Terhadap Tingkat Keausan Cutter Endmill HSS
Hasil pemesinan CNC Milling Pada Baja ST 40 11.
Nurmianto, E., 2004. Ergonomi (2nd ed.). Surabaya, Indonesia: Penerbit Guna
Widya.
Surdia, T., Saito, S., 1999. Pengetahuan Bahan Teknik. PT. Pradnya Paramita.
Syaifudin, M., Alatas, Z., 1996. Studi Aantropometrik Manusia Jawa Dalam
Rangka Penyusunan Manusia Acuan Indonesia 13.
Trifani, F., Putra, R.A.C., Lestari, T.R., 2018. Evaluasi Knee Ankle Foot Ortosis
Dengan Parameter Spatiotemporal Dan Keseimbangan Pada Pengguna
dengan Polio. QJK 12, 37–41. https://doi.org/10.36082/qjk.v12i2.46
Widiantoro, A. wilda, Khumaedi, M., Sumbodo, W., 2017. Pengaruh Jenis
Material Pahat Potong dan Arah Pemakanan Terhadap kekasaran
Permukaan Baja EMS 45 pada Proses CNC Milling.
Yakimovich, T., Kofman, J., Lemaire, E.D., 2006. Design and evaluation of a
stance-control knee-ankle-foot orthosis knee joint. IEEE Trans Neural
Syst Rehabil Engineering.
Zamzamy, A.S., 2018. Desain dan Pembuatan Model Kafo (Knee Ankle Foot
Orthosis) Berdasarkan Antropometri Tubuh Orang Indonesia.
48
LAMPIRAN 1
HASIL PEMBUATAN KAFO
49
LAMPIRAN 2
KUESIONER RESPONDEN 1
50
LAMPIRAN 3
KUESIONER RESPONDEN 2