pemerintah kabupaten...

32
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018 Pemerintah Kabupaten Majalengka Hal II - 1 Gambar 2.4. Posisi Relatif Tingkat Kemisinan Kabupaten Majalengka Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, tahun 2012 Sebagaimana data makro yang telah dipublikasikan BPS bahwa jumlah penduduk miskin secara nasional pada tahun 2012 sebanyak 28.594.600 jiwa dan penduduk miskin di Jawa Barat sebanyak 4.421.531 jiwa. Sedangkan khusus di Kabupaten Majalengka pada tahun yang sama berjumlah 169.800 jiwa. Posisi relatif jumlah penduduk miskin di Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 sebenarnya lebih rendah dibandingkan dengan 11 kabupaten lainnya di Jawa Barat yaitu; Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupten Subang, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bandung Barat. Adapun kabupaten/kota yang lebih rendah jumlah penduduk miskinnya dari Kabupaten Majalengka diantaranya Kabupaten Ciamis,

Upload: dotram

Post on 16-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 1

Gambar 2.4. Posisi Relatif Tingkat Kemisinan Kabupaten Majalengka

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, tahun 2012

Sebagaimana data makro yang telah dipublikasikan BPS bahwa jumlah

penduduk miskin secara nasional pada tahun 2012 sebanyak 28.594.600 jiwa dan

penduduk miskin di Jawa Barat sebanyak 4.421.531 jiwa. Sedangkan khusus di

Kabupaten Majalengka pada tahun yang sama berjumlah 169.800 jiwa. Posisi

relatif jumlah penduduk miskin di Kabupaten Majalengka pada tahun 2012

sebenarnya lebih rendah dibandingkan dengan 11 kabupaten lainnya di Jawa

Barat yaitu; Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur,

Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten

Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupten Subang, Kabupaten Karawang dan

Kabupaten Bandung Barat. Adapun kabupaten/kota yang lebih rendah jumlah

penduduk miskinnya dari Kabupaten Majalengka diantaranya Kabupaten Ciamis,

Page 2: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 2

Kabupaten Kuningan, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten

Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi,

Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar.

Gambar 2.5.

Posisi Relatif Jumlah Kemiskinan Penduduk Kabupaten Majalengka Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, tahun 2012

Perkembangan jumlah kemiskinan di Kabupaten Majalengka diperbandingkan

dengan Provinsi Jawa Barat dapat diukur dengan menggunakan rumus Indeks

Ketimpangan Williamson (IW). Untuk tahun 2012 dengan jumlah penduduk miskin di

Kabupaten Majalengka sebanyak 169.800 jiwa, kemudian rata-rata laju penurunan

jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat selama 5 tahun sebesar 165.568 jiwa.

Sementara itu jumlah penduduk Kabupaten Majalengka berjumlah 1.176.117 jiwa

dan penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2012 sebesar 44.548.432 jiwa, maka Indeks

Page 3: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 3

Ketimpangan Williamson khusus untuk jumlah penduduk miskin sebesar 1,68 poin,

artinya jika IW>1 maka dapat dikatakan tingkat disparitas antara jumlah kemiskinan

di Kabupaten Majalengka dan Provinsi Jawa Barat sangat tinggi.

1. Angka Kriminalitas

Salah satu ukuran kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah dengan

memperhatikan angka-angka kriminalitas. Semakin banyak terjadi tindakan

krimininalitas disuatu daerah menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi

diantara penduduknya. Data kriminalitas Kabupaten Majalengka dapat dilihat

pada tabel 2.20.

Tabel 2.20. Angka Kriminalitas Kabupaten Majalengka

Tahun 2008-2012

No. Kasus 2008 2009 2010 2011 2012

Kj Ttn Kj Ttn Kj Ttn Kj Ttn Kj Ttn 1. Pembunuhan 2 2 5 1 2 2 3 1 2 1 2. Penganiayaan Berat 16 7 19 19 8 4 6 4 15 4 3. Penculikan - - - - 1 - - - 1 - 4. Pencurian dengan Kekerasan 44 19 49 12 28 17 23 15 12 4 5. Pencurian dengan

Pemberatan 113 79 102 62 104 74 85 55 76 50

6. Pencurian Ranmor 105 17 119 27 78 4 86 20 106 31 7. Pencurian Kawat Telepon - - - - - - - - - - 8. Pemerkosaan 6 3 3 1 - - 2 1 1 0 9. Pembakaran - - - - 1 - 1 1 1 - 10. Senpi/Handak 4 4 5 4 10 10 - - 6 6 11. Pemerasan 7 4 2 2 3 1 3 3 1 - 12. Penyelundupan /trafficking 2 2 - - 1 - - - 1 1 13. Kejahatan Terhadap Kepala

Negara - - - - - - - - - -

14. Jumlah 299 137 304 128 236 112 209 100 222 97 Sumber : Polres Majalengka, tahun 2013 Ket : Kj=Jumlah Kejadian; Ttn= Kejadian yang ditangani.

Page 4: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 4

Dari tabel, terlihat bahwa selama kurun waktu 2008-2012 angka kriminalitas di

Kabupaten Majalengka cenderung menurun, walaupun penanganan kasusnya masih

dibawah jumlah kasus yang terjadi.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat

1. Pendidikan

a. Angka Melek Huruf (AMH)

Salah satu kualitas penduduk dicerminkan dengan kemampuan untuk

mengakses pengetahuan untuk dapat memperluas cakrawala ilmu dan

wawasan berpikir. Modal dasar suatu masyarakat untuk dapat mengakses

pengetahuan antara lain dicermikan dengan kemampuan baca-tulis yang

dihitung dengan Angka Melek Huruf (AMH). Perkembangan AMH

Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6.

Perkembangan AMH Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012AMH 94,81 95,03 95,09 95,11 95,14

94,6

94,7

94,8

94,9

95

95,1

95,2

dala

m p

erse

n

AMH

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Page 5: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 5

Selama periode tahun 2008-2012, AMH Kabupaten Majalengka selalu

meningkat, yaitu 94,81 % pada tahun 2008, meningkat menjadi 95,14 %

pada tahun 2012. Apabila dibandingkan dengan target yang tertuang

dalam RPJPD Kabupaten Majalengka tahun 2008-2025, capaian tersebut

sudah melampaui angka yang telah ditetapkan, yaitu pada akhir tahap ke 2

(tahun 2009-2013), diproyeksikan AMH sebesar 94,82%.

b. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-Rata Lama Sekolah (means years schooling) adalah rata-rata jumlah

tahun yang ditempuh oleh setiap penduduk berumur 15 tahun ke atas di

daerah tersebut untuk mendapatkan pendidikan formal. Perkembangan RLS

Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7.

Perkembangan RLS Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012RLS 6,7 6,83 6,84 7,17 7,19

6,46,56,66,76,86,9

77,17,27,3

dala

m p

erse

n

RLS

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Perkembangan RLS tahun 2008-2012 menunjukkan grafik yang menanjak

yaitu dari 6,70 tahun pada tahun 2008 menjadi 7,19 tahun pada tahun 2012.

Apabila dibandingkan dengan target yang tertuang dalam RPJPD Kabupaten

Majalengka tahun 2008-2025, capaian tersebut masih dibawah angka

Page 6: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 6

proyeksi yang telah ditetapkan, yaitu pada akhir tahap ke 2 (tahun 2009-

2013), diproyeksikan RLS sebesar 7,53 tahun.

c. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai jumlah siswa pada

jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada usia

tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikutsertaan masyarakat dalam

menempuh pendidikan. Perkembangan APK Kabupaten Majalengka dapat

dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8.

Perkembangan APK Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013

d. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

Tabel 2.21.

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan

Di Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

No. Indikator Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1. Tidak Punya Ijazah 24,66 23,31 21,94 19,95 19,20

2. SD 45,13 45,85 46,84 45,37 46,93

Page 7: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 7

No. Indikator Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

3. SLTP 15,67 16,03 14,88 18,62 18,23

4. SLTA 10,35 10,64 11,88 12,04 12,05

5. Diploma (D1-D3) 1,98 1,73 1,66 1,19 1,23

6. >=S1 2,21 2,44 2,80 2,83 2,36 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Angka Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu indikator

keberhasilan di bidang pendidikan. Dari data di atas terlihat bahwa

penduduk yang tidak punya ijasah berkurang dari 24,66 % menjadi 19,20 %,

sebaliknya angka pendidikan yang ditamatkan dari tahun 2009 hingga

tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu untuk tingkatan SD menjadi

sebesar 46,93%, SLTP menjadi sebesar 18,23%, SLTA menjadi sebesar

12,05%, dan S1 menjadi 3,59%.

e. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) didefinisikan sebagai jumlah siswa yang

berusia pada jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk

pada usia tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikutsertaan

masyarakat dalam menempuh pendidikan. Perkembangan APM Kabupaten

Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.9.

Page 8: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 8

Gambar 2.9.

Perkembangan APM Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012apm sd/mi 98,07 97,59 85,72 86,13 84,14apm smp/mts 86,38 87,29 84,55 88,14 89,53apm sma/ma 37,92 37,95 38,25 39,56 41,35

0

20

40

60

80

100

120Da

lam

Per

sen

apm sd/miapm smp/mtsapm sma/ma

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013

2. Kesehatan

a. Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir

sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan

dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian

bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen

atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah kematian bayi

yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya

disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh

dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi

yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan

luar. Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi

masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk

Page 9: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 9

pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan

kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor

endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program

untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan

dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program

pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka kematian

Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat

diintervensi dengan mengembangkan program imunisasi, serta program-

program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program

penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah

usia 5 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) adalah probabilitas

bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Selama periode 2008-2013 AKHB

cenderung meningkat artinya derajat kesehatan masyarakat cenderung

membaik.

Tabel 2.22.

Angka Kelangsungan Hidup Bayi (per 1.000 kelahiran) Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Angka Kelangsungan Hidup Bayi /1000 KH

1. 2008 980

2. 2009 981

3. 2010 980

4. 2011 985

5. 2012 986

6. 2013 989 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2009 s.d. 2013 diolah

b. Angka Harapan Hidup

Tujuan utama pembangunan manusia dalam aspek kesehatan adalah untuk

meningkatkan derajat kesehatan manusia, sehingga dapat hidup sehat dan

Page 10: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 10

berumur panjang. Pengukuran taraf kesehatan tersebut adalah dengan

menghitung angka harapan hidup saat lahir (e0). Angka Harapan Hidup

(AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyaknya tahun yang akan ditempuh

oleh seseorang selama hidup. AHH dihitung dengan menggunakan metode

tidak langsung yaitu banyaknya anak lahir hidup dan banyaknya anak masih

hidup. Perkembangan AHH Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada

tabel 2.23.

Tabel 2.23.

Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

No. Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun)

1. 2008 65,82

2. 2009 66,09

3. 2010 66,35

4. 2011 66,62

5. 2012 66,68 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2012

Pada tahun 2008-2012 secara umum AHH penduduk Kabupaten

Majalengka terus meningkat dari 65,82 tahun pada tahun 2008 menjadi

66,68 tahun pada tahun 2012, menunjukkan dalam 4 tahun terjadi

peningkatan AHH sebanyak 0,86 tahun. Peningkatan tersebut relatif kecil

dan masih sangat jauh dari kondisi ideal yaitu 85 tahun. Hal tersebut

menunjukkan bahwa, peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya

ibu dan anak masih belum berjalan secara optimal dalam implementasinya

dan harus mendapat perhatian khusus dalam pembangunan bidang

kesehatan.

Page 11: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 11

c. Persentase Balita Gizi Buruk

Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk

terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat

badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.

WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk

kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi

gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu :

a. rendah = di bawah 10 %

b. sedang = 10-19 %

c. tinggi = 20-29 %

d. sangat tinggi = 30 %

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi

menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan

membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut

panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila

berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.

Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah

standar dikatakan gizi buruk. Persentase balita gizi buruk di Kabupaten

Majalengka dari tahun ke tahun mengalami penurunan, data terakhir tahun

2013 sebesar 0,07%, artinya menurut standar WHO jika lebih kecil dari 10 %

dapat dikatakan rendah. Perkembangan persentase gizi buruk dapat dilihat

pada tabel 2.24.

Page 12: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 12

Tabel 2.24. Perkembangan Persentase Gizi Buruk

Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Persentase Balita Gizi Buruk

1. 2008 1,16

2. 2009 1,16

3. 2010 1,12

4. 2011 0,14

5. 2012 0,06

6. 2013 0,07

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2008 s.d. 2013

3. Pertanahan

Selama periode 2008-2012, penduduk yang memiliki lahan semakin meningkat,

yaitu dari 60.372 orang (15%) pada tahun 2008, meningkat menjadi 100.616

orang (23%) pada tahun 2012. Persentase Penduduk memiliki lahan dapat di

lihat pada tabel 2.25.

Tabel 2.25.

Persentase Penduduk Memiliki Lahan Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

No. Tahun Luas Tanah Jumlah penduduk

Jumlah penduduk yang memiliki tanah

Persentase penduduk

memiliki tanah

1. 2008 1.395.857.839 1.196.811 60.372 15% 2. 2009 1.395.857.839 1.206.702 70.433 11% 3. 2010 1.395.857.839 1.166.473 80.494 19% 4. 2011 1.395.857.839 1.171.478 90.555 21% 5. 2012 1.395.857.839 1.176.117 100.616 23%

Sumber: BPN Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Page 13: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 13

4. Ketenagakerjaan

Rasio penduduk yang bekerja didefinisikan sebagai persentase penduduk yang

bekerja terhadap seluruh angkatan kerja.

Gambar 2.10.

Rasio Penduduk Yang Bekerja Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012Penduduk yang

bekerja 92,02 93,26 94,18 92,2 93,29

90,5

9191,5

9292,5

9393,5

9494,5

dala

m p

erse

n

Pendudukyangbekerja

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Dari data diatas terlihat bahwa rasio penduduk yang bekerja selama periode

2008-2010 meningkat, namun pada tahun 2011 menurun, kemudian tahun 2012

meningkat lagi. Kondisi ini menunjukkan bahwa trennya lebih bersifat

eksponensial, sehingga cukup tingginya jumlah calon tenaga kerja di Kabupaten

Majalengka berdampak pada perlunya perluasan lapangan pekerjaan.

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Tingkat kesejahteraan masyarakat juga dilihat dari aktivitas kesenian dan

keolahragaan yang ada di masyarakat. Selama kurun waktu tahun 2008-2012, jumlah

grup kesenian di Kabupaten Majalengka terus meningkat, hal ini bisa dilihat dari

Page 14: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 14

jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk yang meningkat dari 0,012 pada tahun

2008 menjadi 0,0155 pada tahun 2012. Terdapat 15 jenis kelompok kesenian di

Kabupaten Majalengka, yaitu : Degung, jaipong, genjring qosidah, calung, reog,

pencak silat, wayang golek, wayang kulit, kacapi suling, sintren, sandiwara, kuda

renggong, orkes dangdut, tarling dan organ tunggal.

Sedangkan mengenai keolahragaan, pada tahun 2012 terdapat 7 cabang

olahraga yang ada di masyarakat yaitu sepak bola, bola voli, tenis meja, bulutangkis,

renang, bola basket dan fusal.

Tabel 2.26.

Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012

No. Capaian Pembangunan 2008 2009 2010 2011 2012

1. Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk 0,012 0,013 0,014 0,015 0,015

2. Jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3. Jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk 0,0185 0,0185 0,0185 0,0185 0,0185

4. Jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002

Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, tahun 2013

2.3 Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

1. Pendidikan

Pendidikan Dasar. Pendidikan diarahkan kepada upaya untuk mewujudkan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan pada

dasarnya merupakan hak setiap warga negara dan di dalamnya mengandung

satu tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena

itu pembangunan pendidikan harus dilakukan secara terpadu dan diarahkan

pada peningkatan akses pelayanan, mutu, relevansi dan efisiensi manajemen

pendidikan.

Page 15: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 15

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem

pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan

adanya perubahan penduduk antara usia muda dengan ukuran pertumbuhan

jumlah murid yang ditampung pada setiap jenjang sekolah. Peningkatan jumlah

usia sekolah harus diimbangi dengan penambahan infrastruktur sekolah dan

peningkatan akses masuk sekolah. Adapun APS di Kabupaten Majalengka dapat

dilihat pada gambar 2.11. berikut ini :

Gambar 2.11.

Perkembangan APS SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013

APS SD/MI selama periode 2008-2012 cenderung menurun. Sedangkan APS

SMP/MTS, cenderung meningkat, tentunya hal ini sesuai dengan kebijakan

Wajar Dikdas 9 tahun.

Ketersediaan Sekolah. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah

tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar.

Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk

usia pendidikan dasar. Datanya dapat terlihat pada tabel 2.27. sebagai berikut :

Page 16: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 16

Tabel 2.27.

Ketersediaan Sekolah Dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012

No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI 1.1. Jumlah gedung sekolah 885 882 882 876 872

1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 131.373 139.157 131.370 133.582 137.018

1.3. Rasio 1 : 148 1 : 156 1 : 149 1 : 152 1 : 157 2 SMP/MTs

2.1. Jumlah gedung sekolah 146 147 147 148 148

2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 64.938 61.199 88.164 64.817 65.233

2.3. Rasio 1 : 451 1 : 416 1 : 576 1 : 437 1 : 441 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Guru. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar

per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan

ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah

ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.

Tabel 2.28.

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012

No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI 1.1. Jumlah Guru 7.716 7.688 7.302 7.372 37.449 1.2. Jumlah Murid 132.724 135.571 135.901 135.686 134.088 1.3. Rasio 1 : 17 1 : 18 1 : 19 1 : 18 1 : 18

2 SMP/MTs 2.1. Jumlah Guru 3.799 3.574 3.491 4.025 3.989

2.2. Jumlah Murid 52.846 58.976 58.892 57.562 59.833

2.3. Rasio 1 : 14 1 : 17 1 : 17 1 : 14 1 : 15 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Page 17: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 17

Pendidikan Menengah. Pendidikan menengah yang diselenggarakan di

Kabupaten Majalengka meliputi SMA, SMK, dan MA.

Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS SMA/SMK/MA selama periode 2008-

2012 setiap tahunnya cenderung fluktuatif. Hal ini diantaranya sangat

dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke

jenjang pendidikan menengah. Data perkembangan APS SMA/SMK/MA dapat

dilihat pada gambar 2.12 sebagai berikut :

Gambar 2.12.

Perkembangan APS SMA/SMK/MA Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Ketersediaan Sekolah. Jumlah gedung sekolah pada jenjang pendidikan

menengah selama periode 2008-2012 meningkat yaitu dari 70 unit pada tahun

2008, menjadi 87 unit pada tahun 2012. Data ketersediaan sekolah pada jenjang

SMA/SMK/MA dapat dilihat pada tabel 2.29.

Page 18: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 18

Tabel 2.29.

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012

No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012

1 SMA/SMK/MA 1.1. Jumlah gedung sekolah 70 74 79 78 87 1.2. jumlah penduduk

kelompok usia 16-19 tahun

58.248 64.404 58.420 64.395 64.799

1.3. Rasio 1 : 832 1 : 870 1 : 739 1 : 740 1 :745 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Guru. Seiring dengan meningkatnya jumlah murid dan jumlah sekolah, jumlah

guru SMA/SMK/MA selama periode 2008-2012 meningkat, yaitu dari 2.226

orang menjadi 2.646 orang. Data jumlah guru dan murid pada jenjang

SMA/SMK/MA dapat dilihat pada tabel 2.30. sebagai berikut :

Tabel 2.30.

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012

No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012

1 SMA/SMK/MA 1.1. Jumlah Guru 2.226 2.526 2.499 2.577 2.646 1.2. Jumlah Murid 24.547 26.411 28.607 29.750 34.406 1.3. Rasio 1 : 11 1 : 10 1 : 10 1 : 12 1 : 13

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Angka Melek Huruf. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang

pendidikan adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu pesentase penduduk

usia > 15 tahun yang bisa baca tulus huruf latin. Perkembangan AMH

Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.13. sebagai berikut :

Page 19: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 19

Gambar 2.13.

Perkembangan AMH Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Fasilitas Pendidikan. Salah satu tugas pemerintahan di bidang pendidikan

adalah menyediakan gedung sekolah yang representatif sehingga dapat

menunjang kelancaran proses belajar mengajar di kelas. Perkembangan kondisi

bangunan sekolah selama periode 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 2.31.

sebagai berikut :

Tabel 2.31. Perkembangan Kondisi Bangunan Sekolah Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012

1. SD/MI 1.1. Jumlah Bangunan 5.302 5.174 5.174 5.174 5.174

1.2. Jumlah Bangunan Kondisi Baik 2.513 2.846 2.922 3.486 4.410

1.3. Persentase Kondisi Bangunan Baik 47,40% 55,01% 56,47% 67,38% 85,23%

2. SMP/MTs 1.1. Jumlah Bangunan 1.516 1.621 1.761 1.834 1.834

1.2. Jumlah Bangunan Kondisi Baik 1.179 1.161 1.211 1.302 1.352

Page 20: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 20

No. Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012

1.3. Persentase Bangunan Kondisi Baik 77,77% 71,62% 68,77% 70,99% 73,72%

3. SMA/SMK/MA 2.1. Jumlah Bangunan 865 700 732 732 774 2.2. Jumlah Bangunan Kondisi

Baik 696 583 629 649 698

2.3. Persentase Bangunan Kondisi Baik 80,46% 83,29% 85,93% 88,66% 90,18%

Sumber : Dinas Pendidikan, tahun 2013

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah

jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu

upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia

enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang

diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak

usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan

dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya

pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap

dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan

tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Ada dua tujuan

diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:

a. Tujuan utama: Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu

anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat

perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam

memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa

dewasa.

b. Tujuan penyerta: Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan

belajar (akademik) di sekolah.

Page 21: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 21

Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1

adalah 0-6 tahun. Data perkembangan PAUD di Kabupaten Majalengka

disajikan pada tabel 2.32. sebagai berikut :

Tabel 2.32.

Penyelenggaraan PAUD di Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012

No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

1.1. Jumlah Siswa 12.597 15.384 18.481 23.591 30.657 1.2. Jumlah anak usia

4-6 tahun 53.417 53.725 54.184 54.786 56.487

1.3. Rasio/APK 23,58 28,63 34,11 34,11 54,27 Sumber : Dinas Pendidikan, tahun 2013

Angka Putus Sekolah. Angka Putus Sekolah di Kabupaten Majalengka selama

periode 2008-2012, pada setiap jenjang pendidikan, cenderung menurun.

Tentunya kinerja ini perlu terus dipertahankan agar pada masa mendatang tidak

ada lagi siswa yang berhenti bersekolah sebelum menyelesaikan pendidikan di

jenjang tersebut.

Gambar 2.14.

Perkembangan Angka Putus Sekolah Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012APtS SD/MI 0,89 0,52 0,22 0,17 0,02APtS SMP/MTS 0,15 0,83 0,53 0,34 0,2APtS SMA/SMK/MA 0,32 0,85 0,41 0,33 0,25

00,10,20,30,40,50,60,70,80,9

1

dala

m p

erse

n

APtS SD/MI

APtS SMP/MTS

APtS SMA/SMK/MA

Sumber : Dinas Pendidikan Pendidikan, tahun 2013

Page 22: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 22

Angka Kelulusan dan Angka Melanjutkan Sekolah. Salah satu indikator mutu

penyelenggaraan pendidikan adalah dengan mengukur capaian angka kelulusan

para siswa dalam menyelesaikan pendidikannya. Standar maksimal bagi

indikator ini adalah 100 % siswa lulus. Berdasarkan data, angka kelulusan

selama periode 2008-2012 setiap tahunnya terus meningkat, bahkan untuk

tingkat SMA/SMK/MA, angka ini telah mencapai 100%. Peningkatan ini tentunya

juga dipengaruhi oleh kualitas para pengajar, yang terus meningkat, yang

diindikasikan dengan semakin meningkatnya guru yang memenuhi kualifikasi

S1/DIV. Selanjutnya sesuai dengan program yang sudah dijalankan yaitu Wajar

Dikdas 9 tahun, diharapkan seluruh siswa yang telah lulus SD/MI melanjutkan ke

SMP/MTs. Bedasarkan data, selama periode 2008-2012, angka melanjutkan ke

SMP/MTS mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 65 % pada

tahun 2008 meningkat menjadi 99,23 %. Pada periode yang sama, angka

melanjutkan ke SMA/SMK/MA juga meningkat dari 63,03 % menjadi 73,51 %.

Data perkembangan angka kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah dan

kualifikasi guru, dapat dilihat pada tabel 2.33. sebagai berikut :

Tabel 2.33.

Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah dan Kualifikasi Guru di Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012

No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

1. AL SD/MI 99,19 98,15 99,25 99,56 99,98 2. AL SMP/MTS 90,97 93,28 99,91 100 100 3. AL SMA/SMK/MK 95,69 97,78 100 100 100 4. AM SD/MI KE SMP/MTS 65,00 68,21 98,55 98,63 99,23

5. AM SMP/MTS KE SMA/MA/SMK 63,03 61,77 65,47 70,23 73,51

6. GURU YANG MEMENUHI KUALIFIKASI S1/DIV 55,62 58,18 59,89 60,57 65,32

Sumber : Dinas Pendidikan, tahun 2013

Page 23: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 23

2. Kesehatan

Posyandu. Pengertian posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi

dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan Keluarga Berencana dari

masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan

pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan Keluarga

Berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya

manusia sejak dini.

Tujuan penyelenggaraan posyandu:

1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu hamil,

melahirkan dan nifas).

2. Membudayakan NKKBS.

3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang

menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan

Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak-anak sejak usia dini,

merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar yang

meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang

sehat dan aman, pengembangan psikososial/emosi, kemampuan berbahasa dan

pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta

perlindungan anak. Pengalaman empirik di beberapa tempat menunjukan,

bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus pada ibu

dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada posyandu.

Karena posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk

menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka

diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan

kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu.

Page 24: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 24

Terkait dengan hal tersebut di atas perlu dilakukan analisis rasio posyandu

terhadap jumlah balita dalam upaya peningkatan fasilitasi pelayanan

pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan, dan

agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan

dan atau ditingkatkan.

Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan puskesmas agar

pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai dan

idealnya satu posyandu melayani 100 balita. Data rasio posyandu dapat dilihat

pada tabel 2.34. sebagai berikut :

Tabel 2.34.

Perkembangan Rasio Posyandu di Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2013

No. Tahun Jumlah Posyandu

Jumlah Balita (Jiwa)

Rasio Posyandu Per 1000 Balita

1. 2008* 1.440 99.329 14 2. 2009* 1.440 98.725 15 3. 2010 1.418 96.396 14,71 4. 2011 1.418 125.171 11,33 5. 2012 1.418 125.672 11,28 6. 2013 1.439 100.366 14,34

Sumber : BPMDPKB tahun 2010 s.d. 2013 *) Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2008 s.d. 2009

Rumah Sakit. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun

2009 tentang Rumah Sakit, yang dimaksud Rumah Sakit Umum adalah Rumah

Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis

penyakit. Rumah Sakit ini memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

terjangkau kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Tugas Rumah Sakit umum adalah melaksanakan upaya

kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

Page 25: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 25

melaksanakan rujukan. Di Kabupaten Majalengka terdapat 2 (dua) Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) yaitu RSUD Majalengka dan RSUD Cideres.

Tabel 2.35.

Distribusi Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2013

No. Kecamatan Jumlah Rumah Sakit Puskesmas Poliklinik Pustu

1 Lemahsugih - 2 - 5 2 Bantarujeg - 1 - 3 3 Malausma - 1 - 4 4 Cikijing - 1 - 2 5 Cingambul - 1 - 5 6 Talaga - 1 - 3 7 Banjaran - 1 - 3 8 Argapura - 1 - 3 9 Maja - 1 - 5 10 Majalengka 1 2 1 2 11 Cigasong - 1 - 1 12 Sukahaji - 2 - 1 13 Rajagaluh - 1 - 3 14 Sindangwangi - 1 - 2 15 Sindang - 1 - 0 16 Leuwimunding - 1 - 14 17 Palasah - 1 - 9 18 Jatiwangi - 2 - 9 19 Dawuan 1 1 2 7 20 Kasokandel - 1 - 9 21 Panyingkiran 1 1 - 7 22 Kadipaten - 1 - 7 23 Kertajati - 2 - 7 24 Jatitujuh - 2 - 6 25 Ligung - 1 - 13 26 Sumberjaya - 1 - 9

Jumlah 3 32 3 71 Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Pelayanan kesehatan di Kabupaten Majalengka dapat diukur berdasarkan indikator

kinerja aspek pelayanan umum diantaranya berupa rasio Puskesmas, Poliklinik, dan

Pustu per 1.000 penduduk dalam kurun waktu 2008 sebesar 0,0862 poin. Seiring

Page 26: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 26

dengan penambahan sarana kesehatan, sejak tahun 2010 sampai dengan 2013

rasionya meningkat menjadi 0,0893 poin. Khusus untuk cakupan Puskesmas,

angkanya relatif lebih tinggi selama 5 tahun sebesar 1,19 persen, sedangkan

cakupan Puskesmas pembantu dalam kurun waktu 2008-2010 hanya sebesar 0,22

persen, dan mengalami penurunan antara tahun 2011-2012 menjadi 0,21 persen.

Tabel 2.36.

Rasio dan Cakupan Puskesmas, Poliklinik dan Pustu

No Aspek Indikator Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1. Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu per 1.000 penduduk

0,0862

0,0859

0,0893

0,0893

0,0893

0,0893

2. Cakupan Puskesmas 1,19

1,19

1,19

1,19

1,19

1,19

3. Cakupan Puskesmas pembantu

0,22

0,22

0,22

0,21

0,21

0,21

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013

Sementara itu, untuk pemenuhan tenaga medik di Kabupaten Majalengka per

satuan penduduk, sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 rasionya masih tetap

sebesar 0,10 persen. Pemenuhan tenaga medik untuk dokter umum dan dokter gigi

di pelayanan primer sangat berpengaruh pula terhadap pemenuhan SDM kesehatan

yang dipersyaratkan oleh BPJS, sehingga berdampak pada besarnya kapitasi yang

diterima oleh setiap Puskesmas. Sedangkan kebutuhan tenaga medik di RSUD

Cideres dan RSUD Majalengka lebih terfokus pada pemenuhan dokter spesialis.

Tabel 2.37.

Rasio Dokter

No Aspek Indikator Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1. Rasio dokter per 1.000 penduduk

0,08

0,10

0,11

0,11

0,11

0,11

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013

Page 27: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 27

Jumah dokter umum dan dokter gigi yang tersebar di 32 Puskesmas dan 2 RSUD,

dapat kami kemukakan secara rinci pada tabel berikut :

Tabel 2.38. Jumlah Dokter Umum dan Dokter Gigi

Menurut Kecamatan Tahun 2013 No. Kecamatan Dokter Umum Dokter Gigi

1 Lemahsugih 1 - 2 Bantarujeg 1 - 3 Malausma 2 - 4 Cikijing 2 1 5 Cingambul 2 - 6 Talaga 3 1 7 Banjaran 1 - 8 Argapura 1 - 9 Maja 3 1

10 Majalengka 19 3 11 Cigasong 1 - 12 Sukahaji 4 - 13 Rajagaluh 3 1 14 Sindangwangi 1 - 15 Sindang 1 - 16 Leuwimunding 3 1 17 Pasalah 2 1 18 Jatiwangi 4 1 19 Dawuan 15 2 20 Kasokandel 1 1 21 Panyingkiran 1 - 22 Kadipaten 2 1 23 Kertajati 1 - 24 Jatitujuh 3 1 25 Ligung 2 1 26 Sumberjaya 4 1

Jumlah 83 17 Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2013

Komplikasi Kebidanan yang ditangani. Perhatian khusus Pemerintah Kabupaten

Majalengka untuk menekan kematian ibu dan kematian bayi salah satunya berusaha

memperluas pelayanan cakupan komplikasi kebidanan yang harus ditangani. Angka

Page 28: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 28

Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku

hidup bersih dan sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan,

tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu

ibu melahirkan dan masa nifas. Kaitannya dengan tingkat pelayanan kesehatan ibu

hamil perlu diantisipasi berbagai komplikasi kebidanan yang harus dapat ditangani

sehingga berpengaruh pada tingkat keselamatan ibu dan anak yang dilahirkan.

Berdasarkan data yang diperoleh, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

digambarkan pada tabel 2.39. sebagai berikut :

Tabel 2.39.

Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani (%)

1. 2008 6,44

2. 2009 76,90

3. 2010 76,80

4. 2011 92,30

5. 2012 117,57

5 2013 122,26 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah

Kondisi empirik di Kabupaten Majalengka menunjukkan bahwa cakupan komplikasi

kebidanan yang ditangani memperlihatkan trend yang cenderung meningkat,

terutama tahun 2011 yang mencapai 92,30% dan tahun 2012 sebesar 117,57% serta

tahun 2013 yang mencapai 122,26%, kondisi ini telah melampaui target standar

pelayanan minimal sebesar 80% pada tahun 2015.

Pertolongan Persalinan. Untuk meningkatkan IPM, khususnya yang terkait erat

dengan indeks kesehatan, perlu perhatian terhadap pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, capaiannya sebagaimana

pada Tabel 2.40 berikut :

Page 29: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 29

Tabel 2.40.

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan (%)

1. 2008 81,18 2. 2009 94,67 3. 2010 93,47 4. 2011 85,66 5. 2012 91,47 6. 2013 94,66

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah

Pelayanan obstetrik dan neonatal darurat serta pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan terlatih menjadi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu,

untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan dengan meningkatkan

peran bidan sehingga bidan di desa benar-benar merupakan ujung tombak dalam

upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Target SPM berkenaan dengan

cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

kebidanan sebesar 90% pada tahun 2015 diharapkan dapat tercapai. Menurut data

yang ada pada tahun 2009 target yang berkaitan dengan indikator ini telah dapat

terlampaui sebesar 4,67%, namun mengalami penurunan pada tahun 2010 (86,18%)

dan 2011 (85,70%), dan meningkat lagi pada tahun 2012 (91,47%).

Cakupan Universal Child Imunization (UCI). Pemerintah Kabupaten Majalengka

secara berkesinambungan terus menggalakan pelaksanaan imunisasi. Manfaat dari

imunisasi bagi bayi adalah untuk mencegah bayi terjangkit penyakit baru yang

menular dan mematikan serta penyakit infeksi. Kegiatan imunisasi tersebut bukanlah

hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun perlu disadari masih banyak

masyarakat atau orang tua yang belum memahami secara utuh tentang pentingnya

imunisasi bagi bayi dan balita. Kemungkinan penyebabnya dikarenakan masih

Page 30: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 30

adanya pandangan di masyarakat yang menganggap adanya efek kurang baik dari

imunisasi atau mitos lainnya.

Tabel 2.41.

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) (%)

1. 2008 67,66 2. 2009 60,18 3. 2010 86,53 4. 2011 86,31 5. 2012 91,07 6. 2013 95,33

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 di olah

Di Kabupaten Majalengka Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization

(UCI) selama periode 2008-2012 cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan tingkat

kesadaran masyarakat akan imunisasi semakin meningkat.

Balita Gizi Buruk. Pada Golden age yang rentang usianya 0-5 tahun, sangat

membutuhkan asupan gizi yang baik bagi tumbuh kembangnya anak. Oleh karena

itu, deteksi dini bagi kasus gizi buruk harus dilakukan secara kontinyu. Perhatian

Pemerintah Kabupaten Majalengka terhadap penanganan gizi buruk sangat tinggi.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka pada tahun 2010

ditemukan 919 (1,12%) balita yang menderita gizi buruk. Balita yang mengalami gizi

buruk itu pertumbuhannya tidak seimbang dengan usia balita yang wajar.

Pertumbuhan mereka lambat, bahkan berat badannya jauh dari berat ideal, selain itu

ciri-ciri dan indikasi lainnya adalah kepala membesar dan perut buncit, badan

terlihat kurus, kering, dan tulangnya kelihatan (stunting) yang disebabkan tubuh

tidak menerima asupan gizi seimbang. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat

perawatan di Kabupaten Majalengka pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013

mencapai 100% sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan

Page 31: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 31

pemerintah. Jejak rekam cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan di

Kabupaten Majalengka sebagaimana tertuang dalam tabel 2.42. berikut :

Tabel 2.42.

Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan (%)

1. 2008 1,86 2. 2009 42,97 3. 2010 4,35 4. 2011 100,00 5. 2012 100,00 6. 2013 100,00

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA. Penyakit TBC

adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan

oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa dimana Penyakit TBC dapat menyerang

pada siapa saja tanpa terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta

dimana saja. Indonesia menduduki negara terbesar ketiga di dunia dalam masalah

penyakit TBC ini. Sedangkan di Kabupaten Majalengka tahun 2013 untuk cakupan

penemuan baru penderita penyakit TBC sebanyak 1.267 jiwa (96,60%) dan

seluruhnya telah mendapat pelayanan kesehatan.

Tabel 2.43.

Cakupan Penemuan dan Pengobatan Penderita Penyakit TBC Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2013

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah

No. Indikator Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 1. Cakupan penemuan baru (%) 97,90 98,64 80,55 83,25 96,60

2. Pengobatan penderita penyakit TBC (Jiwa) - - 471 1.059 1.267

Page 32: Pemerintah Kabupaten Majalengkabappelitbangda.majalengkakab.go.id/web/images/stories/RPJMD/bab2a2.pdf · dalam persen RLS Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013 Perkembangan

RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018

Pemerintah Kabupaten Majalengka

Hal II - 32

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD.

Penyebab kematian penduduk dapat diakibatkan karena penyakit demam

berdarah (DBD). Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus

dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus

dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah

yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Pencegahan demam berdarah

dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan

menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali

seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung

seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air,

mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah,

dan perbaikan desain rumah. Tingkat pencegahan agar tidak timbulnya

penyakit DBD telah banyak dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Majalengka. Adapun data penanganan penderita DBD di Kabupaten

Majalengka tertuang dalam tabel berikut :

Tabel 2.44.

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013

No. Tahun Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit

DBD (%)

1. 2008 100,00

2. 2009 100,00

3. 2010 100,00

4. 2011 100,00

5. 2012 100,00

6. 2013 100,00 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah.

Berdasarkan data di atas, cakupan penemuan dan penanganan penderita

penyakit DBD dalam kurun waktu 5 tahun, dari tahun 2008 sampai dengan

2013 mencapai 100%.