penatalaksanaan sinus preaurikular kongenital

7
Jurnal Kedokteran Unram 2017, 6(1): 1-7 ISSN 2301-5977, e-ISSN 2527-7154 Penatalaksanaan Sinus Preaurikular Kongenital Didit Yudhanto Abstrak Sinus preaurikular kongenital adalah kelainan akibat tidak sempurnanya perkembangan arkus brankial pertama dan kedua yang membentuk telinga luar dan telinga tengah, berupa kista atau fistula yang terjadi pada jaringan lunak preaurikular. Kelainan ini disebut juga dengan pit preaurikular, kista preaurikular atau fistula preaurikular. Kelainan ini biasanya bersifat asimptomatik, dan sebagian besar penderita datang ke pelayanan kesehatan setelah terjadi obstruksi dan infeksi fistel, baik infeksi yang terjadi pertama kali ataupun infeksi yang berulang. Sinus preaurikular asimptomatik tidak memerlukan tindakan khusus kecuali tindakan pencegahan terhadap infeksi dengan menghindari manipulasi dan melakukan pembersihan muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin. Penanganan yang tidak tepat pada pasien dengan sinus terinfeksi yang sudah terjadi komplikasi dengan sekret kronik atau abses pada sinus dapat mengakibatkan infeksi berulang, sepsis dan kemungkinan bekas luka pasca-operasi yang berat. Sinus preaurikular yang pertama kali terinfeksi dapat dilakukan tindakan konservatif berupa pemberian antibiotik serta kompres hangat pada sinus yang terinfeksi. Pemberian antibiotik disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitivitasnya, sedangkan pada keadaan dimana terdapat abses maka perlu dilakukan insisi dan drainase abses. Terdapat berbagai macam teknik pembedahan untuk mengeksisi sinus preaurikular. Teknik pembedahan dikembangkan dan dimodifikasi untuk menurunkan angka rekurensi. Katakunci Sinus Precurikular Kongenitas, Infeksi Sinus, Tehnik Pembedahan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram *e-mail: [email protected] 1. Pendahuluan Sinus preaurikular kongenital adalah kelainan kongeni- tal yang terjadi pada jaringan lunak preaurikular, dan pertama kali dideskripsikan oleh Van Heusinger pada tahun 1864. Sinus preaurikular dapat terjadi unilateral maupun bilateral serta dapat merupakan suatu kelainan yang diturunkan atau bagian dari suatu sindrom. 1 Kelainan ini biasanya bersifat asimptomatik, dan se- bagian besar penderita datang ke pelayanan kesehatan setelah terjadi obstruksi dan infeksi fistel, baik infeksi yang terjadi pertama kali ataupun infeksi yang beru- lang. 2 Penanganan yang tidak tepat pada pasien dengan sinus terinfeksi yang sudah terjadi komplikasi dengan sekret kronik atau abses pada sinus dapat mengakibat- kan infeksi berulang, sepsis dan kemungkinan bekas luka pasca-operasi yang berat. 3 Terdapat berbagai macam teknik pembedahan un- tuk mengeksisi sinus preaurikular. Teknik pembedahan dikembangkan dan dimodifikasi untuk menurunkan ang- ka rekurensi. Penyebab rekurensi adalah eksisi yang tidak komplit, dengan angka rekurensi berkisar dari 0 – 42%. 4,5 1.1 Sinus Preaurikular Kongenital Sinus preaurikular kongenital adalah kelainan akibat tidak sempurnanya perkembangan arkus brankial perta- ma dan kedua yang membentuk telinga luar dan telinga tengah, berupa kista atau fistula yang terjadi pada ja- ringan lunak preaurikular. Kelainan ini disebut juga dengan pit preaurikular, kista preaurikular atau fistula preaurikular. 6 Insidensi sinus preaurikular berkisar 0,1-0,9% di Amerika Serikat, 0,47% di Hungaria, 0,9% di Inggris, 2,5% di Taiwan, dan 4-10% di beberapa bagian Afrika dan Asia. Pria dan wanita mempunyai kecenderungan yang sama untuk menderita sinus preaurikular. 1 1.1.1 Etiologi dan patogenesis Sinus preaurikular terjadi selama embriogenesis. Teori pembentukan sinus preaurikuler antara lain adalah: 1) kegagalan penggabungan dua dari enam hillocks yang muncul dari arkus brankhial pertama dan kedua; 2) aki- bat penutupan yang tidak sempurna dari bagian dorsal kantong faringeal pertama; 3) terbentuk dari lipatan ek- todermis yang terisolasi saat pembentukan aurikula. 7 Aurikula berasal dari arkus brankial pertama dan ke- dua pada 6 minggu kehamilan. Arkus brankialis adalah struktur mesoderm yang dibungkus oleh ektoderm dan mengelilingi endoderm. Arkus-arkus ini terpisah satu dengan lainnya oleh celah brankial ektoderm ke arah luar dan oleh kantong faringeal endoderm ke arah dalam. Arkus brankial 1 dan 2 masing-masing membentuk 3 tonjolan (hillocks). Struktur ini disebut Hillocks of His. Tiga hillocks muncul dari tepi bawah arkus brankial 1 dan 3 dari batas atas arkus brankial kedua. Hillocks ini seharusnya bergabung selama beberapa minggu ke- mudian pada masa embriogenesis. Sinus preaurikular kongenital terbentuk akibat gangguan penyatuan dan pe-

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penatalaksanaan Sinus Preaurikular Kongenital

Jurnal Kedokteran Unram 2017, 6(1): 1-7ISSN 2301-5977, e-ISSN 2527-7154

Penatalaksanaan Sinus Preaurikular KongenitalDidit Yudhanto

AbstrakSinus preaurikular kongenital adalah kelainan akibat tidak sempurnanya perkembangan arkus brankialpertama dan kedua yang membentuk telinga luar dan telinga tengah, berupa kista atau fistula yangterjadi pada jaringan lunak preaurikular. Kelainan ini disebut juga dengan pit preaurikular, kistapreaurikular atau fistula preaurikular. Kelainan ini biasanya bersifat asimptomatik, dan sebagianbesar penderita datang ke pelayanan kesehatan setelah terjadi obstruksi dan infeksi fistel, baikinfeksi yang terjadi pertama kali ataupun infeksi yang berulang. Sinus preaurikular asimptomatik tidakmemerlukan tindakan khusus kecuali tindakan pencegahan terhadap infeksi dengan menghindarimanipulasi dan melakukan pembersihan muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptiklainnya secara rutin. Penanganan yang tidak tepat pada pasien dengan sinus terinfeksi yang sudahterjadi komplikasi dengan sekret kronik atau abses pada sinus dapat mengakibatkan infeksi berulang,sepsis dan kemungkinan bekas luka pasca-operasi yang berat. Sinus preaurikular yang pertama kaliterinfeksi dapat dilakukan tindakan konservatif berupa pemberian antibiotik serta kompres hangatpada sinus yang terinfeksi. Pemberian antibiotik disesuaikan dengan bakteri penyebab dan ujisensitivitasnya, sedangkan pada keadaan dimana terdapat abses maka perlu dilakukan insisi dandrainase abses. Terdapat berbagai macam teknik pembedahan untuk mengeksisi sinus preaurikular.Teknik pembedahan dikembangkan dan dimodifikasi untuk menurunkan angka rekurensi.

KatakunciSinus Precurikular Kongenitas, Infeksi Sinus, Tehnik Pembedahan

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram*e-mail: [email protected]

1. PendahuluanSinus preaurikular kongenital adalah kelainan kongeni-tal yang terjadi pada jaringan lunak preaurikular, danpertama kali dideskripsikan oleh Van Heusinger padatahun 1864. Sinus preaurikular dapat terjadi unilateralmaupun bilateral serta dapat merupakan suatu kelainanyang diturunkan atau bagian dari suatu sindrom.1

Kelainan ini biasanya bersifat asimptomatik, dan se-bagian besar penderita datang ke pelayanan kesehatansetelah terjadi obstruksi dan infeksi fistel, baik infeksiyang terjadi pertama kali ataupun infeksi yang beru-lang.2 Penanganan yang tidak tepat pada pasien dengansinus terinfeksi yang sudah terjadi komplikasi dengansekret kronik atau abses pada sinus dapat mengakibat-kan infeksi berulang, sepsis dan kemungkinan bekasluka pasca-operasi yang berat.3

Terdapat berbagai macam teknik pembedahan un-tuk mengeksisi sinus preaurikular. Teknik pembedahandikembangkan dan dimodifikasi untuk menurunkan ang-ka rekurensi. Penyebab rekurensi adalah eksisi yangtidak komplit, dengan angka rekurensi berkisar dari 0 –42%.4,5

1.1 Sinus Preaurikular KongenitalSinus preaurikular kongenital adalah kelainan akibattidak sempurnanya perkembangan arkus brankial perta-ma dan kedua yang membentuk telinga luar dan telingatengah, berupa kista atau fistula yang terjadi pada ja-

ringan lunak preaurikular. Kelainan ini disebut jugadengan pit preaurikular, kista preaurikular atau fistulapreaurikular.6

Insidensi sinus preaurikular berkisar 0,1-0,9% diAmerika Serikat, 0,47% di Hungaria, 0,9% di Inggris,2,5% di Taiwan, dan 4-10% di beberapa bagian Afrikadan Asia. Pria dan wanita mempunyai kecenderunganyang sama untuk menderita sinus preaurikular.1

1.1.1 Etiologi dan patogenesisSinus preaurikular terjadi selama embriogenesis. Teoripembentukan sinus preaurikuler antara lain adalah: 1)kegagalan penggabungan dua dari enam hillocks yangmuncul dari arkus brankhial pertama dan kedua; 2) aki-bat penutupan yang tidak sempurna dari bagian dorsalkantong faringeal pertama; 3) terbentuk dari lipatan ek-todermis yang terisolasi saat pembentukan aurikula.7

Aurikula berasal dari arkus brankial pertama dan ke-dua pada 6 minggu kehamilan. Arkus brankialis adalahstruktur mesoderm yang dibungkus oleh ektoderm danmengelilingi endoderm. Arkus-arkus ini terpisah satudengan lainnya oleh celah brankial ektoderm ke arahluar dan oleh kantong faringeal endoderm ke arah dalam.Arkus brankial 1 dan 2 masing-masing membentuk 3tonjolan (hillocks). Struktur ini disebut Hillocks of His.Tiga hillocks muncul dari tepi bawah arkus brankial 1dan 3 dari batas atas arkus brankial kedua. Hillocksini seharusnya bergabung selama beberapa minggu ke-mudian pada masa embriogenesis. Sinus preaurikularkongenital terbentuk akibat gangguan penyatuan dan pe-

Page 2: Penatalaksanaan Sinus Preaurikular Kongenital

2 Yudhanto

nutupan arkus brankialis pertama dan kedua dari hillocksof His.7,8

Sinus preaurikular kongenital dapat muncul secaraspontan ataupun diturunkan. Kelainan ini dapat terjadisecara bilateral pada 25-50% kasus dan sinus preauriku-lar bilateral mempunyai kecenderungan herediter. Anali-sis genetik melaporkan bahwa kromosom yang berperanpada kelainan ini terletak pada kromosom 8q11.1-q13.3.Pada kasus yang terjadi secara unilateral, preaurikularkiri lebih sering terkena.7,9

Sindrom Bronkhio-oto-renal (BOR), suatu kelainanautosomal dominan, berhubungan dengan sinus precu-ricular. Sindrom BOR terdiri atas: 1) tuli konduksi,sensorineural, atau campuran, 2) pit atau sinus preauri-kular, 3) defek struktur telinga luar, tengah atau dalam,4) kelainan atau kegagalan ginjal, 5). fistula, sinus, ataukista leher lateral, dan atau 6) stenosis atau fistula duktusnasolakrimalis. Sindrom lain yang berhubungan dengansinus preaurikuler antara lain: sindrom hemifacial mi-crosomia; pit bibir; Tetralogy of Fallot dan klinodaktili;displasia ektodermal; sindrom Waardenburg; trisomi 22inkomplit; trisomi 22 komplit.10

Sinus ini sering menjadi infeksi dan bakteri yangsering menyebabkan infeksi ini adalah Staphylococcusepidermidis (31%), Staphylococcus aureus (31%), Strep-tococcus viridans (15%), Peptococcus species (15%),dan Proteus spesies (8%).11

1.1.2 Gambaran klinis sinus preaurikularSaluran sinus preaurikular mempunyai ukuran yang ber-variasi, namun biasanya pendek. Kejadian torsi salurandan muaranya sangat kecil. Pada sebagian besar kasus,bagian dari saluran berhubungan dengan perikondriumkartilago aurikula. Sinus preaurikular biasanya terdapatpada lateral, superior dan posterior nervus fasialis danglandula parotis. Terdapat dua tipe sinus aurikuler, yai-tu tipe klasik dan tipe varian. Tipe klasik adalah sinuspreaurikular yang kantongnya terdapat di depan kanalisauditoris eksterna, sedangkan tipe varian adalah sinusaurikuler yang kantongnya terdapat di post aurikular.12

Sinus preaurikular biasanya asimptomatik, terisolasidan tidak memerlukan terapi. Namun ketika terinfeksisinus menjadi bengkak dengan sekret yang berbau ti-dak sedap dan sering terjadi eksaserbasi rekuren akut.Secara klinis, keparahan sinus preaurikular terinfeksiberbeda-beda pada tiap kasus. Tingkat keparahan dapatdibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pasien tanpa atauhanya dengan sedikit kondisi inflamasi (bengkak, sekret,

Gambar 1. Variasi lokasi sinus preaurikular (A) ClassicVariant, (B) Post-curicular Variant 12

eritem diatas sinus), kelompok pasien dengan denganinflamasi yang lebih berat dan kelompok pasien denganinsisi dan drainase sebelumnya atau yang memerlukanrevisi.6

1.1.3 DiagnosisDiagnosis sinus preaurikular kongenital ditegakkan se-cara klinis, dengan didapatkannya muara sinus di depanaurikula yang tetap ada waktu lahir.13,14 Anamnesisdan pemeriksaan klinis secara seksama diperlukan un-tuk mencari kelainan terkait. Sinus preaurikular dapatberkaitan dengan kelainan pendengaran dan ginjal, pe-meriksaan pendengaran dan ultrasonografi (USG) diper-timbangkan jika kelainan ini diduga merupakan bagiandari suatu sindrom. Pemeriksaan tersebut diindikasikanpada pasien yang disertai dengan satu atau lebih darihal berikut: 1) tanda-tanda malformasi atau dismorfi,2) riwayat tuli atau kelainan ginjal pada keluarga, 3)riwayat maternal diabetes melitus gestasional.7,15

Penentuan lokasi sinus dan panjang salurannya da-pat dilakukan dengan pemeriksaan fistulografi, yaitudengan menyuntikkan cairan kontras melalui muara si-nus dan kemudian dilakukan pemeriksaan radiologik.Pemeriksaan ini biasanya dilakukan sebelum operasi.16

Pemeriksaan lain yang dapat digunakan adalah ultraso-nografi (USG). Angka kekambuhan pada pasien yangtidak dilakukan pemeriksaan USG sebelum operasi ada-lah 9-42%, namun dengan menggunakan pemeriksaanUSG sebelum operasi tidak didapatkan adanya kekam-buhan.17 Modalitas pemeriksaan lain yang dapat digu-nakan untuk menentukan lokasi sinus pada kelainansinus preaurikular adalah Magnetic Resonance Imaging(MRI) dan Computed Tomography Scan (CT-Scan), na-mun modalitas tersebut masih cukup mahal.

1.2 Penatalaksanaan Sinus Preaurikular Konge-nital

1.2.1 Penatalaksanaan sinus preaurikular asimpto-matik

Sinus preaurikular asimptomatik tidak memerlukan tin-dakan khusus kecuali tindakan pencegahan terhadapinfeksi. Pencegahan terhadap infeksi dapat dilakukandengan menghindari manipulasi dan melakukan pember-sihan muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairanantiseptik lainnya secara rutin.18 Namun, terdapat pen-dapat bahwa keadaan sinus asimptomatik pun seharus-nya dieksisi karena perilakunya yang tidak tentu.7

1.2.2 Penatalaksanaan sinus preaurikular terinfeksiSinus precuricular yang pertama kali terinfeksi dapat di-lakukan tindakan konservatif berupa pemberian antibio-tik dan kompres hangat pada sinus yang terinfeksi. Padainfeksi fase akut diberikan antibiotik yang sesuai denganbakteri penyebab dan uji sensitivitasnya. Adobamen danEdiale pada tahun 2012 melaporkan bahwa bakteri yangpaling banyak ditemukan pada infeksi sinus preaurikuleradalah Stafilokokus aureus, bakteri yang memproduksibeta-laktamase. Hasil pemeriksaan sensitivitas didapat-kan antibiotik yang sensitif adalah gentamisin, oflok-sasin, sefuroksim dan amoksisilin-klavulanat.19 Bila

Jurnal Kedokteran Unram

Page 3: Penatalaksanaan Sinus Preaurikular Kongenital

Sinus Preaurikular Kongenital 3

Gambar 2. Sinus preaurikularis yang membengkak, (A) Muara sinus, (B) Saluran sinus yang membengkak, (C) UltrasonografiColor Doppler tampak peningkatan aliran darah di sekitar sinus.17

Keterangan: d=dermis, c=kartilago, ta=temporal artery

Gambar 3. Pemasangan probe lakrimal untuk drainaseabses1

terdapat abses, maka perlu dilakukan insisi dan drainase.Drainase abses dapat dilakukan dengan probe lakrimal,dengan teknik tersebut maka tidak lagi memerlukan tin-dakan insisi. Anestesi kulit dengan anestesi topikal danmenginsersikan probe lakrimal dengan ujung tumpulpada muara sinus, yang membuat terjadinya drainasepada abses. Jika diperlukan, prosedur ini dapat diulang.Prosedur ini dapat menjadi alternatif untuk drainase ab-ses sinus preaurikular, namun trauma pada saluran sinusdapat mengakibatkan kerusakan yang lebih dalam danmenyulitkan eksisi.1

Terdapat beberapa kesepakatan mengenai indikasidilakukan tindakan pembedahan pada sinus preauriku-lar. Walaupun terdapat pendapat keadaan asimptomatikdapat diindikasikan untuk pembedahan, namun padaumumnya para ahli berpendapat bahwa indikasi pembe-dahan adalah setelah terjadi dua kali infeki yang berurut-an atau infeksi persisten. Tindakan tersebut dilakukanpada keadaan infeksi akut sudah teratasi.1,20 Shim etal., menyatakan bahwa tindakan pembedahan dapat dila-kukan pada keadaan akut tanpa menunggu infeksi reda,namun pembedahan harus dilakukan dengan bantuanmikroskop dan dikerjakan dengan sangat teliti tanpamelukai dinding sinus.3 Perlu diperhatikan bahwa pe-ngeluaran sinus secara lengkap sulit dilakukan karenaadanya percabangan sehingga sulit menentukan luas ke-seluruhan sinus tersebut.2

Teknik pembedahan sinus preaurikular dari tahun

ke tahun berkembang dan bervariasi. Pada tahun 1966,Singer menjelaskan teknik untuk menutup muara duktussinus dengan Z plasti. Teknik ini menggunakan insisiL terbalik yang diikuti dengan eksisi total dari fistulapreaurikular. Terdapat beberapa teknik pembedahanoleh bberapa ahli seperti yang disitasi oleh Huang etal., sebagai berikut: a) Pada tahun 1990, Prasad et al.,melakukan pembedahan sinus preaurikular dengan pen-dekatan ekstensi supra-aurikuler, angka kekambuhansebesar 5% dibanding dengan sinektomi simpel denganangka rekurensi 42%. Penelitian berikutnya yang meng-gunakan teknik ini didapatkan hasil yang lebih baik: b)Lam et al., pada tahun 2001 melaporkan angka rekuren-si sebesar 3,7% dan pada tahun 2005 Leopardi et al.,melaporkan tidak ada rekurensi pada 6 pasien dengankasus baru dan kasus rekurensi; c) Baatenburg de Jongpada tahun 2005 mendemonstrasikan prosedur yang di-sebut dengan “inside-out technique” pada 23 pasien dandilaporkan tidak ada rekurensi dan komplikasi.6 Peng-gunaan mikroskop pada sinektomi menjadikan operasilebih cepat dan angka rekurensi yang lebih rendah di-banding penggunaan metilen biru atau insersi probe.21

Penelitian-penelitian diatas berfokus untuk memini-malkan angka rekurensi. Huang et al 2013, melakukanpenelitian penatalaksanaan secara operatif berdasarkantingkat keparahan dari masing-masing kasus. Peneliti-an tersebut menyimpulkan bahwa pasien dengan sedi-kit atau tanpa inflamasi (bengkak, sekret, atau eritemadiatas sinus preaurikular) dapat dilakukan pembedah-an dengan teknik sinektomi simpel. Sedangkan pasiendengan inflamasi yang lebih berat bahkan setelah pem-berian antibiotik dilakukan pembedahan dengan teknikeksisi lokal luas atau eksisi luas. Tindakan tersebut di-kerjakan juga pada pasien yang telah terdapat fistulaakibat abses atau telah dilakukan insisi drainase sebe-lumnya dan pasien yang memerlukan revisi.6

1.2.3 Prosedur pembedahanTatatalaksana pembedahan pada sinus preaurikular sa-ngat bervariasi. Mulai dari simpel sinektomi, eksisilokal luas dan eksisi luas dengan berbagai modifikasi.Perbaikan teknik pembedahan ditujukan terutama untukmencegah terjadinya rekurensi.

a) Sinektomi simpel. Sinektomi simpel atau teknikbedah standar, prosedur pembedahannya adalah

Jurnal Kedokteran Unram

Page 4: Penatalaksanaan Sinus Preaurikular Kongenital

4 Yudhanto

Gambar 4. Prosedur operasi eksisi lokal luas6

dengan dilakukan insisi elips disekitar muara si-nus dilanjutkan diseksi ramifikasi pada jaringansubkutaneus dengan guiding pandangan mata ataupalpasi.22. Terdapat banyak anjuran untuk mem-perbaiki identifikasi saluran sinus antara lain de-ngan insersi probe lakrimal, injeksi metilen biruintraoperatif, sonografi dan sinogram preoperatif.Masing-masing varian teknik tersebut memilikiketerbatasan antara lain pada pemasangan probelakrimal dapat menyebabkan trauma dan tidakdapat mengikuti ramifikasi yang kecil, metilenbiru mudah berdifusi ke jaringan sehingga me-nyulitkan identifikasi ramifikasi. Fistulografi sulitdilakukan pada pasien dengan episode akut dantidak menggambarkan dalamnya sinus.

Tindakan bedah dapat dilakukan dengan aneste-si lokal maupun anestesi umum. Pembedahandengan anestesi lokal mempunyai angka rekuren-si yang lebih tinggi dibanding dengan anestesiumum. Hal ini mungkin disebabkan oleh kepa-tuhan pasien terutama saat diseksi yang dalam,sehingga anestesi umum lebih dianjurkan. Be-berapa penelitian menyebutkan sinektomi simpeldiindikasikan pada pasien sinus preaurikular de-ngan peradangan yang sedikit atau tanpa pera-dangan.6,20,21

b) Eksisi lokal luas. Sinus prearukuler dengan infla-masi yang lebih berat dapat diindikasikan untukdilakukan tindakan eksisi lokal luas. Namun, di-sebutkan juga bahwa teknik ini digunakan untuksinus preaurikulaer yang tidak disertai adanya fis-tula. Teknik eksisi lokal luas standar dilakukandengan cara membuat insisi berbentuk baji atauelips yang cukup luas sehingga semua jaringandan kulit nekrotik terangkat. Selanjutnya jaringaninflamasi pada daerah dibawah fasia temporalisdiangkat.6

Pendekatan lain eksisi lokal luas adalah denganpendekatan supra-aurikuler. Beberapa penelitimenganjurkan teknik ini untuk pasien yang te-lah terjadi abses sebelumnya. Teknik ini diperke-nalkan oleh Prasad et al., pada tahun 1990 ber-dasarkan teori bahwa bahwa fistula hampir se-lalu menyertakan jaringan subkutaneus diantarafasia temporalis dan perikondrium kartilago he-liks. Tekniknya adalah dengan melakukan insisielips standar yang kemudian diekstensi keatas ke

pre- dan supra-aurikular di daerah temporal. Halini memungkinkan lapang pandang yang lebihbaik tanpa konsekuensi estetik yang buruk.20

Gambar 5. Insisi supra-aurikuler, (A) Incision line, (B) Skinincision21

Diseksi dilanjutkan dengan mengidentifikasi fasiatemporalis di medial area sinus. Fasia ini me-rupakan batas paling dalam diseksi, kemudiandilanjutkan ke arah medio-lateral sampai dengankartilago heliks. Pada level ini, diseksi dilakukandibawah perikondrium dan pada perlekatan mak-simum dari fistula, disarankan untuk dilakukaneksisi sebagian kecil kartilago.20

Gambar 6. Diseksi fasia temporalis dan perikondrium, (A)Temporalis fascia dissection, (B) Under perichodraldissection20

Selama pembedahan harus mewaspadai ruang yangterbentuk, seluruh jaringan subkutaneus yang ber-ada diantara fasia temporalis dan kartilago heliksdiangkat. Pada jaringan ini sinus pasti terdapatramifikasi dan mungkin kiste20.

Tingkat kekambuhan eksisi lokal luas dengan pen-dekatan supra aurikuler lebih rendah jika diban-

Jurnal Kedokteran Unram

Page 5: Penatalaksanaan Sinus Preaurikular Kongenital

Sinus Preaurikular Kongenital 5

Gambar 7. Hasil akhir eksisi dan post operasi, (A) Excisionconcluded, (B) Aesthetic resul (7 months20

ding dengan teknik standar. Lam et al., pada ta-hun 2001 melaporkan bahwa tingkat kekambuhandengan pendekatan supraaurikuler sebesar 3,7%lebih rendah dibanding dengan teknik standar de-ngan tingkat kekambuhan 32%.22

Prosedur eksisi dengan pendekatan supra-aurikularmenghasilkan ruang yang cukup luas setelah re-seksi, sehingga membutuhkan insersi drain danbalut tekan pasca operasi. Karena hal tersebutBae et al., pada tahun 2012 melaporkan peng-gunaan modifikasi pendekatan tersebut denganpendekatan supra-aurikular minimal tanpa pema-sangan drain. Tekniknya sama dengan pendekatansupra-aurikular, tetapi ekstensi incisi hanya dilan-jutkan 5-7 mm ke arah supra-aurikular. Prosedurmodifikasi tersebut dilaporkan aman dan efektifuntuk tatalaksana sinus preaurikular.23

c) Eksisi luas Eksisi luas dapat diindikasikan padasinus preaurikular dengan infeksi berat dan jugapada yang terbentuk fistula, yaitu sinus preauriku-lar dengan dengan dua lubang, lubang muara si-nus dan lubang pada kulit akibat terjadinya abses.Infeksi yang berat atau terjadinya abses meng-akibatkan jaringan nekrotik yang luas sehinggamembutuhkan eksisi yang luas. Untuk memini-malkan eksisi jaringan sehat pada kasus ini dapatdigunakan teknik eksisi luas dengan insisi angka8. Insisi elips dilakukan pada dua tempat, yaitupada lubang muara sinus dan lubang akibat absesbeserta jaringan nekrotiknya.6

Gambar 8. Berbagai tipe insisi angka delapan (8)6

Flap kulit dielevasi kemudian dilakukan diseksisampai perikondrium. Diseksi dilanjutkan sampaibatas fasia temporalis dan mengangkat seluruhjaringan yang inflamasi secara seksama. Dalamprosedur tersebut sering menjumpai arteri danvena temporalis superfisialis sehingga kedua pem-buluh tersebut dapat diligasi agar lapang pandang

operasi menjadi jelas. Luka operasi dijahit dan di-pasang drain. Metode insisi angka 8 dapat memp-reservasi lebih banyak kulit yang intak dibandingdengan insisi luas standar, hal tersebut membuathasil kosmetik yang lebih baik.6

Gambar 9. Tahapan operasi dengan insisi angka delapan(8)6

d) Teknik inside-out Teknik inside out didemonstra-sikan oleh Baatenburg de Jong pada tahun 2005.Tindakan pembedahan dikerjakan dengan bantuankaca pembesar atau mikroskop. Insisi elip vertikalmeliputi muara sinus, diusahakan mereseksi kulitseminimal mungkin (Gambar 9A). Pada ujung in-sisi superior dan posterior dijahit dengan benanguntuk fiksasi (Gambar 9B). selanjutnya sinus di-buka dengan gunting tajam (Gambar 9C). Sinusdipaparkan dan ditelusuri dari sisi luar (sepertiteknik klasik) dan dari dalam (Gambar 9D). Sa-luran berikutnya dibuka dan diikuti seperti caradiatas sampai pada akhir saluran. Probe ductuslakrimalis halus dapat digunakan untuk mengeta-hui arah dari duktus yang kecil. Biasanya saluranmelekat pada perikondrium sisi atas heliks atautragus, dilakukan reseksi juga pada bagian terse-but. Batas medial (paling dalam) diseksi adalahfasia temporalis. Dasar dari luka dievaluasi apa-kah masih ada sisa sinus. Luka operasi dijahitdengan satu lapis jahitan tanpa dipasang drain, se-lanjutnya dipasang dresing dengan strip steril.24

Gambar 10. Teknik inside-out

Jurnal Kedokteran Unram

Page 6: Penatalaksanaan Sinus Preaurikular Kongenital

6 Yudhanto

2. Ringkasan

Sinus preaurikular kongenital adalah kelainan kongeni-tal yang terjadi pada jaringan lunak preaurikular, denganinsidensi yang cukup tinggi (4-10%) di beberapa bagianAsia-Afrika. Sinus preaurikular dapat terjadi unilateralmaupun bilateral serta dapat merupakan suatu kelainanyang diturunkan atau bagian dari suatu sindrom.

Sinus preaurikular asimptomatik tidak memerlukantindakan khusus kecuali tindakan pencegahan terhadapinfeksi dengan menghindari manipulasi dan melakukanpembersihan muara dari sumbatan dengan alkohol ataucairan antiseptik lainnya secara rutin. Sinus preaurikularyang pertama kali terinfeksi dapat dilakukan tindakankonservatif berupa pemberian antibiotik serta kompreshangat pada sinus yang terinfeksi. Pemberian antibiotikdisesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitivi-tasnya. Sedangkan pada keadaan dimana terdapat absesmaka perlu dilakukan insisi dan drainase abases.

Terdapat beberapa kesepakatan mengenai indikasidilakukan tindakan pembedahan pada sinus preaurikular,pada umumnya indikasinya adalah setelah terjadi duakali infeksi yang berurutan atau infeksi persisten. Bebe-rapa penelitian telah dilakukan untuk membandingkanteknik operasi dalam penatalaksanaan sinus preaurikular.Modifikasi dan teknik operasi baru juga diperkenalkandengan tujuan menemukan teknik operasi yang terba-ik. Masalah yang paling sering pada penatalaksanaankelainan ini adalah tingkat rekurensi yang masih tinggi.Prosedur simpel sinektomi memiliki tingkat rekurensiyang tinggi. Hal ini disebabkan karena pada prosedurini kemungkinan ramifikasi sinus preaurikular yang ma-sih tertinggal sangat besar. Beberapa modifikasi sepertidengan menginfiltrasi metilen biru saluran sinus melaluimuara ditujukan untuk mengangkat sinus dan saluran-nya secara keseluruhan, namun masih memiliki keter-batasan. Penggunaan mikroskop pada saaat eksisi jugadianjurkan untuk dapat melihat lebih jelas saluran dansinus preaurikular, sehingga pengangkatan saluran sinusdan ramifikasinya dapat komplit.

Prosedur operasi sinus preaurikular dengan eksisiluas pendekatan supra-aurikuler banyak digunakan olehahli bedah telinga. Terdapat beberapa penelitian yangdilakukan untuk menguji keunggulan teknik tersebutdalam mencegah rekurensi yang terjadi, dan pembedah-an dengan pendekatan supra-aurikuler lebih dianjurkan.Pada pasien dengan kejadian abses yang telah memilikidua lubang, yaitu muara sinus aslinya dan muara yangdiakibatkan oleh abses, prosedur operasi dengan tek-nik insisi angka 8 memiliki keunggulan lapang pandangyang lebih luas dan preservasi jaringan sehat yang lebihbaik, sehingga hasil estetiknya lebih baik.

Daftar Pustaka1. Tan T, Constantinides H, Mitchell T. The preauri-

cular sinus: a review of its aetiology, clinical pre-sentation and management. International journal of

pediatric otorhinolaryngology. 2005;69(11):1469–1474.

2. Mardhiah A. Fistula preaurikular kongenital. Maja-lah Kedokteran Nusantara. 2005;38(4).

3. Shim HS, Kim DJ, Kim MC, Lim JS, Han KT. Ear-ly one-stage surgical treatment of infected preau-ricular sinus. European Archives of Oto-Rhino-Laryngology. 2013;270(12):3127–3131.

4. Hassan ME, Samir A. Pre-auricular sinus: Compa-rative study of two surgical techniques. Annals ofPediatric Surgery. 2009;1(3):139–143.

5. Chowdary KVK, Chandra NS, Madesh RK. Pre-auricular sinus: a novel approach. Indian Jour-nal of Otolaryngology and Head & Neck Surgery.2013;65(3):234–236.

6. Huang WJ, Chu CH, Wang MC, Kuo CL, ShiaoAS. Decision making in the choice of surgical ma-nagement for preauricular sinuses with differentseverities. Otolaryngology–Head and Neck Surgery.2013;148(6):959–964.

7. Scheinfeld NS, Silverberg NB, Weinberg JM, No-zad V. The preauricular sinus: a review of its clini-cal presentation, treatment, and associations. Pedia-tric dermatology. 2004;21(3):191–196.

8. Yanagisawa E, S K. Disease of the external andmiddle ear. In: Lee KJ, Ed. Textbook of Otolar-yngology and Head and Neck Surgery. Hearingresearch. 1989;.

9. Hafil A, Sosialisman H. Kelainan telinga luar. Da-lam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Res-tuti RD, editors Buku Ajar Ilmu Penyakit THT (edi-si 6) Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2007;p. 57–63.

10. Millman B, Gibson WS, Foster WP. Branchio-oto-renal syndrome. Archives of Otolaryngology–Head& Neck Surgery. 1995;121(8):922–925.

11. Scheinfeld NS. Preauricular sinuses. Medsca-pe. 2013;Available from: http://emedicine.medscape.com/.

12. Dunham B, Guttenberg M, Morrison W, Tom L.The histologic relationship of preauricular sinusesto auricular cartilage. Archives of Otolaryngology–Head & Neck Surgery. 2009;135(12):1262–1265.

13. MacGregor FB. Congenital cyst, sinus and fistulae.In: Scadding. Graham JM, Scadding GK, Bull PD,editors. Springer Science & Business Media; 2007.

14. Sapto H, Samodra E, Setasubrata D. Abses retroa-urikuler berulang: suatu abses pada fistula auriku-ler kongenital. Dalam: Kumpulan Naskah KongresNasional XII Perhati. Kumpulan Naskah KongresNasional XII Perhati, Semarang. 1999;p. 738–742.

Jurnal Kedokteran Unram

Page 7: Penatalaksanaan Sinus Preaurikular Kongenital

Sinus Preaurikular Kongenital 7

15. Wang RY, Earl DL, Ruder RO, Graham JM. Syndro-mic ear anomalies and renal ultrasounds. Pediatrics.2001;108(2):e32–e32.

16. Kim HJ, Lee JH, Cho HS, Moon IS. A case ofbilateral postauricular sinuses. Korean Journal ofAudiology. 2012;16(2):99–101.

17. Ximena W, Jemec G. Dermatologic ultrasoundwith clinical and histologic correlations. SpringerScience & Business Media; 2013. Available from:https://books.google.co.id/.

18. Ballenger JJ. Tumor Telinga Luar dan Telinga Te-ngah. Dalam: Penyakit Telinga, Hidung, Tenggo-rok, Kepala dan Leher. Jilid I Edisi ke-13 Jakarta:Binarupa Aksara. 1997;p. 351.

19. Adobamen PO, Ediale J. Presentation and bacte-riological pattern of preauricular sinus in. GomalJournal of Medical Sciences. 2012;.

20. Leopardi G, Chiarella G, Conti S, Cassandro E.Surgical treatment of recurring preauricular sinus:supra-auricular approach. Acta OtorhinolaryngolItal. 2008;28(6):302–305.

21. Gan EC, Anicete R, Tan HKK, Balakrishnan A.Preauricular sinuses in the pediatric population: te-chniques and recurrence rates. International journalof pediatric otorhinolaryngology. 2013;77(3):372–378.

22. Lam HCK, Soo G, Wormald PJ, Van Hasselt CA.Excision of the preauricular sinus: a comparisonof two surgical techniques. The Laryngoscope.2001;111(2):317–319.

23. Bae SC, Yun SH, Park KH, Chang KH, Lee DH, Je-on Ej, et al. Preauricular sinus: advantage of the dra-inless minimal supra-auricular approach. Americanjournal of otolaryngology. 2012;33(4):427–431.

24. Baatenburg de Jong RJ. A new surgical techni-que for treatment of preauricular sinus. Surgery.2005;137(5):567–570.

Jurnal Kedokteran Unram