penelitian pak dedi adha.pdf
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf
1/10
PENGARUH TEKNIK PERNAPASAN BUTEYKO TERHADAP PENINGKATAN CONTROL PAUSE PADA
PASIEN ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERJA PUSKKESMA KOTO BERAPAK
KECAMATAN BAYANG PESISIR SELATAN
Dedi Adha*
ABSTRAK
Control Pause adalah Ukuran atau lamanya waktu seseorang dapat menahan napas sebelum dan
sesudah melakukan latihan teknik pernapasan Buteyko pada pasien asma, di Indonesia dengan
meningkatnya prevalensi kunjungan pasien asma dari 4,2% menjadi 5,4% di Jawa Tengah di Sumatera
Barat pasien asma tercatat 3,6%, di Pesisir Selatan tercatat 6,13%, sedangkan di Kecamatan Bayang pada
Puskesmas Koto Berapak kunjungan pasien asmanya lebih banyak diantara tiga Puskesmas. Teknik
pernapasan Buteyko juga diyakini dapat membamtu mengurangi kesulitan bernapas pada pasien asma.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh teknik pernapasan Buteyko terhadappeningkatan control pause pada pasien asma di Wilayah Kerja Puskesmas Koto berapak kecamatan
bayang Pesisir Selatan Tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analitik dengan desain Quasy Ekperiment dengan
rancangan One Group Pretest Postest, yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Koto Berapak
Kecamatan bayang Pesisir Selatan tahun 2013 pada tanggal 02-09 April 2013. Populasi adalah semua
pasien asma di wilayah Kerja Puskesmas Koto Berapak Kecamatan Bayang 22 orang, sampel diambil
melalui teknik Purposive sampling. Data dikumpulkan dengan melakukan latihan teknik pernapasan
Buteyko tiap hari selama satu minggu satu kali sehari yang dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu
oleh dua orang teman yang telah sama persepsinya dengan peneliti kemudian data diolah dan analisa
dengan uji T test..
Sebelum dilakukan teknik pernapasan Buteyko pada 11 responden rata-rata control pauseantara 11-
25 detik (100%), Dan sesudah diberikan latihan teknik pernapasan Buteyko pada 11 orang responden, 10
orang meningkat control pausenya menjadi 26-40 detik (90.90%) dan 1 orang control pause nya masih
dibawah 25 detik. Setelah dilakukan uji statistic didapatkan nilai p = 0,000 hal ini berarti nilai p value
-
7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf
2/10
PENDAHULUAN
Asma adalah gangguan inflamasi kronik
saluran nafas yang melibatkan banyak sel danelemennya. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperresponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa
mengi, sesak nafas, dada terasa berat, dan
batuk-batuk, terutama malam dan atau dini
hari. Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan
seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2006).
Control Pauseadalah Ukuran atau lamanyawaktu seseorang dapat menahan napas sebelum
dan sesudah melakukan latihan pernapasan
pada pasien asma, dengan mengurangi volume
pernapasan, karbondioksida meningkat dan
control pause juga akan meningkat (Fadhil,
2009).
Hiperventilasi dapat menyebabkan kadar
karbon dioksida yang rendah dalam darah
(hypocapnea), yang kemudian dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan asam-
basa dalam darah dan kadar oksigen di jaringan
jadi rendah (GINA, 2005).
Peningkatan control pause pada pasien
asma dapat dilakukan dengan terapi
komplementer yaitu teknik olah napas atau
teknik pernapasan yang dikenal dengan teknik
Buteyko (Fadhil, 2009).
Keberhasilan metode Buteyko terhadap
peningkatan control pausepada pasien asma
yang didukung oleh data ilmiah dengan uji klinis
yang didanai oleh Asosiasi Australia di Rumah
Sakit Mater di Brisbane menunjukan bahwa
penderita asma mampu mengurangi asupanobat simtomatik mereka dengan 90% dan obat
steroid mereka dengan 30%. Penurunan dalam
pengobatan disertai dengan peningkatan
kesehatan dan control pausedan kualitas hidup.
(McHugh, 2003).
Paul Ameisen telah melakukan studi pada
8.000 pasien yang ditanganinya di Australia.
Berdasarkan riset yang dilakukan selama enam
tahun meneliti metode Buteyko dan isinya
melaporkan hasil yang dicapai pada penderita
asma. Penelitian Ameisen mengkomfirmasikan
temuan Buteyko mengenai suatu fakta
mencengangkan yang mengarah pada adanyahubungan langsung antara pola pernapasan
seseorang dengan tingkat kesehatan dan control
pausenya. (VitaHealth, 2010).
Dengan menigkatnya prevalensi
kunjungan pendertia asma dari 4,2% menjadi
5,4%, seperti di Jawa Tengah 1,5% menjadi 2,5%,
di Surakarta dari 1,5% menjadi 2%, penyakit ini
cendrung meningkat dengan kasus kematian
yang diprediksi sebesar 20% hingga 10 tahun
mendatang, ini menandakan jeleknya
pernapasan atau control pause padapasien asma(Study on Astma and Alergies In Childhood,
2008).
Di Sumatera Barat jumlah penderita asma
tercatat 3,6 % (Rikesdas, 2011). Dan di
Kabupaten Pesisir Selatan jumlah penderita
asma dari 18.951(6,11%),menjadi 18.953 (6,13%),
(Dinas Kesehatan Pesisir Selatan, 2011).
Berdasarkan klasifikasi derajat asma
dengan persisten ringan dan tidak mengganggu
aktivitas, dan drajat asma dengan persisten
sedang dengan gejala tiap hari dan serangan
mengganggu aktivitas dan tidur serta
membutuhkan bronkodilator tiap hari dan gejala
malam lebih dari satu kali seminggu.
Produktivitas menurun akibat mangkir kerja atau
sekolah, dan dapat menimbulkan disability
(kecacatan), sehingga menambah penurunan
produktivitas serta menurunkan kualitas hidup
(PDPI, 2006).
Control Pause yang jelek pada pasien
asma terbukti menurunkan kualitas hidup
penderitanya. Dalam salah satu laporan diJournal of allergy and Clinical Immunology tahun
2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang
diteliti, penderita yang mengaku mengalami
keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga
sebanyak 52,7%, keterbatasan dalam aktivitas
fisik sebanyak 44,1%, keterbatasan dalam
aktivitas sosial sebanyak 38%, keterbatasan
dalam memilih karier sebanyak 37,9%, dan
keterbatasan dalam cara hidup sebanyak 37,1%.
Bahkan, penderita yang mengaku mengalami
-
7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf
3/10
keterbatasan dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga sebanyak 32,6%, 28,3% mengaku
terganggu tidurnya minimal sekali dalam
seminggu, dan 26,5% orang dewasa juga absendari pekerjaan. Selain itu, total biaya pengobatan
untuk asma sangat tinggi dengan pengeluaran
terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan
di rumah sakit (United States Environmental
Protection Agency, 2004). Total biaya
pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar
dolar pertahun dengan pengeluaran terbesar
untuk ruang emergency dan perawatan di rumah
sakit (http://myhealind.wordpress.com/2008).
Hiperventilasi menunjukkan buruknya sistem
pernapasan karena terjadi kehilangankarbondioksida secara progresif. Hal ini
kemudian menstimulasi restriksi saluran napas
dan peningkatan mucus (Roy, 2006). Sistem
pernapasan dan control pause yang buruk
seperti ini menyebabkan tubuh menjadi lemah
dan rentan terhadap berbagai penyakit. Semua
hal tersebut berhubungan dengan bagaimana
cara bernapas yang efisien dan benar (Fadhil,
2009).
Teknik pernapasan Buteyko merupakan
salah satu teknik olah napas yang bertujuan
untuk menurunkan ventilasi alveolar terhadap
hiperventilasi paru penderita asma (GINA, 2005).
Penelitian oleh Zara (2012), dengan
melakukan uji coba teknik pernapasan Buteyko
di Puskesmas Pasar Baru didapatkan hasil
kemampuan menahan napas sebelum dilakukan
teknik pernapasan Buteyko 15-20 detik, dan
setelah dilakukan teknik pernapasan Buteyko
pasien asma dapat menahan napas 40-60 detik.
Teknik pernapasan Buteyko juga diyakini
dapat membantu mengurangi kesulitanbernapas pada penderita asma dan
meningkatkan control pause. Caranya adalah
dengan menahan karbondioksida agar tidak
hilang secara progresif akibat hiperventilasi,
Sesuai dengan sifat karbondioksida yang
mendilatasi pembuluh darah dan otot, maka
dengan menjaga keseimbangan kadar
karbondioksida dalam darah akan mengurangi
terjadinya bronkospasme pada penderita asma
(Kolb, 2009).
Pemberian latihan teknik pernapasanButeyko secara teratur akan memperbaiki
buruknya sistem pernapasan pada penderita
asma sehingga akan menurunkan gejala asma
dan meningkatkan control pause (Kolb, 2009).
Prinsip latihan teknik pernapasan Buteyko ini
adalah latihan teknik bernapas dangkal (GINA,
2005).
Tahapan persiapan dalam melakukan teknik
pernapasan Buteyko terdiri dari pengukuran
waktu lamanya menahan napas (control pause),
konsentrasi dalam mengatur napas, relaksasi
bahu, memantau aliran udara, bernapas dangkal
dan lambat. Latihan teknik pernapasan Buteyko
dilakukan satu kali sehari minimal selama
seminggu (Casano, 2008). Metode ini dapat
dilakukan oleh orang dewasa dan anak-anak
yang mengerti perintah dan kooperatif
(Smeltzer dan Djare, 2002).
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan racanganpenelitian Quasi-eksperiment dengan
pendekatan One Group pretest - postest
(Notoatmojo, 2010) yaitu kelompok intervensi
sebelum diberikan teknik pernapasan Buteyko
(pretest), kemudian diberikan intervensi,
dilakukan kembali pengukuran Control Pause
sesudah pemberian teknik pernapasan Buteyko
(posttest). Populasi penelitian sebanyak 22
orang responden. Dengan karakteristik populasi
terdiri dari 14 orang perempuan dan 8 orang
laki-laki. dengan rentang umur 1-5 tahun 2
orang, 25-60 tahun 16 orang, >75 tahun 4
orang. Sampel yang digunakan dalam penelitianini adalah pasien asma berdasarkan klasifikasi
derajat asma yaitu dengan persisten sedang
yang gejalanya tiap hari, serangan mengganggu
aktivitas dan tidur, membutuhkan bronkodilator
setiap hari (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2006) dan gejala malam lebih dari satu kali
seminggu, (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2006) di Wilayah kerja Puskesmas Koto Berapak
tahun 2013.
-
7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf
4/10
Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive sampling. Jumlah sampel pada
penelitian ini berjumlah 11 orang yang sudahmemenuhi criteria inklusi sebagai berikut :
1.
Bersedia menjadi responden.
2.
Responden berada ditempat saat
melakukan penelitian
3. Responden asma dengan persisten sedang
dengan gejala tiap hari, dan gejala malam
> 1x/seminggu
4.
Responden yang tidak sedang dirawat di
rawat di Rumah Sakit.
Variabel bebas atau variabel independenadalah teknik pernafasan Buteyko yaitu :
suatu rangkaian latihan pernapasan yang
dilakukan secara sederhana sebagai
manajemen penatalakaksanaan asma yang
bertujuan untuk mengurangi konstriksi jalan
napas dengan Prinsip latihan bernapas dangkal
dan lambat yang dilakukan minimal 1 kali
dalam sehari selama 20 menit dengan cara
menahan napas melalui hidung dan
menghembuskan napas lewat hidung dalam
posisi yang nyaman
1. Alat dan Bahan Penelitian
a.
Ruangan yang nyaman dan bersih dan
memiliki ventilasi untuk tempat keluar
masuknya udara.
b. Dua buah kursi untuk tempat duduk
pasien dan peneliti.
2. Cara teknik pernapasan Buteyko
a.Sebelum melakukan latihan pernapasan
Buteyko, terlebih dahulu di ukur control
pause
b. Postur (Sikap Tubuh).
Duduk di kursi yang memiliki sandaranyang lurus, dengan posisi kepala, bahu,
dan pinggul harus tegak lurus dan kaki
dilantai.Karena sikap atau postur tubuh
yang baik sangat berperan penting
dalam keberhasilan latihan untuk
mengurangi hiperventilasi.
c. Konsentrasi
Konsentrasi pada pernapasan dengan
menutup mata dan fokus pada
pernapasan. Kemudian rasakan udara
yang masuk dan keluar dari lubang
hidung, waktu menarik napas dan
menghembuskan napas.
d.
Relaksasi BahuBiarkan bahu rileks dengan posisi
alamiah dan sesantai mungkin. Karena
dengan relaksasi akan membantu
mengatur pernapasan, dan bahu
merupakan bagian penting untuk
memperbaiki pernapasan. karena kalau
terjadi ketegangan dan kekakuan
menyebabkan kesulitan untuk
menaikkan otot bahu saat bernapas
sehingga mempengaruhi jumlah udara
ke dalam paru-paru.e.
Memantau aliran udara
Rasakan jumlah aliran udara melalui
lubang hidung dengan cara meletakkan
jari di bawah hidung sehingga sejajar
dengan lantai. tetapi posisi jari tidak
boleh terlalu dekat ke lubang hidung
karena dapat mengganggu aliran udara
yang masuk dan keluar dari lubang
hidung.
f. Bernapas dangkal
Ketika mulai terasa aliran udara
menyentuh jari saat menghembuskan
napas, dan tarik napas kembali. Hal ini
akan menyebabkan penurunan jumlah
udara untuk setiap kali bernapas.
Setelah melakukan hal ini, akan terjadi
penirunan jumlah napas yang dihirup
per menit, karena tujuannya adalah
untuk mengurangi volume udara. Udara
yang sedikit hangat terasa di jari
menandakan semakin berhasilnya
penurunan volume udara setiap kali
bernapas. Tujuannya adalah untuk terusbernapas dengan cara ini selama 3-5
menit.Kemungkinan yang terjadi adalah
tidak dapat menyelesaikan 5 menit
penuh saat pertama kali latihan.
g. Ukur control pause dan pemeriksaan
denyut nadi
h. Setelah menyelesaikan tahapan 5 menit
seperti yang tersebut diatas, selama
apapun waktunya untuk mulai latihan,
-
7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf
5/10
maka harus diperiksa kembali denyut
nadi dan control pause.
i.
Istirahat
j.
Sebelum memulai tahapan berikutnya,sebaiknya istirahat. untuk memperoleh
manfaat besar dari latihan pernapasan
Buteyko ini, maka dibutuhkan waktu
minimal 20 menit perhari.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang telah dilakukan selama
satu minggu pada tanggal 2 April - 8 April
2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Koto
Berapak Kecamatan Bayang Pesisir Selatan,
terhadap 11 orang pasien asma yang telah
memenuhi kriteria sampel untuk dijadikanresponden. Pengukuran control pause
dilakukan dengan dua cara yaitupretestdan
postest, pretest adalah sebelum dilakukan
teknik pernapasan Buteyko dan postest
adalahsesudah dilakukan teknik pernapasan
Buteyko satu kali sehari tiap hari selama satu
minggu dapat dilihat sebagai berikut :
1. Nilai Cont rol Pausesebelum dilakukan Tekhnik Pernapasan Buteyko
Tabel 1 Daftar nilai normalitas Cont rol PauseSebelum dilakukan Teknik Pernapasan Buteyko
di Wilayah Kerja Puskesmas Koto BerapakKecamatan Bayang 2013
No Normalitas Nilai
1
2
3
4
5
Mean(rata-rata)
Median
Standart Deviation
Nilai Skewness
Standart Error
21.45
21.00
1.916
-176
0.661
Tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai
mean (rata-rata) 21.45, median 21.00 dan
standart deviation sebelum dilakukan teknik
pernapasan Buteyko, nilai skewness -176,
dan standart error 0.661.
Dari 11 orang responden semuanya hanya
bisa menahan napas awal (control
pausenya) kurang dari 25 detik, ini
menandakan bahwa semua responden
memiliki masalah kesehatan ini disebabkan
bahwa responden belum mengetahui
langkah dan cara melakukan teknik
pernapasan Buteyko, ini dapat dilihat dari
cara responden menghirup napas. Dan
sesudah dilakukan teknik pernapasan
Buteyko dapat dilihat bahwa responden
mengalami perobahan dengan peningkatan
control pausedari kurang 25 detik menjadi
26-40 detik (cukup memuaskan) dan
walaupun belum ada yang mampu
mencapai lebih dari 60 detik.
Control pauseyang rendah berarti pusat
pernapasan pada tubuh dan
karbondioksida juga pada tingkat rendah,
sehingga volume udara pada tingkat ini
meningkat. Dengan melakukan latihan
pernapasan, secara rutin dan reratur maka
tubuh dapat menahan napas atau mencapai
waktu control pause selama 40-60 detik
(Dupler, 2005).
Control pause juga berguna untuk
menentukan apakah latihan pernapasan
dilakukan dengan benar atau tidak, bila
control pause meningkat sedikit diantara
setiap set latihan, berarti latihan dilakukan
dengan benar, dan bila control pause
menurun diantara setiap set latihan berarti
latihan tiadak dilakukan dengan benar.
(Summer,2008).
-
7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf
6/10
2. Nilai Cont rol Pausesetelah dilakukan Tekhnik Pernapasan Buteyko
Tabel 2 Daftar nilai Normalitas Cont rol Pause Sesudah dilakukan Teknik Pernapasan Buteyko
di Wilayah Kerja Puskesmas Koto BerapakKecamatan Bayang 2013
No Normalitas Nilai
1
2
3
4
5
Mean(rata-rata)
Median
Standart Deviation
Nilai Skewness
Standart Error
31.55
30.00
5.007
0.142
0.661
Dari table diatas dapat dilihat nilai
mean (rata-rata) 31.55, nilai median 30.00,dan nilai standart deviation 5.007 sesudah
dilakukan teknik pernapasan Buteyko adalah
31.55, nilai Skewness 0.142, dan standart
error 0.661.
Menurut analisa peneliti dari 11 orang
responden yang telah diteliti dengan
melakukan teknik pernapasan Buteyko tiap
hari selama satu minggu yang dilakukan
terhadap pasien asma di Wilyah Kerja
Puskesmas Koto Berapak Kecamatan
Bayang yang ternyata 10 orang (90.90%)
responden yang control pause nyamengalami peningkatan yaitu 11-25 detik
menjadi 26-40 detik, dan 1 orang (9.10%)
masih dibawah 25 detik, ini berarti latihan
dilakukan dengan benar dan teratur. Dan
penelitian ini juga menunjukan bahwa dari
11 orang responden yang diteliti ternyata
mengalami peningkatan dari rata-rata
control pause sebelum perlakuan adalah
21.45, menjadi 31.55 sesudah perlakuan. Ini
di sebabkan karena dalam melakukan
teknik pernapasan Buteyko yang padatahapan relaksasi, postur tubuh diatur
secara rilek terutama tubuh bagian atas,
karena dengan merilekskan otot
pernapasan dan iga secara perlahan-lahan
yaitu adanya peregangan kearah luar
selama inspirasi dan penarikan iga kearah
dalam selama ekspirasi.
Hasil penelitian ini sebanding dengan
penelitian yang dilakukan oleh Zara (2012)
di wilayah kerja Puskesmas Pasar Baru
Kecamatan Bayang, dan dari hasil
penelitiannya menunjukan bahwakemampuan untuk menahan napas awal
yag memerlukan perhatian khusus dimana
kurang dari 25 detik sebanyak (77,3%), dan
sesudah dilakukan teknik pernapasan
Buteyko kemampuan menahan napas akhir
meningkat yaitu responden bisa menahan
napas selama 30-40 detik bahkan ada yang
mampu menahan sampai 60 detik
-
7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf
7/10
3. Pengaruh Tekhnik Pernapasan Buteyko terhadap Nilai Control Pause
Tabel 3 Pengaruh Latihan Teknik Pernapasan Buteyko terhadap Peningkatan Control
Pausepada pasien Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Berapak KecamatanBayang Tahun 2013
Berdasarkan table 3 dapat dilihat
perubahan control pause sebelum dan
sesudah dilakukan teknik pernapasan
Buteyko dan rata-rata control pause
sebelum dilakukan teknik pernapasan
adalah 21.45 dengan standar deviasi 1.916,
Sedangkan rata-rata peningkatan control
pausesetelah dilakukan teknik pernapasan
buteyko adalah 31.55 dengan standar
deviasi 5.007, Hasil uji stastik mengunakan
uji pairedt-testdidapatkan nilai p = 0,000.
Hal ini berarti nilai p value kurang dari 0,05
(p
-
7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf
8/10
dapat bernapas normal dengan cara antara
lain belajar bagai mana untuk membuka
hidung secara alami dengan melakukan
latihan menahan napas menyesuaikanpernapasan dan beralih dari pernapasan
melalui mulut menjadi pernapasan melalui
hidung latihan ini juga untuk menghentikan
batuk dan wheezing,dan perubahan gaya
hidup dibutuhkan untuk membantu hal
tersebut di atas sehingga memfasilitasi jalan
untuk dapat sembuh. sedangkan menurut
Gina (2005) teknik pernapasan buteyko
salah satu teknik oleh napas yang bertujuan
untuk menurunkan ventilasi alveolar
terhadap hiperventilasi paru.Teknik pernapasan buteyko adalah
upaya atau metode penatalaksanaan asma
untuk mengurangi kontriksi jalan napas
dengan prinsip latihan bernapas dangkal.
terapi ini di rancang untuk memperlambat
atau mengurangi intake udara kedalam
paru paru sehingga dapat mengurangi
gangguan pada saluran pernapasan pada
penderita asma (dupler,2005)
KESIMPULAN DAN SARAN.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan tentang pengaruh teknik
pernapasan buteyko terhadap peningkatan
control pause di Wilayah Kerja Puskesmas
Koto Berapak Kecamatan Bayang sebelum
dan sesudah pemberian teknik pernapasan
buteyko, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Seluruh responden (100%) dengan
kondisi control pause kurang dari 25
detik (memerlukan perhatian khusus),
dengan rata-rata control pause 21.45sebelum dilakukan teknik pernapasan
Buteyko.
2.
Dan sesudah dilakukan teknik
pernapasan Buteyko, terjadi
peningkatan control pausepada pada
seluruh responden lebih dari 25 detik
yaitu 26-40 detik,dengan rata-rata
control pause31.55.
3.
Terdapat pengaruh teknik pernapasan
Buteyko terhadap peningkatan control
pausedengan nilai p = 0.000 dan nilai
p value < 0.05
Berdasarkan kesimpulan yang peneliti
dapatkan dari hasil penelitian maka dapatdisarankan :
1.
Bagi petugas Keshatan khususnya perawat
pada Puskesmas Koto Berapak Kecamatan
Bayang dapat memberikan latihan
pernapasan Buteyko pada pasen asma
sebagai terapi komplementer (non
farmakologis). Selain itu, perlu diadakan
sosialisasi dan pelatihan agar semua
perawat memiliki kesamaan kemampuan
dalam melaksanakan teknik pernapasan
buteyko pada penderita asma.2.
Diharapkan dapat mengembangkan
penelitian ini lebih lanjut mengenai teknik
pernapasan Buteyko seperti untuk
mengendalikan serangan asma, sleep
apnea, mendengkur, serangan panic dan
serangan cemas.
DAFTAR PUSTAKA
Answers Corporation. (2009). Buteyko, Diakses
pada tanggal 28 Agustus 2012 dari
http://www.answers.com/topic/buteyko.
Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian,
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI,
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Brunner dan Suddarth. (2001). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah edisi 8,
Jakarta : EGC.
Buteyko, V.K. & Buteyko, M.M. (2007). The
Buteyko Theory About A Key Role of
Breathing for Human Life, Diakses pada
tanggal 2 Oktober 2012 dari
http://www.infoholix.net/index.php.
Dempsey, P.A. & Dempsey, A.D. (2002). Riset
Keperawatan Buku Ajar dan Latihan,
Jakarta : EGC.
-
7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf
9/10
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RII.
(2007). Pharmaceutical Care UntukPenyakit Asma, Diakses pada tanggal 7
September 2012 dari
http://ebooks.lib.unair.ac.id/files/disk1/22
/adln--departemen-1098-1-12038329-
a.pdf.
Fadhil. (2009). Teknik Pengolahan Nafas, Diakses
pada tanggal 2 oktober 2012 dari
http://www.wikipedia.com/teknik_pengo
lahan_nafas.html.
Global Initiative for Asthma (GINA). (2005).
Global Strategy for Asthma Management
and Prevention, Diakses pada tanggal 7
September 2012 dari
http://www.ginasthma.com/GuidelineIte
m.asp?intId=1170.
Global Initiative for Asthma (GINA). (2004).
Global Strategy for Asthma
Management and Prevention, Diakses
pada tanggal 7 September 2012 dari
http://www.ginasthma.com/GuidelineIte
m.asp?intId=1170.
Kolb, P. (2009). Buteyko for the Reversal of
Chronic Hyperventilation, Diakses pada
tanggal 7 September 2012 dari
http://knol.google.com/k/alex-
spence/buteyko.
Lewis , Heitkemper, Dirksen. (2000). Medical
Surgical Nursing fifth edition, St Louis
Missouri : Mosby.
McHugh, P., Aitcheson, F., Duncan, B. &
Houghton, F. (2003). Buteyko Breathing
Technique for asthma: an effective
intervention, Diakses pada tanggal 7
September 2012 dari
http://www.nzma.org.nz/journal/vacanci
es.html.
Murphy, A. (2005). The Buteyko (Shallow
Breathing) Method for Controlling
Asthma, Diakses pada tanggal 2 Oktober
2012 darihttp://www.btinternet.com/~andrew.mur
phy/asthma_buteyko_shallow_breathing.
html.
National Heart, Lung and Blood Institute. (2009).
What Are the Sign and Symptoms of
Asthma, Diakses pada tanggal 15
September 2012 dari
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Dise
ases/Asthma/Asthma_SignsAndSymptom
s.html.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian
Kesehatan, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Penelitian Keperawatan, Jakarta :
Salemba Medika
Okezone.com, (2009). Kontrol Asma, Tingkatkan
Kualitas Hidup Penderita. Diambil pada
tanggal 27 September 2012 dari
http://lifestyle.okezone.com/read/2009/
05/20/27/221475/27/kontrol-asma-
tingkatkan-kualitas-hidup-penderita
Osman, L.M., McKenzie, L., Caims, J., Friend, J.A.,
Goden, D.J., & Legge, J.S. (2001). Patient
Weighting of Importance of Asthma
Symptoms, Diakses pada tanggal 20
Oktober 2012 dari
http://thorax.bmj.com/cgi/reprint/56/2/138.
Pegasus Neuro Linguistic Program. (2009).
Buteyko Breathing, Diakses pada tanggal
7 September 2012 dari
http://www.pe2000.com/buteyko.htm
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2006).
ASMA Pedoman Diagnosis dan
-
7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf
10/10
Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta :
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
.
Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan,Yogyakarta : Mitra Cendekia Press
Yogyakarta.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sherwood, L. (2007). Human Physiology from
Cells to System, USA : Thomson Book
Cole.
.
The Asthma Foundations of Victoria. (2002).
Terapi Pelengkap dan Penyakit Asma,
Diakses pada tanggal 16 September2012 dari
http://www.asthma.org.au/Portals/0/Co
mplementaryTherapies_IS_Indonesian.pdf
.
VitaHealth. (2006). Asma, Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Yayasan Asma. (2008). Asma, Diakses pada
tanggal 7 September 2012 dari
http://www.infoasma.org/asma.html.