penelitian pak dedi adha.pdf

Upload: dedi-fatrida

Post on 23-Feb-2018

255 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf

    1/10

    PENGARUH TEKNIK PERNAPASAN BUTEYKO TERHADAP PENINGKATAN CONTROL PAUSE PADA

    PASIEN ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERJA PUSKKESMA KOTO BERAPAK

    KECAMATAN BAYANG PESISIR SELATAN

    Dedi Adha*

    ABSTRAK

    Control Pause adalah Ukuran atau lamanya waktu seseorang dapat menahan napas sebelum dan

    sesudah melakukan latihan teknik pernapasan Buteyko pada pasien asma, di Indonesia dengan

    meningkatnya prevalensi kunjungan pasien asma dari 4,2% menjadi 5,4% di Jawa Tengah di Sumatera

    Barat pasien asma tercatat 3,6%, di Pesisir Selatan tercatat 6,13%, sedangkan di Kecamatan Bayang pada

    Puskesmas Koto Berapak kunjungan pasien asmanya lebih banyak diantara tiga Puskesmas. Teknik

    pernapasan Buteyko juga diyakini dapat membamtu mengurangi kesulitan bernapas pada pasien asma.

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh teknik pernapasan Buteyko terhadappeningkatan control pause pada pasien asma di Wilayah Kerja Puskesmas Koto berapak kecamatan

    bayang Pesisir Selatan Tahun 2013.

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analitik dengan desain Quasy Ekperiment dengan

    rancangan One Group Pretest Postest, yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Koto Berapak

    Kecamatan bayang Pesisir Selatan tahun 2013 pada tanggal 02-09 April 2013. Populasi adalah semua

    pasien asma di wilayah Kerja Puskesmas Koto Berapak Kecamatan Bayang 22 orang, sampel diambil

    melalui teknik Purposive sampling. Data dikumpulkan dengan melakukan latihan teknik pernapasan

    Buteyko tiap hari selama satu minggu satu kali sehari yang dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu

    oleh dua orang teman yang telah sama persepsinya dengan peneliti kemudian data diolah dan analisa

    dengan uji T test..

    Sebelum dilakukan teknik pernapasan Buteyko pada 11 responden rata-rata control pauseantara 11-

    25 detik (100%), Dan sesudah diberikan latihan teknik pernapasan Buteyko pada 11 orang responden, 10

    orang meningkat control pausenya menjadi 26-40 detik (90.90%) dan 1 orang control pause nya masih

    dibawah 25 detik. Setelah dilakukan uji statistic didapatkan nilai p = 0,000 hal ini berarti nilai p value

  • 7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf

    2/10

    PENDAHULUAN

    Asma adalah gangguan inflamasi kronik

    saluran nafas yang melibatkan banyak sel danelemennya. Inflamasi kronik menyebabkan

    peningkatan hiperresponsif jalan napas yang

    menimbulkan gejala episodik berulang berupa

    mengi, sesak nafas, dada terasa berat, dan

    batuk-batuk, terutama malam dan atau dini

    hari. Episodik tersebut berhubungan dengan

    obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan

    seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa

    pengobatan (Perhimpunan Dokter Paru

    Indonesia, 2006).

    Control Pauseadalah Ukuran atau lamanyawaktu seseorang dapat menahan napas sebelum

    dan sesudah melakukan latihan pernapasan

    pada pasien asma, dengan mengurangi volume

    pernapasan, karbondioksida meningkat dan

    control pause juga akan meningkat (Fadhil,

    2009).

    Hiperventilasi dapat menyebabkan kadar

    karbon dioksida yang rendah dalam darah

    (hypocapnea), yang kemudian dapat

    menyebabkan gangguan keseimbangan asam-

    basa dalam darah dan kadar oksigen di jaringan

    jadi rendah (GINA, 2005).

    Peningkatan control pause pada pasien

    asma dapat dilakukan dengan terapi

    komplementer yaitu teknik olah napas atau

    teknik pernapasan yang dikenal dengan teknik

    Buteyko (Fadhil, 2009).

    Keberhasilan metode Buteyko terhadap

    peningkatan control pausepada pasien asma

    yang didukung oleh data ilmiah dengan uji klinis

    yang didanai oleh Asosiasi Australia di Rumah

    Sakit Mater di Brisbane menunjukan bahwa

    penderita asma mampu mengurangi asupanobat simtomatik mereka dengan 90% dan obat

    steroid mereka dengan 30%. Penurunan dalam

    pengobatan disertai dengan peningkatan

    kesehatan dan control pausedan kualitas hidup.

    (McHugh, 2003).

    Paul Ameisen telah melakukan studi pada

    8.000 pasien yang ditanganinya di Australia.

    Berdasarkan riset yang dilakukan selama enam

    tahun meneliti metode Buteyko dan isinya

    melaporkan hasil yang dicapai pada penderita

    asma. Penelitian Ameisen mengkomfirmasikan

    temuan Buteyko mengenai suatu fakta

    mencengangkan yang mengarah pada adanyahubungan langsung antara pola pernapasan

    seseorang dengan tingkat kesehatan dan control

    pausenya. (VitaHealth, 2010).

    Dengan menigkatnya prevalensi

    kunjungan pendertia asma dari 4,2% menjadi

    5,4%, seperti di Jawa Tengah 1,5% menjadi 2,5%,

    di Surakarta dari 1,5% menjadi 2%, penyakit ini

    cendrung meningkat dengan kasus kematian

    yang diprediksi sebesar 20% hingga 10 tahun

    mendatang, ini menandakan jeleknya

    pernapasan atau control pause padapasien asma(Study on Astma and Alergies In Childhood,

    2008).

    Di Sumatera Barat jumlah penderita asma

    tercatat 3,6 % (Rikesdas, 2011). Dan di

    Kabupaten Pesisir Selatan jumlah penderita

    asma dari 18.951(6,11%),menjadi 18.953 (6,13%),

    (Dinas Kesehatan Pesisir Selatan, 2011).

    Berdasarkan klasifikasi derajat asma

    dengan persisten ringan dan tidak mengganggu

    aktivitas, dan drajat asma dengan persisten

    sedang dengan gejala tiap hari dan serangan

    mengganggu aktivitas dan tidur serta

    membutuhkan bronkodilator tiap hari dan gejala

    malam lebih dari satu kali seminggu.

    Produktivitas menurun akibat mangkir kerja atau

    sekolah, dan dapat menimbulkan disability

    (kecacatan), sehingga menambah penurunan

    produktivitas serta menurunkan kualitas hidup

    (PDPI, 2006).

    Control Pause yang jelek pada pasien

    asma terbukti menurunkan kualitas hidup

    penderitanya. Dalam salah satu laporan diJournal of allergy and Clinical Immunology tahun

    2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang

    diteliti, penderita yang mengaku mengalami

    keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga

    sebanyak 52,7%, keterbatasan dalam aktivitas

    fisik sebanyak 44,1%, keterbatasan dalam

    aktivitas sosial sebanyak 38%, keterbatasan

    dalam memilih karier sebanyak 37,9%, dan

    keterbatasan dalam cara hidup sebanyak 37,1%.

    Bahkan, penderita yang mengaku mengalami

  • 7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf

    3/10

    keterbatasan dalam melakukan pekerjaan rumah

    tangga sebanyak 32,6%, 28,3% mengaku

    terganggu tidurnya minimal sekali dalam

    seminggu, dan 26,5% orang dewasa juga absendari pekerjaan. Selain itu, total biaya pengobatan

    untuk asma sangat tinggi dengan pengeluaran

    terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan

    di rumah sakit (United States Environmental

    Protection Agency, 2004). Total biaya

    pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar

    dolar pertahun dengan pengeluaran terbesar

    untuk ruang emergency dan perawatan di rumah

    sakit (http://myhealind.wordpress.com/2008).

    Hiperventilasi menunjukkan buruknya sistem

    pernapasan karena terjadi kehilangankarbondioksida secara progresif. Hal ini

    kemudian menstimulasi restriksi saluran napas

    dan peningkatan mucus (Roy, 2006). Sistem

    pernapasan dan control pause yang buruk

    seperti ini menyebabkan tubuh menjadi lemah

    dan rentan terhadap berbagai penyakit. Semua

    hal tersebut berhubungan dengan bagaimana

    cara bernapas yang efisien dan benar (Fadhil,

    2009).

    Teknik pernapasan Buteyko merupakan

    salah satu teknik olah napas yang bertujuan

    untuk menurunkan ventilasi alveolar terhadap

    hiperventilasi paru penderita asma (GINA, 2005).

    Penelitian oleh Zara (2012), dengan

    melakukan uji coba teknik pernapasan Buteyko

    di Puskesmas Pasar Baru didapatkan hasil

    kemampuan menahan napas sebelum dilakukan

    teknik pernapasan Buteyko 15-20 detik, dan

    setelah dilakukan teknik pernapasan Buteyko

    pasien asma dapat menahan napas 40-60 detik.

    Teknik pernapasan Buteyko juga diyakini

    dapat membantu mengurangi kesulitanbernapas pada penderita asma dan

    meningkatkan control pause. Caranya adalah

    dengan menahan karbondioksida agar tidak

    hilang secara progresif akibat hiperventilasi,

    Sesuai dengan sifat karbondioksida yang

    mendilatasi pembuluh darah dan otot, maka

    dengan menjaga keseimbangan kadar

    karbondioksida dalam darah akan mengurangi

    terjadinya bronkospasme pada penderita asma

    (Kolb, 2009).

    Pemberian latihan teknik pernapasanButeyko secara teratur akan memperbaiki

    buruknya sistem pernapasan pada penderita

    asma sehingga akan menurunkan gejala asma

    dan meningkatkan control pause (Kolb, 2009).

    Prinsip latihan teknik pernapasan Buteyko ini

    adalah latihan teknik bernapas dangkal (GINA,

    2005).

    Tahapan persiapan dalam melakukan teknik

    pernapasan Buteyko terdiri dari pengukuran

    waktu lamanya menahan napas (control pause),

    konsentrasi dalam mengatur napas, relaksasi

    bahu, memantau aliran udara, bernapas dangkal

    dan lambat. Latihan teknik pernapasan Buteyko

    dilakukan satu kali sehari minimal selama

    seminggu (Casano, 2008). Metode ini dapat

    dilakukan oleh orang dewasa dan anak-anak

    yang mengerti perintah dan kooperatif

    (Smeltzer dan Djare, 2002).

    METODE PENELITIAN

    Desain penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah menggunakan racanganpenelitian Quasi-eksperiment dengan

    pendekatan One Group pretest - postest

    (Notoatmojo, 2010) yaitu kelompok intervensi

    sebelum diberikan teknik pernapasan Buteyko

    (pretest), kemudian diberikan intervensi,

    dilakukan kembali pengukuran Control Pause

    sesudah pemberian teknik pernapasan Buteyko

    (posttest). Populasi penelitian sebanyak 22

    orang responden. Dengan karakteristik populasi

    terdiri dari 14 orang perempuan dan 8 orang

    laki-laki. dengan rentang umur 1-5 tahun 2

    orang, 25-60 tahun 16 orang, >75 tahun 4

    orang. Sampel yang digunakan dalam penelitianini adalah pasien asma berdasarkan klasifikasi

    derajat asma yaitu dengan persisten sedang

    yang gejalanya tiap hari, serangan mengganggu

    aktivitas dan tidur, membutuhkan bronkodilator

    setiap hari (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,

    2006) dan gejala malam lebih dari satu kali

    seminggu, (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,

    2006) di Wilayah kerja Puskesmas Koto Berapak

    tahun 2013.

  • 7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf

    4/10

    Teknik pengambilan sampel yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah

    Purposive sampling. Jumlah sampel pada

    penelitian ini berjumlah 11 orang yang sudahmemenuhi criteria inklusi sebagai berikut :

    1.

    Bersedia menjadi responden.

    2.

    Responden berada ditempat saat

    melakukan penelitian

    3. Responden asma dengan persisten sedang

    dengan gejala tiap hari, dan gejala malam

    > 1x/seminggu

    4.

    Responden yang tidak sedang dirawat di

    rawat di Rumah Sakit.

    Variabel bebas atau variabel independenadalah teknik pernafasan Buteyko yaitu :

    suatu rangkaian latihan pernapasan yang

    dilakukan secara sederhana sebagai

    manajemen penatalakaksanaan asma yang

    bertujuan untuk mengurangi konstriksi jalan

    napas dengan Prinsip latihan bernapas dangkal

    dan lambat yang dilakukan minimal 1 kali

    dalam sehari selama 20 menit dengan cara

    menahan napas melalui hidung dan

    menghembuskan napas lewat hidung dalam

    posisi yang nyaman

    1. Alat dan Bahan Penelitian

    a.

    Ruangan yang nyaman dan bersih dan

    memiliki ventilasi untuk tempat keluar

    masuknya udara.

    b. Dua buah kursi untuk tempat duduk

    pasien dan peneliti.

    2. Cara teknik pernapasan Buteyko

    a.Sebelum melakukan latihan pernapasan

    Buteyko, terlebih dahulu di ukur control

    pause

    b. Postur (Sikap Tubuh).

    Duduk di kursi yang memiliki sandaranyang lurus, dengan posisi kepala, bahu,

    dan pinggul harus tegak lurus dan kaki

    dilantai.Karena sikap atau postur tubuh

    yang baik sangat berperan penting

    dalam keberhasilan latihan untuk

    mengurangi hiperventilasi.

    c. Konsentrasi

    Konsentrasi pada pernapasan dengan

    menutup mata dan fokus pada

    pernapasan. Kemudian rasakan udara

    yang masuk dan keluar dari lubang

    hidung, waktu menarik napas dan

    menghembuskan napas.

    d.

    Relaksasi BahuBiarkan bahu rileks dengan posisi

    alamiah dan sesantai mungkin. Karena

    dengan relaksasi akan membantu

    mengatur pernapasan, dan bahu

    merupakan bagian penting untuk

    memperbaiki pernapasan. karena kalau

    terjadi ketegangan dan kekakuan

    menyebabkan kesulitan untuk

    menaikkan otot bahu saat bernapas

    sehingga mempengaruhi jumlah udara

    ke dalam paru-paru.e.

    Memantau aliran udara

    Rasakan jumlah aliran udara melalui

    lubang hidung dengan cara meletakkan

    jari di bawah hidung sehingga sejajar

    dengan lantai. tetapi posisi jari tidak

    boleh terlalu dekat ke lubang hidung

    karena dapat mengganggu aliran udara

    yang masuk dan keluar dari lubang

    hidung.

    f. Bernapas dangkal

    Ketika mulai terasa aliran udara

    menyentuh jari saat menghembuskan

    napas, dan tarik napas kembali. Hal ini

    akan menyebabkan penurunan jumlah

    udara untuk setiap kali bernapas.

    Setelah melakukan hal ini, akan terjadi

    penirunan jumlah napas yang dihirup

    per menit, karena tujuannya adalah

    untuk mengurangi volume udara. Udara

    yang sedikit hangat terasa di jari

    menandakan semakin berhasilnya

    penurunan volume udara setiap kali

    bernapas. Tujuannya adalah untuk terusbernapas dengan cara ini selama 3-5

    menit.Kemungkinan yang terjadi adalah

    tidak dapat menyelesaikan 5 menit

    penuh saat pertama kali latihan.

    g. Ukur control pause dan pemeriksaan

    denyut nadi

    h. Setelah menyelesaikan tahapan 5 menit

    seperti yang tersebut diatas, selama

    apapun waktunya untuk mulai latihan,

  • 7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf

    5/10

    maka harus diperiksa kembali denyut

    nadi dan control pause.

    i.

    Istirahat

    j.

    Sebelum memulai tahapan berikutnya,sebaiknya istirahat. untuk memperoleh

    manfaat besar dari latihan pernapasan

    Buteyko ini, maka dibutuhkan waktu

    minimal 20 menit perhari.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Penelitian yang telah dilakukan selama

    satu minggu pada tanggal 2 April - 8 April

    2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Koto

    Berapak Kecamatan Bayang Pesisir Selatan,

    terhadap 11 orang pasien asma yang telah

    memenuhi kriteria sampel untuk dijadikanresponden. Pengukuran control pause

    dilakukan dengan dua cara yaitupretestdan

    postest, pretest adalah sebelum dilakukan

    teknik pernapasan Buteyko dan postest

    adalahsesudah dilakukan teknik pernapasan

    Buteyko satu kali sehari tiap hari selama satu

    minggu dapat dilihat sebagai berikut :

    1. Nilai Cont rol Pausesebelum dilakukan Tekhnik Pernapasan Buteyko

    Tabel 1 Daftar nilai normalitas Cont rol PauseSebelum dilakukan Teknik Pernapasan Buteyko

    di Wilayah Kerja Puskesmas Koto BerapakKecamatan Bayang 2013

    No Normalitas Nilai

    1

    2

    3

    4

    5

    Mean(rata-rata)

    Median

    Standart Deviation

    Nilai Skewness

    Standart Error

    21.45

    21.00

    1.916

    -176

    0.661

    Tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai

    mean (rata-rata) 21.45, median 21.00 dan

    standart deviation sebelum dilakukan teknik

    pernapasan Buteyko, nilai skewness -176,

    dan standart error 0.661.

    Dari 11 orang responden semuanya hanya

    bisa menahan napas awal (control

    pausenya) kurang dari 25 detik, ini

    menandakan bahwa semua responden

    memiliki masalah kesehatan ini disebabkan

    bahwa responden belum mengetahui

    langkah dan cara melakukan teknik

    pernapasan Buteyko, ini dapat dilihat dari

    cara responden menghirup napas. Dan

    sesudah dilakukan teknik pernapasan

    Buteyko dapat dilihat bahwa responden

    mengalami perobahan dengan peningkatan

    control pausedari kurang 25 detik menjadi

    26-40 detik (cukup memuaskan) dan

    walaupun belum ada yang mampu

    mencapai lebih dari 60 detik.

    Control pauseyang rendah berarti pusat

    pernapasan pada tubuh dan

    karbondioksida juga pada tingkat rendah,

    sehingga volume udara pada tingkat ini

    meningkat. Dengan melakukan latihan

    pernapasan, secara rutin dan reratur maka

    tubuh dapat menahan napas atau mencapai

    waktu control pause selama 40-60 detik

    (Dupler, 2005).

    Control pause juga berguna untuk

    menentukan apakah latihan pernapasan

    dilakukan dengan benar atau tidak, bila

    control pause meningkat sedikit diantara

    setiap set latihan, berarti latihan dilakukan

    dengan benar, dan bila control pause

    menurun diantara setiap set latihan berarti

    latihan tiadak dilakukan dengan benar.

    (Summer,2008).

  • 7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf

    6/10

    2. Nilai Cont rol Pausesetelah dilakukan Tekhnik Pernapasan Buteyko

    Tabel 2 Daftar nilai Normalitas Cont rol Pause Sesudah dilakukan Teknik Pernapasan Buteyko

    di Wilayah Kerja Puskesmas Koto BerapakKecamatan Bayang 2013

    No Normalitas Nilai

    1

    2

    3

    4

    5

    Mean(rata-rata)

    Median

    Standart Deviation

    Nilai Skewness

    Standart Error

    31.55

    30.00

    5.007

    0.142

    0.661

    Dari table diatas dapat dilihat nilai

    mean (rata-rata) 31.55, nilai median 30.00,dan nilai standart deviation 5.007 sesudah

    dilakukan teknik pernapasan Buteyko adalah

    31.55, nilai Skewness 0.142, dan standart

    error 0.661.

    Menurut analisa peneliti dari 11 orang

    responden yang telah diteliti dengan

    melakukan teknik pernapasan Buteyko tiap

    hari selama satu minggu yang dilakukan

    terhadap pasien asma di Wilyah Kerja

    Puskesmas Koto Berapak Kecamatan

    Bayang yang ternyata 10 orang (90.90%)

    responden yang control pause nyamengalami peningkatan yaitu 11-25 detik

    menjadi 26-40 detik, dan 1 orang (9.10%)

    masih dibawah 25 detik, ini berarti latihan

    dilakukan dengan benar dan teratur. Dan

    penelitian ini juga menunjukan bahwa dari

    11 orang responden yang diteliti ternyata

    mengalami peningkatan dari rata-rata

    control pause sebelum perlakuan adalah

    21.45, menjadi 31.55 sesudah perlakuan. Ini

    di sebabkan karena dalam melakukan

    teknik pernapasan Buteyko yang padatahapan relaksasi, postur tubuh diatur

    secara rilek terutama tubuh bagian atas,

    karena dengan merilekskan otot

    pernapasan dan iga secara perlahan-lahan

    yaitu adanya peregangan kearah luar

    selama inspirasi dan penarikan iga kearah

    dalam selama ekspirasi.

    Hasil penelitian ini sebanding dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Zara (2012)

    di wilayah kerja Puskesmas Pasar Baru

    Kecamatan Bayang, dan dari hasil

    penelitiannya menunjukan bahwakemampuan untuk menahan napas awal

    yag memerlukan perhatian khusus dimana

    kurang dari 25 detik sebanyak (77,3%), dan

    sesudah dilakukan teknik pernapasan

    Buteyko kemampuan menahan napas akhir

    meningkat yaitu responden bisa menahan

    napas selama 30-40 detik bahkan ada yang

    mampu menahan sampai 60 detik

  • 7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf

    7/10

    3. Pengaruh Tekhnik Pernapasan Buteyko terhadap Nilai Control Pause

    Tabel 3 Pengaruh Latihan Teknik Pernapasan Buteyko terhadap Peningkatan Control

    Pausepada pasien Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Berapak KecamatanBayang Tahun 2013

    Berdasarkan table 3 dapat dilihat

    perubahan control pause sebelum dan

    sesudah dilakukan teknik pernapasan

    Buteyko dan rata-rata control pause

    sebelum dilakukan teknik pernapasan

    adalah 21.45 dengan standar deviasi 1.916,

    Sedangkan rata-rata peningkatan control

    pausesetelah dilakukan teknik pernapasan

    buteyko adalah 31.55 dengan standar

    deviasi 5.007, Hasil uji stastik mengunakan

    uji pairedt-testdidapatkan nilai p = 0,000.

    Hal ini berarti nilai p value kurang dari 0,05

    (p

  • 7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf

    8/10

    dapat bernapas normal dengan cara antara

    lain belajar bagai mana untuk membuka

    hidung secara alami dengan melakukan

    latihan menahan napas menyesuaikanpernapasan dan beralih dari pernapasan

    melalui mulut menjadi pernapasan melalui

    hidung latihan ini juga untuk menghentikan

    batuk dan wheezing,dan perubahan gaya

    hidup dibutuhkan untuk membantu hal

    tersebut di atas sehingga memfasilitasi jalan

    untuk dapat sembuh. sedangkan menurut

    Gina (2005) teknik pernapasan buteyko

    salah satu teknik oleh napas yang bertujuan

    untuk menurunkan ventilasi alveolar

    terhadap hiperventilasi paru.Teknik pernapasan buteyko adalah

    upaya atau metode penatalaksanaan asma

    untuk mengurangi kontriksi jalan napas

    dengan prinsip latihan bernapas dangkal.

    terapi ini di rancang untuk memperlambat

    atau mengurangi intake udara kedalam

    paru paru sehingga dapat mengurangi

    gangguan pada saluran pernapasan pada

    penderita asma (dupler,2005)

    KESIMPULAN DAN SARAN.

    Berdasarkan hasil penelitian dan

    pembahasan tentang pengaruh teknik

    pernapasan buteyko terhadap peningkatan

    control pause di Wilayah Kerja Puskesmas

    Koto Berapak Kecamatan Bayang sebelum

    dan sesudah pemberian teknik pernapasan

    buteyko, dapat ditarik kesimpulan sebagai

    berikut :

    1.

    Seluruh responden (100%) dengan

    kondisi control pause kurang dari 25

    detik (memerlukan perhatian khusus),

    dengan rata-rata control pause 21.45sebelum dilakukan teknik pernapasan

    Buteyko.

    2.

    Dan sesudah dilakukan teknik

    pernapasan Buteyko, terjadi

    peningkatan control pausepada pada

    seluruh responden lebih dari 25 detik

    yaitu 26-40 detik,dengan rata-rata

    control pause31.55.

    3.

    Terdapat pengaruh teknik pernapasan

    Buteyko terhadap peningkatan control

    pausedengan nilai p = 0.000 dan nilai

    p value < 0.05

    Berdasarkan kesimpulan yang peneliti

    dapatkan dari hasil penelitian maka dapatdisarankan :

    1.

    Bagi petugas Keshatan khususnya perawat

    pada Puskesmas Koto Berapak Kecamatan

    Bayang dapat memberikan latihan

    pernapasan Buteyko pada pasen asma

    sebagai terapi komplementer (non

    farmakologis). Selain itu, perlu diadakan

    sosialisasi dan pelatihan agar semua

    perawat memiliki kesamaan kemampuan

    dalam melaksanakan teknik pernapasan

    buteyko pada penderita asma.2.

    Diharapkan dapat mengembangkan

    penelitian ini lebih lanjut mengenai teknik

    pernapasan Buteyko seperti untuk

    mengendalikan serangan asma, sleep

    apnea, mendengkur, serangan panic dan

    serangan cemas.

    DAFTAR PUSTAKA

    Answers Corporation. (2009). Buteyko, Diakses

    pada tanggal 28 Agustus 2012 dari

    http://www.answers.com/topic/buteyko.

    Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian,

    Jakarta : PT Rineka Cipta.

    Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu

    Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI,

    Jakarta : PT Rineka Cipta.

    Brunner dan Suddarth. (2001). Buku Ajar

    Keperawatan Medikal Bedah edisi 8,

    Jakarta : EGC.

    Buteyko, V.K. & Buteyko, M.M. (2007). The

    Buteyko Theory About A Key Role of

    Breathing for Human Life, Diakses pada

    tanggal 2 Oktober 2012 dari

    http://www.infoholix.net/index.php.

    Dempsey, P.A. & Dempsey, A.D. (2002). Riset

    Keperawatan Buku Ajar dan Latihan,

    Jakarta : EGC.

  • 7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf

    9/10

    Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik

    Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan Departemen Kesehatan RII.

    (2007). Pharmaceutical Care UntukPenyakit Asma, Diakses pada tanggal 7

    September 2012 dari

    http://ebooks.lib.unair.ac.id/files/disk1/22

    /adln--departemen-1098-1-12038329-

    a.pdf.

    Fadhil. (2009). Teknik Pengolahan Nafas, Diakses

    pada tanggal 2 oktober 2012 dari

    http://www.wikipedia.com/teknik_pengo

    lahan_nafas.html.

    Global Initiative for Asthma (GINA). (2005).

    Global Strategy for Asthma Management

    and Prevention, Diakses pada tanggal 7

    September 2012 dari

    http://www.ginasthma.com/GuidelineIte

    m.asp?intId=1170.

    Global Initiative for Asthma (GINA). (2004).

    Global Strategy for Asthma

    Management and Prevention, Diakses

    pada tanggal 7 September 2012 dari

    http://www.ginasthma.com/GuidelineIte

    m.asp?intId=1170.

    Kolb, P. (2009). Buteyko for the Reversal of

    Chronic Hyperventilation, Diakses pada

    tanggal 7 September 2012 dari

    http://knol.google.com/k/alex-

    spence/buteyko.

    Lewis , Heitkemper, Dirksen. (2000). Medical

    Surgical Nursing fifth edition, St Louis

    Missouri : Mosby.

    McHugh, P., Aitcheson, F., Duncan, B. &

    Houghton, F. (2003). Buteyko Breathing

    Technique for asthma: an effective

    intervention, Diakses pada tanggal 7

    September 2012 dari

    http://www.nzma.org.nz/journal/vacanci

    es.html.

    Murphy, A. (2005). The Buteyko (Shallow

    Breathing) Method for Controlling

    Asthma, Diakses pada tanggal 2 Oktober

    2012 darihttp://www.btinternet.com/~andrew.mur

    phy/asthma_buteyko_shallow_breathing.

    html.

    National Heart, Lung and Blood Institute. (2009).

    What Are the Sign and Symptoms of

    Asthma, Diakses pada tanggal 15

    September 2012 dari

    http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Dise

    ases/Asthma/Asthma_SignsAndSymptom

    s.html.

    Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian

    Kesehatan, Jakarta : PT Rineka Cipta.

    Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan

    Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

    Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen

    Penelitian Keperawatan, Jakarta :

    Salemba Medika

    Okezone.com, (2009). Kontrol Asma, Tingkatkan

    Kualitas Hidup Penderita. Diambil pada

    tanggal 27 September 2012 dari

    http://lifestyle.okezone.com/read/2009/

    05/20/27/221475/27/kontrol-asma-

    tingkatkan-kualitas-hidup-penderita

    Osman, L.M., McKenzie, L., Caims, J., Friend, J.A.,

    Goden, D.J., & Legge, J.S. (2001). Patient

    Weighting of Importance of Asthma

    Symptoms, Diakses pada tanggal 20

    Oktober 2012 dari

    http://thorax.bmj.com/cgi/reprint/56/2/138.

    Pegasus Neuro Linguistic Program. (2009).

    Buteyko Breathing, Diakses pada tanggal

    7 September 2012 dari

    http://www.pe2000.com/buteyko.htm

    Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2006).

    ASMA Pedoman Diagnosis dan

  • 7/24/2019 penelitian pak dedi adha.pdf

    10/10

    Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta :

    Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

    .

    Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan,Yogyakarta : Mitra Cendekia Press

    Yogyakarta.

    Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset

    Keperawatan, Yogyakarta : Graha Ilmu.

    Sherwood, L. (2007). Human Physiology from

    Cells to System, USA : Thomson Book

    Cole.

    .

    The Asthma Foundations of Victoria. (2002).

    Terapi Pelengkap dan Penyakit Asma,

    Diakses pada tanggal 16 September2012 dari

    http://www.asthma.org.au/Portals/0/Co

    mplementaryTherapies_IS_Indonesian.pdf

    .

    VitaHealth. (2006). Asma, Jakarta : PT Gramedia

    Pustaka Utama.

    Yayasan Asma. (2008). Asma, Diakses pada

    tanggal 7 September 2012 dari

    http://www.infoasma.org/asma.html.